document1
DESCRIPTION
1TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan alasan pemilihan judul dalam latar belakang yang
dilengkapi juga dengan fakta-fakta pendukungnya, rumusan masalah, tujuan, metode
penelitian yang digunakan dan metode perancangan.
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang memiliki beragam suku dan agama. Agama
yang telah disahkan di Indonesia antara lain, yaitu Kristen Protestan, Kristen Katolik,
Islam, Hindu, Buddha dan Konghucu. Masing-masing agama memilki tempat
ibadahnya dengan ciri khas masing-masing yang membedakannya dengan tempat
ibadah agama lainnya. Pembangunan tempat ibadah bukannya hanya sekedar sebagai
wadah untuk melaksanakan ibadah, namun pembangunana ibadah juga berdasarkan
atas UUD Indonesia pasal 29 ayat 1 dan 2 yang menyatakan tentang kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk dan melaksanakan ibadah menurut
kepercayaannya.
Agama Buddha secara garis besar memiliki dua aliran besar, yaitu Mahayana
dan Theravada. Kemudian kedua aliran tersebut berkembang banyak sub-sub aliran
yang mempunyai beragam cara praktek ritual. Tempat ibadah untuk agama Buddha
adalah Vihara, namun banyak umat awam yang mengidentikkan vihara dengan
klenteng. Klenteng dan vihara pada dasarnya berbeda dalam arsitekrur, umat dan
fungsi. Klenteng pada dasarnya berfungsi sebagai tempat aktivitas social masyarakat
selain fungsi spiritual. Sedangkan vihara tidak hanya berfungsi untuk spiritual saja,
namun juga sebagai tempat belajar ajaran Buddha dan juga sebagai tempat tinggal para
Bhikkhu. Sebuah vihara harus memperhatikan konsep Bhuddis yang paling mendasar,
yaitu konsep Buddha (guru), Dhamma (ajaran) dan Sangha (siswa). Konsep Buddha
dapat diwujudkan dengan tempat untuk melaksanakan puja bakti dengan arca Buddha
di dalamnya. Dhamma diwujudkan dengan ruang yang disediakan untuk belajar
Dhamma. Sedangkan Sangha diwujudkan dengan adanya tempat tinggal untuk para
Bhikkhu.
1
Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah penduduk terus bertambah setiap
tahunnya. Tentu saja jumlah penganut agama Buddha juga bertambah, sehingga hal
tersebut menuntut akan adanya tempat ibadah yang mampu menampung jumlah umat
yang terus bertambah dan juga dapat mewadahi segala aktivitas keagamaan.
Saat ini berdasarkan data statistik di Bali tahun 2011, tercatat jumlah penganut
agama Buddha adalah sebanyak 23.030 jiwa dengan jumlah penganut Buddha
terbanyak berada di Denpasar dengan jumlah 12.704 jiwa dengan peningkatan jumlah
umat Buddha pada tahun 2011 sebesar 1,26%. Menurut Departemen Agama di antara
penganut agama Buddha, sekitar 60 persen mengikuti aliran Mahayana, 30 persen
beraliran Theravada, dan 10 persen sisanya merupakan aliran Tantrayana. Menurut
data BPS tercatat ada 7 Vihara yang berada di Denpasar, dan Vihara Mahayana yang
ada di Denpasar saat ini hanya terdapat 1 vihara. Menurut Keputusan Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Standar
Pelayanan Minimal, minimal tersedia 1 tempat ibadah per 2500 jiwa dan dengan
jumlah umat Mahayana yang ada maka tempat ibadah untuk umat Mahayana yang
tersedia saat ini masih kurang, selain itu kapasitas Vihara-vihara yang ada di Denpasar
tidak memenuhi kapasitas umat yang ada dimana kapasitas vihara yang ada saat ini
hanya berkisar sekitar 100-400 sehingga pada saat upacara hari besar agama Buddha
kapasitas ruangan Vihara tidak mencukupi untuk jumlah umat yang ada.
Dalam mengembangkan ajaran Agama Buddha tidak terlepas dari proses
pembinaan dan pengembangan spiritual umat Buddha itu sendiri dan untuk
pelaksanaan proses itu diperlukan berbagai sarana dan fasilitas sebagai penunjang
kelancaran dan keberhasilan proses tersebut, misalnya tersedianya sarana Vihara yang
memadai. Selain itu sebuah Vihara juga berfungsi sosial keagamaan, yaitu memberikan
pelayanan sosial dan kerohanian kepada umat Buddha yang membutuhkannya, yang
mana untuk kelancaran segala kegiatan dan proses tersebut dibutuhkan fasilitas-
fasilitas yang memadai.
Oleh karena itu, fungsi dan peran Vihara seharusnya ditingkatkan terus
menerus agar mampu menjawab harapan-harapan itu, namun untuk meningkatkan
kemampuan Vihara haruslah senantiasa memperhatikan sarana dan fasilitas yang
tersedia untuk kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan fungsi dan peran Vihara itu
sendiri.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang melandasi pemikiran perencanaan Vihara
Mahayana, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Apakah spesifikasi dari aktivitas dan civitas pada Vihara Mahayana di
Denpasar?
2. Bagaimana menentukan dimensi ruang yang ideal untuk dapat menentukan
program ruang dan tapak di Vihara Mahayana di Denpasar?
3. Bagaimana konsep perencanaan tapak, bangunan, struktur, dan utilitas
dalam perancangan bangunan Vihara Mahayana di Denpasar ?
1.3 Tujuan
Adapun beberapa tujuan perencanaan dan perancangan Vihara Mahayana di
Denpasar, antara lain :
1. Merumuskan spesifikasi berdasarkan penjabaran aktivitas dan civitas Vihara
Mahayana di Denpasar.
2. Menentukan program ruang dan tapak sesuai dengan persyaratan, organisasi
dan hubungan ruang, kebutuhan fungsional, performansi, dan arsitektural
dalam Vihara Mahayana di Denpasar.
3. Merumuskan konsep perencanaan tapak, bangunan, struktur, dan utilitas
dalam perancangan Vihara Mahayana di Denpasar agar dapat dimanfaatkan
dengan baik.
1.4 Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi tugas akhir menggunakan teknik pengumpulan data
dan teknik perancangan.
1.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam proses pengumpulan data ada dua, yaitu data
primer dan data sekunder:
1. Wawancara
Menurut Kamdhi (2003, 95) wawancara adalah suatu bentuk Tanya jawab
dengan narasumber dengan tujuan mendapatkan keterangan, penjelasan,
pendapat, fakta dan bukti tentang suatu masalah atau suatu peristiwa.
3
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara kepada pihak-pihak sekretariat
Vihara Sila Prabha dan Vihara Buddha Dharma di Bali dengan cara
menanyakan hal-hal yang terkait pada Vihara seperti pengelolaan dan
peraturan-peraturan tentang Vihara.
2. Studi lapangan
Menurut Djaali & Muljono (2007, 16) observasi adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan seacar sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan
obyek pengamatan.
Dalam hal ini penulis melakukan peninjauan langsung terhadap proyek sejenis
ataupun proyek lain yang sejenis yaitu pada Vihara Sila Prabha dan Vihara
Buddha Dharma serta melakukan dokumentasi dengan kamera pada ruang-
ruang yang ada pada Vihara Prabha dan Vihara Buddha Dharma.
3. Studi literature
menurut Maryati (2007) studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan
pengumpulan data dan informasi dari berbagai sumber. Sumber-sumber
kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian
(tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran
dll) tentang agama Buddha dan Vihara dan fasilitasnya.
1.4.2 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu teknik
analisis kualitatif dan kuantitatif:
a. Teknik Analisis Kualitatif
Menganalisis dengan teknik ini yaitu dengan cara mendeskripsikan data yang
diperoleh berdasarkan pokok bahasan Vihara Mahayana di Denpasar. Baik itu
tentang data awal seperti pengertian, fungsi, tujuan, fasilitas dan kegiatannya,
serta sistem pengelolaan dan lingkup layanannya.
b. Teknik Analisis Kuantitatif
Analisis kualitatif dilakukan dengan menganalisis kebutuhan ruang
berdasarkan dimensi dan luasan ruang yang diperlukan dalam Vihara
Mahayana di Denpasar. Data ini juga dikaitkan dengan regulasi yang ada,
persyaratan ruang yang dibutuhkan, standar yang berlaku, dimana untuk
melengkapi data ini juga dilakukan perbandingan terhadap proyek sejenis.
4
Hasil dari analisis ini untuk dapat menentukan program tapak dan program
ruang yang dibutuhkan.
5