2. identifikasi dan analisis data 2.1. sejarah dan ... · 2. identifikasi dan analisis data 2.1....
TRANSCRIPT
9 Universitas Kristen Petra
2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA
2.1. Sejarah dan Perkembangan Batik Surabaya
Masyarakat Indonesia mengenal Surabaya sebagai kota kosmopolitan, kota
dimana penduduknya berdatangan dari berbagai daerah dan keberagaman budaya.
Kebudayaan tersebutlah yang kemudian berpadu dengan kebudayaan Kota Surabaya,
atau disebut dengan akulturasi. Batik Surabaya merupakan salah satu bentuk nyata dari
hasil perpaduan budaya tersebut. Pembuat batik membawa pengalaman dan
keterampilannya dalam membatik kemudian memadukan dengan gaya di daerah
asalnya. Dapat dikatakan pula, sampai dengan saat kini belum ada ciri khas pasti batik
Surabaya. Batik yang ada di Surabaya tidak lepas dari kontribusi oleh beberapa
pengrajin batik ternama yang berasal dari luar Surabaya. Beberapa produsen batik
tersebut ialah Syarif Usman sebagai pemilik Rumah Batik Jawa Timur dan Putu
Sulistiani Prabowo sebagai pemilik Batik Dewi Saraswati.
Berdasarkan wawancara dengan Syarif Usman (2017), asal mula batik
Surabaya dikenalkan oleh orang Belanda, yang bernama Carolina Josephine van
Fraquemont. Seorang yang mendirikan pabrik batik pada tahun 1840-an, yang
merupakan pembatik pertama di Surabaya. Motif asli batik Surabaya adalah motif
ayam jantan. Namun sayang sekali motif-motif batik tersebut tidak secara umum
dikenal oleh masyarakat Surabaya. Rumah Batik Jawa Timur berdiri pada 14 Mei tahun
2008, dengan menggunakan teknik cap dan tulis. Di tempat ini dapat ditemukan batik
khas dari berbagai kota di Jawa Timur. Usman menyatakan motif batik yang khas
dengan Kota Surabaya kurang begitu diminati oleh masyarakat. Motif batik yang
mewakili Kota Surabaya digunakan motif Sura dan Baya. Motif lainnya, ada motif
mangrove yang sedang dikembangkan dan teknik pewarnaan dengan penggunaan.
Sedangkan untuk pembeda karya batiknya dengan batik lain, lebih kepada pemilihan
motif yang diangkat. Untuk pemilihan warna mengikuti pasar untuk para wisatawan
domestik.
10 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.1. Batik dari Rumah Batik Jawa Timur, Surabaya
Putu Sulistiani Prabowo pemilik Batik Dewi Saraswati juga tidak lepas dari
pengembengan batik yang ada di Surabya. Lokasi galerinya berada di Jl. Jemursari
Utara II/19. Sanggar batik ini memiliki tenaga terampil yang berasal dari Tulungagung.
Faktor inilah yang membuat corak batik yang dihasilkan memiliki kemiripan dari
bentuk khas batik Tulungagung yang klasik. Kesurabayaan batik Dewi Saraswati milik
Bu Putu terletak pada pilihan warna serta desain motifnya. Ciri khas lainnya adalah
pengangkatan motif batik yang diadaptasi dari ornament klasik spesifik di Surabaya,
seperti daun semanggi, suro dan boyo, dan bunga sedap malam (Anshori & Kusrianto,
2011).
Hasil wawancara dengan Putu (2017) menyatakan bahwa Kota Surabaya tidak
memiliki motif batik yang khas dan penelitian tentang sejarahnya tidak ada. Putu telah
11 Universitas Kristen Petra
mengangkat motif batik berupa Sura dan Baya, Masjid Cheng Ho, semanggi, dan ayam
jago untuk mewakili citra Surabayanya. Dikatakan pula untuk motif semacam ini
terlalu kaku dan tidaklah diminati oleh target pembelinya, yaitu ibu muda berusia 25
tahunan ke-atas untuk tujuan fashion. Putu merasa anak muda tidak memiliki
ketertarikan kepada batik. Sedangkan alasan Putu tetap mengembangkan sanggar
batiknya di Surabaya adalah keinginannya agar Kota Surabaya memiliki sesuatu yang
dapat dibanggakan dan mempunyai nilai budaya.
Penghasil batik lainnya yang juga memiliki peran besar pada perkembangan
batik di Kota Surabaya ialah Batik Mangrove. Lulut Sri Yuliani adalah salah satu
seorang inisiator yang menghasilkan batik unik bermotif mangrove. Tema pada batik
mangrove adalah pola ekosistem hutan bakau dan selalu memanfaatkan pewarna alami
dari pohon mangrove. Bahan pewarna alami diambil dari daun-daun bakau dan bagian
pohon bakau lain, seperti warna merah dibuat daric aping bunga, cabai merah, atau
secang (Keesksotisan Batik Jawa Timur, p. 300).
2.2. Rumah Batik eks-lokalisasi Gang Dolly
Pada tahun 1967 muncul wanita bernama Dolly Khavit yang diduga dulunya
juga pelacur, dan menikah dengan seorang pelaut Belanda. Dolly Khavit inilah orang
pertama yang mendirikan bordil di Kupang Gunung Timur I, dan memiliki empat
wisma yang dikenal dengan nama Wisma “T”, “Sul”, “NM”, dan “MR”. Anak dari
papi Dolly menjadi germo dan kabarnya juga memiliki dua orang istri. Dolly sudah
bekerja sebagai germo di daerah kompleks pelacuran Kembang Kuning (telah ditutup
dan dipindahkan pemerintah ke daerah Jarak dan Bangunrejo). Sedangkan kompleks
pelacuran Kembang Kuning itu umumnya dihuni oleh germo yang berasal dari
kompleks pelacuran di Wonokromo, yang awalnya berlokasi di Tambak Rejo,
Surabaya. Munculnya wisma-wisma pelacuran di komplek pelacuran “Dolly” dimulai
pada sisi jalan barat, yang kemudian meluas ke sisi timur, bahkan sampai di Jalan Jarak.
Kehadiran wisma-wisma ini mencapai puncaknya pada tahun 1968. Kompleks
pelacuran ini tidak resmi, awalnya izin mendirikan wisma ini diperoleh oleh polisi
sebagai warung kopi yang dilayani perempuan-perempuan. Wisma-wisma di kawasan
12 Universitas Kristen Petra
Gang Dolly ini memiliki peraturannya dengan tujuan agar wisma tiak menjadi sepi.
Pola hubungan sosial antara germo dan pelacur ditandai oleh semacam sikap
eksploitatif. Para germo menganggap anak buahnya sebagai mesin seks, dan untuk
menjadi penghuni wisma tidak dibutuhkan prasyarat yang begitu rumit (Purnomo &
Siregar, 1983).
Penutupan Lokalisasi Dolly digelar di Gedung Islamic Center, Surabaya pada
tanggal 18 Juni 2014 lalu. Peristiwa tersebut menciptakan konflik antara masyarakat
Dolly dan Pemerintah Kota Surabaya. Kehadiran Dolly membahayakan perkembangan
moral anak-anak di kawasan tersebut dan juga citra buruk bagi Surabaya. Namun
demikian, kehidupan di Dolly tidak terbatas pada aktivitas pelacuran saja, disana telah
tumbuh perekonomian rakyat yang bertumpu pada berjalannya kehidupan lokalisasi.
Setelah penutupan, Walikota Risma memberika mata pencaharian bagi warga
asli di bekas lokalisasi. Sejak lokalisasi ditutup, Risma menginstruksikan upaya
pembentukan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bisa dilakukan oleh warga agar
memiliki sumber mata pencaharian yang baru. Terbentuklah 13 UKM, berupa
pembuatan sepatu, tempe “Bang Jarwo”. Batik “Putat Jaya”, sablon, manik-manik,
minuman. Menurut Camat Yunus, keberadaan UKM tersebut dapat memberi
penghidupan bagi sekitar 500 warga (Nugroho, 2016).
Rumah Batik eks-lokalisasi Dolly ini dibangun oleh Pemerintah Kota
Surabaya yang berlokasi di jalan Putat Jaya Barat VIII B No. 31. Pengelolaannya
dilakukan oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Surabaya dan resmi dibuka
pada tanggal 1 April 2016. Dahulunya bangunan ini bekas salah satu wisma lokalisasi
dan dialihfungsukan dengan harapan dapat merubah citra masyarakat akan kampung
lokalisasi protitusi menjadi “Kampung Batik”. Rumah Batik ini terbuka untuk umum,
dan digunakan sebagai tempat berkumpul, belajar, berbagi, serta berpromosi bagi para
pengrajin, khususnya di Surabaya. Kegiatan sentra batik terdiri dari proses pembuatan
batik mulai dari pembuatan desain, paulette, fiksasi, danting sampai dengan
penglorotan (Pemkot, 2016).
Rumah Batik merupakan tempat berkumpulnya para pembatik yang dibina
oleh Pengky. Biasanya rumah tersebut digunakan sebagai tempat untuk bersosialisasi
13 Universitas Kristen Petra
bersama, bertukar informasi, serta untuk belajar membatik bagi siapa saja. Saat ini telah
ada tiga UKM di bawah binaan Rumah Batik pada wilayah eks-lokalisasi tersebut.
Pemilihan nama Rumah Batik inipun tidak lepas dari perundingan tiga UKM. Tiga
UKM tersebut ialah:
1. Jarak Arum
UKM Batik Jarak Arum dikekola oleh Fitri Anggriani Lestari, dengan total anggota
sembilan orang saat ini.
Ketua : Fitria Anggraini Lestari
Lokasi : Jalan Putat Jaya Punden II/ 33
Batik Jarak Arum merupakan batik yang dibuat oleh Rumah Batik yang
mayoritas pengrajinnya adalah warga eks-lokalisasi dan diproduksi langsung oleh
warganya (Humas Pemkot Surabaya, 2015: 55). Pengelolaan di Jarak Arum
menggunakan teknik pewarnaan sintesis. Jarak Arum merupakan UKM yang
berdiri setelah pembinaan membatik pada batch pertama oleh Pemerintah. Fitri
mengatakan pemilihan nama Jarak Arum sebagai Jarak yang akan menjadi Harum
namanya. Fitri selaku pembina mengaku baru mulai membatik pada pelatihan yang
dilakukan usai penutupan Gang Dolly tersebut. Dalam kurun waktu 2tahun nama
Jarak Arum telah menghasilkan berbagai prestasi. Berikut adalah batik hasil Jarak
Arum:
14 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.2. Batik dari Jarak Arum, Surabaya
2. Canting Surya
UKM Batik Canting Surya dikelola oleh Ike Setyowati. Ike telah mendapatkan
Juara I dalam lomba desain batik tingkat Provinsi Jawa Timur kategori umum, yang
dilaksanakan oleh Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur – April
2016.
Ketua : Ike Setiyowati
Lokasi : Jalan Putat Jaya Barat 6B/ 6, Surabaya
Canting Surya masih menggunakan pewarnaan alami, namun sekarang
telah belajar untuk beralih pada pewarnaan sintesis. Pewarnaan alami
menghasilkan batik dengan warna kecoklataan. Berikut adalah foto hasil batik oleh
UKM ini:
15 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.3. Batik dari Canting Surya, Surabaya
3. Albujabar
UKM Albujabar dahulunya dikelola oleh lima orang, dengan Sutrisno sebagai
ketua. Namun tidak ada satupun anggota yang tersisa, sehingga Tris menjalankan
sendiri untuk UKM Albujabar. Dahulunya Tris telah mendalami dalam bidang seni
menggambar dan telah memenangkan beberapa perlombaan.
Ketua : Sutrisno
Lokasi : Jalan Putat Jaya Barat 9B/ No. 31
Berikut adalah beberapa hasil batik tulis oleh Tris sebagai pembina UKM
Albujabar:
16 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.4. Batik dari Jarak Arum, Surabaya
2.3. Motif dan Filosofi Rumah Batik eks-lokalisasi
Rumah batik yang terdiri dari ketiga UKM tersebut, memiliki tiga motif utama
yang menjadi ciri khasnya, yaitu Daun Jarak, Kepompong, dan Kupu-kupu. Selain
ketiga ciri utama, Rumah Batik telah menghasilkan motif masterpiece Masjid Cheng
Ho, serta berbagai inovasi batik tulis dengan motif khas Surabaya seperti Bambu
Runcing, Tugu Pahlawan, dan Suro Boyo. Berikut contoh dari pengaplikasian dan
filosofi dari motif batik tersebut:
17 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.5. Motif batik Jarak Arum
1. Daun
Daun Jarak mewakili daerah lokalisasi tersebut, yaitu di Jalan Jarak. Sehingga
motif daun ini telah menjadi ciri khas bagi wilayah Jarak, dan dikatakan oleh
Pengky segala batik yang memiliki simbol ini diproduksi oleh warga lokal
kampung Jarak.
2. Kepompong
Kepompong merupakan proses transformasi yang dialami Kupu-kupu. Fitria
mengatakan pemilihan motif ini merupakan representasi citra Gang Dolly dan
Jarak yang buruk, tempat prostitusi yang terkenal.
3. Kupu-kupu
Kupu-kupu disini memiliki dua makna, Kupu-kupu malam yang mewakili
daerah prostitusi dahulunya. Kedua ialah sebagai hasil proses transformasi
wilayah ini, yang sekarang menjadi citra yang baik. Fitria menyatakan bahwa
penutupan daerah lokalisasi ini telah lama sekali direncanakan namun selalu
saja tak terlaksanakan, sehingga peristiwa penutupan oleh Risma, selaku
Walikota Surabaya adalah hal yang menakjubkan serta tak disangka-sangka.
18 Universitas Kristen Petra
2.4. Fashion Fotografi
Dalam bukunya, Hall-Dulcan menyatakan bahwa: “Fashion photographs are
designed to be seducers, propaganda so potent that it can beguile us into buying the
most frivolous products. Fashion photography also commits the “sin” of being
produced not only for love but for money, implying the creative manipulation and the
sacrife of photographic and artistic integrity. Fashion photographs are ostensibly as
transitory as last year’s style or this month’s magazine issue” – Menyatakan bahwa
fashion photography merupakan sarana untuk mempengaruhi persepsi seseorang akan
suatu produk. Melibatkan manipulasi kreativitas serta mengorbankan integritas
fotografi dan nilai artistik. Namun, fotografi fashion mampu mempertahankan
kekayaan implikasi sosial dan budaya (The History of Fashion Photography, 1979)
Fotografi fashion didefinisikan sebagai jenis fotografi yang berfokus pada
busana dan benda-benda yang terkait dengan fashion. Mengutamakan nilai estetika dari
busana yang ditampilkan dan berfokus pada detail-detailnya. Fotografi fashion harus
memiliki cerita dan makna yang dapat dimengerti oleh siapapun penikmatnya.
(Popescu, 2013). Perkembangan dunia mode semakin pesat, dan seiring
perkembangannya fotografi fashion tidak lagi berbentuk foto produk, namun
berkembang menjadi aliran yang memiliki artistik tinggi dengan mewakili rancangan
itu sendiri. Terbentuknya fotografi fashion dipertimbangkan bukan hanya dari
rancangan itu sendiri, namun juga teknik fotografi, tata make up, rambut, tata ruangan
dalam menghasilkan sebuah karya seni.
Menurut Triadi dan Soekardi (2013), suatu karya fashion photography perlu
memancarkan energy yang diolah oleh sang perancang dan kemudian dituangkan pada
busana. Sepotong busana harus dapat memancarkan jiwa dan berinteraksi dengan
sekitarnya. Dalam setiap busana terkandung muatan kreativitas, etos kerja, intensitas,
serta filosofi. Makna daripada produk tersebut yang nantinya di hidupkan dalam suatu
foto.
Fashion photography dibedakan menjadi 6 yang antara lain adalah:
1. Fashion Editorials
19 Universitas Kristen Petra
Foto jenis ini memerlukan sebuah tim kreatif. Seperti hairstylist, make up
artist, wardrobe stylists, dan fotografer bersama dengan model.
Pemotretan dilakukan untuk sebuah tujuan, layaknya pembuatan portfolio.
2. Beauty Editorials
Pengambilan foto jenis ini biasanya menangkap close up, dari kepala
hingga bahu. Biasanya memperlihatkan secara detail pada make up, hair,
atau aksesoris yang dikenakan.
3. Commissioned Editorials
Merupakan pemotretan yang berlangsung dari adanya permintaan untuk
majalah. Disini kru kreatif dan aksesoris telah disiapkan oleh redaksi.
4. Spec Shoot
Spec shoot merupakan pemotretan yang dilakukan oleh suatu tim secara
gratis dan berharapkan akan dipublikasikan, atau dijual. Biasanya seorang
fotografer akan membuat sebuah konsep dan mengumpulkan tim kreatif
untuk merealisasikan karya.
5. Commercial Photography
Dikenal sebagai katalog, yang diproduksi untuk
6. Test Shoot
Test shoot dilakukan sebagai tes konsep, dimana fotografer, model, dan
tim kreatif berkumpul dan mencoba lighting.
2.5. Kelebihan Fotografi
Fotografi merupakan bentuk seni yang dapat merekam sebuah peristiwa, fakta,
citra, atau menceritakan sebuah kisah, serta dapat memberi sebuah kejutan, menghibur,
dan mendidik. (Hedgecoe, 2009). Sedangkan, menurut Gratchen Garner (Garner &
Currier, 1989), kelebihan fotografi sebagai bahasa visual adalah sebagai berikut:
a. Time Suspended
Fotogradi adalah saksi waktu dan merekam pribadi.
b. Wider World
20 Universitas Kristen Petra
Sebagai petunjuk bagian-bagian dunia yang eksotik, tersembunyi, dan tempat-
tempat yang jauh.
c. Famous Faces
Fotografi akan memberikan kesempatan bagi kita untuk mengenalkan orang-
orang terkenal.
d. Minute Detail
Kejelaskan optis dalam fotografi memberikan kelebihan untuk menikmati
berbagai kekayaan tekstur yang ada.
e. Private Theater
Fotografi dan kamera memiliki kedekatan untuk mewujudkan mimpi-mimpi
dari seorang fotografer.
f. Pictorial Effect
Sebagai bentuk, warna, dan tekstur yang diciptakan melalui elemen fotografi.
2.6. Perkembangan Fotografi Fashion di Indonesia
Fotografi fashion di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, terutama
digunakan sebagai sarana promosi suatu produk. Hal itu dinyatakan dari mulai
banyaknya fotografer fashion di Indonesia yang bersaing dijajaran fashion
photography secara internasional. Nicoline Patricia Malina merupakan salah satu
fotografer tersebut. Nicoline telah mendapatkan penghargaan Young Photographer the
year of 2010 dari Elle Indonesia dan conique Societas Excellence di Fashion
Photography (2007). Karyanya telah banyak menghiasi majalah dan media periklanan
di Indonesia dan Internasional, seperti Harper’s bazaar, Elle, Amica, Esquire, Maxim,
Cosmopolitan, Marie Claire.
21 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.7. Karya Nicoline Patricia Malina
Seven Days in Tibet Harper's Bazaar Indonesia November 2010,
Swarnadwipa - Harper's Bazaar Indonesia, http://nicolinepatricia.com/
22 Universitas Kristen Petra
2.7. Fotografi Fashion sebagai upaya meningkatkan publikasi Rumah Batik
Pemerintah Kota Surabaya berusaha membangkitkan ekonomi warga
terdampak dengan memberdayakan masyarakat sekitar melalui pelatihan-pelatihan,
termasuk pembuatan batik tulis. Harga yang ditawarkan relatif disesuaikan dari tingkat
kesulitan dan lama pembuatan. Rentang harga pada umumnya Rp. 200.000 hingga Rp.
500.000. Sistem pemasarannyapun juga masih sederhana dan bersifat lokal. Pemasaran
yang dilakukan melalui bazar dan pameran yang diadakan oleh pemkot Surabaya.
Sentra batik Jarak Arum terbuka secara umum bagi masyarakat yang ingin mempelajari
seluk-beluk pembuatan batik tulis, atau sekedar bertanya informasi.
Fitria sebagai ketua UKM Batik Jarak Arum, juga adalah sebagai salah satu
warga yang terdampak dari penutupan lokalisasi Gang Dolly dan Jarak ini. Kesejangan
pendapatan Fitria sangatlah berbeda. Dahulunya dengan bekerja sebagai penjual baju
Fitria mendapatkan penghasilan hingga Rp. 10.000.000/ bulan. Namun semenjak
penutupan, ia mulai beralih profesi sebagai pembuat Batik. Awalnya pendapatan yang
dihasilkan dari pekerjaan ini sangatlah rendah, namun saat ini telah mencapai UMR,
disekitaran Rp. 3.000.000/ bulan. Dinyatakan pula oleh Fitria beberapa mantan pekerja
seks mencoba bertahan hidup dengan beralih profesi di wilayah tersebut dengan uang
yang diberikan oleh Pemerintah pasca penutupan kepada seluruh PSK wilayah
tersebut, sebesar Rp. 5.050.000. Diantaranya mencoba menjadikan uang tersebut
sebagai modal usaha, tapi gagal dan balik kampung. Kisah-kisah para warga inilah
yang menunjukkan besarnya pengaruh pendapatan ekonomi warga sekitar yang
disebabkan oleh peristiwa penutupan Gang Dolly dan Jarak.
2.8. Analisa Data
- What
Kampung batik yang berlokasi di wilayah Jarak dahulunya merupakan tempat
prostitusi yang disebut sebagai Gang Dolly, lokalisasi terbesari se-Asia
Tenggara. Kampung Batik diwakili oleh tiga UKM batik dan berkumpul pada
23 Universitas Kristen Petra
satu sentra, Rumah Batik. Gedung Rumah Batik yang ada sebelumnya adalah
salah satu wisma, yang akhirnya dibeli oleh Pemerintah Kota. 26 Maret 2017
lalu, Rumah Batik sedang melakukan renovasi untuk menambah tingkat pada
rumah tersebut. Program pengembangan semacam ini dilakukan bukan semata-
mata hanya untuk mengubah citra wilayah Jarak. Alasan lainnya adalah sebagai
bentuk usaha penurunan tingkat kesejangan ekonomi warga yang
menggantungkan hidup pada aktivitas Dolly. Eks-lokalisasi Gang Dolly dapat
disebut telah menjadi sentra industry dan kreatif. Pengembangan UKM Rumah
Batik.
- Who
Rumah Batik memiliki tiga UKM, yaitu Jarak Arum, Canting Surya, dan
Albujabar. UKM ini terbentuk dari pelatihan oleh Pemerintah Kota bagi warga
wilayah eks-lokalisasi Gang Dolly. Sedangkan pengelola Rumah Batik
dilakukan oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Surabaya, dan
pembatik dibina oleh Pengky.
- When
Rumah Batik berdiri pada 1 April 2016, sedangkan untuk tiga UKM telah ada
sebelum Rumah Batik ini berdiri. Melalui pengamatan batik dari Rumah Batik
masih dalam tahap pengenalan (introduction) berdasarkan Siklus Hidup Produk
(Product Life Cycle), hal ini dinyatakan dari banyaknya pembatik dari UKM
yang memutuskan untuk mundur. Tahap pengenalan kepada publik diperlukan
waktu dan media promosi yang tepat.
- Why
Dukungan terhadap kegiatan berupa promosi dan pengenalan yang tepat akan
membantu penanganan masalah yang terjadi di daerah eks-lokalisasi tersebut
yang berupa:
24 Universitas Kristen Petra
1. Citra wilayah Jarak yang baru
2. Batik surabaya hasil karya UKM Rumah Batik dapat dikenal
3. Membantu penanganan kesenjangan ekonomi yang terjadi
- Where
Wilayah Jarak yang sebelumnya sebagai tempat lokalisasi kini tidak dapat
ditemukan satu wismapun yang berdiri. Berbagai UKM, taman, dan lapangan
olahraga mulai berdiri di wilayah Jarak. Sentra UKM Rumah Batik berada di
Jalan Putat Jaya Barat VIII B No. 31, Surabaya.
- How
Menyampaikan kepada masyarakat bahwa wilayah eks-lokalisasi Gang Dolly
telah menjadi sentra industri UKM-UKM dan kerjanin kreatif seperti batik,
sepatu, dan minyak rambut. Wilayah ini juga telah diubah citranya dengan
dibangunnya taman dan lapangan olahraga. Dalam mengomunikasikan pesan
tersebut diperlukan media yang secara visual menarik dan mampu
menyampaikannya, yaitu melalui fashion photography. Nantinya hasil karya
tersebut akan dibantu dengan booklet dan postcard sehingga dapat dinikmati
oleh siapapun.
Kesimpulan dan Analisis Data
Penutupan lokalisasi Gang Dolly mengakibatkan kesenjangan ekonomi
warga Jarak yang menggantungkan pendapatannya pada aktivitas Gang Dolly.
Untuk menangani masalah tersebut, Pemkot Surabaya mulai mendirikan dan
mengadakan berbagai pelatihan kreatif, seperti sepatu dan batik. Wisma-wisma
yang berdiri dulu kini telah menjadi sentra-sentra UKM, taman, dan lapangan
olahraga. Salah satu UKM yang paling berkembang ialah UKM Rumah Batik
dengan motif batik khasnya, Daun Jarak, kepompong, dan kupu-kupu sebagai
wakil dari Kampung Jarak.
25 Universitas Kristen Petra
Berdasarkan analisis data di atas, dapat disimpulkan bahwa diperlukan
rancangan media komunikasi visual dalam bentuk fotografi fashion, sebagai
upaya untuk mengenalkan Rumah Batik kepada masyarakat lokal dan sebagai
salah satu upaya untuk memajukan usaha UKM pembuatan batik. Perancangan
fotografi fashion merupakan salah satu bentuk usaha untuk meningkatkan
publikasi batik khas eks-lokalisasi Gang Dolly. Di samping sebagai media
publikasi juga digunakan sebagai upaya mengubah paradigma masyarakat
terhadap Kampung Jarak sebagai eks-lokalisasi protitusi menjadi kampung
yang positif dan produktif.