18a tubektomi ctu 2010
TRANSCRIPT
1
KONTRASEPSI MANTAP WANITA:
TUBEKTOMI
Pelatihan Teknologi Kontrasepsi Terkini (Contraception Technology Update – CTU)
Jakarta, Januari 2010
2
TUBEKTOMI: Metoda Kontrasepsi Terpopuler Secara Global
Female: 170 million
Source: Church and Geller 1990.
3
JENIS TUBEKTOMI
Pascapersalinan Minilaparotomi Subumbilikus
Interval Minilaparotomi Suprapubik Laparoskopi
4
Tubektomi: Hal-hal Penting Sebelum Penggunaan
Keputusan penggunaan harus memenuhi azaz sukarela
Klien berhak membatalkan putusan setiap saat sebelum prosedur dilaksanakan.
Klien harus memahami bahwa Kontrasepsi Mantap bersifat permanen (non-reversible).
Tidak diperkenankan memasukkan unsur insentif dalam menerima Kontap.
Persetujuan Tindakan Medik (PTM) dari klien merupakan syarat mutlak untuk melakukan Tubektomi.
Persetujuan dari pasangannya merupakan bukti bahwa ia mengetahui klien telah memberi PTM dan bersedia menanggung berbagai konsekuensi yang mungkin timbul (misalnya: biaya, efek samping, pengobatan/perawatan)
5
Tubektomi: Mekanisme Kerja
Mencegah pertemuan sperma dengan sel telur (fertilisasi) dengan jalan menutup atau oklusi saluran telur (tuba fallopii)
Oklusi Tuba secara Laparoskopik – teknik (1): Pengangkatan dinding abdomen dengan insuflasi CO2
Kontrasepsi Metode Operatif
menyediakan ruang untuk memposisikan Elektrokoagulasi atau aplikasi instrumen bedah. cincin titanium 6
Oklusi Tuba secara Laparoskopik – teknik (2):
Kontrasepsi Metode Operatif
menyediakan ruang untuk memposisikan Elektrokoagulasi atau aplikasi instrumen bedah. cincin titanium 7
Tubektomi Mini-laparotomi: Metode“Pomeroy“
Kontrasepsi Metode Operatif
8
Tubektomi Mini-laparotomi: metode „Labhardt and Uchida“
retroperitoneal
Extra-
Kontrasepsi Metode Operatif
9
Ligasi Tuba secara Laparoskopik: elektrokoagulasi„Bipolar“
Tidak mencekam atau koagulasi pembuluh darah
Kontrasepsi Metode Operatif
10
Ligasi Tuba Laparoskopik: Pemasangan Cincin Silastik „Yoon“ (1)
Tuba
Cincin
Kontrasepsi Metode Operatif
11
Ligasi Tuba Laparoskopik: Pemasangan Cincin Silastik „Yoon“ (2)
Kontrasepsi Metode Operatif
12
Ligasi Tuba Laparoskopik:Pemasangan klip titanium Filshie „Filshie Clip“
Kontrasepsi Metode Operatif
13
14
Tubektomi: Manfaat Kontraseptif
Sangat efektif (0.51 kehamilan per 100 wanita dalam tahun pertama pemakaian)
Segera efektif dan bersifat permanen Tidak mengganggu proses sanggama Sangat sesuai untuk klien yang tidak
boleh hamil / kehamilan dapat mengancam keselamatannya
Menggunakan teknik pembedahan sederhana dan menggunakan anestesia lokal
Tidak ada efek samping jangka panjang Tak menganggu produksi atau mengubah
fungsi hormon atau aktifitas seksual 1 Trussell et al 1998.
15
Tubektomi: Manfaat Non-Kontraseptif
Tidak mengganggu produksi ASI Mengurangi risiko kanker ovarium
16
Tubektomi: Pengurangan Risiko Kanker
Ovarium
Risiko 39% lebih rendah dibandingkan dengan klien non-oklusi tuba
Pengurangan risiko tidak tergantung dari jenis atau teknik metode sterilisasi
Risiko tetap rendah hingga 25 tahun pasca-oklusi tuba
Source: Green et al 1997.
17
Tubektomi: Keterbatasan
Bersifat permanen dan rekanalisasi tidak menjamin pulihnya kesuburan
Banyak terjadi penyesalan, terutama bila usia klien < 35
Risiko pembedahan bertambah bila digunakan anestesi umum
Ada rasa tidak nyaman dan nyeri pasca-bedah Perlu operator terampil/terlatih (spesialis atau
pelaksana khusus untuk laparoscopy) Untuk jangka panjang, efektifitasnya relatif berkurang Meningkatkan risiko kehamilan ektopik Tidak melindungi terhadap PMS (mis: HBV, HIV/AIDS)
18
Tubektomi: Efektifitas Jangka Panjang Berdasarkan Kelompok Usia
1 Kehamilan per 100 wanita diatas 10 tahunSource: CREST Study 1996.
Kelompok Usia Angka Kegagalan Kumulatif 1
18–33 2.6
> 34 0.7
Semua usia 1.8
19
Tubektomi: Efektifitas Jangka Panjang Berdasarkan Metoda
Angka Kegagalan 1
Metoda 1 Tahun 10 Tahun
Koagulasi Unipolar 0.02 0.81
Salpingektomi Parsial Postpartum 0.01 0.75
Pemakaian Cincin Silikon 0.62 1.72
Salpingektomi Parsial Interval 0.75 2.01
Koagulasi Bipolar 0.35 2.48
Pemakaian Jepit Pegas 1.82 3.65
1 Kehamilan per 100 prosedurSource: CREST Study 1996.
20
Seberapa Efektifkah Tubektomi?
Metode Kehamilan per 100 Wanita-Tahun
Laparoskopi
Cincin 0.0–0.6 (N=15 penelitian)
Koagulasi 0.1–1.3 (N=14 penelitian)
Klip 0.0–0.7 (N= 4 penelitian)
Minilaparotomi
Pomeroy 0.2–0.8 (N= 4 penelitian)
Source: Church and Geller 1990.
21
Studi CREST: Rangkuman Berbagai Hasil
Penelitian1
Risiko kehamilan: Lebih tinggi dibandingkan hasil temuan
sebelumnya selama tahun pertama penggunaan Kurang dari 2% diatas 10 tahun pemakaian
(18.5 per 1000 prosedur) Paling tinggi pada wanita berusia dibawah 30
tahun Lebih besar bila dilakukan dengan teknik
salpingektomi parsial pascapersalinan (8 per 100 prosedur)
Tertinggi bila dilakukan dengan penjepit pegas (37 per 100 prosedur)
1CREST 1996.
22
Studi CREST: Rangkuman Berbagai Hasil Penelitian
Kehamilan ektopik: 1 dari 3 kehamilan pascatubektomi
adalah ektopik Risiko kumulatif dalam 10 tahun
adalah 7.3 per 1000 prosedur Risiko menjadi 2 kali lebih tinggi
pada pengguna di bawah 30 tahun Risiko dalam tahun ke 4 –10 adalah
tiga kali lebih tinggi dibanding tahun ke 1 – 3
1CREST 1996.
23
Tubektomi Sesuai Untuk:
Wanita: Berusia > 22 hingga < 45 Menghentikan fertilitas (tidak ingin anak
lagi) secara efektif dan permanen Kehamilan mengancam keselamatan jiwanya Pascapersalinan Pascakeguguran Laktasi (dalam 48 jam atau setelah 6
minggu) Mengerti arti permanen, sukarela, dan telah
memberi persetujuan untuk prosedur tersebut
24
Tubektomi: Informasi Penting dalam Konseling
Perlu dijelaskan pada Wanita yang: takut dengan prosedur operasi belum pasti tentang rencana atau
kebutuhan reproduksi dikemudian hari tidak mengerti azaz permanen, sukarela
atau merasa tidak perlu memberikan persetujuan tindakan medik
25
Tubektomi: Kondisi (WHO Kelas 3)
yang Perlu Dipertimbangkan
Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya (perlu evaluasi atau konfirmasi)
Infeksi panggul yang akut Infeksi sistemik yang akut (misalnya:
influenza, gastroenteritis, hepatitis virus, dsb)
Anemia (Hb < 7 g/dl) Infeksi kulit di daerah operasi Kanker ginekologik Trombosis vena dalamPerlu penundaan atau terapi yang sesuai hingga kondisi membaik atau memungkinkan untuk dilaksanakan
Source: WHO 1996.
26
Tubektomi: Kondisi-Kondisi yang Memerlukan
Operator Berpengalaman dan Fasilitas Pendukung
Diabetes Melitus Penyakit jantung simptomatis Hipertensi (> 160/100 mmHg) terutama
yang disertai kelainan vaskuler Kelainan Pembekuan Darah Obesitas (> 80 kg/176 lb), perbandingan
tinggi dan berat badan tidak normal) Hernia abdominalis atau hernia
umbilikalis Parut sayatan/sayatan ganda pada
dinding abdomen bawah
27
Komplikasi: Ligasi Tuba Laparoskopik
Jangka pendek Insidensi adalah 1% dari total prosedur Tergantung keahlian operator Berkaitan dengan prosedur/teknik
bedah
Jangka panjang Tingkat efektifitas kontraseptif relatif
menurun dengan pertambahan waktu
28
Tubektomi: Komplikasi Intra-operatif
Minilaparotomi dan Laparoskopi: Trauma kandung kemih Perdarahan dari mesosalfing Konvulsi dan reaksi toksik anestesia
lokal Fistula vesiko-vaginalis Depresi atau henti pernafasan Cedera organ dalam atau intra-
abdominal
Laparoskopi (terutama): Emboli gas atau udara Reaksi Vaso-vagal
29
Tubektomi: Komplikasi Segera Pasca-operasi
Perdarahan atau hematoma disertai nyeri bawah kulit (di tempat pembedahan)
Perdarahan organ dalam (ovarium, tuba, atau usus)
Demam Pascabedah Infeksi luka insisi atau jaringan
sekitarnya Emboli gas (laparoskopik, sangat jarang)
30
Waktu Pelaksanaan Tubektomi
Dapat dilakukan setiap saat selama klien tidak hamil atau kemungkinan hamil dapat disingkirkan
Hari ke 6–13 dari siklus haid (fase proliferatif lebih disukai)
Pascapersalinan (48 jam pertama atau setelah 6 minggu. Jika ingin dilakukan di luar waktu tersebut, klien sudah di-immunisasi (tetanus toxoid), dan mendapat lindungan antibiotik maka tubektomi dapat dilaksanakan oleh operator yang berpengalaman
Pascakeguguran segera atau dalam 7 hari pertama, selama tidak ditemukan komplikasi infeksi
31
Tubektomi: Anestesia
Lebih dipilih yang menggunakan anestesia lokal
Anestesi Umum dan Operator Handal ditujukan pada kasus-kasus: obesitas kelainan organ ginekologi (sudah
diketahui sebelumnya) alergi terhadap anesthesia lokal dengan masalah medik yang dapat
menjadi penyulit atau menimbulkan komplikasi selama prosedur
32
Tubektomi: Petunjuk Untuk Klien
Jaga luka insisi bersih dan kering selama 2 hari. Lakukan kegiatan harian secara bertahap.
Sebaiknya hindari sanggama selama 1 minggu atau klien siap untuk itu
Jangan melakukan kerja berat/mengangkat benda berat selama 1 minggu.
Untuk nyeri pasca-tubektomi gunakan 1 - 2 tablet analgesik setiap 4 sampai 6 jam.
Jadwalkan kunjungan ulangan antara hari ke 7–14.
Pesankan untuk kembali setelah 1 minggu jika menggunakan benang jahit yang tidak dapat diserap (non-adsorbable)
33
Tubektomi: Informasi Umum
Karena gas (CO2) akan terkumpul di bawah diafragma maka dalam 12-24 jam pasca-tindakan akan timbul nyeri dibagian bahu selama 12–24 jam setelah laparoskopi
Oklusi tuba segera efektif sejak operasi selesai.
Siklus haid akan berlanjut seperti biasa. Gunakan kondom jika risiko tinggi PMS
(misalnya: HBV, HIV/AIDS).
34
Hal-hal yang Harus Diwaspadai
Hubungi petugas atau kembali ke klinik jika:
Demam ( > 38°C atau 100.4°F) Pusing atau limbung disertai
pingsan Nyeri perut bawah yang terus-
menerus atau bertambah parah/berat
Perdarahan atau ada cairan abnormal yang keluar melalui luka insisi
Tanda-tanda atau gejala hamil
35
Tubektomi: Pelayanan Mobil
Konseling dan pengamatan lanjutan harus sama seperti pada tempat pelayanan tetap.
Semua praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan harus ditaati.
Harus tersedia penanganan untuk komplikasi jangka pendek dan jangka panjang
36
Tubektomi: Barier Medik Terhadap Pelayanan
Menerapkan batasan usia untuk pengguna potensial (muda dan tua)
Pengetahuan yang terbatas tentang tubektomi dan menggunakannya dalam menseleksi pengguna potensial
Membuat kriteria yang kaku tentang tenaga pelaksana (operator): Hanya dokter spesialis Hanya dokter saja