2. laporan promkes screning camammae-servix
DESCRIPTION
...TRANSCRIPT
-
1
LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN
EDUKASI KESEHATAN KHUSUS (PAP SMEAR, KARSINOMA
MAMMAE DAN KARSINOMA SERVIKS) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BATOH & LAMPULO BANDA ACEH
1.1 LATAR BELAKANG
Kanker payudara ditemukan di seluruh dunia dengan insiden relatif tinggi,
yaitu 20% dari seluruh keganasan. Setiap tahun, ditemukan 600.000 kasus kanker
payudara yang baru didiagnosis. Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di
negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang. Keganasan
ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan 175.000 wanita di
Amerika Serikat didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari
semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000
penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di
antaranya meninggal setiap tahunnya. American Cancer Society memperkirakan
kanker payudara di Amerika mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal
antara 1990-2000.
Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher
rahim di Indonesia. Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia
tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki
tempat teratas. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker
payudara ditemukan pada stadium lanjut. Data Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality
Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut golongan penyebab menunjukkan
peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8%.
Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan
dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam
keadaan lanjut. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker
tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker masih dapat dicegah.
Tjindarbumi (1982) mengatakan, bila penyakit kanker payudara ditemukan dalam
stadium dini, angka harapan hidupnya (life expectancy) tinggi, berkisar antara 85-
95%. Namun, dikatakannya pula bahwa 70-90% penderita datang ke rumah sakit
-
2
setelah penyakit parah, yaitu setelah masuk dalam stadium lanjut. Pengobatan
kanker pada stadium lanjut sangat sukar dan hasilnya sangat tidak memuaskan.
Pengobatan kuratif untuk kanker umumnya operasi dan atau radiasi. Pengobatan
pada stadium dini untuk kanker payudara menghasilkan kesembuhan 75% (Ama,
1990). Mengingat tingginya angka kematian dan kesakitan akibat kanker payudara
dan kanker serviks, tindakan promosi kesehatan dan screening sangat penting
digalakkan demi meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat khusunya
wanita pentingnya deteksi dini atas kedua penyakit ini.
1.2 TEMPAT/WAKTU KEGIATAN/PESERTA
a. Tempat : Puskesmas Batoh dan Lampulo
b. Waktu Kegiatan : Selasa, 15 Juni 2015 dan Rabu, 24 Juni
2015
c. Peserta : Pasien yang berobat di puskesmas.
d. Pelaksana : Dokter Muda Fakultas Kedokteran Unsyiah
1.3 METODE PENYULUHAN
Penyuluhan dilakukan dengan menjelaskan informasi singkat mengenai
Pap smear, karsinoma payudara dan karsinoma serviks
Kegiatan Penyuluhan :
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Media
1. Pembukaan
(2 menit)
Memberi salam
Memperkenalkan
diri
Menyampaikan
tujuan penyuluhan
Pendengar
menjawab salam
Pendengar
memahami
maksud dan
tujuan
2. Pelaksanaan
(6 menit)
Menyampaikan
materi
Sesi tanya jawab
Mendengarkan
materi
penyuluhan yang
di sampaikan
Gambar
-
3
Paendengar
memperhatikan
jalannya
penyuluhan.
Pendengar
bertanya.
3. Penutup Menyimpulkan dan
rencana tindak
lanjut, evaluasi
dengan memberikan
penyuluhan
Menutup dengan
salam
Pendengar
mampu menjawab
pertanyaan yang
diajukan.
Menjawab salam.
1.4 MATERI PENYULUHAN PAP SMEAR, KARSINOMA MAMMAE
DAN KARSINOMA SERVIKS
A. Karsinoma Payudara
A.1 Etiologi (Faktor risiko)
Etiologi pasti dari kanker payudara masih belum jelas. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa wanita dengan faktor risiko tertentu lebih sering untuk
berkembang menjadi kanker payudara dibandingkan yang tidak memiliki
beberapa faktor risiko tersebut. Beberapa faktor risiko tersebut :
Umur :
Kemungkinan untuk menjadi kanker payudara semakin meningkat seiring
bertambahnya umur seorang wanita. Angka kejadian kanker payudara rata-rata
pada wanita usia 45 tahun ke atas. Kanker jarang timbul sebelum menopause.
Kanker dapat didiagnosis pada wanita premenopause atau sebelum usia 35
tahun, tetapi kankernya cenderung lebih agresif, derajat tumor yang lebih
tinggi dan stadiumnya lebih lanjut, sehingga survival rates-nya lebih rendah.
-
4
Riwayat kanker payudara :
Wanita dengan riwayat pernah mempunyai kanker pada satu payudara
mempunyai risiko untuk berkembang menjadi kanker pada payudara yang
lainnya.
Riwayat Keluarga :
Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau
saudara perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko lebih tinggi
jika anggota keluarganya menderita kanker payudara sebelum usia 40 tahun.
Risiko juga meningkat bila terdapat kerabat/saudara (baik dari keluarga ayah
atau ibu) yang menderita kanker payudara.
Perubahan payudara tertentu :
Beberapa wanita mempunyai sel-sel dari jaringan payudaranya yang
terlihat abnormal pada pemeriksaan mikroskopik. Risiko kanker akan
meningkat bila memiliki tipe-tipe sel abnormal tertentu, seperti atypical
hyperplasia dan lobular carcinoma in situ [LCIS].
Perubahan Genetik :
Beberapa perubahan gen-gen tertentu akan meningkatkan risiko terjadinya
kanker payudara, antara lain BRCA1, BRCA2 dan beberapa gen lainnya.
BRCA1 and BRCA2 termasuk tumor supresor gen. Secara umum, gen BRCA-
1 beruhubungan dengan invasive ductal carcinoma, poorly differentiated dan
tidak mempunyai reseptor hormon. Sedangkan BRCA-2 berhubungan dengan
invasive ductal carcinoma yang lebih well differentiated dan mengekspresikan
reseptor hormon. Wanita yang memiliki gen BRCA1 dan BRCA2 akan
mempunyai risiko kanker payudara 40-85%. Wanita dengan gen BRCA1 yang
abnormal cenderung untuk berkembang menjadi kanker payudara pada usia
yang lebih dini.
Riwayat reproduksi dan menstruasi :
Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan risiko
untuk berkembangnya kanker payudara, sedangkan berkurangnya paparan
justru memberikan efek protektif. Beberapa faktor yang meningkatkan jumlah
siklus menstruasi seperti menarche dini (sebelum usia 12 tahun), nuliparitas
dan menopause yang terlambat (di atas 55 tahun) berhubungan juga dengan
-
5
peningkatan risiko kanker. Diferensiasi akhir dari epitel payudara yang terjadi
pada akhir kehamilan akan memberi efek protektif, sehingga semakin tua
umur seorang wanita melahirkan anak pertamanya, risiko kanker meningkat.
Wanita yang mendapatkan menopausal hormone therapy memakai estrogen,
atau mengkonsumsi estrogen ditambah progestin setelah menopause juga
meningkatkan risiko kanker.
Ras :
Kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada wanita kulit putih,
dibandingkan wanita Latin Amerika, Asia atau Afrika. Insidensi lebih tinggi
pada wanita yang tinggal di daerah industrialisasi.
Wanita yang mendapat terapi radiasi pada daerah dada :
Wanita yang mendapat terapi radiasi di daerah dada (termasuk payudara)
sebelum usia 30 tahun, risiko untuk berkembangnya kanker payudara akan
meningkat di kemudian hari.
Kepadatan jaringan payudara :
Jaringan payudara dapat padat ataupun berlemak. Wanita yang
pemeriksaan mammogramnya menunjukkan jaringan payudara yang lebih
padat, risiko untuk menjadi kanker payudaranya meningkat.
Overweight atau Obese setelah menopause:
Kemungkinan untuk mendapatkan kanker payudara setelah menopause
meningkat pada wanita yang overweight atau obese, karena sumber estrogen
utama pada wanita postmenopause berasal dari konversi androstenedione
menjadi estrone yang berasal dari jaringan lemak, dengan kata lain obesitas
berhubungan dengan peningkatan paparan estrogen jangka panjang.
Kurangnya aktivitas fisik :
Wanita yang aktivitas fisik sepanjang hidupnya kurang, risiko untuk
menjadi kanker payudara meningkat. Dengan aktivitas fisik akan membantu
mengurangi peningkatan berat badan dan obesitas.
Diet :
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang sering minum
alkohol mempunyai risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena alkohol
akan meningkatkan kadar estriol serum. Sering mengkonsumsi banyak makan
-
6
berlemak dalam jangka panjang akan meningkatkan kadar estrogen serum,
sehingga akan meningkatkan risiko kanker.
A.2 Gejala Klinis
Gejala yang yang paling sering meliputi:
1. Penderita merasakan adanya perubahan pada payudara atau pada puting
susunya
a. Benjolan atau penebalan dalam atau sekitar payudara atau di daerah
ketiak
b. Puting susu terasa mengeras
2. Penderita melihat perubahan pada payudara atau pada puting susunya
a. Perubahan ukuran maupun bentuk dari payudara
b. Puting susu tertarik ke dalam payudara
c. Kulit payudara, areola atau puting bersisik, merah atau bengkak. Kulit
mungkin berkerut-kerut seperti kulit jeruk.
3. Keluarnya sekret atau cairan dari puting susu
Pada awal kanker payudara biasanya penderita tidak merasakan nyeri. Jika
sel kanker telah menyebar, biasanya sel kanker dapat ditemukan di kelenjar
limfe yang berada di sekitar payudara. Sel kanker juga dapat menyebar ke
berbagai bagian tubuh lain, paling sering ke tulang, hati, paru-paru dan otak.
Pada 33% kasus kanker payudara, penderita menemukan benjolan pada
payudaranya. Tanda dan gejala lain dari kanker payudara yang jarang
ditemukan meliputi pembesaran atau asimetrisnya payudara, perubahan pada
puting susu dapat berupa retraksi atau keluar sekret, ulserasi atau kemerahan
kulit payudara, massa di ketiak, ketidaknyamanan muskuloskeletal. 50%
wanita dengan kanker payudara tidak memiliki gejala apapun. Nyeri pada
payudara biasanya berhubungan dengan kelainan yang bersifat jinak.
-
7
A.3 Skreening (Periksa Payudara Sendiri / SADARI)
-
8
B. Karsinoma Serviks
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang
tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang
wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel
skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar
penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. [4]
Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona transisional yang terletak
antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar. Kanker ini 99,7%
disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang
menyerang leher rahim.
B.1 Etiologi dan Faktor Risiko
HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak.
Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga.
Wanita perokok mengandung konsentrat nikotin dan kotinin didalam
-
9
serviks mereka yang merusak sel. Laki-laki perokok juga terdapat
konsetrat bahan ini pada sekret genitalnya, dan dapat memenuhi servik
selama intercourse. Defisiensi beberapa nutrisional dapat juga
menyebabkan servikal displasia. National Cancer Institute
merekomendasikan bahwa wanita sebaiknya mengkonsumsi lima kali
buah-buahan segar dan sayuran setiap hari. Jika anda tidak dapat
melakukan ini, pertimbangkan konsumsi multivitamin dengan antioksidan
seperti vitamin E atau beta karoten setiap hari.
Faktor Resiko
a. Pola hubungan seksual
Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit
kanker serviks meningkat seiring meningkatnya jumlah pasangan.
Aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu kurang dari 20 tahun
juga dapat dijadkan sebagai faktor resiko terjadinya kanker serviks. Hal ini
diuga ada hubungannya dengan belum matangnya derah transformas pada
usia tesebut bila sering terekspos. Frekuensi hubungna seksual juga
berpengaruh pada lebih tingginya resiko pada usia tersebut, tetapi tidak
pada kelompok usia lebih tua.
b. Paritas
Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yang sering
melahirkan. Semakin sering melahirkan maka semain besar resiko
terjamgkit kanker serviks. Penelitian di Amerika Latin menunjukkan
hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah dikontrol dengan
infeksi HPV.
c. Merokok
Beberapa penelitian menunjukkan hubungan yang kuat antara
merokok dengan kanker serviks, bahkan setelah dikontrol dengan variabel
konfounding sepert pola hubungan seksual. Penemuan lain
memperlihatkan ditemukannya nikotin pada cairan serviks wanita perokok
bahan ini bersifat sebaai kokarsinogen dan bersama-sma dengan
-
10
karsinogen yang telah ada selanjutnya mendorong pertumbuhan ke arah
kanker.
d. Kontrasepsi oral
Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk tahun
1983 mendapatkan bahwa peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi
oleh lama pemakaian kontrasepsi oral. Penelitian tersebut juga
mendapatkan bahwa semua kejadian kanker serviks invasive terdapat pada
pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain mendapatkan bahwa insiden
kanker setelah 10 tahun pemakaian 4 kali lebih tinggi daripada bukan
pengguna kontrasepsi oral. Diperlukan kehati-hatian dalam
menginterpretasikan asosiasi antara lama penggunaan kontrasepsi oral
dengan resiko kanker serviks karena adanya bias dan faktor confounding.
e. Defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi tertentu
seperti betakaroten dan vitamin A serta asam folat, berhubungan dengan
peningkatan risiko terhadap displasia ringan dan sedang. Namun sampai
saat ini tdak ada indikasi bahwa perbaikan defisensi gizi tersebut akan
menurunkan resiko.
f. Sosial ekonomi
Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan
yang kuat antara kejadian kanker serviks dengan tingkat sosial ekonomi
yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang menunjukkan
bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan tingkat pendidkan
dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi nutrisi, multilaritas dan
kebersihan genitalia juga diduga berhubungan dengan masalah tersebut.
g. Pasangan seksual
Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai
menjadi bahan yang menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang
frekuen ternyata memberi risiko yang rendah terhadap terjadinya kanker
serviks. Rendahnya kebersihan genetalia yang dikaitkan dengan sirkumsisi
juga menjadi pembahasan panjang terhadap kejadian kanker serviks.
Jumlah pasangan ganda selain istri juga merupakan faktor risiko yang lain.
-
11
B.2. Gejala Klinis
Tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos dengan
sedikit darah, pendarahan pastkoital atau perdarahan pervagina yang
disangka sebagai perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru
terlihat tanda-tanda yang lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat
(terutama dalam bentuk eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit
yang sangat hebat.
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :11
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan
2. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian
berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.
3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau
dan dapat bercampur dengan darah.
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan
terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat
lainnya.
7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian
bawah (rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau
timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
C. Skreening Karsinoma Serviks (Pap Smear)
Pap Smear atau tes Pap adalah suatu prosedur untuk memeriksa
kanker serviks pada wanita. Pap Smear meliputi pengumpulan sel-sel dari
leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk
mendeteksi lesi kanker atau prakanker. Tes Pap merupakan tes yang aman,
-
12
murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi
kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim.
Skrining utama dari kanker serviks selama 60 tahun terakhir adalah
tes Papanicolaou. Tes Papanicolaou, juga dikenal sebagai tes Pap atau Pap
smear, dikembangkan pada 1940-an oleh Georgios Papanikolaou. Pap
smear mengambil nama dari Papanikolau, yang merupakan seorang dokter
yang meneliti, mengumumkan serta mempopulerkan tentang teknik
tersebut. Berkas penelitian yang dilakukan dengan ahli patologi Dr Herbert
Traut mempunyai dampak yang luar biasa pada pengurangan jumlah
kematian akibat kanker rahim di seluruh dunia. Pada awalnya diharapkan
untuk mendeteksi kanker leher rahim pada tahap awal, tetapi seiring waktu
bahkan lesi pra-kanker juga dapat terdeteksi.
C.1 Indikasi Pap Smear
Tes Pap Smear diindikasikan untuk skrining lesi kanker dan lesi
prakanker dari serviks. Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap
smear biasanya mereka yang tinggi aktifitas seksualnya. Namun tidak
menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas
seksualnya memeriksakan diri.
Abnormal sitologi serviks paling sering pada wanita muda dan
hampir seluruh kelainan sitologi pada remaja terselesaikan tanpa
pengobatan. Wanita di bawah usia 21 tahun terhitung hanya 0,1% yang
mengidap kanker serviks dan tidak ada bukti yang kuat bahwa skrining
kanker serviks pada kelompok usia tersebut dapat menurunkan insidensi,
morbiditas atau mortalitas dari kanker serviks. Menyadari fakta tersebut
dan kemungkinan skrining kanker serviks menyebabkan evaluasi tidak
perlu dan berpotensi berbahaya pada wanita berisiko sangat rendah untuk
keganasan, ACOG merevisi pedoman skrining kanker serviks, yaitu
dimulai saat usia 21 tahun, tanpa mempertimbangkan riwayat seksual
sebelumnya.
-
13
Tabel.1 Summary of 2012 Screening Guidelines from the American
Cancer Society, American Society for Colposcopy and Cervical
Pathology, and American Society for Clinical Pathology
Parameter ACS Rekomendasi
Usia memulai
skrining
Mulai skrining sitologi pada usia 21 tahun, tanpa mempertimbangkan
riwayat seksual sebelumnya.
Skrining antara
usia 2129 Skrining dengan sitologi saja setiap 3 tahun. * Pemeriksaan HPV
tidak harus dilakukan pada kelompok umur ini.
Skrining antara
usia 30-65
Skrining dengan kombinasi sitologi dan pemeriksaan HPV setiap 5
tahun (dianjurkan) atau sitologi saja setiap 3 tahun. * Skrining HPV
saja secara umum tidak direkomendasikan..
Usia berhenti
skrining
Usia 65 tahun, jika wanita memiliki skrining awal negatif dan tidak
dinyatakan risiko tinggi kanker serviks.
Skrining setelah
histerektomi
tidak diindikasikan untuk wanita tanpa leher rahim dan tanpa riwayat
lesi prakanker grade tinggi (misalnya, CIN2 atau CIN3) dalam 20
tahun terakhir atau kanker serviks.
Wanita yang
vaksin HPV
Skrining dengan rekomendasi yang sama dengan wanita tanpa vaksin
HPV.
Pedoman ini tidak ditujukan pada populasi spesial ( seperti, wanita dengan riwayat kanker
serviks, wanita yang rahimnya terpapar dietilstilbestrol, wanita yang
immunocompromised) yang mungkin membutuhkan skrining lebih intensif atau alternatif
lain.
1.5 TANYA JAWAB
1. Apa saja gejala kanker serviks ?
Pada stadium awal, umumnya kanker serviks tidak menimbulkan gejala,
pada fase lanjut dapat timbul gejala berupa :
Keputihan yang makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan
kematian jaringan
Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding)
Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau
dan dapat bercampur dengan darah.
Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul.
-
14
PENUTUP
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat
dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan tinjauan tugas promosi kesehatan ini.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad
SAW beserta keluarga dan sahabat beliau, amin.
Penyuluhan kesehatan mengenai Pap smear, karsinoma payudara dan
karsinoma serviks di lakukan di wilayah kerja Puskesmas Batoh dan Lampulo,
Banda Aceh pada tanggal 15 dan 24 Juni 2015, peserta merupakan pasien yang
berobat ke puskesmas.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
dokter yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis sehingga
penyuluhan kesehatan ini dapat terselesaikan. Tak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas ini. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam tinjauan kepustakaan ini
banyak terdapat kejanggalan dan kekurangan. Oleh karenanya penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan tinjauan kepustakaan
ini.
-
15
Daftar Referensi
1. De jong, Syamsuhadi. Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 2005.
2. Kumpulan Naskah Ilmiah Muktamar Nasional VI Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia. Semarang.2003
3. Moningkey, Ivonne S, 2000. Epidemiologi Kanker Payudara. Medika; Januari 2000. Jakarta.
4. Tjindarbumi, 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penaggulangannya, Dalam: Deteksi Dini Kanker. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta
5. Vaidya, M.P, and Shukla, H.S. A textbook of Breast Cancer. Vikas Publishing House PVT LTD.
6. Fleming I D, Cooper J S, Henson D E, Hutter R V P, Kennedy B J, Murphy G P, OSullivan B, Sobin L H, Yarbro J W (ed), AJCC Cancer Staging Manual, 5th ed , Philadelphia, Lippincott-Raven, 1997, 171-180.
7. Sobin L H & Wittekind Ch (ed), TNM Classification of Malignant Tumours, 6th ed, New York, Wiley-Liss, 2002, 131-141
8. Alfian Elwin Zai. 2009. Skripsi : Karakteristik Penderita Kanker leher Rahim Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Tahun 2003-2007. FKM Universitas Sumatera Utara Medan.
(http://www.researchgate.net/publication/42356226_Karakteristik_Penderita_
Kanker_leher_Rahim_Yang_Dirawat_Inap_Di_Rumah_Sakit_Umum_Pusat_
Haji_Adam_Malik_Medan). Diakses Tanggal 5 Februari 2011.
9. Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. In: Pemeriksaan Ginekologik. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,164-165.
10. Price & Wilson. 2006. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi6. Jakarta: EGC.
11. Ries LA, Melbert D, Krapcho M, Stinchcomb DG, Howlander N, Horner MJ, et al. 2009. SEER cancer statistics review. Bethesda (MD): National Cancer
Institute.
12. U.S. Cancer Statistics Working Group. 2010. United States Cancer Statistics: 1999-2007 Incidence and Mortality Web-based Report. Atlanta (GA):
Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and
Prevention, and National Cancer Institute.
13. Cervical cancer, human papillomavirus (HPV), and HPV vaccines: Key points for policy-makers and health professionals. 31 December 2008. World
Health Organization.