document29

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu dibanyak negara berkembang terutama disebabkan oleh pendarahan pasca persalinan, eklampsia, komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian Ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui pencegahan yang efektif, beberapa Negara berkembang dan hampir semua Negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian Ibu ketingkat yang sangat rendah. Pada kala 3 persalinan, miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ini menyebabkan berkurangnya tempat pelekatan plasenta karena tempat pelekatan plasenta semakin kecil sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal, dan kemudian lepas dari dinding uterus. 1

Upload: wenty-arbeii

Post on 23-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

b

TRANSCRIPT

Page 1: Document29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu dibanyak negara berkembang

terutama disebabkan oleh pendarahan pasca persalinan, eklampsia, komplikasi

keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian Ibu tersebut

sebenarnya dapat dicegah. Melalui pencegahan yang efektif, beberapa Negara

berkembang dan hampir semua Negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan

dan kematian Ibu ketingkat yang sangat rendah.

Pada kala 3 persalinan, miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan

volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ini menyebabkan

berkurangnya tempat pelekatan plasenta karena tempat pelekatan plasenta semakin

kecil sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal,

dan kemudian lepas dari dinding uterus.

Asuhan kesehatan Ibu selama dua dasa warsa terakhir terfokus pada : keluarga

berencana, asuhan antenatal terfokus, asuhan pasca keguguran, persalinan yang bersih

dan aman serta pencegahan komplikasi, penata laksanaan komplikasi. Di dalam

makalah ini penulis akan membahas : tentang retensio plasenta, rencana asuhan atau

perawatan pada retensio plasenta, serta manual plasenta.

1

Page 2: Document29

1.2 Tujuan Pembahasan

Mengetahui Proses Terjadinya Retensio Plasenta

Mengetahui Penyebab terjadinya Retensio Plasenta

Mengetahui cara penanganan Retensio Plasenta

1.3 Metode dan Teknik

Dalam penyusunan makalah ini kami mengembangkan suatu metode

yang sering digunakan dalam pembahasan-pembahasan makalah sederhana,

dimana kami menggunakan metode dan teknik secara deskriptif dimana tim

penyusun mencari sumber data dan sumber informasi yang akurat lainnya

setelah itu dianalisis sehinggga diperoleh informasi tentang masalah yang akan

dibahas setelah itu berbagai referensi yang didapatkan dari berbagai sumber

tersebut disimpulan sesuai dengan pembahasan yang akan dilakukan dan sesuai

dengan judul makalah dan dengan tujuan pembuatan makalah ini.

BAB II2

Page 3: Document29

PEMBAHASAN

2.1 RETENSIO PLASENTA

 Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu

setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya

sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual

dengan segera. Bila retensio plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan

ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta

perkreta.

Plasenta inkarserata artinya plasenta telah lepas tetapi tertinggal dalam uterus

karena terjadi kontraksi di bagian bawah uterus atau uteri sehingga plasenta tertahan

di dalam uterus.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa retensio plasenta ialah

plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir, keadaan ini dapat

diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas

sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera.

Jenis-jenis retensio plasenta:

a)      Plasenta Adhesive : Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga

menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis

b)      Plasenta Akreta : Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian

lapisan miometrium.

3

Page 4: Document29

c)      Plasenta Inkreta : Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot

hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

d)     Plasenta Prekreta : Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan serosa

dinding uterus hingga ke peritonium

e)      Plasenta Inkarserata : Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri disebabkan oleh

konstriksi ostium uteri. (Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,

2002:178).

Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang sebagian atau seluruhnya telah

lepas dari dinding rahim. Banyak atau sedikitnya perdarahan tergantung luasnya

bagian plasenta yang telah lepas dan dapat timbul perdarahan. Melalui periksa dalam

atau tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah plasenta sudah lepas atau belum

dan bila lebih dari 30 menit maka kita dapat melakukan plasenta manual.

Retensio plasenta merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam

setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya

bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum

dini (Early Postpartum Hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat (Late

Postpartum Hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan. 

Etiologi Retensio Plasenta

Penyebab Retentio adalah:

4

Page 5: Document29

a.       Fungsional:

- His kurang kuat (penyebab terpenting)

- Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba); bentuknya

(plasenta membranasea, plasenta anularis); dan ukurannya (plasenta yang sangat

kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas disebut plasenta

adhesive.

b.      Patologi – anatomi:

- Plasenta akreta

- Plasenta inkreta

- Plasenta perkreta

Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena:

a)         Plasenta belum lepas dari dinding uterus

b)         Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.

Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas

sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.

Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena kontraksi uterus kurang kuat

untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva), plasenta melekat erat pada dinding

uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium- sampai di

bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).

Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,

disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan

kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang

menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).

5

Page 6: Document29

Menurut Manuaba (2006:301) kejadian retensio plasenta berkaitan dengan:

a) Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesive, plasenta

akreta, plasenta inkreta, dan plasenta perkreta

b) Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan

Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan:

a.       Darah penderita terlalu banyak hilang

b.      Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi

c.       Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam

Plasenta manual dengan segera dilakukan :

a.       Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang

b.      Terjadi perdarahan postpartum berulang

c.       Pada pertolongan persalinan dengan narkosa

d.      Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam

Anatomi

Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm

dan tebal lebih kurang 2.5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan

dengan plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis).

Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu

dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka

6

Page 7: Document29

plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili koriales

yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua

basalis.

Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada

di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg

seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate,

pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua vili koriales

dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.

Plasenta berfungsi sebagai alat yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan

sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk

hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke janin.

Jenis Dari Retensio Plasenta 

Jenis dari retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta

hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Prawirohardjo, 2002)

Jenis retensio plasenta :

a)      Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga

menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.

b)      Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian

lapisan miomentrium.

c)      Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki

miomentrium.

7

Page 8: Document29

d)    Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang

menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

e)      Plasenta inkaserata adalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan oleh

konstriksi ostium uteri.

Patogenesis

Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan

retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah

berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan

lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal

secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil.

Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan

plasenta.

Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak

dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya

menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan

plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara

serat-serat otot miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini

menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit

serta perdarahan berhenti.

Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan

ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala

tiga persalinan. Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:

8

Page 9: Document29

1. Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat plasenta,

namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.

2. Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat

(dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).

3. Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari

dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus

dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta

yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang

mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan

spongiosa.

4. Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun,

daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam

rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih

merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan

oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga,

89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya. Tanda-tanda

lepasnya plasenta adalah sering ada semburan darah yang mendadak, uterus menjadi

globuler dan konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah abdomen

karena plasenta yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang

keluar lebih panjang. Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka

tekanan yang diberikan oleh dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah

bagian bawah rahim atau atas vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari

lokasi ini oleh adanya tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring

dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan.

Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan persalinan kala

9

Page 10: Document29

IV. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan menekan secara bersamaan dengan

tarikan ringan pada tali pusat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta:

Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan

tidak efektifnya kontraksi uterus, kontraksi yang kuat dari uterus, serta pembentukan

constriction ring. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta

previa dan adanya plasenta akreta. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti

manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta

menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik, pemberian uterotonik yang tidak tepat

waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta;

serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.

Gejala Klinis

a.    Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi

mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel

fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak

lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.

b.      Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis

tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.

Tanda Dan Gejala Retensio Plasenta

1.      Plasenta Akreta Parsial / Separasi

10

Page 11: Document29

- Konsistensi uterus kenyal

- TFU setinggi pusat

- Bentuk uterus discoid

- Perdarahan sedang – banyak

- Tali pusat terjulur sebagian

- Ostium uteri terbuka

- Separasi plasenta lepas sebagian

- Syok sering

2.      Plasenta Inkarserata

- Konsistensi uterus keras

- TFU 2 jari bawah pusat

- Bentuk uterus globular

- Perdarahan sedang

- Tali pusat terjulur

- Ostium uteri terbuka

- Separasi plasenta sudah lepas

- Syok jarang

3.      Plasenta Akreta

- Konsistensi uterus cukup

- TFU setinggi pusat

- Bentuk uterus discoid

- Perdarahan sedikit / tidak ada

- Tali pusat tidak terjulur

11

Page 12: Document29

- Ostium uteri terbuka

- Separasi plasenta melekat seluruhnya

- Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali pusat.

(Prawirohardjo, S. 2002 : 178)

Pemeriksaan Penunjang

- Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit

(Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang

disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.

- Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin Time (PT)

dan Activated Partial Tromboplastin Time (APTT) atau yang sederhana dengan

Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan

perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain.

Diagnosa Banding

Meliputi plasenta akreta, suatu plasenta abnormal yang melekat pada miometrium

tanpa garis pembelahan fisiologis melalui garis spons desidua.

Penatalaksanaan

Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah:

12

Page 13: Document29

a.    Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang

berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau

larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi,

tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang

dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.

b.     Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau NaCl

0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.

c.      Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan drips

oksitosin untuk mempertahankan uterus.

d.    Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi manual

plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio

plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti

forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir,

tali pusat putus.

e.     Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan

dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuretage sisa plasenta. Pada umumnya

pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di

rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan

kuretase pada abortus.

f.     Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat

uterotonika melalui suntikan atau per oral.

g.      Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi

sekunder. (Sulisetiya.blogspot.com/2010/03).

Komplikasi

Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya:

13

Page 14: Document29

1. Perdarahan

Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit perlepasan hingga

kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup.

2. Infeksi

Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan

pertumbuhan bakteri dibantu dengan port d’entre dari tempat perlekatan plasenta.

3. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus sedangkan kontraksi

pada ostium baik hingga yang terjadi.

4.    Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami infeksi sekunder

dan nekrosis Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat

berubah menjadi patologik (displastik-diskariotik) dan akhirnya menjadi karsinoma

invasif. Sekali menjadi mikro invasive atau invasive, proses keganasan akan berjalan

terus.

Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa

beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal dari

serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa

menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan

prekanker, yang bisa berubah menjadi kanker.

5.      Syok haemoragik

Terapi

14

Page 15: Document29

Bila tidak terjadi perdarahan : perbaiki keadaan umum penderita bila perlu misal:

infus atau transfusi, pemberian antibiotika, pemberian antipiretika, pemberian ATS.

Kemudian dibantu dengan mengosongkan kandung kemih. Lanjutkan memeriksa

apakah telah terjadi pemisahan plasenta dengan cara Klein, Kustner atau Strassman.

Bila terjadi perdarahan: lepaskan plasenta secara manual, jika plasenta dengan

pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan upaya kuretase. Bila plasenta

tidak dapat dilepaskan dari rahim, misal plasenta increta/percreta, lakukan

hysterectomia.

Cara untuk melahirkan plasenta:

a.       Dicoba mengeluarkan plasenta dengan cara normal : Tangan kanan penolong

meregangkan tali pusat sedang tangan yang lain mendorong ringan.

b.      Pengeluaran plasenta secara manual (dengan narkose)

Melahirkan plasenta dengan cara memasukkan tangan penolong kedalam cavum uteri,

melepaskan plasenta dari insertio dan mengeluarkanya.

c.       Bila ostium uteri sudah demikian sempitnya, sehingga dengan narkose yang dalam

pun tangan tak dapat masuk, maka dapat dilakukan hysterectomia untuk melahirkan

plasentanya.

MANUAL PLASENTA

15

Page 16: Document29

Manual Plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan

retensio plasenta. Teknik operasi manual plasenta tidaklah sukar, tetapi harus

diperkirakan bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa

penderita.

Manual Plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan di atas

400 cc dan terjadi retensio plasenta (setelah menunggu ½ jam). Seandainya masih

terdapat kesempatan penderita retensio plasenta kdapat dikirim ke puskesmas atau

rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat.

Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang

infuse dan memberikan cairan dan dalam persalinan diikuti oleh tenaga yang dapat

memberikan pertolongan darurat.

Prosedur Plasenta Manual

Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau

Ringer Laktat. Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan

suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa

nyeri.

Langkah klinik

1.      Persetujuan Tindakan Manual Plasenta

Persetujuan diberikan setelah pasien diberikan penjelasan yang lengkap dan objektif

tentang diagnosis penyakit, upaya penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang

akan dilakukan.

2.      Persiapan Sebelum Tindakan16

Page 17: Document29

a.      Pasien

1). Cairan dan selang infuse sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah

dibersihkan.

2)      Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi

3)      Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah

4)      Medikamentosa

- Analgetika (Phetidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin Hcl 0,5 mg/kg BBT, Tramadol 1-2

mg/kg BB)

- Analgesik suppositoria Tramadol hidroklorida 100 mg untuk perawatan nyeri akut

berat setelah tindakan.

- Sedative (Diazepam 10 mg)

- Atropine Sulfas 0,25-0,55 mg/ml

- Uteretonika (Oksitosin,Ergometrin, Prostaglandin)

- Cairan NaCl 0,9% dan RL

- Infuse Set

- Larutan Antiseptik (Povidon Iodin 10%)

- Oksigen dengan regulator

b.      Penolong

1)      Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca mata : 3 set

2)      Sarung tangan DTT/steril : sebaiknya sarung tangan panjang

3)      Alas kaki (sepatu boot karet) : 3 pasang

d.      Instrument

3.   Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan

17

Page 18: Document29

Sebelum melakukan tindakan sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu dengan

sabun dan air yang mengalir untuk mencegah infeksi. Mengeringkan tangan dengan

handuk bersih lalu pasang sarung tangan DTT/steril.

4.      Tindakan Manual Plasenta

Penetrasi Ke Kavum Uteri

a.       Intruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik melalui karet infuse.

b.      Sebelum mengerjakan manual plasenta, penderita disiapkan pada posisi litotomi.

c.       Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan

kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari

dikuncupkan membentuk kerucut

d.      Lakukan kateterisasi kandung kemih.

         Pastikan kateter masuk kedalam kandung kemih dengan benar

         Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan.

e.       Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar lantai.

f.       Secara obstetrik masukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah) kedalam vagina

dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.

g.      Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk memegang kocher

kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri.

h.      Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam kavum uteri sehingga

mencapai tempat implantasi plasenta.

i.        Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal

jari telunjuk).

Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut dengan ujung jari

menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati serviks dijumpai

tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring), ini dapat diatasi dengan

18

Page 19: Document29

mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut tadi.

Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri dari luar dinding perut ibu

sambil menahan atau mendorong fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam

sampai ke plasenta, telusurilah permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada

perdarahan kala tiga, biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas.

Melepas Plasenta dari Dinding Uterus

a.       Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah

         Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila dibagian depan,

pindahkan tangan ke bagian depan tal pusat dengan punggung tangan menghadap ke

atas.

         Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat implantasinya dengan

jalan menyelipkan ujung jari di antara plasenta dan dinding uterus, dengan punggung

tangan mengahadap ke dinding dalam uterus.

         Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (dinding tangan pada dinding

kavun uteri) tetapi tali pusat berada di bawah telapak tangan kanan.

b.      Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke cranial

sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.

Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus

Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam antara

dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan

seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya (kalau mungkin),

sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri supaya jangan ikut

terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus (perforasi) dapat

dihindarkan

19

Page 20: Document29

Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu lakukan penanganan

yanng sesuai bila terjadi penyulit.

Mengeluarkan Plasenta :

a.       Sementara satu tangan masih berada di kavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan

untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.

b.      Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus

c.       Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat sambil tangan

di dalam Menarik plasenta ke luar (hindari percikan darah), letakkan plasenta ke

dalam tempat yang telah disediakan. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan

tangan luar) ke dorsokranial setelah plasenta lahir.

Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui kalau ada

bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa. Pada waktu

ekplorasi sebaiknya sarung tangan diganti yang baru. Setelah plasenta keluar, gunakan

kedua tangan untuk memeriksanya, segera berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul

intramuskular, dan lakukan masase uterus. Lakukan inspeksi dengan spekulum untuk

mengetahui ada tidaknya laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan

segera di jahit. Jika setelah plasenta dikeluarkan masih terjadi perdarahan karena

atonia uteri maka dilakukan kompresi bimanual sambil mengambil tindakan lain

untuk menghetikan perdarahan dan memperbaiki keadaan ibu bila perlu.

Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat

dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada

umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus

dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis

dibandingkan dengan kuretase pada abortus. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa

plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per

20

Page 21: Document29

oral. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan

infeksi sekunder.

5.      Dekontaminasi Pasca Tindakan Alat-alat yang digunakan untuk menolong di

dekontaminasi, termasuk sarung tangan yang telah di gunakan penolong ke dalam

larutan antiseptic

6.      Cuci Tangan Pascatindakan Mencuci kedua tangan setelah tindakan untuk mencegah

infeksi.

7.      Perawatan Pascatindakan

a.       Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi apabila

masih diperlukan.

b.      Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom yang tersedia.

c.       Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau.

d.      Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi pasien

masih memerlukan perawatan. Jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang

masih diperlukan, lama perawatan dan apa yang perlu dilaporkan (Di Rumah Sakit).

BAB III

PENUTUP

21

Page 22: Document29

3.1 Kesimpulan

Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu

setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya

sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual

dengan segera. Bila retensio plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan

ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta

perkreta.

Plasenta inkarserata artinya plasenta telah lepas tetapi tertinggal dalam uterus

karena terjadi kontraksi di bagian bawah uterus atau uteri sehingga plasenta tertahan

di dalam uterus.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa retensio plasenta

ialah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir, keadaan ini

dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah

lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera.

3.2 Saran

Dalam penyelesaian makalah ini kami juga memberikan saran bagi para

pembaca dan mahasiswa yang akan melakukan pembuatan makalah berikutnya :

Kombinasikan metode pembuatan makalah berikut

22

Page 23: Document29

Pembahasan yang lebih mendalam

Pembahasan secara tepat dan benar

Beberapa poin di atas merupakan saran kami berikan, apabila ada yang ingin

melanjutkan penelitian terhadap makalah ini .

Demikianlah makalah ini disusun serta besar harapan nanti makalah ini dapat

berguna bagi pembaca khususnya bagi mahasisiwa fakultas kedokteran UISU dalam

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Kami terima kritik dan saran demi

kesempurnaan makalah kami.

DAFTAR PUSTAKA

- Ganong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta

- Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta

23

Page 24: Document29

- Sander , Mochamad Aleq . 2004. Patologi Anatomi . Jakarta : Rajawali Pers.

- Sobotta.Atlas Anatomi Manusia Ed.1.Jakarta : EGC.

- Llwellyn Jones, Derek.(2011). Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta.

EGC

- Manuaba, IBG. (2007). Pengantar kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

- Varney, Helen. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

- Walsh, Linda. (2007). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

- Prawirohardjo,Sarwono.Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta.EGC.2008

- Leveno,Kenneth J.dkk. Obstetri Williams.Edisi 21. Jakarta.EGC.2009

- Manuaba.Pengantar kuliah obstetric. Jakarta. EGC.2007

BIODATA PENULIS

24

Page 25: Document29

Endah Rizki Ananda

Athikah Rahmadani

Agung Prawira

Fissabillah Dwi Ambarini

Ira Ayu Handayani

Mitry Muhafii

Muhammad Wildanzein

Putri Ria Utari

Raudhatul Jannah Mukhtar

Sarah Sulthana Thahirah

Sukma Denta

Ulfia Juwita

25