17-33-1-sm
DESCRIPTION
bhkjjTRANSCRIPT
ANALISIS STRUKTUR KOLOM PADA PORTAL GEDUNG BERTINGKAT DENGAN METODE KEKUATAN BATAS
Achmad Djaelani
ABSTRAK
Kolom adalah salah satu komponen batang vertikal yang mengalami tekanan dan
lenturan akibat beban yang ada di atasnya. Kolom akan memindahkan beban dari lantai di atasnya ke lantai di bawahnya dan selanjutnya beban kolom akan dipindahkan ke struktur pondasi yang ada di bawah tanah. Kolom secara struktural merupakan elemen yang lebih penting dari pada balok.
Prinsip-prinsip tegangan dan regangan yang digunakan dalam analisis balok juga digunakan pada kolom. Karena pada kolom beban aksial tekan yang lebih dominan maka perilaku kegagalan tekan akan muncul bila perbandingan beban aksial terhadap momen besar.
Dengan memperhitungkan kombinasi beban gravitasi dan beban gempa, serta struktur di analisis dengan metode kapasitas desain, sedang perhitungan statika digunakan bantuan program STAAD PRO, maka didapat hasil analisis kolom pada studi perencanaan struktur portal gedung bertingkat yang berfungsi sebagai gedung perkantoran, dengan menggunakan strukiur rangka terbuka dan daktilitas penuh, adalah sebagai berikut:
Momen maksimum kolom terbesar terjadi path kombinasi pembebanan: 1,05 beban mati + 1,05 beban hidup + 1,05 beban gempa, yang terletak pada elemen 5.
Kolom merupakan kolom langsing, dimana ���
� = 25,71 > 22
Tulangan pokok: Tulangan tarik = 7 D 22 ( As 26,61 cm2) Tulangan tekan = 7 D 22 ( As 26,61 cm2)
Kata Kunci : Analisis Struktur Kolom, Beban Aksial, Tegangan, Regangan
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Struktur merupakan salah satu
bagian dari proses perencanaan
bangunan. Proses desain struktur dapat
dibedakan menjadi dua bagian. Pertama
desain umum yang merupakan proses
pemilihan alternatif tipe struktur yaitu
tata letak struktur, geomatri atau bentuk
bangunan, jarak antar kolom, tinggi lantai
dan material bangunan. Tahap kedua
desain terinci yang antara lain meninjau
penentuan besar penampang lintang
balok, kolom dan elemen struktur
lainnya.
Untuk perencanaan gedung
bertingkat selain struktur harus berfungsi
dengan baik pada kondisi beban yang
bekerja, struktur yang direncanakan harus
mempunyai nilai ekonomis. Pada
dasarnya tujuan itu meliputi daya layan,
kekuatan yang cukup, fungi, estetika dan
ekonomi. Oleh sebab itu dibutuhkan satu
perencanaan dan perancangan yang
mantap.
Sedangkan di Indonesia peraturan
yang digunakan sebagai Pedoman
Standar Perencanaan dan Pelaksanaan
Bangunan Beton Bertulang telah berubah
berapa kali, mulai dari PBI 1935
(Peraturan Produk Pemerintah Penjajah
Belanda Di Indonesia), PBI 1955
merupakan terjemahan dari GBVI
(Gewapend Beton Voorschriften In
Indonesia) tentang perencanaan
menggunakan metode elastic dan cara n,
kemudian disusul PBI 1971 NI-2 yang
dirasakan telah ketinggalan zaman dan
perlu penyesuaian mengingat
perkembangan teknologi yang begitu
cepat dan tuntutan pembangunan itu
sendiri. Mengingat hat tersebut maka
kebutuhan akan peraturan sebagai
pedoman yang lebih sempurna dalam
dunia konstruksi, khususnya konstruksi
beton di Indonesia saat ini merupakan hal
yang wajar.
Dalam rangka penyempurnaan
peraturan yang ada, pemerintah dalam hal
ini Departemen Pekerjaan Umum telah
menerbitkan Draft Konsensus Beton
1989 dan kemudian disempumakan
dengan diterbitkannya Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton untuk
Gedung (TCPSB) 1991. TCPSB 1991
pula dasarnya merupakan format ACI
318-83 berikut penjelasannya dengan
beberapa pertimbangan lain yang
disesuaikan dengan kondisi Indonesia.
Salah satu butir penyempurnaan
yang terdapat dalam TCPSB 1991 adalah
mengenai Ketentuan Khusus Untuk
Perancangan Gempa yang merupakan
penyempurnaan dari PBI 1971, serta
perhitungan untuk perencanaan yang
lebih diutamakan pada kekuatan batas.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas, maka dapat
dirumuskan hal-hal sebagai berikut, yaitu
: “Bagaimana cara menganalisis struktur
kolom pada suatu portal gedung
bertingkat dengan metode kekuatan
batas?”
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui masalah yang dihadapi
dalam rangka melakukan analisis
perencanaan suatu konstruksi bangunan
bertingkat, sehingga penulis dapat
merencanakan dan menghitung suatu
konstruksi, mulai dari perhitungan
pendimensian, pembebanan, perhitungan
statika, perhitungan penulangan dan
gambar penulangan.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN
Kolom adalah salah satu
komponen batang vertikal yang
mengalami tekanan dan lenturan akibat
beban yang ada di atasnya. Kolom akan
memindahkan beban dari lantai di
atasnya ke lantai di bawahnya dan
selanjutnva beban kolom akan
dipindahkan ke struktur pondasi yang ada
di bawah tanah, kolom secara struktural
merupakan elemen yang lebih penting
dari pada balok, maka nilai faktor reduksi
kekuatan (Φ) lebih kecil dibandingkan
dengan Φ untuk lentur, geser dan torsi.
Prinsip-prinsip tegangan dan
regangan yang digunakan dalam analisis
balok juga digunakan pada kolom.
Karena pada kolom beban aksial tekan
yang lebih dominan maka perilaku
kegagalan tekan akan muncul bila
perbandingan beban aksial terhadap
momen besar.
Seperti pada balok, kekuatan
kolom dihitung dengan menggunakan
prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
a) Distribusi regangan adalah linier
sepanjang penampang kolom.
b) Regangan pada baja dan beton
pada tempat sambungannya
adalah sama (tidak akan timbul
kemungkinan selip antara beton
dan baja)
c) Regangan maksimum beton yang
diijinkan 0,003 in/in (mm/mm)
d) Kekuatan tarik beton diabaikan
dalam analisis.
2.2. TIPE-TIPE KOLOM
Kolom dapat digolongkan
menurut bentuk dasar dan susunan
tulangan kolom, posisi beban pada
penampang, dan panjang kolom
dibandingkan dengan ukuran
penampangnya.
Menurut bentuk dan susunan
penulangannya, kolom dapat dibagi
menjadi 3 tipe :
1. Kolom persegi atau bulat dengan
tulangan memanjang serta
sengkang ikat.
2. Kolom bulat dengan tulangan
memanjang serta tulangan
sengkang spiral.
3. Kolom komposit, dimana struktur
profil baja di cor dalam beton.
2.3. KEGAGALAN KOLOM
Kegagalan kolom dapat terjadi
karena:
1) Kegagalan material oleh pelelehan
awal baja tulangan pada daerah
tarik.
2) Pecahnya beton pada daerah tekan
beton.
3) Hilangnya stabilitas lateral dan
struktur
Jika kegagalan kolom akibat
hancurnya material, maka kolom tersebut
dikatakan sebagai kolom pendek. Jika
panjang kolom bertambah sehingga
kegagalan kolom akibat terjadinya tekuk,
maka dikatakan sebagai kolom panjang.
Peralihan dari kolom pendek ke kolom
panjang biasanya diidentifikasi dengan
menggunakan perbandingan antara
panjang efektif K. Lu dengan jari-jari
girasi r.Dimana:
K = Faktor yang tergantung dari
ujung-ujung kolom tersebut yang
dinyatakan dengan braced atau unbraced.
Lu = Panjang atau tinggi kolom
yang tidak terkekang.
2.4. PENGARUH PANJANG PADA KOLOM
Pemakaian metode kekuatan di
dalam perencanaan, bersamaan dengan
penggunaan tulangan dan beton yang
bermutu lebih tinggi telah mengarahkan
kepada peningkatan penggunaan unsur-
unsur yang lebih langsing yang
cenderung untuk menekuk. Kolom yang
langsing cenderung untuk menekuk
disebut sebagai kolom panjang. Peralihan
dan kolom pendek ke kolom panjang
biasanya di identifikasi dengan
menggunakan perbandingan antara
panjang efektif K.Lu dan jari-jari girasi r.
3. METODOLOGI
3.1. PERENCANAAN DATA PERENCANAAN
Sesuai tujuan utama yaitu dapat
menganalisis dan mendesain kolom
portal beton yang memenuhi syarat
keamanan pada struktur serta dapat
mengaplikasikan peraturan-peraturan
yang terkandung dalam TCPSB- 1991
pada perencanaan sebenarnya, maka
sebagai data perencanaan dimodelkan
bentuk struktur portal 3 lantai yang
berfungsi sebagai gedung perkantoran,
dengan tipe struktur beton bertu1ang,
mutu beton 175 kg/cm2 dan mutu baja
3200 kg/cm2.
3.2. LINGKUP PERENCANAAN
a) Bentuk denah plat dan portal
dimodelkan.
b) Dimensi plat dan balok ditentukan.
c) Beban yang diperhitungan adalah
beban mati, beban hidup dan
gempa.
d) Analisa statika menggunakan
program STAAD PRO.
e) Struktur dianalisis menggunakan
metode kapasitas desain.
f) Perhitungan penulangan
dicontohkan pada kolom yang
mempunyai momen terbesar.
3.3. DIAGRAM ALIR PENULISAN
4. HASIL PENELITIAN
4.1. PERHITUNGAN PEMBEBANAN
a) PADA BALOK ANAK (c)
Q1 = ½ x 1,50 x 1,50 = 1,125
DIAGRAM ALIR PENULISAN
HASIL PENELITIAN
PERHITUNGAN PEMBEBANAN
PADA BALOK ANAK (c)
= ½ x 1,50 x 1,50 = 1,125 Q2 = 1,50 x 1,50 = 2,250
= 1,50 x 1,50 = 2,250
R = Q1 + Q2 = 1,125 + 2,250 = 3,375
Mmax = MT
1/8 x heq x 12 = R x 3,00 – Q
1,50 + 1,50) – Q2 x 0,75
b) PADA BALOK INDUK (a)
Q1 = ½ x 3,00 x 1,50 = 2,250
Q2 = ½ x 1,50 x 1,50 = 1,125
R = Q1 + Q2 = 2,250 + 1,125 = 3,375
Mmax = MT
c) PADA BALOK INDUK (b)
Q = ½ x 3,00 x 1,50 = 2,250
R = Q = 2,250
Mmax = MT
1/8 x heq x 12 = R x 3,00 – Q x 1,50
1/8 x heq x 6.00 2 = 2,250 x 3,00
1,50
heq = 0,75
= 1,125 + 2,250 = 3,375
Q1 x (1/3 x
1/8 x heq x 6.00 2 = 3,375 x 3,00
(1/3 x 1,50 + 1,50) – 2,250 x 0,75
heq = 1,375
PADA BALOK INDUK (a)
= ½ x 3,00 x 1,50 = 2,250
= ½ x 1,50 x 1,50 = 1,125
= 2,250 + 1,125 = 3,375
1/8 x heq x 12 = R x 4,50
3,00 + 1,50) – Q2 x (1/3 x 1,50)
1/8 x heq x 9.00 2 = 3,375 x 4,50
(1/3 x 3,00 + 1,50) – 1,125 x (1/3 x 1,50)
heq = 0,778
PADA BALOK INDUK (b)
Q = ½ x 3,00 x 1,50 = 2,250
Q x 1,50
= 2,250 x 3,00 – 2,250 x
4.2. PERHITUNGAN PROGRAM STAAD-PRO
Perhitungan
dengan program STAAD
kombinasi pembebanan sebagai berikut:
a. Kombinasi beban
beban hidup (L)
U = 1,2 . D + 1,6 . L
= 3,375 x 3,00 – 1,125 x
2,250 x 0,75
= R x 4,50 – Q1 x (1/2 x
x (1/3 x 1,50)
= 3,375 x 4,50 – 2,250 x
1,125 x (1/3 x 1,50)
PERHITUNGAN PROGRAM
Perhitungan statika dilakukan
STAAD-Pro dengan
kombinasi pembebanan sebagai berikut:
Kombinasi beban mati (D) dan
beban hidup (L)
U = 1,2 . D + 1,6 . L
b. Kombinasi beban mati (D), beban
hidup (L) dan beban gempa (E)
U = 1,05 (D + L + E)
c. Kombinasi beban mati (D) dan
beban gempa (E)
U = O,9 (D + E)
Dari tiga kombinasi pembebanan
tersebut diambil nilai perhitungan statika
terbesar / maksimum sebagai contoh data
pcrencanaan struktur baik untuk gaya
aksial, gaya geser maupun untuk momen.
Dan ketiga kombinasi didapat
hasil momcn pada kolom yang paling
maksimum terdapat pada kombinasi
beban mati ,beban hidup dan gempa,
yaitu :
Mu1 = 618,997 kNm = 6.189.970 kgcm
Mu2 = 759,081 kNm 7.590.810 kgcm
Pu = 61.800 kg
4.3. PERHITUNGAN PENULANGAN
4.3.1. FAKTOR KELANGSINGAN
EcIk = (4700 �17,5 . 10) (1/12 . 40 . 703)
= 2,25.1011 Kgcm2
EclbI-II = (4700 �17,5 . 10) (1/12 . 40 .
703) = 2,25.1011 Kgcm2
EclbII-III = (4700 �17,5 . 10) (1/12 . 40 .
503) = 8.19.1010 Kgcm2
Kekakuan relatif :
Ψ = �,��.����
����
�,��.����
���
�,��.����
����
�,��.����
���
= ������,�
����.��� = 2,29
Ψ = 0
Dari diagram alignment chart
kolom tanpa pengaku diperoleh k = 0,9
k . lu = 0,9 . 600 = 540 cm
r = 0,3 h = 0,3 . 70 = 21 cm
���
� =
���
�� = 25,71 > 22 Faktor
kelangsingan diperhitungkan
4.3.2. PEMBESARAN MOMEN (Mc)
Pc =
��
(���)� = π�.�,�� .���
(���)� = 7615435,50 kg
Cm = 0,6 + 0,4 ���
��� = 0,6 + 0,4
�������
�������=
1,09
�b = ��
� � ��
∅�� =
�,��
� � �����
�,�� .�������,� = 1,10
Mc = �b . Mu2 = 1,10 . 7590810 =
8.349.891 kgcm
4.3.3. TULANGAN POKOK
Mu = Mc = 8.349.891 kgcm
Pu = 61.800 kg
b = 40 cm ; h = 70 cm
d = 70 – 7 = 63 cm
� = �’ = ��
�� = 0,01
�� = As’ = 0,01 . 40 . 63 = 25,2 cm2
Tulangan tarik = 7 D 22 (As = 26,61 cm2)
Tulangan tekan = 7 D 22 (As = 26,61
cm2)
d aktual = 700 = 40 – 10 – ½ . 22 = 639
mm
m = ��
�,��.��′ =
���
�,��.��,� = 21,51
�� = 0,85 . 0,85 . ��,�
��� [
���
�������]
= 0,0258
����� = 0,75 ��
= 0,75 . 0,0258 = 0,0193
4.3.4. TULANGAN SENGKANG
Digunakan tulangan sengkang
10 mm jarak
4.3.5. SKET PENULANGAN
5. PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Hasil analisis kolom
percncanaan struktur portal gedung
bertingkat yang berfungsi sebagai
perkantoran, dengan
struktur rangka terbuka dan daktilitas
penuh, adalah sebagai berikut:
Momen maksimum kolom terbesar
terjadi path kombinasi
pembebanan: 1,05 beban
1,05 beban hidup + 1,05
gempa, yang terletak pada elemen
5.
Kolom merupakan kolom
dimana = 25,71 > 22
Tulangan pokok:
Tulangan tarik = 7 D 22 ( As 26,61
cm2)
= 0,75 . 0,0258 = 0,0193
SENGKANG
Digunakan tulangan sengkang ∅
a. 16 kali ∅ tulangan pokok = 16 x
22 = 352 mm
b. 48 kali ∅ tulangan sengkang = 48
x 10 = 480 mm
c. Dimensi terkecil kolom = 400 mm
Maka digunakan tulangan
sengkang ∅ 10 – 250
PENULANGAN
Hasil analisis kolom pada studi
percncanaan struktur portal gedung
ngkat yang berfungsi sebagai gedung
perkantoran, dengan menggunakan
struktur rangka terbuka dan daktilitas
sebagai berikut:
kolom terbesar
terjadi path kombinasi
beban mati +
1,05 beban
gempa, yang terletak pada elemen
kolom langsing,
= 25,71 > 22
7 D 22 ( As 26,61
Tulangan tekan =
cm2)
5.2. SARAN
Pada perencanaan struktur tahan
gempa menggunakan konsep daktilitas
penuh memakai analisis
masih dapat diefisienkan lagi jika
menggunakan analisis perencanaan 3D,
tetapi masih harus memperhatikan
peraturan - peraturan yang ada, karena
akan lebih efisien dan dapat menghemat
biaya.
DAFTAR PUSTAKA Chu-Kia Wang, Charles G. Salmon,
1985, Desain Beton
Jilid 1. Edisi
Erlangga.
tulangan pokok = 16 x
tulangan sengkang = 48
x 10 = 480 mm
Dimensi terkecil kolom = 400 mm
Maka digunakan tulangan
tekan = 7 D 22 ( As 26,61
perencanaan struktur tahan
menggunakan konsep daktilitas
analisis 2D, kiranya
masih dapat diefisienkan lagi jika
menggunakan analisis perencanaan 3D,
tetapi masih harus memperhatikan
peraturan yang ada, karena
akan lebih efisien dan dapat menghemat
Kia Wang, Charles G. Salmon,
1985, Desain Beton Bertulang”.
Edisi keempat, Penerbit
Chu-Kia Wang. Charles G. Salmon,
1985, “Desain Beton Bertulang”,
Jilid 2, Edisi keempat, Penerbit
Erlangga.
Departemen Pekerjaan Urnurn.
Pedoman Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Rumah dan
Gedung, SKBI 11 355 — 1987.
Departemen Pekejaan Umum, SKSNI T-
15-1991-03 (SNI-03-2847-1992).
Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung.
Penerbit Yayasan Lembaga
Masalah Bangunan. Ditjen Cipta
Karya Bandung, 1991.
Departemen Pekerjaan Umum, Peraturan
Pembebanan Indonesia untuk
Gedung, 1983 (SNI-03-2847-
1992), Penerbit Yayasan
Penyelidikan Masalah Bangunan.
Ditjen Cipta Karya Bandung,
1991.
Edward G. Nawy, P.E, 1985, “Beton
Bertulang Suatu Pendekatan
Dasar”, Penerbit PT. Eresco
Bandung.
Istimawan Dipohusodo, 1999, “Struktur
Beton Bertulang, Berdasarkan SK
SN1 1-15-1991 -03,Departemcn
Pekerjaan Umum Republik
Indonesia, Penerbit PT. Gramedia.
Lourentius Wahyudi, Syaril A. Rahim,
Struktur Beton Bertulang.