1. rangkuman bab 3.doc
TRANSCRIPT
BAB III
PERENCANAAN DAN PENGAJARAN
Sebelum menyusun perencanaan untuk pembelajaran, sedikitnya ada 5 pertanyaan
yang harus dijawab oleh guru yaitu:
1. Apa yang harus menjadi dasar guru matematika sebelum mulai untuk
merencanakan?
2. Mengapa guru harus berhati-hati dalam menyususn rencana pembelajaran?
3. Apa tingkat perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru?
4. Bagaimana usaha/cara guru untuk memenuhi kebutuhan semua siswa?
5. Bagaimana guru mengintegrasikan perencanaan dengan menilai dan
menganalisis?
1
PENDAHULUAN
Guru dapat memainkan berbagai peran yang berbeda di dalam kelas: konselor,
tukang kebun, petugas polisi, orang tua, aktor, arsitek, teman, buku, cheerleader,
dan lain-lain. Peran apa yang dapat kita mainkan? Sampai batas tertentu, yang
tergantung pada kepribadian kita, sekolah kita, para siswa di kelas kita, dan
berbagai faktor lainnya, tetapi semua guru harus memainkan peran sebagai
instruktur. Peran instruktur melibatkan empat (4) fungsi dasar:
1. Perencanaan
2. Pengajaran
3. Menilai
4. Menganalisis
Pada waktu menyusun rencana memutuskan fokus pelajaran (tujuan), dan
kemudian menetapkan metode untuk melaksanakan pembelajaran, dengan
menggunakan sumber belajar dari buku teks atau kurikulum. Lalu guru
melaksanakan pembelajaran dengan menyajikan masalah, memberikan arah,
mengajukan pertanyaan, mendengarkan, mengamati, dan memberikan umpan
balik kepada siswa. Selama dan setelah pembelajaran guru menilai pemahaman
siswa, akhirnya dianalisis tentang hasil belajarnya.
Guru mendiskusikan tingkat perencanaan (untuk tahun ini, untuk unit, untuk
pelajaran) berencana untuk berbagai jenis pelajaran, dan berencana untuk
memenuhi kebutuhan semua siswa. Sepanjang diskusi-diskusi, kita menunjukkan
bagaimana mengajukan pertanyaan dan membuat rencana dapat diterjemahkan ke
dalam praktek pengajaran yang sebenarnya dalam ruang kelas. Dalam
pembahasan bab ini juga membuat rekomendasi umum untuk mengajar
matematika dalam kontek itu. Dalam bab ini juga mencerminkan penerimaan kita
dari gagasan bahwa anak-anak secara aktif membangun pemahaman baru mereka
sendiri karena mereka membangun pengetahuannya dari apa yang mereka telah
ketahui sebelumnya.
2
Mempersiapkan untuk mengajar: sebelum perencanaan dimulai.
Mengajar matematika kepada anak-anak adalah tugas yang kompleks. Sebagai
guru kita harus membuat banyak keputusan-keputusan selama pembelajaran. Tapi
ada banyak hal yang harus kita lakukan terlebih dahulu untuk meningkatkan
kemungkinan bahwa tahun ini, setiap unit, dan setiap pelajaran akan berhasil
untuk semua peserta didik yang beragam di kelas kita. Untuk mewujudkannya kita
harus menjawab beberapa pertanyaan penting sebelum pelajaran dimulai, bahkan
sebelum kita menulis rencana pembelajaran. Berikut beberapa pertanyaan yang
harus dijawab guru:
1. Apakah saya telah memahami matematika sebelum saya
mengajarkannya?
Guru saat ini dituntut tidak hanya mengajar matematika dengan cara yang
berbeda dari bagaimana mereka diajarkan di sekolah dasar, tetapi juga untuk
mengajarkan topik dan konsep ketika mereka tidak belajar di sekolah. Ketika
kita akan mengajarkan sesuatu materi yang kita sendiri tidak banyak
pengetahuan tentang itu, maka pekerjaan pertama yang harus kita lakukan
adalah mempelajari dengan baik tentang hal itu. Hal ini dibuat dalam prinsip
NTCM dan Standar (2000), yang menyatakan, pemahaman matematika siswa
merupakan kemampuan mereka untuk menggunakannya dalam memecahkan
masalah, dan rasa percaya diri mereka tehadap matematika dibentuk oleh
ajaran yang mereka hadap/terima di sekolah. Guru harus mengetahui dan
memahami secara mendalam matematika yang akan kita ajarkan dan mampu
memanfaatkan pengetahuan itu dengan fleksibilitas yang tinggi dalam tugas
mengajarnya. Demikian pula, National Research Council (2002) mencatat
bahwa guru harus mahir pada tingkat yang lebih banyak daripada siswa kita
untuk dapat mengajar matematika dengan baik. Kita tahu dari berbagai
penelitian bahwa guru dengan pengetahuan konten yang kuat lebih mampu
untuk mengembangkan pemahaman konseptual matematika siswa mereka
dengan menyediakan multi representasi dari konsep yang sama. Guru-guru
3
juga lebih mungkin untuk menghubungkan matematika yang diajarkan dengan
kehidupan sehari-hari dan untuk konten lainnya.
Dengan melakukan hal ini dapat menyebabkan prestasi belajar siswa yang
lebih tinggi dalam matematika. Kita tidak akan dapat mengajarkan untuk
memahami jika kita sendiri tidak memiliki pemahaman yang kuat (Burns,
2007). Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk dapat meningkatkan
pengetahuan subyek-materi dan dengan melakukannya akan membuat kita
lebih terampil dan meningkatkan rasa percaya diri kita. Pendidik telah
menekankan betapa pentingnya bagi kita untuk mempelajari masalah pelajaran
sebelum kita membelajarkannya kepada siswa, karena dengan bekerja melalui
les, anak akan mengambil peran pelajar, kita sebagai guru memperdalam
pemahaman tentang matematika, dan kita mempelajari yang pertama apa yang
akan dilakukan oleh siswa. (Brodesky, Gross, Mc Tigue, dan Tierney, 2004).
Sama halnya guru mengidentifikasi tujuan matematika dari setiap pembelajaran
dan apa yang paling penting bagi semua siswa untuk belajar. Ini dilakukan
untuk menghindari mengajar dengan cara-cara yang tidak memenuhi tujuan-
tujuan atau bahkan konflik dengan mereka. Dan proses ini juga mensyaratkan
bahwa guru memahami isi matematika secara mendalam.
2. Apa karakteristik perkembangan siswa kita?
Sebelum merencanakan pelajaran matematika, kita harus meninjau
karakteristik perkembangan umum anak-anak di kelas kita, serta kekuatan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik tiap individu. Memahami
karakterisrik siswa kita, terutama tingkat perkembangan, dapat membantu kita
merencanakan pelajaran yang sesuai untuk semua siswa.
Dalam bab 2 kita membahas beberapa kemampuan kognitif, faktor-faktor
fisik, dan karakteristik sosial perkembangan siswa di sekolah dasar. Ini secara
keseluruhan memberikan awal yang baik ketika kita mulai merencanakan
matematika melalui pengalaman-pengalaman bagi siswa kita. Perlu diingat
tidak semua siswa mengalami kemajuan dan tahap perkembangan pada waktu
4
yang sama. Tingkat kemajuan dan tahap perkembangan yang berbeda
mempengaruhi perbedaan kesiapan belajar bagi anak-anak.
Kita juga harus fokus pada kekuatan dan kelemahan siswa kita. Ini akan
menuntun kita ke cara menggunakan kekuatan siswa serta mengkompensasi
kelemahan mereka. Ini juga akan membantu kita mengidentifikasi bagian-
bagian dari pelajaran yang dapat memberikan siswa masalah dan memikirkan
cara-cara untuk membuat bagian-bagian lebih mudah diakses. Misalnya
seorang siswa yang memiliki kesulitan fokus tetapi suka berbicara dan
membaca mungkin dapat dipasangkan dengan seorang siswa yang berfokus
baik tetapi kesulitan membaca. Mengingat pengalaman sosial dan budaya siswa
kita, ketika merencanakan pembelajaran agar pembelajaran lebih nyata dan
bermakna. Anak-anak mungkin merasa lebih mudah untuk belajar dan menjadi
lebih termotivasi untuk belajar jika mereka dapat melihat hubungan dengan
kehidupan mereka.
Gaya belajar siswa dan preferensi juga merupakan cerminan dari
pengalaman sosial dan budaya mereka. Jadi jika kita dapat menyadari dan
mengajar dengan hal-hal ini dalam pikiran, pelajaran akan lebih mungkin untuk
berhasil.
3. Apa yang sudah diketahui siswa kita?
Sebagai guru, kita harus mengidentifikasi dan membangun apa yang siswa
ketahui. Waktu pembelajaran sangat berharga, tidak akan terbuang pada
pelajaran yang terlalu mudah atau terlalu sulit bagi siswa kita. Tentu saja, jika
siswa di kelas kita berada pada tingkat akademis yang berbeda atau jika mereka
memiliki masalah atau kesulitan belajar, memberikan perlakuan yang adil
dapat berarti penyesuaian pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan khusus
mereka.
Untuk memenuhi kebutuhan semua anak di kelas kita, kita harus lebih
dulu menilai mereka. Tes kertas dan pensil adalah alat yang berguna dalam
pengkajian terutama jika kita telah melihat nilai akhir dan menganalisis
bagaimana anak-anak mencapai jawaban mereka. Juga kita dapat belajar
5
banyak tentang siswa kita dengan mengamati dan mengadakan percakapan
dengan mereka. Hal ini dapat mengungkapkan banyak hal yang tidak dapat
diketahui melalui tes tulis. Kita harus menggunakan hasil asesmen/ penilaian
untuk membantu memilih bahan pembelajaran dan pendekatan, menyesuaikan
bahan, dan memutuskan apa yang perlu diajarkan kepada individu dan kelas
secara keseluruhan.
Setelah menilai siswa, kita harus mengatur matematika sehingga kita
mengajar dengan cara yang tepat dan dapat dipahami oleh siswa-siswa kita.
Matematika meliputi pengetahuan konseptual dan prosedural, dengan demikian
kita menghadapi dua (2) tantangan:
a. Membantu siswa mengembangkan kedua jenis pengetahuan itu.
b. Membantu siswa memahami hubungan antar mereka.
Dalam tidak ada disiplin lain adalah pengetahuan sebelumnya lebih kritis atau
prasyarat, misalnya tidak ada gunanya meminta siswa untuk memperkirakan
jarak 1 kilometer (km) jika mereka tidak memiliki pengetahuan tentang
seberapa panjang 1 kilometer. Pentingnya pengetahuan anak sebelumnya jelas
bahwa program matematika terorganisir, baik untuk memberikan pengetahuan
berkelanjutan dan untuk membantu siswa memahami struktur dasar
matematika.
Deskripsi kami hanya memberikan pendekatan spiral walaupun pada
kenyataannya agak berbeda. Secara teori kurikulum matematika memberikan
perubahan yang berkelanjutan dan pengembangan, tetapi dalam prakteknya
banyak teori yang ditinjau kembali tanpa perubahan yang berarti dalam tingkat
perbaikan dari satu tahun ke tahun berikutnya. Akibatnya banyak waktu yang
berharga mungkin terbuang begitu saja hanya untuk meninjau topik daripada
mengenalkan topik baru. Tentu saja, sejumlah review mungkin diperlukan
karena alasan-alasan tersebut.
Tapi Trends in Mathematics and Science Study International (TIMSS)
melaporkan bahwa program matematika di Amerika Serikat mencerminkan
ulasan lain tentang topik dari tahun ke tahun dibandingkan program
matematika di negara-negara lain seperti Jerman dan Jepang (TIMSS, 1996).
6
Pengulangan yang tidak perlu ternyata merugikan siswa. Ini merampas
kegembiraan yang melekat pada guru dan siswa untuk mengeksplorasi topik
baru. Hal ini juga akan menggunakan waktu yang seharusnya dapat tersedia
untuk belajar yang baru, yang berarti bahwa mendapatkan pengalaman ide-ide
baru yang lebih sedikit pada setiap akhir tahun.
Pendekatan spiral memiliki implikasi yang besar untuk belajar dan
mengajar. Sebagai contoh, ketika merencanakan les untuk anak kita harus
mempertimbangkan prasyarat apa yang harus siswa miliki agar berhasil dalam
pembelajaran, dan kita harus mengecek/ memeriksa apakah itu telah dimiliki
oleh siswa. Sering kali kita menemukan siswa yang tidak pernah belajar, lupa
belajar, atau hanya lupa prasyarat tersebut. Mendeteksi kelemahan ini di awal
secara lebih cepat akan memberikan petunjuk kepada kita untuk merencanakan
secara tepat jumlah yang akan direview, sehingga kita dapat mempersiapkan
pelajaran untuk siswa tanpa membuang-buang waktu.
Di kelas 3 menggambarkan cara siswa memperoleh informasi tentang
pemahaman nilai tempat. Pada awal kelas 2, siswa mungkin dapat membaca
dua dan tiga digit nomor, tetapi setelah setahun berlangsung pemahaman
mereka tentang nilai tempat akan tumbuh dan mereka akan mendapatkan
kemampuan untuk menjelaskan angka. Menyimpan catatan perkembangan
mereka adalah penting dalam rangka untuk mengidentifikasi kesenjangan atau
kesalahpahaman.
Selain mengetahui apa yang telah siswa pelajari di kelas sebelumnya, guru
harus melihat ke depan apa yang perlu siswa ketahui besok, bulan depan, dan
tahun depan. Guru kelas 3 harus tahu apa yang yang telah siswa pelajari di TK,
kelas 1, kelas 2, serta apa yang siswa harus pelajari di kelas 4 dan seterusnya.
Perspektif yang luas ini membantu guru menghargai pentingnya peran mereka.
Hal ini juga membantu mereka mendeteksi kesenjangan dalam belajar
matematika, sehingga mereka dapat mengisi kesenjangan secepat dan sefektif
mungkin.
4. Apa jenis tugas yang akan saya berikan kepada siswa saya?
7
Apa saja jenis tugas bagi siswa kita? Ini adalah pertanyaan kunci lain yang
harus dijawab sebelum mulai menyusun perencanaan pembelajaran. Tugas
yang diberikan mungkin berupa proyek, pertanyaan, masalah, konstruksi,
aplikasi (NCTM, 1991, halaman 20). Tugas harus mendorong siswa
mengungkapkan alasan ide-ide matematika, untuk membuat koneksi,
merumuskan masalah, dan memecahkan masalah.
Tidak ada keputusan lain yang membuat guru mendapatkan dampak yang
lebih besar pada kesempatan siswa untuk belajar dan persepsi mereka tentang
apa matematika adalah dari pemilihan atau penyusunan tugas oleh guru yang
melibatkan siswa dalam mempelajari matematika. Di sini guru adalah arsitek
kurikulum (Lappan, 1993, halaman 524)
Salah satu prioritas utama kita, ketika kita mulai merencanakan
pembelajaran adalah memutuskan tujuan setiap pembelajaran matematika.
Tentu saja, kita dapat meningkatkan pembelajaran dan membuat pembelajaran
lebih menyenangkan bagi siswa dengan menggunakan sastra anak-anak sebagai
batu loncatan dengan melibatkan siswa dalam kerja eksplorasi dan dengan
menetapkan masalah dalam konteks dunia nyata. Tapi pertanyaan pertama
ketika kita merencanakan pelajaran matematika tambahan untuk anak, apa
yang anak-anak butuhkan dari belajar ini? Hal ini tidak tepat untuk
menggunakan bahan manipulatif seperti mainan, untuk melibatkan para siswa
dalam berbicara dan menulis, hanya sekitar perasaan mereka dan bukan tentang
matematika, atau untuk melaksanakan pembelajaran yang hanya untuk
menyenangkan saja.
Sebagai guru kita bertanggung jawab dan memegang peran untuk
membantu anak-anak memenuhi standar bagian dan kita dapat melakukan ini
hanya untuk pelajaran matematika, melibatkan siswa dengan tugas-tugas yang
memperkaya secara matematis. Ketika anak-anak benar-benar terlibat dalam
memecahkan masalah-masalah matematika yang masuk akal bagi mereka,
mereka akan mengambil dari pengalaman yang mungkin akan menjadi
mendalam dan abadi.
8
5. Perlu memberikan praktek
Bagian dari memutuskan tentang tugas-tugas yang sepatutnya sedang
mempertimbangkan bagaimana memberikan latihan yang diperlukan. Jelas,
siswa perlu latihan dalam rangka memperoleh kefasihan dengan ide atau
prosedur matematika. Sama seperti kita harus berlatih berjalan atau
mengendarai mobil, kita harus berlatih fakta-fakta tambahan dasar atau
bagaimana membuat pola. Selain itu drill dan praktek tidak harus
menggunakan waktu sebanyak pekerjaan yang membantu anak-anak untuk
memahami ide atau prosedur. Setiap kali lebih difokuskan pada memperkuat
pemahaman konseptual daripada menggunakan waktu yang lama untuk hafalan
prosedur. Akhirnya praktek harus membantu anak-anak menerapkan
pengetahuan mereka dalam konteks baru.
6. Bagaimana mendorong siswa untuk bertanya dan mengelompokkan siswa
saya?
Kita dapat membantu siswa belajar matematika lebih baik dengan
mendorong pada kemampuan mereka untuk mengkomunikasikan fikiran
mereka kepada kita dan satu sama lain. Dengan meminta mereka untuk
mengajukan pertanyaan yang tepat pada waktu yang tepat, dan
mengelompokkan siswa menggunakan cara-cara yang sesuai dengan kekuatan
dan kebutuhan mereka beserta matematika yang kita ajarkan. Tanya jawab
untuk memastikan bahwa diskusi kelas membantu siswa memahami
matematika yang kita ajarkan.
Setelah beberapa percobaan, kita menyadari bahwa untuk memulai
pertanyaan dengan ”bagaimana”, ”Apa”, atau ”mengapa” yang diperlukan oleh
siswa untuk dapat merespon lebih dari sekedar ”ya” atau ”tidak”. Sering
menggunakan strategi think pair share juga mendorong diskusi dengan
memungkinkan waktu bagi siswa untuk membentuk pikiran-pikiran mereka
dan membantu siswa yang pemalu menjadi lebih percaya diri dalam merespon
9
di depan kelas. Panjang dan kedalaman respon siswa secara bertahap akan
meningkat. Munculnya ide tidak hanya dari guru kepada siswa tetapi juga dari
siswa untuk guru dan dari siswa kepada siswa yang lain untuk membantu siswa
yang lain belajar matematika (NTCM, 1991). Berikut adalah beberapa cara
yang dapat kita lakukan untuk membantu menciptakan diskusi kelas yang
efektif bagi kita dan juga siswa-siswa yang lain. Selain itu model/cara ini
dimana siswa dapat bertanya dan menjawab dengan teman-teman mereka, dan
menunjukkan kepada mereka bahwa kita mengharapkan mereka untuk
melakukan seperti ini.
a. Pastikan pembelajaran matematika kelas kita adalah tempat yang aman bagi
siswa untuk menjawab dan jika membuat kesalahan. Siswa sering banyak
belajar dengan mendengarkan orang lain dan menganalisis kesalahannya.
Pastikan untuk memberikan peluang kepada siswa untuk mengubah pikiran
mereka tentang dugaan dan solusi yang mungkin.
b. Pose masalah dan menetapkan tugas yang mendorong anak-anak untuk
berbicara tentang pemikiran matematika serta mendengarkan dan
menanggapi ide-ide siswa yang lain. Interaksi antar anak-anak member
kesempatan mereka untuk berbicara tentang ide mereka, mendapatkan
umpan balik, dan melihat sesuatu dari sudut pandang lain. Siswa dapat
belajar satu sama lain selain dari guru.
c. Secara eksplisit mengajarkan kosa kata matematika (Rubenstein, 2007)
menyatakan bahwa beberapa kosa kata matematika mungkin
membingungkan bagi siswa. Misalnya, kata-kata seperti bundar atau persegi
memiliki beberapa arti dalam matematika. Kata-kata seperti produk dan
refleksi memiliki arti dalam matematika dibandingkan dengan yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar untuk memahami dan
menggunakan terminologi yang benar akan meningkatkan kemampuan
siswa untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika yang efektif. Hal ini
penting untuk mengembangkan konsep atau ide matematika sebelum
memperkenalkan kosa kata. Kemudian siswa sudah memiliki pengetahuan
dan fokusnya adalah pada berkomunikasi secara efektif (Burns, 2007).
10
Perhatikanlah bagaimana seorang guru dalam menyusun rencana
pembelajaran untuk membantu anak-anak membuat hubungan yang
bermakna dan menemukan cara untuk mengingat istilah penting.
Mempertanyakan pertanyaan yang baik adalah penting dalam memfasilitasi
pembelajaran. Pertanyaan yang ditujukan untuk mengetahui fakta pengetahuan
anak-anak atau kemampuan mereka untuk melakukan keterampilan adalah
tingkat yang relatif rendah dan paling mudah untuk dilaksanakan selama
pembelajaran. Pertanyaan tingkat tinggi memerlukan kemampuan anak-anak
untuk menganalisis atau mensitesis informasi, seperti ketika kita meminta
siswa untuk menjelaskan prosedur pekerjaan atau bagaimana mereka
mendapatkan jawaban yang benar. Penelitian telah menunjukkan bahwa dalam
pelajaran matematika, guru cenderung menggunakan pertanyaan dari jenis
pertama jauh lebih sering daripada tipe kedua.
Kemampuan anak untuk menjawab lebih rendah mungkin berkaitan dengan
pemberian nilai tinggi pada tes prestasi, tetapi dengan pertanyaan yang
sederhana dan hanya ada satu jawaban yang benar. Jadi rencana pembelajaran
yang dibuat guru yang memuat pertanyaan tingkat tinggi yang mendorong
anak-anak bereksplorasi lebih banyak tentang pengetahuan prosedur
matematika dan bagaimana matematika dapat diterapkan dalam situasi
kehidupan nyata.
Untuk dapat menjadi guru seperti ini, kita perlu mempertimbangkan jenis
pertanyaan yang akan ditanyakan dan menulisnya dalam rencana pembelajaran
yang kita susun. Cobalah untuk mempersiapkan berbagai pertanyaan, tetapi
fokus pada pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan anak-anak untuk
berfikir daripada hanya menyediakan fakta dari memori atau melakukan
prosedur yang telah dipelajari. Jika kita bertanya dengan pertanyaan tingkat
rendah, siswa akan berpendapat bahwa tujuan utama dalam matematika adalah
untuk menghafal fakta bukan untuk memahami ide-ide matematika. Ingat,
bagaimanapun untuk dapat menyusun pertanyaan tingkat tinggi guru harus
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan itu sebelum pelajaran dimulai.
11
The NTCM, 1991 lima kategori pertanyaan guru dengan tingkat yang lebih
tinggi:
1. Pertanyaan yang membantu siswa untuk bekerjasama dan mencintai
matematika.
2. Pertanyaan yang membantu siswa untuk dapat lebih percaya pada
kemampuannya sendiri dan kebenaran jawabannya.
3. Pertanyaan yang membantu siswa untuk belajar memberi alasan secara
matematika.
4. Pertanyaan yang membantu siswa belajar memprediksi, menemukan dan
memecahkan masalah.
5. Pertanyaan yang membantu siswa meningkatkan komunikasi matematika
dan aplikasinya.
Pengelompokkan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
komunikasi siswa dengan menggunakan berbagai pola pengelompokkan. Ada 3
pola dasar pengelompokkan untuk pembelajaran matematika:
1. Seluruh kelas dengan bimbingan guru.
2. Kelompok kecil, baik dengan bimbingan guru atau dipimpin oleh seorang
siswa.
3. Individu bekerja secara indevenden.
Yang harus diingat bahwa kerja kelompok kecil dapat membantu anak-anak
mengembangkan kemampuan penalaran, melalui keterlibatan aktif dan
memastikan bahwa anak-anak bekerja pada konten khusus pembelajaran.
Berikut ini adalah panduan untuk membantu kita (guru) memutuskan
bilamana harus menggunakan pola pengelompokkan tertentu.
1. Pembelajaran dengan menggunakan pengelompokkan besar:
a. Jika topik dapat disajikan kepada semua siswa di suatu tempat dalam
waktu yang sama (jika semua siswa telah memiliki kemampuan
prasyarat).
b. Jika siswa membutuhkan bimbingan terus-menerus atau pemodelan dari
guru untuk menguasai topik.
2. Pembelajaran menggunakan kelompok kecil:
12
a. Jika siswa kurang mendapatkan bimbingan dari guru
b. Jika guru mencoba untuk mendorong eksplorasi dan komunikasi
tentang matematika.
c. Jika guru mencoba untuk membantu siswa untuk mendapatkan
keterampilan dari pembelajaran kooperatif.
3. Pembelajaran menggunakan individu:
a. Jika siswa dapat melakukan kegiatan mandiri
b. Jika fokusnya adalah praktek individu untuk mendapatkan penguasaan.
Kebanyakan guru yang efektif menggunakan kombinasi pengelompokan
pola. Sebagai contoh, seorang guru mungkin mengembangkan materi baru
dengan seluruh kelas, dan kemudian menunjuk anak-anak secara individu atau
dalam kelompok-kelompok kecil untuk satu atau lebih kegiatan dirancang
untuk membantu mereka untuk mengkonsolidasikan pembelajaran baru.
Komunikasi satu dengan yang lain sangat membantu guru matematika. Guru
bergerak dari satu kelompok ke kelompok lain dengan memberikan bantuan
pemikiran yang diperlukan. Seluruh kelas kemudian diajak bersama-sama lagi
untuk berdiskusi, guru sebagai mediasi sehingga anak-anak dapat mendengar
ide-ide dari siswa dalam kelompok lain. Pada akhir diskusi guru memberikan
penutupan pelajaran. Metode ini mengintegrasikan pengelompokan seluruh
kelas dan kelompok kecil terbukti lebih efektif daripada pembelajaran seluruh
siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi.
Kita akan perlu mengajarkan keterampilan siswa dalam komunikasi,
membangun kelompok, sosialisasi kelompok kecil dan membantu sehingga
mereka dapat saling mengisi satu sama lain sebagai sumber daya untuk
pembelajaran matematika. Sebelum kita menempatkan anak-anak dalam
kelompok, kita harus berhati-hati dalam mempertimbangkan kemampuan dan
kepribadian mereka masing-masing. Dengan menempatkan siswa
berkemampuan rendah, sedang dan tinggi dalam kelompok yang terpisah-pisah
akan lebih baik untuk memenuhi kebutuhan mereka. Penelitian telah
menemukan bahwa homogen (kemampuan yang sama) dalam kelompok tidak
akan membantu meningkatkan prestasi siswa secara keseluruhan dan
13
menjadikannya ketidakadilan. Bahkan kelompok siswa dengan kemampuan
rendah akan tampil buruk ketika ditempatkan kelompok yang homogen,
dibandingkan dengan mereka jika ditempatkan dalam kelompok yang hiterogen
(kemampuan campuran).
Pembelajaran kelompok kecil mungkin memerlukan lebih banyak
perencanaan dan waktu daripada pembelajaran seluruh kelas. Tetapi ini
sebanding dengan hasil positif dalam komunikasi, dukungan sosial untuk
belajar matematika, kesempatan semua siswa untuk mencapai kesuksesan
dalam matematika. Ini meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak akan
melihat lebih dari suatu pendekatan untuk memecahkan masalah dan peluang
untuk menangani masalah matematika melalui diskusi yang bermakna.
7. Apa bahan yang akan kita pilih dan bagaimana menggunakannya?
Perencanaan dalam pembelajaran juga melibatkan memilih bahan-bahan
untuk meningkatkan atau mendukung teks kurikulum. Guru memiliki
kebebasan ketika memilih bahan untuk mendukung tujuan pembelajaran
mereka. Beberapa dapat dimulai dari buku teks, dan melengkapinya bagi
mereka yang kreatif, mencari cara untuk menyesuaikan dengan buku pelajaran
peserta didik dalam kelas mereka. Apapun bahan kurikukum yang kita
gunakan, kadang-kadang kita perlu untuk mencari sumber daya tambahan.
Bebagai buku dari penerbit dan internet memberikan banyak pilihan dan kita
juga mempertimbangkan sumber daya lainnya seperti bahan manipulatif dan
teknologi.
Berapa banyak guru yang bergantung pada buku tek pelajaran dalam
menyusun perencanaan pembelajaran? Sejauh mana kita dapat menggunakan
buku pelajaran, tergantung kemampuan guru untuk menyesuaikannya. Jangan
sampai hanya tergantung dengan buku tek apa adanya yang sebagaimana yang
telah disediakan oleh pemerintah.
Jika kita menentukan bahwa pembelajaran yang sesuai dengan tahapan
perkembangan untuk siswa kita, perlu melibatkan siswa dalam pemecahan
masalah, maka beradaptasi nampaknya diperlukan. Panduan guru untuk buku
14
teks dapat memberikan guru berbagai ide untuk menyampaikan pelajaran
menggunakan buku teks. Panduan juga sering memberikan saran/petunjuk
untuk tindak lanjut kegiatan seperti karya tulis dan permainan. Dan banyak
panduan yang menawarkan saran untuk perbaikan, pengayaan dan tugas
alternatif bagi anak-anak dengan ketidakmampuan belajar dan kebutuhan
khusus lainnya.
Konteks untuk pelajaran dapat diambil dari suatu situasi kehidupan nyata
atau dapat dikembangkan dari perpaduan tema terkait dengan pelajaran lain
seperti Ilmu Pengetahuan Sosial atau sastra anak-anak. Kita dapat
menggunakan konteks untuk meningkatkan pembelajaran matematika. Pastikan
kita memberikan tugas kepada siswa dengan tugas terbuka yang
memungkinkan siswa untuk mengambil beberapa cara/solusi. Hal ini
memungkinkan siswa yang berbeda untuk berpastisipasi dan belajar di mana
mereka berada.
Kita juga mungkin perlu untuk melengkapi pembelajaran dengan
meningkatkan fokus pada pemecahan masalah dan pengembangan konseptual.
Misalnya jika teks tidak menyediakan cukup pengalaman yang bermakna,
maka perlu praktek dengan manipulatif untuk siswa di kelas kita. Kita mungkin
perlu mencari cara lain untuk memberikan pengalaman dan praktek tersebut.
Pada akhirnya kita sebagai guru harus lebih mengetahui kebutuhan siswa kita.
Sediakan beberapa buku sumber untuk membantu kita mengajar matematika
bagi siswa kita.
Pada kenyataannya guru merasa lebih sulit untuk mengajar matematika
sesuai dengan cara yang tertera dalam standar. Seringkali guru mengubah
pendekatan secara signifikan dalam pembelajaran. Pada awalnya guru sudah
menghabiskan banyak waktu mempersiapkan dan menyusun perencanaan
pembelajaran. Kadang-kadang guru berusaha memberikan tambahan yang agak
berbeda dengan buku teks pelajaran tanpa menghilangkan komponen program
yang penting.
Jika kita menggunakan buku teks sesuai kurikulum, kita harus berhati-hati
untuk memasukkan wacana kelas, yang memungkinkan siswa untuk
15
mempelajari konsep-konsep matematika melalui pemecahan masalah, dan
menerapkan matematika dalam situasi nyata (Sutton dan Krueger, 2002).
Guru juga harus menyadari bahwa cara-cara baru dalam mengajar dan
pembelajaran matematika tidak hanya menantang bagi guru, tetapi juga
kadang-kadang membingungkan bagi orang tua. Jadi penting juga untuk
menjalin komunikasi dengan orang tua, dengan mengundang orang tua ke
sekolah. Kemudian dijelaskan dasar pemikiran untuk metode pembelajaran
yang baru. Selain itu guru menyarankan orang tua untuk membantu anak-anak
mereka di rumah.
Guru dapat menggunakan buku literatur anak-anak yang diperdagangkan
untuk meningkatkan pembelajaran, dalam seni-bahasa, ilmu sosial, ilmu
pengetahuan, musik, drama, dan sastra untuk mendukung pembelajaran
matematika. Buku anak-anak dapat memacu imajinasi siswa dengan cara
mengerjakan latihan dalam buku teks atau buku kerja siswa (Burns, 2007 p.45).
Cerita dapat memberikan kepada anak-anak sebagai titik awal untuk berbagi
dan mendiskusikan ide-ide matematika. Matematika dan keterampilan
berbahasa berkaitan erat dalam mengembangkan kemampuan anak berbicara,
menulis, dan membaca tentang ide-ide matematika.
Penggunaan sastra anak dalam pelajaran matematika dapat meningkatkan
belajar dalam banyak hal, karena sastra anak:
a. Menyediakan konteks atau alur cerita yang dapat meluncurkan atau
mengembangkan konsep-konsep matematika.
b. Menyediakan ilustrasi yang jelas mewakili konsep-konsep matematika.
c. Menyediakan kualitas ilustrasi yang memotivasi untuk pembaca.
d. Sumber masalah sebagai dasar untuk membangkitkan penyelesaian masalah.
e. Menyediakan gaya dan bentuk yang dapat memotivasi kelas untuk menulis
masalah atau merancang buku lain bagi guru (Thiessen, 2004).
Banyak buku referensi yang dapat membantu guru mengidentifikasi cerita
yang bekerja dengan baik mengintegrasikan sastra anak-anak dengan pelajaran
matematika pada topik tertentu.
16
Manipulatif dari guru yang efektif ketika dengan tepat memberikan
pengalaman konkret yang membantu anak-anak memahami matematika dan
membangun cara berfikir matematika bagi siswa. Penggunaan manipulative
juga merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa
kita yang beragam. Manipulatif membebaskan guru untuk menggambarkan
ide-ide matematika dalam berbagai cara menggunakan berbagai model yang
yang berbeda dan representasi. Pemecahan masalah matematika dengan
dukungan manipulatif dapat meningkatkan keterlibatan aktif anak-anak.
Sepanjang waktu yang dihabiskan oleh anak-anak untuk bahan manipulatif
berarti selama itu pula anak-anak mengkonstruksi pengetahuan dan membuat
hubungan antara model dan ide-ide matematika.
Dalam buku itu ditekankan pentingnya anak-anak menggunakan
manipulatif untuk model-model matematika. Bahan yang biasa digunakan di
sekolah dasar termasuk chip atau ubin, saling kubus, pola balok, atribut blok,
tangram, sepuluh blok, model fraksi, pemintal dan dadu, dan bermain uang.
Sementara orang tua dan guru mungkin khawatir bahwa, anak-anak akan
terlalu bergantung pada manipulatif. Penelitian telah menunjukkan bahwa
anak-anak akan maju dari acak menebak menggunakan alat-alat seperti
manipulatif, menggunakan strategi mereka sendiri. Selain itu juga
menyarankan bahwa anak-anak juga membutuhkan kesempatan untuk
mengeksplorasi alat dan strategi yang berbeda dan mendiskusikan bagaimana
dan mengapa itu berguna (Jacobs dan Kusiak, 2006). Robert (2007)
mengingatkan kita bahwa siswa memiliki dan menggunakan model manipulatif
tidak menjamin mereka akan mampu membangun pemahaman matematika
yang diinginkan. Guru harus menyusun perencanaan dan pemberian tugas
secara berhati-hati dan mendorong refleksi secara bijaksana kepada siswa.
Diterapkannya teknologi secara efektif memiliki potensi untuk
meningkatkan belajar siswa, pemahaman, prestasi dan motivasi. Siswa
menggunakan teknologi juga dapat belajar kolaborasi, berfikir kritis, dan
pemecahan masalah (Pitler, Hubbel, Kuhn, dan Malenoski, 2007). Komputer
telah menjadi alat yang penting pada sebagian besar masyarakat dan
17
merupakan salah satu bentuk yang paling umum dari teknologi yang digunakan
di ruang kelas SD. Banyak siswa saat ini telah memiliki akses ke desktop,
laptop, dan komputer genggam.
Penelitian menunjukkan bahwa, bahkan anak-anak pra sekolah dapat
menggunakan komputer terutama dari program-program yang open ended,
mendorong membahas dan memecahkan masalah, dan mendukung
pengembangan pengetahuan konseptual. Sayangnya, banyak guru tidak yakin
bagaimana menggunakan komputer untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan, dan
sering memilih untuk menggunakan tingkat yang lebih rendah.
Pada dasarnya ada 6 jenis perangkat lunak komputer yang tersedia. Siswa
menggunakan setiap jenis dengan cara yang sedikit berbeda, dan berbagai
jenisjuga menawarkan manfaat yang berbeda untuk anak-anak. Satu pendidik
menggambarkan setiap jenis perangkat lunak dalam hal yang potensial untuk
mengembangkan pemecahan masalah dan kemampuan berfikir tingkat tinggi
(Crown, 2003):
a. Sofware drill dan praktek memberikan latihan untuk keterampilan yang
sebelumnya telah diajarkan. Beberapa program drill dan praktek menyimpan
catatan dan memberikan skor, atau bahkan dapat menyesuaikan tingkat
kesulitan dengan respon siswa (misalnya jumlah dan jenis kesalahannya.
b. Perangkat lunak tutorial memberikan perintah pada keterampilan baru. Ini
dapat memperkenalkan informasi, contoh dan memberikan latihan. Selain
itu software ini dapat mendorong siswa untuk fokus pada prosedur atau
aturan awal sebelum mereka disuguhi dengan pengetahuan konseptual dari
suatu topik.
c. Simulasi perangkat lunak memungkinkan siswa untuk mengalami peristiwa
dan mengeksplorasi lingkungan yang mungkin terlalu mahal, berantakan,
berbahaya, atau memerlukan waktu untuk mengalami dan mengeksplorasi
dalam kenyataan dalam kelas. Sebagai contoh melalui simulasi komputer
siswa dapat menjalankan bisnis atau pergi pada ekspedisi atau dapat
melakukan percobaan probabilitas.
18
d. Sofware game pendidikan dalam menangani kegiatan pendidikan yang
menyenangkan keterampilan tertentu atau mungkin bantuan dalam
pengembangan pemikiran logis atau problem solving keterampilan. Selain
itu game ini dapat membantu anak meningkatkan kemampuan berfikir
tingkat tinggi dengan menganalisa permainan dan situasi yang berkembang.
e. Perangkat lunak pemecahan masalah dirancang untuk membantu dalam
pengembangan strategi pemecahan masalah tingkat tinggi. Program
pemecahan masalah yang mirip dengan simulasi program di mana siswa
ditempatkan dalam situasi di mana mereka dapat memanipulasi variabel-
variabel dan menerima umpan balik, tetapi program pemecahan masalah
belum tentu memodelkan situasi yang nyata.
Perangkat lunak dapat kedua pengajaran dan pembelajaran dan mungkin
tipe yang paling efektif perangkat lunak untuk mengembangkan matematika
melalui pemecahan masalah. Alat membantu efisien dan mudah dengan
grafik menvisualisasikan dan komputasi. Alat yang berguna sebagai
perangkat lunak pengolah kata, data base, program grafik, hypermedia,
software geometri dinamis, dan aplplet (versi elektronik dari manipulative
juga disebut manipulatif virtual).
Saat ini banyak program perangkat lunak dari jenis tersebut di atas tersedia
di internet yang memberikan kebebasan guru dan siswa mengakses sumber
daya yang sebelumnya belum pernah dimiliki.
Kalkulator adalah alat berteknologi lain yang penting dalam pembelajaran
matematika. Kalkulator harus tersedia pada waktu yang tepat sebagai alat
komputasi, terutama ketika penghitungan banyak dan rumit yang diperlukan
untuk memecahkan masalah. Namun ketika para guru bekerja dengan siswa
pada mengembangkan algoritma komputasi, kalkulator harus disisihkan untuk
memungkinkan fokus ini. Saat ini kalkulator adalah umum digunakan alat
komputasi luar kelas, dan lingkungan dalam kelas mencerminkan kenyataan
ini.
Kalkulator tidak hanya membiarkan siswa menghitung cepat dan akurat,
tetapi juga mengharuskan mereka memeriksa pola, memecahkan masalah,
19
mengembangkan konsep-konsep matematika, dan melakukan tugas-tugas
tingkat tinggi lainnya. Penelitian telah menunjukkan bahwa siswa yang
menggunakan kalkulator dalam cara telah berprestasi tinggi daripada siswa
yang hanya menggunakan kertas dan pensil. Mereka lebih baik di perhitungan
mental dan memiliki sikap yang lebih baik terhadap matematika dan
melakukannya tidak bergantung pada kalkulator. (akan dibahas pada bab 10).
Saat ini semakin banyak siswa di sekolah yang memiliki akses teknologi
yang melampaui kalkulator, dan komputer dekstop, termasuk komputer
genggam, atau perangkat pengumpulan data, jaringan kelas, papan tulis
interaktif, kamera digital, kamera video, sistem laboratorium berbasis
kalkulator dan CD, video, MP3, dan DVD. Sebagai guru kita tidak hanya
nyaman menggunakan teknologi ini, tetapi juga harus mempertimbangkan
bagaimana itu dapat kita integrasikan ke dalam pembelajaran amtematika.
Jangan membawa teknologi sederhana untuk memotivasi atau mengesankan
siswa kita. Ingat bahwa teknologi akan meningkatkan prestasi belajar siswa
jika digunakan untuk mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi
yang terlibat dalam mengumpulkan dan menganalisis data, menyelidiki pola
dan memecahkan masalah.
Akhirnya guru harus memastikan akses yang baik terhadap teknologi.
Pastikan untuk menggunakan teknologi pada saat merencanakan pembelajaran
bagi semua siswa. Jika tidak ada teknologi yang cukup tersedia untuk semua
yang akan digunakan pada kesempatan yang sama, usahakan menggunakannya
secara teratur.
PERENCANAAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF
Perencanaan merupakan kegiatan yang penting untuk dapat mengajar yang
baik. Anak-anak dapat belajar dengan baik, apabila direncanakan dengan
terorganisir disertai dengan pertanyaan yang bijaksana, diperkaya oleh kegiatan
dan bahan-bahan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan ide tentang matematika. Perlu kehati-hatian dari guru dalam
20
mengembangkan pertanyaan, penjelasan, penggunaan teknologi dan
manipulatif, penting untuk membantu anak-anak belajar matematika.
Guru merencanakan pembelajaran dengan berbagai cara. Beberapa hanya
daftar tujuan pembelajaran, dan setidaknya langkah-langkah untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Beberapa bahasan untuk materi dan lembar kerja siswa
untuk anak-anak. Dan beberapa yang lain menggunakan panduan buku teks,
yang semua ini membutuhkan pemikiran guru untuk merencanakan dan
memikirkan bagaimana siswa akan melakukannya.
Beberapa guru yang berpengalaman meluangkan waktu untuk menyusun
perencanaan dengan lengkap, rinci untuk setiap pelajaran matematika. Mereka
mungkin telah mengajarkan pelajaran yang sama berkali-kali sebelumnya
dengan waktu dan pertanyaan yang menjebak.
Pentingnya Perencanaan
Perencanaan yang baik akan memberikan keamanan bagi guru untuk
mengetahui apa yang akan guru katakan dan lakukan, memuat kegiatan yang
menarik dan bahan yang siap digunakan oleh anak-anak. RPP yang baik dan
rinci memberi arah untuk guru dalam menilai seberapa baik pelajaran yang
telah dilakukan. Meskipun guru tidak dapat mengikuti rencana pembelajaran
dengan tepat, hal ini akan membantu guru dalam mengevaluasi mengajarnya
dan menilai belajar siswa. Rencana pembelajaran juga dapat dibagi kepada
guru yang lain supaya dapat memberikan komentar dan saran.
Tingkat Perencanaan
Perencanaan pembelajaran untuk matematika yang disusun oleh guru
terbagi menjadi 3 tingkatan. Dimulai dari rencana tingkatan yang lebih luas
yang menetapkan guru pada tujuan dan sasaran untuk tahun ini. Kemudian
bergerak turun tingkat, guru merencanakan bagaimana untuk mencapai tujuan
dan sasaran dengan menyelenggarakan isi matematika menjadi unit-unit.
Akhirnya pada tingkat tersempit, guru merencanakan pelajaran sehari-hari
21
untuk mengajarkan bagian-bagian tertentu. Setiap perencanaan adalah penting
dalam memastikan bahwa guru telah memenuhi persyaratan tingkat kelas.
Perencanaan Tahunan
Sebelum tahun ajaran dimulai guru perlu mempertimbangkan apa yang
disampaikan kepada anak-anak selama 1 tahun. Sebagian besar sekolah
menyiapkan lingkup materi dan urutannya sesuai dengan panduan kurikulum,
atau bergantung pada program yang disediakan di buku yang guru gunakan.
Sebelum guru menyusun perencanaan harus memahami ruang lingkup dan
urutan sesuai dengan kurikulum.
Bahan tersebut dirancang untu memastikan bahwa anak-anak menerima
isi/bahan sesuai dengan yang dikehendaki pada semua kelas. Guru juga harus
memeriksa bahan bersama kepala sekolah dan guru lain untuk menentukan
apakah ada perubahan yang telah dibuat untuk memenuhi kebutuhan anak-anak
di sekolah. Dan guru secara fleksibel dapat mengadakan perubahan sesuai
dengan kondisinya.
Guru perlu mempertimbangkan perkiraan waktu yang diperlukan untuk
menyampaikan materi sesuai dengan tingkat kedalaman masing-masing.
Tujuan untuk tahun ini sesuai dengan buku teks. Panduan kurikulum sekolah
dapat membantu guru daalm mengambil keputusan tentang seberapa banyak
waktu yang diperlukan untuk mengajarkan setiap topik.
Perencanaan Unit
Setelah perencanaan tahunan dibuat, guru dapat mulai merencanakan unit.
Mulailah dengan menguraikan urutan topik yang akan diajarkan dan dan
berapa alokasi waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing. Kemudian
memutuskan tambahan bahan, strategi pengajaran, dan penilaian. Selanjutnya
untuk menyusun perencanaan mingguan lebih mudah. Walaupun pada
22
pelaksanaannya tidak dapat sama persis, tapi setidaknya guru dapat meninjau
kemajuan anak-anak di kelas dan kemudian mengubah kecepatan konten yang
akan diajarkan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Atau guru dapat
merencanakan mengajar yang berbeda konten untuk kelompok kecil atau
individu.
Perencanaan Harian
Setelah unit diuraikan guru siap untuk menyusun perencanaan harian untuk
pembelajaran sehari-hari. Rencana pembelajaran yang disusun guru membantu
guru dalam menjelaskan ide-ide, yang berfungsi sebagai peta penunjuk jalan
saat mengajar dan memberikan catatan yang dapat digunakan untuk setiap
pembelajaran untuk menyusun perencanaan pembelajaran berikutnya. Jika kita
sebagai guru menyimpang dari rencana, akan diketahui di mana letak
penyimpangan itu dan dapat kembali lagi sesuai dengan perencanaan. Rencana
harus singkat namun lengkap. Gunakan format yang memungkinkan guru
mudah merujuk rencana sementara mengajar.
Perencanaan berbeda dengan pelajaran
Ketika menyusun rencana pembelajaran sehari-hari, guru juga harus
mempertimbangkan format pelajaran. Format yang paling sering digunakan
untuk pelajaran matematika mengajar-mengulang-praktek mungkin juga salah
satu yang paling efektif terutama jika digunakan untuk memperkenalkan
konten baru. Dalam format ini, guru mulai dengan meninjau pelajaran
sebelumnya, guru menjelaskan konsep baru atau menunjukkan keterampilan
baru dengan menggunakan sampel masalah, akhirnya guru memberikan latihan
untuk praktek siswa. Biasanya selama sisa pelajaran siswa berlatih
memecahkan masalah sementara guru membantu siswa secara individual.
Apapun bentuk/format pembelajaran yang direncanakan guru pastikan untuk
diingat tujuan secara menyeluruh dan memastikan pemahaman siswa serta
memelihara keterlibatan siswa secara aktif.
23
Apapun bentuk/format rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru
rencana pembelajaran biasanya menunjukkan informasi dasar seperti tujuan
pelajaran, bagaimana guru akan menilai siswa, dan apa bahan yang dibutuhkan.
Pembelajaran itu sendiri pada umumnya memuat: bagaimana guru memulai
pelajaran, menyelidiki atau menjelajahi, dan membawa pembelajaran berakhir.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
nomor 65 tahun 2013, tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah,
bahwa pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan
penutup. Dalam kegiatan pendahuluan guru:
a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran.
b. Memberi motivasi belajar siswa secara kontektual sesuai manfaat dan
aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari.
d. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
e. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.
Pada kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar yang disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan
tematik atau tematik terpadu dan atau saintifik dan atau inkuiry dan
penyingkapan (discovery) dan atau pembelajaran yang menghasilkan karya
yang berbasis pemecahan masalah disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dan jenjang pendidikan.
Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual
maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
a. Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh
untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung
maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung.
b. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
24
c. Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik
tugas individual maupun kelompok.
d. Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya. (Permendikbud nomor 65 tahun 2013).
Selanjutnya masih dalam standar proses dinyatakan bahwa RPP disusun
berdasarkan KD atau sub tema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
atau lebih. Komponen RPP terdiri atas:
a. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan
b. Identitas mata pelajaran atau tema/sub tema.
c. Kelas/ semester
d. Materi pokok
e. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD
dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang
tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai.
f. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.
g. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi.
h. Materi pembelajaran yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang relevan yang ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator ketercapaian kompetensi.
i. Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai.
j. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran.
k. Sumber belajar dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar
atau sumber belajar lainnya yang relevan.
l. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan,
inti, dan penutup.
m. Penilaian hasil pembelajaran (Permendikbud nomor 65 tahun 2013).
25
Dalam pelajaran investigasi siswa mencoba untuk memecahkan masalah,
mempelajari konsep baru atau melakukan penyelidikan sendiri. Masalah atau
investigasi mungkin telah disiapkan guru untuk membuat siswa menghasilkan
gagasan sendiri melalui penelitian mereka sendiri. Jelas guru
bertanggungjawab untuk membimbing pelajaran, tetapi diharapkan siswa dapat
melakukan pendekatan dengan strategi dan solusi mereka sendiri.
Selama pada fase meringkas pelajaran siswa dalam satu kelas berbicara
tentang temuannya. Guru mengatur diskusi dimana berbagai kelompok atau
individu melaporkan percobaan yang telah mereka lakukan dan mereka
temukan.
Pembelajaran instruksi langsung
Dalam pelajaran instruksi langsung guru memainkan peran yang lebih
sentral dalam mengarahkan instruksi daripada pembelajaran investigasi.
Pelajaran instruksi langsung sesuai ketika guru ingin berkomunikasi
pengetahuan khusus, memperkenalkan kosa kata baru atau mengajar prosedur
tertentu.
Eksplorasi
Kadang-kadang guru ingim memberikan serangkaian kegiatan belajar atau
eksplorasi bagi siswa secara bersamaan bekerja secara mandiri atau kelompok
kecil untuk semua ruangan kelas. Eksplorasi harus terstruktur sehingga anak-
anak dapat menyelesaikannya tanpa bantuan guru. Eksplorasi menuntut guru
merencanakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan gaya belajar yang
bervariasi. Beberapa siswa mungkin lebih suka bekerja dengan teknologi
sementara beberapa yang lain mungkin ingin menggunakan manipulatif. Guru
dapat berencana memenuhi kebutuhan individu dengan kegiatan yang lebih
menantang. Mempertimbangkan ukuran kelas dan jumlah anak yang akan
bekerja dalam waktu yang sama.
Sebuah eksplorasi umumnya melibatkan 3 tahap:
a. Peluncuran.
b. Mengeksplorasi
26
c. Meringkas.
Pemenuhan kebutuhan siswa
Setelah guru menyusun rencana pelajaran, berarti selangkah lagi guru siap
melaksanakan pembelajaran. Pastikan untuk meninjau kebutuhan khusus siswa
dan membuat adaptasi sehingga semua siswa dapat memiliki kesempatan untuk
mencapai keberhasilan dan tantangan.
Beberapa pendidik percaya bahwa seorang guru harus bertanya tiga (3)
pertanyaan ketika merencanakan untuk pembelajaran individu bagi siswa yang
membutuhkan bantuan tambahan (Karp dan Howell, 2004):
a. Apa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan oleh siswa
berkebutuhan khusus dalam kegiatan pembelajarannya?
b. Pada bagian mana siswa mengalami kelemahan?
c. Bagaimana kita dapat memberikan dukungan pada kelemahan siswa
berkebutuhan khusus supaya dapat fokus pada tugas konseptual?
Ulasan penelitian menginformasikan bahwa individu guru dapat memiliki
peran yang besar/kuat terhadap prestasi siswanya. Meskipun ada banyak studi
penelitian yang dapat membantu untuk mengidentifikasi strategi pembelajaran
yang efektif, seperti yang dibahas dalam bab ini, guru harus memutuskan
strategi mana yang digunakan, dengan siswa yang mana, dan kapan harus
menggunakannya (Marzano, 2007).
Guru matematika harus memiliki dasar yang efektif tentang yang diajarkan,
menyadari karakteristik perkembangan siswa, mempertimbangkan apa yang
mereka telah ketahui, berfikir jenis-jenis tugas yang akan diberikan,
memberikan latihan yang diperlukan, memanfaatkan momen strategis,
mengelompokkan siswa, dan mempertimbangkan jenis bahan yang akan
digunakan di kelas, termasuk materi kurikulum, manipulatif dan teknologi bagi
anak-anak. Perencanaan membantu memastikan bahwa semua konten penting
disertakan, membantu mengendalikan kecepatan pelajaran, membantu dalam
mengendalikan perhatian anak, membantu mengurangi pengulangan yang tidak
27
perlu, sambil memastikan review dan praktek yang diperlukan serta membantu
guru merasa yakin.
Rencana pembelajaran harus menyatakan tujuan yang jelas, prosedur,
alokasi waktu, dan penilaian. Ketika merencanakan guru juga harus
mempertimbangkan ekuitas-cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
semua siswa, termasuk siswa dari budaya lain, dan mengidentifikasi siswa
berkebutuhan khusus.
Abstraksi:
Dari apa yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan:
1. Sebagai guru perlu mendiskusikan sebelum menyusun perencanaan,
mengapa hal itu penting.
2. Untuk melengkapi bahan ajar matematika dapat diambil dari buku ajar.
3. Perencanaan pembelajaran yang disusun perlu menyesuaikan dengan
kebutuhan khusus siswa tertentu.
4. Perencanaan penting untuk disusun mulai perencanaan tahunan sampai
perencanaan harian.
5. Guru mempertimbangkan beberapa hal dalam merencanakan
pembelajaran sehari-hari.
6. Guru membedakan tiga jenis perencanaan, dan kapan waktu
menggunakannya.
7. Tuliskan ikhtisar perencanaan pelajaran sebelum diajarkan.
Kenyataan di lapangan:
1. Guru mengkompilasi ringkasan pemahaman yang berbeda dengan anak-
anak.
2. Buatlah daftar pertanyaan dari siswa.
3. Carilah sumber lain yang menyarankan penggunaan kelompok kecil.
4. Aturlah penyesuaian perencanaan terhadap anak yang berkebutuhan
khusus.
5. Renungkan perencanaan yang berhubungan dengan kepercayaan diri.
28
6. Pembelajaran kooperatif dapat mendukung anak-anak dalam
pengayaan.
7. Pilih topik untuk mengajar, dan sumber daya seperti sastra, manipulatif
dan teknologi.
8. Bandingkan cara yang diajarkan teks berbasis standar dan yang lebih
tradisional.
9. Pilih topik konten.
10. Periksa buku teks dan bahan-bahan tambahan yang dapat disediakan
untuk menyesuaikan pembelajaran dengan tingkatan siswa.
11. Pilihlah tambahan sumber yang menjadikan persiapan khusus
sehingga pelajaran lebih menarik.
12. Tulis rencana pembelajaran yang menjelaskan bagaimana guru akan
memasukkan satu ide dalam kelas baru.
13. Guru dapat menemukan sumber daya tambahan untuk melengkapi
kegiatan pembelajaran.
Dalam buku Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, yang
ditulis oleh Heruman, S.Pd, M.Pd, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya Bandung,
halaman 2-3, dinyatakan: dalam mengembangkan kreativitas dan kompetensi
siswa, maka guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan
efisien sesuai dengan kurikulum dan pola fikir siswa. Dalam mengajarkan
matematika guru harus memahami kemampuan siswa yang berbeda-beda, serta
tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran matematika.
Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi 3
kelompok besar, yaitu: penanaman konsep dasar (penanaman konsep),
pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Memang tujuan akhir
pembelajaran matematika SD agar siswa terampil dalam menggunakan
berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah
pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika.
1. Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran suatu
konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep
29
tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari kurikulum, yang dicirikan
dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep dasar
merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan
kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak.
Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga
diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola fikir siswa.
2. Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep,
yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.
Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian: Pertama, merupakan
kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan,
Kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang
berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada
pertemuan tersebut penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada
pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.
3. Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan
bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep
matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan
keterampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan
kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep
dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan
keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih
merupakan lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pada
pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas
sebelumnya.
Selanjutnya dalam buku berjudul Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran, karya Prof. Dr.H. Wina Sanjaya, M. Pd, Penerbit Kencana
Prenada Media Group, Jakarta halaman 31-32, dijelaskan: mengapa
perencanaan pembelajaran dibutuhkan, disebabkan beberapa hal:
30
1. Pembelajaran adalah proses bertujuan. Sesederhana apa pun proses
pembelajaran yang dibangun oleh guru, proses tersebut diarahkan untuk
mencapai suatu tujuan. Semakin kompleks tujuan yang akan dicapai, maka
semakin kompleks pula perencanaan yang harus disusun oleh guru.
2. Pembelajaran adalah proses kerja sama. Proses pembelajaran minimal
melibatkan guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran guru dan siswa
perlu bekerjasama yang harmonis. Guru perlu merencanakan apa yang harus
dilakukan oleh siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal,
disamping itu guru juga harus merencanakan apa yang sebaiknya
diperankan oleh dirinya sebagai pengelola pembelajaran.
3. Proses pembelajaran adalah proses yang kompleks. Pembelajaran bukan
hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses
pembentukan perilaku siswa. Siswa adalah organisma yang unik, yang
sedang berkembang. Siswa bukan benda mati yang dapat diatur begitu saja.
4. Proses pembelajaran akan lebih efektif apabila memanfaatkan berbagai
sarana dan prasarana yang tersedia, termasuk memanfaatkan sumber belajar.
Proses pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan sarana dan
prasarana secara tepat. Untuk itu perlu perencanaan yang matang bagaimana
memanfaatkannya untuk keperluan pencapaian tujuan pembelajaran secara
efektif dan efisien.
31