204023988 case tonsilitis
TRANSCRIPT
1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Anatomi
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin
Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri
dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid) dan tonsil lingual.
a. Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa
tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan
pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm,
masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil.
Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal
sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring.
Dibatasi oleh:
Lateral : muskulus konstriktor faring superior
Anterior : muskulus palatoglosus
Posterior : muskulus palatofaringeus
Superior : palatum mole
Inferior : tonsil lingual
2
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi
invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan
tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular
dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme
pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik.
Noduli sering saling menyatu dan umumnya memperlihatkan pusat germinal .
Fosa Tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot
palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding
luarnya adalah otot konstriktor faring superior. Berlawanan dengan dinding otot yang
tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus
glosofaringeal.
Pendarahan
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu
1) arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan
arteri palatina asenden;
2) arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatine desenden;
3) arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal; arteri faringeal asenden.
Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan
bagian posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi
oleh arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri
palatina desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan
pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah
dan pleksus faringeal.
3
Aliran Getah Bening
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal
profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus
sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus
torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh
getah bening aferen tidak ada.
Persarafan
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus
glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.
Imunologi Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B
membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada tonsil
adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang. Limfosit B berproliferasi di
pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen komplemen,
interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar. Sel limfoid yang
immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel retikular, area
ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat germinal pada folikel ilmfoid.
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan
proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu
menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif dan sebagai organ utama
produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.
b. Tonsil Faringeal (Adenoid)
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid
yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur
seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya.
Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal
sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di dinding
belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding
4
atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba
eustachius.kuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid
akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.
c. Tonsil Lingual
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum
pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata.
1.2 Definisi
Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatine yang merupakan bagian dari
cincin Waldeyer. Proses peradangan biasanya meluas sampai ke daerah adenoid dan
tonsil lingual.Sedangkan Tonsilitis kronis adalah peradangan kronis tonsil setelah
serangan akut yang terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis. 2
1.3 Etiologi
Bakteri penyebab tonsilitis kronis sama halnya dengan tonsilitis akut yaitu kuman
grup A Streptokokus beta hemolitikus, pneumokokus, Streptokokus viridian dan
Streptokokus piogenes, Staphilokokus , Hemophilus influenza, namun terkadang bakteri
berubah menjadi bakteri golongan Gram negatif. 3
1.4 Faktor Predisposisi
Beberapa factor predisposisi timbulnya tonsillitis Kronis adalah: rangsangan
kronik karena rokok maupun makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca (udara
dingin ,lembab, suhu yang berubah-ubah), alergi (iritasi kronis dari allergen), keadaan
umum (kurang gizi, kelelahan fisik), pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Jurnal
tonsilitis. 2,3
1.5 Patofisiologi
Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripti tonsil .Karena proses
radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses
5
penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut
sehingga kripte akan melebar, ruang antara kelompok melebar yang akan diisi oleh
detritus (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi
kripte berupa eksudat berwarna kekuning-kuningan). Proses ini meluas hingga menembus
kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak-
anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar submandibula. 1
1.6 Manifestasi Klinis
Pasien sering mengeluh adanya rasa sakit (nyeri) yang terus menerus pada
tenggorokan (odinofagi), di tenggorokan seperti ada penghalang atau ada yang menganjal
terutama ketika pasien menelan, tenggorokan terasa kering, pernapasan pasien berbau.
Saat pemeriksaan ditemukan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata,
kriptus membesar dan terisi detritus.
Ukuran tonsil dibagi atas :
T0 : Post tonsilektomi.
T1 : Tonsil masih terbatas dalam fossa tonsilaris.
T2 : Sudah melewati pilar anterior, belum melewati garis paramedian (pilar
posterior).
T3 : Sudah melewati garis paramedian, belum melewati garis median.
T4 : Sudah melewati garis median.2
1.7 Diagnosis
Diagnosis Tonsilitis Kronis :
1.Anannesis
Pasien datang dengan keluhan rasa sakit pada tengorokan yang terus
menerus, sakit waktu mwenelan , nafas bau busuk, malaise, sakit pada
sendi, kadang ada demam dan nyeri pada leher. 5
2. Pemeriksaan Fisik
Tonsil tampak membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut.
Sebagian kripta mengalami stenosis, tapi eksudat (purulen) dapat
diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut.5
6
3. Pemeriksaan penunjang
Dapat dilakukan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaan apus
tonsil.5
1.8 Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari Tonsilitis Kronis adalah:
1. Penyakit – penyakit dengan pseudomembran atau adanya membrane semu
yang menutupi tonsil (Tonsilitis Pseudomembran).
a. Tonsilitis Difteri
b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulseromembranosa)
c. Mononukleosis Infeksiosa
2.Penyakit Kronik Faring Granulomatosa
a. Faringitis Tuberkulosa
b. Faringitis Luetika
c. Lepra (Lues)
d.Aktinomikosis Faring
3.Tumor tonsil
1.9 Komplikasi
Komplikasi Tonsilitis Kronis dapat terjadi secara perkontibuitatum ke daerah
sekitar atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil.
Ada beberapa komplikasi yang sering ditemui :
1.Komplikasi sekitar tonsil
a. Peritonsilitis
b. Abses peritonsilar (Quinsy)
c. Abses Parafaringeal
d. Abses Retrofaring
e. Krista Tonsil
f. Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)5
2.Komplikasi Organ jauh
a.Demam rematik dengan penyakit jantung rematik
7
b. Glomerulonefritis
c. Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis.
d.Psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura.
e. Artritis dan fibrositis. 6
1.10 Penatalaksanaan
Pengobatan pada Tonsilitis Kronis adalah pembedahan dengan pengangkatan
Tonsil. Tindakan ini dilakukan bila dengan penatalaksaan medis tidak berhasil.7
Penatalaksaan medis antara lain :
Terapi mulut (terapi lokal) ditujukan kepada hygiene mulut dengan berkumur
atau obat isap.
Terapi sistemik dengan pemberian antibiotik, kortikosteroid, dan analgetik. 7
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Arsyad Soepardi Efiaty dan Rusmarjono, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga,
Hidung dan Tenggorok, edisi keenam FKUI Jakarta 2007.
2. Udayan K Shah et al. Tonsillitis and Peritonsillar Abscess , diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/871977 pada tanggal 31 Januari 2014
3. C Georgalas Christos et al. 2009. Tonsillitis. BMJ Publishing Group.
4. Jeffrey Heit, MD. Tonsillitis, diunduh dari
http://health.abqjournal.com/ConditionFactsheet.aspx?id=210&pg=2&topicid=0
pada tanggal 31 Januari 2014
5. Yuan-Yung Lin MD. 2011. Bilateral peritonsillar abscesses complicating acute
tonsillitis. Canadian Medical AssociationJournal
6. Ahmet Akcay et al. 2006. Childhood Asthma and Its Relationship with Tonsillar
Issue. 129-134
7. Ann R Coll Surg Engl. 2009. Indications for tonsillectomy: are we documenting
them? 91: 697–699
9
BAB III
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Nn. H
• Umur : 7 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Suku Bangsa : Jambi
• Alamat : Jambi
ANAMNESIS (alloanamnesis dan autoanamnesis)
Seorang pasien perempuan datang ke poli THT RS Achmad Moechtar Bukit tinggi
stanggal 24 Februari 2012 dengan :
Keluhan Utama :
Bengkak pada amandel sejak lebih kurang 1 bulan lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Bengkak pada amandel sejak lebih kurang 1 bulan yang lalu, hilang timbul, tidak
disertai nyeri saat menelan.
Awalnya bengkak sudah muncul sejak pasien berusia 3 bulan, dengan ukuran
sedang lalu makin bertambah besar sampai sekarang.
Keluhan nyeri saat menelan disangkal.
Riwayat batuk pilek ada, namun jarang terjadi.
Riwayat demam ada, frekuensi jarang. Pasien sering mengeluhakan terasa panas
pada tangan dan kaki hingga sulit tidur di malam hari, namun keluhan hilang bila
tangan dan kaki direndam sejenak dengan air.
Riwayat tidur ngorok ada dan pasien punya kebiasaan tidur miring ke kanan atau
ke kiri bila terasa sulit bernafas saat tidur.
Sesak nafas tidak ada.
Keluhan telinga berdenging tidak ada.
Gangguan pendengaran tidak ada.
Riwayat terasa cairan/dahak mengalir di tenggorokan tidak ada
10
Pasien tidak ada bersin-bersin lebih dari 5 kali pada pagi hari, alergi makanan dan
obat tidak ada.
Riwayat berkurangnya penciuman ada, sama di kedua hidung, frekuensi jarang.
Pasien sudah pernah berobat ke dukun kampung, tidak mendapat obat dan hanya
dianjurkan untuk tidak makan/ minum es. Pasien juga pernah berobat sebelumnya
ke puskesmas, dalam frekuensi yang jarang, mendapat obat dari dokter tapi
keluarga lupa nama obatnya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien sudah menderita bengkak pada amandelnya sejak usia 3 bulan.
- Pasien tidak punya riwayat asma, tidak ada alergi terhadap makanan atau obat dan
tidak pernah bersin-bersin di pagi hari lebih dari 5 kali.
- Pasien tidak pernah dirawat sebelumnya karena penyakit seperti ini
Riwayat Penyakit Keluarga :
- tidak ada anggota keluarga yang punya riwayat asma, sering bersin-bersin di pagi
hari lebih dari 5 kali dan alergi terhadap makanan
- tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita sakit seperti pasien.
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan:
- Pasien seorang siswi Taman Kanak-kanak
- Pasien jarang sekali mengkonsumsi jajanan es. Kebiasaan jajanan snack ada,
namun masih dalam frekuensi yang jarang
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 105x/menit
Frekuensi nafas : 22 x/menit
Suhu : 36,7 C
Pemeriksaan sistemik
11
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : Tidak ditemukan pembesaran KGB
Paru : Dalam batas Normal
Jantung : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Extremitas : tidak ada kelainan
Status Lokalis THT
Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Daun Telinga Kel. Kongenital - -
Trauma - -
Radang - -
Kel. Metabolik - -
Nyeri Tarik - -
Nyeri Tarik tragus - -
Dinding liang telinga Cukup lapang (N) + +
Sempit - -
Hiperemi - -
Edema - -
Massa - -
Sekret/serumen Bau - -
Warna Kuning Kuning
12
Jumlah Sedikit Sedikit
Jenis Kering Kering
Mastoid Tanda radang - -
Fistel - -
Sikatrik - -
Nyeri tekan - -
Membran timpani
Utuh Warna Putih mutiara Putih mutiara
Reflek cahaya + (arah jam 5) + (arah jam 7)
Bulging - -
Retraksi - -
Atrofi - -
Perforasi Jumlahperforasi - -
Jenis - -
Kwadran - -
pinggir - -
Gambar
13
Nyeri ketok - -
Tes garputala Rinne + +
Scwabach Sama dgn
pemeriksa
Sama dgn
pemeriksa
Weber Tidak ada
lateralisasi
Tidak ada
lateralisasi
Kesimpulan Normal Normal
audiometri
Hidung
pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Hidung luar Deformitas - -
Kelainan kogenital - -
Trauma - -
Radang - -
Massa - -
Sinus paranasal
pemeriksaan Dextra Sinistra
Nyeri tekan
Nyeri ketok
- -
- -
Rinoskopi anteior
vestibulum Vibrise Ada Ada
Radang - -
Kavum nasi Cukup lapang - Cukup lapang
14
Sempit sempit -
Lapang - -
Secret Lokasi Tidak ada Tidak ada
Jenis - -
Jumlah - -
Bau - -
Konka inferior Ukuran Hipertropi Eutropi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Konka media Ukuran Eutropi Eutropi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Septum Cukup lurus/deviasi Cukup lurus
Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Spina - -
Krista - -
Abses - -
Perforasi - -
Massa Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukan - -
Warna - -
Konsistensi - -
Mudah digoyang - -
Pengaruh - -
15
konstriktor
Gambar
Rinoskpopi
Posterior
(nasofaring)
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Koana Cukup lapang (N) Sulit dinilai Sulit dinilai
Sempit Sulit dinilai Sulit dinilai
Lapang Sulit dinilai Sulit dinilai
Mukosa Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Edema Sulit dinilai Sulit dinilai
Jaringan granulasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Konkha inferior Ukuran Sulit dinilai Sulit dinilai
Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Permukaan Sulit dinilai Sulit dinilai
Edema Sulit dinilai Sulit dinilai
Adenoid Ada/tidak Sulit dinilai Sulit dinilai
Muara tuba
eustachius
Tertutup secret Sulit dinilai Sulit dinilai
Edema mukosa Sulit dinilai Sulit dinilai
Masa Lokasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Ukuran Sulit dinilai Sulit dinilai
Bentuk Sulit dinilai Sulit dinilai
Permukaan Sulit dinilai Sulit dinilai
Post Nasal Drip Ada/tidak Sulit dinilai Sulit dinilai
16
Jenis Sulit dinilai Sulit dinilai
Gambar
Orofaring dan
Mulut
Pemeriksaan
Palatum mole+
arcus faring
Simetris/tidak Simetris Simetris
Warna Tidak hiperemis Tidak hiperemis
Edema - -
Bercak/eksudat - -
Dinding Faring Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Tonsil Ukuran T4 T4
Warna Tidak hiperemis Tidak hiperemis
Permukaan Tidak Rata Tidak rata
Muara kripti Tidak Melebar
Detritus - -
Eksudat - -
Perlengketan
dengan pilar
- -
Peritonsil Warna Tidak hiperemis
Edema - -
Abses - -
Tumor Lokasi - -
Bentuk
Ukuran
- -
Permukaan - -
17
Konsistensi - -
Gigi Karies/radiks M 1 bawah I 2 bawah
Kesan - -
Lidah Warna Merah muda Merah muda
Bentuk - -
Deviasi - -
Masa - -
Gambar
Laringoskopi
indirek
Sulit dinilai Sulit dinilai
Pemeriksaan Sulit dinilai Sulit dinilai
epiglotis Bentuk Sulit dinilai
Warna
Edema
Pinggir rata atau
tidak
Masa
Aritenoid Warna Sulit dinilai
Edema
Massa
Gerakan
Ventricular band Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Edema -
Massa -
Plika vokalis Warna Sulit dinilai
Gerakan
18
Pinggir medial
Massa
Subglotis/trachea Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Secret ada/tidak Sulit dinilai Sulit dinilai
Sinus piriformis Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Secret Sulit dinilai Sulit dinilai
Gambar
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher
Tidak terlihat dan tidak teraba pembesaran KGB leher.
Diagnosis Kerja : Tonsilitis Kronis
Diagnosis Tambahan : -
Diagnosis Banding : Tonsilitis Hipertropi
Pemeriksaan Anjuran :
Laboratorium rutin: Hb,Ht,leukosit,LED
Kultur dan uji resistensi kuman dari sedian apus tonsil.
Terapi: Tonsilektomi
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : bonam
Quo ad fungsio : bonam
19
RESUME
(DASAR DIAGNOSIS)
ANAMNESIS
Bengkak pada amandel sejak lebih kurang 1 bulan yang lalu, hilang timbul, tidak
disertai nyeri saat menelan, sudah muncul sejak pasien berusia 3 bulan, dengan
ukuran sedang lalu makin bertambah besar sampai sekarang.
Riwayat batuk pilek ada, namun jarang terjadi.
Riwayat demam ada, frekuensi jarang. Pasien sering mengeluhakan terasa panas
pada tangan dan kaki hingga sulit tidur di malam hari, namun keluhan hilang bila
tangan dan kaki direndam sejenak dengan air.
Riwayat tidur ngorok ada dan pasien punya kebiasaan tidur miring ke kanan atau
ke kiri bila terasa sulit bernafas saat tidur.
Riwayat berkurangnya penciuman ada, sama di kedua hidung, frekuensi jarang.
Pasien sudah pernah berobat ke dukun kampung, tidak mendapat obat dan hanya
dianjurkan untuk tidak makan/ minum es. Pasien juga pernah berobat sebelumnya
ke puskesmas, dalam frekuensi yang jarang, mendapat obat dari dokter tapi
keluarga lupa nama obatnya.
PEMERIKSAAN FISIK
Pada rinoskopi anterior kavum nasi dekstra ditemukan konka inferior
ukuran hipertrofi, permukaan licin, warna merah muda, tidak disertai
sekret.
Pada pemeriksaan orofaring dan mulut ditemukan palatum mole simetris
dan tonsil dekstra ukuran T4 dan tonsil sinistra T4 dan tanpa disertai
detritus atau perlengketan dengan pilar pada kedua tonsil. Karies pada M 2
bawah dekstra dan I 2 bawah sinistra.
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher : Tidak terlihat dan tidak teraba
pembesaran KGB leher
Diagnosis Kerja : Tonsilitis Kronis
Diagnosis Tambahan : Karies dentis
Diagnosis Banding : Tonsilitis Hipertropi
20
Pemeriksaan Anjuran :
Laboratorium rutin: Hb,Ht,leukosit,LED, PT/APTT
Terapi: Tonsilektomi
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : bonam
Quo ad fungsio : bonam
Nasehat:
Pasien menjaga higiene rongga mulut dengan menggosok gigi minimal 2x sehari.
Pasien mengurangi makan jajanan (snack dan minuman-minuman dingin atau es
krim) di luar rumah, menjaga kebersihan makanan di rumah.