15 mil

10

Upload: ali-reza

Post on 04-Aug-2015

164 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 15 mil
Page 2: 15 mil

15 MIL

Diterbitkan oleh:

dufix Publishing

Buku ini merupakan karya fiksi. Nama, karakter, tempat

dan kejadian merupakan rekayasa dari khayalan penulis.

Kesamaan kejadian atau tempat atau nama seseorang,

baik yang masih hidup atau sudah mati,

merupakan bentuk ketidaksengajaan.

Hak Cipta © oleh Ali Reza

Hak cipta dilindungi undang-undang

Kunjungi kami di:

http://neowerewolf.blogspot.com

Page 3: 15 mil

15 Mil

Aku dulu sepertimu. Muda, berambisi tapi selalu mengikuti aturan. Tiga puluh dua tahun

menjadi polisi, tapi harus berakhir seperti ini. Tangan dan kaki dirantai, terkurung dalam mobil

baja. Sial! Seperti monster saja,” James Milner berkata, lebih untuk menghilangkan kekakuan

diantara mereka. Yang diajak bicara seorang detektif muda yang menangkapnya, baru beberapa

hari ini dipindah tugaskan, hanya diam dengan sesekali melihat jam tangannya. Barangkali

karena cuaca panas membuat wajahnya memerah dan sedikit flu.

Mobil berbelok ke kiri, supirnya terlalu kasar mengemudi hampir mengempas mereka.

“Apa kau selalu diam begini? Atau takut kalau bicara akan membuatmu lengah dan

kemudian aku akan mengeluarkan klip kertas dari dalam mulutku, membuka rantai ini dan

kemudian membunuhmu? Ah, itu sangat bodoh. Aku tidak akan melakukannya.”

Ada jeda sebentar. Ruang di dalam mobil tahanan itu terasa panas, ventilasi tidak

memberikan angin yang cukup. James berpikir mungkin menceritakan kisah di masa lalunya

akan memecah kekakuan diantara mereka.

“Aku pernah mengawal seorang penjahat besar. Seorang pembunuh berantai. Tapi ia asik

diajak bicara.” James menunggu sebentar, ingin tahu reaksi anak itu.

Si detektif muda mengangkat kepalanya seperti tertarik untuk bicara tentang penangkapan

pembunuh berantai itu. Untuk pertama kalinya ia bicara.

“Aku pernah mendengarnya. Kurt si Penjagal. 1986. Kau menangkapnya.”

“Tepat. Tanpa mengeluarkan sebuah peluru. Dan terima kasih menangkapku tanpa peluru,

detektif Adam Johnson.”

Detektif Adam Johnson pernah sedikit mendengar tentang James Milner, terutama berita

tentang seorang polisi yang membantai sebuah keluarga. Tapi tidak sedikit hal-hal baik yang

didapatnya dari rekan-rekan James yang masih memercayainya.

“Detektif Johnson, apa kau menikah?”

“Ya. Aku memiliki seorang anak perempuan. Usianya empat tahun.”

“Well, itu bagus.”

“Terima kasih.”

Page 4: 15 mil

Mobil melaju tenang, beberapa kali berhenti karena anak-anak sekolah memotong jalur

mereka, perbaikan jalan dan kecelakaan sepeda. Dua sepeda motor pengawal di depan mereka

rupanya tidak bisa memberi ruang. Pagi itu matahari bersinar cerah di awal musim panas.

James bisa melihat sedikit ke arah luar, ke jalanan dan memerhatikan orang-orang berdiri

berjejer melihat iring-iringan kendaraan mereka.

“Mereka sepertinya tidak menyukaiku,” kata James, kembali duduk.

Si detektif muda melepas jaketnya, membuka tiga kancing kemeja dan menggulung kedua

lengan kemejanya. James melihat sebentar ke arah pistol milik Adam.

“Pernah menembak? Penjahat maksudku.”

“Beberapa kali. Tapi belum pernah sampai membunuh.”

“Meleset?”

“Tidak semua.”

James tertawa kecil, lalu berkata, “Aku menembak ratusan kali, membunuh tujuh belas

penjahat dan dua dari tembakan itu membuatku mendapat penghargaan.”

James di usia pertengahan lima puluhan memiliki mata tajam dan sepertinya masih sulit

dijatuhkan, terlihat tidak ada rasa takut sedikit pun atas tuduhan sebagai pembunuh kelas satu.

Tapi kini reputasinya seperti hilang terbawa air. Dua tahun terakhir ia lebih dikenal sebagai

seorang polisi yang mengacaukan segalanya, menganggap dirinya lebih pintar dari selusin polisi

di kantornya dan seorang pemabuk payah.

“Aku banyak mendengar cerita tentangmu.”

“Tapi kau belum mendengar semuanya,” James berkata, memulai ceritanya. “Dua puluh

lima Januari, aku baru pulang dari Toe’s jam sebelas malam menyesali pertengkaranku dengan

istriku. Semua masalah berkumpul di kepalaku dan aku hampir membentur kepalaku ketika

tiba-tiba kulihat dua orang pria memasuki sebuah rumah. Dua orang pria dengan dua buah

tongkat baseball.”

“Sudah terjadi kekacauan ketika kumasuki rumah itu. Sepasang suami istri dan kedua

anaknya terpojok. Aku melompat masuk, tapi salah seorang bangsat itu tahu kedatanganku. Ia

memukul kepalaku dengan tongkat dan aku tidak ingat apa-apa. Kuperkirakan pemilik rumah

melakukan perlawanan,” James memegang kepalanya yang masih terasa pusing akibat pukulan

Page 5: 15 mil

tongkat itu. “Salah satunya mengambil pistolku dan menembak mereka satu per satu.” Ia

memberi isyarat agar Adam mau memegang bagian samping kanan belakang kepalanya.

“Peganglah,” suruhnya. Adam menaruh tangannya di kepalanya dan merasakan ada benjolan.

Mobil berhenti. Mereka tiba di pengadilan pukul 08.45, disambut puluhan wartawan, dua

polisi pengawal dan orang-orang yang ingin melihat James.

“Ini saatnya,” Adam berkata, membuka kunci rantai dari lantai mobil.

Pintu mobil terbuka, petugas mengawal mereka hingga memasuki gedung sedangkan para

wartawan hanya mendapat gambar tanpa komentar dari James atau Adam.

James menatap Adam dalam-dalam dan berkata padanya, “Mereka kembar.”

Ketika pengadilan dimulai setengah jam kemudian, Adam menjadi saksi dengan keraguan.

Namun meskipun demikian semuanya jelas, sidik jari di pistol merupakan milik James. Ia

menangkapnya tanpa perlawanan dan tidak ditemukan tongkat baseball seperti yang dikatakan

James sebelumnya.

***

Adam memiliki kesempatan karir melebihi polisi terbaik Chicago yang pernah ada. Penangkapan

James merupakan titik lompatan karirnya. Usianya baru menginjak dua puluh enam, memiliki

tubuh paling tinggi diantara rekan-rekannya dan lumayan tampan. Ia seorang pekerja keras dan

rapih dalam segala hal. Tapi malam itu ia hanya memikirkan James. Perkenalan singkatnya

seperti telah mengenalnya lama, namun sepertinya James menaruh harapan padanya.

Tapi bukankah antara baseball dan lelaki kembar yang disebut James bisa berarti sesuatu?

Ia berencana mengunjungi istri James, Anna, keesokan harinya.

Anna tinggal bersama kedua anak perempuannya dan bekerja sebagai agen real estate.

Bicaranya jelas, memperlihatkan bahwa ia seorang wanita tegar dan masih mencintai mantan

suaminya. Mereka melakukan pembicaraan ringan seputar pribadi James dan permasalahan

rumah tangganya. Pada awalnya Anna memuji James sebagai suami yang bertanggung jawab

dan sangat sayang kepada keluarganya. Kemudian ia menunjukkan sebuah fotonya bersama

James dan kedua anaknya. Tapi pada akhirnya ia menyerah ketika James terlalu sibuk dengan

pekerjaannya.

Adam, yang tidak ingin larut dalam kesedihan Anna, berkata:

Page 6: 15 mil

“Apakah James menyukai baseball atau menyimpan sesuatu yang berhubungan dengan

baseball?”

“James hanya sesekali bermain baseball dan tidak pernah mengoleksi sesuatu yang

berhubungan dengan baseball.”

Sebenarnya hanya jawaban itu yang ingin Adam dengar, sehingga ia dapat mengakhiri

kunjungannya lebih singkat.

***

Malam itu, setelah pulang kerja, Adam sengaja mengunjungi rumah No. 47 di St.Patrick, lalu

menunggu hingga pukul 23.15, waktu yang hampir sama dengan kedatangan James di malam

kejadian. Rumah itu masih dibiarkan kosong, namun lampu depan tetap dinyalakan untuk

memberi kesan tidak menyeramkan. Ia menarik pintu pagar dengan hati-hati, melangkah ke

dalam rumah dan membuka pintu dengan kunci yang sudah disiapkan. Ia naik ke lantai dua, di

kamar tidur utama tempat dimana kelurga itu dibantai. Ia menyalakan lampu dan melihat

tempat itu masih sama dengan terakhir kali ia datang. Kaca-kaca dan keramik berserakan,

beberapa bingkai kaca foto retak dan perabotan yang hancur. Kemudian ia kembali ke lantai

satu dan menyalakan semua lampunya. Foto-foto di dinding memberi petunjuk. Pemilik rumah,

Mr. Paul Scholes, merupakan seorang manajer baseball di Wolves, menyimpan lumayan banyak

koleksi foto-foto lama para pemain baseball terkenal di masanya. Selain empat ratus dolar,

benda-benda yang hilang dalam perampokan itu adalah sebuah sarung tangan baseball klasik

dan sebuah bola yang pernah dimainkan Yankees enam puluh tahun lalu dengan tanda tangan

salah seorang pemainnya.Tidak banyak petunjuk baru yang didapat, tapi seperti inilah ia

menangkap pelaku sebenarnya:

Ia ingat James pernah mengatakan pelakunya adalah dua orang kembar. Keesokan harinya

Adam menemukan tiga pasangan kembar di sekitar lingkungan itu. Pasangan kembar pertama

adalah perempuan. Pasangan kembar kedua adalah anak kecil. Dan pasangan kembar ketiga

adalah kakak-beradik Neville. Tentunya dengan mudah ia mencurigai pasangan terakhir.

Pasangan kembar Neville merupakan pemuda lokal kulit putih yang menguasai lapangan

baseball di belakang SMA St. Patrick dan sering bentrok dengan pemuda Mexico. Berikut

kronologis penangungkapan kasusnya:

Page 7: 15 mil

Adam menahan sang kakak, Garry Neville, lebih dulu di lapangan sesaat sebelum terjadi

pertikaian dengan seorang pemuda Mexico, lalu membawanya ke rumahnya untuk mencari

barang bukti di sana. Tapi tidak lama kemudian, sang adik, Phillip Neville, datang dan langsung

mengancamnya. Adam dengan tenang menghajarnya, lalu memborgolnya dan mendorongnya

ke atas sofa, medudukannya di samping sang kakak.

Adam menemukan menemukan sebuah sarung tangan baseball klasik dan sebuah bola

baseball milik Mr. Scholes di laci lemari. Pada saat itu ia berkata, “Jadi kalian ingin

menjualnya?” sambil menunjukkan kedua benda itu.

Penegasan tersangka kepada kembaran Neville datang dari seorang pemuda Mexico yang

dipanggil Chicarito sesaat setelah meninggalkan rumah. Chicarito mengatakan kepada Adam:

“Aku melihat mereka sering mengancam Mr. Scholes.”

Lalu Adam menjawab: “Kau baru saja menyelamatkan nyawa seorang polisi, nak.”

Seminggu kemudian pengadilan membebaskan James dari semua tuduhan dan

mengembalikan semua hak-haknya termasuk uang pensiun yang akan diterimanya beberapa

bulan lagi. James berterima kasih pada Adam.

***

Delapan belas tahun berikutnya dimana puluhan kasus sudah dipecahkannya, Adam mendapat

promosi dan penghargaan. Ketika memasuki usia pertengahan empat puluhan, rambutnya

mulai memutih di beberapa bagian, namun tidak kehilangan pesona mudanya.

Pada tanggal 12 Juni, di malam sebelum penangkapan anak walikota Ferguson bernama

Ryan Giggs, ia masih di kantornya, duduk sambil menatap foto istri dan dua anaknya. Dalam

hatinya ia mengakui ada hari-hari yang hilang untuk keluarganya yang belum tentu akan

terbayar. Tapi ia pria yang mencintai keluarganya. Ia berjanji dalam hati, setelah menyelesaikan

kasus ini, ia akan lebih menghabiskan banyak waktu bersama keluarga, atau bahkan jika perlu,

ia akan mengundurkan diri dari kepolisian.

Keesokan harinya, ia dan timnya menangkap Giggs sesaat setelah Giggs turun dari pesawat.

Tapi bocah itu tidak terlihat takut, senyumnya menunjukkan ketenangannya dan matanya terus

menatap Adam, seolah mengisyaratkan dendam. Ia ditangkap atas tuduhan pengedaran heroin

Page 8: 15 mil

di Chicago dan akan mendapat hukuman yang sangat berat. Berita itu menjadi headline surat

kabar dan tren twitter selama beberapa hari.

Tapi walikota Ferguson tidak membiarkan anaknya ditangkap begitu saia. Ia menyewa

seorang pengacara mahir dari New York dengan bayaran jutaan dolar jika bisa membebaskan

Giggs. Pada akhirnya sang pengacara mengusulkan untuk menyuap hakim dan memanipulasi

pemilihan juri. Rencana itu berjalan lancar, dan dalam waktu singkat Giggs dibebaskan.

Apa yang terjadi berikutnya pada Adam seperti pengulangan apa yang terjadi pada James

Milner. Berikut kronologisnya:

Menjelang pukul 23.00, tanggal 28 Juli, Adam duduk di sudut kafe dengan penerangan

redup dan papan reklame hidup mati. Hujan turun sebelum jam sepuluh. Pelayan kafe mulai

membersihkan meja-meja dan mengangkat kursi-kursi, lampu di beberapa meja belakang

dimatikan. Adam membayar kopi dan pancake-nya. Menghindari hujan, ia melangkah dengan

terburu-buru menuju mobilnya, membuatnya hampir tergelincir dan menjatuhkan kuncinya. Ia

belum sempat membuka pintu mobil ketika seseorang menarik bajunya dari belakang dan

menghempasnya ke tanah. Lima pria dengan tongkat sedang mengincarnya, dan Giggs berdiri di

sana. Adam tidak bisa menunggu kesialan berikutnya, tapi sebuah tendangan mengarah ke

wajahnya, membuatnya tersungkur dan darah mengucur dari hidungnya. Giggs memberi tanda

ingin mengakhirinya segera. Ia menarik pistol dari balik jaketnya dan mengacungkannya kepada

Adam.

“DOR!”

Satu tembakan memecah keheningan. Seperti nafas yang tertahan, titik-titik air hujan

berhenti di pertengahan. Asap pistol menguap cepat ke udara. Itu tembakan pertama Adam

dalam setahun, entah membuat sang anak walikota itu mati atau masih bernafas.

Pelayan di dalam kafe tidak berani keluar, ia cepat-cepat menurunkan tirai dan menghilang.

Adam menembak ke udara dua kali untuk menggertak. Keempat pria yang mengeroyoknya

pergi satu per satu, meninggalkan Giggs yang terlihat tidak bergerak.

Adam ditangkap di rumahnya sehari kemudian. Dalam perjalanannya ke pengadilan, ia

dikawal oleh seorang detektif muda berwajah latin. Ruangan di dalam mobil terasa panas

sehingga ia meminta sang detektif muda untuk membuka kancing bajunya. Sang detektif muda

Page 9: 15 mil

tidak canggung mendekati tawanan barunya itu, bahkan ia menawarkan sebatang rokok

untuknya. Tapi merokok akan membuat ruangan lebih panas.

Detektif muda itu sepertinya tipe orang yang menyenangkan dan asik diajak bicara

sepanjang 15 mil perjalanan. Sebenarnya Adam pernah mengenalinya dari berkas yang

diterimanya beberapa waktu lalu, tapi ia lupa nama anak baru itu. Jadi ia berkata:

“Siapa namamu, detektif?”

“Aguero. Kun Aguero.”

Di luar orang-orang berjejer melihat iring-iringan mobil itu.

Adam menarik nafas panjang, mengembuskannya perlahan dan tersenyum, lalu melihat

detektif muda itu dengan pandangan aneh. Kemudian setelah itu ia berkata seperti kata-kata

yang pernah didengarnya dulu.

“Aku dulu sepertimu. Muda, berambisi tapi selalu mengikuti aturan. Dua puluh empat

tahun aku menjadi polisi, tapi harus berakhir seperti ini. Tangan dan kaki dirantai, terkurung

dalam mobil baja. Sial! Seperti monster saja.”

***

Page 10: 15 mil

Profil Penulis Ali Reza, dilahirkan di Subang, 25 Mei 1980 dan besar di Bekasi. Sudah menulis puluhan cerpen yang tersebar di berbagai media online. Ali Reza bisa dihubungi melalui: Email & google+ : [email protected] facebook: [email protected] twitter : @alirezabekasi