2408-6622-1-pb

16
64 Maret 2013: 64 - 79 Sri Dwi Hastuti JURNAL GAMMA, ISSN 2086-3071 APLIKASI ANTIGEN BAKTERI STREPTOCOCCUS AGALACTIAE SEBAGAI KANDIDAT VAKSIN UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT STREPTOCOCCOSIS PADA IKAN NILA (OREOCHROMIS SP) Applications bacteria Streptococcus agalactiae As Antigen Vaccine Candidate for Disease Prevention Streptococcosis in Tilapia (Oreochromis Sp) Sri Dwi Hastuti Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang Email: [email protected] ABSTRACT In Indonesia, cases of disease caused by the bacterium Streptococcus sp attack many tilapia fish farming (Supriyadi, 2002), especially those caused by bacterial infection S, agalactiae. To cope with the bacterium Streptococcus infection in farmed fish are usually used antibiotics, but the continuous use of antibiotics and unwisely can lead to bacterial resistance and the impact on the environment. Therefore we need an alternative that is more effective disease control and safe is the vaccine development. During these existing vaccines are vaccines developed from bacterial cells inactivated with formalin or heating. The method used in this study is experimental, with a treatment method of vaccination by injection and orl. For the injection method of treatment dose vaccination 5 tested: 0, 50, 100, 150 and 200 mL / fish tail. As for the oral doses used were 0, 5, 10, 15 and 20 mL / fish. The design used was CRD with each of 3 replications. The results showed that the injection method is better in meproteksi fish against bacterial attack S.agalactiae, because it can provide up to 100% survival after challenge test. The highest antibody titers obtained in the method of injection at a dose of 50 mL, whereas hematocrit and best phagocytic activity at a dose of 200 mL, and the highest leukocrit at a dose of 100 mL. At oral methods can only protect from SR only up 46.67% were obtained at a dose of 20 mL, while for hematocrit and best phagocytic activity at doses of 10 mL, and leukocrit highest in the control treatment. Keywords: Streptococcus bacteria, vaccines, Tilapia ABSTRAK Di Indonesia, kasus penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus sp serangan budidaya ikan nila banyak (Supriyadi, 2002), terutama yang disebabkan oleh infeksi bakteri S, agalactiae. Untuk mengatasi infeksi bakteri Streptococcus pada ikan budidaya biasanya digunakan antibiotik, namun terus digunakan antibiotik dan tidak bijaksana dapat menyebabkan resistensi bakteri dan dampak terhadap lingkungan. Oleh karena itu kita perlu alternatif yang pengendalian penyakit yang lebih efektif dan aman adalah pengembangan vaksin. Selama ini vaksin yang ada vaksin yang dikembangkan dari sel-sel bakteri tidak aktif dengan formalin untuh atau pemanasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental, dengan metode pengobatan vaksinasi melalui suntikan dan ORL. Untuk metode injeksi pengobatan dosis vaksinasi 5 diuji: 0, 50, 100, 150 dan 200 mL / ekor ikan. Adapun dosis oral yang digunakan adalah 0, 5, 10, 15 dan 20 mL / ikan. Desain yang digunakan adalah acak lengkap dengan masing-masing 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode injeksi yang lebih baik ikan meproteksi terhadap serangan bakteri S.agalactiae, karena dapat memberikan hingga 100% bertahan hidup setelah uji tantang. Titer antibodi tertinggi diperoleh pada metode injeksi dengan dosis 50 ml, sedangkan hematokrit dan aktivitas fagosit terbaik dengan dosis 200 mL, dan leukocrit tertinggi pada dosis 100 mL. Pada metode lisan hanya dapat melindungi dari SRnya hanya sampai 46.67% diperoleh dengan dosis 20 ml, sedangkan untuk hematokrit dan aktivitas fagosit terbaik pada dosis 10 ml, dan leukocrit tertinggi pada perlakuan kontrol. Kata kunci: bakteri Streptococcus, vaksin, nila

Upload: nur-khunainah-wahyuni

Post on 31-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2408-6622-1-PB

64 Maret 2013: 64 - 79

Sri Dwi Hastuti JURNAL GAMMA, ISSN 2086-3071

APLIKASI ANTIGEN BAKTERI STREPTOCOCCUS AGALACTIAE SEBAGAIKANDIDAT VAKSIN UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT STREPTOCOCCOSIS

PADA IKAN NILA (OREOCHROMIS SP)

Applications bacteria Streptococcus agalactiae As Antigen Vaccine Candidate for DiseasePrevention Streptococcosis in Tilapia (Oreochromis Sp)

Sri Dwi Hastuti

Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian PeternakanUniversitas Muhammadiyah Malang

Email: [email protected]

ABSTRACT

In Indonesia, cases of disease caused by the bacterium Streptococcus sp attack many tilapia fishfarming (Supriyadi, 2002), especially those caused by bacterial infection S, agalactiae. To cope with thebacterium Streptococcus infection in farmed fish are usually used antibiotics, but the continuous use ofantibiotics and unwisely can lead to bacterial resistance and the impact on the environment. Thereforewe need an alternative that is more effective disease control and safe is the vaccine development. Duringthese existing vaccines are vaccines developed from bacterial cells inactivated with formalin or heating.The method used in this study is experimental, with a treatment method of vaccination by injection andorl. For the injection method of treatment dose vaccination 5 tested: 0, 50, 100, 150 and 200 mL / fish tail.As for the oral doses used were 0, 5, 10, 15 and 20 mL / fish. The design used was CRD with each of 3replications. The results showed that the injection method is better in meproteksi fish against bacterialattack S.agalactiae, because it can provide up to 100% survival after challenge test. The highest antibodytiters obtained in the method of injection at a dose of 50 mL, whereas hematocrit and best phagocyticactivity at a dose of 200 mL, and the highest leukocrit at a dose of 100 mL. At oral methods can onlyprotect from SR only up 46.67% were obtained at a dose of 20 mL, while for hematocrit and bestphagocytic activity at doses of 10 mL, and leukocrit highest in the control treatment.

Keywords: Streptococcus bacteria, vaccines, Tilapia

ABSTRAK

Di Indonesia, kasus penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus sp serangan budidaya ikannila banyak (Supriyadi, 2002), terutama yang disebabkan oleh infeksi bakteri S, agalactiae. Untuk mengatasiinfeksi bakteri Streptococcus pada ikan budidaya biasanya digunakan antibiotik, namun terus digunakanantibiotik dan tidak bijaksana dapat menyebabkan resistensi bakteri dan dampak terhadap lingkungan. Olehkarena itu kita perlu alternatif yang pengendalian penyakit yang lebih efektif dan aman adalah pengembanganvaksin. Selama ini vaksin yang ada vaksin yang dikembangkan dari sel-sel bakteri tidak aktif dengan formalinuntuh atau pemanasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental, dengan metodepengobatan vaksinasi melalui suntikan dan ORL. Untuk metode injeksi pengobatan dosis vaksinasi 5 diuji:0, 50, 100, 150 dan 200 mL / ekor ikan. Adapun dosis oral yang digunakan adalah 0, 5, 10, 15 dan 20 mL / ikan.Desain yang digunakan adalah acak lengkap dengan masing-masing 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkanbahwa metode injeksi yang lebih baik ikan meproteksi terhadap serangan bakteri S.agalactiae, karena dapatmemberikan hingga 100% bertahan hidup setelah uji tantang. Titer antibodi tertinggi diperoleh pada metodeinjeksi dengan dosis 50 ml, sedangkan hematokrit dan aktivitas fagosit terbaik dengan dosis 200 mL, danleukocrit tertinggi pada dosis 100 mL. Pada metode lisan hanya dapat melindungi dari SRnya hanya sampai46.67% diperoleh dengan dosis 20 ml, sedangkan untuk hematokrit dan aktivitas fagosit terbaik pada dosis10 ml, dan leukocrit tertinggi pada perlakuan kontrol.

Kata kunci: bakteri Streptococcus, vaksin, nila

Page 2: 2408-6622-1-PB

65Aplikasi Antigen Bakteri Streptococcus Agalactiae Sebagai Kandidat Vaksin untuk Pencegahan PenyakitStreptococcosis pada Ikan Nila (Oreochromis Sp)

Volume 8, Nomor 2 Versi online / URL:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/2408

PENDAHULUAN

Bakteri Streptococcus spp. telahmenjadi patogen penting pada beberapaspesies ikan yang dibudidayakan. Diantaragenus Streptococcus, Streptococcusagalactiae seringkali diasosiasikan sebagaipenyebab wabah penyakit pada beberapaspesies ikan budidaya sehingga menimbulkankerugian ekonomi yang siknifikan (Jafar et al.,2009).

Penyakit yang disebabkan oleh seranganS.agalactiae dikenal dengan penyakitstreptococcosis. Gejala yang ditimbulkan padaikan yang mengalami penyakit ini adalah ikankehilangan nafsu makan, disorientasi,berenang berputar-putar pada permukaan,kadang-kadang diikuti oleh exopthalmia matadan kornea mata rusak (Filho et al., 2009).Supriyadi (2002) mengatakan bahwa ikanyang terserang penyakit streptococcosismenunjukkan gejala mata menonjol; kembungperut; pendarahan pada mata, tutup insangdan pangkal ekor; warna ikan menjadi lebihgelap; dan ikan berenang cepat tidak karuan.Sedangkan ciri pada organ dalam meliputikerusakan ginjal, hati, limpa dan usus.Morfologi ikan yang sakit menunjukkan tubuhikan berbentuk huruf C, mata menonjol danterjadi perdarahan, dan kadang-kadang ikanmenjadi berwarna gelap (Anonymous, 2009).

Tindakan yang sering dilakukan untukmengatasi infeksi bakteri Streptococcusadalah dengan menggunakan antibiotika,namun penggunaan antibiotika dapatmenimbulkan resistensi bakteri dan dampakterhadap lingkungan. Oleh karena itudiperlukan alternatif kontrol penyakit yanglebih efektif dan aman yaitu denganpengembangan vaksin dengan ekstraksiantigen sehingga diperoleh vaksin yang efektifdalam mencegah serangan bakteriS.agalactiae.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama duatahun, dengan menggunakan metode

eksperimen di laboratorium. Penelitian tahunpertama telah selesai dilaksanakan denganhasil karakter bakteri S.agalactiae, antigenbakteri dengan metode ekstraksi autoklaf danterdeteksinya titer antibodi pada serum darahikan yang divaksin dengan antigen bakteritersebut.

Penelitian tahun kedua ini merupakankelanjutan penelitian tahun pertama. Padapercobaan ini bertujuan untuk mengujiefektivitas kandidat vaksin pada ikan secaralaboratorium, untuk mengetahui dosis danmetode vaksinasi yang tepat untukpencegahan Streptococcosis pada ikan.Secara lengkap tahapan dalam penelitianuntuk tahun kedua adalah sebagai berikut :

Prosedur Penelitian

Tahap I Ekstraksi Antigen Bakteri

Ekstraksi Antigen dari isolat bakteriS.agalactiae dilakukan dengan metodesebagaimana yang dilakukan oleh (Pier et al,1978). Prosedur kerja yang dilakukan adalah: Bakteri S.agalactiae ditumbuhkan padamedia BHI selama 18-24 jam, kemudiandisentrifus selama 10 menit pada 10.000 g,supernatant dibuang dan pelet dicuci denganlarutan NaCl fisiologis sebanyak 2-5 ml(tergantung jumlah pelet), lalu disentrifuskembali selama 10 menit pada 10.000 g.Selanjutnya pelet ditambahkan dengan 0,35ml (tergantung jumlah pelet) NaCl fisiologis,dihomogenkan, kemudian ditambah setetesindikator merah fenol atau penolphtalein. Jikasuspensi yang telah diberi penolphtalein masihbening maka harus dinetralkan denganNaOH atau KOH 0,1N hingga suspensiberwarna merah. Kemudian diautoklafselama 15 menit (121° C; 15 lbs). Suspensididinginkan, lalu disentrifus selama 10 menitpada 10.000 g. Pelet dibuang, sementarasupernatan disimpan antigen sebagai antigen.

Page 3: 2408-6622-1-PB

66 Maret 2013: 64 - 79

Sri Dwi Hastuti JURNAL GAMMA, ISSN 2086-3071

Tahap II. Uji Efektifitas Vaksin diLaboratorium

Vaksinasi ikan dengan kandidat vaksinpada skala laboratorium dilakukan denganmenggunakan rancangan acak lengkap padamasing-masing metode. Metode vaksinasiyang dilakukan yaitu vaksinasi dengan injeksiintraperitonial (I), dan oral/cekok (O) denganmasing-masing 5 perlakuan dosis vaksin.Setelah dua minggu akan dilakukan uji tantangdengan bakteri S.agalactiae. Langkah kerjauntuk masing-masing adalah sebagai berikut:• Metode Injeksi Intraperitonial (I),

Dosis vaksinasi yang diujicobakan padametode injeksi adalah 0 µl, 50 µl, 100 µl,150 µl dan 200 µl/ekor. Sebelum divaksinikan diaklimatisasi dulu selama 1 minggu.Vaksin dimasukkan kedalam spuit 1 ml,buang gelembung udara yang terjebakdidalam spuit dengan cara mengetuk-ketuk spuit dan mendorong gelembungudara keluar jarum. Pindahkan ikanyang akan divaksin dari akuariumpemeliharaan ke dalam embercadangan. Jaring seser yang halus dapatdigunakan untuk membantu memegangikan yang akan divaksin agar tenang dantidak lompat. Ikan sebaiknya dibius untukmengurangi stres. Denganmenggunakan tangan kiri pegang ikandengan posisi mendatar. Suntikkan jarumsedalam ± 0,4 cm, injeksikan vaksinsesuai dengan dosis pada bagian ronggaperut ikan. Masukkan kembali ikan yangsudah divaksin kedalam mediapemeliharaan.

• Metode Oral/Cekok (O), Dosisvaksinasi yang diujicobakan padametode O adalah 0 µl; 5 µl; 10 µl; 15 µl;dan 20 µl/ekor ikan. Sebelum divaksinikan diaklimatisasi dulu selama 1 minggu.Vaksin diambil dengan mikro pipet sesuaidengan dosis perlakuan, kemudian ikanyang akan divaksin dipegang padabagian pungggung dan kepalanya,

kemudian dibuka mulutnya selanjutnyavaksin dimasukkan ke dalam mulutkemudian mulut ditutup, dan ikandikembalikan lagi ke akuariumpemeliharaan.

Parameter Uji

Parameter yang diukur pada percobaanini adalah titer antibodi, hematokrit, leukokrit,aktifitas fagositosis, serta kelulushidupansetelah uji tantang dengan bakteriStreptococcus agalactiae. Data yangdiperoleh dianalisa dengan Anava dandilanjutkan dengan uji BNT. Luaran yangdiharapkan adalah metode vaksinasi dan dosisvaksin yang paling efektif.

• Titer antibody (Thune and Plumb,1988) dengan prosedur : Mengambilserum dari darah ikan yang sudahdisuntik antigen, melakukan pengamatandengan lempeng mikrodilution yaitudengan cara mengisi sumur no 2 sampaidengan no 12 dengan 25 µl PBS, mengisisumur no 1 dan no 2 dengan 25 µl antiserum. Selanjutnya melakukanpengenceran dengan cara mengambil 25µl larutan menggunakan garpu mikrotiterdari sumur no 2 sampai dengan no 11kemudian menambahkan antigen daribakteri sebanyak 25 µl dari sumur 1sampai dengan no 12 dan menutuplempeng mikrodilution, menggoyang-goyangkannya selama 3 menit danmendiamkannya selama 1 jam kemudiandisimpan dalam refrigerator selama 24jam.

• Level Hematokrit dan Leukokrit;berdasarkan metode Anderson danSiwicki (1994). Persentase volumeeritrosit dan leukosit dalam darah(hematocrit dan leucocrit level) dengancara: Darah diambil dari ikan yang telah

dibius dengan minyak cengkeh.

Page 4: 2408-6622-1-PB

67Aplikasi Antigen Bakteri Streptococcus Agalactiae Sebagai Kandidat Vaksin untuk Pencegahan PenyakitStreptococcosis pada Ikan Nila (Oreochromis Sp)

Volume 8, Nomor 2 Versi online / URL:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/2408

Antikoagulan dipergunakan dalampengambilan sampel ini dengan caramembasahi spoit dengan EDTA10%.

Darah ikan sample yang telah diambilditampung dalam mikrotube.

Kapiler hematokrit diisi hingga batasvolume dan ditutup dengan penutupyang tersedia (Vitrex).

Kapiler hematokrit kemudiandisentrifuse pada 1000 rpm selama5 menit.

Panjang endapan er itrosit danleukosit pada kapiler hematokritdiukur dengan penggaris kemudiandihitung persentase volumenya.

• Uji Aktifitas Fagositosis Setelah melakukan pengukuran

hematokrit dan leukokrit, kapilerhematokrit kemudian dipotong padabatas antara eritrosit dan leukosit

Bagian leukosit ditampung padamikrotube

Leukosit sebanyak 100 dimasukkanpada mikroplate well, kemudianditambah dengan Aeromonashydrophila (kepadatan 108 sel/ml)dengan volume yang sama.

Campur leukosit dengan Aeromonashydrophila dengan cara pipeting.Inkubasi selama 20 menit.

Ambil 5 ul sampel dari mikroplatewell, kemudian diletakkan diatasobyek glas dan dibuat preparat ulas.Diamkan hingga kering angin.

Fiksasi dengan ethanol/methanol(95%) selama 5 menit, keringanginkan.

Warnai dengan safranin (0,15%) atauGiemsa (7%) selama 10 menit

Diamati dibawah mikroskop denganpembesaran 1000 X.

Aktifitas fagositosis = (jumlah selfagosit/jumlah sel yang diamati) X100%

• =Tingkat Kelulushidupan / SurvivalRate (SR) dihitung dengan rumus :

SR(%) =

Jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian

Jumlah ikan pada awal penelitian

X 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan Vaksin dan Penyuntikan IkanUji

Kultur atau perbanyakan bakteriStreptococcus agalactiae dalam media cairdilakukan di Lab Fakultas KedokteranUniversitas Muhammadiyah Malang.Sebagaimana penelitian tahun pertamaperbanyakan bakteri menggunakan mediaBHI (Brain Heart Infusion). Perbanyakanpertama bakteri dikultur sebanyak 2 liter.Karena pertumbuhan bakteri lambat padamedia cair sehingga diputuskan untukmemperbanyak bakteri sebagai bahan vaksinmenggunakan media padat BHIA sebanyaksepuluh petri. Pertumbuhan pada media padatcukup cepat dan bagus. Kemudian bakteridipanen dengan spatula dan selanjutnyadilarutkan dalam media PBS(Phosfat BufferSaline) sebanyak 3,5 liter sehingga diperolehbakteri dalam media cair yang siap untukdiambil selnya untuk diekstraksi menjadivaksin.

Ekstraksi Antigen bakteri dilakukan diLab Biomedik Fakultas KedokteranUniversitas Brawijaya. Metode ekstraksiuntuk mendapatkan antigen sebagai kandidatvaksin dilakukan sebagaimana yang dilakukanoleh (Pier et al, 1978). Metode ekstraksiantigen yang digunakan yaitu ekstraksidengan Autoklaf. Dari 2 liter kultur bakteriyang pertama dihasilkan antigen sebanyak 4ml. Hasil ini sangat sedikit dikarenakan kulturbakteri pertumbuhannya sangat lambat,

Page 5: 2408-6622-1-PB

68 Maret 2013: 64 - 79

Sri Dwi Hastuti JURNAL GAMMA, ISSN 2086-3071

sehingga pellet yang didapat dari 2 liter biakanbakteri sangat sedikit. Oleh karena itu padakultur bakteri yang kedua dilakukan di mediapadat kemudian setelah pertumbuhannyamaksimal dipindahkan ke PBS, sehinggadiperoleh 3,5 liter suspensi bakteri pada mediaPBS. Dari 3,5 liter suspensi bakteri ini bisadihasilkan sebanyak 16,5 ml antigen sebagaicalon vaksin kemudian akan diaplikasikanpada ikan nila uji secara injeksi (suntik) danoral (cekok).

Aplikasi antigen bakteri dilakukan padaikan nila uji dengan memakai dua metode yaitumetode injeksi dan oral. Untuk masing-masingmetode digunakan sebanyak 5 ekor ikan nilaper akuarium, dengan jumlah perlakuan 5untuk masing-masing metode dan ulangansebanyak 3 kali. Untuk metode injeksiperlakuan dosis adalah sebagai berikut : 0 µl,50 µl, 100 µl, 150 µl dan 200 µl. Sementarauntuk metode oral dosis yang digunakanadalah sebagai berikut : 0 µl, 5 µl, 10 µl, 15 µl,dan 20 µl.

Pada metode injeksi penyuntikandilakukan secara intraperitonial yaitu padabagian perut, penyuntikan dilakukan secarahati-hati karena dekat dengan organ dalam.Sementara untuk metode cekok, ikan diambildan dibuka mulutnya kemudian vaksinlangsung diteteskan ke dalam mulut ikan.Setelah dilakukan penyuntikan sesuai

perlakuan dan ulangan, kemudian ikan ujidikembalikan ke dalam akuarium. Ikankemudian dipelihara pada kondisi lingkunganyang memenuhi syarat dengan tetapmengamati dan mengontrol kualitas airnya.Setelah satu minggu maka dilakukanvaksinasi ulang (booster) dengan tujuan untuklebih meningkatkan titer antibodi ikan. Padaminggu ketiga atau seminggu setelah vaksinasiyang kedua (booster) dilakukan samplingdarah ikan untuk diukur titer antibodinya, dandilakukan pengukuran hematologinya(hematokrit , leukokrit dan aktifitasfagositosis).

Pengujian Titer Antibodi

Pengukuran titer antibodi bertujuanuntuk mengetahui efektifitas vaksin ataurespon antibodi terhadap antigen yangdimasukkan dalam tubuh ikan ataumengetahui pengaruh vaksinasi terhadapjumlah antibodi dalam serum benih ikan(Alifudin, 2002). Respon antibodi ikandiekspresikan dengan adanya aglutinasiterhadap antigen terlarut (Nitimulyo danTriyanto, 1990).

Titer antibodi ikan Nila uji untuk metodevaksinasi secara injeksi dan oral disajikan padatabel 1 dan 2 berikut ini :

Tabel 1. Hasil Pengukuran Titer Antibodi Metode Injeksi

Perlakuan Ulangan Titer Antibodi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

I1 U1 +++ + + + + - - - - - - - U2 +++ + + + + + + - - - - - U3 +++ + + + - - - - - - - -

I2 U1 +++ +++ ++ ++ ++ + + + + + + + U2 +++ +++ ++ ++ ++ + + + + + + + U3 +++ +++ ++ ++ + + + + + + + -

I3 U1 +++ ++ ++ ++ + + + + + - - - U2 +++ ++ ++ + + + + + + + + - U3 +++ ++ ++ ++ + + + + + - - -

I4 U1 +++ ++ ++ ++ + + + + - - - - U2 +++ ++ ++ ++ + + + + + + + - U3 +++ ++ ++ + + + + + + - - -

I5 U1 +++ ++ + + + + + + + + - - U2 +++ ++ + + + + + + + + - - U3 +++ ++ ++ ++ + + + + + - - -

Page 6: 2408-6622-1-PB

69Aplikasi Antigen Bakteri Streptococcus Agalactiae Sebagai Kandidat Vaksin untuk Pencegahan PenyakitStreptococcosis pada Ikan Nila (Oreochromis Sp)

Volume 8, Nomor 2 Versi online / URL:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/2408

Keterangan :+++ : Tinggi++ : Sedang

Tabel 2. Hasil Pengukuran Titer Antibodi Metode Oral

+ : Rendah- : Aglutinasi tidak terdeteksi

Perlakuan Ulangan Titer Antibodi (sumuran ke-) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

O1 U1 +++ + + + - - - - - - - - U2 +++ + + - - - - - - - - - U3 +++ + + - - - - - - - - -

O2 U1 +++ ++ ++ ++ ++ + - - - - - - U2 +++ ++ ++ ++ + + + - - - - - U3 +++ ++ ++ ++ ++ ++ + - - - - -

O3 U1 +++ ++ ++ ++ + + + - - - - - U2 +++ ++ ++ ++ ++ + + + + - - - U3 +++ ++ ++ ++ + + + + + + + -

O4 U1 +++ ++ ++ ++ + + + + - - - - U2 +++ ++ ++ ++ ++ + + + - - - - U3 +++ ++ ++ ++ + + + + + - - -

O5 U1 +++ ++ ++ ++ + + + + + + + + U2 +++ ++ ++ ++ ++ + + + + + + - U3 +++ ++ ++ + + + + + + + + +

Keterangan :+++ : Tinggi++ : Sedang+ : Rendah- : Aglutinasi tidak terdeteksi

Dari tabel 1 dan 2 diatas dapat diketahuibahwa titer antibodi terbaik pada metodeinjeksi didapatkan pada perlakuan dosis I2(50 µl/ekor ikan), sementara pada metode oraltiter antibodi terbaik diperoleh pada perlakuandosis O5 (20 µl/ekor ikan).

Hasil pengukuran titer antibodi baik padametode injeksi maupun oral menunjukkanbahwa titer antibodi pada perlakuan ikan yangdivaksin lebih tinggi dibandingkan perlakuankontrol (tanpa vaksinasi). Hal inimenunjukkan bahwa vaksinasi dapatmeningkatkan titer antibodi pada serum darahikan. Pada perlakuan kontrol masih ditemukantiter antibodi biarpun jumlahnya sedikit. Inimengindikasikan bahwa sebenarnya secaraalami ikan Nila sudah mempunyai sistemkekebalan tubuh. Vaksinasi akan memacusistem kekebalan alami sehingga terjadipeningkatan titer antibodi.

Peningkatan titer antibodi pada ikanyang divaksin mengindikasikan adanyapengaktifan respon imun spesifik terhadapantigen (whole cell) A. salmonicida.Berdasarkan dari respon imun terhadapantigen, antigen dibedakan menjadi dua jenisyaitu antigen ekstraseluler dan antigenintraseluler. Antigen ekstraseluler merupakanantigen yang masuk ke dalam tubuh inangtetapi tidak sampai masuk ke dalam sel, hanyaberada di luar sel. Secara alamiah antigenekstraseluler terjadi pada infeksi bakteri padaumumnya, parasit, dan jamur. Sedangkanantigen intraseluler merupakan antigen yangmampu menginfeksi sampai ke dalam selseperti pada infeksi virus dan beberapabakteri yang mampu menginfeksi ke dalamsel (Setyawan, et al, 20jurnal Aquasains,

Antibodi bereaksi spesifik denganantigen membentuk senyawa kompleksberupa endapan (presipitat) dan gumpalan(aglutinat) ditunjukkan melalui ujiimunopresipitasi (imunodifusi) Agar GelPrecipitation Test (AGPT) atau uji aglutinasi.Antibodi berperan sebagai presipitin danagglutinin, cara lain antibodi menghalangiefek antigen dengan cara blokade, yaitu

Page 7: 2408-6622-1-PB

70 Maret 2013: 64 - 79

Sri Dwi Hastuti JURNAL GAMMA, ISSN 2086-3071

bereaksi dengan epitop antigen sehinggaantigen tidak mampu mengenal reseptor selinang menyebabkan kegagalan prosesperlekatan antigen pada permukaan sel inang(antibodi bertindak sebagai inhibin). Selainitu antibodi untuk mempercepat eliminasiantigen dengan proses opsonisasi (antibodisebagai opsonin). Antigen dalam keadaanteropsonisasi lebih mudah dikenal makrofagdan lebih efektif untuk dihancurkan(Anderson, 1974 dalam Hardi, 2011).

Menurut Tizard (1988), antibodi yangjumlah dan konsentarasinya lebih banyakdalam serum darah merupakan penangkalserangan agen penyakit masuk ke dalamtubuh. Terbentuknya antibodi spesifik dimulaidengan masuknya antigen yaitu S.agalactiaeke dalam tubuh ikan dan difagositosis olehmakrofag. Makrofag akan memberirangsangan ke sel limfosit untuk memproduksiantibodi sesuai jenis antigen yang masuk.Pembentukan antibodi dipengaruhi oleh olehfaktor suhu, dosis, cara, umur dan bobot sertasifat antigen (Tizard, 1988; Ellis, 1988).

Hal ini menunjukan bahwa ikan Niladengan dosis 0 µl (kontrol) masih memilikikekebalan tubuh yang digunakan untukmerespon titer antibodi, namun masih dalamskala yang sangat rendah.

Hasil pemeriksaan terhadap t iterantibody dengan metode direct agglutinationmenunjukan adanya perbedaan titer antibodiantara ikan yang diberikan perlakuan dan ikankontrol. Titer antibodi pada ikan yangdiberikan perlakuan relatif lebih tingggi dariikan kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwavaksin mampu menstimulasi kekebalan padatubuh ikan uji. Tizard (1988) mengatakanbahwa beberapa faktor yang mempengaruhirespon antibodi adalah dosis vaksin, waktupemberian vaksin, antigenitas dari bakteri, danrespon immunogenik ikan yang di vaksin.

Studi tentang pengembangan vaksinuntuk mencegah infeksi S. agalactiae padaikan telah dilakukan oleh Evans et al, (2004)yang melaporkan bahwa vaksin yangdikembangkan dengan melemahkan bakteri

dengan formalin 3 % dapat melindungi ikannila dari serangan bakteri S. agalactiaesetelah uji tantang. Sementara itu Lusiastutiet.al., (2010) menyatakan bahwa vaksinasidengan seluruh sel (whole cell) secara injeksimemberikan efek proteksi dan kelulushidupansebesar 18-24% setelah uji tantang.

Peningkatan titer antibodi pada ikanyang divaksin mengindikasikan adanyapengaktifan respon imun spesifik terhadapantigen (whole cell A. salmonicida).(Setyawan, et al, 20jurnal Aquasains,

Antibodi bereaksi spesifik denganantigen membentuk senyawa kompleksberupa endapan (presipitat) dan gumpalan(aglutinat) ditunjukkan melalui ujiimunopresipitasi (imunodifusi) Agar GelPrecipitation Test (AGPT) atau uji aglutinasi.Antibodi berperan sebagai presipitin danagglutinin, cara lain antibodi menghalangiefek antigen dengan cara blokade, yaitubereaksi dengan epitop antigen sehinggaantigen tidak mampu mengenal reseptor selinang menyebabkan kegagalan prosesperlekatan antigen pada permukaan sel inang(antibodi bertindak sebagai inhibin). Selainitu antibodi untuk mempercepat eliminasiantigen dengan proses opsonisasi (antibodisebagai opsonin). Antigen dalam keadaanteropsonisasi lebih mudah dikenal makrofagdan lebih efektif untuk dihancurkan(Anderson, 1974 dalam Hardi, 2011).

Level Hematokrit

Level hematokrit dalam darah ikan dapatmemberikan petunjuk tentang kondisikesehatan ikan dan menentukan adanyaketidaknormalan pemberian antigen bakteriStreptococcus agalactiae secara injeksi.Perbandingan hasil pengukuran levelhematokrit pada metode injeksi dan oral dapatdilihat pada tabel 3 dan 4

Page 8: 2408-6622-1-PB

71Aplikasi Antigen Bakteri Streptococcus Agalactiae Sebagai Kandidat Vaksin untuk Pencegahan PenyakitStreptococcosis pada Ikan Nila (Oreochromis Sp)

Volume 8, Nomor 2 Versi online / URL:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/2408

Tabel 3. Hematokrit Darah pada Metode Injeksi (%)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan 1 2 3

I1 (0 μl) 35,59 20,68 17,24 73,51 24,50

I2 (50 μl) 27,64 19,35 38,65 85,64 28,54 I3 (100 μl) 11,66 8,47 20 40,13 13,37 I4 (150 μl) 15,25 20,33 13,55 49,13 16,37 I5 (200 μl) 30,64 24,59 37,09 92,32 30,77

Total 340,73 113,55

Tabel 4. Hematokrit Darah pada Metode Oral

Perlakuan (E) Ulangan (U) Total Rataan 1 2 3 O1(0µl/ekor) 12 24 16 52 17.33 O2(5µl/ekor) 26 29 19 74 24.67 O3(10µl/ekor) 30 28 34 92 30.67 O4(15µl/ekor) 24 31 28 83 27.67 O5(20µl/ekor) 17 22 13 52 17.33 Total 109 134 110 353 117.67

Hasil pengukuran level hematokrit pada

ikan uji yang divaksin secara injeksiintraperitonial, menunjukkan bahwa levelhematokrit terbaik didapat pada perlakuandosis 200 µl dengan nilai hematokrit rata-rataadalah 30,77 %, sedangkan yang terendahdidapat pada perlakuan dosis 100 dan 150 µl/ekor ikan, dengan nilai 13, 37 % dan 16,37%. Sementara level hematokrit tertinggi padametode oral didapat pada perlakuan dosis 10µldengan nilai hematokrit sebesar 30,67 %, danyang terendah pada perlakuan 0 dan 20 µl/ekor ikan. Nilai hematokrit pada penelitian iniberfluktuasi baik pada perlakuan vaksinasisecara injeksi maupun secara oral. Namundemikian Bond (1977) menyatakan bahwabatasan normal hematokrit ikan nila yaitusebesar 27,3 – 37,8%.

Nilai hematokrit yang rendahmenandakan volume eritrosit rendah,sehingga ikan akan mengalami anemia.Alifuddin (1993) yang menyatakan bahwaapabila eritrosit ikan tinggi menandakanadanya upaya homeostatis pada tubuh ikan(infeksi patogen) dalam tubuh memproduksisel darah lebih untuk menggantikan eritrosityang mengalami infeksi sehingga akanmenjadikan ikan stres. Sedangkan eritrosityang rendah ikan menunjukkan ikanmengalami gejala anemia.

Data hasil pengukuran hematokrit padakedua metode kemudian dianalisis dengananalisis varian untuk mengetahui ada tidaknyapengaruh antara perlakuan denganpenggunaan berbagai dosis. Analisis varianhematokrit disajikan pada tabel 5 dan 6.

Tabel 5. Tabel Analisa Sidik Ragam Hematokrit Metode Injeksi

Sumber Variasi Db JK KT Fhitung F.tabel 0,05

0,01

Perlakuan 4 742,3504 185,5876 3,4568* 0,050801 3,47805 Galat 10 536,8769 53,68769 Total 14 1279,227

Keterangan : * Berpengaruh nyata (F tabel 0,05 < F hitung < F tabel 0,01)

Page 9: 2408-6622-1-PB

72 Maret 2013: 64 - 79

Sri Dwi Hastuti JURNAL GAMMA, ISSN 2086-3071

Tabel 6. Tabel Analisa Sidik Ragam Hematokrit Metode Oral

Sumber Varian

Ftabel

Db JK KT Fhitung 0.05 0.01 Perlakuan 4 438.4 109.6 5.19* 3.48 5.98

Galat 10 211.33 21.133 Total 14 649.73

Keterangan : * Berpengaruh nyata (F tabel < F hitung 0,05 < F tabel 0,01)

Data perhitungan analisis varianhematokrit ikan nila uji pada metode injeksimaupun oral menunjukkan bahwa perlakuandosis vaksinasi yang berbeda berpengaruhnyata terhadap level hematokrit, dimana Ftabel < F hitung 0,05 < F tabel 0,01.

Oleh karena perlakuan berpengaruhnyata maka selanjutnya dilakukan uji BNT(Beda Nyata Terkecil) untuk mengetahuidosis perlakuan yang terbaik, tabel uji BNTdisajikan pada tabel 7 dan 8 berikut

Hasil 7. Hasil Uji BNT Hematokrit Metode Injeksi

Perlakuan A3 A4 A1 A2 A5

Notasi 13,37 16,37 24,5 28,54 30,77

I3 13,37 - a I4 16,37 3tn - a I1 24,5 11,13tn 8,13tn -

a

I2 28,54 15,17* 12,17tn 4,04tn - a I5 30,77 17,4* 14,4* 6,27tn 2,23tn - b

Keterangan :tn = tidak berbeda nyata

* = berbeda nyata** = berbeda sangat nyata

Tabel 8. Hasil Uji BNT Hematokrit Metode Oral E3(30.67) E2(27.67) E4(24.67) E1(17.33) E5(17.33) Notasi

O3(30.67) - - - - - a O2(27.67) 3tn - - - - a O4(24.67) 6tn 3tn - - - a O1(17.33) 13.34** 10.34* 7.34tn - - b O5(17.33) 13.34** 10.34* 7.34tn - - b

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata * = berbeda nyata ** = berbeda sangat nyata

Perlakuan dosis yang terbaik padametode Injeksi secara intraperitoneal adalahpada perlakuan I5 (dosis 200 µl/ekor ikan).Sementara untuk metode oral perlakuan O1dan O5 sama-sama terbaik. Level hematokrityang tinggi menentukan bahwa ikan dalamkondisi baik dan sehat sedangkan levelhematokrit yang rendah mengindikasikanbahwa ikan secara fisiologis dalam kondisiyang tidak sehat (Schalm et al, 1975). Hastuti(2010) menyatakan bahwa hasil percobaan

evaluasi pertahanan non spesifik ikan nila Gift(Oreochromis sp) yang diinjeksi dengan LPS(Lipopolysaccahrida) bakteri Aeromonashydrophila menunjukkan rata-rata levelhematokrit tertinggi sebesar 23,33 %.Rachmawati (2010) menyatakan bahwa hasilpercobaan respon fisiologis ikan nila(Oreochromis sp) yang distimulasi dengandaur pemuasaan dan pemberian pakankembali menunjukkan rata-rata levelhematokrit tertinggi sebesar 37,84 %.

Level Leukokrit

Leukosit merupakan sel darah yangberperan dalam sistem kekebalan tubuh.

Page 10: 2408-6622-1-PB

73Aplikasi Antigen Bakteri Streptococcus Agalactiae Sebagai Kandidat Vaksin untuk Pencegahan PenyakitStreptococcosis pada Ikan Nila (Oreochromis Sp)

Volume 8, Nomor 2 Versi online / URL:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/2408

Leukosit membantu membersihkan tubuh daribenda asing, termasuk invasi patogen melaluisistem tanggap kebal dan respon lainnya. Ikanyang sakit akan menghasilkan banyak leukosit

untuk memfagosit bakteri dan mensintesaantibodi (Janeway dkk., 2001). Hasilpengukuran level leukokrit disajikan padatabel 9 dan 10 berikut:

Tabel 9. Leukokrit pada Metode Injeksi (%)

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata 1 2 3

I1 (0 μl) 8,474 1,724 6,896 17,09 5,698 I2 (50 μl) 0,813 1,612 0,840 3,265 1,088

I3 (100 μl) 1,666 15,25 3,076 19,99 6,664 I4 (150 μl) 6,779 3,389 8,474 18,64 6,214

I5 (200 μl) 4,838 9,836 1,612 16,28 5,428 Total 75,26 25,092

Tabel 10. Leukokrit pada Metode Oral (%)

Perlakuan (E) Ulangan Total Rataan 1 2 3 O1(0µl/ekor) 4 5 24 33 11 O2(5µl/ekor) 5 4 3 12 4

O3(10µl/ekor) 3 10 6 19 6.33 O4(15µl/ekor) 2 9 5 16 5.33 O5(20µl/ekor) 5 2 22 29 9.67

Total 19 30 60 109 36.33

Hasil pengukuran level leukokrit padakedua metode vaksinasi dan pada berbagaidosis perlakuan menunjukkan hasil yang tidakkonsisten atau berfluktuasi. Namun levelleukokrit tertinggi pada metode injeksidiperoleh pada perlakuan dosis 100 µl/ ekorikan dengan nilai 6,66%, sementara untukmetode oral level leukokrit tertinggi didapatpada dosis kontrol (0 µl/ekor ikan) dengan nilai11. Bond (1977) menyatakan bahwa kisarannormal leukokrit ikan nila yaitu 4 – 10 %.Meningkatnya leukokrit bisa menunjukkan

adanya infeksi pada tahap awal atau ikandalam kondisi stress. Kondisi leukokrit ikanjuga sangat tergantung pada kondisi ikan padasaat disampling, lama waktu antara samplingdan pengukuran darah ser ta prosedurpengukuran yang digunakan (Anderson danSiwicki, 1994). Data nila i leukokritselanjutnya dianalisa sidik ragam untukmengetahui pengaruh dosis perlakuanterhadap nilai leukokrit, hasil analisasebagaimana tersaji pada tabel 11 dan 12berikut :

Tabel 11. Analisa Sidik Ragam Leukokrit Metode Injeksi

Sumber Variasi db JK KT Fhitung F.tabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 13,81902 6,909508 0,35818tn 0,706172 3,885294 Galat 12 231,4869 19,29058

Total 14 245,3059 Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata (Fhitung < Ftabel 0,05 dan 0,01)

Tabel 12. Analisis Sidik Ragam Leukokrit Metode OralSumber Varian

Ftabel Db JK KT Fhitung 0.05 0.01

Perlakuan 4 104.93 26.2325 0.49tn 3.48 5.98 Galat 10 538 53.8 Total 14 649.93

Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata ( F hitung < F tabel 0,05 dan 0,01)

Page 11: 2408-6622-1-PB

74 Maret 2013: 64 - 79

Sri Dwi Hastuti JURNAL GAMMA, ISSN 2086-3071

Tabel 11 dan 12 menunjukkan hasilperhitungan analisis varian nilai leukokrit,dimana pada perlakuan injeksi maupun oralternyata perlakuan berbagai dosis vaksin tidakberpengaruh nyata terhadap nilai leukokrit.Oleh karena itu tidak dilanjutnkan dengan ujiBNT.

Aktifitas Fagositosis

Fagositosis merupakan mekanismepertahanan dalam tubuh suatu organismedengan cara menelan benda asing dankemudian menghancurkannya (Kamiso dan

Triyanto, 1990). Fagositosis adalah suatumekanisme pertahanan alamiah terhadappenyakit. Sedangkan aktifitas fagositosis yaitudimakannya atau ditelannya benda – bendapartikulat oleh sel – sel tertentu (Michael danChan, 2008). Sel – sel fagosit terdiri darimonosit, makrofag, dan granulosit. Sel – selfagosit akan mengenali dan menelan partikel– partikel antigenik, termasuk bakteri dan sel– sel inang yang rusak melalui tiga tahapanproses yaitu pelekatan, fagositosis, danpencernaan (Irianto, 2005). Hasil pengamatanaktifitas fagositosis terhadap ikan nila dapatdilihat pada gambar 1 berikut :

Gambar 8. Aktifitas Fagositosis. Tanda panah menunjukkan sel yang memfagosit Bakteri(Pembesaran 100 X)

Aktifitas makrofag selain diakibatkanoleh interaksi langsung dengan agenpenginvasi seperti mikroorganisme, dapat jugadiaktifkan oleh produk limfosit (limfokin)dirangsang oleh antigen.sekali sel makrofagdiaktifkan maka akan menunjukkan aktifitasmetabolitnya yaitu untuk memfagositosis danmembunuh kuman serta memproses kumantersebut (Abbas et.al., 1991). Lisosom menujufakusom membentuk fakulisosom, kemudian

akan melebur kedalam rongga sambilmengeluarkan enzim untuk menghancurkanantigen serta mencernanya (Spector, 1993)

Mekanisme terjadinya proses fagositosisdapat dijelaskan sebagai berikut: supaya dapatterjadi fagositosis sel – sel fagosit tersebutharus berada dalam jarak yang dekat denganpartikel bakteri, atau partikel tersebut harusmelekat pada permukaan partikel.

Tabel 13. Aktivitas Fagositosis Metode Injeksi (%)

Perlakuan Ulangan Total Rata-Rata 1 2 3 I1 (0 μl) 10 20 16 46 15,33

I2 (50 μl) 28 30 35 93 31 I3 (100 μl) 20 43 32 95 31,66 I4 (150 μl) 30 23 32 85 28,33 I5 (200 μl) 39 49 47 135 45

Total 454 151,32

Page 12: 2408-6622-1-PB

75Aplikasi Antigen Bakteri Streptococcus Agalactiae Sebagai Kandidat Vaksin untuk Pencegahan PenyakitStreptococcosis pada Ikan Nila (Oreochromis Sp)

Volume 8, Nomor 2 Versi online / URL:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/2408

Tabel 14. Aktifitas Fagositosis Metode Oral (%)

Perlakuan (E) Ulangan (U) Total Rata-rata 1 2 3 O1(0µl/ekor) 4 4 5 13 4.33 O2(5µl/ekor) 37 31 30 98 32.67

O3(10µl/ekor) 37 53 49 139 46.33 O4(15µl/ekor) 32 57 49 138 46 O5(20µl/ekor) 37 32 68 137 45.67

Total 147 177 201 525 175

Tabel 15. Analisis Sidik Ragam Aktivitas Fagositosis Metode Injeksi

Sumber Variasi dB JK KT Fhitung Ftabel 0,05 Ftabel 0,01

Perlakuan 4 1338,933 334,7333 7,573152** 0,004481 3,47805 Galat 10 442 44,2

Total 14 1780,933

Sumber Varian

Ftabel Db JK KT Fhitung 0.05 0.01

Perlakuan 4 3927.33 981.8325 7.82** 3.48 5.98 Galat 10 1254.67 125.467 Total 14 5182

Hasil analisis untuk metode injeksimaupun oral menunjukkan bahwa pemberianantigen Streptococcus agalactiae dengandosis yang berbeda memberikan pengaruhsangat nyata terhadap level aktivitasfagositosis ikan nila. Hal ini karena F hitung

Tabel 17. Tabel Uji BNT ktivitas Fagositosis Metode Injeksi

Pada perlakuan dengan metode injeksidiperoleh hasil bahwa aktifitas fagositosistertinggi diperoleh pada perlakuan dosis 200µl/ ekor ikan, dengan nilai 45 %, sementarauntuk metode oral perlakuan terbaik diperoleh

pada perlakuan dosis 10 µl/ekor ikan, dengannilai aktifitas fagositosis sebesar 46,33 %.Data aktifitas fagositosis selanjutnya dianalisisdengan anava, hasil perhitungan terdapat padatabel 15 dan 16.

Keterangan : ** =berpengaruh sangat nyata (Fhitung >Ftabel 0,01 > Ftabel 0,05)

Tabel 16. Analisis Sidik Ragam Aktifitas Fagositosis Metode Oral

Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata (F hitung > F tabel 0,01>Ftab 0,05)

> F tabel pada taraf 0,01. Oleh karena itudilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil(BNT) untuk mengetahui perlakuan yangterbaik. Hasil Uji BNT dapat dilihat padaTabel 17 dan 18.

Perlakuan A1 A4 A2 A3 A5 notasi

15,33 28,33 31 31,66 45

A1 15,33 -

a

A4 28,33 13* - b

A2 31 15,67* 2,67tn -

b

A3 31,66 16,33* 3,33tn 0,66tn - b

A5 45 29,67** 16,67* 14tn 13,34* - ab

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

* = berbeda nyata ** = berbeda sangat nyata

Page 13: 2408-6622-1-PB

76 Maret 2013: 64 - 79

Sri Dwi Hastuti JURNAL GAMMA, ISSN 2086-3071

Tabel 18. Uji BNT Vaksin Terhadap Nilai Aktifitas Fagositosis Ikan Nila

E3(46.33) E4(46) E5(45.67) E2(32.67) E1(4.33) Notasi E3(46.33) - - - - - a

E4(46) 0.33tn - - - - a E5(45.67) 0.66tn 0.33tn - - - a E2(32.67) 13.66tn 13.33tn 13tn - - a E1(4.33) 42** 41.67** 41.34** 28.34* - b

Keterangan :tn = tidak berbeda nyata* = berbeda nyata** = berbeda sangat nyata

Hasil uji BNT pada perlakuan denganmetode injeksi menunjukkan bahwa semuaperlakuan kecuali kontrol memberikan hasilyang tidak berbeda nyata. Ini berarti bahwavaksinasi memberikan dampak terhadappeningkatan aktifitas fagositosis jikadibandingkan dengan ikan yang t idakdivaksinasi, walaupun dosis vaksinasi yangberbeda ternyata memberikan hasil yanghampir sama secara statistik. Hal ini terjadipula pada perlakuan dengan metode oral,dimana perlakuan O2 sampai O5menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata,dan hanya berbeda dengan perlakuan kontrol.Ini juga membuktikan bahwa pemberianvaksinasi bisa meningkatkan sistemkekebalan pada ikan melalui mekanismefagositosis.

Beberapa penelitian tentang aktivitasfagositosis pada beberapa jenis ikan antaralain, penelitian Johnny dan Roza (2004)menyatakan bahwa hasil percobaanpenyuntikkan imunostimulan peptidoglikanpada ikan kerapu macan menunjukkan rata-rata aktivitas fagositosis tertinggi sebesar11,70 %. Junaidi (2007) menyatakan bahwahasil percobaan pemberian LPS(Lipopolysaccharida) dengan dosis yangberbeda terhadap aktivitas fagositosis ikan nilamenunjukan rata-rata nilai aktivitas fagositosistertinggi yaitu 39,33 %. Selanjutnya Firmanto(2008) menyatakan bahwa hasil percobaanpemberian lidah buaya sebagai imunostimulanterhadap level hematokrit, leukokrit dan

aktivitas fagositosis sel darah ikan masmenunjukkan rata-rata nila i aktivitasfagositosis tertinggi yaitu 24,67 %. Jikadibandingkan dari beberapa penelitian diatas,maka aktivitas fagositosis pada ikan nila yangdiinjeksi antigen Streptococcus agalactiaelebih tinggi dibandingkan aktivitas fagositosisyang diperoleh pada ikan kerapu macanmaupun ikan mas yang diber ikanimmunostimulant.

Kelulushidupan (SR) setelah Uji Tantang

Setelah dilakukan pengambilan darah,maka dilakukan uji tantang untuk mengetahuiefektifitas vaksin dalam melindungi ikan niladari serangan bakteri S.agalactiae. Ujitantang dilakukan dengan memasukkanbakteri S. agalactiae sebanyak 108 sel/ml kedalam media pemeliharaan ikan, selanjutnyaselama seminggu setelahnya dilakukanpencatatan tentang jumlah ikan yang mati.Hasil SR setelah uji tantang dapat dilihat padatabel 19. Efektivitas suatu vaksin dapatditentukan antara lain berdasarkan sintasanhidup yang diperoleh dan titer antibodi.

Tabel 19. SR setelah uji tantang denganbakteri

Perlakuan (µl/ekor)

Metode Injeksi

Metode Oral

I1 (0) O1 (0)

0 0

I2 (50) O2 (5)

100 13,33

I3 (100) O3 (10)

83,33 40

I4 (150) O4 (15)

83,33 20

I5 (200) O5 (20)

72,22 46,67

Page 14: 2408-6622-1-PB

77Aplikasi Antigen Bakteri Streptococcus Agalactiae Sebagai Kandidat Vaksin untuk Pencegahan PenyakitStreptococcosis pada Ikan Nila (Oreochromis Sp)

Volume 8, Nomor 2 Versi online / URL:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/2408

Hasil pengamatan kelulushidupan ikannila uji setelah dilakukan uji tantang adalahsebagai berikut : Untuk perlakuan metodeinjeksi perlakuan I2 (dosis 50 µl/ekor ikan)memberikan SR yang tertinggi sampai 100%.Ini berarti vaksin yang digunakan sangatefektif dalam memberikan perlindungan padaikan terhadap serangan bakteri S.agalactiae.Pada perlakuan dengan metode oral, SRtertinggi adalah pada dosis 20µl/ekor ikandengan nilai SR sebesar 46,67 %. Hal iniberarti bahwa vaksinasi dengan metode oralmemberikan hasil tidak sebagus metodeinjeksi dalam memberikan proteksi pada ikan.Hal ini sesuai dengan pendapat Fandina dkk(2012) yang menyatakan bahwa kendalavaksinasi oral adalah rusaknya antigen padasistem pencernaan yang disebabkan oleh pHrendah pada lambung.

Efektifitas vaksinasi dipengaruhi olehbeberapa faktor yang salah satunya adalahkualitas air. Kualitas air dapat mempengaruhifisiologi ikan dalam hubungannya denganpembentukan antibodi (Isnansetyo, 1996).Menurut Firdaus (2004) bahwa pada ikan,suhu lingkungan yang tinggi tetapi masihdalam batas toleransi umumnya akanmempercepat produksi antibodi danmeningkatkan reaksi antibodi yang dihasilkan.Hasil pengukuran kualitas air selamapenelitian memperlihatkan bahwa kualitas airmasih berada pada kisaran yang bagus danmemenuhi persyaratan dengan suhu berkisarantara 24,3-24,5°C, oksigen terlarut sebesar8,4-8,5 ppm dan pH sebesar 7,2.

Vaksinasi yang merupakan tindakanmemasukkan antigen ke dalam tubuh akanmemacu terbentuknya ketahanan spesifik.Proses pembentukan respon ini dipengaruhioleh faktor kualitas vaksin, ikan danlingkungan media budidaya. Kualitas vaksindipengaruhi oleh keasingan struktur molekulervaksin, mudah dikenali oleh limfosit dankekuatannya berikatan dengan antibodi.Faktor ikan meliputi antara lain, umur, jenisdan kondisi fisiologis. Salah satu faktorlingkungan budidaya yang sangat berpengaruh

terhadap vaksinasi adalah suhu. Suhu mediabudidaya harus optimal bagi prosespembentukan respon imunitas spesifik.Respon spesifik yang terbentuk yakni inirespon yang sangat bergantung kepada suhu(temperature dependent). Karena itu, suhumedia budidaya harus diatur sedemikian rupaberkisar 20-25 C, agar respon spesifik dapatterbentuk optimum dalam waktu 1-2 minggu(Alifuddin, 2002).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkanhal-hal sebagai berikut :• Dosis vaksin yang memberikan titer

antibodi dan kelulushidupan yangtertinggi adalah dosis 50 µl pada metodeinjeksi dengan SR 100%, sementarapada metode oral adalah dosis 200 µl/ekor dengan SR 46,67%.

• Pada metode injeksi level hematokrit danaktifitas fagositosis tertinggi dicapai padaperlakuan dosis 200 µl, dengan nilai 30,77% dan 45%, sedangkan level leukokrittertinggi pada dosis 100 µl dengan nilai6,21%. Kelulushidupan terbaik diperolehpada perlakuan dosis 20 µl dengan SR46,67%

• Pada metode oral level hematokrit danaktifitas fagositosis tertinggi didapatpada perlakuan dosis 10 µl dengan nilai30,67% dan 46,33%, sedangkan levelleukokrit tertinggi pada perlakuan dosis0 µl, dengan nilai 11 %. Kelulushidupantertinggi diperoleh pada perlakuan dosis50 µl, dengan SR sebesar 100%

SaranDari hasil penelitian dapat disarankan

sebagai berikut :• Perlu penelitian lebih lanjut tentang

kinetika titer antibodi dan parameterkekebalan non spesifik selama beberapaminggu setelah vaksinasi

Page 15: 2408-6622-1-PB

78 Maret 2013: 64 - 79

Sri Dwi Hastuti JURNAL GAMMA, ISSN 2086-3071

• Metode pengukuran titer antibodi perlumenggunakan metode yang lebih validyaitu dengan ELISA

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous,2009. Sterptococcusa g a l a c t i a e . h t t p : / /microbewiki.kenyon.edu/index.php/Microbial_Biorealm. online 3 Februari2010.

Baya AM, Lipiani B, Hetrick FM, RobertsonBS, Lukacovic R, May E, Poukish C(1990). Association of Streptococcussp. with fish mortalities in theChesapeake Bay and its tributes. J. FishDis. 13: 251-253.

Evans JJ, Klesius PH, Glibert PM, ShoemakerCA, Al Sarawi MA, Landsberg J,Duremdez R, Al Marzouk A, Al ZenkiS 2002. Characterisation of beta-haemolytic Group B Streptococcusagalactiae in cultured sea bream, Sparusauratus L and wild mullet, Lizaklunzingeri (Day), in Kuwait. Journal ofFish Diseases 25. pp505-513

Evans JJ, Shoemaker CA, Klesius PH 2003.Effects of sub-lethal dissolved oxygenstress on blood glucose andsusceptibili ty to Streptococcusagalactiae in Nile tilapia, Oreochromisniloticus. Journal of Aquatic AnimalHealth 15. pp202-208

Evans JJ, Wiedenmayer AA, Klesius PH,Shoemaker CA 2004a. Survival ofStreptococcus agalactiae from frozenfish following natural andexperimental infections. Aquaculture233. pp15-21

Evans J.J., Klesius P.H., Shoemaker, C.A.2004b. Efficacy of Streptococcusagalactiae (group B) vaccine inTilapia (Oreochromis niloticus) byIntraperitoneal and Bath ImmersionAdministration. Vaccine 22, 3769-3773.

Evans, J.J., Klesius P.H., Shoemaker, C.A.2006. Streptococcus in Warm-waterFish. Aquaculture International. Issue7, 10-14.

Filho, C.I., Muller, E.E., Giardano, L.G.P.,Bracarense, A.P.F.R.L. 2009.Histological Findings ofExperimental Streptococcusagalactiae Infection in Nile Tilapias(Oreochromis niloticus). Braz J VetPathol, 2009, 2 (1), 12-15

Hardi, E. 2011. Kandidat Vaksin PotensialS.agalactiae untuk PencegahanPenyakit Streptococcosis pada IkanNila. Disertasi. Institut Pertanian Bogor.

Hastuti, S.D. 2010. Uji Daya HambatAntibiotik Alami dari Lidah Buayaterhadap Bakteri Streptococcusagalactiae yang Diisolasi dariIkan.DPP-UMM

Hastuti. 2012. Produksi Vaksin untukPencegahan PenyakitStreptococcosis Pada Ikan denganMetode Ekstraksi Antigen BakteriStreptococcus agalactiae. LaporanPBP, DPP-UMM.

Jafar, Q.A., Sameer, A.Z., Salwa, A.M.,Samee,A.A., Ahmed, A.M., Faisal, A.S.2009. Molecular investigation ofStreptococcus agalactiae isolates fromenvironmental samples and fishspecimens during a massive fish killin Kuwait Bay. African Journal ofMicrobiology Research. Vol.3(1) pp.022-026.

Joyce J. Evans,1 David J. Pasnik,1,4 PhillipH. Klesius,2 and Salam Al-Ablani3Journal of Wildlife Diseases,42(3), 2006, pp. 561–569

Klesius PH, Evans JJ, Shoemaker CA, YehH, Goodwin AE, Adams A, ThompsonK 2006a. Rapid detection andidentification of Streptococcus iniaeusing a monoclonal antibody-basedindirect fluorescent antibodytechnique. Aquaculture 258. pp180-186

Klesius PH, Evans JJ, Shoemaker CA,Pasnik DJ 2006b. Vaccines to preventStreptococcus iniae and S agalactiaedisease in t ilapia, Oreochromisniloticus. Proceedings of theInternational Symposium of Tilapia

Page 16: 2408-6622-1-PB

79Aplikasi Antigen Bakteri Streptococcus Agalactiae Sebagai Kandidat Vaksin untuk Pencegahan PenyakitStreptococcosis pada Ikan Nila (Oreochromis Sp)

Volume 8, Nomor 2 Versi online / URL:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/2408

Aquaculture ISTA7. Veracruz, Mexico,September 2006. pp15-24

Shoemaker CA, Evans JJ, Klesius PH 2000.Density and dose: factors affectingthe mortality of Streptococcus iniae-infected tilapia Oreochromis niloticus.Aquaculture 188. pp229-235

Shoemaker CA, Klesius PH, Evans JJ 2001.Prevalence of Streptococcus iniae intilapia, hybrid striped bass andchannel catfish from fish farms in theUnited States. American Journal ofVeterinary Research 62. pp174-177

Supriyadi, 2002. Penyakit Bakterial padaIkan. Makalah disampaikan padaPelatihan Dasar PengelolaanKesehatan Ikan dan Lingkungan 14Oktober - 2 Nopember 2002 di Jakarta.

Supriyadi, 2006. Infeksi BakteriStreptococcus iniae Pada IkanBudidaya di Indonesia. MediaAkuakultur Vol.1 tahun 2006. PusatRiset Perikanan Budidaya (PRPB).

Utama, I.H., N.S. Rejeki, I.M.Sukada, danWibawan, I.W.T. 1997. IsolatStreptococcus agalactiae Asal SapiPenderita Mastitis Subklinis. MediaVeteriner, Volume 4 No 1.