1. pendahuluan 1.1 latar belakang masalah · 2 universitas kristen petra membentuk opini publik dan...
TRANSCRIPT
1 Universitas Kristen Petra
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan aspek yang sangat penting di era globalisasi ini
(Dahlan, 2008, p.2). Berdasarkan pendapat Bernard Berelson dan Garry A. Stainer
dalam bukunya Human Behavior (dalam Ruslan, 2007, p.17), “komunikasi adalah
penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan
menggunakan lambang-lambang atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dan lain-
lain. Kegiatan atau proses penyampaiannya biasanya dinamakan komunikasi.”.
Dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari maupun dalam aspek profesional,
komunikasi mengambil peran yang besar untuk hasil yang maksimal.Bagi suatu
perusahaan, organisasi atau lembaga, melakukan komunikasi dengan publik bukanlah
hal yang mudah. Butuh perencanaan sebelum melakukan komunikasi, sehingga
dibentuklah bagian khusus dalam suatu perusahaan, organisasi atau lembaga yang
berperan untuk merencanakan dan menyelenggarakan komunikasi yang dikenal
sebagai bagian Public Relations atau hubungan masyarakat (Ruslan, 2007, p.5).
Dengan demikian, peran Public Relations dalam organisasi atau lembaga adalah
“Menyelenggarakan komunikasi timbal balik (two way communications) antara
perusahaan atau suatu lembaga dengan pihak publik yang bertujuan untuk
menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya suatu tujuan
teretntu, kebijakan, kegiatan produksi barang atau pelayanan jasa, dan
sebagainya, demi kemajuan perusahaan atau citra positif bagi lembaga
bersangkutan. Jadi, kegiatan Public Relations tersebut sangat erat hubungannya
dengan citra dan pembentukan opini publik dan perubahan sikap dari
masyarakat.” (Ruslan, 2007, p.1).
Ruslan (2007, p.19) menyatakan bahwa kegiatan Public Relations pada
hakikatnya merupakan bagian dari teknik kegiatan berkomunikasi dengan ciri khas
komunikasi dua arah antara lembaga atau organisasi yang diwakilinya dengan
publiknya atau sebaliknya. Salah satu cara Public Relations menyelenggarakan
komunikasi antara perusahaan dengan publiknya demi tujuan tertentu, seperti
2 Universitas Kristen Petra
membentuk opini publik dan perubahan sikap, adalah dengan membentuk program
Public Relations sesuai dengan apa yang hendak dicapai (Ruslan, 2007, p.22).
Menurut Thomas L. Harris, fungsi Public Relations adalah untuk kinerja
marketing, terutama untuk menciptakan kebutuhan konsumen sebelum produk
tersebut diluncurkan (Waesa, 2006, p. 15). Oleh karena itu ada kaitan antara
marketing dan public relations. David Guth (2005) seerta Wilcox (2005) sepakat
mengatakan bahwa ketika Public Relations berpartisipasi dalam komunikasi
pemasaran maka usaha mereka biasa disebut sebagai Marketing Public Relations.
Menurut Rhenald Kasali, “Khalayak marketing public relations adalah
masyarakat dan konsumen” (2003, p.105). “Marketing Public Relations menunjukkan
adanya lalu lintas informasi dua arah mengenai produk dan atau organisasi. Lebih
dari menyampaikan informasi Marketing Public Relations mengkomunikasikan
segenap konsep dan gagasan organisasi sehingga dalam benak publik sasaran
berkembang motivasi untuk melakukan pembelian.” (Suwandi, 2007, p.2). Marketing
Public Relations pada dasarnya merupakan komunikasi antara organisasi dengan
pelanggan, konsumen, dan masyarakat dengan pengelolaan komunikasi dengan
tujuan tertentu sehingga memiliki bentuk-bentuk pengembangan dari komunikasi
organisasi sebagai pilihan maupun kombinasi yang sesuai yang ditetapkan. Seperti
yang dikemukakan Suwandi (2007, p.4) yang menyatakan bahwa Marketing Public
Relations dapat dipandang sebagai komunikasi ekternal organisasi dengan pelanggan,
konsumen, dan masyarakat baik secara langsung tanpa media atau tidak langsung
menggunakan media.
Pesan iklan adalah ideatau berita yang dikomunikasikan atau yang
disampaikan kepada audience melalui media iklan (Bovee, 1995, p14). Iklan menjadi
sarana untuk menjalin komunikasi antara perusahaan dan konsumen (Durianto, 2003,
p.2). Perusahaan berusaha mengkomunikasikan baik keberadaan perusahaan itu
sendiri maupun produk atau jasa yang dihasilkan. Periklanan adalah salah satu alat
penting yang digunakan oleh perusahaan untuk melancarkan komunikasi persuasif
3 Universitas Kristen Petra
terhadap pembeli dan masyarakat yang ditargetkan (Kottler, 1989, p.289). Iklan
menurut Rendra Widyatama (2007, p.13-15), adalah bentuk penyajian pesan yang
dilakukan oleh komunikator secara non personal melalui mediauntuk ditujukan pada
komunikan dengan cara membayar. Bila dalam perspektif komunikasi cenderung
menekankan sebagai proses penyampian pesan dari komunikator kepada komunikan.
Periklanan menggunakan media sebagai penyampaian pesan, salah satunya
melalui televisi. Televisi merupakan medium umum yang mudah dijumpai dimana
saja. Oleh sebab itu, potensi televisi sebagai medium iklan sangat besar, dikarenakan
televisi mampu menjangkau begitu banyak masyarakat atau calon konsumen dari
produk atau jasa yang diiklankan. Dan produk barang atau jasa yang bernilai tinggi
biasanya semakin sering diiklankan di televisi (Jefkins, 1997, p.108).
Ada banyak iklan yang dapat kita saksikan setiap harinya di televisi sebagai
media audio visual. Dari sekian banyak iklan yang ditampilkan, ada beberapa iklan
yang memang dibuat sangat kreatif yang tampilannya berbeda dari iklan-iklan
lainnya. Tujuannya jelas, yaitu pesan yang dirancang lewat iklan dapat menarik
perhatian orang-orang yang melihatnya dan mempengaruhi orang-orang tersebut.
Diharapkan iklan-iklan tersebut dapat merangsang pembeli melalui daya tariknya
yang besar sehingga dapat menggugah minat, perasaan konsumen, dan
kecenderungan pengambilan sikap terhadap barang atau jasa yang ditawarkan
(Sumartono, 2002, p.16-17).
“Para konsumen mengembangkan sikap mereka terhadap iklan. Sikap
konsumen terhadap iklan dapat berupa sikap suka atau tidak suka konsumen terhadap
stimulus tertentu pada saat penayangan iklan. Sikap konsumen terhadap iklan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi isi pesan iklan, pengaruh suatu iklan
terhadap suasana hati dan emosi konsumen.” (Simamora, 2004, p.173-174). Sikap
dapat menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu (Rakhmat,
2003, p.39-40).
4 Universitas Kristen Petra
Adapun di awal tahun 2016 ini, Coca Cola menanyangkan iklan televisi
terbarunya dengan konsep berbeda. Iklan televisi tersebut merupakan bagian dari
penggalaan kampanye besar terbarunya bertajuk “Taste The Feeling” yang kemudian
diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Rasakan Momennya”. “Rasakan
Momennya” merupakan pengganti dari kampanye besar Coca Cola selama tujuh
tahun terakhir berjudul “Open Happiness” (Wulandari, 2016, para. 1). Pada
kampanyenya kali ini, berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, Coca Cola
menyusun konsep yang berbeda dari kampanye yang sebelumnya yang tidak pernah
dilakukan oleh kompetitor manapun.
Berbeda dari kampanye sebelumnya, kampanye Coca Cola versi “Rasakan
Momennya”, yang berlangsung sepanjang tahun 2016 ini, merupakan creative
campaign pertama yang menggabungkan tiga varian produk Coca Cola sekaligus,
yaitu Coca Cola, Coca Cola Zero, dan Coca Cola Diet (Triwijanarko, 2016, para.4).
Berdasarkan pernyataan Souleymane Hamed, Marketing Director Coca Cola
Indonesia, kampanye ini berpesan untuk mengajak konsumen menikmati setiap
momen sederhana dengan meneguk sebotol Coca Cola dinginmenjadi lebih spesial
(Caesarlita, 2016, para. 5). Dan sebagai bentuk dari strategy marketing Coca Cola
yang berpusat pada emotional product communication, iklan Coca Cola (sebagai
bagian dari kampanye) versi “Rasakan Momennya” ini bertujuan untuk membentuk
persepsi masyarakat mengenai kebahagiaan dengan meminum Coca Cola dalam
kehidupan sehari-hari sekaligus meningkatkan penjualan (Moye, 2016, para.6).
Selain itu, dalam setiap gambarnya, apabila kita perhatikan baik-baik, ada hal
yang menarikpada creative campaign Coca Cola kali ini. “Rasakan Momennya”
memiliki konsep gambar yang berbeda dari kampanye Coca Cola sebelumnya.
Dengan lebih dari 100 gambar yang dijadikan iklan, baik untuk TV Commercial,
outdoor, in-store, dan aktivitas digital, Coca Cola menggunakan konsep gambar
Norman Rockwell Meets Instagram, yang sedang ngetrend saat ini (Moye, 2016,
para. 13). Norman Rockwell Meets Instagram merupakan konsep gambardengan
kapasitas warna yang natural, dari garis mata hingga bahasa tubuh, semuanya
5 Universitas Kristen Petra
menceritakan pesan (Daily Mail Reporter, 2011, para.5).Norman Rockwell Meets
Instagram merupakan konsep gambar yang menonjolkan storytelling dari gambar
tersebut, dimana hal ini sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan melalui iklan
Coca Cola versi “Rasakan Momennya” yaitu momen-momen sederhana menjadi
lebih spesial dengan meneguk Coca Cola dingin. Beserta dengan efek fade, tone
gambar yang gelap, dan juga efek blur disekitar objek yang semuanya bisa didapat
dari aplikasi fotografi yang populer saat ini, yaitu VSCO.Sehingga, pemilihan konsep
Norman Rockwell Meets Instagram yang begitu eye catching diharapkan dapat
menarik perhatian audiens dan meningkatkan awareness terhadap kampanye ini.Baru
kali ini pula dalam gambar yang dipakai dalam iklan (sebagai bagian dari kampanye)
Coca Cola versi “Rasakan Momennya” ini seluruhnya diambil oleh fashion
photography terkemuka dunia, yaitu Guy Aroch dan Nacho Ricci, alih-alih
menggunakan ad photographer (Moye, 2016, para 14).
Pada pelaksanaannya, kampanye Coca Cola versi “Rasakan Momennya”
dilakukan dengan iklan televisi (tv commercial), billboard, dan juga aktivitas social
media, yaitu Facebook dan Twitter(Layadi, komunikasi personal, 17 Februari,
2016).Berdasarkan wawancara peneliti dengan pihak National Marketing Manager
Coca Cola Amatil Indonesia pada tanggal 8 Maret 2016, pesan yang diberikan dalam
setiap media tetap sama, yaitu menggambarkan bagaimana momen-momen sederhana
menjadi lebih spesial dengan meneguk sebotol Coca Cola dingin, dan berikut detil
media komunikasi kampanye Coca Cola versi “Rasakan Momennya”:
6 Universitas Kristen Petra
Tabel 1.1: Timeline Media Komunikasi Coca Cola versi “Rasakan Momennya”
Waktu Media Pesan Tujuan
20 Januari 2016 – sekarang
Billboard
Coca Cola sebagai simple pleasure dengan konsep gambar Norman meets
awareness&pembentukan opini
20 Januari - 21 Februari 2016
TVC momen sederhana akan
menjadi lebih spesial dengan meneguk Coca Cola
Awareness,pembentukan opini,
perubahan perilaku
2 Februari 2016 – sekarang
Social media: Twitter
keceriaan keseharian konsumen dengan meminum
Coca Cola
perubahan perilaku
20 Januari 2016- sekarang
Social media: Facebook
keceriaan keseharian konsumen dengan meminum
Coca Cola
perubahan perilaku
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Iklan merupakan media yang dapat digunakan untuk menunjang kampanye
Public Relations, terutama untuk kampanye yang lebih menonjolkan produk atau
jasa, iklan merupakan media yang ampuh untuk memasarkan produk atau jasa yang
ditawarkan (Ruslan, 2007, p.78). Pada penelitian ini, peneliti berfokus pada media
komunikasi pada iklan kampanye di televisi. Hal ini dikarenakan iklan televisi
merupakan media komunikasi kampanye yang bertujuan untuk mencakup ketiga
aspek sekaligus, yaitu meningkatkan awareness, pembentukan opini, hingga
perubahan perilaku dari khalayak sasaran.
Iklan televisi dari kampanye ini disiarkan serempak di Indonesiapada
beberapa televisi nasional di bawah naungan MNC Group, seperti RCTI, MNC TV,
7 Universitas Kristen Petra
dan GlobalTV, lalu ada pula TransTV, Trans7, ANTV, SCTV, dan juga Indosiar
(Layadi,komunikasi personal, 26 Februari, 2016). Berikut merupakan potongan-
potongan sceneiklan televisi sebagai bagian dari kampanye Coca Cola versi “Rasakan
Momennya”:
Gambar 1.1: Cuplikan TVC Coca Cola “Rasakan Momennya” versi Anthem
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
TVCberdurasi 30 detik di atas menceritakan tentang bagaimana momen-
momen sederhana dalam kehidupan sehari-hari menjadi lebih spesial apabila
meneguk Coca Cola dingin. Pada iklan tersebut, terlihat scene awal selalu dimulai
dengan 1 gambar nikmatnya produk Coca Cola yang dituangkan ke dalam gelas dan
kemudian dilanjutkan dengan 8 scenes keceriaan momen sederhana dalam kehidupan
sehari-hari dengan meneguk Coca Cola dingin dan ditutup dengan 1 gambar model
yang tengah meneguk Coca Cola disertai dengan logo Coca Cola.
8 Universitas Kristen Petra
Menurut wawancara peneliti dengan Fransiska Tinneke Layadi, selaku
National Marketing Manager Coca Cola Amatil Indonesia, dalam iklan televisi
tersebut struktur pesan lebih kearah tersirat dimana penonjolan pesan iklan terdapat
pada cerita yang ada pada setiap adegan-adegan yang diputar. Namun, ada juga
struktur pesan yang berupa kata-kata, untuk mendukung penyampaian pesan iklan
kepada audiens, kata-kata tersebut adalah:
“Nikmatnya Coca Cola dingin, dingin seru bareng teman, teman berbagi cerita, cerita
bersama Coca Cola, Coca Cola dan senyum, senyum penuh rahasia, rahasia yang
seru, seru bareng Coca Cola, Coca Cola dan cinta, cinta dan kesegaran, kesegaran
Coca Cola, Coca Cola bareng teman baru, teman baru yang menggoda, menggoda ala
Coca Cola, Coca Cola dan musik, musik yang heboh, heboh bareng kamu, kamu dan
nikmatnya Coca Cola”.
Kalimat-kalimat tersebut berganti sesuai dengan durasi setiap adegan yang diputar
dalam iklan televisi. Durasi serta pemunculan produk pada setiap adegan sangat
mempengaruhi penyampaian pesan iklan kepada audiens. Untuk itu, format adegan
iklan televisi Coca Cola versi “Rasakan Momennya” yang dipilih pada penelitian ini
adalah penuangan Coca Cola ke dalam gelas, adegan di perpustakaan, adegan
berbincang, adegan di pantai, dan adegan menonton konser. Hal ini dikarenakan
adegan-adegan tersebut memiliki durasi terefektif , yaitu selama 2-3 detik serta
terdapat pemunculan produk Coca Cola dalam tiap adegan tersebut. Sumber pesan
yang digunakan dalam iklan televisi ini adalah model-model internasional yang
dimunculkan dalam seluruh adegan. Dimana dalam setiap adegan modelnya selalu
berbeda.
Apabila kita perhatikan, video iklan televisi tersebut lebih menekankan
momen kesehariannya dibanding dengan Coca Cola sebagai produknya. Hal ini
sesuai dengan perkataan Chief Marketing Officer Coca Cola, Marcos de Quinto yang
dilansir dalam BusinessInsider.com, dimana ia mengatakan bahwa melalui iklan
televisi Coca Cola versi “Rasakan Momennya” (sebagai bagaian dari kampanye), ia
ingin menonjolkan momen keseharian konsumen ketika meneguk Coca Cola, “… so
9 Universitas Kristen Petra
the humble we are, the bigger we are. We want to help remind people why they love
the product as much as they love the brand.” (Heilpern, 2016, para. 2).
Sifat dari pesan tertentu akan bervariasi, tergantung dari sifat masing-masing
kampanye itu sendiri. Pesan iklan televisi pun berbeda sesuai dengan media yang
digunakan (Ruslan, 2007, p.92). Pesan ini harus jelas, singkat dan mudah dipahami
(Ruslan, 2007, p.100). Pfau&Perrot (1993) menasehati untuk berhati-hati ketika
mengkonstruksi pesan agar tidak menjadi boomerang effect yang dapat
menggagalkan pencapaian tujuan (dalam Venus, 2009, p.71). Iklan televisi Coca Cola
versi “Rasakan Momennya” merupakan media kampanye yang bertujuan untuk
peningkatan awareness hingga perubahan perilaku. Berbeda dengan media kampanye
Coca Cola versi “Rasakan Momennya”, ketiga aspek ini hanya dimiliki dalam iklan
televisi saja. Untuk itu, peneliti tertarik untuk meneliti pesan iklan televisi Coca Cola
versi “Rasakan Momennya”.
Kotler (2003, p.176) menjelaskan bahwa dalam menyusun pesan terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Isi Pesan
Daya tarik rasional: untuk membangkitkan diri audiens, yang
menunjukkan bahwa produk tersebut akan menghasilkan
manfaat yang ditawarkan.
Daya tarik emosional: membangkitkan emosi positif atau
negatf yang akan memotivasi khalayak. Daya tarik emosional
positif dapat berupa humor, cinta, dan kebahagiaan. Sedangkan
daya tarik emosional negatifdapat berupa rasa takut, rasa
bersalah, dan rasa malu.
Daya tarik moral: ditujukan kepada khalayak untuk
memberitahu mengenai apa yang baik dan benar, biasanya
digunakan untuk mendesak mereka supaya mendukung usaha-
usaha sosial.
10 Universitas Kristen Petra
2. Struktur Pesan
Struktur pesan berbicara mengenai bagaimana mengatakan pesan
secara logis.
3. Format Pesan
Hal ini merujuk pada bagaimana mengatakan pesan secara
simbolis.
4. Sumber Pesan
Sumber pesan merujuk pada siapa yang mengatakan pesan
tersebut. Pesan yang disampaikan oleh sumber pesan yang menarik
atau terkenal akan efektif jika mereka dapat melambangkan atribut
produk utama.
Berdasarkan pernyataan dari Chief Marketing Officer Coca Cola, Marcos de
Quinto, kampanye Coca Cola versi “Rasakan Momennya” ditujukan untuk para
masyarakat yang meminum Coca Cola, yang merupakan konsumen dari Coca Cola
(Heilpern, 2016, para.2). Dimana seperti yang dilansir coca-colacampany.com, Coca
Cola memiliki konsumen untukkesuluruhan varian kisaran usia 12-60 tahun, yang
mana usia tersebut merupakan target market Coca Cola (Maye, 2016, para.2).
Adapun sikap merupakan indikator yang mempengaruhi berhasil atau
tidaknya suatu kampanye yang dilakukan. Maka dari itu peneliti memilih ketiga
komponen sikap menurut Azwar (2009, p.24), yaitu:
1. Kognitif: representasi pengetahuan apa yang dipercayai oleh individu pemilik
sikap.
2. Afektif: perasaan yang menyangkut aspek emosional.
3. Konatif: aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang
dimiliki seseorang.
Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya merupakan
kota maju yang memiliki banyak prestasi (Dickson, 2015, para 3). Dari pengamatan
11 Universitas Kristen Petra
dan data yang dimiliki oleh pihak Marketing Coca Cola Amatatil Indonesia, kota
yang dijuluki kota pahlawan ini ternyata memiliki masyarakat yang peka dan cerdas
terhadap suatu informasi dari tren yang yang dikemas secara kreatif (Fransiska
Tinneke Layadi selaku National Marketing Manager Coca Cola Amatil Indonesia,
komunikasi personal, 26 Februari, 2016). Maka dari itu, Coca Cola Indonesia
optimitis dengan adanya penayangan iklan televisi di beberapa stasiun televisi
nasional, serta media kampanye pendukung lainnya, masyarakat Surabaya tidak akan
ketinggalan informasi terhadap kampanye tersebut dan memberikan respon positif
terkait dengan goal dan tujuan dari kampanye ini (Layadi, komunikasi personal, 8
Maret, 2016).
Di Surabaya sendiri, selain iklan televisi yang dapat ditonton oleh masyarakat
Surabaya dan juga aktivitas social media yang dapat diakses dengan mudah oleh
masyarakat Surabaya, terpampang juga sejumlah billboardgambar dan diletakkan di
beberapa titik di beberapa daerah di Surabaya, seperti di Jalan Raya Darmo, Jalan
Ngagel, Jalan Ahmad Yani, Siwalankerto, di samping fly over Darmo Trace Center,
dan masih banyak daerah lainnya (Layadi, komunikasi personal, 8 Maret, 2016).
Maka dari itu, peneliti menggunakan masyarakat Surabaya sebagai populasi dari
penelitian ini dengan responden usia 12-60 tahun,sesuai dengan target market seluruh
varian Coca Cola, dan mengetahui kampanye Coca Cola versi “Rasakan Momennya”
di televisi.
Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk melihat sikap masyarakat sebagai
effect terhadap pesan iklan televisi Coca Cola versi “Rasakan Momennya” meninjau
dari pemahaman dari Coca Cola Indonesia, bahwa masyarakat Surabaya merupakan
masyarakat yang peka dan cerdas terhadap informasi dari tren yang dikemas secara
kreatif. Sehingga, melalui pesan iklan televisi sebagai bentuk dari strategi marketing
yang dilakukan, masyarakat Surabaya dapat aware terhadap kampanye tersebut,
menerima pesan yang diberikan, dan melakukan pembelian terhadap produk yang
ditawarkan.
12 Universitas Kristen Petra
Selain itu, sikap masyarakat terhadap pesan iklan televisi Coca Cola versi
“Rasakan Momennya” merupakan indikator yang dapat mempengaruhi berhasil atau
tidaknya iklan tersebut sebagai media utama kampanye. Seperti yang dikemukakan
oleh Azwar bahwa “sikap adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak
(favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable)
pada objek tersebut” (Azwar, 2009, p.5).
Peneliti juga ingin melihat bagaimana sikap masyarakat Surabaya yang
mengetahui iklan televisi Coca Cola versi “Rasakan Momennya”. Baik itu aspek
kognitif (seberapa besar pesan iklan televisi Coca Cola versi “Rasakan Momennya”
mendapat perhatian, diketahui, dikenal, dipahami, dan diingat oleh masyarakat
Surabaya), aspek afektif (seberapa besar pesan iklan televisi Coca Cola versi
“Rasakan Momennya” mempengaruhi perasaan suka masyarakat Surabaya), hingga
aspek konatif (seberapa besar pesaniklan televisi Coca Cola versi “Rasakan
Momennya” mempengaruhi perilaku masyarakat).
Peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai referensi, yaitu milik
Cindy Trisnawati Minartodari Universitas Kristen Petra berjudul: Sikap Masyarakat
Surabaya mengenai Iklan Televisi Sampoerna Hijau Nggak Ada Loe Nggak Rame
versi “teman tak bisa dibeli”menggunakan metode survai dan berhasil positif.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian milik Cindy Trisnawati Minarto adalah
penelitian ini penelitian ini berfokus pada iklan televisi sebagai bentuk dari media
kampanye.Selain itu, peneliti juga menggunakan penelitian milik Indah Puspanegara
dari Universitas Kristen Petra berjudul: Sikap Masyarakat Surabaya mengenai Iklan
Televisi Yamaha Jupiter MX versi “Komen „Ngebut‟ Jembatan Ambruk” sebagai
refensi untuk membuat penelitian ini.Dimana ia menggunakan metode survai dengan
hasil positif pula. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah,
penelitian milik Indah membahas selebriti sebagai penunjang respon positif
masyarakat sedangkan dalam penelitian ini peneliti tidak menyinggung perihal
selebriti sama sekali.
13 Universitas Kristen Petra
Akhirnya melalui penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana pesan iklan
televisi Coca Cola versi “Rasakan Momennya”, yaitu mengajak masyarakat membuat
momen sederhana dalam kehidupan sehari-hari menjadi lebih spesial dengan
meneguk Coca Cola dingin, di media televisi yang memiliki tujuan dari peningkatan
awareness, pembentukan opini, hingga perubahan perilaku kepada publik sasaran
yaitu masyarakat Indonesia khususnya di Kota Surabaya yang menurut National
Marketing Manager Coca Cola Amatil Indonesia memiliki masyarakat yang peka dan
cerdas terhadap informasi yang dikemas secara kreatif (Layadi, komunikasi personal,
26 Februari, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, peneliti
merumuskan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana sikap masyarakat
Surabaya terhadappesan iklan televisi Coca Cola versi “Rasakan Momennya”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap masyarakat
Surabaya terhadap pesaniklan televisi Coca Cola versi “Rasakan
Momennya”.Penelitian ini akan melihat bagaimana sikap masyarakat Surabaya
terhadap pesan iklan televisi Coca Cola versi “Rasakan Momennya” berdasarkan
pada komponen kognitif, afektif, dan konatif.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
baik akademis maupun praktis sebagai berikut:
14 Universitas Kristen Petra
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian Ilmu
Komunikasi, khususnya di bidang Marketing Public Relations yang dituntut
kreatif dalam bidang kampanye maupun memasarkan atau mempromosikan
produk. Selanjutnya, peneliti juga berharap penelitian ini dapat menjadi studi
referensi pada bidang yang berkaitan dengan efektivitas media komunikasi.
2. Manfaat Praktis
Bagi perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat
sebagai informasi dan referensi untuk mengetahui sikap
masyarakat di Surabaya terhadap iklan televisi Coca Cola versi
“Rasakan Momennya” yang dilakukan.
1.5 Batasan Penelitian
Dalam mempermudah dan memfokuskan penelitian, maka dibutuhkan batasan
penelitian. Oleh karena itu, peneliti akan menjelaskan batasan penelitian apa yang
akan digunakan, yaitu:
Masalah yang diteliti adalah sikap masyarakat Surabaya terhadap pesaniklan
televisi Coca Cola versi “Rasakan Momennya”dengan indikator komponen
kognitif, afektif, dan konatif
Objek dari penelitian ini adalah sikap masayarakat Surabaya terhadap
pesaniklan televisi Coca Cola versi “Rasakan Momennya”
Populasi yang diteliti adalah masyarakat Surabaya, sedangkan penelitian ini
mengambil 100 responden yang terdiri dari pria dan wanita usia 12-60 tahun
yang mengetahui kampanye Coca Cola versi “Rasakan Momennya” dari iklan
televisi.
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan deksriptif
kuantitatif
15 Universitas Kristen Petra
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini, antara lain:
BAB 1 Pendahuluan
Bab ini menjelaskan latar belakang mengapa peneliti ingin melakukan
penelitian yang berjudul Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pesan Iklan
Televisi Coca Cola Versi “Rasakan Momennya”. Selain itu dalam bab ini juga
dijelaskan mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
(manfaat akademis dan manfaat praktis), batasan penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB 2 Landasan Teori
Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori-teori yang digunakan
dalam penelitian ini. Teori-teori yang ada akan dikembangan menjadi nisbah
antar konsep. Kemudian peneliti akan mencantumkan kerangka berpikir dari
penelitian ini.
BAB 3 Metode Penelitian
Peneliti akan membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini. Peneliti akan memaparkan mengenai definisi konseptual,
definisi operasional, jenis penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan
data, populasi dan sampel, teknik penarikan sampel, uji reliabilitas, dan uji
validitas.
BAB 4 Analisis Data
Bab ini berisi gambaran umum objek penelitian, deskripsi data, dan analisis
data.
BAB 5 Kesimpulan dan Saran
Bab ini merupakan bagian terakhir dari penelitian yang berisi tentang hasil
penelitian serta saran dari peneliti berdasarkan pada kesimpulan yang telah
dikemukakan.