1.1 laporan antara penelitian boptn iain surakarta …

28
1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA 2018 MANDATORI ROTASI AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT DI INDONESIA Diajukan untuk pengusulan penelitian individual yang dibiayai oleh BOPTN Penelitian DIPA IAIN Surakarta Tahun Anggaran 2018 Oleh: Peneliti: Nama : Wahyu Pramesti, S.E., M.Si., Ak NIP : 19871007 201403 2 004 Prodi/ Jurusan : Akuntansi Syariah Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Mahasiswa Pembantu Penelitian: Nama : Siti Faizah Dyah Khusnul Khotimah NIM : 155121150 Prodi/ Jurusan : Akuntansi Syariah Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA TAHUN 2018

Upload: others

Post on 03-Dec-2021

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

1.1

LAPORAN ANTARA

PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA 2018

MANDATORI ROTASI AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT DI INDONESIA

Diajukan untuk pengusulan penelitian individual yang dibiayai oleh BOPTN

Penelitian DIPA IAIN Surakarta Tahun Anggaran 2018

Oleh:

Peneliti:

Nama : Wahyu Pramesti, S.E., M.Si., Ak

NIP : 19871007 201403 2 004

Prodi/ Jurusan : Akuntansi Syariah

Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)

Mahasiswa Pembantu Penelitian:

Nama : Siti Faizah Dyah Khusnul Khotimah

NIM : 155121150

Prodi/ Jurusan : Akuntansi Syariah

Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

TAHUN 2018

Page 2: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

FORMULIR PENDAFTARAN PENELITIAN

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan ini saya,

Nama : Wahyu Pramesti, SE., M.Si., Ak

NIP : 19871007 201403 2 004

Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

Golongan /Ruang : III/b (Penata Muda)

No HP : 08562915176

Jurusan : Akuntansi Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Perguruan Tinggi : IAIN Surakarta

Bersamaan ini saya mengajukan proposal penelitian untuk mendapatkan pembiayaan

dari anggaran BOPTN Penelitian IAIN Surakarta Tahun Anggaran 2018, dengan

Judul

MANDATORI ROTASI AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT DI INDONESIA

Demikian pendaftaran saya buat agar dapat diproses dalam tahapan kegiatan penelitian

selanjutnya.

Surakarta, 6 Oktober 2017

Yang membuat pernyataan,

Peneliti

Wahyu Pramesti, SE., M.Si., AK

NIP. 19871007 201403 2 004

Page 3: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

SURAT PERNYATAAN PENELITI

Saya, yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Wahyu Pramesti, SE., M.Si., Ak

Tempat, tanggal lahir : Madiun, 07 Oktober 1987

NIP : 19871007 201403 2 004

Pangkat/Gol : III/ B

Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

Bidang Keahlian Fungsional : Akuntansi

Program Studi : Akuntansi Syariah

Judul

: Mandatori Rotasi Auditor dan Kualitas Audit di

Indonesia

Menyatakan bahwa:

1. Penelitian yang saya usulkan ini tidak sedang diusulkan untuk mendapatkan

bantuan pada pihak manapun.

2. Usulan penelitian ini belum pernah dilaksanakan penelitian sebelumnya.

3. Penelitian ini original hasil karya saya sendiri dan bukan plagiasi. Saya

bertanggungjawab jika di kemudian hari timbul gugatan atas hasil penelitian

ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh untuk digunakan

sebagaimana mestinya.

Surakarta, 6 Oktober 2017

Yang membuat pernyataan,

Peneliti

Wahyu Pramesti, SE., M.Si., Ak

NIP. 19871007 201403 2 004

Page 4: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

NO KEGIATAN BULAN KE-

1

BULAN KE-

2

BULAN KE-

3

BULAN KE-

4

PEKAN KE- PEKAN KE- PEKAN KE- PEKAN KE-

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penanda

tangangan

kontrak

2 Rapat pengkajian

teori

3 Pengumpulan

data penelitian

4 Seleksi data

penelitian

5 Analisis content

annual report

6 Tabulasi data

7 Analisis data

8 Penyusunan hasil

penelitian

9 Rapat pengkajian

hasil penelitian

10 Revisi hasil

penelitian

11 Penyusunan

laporan final

penelitian

12 Penyampaian

laporan

penelitian ke

LP2M

Page 5: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

BAB I

PENDAHULUAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dampak dari mandatori rotasi auditor

terhadap kualitas audit. Hal tersebut didasarkan pada sejak diterbitkannya Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik,

sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

359/KMK.06/2003 tentang Jasa Akuntan Publik, sebagaimana telah diubah dalam

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik.

Dimulai tahun 2002, diaturlah mengenai pemberian jasa audit umum atas laporan

keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama 5

tahun buku berturut-turut. Sedangkan oleh seorang akuntan publik paling lama 3 tahun

buku berturut-turut.

Dengan adanya pembaruan aturan di tahun 2008 maka terdapat perubahan lama

perikatan perusahaan dengan KAP maksimal menajdi 6 tahun. Sedangkan untuk

akuntan publik masih tetap sama yakni selama 3 tahun.

Dengan adanya pembatasan masa perikatan tersebut memungkinkan suatu KAP

melakukan perubahan nama dengan mengubah komposisi akuntan publik sehingga

jumlah akuntan publiknya melebihi 50% dari akuntan publik yang telah menjadi

partner sebelumnya, maka KAP tersebut dapat dikatakan sebagai KAP baru selanjutnya

kliennya dianggap sebagai klien baru dan KAP tersebut dapat terus memberikan jasa

Page 6: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

audit kepada perusahaan tersebut Fitriyani, et al (2015). Dengan aturan ini, banyak

KAP menyiasatinya dengan mengubah komposisi partner.

Masa setelah terjadinya kasus Enron, beberapa negara memandatorikan periode

rotasi untuk perikatan audit dengan tujuan untuk meningkatkan independensi audit

sekaligus kualitas audit. Sebagai contoh, Sarbanes-Oxley Act memandatorikan

partner audit untuk melakukan rotasi terhadap kliennya setiap 5 tahun. Sedangkan

European Union menyaratkan Kantor Akuntan Publik untuk mengganti partner audit

yang terlibat dengan perikatan dengan perusahaan Go Publik setiap 7 tahun.

Konsekuensi dari mandatori rotasi auditor, baik di tingkat partner maupun

Kantor Akuntan Publik, terhadap kualitas audit tergantung dari trade off dari

peningkatan independensi audit dengan kelemahan atas pengalaman audit pada jenis

industri tertentu klien (Kinney and Mc Daniel, 1996; Mautz and Sharaf, 1961).

Dari satu sisi, pandangan terbaru mengenai perikatan audit dengan rotasi pada

partner audit meningkatkan independensi audit sekaligus kualitas audit. Namun disisi

yang lain, rotasi partner audit akan menurunkan kesempatan bagi partener audit untuk

memiliki keahlian di bidang spesifik klien dan kurangnya pengalaman partner audit

dapat menurunkan kualitas audit.

Dampak terakhir dari mandatori rotasi auditor terhadap kualitas audit adalah isu

empiris mengenai trade off. Bukti empiris hubungan antara mandatori rotasi auditor

dan kualitas audit menunjukkan hasil yang beragam. Penelitian di Taiwan

menunjukkan baik tidak berpengaruh maupun berpengaruh negatif atas mandatori

Page 7: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

rotasi audit terhadap kualitas audit (Chen, C., Lin, C., and Lin, Y., 2008; Chi, W., and

Huang, H., 2005; Chi, W., Huang, H., Liao, Y., and Hong, X., 2009).

Sedangkan hasil penelitan yang dilakukan di Australia (Carey and Simnet, 2006)

menunjukkan bukti bahwa mandatori rotasi auditor cenderung untuk meningkatkan

kualitas audit. Bukti eksperimen (Dopuch, King, and Schwarts, 2001; Tan, 1995) juga

menunjukan bahwa mandatori rotasi auditor meningkatkan kulaitas audit.

Page 8: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kualitas Audit

DeAngelo (1981) menyatakan bahwa kualitas audit merupakan probabilitas

gabungan kemampuan auditor dalam mendeteksi dan menemukan salah saji dalam

laporan keuangan kliennya dan selanjutnya melaporkan temuan salah saji tersebut.

Kualitas audit merupakan suatu hal yang sulit diobservasi dan bersifat multidimensi,

sehingga memeunculkan banyak penelitian yang meneliti tentang kualitas audit dengan

menggunakan instrumen pengukuran yang berbeda-beda.

Mayoritas pengukuran kualitas audit menggunakan pengukuran tunggal.

Penelitian ini merujuk pengukuran kualitas audit dari Herusetya (2012) dengan

menggunakan pengukuran multidimensional disebut Audit Quaity Metric Score

(AQMS). Pengukuran ini mewakili dimensi kompetensi dan dimensi independensi.

B. Rotasi Auditor

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dampak mandatori rotasi

auditor tehadap kualitas audit sebagai hasil dari trade off antara rotasi auditor akan

meningkatkan independensi auditor sekaligus kualitas audit dan pendangan baru bahwa

mandatori rotasi auditor akan menurunkan kualitas audit karena dengan rotasi waktu

yang singkat akan menurunkan tingkat spesialiasi auditor pada suatu bidang tertentu.

Mengingat bahwa independensi audit adalah probabilitas gabungan yang dimiliki

Page 9: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

auditor yakni antara menemukan pelanggaran pada sistem akuntansi klien dan

melaporkan pelanggaran tersebut (DeAngelo, 1981).

Rotasi partner audit baru yang masuk akan memungkinkan untuk mengurangi

keraguan dalam melaporkan pelanggaran dibandingan dengan parter audit lama. Hal

tersebut dikarenakan partner audit tidak akan memiliki cukup waktu untuk membangun

hubungan dengan klien. Hal ini yang akan meningkatkan independensi audit dan

sekaligus kualitas audit (Bandyopadhyay, S, P,. Chen, C., and Yu, Y., 2013).

Namun demikian, dampak mandatori rotasi auditor terhadap kemungkinan

menemukan pelanggaran menunjukkan hal yang tidak cukup jelas. Di satu sisi, partner

baru, dengan pandangan baru (Mautz and Sharaf, 1961), mungkin menemukan

pelanggaran dengan lebih mudah dibandingan dengan partner lama. Di sisi lain, partner

baru mungkin belum memiliki pemahaman yang baik untuk jenis industri klien baru.

Hal ini membuat partner baru harus bekerja keras untuk mendeteksi pelanggaran.

Bukti lain mengenai dampak mandatori rotasi auditor terhadap kualitas audit,

yang berdasarkan pada penelitian empiris data audit di Australia (Carey and Simnett,

2006) dan di Taiwan (Chen et al., 2008; Chi et al., 2009) menunjukkan hasil yang

beragam. Studi eksperimen, di sisi lain, menunjukkan dampak positif antara mandatori

rotasi auditor terhadap independensi audit (Dopuch et al, 2001) dan kualitas audit (Tan,

1995).

Berdasarkan teori dan bukti empiris, maka hipotesis penelitian ini.

Page 10: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

H1: Mandatori rotasi Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap kualitas

audit.

H2: Mandatori rotasi partner auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.

Page 11: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

BAB 3

METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis menggunakan

pendekatan kuantitatif untuk mengukur dampak rotasi auditor terhadap

kualitas audit di Indonesia.

B. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia pada periode 2015 – 2017. Sampel dipilih secara

purposive sampling dengan kriteria:

1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Menyajikan laporan keuangan pada tahun 2015 – 2017 berturut-turut.

3. Menyajikan informasi mengenai rotasi auditor dan kualitas audit.

C. DEFINISI OPERASIONAL

1. Kualitas Audit

Variabel kualitas audit sebagai variabel dependen dalam penelitian

ini. Kualitas audit diukur dengan menggunakan ukuran multidimensi

yang merujuk pada Herusetya (2012). Ukuran tersebut disebut dengan

AQMS. AQMS diukur dengan menjumlahkan skor dari 5 proksi kualitas

audit. Ke-5 proksi tersebut yakni:

Tabel 3.1

Page 12: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

Kriteria Pengukuran AQMS

No Proksi Kriteria Pengukuran

A Dimensi Kompetensi

1 BIG 4 Skor 1 jika diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan

KAP BIG 4, dan nilai 0 jika lainnya

2 SPCL SPCL adalah spesialisasi industri KAP. Skor 1 jika

memiliki industri share terbesar dan diukur dengan

rasio jumlah aset klien KAP dalam industri tertentu

dibagi dengan jumlah aset seluruh klien seluruh KAP

dalam satu industri, dan skor 0 jika lainnya.

3 TENURE TENURE adalah masa penugasan audit KAP pada

perusahaan tertentu. Skor 1 jika interval masa

penugasan KAP lebih dari 3 tahun dan kurang dari 9

tahun, skor 0 jika lainnya.

B Dimensi Independensi

4 CI CI adalah ukuran tingkat ketergantungan ekonomi

KAP pada klien. Skor 1 jika KAP tidak memiliki

ketergantungan ekonomi terhadap klien yaitu jika

nilai rasio CI KAP berada pada interval µ ± σ, dengan

µ adalah rerata CI seluruh KAP ada tahun tertentu

dan σ adalah standar deviasinya, dan skor 0 jika

lainnya. Rasio CI KAP dihitung dengan

𝐶𝐼𝑖𝑡 = 𝑆𝐼𝑍𝐸𝑖𝑡

∑ 𝑆𝐼𝑍𝐸𝑖𝑡𝑥𝑖=𝑡

5 RQA RQA adalah kesediaan dan keakuratan pelaporan

opini audit going concern (GC) yang diberikan oleh

KAP. Skor 1 jika memenuhi salah satu kriteria

berikut, dan skor 0 jika lainnya. Kriteria RQA: (i)

jika KAP memberikan opini GC pada tahun t dan

klien i pada tahun t+1 mengalami arus kas operasi

negatif atau rugi bersih sebagai indikasi adanya

kondisi financial distress; dan (ii) jika KAP tidak

memberikan opini GC pada tahun t dan klien i pada

tahun t+1 tidak mengalami arus kas operasi negatif

atau rugi bersih.

C Formula

AQMS Jumlah skor dari ke-5 proksi kualitas audit KAP

terhadap klien i tahun t.

Sumber: Herusetya (2012)

Page 13: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

2. Rotasi Kantor Akuntan Publik

Rotasi Kantor Akuntan Publik merupakan variabel independen

dalam penelitian ini. Pengukuran rotasi Kantor Akuntan Publik

(RKAP)menggunakan variabel dummy yakni diberi angka 1 jika terjadi

rotasi Kantor Akuntan Publik dalam suatu periode yang diobservasi dan

diberi angka 0 jika sebaliknya.

3. Rotasi Partner Auditor

Rotasi partner auditor merupakan variabel independen dalam

penelitian ini. Pengukuran rotasi partner auditor (RPA) menggunakan

variabel dummy yakni diberi angka 1 jika terjadi rotasi partner auditor

dalam suatu periode yang diobservasi dan diberi angka 0 jika sebaliknya.

D. ANALISIS DATA

Teknik analisis data menggunakan analisis regresi untuk menguji

kekuatan hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Ghozali (2016) menjelaskan bahwa dalam analisis regresi tidak hanya

menjelaskan hubungan antara dua variabel atau lebih namun juga menunjukkan

arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.

Persamaan regresi:

AQMS = β0 + β1 RKAP + β2 RPA + ε

Keterangan:

AQMS : Audit Quality Metric Score

RKAP : Rotasi Kantor Akuntan Publik

RPA : Rotasi Partner Auditor

Page 14: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

β0 : konstanta

β1 β2 : koefisien regresi

ε : error

Dalam analisis regresi sangat penting menaksir nilai aktual dengan mengukur

Goodness of fit yakni mengukur koefisien determinasi nilai F dan nilai t

(Ghozali, 2016).

Page 15: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data perusahaan yang

mengungkapkan adanya perputaran auditor dan perputaran kantor akuntan publik.

Penelitian ini menggunakan 413 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

selama tahun 2013 hingga 2015. Dari 413 perusahaan hanya 292 perusahaan yang

memenuhi persyaratan untuk dijadikan sampel, sehingga diperoleh data sebanyak 876.

B. Analisa Data

1. Statistika Deskriptif

Statistika deskriptif merupakan gambaran deskriptif mengenai data-data di dalam

penelitian. Statistika deskriptif berisi angka-angka mengenai data yang nanti harus

diinterpretasikan makna di dalamnya.

Tabel 4.1

Statistika Deskriptif

Rotasi

KAP

Rotasi

Auditor

Ukuran

Perusahaan

Leverage AQMS

N 876 876 876 876 876

Mean 0.13 0.50 28.64323 0.53400 2.26

Std.

Deviation

0.339 0.500 1.832710 0.368172 1.413

Sumber : SPSS diolah, 2018

Page 16: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

Bedasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa data yang diobservasi

berjumlah 876 yang diperoleh dari 292 perusahaan sampel. Besarnya standar deviasi

masing-masing variabel termasuk dalam kategori kecil. Hal ini mengindikasikan

bahwa sampel bersifat homogen sehingga data sampel mampu merepresentasikan data

yang ada.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya variabel

pengganggu atau apakah suatu data tersebut terdistribusi secara normal. Uji

normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametik

Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Tabel 4.2

Uji Normalitas Saat terjadi Autokorelasi

Sumber : SPSS diolah, 2018

Tabel 4.3

Uji Normalitas Setelah Pengobatan Autokorelasi

Sumber : SPSS diolah, 2018

Variabel K-S Signifikansi

(2-tailed)

Kriteria Hasil

Unstandardised

resudial

1,117 0,165 Prob > 0,05 Data residual

terdistribusi normal

Variabel K-S Signifikansi

(2-tailed)

Kriteria Hasil

Unstandardised

resudial

0.836 0,487 Prob > 0,05 Data residual

terdistribusi normal

Page 17: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

Berdasarkan hasil uji normalitas di atas diketahui bahwa baik sebelum

maupun sesudah pengobatan autokorelasi data tetap terditribusi dengan normal.

Hal tersebut diindikasikan dengan nilai signifikansi di atas 0,05. Pengujian

normalitas dilakukan dua kali karena data mengalami masalah autokorelasi.

b. Uji Multikolonieritas

Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk melihat apakah di dalam suatu

model regresi terdapat korelasi atau hubungan antar variabel independen.

Pengujian multikolonieritas dapat dilihat dari nilai VIF dan tolleranace. Apabila

nilai VIF kurang dari 10 dan nlai tollerance lebih dari 0,1 maka tidak terjadi

multikolonieritas.

Tabel 4.4

Uji Multikolonieritas Saat terjadi Autokorelasi

Sumber : SPSS diolah, 2018

Variabel VIF Tollerance Keterangan

Rotasi KAP 1,206 0,829 Tidak terdapat multikolinieritas

Rotasi Auditor 1,176 0,850 Tidak terdapat multikolinieritas

Ukuran Perusahaan 1,059 0,944 Tidak terdapat multikolinieritas

Leverage 1,028 0,973 Tidak terdapat multikolinieritas

Page 18: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

Tabel 4.5

Uji Multikolonieritas Setelah Pengobatan Autokorelasi

Sumber: SPSS diolah,2018

Berdasarkan hasil olah data di atas dapat terlihat bahwa baik sebelum

maupun sesudah pengobatan autokorelasi nilai VIF dan tollerance masih berada

di bawah angka batas. Sehingga tidak terjadi multikolonieritas atau dapat

dikatakan bahwa variabel independen tidak memiliki hubungan satu sama lain.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah di dalam sebuah

persamaan regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual pada satu

pengamatan ke pengamatan lain. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan

menggunakan uji glejser.

Variabel VIF Tollerance Keterangan

Rotasi KAP 1,234 0,811 Tidak terdapat multikolinieritas

Rotasi Auditor 1,212 0,825 Tidak terdapat multikolinieritas

Ukuran Perusahaan 1,031 0,970 Tidak terdapat multikolinieritas

Leverage 1,009 0,991 Tidak terdapat multikolinieritas

Page 19: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

Tabel 4.6

Uji Hetroskedastsitas Saat Terjadi Autokorelasi

Sumber : SPSS diolah, 2018

Tabel 4.7

Uji Heteroskedastisitas Setelah Pengobatan Autokorelasi

Sumber : SPSS diolah, 2018

Berdasarkan hasil olah data di atas dapat diketahui bahwa sebelum

terjadinya pengobatan autokorelasi data mengalami heteroskedastisitas dilihat

dari nilai signifikansi Rotasi KAP dan Rotasi Auditor yang berada di bawah 0,05.

Namun, setelah pengobatan autokorelasi semua variabel tidak mengalami

heteroskedastisitas karena semua nilai signifikansinya di atas 0,05.

d. Uji Autokorelasi

Variabel Signifikansi Keterangan

Rotasi KAP 0,00 Terjadi heteroskedastisitas

Rotasi Auditor 0,013 Terjadi heteroskedastisitas

Ukuran Perusahaan 0,307 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Leverage 0,936 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Variabel Signifikansi Keterangan

Rotasi KAP 0,413 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Rotasi Auditor 0,482 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Ukuran Perusahaan 0,620 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Leverage 0,695 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Page 20: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah terjadi kesalahan

pengganggu antara periode pengujian dengan periode sebelumnya. Pengujian

autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametik run test.

Tabel 4.8

Uji Autokorelasi Sebelum Pengobatan Autokorelasi

Sumber : SPSS diolah, 2018

Tabel 4.9

Uji Autokorelasi Setelah Pengobatan Autokorelasi

Sumber : SPSS diolah, 2018

Berdasarkan hasil olah data di atas diketahui bahwa baik sebelum maupun

sesudah pengobatan autokorelasi data tetap tidak random. Hal ini dapat terjadi karena

regulasi rotasi KAP dan rotasi auditor dilakukan antara 3 sampai 6 tahun sedangkan

periode pengujian selama 3 tahun. Hal tersebut akan menyebabkan data memiliki

kecenderungan sama atau tidak random.

Variabel Test value Signifikansi

(2-tailed)

Kriteria Hasil

Unstandardised

resudial

-0,07515 0,000 Prob > 0,05 Data

residual

tidak

random

Variabel Test value Signifikansi

(2-tailed)

Kriteria Hasil

Unstandardised

resudial

-0,01122 0,011 Prob > 0,05 Data

residual

tidak

random

Page 21: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

3. Uji Ketepatan Model

a. Uji Statistik F

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah model persamaan yang dibuat

telah tepat. Uji F dapat dilakukan dengan melihat nilai F apabila nilai F lebih dari

4 pada tingkat signifikansi dibawah 0,05 maka model persamaan telah tepat.

Tabel 4.10

Uji Statistik F Sebelum Pengobatan Autokorelasi

Model F Signifikansi

Regression 89,146 0,000

Sumber : SPSS diolah, 2018

Tabel 4.11

Uji Statistik F Setelah Pengobatan Autokorelasi

Model F Signifikansi

Regression 66,625 0,000

Sumber : SPSS diolah, 2018

Berdasarkan hasil olah data di atas diketahui bahwa model persamaan telah

tepat. Hal tersebut diindikasikan dengan nilai F baik sebelum maupun sesudah

pengobatan autokorelasi lebih dari 4 dengan tingkat signifikansi 0,000.

b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi merupakan pengujian yang dilakukan untuk

menentukan seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel

Page 22: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

dependen. Semakin besar nilai adjusted R2 maka semakin kuat pula pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel 4.12

Koefisien Determinasi Sebelum Pengobatan Autokorelasi

Sumber: SPSS diolah, 2018

Tabel 4.13

Koefisien Determinasi Setelah Pengobatan Autokorelasi

Sumber: SPSS diolah, 2018

Berdasarkan hasil olah data di atas diketahui bahwa sebelum terjadinya

pengobatan autokorelasi nilai adjusted R square 0,287, namun setelah

pengobatan autokorelasi nilai adjusted R square menjadi 0,231. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel independen mampu mempengaruhi variabel

dependen sebesar 23,1 %. Rendahnya nilai adjusted R square mungkin saja bisa

terjadi karena beberapa variabel yang dinilai mampu mempengaruhi variabel

dependen atau kualitas audit sudah dijadikan proxy untuk kualitas audit itu

sendiri.

R R Square Adjusted R Square

0,539 0,290 0,287

R R Square Adjusted R Square

0,484 0,234 0,231

Page 23: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang sudah

dibuat. Uji hipotesis dilakukan dengan melihat uji statistik t. Apabilai nilai signifikansi

masing-masing variabel di bawah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel

independen mampu mempengaruhi variabel dependen.

Tabel 4.14

Uji Statistik t Sebelum Pengobatan Autokorelasi

Model T Signifikansi Keterangan

Konstanta -11,171 0,000

Rotasi KAP -9,046 0,000 Berpengaruh Negatif

Rotasi Auditor 4,786 0,000 Berpengaruh Positif

Sumber : SPSS diolah, 2018

Tabel 4.15

Uji Statistik t Setelah Pengobatan Autokorelasi

Model T Signifikansi Keterangan

Konstanta -11,087 0,000

Rotasi KAP -5,835 0,000 Berpengaruh Negatif

Rotasi Auditor 3,243 0,001 Berpengaruh Positif

Sumber : SPSS diolah, 2018

Berdasarkan hasil olah data di atas saat dapat diketahui bahwa:

a. Rotasi KAP

Variabel rotasi KAP baik sebelum maupun sesudah pengobatan autokorelasi

tingkat signifikansinya berada di bawah 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa rotasi

KAP berpengaruh terhadap kualitas audit dengan arah negatif. Dimana semakin

Page 24: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

sering terjadi pergantian kantor akuntan publik maka dapat mengurangi kualitas

audit laporan keuangan perusahaan.

b. Rotasi Auditor

Variabel rotasi auditor baik sebelum maupun sesudah pengobatan

autokorelasi tingkat signifikansinya berada di bawah 0,05. Hal ini menunjukkan

bahwa adanya rotasi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit dengan arah

positif. Dimana apabila perusahaan melakukan rotasi auditor maka dapat

meningkatkan kualitas audit laporan keuangan perusahaan.

5. Pembahasan Hasil Pengujian

Berlandaskan pada hasil pengujian ditemukan bukti bahwa adanya rotasi KAP

mampu mempengaruhi kualitas audit namun arah hubungan antara rotasi KAP dengan

kualitas audit berlawanan. Apabila rotasi KAP dilakukan maka kualitas audit akan

menurun. Terdapat beberapa argumen yang mendasari hubungan negatif antara rotasi

KAP terhadap kualitas audit.

Pertama, rotasi KAP mungkin saja dilakukan secara semu yaitu hanya untuk

memenuhi regulasi saja. Mayoritas perusahaan sampel hanya melakukan rotasi pada

batas waktu yang sudah diatur dan akan kembali kepada KAP sebelumnya. Hal tersebut

dapat menyebabkan adanya penurunan kualitas audit. Bagi KAP pengganti mereka

tidak cukup waktu untuk memahami bisnis klien dan spesifikasinya. Bagi KAP

pertama, perusahaan dan KAP tetap saja akan memiliki perikatan yang lama yang dapat

mengurangi independensi auditor.

Page 25: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

Kemungkinan kedua, hubungan negatif antara rotasi KAP dan kualitas audit

terjadi karena pelaksanaan rotasi KAP ini dinilai kurang efektif. Dimana rotasi KAP

lebih banyak mengeluarkan biaya daripada manfaat yang diperoleh. Baik itu

perusahaan maupun KAP akan lebih banyak mengeluarkan biaya apabila mereka

melakukan perikatan yang baru, sehingga adanya rotasi KAP ini dinilai kurang efisien

(Nadia, 2015).

Sedangkan adanya rotasi audit partner dapat mempengaruhi kualitas audit

dengana arah hubungan positif. Dimana adanya rotasi audit partner akan

meningkatkan kualitas audit yang ada. Hal ini sejalan dengan tujuan regulasi yang

ditetapkan yaitu adanya batasan penggunaan jasa auditor yang sama maksimal 3 tahun

berturut-turut. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir adanya familiaritas

hubungan antara auditor dengan perusahaan sehingga akan tercipta hubungan yang

berintegritas dan menjunjung tinggi independensi.

Data sampel juga menunjukkan bahwa kebanyakan perusahaan sudah banyak

melakukan rotasi audit partner bahkan kurang dari jangka waktu yang ditentukan. Hal

ini mengindikasikan bahwa perusahaan maupun auditor sadar akan pentingnya rotasi

audit partner yang dapat membawa dampak positif bagi kedua belah pihak. Bagi

auditor adanya peningkatan kualitas audit akibat terjadinya rotasi audit partner akan

menambah kredibilitas auditor dan KAP. Bagi perusahaan klien kualitas audit yang

meningkat akan menambah kredibilitas dan validitas laporan keuangan perusahaan.

Page 26: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

DAFTAR PUSTAKA

Bandyopadhyay, S, P,. Chen, C., and Yu, Y., (2013). Mandatory Audit Partner

Rotation, Audit Market Concentration, and Audit Quality: Evidence from China.

Advances in Accounting, Incorporating Advances in International Accounting.

Carey, P., and Simnett, R., (2006). Audit Partener Tenure and Audit Quality. The

Accounting Review, 81(3), 653-676.

Chen, C., Lin, C., and Lin, Y., (2008). Audit Partener Tenure, Audit Firm Tenure,

and Discretionary Accrual; Does Long Auditor Tenure Impair Earning Quality?

Contemporary Accounting Research, 25(2), 415-445.

Chi, W., and Huang, H., (2005). Discretionary Accrual, Audit-Firm Tenure and

Auditor Tenure; An Empirical Case in Taiwan. Journal of Contemporary Accounting

and Economics, 1(1), 65-92.

Chi, W., Huang, H., Liao, Y., and Hong, X., (2009). Mandatory Audit Partener

Rorartion, Audit Quality, and Market Perception; Evidence from Taiwan.

Contemporary Accounting Research, 26(2), 359-391

DeAngelo, L., (1981). Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting

And Economics, 3(3), 183-199

Dechow, P, M., Sloan, R.G., and Sweeney, A, P., (1995). Detecting Earning

Management. The Accounting Review. 70(2), 193-225

Dopuch, N., King, R, R., and Schwartz, R., (2001). An Experimental

Investigation of Retention and Rotation Requirement. Journal of Accounting Research,

39 (1), 93-117

Fitriany, Sidharta Utama, Dwi Martani, and Hilda Rosietta. (2015). Pengaruh

Tenure, Rotasi dan Sesialisasi Kantor Akuntan Publik (KAP) Terhadap Kualitas Audit:

Perbandingan Sebelum dan Sesudah Regulasi Rotasi KAP di Indonesia. Jurnal

Akuntandi dan Keuangan, 17(1), 12-27

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Herusetya, Antonius. (2012). Analisis Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba

Akuntansi: Studi Pendekatan Composite Measure Versus Conventional Measure.

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 9(2), 117-135

Kinney, W., and McDaniel, L. (1996). How to Improve the Effectiveness of

Substantive Analytical Procedures. CPA Journal, 66 (4), 52-54

Kothari, S, P., Leone, A, J., and Wasly, C, E., (2005). Performance Matched

Discretionary Accrual Measures. Journal of Accounting and Economics, 39(1), 163-

197

Page 27: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …

Mautz, R, K., and Sharaf, H, A., (1961). The Philosophy of Auditing. Monograph,

6, Sarasota, FL: America Accounting Association.

Tan, H, T., (1995). Effect of Expecttations, Prior Involvement, and Review

Awareness on Memory for Audit Evidence and Judgement. Journal of Accounting

Research, 33 (1), 113-13

Page 28: 1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA …