document1

Upload: mhya-karmila-opct

Post on 14-Oct-2015

51 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hrdrtd

TRANSCRIPT

1:23 Pemeriksaan Spesifik Shoulder Joint PEMERIKSAAN SPESIFIK1. Yergasons test.Tes ini dilakukan untuk menentukan apakah tendon otot biceps dapat mempertahankan kedudukannya di dalam sulkus intertuberkularis atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan dengn meminta pasien untuk memfleksikan elbow sampai 90 dan supinasi lengan bawah dan stabilisasi pada thoraks yang berlawanan dengan pronasi lengan bawah. Pasien diminta untuk melakukan gerakan lateral rotasi lengan melawan tahanan.

Hasil positif jika ada tenderness di dalam sulkus bicipitalis atau tendon ke luar dari sulcus, ini merupakan indikasi tendinitis bicipitalis.

2. Speed testPemeriksa memberikan tahanan pada shoulder pasien yang berada dalam posisi fleksi, secara bersamaan pasien melakukan gerakan supinasi lengan bawah dan ekstensi elbow. Tes ini positif apabila ada peningkatan tenderness di dalam sulcus bicipitalis dan ini merupakan indikasi tendinitis bicipitalis.

3.Drop-arm test / Test MoseleyTes ini dilakukan untuk mengungkapkan ada tidaknya kerusakan pada otot otot serta tendon yang menyusun rotator cuff dari bahu. Pemeriksa mengabduksikan shoulder pasien sampai 90 dan meminta pasien menurunkan lengannya secara perlahan-lahan atau timbul nyeri pada saat mencoba melakukan gerakan tersebut.

Hasil tes positif indikasi cidera pada rotator cuff complex.

4. Supraspinatus testABD shoulder pasien sampai 90 dalam posisi netral dan pemeriksa memberikan tahanan dalam posisi tersebut. Medial rotasi shoulder sampai 30, dimana thumb pasien menghadap ke lantai. Tahanan terhadap ABD diberikan oleh pemeriksa sambil melihat apakah ada kelemahan atau nyeri, yang menggambarkan hasil tes positif. Jika hasil tes positif indikasi ada kerobekan / cidera otot atau tendon supraspinatus.

5. Apprehension test untuk dislokasi posterior shoulderPemeriksa memfleksikan kedepan shoulder pasien disertai medial rotasi, lalu pemeriksa menekan kearah posterior elbow pasienHasil positif indikasi akan terlihat atau tampak kecemasan pada wajah pasien dan pasien akan mempertahankan gerakan selanjutnya.

6. Apprehension test untuk dislokasi anterior shoulderPemeriksa mengabduksikan dan lateral rotasi shoulder pasien secara perlahan. Jika tes positif indikasi dapat terlihat atau merasakan kecemasan pada wajah pasien dan pasien akan mempertahankan gerakan selanjutnya7. Allen ManeuverPemeriksa memfleksikan elbow pasien sampai 90, sementara shoulder ekstensi horizontal dan lateral rotasi, disertai rotasi kepala pasien ke sisi yang berlawanan. Pemeriksa mempalpasi denyut a.radialis yang biasanya hilang pada saat kepala rotasi ke sisi yang berlawanan dari lengan yang di tes. Jika tes positif indikasi adanya TOCS.

8. Adson ManeuverKepala pasien rotasi ke sisi shoulder yang diperiksa lalu ekstensi kepala pasien sementara pemeriksa memposisikan shoulder pasien lateral rotasi dan ekstensi. Pemeriksa melokalisir denyut a.radialis dan pasien diminta untuk menarik napas yang dalam. Jika denyutnya hilang indikasi tes positif ( TOCS).

9. Apley Scratch testPasien diminta menggaruk daerah di sekitar angulus medialis scapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada pola gerakan tersebut otot-otot abductor dan eksternal rotasi bahu bekerja. Pada tendonitis supraspinatus, bursitis dan kapsulitis adhesive bahu apley scratch tes tidak dapat dilakukan oleh pasien karena timbul nyeri disekitar persendian bahu.

10. Test RoosPosisi pasien duduk dengan bahu retraksi dan depresi sejauh mungkin, selanjutnya pasien diminta untuk menutup dan membuka jarinya kuat-kuat secara bergantian. Posisi ini menyebabkan kompresi didalam berbagai pintu sementara itu perlu adanya penyediaan darah ekstra karena kerja otot tersebut. Orang sehat biasanya mampu melakukan gerakan ini dengan mudah selama 3 menit. Sedangkan pasien dengan TOCS sudah merasakan timbul keluhan dalam waktu 1 menit. Yang paling menyolok pasien merasakan kelelahan yang berlebihan di dalam membuka jari.

C. Pemeriksaan Pada Frozen ShoulderMerupakan istilah untuk semua gangguan pada sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan pembatasan lingkup gerakan.Pembatas lingkup gerakan di sendi bahu akibat gangguan miofasial sering dikelompokkan juga dalam frozen shoulder, sehingga termasuk di dalamnya Bursiris Akromialis, Tendinitis Supraspinatus, Tendinitis Bisipitalis, yang tepatnya digolongkan dalam kelompok periarthritis.

Pembagian Frozen shoulder :1. Periarthritis Tendinitis Supraspintus Tendinitis Bisipitalis Bursitis Akromialis 2.Kapsulitis Adehesive Sama seperti pada penderita periarthritis, yaitu tidak dapat menyisir rambut karena nyeri dan bagian di depan samping bahu. Nyeri pada daerah tersebut terasa jika lengan digerakkan secara aktif, ini berarti bahwa gerakan aktif dibatasi nyeri. Tetapi bila gerakan pasif diperiksa, maka ternyata gerakan tersebut pun terbatas karena adanya sesuatu yang disebabkan oleh perlengketan. Bila diperiksa, maka nyeri yang dirasakan bagian depan dan samping bahu menjalar ke lipatan siku dan ke permukaan anterior lengan bawah serta ke daerah otot pectoralis

Keterbatasan sendi bahu (kaku pada bahu) dikaitkan dengan kapsula adhesive secara langsung disebabkan oleh :1. Causa Primair Pengerutan / atropi dari hampir seluruh atau sebagian kapsula sendi glenohumeral pada bagian anterior dan caudal Perlengketan antara kapsula sendi jaringan lunak disekitarnya Penurunan tingkat elastisitas kapsula sendi 2.Causa Sekundair Adanya nyeri saat sendi diupayakan bergerak / digerakkan (mobilisasi) Kelemahan otot di sekitar bahu

Keadaan bahu seperti di atas dapat diawali dengan tendinitis Supraspinatus / Bisipitalia atau Bursitis Acroamilis, karena tidak diobati dan gerakan di sendi bahu yang menimbulkan nyeri tidak dilatih, maka lama kelamaan menimbulkan perlengketan.Frozen shoulder dapat terjadi selain karena gangguan miofisial rotator cuff, dapat pula dikarenakan oleh Diabetes Melitus, disuse dari sendi bahu yang sering terjadi pada stroke / Hemiparese / Hemiplegia, Immobilisasi (fraktur, dislokasi, operatif). Kebanyakan penderita frozen shoulder adalah wanita yang umur di atas 40 tahun.

Frozen Shoulder Akibat Tendinitias SupraspinatusOtot supraspinatus dengan tendonnya sering menjadi korban pekerjaan atau trauma. Karena bekerja terlampau berat dan berkepanjangan dengan lengan yang harus mengangkat (kontraksi isotonik) atau harus mendorong, menyangga (kontraksi isometric) dan sebagainya, maka otot-otot rotator cuff bisa mengalami gangguan dan kerusakan.Tendinitis supraspinatus ini disebabkan oleh kerusakan akibat gesekan atau penekanan yang berulang-ulang dan berkepanjangan oleh tendon otot biceps dalam melakukan gerakan ekstensi lengan dan ke depan. Tendon otot supraspinatus dan tendon otot biceps bertumpang tindih dalam melewati terowongan yang dibentuk oleh caput humeri yang dibungkus oleh capsul sendi glenohumeral sebagai lantainya, dan ligamentum ccoracoacromialis serta akromiom sebagai atapnya. Adakalanya berkus neurovakuler yang mendampingi tendon otot supraspinatus ikut terjebak, sehingga terjadi ischemia otot supraspinatus.

Adanya gerakan atau penekanan yang berulang-ulang akan diikuti dengan proses peradangan akut proses peradangan akan ditandai dengan nyeri dan oedema pada sendi baku, diikuti spasme otot sekitar shoulder dan fuctional lesa. Jika terjadi proses peradangan fisiologi maka dalam 3 minggu keadaan ini menjadi baik, tetapi jika berubah menjadi proses patologi maka akan terjadi proses peradangan berlanjut yang ditandai dengan adanya; deformity, disability, atropi, oedema dan nyeri yang terjadi pada daerah bahu.1.Frozen / Kaku / Keterbatasan Gerakan Glenohumeral JointPada tahap regenerasi (4 hari 3 minggu) tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka nosisensorik tetap meninggi (proses radang terus berlanjut) penderita sulit bergerak karena nyeri bahu, jaringan parut yang dihasilkan tidak maksimal terulur, selain itu akibat proses peradangan kronis suplai makanan berkurang sehingga terjadi atropi atau kematian jaringan pada kapsula sendi. Kapsula menjadi mengerut terjadi perlengketan dan berkurang elastisitasnya. Atropi biasanya terjadi pada hampir seluruh sisi kapsula (dominan anterior dan caudal) yang ditandai dengan gerakan eksorotasi dan abduksi paling sering terbatas.

2.Nyeri Bahu / PainProses peradangan yang berlanjut bisa diakibatkan proses regenerasi jaringan tidak terjadi. Nosisensorik tetap peka dengan NAR yang rendah. Keadaan ini menyebabkan setiap pergerakan di bahu menimbulkan nyeri / sakit gerak. Nyeri akan dirasakan pada C3-C4 sehingga otot-otot yang dipersafinya bisa mengalami spasme seperti : M. Deltoid, M. Supra / Infra, M. Teres Minor, yang berakibat menambah frozen shoulder

3.Atropi otot dan Kelemahan pada M. Deltoid, Supra / Infra Keadaan kronis pada bahu yang berulang dari 4 hari / 2-3 minggu ke atas menyebabkan otot tidak dapat digunakan secara baik. Akibat nyeri, spasme pada Frozen, otot cenderung tidak digunakan, akibatnya sifat fisiologi otot menurun. Serabut otot (myofibril) mengalami atropi sehingga fleksibilitas dan ekstensibilitas menurun. Atropi secara langsung berdampak pack fungsi motor unit saraf motorik yang bertanggung jawab sehingga kekuatan otot akan menurun.

A.Data-Data Medis Rumah Sakit Diagnosa : Frozen shoulder Terapi umum : Medica MentosaB.Pemeriksaan Fisioterapi 1.Anamnesisa.Umum Nama : Kasim Nurhasjaiddin Umur : 57 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pekerjaan : Pensiunan Alamat : Soppeng

b.Khusus Keluhan utama : Kaku dan nyeri Lokasi keluhan : bahu bagian kiri Sifat keluhan : Terlokalisir Kapan terjadi : 2 minggu yang lalu2.Inspeksia.Statik Bahu dalam keadaan simetris Tidak ada atropi otot b.Dinamis Sakit kalau digerakkan

3.Pemeriksaan Fungsia.Tes Orientasi Pasien tidak bisa memegang tulang belikat (scapula) sisi kontraletal Pasien tidak bisa memegang telinga sisi kontralateral Pasien tidak mampu menyisir dan mengambil dompet di saku celana b.Pemeriksaan Fungsi Dasar Aktif Fleksi : Nyeri, ROM Terbatas Ekstensi : Nyeri, Full ROM Endorotasi : Nyeri, ROM Terbatas Exorotasi : Nyeri, ROM Terbatas Abduksi : Nyeri, ROM Terbatas Adduksi : Nyeri, ROM Terbatas Pasif Fleksi : Nyeri + Terbatas, soft end feel Ekstensi : Nyeri, Full ROM, elastis end feel Endorotasi : Nyeri + Terbatas Hard end fell Exorotasi : Nyeri, full ROM, hard end feel Abduksi : Nyeri + Terbatas, hard end feel Adduksi : Nyeri, Full ROM, elastis end feel TIMT Fleksi : Normal Ekstensi : Normal Endorotasi : Normal Exorotasi : Nyeri, kelemahan otot Abduksi : Nyeri Adduksi : Nyeri

4.Pemeriksaan Fungsi Tambahana.Palpasi Nyeri tekan pada otot deltoideus Spasme pada otot deltoideus pars medial Sircumferensia Test Tidak ada atropi otot b.ROM test Fleksi : Ekstensi : Endorotasi : Eksorotasi : Abduksi : Adduksi :

5.ADL Testa.Menyisir rambutb.Memasang tali BHc.Memegang scapula yang kontralaterald.Mengambil dompet di saku belakang Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Copyright 2011 Powered by BLOG-NYA FISIOTERAPIS INDONESIADesign by Risto Fisioterapihttp://www.artikel.indonesianrehabequipment.com/2012/01/pemeriksaan-spesifik-shoulder-joint.html

MENURUT PAK AKRAFPEMERIKSAAN SPESIFIK PADA REGIO SHOULDER

Oleh : Muhammad Akraf1. Palpasia. m. SupraspinatusPosisi Add-Internal rot penuh tangan belakang punggung.Palpasi ventrocaudal acromion, arah lateromedial.Lokasi tendoperiosteal; tendon. b. Tendon m. Biceps Caput LongumPosisi netral sedikit external rotasi. Palpasi sulcus bicipitalis sambil gerak external-internal rotasi.c. Bursa SubdeltoideaPosisi extension. Palpasi ventrocaudal acromion diatas tuberculum majus humeri. 2. Yargasons Test Tes ini dilakukan untuk menentukan apakah tendon otot bicep dapat mempertahankan kedudukannya didalam sulkus intertuberkularis atau tidak. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara memfleksikan elbow sampai 90o dan supinasi lengan bawah (lengan yang diperiksa) dan stabilisasi padad thorax yang berlawanan dengan pronasi lengan bawah (lengan yang tidak diperiksa). Selanjutnya pasien melakukan gerakan lateral rotasi lengan melawan tahanan. Hasil positif jika ada tenderness didalam sulcus bicepitalis atau tendon keluar dari sulcus, ini merupakan indikasi tendinitis bicipitalis.

2. Speed TestPemeriksa memberikan tahanan pada shoulder pasien yang berada dalam posisi fleksi, secara bersamaan pasien melakukan gerakan pronasi lengan bawah dan ekstensi elbow. Tes ini positif apabila ada peningkatan tenderness didalam sulcus bicipitalis dan ini merupakan indikasi tendinitis bicepitalis. 3. Drop-Arm Test atau Tes MoseleyTes ini dilakukan untuk mengungkapkan ada tidaknya kerusakan pada otot-otot serta tendon yang menyusun rotator cuff dari bahu. Pemeriksa mengabduksikan shoulder pasien sampai 900 dan meminta pasien menurunkan lengannya secara perlahan-lahan pada sisi tersebut sebisa mungkin. Tes ini positif jika pasien tidak dapat menurunkan lengannya secara perlahan-lahan atau timul nyeri hebat pada saat mencoba melakukan gerakan tersebut, hasil test positif indikasi cidera pada rotator cuff complex.

4. Supraspinatus TestAbduksi shoulder pasien sampai 900 dalam posisi netral dan pemeriksa memberikan tahanan dalam posisi tersebut . medial rotasi shoulder sampai 300, dimana thumb pasien menghadap kelantai, Tahanan terhadap abduksi diberikan oleh pemeriksa sambil melihat apakah ada kelemahan atau nyeri yang menggambarkan hasil test positif, jika hasil test positif indikasi kerobekan atau cidera otot tendon supraspinatus.

5. Apprehension Test Anterior (Untuk Subluksasi/Diskolasi Anterior Shoulder)Pemeriksa melakukan gerakan abduksikan dan lateral rotasi shoulder pasien secara perlahan, pemeriksa melakukan dorongan caput humeri ke depan, jika tes positif indikasi dapat terlihat atau merasakan kecemasan pada wajah pasien dan pasien akan mencoba mempertahankan gerakan selanjutnya.

7. Apprehension Test (Untuk Subluksasi/Diskolasi Posterior Shoulder)Pemeriksa melakukan gerakan fleksikan kedepan shoulder pasien disertai medial rotasi, lalu pemeriksa menekan kearah posterior elbow pasien. Hasil positif jika indikasi akan terlihat atau nampak pada wajah pasien dan pasien akan mempertahankan gerakan selanjutnya. Test ini indikasi dislokasi posterior.

8. Allen ManeuverPemeriksa memfleksikan nelbow pasien sampai 900 , sementara shoulder ekstensi horizontal dan lateral rotasi, disertai rotasi kepala pasien kesisi yang berlawanan, pemeriksa mempalpasi denyut a. radialis yang biasanya hilang pada saat kepala rotasi kesisi yang berlawanan dari lengfan yang di test , jika tes positif indikasi adanya TOCS, jangan lupa tanyakan apakah pasien merasakan sesuatu yang aneh.

9. Adson ManeuverKepala pasien rotasi kesisi shoulder yang diperiksa lalu ekstensi kepala, sementara shoulder pasien posisi lateral rotasi dan ekstensi pemeriksa melokalisir denyut a. radilis dan pasien diminta untuk menarik nafas yang dalam, jika denyutannya hilang indikasi test positif (TOCS test).

10. Halstead ManeuverPemeriksa menemukan denyut a. radialis dan menarik kearah bawah lengan yang di test, sementara leher pasien hyperekstensi dan rotasi kepala kesisi yang berlawanan, tidak ada atau hilangnya denyutan indikasi test positif untuk TOCS.

12. Tes CyriaxCyriax menggambarkan pasif elevasi scapula selama beberapa menit perlu dipertahankan. Timbulnya rasa kesemutan didalam jari tangan menunjukan adanay TOCS.

13. Tes RoosPosisi pasien duduk dengan bahu retraksi dan depresi sejauh mungkin dalam posisi bahu 90 serta elbow 90, selanjutnya pasien diminta untuk menutup dan membuka jarinya kuat-kuat dan secara bergantian, posisi menyebabkan kompresi didalam berbagai pintu sementara itu perlu adanaya penyediaan darah ekstra karena kerja otot tersebut. Orang sehat biasanya mampu melakukan gerakan ini dengan mudah selama tiga menit, sedangkan pasien dengan TOCS sudah merasakan timbul keluhan dalam waktu satu menit. Yang paling mencolok pasien merasakan kelelahan yang berlebihan didalam lengan dan tangannya dan tidak mampu mempertahankan gerakabn menutup dan membuka jari. Test ini lebih dapat dipercaya dibanding tes-tes yang lainnya menurut pengalaman yang memberikan nama tes ini.

14. Apley Strech TestUntuk pemeriksaan pasien diminta menggaruk-garuk daerah disekitar angulus medialis scapula dengan tangan sisi contralateral melewati belakang kepala pada pola gerakan tersebut otot-otot abductor dan eksternal rotasi bahu bekerja pada tendonitis supraspinatus, bursitis akromialis dan kapsulitis adhesive bahu apley scratch tidak dapat dilakukan oleh pasien karena timbul nyeri disekitar persendian bahu.

15. Joint Play Movement (JPM)a. Joint Glenohumeral Joint MLPP: posisi bonnet, traction kearah lateral serong cranioventral.b. Glenohumeral Joint Abduction, Posisi abduksi glenohumeral: Traction stretching inferior capsule. Dorsal translation stretching serabut oblique pembatas abd. Firm end feel.

c. Glenohumeral Joint Internal Rotation. Traction: stretching posterior capsule.Translation: stretching serabut oblique capsule pembatas internal rotation.Firm end feel?d. Glenohumeral Joint External Rotation.Traction: stretching anterior capsule. Translation: stretching serabut oblique capsule pembatas external rotation. Firm end feel?e. Glenohumeral Joint Horizontal Abduction . Traction: stretching anterocaudal capsule.Translation: stretching serabut oblique capsule pembatas horizontal abduction. Firm end feel.

f. Glenohumeral Joint Horizontal Adduction.Traction: stretching posterocaudal capsule.Translation: stretching serabut oblique capsule pembatas horizontal adduction. Firm end feel?

g. Acromion Clavicular Joint Lateral traction: MLPP: Stretching seluruh capsule ringan Permbatasan retraction: Stretching seluruh capsule.Translation: Stretching serabut oblique capsule tertentu

h. Sternoclavicular Joint Lateral tractionMLPP: Stretching seluruh capsule ringan. Permbatasan retraction: Stretching seluruh capsuleTranslation: Stretching serabut oblique capsule tertentu. Elevasi caudal translation, rectraction dorsal translation.i. Scapulothoracal Untuk test perlekatan scapulothoracal. Dorsal traction, Lateral translation, Cranial translation, Caudal translation.j. Intervertebral Joint : Shoulder Flexi penuh, gerak rotasi ipsilateral upper thoracal intervertebral.k. Costa I : Dorongan costa I ke caudal untuk winging test.

CERVIKALPEMERIKSAAN SPESIFIK REGIO CERVIKALIS

1. PalpasiSpinous proc. C2,6,7, C3-4-5, Proc transversus , Temporo mandibular joint.

2. Tes Kompresi (Comression Test)Tes ini dilakukan dengan cara menekan atau kompresi kepala pasien untuk mendeteksi ada tidaknya penekanan di foramen intervertebralis bagian cervical. Tes ini dikatakan positif apabila timbul nyeri sesuai dengan tingkat kompresi. Tes kompresi pada kepala dapat juga dilakukan dalam berbagai posisi : side fleksi kanan atau kiri, ekstensi dan fleksi kepala. Tes ini dikenal dengan ama Lhermitte test atau Spurling test.

3. Tes DistraksiApabila terdapat nyeri kerena kompresi pada radiks saraf dorsalis ditingkat cervical, maka dengan tes distraksi atau mengangkat kepala pasien secara perlahan, kompresi tersebut dapat dikurangi dengan demikian nyeri saraf menjadi berkurang atau hilang.

4. Tes Valsalva Tes ini akan meningkatkan tekanan intratekal. Jika terdapat proses desak ruang dikanalis vertebralis bagian cervical, maka dengan meningkatkan tekanan intertekal akan menimbulkan nyeri radikuler atau nyeri saraf sesuai dengan tingkat proses patologik di kanalis vertebralis bagian cervical. Menurut valsalva cara peningkatan intertekal adalah dengan meminta pasien mengejan pada saat ia menahan nafas. Tes ini positif jika timbul nyeri radikuler yang berpangkal ditingkat cervical dan menjalar kelengan.

5. Tes NaffzigerTes ini dapat dilakukan dalam posisi berbaring atau berdiri, caranya mint pasien mengejan pada saat kedua vena jugularis ditekan oleh pemeriksa menggunakan kedua tangannya. Dengan cara ini tekanan intracranial meningkat dan peningkatan tekanantersebut akan diteruskan sepanjang rongga arakhnoid medulla spinalis. Apabila terdapat proses desak ruang dikanalis vertebralis, misalnya ada tomor atau HNP, maka radiks yang terbentang atau teregang mendapat rangsangan pada waktu tes Naffziger dilakukan. Oleh sebab itu akan timbul nyeri melintasi kawasan dermatomnya.

6. Tes De Kleyn-NieuwenhuyseTes ini dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan vaskuler terutama yang mengarah pada arteri vertebralis. Tes ini dilakukan dalam posisi pesien berbaring. Pertahankan dalam posisi ekstensi dan rotasi maksimal selama 45 detik. Timbulnya nystagmus, rasa pusing, rasa mual, telinga berdesing dan rasa kurang enak badan memberi indikasi adanya kompresi vaskuler.

7. Segmental CO-C1 (Yes Joint)a. Self test : Active Flexion seluruh cervical: Gerak Fleksi-ekstensi kepala b. Pasif : Translasi Occyput ke dorsocranial.8. Segmental C1-C2 (No Joint)a. Self test : Active Flexion seluruh cervical dan ekstensi kepala, gerak rotasi kepala.b. Pasif : Posisi CPP, kepala ekstensi, Rotasi melalui procecus. Transversus C1

9. Muscle Length Test Contract relax stretch test pada Upper cervical ms, dominan otot-otot sub occypital springy end feel.Juga terjadi translasi posterior C0-C1 firm indikasi hypomobility. Pd forward head position.

10. Postero Antero Central Vertebral Pressure Test (PACVP) pada C2 - C7 Merupakan provokasi segmental yang hanya dilakukan untuk pemeriksaan.Yaitu dengan cara memberi tekanan atau compressi pada procesus spinalis secara perlahan dan hati-hati.Tujuannya : untuk mengetahui letak kelainan secara segmentasi region cervicalis.