1, ussy andawayanti2, prima hadi wicaksono2...
TRANSCRIPT
STUDI PERENCANAAN TEKNIS JARINGAN TATA AIR RAWA NON-PASANG
SURUT, KECAMATAN DUSUN SELATAN, KABUPATEN BARITO SELATAN,
PROPINSI KALIMANTAN TENGAH
Dico Nasrulloh1, Ussy Andawayanti
2, Prima Hadi Wicaksono
2
1Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
ABSTRACT
Semakin pesatnya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman,
mengakibatkan semakin menurunnya perkembangan sektor pertanian sebagai suplai
kebutuhan pangan nasional. Ketidakcukupan produksi bahan pangan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk domestik, menjadikan pengembangan area lahan pertanian baru wajib
dilakukan, demi terwujudnya swasembada pangan. Alih fungsi lahan berupa rawa lebak
sebagai area pertanian produktif merupakan solusi alternatif yang sangat menjanjikan.
Hasil yang diperoleh dari studi akhir ini berupa dimensi saluran drainasi dengan
debit buangan sebesar 0.308 m3/dtk/ha. Saluran drainasi memiliki kemiringan dasar saluran
0.0002 dengan kemiringan talud 1 : 1 dan lebar dasar saluran 0.5 m – 1.5 m. Dengan
bantuan pompa mampu membuang 664.444 m3 kiri dan 395.827 m3
kanan Pada saluran
tersier drainasi menggunakan pintu skot balok, sedangkan pada saluran primer drainasi
menggunakan pintu sorong.
Kata Kunci: Saluran Drainasi, Rawa Lebak, HEC-RAS, Tata Air.
ABSTRACT
The Rapid conversion of agricultural land into residential land, resulting the decline
in agricultural sector developments production as the supply of national food needs.
Insufficiency of food production to fulfill the requirements of domestic population. Making
the development of new agricultural plants area shall be for the realization of foodself-
sufficiency. Land use such as lowland swamp as a productive agricultural land was a very
promising alternative in the future.
The result obtained from this study in the form of dimensional drainage channels.
Discharge of drainage at 0.308 m3/sec. Drainage channel has a channel bottom slope
0.002 with a slope channel basic talud 1:1 and channel base width 0.5-1.5 m. By using the
pump able to dispose of 664.444 m3 right and 395.827 m
3 leftAt the tertiary drainage
channels using scotch beams sluice gates, while in the primary drainage channel using the
sliding sluice gates.
Keywords: Drainage channels, Lebak Swamp, HEC-RAS, Water Management.
PENDAHULUAN
Laju pertambahan penduduk di
Indonesia dewasa ini mengalami
peningkatan yang signifikan. Hal ini akan
mengakibatkan semakin mendesaknya
kebutuhan akan pemukiman dan
kebutuhan akan pangan.
Namun dalam kenyataanya dua
kebutuhan tersebut saling bertolak
belakang ketersediaanya. Semakin
pesatnya alih fungsi lahan pertanian
menjadi lahan pemukiman,
mengakibatkan semakin berkurangnya
suplai pangan, utamanya kebutuhan akan
makanan pokok berupa beras. Sejak
menurunnya perkembangan sektor
pertanian dan membanjirnya beras impor
yang memasuki pasar domestik
mengakibatkan turunnya gairah petani,
menjadikan sistem ketahanan pangan
nasional semakin melemah.
Pemerintah Indonesia berusaha
untuk menjembatani kesenjangan yang
terjadi melalui peningkatan produktifitas
tanaman padi dengan diversifikasi
(penganekaragaman)pangan.
Diversifikasi pangan adalah suatu proses
pemanfaatan dan pengembangan suatu
bahan pangan sehingga penyediaannya
semakin beragam.
Penambahan kebutuhan pangan
juga dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu intensifikasi pertanian dan
ekstensifikasi pertanian. Intensifikasi
pertanian adalah pengolahan lahan
pertanian yang ada dengan sebaik-
baiknya untuk meningkatkan hasil
pertanian dengan menggunakan berbagai
sarana. Intensifikasi pertanian banyak
dilakukan di Pulau Jawa dan Bali yang
memiliki lahan pertanian sempit. Pada
awalnya intensifikasi pertanian ditempuh
dengan program Panca Usaha Tani, yang
kemudian dilanjutkan dengan program
sapta usaha tani.
Sedangkan,ektensifikasi pertanian
merupakan usaha meningkatkan hasil
pertanian dengan cara memperluas lahan
pertanian baru, misalnya membuka hutan
dan semak belukar, daerah sekitar rawa-
rawa yang banyak dilakukan di daerah
jarang penduduk seperti di luar Pulau
Jawa, khususnya di beberapa daerah
tujuan transmigrasi, seperti Sumatera,
Kalimantan dan Irian Jaya.
Studi ini akan dilakukan di Desa
Teluk Mampun, Kecamatan Dusun
Selatan, Kabupaten Barito Selatan,
Propinsi Kalimantan Tengah dengan
potensi luas lahan pertanian 126 Ha.
Daerah studi merupakan lahan rawa non
pasang surut (lebak). Lahan ini sudah
dimanfaatkan seluas 60 Ha, namun
terdapat berbagai kendala. Seringkali
terjadi genangan air hujan dengan
intensitas yang tinggi yang
mengakibatkan tanaman padi mati
terendam air. Genangan air ini terkurung
pada lahan karena kondisi lahan yang
berupa cekungan, ditambah lagi belum
tertatanya sistem irigasi dan drainasi
secara baik pada kondisi eksisting.
Desa Teluk Mampun secara
topografi dapat diklasifikasikan sebagai
wilayah yang relatif datar. Elevasi lahan
berkisar antara + 14.00 m sampai dengan
+18.00 m di atas muka air laut. Wilayah
ini mempunyai sifat datar sampai
bergelombang (cekungan) yang
terkadang tergenang. Daerah di sekitar
aliran Sungai Barito umumnya sering kali
tergenang dan merupakan daerah endapan
serta bersifat organik dan asam. Lokasi
studi ini memiliki karakteristik tanah
gambut.
Solusi atas permasalahan yang
dibahas dalam studi ini adalah :
1. Merencanakan sistem tata air yang
tepat guna pada lokasi studi
2. Merencanakan desain dimensi dan
bentuk saluran berdasarkan besaran
debit pada sistem tata air tersebut
3. Merencanakan pola operasi pintu
yang efisien
4. Menghitung pengaruh kekuatan
pondasi cerucuk dalam menopang
bangunan pintu sorong, beserta
desain
Tujuan dari studi ini adalah :
1. Sistem jaringan tata air pada lokasi
studi.
2. Dimensi dan bentuk saluran rencana
yang sesuai dengan sistem tata air
pada lokasi studi.
3. Dimensi dan bentuk bangunan air
yang sesuai dengan sistem tata air
pada lokasi studi.
4. Pola pengoperasian pintu yang efektif.
5. Pondasi cerucuk yang mampu
menambah daya dukung tanah
terhadap beban bangunan air
Manfaat dari tugas akhir ini sebagai
informasi maupun masukan mengenai
pengelolaan air pada lahan rawa lebak
(non pasang surut).
METODE
Pengertian Rawa
Rawa adalah suatu wilayah yang
secara permanen atau temporal
(musiman) tergenang air dikarenakan
tidak adanya sistem drainasi alami atau
drainasi kondisi eksisting yang
terhambat. Rawa memiliki karakteristik
struktur penyusun tanah berupa tanah
gambut yang mengandung tingkat
keasaman yang tinggi dan memiliki
topografi yang relatif datar. Menurut
jenisnya lahan rawa dibagi menjadi dua,
yaitu:
Rawa Pasang Surut
Rawa pasang surut merupakan lahan
rawa yang tergenang sepanjang musim
dan tidak pernah kering. Genangan
dpengaruhi oleh pasang surutnya air
laut atau sungai besar disekitarnya.
Rawa Non Pasang Surut (Lebak)
Rawa Lebak merupakan daerah rawa
yang tidak dipengaruhi oleh pasang
surut sungai maupun air laut. Daerah
rawa ini merupakan lahan tanah yang
berbentuk cekungan dan dalam musim
hujan seluruhnya digenangi air. Tetapi
pada musim kemarau air tersebut
berangsur-angsur kering dengan
intensitas tertentu selama masa yang
relatif singkat (1-2 bulan). Untuk
daerah yang berada di dekat sungai
atau air laut, air yang menggenangi
derah rawa berasal dari luapan air
sungai terdekat di sekitarnya, dan ada
pula rawa yang mudah tenggelam
terus-menerus akibat hujan sebelum
melimpahkan airnya ke daerah
sekitarnya.
Berdasarkan ketinggian dan
lamanya genangan, rawa lebak dibagi
menjadi:
Lebak Dangkal (Pematang)
Lebak ini memiliki wilayah yang
mempunyai tinggi genangan 25-50
cm. Wilayahnya mempunyai topografi
yang relatif lebih tinggi dan
merupakan wilayah yang paling dekat
dengan tanggul. Jangka waktu
genangan air relatif pendek, sehingga
memiliki prospek cakupan tata guna
lahan yang lebih luas.
Lebak Tengah
Lebak ini memiliki wilayah yang
mempunyai tinggi genangan 50-100
cm. Wilayahnya mempunyai
topografi yang lebih rendah daripada
lebak dangkal dan merupakan
wilayah antara lebak dangkal dan
lebak dalam.
Lebak Dalam
Lebak ini memiliki wilayah yang
mempunyai tinggi genangan > 100
cm. Wilayahnya mempunyai
topografi paling rendah sehingga
jangka waktu tergenangnya relatif
lama (tergenang terus-menerus).
Jaringan Tata Air
Jaringan tata air yang akan
digunakan dalam studi akhir ini adalah
system tata air sisir. Sistem sisir
merupakan pengembangan sistem anjir
yang dialihkan menjadi satu sistem
saluran utama atau dua saluran yang
dibentuk sejajar sungai utama. Sistem
saluran dipisahkan antara saluran pemberi
air (irigasi) dan saluran drainasi. Pada
setiap saluran tersier dipasang pintu air
yang bersifat otomatis (aeroflapegate).
Proses buka tutup pintu terjadi secara
otomatis mengatur tinggi muka air sesuai
dengan besarnya pengaruh pasang surut
air sungai yang terjadi (Noor, 2001:104).
Kelebihan sistem sisir :
1. Panjang saluran sekunder pada sistem
sisir dapat mencapai 10 km.
2. Pada sistem sisir tidak dibuat kolam
penampung pada ujung-ujung saluran
sekunder sebagaimana system garpu
sehingga dalam perencanaannya lebih
ekonomis
Kelemahan sistem sisir :
1. Terjadinya air mati (dead water) di
tengah-tengah saluran primer.
2. Endapan yang tinggi pada ujung
saluran primer sehingga diperlukan
suatu usaha pengerukan sedimen yang
dilakukan secara rutin untuk
mempertahankan sistem kinerja
jaringan tata air yang effisien.
Pemilihan sistem tata air sisir
dalam studi ini berdasarkan :
1. Sistem saluran pada lokasi studi
dipisahkan antara saluran pemberi air
dan drainasi. Hal ini disebabkan
karena lokasi studi merupakan rawa
lebak yang tidak terpengaruh pasang
surut.
2. Kondisi topografi dari lokasi studi
yang kurang memungkinkan untuk
digunakan sistem jaringan tata air
selain sisir. Karena sungai yang ada
di lokasi hanya satu buah dan sebagai
hilir dari saluran drainasi rencana
nantinya.
1. S
a
l
u
r
a
2. S
Gambar 1. Sistem Sisir
1. Saluran Primer
2. Saluran Sekunder
3. Saluran Tersier
4. Saluran Pelindung
5. Sungai
Analisa Hidrologi
Analisa Hidrologi dilakukan untuk
mendapatkan besarnya curah hujan
rancangan 3 harian dengan kala ulang 5
tahun digunakan untuk menghitung debit
drainasi dan dimensi saluran. Karena
kemungkinan ada kesalahan dalam
pembacaan, alat pengukur curah hujan
yang pindah lokasi atau alat rusak maka
diperlukan adanya pengecekan data hujan
dengan uji konsistensi data.
Analisa Klimatologi
Klimatologi adalah ilmu yang
membahas dan menerangkan tentang
iklim, bagaimana iklim itu dapat berbeda
pada suatu tempat dengan tempat yang
lainnya. Iklim sendiri adalah rata-rata
keadaan cuaca dalam jangka waktu yang
cukup lama, minimal 30 tahun yang
sifatnya tetap. Sedangkan cuaca adalah
keadaan atau kelakuan atmosfer pada
waktu tertentu yang sifanya berubah-ubah
dari waktu ke waktu.
Dalam analisa klimatologi tentu
memerlukan data klimatologi. Data
klimatologi merupakan data-data dasar
yang diperlukan untuk menentukan
kebutuhan pokok tanaman akan air yang
didasarkan pada keadaaan pola tanam
yang ada. Data klimatologi yang
diperlukan yaitu curah hujan (r),
temperatur (t), kelembaban udara (Rh),
penyinaran matahari (n) dan kecepatan
angin (u).Untuk perhitungannya
menggunakan metode Penmann.
Eto = c . ET*
ET* = w (0,75 Rs – Rn-1) + (1 - w) f(u)
(ea - ed)
Analisa Kebutuhan Air
Pengaturan pola tata tanam
diperlukan untuk memudahkan
pengelolahan air agar air tanaman yang
dibutuhkan tidak melebihi air yang
tersedia. Pola tata tanam memberikan
gambaran tentang waktu dan jenis
tanaman yang akan diusahakan dalam
satu tahun.
Pola tata tanam yang direncanakan
untuk suatu daerah persawahan
merupakan jadwal tanam yang
disesuaikan dengan ketersediaan air.
Secara umum pola tata tanam
dimaksudkan untuk :
1. Menghindari ketidakseragaman
tanaman.
2. Melaksanakan waktu tanam sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.
Menurut Hartoyo (Suhardjono,
1994:108), pola pengelolaan air
didukung dengan dua macam kegiatan
yaitu :
a. Pada musim hujan (saat tanam padi)
air digunakan untuk pencucian guna
meningkatkan kualitas air dan tanah.
Diadakan bangunan-bangunan pintu
air di saluran sekunder untuk
mengurangi hilangnya air dari lahan
sawah dan bila diperlukan disertai
dengan pembuatan dan pemerataan
muka tanah.
b. Pada musim kemarau (saat tanam
palawija) air tanah dijaga dengan
pengoperasian bangunan pintu di
tersier untuk mengendalikan muka
air tanah.
Cu = k x Eto
Dalam hal ini:
Cu = Kebutuhan air tanaman (mm/hari)
k = Koefisien tanaman
Eto = Evaporasi potensial (mm/hari)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Perhitungan
Data hujan harian untuk analisa
hidrologi diperoleh dari stasiun hujan
Buntok dan stasiun hujan Tabak Kanilan
yang terletak di Kabupaten Barito Selatan
selama kurun waktu 10 tahun terakhir.
Dimana data hujan harian 2 stasiun
ditampilkan pada lampiran.
Tabel 1. Data hujan maksimum rerata
Tahun Tinggi Hujan (mm)
1 Harian 2 Harian 3 Harian
2004 75,000 112,350 128,950
2005 75,000 130,850 126,350
2006 60,000 100,600 113,350
2007 56,800 57,550 73,700
2008 55,550 108,250 118,500
2009 65,250 84,100 89,100
2010 62,500 96,750 99,250
2011 45,000 57,750 57,750
2012 52,500 92,600 120,250
2013 112,250 112,250 125,650
Sumber: Hasil Perhitungan
Sedangkan data hujan 10 harian
nantinya akan digunakan untuk
menghitung curah hujan andalan (R80)
yang akan digunakan untuk menghitung
besarnya curah hujan efektif.
Tabel 2. C.H 1 Harian Maks Tahunan
No Tahun Curah
Hujan (mm)
1 2011 45.00
2 2012 52.50
3 2008 55.55
4 2007 56.80
5 2006 60.00
6 2010 62.50
7 2009 65.25
8 2004 75.00
9 2005 75.00
10 2013 112.25
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 3. C.H 2 Harian Maks Tahunan
No Tahun Curah
Hujan (mm)
1 2007 57.55
2 2011 57.75
3 2009 84.10
4 2012 92.60
5 2010 96.75
6 2006 100.60
7 2008 108.25
8 2013 112.25
9 2004 112.35
10 2005 130.85
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 4. C.H 3 Harian Maks Tahunan
No Tahun Curah
Hujan (mm)
1 2011 57.75
2 2010 73.7
3 2009 89.1
4 2007 99.25
5 2004 113.35
6 2008 118.5
7 2006 120.25
8 2012 125.65
9 2013 126.35
10 2005 128.95
Sumber: Hasil Perhitungan
Dari Hasil analisa pada tabel diatas
nantinya akan digunakan dalam
perhitungan curah hujan rancangan
dengan metode Log Pearson Tipe III. Di
bawah ini adalah hasil perhitungannya.
Tabel 5. Log Pearson Tipe III 1 Harian
No Tr P(%) K
(tabel)
Xt (mm)
Log X mm
1 2 50 -0,185 1,79 61,09
2 5 20 0,741 1,89 77,10
3 10 10 1,341 1,95 89,64
4 25 4 2,072 2,03 107,74
5 50 2 2,597 2,09 122,94
6 100 1 3,106 2,15 139,69
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 6. Log Pearson Tipe III 2 Harian
No Tr P(%) K
(tabel)
Xt (mm)
Log X mm
1 2 50 0,160 1,98 96,49
2 5 20 0,853 2,07 116,82
3 10 10 1,133 2,10 126,21
4 25 4 1,376 2,13 134,99
5 50 2 1,506 2,15 139,92
6 100 1 1,606 2,16 143,83
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 7. Log Pearson Tipe III 3 Harian
No Tr P(%) K
(tabel)
Xt (mm)
Log X mm
1 2 50 0,211 2,03 108,20
2 5 20 0,837 2,11 128,08
3 10 10 1,062 2,13 136,07
4 25 4 1,236 2,15 142,62
5 50 2 1,319 2,16 145,84
6 100 1 1,418 2,18 149,76
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 2. Layout Jaringan Tata Air
Modulus Drainasi
Analisa modulus drainase dilakukan
untuk memperoleh besarnya debit
buangan dari lahan. Dalam studi akhir ini
wilayah debit yang dibuang diakibatkan
oleh besarnya curah hujan yang turun
saja. Curah hujan yang turun dipilih pada
periode 3 harian, sehingga besarnya curah
hujan yang dimaksud =128.081 mm
(hasil perhitungan Log Pearson Tipe III)
dan kala ulang = 5 tahun. Dalam studi ini
menggunakan dua metode, yaitu:
1. Metode Analitis (D3)5 = (R3)5+(n x (IR-ETo-P))-Sn
= 128.081 + (3 x (0- 0-0))- 50
= 78.081 mm/hari
+16.
00
+14.
00+1
2.00
Tabel 8. Perhitungan dengan cara analitis
Sumber: Hasil Perhitungan
2. Metode Grafis
Gambar 5. Grafik Modulus Drainasi
Dari perhitungan sebelumnya
diperoleh besarnya modulus drainasi
dengan cara analitis sebesar 3,021
lt/dt/ha sedangkan dengan cara grafis
diperoleh 3,021 lt/dt/ha.
Analisa Dimensi Saluran Drainasi
Dimensi daluran direncanakan untuk
menampung atau membuang kelebihan
air yang diakibatkan oleh tingginya
intensitas hujan yang bisa menggangu
pertumbuhan tanaman. Dimensi ini
direncanakan berdasarkan besarnya debit
drainasi untuk tiap saluran. Di bawah ini
merupakan contoh perhitungan dari
perencanaan dimensi Saluran Drainasi
Tersier Kiri 1
Q (debit drainasi)
1,62.Dm.A 0,92
=1,62. 3,012. (10,914) 0,92
=43.986 lt/dtk
=0.044 m3/dtk
Qrencana = Qaktual
0,044 = V x A
0,044 = (
n
1 x R2/3
x S1/2
) x A
0,044 = (025.0
1 x (
225,0
.5,0 2
h
hh
)2/3
x
0.00021/2
) x (0,5.h + h2)
Dengan cara coba-coba(trial and error
didapat nilai h=0.304 m
Pintu Sorong
Fungsi dari pintu sorong di
saluran drainasi adalah untuk membuang
kelebihan air pada saat air di lahan
melebihi kebutuhan. Dimensi pintu air
ditetapkan berdasarkan elevasi muka air
hulu di saluran dan debit output buangan
hilir. Setelah merencanakan pintu air,
selanjutnya dapat memperhitungkan
rating curve debit pintu air berdasarkan
tinggi muka air, dengan rumus sebagai
berikut: Q= K.µ.a.b.
1. Pintu sorong di Sal. Drainasi Primer 1
Gambar 6.Grafik rating curve S.D.Primer
1 operasi 1 pintu
Gambar 7.Grafik rating curve S.D.Primer
1 operasi 2 pintu
n R(n)5+∆S IR Et P S n D(n)5 DM
Hari (mm/hari) (mm/hari) (mm) (mm/hari) (mm) (mm/hari) (lt/dt/ha)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 77.096 0.000 0.000 0 50.000 27.096 3.136
2 116.815 0.000 0.000 0 50.000 66.815 3.867
3 128.081 0.000 0.000 0 50.000 78.081 3.012
Total 10.015
50
77.096
116.815
(α)
128.081
0
20
40
60
80
100
120
140
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Ge
nan
gan
(m
m)
Hari
Grafik Modulus Drainase
Genangan Ijin (Sn)D(n)5
D(n)5 (3harian)
2. Pintu sorong di Sal. Drainasi Primer 2
.
Gambar 8.Grafik rating curve S.D.Primer
2 operasi 1 pintu
Analisa Hidrolika
Analisa hidrolika diperlukan untuk
mengetahui karakteristik maupun profil
muka air yang terjadi di saluran rencana
pada daerah studi. Selain itu, juga
berfungsi untuk memperkirakan
kemampudan saluran drainasi untuk
menampung debit buangan pada lahan.
Dari hasil pemrosesan data, dapat
diketahui bahwa saluran rencana untuk
drainasi dapat menampung debit buangan
dari lahan
Beberapa contoh hasil dari
pemrosesan dengan menggunakan
program HECRAS analisa steady flow
pada saluran drainasi sebagai berikut:
Gambar 9.Tampilan geometri skema
drainasi kanan
Gambar 10. Tampilan geometri
skema drainasi kiri
Hasil output running Hec-Ras adalah
sebagai berikut:
Gambar 11.Tampilan running x-y-z
perspective plot pada
drainasi kanan
Gambar 12.Tampilan running x-y-z
perspective plot pada
drainasi kiri
Tahapan Penyelesaian
Gambar 13. Tampilan long section pada
drainasi kiri
Gambar 14. Tampilan long section pada
drainasi kanan
Pola Operasi Pompa
Dari gambar potongan memanjang,
didapat besaran volume total yang akan
dibuang, terdiri dari volume buang pada
saluran kanan sebesar 395.827 m3
dan
volume buang pada saluran kiri sebesar
664.444 m3, melihat kondisi besarnya
volume, maka dipilih 2 unit pompa
sentrifugal merk Dab Pump dengan
kapasitas 0.0185 m3/dtk untuk saluran
sekunder kiri dan kapasitas 0.011 m3/dtk
untuk saluran sekunder kanan. Berikut
rincian perhitungannya
Tabel 9. Volume total awal sekunder kiri
sebelum di pompa
Tabel 10. Volume total awal sekunder
kanan sebelum di pompa
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 11.Volume total buang sekunder
kiri
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 12.Volume total buang sekunder
kanan
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 13.Pola operasi pompa per jam
sekunder kiri
Sumber: Hasil Perhitungan
0 100 200 300 400 500 600 70015.3
15.4
15.5
15.6
15.7
15.8
Kiricoy Plan: Plan 01 9/16 /2015
Main Channel Distance (m)
Ele
vation
(m
)
Legend
EG PF 1
WS PF 1
Crit PF 1
Ground
sal drainasi S.D Tersier 1.1
0 100 200 300 400 500 600 70015.3
15.4
15.5
15.6
15.7
15.8
Kiricoy Plan: Plan 01 9/16 /2015
Main Channel Distance (m)
Ele
vation
(m
)
Legend
EG PF 1
WS PF 1
Crit PF 1
Ground
sal drainasi S.D Tersier 1.1
No Nama Saluran Sekunder A Panjang sal (m) Volume (m3)
1 S.D Sekunder Ki 1 0.445 450.403 200.429
2 S.D Sekunder Ki 2 0.610 421.890 257.353
3 S.D Sekunder Ki 3 0.661 446.527 295.154
4 S.D Sekunder Ki 4 0.721 455.751 328.596
5 S.D Sekunder Ki 5 0.767 242.158 185.735
Volume Total 1267.268
No Nama Saluran Sekunder A Panjang sal (m) Volume (m3)
1 S.D Sekunder Ka 1 0.185 546.823 101.162
2 S.D Sekunder Ka 2 0.261 518.236 135.260
3 S.D Sekunder Ka 3 0.462 575.900 266.066
4 S.D Sekunder Ka 4 0.491 123.241 60.511
Volume Total 562.999
No Nama Saluran Sekunder A Panjang sal (m) Volume (m3)
1 S.D Sekunder Ki 1 0.186 450.403 83.775
2 S.D Sekunder Ki 2 0.313 421.890 132.052
3 S.D Sekunder Ki 3 0.343 446.527 153.159
4 S.D Sekunder Ki 4 0.406 455.751 185.035
5 S.D Sekunder Ki 5 0.456 242.158 110.424
Volume Total 664.444
No Nama Saluran Sekunder A Panjang sal (m) Volume (m3)
1 S.D Sekunder Ka 1 0.147 546.823 80.383
2 S.D Sekunder Ka 2 0.240 518.236 124.377
3 S.D Sekunder Ka 3 0.268 575.900 154.341
4 S.D Sekunder Ka 4 0.298 123.241 36.726
Volume Total 395.827
Jam Volume Total Saluran Awal Volume buang/jam Pompa Kapasitas Sisa volume
1 jam 1267.268 66.640 0.0185 m3/dtk 1200.628
2 jam 1200.628 66.640 0.0185 m3/dtk 1133.988
3 jam 1133.988 66.640 0.0185 m3/dtk 1067.348
4 jam 1067.348 66.640 0.0185 m3/dtk 1000.708
5 jam 1000.708 66.640 0.0185 m3/dtk 934.068
6 jam 934.068 66.640 0.0185 m3/dtk 867.428
7 jam 867.428 66.640 0.0185 m3/dtk 800.788
8 jam 800.788 66.640 0.0185 m3/dtk 734.148
9 jam 734.148 66.640 0.0185 m3/dtk 667.508
10 jam 667.508 66.640 0.0185 m3/dtk 600.868
Total vol.buang 666.444
Tabel 14.Pola operasi pompa per jam
sekunder kanan
Sumber: Hasil Perhitungan
Pondasi Cerucuk
1. Perhitungan pondasi cerucuk Sal
Drainasi Primer 1
Direncanakan:
Diameter kayu galam (Ɵ)
= 0.15 m
Jarak antar cerucuk (2.Ɵ)
= 0.30 m
Panjang cerucuk
= 4.00 m
Dari data sondir kedalaman 4 m
didapat nilai qc =8 kg/cm2, dan
Tf=258.30 kg/cm2(diketahui)
Berat beban struktur (Wu)=3.633
ton (perhitungan)
Perhitungan:
Q ult tiang tunggal
Ap = ¼. ℷ .d2
=1/4. 3.14. (15)2
= 176.625 cm2
K = ℷ. D = 3.14.15
= 47,100 cm
Qult = (qc x Ap)+(Tf x K)
= (8 x 176.625)+( 258.300
x 47.100)
= 13.579 ton
=2.480 ton (Q izin)
Daya dukung tiang kelompok
E = 1-[
].Ɵ
E =1-[
].26,565
= 0.656
Direncanakan pondasi cerucuk
sebanyak 6 buah
Dari perhitungan kapasitas daya
dukung kelompok tiang pada struktur
pintu air diperoleh daya dukung tiang
dalam kelompok adalah 0,656 kali
daya dukung tiang tunggal, jadi
0.656*2.480 ton= 1,627 ton
daya dukung tiang kelompok adalah
1.627 ton/tiang,sedangkan jumlah
tiang 6 buah, maka pondasi dapat
mendukung beban sebesar 1.627*6=
8.135 ton
Berat total struktur tanggul (Wu)
adalah 3.633 ton, sedangkan daya
dukung total yang mampu dilakukan
oleh pondasi cerucuk sebesar 8.135
ton = AMAN
2. Perhitungan pondasi cerucuk Sal
Drainasi Primer 2
Direncanakan:
Diameter kayu galam (Ɵ)
= 0.10 m
Jarak antar cerucuk (2.Ɵ)
= 0.20 m
Panjang cerucuk
= 4.00 m
Dari data sondir kedalaman 4 m
didapat nilai qc =10 kg/cm2, dan
Tf=267.670 kg/cm2(diketahui)
Berat beban struktur (Wu)=0.281
ton (perhitungan)
Perhitungan:
Q ult tiang tunggal
Ap = ¼. ℷ .d2
=1/4. 3.14. (10)2
= 78.500 cm2
Jam Volume Total Saluran Awal Volume buang/jam Pompa Kapasitas Sisa volume
1 jam 562.999 39.583 0.011 m3/dtk 523.416
2 jam 523.416 39.583 0.011 m3/dtk 483.833
3 jam 483.833 39.583 0.011 m3/dtk 444.250
4 jam 444.250 39.583 0.011 m3/dtk 404.667
5 jam 404.667 39.583 0.011 m3/dtk 365.084
6 jam 365.084 39.583 0.011 m3/dtk 325.501
7 jam 325.501 39.583 0.011 m3/dtk 285.918
8 jam 285.918 39.583 0.011 m3/dtk 246.335
9 jam 246.335 39.583 0.011 m3/dtk 206.752
10 jam 206.752 39.583 0.011 m3/dtk 167.169
Total vol.buang 395.830
K = ℷ. D = 3.14.10
= 31,400 cm
Qult = (qc x Ap)+(Tf x K)
= (10 x 78,500)+( 267,670
x 31,400)
= 9,189 ton
= 1.943 ton (Q izin)
Daya dukung tiang kelompok
E = 1-[
].Ɵ
E =1-[
].26,565
= 0.852
Direncanakan pondasi cerucuk
sebanyak 2 buah
Dari perhitungan kapasitas daya
dukung kelompok tiang pada struktur
pintu air diperoleh daya dukung tiang
dalam kelompok adalah 0,852 kali
daya dukung tiang tunggal, jadi
0.852*1.943 ton= 1,655 ton
daya dukung tiang kelompok adalah
1.655 ton/tiang,sedangkan jumlah
tiang 2 buah, maka pondasi dapat
mendukung beban sebesar 1.655*2=
3.310 ton
Berat total struktur tanggul (Wu)
adalah 0.281 ton, sedangkan daya
dukung total yang mampu dilakukan
oleh pondasi cerucuk sebesar 3.310
ton = AMAN
KESIMPULAN
Dari Analisis data dan perencanaan
yang telah dilakukan di studi akhir ini
dengan mengambil lokasi studi di Desa
Teluk Mampun Kecamatan Dusun
Selatan Kabupaten Barito Selatan
Propinsi Kalimantan Tengah diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sistem tata air di lokasi studi
direncanakan hanya dengan saluran
drainase, dikarenakan lokasi
merupakan lahan rawa lebak (berupa
cekungan) dimana elevasi intake
pengambilan lebih rendah daripada
daerah irigasi yang akan dialiri.
2. Bentuk dan dimensi saluran drainasi
yang direncanakan:
Sumber: Hasil Perhitungan
Sumber: Hasil Perhitungan
3. Dari hasil analisa hidrolika dapat
diketahui bahwa saluran rencana
untuk drainase dapat menampung
debit buangan dari lahan yang
tidak terpengaruh kenaikan muka
air akibat banjir pada daerah hilir
dan efek backwater di hilir akibat
pengaruh pasang surut
Q rencana b A h
(m3/dt) (m) (m
2) (m)
S.D Tersier 1.1 0.032 0.5 0.194 1 0.256
S.D Tersier 1.2 0.027 0.5 0.169 1 0.231
S.D Tersier Ki 1 0.044 0.5 0.245 1 0.304
S.D Tersier Ki 2 0.050 0.5 0.269 1 0.326
S.D Tersier Ki 3 0.052 0.5 0.277 1 0.332
S.D Tersier Ki 4 0.017 0.5 0.125 1 0.183
S.D Tersier Ki 5 0.022 0.5 0.147 1 0.208
S.D Tersier Ki 6 0.016 0.5 0.118 1 0.175
S.D Primer 2 0.059 0.5 0.304 1 0.355
S.D Sekunder Ki 1 0.094 1 0.445 1 0.334
S.D Sekunder Ki 2 0.146 1 0.610 1 0.427
S.D Sekunder Ki 3 0.163 1 0.661 1 0.454
S.D Sekunder Ki 4 0.184 1 0.721 1 0.486
S.D Sekunder Ki 5 0.201 1 0.767 1 0.509
Saluran z
Q rencana b A h
(m3/dt) (m) (m
2) (m)
S.D Tersier Ka 1 0.014 0.5 0.109 1 0.164
S.D Tersier Ka 2 0.016 0.5 0.120 1 0.177
S.D Tersier Ka 3 0.019 0.5 0.135 1 0.195
S.D Tersier Ka 4 0.051 0.5 0.273 1 0.329
S.D Tersier Ka 5 0.008 0.5 0.074 1 0.119
S.D Sekunder Ka 1 0.030 0.5 0.185 1 0.247
S.D Sekunder Ka 2 0.048 0.5 0.261 1 0.319
S.D Sekunder Ka 3 0.099 1 0.462 1 0.344
S.D Sekunder Ka 4 0.108 1 0.491 1 0.361
S.D Primer 1 0.308 1.5 1.077 1 0.530
Saluran z
4. Pintu sorong pada saluran
drainase berfungsi untuk
membuang kelebihan air yang ada
di lahan pada saluran drainasi
primer menuju ke output.
Sedangkan pintu skot balok
berfungsi untuk mengatur
besarnya debit yang akan dibuang
dari saluran drainasi tersier
menuju ke saluran drainasi
sekunder.
5. Dengan pemakaian pompa dengan
kapasitas 0.0185 m3/dtk untuk
saluran sekunder kiri. dalam 1 jam
mampu membuang
0.0185x60x60=66.64 m3/jam ,
jadi dalam waktu 10 jam mampu
membuang volume sebesar
664.444 m3, sedangkan dengan
kapasitas 0.011 m3/dtk untuk
saluran sekunder kanan dalam 1
jam mampu membuang
0.011x60x60=39.583 m3/jam, jadi
dalam waktu 10 jam mampu
membuang volume sebesar
395.830 m3/jam
6. Pondasi cerucuk mampu
menambah daya dukung tanah
terhadap beban pintu sorong.
Adapun saran-saran yang dapat
diberikan terkait studi akhir ini adalah
sebagai berikut:
1. Perlu dibentuknya suatu himpunan
petani pemakai air yang anggotanya
terdiri dari para petani penggarap
sawah guna menindak lanjuti operasi
dan pemeliharaan pintu air yang ada,
agar keberadaannya berlangsung
sesuai usia guna yang telah
direncanakan.
2. Perlu dilakukan pengerjaan perluasan
tampungan danau mangga, sehingga
kedepannya dapat menampung debit
yang mampu dimanfaatkan untuk
irigasi, pada tahapan selanjutnya.
Perlu dilakukan perhitungan mengenai
analisa stabilitas pondasi cerucuk kayu
dolken pada bangunan area rawa yang
memiliki kondisi tanah lunak bergambut,
sehingga hal ini dapat digunakan untuk
mengetahui kuat struktur keamanan
bangunan terhadap geser dan guling
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1986a. Standar Perencanaan
Irigasi Bagian Jaringan Irigasi
(KP-01). Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengairan Departemen
Pekerjaan Umum.
Anonim. 1986b. Standar Perencanaan
Irigasi Bagian Saluran (KP-03).
Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengairan Departemen Pekerjaan
Umum.
Wardana, IGN dkk. 2015. Panduan
Penulisan Skripsi. Malang : UPT
Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya Malang
Chow, Ven Te., Maidment, D., & Mays,
L. 1988. Applied Hidrology.
Singapore: McGraw-Hill Book
Co.
Chow, Ven Te. 1992. Hidrolika Saluran
Terbuka. Jakarta: Erlangga.
Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Hydrologic Engineering Center, 2010,
HEC-RAS River Analysis System,
Hydraulic Reference Manual,
Version 4.1, January 2010, U. S.
Army Cormps of Engineers,
Davis, CA.
Limantara, L. 2010. Hidrologi Praktis.
Bandung: CV Lubuk Agung.
Noor, Muhammad.2001. Pertanian
Lahan Gambut Potensi dan
Kendala. Yogyakarta: Kanisius.
Soemarto, CD. 1986. Hidrologi Teknik.
Surabaya: Usaha Nasional.
Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi
Metode Statistik untuk Analisa
Data Jilid I. Bandung: Nova.
Sosrodarsono, S. Dan K. Takeda 1980.
Hidrologi Untuk Pengairan.
Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
Suhardjono. 1984. Drainasi. Malang :
Universitas Brawijaya.
Suhardjono. 1984a. Kebutuhan Air
Tanaman. Malang : ITN Malang
Press.
Suhardjono. 1984b. Diktat Penunjang
Perkuliahan Reklamasi Rawa.
Malang : Universitas Brawijaya.
Suhardjono. 1994c. Rancangan Saluran
dan Bangunan Drainasi
Persawahan Pasang Surut.
Malang : Universitas Brawijaya.
Suhardjono., Prasetyorini, L., &
Haribowo R. 2010. Reklamasi
Daerah Rawa. Malang: CV Citra
Malang.
Sunggono, KH.1995. Buku Teknik Sipil. Bandung: Nova