191262080 3 skarifikasi stratifikasi benih

8
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dormansi adalah suatu keadaan dimana benih tidak berkecambah walaupun benih tersebut telah diletakkan pada keadaan yang secara umum telah memenuhi persyaratan bagi suatu benih untuk berkecambah. Benih yang sedang mengalami dormansi tidak mati hanya saja selama benih masih dalam keadaan dorman, maka benih tersebut tidak akan mengalami pertumbuhan. Dormansi benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim atau bahkan hingga bertahun-tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Sebagai contoh kulit biji yang impermiabel terhadap air dan gas sering dijumpai dari benih-benig famili leguminosae. Sedangkan dormasi yang disebabkan oleh kombinasi dari keadaan fisik kulit biji dan keadaan fisiologis embrio dapt ditemukan pada benih Fraxinys excelsior, yang dormansinya diisebabkan oleh kombinasi dari keadan pericrap yang membatasi masuknya olsigen, immaturuty embrio dan kebutuhan kan perlakuan chiling. Adanya masa dormansi saat masa tanam benih sangat merugikan bagi petani karena akan mengurangi jumlah tanaman yang dapat berproduksi. Oleh karena itu sangat penting bagi mahasiswa pertanian untuk mempelajari dormansi pada benih dan bagaimana cara untuk mematahkan masa dormansi tersebut. Praktikum kali ini kami mencoba untuk mematahkan masa dormansi pada benih terutama pada benih albasia, dan benih melinjo dengan cara skarifikasi baik dengan metode air panas da metode pengamplasan. B. Tujuan Menunjukkan kekerasan biji-biji legumes yang ada pada daerah tropika dan bagaimana cara skarifikasi dijalankan. 27

Upload: yunitafriandani

Post on 23-Nov-2015

79 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

teknologi produksi benih

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dormansi adalah suatu keadaan dimana benih tidak berkecambah walaupun

    benih tersebut telah diletakkan pada keadaan yang secara umum telah memenuhi

    persyaratan bagi suatu benih untuk berkecambah. Benih yang sedang mengalami

    dormansi tidak mati hanya saja selama benih masih dalam keadaan dorman, maka

    benih tersebut tidak akan mengalami pertumbuhan. Dormansi benih dapat

    berlangsung selama beberapa hari, semusim atau bahkan hingga bertahun-tahun

    tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya.

    Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji

    keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut.

    Sebagai contoh kulit biji yang impermiabel terhadap air dan gas sering dijumpai

    dari benih-benig famili leguminosae. Sedangkan dormasi yang disebabkan oleh

    kombinasi dari keadaan fisik kulit biji dan keadaan fisiologis embrio dapt

    ditemukan pada benih Fraxinys excelsior, yang dormansinya diisebabkan oleh

    kombinasi dari keadan pericrap yang membatasi masuknya olsigen, immaturuty

    embrio dan kebutuhan kan perlakuan chiling.

    Adanya masa dormansi saat masa tanam benih sangat merugikan bagi petani

    karena akan mengurangi jumlah tanaman yang dapat berproduksi. Oleh karena itu

    sangat penting bagi mahasiswa pertanian untuk mempelajari dormansi pada benih

    dan bagaimana cara untuk mematahkan masa dormansi tersebut. Praktikum kali

    ini kami mencoba untuk mematahkan masa dormansi pada benih terutama pada

    benih albasia, dan benih melinjo dengan cara skarifikasi baik dengan metode air

    panas da metode pengamplasan.

    B. Tujuan

    Menunjukkan kekerasan biji-biji legumes yang ada pada daerah tropika dan

    bagaimana cara skarifikasi dijalankan.

    27

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Benih dapat berkecambah dalam keadaan lingkungan yang menguntungkan

    benih untuk berkecambah. Menurut Kamil (1986) syarat utama yang dibutuhkan

    untuk dapat aktifnya kembali pertumbuhan embrionik axis (perkecambahan)

    adalah: 1. adanya air yang cukup untuk melembabkan biji, 2. suhu yang panas, 3.

    cukup oksigen, dan 4. adanya cahaya, terutama ini adalah esensial untuk kebanyak

    biji rerumputan dan beberapa biji tanaman tertentu.

    Bila tidak terpenuhinya syarat tumbuh tersebut akan mengakibatkan benih

    tidak dapat berkecambah. Hal demikian dinamakan benih mengalami dormansi.

    Dormasi secara fisilologis menurut Sutopo (1998) sangat dipengaruhi oleh faktor

    peerkecmbahan adalah dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolisme

    pada embrio, dormansi sekunder, dormansi after ripering dan dormansi

    immaturity embryo.

    Dormasni secara fisik dapat dibagi menjadi beberapa faktor. Menurut

    Sutopo (1998) adalah:

    1. Impermeabilitas kulit biji terhadap air.

    Dormansi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio berarti

    pemgambilan air terhalang kulit biji yang mempunyai struktural terdiri dari

    lapisan sel-sel serupa polisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar

    dan bagian dalamnya emmpunyai lapisan lili dari bahan kutikula.

    2. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio.

    Beberapa jenis benih tetap berada dalam keadan dorman sisebabkan oleh

    kulit bijinya sukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji

    dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera. Tipe dormasni ini dijumpai

    pada beberpa jenis gulma. Sebagi contoh pada benih dari Amaranthus sp di dapat

    kulit bijinya bisa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio

    terhalang oleh kekuatan mekanis dari kulit biji.

    28

  • 3. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas.

    Perkecambahan akan terjadi bila kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen

    disekitar benih ditambah. Kebutuhan oksigen untuk perkecambahan lebih besar

    pada biji sebelah atas dari pada yang sebelah bawah dan kebutuhan oksigen ini

    dipengaruhi oleh tempertur.

    Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi

    klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan

    memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk

    mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk

    mengatasi dormansi embrio.

    Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal

    pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat

    terjadinya perkecambahan biji yang seragam (Villiers, 1972 dalam Biology Vol: 1

    ed). Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan secara fisis, mekanis, maupun

    chemis. Hartman and Kester (1968) mengklasifikasikan dormansi atas dasar

    penyebab dan metode yang dibutuhkan untuk mematahkannya. Stratifikasi yaitu

    banyaknya benih yang perlu dikenai temperatur sebelum dapat dikenai temperatur

    tertentu sebelum dapat diletakkan pada temperatur yang cocok untuk

    perkecambahannya (Sutopo, 1998).

    Menurut Sutopo (1998) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu

    dormansi fisik dan dormansi fisiologis. Dormansi Fisik biasanya disebabkan oleh

    pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras

    dan kedap air sehingga dapat menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air

    atau gas-gas ke dalam biji. Dormansi fisiologis adalah dormansi yang disebabkan

    oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis. Contoh dari dormansi fisiologis

    adalah photodormancy, immature embryo, dan thermodormancy.

    Secara umum menurut Kamil (1986) dormansi dikelompokkan menjadi 3

    tipe yaitu: innate dormansi (dormansi primer); induced dormansi (dormansi

    sekunder); dan enforced dormansi.

    29

  • BAB III

    METODE PRAKTIKUM

    A. Bahan

    Bahan yang digunakan, antara lain: biji melinjo, biji albasia, media pasir,

    dan air.

    B. Alat

    Alat yang digunakan, antara lain: polybag, kamera, alat tulis, dan lembar

    pengamatan.

    C. Prosedur kerja

    Tahap-tahap stratifikasi dengan air panas yaitu :

    1. Benih albasia (50 x 3) yang masing-masing perlakuan dilakukan dua ulangan

    dan satu kontrol, disiapkan diskarifikasi dengan air panas selama 0 menit

    (kontrol), 10, dan 20 menit.

    2. Benih yang telah diskarifikasi dicuci pada air mengalir.

    3. Benih tersebut kemudian ditanam pada polybag yang telah diisi pasir.

    4. Pencatatan yang berkecambah dilakukan selama tujuh hari.

    5. Persentase benih yang berkecambah dianalisis.

    Tahap-tahap skarifikasi dengan pengamplasan yaitu :

    1. Disiapkan 6 (3 x 2) buah biji melinjo. Masing-masing perlakuan dilakukan

    dua ulangan dan satu kontrol.

    2. Biji melinjo distratifikasi menggunakan amplas. Dua biji melinjo pertama

    sebagai kontrol (tidak diamplas), dua biji melinjo kedua diamplas bagian atas

    dan bagian bawah biji, dan dua biji melinjo ketiga diamplas bagian dua sisi

    biji melinjo.

    3. Biji melinjo tersebut kemudian ditanam pada polybag yang telah diisi pasir.

    4. Pencatatan yang berkecambah dilakukan selama 7 hari dan setiap hari sekali

    dan selalu dibuat dalam keadaan lembab (disiram dengan air).

    5. Persentase biji yang berkecambah dianalisis.

    30

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    Skarifikas biji melinjo (dengan pengamplasan)No. Perlakuan berkecambah tidak

    berkecambahTotal % Perkecambahan

    1. Kontrol 0 2 2 0 %2. Samping 0 2 2 0 %3. Atas 0 2 2 0 %

    Stratifikasi biji albasia (dengan air panas)No. Perlakuan berkecambah tidak

    berkecambahTotal % Perkecambahan

    1. kontrol 28 22 50 56 %2. 10 menit 29 21 50 58 %3. 20 menit 32 18 50 64 %

    Presentase perkecambahan

    Kontrol = %56%1005028

    =

    10 menit = %58%1005029

    =

    20 menit = %64%1005018

    =

    B. Pembahasan

    Praktikum skarifikasi benih menggunakan material biji melinjo dan biji

    albasia. Praktikan menggunakan metode skarifikasi perlakuan air panas dan

    metode stratifikasi dengan pengamplasan. Praktikum dilakukan untuk mengetahui

    metode pemecahan dormansi dengan perlakuan air panas dan dengan

    pengamplasan permukaan biji serta membandingkan kedua metode tersebut.

    Perlakuan yang dilakukan yaitu perendaman dengan air panas yang masing-

    masing terdiri dari tiga perlakuan yaitu: kontrol, 10 menit, dan 20 menit. Dan

    yang diamati yaitu jumlah kecambah yang tumbuh tiap dua hari sekali.

    Terdapat biji-biji yang tidak berkecambah dalam skarifikasi biji melinjo

    dengan pengaplasan permukaan kulit benih. Hal ini dapat terjadi dengan

    kemungkinan: 1. kesalahan praktikan dalam melakukan pengamplasan, seperti

    31

  • terlalu dalam saat mengamplasnya sehingga merusak jaringan yang ada pada biji

    melinjo; 2. biji melinjo yang digunakan tidak memenuhi persyaratan untuk

    dilakukan skarifikasi; 3. kulit biji melinjo yang terlalu tebal sehingga biji tidak

    mampu berkecambah; dan 4. biji yang sudah diamplas tidak mampu untuk

    menyerap gas dan air atau kurang permeabel (Sutopo, 1998).

    Stratifikasi biji albasia dengan air panas menunjukkan bahwa dengan

    perendaman selama 20 menit menghasilkan presentase sebesar 64 %. Hal ini

    terjadi karena, tujuan dari perendaman dengan air panas yaitu untuk memudahkan

    penyerapan air oleh benih. Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam

    benih yang berakibat menghilangnya bahan-bahan penghambat pertumbuhan atau

    terjadinya pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan (Sutopo,

    1998). Perendaman 20 menit air yang diserap oleh benih dapat dikatakan cukup

    untuk menghasilkan perkecambahan dengan presentase yang cukup tinggi pula

    dibandingkan dengan yang lain.

    Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya dormansi pada benih sangat

    bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara

    lain yaitu: karena temperatur yang sangat rendah di musim dingin, perubahan

    temperatur yang silih berganti, menipisnya kulit biji, hilangnya kemampuan untuk

    menghasilkan zat-zat penghambat perkecambahan, adanya kegiatan dari

    mikroorganisme (Kamil, 1986). Skarifikasi mencakup cara-cara seperti menikir

    atau penggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau,

    perlakuan impaction (guncangan) untuk benih atau biji yang memiliki sumbat

    gabus. Tujuannya untuk melemahkan kulit biji yang keras, sehingga lebih

    permeabel terhadap air atau gas (Leopold and Kriedemann, 1975). Sedangkan

    Stratifikasi yaitu banyaknya benih yang perlu dikenai temperatur sebelum dapat

    dikenai temperatur tertentu sebelum dapat diletakkan pada temperatur yang cocok

    untuk perkecambahannya (Sutopo, 1998).

    32

  • BAB V

    SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan

    Skarifikasi dengan nmengamplas dibagian permukaan kulit biji melinjo

    tidak menghasilkan perkecambahan. Stratifikasi dengan perlakuan air panas

    efektif pada perandaman 20 menit untuk benih albasia dengan presentase 64%.

    B. Saran

    Praktikum untuk yang akan datang harus lebih baik dari pada yang sudah

    pernah dilakukan. Dan juga peralatan yang kurang lengkap, lebih baik dilengkapi

    kembali.

    33

  • DAFTAR PUSTAKA

    Hartman, K.T and D.E. Kester. 1968. Plant Propagation. Principles and Practices. Edisi ke-2. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs. New Jersey. 122-133.

    Kamil, J. 1986. TEKNOLOGI BENIH I cetakan ke 10. Angkasa Raya, Padang.

    Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Andi, Yogyakarta.

    Leopold, A.C. and P.E. Kriedemann. 1975. Plant Growth Development 2nd edition. W.H. Freeman and Company, San Francisco 149-151.

    Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih cetakan ke empat. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

    Villiers, T.A. 1972. Seed Dormancy, dalam Biology Vol: 1 ed. By T.T. Kozlowki. Academic Press New York London. 220-247

    34