1078-2083-1-sm

7
Krisnadewi, et al, Evaluasi Studi Standar Pelayanan Minimal Instalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati... Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Instalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaan Sebelum dan Sesudah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan (Evaluation of Minimum Standards Pharmacy in Waluyo Jati Kraksaan Hospital Before and After Social Security Agency (BPJS) Health) Amelia Kusuma Krisnadewi 1 , Prihwanto Budi Subagio 2 , Wiratmo 1 1 Fakultas Farmasi Universitas Jember 2 Instalasi Farmasi RSU dr Soebandi Jember Jln. Kalimantan 37. Jember 68121 e-mail korespondensi: [email protected] Abstract Abstrak e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 192 Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan yang beroperasional pada tanggal 1 Januari 2014. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit adalah pelayanan farmasi. Tahap pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data menggunakan kuisoner dan instrumen lembar pengamatan dari indikator pelayanan farmasi. Tahapan pengolahan data dilakukan dengan metode yang meliputi uji normalitas, uji T untuk 2 sampel bebas, uji Mann Whitney. Tahap terakhir yang dilakukan adalah menarik kesimpulan pencapaian SPM Farmasi RSUD Waluyo Jati terhadap SPM Farmasi Rumah Sakit yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Hasil penelitian di Instalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaan menunjukkan bahwa pencapaian SPM Farmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaan sudah sesuai yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Kata kunci: SPM Farmasi, layanan indikator farmasi, Rumah Sakit Waluyo Jati Kraksaan, BPJS Health care is a right of every person to be realized with the efforts to increase community health status. Social Security Agency of Health (Health BPJS) is an organization statutory to set up the health insurance program that worked on January 1, 2014. Hospital as one of the individual health care which part of the health resources that are indispensable in support of health efforts. One of the health care provided by the hospital pharmaceutical care. The first stage is carried out using a questionnaire and the data collection sheet instruments observation of indicators pharmaceutical care. Stages of data processing carried out by methods that include normality test, T test to 2 free samples, Mann Whitney test. The last stage is draw conclusions achievement Waluyo Jati Hospital Pharmacy SPM on Hospital Pharmacy SPM which has been determined by the Minister of Health. The results of the study in Pharmacy Waluyo Jati Kraksaan Hospital shows that Pharmacy SPM achievement of Waluyo Jati Kraksaan Hospital is in conformity set by the Minister of Health of the Republic of Indonesia. Keyword: SPM Pharmacy, indicators pharmaceutical care, Waluyo Jati Kraksaan Hospital, BPJS

Upload: rsudpwslampung

Post on 02-Dec-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

standar

TRANSCRIPT

Page 1: 1078-2083-1-SM

Krisnadewi, et al, Evaluasi Studi Standar Pelayanan Minimal Instalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati...

Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Instalasi Farmasi RSUDWaluyo Jati Kraksaan Sebelum dan Sesudah BadanPenyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

(Evaluation of Minimum Standards Pharmacy in Waluyo JatiKraksaan Hospital Before and After Social Security Agency

(BPJS) Health)

Amelia Kusuma Krisnadewi1, Prihwanto Budi Subagio2, Wiratmo1

1 Fakultas Farmasi Universitas Jember2 Instalasi Farmasi RSU dr Soebandi Jember

Jln. Kalimantan 37. Jember 68121

e-mail korespondensi: [email protected]

Abstract

Abstrak

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 192

Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang harus diwujudkan dengan upayapeningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Badan Penyelenggara JaminanSosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) merupakan badan hukum yang dibentuk untukmenyelenggarakan program jaminan kesehatan yang beroperasional pada tanggal 1 Januari 2014.Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan bagian darisumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upayakesehatan. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit adalahpelayanan farmasi. Tahap pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data menggunakan kuisonerdan instrumen lembar pengamatan dari indikator pelayanan farmasi. Tahapan pengolahan datadilakukan dengan metode yang meliputi uji normalitas, uji T untuk 2 sampel bebas, uji Mann Whitney.Tahap terakhir yang dilakukan adalah menarik kesimpulan pencapaian SPM Farmasi RSUD WaluyoJati terhadap SPM Farmasi Rumah Sakit yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Hasilpenelitian di Instalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaan menunjukkan bahwa pencapaian SPMFarmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaan sudah sesuai yang telah ditetapkan oleh Menteri KesehatanRepublik Indonesia.

Kata kunci: SPM Farmasi, layanan indikator farmasi, Rumah Sakit Waluyo Jati Kraksaan, BPJS

Health care is a right of every person to be realized with the efforts to increase community healthstatus. Social Security Agency of Health (Health BPJS) is an organization statutory to set up thehealth insurance program that worked on January 1, 2014. Hospital as one of the individual healthcare which part of the health resources that are indispensable in support of health efforts. One of thehealth care provided by the hospital pharmaceutical care. The first stage is carried out using aquestionnaire and the data collection sheet instruments observation of indicators pharmaceuticalcare. Stages of data processing carried out by methods that include normality test, T test to 2 freesamples, Mann Whitney test. The last stage is draw conclusions achievement Waluyo Jati HospitalPharmacy SPM on Hospital Pharmacy SPM which has been determined by the Minister of Health.The results of the study in Pharmacy Waluyo Jati Kraksaan Hospital shows that Pharmacy SPMachievement of Waluyo Jati Kraksaan Hospital is in conformity set by the Minister of Health of theRepublic of Indonesia.

Keyword: SPM Pharmacy, indicators pharmaceutical care, Waluyo Jati Kraksaan Hospital, BPJS

Page 2: 1078-2083-1-SM

Krisnadewi, et al, Evaluasi Studi Standar Pelayanan Minimal Instalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati...

Pendahuluan

Pelayanan kesehatan merupakan hak setiaporang yang dijamin dalam Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945yang harus diwujudkan dengan upayapeningkatan derajat kesehatan masyarakat yangsetinggi-tingginya [1].

Menurut Undang-Undang RepublikIndonesia nomor 40 tahun 2004, setiap orangberhak atas jaminan sosial untuk dapatmemenuhi kebutuhan dasar hidup yang layakdan meningkatkan martabatnya menujuterwujudnya masyarakat Indonesia yangsejahtera, adil dan makmur sehingga untukmemberikan jaminan sosial yang menyeluruh,negara mengembangkan Sistem Jaminan SosialNasional (SJSN) bagi seluruh rakyat Indonesia[2]. Jaminan kesehatan merupakan jaminanberupa perlindungan kesehatan agar pesertamemperoleh manfaat pemeliharaan kesehatandan perlindungan dalam memenuhi kebutuhandasar kesehatan yang diberikan kepada setiaporang yang telah membayar iuran atau iurannyadibayar oleh pemerintah [3]. BadanPenyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan(BPJS Kesehatan) merupakan badan hukumyang dibentuk untuk menyelenggarakanprogram jaminan kesehatan yang dilakukan dirumah sakit dan beroperasional pada tanggal 1Januari 2014. Pelayanan kesehatan kepadapeserta jaminan kesehatan harusmemperhatikan mutu pelayanan, berorientasipada aspek keamanan pasien, efektivitastindakan, kesesuaian dengan kebutuhan pasien,serta efisiensi biaya. Penerapan sistem kendalimutu pelayanan jaminan kesehatan dilakukansecara menyeluruh meliputi standar mutufasilitas kesehatan, memastikan prosespelayanan kesehatan berjalan sesuai standaryang ditetapkan, serta pemantauan terhadapiuaran kesehatan peserta [4].

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitaspelayanan kesehatan perorangan merupakanbagian dari sumber daya kesehatan yangsangat diperlukan dalam mendukungpenyelenggaraan upaya kesehatan.Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dirumah sakit mempunyai karakteristik danorganisasi yang sangat kompleks [5].

Salah satu fasilitas pelayanan kesehatanyang diberikan oleh rumah sakit adalahpelayanan farmasi, dalam rangka meningkatkanpembangunan di bidang pelayanan farmasiyang bermutu dan efisiensi yang berasaskanpelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care)

di rumah sakit, maka perlu adanya suatustandar pelayanan minimal (SPM) yang dapatdigunakan sebagai pedoman dalam pemberianpelayanan kefarmasian di rumah sakit [6]. SPMbidang kesehatan di rumah sakit sangat pentingkarena merupakan tolak ukur kinerja pelayanankesehatan yang diselenggarakan di rumah sakit[7], oleh karena itu peneliti ingin mengetahuibagaimana pelaksanaan dan mengevaluasiSPM Farmasi di Instalasi Farmasi RSUDWaluyo Jati Kraksaan sehingga dapatmeningkatkan kompetensinya demiterlaksananya pelayanan kefarmasian sesuaistandar yang ditetapkan oleh peraturanpemerintah.

Tahap pertama yang dilakukan adalahpengumpulan data menggunakan kuisoner,indikator pelayanan farmasi meliputi waktutunggu pelayanan obat jadi dengan standarnyaadalah ≤ 30 menit, waktu tunggu pelayanan obatracikan dengan standarnya adalah ≤ 60 menit,tidak adanya kejadian kesalahan pemberianobat dengan standarnya adalah 100%,kepuasan pelanggan dengan standarnya adalah≥ 80% dan penulisan resep sesuai formulariumdengan standarnya adalah 100% [5]. Tujuandari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasipencapaian SPM Farmasi RSUD Waluyo JatiKraksaan dari indikator-indikator pelayananfarmasi tersebut.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian noneksperimental dengan rancangan deskriptif(penelitian survei) dan penelitian analitik denganpendekatan cross sectional terhadap pasienrawat jalan yang menebus resep di InstalasiFarmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaan. Teknikpengambilan sampel dilakukan dengansampling purposive terhadap pasien rawat jalanRSUD Waluyo Jati Kraksaan yang menebusresp di Instalasi Farmasi RSUD Waluyo JatiKraksaan. Waktu penelitian ini yaitu pada bulanDesember 2013-Januari 2014. Tahapan pengolahan data dilakukan denganmetode yang meliputi uji normalitas untukpelayanan waktu tunggu obat jadi; pelayananwaktu tunggu obat racikan; kesesuaian resepdengan formularium; dan kepuasan pelanggan,uji T untuk 2 sampel bebas untuk pelayananwaktu tunggu obat racikan, uji Mann Whitneyuntuk pelayanan waktu tunggu obat jadi,kesesuaian resep dengan formularium dankepuasan pasien dengan bantuan komputerStatistical Product and Service Solutions

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 193

Page 3: 1078-2083-1-SM

Krisnadewi, et al, Evaluasi Studi Standar Pelayanan Minimal Instalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati...

(SPSS) versi 16. Tahap terakhir yang dilakukanadalah menarik kesimpulan pencapaian SPMFarmasi RSUD Waloyo Jati terhadap SPMFarmasi Rumah Sakit yang telah ditetapkan olehMenteri Kesehatan. Untuk mendapatkan berapabanyak sampel yang dipakai menggunakanrumus dibawah ini :

n=Z 2

1−α /2p(1−p)

d2

Keterangan :n = jumlah sampel minimalZ1-α/2 = derajat kemaknaan

p = proporsi pasiend = tingkat presisi atau deviasi Dengan menetapkan Z = 1, 96 ; p = 0,5 dand = 0,1 didapat jumlah sampel minimalsebanyak 96 orang dan dibulatkan menjadi 100responden.

Hasil Penelitian

Banyaknya sampel yang diambil padamasing-masing kelompok sebelum adanyaBPJS dan sesudah adanya BPJS yaitu untukparameter waktu tunggu obat jadi sebanyak 65sampel, waktu tunggu obat racikan sebanyak 35sampel, tidak adanya kesalahan pemberiansebanyak 100 sampel, kesesuaian resepdengan formularium sebanyak 100 sampel dankepuasan pelanggan sebanyak 100 sampel.

Indikator waktu tunggu pelayanan obat jadi,hasil penelitian yang telah dilakukan padakelompok sebelum BPJS dan BPJS terhadap 65sampel resep pada waktu tunggu obat jadimemiliki rata-rata waktu tunggu 14,51 menit dan13,18 menit (Tabel 1). Pengujian statistiknyamenggunakan uji normalitas terlebih dahulukarena data tidak normal, yaitu nilai p 0,000(kelompok sebelum BPJS) dan 0,030 (kelompokBPJS), maka menggunakan uji Mann Whitney(0,111) yang artinya tidak adanya perbedaansecara signifikan antara data sebelum BPJS dansesudah BPJS.

Indikator waktu tunggu pelayanan obatracikan, hasil penelitian yang telah dilakukanpada kelompok sebelum BPJS dan BPJSterhadap 35 sampel resep pada waktu tungguobat racikan memiliki rata-rata waktu tunggu24,51 menit dan 20,71 menit (Tabel 1).Pengujian statistiknya menggunakan ujinormalitas terlebih dahulu karena data normal,yaitu nilai p 0,115 (kelompok sebelum BPJS)dan 0,200 (kelompok BPJS), maka

menggunakan uji T 2 sampel bebas (0,402)yang artinya adanya perbedaan secarasignifikan antara data sebelum BPJS dansesudah BPJS.

Tabel 1. Waktu tunggu pelayanan obat jadi danracikan

Indikator Waktu TungguPelayanan Obat

Jadi

Waktu TungguPelayanan Obat

Racikan

SebelumBPJS

BPJS SebelumBPJS

BPJS

Rata-ratawaktu tunggu

14,51 13,18 24,51 20,71

Indikator tidak adanya kejadian kesalahanpemberian obat dari hasil Tabel 2, semuasampel yang telah diamati pada keduakelompok (sebelum BPJS dan BPJS)didapatkan hasil yaitu tidak adanya kesalahanpemberian obat yang meliputi orang, dosis,jumlah, dan jenis obat.

Tabel 2. Tidak adanya kesalahan pemberianobat

Tidak Adanya KesalahanPemberian Obat (%)

SebelumBPJS

BPJS

SalahOrang

Ada 100 100

Tidak Ada - -

SalahDosis

Ada 100 100

Tidak Ada - -

SalahJumlah

Ada 100 100

Tidak Ada - -

SalahJenis

Ada 100 100

Tidak Ada - -

Indikator kesesuaian resep denganformularium, hasil penelitian yang telahdilakukan terhadap 100 sampel resep dengan271 macam obat pada kelompok sebelum BPJSyang terdapat 7 macam obat tidak sesuaisedangkan hasil pengamatan dan pencatatanyang telah dilakukan terhadap 100 sampel resepdengan 289 macam obat pada kelompok BPJSyang terdapat 6 macam obat yang tidak sesuaidapat dilihat pada Tabel 3. Pengujianstatistiknya menggunakan uji normalitas terlebihdahulu karena data tidak normal, yaitu nilai p0,000 (kelompok sebelum BPJS) dan 0,000(kelompok BPJS), maka menggunakan uji MannWhitney (0,775) yang artinya tidak adanya

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 194

Page 4: 1078-2083-1-SM

Krisnadewi, et al, Evaluasi Studi Standar Pelayanan Minimal Instalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati...

perbedaan secara signifikan antara datasebelum BPJS dan sesudah BPJS.

Tabel 3. Kesesuaian resep dengan formularium

Kesesuaiandengan

formularium

Sebelum BPJS BPJS

JumlahMacamObat

% JumlahMacam Obat

%

Sesuai 264 97,4% 283 97,9%

Tidak sesuai 7 2,6% 6 2,1%

Total 271 100% 289 100%

Hasil jawaban pada Tabel 4 sebanyak 100responden terhadap 26 pertanyaan yangterdapat pada kuisoner masing-masing padakelompok BPJS yang menyatakan puassebanyak 76,8% dan 100 responden kelompoksebelum BPJS yang menyatakan puassebanyak 81,8%. Pengujian statistiknyamenggunakan uji normalitas terlebih dahulukarena data tidak normal, yaitu nilai p 0,000(kelompok sebelum BPJS) dan 0,000 (kelompokBPJS), maka menggunakan uji Mann Whitney(0,106) yang artinya tidak adanya perbedaansecara signifikan antara data sebelum BPJS dansesudah BPJS.

Tabel 4. Kepuasan pasien

Sebelum BPJS BPJS

Tingkatkepuasan

Jumlah % Tingkatkepuasan

Jumlah %

Puas 81,8 81,8% Puas 76,8 76,8%

TidakPuas

18,2 18,2% TidakPuas

23,2 23,2%

Total 100 100% Total 100 100%

Pembahasan

Indikator waktu tunggu pelayanan obat jadi,hasil total rata-rata waktu tunggu pelayananobat jadi pada kelompok sebelum BPJS yaitu14,51 menit dan pada kelompok BPJS yaitu13,18 menit, hal ini sudah memenuhi standaryang telah ditetapkan oleh DepartemenKesehatan yaitu kurang lebih sama dengan 30menit sehingga jika dipersentasekan makapencapaian SPM Farmasi RSUD Waluyo JatiKraksaan yaitu 100%. Pelayanan waktu tungguobat jadi yang tergolong cepat, hal inidikarenakan jumlah staf yang banyak (5-6orang) dan pelayanan obat disini hanya proses

dispensing saja sehingga dapat mempercepatlayanan obat.

Indikator waktu tunggu pelayanan obatracikan, hasil total rata-rata waktu tunggupelayanan obat racikan pada kelompok sebelumBPJS yaitu 24,51 menit dan pada kelompokBPJS yaitu 20,71 menit, hal ini sudah memenuhistandar yang telah ditetapkan oleh DepartemenKesehatan yaitu kurang lebih sama dengan 60menit sehingga jika dipersentasekan makapencapaian SPM Farmasi RSUD Waluyo JatiKraksaan yaitu 100%. Pelayanan waktu tungguobat racikan yang tergolong cepat, hal inidikarenakan jumlah staf yang meracik banyak(3-4 orang) dan pelayanan obat disini hanyaproses dispensing saja sehingga dapatmempercepat layanan obat.

Kesalahan pemberian obat antara lain yaitusalah dalam memberikan jenis obat, salahdalam memberikan dosis, salah orang dan salahjumlah. Tujuan dari tidak adanya kesalahanpemberian obat yaitu tergambarnya kejadiankesalahan dalam pemberian obat dan standarminimal untuk tidak terjadi kesalahan pemberianobat yaitu 100% yang artinya tidak pernah adakejadian kesalahan pemberian obat [5]. Empatjenis kesalahan ini memang tidak seharusnyaterjadi karena jika kesalahan ini terjadi akibatnyasangat fatal, selain dapat berpengaruh terhadaptingkat kesembuhan pasien, juga dapatmenyebabkan kematian. Pada penelitian,didapatkan hasil yaitu semua sampel yang telahdiamati pada kedua kelompok (sebelum BPJSdan BPJS) didapatkan hasil yaitu tidak adanyakesalahan pemberian obat yang meliputi orang,dosis, jumlah, dan jenis obat, hal ini dikarenakandi Instalasi Farmasi RSUD Waluyo JatiKraksaan diberlakukan sistem nomor antrian.Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkatpemenuhan pelayanan di Instalasi FarmasiRSUD Waluyo Jati Kraksaan memiliki tingkatpemenuhan yang baik dengan persentase dariindikatornya yaitu 100%.

Keberagaman obat yang tersediamengharuskan dikembangkannya suatuprogrampenggunaan obat yang rasional dirumah sakit, guna memastikan bahwa penderitamenerima perawatan yang terbaik. Keberadaanformularium yang baik, sangat bermanfaat bagirumah sakit karena rumah sakit hanya akanmenyediakan jenis dan jumlah obat sesuaikebutuhan pasien. Formularium obat merupakandaftar obat yang digunakan di rumah sakit yangbertujuan tergambarnya efisiensi pelayananobat kepada pasien [8]. Di Instalasi FarmasiRSUD Waluyo Jati Kraksaan terdapat 2

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 195

Page 5: 1078-2083-1-SM

Krisnadewi, et al, Evaluasi Studi Standar Pelayanan Minimal Instalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati...

formularium yang terdiri dari formularium DPHO(pasien askes) dan formularium RSUD WaluyoJati Kraksaan (pasien jamkesmas, pasienjamsostek, jamkesda, nayaka, dan pasienumum) sedangakan untuk BPJS menggunakanformularium nasional yang telah ditetapkan olehpemerintah. Namun, menurut RancanganPeraturan Menteri Kesehatan: bila sesuaiindikasi medis diperlukan obat tidak tercantumdalam formularium nasional, dapatmenggunakan obat lain berdasarkanpersetujuan Komite Medik dan kepala ataudirektur rumah sakit.

Sebanyak 100 sampel resep yang diamatipada masing-masing kelompok didapatkan hasilyang penulisan resep sesuai denganformularium yaitu 97,4% (kelompok sebelumBPJS) dan 97,9% (kelompok BPJS) dan dapatdisimpulkan persentase tingkat pemenuhanstandar pelayanan di Instalasi Farmasi RSUDWaluyo Jati Kraksaan belum sesuai denganstandar yang telah ditetapkan oleh MenteriKesehatan yaitu 100%. Kepatuhan penggunaanformularium memang dibutuhkan dukungan daripimpinan rumah sakitberupa surat keputusantentang pemberlakuan formularium dan jugadibutuhkan sosialisasi kepada seluruh tenagakesehatan bisa dengan cara melakukanpertemuan,menyebarkan surat edaran ataubulletin, dan penyerahan buku formularium kemasing-masing SMF. Selain itu, formulariumtidak pernah direvisi sesuai dengan kebutuhanpenderita dan staf medik serta perlu adanyasuperbisi secara regular guna mengingatkanstaf medik untuk menggunakan obat yang ada diformularium.Tahapan ini cukup penting agarmenjamin penggunaan obat yang aman ataupenggunaan obat secara rasional dan costeffective serta meningkatkan mutu pelayanankesehatan.

Kepuasan pelanggan merupakan pernyataanpuas oleh pelanggan terhadap pelayananfarmasi yang bertujuan tergambarnya persepsipelanggan terhadap pelayanan farmasi danstandar minimal untuk kepuasan pelangganyaitu kurang lebih sama dengan 80% (≤ 80%).Dari hasil penelitian, didapatkan hasil yaitu 100responden kelompok BPJS yang puas sebanyak76,8% dan 100 responden kelompok sebelumBPJS yang puas sebanyak 81,8%, maka tingkatkepuasan responden terhadap pelayananInstalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaanpada kelompok sebelum BPJS telah memenuhiindikator yang telah ditetapkan oleh DepartemenKesehatan yaitu lebih dari 80% sedangkantingkat kepuasan responden terhadap

pelayanan Instalasi Farmasi RSUD Waluyo JatiKraksaan pada kelompok sesudah BPJS belummemenuhi indikator yang telah ditetapkan olehDepartemen Kesehatan yaitu lebih dari 80%.

Kepuasan pelanggan antara kelompoksebelum BPJS dan kelompok BPJS berbedadikarenakan pelayanan sebelum BPJS yangpasiennya terdiri dari pasein umum dan pasienasuransi (askes, jamkesmas, jamkesda, dannayaka) mendapatkan pelayanan resep yangmudah dan tidak berbelit-belit. Meskipun fasilitasruang tunggu tidak luas dan nyaman dan nilaipada kriteria ketanggapan pada kelompoksebelum BPJS lebih rendah dari pada kriterialainnya yaitu 77%. Menurut pasien, petugasInstalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati Kraksasankurang tanggap terhadap masalah pasien danpada saat penyerahan obat tidak diberikannyainformasi cara pakai dan dosis pemakaian obat.Selain itu, penyerahan obat tidak selalu teratursesuai dengan nomor antrian resep. Namun,pasien sudah maklum akan waktu tunggu yangagak lama jika dalam keadaan antri sehinggatidak diberikannya informasi cara pakai dandosis pemakaian obat dan harapan pasien diInstalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaanhanya segera mendapatkan obat.

Pelayanan BPJS kesehatan menggunakansistem INA-CBGs untuk meningkatkan mutupelayanan kesehatan sesuai kaidah dan standaryang berlaku antara lain harus rasional, efisiendan efektif. Daftar obat itu juga akan ditampilkandalam bentuk e-katalog yang diharapkan agardapat digunakan baik oleh layanan kesehatanmaupun masyarakat untuk mengetahui daftarobat yang termasuk dalam FormulatoriumNasional tersebut. Selain itu, formulatoriumnasional itu juga memperbolehkan adanya "autoswitching" atau penggantian obat secaraotomatis oleh instalasi farmasi maupun apotekeruntuk yang memiliki kandungan sama demimenekan biaya obat [4,9].

Banyaknya keluhan belum lengkapnya obat-obatan dalam fornas yang mengakibatkanbeberapa pasien mengeluarkan biaya untukpengobatan sehingga pihak RSUD Waluyo JatiKraksaan menggabungkan fornas denganformularium umum RSUD Waluyo Jati Kraksaanyang sebelumnya pernah digunakan. Selain itu,pasien hanya menerima obat selama seminggu(7 hari) dan pasien yang khusus mendapatkandokter spesialis seperti penyakit TBC Paru makadiberikan resp untuk 1 (satu) bulan denganpemberian obat 3 (tiga) kali dengan jarak waktu10 (sepuluh) hari sehingga terjadi penumpukanpasien yang mengakibatkan kurangnya fasilitas

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 196

Page 6: 1078-2083-1-SM

Krisnadewi, et al, Evaluasi Studi Standar Pelayanan Minimal Instalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati...

tempat duduk. Fasilitas tempat duduk ini jugabercampur dengan fasilitas tempat duduk PoliBedah sehingga pasien yang seharusnyamenunggu pelayanan obat tidak mendapatkantempat duduk. Selain itu, fasilitas yang diberikandi Instalasi Farmasi hanya koran dan tidaksemua orang bisa menggunakan fasilitastersebut.

Simpulan dan Saran

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu padaindikator waktu tunggu pelayanan obat jadi danracikan serta tidak adanya kejadian kesalahanpemberian obat memiliki pencapaian SPMFarmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaan sebesar100% sehingga sudah masuk rentang yangtelah ditetapkan oleh Menteri KesehatanRepublik Indonesia. Persentase kesesuaianpenulisan resep dengan formularium di InstalasiFarmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaan yaitu97,4% (kelompok sebelum BPJS) dan 97,9%(kelompok sesudah BPJS) sehingga belummasuk rentang yang telah ditetapkan olehMenteri Kesehatan Republik Indonesia. Tingkatkepuasan pelanggan di Instalasi Farmasi RSUDWaluyo Jati Kraksaan untuk kelompok sebelumBPJS sebesar 81,8% sehingga sudah masukrentang yang telah ditetapkan oleh MenteriKesehatan Republik Indonesia dan untukkelompok BPJS sebesar 76,8% sehingga belummasuk rentang yang telah ditetapkan olehMenteri Kesehatan Republik Indonesia. Saran yang dapat diberikan kepada InstalasiFarmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaan yaituselalu dilakukan evaluasi rutin SPM Farmasiagar tetap sesuai dengan standar SPM Farmasiyang telah ditetapkan oleh pemerintahansehingga dapat menerapkan standar pelayanandengan baik dan konsisten yang dapatmeningkatakan mutu pelayanan farmasi diIsntalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaan.Pada indikator kepuasan pasien di InstalasiFarmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaan belumterpenuhi, maka disarankan untuk meningkatkankinerja yang berhubungan dengan kepuasanpasien.

Daftar Pustaka

[1] Departemen Kesehatan RI. Peraturan

Pemerintah Republik IndonesiaNomor 51 tentang PekerjaanKefarmasian. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia;2009.

[2] Sekretariat Negara RI. Sistem JaminanSosial Nasional: Undang-Undang No. 40 Tahun 2004. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia; 2004.

[3] Sekretariat Negara RI. BadanPenyelenggara Jaminan Sosial: Undang-Undang No. 24 Tahun 2011.Jakarta: Sekretariat Negara RepublikIndonesia; 2011.

[4] Republik Indonesia. JaminanKesehatan: Peraturan Presiden No. 12Tahun 2013. Jakarta: Sekretariat NegaraRepublik Indonesia; 2013.

[5] Departemen Kesehatan RI. StandarPelayanan Minimal Rumah Sakit:Keputusan Menteri Kesehatannomor 129/Menkes/SK/II/2008. Jakarta:Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008.

[6] Departemen Kesehatan RI. StandarPelayanan Farmasi di Rumah Sakit:Keputusan Menteri KesehatanRepublik Indonesia No. 1197/Menkes/SK/X/2004. Jakarta:Direktorat Jendral PelayananKefarmasian dan Alat KesehatanDepartemen Kesehatan RepublikIndonesia; 2004.

[7] Departemen Kesehatan RI. StandarPelayanan Minimum Rumah SakitParu DR.H.A. Rotinsulu CipagantiBandung: Keputusan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor214/Menkes/SK/II/2007. Jakarta:Direktorat Jendral PelayananKefarmasian dan Alat KesehatanDepartemen Kesehatan RepublikIndonesia; 2007.

[8] Departemen Kesehatan RI. MateriPelatihan Manajemen Kefarmasian diInstalasi Farmasi Kabupaten/Kota. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian KesehatanRepublik Indonesia; 2010.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 197

Page 7: 1078-2083-1-SM

Krisnadewi, et al, Evaluasi Studi Standar Pelayanan Minimal Instalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati...

[9] Departemen Kesehatan RI. Buku SakuFAQ (Frequently AskedQuestion) BPJS Kesehatan.. Jakarta:

Departemen Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 198