2 lapkas asma amel
DESCRIPTION
ASMATRANSCRIPT
BAB 1
ASMA BRONKIAL
1. DEFINISI ASMA
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran
napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi,
batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini
hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan.
(Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor
1023/menkes/sk/xi/2008).
Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) menggunakan batasan
operasional asma yaitu mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan
karakteristik sebagai berikut: timbul secara episodik, cenderung pada malam
hari/dini hari (nokturnal), musiman, adanya faktor pencetus diantaranya
aktivitas fisis, dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan
pengobatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada
pasien/keluarganya.
2. EPIDEMIOLOGI
Asma dapat ditemukan pada laki – laki dan perempuan di segala usia,
terutama pada usia dini. Perbandingan laki – laki dan perempuan pada usia dini
adalah 2:1 dan pada usia remaja menjadi 1:1. Prevalensi asma lebih besar pada
wanita usia dewasa. Laki-laki lebih memungkinkan mengalami penurunan
gejala di akhir usia remaja dibandingkan dengan perempuan.3
Hasil penelitian International Study on Asthma and Allergies in Childhood
(ISAAC) pada tahun 2005 menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi
penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi 5,4%. Diperkirakan prevalensi
1
asma di Indonesia 5% dari seluruh penduduk Indonesia, artinya saat ini ada
12,5 juta pasien asma di Indonesia.
3. FAKTOR RESIKO
Secara umum faktor risiko asma dibedakan menjadi 2 kelompok faktor
genetik dan faktor lingkungan.
1. Faktor genetik
a. Hipereaktivitas
b. Atopi/alergi bronkus
c. Faktor yang memodifikasi penyakit genetik
d. Jenis kelamin
e. Ras/etnik
2. Faktor lingkungan
a. Alergen di dalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing,
alternaria/jamur dll)
b. Alergen diluar ruangan (alternaria, tepung sari)
c. Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan,
kacang, makanan laut, susu sapi, telur)
d. Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID,
β bloker dll)
e. Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household
spray, dan lain-lain)
f. Ekpresi emosi berlebih
g. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
h. Polusi udara di luar dan di dalam ruangan
i. Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya
ketika melakukan aktifitas tertentu.
j. Perubahan cuaca.
4. PATOFISIOLOGI
2
Sesuatu yang dapat memicu serangan asma ini sangat bervariasi antara
satu individu dengan individu yang lain. Beberapa hal diantaranya adalah alergen,
polusi udara, infeksi saluran nafas, kecapaian, perubahan cuaca, makanan, obat
atau ekspresi emosi yang berlebihan, rinitis, sinusitis bakterial, poliposis,
menstruasi, refluks gastroesofageal dan kehamilan.
Alergen akan memicu terjadinya bronkokonstriksi akibat dari pelepasan
IgE dependent dari sel mast saluran pernafasan dari mediator, termasuk
diantaranya histamin, prostaglandin, leukotrin, sehingga akan terjadi kontraksi
otot polos. Keterbatasan aliran udara yang bersifat akut ini kemungkinan juga
terjadi oleh karena saluran pernafasan pada pasien asma sangat hiperresponsif
terhadap bermacam-macam jenis serangan. Akibatnya keterbatasan aliran udara
timbul oleh karena adanya pembengkakan dinding saluran nafas dengan atau
tanpa kontraksi otot polos. Peningkatan permeabilitas dan kebocoran
mikrovaskular berperan terhadap penebalan dan pembengkakan pada sisi luar otot
polos saluran pernafasan.
Gambar 1 bronkiolus normal dan bronkiolus pada asma bronkial
Penyempitan saluran pernafasan yang bersifat progresif yang disebabkan
oleh inflamasi saluran pernafasan dan atau peningkatan tonos otot polos
bronkioler merupakan gejala serangan asma akut dan berperan terhadap
peningkatan resistensi aliran, hiper inflasi pulmoner, dan ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi.
3
Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka
(hipersensitif) terhadap adanya partikel udara, sebelum sempat partikel tersebut
dikeluarkan dari tubuh, maka jalan napas (bronkus) memberi reaksi yang sangat
berlebihan (hiperreaktif), maka terjadilah keadaan dimana
Otot polos yang menghubungkan cincin tulang rawan akan
berkontraksi/memendek/mengkerut
Produksi kelenjar lendir yang berlebihan
Bila ada infeksi akan terjadi reaksi sembab/pembengkakan dalam saluran
napas
Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas.
Akibatnya menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk
membersihkan diri, keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara
napas yang berbunyi yang timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran napas
yang sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama saat
mengeluarkan napas.
Gambar 2 Patofisiologi Asma
4
Obstruksi aliran udara merupakan gangguan fisiologis terpenting pada
asma akut. Gangguan ini akan menghambat aliran udara selama inspirasi dan
ekspirasi dan dapat dinilai dengan tes fungsi paru yang sederhana seperti Peak
Expiratory Flow Rate (PEFR) dan FEV1 (Forced Expiration Volume). Ketika
terjadi obstruksi aliran udara saat ekspirasi yang relatif cukup berat akan
menyebabkan pertukaran aliran udara yang kecil untuk mencegah kembalinya
tekanan alveolar terhadap tekanan atmosfer maka akan terjadi hiper inflasi
dinamik. Besarnya hiper inflasi dapat dinilai dengan derajat penurunan kapasitas
cadangan fungsional dan volume cadangan. Fenomena ini dapat pula terlihat pada
foto toraks yang memperlihatkan gambaran volume paru yang membesar dan
diafragma yang mendatar.
Hiperinflasi dinamik terutama berhubungan dengan peningkatan aktivitas
otot pernafasan, mungkin sangat berpengaruh terhadap tampilan kardiovaskular.
Hiper inflasi paru akan meningkatkan after load pada ventrikel kanan oleh karena
peningkatan efek kompresi langsung terhadap pembuluh darah paru.
Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot
bronkus, sumbatan mukus, edema, dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi
bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisiologis saluran napas
menyempit pada fase tersebut. Hal ini mengakibatkan udara distal tempat
terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa diekspirasi. Selanjutnya terjadi
peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional dan pasien akan bernapas
pada volume yang tinggi mendekati kapasitas paru total. Keadaan hiperinflasi ini
bertujuan agar saluran napas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar.
Untuk mempertahankan hiperinflasi ini diperlukan otot-otot bantu napas.
Penyempitan saluran napas dapat terjadi baik pada saluran napas yang
besar, sedang, maupun kecil. Gejala mengi menandakan ada penyempitan di
saluran napas besar, sedangkan pada saluran napas yang kecil gejala batuk dan
sesak lebih dominan dibanding mengi. Keadaan ini menyebabkan inflamasi yang
akhirnya menimbulkan hipereaktivitas bronkus. Ada beberapa proses yang terjadi
sebelum pasien menjadi asma:
5
1. Sensitisasi, yaitu seseorang dengan risiko genetik dan
lingkungan apabila terpajan dengan pemicu (inducer/sensitisizer) maka
akan timbul sensitisasi pada dirinya.
2. Seseorang yang telah mengalami sensitisasi maka belum
tentu menjadi asma. Apabila seseorang yang telah mengalami sensitisasi
terpajan dengan pemacu (enhancer) maka terjadi proses inflamasi pada
saluran napasnya. Proses inflamasi yang berlangsung lama atau proses
inflamasinya berat secara klinis berhubungan dengan hiperreaktivitas
bronkus.
Setelah mengalami inflamasi maka bila seseorang terpajan oleh pencetus
(trigger) maka akan terjadi serangan asma (mengi).
Faktor-faktor pemicu (inducer/sensitisizer) antara lain: Alergen dalam
ruangan: tungau debu rumah, binatang berbulu (anjing, kucing, tikus), alergen
kecoak, jamur, kapang, ragi serta pajanan asap rokok; pemacu: Rinovirus, ozon,
pemakaian b2 agonis; sedangkan pencetus (enhancer): Semua faktor pemicu dan
pemacu ditambah dengan aktivitas fisik, udara dingin, histamin dan metakolin.
5. KLASIFIKASI
Berat-ringannya asma ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain gambaran
klinik sebelum pengobatan (gejala, eksaserbasi, gejala malam hari, pemberian
obat inhalasi β-2 agonis dan uji faal paru) serta obat-obat yang digunakan untuk
mengontrol asma (jenis obat, kombinasi obat dan frekuensi pemakaian obat).
Tidak ada suatu pemeriksaan tunggal yang dapat menentukan berat-ringannya
suatu penyakit. Dengan adanya pemeriksaan klinis termasuk uji faal paru dapat
menentukan klasifikasi menurut berat-ringannya asma yang sangat penting dalam
penatalaksanaannya.
Asma diklasifikasikan atas asma saat tanpa serangan dan asma saat serangan
(akut).
1. Asma saat tanpa serangan
6
Pada orang dewasa, asma saat tanpa atau diluar serangan, terdiri dari: 1)
Intermitten; 2) Persisten ringan; 3) Persisten sedang; dan 4) Persisten berat
(Tabel 1)
Tabel 1. Klasifikasi derajat asma berdasarkan gambaran klinis secara umum pada
orang dewasa
Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru
Intermitten Bulanan APE≥80%
- Gej
ala<1x/minggu.
- Ta
npa gejala diluar
serangan.
- Ser
angan singkat.
≤ 2 kali sebulan - V
EP1≥80% nilai
prediksi APE≥80%
nilai terbaik.
- V
ariabiliti
APE<20%.
Persisten ringan Mingguan APE>80%
- Gej
ala>1x/minggu
tetapi<1x/hari.
- Ser
angan dapat
mengganggu aktifiti
dan tidur
>2 kali sebulan - V
EP1≥80% nilai
prediksi APE≥80%
nilai terbaik.
- V
ariabiliti APE 20-
30%.
Persisten sedang Harian APE 60-80%
- Gej
ala setiap hari.
- Ser
angan mengganggu
aktifiti dan tidur.
- Me
>2 kali sebulan - VEP
prediksi APE
60-80% nilai
terbaik.
- V
ariabiliti APE>30%.
7
mbutuhkan
bronkodilator setiap
hari.
Persisten berat Kontinyu APE 60≤%
- Gej
ala terus menerus
- Ser
ing kambuh
- Ak
tifiti fisik terbatas
Sering - V
EP1≤60% nilai
prediksi
APE≤60% nilai
terbaik
- V
ariabiliti
APE>30%
2. Asma saat serangan
Klasifikasi derajat asma berdasarkan frekuensi serangan dan obat yang
digunakan sehari-hari, asma juga dapat dinilai berdasarkan berat-ringannya
serangan. Global Initiative for Asthma (GINA) membuat pembagian derajat
serangan asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan
pemeriksaan laboratorium. Derajat serangan menentukan terapi yang akan
diterapkan. Klasifikasi tersebut meliputi asma serangan ringan, asma serangan
sedang dan asma serangan berat.
Perlu dibedakan antara asma (aspek kronik) dengan serangan asma (aspek
akut). Sebagai contoh: seorang pasien asma persisten berat dapat mengalami
serangan ringan saja, tetapi ada kemungkinan pada pasien yang tergolong episodik
jarang mengalami serangan asma berat, bahkan serangan ancaman henti napas
yang dapat menyebabkan kematian.
8
Respiratory arrest immitent
Berjalan Berbicara BeristirahatInfant-softer; Menangis Bayi berhenti menyusuipendek; Sulit makan
Dapat berbaring Duduk lebih nyaman Membungkuk kedepanBerbicara dalam Kalimat lengkap Kalimat tdk lengkap Kata-kataKewaspadaan Mungkin gelisah Biasanya gelisah Usually agitated Ngantuk atau BingungFrek. Pernapasan Meningkat Meningkat Sering > 30/min
Frekuensi pernapasan normal dari anak-anak pada saat tidak tidur (bangun):Usia Frek. normal < 2 monthsbulan2-12 bulan1-5 tahun6-8 tahun
Otot Bantu Napas dan Retraksi Suprasternal Biasanya tidak ada Biasanya ada Biasanya ada
Pergerakan thoraco-abdominal paradoksal
Wheezing Sedang, sering hanya pada akhir ekspirasi
Keras Biasanya keras Tidak ada wheezing
Nadi/menit < 100 100-200 >120 BradikardiaPenuntun batas dari denyut nadi normal pada anak-anak:Bayi 2-12 bulan - Angka normal < 160/menitAnak belum sekolah 1-2 tahun < 120/menitAnak usia sekolah 2-8 tahun < 110/menitTidak ada Mungkin ada Sering ada Tidak ada mengesankan< 10 mm Hg 10-25 mmHg > 25 mmHg (dewasa) kecapaian otot pernapa-
20-40 mmHg (anak) san% APE yg diprediksi > 80% ± 60-80% < 60% yg diprediksisetelah bronkodilator (< 100 L/menit dewasa)awal atau respon <2 jam terakhirPaO2 (on air)** Normal, biasa tdk diperlukan > 60 mmHg < 60 mmHg; mungkin sianosisdan / atau PaCO2** < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg:mungkin gagal napasSaO2% (on air)** > 95% 91-95% < 90%
* Note: Keberadaan dari beberapa parameter, tetapi tidak semuanya, mengindikasikan klasifikasi umum dari eksaserbasi.** Note: Kilopascals juga digunakan secara internasional; konversi telah disesuaikan pada keadaan ini.
Severe (berat)
< 60/menit< 50/menit< 40/menit< 30/menit
Sesak napas
Mild (ringan) Moderate (sedang)
Hipercapnea (hipoventilasi) berkembang lebih mudah pada anak-anak daripada dewasa dan remaja
Pulsus paradoksus
6. DIAGNOSIS
Diagnosis asma yang tepat sangatlah penting, sehingga penyakit ini dapat
ditangani dengan semestinya, mengi (wheezing) dan/atau batuk kronik berulang
merupakan titik awal untuk menegakkan diagnosis. Secara umum untuk
9
menegakkan diagnosis asma diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
a) Anamnesis
Anamnesis meliputi adanya gejala yang episodik, gejala berupa batuk,
sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan
dengan cuaca. Faktor – faktor yang mempengaruhi asma, riwayat keluarga
dan adanya riwayat alergi.
b) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat bervariasi dari normal sampai didapatkannya
kelainan. Perlu diperhatikan tanda-tanda asma dan penyakit alergi lainnya.
Tanda asma yang paling sering ditemukan adalah mengi, namun pada
sebagian pasien asma tidak didapatkan mengi diluar serangan. Begitu juga
pada asma yang sangat berat mengi dapat tidak terdengar (silent chest),
biasanya pasien dalam keadaan sianosis dan kesadaran menurun.
Secara umum pasien yang sedang mengalami serangan asma dapat
ditemukan hal-hal sebagai berikut, sesuai derajat serangan:
1. Inspeksi: pasien terlihat gelisah, sesak (napas cuping hidung, napas
cepat, retraksi sela iga, retraksi epigastrium, retraksi suprasternal),
sianosis
2. Palpasi: biasanya tidak ditemukan kelainan, pada serangan berat dapat
terjadi pulsus paradoksus
3. Perkusi: biasanya tidak ditemukan kelainan
4. Auskultasi: ekspirasi memanjang, mengi, suara lendir
c) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk diagnosis asma:
1. Darah (terutama eosinofil, Ig E)
2. Uji Provokasi Bronkus
Uji provokasi bronkus membantu menegakkan diagnosis asma. Pada
penderita dengan gejala asma dan faal paru normal sebaiknya
dilakukan uji provokasi bronkus. Pemeriksaan uji provokasi bronkus
10
merupakan cara untuk membuktikan secara objektif hiperreaktivitas
saluran napas pada orang yang diduga asma. Uji provokasi bronkus
terdiri dari tiga jenis yaitu uji provokasi dengan beban kerja
(exercise), hiperventilasi udara dan alergen non-spesifik seperti
metakolin dan histamin.
3. Spirometri
Spirometri adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur faal
ventilasi paru. Reversibilitas penyempitan saluran napas yang
merupakan ciri khas asma dapat dinilai dengan peningkatan volume
ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan atau kapasiti vital paksa
(FVC) sebanyak 20% atau lebih sesudah pemberian bronkodilator.
4. Uji Alergi (Tes tusuk kulit /skin prick test) untuk menilai ada tidaknya
alergi.
5. Foto toraks, pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyakit
selain asma yang memberikan gejala serupa seperti gagal jantung kiri,
obstruksi saluran nafas, pneumothoraks, pneumomediastinum. Pada
serangan asma yang ringan, gambaran radiologik paru biasanya tidak
memperlihatkan adanya kelainan.
7. DIAGNOSIS BANDING
Bronkitis kronis
Bronkitis kronik ditandai dengan batuk kronik yang mengeluarkan sputum
3 bulan dalam setahun untuk sediknya 2 tahun. Gejala utama batuk yang
disetai sputum dan perokok berat. Gejala dimulai dengan batuk pagi, lama
kelamaan disertai mengi dan menurunkan kemampuan jasmani.
Emfisema paru
Sesak nafas merupakan gejala utama emfisema, sedangkan batuk dan
mengi jarang menyertainya.
Gagal Jantung kiri
Dulu gagal jantung kiri dikenal dengan asma kardial dan timbul pada
malam hari disebut paroxysmal noctrunal dispnea. Pasien tiba-tiba
terbangun pad malam hari karena sesak, tetapi sesak menghilang atau
11
berkurang bila duduk. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kardiomegali dan
edema paru.
Emboli paru
Hal-hal yang dapat menimbulkan emboli paru adalah gagal jantung.
Disamping gejala sesak nafas, pasien batuk dengan disertai darah
(haemoptoe).
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan asma klasifikasikan menjadi: 1) Penatalaksanaan asma
akut/saat serangan, dan 2) Penatalaksanaan asma jangka panjang.
a) Penatalaksanaan asma akut (saat serangan)
Serangan akut adalah episodik perburukan pada asma yang harus diketahui
oleh pasien. Penilaian beratnya serangan berdasarkan riwayat serangan termasuk
gejala, pemeriksaan fisik dan sebaiknya pemeriksaan faal paru, untuk selanjutnya
diberikan pengobatan yang tepat dan cepat. Pada serangan asma obat-obat yang
digunakan adalah :
bronkodilator (β2 agonis kerja cepat dan ipratropium bromida)
kortikosteroid sistemik
Kriteria pulang atau rawat inap :
Pertimbangan untuk memulangkan atau perawatan rumah sakit (rawat inap) pada
penderita di gawat darurat, berdasarkan berat serangan, respons pengobatan baik
klinis maupun faal paru. Berdasarkan penilaian fungsi pertimbangan pulang atau
rawat inap adalah:
- Penderita dirawat inao bila VEP1 atau APE sebelm
pengobatan awal <25% nilai terbaik/prediksi ; atau VEP1/APE < 40% nilai
terbaik/prediksi setelah pengobatan awal diberikan.
- Penderita berpotensi dipulangkan bila VEP1 / APE 40-60%
nilai terbaik atau prediksi setelah pengobatan awal dengan diyakini tindak
lanjut adekuat dan kepatuhan berobat.
12
- Penderita dengan respon pengobatan awal memberikan
VEP1/APE > 60% nilai terbaik/prediksi umumnya dipulangkan.
b) Penatalaksanaan asma jangka panjang
Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol asma dan
mencegah serangan. Pengobatan asma jangka panjang disesuaikan dengan
klasifikasi beratnya asma. Prinsip pengobatan jangka panjang meliputi: a)
Edukasi; b) Obat asma (pengontrol dan pelega); dan c) Menjaga kebugaran .
a. Edukasi
Edukasi yang diberikan mencakup :
Kapan pasien berobat/ mencari pertolongan
Mengenali gejala serangan asma secara dini
Mengetahui obat-obat pelega dan pengontrol serta cara dan waktu
penggunaannya
Mengenali dan menghindari faktor pencetus
Kontrol teratur
b. Obat asma
Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. 21
i. Pengontrol (Controllers)
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk
mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten.
Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat pengontrol :
Kortikosteroid inhalasi
Kortikosteroid sistemik
Sodium kromoglikat
Nedokromil sodium
Metilsantin
Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
Agonis beta-2 kerja lama, oral
Leukotrien modifiers
Antihistamin generasi ke dua (antagonis -H1)
13
ii. Pelega (Reliever)
Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot
polos, memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang
berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada dan
batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan
hiperesponsif jalan napas.
Termasuk pelega adalah :
Agonis beta2 kerja singkat
Kortikosteroid sistemik. (Steroid sistemik digunakan sebagai
obat pelega bila penggunaan bronkodilator yang lain sudah
optimal tetapi hasil belum tercapai, penggunaannya
dikombinasikan dengan bronkodilator lain).
Antikolinergik
Aminofillin
Adrenalin
c. Meningkatkan kebugaran fisis
Olahraga menghasilkan kebugaran fisis secara umum, menambah rasa
percaya diri dan meningkatkan ketahanan tubuh. Walaupun terdapat salah satu
bentuk asma yang timbul serangan sesudah exercise (exercise-induced asthma/
EIA), akan tetapi tidak berarti penderita EIA dilarang melakukan olahraga. Bila
dikhawatirkan terjadi serangan asma akibat olahraga, maka dianjurkan
menggunakan beta2-agonis sebelum melakukan olahraga.
Dengan melaksanakan ketiga hal diatas diharapkan tercapai tujuan penanganan
asma, yaitu asma terkontrol. Berikut adalah ciri-ciri asma terkontrol, terkontrol
sebagian, dan tidak terkontrol (tabel 5).
Tabel 3. Ciri-ciri Tingkatan Asma
Tingkatan Asma Terkontrol
Karakteristik Terkontrol Terkonrol
Sebagian
Tidak
Terkonrol
Gejala harian Tidak ada (dua
kali atau kurang
Lebih dari dua Tiga atau lebih
gejala dalam
14
perminggu) kali seminggu kategori Asma
Terkontrol Sebagian,
muncul sewaktu –
waktu dalam
seminggu
Pembatasan
aktivitas
Tidak ada Sewaktu-
waktu dalam
seminggu
Gejala
nokturnal/gangguan
tidur (terbangun)
Tidak ada Sewaktu –
waktu dalam
seminggu
Kebutuhan akan
reliever atau terapi
rescue
Tidak ada (dua
kali atau kurang
dalam
seminggu)
Lebih dari dua
kali seminggu
Fungsi Paru (PEF
atau
FEV1*)
Normal < 80%
(perkiraan atau
dari kondisi
terbaik bila
diukur)
Eksaserbasi Tidak ada Sekali atau
lebih dalm
setahun**)
Sekali dalam
seminggu***)
Keterangan :
*) Fungsi paru tidak berlaku untuk anak-anak di usia 5 tahun atau di bawah 5
tahun **) Untuk semua bentuk eksaserbasi sebaiknya dilihat kembali terapinya apkah
benar-benar
adekwat***) Suatu eksaserbasi mingguan, membuatnya menjadi asma tak terkontrol
9. PROGNOSIS
15
Mortalitas akibat asma sedikit nilainya. Gambaran yang paling akhir
menunjukkan kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi beresiko yang
berjumlah kira-kira 10 juta. Sebelum dipakai kortikosteroid, secara umum angka
kematian penderita asma wanita dua kali lipat penderita asma pria. Juga suatu
kenyataan bahwa angka kematian pada serangan asma dengan usia lebih tua lebih
banyak, kalau serangan asma diketahui dan di mulai sejak kanak-kanak dan
mendapat pengawasan yang cukup kira-kira setelah 20 tahun, hanya 1% yang
tidak sembuh dan di dalam pengawasan tersebut kalau sering mengalami serangan
commond cold 29% akan mengalami serangan ulangan.
Pada penderita yang mengalami serangan intermiten (kumat-kumatan) angka
kematiannya 2%, sedangkan angka kematian pada penderita yang dengan
serangan terus menerus angka kematiannya 9%.
BAB II
16
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. D
Umur : 41 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Tikala
Tanggal masuk : 01 April 2016
No CM : 0085xxx
II. SUBYEKTIF
Autoanamnesis tanggal 01 April 2016
Keluhan Utama
Sesak nafas sejak 2 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas sejak 2
hari SMRS. Sesak nafas dirasakan hilang timbul dan semakin memberat
sejak 5 jam yang lalu setelah pasien melakukan aktivitas di luar rumah.
Sesak nafas disertai dengan bunyi mengi (“ngik”). Pasien mengaku sesak
sering dirasakan ketika malam hari dan pagi hari ketika cuaca dingin dan
ketika pasien kelelahan. Keluhan dada terasa panas disangkal. Sesak tidak
dipengaruhi oleh posisi. Pasien mengaku sering mengalami hal serupa
sejak 10 tahun yang lalu dan pernah beberapa kali berobat jalan di rumah
sakit dan didiagnosis asma. Pasien juga mengeluh batuk berdahak
bersamaan dengan sesak, dahak berwarna putih dan tidak disertai darah.
Keluhan tidak disertai nyeri pada ulu hati dan tidak demam. Pasien
17
mengaku dalam seminggu, dapat mengalami sesak kurang lebih 2 kali, dan
dalam sebulan dapat mengalami kurang lebih 3 kali sesak pada malam
hari.
Saat pasien mengalami sesak, pasien merasa lebih nyaman duduk
dibandingkan berbaring dan masih dapat berbicara. Menurut pasien
aktivitas sehari-harinya tidak terganggu bila hanya serangan ringan. Tetapi
bila serangan cukup berat, membuat pasien tidak bisa beraktivitas dan
bekerja. Pasien mengaku pernah dilakukan pemeriksaan pada dahaknya
dan hasilnya dikatakan negatif oleh petugas Puskesmas.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi terhadap cuaca dingin dan hujan yang disertai
aktivitas yang berlebihan.
Riwayat asma sejak ± 10 tahun yang lalu.
Riwayat darah tinggi disangkal
Riwayat penyakit DM disangkal
Riwayat penyakit jantung tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku tidak meminum obat-obatan lain selain obat asma
Pasien mengaku pernah beberapa kali mengalami sesak nafas yang berat
yang membuat pasien harus ke IGD dan dilakukan nebulisasi.
Pasien mengaku tidak teratur meminum obat yang diberikan dokter di
Puskesmas.
III. OBJEKTIF ( 01 April 2016 )
Status Present
Kesadaran : Composmentis
18
GCS : 15 (E4.M6.V5)
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/ menit
Respirasi : 28 x/ menit
Suhu : 36,7 oC
Status Generalis
o Kepala :
- Ekspresi wajah : normal.
- Bentuk dan ukuran : normal.
- Rambut : normal.
- Edema (-); malar rash (-); parese N VII (-); eritema (-);
nyeri tekan kepala. (-)
o Mata :
- Simetris; alis normal; exopthalmus (-/-); ptosis (-/-);
nystagmus (-/-); strabismus (-/-); edema palpebra (-/-);
konjungtiva : anemis (-/-), hiperemia (-/-); sclera : ikterus (-/-),
hiperemia (-/-), pterigium (-/-); pupil : isokor, bulat, refleks
cahaya (+/+); kornea : normal; lensa : normal, katarak (-/-).
o Telinga :
- Bentuk : normal; lubang telinga : normal, sekret (-/-); nyeri
tekan (-/-)
- Pendengaran : normal pada kedua telinga.
o Hidung :
- Simetris, deviasi septum (-); napas cuping hidung (-);
perdarahan (-), sekret (-).
- Penciuman normal.
o Mulut :
19
- Simetris; bibir : sianosis (-), stomatitis angularis (-); gusi :
hiperemia (-), perdarahan (-); lidah : glositis (-), atropi papil
lidah (-); gigi : karang gigi (+), caries (-); mukosa : normal.
- Faring dan laring : tidak dapat dievaluasi.
o Leher :
- Kaku kuduk (-); scrofuloderma (-); pembesaran KGB (-)
- Trakea : tidak ada deviasi; JVP : tidak meningkat
- Otot bantu nafas SCM aktif (+), hipertrofi (+)
- Pembesaran tiroid (-)
o Thorax
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi : Batas jantung kanan : ICS 4 parasternal kanan
Batas jantung atas : ICS 2 parasternal
Batas jantung kiri : ICS 5 midclavicula kiri
Auskultasi : BJ I – II murni reguler
Paru
Inspeksi : Simetris hemitoraks kanan-kiri saat statis dan dinamis,
barrel chest (-), penggunaan otot bantu nafas (+)
Palpasi : Simetris hemitorak kanan-kiri pada fremitus fokal dan
taktil
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing +/+
o Abdomen
Inspeksi : Permukaan cembung, retraksi epigastrium +
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani pada keempat quadran abdomen
Palpasi : NT/NK/NL : -/-/-. Hepar, lien, ginjal sulit diraba.
20
o Extremitas :
Hangat (+); edema (-); deformitas (-); tremor (-); clubbing finger (-);
sianosis (-); petechie (-); dissuse atrofi (-)
IV. Diagnosis
Asma Bronkial Persisten Ringan
V. Diagnosis Banding
Bronkitis Kronik
VI. Tatalaksana
Terapi gawat darurat: nebulisasi dengan ®Combivent (agonis β2 dan
ipratropium bromida).
Terapi rawat jalan:
Salbutamol tab 3x2 mg
Ambroxol tab 3x30 mg
Dexametason tab 3x0,5 mg
Vitamin B Complex 2x1
VII.Rencana edukasi
KIE yang dapat diberikan pada pasien dan keluarganya berupa:
1. Seluk beluk asma. Selain itu penting memahami sifat-sifat dari penyakit
asma:
Bahwa penyakit asma tidak bisa sembuh secara sempurna.
Bahwa penyakit asma bisa disembuhkan tetapi pada suatu saat oleh
karena faktor tertentu bisa kambuh lagi.
Bahwa kekambuhan penyakit asma minimal bisa dijarangkan dengan
pengobatan jangka panjang secara teratur.
2. Membantu pasien mengenali intensitas dan frekuensi gejala guna
menentukan klasifikasi asma yang dialami dan untuk memonitor asma
sendiri.
21
3. Mengenali dan menghindari pencetus asma
4. Merencanakan pengobatan jangka panjang, dengan pemberian obat-
obatan pengontrol dan pelega serta meminum obat-obatan tersebut secara
teratur.
5. Mengatasi serangan asma dengan tepat dengan mengenal tanda serangan
akut (bertambahnya gejala batuk, sesak, dan mengi) dan tanda
perburukan asma (peningkatan asma malam, kebutuhan obat meningkat,
aktivitas menurun).
6. Memeriksakan diri dengan teratur guna memonitoring perkembangan
penyakit.
7. Menjaga kebugaran dan olahraga
VIII. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Riyanto BS, Hisyam B. 2006. Obstruksi Saluran Pernafasan Akut In : Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : EGC
2. Alsagaff H, Mukty A. 2002. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press
3. Morris MJ. 2011. Asthma.
4. Partridge MD. 2007. Examining the unmet need In adults with severe
asthma : Eur Respir Rev
5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1023 / Menkes/ SK/ XI/2008 tentang pedoman
pengendalian penyakit asma. Jakarta
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan penyakit asma di indonesia.
7. Mcfadden ER. 2000. Penyakit asma In : Prinsip-prinsip ilmu penyakit Dalam
harrison. Jakarta:EGC
23