2. laporan promkes screning camammae-servix

Upload: risna-oktavia

Post on 03-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

...

TRANSCRIPT

  • 1

    LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN

    EDUKASI KESEHATAN KHUSUS (PAP SMEAR, KARSINOMA

    MAMMAE DAN KARSINOMA SERVIKS) DI WILAYAH KERJA

    PUSKESMAS BATOH & LAMPULO BANDA ACEH

    1.1 LATAR BELAKANG

    Kanker payudara ditemukan di seluruh dunia dengan insiden relatif tinggi,

    yaitu 20% dari seluruh keganasan. Setiap tahun, ditemukan 600.000 kasus kanker

    payudara yang baru didiagnosis. Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di

    negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang. Keganasan

    ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan 175.000 wanita di

    Amerika Serikat didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari

    semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000

    penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di

    antaranya meninggal setiap tahunnya. American Cancer Society memperkirakan

    kanker payudara di Amerika mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal

    antara 1990-2000.

    Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher

    rahim di Indonesia. Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia

    tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki

    tempat teratas. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker

    payudara ditemukan pada stadium lanjut. Data Direktorat Jenderal

    Pelayanan Medik Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality

    Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut golongan penyebab menunjukkan

    peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8%.

    Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan

    dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam

    keadaan lanjut. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker

    tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker masih dapat dicegah.

    Tjindarbumi (1982) mengatakan, bila penyakit kanker payudara ditemukan dalam

    stadium dini, angka harapan hidupnya (life expectancy) tinggi, berkisar antara 85-

    95%. Namun, dikatakannya pula bahwa 70-90% penderita datang ke rumah sakit

  • 2

    setelah penyakit parah, yaitu setelah masuk dalam stadium lanjut. Pengobatan

    kanker pada stadium lanjut sangat sukar dan hasilnya sangat tidak memuaskan.

    Pengobatan kuratif untuk kanker umumnya operasi dan atau radiasi. Pengobatan

    pada stadium dini untuk kanker payudara menghasilkan kesembuhan 75% (Ama,

    1990). Mengingat tingginya angka kematian dan kesakitan akibat kanker payudara

    dan kanker serviks, tindakan promosi kesehatan dan screening sangat penting

    digalakkan demi meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat khusunya

    wanita pentingnya deteksi dini atas kedua penyakit ini.

    1.2 TEMPAT/WAKTU KEGIATAN/PESERTA

    a. Tempat : Puskesmas Batoh dan Lampulo

    b. Waktu Kegiatan : Selasa, 15 Juni 2015 dan Rabu, 24 Juni

    2015

    c. Peserta : Pasien yang berobat di puskesmas.

    d. Pelaksana : Dokter Muda Fakultas Kedokteran Unsyiah

    1.3 METODE PENYULUHAN

    Penyuluhan dilakukan dengan menjelaskan informasi singkat mengenai

    Pap smear, karsinoma payudara dan karsinoma serviks

    Kegiatan Penyuluhan :

    No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Media

    1. Pembukaan

    (2 menit)

    Memberi salam

    Memperkenalkan

    diri

    Menyampaikan

    tujuan penyuluhan

    Pendengar

    menjawab salam

    Pendengar

    memahami

    maksud dan

    tujuan

    2. Pelaksanaan

    (6 menit)

    Menyampaikan

    materi

    Sesi tanya jawab

    Mendengarkan

    materi

    penyuluhan yang

    di sampaikan

    Gambar

  • 3

    Paendengar

    memperhatikan

    jalannya

    penyuluhan.

    Pendengar

    bertanya.

    3. Penutup Menyimpulkan dan

    rencana tindak

    lanjut, evaluasi

    dengan memberikan

    penyuluhan

    Menutup dengan

    salam

    Pendengar

    mampu menjawab

    pertanyaan yang

    diajukan.

    Menjawab salam.

    1.4 MATERI PENYULUHAN PAP SMEAR, KARSINOMA MAMMAE

    DAN KARSINOMA SERVIKS

    A. Karsinoma Payudara

    A.1 Etiologi (Faktor risiko)

    Etiologi pasti dari kanker payudara masih belum jelas. Beberapa penelitian

    menunjukkan bahwa wanita dengan faktor risiko tertentu lebih sering untuk

    berkembang menjadi kanker payudara dibandingkan yang tidak memiliki

    beberapa faktor risiko tersebut. Beberapa faktor risiko tersebut :

    Umur :

    Kemungkinan untuk menjadi kanker payudara semakin meningkat seiring

    bertambahnya umur seorang wanita. Angka kejadian kanker payudara rata-rata

    pada wanita usia 45 tahun ke atas. Kanker jarang timbul sebelum menopause.

    Kanker dapat didiagnosis pada wanita premenopause atau sebelum usia 35

    tahun, tetapi kankernya cenderung lebih agresif, derajat tumor yang lebih

    tinggi dan stadiumnya lebih lanjut, sehingga survival rates-nya lebih rendah.

  • 4

    Riwayat kanker payudara :

    Wanita dengan riwayat pernah mempunyai kanker pada satu payudara

    mempunyai risiko untuk berkembang menjadi kanker pada payudara yang

    lainnya.

    Riwayat Keluarga :

    Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau

    saudara perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko lebih tinggi

    jika anggota keluarganya menderita kanker payudara sebelum usia 40 tahun.

    Risiko juga meningkat bila terdapat kerabat/saudara (baik dari keluarga ayah

    atau ibu) yang menderita kanker payudara.

    Perubahan payudara tertentu :

    Beberapa wanita mempunyai sel-sel dari jaringan payudaranya yang

    terlihat abnormal pada pemeriksaan mikroskopik. Risiko kanker akan

    meningkat bila memiliki tipe-tipe sel abnormal tertentu, seperti atypical

    hyperplasia dan lobular carcinoma in situ [LCIS].

    Perubahan Genetik :

    Beberapa perubahan gen-gen tertentu akan meningkatkan risiko terjadinya

    kanker payudara, antara lain BRCA1, BRCA2 dan beberapa gen lainnya.

    BRCA1 and BRCA2 termasuk tumor supresor gen. Secara umum, gen BRCA-

    1 beruhubungan dengan invasive ductal carcinoma, poorly differentiated dan

    tidak mempunyai reseptor hormon. Sedangkan BRCA-2 berhubungan dengan

    invasive ductal carcinoma yang lebih well differentiated dan mengekspresikan

    reseptor hormon. Wanita yang memiliki gen BRCA1 dan BRCA2 akan

    mempunyai risiko kanker payudara 40-85%. Wanita dengan gen BRCA1 yang

    abnormal cenderung untuk berkembang menjadi kanker payudara pada usia

    yang lebih dini.

    Riwayat reproduksi dan menstruasi :

    Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan risiko

    untuk berkembangnya kanker payudara, sedangkan berkurangnya paparan

    justru memberikan efek protektif. Beberapa faktor yang meningkatkan jumlah

    siklus menstruasi seperti menarche dini (sebelum usia 12 tahun), nuliparitas

    dan menopause yang terlambat (di atas 55 tahun) berhubungan juga dengan

  • 5

    peningkatan risiko kanker. Diferensiasi akhir dari epitel payudara yang terjadi

    pada akhir kehamilan akan memberi efek protektif, sehingga semakin tua

    umur seorang wanita melahirkan anak pertamanya, risiko kanker meningkat.

    Wanita yang mendapatkan menopausal hormone therapy memakai estrogen,

    atau mengkonsumsi estrogen ditambah progestin setelah menopause juga

    meningkatkan risiko kanker.

    Ras :

    Kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada wanita kulit putih,

    dibandingkan wanita Latin Amerika, Asia atau Afrika. Insidensi lebih tinggi

    pada wanita yang tinggal di daerah industrialisasi.

    Wanita yang mendapat terapi radiasi pada daerah dada :

    Wanita yang mendapat terapi radiasi di daerah dada (termasuk payudara)

    sebelum usia 30 tahun, risiko untuk berkembangnya kanker payudara akan

    meningkat di kemudian hari.

    Kepadatan jaringan payudara :

    Jaringan payudara dapat padat ataupun berlemak. Wanita yang

    pemeriksaan mammogramnya menunjukkan jaringan payudara yang lebih

    padat, risiko untuk menjadi kanker payudaranya meningkat.

    Overweight atau Obese setelah menopause:

    Kemungkinan untuk mendapatkan kanker payudara setelah menopause

    meningkat pada wanita yang overweight atau obese, karena sumber estrogen

    utama pada wanita postmenopause berasal dari konversi androstenedione

    menjadi estrone yang berasal dari jaringan lemak, dengan kata lain obesitas

    berhubungan dengan peningkatan paparan estrogen jangka panjang.

    Kurangnya aktivitas fisik :

    Wanita yang aktivitas fisik sepanjang hidupnya kurang, risiko untuk

    menjadi kanker payudara meningkat. Dengan aktivitas fisik akan membantu

    mengurangi peningkatan berat badan dan obesitas.

    Diet :

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang sering minum

    alkohol mempunyai risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena alkohol

    akan meningkatkan kadar estriol serum. Sering mengkonsumsi banyak makan

  • 6

    berlemak dalam jangka panjang akan meningkatkan kadar estrogen serum,

    sehingga akan meningkatkan risiko kanker.

    A.2 Gejala Klinis

    Gejala yang yang paling sering meliputi:

    1. Penderita merasakan adanya perubahan pada payudara atau pada puting

    susunya

    a. Benjolan atau penebalan dalam atau sekitar payudara atau di daerah

    ketiak

    b. Puting susu terasa mengeras

    2. Penderita melihat perubahan pada payudara atau pada puting susunya

    a. Perubahan ukuran maupun bentuk dari payudara

    b. Puting susu tertarik ke dalam payudara

    c. Kulit payudara, areola atau puting bersisik, merah atau bengkak. Kulit

    mungkin berkerut-kerut seperti kulit jeruk.

    3. Keluarnya sekret atau cairan dari puting susu

    Pada awal kanker payudara biasanya penderita tidak merasakan nyeri. Jika

    sel kanker telah menyebar, biasanya sel kanker dapat ditemukan di kelenjar

    limfe yang berada di sekitar payudara. Sel kanker juga dapat menyebar ke

    berbagai bagian tubuh lain, paling sering ke tulang, hati, paru-paru dan otak.

    Pada 33% kasus kanker payudara, penderita menemukan benjolan pada

    payudaranya. Tanda dan gejala lain dari kanker payudara yang jarang

    ditemukan meliputi pembesaran atau asimetrisnya payudara, perubahan pada

    puting susu dapat berupa retraksi atau keluar sekret, ulserasi atau kemerahan

    kulit payudara, massa di ketiak, ketidaknyamanan muskuloskeletal. 50%

    wanita dengan kanker payudara tidak memiliki gejala apapun. Nyeri pada

    payudara biasanya berhubungan dengan kelainan yang bersifat jinak.

  • 7

    A.3 Skreening (Periksa Payudara Sendiri / SADARI)

  • 8

    B. Karsinoma Serviks

    Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang

    tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang

    menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang

    wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel

    skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar

    penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. [4]

    Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona transisional yang terletak

    antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar. Kanker ini 99,7%

    disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang

    menyerang leher rahim.

    B.1 Etiologi dan Faktor Risiko

    HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak.

    Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga.

    Wanita perokok mengandung konsentrat nikotin dan kotinin didalam

  • 9

    serviks mereka yang merusak sel. Laki-laki perokok juga terdapat

    konsetrat bahan ini pada sekret genitalnya, dan dapat memenuhi servik

    selama intercourse. Defisiensi beberapa nutrisional dapat juga

    menyebabkan servikal displasia. National Cancer Institute

    merekomendasikan bahwa wanita sebaiknya mengkonsumsi lima kali

    buah-buahan segar dan sayuran setiap hari. Jika anda tidak dapat

    melakukan ini, pertimbangkan konsumsi multivitamin dengan antioksidan

    seperti vitamin E atau beta karoten setiap hari.

    Faktor Resiko

    a. Pola hubungan seksual

    Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit

    kanker serviks meningkat seiring meningkatnya jumlah pasangan.

    Aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu kurang dari 20 tahun

    juga dapat dijadkan sebagai faktor resiko terjadinya kanker serviks. Hal ini

    diuga ada hubungannya dengan belum matangnya derah transformas pada

    usia tesebut bila sering terekspos. Frekuensi hubungna seksual juga

    berpengaruh pada lebih tingginya resiko pada usia tersebut, tetapi tidak

    pada kelompok usia lebih tua.

    b. Paritas

    Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yang sering

    melahirkan. Semakin sering melahirkan maka semain besar resiko

    terjamgkit kanker serviks. Penelitian di Amerika Latin menunjukkan

    hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah dikontrol dengan

    infeksi HPV.

    c. Merokok

    Beberapa penelitian menunjukkan hubungan yang kuat antara

    merokok dengan kanker serviks, bahkan setelah dikontrol dengan variabel

    konfounding sepert pola hubungan seksual. Penemuan lain

    memperlihatkan ditemukannya nikotin pada cairan serviks wanita perokok

    bahan ini bersifat sebaai kokarsinogen dan bersama-sma dengan

  • 10

    karsinogen yang telah ada selanjutnya mendorong pertumbuhan ke arah

    kanker.

    d. Kontrasepsi oral

    Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk tahun

    1983 mendapatkan bahwa peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi

    oleh lama pemakaian kontrasepsi oral. Penelitian tersebut juga

    mendapatkan bahwa semua kejadian kanker serviks invasive terdapat pada

    pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain mendapatkan bahwa insiden

    kanker setelah 10 tahun pemakaian 4 kali lebih tinggi daripada bukan

    pengguna kontrasepsi oral. Diperlukan kehati-hatian dalam

    menginterpretasikan asosiasi antara lama penggunaan kontrasepsi oral

    dengan resiko kanker serviks karena adanya bias dan faktor confounding.

    e. Defisiensi gizi

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi tertentu

    seperti betakaroten dan vitamin A serta asam folat, berhubungan dengan

    peningkatan risiko terhadap displasia ringan dan sedang. Namun sampai

    saat ini tdak ada indikasi bahwa perbaikan defisensi gizi tersebut akan

    menurunkan resiko.

    f. Sosial ekonomi

    Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan

    yang kuat antara kejadian kanker serviks dengan tingkat sosial ekonomi

    yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang menunjukkan

    bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan tingkat pendidkan

    dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi nutrisi, multilaritas dan

    kebersihan genitalia juga diduga berhubungan dengan masalah tersebut.

    g. Pasangan seksual

    Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai

    menjadi bahan yang menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang

    frekuen ternyata memberi risiko yang rendah terhadap terjadinya kanker

    serviks. Rendahnya kebersihan genetalia yang dikaitkan dengan sirkumsisi

    juga menjadi pembahasan panjang terhadap kejadian kanker serviks.

    Jumlah pasangan ganda selain istri juga merupakan faktor risiko yang lain.

  • 11

    B.2. Gejala Klinis

    Tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos dengan

    sedikit darah, pendarahan pastkoital atau perdarahan pervagina yang

    disangka sebagai perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru

    terlihat tanda-tanda yang lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat

    (terutama dalam bentuk eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit

    yang sangat hebat.

    Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang

    khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :11

    1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari

    vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis

    jaringan

    2. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian

    berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.

    3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.

    4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau

    dan dapat bercampur dengan darah.

    5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.

    6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang

    panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan

    terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat

    lainnya.

    7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,

    edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian

    bawah (rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau

    timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

    C. Skreening Karsinoma Serviks (Pap Smear)

    Pap Smear atau tes Pap adalah suatu prosedur untuk memeriksa

    kanker serviks pada wanita. Pap Smear meliputi pengumpulan sel-sel dari

    leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk

    mendeteksi lesi kanker atau prakanker. Tes Pap merupakan tes yang aman,

  • 12

    murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi

    kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim.

    Skrining utama dari kanker serviks selama 60 tahun terakhir adalah

    tes Papanicolaou. Tes Papanicolaou, juga dikenal sebagai tes Pap atau Pap

    smear, dikembangkan pada 1940-an oleh Georgios Papanikolaou. Pap

    smear mengambil nama dari Papanikolau, yang merupakan seorang dokter

    yang meneliti, mengumumkan serta mempopulerkan tentang teknik

    tersebut. Berkas penelitian yang dilakukan dengan ahli patologi Dr Herbert

    Traut mempunyai dampak yang luar biasa pada pengurangan jumlah

    kematian akibat kanker rahim di seluruh dunia. Pada awalnya diharapkan

    untuk mendeteksi kanker leher rahim pada tahap awal, tetapi seiring waktu

    bahkan lesi pra-kanker juga dapat terdeteksi.

    C.1 Indikasi Pap Smear

    Tes Pap Smear diindikasikan untuk skrining lesi kanker dan lesi

    prakanker dari serviks. Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap

    smear biasanya mereka yang tinggi aktifitas seksualnya. Namun tidak

    menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas

    seksualnya memeriksakan diri.

    Abnormal sitologi serviks paling sering pada wanita muda dan

    hampir seluruh kelainan sitologi pada remaja terselesaikan tanpa

    pengobatan. Wanita di bawah usia 21 tahun terhitung hanya 0,1% yang

    mengidap kanker serviks dan tidak ada bukti yang kuat bahwa skrining

    kanker serviks pada kelompok usia tersebut dapat menurunkan insidensi,

    morbiditas atau mortalitas dari kanker serviks. Menyadari fakta tersebut

    dan kemungkinan skrining kanker serviks menyebabkan evaluasi tidak

    perlu dan berpotensi berbahaya pada wanita berisiko sangat rendah untuk

    keganasan, ACOG merevisi pedoman skrining kanker serviks, yaitu

    dimulai saat usia 21 tahun, tanpa mempertimbangkan riwayat seksual

    sebelumnya.

  • 13

    Tabel.1 Summary of 2012 Screening Guidelines from the American

    Cancer Society, American Society for Colposcopy and Cervical

    Pathology, and American Society for Clinical Pathology

    Parameter ACS Rekomendasi

    Usia memulai

    skrining

    Mulai skrining sitologi pada usia 21 tahun, tanpa mempertimbangkan

    riwayat seksual sebelumnya.

    Skrining antara

    usia 2129 Skrining dengan sitologi saja setiap 3 tahun. * Pemeriksaan HPV

    tidak harus dilakukan pada kelompok umur ini.

    Skrining antara

    usia 30-65

    Skrining dengan kombinasi sitologi dan pemeriksaan HPV setiap 5

    tahun (dianjurkan) atau sitologi saja setiap 3 tahun. * Skrining HPV

    saja secara umum tidak direkomendasikan..

    Usia berhenti

    skrining

    Usia 65 tahun, jika wanita memiliki skrining awal negatif dan tidak

    dinyatakan risiko tinggi kanker serviks.

    Skrining setelah

    histerektomi

    tidak diindikasikan untuk wanita tanpa leher rahim dan tanpa riwayat

    lesi prakanker grade tinggi (misalnya, CIN2 atau CIN3) dalam 20

    tahun terakhir atau kanker serviks.

    Wanita yang

    vaksin HPV

    Skrining dengan rekomendasi yang sama dengan wanita tanpa vaksin

    HPV.

    Pedoman ini tidak ditujukan pada populasi spesial ( seperti, wanita dengan riwayat kanker

    serviks, wanita yang rahimnya terpapar dietilstilbestrol, wanita yang

    immunocompromised) yang mungkin membutuhkan skrining lebih intensif atau alternatif

    lain.

    1.5 TANYA JAWAB

    1. Apa saja gejala kanker serviks ?

    Pada stadium awal, umumnya kanker serviks tidak menimbulkan gejala,

    pada fase lanjut dapat timbul gejala berupa :

    Keputihan yang makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan

    kematian jaringan

    Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding)

    Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.

    Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau

    dan dapat bercampur dengan darah.

    Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.

    Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang

    panggul.

  • 14

    PENUTUP

    Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat

    dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan tinjauan tugas promosi kesehatan ini.

    Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad

    SAW beserta keluarga dan sahabat beliau, amin.

    Penyuluhan kesehatan mengenai Pap smear, karsinoma payudara dan

    karsinoma serviks di lakukan di wilayah kerja Puskesmas Batoh dan Lampulo,

    Banda Aceh pada tanggal 15 dan 24 Juni 2015, peserta merupakan pasien yang

    berobat ke puskesmas.

    Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

    dokter yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis sehingga

    penyuluhan kesehatan ini dapat terselesaikan. Tak lupa penulis mengucapkan

    terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda yang telah membantu penulis dalam

    menyelesaikan tugas ini. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi kita

    semua.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam tinjauan kepustakaan ini

    banyak terdapat kejanggalan dan kekurangan. Oleh karenanya penyusun sangat

    mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan tinjauan kepustakaan

    ini.

  • 15

    Daftar Referensi

    1. De jong, Syamsuhadi. Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 2005.

    2. Kumpulan Naskah Ilmiah Muktamar Nasional VI Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia. Semarang.2003

    3. Moningkey, Ivonne S, 2000. Epidemiologi Kanker Payudara. Medika; Januari 2000. Jakarta.

    4. Tjindarbumi, 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penaggulangannya, Dalam: Deteksi Dini Kanker. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    Jakarta

    5. Vaidya, M.P, and Shukla, H.S. A textbook of Breast Cancer. Vikas Publishing House PVT LTD.

    6. Fleming I D, Cooper J S, Henson D E, Hutter R V P, Kennedy B J, Murphy G P, OSullivan B, Sobin L H, Yarbro J W (ed), AJCC Cancer Staging Manual, 5th ed , Philadelphia, Lippincott-Raven, 1997, 171-180.

    7. Sobin L H & Wittekind Ch (ed), TNM Classification of Malignant Tumours, 6th ed, New York, Wiley-Liss, 2002, 131-141

    8. Alfian Elwin Zai. 2009. Skripsi : Karakteristik Penderita Kanker leher Rahim Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

    Tahun 2003-2007. FKM Universitas Sumatera Utara Medan.

    (http://www.researchgate.net/publication/42356226_Karakteristik_Penderita_

    Kanker_leher_Rahim_Yang_Dirawat_Inap_Di_Rumah_Sakit_Umum_Pusat_

    Haji_Adam_Malik_Medan). Diakses Tanggal 5 Februari 2011.

    9. Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. In: Pemeriksaan Ginekologik. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,164-165.

    10. Price & Wilson. 2006. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi6. Jakarta: EGC.

    11. Ries LA, Melbert D, Krapcho M, Stinchcomb DG, Howlander N, Horner MJ, et al. 2009. SEER cancer statistics review. Bethesda (MD): National Cancer

    Institute.

    12. U.S. Cancer Statistics Working Group. 2010. United States Cancer Statistics: 1999-2007 Incidence and Mortality Web-based Report. Atlanta (GA):

    Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and

    Prevention, and National Cancer Institute.

    13. Cervical cancer, human papillomavirus (HPV), and HPV vaccines: Key points for policy-makers and health professionals. 31 December 2008. World

    Health Organization.