113058153 dasar dasar sains resume materi
TRANSCRIPT
1 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A
Resume Materi Perkuliahan Dasar-Dasar MIPA
Pertemuan ke-1 s/d ke-7 (Tanggal: 10 September – 22 Oktober 2012)
Oleh: Afillia Gizca Mardiani Rukmana
F03111035
Pendidikan Fisika
Dalam proses mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan, terdapat beberapa tahap
yang harus dilakukan. Menangkap realita yang ada, mengamati, mengumpulkan data baik
secara langsung maupun melalui data-data yang sudah ada, manganalisis data, dan kemudian
membuat keputusan. Keputusan inilah yang menjadi konsep suatu hasil pemikiran yang
melahirkan konsepsi (penjelasan). Apabila konsepsi ini benar, maka akan menghasilkan
sebuah kebenaran yang menjadi suatu pengetahuan.
Ilmu MIPA bertugas untuk menjawab pertanyaan “Mengapa sesuatu itu bisa terjadi?”.
Seperti misalnya, mengapa makhluk hidup bernafas, mengapa air mengalir, mengapa
makanan bisa kedaluwarsa. Ketiga contoh pertanyaan itu dapat dijawab dengan ilmu Biologi,
ilmu Fisika, dan ilmu Kimia yang merupakan bagian dari ilmu MIPA. Masih banyak
pertanyaan-pertanyaan yang luar biasa dan tentu saja dengan jawaban-jawaban yang
menakjubkan yang terdapat dalam ilmu MIPA.
Empat pertanyaan dasar mengenai kebenaran dalam ilmu pengetahuan adalah sebagai
berikut.
1. Apakah pengamatan yang dilakukan tepat pada sasaran?
Pertanyaan ini mencakup ketepatan pada definisi atau penjelasan istilah-istilah, ruang
lingkup, dan latar belakang yang dipakai. Apakah faktor-faktor itu dapat memenuhi
syarat “tepat pada sasaran” atau tidak. Semakin dekat dengan sasaran, maka akan
semakin tepat.
2. Apakah prosedur yang digunakan benar?
2 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A
Prosedur yang kita gunakan haruslah benar. Mulai dari langkah-langkah, petunjuk, dan
sebagainya. Kita diharapkan dapat memilih prosedur yang banyak digunakan dan
disetujui oleh orang banyak dan memilih prosedur yang paling sedikit kelemahannya.
3. Apakah analisisnya menggunakan penalaran yang sahih?
Dalam mencari kebenaran, kita harus mempunyai penalaran yang baik. Penalaran yang
baik haruslah logis dan mengandung logika-logika yang masuk akal. Hal ini bisa kita
lakukan dengan memperbanyak pengalaman, mahir dalam berbahasa, dan kemampuan
berpikir logis.
4. Apakah kesimpulannya betul?
Kesimpulan dapat dibuat dengan betul apabila ketiga pertanyaan sebelumnya dapat
dijawab dengan “Ya”. Maksudnya adalah apabila ketiga poin itu tepat, benar, dan sahih,
maka akan didapatkanlah kesimpulan yang betul pula. Namun, apabila salah satu dari
poin tersebut mengalami ketidaktepatan, salah, atau tidak sahih, maka kesimpulan
dianggap keliru. Namun, kesimpulan tersebut dapat diperbaiki kembali dengan
memperbaiki ketiga poin sebelumnya.
Penafsiran
Membuka pikiran terhadap fakta-fakta baru dari berbagai sumber merupakan salah satu
cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Kita harus bisa menerima pengetahuan-
pengetahuan baru tanpa harus berpatokan kepada satu ilmu yang sudah kita dapatkan dari
orang yang kita percayai (seorang ahli). Sebab, apapun yang dikatakan oleh ahli, bukanlah
suatu kebenaran yang mutlak. Seharusnya, kita bisa membuka pikiran kita untuk menerima
kebenaran-kebenaran lain.
Ada baiknya jika kita menanyakan kejelasan dari hal-hal yang dilakukan oleh seorang
ahli terlebih dahulu. Begitu pula dengan seorang ahli yang seharusnya bisa menjelaskan
dengan baik atas sesuatu yang telah dilakukannya. Sekalipun prosedur yang dilakukan para
ahli sudah betul, tetap saja kita harus mencari dan memiliki pengetahuan terhadap ilmu-ilmu
yang lain. Karena, tidak menutup kemungkinan adanya suatu kekeliruan yang dilakukan atau
hadirnya fakta baru yang bisa mematahkan teorinya.
3 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A
Kesimpulannya adalah jangan pernah takut untuk menerima kebenaran-kebenaran lain
yang dianggap lebih baik dari kebenaran-kebenaran sebelumnya sekalipun itu dari para ahli.
Kita harus berani menerima kenyataan atau fakta-fakta baru atas kebenaran yang akan terjadi.
Paradigma Lama Dan Paradigma Baru Dalam Hidup Ini
Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan
lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan
bertingkah laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai,
dan praktik yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama,
khususnya, dalam disiplin intelektual (Wikipedia, 2012).
Paradigma adalah cara kita memandang alam sekitar. Memandang dalam arti, melihat
dengan mata, memahami kemudian menafsirkan. Ketika kita dituntut untuk memunculkan
suatu perubahan penting dalam hidup ini, maka yang harus dilakukan pertama kali adalah
meneliti kembali Paradigma kita, kemudian memantapkan, memperbaharui ataupun
mengubahnya kalau perlu. Sebab, jika paradigma yang kita gunakan salah, maka kita pun
akan salah memandang sesuatu dan efeknya adalah salah dalam berprilaku dan berinteraksi
dengan sesuatu itu (Heri Afrizal, 2010).
Menurut saya, paradigma merupakan cara pandang seseorang dalam menilai dan
menafsirkan sesuatu yang akan mempengaruhi cara berpikir, sikap, dan tingkah lakunya.
Paradigma dibagi menjadi dua, yaitu paradigma lama dan paradigma baru, di mana
paradigma baru ini merupakan perubahan dari paradigma lama.
Beberapa paradigma lama yang diubah menjadi paradigma baru adalah sebagai
berikut.
1. Kebenaran tunggal – Kebenaran jamak
Kebenaran tunggal merupakan cara berpikir seseorang yang hanya mengandung
satu kebenaran saja tanpa mempedulikan kebenaran-kebenaran yang lainnya. Dia
menganggap hanya jalan pikirannya saja yang benar dan yang dia percayai. Namun,
dalam mencari ilmu pengetahuan, kita dituntut untuk bisa menerima kemungkinan-
kemungkinan yang ada. Pikiran kita harus bisa terbuka dengan kebenaran-kebenaran lain
yang akan muncul. Oleh karena itu, kita diharapkan untuk bisa menerapkan pola pikir
4 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A
kebenaran jamak. Kebenaran jamak adalah cara berpikir seseorang untuk bisa membuka
pikirannya untuk menerima hasil pemikiran orang lain (kebenaran-kebenaran yang lain).
Sebab, setiap waktu selalu ada kemungkinan-kemungkinan yang baru.
2. Mesin – Organisme
Cara berpikir seperti mesin merupakan cara berpikir yang mengandung pola input
– proses – output. Pada saat input, seseorang memilah atau menyeleksi hal-hal yang akan
dijadikan patokan dalam pemikirannya. Setelah itu, orang ini akan memprosesnya tanpa
memperhatikan aspek-aspek lain yang ada di sekitarnya. Sehingga, apa yang dihasilkan
output-nya, persis sama dengan input-nya. Dapat dikatakan bahwa cara berpikir seperti
mesin ini merupakan fungsi statis/tetap.
Berbeda dengan cara berpikir seperti siklus hidup organisme. Kita ibaratkan saja
siklus hidup katak. Katak dewasa dapat menghasilkan ribuan telur dalam reproduksinya,
Hanya saja tidak semua telurnya bisa berkembang menjadi katak karena selalu
mendapatkan variabel-variabel yang mempengaruhi siklus hidupnya. Dalam mencari ilmu
pengetahuan, tentu saja banyak kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi sehingga
mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Akan ada variabel-variabel
yang mempengaruhi sehingga kita hanya bisa memprediksi berapa persen keberhasilan.
3. Unit yang terpisah – Interkoneksi
Unit-unit yang terpisah dapat diibaratkan seperti alat-alat elektronik yang dapat
bekerja sendiri, seperti laptop dan handphone. Apabila dianalogikan dengan cara berpikir,
kita dapat menjalankan pikiran kita dengan sendirinya tanpa harus tergantung pada orang
lain. Tetapi, dalam berpikir secara interkoneksi, kita butuh orang lain untuk mendapatkan
berbagai ilmu pengetahuan. Kita membutuhkan para pencari data, penyedia fasilitas-
fasilitas, dan berbagi penunjang lainnya sehinnga terbentuklah suatu hal yang bermanfaat
dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan.
4. Atom – Medan
Berpikir atomis dianalogikan seperti atom, yang berarti selalu menganggap orang
lain sebagai rivalnya dan mempunyai niat untuk menyingkirkan (mengeleminasi).
Sedangkan berpikir secara medan dapat diartikan sebagai berpikir untuk tidak mempunyai
keinginan menyingkirkan yang salah, yang ada hanya kekeliruan dan dapat dibetulkan.
5 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A
Berusaha untuk mengakui kebenaran yang lain dan berusaha mendalami dan
mempelajarinya.
5. Harga yang pasti – Struktur yang terartikulasi
Pemikiran dengan harga yang pasti layaknya meluncur di jalan yang lurus dengan
kecepatan konstan; memikirkan sesuatu yang pasti-pasti saja, baik dalam prosesnya
maupun hasilnya. Sedangkan pemikiran dengan struktur yang teartikulasi merupakan
pemikiran yang selalu berjalan mengikuti perkembangan zaman; selalu bergerak untuk
mencapai kestabilannya.
6. Observasi – Interaksi
Dalam mencari ilmu pengetahuan, janganlah hanya melihat atau mengamati
sesuatu yang terjadi. Tetapi juga turut berhubungan secara mental, saling berinteraksi
dengan pemikiran-pemikiran yang lain, yang pada akhirnya dapat saling mempengaruhi
(melengkapi) antara tiap-tiap pemikiran yang ada.
7. Kompetisi – Kerja sama
Hal penting dalam paradigma pemikiran adalah merubah pemikiran yang ingin
menang sendiri atas ide-idenya dengan pemikiran yang mementingkan kerja sama dengan
orang lain. Hal ini dapat membantu kita untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang
ada dalam pemikiran kita.
8. Kebebasan adalah ilusi – Kreativitas
Dengan mementingkan pemikiran kita sendiri, kita merasa bebas dan merasa paling
benar. Tetapi, kebebasan yang kita punya hanya dapat menguntungkan diri kita sendiri
tanpa ada dampak positif untuk orang lain. Maka, dapat dikatakan bahwa kebebasan yang
kita miliki hanya kebebasan ilusi. Untuk memperbaiki semua itu, ubahlah diri kita
menjadi lebih kreatif. Salah satu caranya adalah dengan membuka pikiran untuk dapat
menyerap dan menerima pemikiran-pemikiran yang baru sesuai perkembangan zaman.
Alternatif Ketiga: Penanganan Konflik
Cara berpikir tiga alternatif:
6 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A
1. “Aku tahu siapa aku ini.” (Harus mengenal dan mengetahui bagaimana dirinya sendiri;
menguasai pikirannya sendiri.)
2. “Aku juga tahu siapa engkau itu.” (Dapat memahami orang lain dengan baik dengan
cara menghargai pendapatnya. Karena, pemahaman akan semakin luas apabila tidak
membuang apapun yang disajikan oleh orang lain.)
3. “Engkaulah yang aku cari.” (Bisa menghormati dan mencerna dengan jernih buah
pikiran orang lain yang dapat membantu kita dalam mengembangkan buah pikiran kita
sendiri.)
4. “Aku bersinergi denganmu.” (Dapat saling bertukar pikiran dengan orang lain karena
telah merasa saling membutuhkan dan melengkapi. Namun, saling bekerja sama belum
tentu bersinergi karena masih memungkinkan adanya kepura-puraan.
Cara berpikir di atas bertolak belakang dengan cara berpikir dua alternatif yang
mengandung kebenaran tunggal. Cara berpikir ini membuat seorang individu tidak mau
mendengarkan dan menerima pendapat orang lain. Alasannya karena mereka merasa tidak
aman, direndahkan, dilecehkan, serta merasa takut akan kehilangan identitas.
Empat paradigma menuju sinergi dapat dijelaskan dalam poin-poin di bawah ini.
1) Paradigma kesatu menuju sinergi: Aku tahu siapa aku!
Maksud dari paradigma pertama ini adalah kita harus bisa melihat secara lengkap
tentang diri kita sendiri. Dapat melihat pendapat sendiri secara utuh, kemudian
menanyakan asumsi atas apa yang dipikirkan, dan yang terkahir adalah mengetahui apa
yang harus dilakukan atas hasil pemikiran kita tersebut.
2) Paradigma kedua menuju sinergi: Aku juga tahu siapa engkau!
Maksud dari paradigma kedua ini adalah dapat menerima kehadiran orang lain
dengan segala kekurangan dan kelebihannya yang membuat orang itu terlihat lebih
menonjol dari kelompoknya. Kita dapat menghormati dan menghargainya dengan hati
yang tulus. Akhirnya, kita merasa menemukan sinergi yang kuat apabila bersamanya
daripada jika kita terpisah satu sama lain.
3) Paradigma ketiga menuju sinergi: Engkaulah yang kucari!
Dalam paradigma ketiga ini, kita dapat melihat sudut pandang lain yang dimiliki
oleh orang lain. Melihat perbedaan dari diri seseorang yang membuat kita mau
7 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A
mendengarkan pendapat dan memahami apa yang dia pikirkan. Sehingga, kita bisa
mendapatkan wawasan yang lebih luas, inklusif, dan mendalam sehingga cukup kuat
untuk menyelesaikan suatu masalah.
4) Paradigma keempat menuju sinergi: Aku ingin bersinergi denganmu!
Pada paradigma yang keempat ini, kita akan mendapatkan nilai lebih besar jika kita
menggabungkan pikiran kita bersama. Mengajak orang lain untuk bersama-sama
mencari penyelesaian yang lebih baik dalam suatu permasalahan. Tentu saja, ini akan
mendatangkan keuntungan bersama baik untuk diri sendiri, maupun orang lain.
Dari keempat paradigma di atas, ada cara-cara yang perlu diperhatikan dalam mencari
kebenaran yang baik, yaitu melihat (see), get (mendapatkan sesuatu), dan do (melakukan
sesuatu). Penjelasannya adalah, melihat sesuatu dengan pikiran terbuka dan mau
mendengarkan pendapat atau kebenaran-kebenaran lain dari orang lain. Dari sana, kita bisa
mendapatkan dan mengetahui hal-hal yang kurang dari buah pemikiran kita yang dapat
dilengkapi oleh pemikiran orang lain. Maka dari itu, kita bisa saling melengkapi atas
kekurangan dan kelebihan yang kita miliki yang kemudian secara bersama-sama melakukan
sesuatu dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Empat tangga menuju sinergi adalah sebagai berikut.
1) Mengajak bersinergi, yaitu mengajak orang lain untuk bersama-sama mencari
penyelesaian yang lebih baik daripada hanya mengandalkan pikiran sendiri.
2) Menetapkan kriteria, yaitu memberikan kesempatan pada orang lain untuk memberikan
idenya dalam menangani suatu permasalahan.
3) Menyusun alternatif ketiga, yaitu merencanakan suatu penyelesaian masalah tersebut
secara bersama-sama.
4) Bersinergi, yaitu mampu menyelesaikan masalah dengan baik secara bersama-sama.
Manusia Mencari Kebenaran
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencari kebenaran adalah sebagai berikut.
1. Menangkap realita secara indrawi, yaitu menangkap realita yang ada di sekitar kita
dengan memanfaatkan kelima indera yang kita punya.
8 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A
2. Mengamati dan mengumpulkan data, yaitu mengamati realitas secara langsung maupun
tidak langsung, serta mengumpulkan data dari realita yang diamati.
3. Menganalisis data/informasi, yaitu penalaran terhadap data-data yang didapatkan dengan
berpikir apakah data tersebut logis.
4. Memutuskan/menyimpulkan, yaitu memberikan kesimpulan atas penelitian yang telah
dilakukan.
Enam macam kebenaran sebagai berikut.
a. Kebenaran logis adalah kebenaran yang sesuai dengan logika pemikiran dan hati nurani.
Kedua hal tersebut tidak akan pernah membohongi dan selalu benar.
b. Kebenaran eksistensial/subjektif adalah kebenaran yang bersifat individualis yang bebas
tanpa mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
c. Kebenaran faktual/objektif/ontologis adalah kebenaran yang apa adanya, sesuai dengan
realita yang ada tanpa dipengaruhi oleh pendapat atau pandangan pribadi.
d. Kebenaran pragmatis/performatif adalah kebenaran yang bergantung pada penerapannya
bagi kepentingan manusia.
e. Kebenaran konsensus adalah kebenaran yang didapatkan karena adanya mufakat bersama
yang dicapai melalui pembulatan suara.
f. Kebenaran semantik adalah kebenaran yang mengalami pergeseran makna.
Untuk mendapatkan sebuah realita, dapat diperoleh dengan dua cara yaitu sebagai
berikut.
1. Kontak Langsung
Kontak langsung merupakan cara mendapatkan realita dengan memantau atau
berinteraksi secara langsung dengan objek yang akan diteliti.
2. Kontak Tidak Langsung
Kontak tidak langsung dapat dilakukan melalui kesaksian orang dan pernyataan
otoritas, di mana kesaksian orang tersebut haruslah dipercaya, konsisten, dan koheren.
Sedangkan pernyataan otoritas didapatkan dari seseorang yang sudah mempunyai
pengalaman banyak, pendidikan tinggi, kemashuran yang besar, dan selalu konsisten
dengan kemajuan atau perkembangan yang terkini.
9 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A
Dari perolehan realita tersebut, maka akan didapatkan suatu pengalaman yang dapat disadari,
diungkapkan, dimengerti, dan direfleksi menjadi ilmu pengetahuan.
Kesadaran yang diperoleh dari pengalaman akan menimbulkan sebuah kesadaran yang
membuat kita berpikir kritis terhadap penemuan yang kita peroleh. Berpikir kritis dapat
dilakukan dengan cara menguji pengamatan, prosedur, dan analisis yang kita lakukan.
Apakah sudah tepat pada sasaran, benar, dan sahih.
Dalam mengungkapkan suatu pengalaman, haruslah mempunyai kemahiran berbahasa.
Hal ini disebabkan karena bahasa merupakan alat komunikasi tentang kebenaran-kebenaran
yang sudah ditemukan untuk disampaikan dan dimengerti oleh orang lain. Apabila bahasa
yang kita gunakan tidak baik, maka akan menimbulkan suatu ambiguitas argumen. Begitu
pula dengan pengertian yang ditangkap dari suatu pengalaman. Pengertian ini akan
menimbulkan suatu pikiran tentang kebenaran yang ditemukan. Apabila pemikiran yang kita
ciptakan salah, maka akan timbul kekeliruan relevansi atau kekeliruan suatu hubungan
pemikiran.
Kekeliruan relevansi dan ambiguitas argumen adalah dua hal yang menyebabkan sesat
pikir. Sesat pikir dapat berdampak buruk bagi orang-orang yang salah mengartikan pemikiran
kita.
Selanjutnya, kita akan mendapatkan suatu komposisi dari pengetahuan yang kita
dapatkan. Komposisi yang dimaksud adalah mengkomunikasikan penemuan kita dalam
bentuk tulisan ilmiah yang argumentatif, baik itu eksposisi, deskriptif, maupun naratif.
Mahasiswa dituntut untuk dapat berinteraksi dengan pengalaman, kemampuan
berpikir, dan kemahiran berbahasa. Dalam mencari kebenaran, ada beberapa tahap yang harus
dilakukan, yaitu:
1. Menangkap realita
2. Mengumpulkan data
3. Menganalisis data
4. Membuat kesimpulan
5. Menguji kebenarannya
6. Mengkomunikasikan dalam bentuk tulisan ilmiah (tesis)
10 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A
7. Menerbitkan
Anatomi format artikel ilmiah adalah sebagai berikut.
Pendahuluan
o Latar Belakang
Lapangan
Teori
o Masalah
Metode
o Jenis Penelitian
o Sampel/Populasi
o Alat Pengumpul Data
o Analisis Data
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan
Bahasa Ilmiah
Bahasa Ilmiah adalah bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah. Kita harus
mempunyai kemampuan berbahasa yang baik dan dapat menguasai cara-cara penulisan karya
ilmiah. Bahasa ilmiah mempunyai beberapa sifat, yaitu ringkas, padat, lengkap, teliti, jelas,
lurus, dan runtut.
Bahasa ilmiah juga memperhatikan bagaimana susunan kalimat, paragraf, dan tata
bahasanya. Untuk kalimat, haruslah menggunakan kalimat yang efektif yang tepat mewakili
gagasan atau perasaan penulis. Kalimat efektif juga sanggup menimbulkan gagasan atau
perasaan pembaca yang sama dengan penulisnya. Kalimat yang mengandung kesatuan
gagasan dan koheren juga syarat dalam menulis tulisan ilmiah.
Paragraf yang digunakan dalam tulisan ilmiah adalah paragraf yang mengandung satu
gagasan utama, koheren, dan berkembang. Tata bahasa yang digunakan haruslah taat asas.
Taat asas berarti mematuhi cara penulisan bahasa yang baik dan benar, seperti Ejaan Yang
Disempurnakan dan kata-kata baku.
11 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A
Logika
Konsep merupakan lambang dari suatu realita yang diabstrakkan dari peristiwa
konkretnya. Konsep melahirkan konsepsi yang merupakan penjelasan dari suatu konsep.
Salah satu bentuknya adalah definisi. Definisi adalah sesuatu yang dapat menjelaskan konsep.
Dalam mebuat definisi, perlu memperhatikan bentuk format dan syarat-syaratnya.
a) Bentuk format
Konsep adalah [kelas konsep] yang [ciri khas].
b) Syarat
Tidak negatif (tidak mengandung kata tidak/bukan)
Sederhana (dapat diterima oleh penerima, seperti pembaca dan pendengar; tidak
menimbulkan pertanyaan lagi)
Tidak mengandung konsep yang didefinisikan (tidak mengandung pengulangan kata
atas konsepnya)
Equivalen (konsep dan definisi harus bernilai sama atau memiliki keluasan yang
sama)
Dari pembentukan definisi tersebut, kita dapat membuat silogisme (cara menarik
kesimpulan).
Konsep dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu proposisi hipotetis dan proposisi
kategoris.
1. Proposisi Hipotetis
Proposisi hipotetis adalah suatu pernyataan yang mengandung nilai benar atau salah.
Hipotetis : jika… maka…
Disjungtif : … atau…
Konjungtif : … dan…
Proposisi ini akan menghasilkan suatu silogisme hipotetis yang terdiri dari:
a) Modus Ponens (Contoh: Jika seseorang belajar, maka ia pintar. Bonita belajar.
Bonita Pintar.)
b) Modus Tollens (Contoh: Jika seseorang berlatih keras, maka ia menjadi juara.
Chantika juara. Chantika berlatih keras.)
12 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A
c) Silogisme Disjungtif (Contoh: Saya pulang atau tetap di sini. Saya pulang. Saya tidak
di sini.)
d) Silogisme Konjungtif (Contoh: Dalam sebuah keluarga pasti ada ayah dan ibu. Di
keluargaku ada ayah. Di keluargaku ada ibu.)
2. Proposisi Kategoris
Proposisi kategoris adalah suatu pernyataan yang sudah tepat dan pasti. Proposisi
ini akan menghasilkan suatu premis mayor dan premis minor yang akan tetap
menghasilkan satu kesimpulan yang sama. Contoh: Semua buku di sini terjual. Semua
novel adalah buku. Semua novel habis terjual.
Proposisi kategoris merupakan kalimat pernyataan yang mengandung term subjek
yang dibicarakan (kata/kumpulan kata yang mengandung hal yang dibicarakan) dan term
predikat isi dari pembicaraan (kata/kumpulan kata yang mengandung isi dari yang
dibicarakan). Kalimat pernyataan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut.
1) Kuantitas subjek (semua atau sebagian)
2) Kualitas hubungan subjek dan predikat (afirmatif [YA] atau negatif [TIDAK])
Kedua bagian ini saling berhubungan. Untuk lebih mudahnya, perhatikan contoh
berikut.
Untuk “semua dan afirmatif” : Semua mahasiswa pandai.
Untuk “semua dan negatif” : Semua mahasiswa tidak pandai.
Untuk “sebagian dan afirmatif” : Beberapa mahasiswa pandai.
Untuk “sebagian dan negatif” : Beberapa mahasiswa tidak pandai.