1. student village victoria university di maribyrnong

2
Sebuah bangunan yang cukup mewah untuk standar orang Indonesia. Kiranya itulah penilaian awal yang dapat saya berikan untuk tempat tinggal yang diberikan pemerintah Indonesia selama saya menjalani Overseas Training guru MIPA dalam Bahasa Inggris di Melbourne, Australia. Student Village. Village ini adalah bagian dari Victoria university dan tempat ini menawarkan akomodasi untuk seluruh pelajar dari berbagai Negara. Disusun berdasarkan per unit dan setiap unit memiliki 1-3 kamar. Semua kamar mandi dan dapur dipakai secara bersama-sama. Saya mendapat tempat di Elliot, B2. Pada unit saya ada 3 buah kamar dan 1 kamar mandi. Kebetulan, ketiganya diisi peserta Overseas dari Indonesia. Sebagian peserta lain mendapat unit yang harus berbagi dengan mahasiswa dari luar Indonesia. Pemanas di setiap ruangan dapat berupa pemanas dengan jenis gas atau listrik. Di Australia saya tidak perlu mematikan gas setiap harinya. Aman untuk membiarkan pemanas dengan bahan bakar gas untuk tetap menyala. Saya dapat menyetelnya ke “Pilot” jika kita keluar dari kamar dan saat saya kembali saya bisa meningkatkan suhunya lagi. Jika kamu mematikannya maka kamu tidak bisa menyalakannya kembali tanpa bantuan seorang teknisi dan ini memakan waktu serta menyebabkan ketidaknyamanan. Air di village ini bersih dan aman untuk langsung diminum. Saya tidak perlu membeli air putih di Australia. Isilah botol dengan air dan bawalah selalu botol tersebut. Australia adalah tempat yang mahal, sangat mahal untuk standar orang Indonesia. Negara ini adalah Negara dengan peringkat kedua biaya hidup termahal di dunia. Untuk membeli makan siang di luar rumah, kita harus menyiapkan uang minimal 10 $ AUD, setara dengan Rp 110.000,-. Yang lebih mahal, banyak… Transportasi umum disini sangat mudah, aman juga mahal tentunya. Untuk berlangganan tram dan train, saya harus mengisi kartu Myki (sejenis kartu untuk bisa naik turun tram dan train) sebesar 123,20 $AUD untuk 28 hari. Jangan dihitung berapa rupiahnya, lebih satu jutaan. Begitupun dengan kebutuhan pokok lainnya, mahal pemirsa. Saya harus berpikir sekian kali untuk membeli barang-barang

Upload: noor-zainab

Post on 16-Apr-2017

137 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Sebuah bangunan yang cukup mewah untuk standar orang Indonesia. Kiranya itulah penilaian awal yang dapat saya berikan untuk tempat tinggal yang diberikan pemerintah Indonesia selama saya menjalani Overseas Training guru MIPA dalam Bahasa Inggris di Melbourne, Australia.Student Village. Village ini adalah bagian dari Victoria university dan tempat ini menawarkan akomodasi untuk seluruh pelajar dari berbagai Negara. Disusun berdasarkan per unit dan setiap unit memiliki 1-3 kamar. Semua kamar mandi dan dapur dipakai secara bersama-sama.Saya mendapat tempat di Elliot, B2. Pada unit saya ada 3 buah kamar dan 1 kamar mandi. Kebetulan, ketiganya diisi peserta Overseas dari Indonesia. Sebagian peserta lain mendapat unit yang harus berbagi dengan mahasiswa dari luar Indonesia.Pemanas di setiap ruangan dapat berupa pemanas dengan jenis gas atau listrik.Di Australia saya tidak perlu mematikan gas setiap harinya. Aman untuk membiarkan pemanas dengan bahan bakar gas untuk tetap menyala. Saya dapat menyetelnya ke Pilot jika kita keluar dari kamar dan saat saya kembali saya bisa meningkatkan suhunya lagi. Jika kamu mematikannya maka kamu tidak bisa menyalakannya kembali tanpa bantuan seorang teknisi dan ini memakan waktu serta menyebabkan ketidaknyamanan.Air di village ini bersih dan aman untuk langsung diminum. Saya tidak perlu membeli air putih di Australia. Isilah botol dengan air dan bawalah selalu botol tersebut.Australia adalah tempat yang mahal, sangat mahal untuk standar orang Indonesia. Negara ini adalah Negara dengan peringkat kedua biaya hidup termahal di dunia. Untuk membeli makan siang di luar rumah, kita harus menyiapkan uang minimal 10 $ AUD, setara dengan Rp 110.000,-. Yang lebih mahal, banyak Transportasi umum disini sangat mudah, aman juga mahal tentunya. Untuk berlangganan tram dan train, saya harus mengisi kartu Myki (sejenis kartu untuk bisa naik turun tram dan train) sebesar 123,20 $AUD untuk 28 hari. Jangan dihitung berapa rupiahnya, lebih satu jutaan. Begitupun dengan kebutuhan pokok lainnya, mahal pemirsa. Saya harus berpikir sekian kali untuk membeli barang-barang disini, cukup sesuai kebutuhan. Bahkan untuk oleh-oleh, belum satupun saya beli disini, karena mahal. Jadi, bagi yang menginginkan oleh-oleh dari Australia, mungkin bisa memberikan sumbangan finansial setara dengan apa yang diinginkan. Untuk sebuah gantungan kunci pun, saya tidak berani berjanji apapun. Uang saku dari pemerintah Indonesia itu banyak kalau digunakan di Indonesia tapi sedikit untuk hidup di Australia. Jumlahnya ada deeeeh. Cukup dulu tentang kemahalan Australia. Kali lain akan saya ceritakan tentang kemahalan lainnya.Kita bisa mengakses internet di setiap ruangan di Village. Tapi kita harus menghubungi pihak kantor pada jam kerja dan membayar untuk meminta layanan tersebut.Kamar saya memiliki fasilitas yang lengkap. Ada sebuah ranjang dengan kasur busa, bed cover, bantal, selimut tebal. Sebuah pemanas ruangan dengan jenis gas bisa dinyalakan setiap saat. Sebuah meja kerja dengan kursi kerja putar. Sebuah lemari besar dengan banyak rak dan laci untuk menyimpan pakaian, baju, sepatu dan perlengkapan lainnya. Dan sebuah almari kecil untuk meletakkan peralatan makan, make up, dll. Sebuah kamar mandi sekaligus toilet yang dipakai bersama oleh 3 kamar. Sayangnya toilet di Australia tidak menggunakan air untuk bersuci, hanya tisu gulung. Dan ini masalah bagi saya sebagai muslim Indonesia yang terbiasa menggunakan air. Syukur teman saya berinisiatif untuk membeli sebuah ember dan menjadikan botol aqua sebagai gayung untuk bersuci setelah buang air. Kamar mandi terdiri dari sebuah mangkok besar untuk berendam. Ada wastafel juga sebuah lemari kecil 3 rak untuk menyimpan peralatan mandi. Ada 2 pilihan air kran yang bisa digunakan, panas dan dingin. Saya lebih suka menyalakan keduanya agar bercampur menjadi air hangat. Suhu di Melbourne ini sangat ekstrem, kadang dingin tapi kering, kadang ada matahari tapi sejuk, kadang hujan, dan itu bisa berubah hanya dalam hitungan jam bahkan menit.Saya tidak tahu berapa pemerintah Indonesia membayar untuk akomodasi semewah ini selama di Australia. Sekali lagi, jangan dihitung rupiahnya