document14

Upload: anonymous-uzwzrqu2kn

Post on 10-Mar-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

blok 14

TRANSCRIPT

Fraktur Antebrachii mengakibatkan Compartment Sindrom

Dibuat oleh :[email protected]

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAJL. ARJUNA UTARA NO.6JAKARTA BARAT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangCompartment sindrom adalah suatu keadaan peningkatan tekanan jaringan dalam ruang anatomis yang berbatas menyebabkan penurunan aliran darah yang menimbulkan iskemi disfungsi mioneural yang ada di dalamnya. Penyebab terjadinya perisitiwa ini dikarenakan trauma, fraktur, perdarahan tertutup, kompresi eksternal, circumferential burn. Tanda- tanda klinis yang dirasakan pasien adalah merasakan pembengkakan dan ketegangan, pain, pallor, parestesia, paralisis, dan pulselessness.

B. TujuanAdapun menulis makalah ini bertujuan untuk : Mengetahui langkah-langkah dalam pemeriksaan Mengetahui gejala klinis yang terdapat pada fraktur antebrachii, Mengetahui jenis, klasifikasi, mekanisme trauma pada fraktur, Mengetahui penatalaksanaan yang tepat pada kasus ini,

BAB IIISI

A. Pengertian Fraktur Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, biasanya diakibatkan oleh trauma, fraktur dibagi beberapa dan masuk seperti klasifikasi fraktur sederhana yang tidak merusak kulit, kemudian fraktur kompleks yang merusak kulit serta fraktur komplet dan inkomplet dimana fraktur pada tulang terjadi seutuhnya atau hanya sebagian.

B. SkenarioSeorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan nyeri pada lengan kanannya setelah terjatuh dari sepeda motornya 1 hari yang lalu. Setelah kecelakaan tersebut keluarga pasien membawanya ke dukun patah tulang untuk diurut. Saat dibawa ke UGD, pasien mengeluh lengan kanannya sangat nyeri dan tangan kanannya terasa baal. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dalam batas normal, regio antebrachii dekstra 1/3 tengah tampak edema, hyperemia, deformitas. Pada palpasi, nyeri tekan (+), teraba krepitasi, pulsasi a.Radialis melemah, jari-jari tangan kanan masih dapat digerakan, akan tetapi terasa sangat nyeri apabila diekstensikan.C. Pembahasan skenarioI. AnamnesisAnamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamanesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis).1

Identitas: menanyakan nama, umur, jenis kelamin, pemberi informasi (misalnya pasien, keluarga,dll), dan keandalan pemberi informasi.

Keluhan utama: pernyataan dalam bahasa pasien tentang permasalahan yang sedang dihadapinya.

Riwayat penyakit sekarang (RPS): jelaskan penyakitnya berdasarkan kualitas, kuantitas, latar belakang, waktu termasuk kapan penyakitnya dirasakan, faktor-faktor apa yang membuat penyakitnya membaik, memburuk, tetap, apakah keluhan konstan, intermitten. Informasi harus dalam susunan yang kronologis, termasuk test antibody yang dilakukan sebelum kunjungan pasien. Riwayat penyakit dan pemeriksaan apakah ada demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis.

Riwayat Penyakit Dahulu : Pernahkah pasien mengalami fraktur antebrachii sebelumnya.

Riwayat Keluarga: umur, status anggota keluarga (hidup, mati) dan masalah kesehatan pada anggota keluarga.

Riwayat psychosocial (sosial): stressor (lingkungan kerja atau sekolah, tempat tinggal), faktor resiko gaya hidup (makan makanan sembarangan).

Anamnesis terarah dalam kasus :Keluhan Utama : Lengan kanan sangat nyeri dan terasa baal.Keluhan Tambahan: Jari-jari tangan masih dapat digerakan, akan tetapi terasa sangat nyeri apabila diekstensikan.

II. Pemeriksaan Fisik Tanda vital: Suhu (oral, ntibo, ntib atau telinga), nadi, respirasi, tekanan darah (mencakup lengan kanan, lengan kiri, berbaring, duduk, berdiri), tingkat kesadaran.1 Pemeriksaan inspeksi, palpasi, dan false movement Terlihat adanya pembengkakan pada regio antebrachii 1/3 tengah dekstra, Terdapat pula deformitas, Pada palpasi terdapat nyeri tekan Pada false movement dapat digerakan jari tangannya

III. Pemeriksaan penunjangSebelum sampai rumah sakit, menghindari nyeri serta kerusakan jaringan lunak maka sebaiknya menggunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis2Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip : Dua posisi proyeksi : dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada anteroposterior dan lateral Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di proximal dan distal sendi yang mengalami fraktur Dua anggota gerak, pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada kedua anggota gerak terutama pada fraktur epifisis. Dua trauma, pada trauma yang lebih sering menyebabkan fraktur pada dua daerah tulang. Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka perlu dilakukan foto pada panggul dan tulang belakang Dua kali dilakukan foto, pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang skafoid foto pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14 hari kemudian.

Pemeriksaan laboratorium meliputi : Pemeriksaan darah rutin untuk mengenai keadaan umum, infeksi akut/menahun Indikasi tertentu, diperlukan pemeriksaan kimia darah, reaksi imunologi, fungsi hati/ginjal Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan sensitivity test

IV. Klasifikasi fraktur humerusFraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, biasanya diakibatkan oleh trauma, Fraktur humerus adalah hilangnya kontinuitas tulang , tulang rawan sendi,tulang rawan epifisial baik yang bersifat total maupun parsial pada tulanghumerus. Fraktur dibagi beberapa dan masuk seperti klasifikasi fraktur sederhana yang tidak merusak kulit, kemudian fraktur kompleks yang merusak kulit serta fraktur komplet dan inkomplet dimana fraktur pada tulang terjadi seutuhnya atau hanya sebagian.2,3Bila trauma menghancurkan sampai tiga atau lebih fragmen disebut fraktur kominut. Pada fraktur impak ada fragmen yang terpendam pada substansi lain. Fraktur kompresi yang biasa terjadi pada tulang vertebra, dan fraktur depresi yang biasa terjadi pada tulang tengkorak dan masuk ke dalam.Penyembuhan luka bersifat kontinu dan sekuensial. Keadaan ini dikaitkan dengan immobilisasi tidak adekuat, suplai darah buruk, distraksi fragmen, interposisi terhalang jaringan lunak, atau infeksi.

Klasifikasi fraktur humerus adalah sebagai berikut :4 Fraktur proksimal humerus Pada fraktur jenis ini insidensinya meningkat pada usia yang lebih tua yang terkait dengan osteoporosis. Perbandingan antara wanita dan pria 2: 1 Mekanisme trauma pada orang dewasa tua biasa dihubungkan dengan kerpauhan tulang. Pada pasien dewasa muda, fraktur ini dapat rejadi karena high-energy trauma, con. Kecelakaan lalu lintas sepeda motor. Gejala klinis pada fraktur ini adalah nyeri, bengkak, nyeri tekan, nyeri pada saat digerakan, dan dapat teraba krepitasi. Ekimosis dapat terlihat dinding dada dan pinggang setelah terjadi cedera. Hal ini harus dibedakan dengan cedera toraks. Fraktur shaft humerus Fraktur ini adalah fraktur yang sering terjadi. 60% kasus adalah fraktur sepertiga tengah diafisis, 30 % fraktyur sepertiga proksimal diafiosis dan 10% sepertiga distal diafisis. Mekanisme terjadinya trauma dapat secara langsung maupun tidak langsung. Gejala klinis pada jenis fraktur ini adalah nyeri bengkak, deformitas, dan dapat terjadi pemendekan tulang pada tangan yang fraktur. Pemeriksaan neurovaskuler adalah penting dengan memperhatikan fungsi n.radialis. Fraktur distal humerus Fraktur ini jarang terjadi pada dewasa. Kejadiannya hanya sekitar 2% untuk semua kejadian fraktur dan hanya sepertiga bagian dari seluruh kejadian fraktur humerus. Mekanisme cedera untuk fraktur ini dapat terjadi karena trauma langsung atau trauma tidak langsung. Trauma langsung con.apabila terjatuh atau terpeleset dengan posisi siku tangan menopang tubuh atau bisa juga karena siku tangan terbentur benda tumpul. Trauma tidak langsung apabil jatuh dalam posisi tangan menopang tubuh namun posisi siku dalam posisi tetap lurus Gejala klinis dari fraktur ini antara lain pada daerah siku dapat terlihat bengkak, kemerahan, nyeri, kaku sendi dan biasanya pasien akan mengeluhkan siku lengannya seperti akan lepas. Kemudian dari perabaan terdapat nyeri tekan, krepitasi dan neurovaskuler dalam batas normal.

V. PenatalaksanaanDapat dilakukan secara umum yaitu primary surgery terlebih dahulu, sebelum penderita diangkut pasang bidai untuk mengurangi nyeri, mencegah kerusakan jaringan lunak dan makin buruknya kedudukan fraktur. Bila tidak terdapat bahan untuk bidai, maka bila lesi di anggota gerak bagian atas untuk sementara anggota gerak yang sakit dikebatkan ke badan penderita4Pilihan terapi konservatif atau operatif, pilihan harus mengingat tujuan pengobatan fraktur yaitu mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin, sebagai contoh bila fraktur terjadi pada proksimal humeri, pada fraktur ini tidak diperlukan reposisi. Lengan yang cedera diistirahatkan dengan memakai gendongan (sling) selama 6 minggu. Selama waktu itu penderita dilatih untuk menggerakan sendi bahu berputar sambil membongkokan badan meniru gerakan bandul (pendulum exercise). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kekauan sendi.Teknik pemasangan gips yang lain yaitu dengan hanging cast, terutama dipakai pada penderita yang dapat berjalan dengan posisi fragmen distal dan proksimal terjadi contractionum (pemendekan).Apabila fraktur diikuti dengan komplikasi cedera n.radialis, harus dilakukan open reduksi dan internal fiksasi dengan plate-screw untuk humerus disertai eksplorasi n.radialis.Selain itu juga digunakan obat yang berfungsi mengurangi rasa sakit, obat ini juga digunakan untuk anstesi dan melemas otot sehingga mudah untuk di reposisi. Obat ini disebut obat pelumpuh otot.Pelumpuh otot merupakan golongan amonium kuaterner, sehingga tidak diserap dengan baik melalui usus. Namun tubokurarin diserap dengan baik melalui pentuntikan intramuskular.32/3 dari dosis d-Tubokurarin disekresikan oleh urin. Walaupun efek paralisis mulai menghilang dalam waktu 20 menit setelah suntikan intravena, beberapa gejala masih terlihat sampai 2-4 jam atau lebih. Distribusi. Eliminasi dan masa kera metokurin sama dengan tubokurarin.3Pankuronium sebagian mengalami hidroksilasi di hati, tetapi juga mempunyai masa kerja yang sama. Atrakurium dikonversi oleh estarase plasma dan secara spontan menjadi metabolit uang kurang aktif sehingga menyebabkan waktu paruhnya tidak meningkat pada pasien dengan gangguan ginjal.3

VI. KomplikasiBeberapa komplikasi yang dapat terjadi :5 Kekakuan sendi bahu (ankilosis), lesi pada n.sirkumfleksi aksilaris menyebabkan paralisis m.deltoid Apabila fraktur medial humerus diserta komplikasi cedera n.radialis harus dilakukan operasi reduksi dan internal fiksasi dengan plate screw untuk humerus disertai eksplorasi n.radialis Sindroma kompartemen yang biasa disebut 5p (pain, pallor, pulselessness, paraesthesia, paralysis), terjepitnya a.brakhialis yang akan menyebabkan nekrosis otot-otot dan saraf. Mal union cubiti varus (carrying angle berubah) dimana siku berbentuk O, secara fungsi baik, tapi kosmetik kurang baik. Perelu dilakukan koreksi dengan operasi meluruskan siku dengan teknik French osteotomy. Compartment sindrom adalah suatu keadaan peningkatan tekanan jaringan dalam ruang anatomis yang berbatas menyebabkan penurunan aliran darah yang menimbulkan iskemi disfungsi mioneural yang ada di dalamnya. 4,5 Penyebab terjadinya perisitiwa ini dikarenakan trauma, fraktur, perdarahan tertutup, kompresi eksternal, circumferential burn. Tanda- tanda klinis yang dirasakan pasien adalah merasakan pembengkakan dan ketegangan, pain, pallor, parestesia, paralisis, dan pulselessness.4,5

BAB IIIKESIMPULAN

Fraktur humerus adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisial baik yang bersifat total maupun parsial pada tulang humerusEtiologi fraktur humerus umumnya merupakan akibat trauma. Selain dapat menimbulkan patah tulang (fraktur), trauma juga dapat mengenai jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Mekanisme trauma sangat penting dalam mengetahui luas dan tingkat kerusakan jaringan tulang serta jaringan lunak sekitarnya.Diagnosis fraktur humerus dapat dibuat berdasarklan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.Penatalaksanaan penderita fraktur humerus harus dilakukan secara cepat dan tepat untuk mencegah komplikasi segera, dini, lambat

Bab IVDAFTAR PUSTAKA

1. Gleadle, Jonathan. Pengambilan anamnesis. dalam : at a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2007. h.1-17.2. Stannard JP, Schmidt AH, Kregor PJ. Surgical treatment of orthopedic trauma. Germany : Thieme, 2007,h.44-6.

3. Setiawati A, Gan S. Farmakologi dan terapi. 5th Ed. Jakarta : Badan Penerbit FKUI , 2012, h.105-14.

4. Tambayong J. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC, 2000, h.124-7.

5. Azar Frederick. Compartment syndrome in Campbell`s operative orthopaedics. Ed 10th. Vol 3. Mosby. USA. 2003. p : 2449-57