1. kerangka kerja monitoring dan evaluasi...
TRANSCRIPT
1
1. KERANGKA KERJA MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN MUTU GURU
1.1 Pendahuluan
Program Peningkatan Mutu Guru kerjasama Teacher Institut Sampurna Foundation
dengan Universitas Pendidikan Indonesia di Kabupaten Karawang, Universitas Negeri
Surabaya di Kota Surabaya, Universitas Negeri Malang di Kota/Kab. Pasuruan memiliki
tujuan umum 1) Model Pelatihan guru dalam jabatan (in-service) melalui kegiatan MGMP
dengan menerapkan Lesson Study terdeseminasikan di kabupaten/kota sasaran ke MGMP
Non MIPA sebagai bentuk pengembangan keprofesionalan guru berkelanjutan; 2)
Kemampuan belajar siswa dalam matematika dan IPA meningkat di kabupaten/kota sasaran.
Tujuan khusus program ini adalah Model kegiatan MGMP menerapkan lesson study untuk
meningkatkan mutu guru matematika dan IPA berkembang di kabupaten/kota sasaran.
Lesson Study pada hakekatnya merupakan suatu proses belajar yang dilakukan oleh
sebuah Learning Community yang melibatkan banyak fihak antara lain guru-guru sebidang
atau lintas bidang, dosen, kepala sekolah, Staf Dinas Pendidikan, tenaga ahli dari luar negeri
atau praktisi pendidikan lainnya. Proses Lesson Study ini terdiri dari tiga bagian yaitu Plan
yaitu kegiatan perencanaan yang meliputi indentifikasi masalah pembelajaran,
mengidentifikasi alternatif solusi, serta menyusun rencana pembelajaran. Do adalah
kegiatan implementasi pembelajaran yang telah disusun, dan See adalah kegiatan refleksi
yang dilaksanakan setelah pembelajaran berakhir.
Untuk melihat keberhasilan suatu program tentu diperlukan evaluasi program yang
sistematis yang sanggup memberikan informasi awal mengenai persiapan program,
keterlaksanaan program, keberhasilan program dan dampak program selanjutnya serta
mengungkap efektifitas program.
1.2. Mekanisme Monitoring dan Evaluasi Program Peningkatan Mutu Guru
Mekanisme monitoring dan evaluasi program tersebut menggunakan model CIPP
(Context, Input, Process, Product). Model ini bertujuan untuk memonitor dan mengevaluasi
implementasi program melalui pengembangan perangkat instrumen untuk mendukung
implementasi program Lesson Study (LS) lebih efektif.
Evaluasi konteks berfungsi sebagai need assessment yaitu mencari kebutuhan,
kelemahan dan problem yang dihadapi guru-guru di suatu wilayah untuk pengembangan
profesional guru matematika dan sains. Dari hasil evaluasi konteks dapat disimpulkan
2
substansi apa yang perlu menjadi muatan kegiatan Lesson Study MGMP, khususnya aspek-
aspek kompetensi apa yang perlu dikembangkan pada diri guru melalui kegiatan Lesson
Study. Kompetensi pedagogi yang mana dan kompetensi profesional yang mana?
Disamping mengembangkan tradisi ”berkooperasi” dikalangan guru mata pelajaran sejenis,
LS pun hendaknya berisi intervensi untuk mengubah model pembelajaran dari ”teacher
centered” ke arah ”student centered”, serta dari ”teoritik” ke arah ”hands-on.
Evaluasi input berfokus pada pengumpulan informasi input yang penting seperti
profil siswa (kapasitas belajar, tingkat kemampuan dll.), profil guru (latar belakang
pendidikan dan pengalaman mengajar, mismatch, sikap terhadap suatu inovasi, budaya kerja
sekolah, dll.) dan fasilitas belajar yang tersedia di sekolah. Dari evaluasi input dapat
disimpulkan pendekatan pengelolaan apa yang perlu diterapkan dalam LS, model
pembelajaran apa yang perlu ditumbuhkembangkan, serta hidden agenda apa yang perlu
dibawa melalui LS MGMP.
Sasaran ”baseline survey” diarahkan pada pengumpulan informasi yang diperlukan
untuk evaluasi konteks dan input. Oleh karenanya disain dan instrumen baseline survey
perlu dirancang dengan merujuk pada kebutuhan pengumpulan informasi secara
komprehensif tentang problem lapangan yang berkaitan dengan pembelajaran, keberadaan
peralatan pendukung pembelajaran, selain profil input lainnya, seperti kondisi guru dan
siswa.
Evaluasi proses (dapat disebut monitoring) berkenaan dengan kajian seberapa jauh
pelaksanaan operasional LS di MGMP berjalan secara efektif ke arah pengembangan
profesional guru yang diharapkan. Evaluasi proses bersifat sebagai evaluasi formatif,
sehingga hasil evaluasi perlu segera diumpanbalikkan kepada pihak-pihak terkait, termasuk
manajemen program di wilayah tertentu serta MGMP fasilitator dan experts, untuk
ditindaklanjuti.
Evaluasi produk meliputi dua aspek, yakni evaluasi output dan evaluasi dampak
(impact). Evaluasi output terarah pada hasil langsung (direct) program, baik perubahan-
perubahan pada kinerja mengajar guru maupun kinerja belajar siswa yang teramati pada
akhir implementasi program. Evaluasi dampak lebih bersifat monitoring terhadap
konsistensi aktivitas LS MGMP pasca project (sustainability).
Kerangka kerja program evaluasi dapat diilustrasikan dalam diagram 1.2. berikut ini.
3
Diagram 1.2. Kerangka Kerja Evaluasi Program Peningkatan Mutu Guru 1.3 Kerangka Kerja Analisis Dampak Program
Untuk menganalisis dampak dari program direncanakan dua survey yaitu Baseline
Survey pada awal program dan End-line Survey pada akhir Program. Dampak program
dianalisis berdasarkan perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah program dilaksanakan
melalui analisis perbandingan keadaan sebelum dan sesudah pada kelompok sasaran.
Secara alamiah diasumsikan akan terjadi perubahan walaupun tanpa intervensi
program di atara dua waktu tertentu. Dengan demikian, diperlukan pembanding sebagai
acuan untuk program yang tidak mengalami intervensi antara dua waktu tertentu dengan
mengukur keadaan awal dan akhir pada kelompok kontrol. Pertama menentukan daerah
sebagai kelompok kontrol yang memiliki karakteristik wilayah yang hampir sama dengan
kelompok sasaran.
Analisis dampak terdiri dari dua tipe perbandingan yaitu:
1) Perbandingan sebelum dan sesudah program intervensi; dan
2) Perbandingan dengan dan tanpa program intervensi
Kerangka kerja dari Survey Dampak ditunjukkan pada tabel 1.3.1 berikut ini:
PROGRAM EVALUATION
Context
Input
Process
Product
Need assessment
Site Condition
Formative
Outputs (summative)
Impact (sustainability)
Baseline survey
Monitoring
End-line survey
Post-project Impact study
KOMPONEN FUNGSI PROSEDUR
4
Tabel 1.3.1 Kerangka Kerja Analisis Dampak
Provinsi Kota/Kabupaten Baseline Survey
End-line Survey
Perubahan Dampak
Jawa Barat Karawang A A’ ∆ A
∆A / ∆B Purwakarta B B’ ∆B
Jawa Timur Kota Surabaya A A’ ∆ A
∆A / ∆B Gresik dan Sidoarjo
B B’ ∆B
Jawa Timur Pasuruan A A’ ∆ A
∆A / ∆B Malang B B’ ∆B
2. TUJUAN DAN METODOLOGI BASELINE SURVEY
2.1 Tujuan Baseline Survey
1. Untuk mengetahui kondisi awal tentang pelaksanaan in-service training serta
kondisi pendidikan matematika dan sains di sekolah dalam rangka
mengimplementasikan program Peningkatan Mutu Guru di Kabupaten Karawang,
Kota/Kab. Pasuruan dan Kota Surabaya.
2. Untuk mengumpulkan data tentang budaya sekolah, proses belajar mengajar,
ketertarikan/motivasi siswa dan guru dalam proses belajar mengajar, juga
kemampuan akademik siswa dari sekolah sasaran dan sekolah kontrol sebagai
baseline data, dalam rangka menilai dampak dari projek ini melalui perbandingan
dengan data ketika projek ini berakhir.
Metode
1-1 Mengobservasi kinerja guru melalui video-analysis pembelajaran.
1-2 Wawancara dengan informan Guru MIPA tentang kegiatan dan permasalahan
dalam pembuatan RPP, pengembangan media, pengembangan alat penilaian, dan
pelaksanaan pembelajaran.
1-3 Mengumpulkan contoh silabus, RPP, LKS, dan soal test yang digunakan.
1-4 Observasi lab dan fasilitas pembelajaran MIPA lainnya.
2-1 Mengumpulkan data dari Disdik Kab. Karawang tentang latar belakang
pendidikan guru MIPA SMP, usia dan lama pengalaman mengajar, dan prestasi
akademik MIPA siswa selama dalam beberapa tahun terakhir.
2-2 Menilai penguasaan konsep dan keterampilan proses esensial MIPA siswa.
5
2-3 Menjaring data/informasi melalui kuesioner tentang persepsi dan sikap guru
terhadap inovasi dan keterlibatan dalam kegiatan MGMP, serta kesulitan yang
dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran MIPA.
2-4 Wawancara kepala sekolah tentang inisiatif untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran MIPA sebagai upaya peningkatan profesionalisme guru MIPA.
2-5 Wawancara dengan koordinator MKKS dan MGMP tentang penyelenggaraan
aktivitas MGMP selama ini: Organisasi, prosedur, keuangan dan permasalahan
kegiatan MGMP.
2.2 Tim Pelaksana Baseline Survey
Baseline Survey dilaksanakan di bulan Maret sampai Juni 2008. Pengumpulan data
aktual, kompilasi data dan analisa data dasar dilaksanakan oleh Tim Monev FPMIPA UPI,
FMIPA UM dan FMIPA UNESA dibawah pengawasan para Dekan di tiga universitas.
Anggota dari tim Baseline Survey Lesson Study di Kabupaten Karawang, Kota/Kab.
Pasuruan dan Kota Surabaya ditunjukkan di bawah ini.
Tabel 2.2.1 Tim Baseline Survey Kab. Karawang, Kab/Kota Pasuruan dan Kota Surabaya
Tim Monev Nama Bidang
FPMIPA UPI
Dra. Ida Kaniawati, M.Si.
Fisika
Asep Sutiadi, S.Pd., M.Si. Fisika
Dra. Soesy Asiah, M.Si. Biologi
Dra. Elah Nurlaelah, M.Si Matematika
Dr. Siti Fatimah, M.Si. Matematika
Dra. Ade Rohayati, M.Pd Matematika
Prof. Dr. Liliasari, M.Pd. Kimia
Nahadi, S.Pd., M.Si.
Kimia
FMIPA UM
Dr. Lia Yuliati, M.Pd. Fisika
Ir. Herutomo, M.Si. Matematika
Dra. Eko Sulasmi, M.Si. Biologi
Dr. M. Suaidy, M.Si. Kimia
FMIPA UNESA
Drs. A. Lutfi, M.Pd Kimia
Dra. Wisanti M.Si. Biologi
Drs. Abdul Aziz Abdullah, MS. Fisika
Dr. Siti Maghfirotun Amin, M.Pd. Matematika
6
2.3. Komponen dari Baseline Survey
Baseline Survey ini terdiri dari dua jenis yaitu Quantitative Baseline Survey merupakan
survey tentang kondisi awal yang berkaitan tentang profil kemampuan akademik siswa yang
diperoleh melalui tes akademik. Dan menggali informasi tentang kondisi awal yang
berkaitan dengan kapasitas guru, budaya sekolah, proses belajar mengajar,
ketertarikan/motivasi siswa dan guru dalam proses belajar mengajar, juga implementasi
MGMP. Informasi ini diperoleh melalui penyebaran angket kepada semua pihak yang
terkait. Intrumen tes akademik dan kuesioner dikembangkan oleh Tim Monev FPMIPA
UPI.
Qualitative Baseline survey merupakan survey yang bertujuan untuk menggali lebih
dalam dan lebih faktual untuk memperoleh gambaran tentang masalah, kebutuhan lapangan
serta kondisi dan situasi sekolah. Pada survey ini pengembangan instrumen maupun
pelaksanaan survey dilakukan oleh tim Monev FPMIPA UPI, FMIPA UM dan FMIPA
UNESA. Untuk Selanjutnya akan dipaparkan penjelasan tentang pelaksanaan dan hasil
Baseline Survey di tiga wilayah.
2.4 Instrumen Survey
Instrumen Baseline Survey terdiri dari:
a. Instrumen kuantitatif yang terdiri dari 2 bagian yaitu: Kuesioner (K) dan Tes
Akademik (TA).
b. Instrumen kualitatif terdiri dari 3 bagian yaitu: Wawancara dan Observasi Situasi &
kondisi sekolah.
2.4.1 Instrumen Survey Kuantitatif
Instrumen Survey terdiri dari Kuesioner (KS), Tes Akademik (TA), Pedoman
Wawancara (PW), Pedoman Observasi Pembelajaran (POB), dan Pedoman Observasi
Situasi dan Kondisi Sekolah (POS).
a. Kuesioner (KS)
Fokus-fokus informasi yang digali melalui kuesioner adalah aktivitas kegiatan
MGMP saat ini, managemen Sekolah, kemampuan akademik siswa dan kemampuan non
akademik siswa. Kuesioner dikembangkan untuk kepala sekolah, guru dan siswa. Kuesioner
tambahan dikembangkan untuk para pejabat Dinas Pendidikan untuk mengetahui
pandangan mereka tentang kegiatan MGMP. Kategori pertanyaan pada setiap kuesioner
7
ditunjukkan pada tabel 2.4.1 berikut ini.
Tabel 2.4.1.a Kategori Pertanyaan dalam Kuesioner
Kategori Tipe Kuesioner
Kepala Sekolah
Guru Siswa Pejabat
Pendididikan
Informasi Pribadi ✓ ✓ ✓ ✓
Informasi Sekolah ✓
Kegiatan MGMP saat ini ✓ ✓ ✓
Managemen Sekolah ✓ ✓
Budaya Sekolah ✓ ✓
Proses Pembelajaran Matematikda dan sains
✓ ✓
Kinerja Siswa ✓ ✓ ✓
Banyak dari pertanyaan berhubungan dengan pengamatan dan pendapat responden
mengenai kegiatan MGMP dan lingkungan sekolah. Respon mereka diberikan dengan
menggunakan skala likert 5 angka, dimana 1 hingga 5 menunjukkan tingkat keseringan atau
tingkat kesesuaian dengan pernyataan yang diberikan. Sebagai contoh, guru ditanyakan
untuk memilih dari 1 (Tidak pernah), 2 (Jarang), 3 (Kadang-kadang), 4 (Sering), dan 5
(Selalu) pada pernyataan seperti ”Sekolah menyelenggarakan pelatihan guru yang berbasis
sekolah” atau siswa ditanyakan untuk memilih dari 1 (Sangat tidak setuju), 2 (Tidak setuju),
3 (Tidak ada pendapat), 4 (Setuju), dan 5 (Sangat setuju) pada pernyataan seperti ” Saya
senang belajar dengan siswa-siswa lain di dalam kelas”. Beberapa pertanyaan adalah
pertanyaan pilihan ganda dan lainnya butuh menuliskan informasi seperti jumlah siswa,
hasil UAN, dan hal-hal lainnya dari sekolah.
Kuesioner dikembangkan oleh Tim Monev FPMIPA UPI yang telah dilakukan uji
coba di 3 sekolah di sekita Bandung. Terdapat revisi berdasarkan hasil temuan ujicoba
instrumen.
b. Tes Akademik ( TA)
Tes akademik Matematika dan Sains dipersiapkan oleh tim Monev FPMIPA UPI.
Tes Akademik dikonstruksi untuk mengukur kompetensi standar siswa yang menekankan
pada aspek penalaran (reasoning). Semua soal adalah soal-soal pilihan ganda.
Tes akademik terdiri dari 30 pertanyaan yang terdiri dari 13 pertanyaan Fisika, 12
pertanyaan Bioligi dan 5 pertanyaan Kimia. Tes Akademik Matematika terdiri dari 20
pertanyaan. Kedua Tes Akademik mencakup 30 % dari silabus kelas 7 dan 70% dari silabus
kelas 8. Alasan mengapa mencakup silabus di kelas 8 karena tes akademik ini akan
8
digunakan pada End-line survey ketika progam ini berakhir. Interval waktu tes adalah 90
menit untuk kedua tes akademik.
Tabel 2.4.1.b Butir Soal Tes Akademik
Kelas Sains
Matematika Fisika Biologi Kimia Total
Kelas 7 4 3 2 9 6 Kelas 8 9 9 3 21 14 Total 13 12 5 30 20
Kedua tes akademik tersebut telah diujicoba di tiga sekolah sekitar kota Bandung. Ada
beberapa butir soal yang mengamali revisi. Instrumen tidak dilampirkan pada laporan ini,
karena akan digunakan pada End-line survey.
2.4.2 Instrumen Survey Kualitatif
Survey kualitatif bertujuan untuk menggali informasi keadaan awal yang dapat melengkapi
data yang digali melalui survey kualitatif. Ada tiga kegiatan dalam survey kualitatif adalah
Observasi situasi sekolah, Wawancara kepada Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa dan
Analisis Video Pembelajaran.
a. Oberservasi Situasi
Observasi kondisi dan situasi sekolah bertujuan untuk memperoleh data kondisi dan
situasi awal sekolah sebelum program Lesson Study dilaksanakan. Instrumen observasi dan
situasi sekolah terdapat pada Lampiran 1. Beberapa komponen yang diobservasi adalah
kondisi dan situasi sekolah, Kelas dan laboratorium.
Tabel. 2.4.2.a Aspek Observasi Situasi dan Kondisi Sekolah
Komponen Observasi Aspek Kondisi dan Situasi Sekolah
Keberadaan Fasilitas Sekolah
Pemanfaatan dan Pemeliharaan fasilitas sekolah Kegiatan yang berlangsung di tempat/fasilitas yang teramati.
Kondisi dan Situasi Kelas Keberadaan fasilitas belajar Pemanfaatan dan pemeliharaan kelas Kegiatan yang berlangsung di kelas
Kondisi dan Situasi di Laboratorium
Keberadaan laboratoriun dan peralatan Pemanfaatan dan pemeliharaan laboratorium Kegiatan yang berlangsung di laboratorium
9
b. Wawancara kepada Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa
Wawancara kepada beberapa orang responden bertujuan untuk memperoleh data yang
lebih mendalam dan dapat melengkapi yang diperoleh melalui angket. Instrumen
wawancara terdapat pada Lampiran 1. Aspek-aspek yang menjadi fokus wawancara terdapat
pada tabel 2.4.2b. berikut ini.
Tabel. 2.4.2.b Aspek Wawancara kepada Responden
Responden Aspek
Kepala Sekolah Kapasitas Guru Mata Pelajaran Matematika dan Sains Implementasi MGMP Sekolah Pengelolaan Laboratorium Keberadaan alat Peraga
Guru Persepsi Guru Mata Pelajaran Matematika dan Sains Kinerja Guru Mata Pelajaran Matematika dan Sains Kegiatan Laboratorium
Siswa Persepsi siswa terhadap Mata Pelajaran Matematika dan Sains Cara Belajar siswa pada Mata Pelajaran Matematika dan Sains. Proses Pembelajaran di Kelas Mata Pelajaran Matematika dan Sains Daya Dukung (Buku Sumber) Daya Dukung dari Orang tua dan Tempat tinggal.
c. Pedoman Observasi dan Analisis Video pembelajaran.
Observasi dan Analisis Video Pembelajaran merupakan data yang menggambarkan
secara faktual proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang direkam adalah
proses pembelajaran Matematika dan Sains dan sekaligus diobservasi secara langsung oleh
tim Surveyor. Aspek-aspek yang diobservasi dan dianalisis berdasarkan video pembelajaran
adalah Aspek Membuka Pelajaran/ Kegiatan Awal, Kegiatan Inti, Kegiatan
Akhir/Pemantapan, dan Hands-on Activity. Instrumen pedoman analisis video pembelajaran
terdapat pada Lampiran 1.
2.5 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Populasi terdiri dari
30 sekolah dengan kategori posisi dan Kategori UN seperti pada tabel 2.5. berikut ini.
10
Tabel 2.5 Distribusi Sampel Sekolah Target
Group Jumlah sekolah Kategori UN Mat
Jumlah Jumlah sekolah Kategori UN Mat
Jumlah sampel
Tinggi Sedang Tinggi Sedang A 5 4 9 1 1 2 B 4 3 7 1 1 2 C 4 3 7 1 1 2 D 5 2 7 1 1 2
Jumlah sekolah sampel Sekolah Target 8
Berdasarkan tabel di atas penentuan sampel agar representative, dipilih dari 30
sekolah 8 sekolah sampel yang mewakili group dan kategori UN Matematika. Dua sekolah
ditetapkan sebagai sekolah kontrol yang berada di kota/Kab di luar kab/kota target.
Pengambilan sampel tersebut juga dilakukan di wilayah Kota Surabaya dan
Kota/Kab Pasuruan. Sehingga total jumlah sampel di tiga wilayah adalah sebagai berikut.
Tabel 2.5.a Sampel Sekolah Target dan Sekolah Kontrol di Tiga Wilayah
Wilayah Jumlah Sekolah Target Jumlah Sekolah Kontrol Jumlah Sekolah
Kab. Karawang 8 2 10
Kota Surabaya 8 2 10
Kab/Kota Pasuruan 8 2 10
Jumlah sekolah 24 6 30
2.5.1 Sekolah Sampel
Pada tabel di bawah ini adalah daftar nama sekolah sampel yang telah dipilih di tiga
wilayah.
Tabel 2.5.1.a Jumlah Sekolah Target
Provinsi Kab/Kota Jenis Sampel Nama Sekolah Jumlah Sampel
Jawa Barat
Kab. Karawang Sekolah Target
SMPN 2 Cikampek
8
SMPN 1 Jatisari SMPN 1 Klari SMPN 1 Teluk Jambe SMPN 5 Karawang SMPN 2 Rengasdengklok SMPN 6 Karawang SMPN 8 Karawang
Kab. Purwakatra Sekolah Kontrol
SMPN 5 Purwakarta 2 SMPN 2 Bungursari
11
Provinsi Kab/Kota Jenis Sampel Nama Sekolah Jumlah Sampel Purwakarta
Jawa Timur (1)
Kota Surabaya Sekolah Target
SMP N 2 Surabaya
8
SMP N 19 Surabaya SMP N 21 Surabaya SMP N 22 Surabaya SMP N 26 Surabaya SMP N 29 Surabaya SMP N 33 Surabaya
Kab. Sidoarjo Sekolah Kontrol
SMP N 1 Sidoarjo 2 Kab. Gresik SMP N 2 Gresik
Jawa Timur (2)
Pasuruan Sekolah Target
SMA 1 Pasuruan
8
SMA MUH. PASURUAN SMA Yayasan Pasuruan SMAN 2 Pasuruan SMAN 1 Grati SMAN 1 Bangil SMAN 3 Pasuruan SMA Yadika Pasuruan
Kota Malang Sekolah Kontrol
SMAN 8 MALANG 2 SMA Shalahuddin
Jumlah Sekolah 30
2.5.2 Jumlah Responden
Responden terdiri dari pejabat dinas pendidikan, kepala sekolah, guru, dan
siswa. Jumlah responden pada sekolah kontrol dan sekolah target yang mengisi kuesioner
dapat dilihat pada tabel 2.5.2.a.
Table 2.5.2.a Jumlah Sekolah dan Responden
Kab/Kota Target/ Kontrol
Jumlah Sekolah
Dinas Pendidikan
Kepala Sekolah
Guru Siswa Total
Karawang T 8 5 8 40 335 396 Purwakarta K 2 2 10 80 94 Surabaya T 8 5 8 40 294 355 Sidoarjo & Gresik
K 2 2 10 70 84
Pasuruan T 8 5 8 40 297 358 Malang K 2 2 10 72 86
Total 30 15 30 150 1148 1373
Banyaknya sampel responden yang diwawancarai dan diobservasi dapat dilihat pada
tabel 2.5.3.b.
12
Tabel. 2.5.3.b. Jumlah Responden Wawancara, Observasi Sekolah dan Observasi Pembelajaran
Kode Responden Karawang Surabaya Pasuruan Total Wawancara
Kepala Sekolah 8 8 8 24 Guru 16 16 16 48 Siswa 24 24 24 72
Observasi Sekolah
Sekolah 8 8 8 24
Observasi pembelajaran
Guru 6 6 6 18
2.6 Prosedur Pengambilan Data
Pada pelaksanaan pengumpulan data ada beberapa hal teknis yang perlu
diperhatikan yaitu sebagai berikut:
Tes Akademik
Tes Akademik dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:
a. Perangkat Tes Akademik terdiri dari dua paket yaitu Paket A dan Paket B. Kedua
paket tersebut memiliki konten yang sama dengan susunan soal yang berbeda. Hal
ini dilakukan agar diperoleh data yang lebih objektif.
b. Lembar jawaban juga terdiri dari dua jenis (paket A dan paket B) sesuai dengan
lembar soal. Jadi sebaiknya siswa memperoleh lembar soal dan lembar jawaban
dengan paket yang sama.
c. Bila memungkinkan sebaiknya pengawas dibantu oleh seorang guru untuk setiap
ruang tes.
d. Pelaksanaan tes Matematika dan Sains dilaksanakan selama 90 menit.
e. Lembar soal dan lembar jawaban yang terpakai maupun yang tidak terpakai harus
dikumpulkan kembali. Hal ini menjaga agar soal tidak bocor.
f. Jika ada siswa yang bertanya tentang soal, pengawas tidak berhak untuk
menjelaskan apapun.
g. Siswa mengisi daftar hadir peserta tes yang telah disediakan.
h. Pengawas mengisi berita acara yang telah disediakan.
Kuesioner/Angket
Teknik pengambilan data melalui kuesioner adalah sebagai berikut:
a. Angket terdiri dari angket untuk siswa, angket untuk guru, angket untuk kepala
sekolah, dan angket untuk pejabat Dinas Pendidikan.
13
b. Angket untuk siswa dilakukan dalam kelas setelah mereka menyelesaikan tes
akademik, dan dikumpulkan pada hari yang sama (+ 30 menit).
c. Angket untuk guru diisi oleh semua guru sains dan guru matematika. Pengisian
angket oleh para guru bertempat pada satu ruang tertentu.
d. Agar pelaksanaannya lebih efektif, sebaiknya kepada kepala sekolah dan semua
guru yang menjadi responden harus diinformasikan terlebih dahulu waktu
pelaksanaan pengisian angket.
e. Demikian pula pengisian angket untuk 5 orang Pejabat Dinas Pendidikan sebaiknya
diinformasikan terlebih dahulu, agar hasil pengisian angket dapat diperoleh pada
hari yang sama.
Wawancara
Prosedur wawancara terhadap responden adalah sebagai berikut:
a. Wawancara dilakukan terhadap Kepala Sekolah, Guru dan siswa dengan
menggunakan pedoman wawancara yang telah disedikan dengan menggunakan alat
bantu IC Recorder. Pelaksanaan wawancara dilakukan dalam satu ruang tertentu
dengan situasi yang rileks dan penuh kekeluargaan.
b. Wawancara Kepada Kepala Sekolah dengan menggunakan Pedoman Wawancara
Kepala Sekolah. Waktu wawancara sekitar 30 menit.
c. Wawancara guru dilakukan kepada lima orang guru mata pelajaran yaitu Guru
Matematika dan Guru Sains (Fisika/Biologi/Kimia). Pelaksanaan wawancara
dilakukan bersama-sama dalam satu ruang tertentu. Pertanyaan yang dikemukakan
mengacu pada Pedoman Wawancara Guru yang telah disediakan. Waktu wawancara
selama 30 menit.
d. Wawancara kepada siswa dilakukan kepada tiga orang siswa secara bersamaan.
Pertanyaan yang diajukan menggunakan Pedoman Wawancara Siswa selama 30
menit.
e. Pelaksanaan wawancara dapat dilakukan secara berurutan atau secara paralel kepada
jenis responden yang berbeda.
Observasi Kondisi dan Situasi Sekolah
Prosedur pengambilan data melalui observasi situasi dan kondisi sekolah adalah sebagai
berikut:
14
a. Observasi Kondisi dan situasi sekolah mengacu pada pedoman observasi yang
telah disediakan.
b. Untuk memperoleh informasi lebih lengkap, pada saat mengobservasi sebaiknya
bersama dengan Kepala Sekolah atau yang mewakilinya.
c. Waktu observasi diperkirakan selama 60 menit.
Observasi dan Video Pembelajaran
Obsrvasi dan Proses perekaman video pembelajaran dilakukan oleh TIM AVA
FPMIPA UPI, dengan rambu-rambu yang diberikan oleh Tim Monev. Berdasarkan
keterbatasan tenaga dan biaya, maka dilakukan sampling proses perekaman pembelajaran di
sekolah sebagai berikut. Analisis hasil rekaman video pembelajaran dianalisis berdasarkan
Pedoman Analisis Video Pembelajaran.
Proses pengumpulan data dirinci dengan jadwal sebagai berikut.
Tabel 2.6.5 Rincian Jadwal Kegiatan di Setiap Sekolah
Waktu Kegiatan Responden Jumlah Tim Pelaksana 09.00-11.00 Tes Akademik 1 kelas VIII + 50 orang
siswa Guru dan 1 orang Tim Monev (A)
11.00-11.15 Kuesioner 10.00-10.15 Kuesioner Guru + 5 orang (guru
Mat dan Sains) 09.00-10.30 Observasi
Pembelajaran & Videotaping
1 orang Guru Mata Pelajaran (Mat/ Fis/ Bio)
1 orang guru 1 orang Tim Monev (B) dan 1orang Tim AVA
11.15-12.30 Observasi Situasi Sekolah
1 orang Tim Monev (A)
10.30-12.30
Wawancara
Siswa 3 orang 1 orang Tim Monev (B)
Guru 1 or guru mat dan 1 or guru Sains
Kepala Sekolah 1 orang
2.7 Jadwal Kegiatan Baseline Survey
Berikut ini diuraikan jadwal kegiatan Baseline Survey mupai dari tahap persiapan hingga pelaporan.
Tabel 2.7. Jadwal Pelaksanaan
No. Nama Kegiatan Waktu 1 Seleksi Sampel 18 Feb 2008 2 Persiapan instrumen dan validasi 18 Feb- 3 Maret 2008 3 Persiapan videotaping pembelajaran Matematika 3 Maret – 10 Maret 2008
15
No. Nama Kegiatan Waktu dan Sains
4 Persiapan dan perbanyakan instrumen 10-19 Maret 2008 5 Pelatihan dan workshop surveyor 27 Maret 2008 6 Koordinasi Fakultas dengan pihak lapangan 27-30 Maret 2008 7 Survey lapangan : Observasi pembelajaran
/Videotaping, Kuesioner, Tes Akademik, Obsevasi Fasilitas pembelajaran, dan wawancara
1 April- 14 Mei 2008
9 Pengolahan dan analisis data 15- 30 Mei 2008 10 Penulisan Laporan dan perbanyakan Laporan 1 Juni-15 Juni 2008 11 Penyerahan laporan dan diseminasi kepada
stakeholder 2 Juli 2008
2.8. Prosedur Analisis Data
2.8.1 Prosedur Analisis Data Kuantitatif
a. Data dimasukkan pada sebuah format excel yang sederhana menurut kelompok dari petugas
data entry yang telah diberi pelatihan pendahuluan mengenai data entry dan yang diawasi secara
ketat oleh Pengawas Data Entry dan Analisa. Proses data entry dimulai tanggal 12 April 2008
dan berlangsung hingga 5 Mei 2008.
b. Dalam kategori manajemen Sekolah, Budaya Sekolah, Proses Pembelajaran Sains dan
Matematika, serta Prestasi Akademik dan Non-akademik siswa, banyak indikator yang
merupakan variabel yang abstrak, seperti kepemimpinan kepala sekolah, kolegialitas dukungan
antar para guru, serta pemahaman dan ketertarikan siswa terhadap pelajaran, dsb. Masing-
masing dari variabel-variabel ini diukur dengan satu set yang terdiri dari tiga hal yang
merefleksikan dimensi yang berbeda dari variabel tersebut. Para kepala sekolah, guru-guru, dan
para siswa diminta untuk menilai masing-masing hal tersebut dengan skala likert 5 angka.
Dengan demikian skor untuk tiap hal terentang antara 1 hingga 5. Nilai Mean dan Standar
Deviasi (SD) diperhitungkan sebagai nilai dari variabel tersebut, skor-skor individual juga
digunakan untuk analisa yang lebih rinci.
c. Sebagaimana maksud utama dari Survey ini sekarang adalah untuk menunjukkan keadaan saat
ini dari sekolah-sekolah target.
2.8.2 Prosedur Analisis Data Kualitatif
Prosedur analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Analisis hasil wawancara dilaporkan dalam format yang sama dengan instrumen dan tuliskan point-pont penting dari hasil wawancara.
2. Analisis hasil observasi pembelajaran dilaporkan hasil penilaian dalam pedoman observasi pembelajaran dan format deskripsi proses pembelajaran yang telah terisi point-point penting tentang hasil observasi proses pembelajaran. CD pembelajaran hasil videotaping akan diterima ibu dan bapak dua hari setelah survey dilaksanakan.
3. Hasil observasi situasi sekolah dilaporkan dalam bentuk instrumen observasi yang telah terisi.
16
4. Seluruh hasil analisis harus dikumpulkan secepatnya kepada Koordinator Monev atau Local Koordinator. paling lambat 5 hari setelah survey dilaksanakan dalam bentuk file kecuali penilaian proses pembelajaran.
3. HASIL ANALISIS DATA KUANTITATIF KABUPATEN KARAWANG
3.1 Informasi Pribadi Responden
3.1.1 Kepala Sekolah
Tingkat pendidikan Kepala Sekolah bervariasi dapat dilihat pada diagram berikut.
Pendidikan Kepala Sekolah di Karawang
D3
13%
S1
49%
S2
38%
S3
0%
D3
S1
S2
S3
Diagram 3.1.1. Pendidikan Kepala Sekolah
Berdasarkan tabel di atas tingkat pendidikan di karawang adalah sebagian kepala sekolah
(49%) S1, sedangkan 13 % masih pendidikan D3 dan 38% sudah berpendidikan S2.
Sedangkan di sekolah kontrol satu orang berpendidikan S1 dan satu orang lainnya S2.
3.1.2 Guru
Latar Belakang Pendidikan Guru di sekolah target dan sekolah kontrol dapat dilihat pada
diagram berikut ini.
17
Pendidikan Guru
D1
3%D2
5% D3
17%
S2
3%
S1
72%
S3
0%
D1
D2
D3
S1
S2
S3
Diagram 3.1.2a Tingkat Pendidikan Guru
Berdasarkan tabel di atas latar belakang pendidikan sebagian besar (72%) guru di
sekolah target berpendidikan S1 sedangkan 25%, 3% (1) orang guru berpendidikan S2,
sedangkan sisanya berpendidikan dibawah S1. Sedangkan di sekolah kontrol sudah semua
guru berpendidikan S1
Bidang Studi Keahlian Guru di Karawang
52.50%
20%
17.50%
5%
5%
Matematika
Fisika
Biologi
Kimia
Lainnya
Diagram 3.1.3b Bidang Studi Keahlian Guru di Karawang
18
Bidang Studi Keahlian Guru di Purwakarta
44%
11%
34%
11% 0%
Matematika
Fisika
Biologi
Kimia
Lainnya
Diagram 3.1.3c Bidang Studi Keahlian Guru di Purwakarta
Latar belakang pendidikan akdemik guru di sekolah-sekolah target terdiri dari 52%
bidang Matematika, 42,5% bidang Sains dan 5% berpendidikan lainnya. Sedangkan di
sekolah-sekolah kontrol 44% terdiri dari bidang Matematika dan 56% dari bidang Sains.
Tugas guru mengajar selain di sekolah yang disurvey ternyata cukup banyak.
Seperti pada tabel di bawah ini, 20% guru di sekolah target mengajar di lebih dari satu
sekolah, demikian pula 22% di sekolah Kontrol.
Tabel 3.1.6 Jumlah guru yang mengajar lebih dari satu sekolah
Kabupaten Jml guru yg
disurvey
Jumlah guru yang mengajar lebih dari
satu sekolah
Jumlah guru yang mengajar lebih dari satu mata pelajaran
Kabupaten Karawang 40 8 (20%) 0
Kabupaten Purwakarta 9 2 (22%) 0
Total 49 10 (20%) 0
3.1.3 Pejabat Pendidikan
Berdasarkan data yang diperoleh pendidikan terakhir pejabat pendidikan terdiri dari
2 orang berpendidikan S1 dan 3 orang berpendidikan S2.
19
3.2 Informasi Tentang Sekolah Sampel
Rasio guru siswa di sekolah target dan sekolah sampel adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2a. Rasio Guru Siswa
Kabupaten Kategori Jumlah Rata-
rata Guru Jumlah Rata-rata
Siswa Rasio guru: Siswa
Kab Karawang Target 48 1505 1: 31
Kab Purwakarta Kontrol 40 948 1: 24
Berdasarkan tabel di atas rasio guru dan siswa pada sekolah target lebih besar
dibandingkan dengan sekolah kontrol.
Jumlah siswa yang drop out dan jumlah siswa yang tidak naik kelas dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 3.2b. Jumlah Siswa yang Drop Out dan Jumlah Siswa yang Tidak Naik Kelas
Kasus Tahun Kab Karawang
Kab Purwakarta
Total
Putus Sekolah
2005 79 11 90
2006 88 8 96
2007 48 5 53
Rata-rata 72 8 80
Mengulang Kelas
2005 9 6 15
2006 3 9 12
2007 2 7 9
Rata-rata 5 7 12
Berdasarkan data di atas rata-rata dalam tiga tahun terakhir 72 orang siswa drop out
di sekolah target sedangkan di sekolah kontrol rata-rata 5 orang. Angka drop out ini sangat
tinggi terjadi di sekolah target dibanding di sekolah kontrol. Sedangkan kasus siswa yang
tidak naik kelas rata-rata dalam tiga tahun terakhir sebanyak 5 orang.
3.3 Kegiatan MGMP di Kab. Karawang
3.3.1 Pengetahuan Kepala Sekolah dan Keterlibatan dalam Kegiatan MGMP.
Pengetahuan kepala sekolah terhadap kegiatan MGMP dapat digali melalui angket
dengan respon seperti pada tabel berikut ini.
20
Table 3.3.1 Pengetahuan Kepala Sekolah dan Keterlibatan dalam Kegiatan MGMP
Kabupaten/ Kota
Apakah Anda tahu isi kegiatan MGMP?
Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan MGMP?
Ya Tidak Ya Tidak Karawang 7 0 7 0 Purwakarta 1 1 1 1 Total 8 1 8 1
Berdasarkan tabel tersebut semua kepala sekolah target menyatakan mengetahui isi
kegiatan MGMP dan menyatakan pernah mengikuti kegiatan MGMP. Sedangkan pada
sekolah kontrol sebagian kepala sekolah yang tahu tentang kegiatan MGMP.
3.3.2 Keikutsertaan Guru dalam Kegiatan MGMP
Keikutsertaan guru-guru dalam mengikuti kegiatan MGMP dapat ditunjukan pada
gambar berikut ini.
Diagram 3.3.2 Keikutsertaan Guru Dalam Kegiatan MGMP
21
Berdasarkan data di atas 63 % guru di sekolah target yang mengikuti kegiatan MGMP
dengan rata-rata kegitan dalam satu tahun sebanyak 2 kegiatan. Sedangkan di sekolah
kontror 80% guru menyatakan telah mengikuti kegiatan MGMP dengan rata-rata 2 kegiatan
dalam satu tahun.
3.3.3 Evaluasi Kegiatan MGMP Menurut Guru dan Kepala Sekolah
3.3.4 Kekuatan dan Kelemahan MGMP-MIPA
Berdasarkan pengalaman guru-guru dalam mengikuti kegiatan MGMP memberikan
evaluasi tentang kekuatan dari kegiatan yang pernah diikuti. Respon guru-guru dapat
ditunjukkan pada tabel 3.3.4 berikut ini.
Tabel 3.3.4 Kekuatan MGMP-MIPA
No Kekuatan Responden Kab. Karawang Kab. Purwakarta
n % n %
1 Membantu guru menguasai lebih mendalam pengetahuan bidang studi.
Kepsek 4 16 1 16.7
Guru 18 15.8 4 14.8
Pejabat pendidikan
3 20 - -
2 Membekali guru dengan metode pembelajaran yang inovatif.
Kepsek 7 28 1 16.7
Guru 24 21.1 7 25.9
Pejabat pendidikan
3 20 - -
3 Mencakup persoalan-persoalan nyata yang dihadapi guru dalam kelas
Kepsek 3 12 1 16.7
Guru 20 17.5 6 22.2
Pejabat pendidikan
1 6.67 - -
4 Memberikan kesempatan kepada guru-guru bertukar pikiran dan pengalaman.
Kepsek 4 16 1 16.7
Guru 31 27.2 6 22.2
Pejabat pendidikan
4 26.7 - -
5 Memotivasi guru untuk meningkatkan mutu pembelajarannya
Kepsek 6 24 1 16.7
Guru 17 14.9 3 11.1
Pejabat pendidikan
4 26.7 - -
6 Membantu guru dalam meningkatkan kemampuan akademiknya
Kepsek 1 4 1 16.7
Guru 4 3.51 1 3.7
Pejabat pendidikan
- - - -
7 Lainnya Kepsek 0 0 0 0
Guru 0 0 0 0
Pejabat pendidikan
0 0 - -
22
Diagram 3.3.4 Kekuatan Kegiatan MGMP di Kab. Karawang
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sekitar 27 % guru-guru di
sekolah target menyatakan bahwa kegiatan MGMP memberikan kesempatan bertukar
pikiran dan pengalaman. Sedangkan dibawah 20 % guru menyatakan bahwa kegiatan
MGMP dapat membantu guru menguasai lebih mendalam pengetahuan bidang studi;
membekali guru dengan metode pembelajaran yang inovatif; memotivasi guru untuk
meningkatkan mutu pembelajarannya. Dan hanya 3 % menyatakan dapat membantu guru
dalam meningkatkan kemampuan akademiknya.
Menurut Kepala sekolah dan pejabat pendidikan di atas 25 % menyatakan bahwa
kegiatan MGMP dapat membekali guru dengan metode pembelajaran yang inovatif dan
dapat memotivasi guru untuk meningkatkan mutu pembelajarannya.
Berikut ini ditunjukkan kelemahan kegiatan MGMP yang telah dilakukan
menurut Guru, Kepala Sekolah dan Pejabat Pendidikan.
Tabel 3.3.5 Kelemahan MGMP-MIPA
No Kelemahan Responden Kab. Karawang Kab. Purwakarta
n % n %
1 Materi kegiatan MGMP MIPA tidak sesuai dengan kebutuhan guru.
Kepsek 0 0 0 0
Guru 6 7.14 0 0
Pejabat Pendidikan
1 9.09 - -
23
No Kelemahan Responden Kab. Karawang Kab. Purwakarta
n % n %
2 Instruktur kegiatan MGMP kurang menguasai atau kurang terlatih secara baik
Kepsek 0 0 1 20
Guru 6 7.14 3 17.6
Pejabat Pendidikan
0 0 - -
3 Hanya sejumlah kecil guru menghadiri kegiatan pelatihan.
Kepsek 3 17.6 1 20
Guru 28 33.3 8 47.1
Pejabat Pendidikan
2 18.2 - -
4
Koordinasi dan komunikasi antara MGMP MIPA dengan lembaga-lembaga lain kurang baik.
Kepsek 6 35.3 1 20
Guru 8 9.52 1 5.88
Pejabat Pendidikan
2 18.2 - -
5 Kurang memperoleh dukungan dan sumber daya (dana dan fasilitas) secara memadai.
Kepsek 8 47.1 2 40
Guru 32 38.1 5 29.4
Pejabat Pendidikan
5 45.5 - -
6 Lainnya
Kepsek 0 0 0 0
Guru 4 4.76 0 0
Pejabat Pendidikan
1 9.09 - -
Diagram 3.3.5 Kelemahan Kegiatan MGMP di Kab. Karawang
Berdasarkan diagram di atas, tampak jelas kelemahan menurut guru dan kepala
sekolah dan pejabat pendidikan menyatakan bahwa “Kurang memperoleh dukungan dan
sumber daya (dana dan fasilitas) secara memadai”. Sedangkan pendapat guru yang paling
menonjol tentang kelemahan kegiatan MGMP adalah “Hanya sejumlah kecil guru
menghadiri kegiatan pelatihan dan kurang memperoleh dukungan dan sumber daya (dana
24
dan fasilitas) secara memadai”.
Berdasarkan hasil survey tersebut diharapkan menjadi perhatian bagi pelaksana
program untuk lebih memperhatikan aspek-aspek tersebut.
3.3.5 Kebutuhan Guru
Kebutuhan guru dalam meningkatkan kualitas pembelalajaran menjadi informasi
yang penting untuk diketahui. Berdasarkan survey terhadap guru-guru di sekolah target dan
sekolah kontrol tentang enam kategori kebutuhan guru diperoleh data seperti tabel berikut.
Tabel 3.3.5 Kebutuhan Guru untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
No Kebutuhan Guru Responden Kab
Karawang Kab
Purwakarta
(1) Memperdalam penguasaan materi ajar.
Guru 31 (78%) 8 (80%) Pejabat 2 (40%) Tidak ada
(2) Kemampuan dan keterampilan mengajar.
Guru 33 (83%) 9 (90%) Pejabat 4 (80%) Tidak ada
(3) Memahami proses belajar siswa.
Guru 33 (83%) 7 (70%) Pejabat 3 (60%) Tidak ada
(4) Penilaian kepala sekolah kepada guru harus objektif.
Guru 0 1 (10%) Pejabat 1 (20%) Tidak ada
(5) Kesempatan untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman diantara para guru.
Guru 16 (40%) 2 (20%)
Pejabat 4 (80%) Tidak ada
(6) Lainnya Guru 1 (2,5%) 0
Pejabat 1 (20%) Tidak ada
25
89%
78%
100%
83%78%
83%
11%
0%
22%
40%
0% 3%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Pendalaman
Materi
Ketrampilan
Mengajar
Pemahaman
Proses
Belajar
Objektifitas
Penialaian
Kepsek
Kesempatan
Berdiskusi
Lainnya
KEBUTUHAN GURU
Purwakarta
Karawang
Diagram 3.3.5 Kebutuhan Guru di Purwakarta dan Karawang
Berdasarkan data pada diagram dan tabel di atas menunjukkan bahwa di atas 79%
guru menyatakan setuju dan sangat setuju mengenai kebutuhan dalam hal: memperdalam
penguasaan materi ajar; 80% meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajar; dan
80% memahami proses belajar siswa. Sedangkan mengenai pernyataan objektivitas
penilaian kepala sekolah dan kesempatan untuk berdiskusi rata-rata disetujui oleh guru
dibawah 40%.
3.3.6 Komitmen Pejabat Pendidikan dan Kepala Sekolah terhadap Kegiatan MGMP
Pada umumnya pejabat pendidikan (93%) menyatakan sangat setuju terhadap
penyataan ” Menurut saya pengembangan guru penting untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah”, ” Saya mendukung MGMP-MIPA karena merupakan salah satu
cara terbaik untuk meningkatkan kemampuan guru” dan ” Saya merasa ikut bertanggung
jawab terhadap kualitas sekolah di wilayah kami”.
Dampak dari kegiatan MGMP menurut semua kepala sekolah menyatakan sangat
setuju terhadap pernyataan bahwa: kegiatan MGMP MIPA berguna untuk meningkatkan
penguasaan pengetahuan bidang studi guru-guru di sekolah saya; kegiatan MGMP Matematika dan
IPA berguna bagi guru-guru di sekolah saya untuk meningkatkan keterampilan mengajar; dan
kegiatan MGMP MIPA berguna bagi guru-guru sekolah saya untuk bertukar gagasan.
26
Dampak MGMP Menurut Kepala Sekolah dan Guru di Karawang
50
62
38
75
25
02
13
53
15
0 0
5
55
23
0 0
8
48
28
50
0
10
20
30
40
50
60
70
80
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
MGMP MIPA dapat meningkatkan
pengetahuan
MGMP MIPA dapat meningkatkan
ketrampilan
Forum MGMP untuk tukar informasi
Kepsek
Guru
Diagram 3.3.6 Dampak Kegiatan MGMP dalam Pandangan Kepala Sekolah dan
Guru
Sedangkan uru-guru di sekolah target menyatakan setuju dan sangat setuju (68%)
bahwa dampak kegiatan MGMP dapat meningkatkan penguasaan materi, (78%)
dapat meningkatkan keterampilan mengajar dan (77,5%). Disamping itu kegiatan
MGMP dapat menjadi ajang untuk bertukar informasi (93%). Demikian juga
berdasarkan guru-guru yang berasal dari sekolah kontrol, 88% menyatakan bahwa
kegiatan MGMP dapat meningkatkan penguasaan materi, menyatakan dapat
meningkatkan ketrampilan mengajar dan menjadi ajang untuk bertukar informasi.
3.4 Manajemen Sekolah
3.4.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan Kepala sekolah merupakan faktor yang cukup penting dalam
managemen sekolah. Diagram 3.4.1 menunjukkan respon dari Kepala sekolah dan guru
pada sekolah target dan sekolah kontrol.
27
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Pemeriksaan RPP Supervisi Kelas Penghargaan terhadap Kinerja
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Karaw ang Purw akarta
Diagram 3.4.1a. Kepemimpinan Kepala Sekolah Menurut Kepala Sekolah
Kepemimpinan Kepala Sekolah
0
102030
4050
607080
90100
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Pemeriksaan RPP Supervisi Kelas Penghargaan terhadap Kinerja
Fre
ku
en
si
Purw akarta Karaw ang
Diagram 3.4.1b. Kepemimpinan Kepala Sekolah Menurut Guru
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan sekitar 90% guru dan kepala sekolah target
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa secara teratur kepala sekolah memeriksa rencana
pembelajaran yang disusun guru; 75% secara teratur melakukan kunjungan kelas untuk
28
memantau dan mensupervisi proses pembelajaran dalam kelas; serta memberikan
penghargaan khusus kepada guru-guru yang bekerjasama untuk meningkatkan kinerja
sekolah. Tidak jauh berbeda 100% kepala sekolah dan 77% guru di sekolah kontrol
menyatakan hal yang sama.
3.4.2 Komunikasi dan partisipasi
Komunikasi antara guru dan kepala sekolah dalam menentukan kebijakan,
membahas permasalahan serta tentang komite sekolah merupakan kondisi awal yang perlu
diketahui. Berikut ini diperoleh hasil kuesioner kepada kepala sekolah dan guru.
00
12.5
502.5
50
70
37.5
22.5
0 0 00 05
87.5
62.5
12.5
30
00 04
12.5
35
5047.5
37.5
7.5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
(a) (b) ( c )
Komunikasi dan Partipasi Menurut Kepala Sekolah dan Guru
Kepsek Guru
Diagram 3.4.2 Komunikasi dan Partisipasi
Berdasarkan diagram di atas pada umumnya baik kepala sekolah maupun guru di
sekolah target dan sekolah sasaran menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap
pernyataan:
a. Guru-guru terlibat dalam perumusan kebijakan dan perencanaan di sekolah b. Guru-guru menemui saya untuk membicarakan masalah pembelajaran dan
pengelolaan kelas. c. Kami memiliki Komite Sekolah yang aktif mendukung peningkatan sekolah.
3.4.3 Pengembangan Guru
Program pengembangan guru di sekolah merupakan informasi awal yang penting
untuk diketahui sebagai gambaran kondisi awal tentang persepsi kepala sekolah dan guru.
29
Berikut ini pada diagram 3.4.3 menunjukkan pendapat guru dan kepala sekolah.
3
78 70
22 28
5
44
68
56
28
67 75
33
25
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Frekuensi
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
Prioritas Pelatihan Kesempatan untuk
Pelatihan
Dorongan Menerapkan
Metode Pembelajaran
Prioritas Pengembangan Guru
Purwakarta
Karawang
Diagram 3.4.3 Prioritas dan Pengembangan Guru
Berdasarkan data di atas pada umumnya kepala sekolah dan guru di sekolah target dan
sekolah kontrol menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa;
a. Pelatihan guru merupakan salah satu prioritas sekolah.
b. Guru-guru diberi cukup waktu untuk berpartisipasi dalam pelatihan dan
pengembangan guru.
c. Guru-guru didorong untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan baru dalam
pembelajaran
3.4.4 Pengembangan Guru Berbasis Sekolah
Berkaitan dengan pengembangan guru, satu set pernyataan-pernyataan lainnya
diberikan kepada para kepala sekolah dan guru-guru untuk diberi nilai, yang berhubungan
dengan pengembangan guru berbasis sekolah. Ketiga pernyataan tersebut adalah:
a) Saya (sekolah) menyelenggarakan pelatihan guru berbasis sekolah;
b) Saya (kepala sekolah) mendorong guru-guru membentuk kelompok-kelompok studi
di kalangan mereka; dan
c) Saya memberikan kesempatan kepada guru-guru (kami diberi kesempatan)
mengamati pembelajaran yang dilakukan guru lain.
Diagram berikut menyajikan data hasil survey terhadap kepala sekolah dan guru
30
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
TP J K Srg SS TP J K Srg SS TP J K Srg SS
Pelatihan Guru Berbasis Sekolah Dorongan untuk membentuk Kel.
Diskusi
Kesempatan untuk mangamati
pembljrn
Prioritas Pengembangan Guru Menurut Kepala Sekolah
Karawang Purwakarta
Diagram 3.4.4a Pengembangan Guru Berbasis Sekolah Menurut Kepala Sekalah
Pengembangan Guru Berbasis Sekolah
11
22
11 11 11
5656
22
11
67
22
13
2833
20
83
10
20
48
20
43
20 18 20
0
10
20
30
40
50
60
70
TP J K Srg S TP J K Srg S TP J K Srg S
Pelatihan Guru Berbasis
Sekolah
Dorongan Membentuk
Kelompok Diskusi
Kesempatan Mengamati
Pembelajaran
fre
ku
en
si
Purwakarta
Karawang
Diagram 3.4.4b. Pengembangan Guru Berbasis Sekolah Menurut Guru
Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sekitar 100% kepala sekolah
target dan kontrol menyatakan sering dan sangat sering sekolah menyelenggarakan
pelatihan guru berbasis sekolah; mendorong guru-guru membentuk kelompok-kelompok
31
studi di kalangan mereka dan memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengamati
pembelajaran.
Bertentangan dengan pendapat kepala sekolah, guru-guru di sekolah target sekitar
74% menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang sekolah menyelenggarakan
pelatihan guru berbasis sekolah; mendorong guru-guru membentuk kelompok-kelompok
studi di kalangan mereka dan memberikan kesempatan kepada guru-guru. Respon yang
senada antara kepala sekolah dan guru mengenai kesempatan/dorongan yang diberikan
kepala sekolah kepada guru untuk membentuk kelompok diskusi.
Dengan demikian terjadi respon yang bertolak belakang antara guru dan
kepala sekolah. Tentunya respon guru yang lebih dapat dipercaya, karena para guru yang
mengalami kegiatan di sekolahnya.
3.5 Budaya Sekolah
3.5.1 Kesejawatan dan Dukungan Antar Guru
Guru-guru diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini:
1) Saya merasa nyaman ketika bekerja dengan guru-guru yang lain di sekolah ini;
2) Saya merasa bebas untuk mendiskusikan masalah-masalah pekerjaan dengan guru
lain;
3) Saya merasa bebas untuk meminta nasehat dan saran dari guru lain dalam hal
mengajar.
32
Kesejawatan dan Dukungan
48
33
6767
11
22
67
11
2225
35 40
18
354343
15
0
10
20
30
40
50
60
70
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Kenyamanan dalam
Kerjasama
Kebebasan untuk
Berdiskusi
Kebebasan Meminta NasehatPurw akarta
Karaw ang
Diagram 3.5.1 Kesejawatan dan Dukungan Antar Guru
Berdasarkan data di atas sebagian besar guru di sekolah target di atas 75%
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa: guru merasa nyaman ketika bekerja dengan
guru-guru yang lain di sekolah ; guru merasa bebas untuk mendiskusikan masalah-masalah
pekerjaan dengan guru lain; dan guru merasa bebas untuk meminta nasehat dan saran dari
guru lain dalam hal mengajar. Sedangkan 25 % lainnya merasa ragu-ragu terhadap ketiga
pernyataan tersebut.
3.5.2 Dukungan Guru terhadap Siswa
Para siswa diminta untuk memberi nilai atas tiga pernyataan berikut yang berkaitan
dengan guru-guru mereka:
(1) Guru-guru di sekolah ini baik terhadap saya dan suka menolong saya;
(2) Guru tampak mengetahui jika saya mempunyai masalah di kelas; dan
(3) Saya merasa para guru di sekolah ini peduli terhadap proses belajar saya.
Respon siswa terhadap pernyataan ditersebut dapat dilihat pada diagram berikut ini.
33
1 31
20
7
57 56
19
34
41
19
11
44
26
29
52
5
10
1 2
1311
483737
52
0
10
20
30
40
50
60
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Guru baik dan suka menolong Kepedulian guru terhadap siswa Kepedulian guru terhadam PBM
Dukungan Guru Terhadap Siswa
Karaw ang
Purw akarta
Diagram. 3.5.2 Dukungan Guru terhadap Siswa
Berdasarkan tabel di atas 76% siswa di sekolah target menyatakan setuju bahwa
guru-guru di sekolah ini baik terhadap saya dan suka menolong saya; 67% menyatakan
sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru mempunyai kepedulian terhadap
siswa jika saya mempunyai masalah di kelas; dan 85% menyatakan setuju dan sangat setuju
bahwa para guru di sekolah ini peduli terhadap proses belajar saya. Sedangan sisanya
menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Demikian pula pada
sekolah kontrol.
Hal yang menarik yang dapat ditarik dari data di atas adalah guru masih kurang
memiliki kepedulian terhadap siswa yang memiliki permasalahan.
Secara rinci respon siswa di Kab. Karawang.
Tabel. 3.5.2a. Dukungan Guru terhadap Siswa di Kab. Karawang
Jawaban Siswa Siswa Menjawab Soal 1 2 3 4 5
A1 a 1 11 67 192 64 335
b 13 63 145 96 15 332
c 3 7 42 159 123 334
Di sekolah target 76% siswa menyatakan bahwa guru-guru di sekolah ini baik
34
terhadap saya dan suka menolong saya; 67% siswa menyatakan tidak setuju bahwa guru
tampak mengetahui jika saya mempunyai masalah di kelas; dan 84 % siswa menyatakan
setuju bahwa para guru di sekolah ini peduli terhadap proses belajar saya.
Secara rinci respon siswa di Kab Purwakarta adalah sebagai berikut: Tabel. 3.5.2a. Dukungan Guru terhadap Siswa di Kab. Purwakarata
Siswa Menjawab Soal 1 2 3 4 5
A1 a 1 1 5 41 25 73
b 1 8 19 38 7 73
c 0 0 8 27 38 73
Di sekolah kontrol 89% siswa menyatakan setuju bahwa guru-guru di sekolah ini
baik terhadap saya dan suka menolong saya; 62% siswa menyatakan setuju bahwa guru
tampak mengetahui jika saya mempunyai masalah di kelas; dan 89 % siswa menyatakan
setuju bahwa para guru di sekolah ini peduli terhadap proses belajar saya.
3.5.3 Lingkungan yang Mendukung Diantara Siswa
Para siswa juga diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini:
(1) Saya senang belajar bersama dengan siswa lain di kelas; (2) Saya merasa bebas bertanya kepada teman sekelas, ketika saya mempunyai
kesulitan belajar di kelas; dan (3) Saya senang membantu teman sekelas bila mereka mempunyai kesulitan belajar di
kelas.
35
1 14 3
10 8
52
60
33
27
1 5
1117
12
5049
27 27
1 1 1
1515
5759
26 25
0
10
20
30
40
50
60
70
STS TS R S
SS
STS TS R S
SS
STS TS R S
SS
Bekerja sama dgn
siswa lain
Kebebasan berdiskusi Bantuan kepada teman
sekelas
Dukungan Antar Siswa
Karawang
Purwakarta
Diagram 3.5.3 Lingkungan yang Mendukung Diantara Siswa
Berdasarkan data tersebut pada umumnya siswa (93%) di sekolah target menyatakan
setuju untuk pernyataan”Saya senang belajar bersama dengan siswa lain di kelas”; 77%
menyatakan setuju dan sangat setuju untuk pernyataan ”Saya merasa bebas bertanya
kepada teman sekelas”, ketika saya mempunyai kesulitan belajar di kelas; dan 83%
menyatakan setuju dan sangat setuju untuk pernyataan ”Saya senang membantu teman
sekelas bila mereka mempunyai kesulitan belajar di kelas. Sedangkan 82 % siswa di
sekolah kontrol setuju terhadap pernyataan tersebut.
3.5.4 Dukungan Orang tua dan Dorongan kepada Siswa
Para siswa juga diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini:
(1) Orang tua saya berpendapat bahwa belajar sungguh-sungguh itu penting;
(2) Orang tua saya membantu saya belajar di rumah; dan
(3) Orang tua saya menaruh perhatian pada apa yang saya pelajari di sekolah.
36
1 1
18
26
80 74
2 38
4
1514
5560
2119
1 1 3 3
1116
5045
35 34
0
10
20
30
40
50
60
70
80
ST
S
TS R S SS
ST
S
TS R S SS
ST
S
TS R S SS
Kesungguhan belajar Bantuan orang tua Bantuan orang tua
Dukungan Orang Tua
Karaw ang
Purw akarta
Diagram 3.5.4. Dukungan Orang tua kepada Siswa
Berdasarkan tabel di atas 98% siswa pada sekolah target menyatakan setuju bahwa
“Orang tua saya berpendapat bahwa belajar sungguh-sungguh itu penting”; 76% siswa
menyatakan bahwa “Orang tua saya membantu saya belajar di rumah”; dan 85% siswa
menyatakan bahwa “Orang tua saya menaruh perhatian pada apa yang saya pelajari di
sekolah”. Tidak terlalu berbeda respon siswa di sekolah kontrol rata rata di atas 79%
menyatakan setuju pada ketiga pernyataan tersebut.
3.6 Proses Belajar dan Mengajar Sains dan Matematika
Diperkenalkannya Lesson Study ini akan sangat mungkin merubah proses belajar dan
mengajar di dalam kelas. Hal itu diharapkan akan mendorong kerja kelompok di antara
siswa, penggunaan bahan-bahan media yang konkret, dan tukar pendapat selama
pembelajaran. Program tersebut juga mengarah pada peningkatan faktor-faktor hasil
(outcome) seperti minat guru-guru dalam meningkatkan proses belajar mengajar,
meninkatkan pemahaman dan minat siswa terhadap mata pelajaran.
3.6.1 Kerja Kelompok
Guru-guru dan Siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini,
menyangkut kerja kelompok:
(1) Saya memasukkan (kami mempunyai) kegiatan-kegiatan belajar pada kelompok-
37
kelompok kecil dalam pembelajaran matematika/sains di kelas saya (kami);
(2) Saya mengatur (kami mempunyai) kelompok diskusi dalam pembelajaran
matematika/sains di kelas saya (kami); dan
(3) Saya (guru sains/matematika kami) mendorong siswa (kami) untuk belajar bersama
dan belajar dengan siswa lain.
Respon siswa pada ketiga pernyataan tersebut ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Kerja Kelompok
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
TP J K Srg S TP J K Srg S TP J K Srg S
Pelaksanaan Belajar dgnkelompok kecil
Diskusi Kelompok Dorongan untuk bertukar pendapat
fre
kuen
si
Purwakarta
Karawang
Diagram 3.6.1a Kerja Kelompok Menurut Guru
87% guru-guru di sekolah target di wilayah karawang menyatakan kadang-kadang
dan sering pelaksanaan pembelajaran Matematika dan Sains dilaksanakan dalam kelompok
kecil, 85% menyatakan kadang-kadang dan sering bahwa pembelajaran dilaksanakan
melalui diskusi kelompok, dan 85% menyatakan bahwa mereka selalu memberikan
dorongan kepada siswa untuk bertukar pendapat dan bekerja sama dengan siswa yang lain.
38
Kerja Kelompok dalam Pelajaran Matematika
6
37
8
20
48
1110
18
33
24
159
18
29
41
25
53
26
19
4 4
40
27
18
5
4041
14
0
10
20
30
40
50
60Tp J K
Srg S Tp J K
Srg S Tp J K
Srg S
Kegiatan belajar dalam
kel kecil
Diskusi Matematika
dalam kelompok
Bantuan guru untuk
belajar bersamaKaraw ang
Purw akarta
Diagram 3.6.1a Kerja Kelompok pada Kelas Matematika
Pendapat mengenai kerja kelompok ditanyakan pula kepada siswa, berikut adalah
jawaban mereka; pada pembelajaran Matematika 61% siswa menyatakan tidak pernah,
jarang, dan kadang-kadang kegiatan belajar matematika dilaksanakan dalam kelompok
kecil, 66% siswa menyatakan sering dan sangat sering mereka melakukan diskusi dalam
kelompok, dan 69% menyatakan tidak pernah-kadang-kadang guru memberikan bantuan
/dorongan untuk belajar bersama dengan siswa lain. Hal senada disampaikan oleh siswa-
siswa dari kelompok kontrol. Berdasarkan respon siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika siswa belum dilibatkan dalam pembelajaran secara berkelompok.
39
8
3
20
32
41
33
2524
58
13
7
19
25
30
39
25
15
14 14
5
11 12
4
21
13
28
38 34 35
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Tp J K
Srg S Tp J K
Srg S Tp J K
Srg S
Kegiatan belajar Sains dlm
kel kecil
Diskusi Sains dalam
kelompok
Bantuan guru Sains untuk
belajar bersama
Kerja Kelompok dalam Pelajaran Sains
Karaw ang
Purw akarta
Diagram 3.6.1a Kerja Kelompok pada Kelas Sains
Respon siswa pada pembelajaran Sains sebagai berikut, di atas 71 % siswa di
sekolah target menyatakan menyatakan kadang-kadang, dan sering kegiatan belajar
dilaksanakan pada kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran sains di kelas; 69%
menyatakan kadang-kadang, dan sering kami mempunyai kelompok diskusi dalam
pembelajaran matematika/sains di kelas kami; dan guru sains/matematika kami mendorong
kami untuk belajar bersama dan belajar dengan siswa lain. Di sekolah kontrol hampir 70%
siswa menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang pembelajajran sains maupun
matematika dilaksanakan dalam kelompok.
Berdasarkan respon guru dan siswa di atas terdapat hal yang kontradiksi, namun
demikian mungkin dalam hal ini kita lebih mempercayai data yang diberikan oleh siswa,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran matematika dan sains, siswa-siswa
belum banyak dilibatkan dalam pembelajaran secara berkelompok.
3.6.2 Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran yang Konkret
Guru-guru dan para siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut
ini, terkait dengan penggunaan bahan-bahan media pembelajaran yang konkret:
(1) Saya (guru sains/matematika kami) menggunakan alat pembelajaran/alat peraga
yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di
40
kelas;
(2) Saya (guru sains/matematika kami) menggunakan alat dan bahan yang tersedia
dalam kehidupan sehari-hari untuk pembelajaran di kelas; dan
(3) Saya membiarkan siswa (kami) terlibat dalam kegiatan seperti percobaan,
menghitung, menggambar, dsb., dalam pembelajaran sains/ matematika.
14
10
2323
33
44
22
15
7 8
12
1
18
12
34
2625
37
10
23
3 3
7 7
20
11
44
48
26
32
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Tp
J K
Srg S Tp
J K
Srg S Tp
J K
Srg S
Penggunaan Berbagai
Alat Perga
Alat Peraga berasal dari
kehidupan sehari-hari
Kesempatan
Bereksplorasi
Penggunaan Alat Peraga dalam Pelajaran Matematika
Karaw ang
Purw akarta
Diagram 3.6.2a Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran yang Konkret
Dalam Pelajaran Matematika
Memperhatikan diagram 3.2.6a di atas, 70 % siswa di sekolah target menyatakan
tidak pernah, jarang, dan kadang-kadang bahwa pembelajaran Matematika menggunakan
alat pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb.,
dalam pembelajaran di kelas; 74% menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang
pemebelajaran matematika menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan
sehari-hari untuk pembelajaran di kelas; dan 70% menyatakan sering dan sangat sering
terlibat dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb., dalam
pembelajaran Matematik. Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
pembelajaran Matematika siswa belum banyak dilibatkan dalam penggunaan media
pembeelajaran yang bervariasi dan penggunaan alat peraga yang berasal dari kehidupan
sehari-hari.
41
711
1821
40
51
26
109 8
53
2119
31
3734
25
10
16
53
10 11
25
36
41
34
1916
0
10
20
30
40
50
60
Tp J K
Srg S Tp J K
Srg S Tp J K
Srg S
Penggunaan
Berbagai Alat
Perga
Alat Peraga
berasal dari
kehidupan
Kesempatan
Bereksplorasi
Penggunaan Alat Peraga dalam Pelajaran SainsKaraw ang
Purw akarta
Diagram .3.6.2b Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran yang Konkret
Dalam Pelajaran Sains
Berdasar diagram 3.2.6b di atas 65 % siswa di sekolah target menyatakan setuju
bahwa pembelajaran sains menggunakan alat pembelajaran/alat peraga yang bervariasi,
seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di kelas; menggunakan alat
dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari untuk pembelajaran di kelas; dan
terlibat dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb., dalam
pembelajaran sains.
Di sekolah kontrol sekitar 65% guru dan siswa menyatakan netral tentang pernyataan
penggunaan berbagai media. Data ini menunjukkan bahwa pemanfaatan media
pembelajaran masih rendah, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
3.6.3 Tukar Pendapat
Guru-guru dan para siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan
berikut ini, menyangkut tukar-menukar pendapat:
(1) Dalam kelas saya (sains/matematika kami), saya (guru) mendorong siswa (kami)
mendengarkan gagasan dan pimikiran siswa lain;
(2) Dalam kelas saya (sains/matematika kami), siswa (saya) merasa senang bertukar
pendapat dan pikiran siswa lain; dan
(3) Siswa (saya) dapat memperdalam pemahaman mereka (saya) ketika mendengarkan
42
pendapat dan pikiran siswa lainnya.
Diagram di bawah ini menunjukkan data respon siswa dan guru tentang pernyataan tersebut.
4 3
87
17
7
42
52
2932
37 6
2829
4242
2024
2 17
8
32 33
4041
1916
0
10
20
30
40
50
60
Tp J K
Srg S
Tp J K
Srg S
Tp J K
Srg S
Dorongan untuk mendengar
pendapat
bertukar pikiran dengan siswa lain Pemahaman mendalam dgn tukar
pendapat
Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Matematika
Purw akarta
Karaw ang
Diagram 3.6.3aTukar Pendapat Dalam Pelajaran Matematika
338
12
2118
4342
2525
1 3
11
7
31
26
3840
18
25
1 3
911
2423
4345
22
18
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Tp J K Srg S Tp J K Srg S Tp J K Srg S
Dorongan untuk mendengar pendapat bertukar pikiran dengan siswa lain Pemahaman mendalam dgn tukarpendapat
Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Sains
Karaw ang
Purw akarta
Diagram 3.6.3b Tukar Pendapat Dalam Pelajaran Sains
Berdasarkan data tersebut sekitar 55% siswa di sekolah target menyatakan setuju
bahwa dalam pembelajaran sains: guru mendorong siswa mendengarkan gagasan dan
pimikiran siswa lain; siswa merasa senang bertukar pendapat dan pikiran siswa lain; dan
43
Siswa dapat memperdalam pemahaman siswa ketika mendengarkan pendapat dan pikiran
siswa lainnya. Sedangkan pada pembelajaran matematika 71% siswa menyatakan setuju
terhadap pernyataan tersebut. Sedangkan di sekolah kontrol sekitar 70 % siswa menyatakan
setuju terhadap ketiga pernyataan tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan pembelajaran matematika dan sains
sudah ada upaya guru untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk tukar pendapat.
3.6.4 Ketertarikan Guru-guru dalam Pembelajaran
Guru-guru diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini,
menyangkut minat mereka berinteraksi dengan siswa selama pembelajaran:
(1) Saya tertarik pada proses dan kemajuan belajar perorangan siswa;
(2) Saya tertarik pada bagaimana siswa bekerja sama dalam pembelajaran kelas saya;
dan
(3) Saya banyak belajar dari para siswa dalam pembelajaran kelas saya.
Diagram di bawah ini menunjukkan jawaban guru terhadap pembelajaran sains dan
matematika.
Diagram 3.6.4 Ketertarikan Guru terhadap PBM
25
65 63
89
11
44
56
33
56
11
18
58
13
23
5
1815
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Ketertarikan terhadap
kemajuan belajar sisiwa
Siswa bekerja sama Belajar diantara Siswa
fre
ku
en
si
Purwakarta
Karawang
Diagram 3.6.4 Ketertarikan Guru-guru dalam Pembelajaran
44
Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa 100% guru matematika dan sains di
sekolah target menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka tertarik pada proses dan
kemajuan belajar perorangan siswa; tertarik pada bagaimana siswa bekerja sama dalam
pembelajaran kelas saya; dan banyak belajar dari para siswa dalam pembelajaran kelas saya.
Sedangkan di sekolah kontrol sekitar 93% setuju pada pernyataan tersebut.
3.7 Hasil Belajar Siswa
Salah satu tujuan dari program ini adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa
dalam bidang sains dan matematika. Kemampuan belajar ini dapat diukur dari dua sisi: sisi
kognitif (atau akademik) dan sisi afektif. Hasil tes akademik (TA) sains dan matematika dan
hasil UAN digunakan sebagai indikator dari aspek kognitif capaian siswa. Pemahaman dan
minat siswa dalam pelajaran serta ketertarikan siswa terhadap sekolah digunakan sebagai
indikator dari aspek berikutnya.
3.7.1 Tes Akademik
Hasil tes akademik Sains dan Matematika di sekolah Target dan sekolah kontrol
ditunjukkan pada tabel-tabel di bawah ini.
Tabel 3.7.1a Skor Tes Akademik Sekolah Target
Test N Maximum Minimum Mean SD
Sains 335 7,67 1.33 4.45 1.26
Matematika 335 9 0.5 4.02 1.49
Table 3.7.1b Skor Tes Akademik Sekolah Kontrol
Test N Maximum Minimum Mean SD
Sains 78 6.5 1.67 4.01 1.16
Matematika 78 6 1.5 3.49 1.001
Test Scores Academic Of Science
3.5
4
4.5
Karawang Purwakarta
Daerah
Ra
ta-R
ata
Science
Test Scores Academic Of Mathematics
3.2
3.4
3.6
3.8
4
4.2
Karawang Purwakarta
Daerah
Rata
-Rata
Matematika
45
Tabel 3.7.2 Skor Tes Akademik Berdasarkan Kabupaten
Provinsi T/C Kabupaten Sains Matematika
Mean SD Mean SD Jabar T Karawang 4.45 1.26 4.02 1.49
C Purwakarta 4.01 1.16 3.49 1.001
Berdasarkan data di atas bahwa hasil tes akademik baik sains maupun matematika di
sekolah target maupun disekolah kontrol beada pada kategori rendah yaitu hanya 40% yang
dapat dijawab dengan benar.
3.7.2. Hasil UAN
Diagram di bawah ini menyajikan hasil UAN untuk mata pelajaran Matematika,
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk Wilayah Karawang dan Purwakarta.
a. Nilai UAN untuk Kabupaten Karawang
Nilai UAN Matematika Tahun 2004-2006
7.41
5.01
7.23
5.15 5.26
6.32
4.76
6.8
7.81
6.44
8.41
6.61
8.18.6
7.37
7.73 7.887.43
7.88 7.75
8.6
7.778.32
0123456789
10
SM
PN
5
Ka
raw
an
g
SM
PN
8
Ka
raw
an
g
SM
PN
6
Ka
raw
an
gS
MP
N 2
Cik
am
pek
SM
PN
1
Tel
uk
jam
be
SM
PN
1 K
lari
SM
PN
1 J
ati
sari
SM
PN
2
Ren
gas
den
gk
lok
SM
PN
5
Ka
raw
an
g
SM
PN
8
Ka
raw
an
g
SM
PN
6
Ka
raw
an
gS
MP
N 2
Cik
am
pek
SM
PN
1
Tel
uk
jam
be
SM
PN
1 K
lari
SM
PN
1 J
ati
sari
SM
PN
2
Ren
gas
den
gk
lok
SM
PN
5
Ka
raw
an
g
SM
PN
8
Ka
raw
an
g
SM
PN
6
Ka
raw
an
gS
MP
N 2
Cik
am
pek
SM
PN
1
Tel
uk
jam
be
SM
PN
1 K
lari
SM
PN
1 J
ati
sari
SM
PN
2
Ren
gas
den
gk
lok
2004 2005 2006
Matematika
nilai
Karawang
Diagram 3.7.2a. Nilai UAN Matematika di Kab. Karawang Tahun 2004-2006
Diagram 3.7.1 Skor Tes Akademik
Sains
Diagram 3.7.2 Skor Tes Akademik
Matematika
46
Berdasarkan informasi dari kepala sekolah-kepala sekolah di atas, dapat dilihat
pada tahun 2004 nilai UAN yang tertinggi diraih oleh SMPN 5 Karawang dengan nilai 7.41,
tahun 2005 diraih oleh SMPN I Klari dengan nilai 8,6 dan tahun 2006 diraih oleh SMPN I
Klari dengan nilai 8.6.
Nilai UAN B.Indonesia Tahun 2004-2006
7.25
5.43
7.43
5.48 5.53
6.85
5.36
7
7.73
6.65
8.23
7.597.32
9.02
7.3 7.13
88.26
7.457.89 8.05 8.2
7.44
8.42
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
SM
PN
5
Karaw
ang
SM
PN
8
Karaw
ang
SM
PN
6
Karaw
ang
SM
PN
2
Cik
am
pek
SM
PN
1
Telu
kja
mbe
SM
PN
1 K
lari
SM
PN
1 J
atisari
SM
PN
2
Rengasdengklo
k
SM
PN
5
Karaw
ang
SM
PN
8
Karaw
ang
SM
PN
6
Karaw
ang
SM
PN
2
Cik
am
pek
SM
PN
1
Telu
kja
mbe
SM
PN
1 K
lari
SM
PN
1 J
atisari
SM
PN
2
Rengasdengklo
k
SM
PN
5
Karaw
ang
SM
PN
8
Karaw
ang
SM
PN
6
Karaw
ang
SM
PN
2
Cik
am
pek
SM
PN
1
Telu
kja
mbe
SM
PN
1 K
lari
SM
PN
1 J
atisari
SM
PN
2
Rengasdengklo
k
2004 2005 2006
B.Indonesia
nil
ai
Karawang
Diagram 3.7.2b. Nilai UAN Bahasa Indonesia di Kab. Kawarang Tahun 2004-2006
Untuk pelajaran Bahasa Indonesia, pada tahun 2004 nilai tertinggi dicapai oleh SMPN 6
Karawang dengan nilai 7.43, tahun 2005 nilai tertinggi dicapai oleh SMPN I Klari dengan
nilai 9.02, dan pada tahun 2006 dicapai oleh SMPN 2 Rengasdengklok dengan nilai 8.42.
47
Nilai UAN B.Inggris Tahun 2004-2006
6.62
4.63
6.85
4.91 5.13
6.63
4.6
6.26.63
7.14 6.886.5
7.747.42 7.23
6.88
7.9
6.93 6.727.23 7.14
8
6.4
7.46
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
SM
PN
5
Karaw
an
g
SM
PN
8
Karaw
an
g
SM
PN
6
Karaw
an
g
SM
PN
2
Cik
am
pek
SM
PN
1
Telu
kja
mbe
SM
PN
1 K
lari
SM
PN
1 J
ati
sari
SM
PN
2
Ren
gasden
gklo
k
SM
PN
5
Karaw
an
g
SM
PN
8
Karaw
an
g
SM
PN
6
Karaw
an
g
SM
PN
2
Cik
am
pek
SM
PN
1
Telu
kja
mbe
SM
PN
1 K
lari
SM
PN
1 J
ati
sari
SM
PN
2
Ren
gasden
gklo
k
SM
PN
5
Karaw
an
g
SM
PN
8
Karaw
an
g
SM
PN
6
Karaw
an
g
SM
PN
2
Cik
am
pek
SM
PN
1
Telu
kja
mbe
SM
PN
1 K
lari
SM
PN
1 J
ati
sari
SM
PN
2
Ren
gasden
gklo
k
2004 2005 2006
B.Inggris
nil
ai
Karawang
Diagram 3.7.2c. Nilai UAN Bahasa Indonesia di Kab. Karawang Tahun 2004-2006
Untuk pelajaran Bahasa Inggris, pada tahun 2004 nilai tertinggi diperoleh oleh SMPN 6
Karawang dengan nilai 6.85, sedangkan yang terendah diperoleh oleh SMPN I Jatisari
dengan nilai 4.6, tahun 2005 nilai tertinggi 7.74 dicapai oleh SMPN I Teluk Jambe dan nilai
terendah 6.5 diperoleh oleh SMPN 2 Cikampek, tahun 2006 nilai tertinggi dicapai oleh
SMPN I Klari dengan nilai 8 sedangkan nilai terendah dicapai oleh SMPN I Jatisari dengan
nilai 6.4.
b. Nilai UAN di Kabupaten Purwakarta.
48
Nilai UAN Matematika Tahun 2004-2006
7.416.8
7.81
7
7.738.32
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
SMPN 2Bungursari
SMPN 5Purwakarta
SMPN 2Bungursari
SMPN 5Purwakarta
SMPN 2Bungursari
SMPN 5Purwakarta
2004 2005 2006
Matematika
nila
i
Purwakarta
Diagram 3.7.2d. Nilai UAN Matematika di Kab. Purwakarta Tahun 2004-2006
Diagram di atas menyajikan nilai UAN Matematika di Kabupaten Purwakarta. Nilai
UAN tertinggi dari tahun 2004-2006 dicapai oleh SMPN 5 Purwakarta dengan nilai 8.32,
dan nilai tertendahpun dicapai oleh SMPN 5 Purwakarta pada tahun 2004 dengan nilai 6.8.
Nilai UAN B.Indonesia Tahun 2004-2006
7.25 77.73
7.138
8.42
0123456789
SMPN 2
Bungursari
SMPN 5
Purwakarta
SMPN 2
Bungursari
SMPN 5
Purwakarta
SMPN 2
Bungursari
SMPN 5
Purwakarta
2004 2005 2006
B.Indonesia
nil
ai
Purwakarta
Diagram 3.7.2e. Nilai UAN Bhs. Indonesia di Kab. Purwakarta Tahun 2004-2006
49
Nilai UAN tertinggi pada tahun 2004 – 2006 dicapai oleh SMPN 5 Purwakarta dengan
nilai 8.42, dan yang terendah dicapai oleh SMPN 5 Purwakarta dengan nilai 7.
Nilai UAN B.Inggris Tahun 2004-2006
6.626.2
6.63 6.88
7.97.46
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
SMPN 2Bungursari
SMPN 5Purwakarta
SMPN 2Bungursari
SMPN 5Purwakarta
SMPN 2Bungursari
SMPN 5Purwakarta
2004 2005 2006
B.Inggris
nila
i
Purwakarta
Diagram 3.7.2f. Nilai UAN Bhs. Inggris di Kab. Purwakarta Tahun 2004-2006
Untuk pelajaran Bahasa Ingris, nilai UAN di Kabupaten Purwakarta dari tahun 2004- 2006
nilai tertinggi dicapai oleh SMPN 2 Bungur sari dengan nilai 7.9, sedangkan yang terendah
dicapai oleh SMPN 5 Purwakarta dengan nilai 6.2.
3.7.3 Pemahaman dan Minat Siswa dalam Sains dan Matematika
Siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini:
(1) Pada umumnya saya (Kebanyakan siswa saya) mengerti dan dapat mengikuti
pembelajaran sains/matematika di kelas (saya);
(2) Saya (Saya rasa kebanyakan siswa saya) senang belajar pada pelajaran
sains/matematika (saya); dan
(3) Saya (Saya rasa kebanyakan siswa saya) ingin belajar sains/matematika (pelajaran
saya) di kelas yang lebih tinggi.
50
Pemahaman dan Minat Siswa
56
44
35 35
10
22
78
22
78
10
48
8 3
78
13
48
30
10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
M ayoritas Siswa M emahami
M ateri
M ayoritas Siswa M engikuti
Pelajaran
Siswa ingin Belajar di tingkat yang lebih
tinggi
Purwakarta
Karawang
Diagram 3.7.3 Pemahaman Dan Minat Siswa
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa di atas 50% siswa di sekolah target
menyatakan tidak setuju bahwa siswa mengerti dan dapat mengikuti pembelajaran
sains/matematika di kelas ; siswa senang belajar pada pelajaran sains/matematika (saya);
dan siswa ingin belajar sains/matematika (pelajaran saya) di kelas yang lebih tinggi.
Sedangkan di sekolah kontrol di atas 57% siswa menyatakan tidak setuju terhadap
pernyataan tersebut.
51
2 1
30
19
5350
15
29
25 6
36
11
40
50
18
33
2 15 7
2218
41
35
30
39
0
10
20
30
40
50
60
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Mengerti dan dapat mengikuti pe l Senang be laja r Ingin Bela jar Matem atika di tingka t lebih tinggi
Ketertarikan dan Pemahaman Siswa terhadap
Pelajaran Matematika
Karaw ang
Purw akarta
Diagram 3.7.3a Rincian Respon siswa Pemahaman dan Minat Siswa dalam Matematika
1 2
23
15
61 63
14
22
4
21
11
51
58
23
31
4 4
2418
3936
33
42
0
10
20
30
40
50
60
70
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Mengerti dan dapat mengikuti pel Senang belajar Ingin Belajar Matematika di tingkat lebihtinggi
Ketertarikan dan Pemahaman Siswa
terhadap Pelajaran Sains
Karaw ang
Purw akarta
Diagram 3.7.3b Rincian Respon siswa Pemahaman dan Minat Siswa Sains
Diagram di atas menunjukkan bahwa 65% siswa di sekolah target menyatakan
bahwa mereka mengerti dan dapat mengikuti pembelajaran Matematika dan Sains, senang
mengikuti pembelajaran dan ingin belajar matematika dan sains di kelas yang lebih tinggi.
52
3.7.4 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Matematika dan Sains
Untuk mengungkap kepuasan siswa terhadap pelajaran Matematika dan sains kepada
siswa diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut;
1). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains)sulit dipelajari.
2). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains) yang dipelajari menarik.
3). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains) yang dipelajari mudah Saya pahami
4). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains) berguna untuk kehidupan sehari-hari.
5). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains)berguna untuk mempelajari ilmu lain
Berikut disajikan tabel dan diagram jawaban siswa terhadap pelajaran Matematika
dan Sains.
Tabel 3.7.4 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Matematika
Responden Alternatif Jawaban
Kab. Karawang Kab. Purwakarta
n % n %
Siswa
1 20 1.26 11 3.16
2 108 6.81 20 5.75
3 510 32.2 101 29
4 702 44.3 131 37.6
5 246 15.5 85 24.4
4
1411
14
43
49
36
19
64
8
4
3938
46
41
7
16
11
107
52
40
31
37
6
15
1 21
87
55
45
34
47
12
15
5
56
48
28
45
0
10
20
30
40
50
60
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
Matematika sulit
dipelajari
Materi Matematika
menarik
Materi Matematika
mudah dipahami
Materi Matematika
berguna
Materi Matematika
berguna untuk ilmu
lain
Kepuasan Siswa terhadap Pelajaran Matematika
Karawang
Purwakarta
Diagram 3.7.4 Kepuasan Siswa terhadap Pelajaran Matematika dan Sains
53
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa 59,8% siswa di sekolah target
menyatakan setuju bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dipelajari,
merupakan materi yang menarik untuk dipelajari, mudah dipahami, berguna bagi kehidupan
sehari-hari, dan berguna untuk mempelajari ilmu lain. Sedangkan sekitar 40% menyatakan
ragu-ragu dan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Di sekolah kontrol pula di atas 50
% siswa menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.
Tabel 3.7.5 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Sains
Responden Alternatif Jawaban
Kab. Karawang Kab. Purwakarta
n % N %
Siswa
1 21 1.35 7 2.02
2 131 8.44 33 9.54
3 416 26.8 65 18.8
4 707 45.5 162 46.8
5 278 17.9 79 22.8
6
10
30
42 43
25
1920
23
2
2211
57
68
1821
61
4135
44
53
911
117
10
58
50
3339
12
1812
51
42
30
44
0
10
20
30
40
50
60
70
ST
ST
S R SS
SS
TS
TS R S
SS
ST
ST
S R SS
SS
TS
TS R S
SS
ST
ST
S R SS
S
Sains sulit
dipelajari
Materi Sains
menarik
Materi Sains
mudah
dipahami
Materi Sains
berguna
sehari-hari
Materi Sains
berguna
untuk ilmu
Kepuasan Siswa terhadap Pelajaran Sains
Karaw ang
Purw akarta
Diagram 3.7.5a. Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Sains
54
Berdasarkan tabel di atas 63 % siswa di sekolah target menyatakan setuju bahwa
sains merupakan pelajaran yang sulit dipelajari, merupakan materi yang menarik untuk
dipelajari, mudah dipahami, berguna bagi kehidupan sehari-hari, dan berguna untuk
mempelajari ilmu lain. Sedangkan sekitar 37% menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju
terhadap pernyataan tersebut. Di sekolah kontrol pula di atas 69 % siswa menyatakan setuju
terhadap pernyataan tersebut.
Pada kuosioner yang disampaikan pada siswa-siswa di sekolah-sekolah target dan
sekolah- sekolah kontrol, diajukan pertanyaan mengenai pandangan mereka terhadap proses
pembelajaran matematika dan sains. Pernyataan yang diajukan adalah sebagai berikut;
1). Saya rasa kegiatan belajar Matematika (sains) yang dilakukan menyenangkan.
2). Semangat belajar Saya tinggi ketika mengikuti kegiatan belajar Matematika
(sains)yang dilakukan.
3). Saya rasa kegiatan belajar matematika (sains) yang dilakukan membosankan.
4). Saya malas mengikuti kegiatan belajar matematika(sains).
Informasi yang diperoleh disajikan pada dua diagram di bawah ini.
55
1
8 8
3230
50
37
9
25
1
9
3
3938
42
36
10
22
8
21
3540
3533
18
5 41
20
363738
32
21
7 4 41
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
Pembelajaran
Matematika
menyenangkan
Semangat tinggi belajar Matematika
membosankan
malas belajar
matematika
Pandangan Siswa tentang Belajar Matematika
Karaw ang
Purw akarta
Diagram 3.7.5b. Pandangan Siswa tentang Belajar Sains
Dari diagram di atas diperoleh informasi bahwa 59% siswa menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa pembelajaran matematika menyenangkan, 52% menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa belajar mateamtika dengan semangat tinggi, 75% menyatakan tidak
setuju dan ragu-ragu bahwa belajar matematika itu membosankan, dan 89% menyatakan
sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa mereka malas untuk belajar
matematika.
Data ini menunjukkan bahwa meskipun belajar matematika itu sulit tapi mereka
masih mempunyai rasa tanggung jawab untuk tetap belajar matematika, hal ini ditunjukkan
bahwa mereka tidak setuju bahwa belajar matematika membosankan dan tidak setuju bahwa
mereka malas belajar matematika.
56
31
2612
54
64
1722
31
2830
5148
172118
18
39
52
30
2111
8
11
26
3641
48
23
1174 41
0
10
20
30
40
50
60
70
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
Pembelajaran Sains
menyenangkan
Semangat tinggi belajar Sains
membosankan
malas belajar Sains
Pandangan Siswa tentang Pelajaran Sains
Karawang
Purwakarta
Diagram 3.7.5c. Pandangan Siswa tentang Pelajaran Sains
Untuk pembelajaran sains para siswa berpendapat mereka (71%) setuju dan sangat
setuju bahwa pembelajaran sains menyenangkan, sekitar 68% orang setuju dan sangat
setuju bahwa belajar sains sangat menyenangkan, 87% menyatakan sangat tidak setuju dan
tidak setuju bahwa belajar sains membosankan, 905 orang sangat tidak setuju-ragu-ragu
bahwa mereka malas belajar sains.
Selanjutnya disajikan tabel dan diagram respon siswa terhadap aktivitas pada waktu
belajar Matematika dan Sains
Untuk mengungkap aktivitas siswa pada waktu belajar matematika dan sains, respon
siswa diungkap melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1). Kegiatan belajar matematika yang dilakukan memberikan kesempatan kepada
Saya dan teman-teman bertukar pikiran.
2). Pada belajar matematika yang dilakukan, saya dan teman-teman lebih banyak
mendengarkan daripada melakukan sesuatu.
57
3). Saya bersama teman-teman aktif dalam kegiatan belajar matematika yang
dilakukan
4). Saya bersama teman-teman bekerjasama dalam kegiatan belajar matematika
Berikut disajikan respon siswa dari sekolah–sekolah target dan sekolah kontrol
mengenai aktivitas belajar mereka untuk mata pelajaran matematika dan sains.
13
1
19
14
63 62
14
23
17
1214
3327
45
33
9
19
1
8
1
3632
45 44
11
22
11
7 4
21
32
59
47
1215
0
10
20
30
40
50
60
70
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
Kesempatan bertukar
pikiran
belajar Matematika
hanya mendengarkan
belajar Matematika
dengan aktif
belajar Matematika
secara kolaboratif
Aktivitas Belajar Matematika
Karawang
Purwakarta
Diagram 3.7.5d. Aktivitas Belajar Matematika
Dari diagram di atas diperoleh informasi sekitar 77% siswa setuju bahwa guru
sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertukar pikiran, meskipun selanjutnya
mereka berpendapat bahwa pembelajaran matematika di kelas hanya mendengarkan dan
sekitar 60% berpendapat bahwa belajar matematika dilaksanakan secara aktif dan
kolaboratif.Hal senada disampaikan oleh siswa dari sekolah kontrol .
58
21 23
2021
63
56
1419
23
1415
323440
37
1211
15
33
23
4859
1418
16
1
2419
52
59
1821
0
10
20
30
40
50
60
70
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
Kesempatan
bertukar pikiran
belajar Sains hanya
mendengarkan
belajar Sains dengan
aktif
belajar Sains secara
kolaboratif
Aktivitas Belajar Sains
Karaw ang
Purw akarta
Diagram 3.7.5e. Aktivitas Belajar Sains
Untuk mata pelajaran sains 77% siswa menyatakan bahwa pembelajaran sains
memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertukar pikiran, meskipun dalam
pembelajaran sains 52% siswa menyatakan bahwa proses pembelajaran lebih banyak
mendengarkan. Sekitar 61% siswa menyatakan bahwa siswa belajar sains dengan aktif dan
pembelajaran dilaksanakan secara kolaboratif.
3.7 Tanggapan Guru terhadap Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu aktivitas yang diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran guru . Namun demikian kegiatan penelitian belum
merata dapat dilaksanakan oleh semua guru. Untuk mengungkap bagaimana pendapat guru
matematika dan sains mengenai penelitian tindakan kelas, daajukan beberapa pertanyaan
sebagai barikut;
1). Selama menjadi guru saya melakukan PTK
2). Selama menjadi guru saya berdiskusi bersama guru sejawat membahas permasalahan
pembelajaran.
3). Bersama guru sejawat saya mendiskusikan alternative solusi pembelajaran.
4). Bersama guru sejawat saya menyusun rencana PTK.
5). Dalam melakukan PTK saya berkolaborasi dengan PT.
6). Setelah selesai PTK saya mempublikasikan dalam jurnal atau sejenisnya.
7). Setelah selesai PTK saya mempresentasikan dalam seminar
59
Informasi yang diperoleh dari kuosioner yang disebarkan terhadap guru-guru sains
dan matematika di sekolah-sekolah target dan sekolah kontrol disajikan pada diagram
berikut;
Pelaksanaan PTK
16
4
9
54
1 1
11
17
10
1 1
11
24
3
11 1110
6
2
26
8
42
0
26
7
4 3
0
29
53 3
00
5
10
15
20
25
30
35
ST
ST
S R SS
SS
TS
TS R S
SS
ST
ST
S R SS
SS
TS
TS R S
SS
ST
ST
S R SS
SS
TS
TS R S
SS
ST
ST
S R SS
S
Melakukan
PTK
Diskusi
Masalah
Pembelajaran
Diskusi
alternatif
solusi
Penyusunan
rencana
PTK
Kolaborasi
dengan PT
Publikasi
di jurnal
Presentasi
di Seminar
fre
kuen
si
Purwakarta
Karawang
Diagram 3.7a. Pelaksanaan PTK
Dari 40 guru responden di sekolah-sekolah target diperoleh informasi bahwa 29
orang belum melaksanakan PTK, meskipun para guru tersebut sering mendiskusikan
masalah pembelajaran dan alternatif solusi pembelajaran dengan guru lain (27 orang), 31
orang menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa yang didiskusikan adalah rencana
penyusunan PTK, dan rata-rata 28 orang tidak setuju bahwa para guru sudah berkolabori
dengan PT, mempublikasikan dalam jurnal dan mempresentasikan hasil penelitiannya
dalam suatu seminar. Hal senada juga disampaikan oleh 7 orang guru responden dari
sekolah-sekolah kontrol.
Dalam kuosioner tersebut diungkap pula pertanyaan-pertanyaan mengenai
ketertarikan dan manfaat PTK untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan adalah:
1). Saya tertarik pada penelitian Tindakan Kelas (PTK).
2). PTK merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan peningkatan profesionalisme saya
3). PTK penting bagi saya karena dapat meningkatkan kemampuan saya meneliti
4). PTK penting bagi saya untuk mengatasi kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran
5). PTK penting bagi saya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
60
Inforamsi yang diperoleh adalah sebagai berikut;
Diagram 3.7b. Pentingnya PTK.
Dari kuosioner yang disampaikan pada guru-guru di sekolah target dan kontrol
hampir 95% guru-guru menyampaikan setuju dan sangat setuju bahwa mereka sangat
tertarik terhadap PTK; dan PTK dapat meningkatkan profesionalisme, meningkatkan
kemampuan meneliti dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Lebih jauh kuosioner mengungkap pendapat guru-guru tentang manfaat PTK bagi
peningkatan kualitas pembelajaran dan bagi pengingkatan karier guru sendiri. Pertanyaan
yang diungkapkan adalah sebagai berikut;
1). Saya merasa PTK berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2). Saya merasa PTK berguna untuk menambah angka kredit kenaikan pangkat.
3). Saya merasa PTK berguna untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi sertifikasi
guru.
4). Saya merasa PTK berguna untuk meningkatkan suasana akademik sekolah
Hasil yang diperoleh dari penyebaran kuosioner terhadap guru-guru di sekolah target dan guru-
guru di sekolah kontol disajikan pada diagram berikut;
Pentingnya PTK
01
2
28
9
0 0
2
29
9
1 1 1
26
11
01 1
27
11
0 01
28
11
0
5
10
15
20
25
30
35
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
Ketertarikan
terhadap PTK
PTK
meningkatkan
Prefesionalisme
PTK
meningkatkan
kemampuan
PTK dapat
mengatasi
kesulitan
PTK
meningkatkan
kualitas
fre
ku
en
si
Purw akarta
Karaw ang
61
Kegunaan PTK
0 0
2
26
12
0
2
5
23
8
01
5
21
9
0 0
2
32
6
0
5
10
15
20
25
30
35
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
Untuk
Meningkatkan
Hasil Belajar
Dapat menambah
angka kredit
Persiapan untuk
sertifikasi
Meningkatkan
suasana
akademik
Purwakarta
Karawang
Diagram 3.7c. Keguanaan PTK
Di daerah target, tiga puluh delapan orang guru setuju dan sangat setuju bahwa PTK
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, 33 orang setuju PTK dapat menambah angka kredit
karena dapat digunakan untuk persiapan sertifikasi, 35 orang setuju dan sangat setuju bahwa
PTK dapat meningkatkan suasana akdemik. Demikian pula pendapat serupa oleh guru-
guru di sekolah kontrol.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian yang berkembang akhir-akhir
ini, sehingga beberapa orang guru masih mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi
permasalahan ,melaksanakan, dan dalam menentukan alternative solusi pada PTK. Apakah
fenomena tersebut juga terjadi pada guru-guru di sekolah target dan guru-guru sekolah
kontrol. Untuk mengungkap hal tersebut berikut disajikan beberapa pertanyaan mengenai
fenomena itu;
1). Saya mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah.
2). Saya mengalami kesulitan dalam mencari alternatif solusi pemecahan masalah
3) Saya mengalami kesulitan dalam menyusun proposal PTK
4). Saya mengalami kesulitan dalam menyusun alat pengumpul data
5). Saya mengalami kesulitan dalam melaksanakan rancangan PTK
6). Saya belum memahami prosedur PTK
62
Kesulitan PTK
0
13
11
15
10
6
13
20
10
5
10
25
0 0
8 8
23
10
3
11
25
10
3
12
24
10
7
12
21
0
0
5
10
15
20
25
30
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
ST
S R S
SS
ST
S
TS R S
SS
Identif ikasi
Masalah
Mencari
Alternatif
Solusi
Penyusunan
Proposal
Pengumpulan
Data
Melaksanakan
PTK
Menulis
Laporan
Belum
Memahami
Prosedur PTK
fre
ku
en
si
Purwakarta
Karawang
Diagram 3.7d. Keguanaan PTK
Dari jawaban kuosioner dari guru-guru di sekolah target diperoleh informasi bahwa 24
orang menyatakan mereka mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah, 34 orang
setuju mereka mengalami kesulitan dalam mencari alternatif solusi, 25 orang setuju mereka
menalami kesultan dalam menyusun proposal, 23 orang setuju mereka mengalami kesulitan
dalam mengumpulkan data, 36 orang mengalami kesulitan dalam melaksanakan PTK, 36
orang setuju mengalami kesulitan dalam menulis laporan dan 33 orang setuju mereka belum
memahami prosedur PTK. Hal senada disampaikan oleh guru-guru pada kelompok kontrol.
Dari informasi yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa guru-guru di
sekolah target dan guru-guru di sekolah kontrol merasa sangat tertarik dengan pelaksanaan
PTK. Karena PTK dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan karier
guru berkaitan dengan pelaksanaan sertifikasi. Namun mereka masih belum memhami
secara benar prosedur pelaksanaan PTK. Dengan demikian akan sangat berguna jika mereka
mendapat bantuan untuk meningkatkan pemahamannya tentang PTK.
63
4. HASIL ANALISIS DATA KUALITATIF KABUPATEN KARAWANG 4.1 Analisis Pembelajaran
Hasil observasi pembelajaran mata pelajaran fisika, kimia biologi dan matematika di
Kabupaten Karawang diuraikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.1a. ANALISIS PEMBELAJARAN Fisika DI SMPN 1 KLARI KABUPATEN KARAWANG
NO. INDIKATOR BASELINE SURVEY
Indikasi Positif Indikasi Negatif
1 Kegiatan awal
• Sebagian siswa memperhatikan guru ketika membuka pelajaran
• Sebagian siswa tampak tertarik pada ilustrasi yang disajikan guru
• Sebagian siswa tampak termotivasi
• Tidak ada kegiatan merumuskan masalah
• Sedikit siswa yang dapat menangkap tujuan pembelajaran yang dsampaikan guru
• Hanya 2 orang siswa yang merespon pertanyaan guru
2 Kegiatan Inti
• Media/alat peraga tersedia cukup baik.
• Sebagian siswa tampak aktif dan berkesempatan untuk eksplorasi, investigasi dan melakukan percobaan
• Sebagian siswa tampak memperoleh data atau informasi yang diperlukan
• Sebagian siswa menemukan jawaban atau kesimpulan yang dicari
• Sebagian siswa tampak terdorong untuk aktif dalam kerja kelompok dan penyajian data
• Hampir tak ada siswa yang pasif, mengantuk atau kurang perhatian, meskipun masih ada beberapa siswa yang terlihat tertekan.
• Tidak ada kegiatan urun pendapat untuk perumusan masalah
• Siswa tidak terstimulus untuk berfikir tingkat tinggi
• Tak ada siswa yang mengajukan jawaban atau kesimpulan
• Papan tulis belum digunakan secara proporsional
• Diskusi kelompok kurang berlangsung secara partisipatif
• Siswa kurang didorong untuk belajar mandiri
• Kemampuan siswa dalam menggunakan KIT dan memahami LKS masih kurang
• Masih ada siswa yang keliru dalam melakukan pengamatan
3 Kegiatan Akhir • Siswa dapat membuat
rangkuman pada akhir pembelajaran
• Siswa belum dapat memberi contoh dan mengaplikasikan konsep
64
NO. INDIKATOR BASELINE SURVEY
Indikasi Positif Indikasi Negatif
4 Hands-on activity
• Tujuan praktikum sesuai dengan tujuan pembelajaran
• Guru memberikan pengarahan kegiatan laboratorium yang relevan
• Sebgain siswa antusias dalam melakukan percobaan meskipun tidak semua siswa terlibat dalam diskusi kelompok
• Guru tidak memberi penjelasan secara lengkap tentang teknik lab yang benar dan aman Belum seluruh siswa terlibat aktif dlam kegiatan praktikum
• Tidak ada alat buatan guru yang digunakan dalam praktikum.
• Pengembangan keterampilan proses kurang distimulasi.
Tabel 4.1b. ANALISIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPN 1 JATISARI KABUPATEN KARAWANG
NO. INDIKATOR BASELINE SURVEY
Indikasi Positif Indikasi Negatif
1 Kegiatan awal
• Siswa memperhatikan guru ketika membuka pelajaran
• Siswa menangkap tujuan pembelajaran yang disampaikan guru
• Siswa tertarik pada ilustrasi yang disajikan guru
• Siswa tampak termotivasi/bersemangat
• Siswa membantu menyiapkan alat/media yang diperlukan
• Tak ada siswa yang mengajukan permasalahan/pertanyaan
2 Kegiatan Inti
• Sebagian siswa berkesempatan dan aktif untuk melakukan eksplorasi, investigasi dan percobaan
• Siswa memperoleh informasi, jawaban, kesimpulan yang diperlukan
• Media/alat peraga tersedia cukup memadai
• Sebagian siswa tampak terstimulasi untuk berpikir tingkat tinggi
• Papan tulis telah digunakan secara proporsional dan efisien
• Siswa telah didorong untuk
• Tidak ada kegiatan urun pendapat untuk perumusan masalah
• Siswa kurang didorong untuk berpartisipasi aktif dalam kerja kelompok
• Tidak ada diskusi kelompok • Banyak siswa yang pasif,
mengantuk atau kurang perhatian
• Masih ada siswa yang belum termotivasi
• LKS yang digunakan tidak dibuat guru
65
NO. INDIKATOR BASELINE SURVEY
Indikasi Positif Indikasi Negatif berpartisipasi, berprestasi dan belajar mandiri
3 Kegiatan Akhir
• Sebagian siswa memahami tugas rumah
• Sebagian siswa mengerjakan evaluasi dengan tertib
• Sebagian siswa membuat rangkuman pada akhir pembelajaran
• Siswa belum dapat memberi contoh
• Ada siswa yang kurang memperhatikan tugas rumahnya
4 Hands-on activity
• Kegiatan praktikum sesuai dengan tujuan pembelajaran
• Teknik lab yang benar dan aman telah diberikan secara lengkap
• Seluruh siswa telah didorong untuk melakukan praktek dan observasi
• Peralatan praktek yang dirancang guru digunakan dengan baik.
• Pengembangan keterampilan proses distimulus secara efektif
• Arahan kegiatan praktek yang diberikan pada fase pra lab belum relevan
• Guru tidak membuat LKS khusus untuk pembelajaran dan petunjuk hands on activity nya diberikan secara lisan saja
• didominasi oleh guru
Tabl 4.1c. ANALISIS PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DI SMPN 2 CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG
NO. INDIKATOR BASELINE SURVEY
Indikasi Positif Indikasi Negatif
1 Kegiatan awal
• Sebagian siswa memperhatikan guru ketika membuka pelajaran
• Siswa tampak termotivasi/semangat
• Sebagian siswa tertarik pada ilustrasi yang disajikan guru
• Tak ada siswa yang mengajukan masalah/pertanyaan
• Sebagian Siswa tidak menangkap tujuan pembelajaran yang disampaikan guru
• Tak ada siswa yang membantu menyiapkan alat/media yang diperlukan
2 Kegiatan Inti
• Sebagian siswa berkesempatan dan aktif dalam eksplorasi, investigasi dan melakukan percobaan
• Siswa memperoleh data, informasi, jawaban dan kesimpulan yang diperlukan
• Tak ada urun pendapat untuk merumuskan masalah
• Media/alat peraga kurang cukup tersedia
• Siswa kurang distimulus untuk berpikir tingkat tinggi
• Sebagian besar siswa pasif,
66
NO. INDIKATOR BASELINE SURVEY
Indikasi Positif Indikasi Negatif • Papan tulis telah digunakan
secara proporsional dan efisien
• Siswa terdorong untuk berpartisipasi aktif dalam kerja kelompok dan penyajian data
• Siswa mengikuti diskusi kelompok secara partisipatif
• Siswa didorong untuk berpartisipasi, berprestasi dan belajar mandiri
• Kegiatan pembelajaran diobservasi oleh 7 orang guru sejawat dari SMP yang sama
mengantuk dan kurang perhatian
• Masih ada beberapa siswa yang terlihat tertekan
.
3 Kegiatan Akhir
• Siswa memahami bahan tugas rumah
• Kesimpulan dibuat siswa dengan bimbingan guru
• Sebagian besar siswa belum dapat memberi contoh dan mengaplikasikan konsep
• Sebagian besar siswa tidak tertib dalam mengerjakan evaluasi
• Sebagian besar siswa belum dapat membuat rangkuman pada akhir pembelajaran
4 Hands-on activity
• Teknik lab yang benar dan aman telah diberikan secara lengkap
• Peralatan buatan guru yang digunakan dalam praktek bekerja cukup baik
• Pengembangan keterampilan proses distimulasi secara efektif
• LKS yang digunakan open ended meskipun diperoleh dari buku sumber
• Arahan kegiatan praktek yang diberikan pada fase pra lab relevan
• Kegiatan praktikum yang diberikan kurang relevan dengan tujuan pembelajaran
Tabel 4.1d. ANALISIS PEMBELAJARAN
Fisika DI SMPN 2 RENGASDENGKLOK KABUPATEN KARAWANG
NO. INDIKATOR BASELINE SURVEY
Indikasi Positif Indikasi Negatif
1 Kegiatan awal • Sebagian siswa
memperhatikan guru ketika membuka pelajaran
• Tidak ada kegiatan merumuskan masalah atau pertanyaan
67
NO. INDIKATOR BASELINE SURVEY
Indikasi Positif Indikasi Negatif • Siswa nampak tertarik
dengan ilustrasi yang disajikan guru
• Sebagian besar Siswa tidak menangkap tujuan pembelajaran yang disampaikan guru
• Siswa nampak kurang termotivasi
• Tak ada siswa yang membantu menyiapkan alat/media yang diperlukan
2 Kegiatan Inti
• Siswa berkesempatan melakukan eksplorasi, dan investigasi
• Papan tulis digunakan secara proporsonal dan efisien
• Ada siswa yang aktif dalam menyajikan data
• Tidak ada kegiatan urun pendapat untuk perumusan masalah
• Siswa tidak mendapat informasi yang diperlukan, jawaban atau kesimpulan yang dicari
• Media/alat peraga tak tersedia • Siswa tak terstimulasi untuk
berpikir tingkat tinggi • Siswa tidak mengajukan
jawaban atau kesimpulan • Siswa tidak terdorong untuk
berpartisipasi aktif dalam kerja kelompok
• Siswa kurang terlibat dalam penyajian data
• Siswa tidak aktif dalam melakukan percobaan atau investigasi
• Diskusi kelompok kurang berlangsung secara partisipatif
• Siswa pasif, mengantuk dan kurang perhatian
• Masih ada siswa yang terlihat tertekan
• Siswa kurang didorong untuk berpartisipasi, berprestasi dan belajar mandiri
3 Kegiatan Akhir
• Sebagian siswa dapat membuat rangkuman di akhir pembelajaran
• Siswa tak dapat memberi contoh dan mengaplikasikan konsep
• Siswa tidak memahami tugas rumah
• Siswa tidak mengerjakan
68
NO. INDIKATOR BASELINE SURVEY
Indikasi Positif Indikasi Negatif evaluasi dengan tertib
4 Hands-on activity • Tujuan demonstrasi sesuai
dengan tujuan pembelajaran
• Kegiatan demonstrasi yang dilakukan tidak melibatkan siswa. (siswa hanya melihat saja)
Tabel 4.1e. ANALISIS PEMBELAJARAN
Fisika DI SMPN 6 KABUPATEN KARAWANG
NO. INDIKATOR BASELINE SURVEY
Indikasi Positif Indikasi Negatif
1 Kegiatan awal
• Siswa memperhatikan guru ketika membuka pelajaran
• Guru membuka pelajaran dengan mengajukan beberapa pertanyaan
• Siswa termotivasi dan dapat menangkap tujuan pembelajaran yang disampaikan guru dengan baik
• Siswa tidak tertarik pada ilustrasi yang disajikan guru
• Siswa tidak bertanya atau mengajukan permasalahan kepada guru
2 Kegiatan Inti
• Siswa mendapatkan informasi relevan yang diperlukan
• Siswa menemukan sendiri jawaban atau kesimpulan yang dicari
• Guru telah menggunakan papan tulis secara proporsional
• Siswa didorong untuk belajar mandiri
• Siswa didorong untuk berpartisipasi maupun berprestasi meskipun ada yang kelihatan tertekan.
• Siswa terlibat aktif dalam penyajian data
• Sedikit siswa yang urun pendapat dalam perumusan masalah
• Siswa kurang mendapat kesempatan investigasi dan eksplorasi
• Tidak tampak media/alat peraga
• Siswa kurang terstimulus berfikir tingkat tinggi.
• Siswa kurang didorong untuk aktif dalam kerja kelompok sehingga diskusi kelompok kurang berjalan dengan baik
• PBM dilaksanakan secara konvensional dimana guru ceramah tentang konsep lalu memberi contoh soal dan siswa mengerjakan soal.
• Sebagian siswa tampak pasif, mengantuk dan kurang perhatian
69
NO. INDIKATOR BASELINE SURVEY
Indikasi Positif Indikasi Negatif
3 Kegiatan Akhir • Siswa mengerjakan evaluasi
dengan tertib dan memahami bahan untuk tugas rumah
• Siswa kurang dapat mengaplikasikan konsep termasuk membuat rangkuman pada akhir pembelajaran
4 Hands-on activity
Ada upaya guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
• Tidak ada praktikum sehingga hands on activity, local material tidak digunakan.
Tabel 4.1f. ANALISIS PEMBELAJARAN
Biologi DI SMPN 8 KABUPATEN KARAWANG
NO. INDIKATOR BASELINE SURVEY
Indikasi Positif Indikasi Negatif
1 Kegiatan awal
• Seluruh siswa memperhatikan guru ketika membuka pelajaran
• Hampir semua siswa tampak menangkap tujuan pembelajaran yang disampaikan guru
• Siswa tampak termotivasi dan tertarik dengan ilustrasi yang disajikan guru
• Siswa membantu menyiapkan alat/media yang diperlukan
2 Kegiatan Inti
• Siswa berkesempatan urun pendapat untuk merumuskan masalah.
• Siswa berkesempatan untuk melakukan eksplorasi, dan investigasi
• Siswa distimulus untuk berpikir tingkat tinggi
• Siswa memperoleh informasi yang relevan
• Siswa menemukan jawaban dan kesimpulan yang dicari
• Tidak ada alat peraga/media yang digunakan kecuali charta
• Tidak ada kerja kelompok • Sebagian siswa tampak pasif,
mengantuk atau kurang perhatian
• Siswa kurang didorong untuk berpartisipasi, berprestasi dan belajar mandiri.
• Papan tulis belum digunakan secara proporsional
3 Kegiatan Akhir
• Siswa diberi kesempatan untuk mengisi LKS dan menuliskannya dipapan tulis
• Siswa mengerjakan evaluasi
• Guru menyimpulkan sendiri • Siswa tidak diberi
kesempatan untuk membuat rangkuman pada akhir
70
NO. INDIKATOR BASELINE SURVEY
Indikasi Positif Indikasi Negatif dengan tertib
• Siswa memahami bahan untuk tugas rumah
pembelajaran
4 Hands-on activity • Siswa mengerjakan LKS
sesuai dengan tujuan pembelajaran
• Tak ada kegiatan praktikum
4.2. Hasil Observasi Situasi dan Kondisi Sekolah di Kabupaten Karawang
Berdasarkan hasil observasi kondisi dan situasi sekolah di delapan sekolah sampel
terhadap komponen Kondisi sekolah dan fasilitas belajar dapat diidentifikasi berdasarkan
indikasi positif dan indikasi negative berikut ini.
Indikasi Positif Kondisi Sekolah dan Fasilitas Belajar
• Pada umumnya akses alat transportasi ke sekolah mudah, baik dengan kendaraan beroda
dua maupun beroda empat, karena kondisi jalan yang baik.
• Pada umumnya pemeliharaan sekolah berada pada kategori cukup terpelihara dan
terpelihara dengan baik. Hal ini memberikan gambaran bahwa kondisi sekolah cukup
mendukung untuk melaksanakan aktivitas belajar dan mengajar.
• Jumlah meja dan kursi di dalam kelas, lima sekolah sangat memadai karena satu kursi
untuk satu siswa.. Hal ini dapat memberikan informasi bagaimana fleksibilitas ruangan
jika didesain untuk belajar bekelompok.
• Semua sekolah menggunakan buku sumber dari penerbit tertentu yang ditetapkan
sekolah. Buku tersebut diwajibkan untuk dimiliki setiap siswa, namun ada sekolah yang
memberi kesempatan bagi siswa yang tidak mampu untuk meminjam dari perpustakaan
sekolah.
• Hampir semua sekolah memiliki fasilitas penerangan, fentilasi, air, dan listrik memadai.
Indikasi Negatif Kondisi Sekolah dan Fasilitas Belajar
Permasalahan yang ditemukan tentang kondisi sekolah dan fasilitas belajar adalah sebagai
berikut :
Ø Posisi sekolah terhadap kota kabupaten (5-30 km) bervariasi. Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh perkotaan terhadap situasi dan kondisi sekolah bervariasi.
71
Ø Hampir semua sekolah sedang mengalami renovasi. Sehingga sulit mengakibatkan ada
sekolah yang dijadikan dua shift, laboratorium yang dijadikan kelas, serta laboratorium
yang tidak dapat digunakan karena sedang dipugar.
Ø Ukuran dan kapasitas kelas pada dua sekolah berada pada kategori cukup memadai (9x10
m2) untuk 48-50 orang. Dan beberapa sekolah lainnya cukup memadai ukuran 7x9 m2
untuk 48 orang. Hal ini dapat memberikan gambaran bagaimana kondisi pembelajaran di
kelas dengan rasio guru:jml siswa.
Ø Fasilitas pembelajaran di kelas sangat kurang Pada salah satu sekolah ada yang
dilenglapi VCD player dan TVdari 30 kelas 10 kelas sudah dilengkapi TV video
pembelajaran (SMP Klari ) Benda-benda manipulatif untuk pembelajaran matematika
masih sangat terbatas.
Ø Jumlah buku paket sangat terbatas, sehingga siswa harus membeli sendiri. Keberadaan
perpustakaan bervariasi, dengan jumlah buku ada yang mencapai 3000 buah ,buku
matematika berkisar 75 sampai 900 buah , dan sains berkisar antara 100 sampai 900 buah
buku. Hal ini memberikan gambaran bahwa sumber belajar berupa buku pada setiap
sekolah bervariasi, bahkan di Jenis buku sumber yang dimiliki bervariasi dari 500 sampai
25 buku. Dan ada satu sekolah yang tidak memiliki perpustakaan.
Ø Kegiatan ekstrakulikuler yang dilakukan pada umumnya adalah kegiatan Olimpiade
matematika dan sains, sedangkan KIR hanya dilakukan oleh satu sekolah saja.
4.3. Kapasitas Guru Matematika dan Sains Kabupaten Karawang
4.3.1. Kapasitas Guru Matematika
Indikasi Positif tentang Kapasitas Guru Matematika
• Kepala sekolah pada umumnya mendorong guru untuk meningkatkan kualitas kinerja
guru dengan memfasilitasi guru untuk mengikuti MGMP, dan mendorong untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.
• Interaksi sosial antara guru di sekolah baik. Para guru Matematika dan Sains memiliki
motivasi untuk meningkatkan kinerja dan sangat mengharapkan inovasi-inovasi
pembelajaran baik matematika maupun sains.
• Guru matematika masih merasa belum puas karena kegiatan pembelajaran masih belum
optimal. Upaya yang dilakukan dengan saling tukar pikiran dengan guru lain
72
• Para guru berpendapat bahwa matematika sebagai mata pelajaran sangat penting
diberikan kepada siswa di sekolah. Selain sangat berguna sebagai alat Bantu dalam
kehidupan, juga sebagai alat bantu untuk pelajaran lain.
• Ada upaya yang dilakukan guru matematika dalam mengatasi kesulitan siswa diantaranya
adalah menjelaskan kembali, memberikan contoh-contoh yang lengap dan bervariasi, dan
memberi kesempatan siswa saling belajar dari sesama siswa melalui belajar kelompok.
• Kadang-kadang guru matematika melakukan pembelajaran dengan diskusi. Siswa
berpendapat bahwa dengan pembelajaran tersebut, siswa belajar untuk berani ke depan
dan mengemukakan pendapat, lebih mandiri, bekerja lebih teliti karena harus
ditampilkan. Dengan diskusi bisa bekerjasama dengan siswa yang lain.
• Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran matematika adalah kertas lipat, mistar,
jangka, busur derajat dan macam-macam bangun ruang.
Indikasi Negatif tentang Kapasitas Guru Matematika
Ø Terdapat adanya mismatch antara latar belakang pendidikan dengan tugas mengajar.
Pada umumnya guru-guru sudah melalui pendidikan S1 walaupun dari bidang study
yang berbeda dengan tugas mengajar mereka .
Ø Beban mengajar guru matematika dan sains pada antara 15-24 jam/minggu.
Ø Kecenderungan pembelajaran matematika dan sains masih bersifat tradisional (teacher
centered) dengan menggunakan metode ceramah. Jarang menggunakan laboratorium
untuk kegiatan pembelajaran sains.
Ø Masih jarang guru matematika yang melaksanakan kegiatan hands-on dalam
pembelajaran. Biasanya menggunakan pendekatan konvensional, seperti menjelaskan,
memberikan contoh soal, dan memberikan soal latihan. Metode yang paling disenangi
guru adalah ceramah, tanya jawab, tugas dan sesekali kerja kelompok.
Ø Guru matematika melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran melalui evolusi proses
dan evolusi hasil. Evaluasi proses dilakukan melalui pengamatan terhadap kegiatan
siswa. Evaluasi hasil belajar pada umumnya melalui ulangan harian/kuis dan tes
sumatif. Aspek yang dievaluasi hanya pada ranah kognitif.
Ø Banyak siswa yang tidak menyenanginya karena mereka kesulitan dalam belajar
matematika. Akibatnya mereka malas, kurang perhatian ketika kegiatan pembelajaran.
73
Belajar matematika tergantung kepada guru yang mengajar, jika guru menerangkan
dengan baik, maka mudah dimengerti.
Ø Siswa berpendapat kadang kala sulit belajar matematika, karena banyak rumus dan
angka, menuntut berfikir, dan materinya sulit. Namun kadang mudah untuk
mempelajarinya. Belajar matematika tergantung kepada guru yang mengajar, jika
gurur menerangkan dengan baik, maka mudah dimengerti. Siswa ada juga yang
berpendapat Matematika adalah pelajaran yang menantang.
Ø Pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam mengemukakan pertanyaan, baik
kepada guru maupun kepada siswa lain.
4.3.2. Kapasitas Guru Sains
Indikasi Positif tentang Kapasitas Guru Sains
• Para guru sains pernah melakukan pembelajaran selain dengan metode ceramah yaitu ada
yang menggunakan, Pembelajaran berbasis masalah, kooperatif learning tipe jigsaw dan
NHT, demonstrasi, keterampilan proses dan inkuri, dan metode disesuaikan dengan
materi.
• Menurut pendapat siswa belajar biologi itu mudah.
• Ada upayan yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan misalnya :belajar sendiri, jika
tidak bisa maka bertanya kepada teman, guru, kakak dan orang tua. Adapula siswa yang
membuat strategi sendiri, misalnya untuk menghadapi istilah-istilah latin yang dikaitkan
dengan nama-nama yang mudah dan ada disekitar siswa.
• Evaluasi pembelajaran sains pada umumnya telah melakukan evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Evaluasi proses ada yang dipahami sebagai evaluasi formatif sebagai feed
back, evaluasi berbasis kelas, aktivitas siswa, dan untuk kerja. Evaluasi hasil ada yang
melakukan tes tulis, lisan, dalam bentuk laporan tertulis, dan ulangan harian dan sumatif.
• Pada umumnya guru belum merasa puas dengan pembelajaran yang telah dilakukan,
walaupun telah dilakukan upaya tetapi tidak mengalami perubahan dari segi hasil belajar,
sehingga sangat mengharapkan inovasi-inovasi pembelajaran yang dapat mengatasi
masalah pembelajaran yang dihadapi.
• Pada umumnya guru menggunakan lebih dari satu buku sumber, dan juga membaca buku-
buku tentang materi pelatihan yang telah diperolehnya.
74
• Pada umumnya semua guru pernah melakukan inovasi pembelajaran antara lain : pernah
melakukan PTK, memberi penghargaan pada anak, memberikan perbandingan waktu di
Inodonesia dan di luar negeri, guru bercerita dulu sebelum mengajar.
Indikasi Negatif tentang Kapasitas Guru Sains
Ø Kegiatan hands-on yang dilakukan hanya pada beberapa topic saja. Hal ini disebabkan
karena peralatan yang kurang.
Ø Ketersediaan alat peraga sangat kurang dan keterampilan guru dalam membuat alat
peraga sangat rendah.
Ø Pembelajaran sains pada umumnya berlangsung dengan cara konvensional : guru
menerangkan konsep, memberi contoh soal dan kemudian siswa mengerjakan latihan
soal. Namun ada kelas dimana guru memberikan kuis dan reward dan menggunakan
metode diskusi.
Ø Pada umumnya siswa tidak menyenangi pelajaran fisika dan juga kimia. Masalah yang
dihadapi siswa diantaranya sulit memahami buku sumber, siswa tidak tahu penggunaan
konsep yang dipelajarinya dan kurang termotivasi untuk belajar fisika. Siswa mendapat
masalah dalam menghadapai rumus-rumus fisika dan kimia, juga menghadapi istilah-
istilah latin dalam biologi.
Ø Siswa pada umumnya tidak memiliki buku sumber lain, selain buku yang diwajibkan.
Ø Pada umumnya siswa mempelajari sains dengan memperbanyak latihan soal-soal dan
menghapal di rumah.
Ø Dalam mengevaluasi hasil belajar, pada umumnya guru sains, mengalami kesulitan dalam
membuat format penilaian proses. Jika adapun sulit menerapkannya karena rasio guru dan
siswa terlalu besar. Permasalahan lain adlaah evaluasi efektif fan psikomotor dilakukan di
akhir blok, hanya untuk memenuhi tuntutan saja. Permasalahan lain adalah format raport
yang tidak sesuai dengan yang dilaksanakan di lapangan.
Ø LKS yang digunakan dalam pembelajaran adalah LKS yang sudah dibuat oleh penerbit
tertentu. Tapi kendalanya terkadang tidak sesuai dengan materi, untuk membuat sendiri
tidak ada waktu karena beban mengajar 15-24 jam/minggu.
Ø Masalah yang sering muncul dalam pembelajaran sains antara lain : mengkomunikasikan
konsep pada siswa, adanya bahasa ilmiah dan banyak rumus, waktu yang tidak cukup.
75
4.3. 3. Pengelolaan Laboratorium di Kabupaten Karawang
Ø Adanya biaya yang dianggarkan oleh sekolah untuk mengikuti kegiatan MGMP. Ø Saran yang diberikan guru sains untuk kegiatan MGMP adalah: perlu pengkondisian
dan pemantauan dari atas secara formal, perlu menghadirkan expert dalam bidang
pendidikan, kegiatan yang dapat melibatkan semua guru dan membahas tentang praktek
pembelajaran sains di kelas.
Ø Keberadaan lab sains pada umumnya kurang memadai bahkan ada sekolah yang tidak
punya laboratorium (SMP 8 ), hal ini disebabkan angggaran biaya untuk lab kurang dan
sebagian lagi sedang direnovasi.
5. HASIL ANALISIS DATA KUANTITATIF BASELINE SURVEY DI KOTA
SURABAYA
5.1 Informasi Pribadi Responden
5.1.1 Kepala Sekolah
Pendidikan Kepala Sekolah di Surabaya
S2
100%
S1
0%
D1
0%D2
0%
D3
0%S3
0%
D1
D2
D3
S1
S2
S3
Pendidikan Kepala Sekolah di Gresik&Sidoarjo
0% 0%0%
0%
100%
0%
D1
D2
D3
S1
S2
S3
Diagram 5.1.1 Pendidikan Kepala Sekolah
Berdasarkan diagram lingkaran di atas, pendidikan kepala sekolah –sekolah target
di kabupaten Pasuruan sebanyak 100% berpendidikan S2, demikian pula pendidikan
kepala sekolah di sekolah kontrol.
76
5.1.2 Guru
Latar Belakang Pendidikan Guru di sekolah target dan sekolah kontrol dapat dilihat
pada diagram berikut ini.
Pendidikan Guru Di Surabaya
S184.61 %
S215.38 %
D1
D2
D3
S1
S2
S3
Pendidikan Guru Di Gresik Sidoarjo
S2
20 %
D3
10 %
S1
70 %
D1
D2
D3
S1
S2
S3
Diagram 5.1.2. Tingkat Pendidikan Guru di Surabaya dan Gersik-Sidoardjo
Pendidikan guru-guru di sekolah-sekolah target 84,61% berpendidikanS1, dan
15,38% berpendidikan S2. Sedangkan pendidikan guru-guru di sekolah-sekolah kontrol
dapat dilihat pada diagram lingkaran di atas, yaitu 10% berpendidikan D3, 70%
berpendidikan S1 dan 20% berpendidikan S2.
Adapun bidang studi keahlian guru-guru di sekolah-sekolah target dan kontrol
adalah sebagai berikut.
77
Bidang Studi Keahlian di Surabaya
46%
26%
26%
0%
2%
Matematika
Fisika
Biologi
Kimia
Lainnya
Bidang Studi Keahlian Guru Di Gresik Sidoarjo
30 %
10 %10 %
50 %
Matematika
Fisika
Biologi
Kimia
Lainnya
Diagram 3.1.3 Bidang Studi Keahlian Guru di Pasuruan
Bidang studi keahlian dari guru-guru di sekolah– sekolah target terdiri dari 46 %
bidang Matematika, 26% bidang Fisika, 26% bidang Biologi, dan 2% bidang lainnya,
sedangkan di sekolah-sekolah kontrol 50% bidang Matematika, 30% bidang Fisika, 10%
bidang Biologi dan 10% bidang Kimia.
Terdapat 2 orang guru di sekolah target yang mengajar di sekolah lain, sedangkan di
sekolah kontrol terdapat 3 oarang guru yang mengajar di sekolah lain.
5.1.3 Pejabat Pendidikan
Pejabat pendidikan yang disurvey terdiri dari 3 orang dengan tingkat pendidikan 2
orang berpendidikan S2 dan 1 orang berpendidikan S1. Kesepuluh pejabat tersebut telah
menjabat di dinas pendidikan antara 1- 23 tahun.
5.2 Informasi Tentang Sekolah Sampel
Rasio guru siswa di sekolah target dan sekolah kontrol adalah sebagai berikut.
Tabel 5.2 Rasio Guru Siswa
Kabupaten Kategori Jumlah Guru
Jumlah Siswa Rasio guru: Siswa
Kab/Kodya Surabaya
Target 501 7213 1: 14
Kab Gersik-Sidoardjo
Kontrol 110 1565 1: 14
Jumlah siswa yang drop out dan jumlah siswa yang tidak naik kelas dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
78
Table 5.2.Jumlah Siswa yang drop out dan jumlah siswa yang tidak naik kelas
Kasus Tahun Kab/Kodya Surabaya
Kab Gersik-
Sidoardjo
Total
Putus Sekolah
2005 1 0 1
2006 0 0 0
2007 4 0 4
Rata-rata 2 0 2
Mengulang Kelas
2005 12 0 12
2006 4 0 4
2007 10 0 10
Rata-rata 9 0 9
Berdasarkan data di atas rata-rata dalam tiga tahun terakhir diperoleh informasi 2
orang siswa drop out di sekolah target sedangkan di sekolah kontrol tidak ada yang drop
out.. Sedangkan kasus siswa yang tidak naik kelas rata-rata dalam tiga tahun terakhir
sebanyak 9 orang di sekolah target dan tidak ada yang tidak naik kelas di sekolah kontrol.
5.3 Kegiatan MGMP
5.3.1 Pengetahuan Kepala sekolah dan Keterlibatan dalam kegiatan MGMP.
Pengetahuan kepala sekolah terhadap kegiatan MGMP dapat digali melalui angket
dengan respon seperti pada tabel berikut ini.
Table 5.3.1 Pengetahuan Kepala sekolah dan Keterlibatan dalam kegiatan MGMP
Kabupaten/ Kota
Apakah Anda tahu isi kegiatan MGMP?
Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan MGMP?
Ya Tidak Ya Tidak Surabaya 7 1 5 3 Gersik-Sidoardjo
1 1 1 1
Total 8 2 6 4
Berdasarkan tabel tersebut 7 orang kepala sekolah target menyatakan mengetahui isi
kegiatan MGMP, 1 orang tidak mengetahui, dan 5 orang menyatakan pernah mengikuti
kegiatan MGMP, 3 orang tidak pernah. Sedangkan di sekolah kontrol 1 orang kepala
sekolah mengetahui isi dan pernah mengikuti tentang kegiatan MGMP, dan 1 orang yang
tidak mengetahui dan tidak pernah mengikuti kegiatan MGMP.
79
5.3.2 Keikutsertaan Guru dalam Kegiatan MGMP
Keikutsertaan guru-guru dalam mengikuti kegiatan MGMP dapat ditunjukan pada
diagram berikut ini.
2
0.2
3.73.2
0
1
2
3
4
Jumlah Keg
MGMP
Jumlah hari
Partipasi Kegiatan MGMP
Surabaya
Gersik-Sidoardjo
Diagram 5.3.2 Keikutsertaan Guru Dalam Kegiatan MGMP
Berdasarkan data di atas guru-guru di sekolah target rata-rata mengikuti 2 kegiatan
MGMP selama periode tahun ajaran 2006/2007 dengan rata-rata 3.7 hari kerja dalam satu
tahun terakhir. Sedangkan di sekolah kontrol guru-guru menyatakan telah mengikuti
kegiatan MGMP dengan rata-rata 0.2 kegiatan dalam satu tahun dengan rata-rata 3.2 hari
kerja.
5.3.3 Evaluasi Kegiatan MGMP menurut Guru dan Kepala Sekolah
Berdasarkan pengalaman guru-guru dalam mengikuti kegiatan MGMP memberikan
evaluasi tentang kekuatan dari kegiatan yang pernah diikuti. Respon guru-guru dapat
ditunjukkan pada diagram 5.3.3 berikut ini:
80
Kekuatan Kegiatan MGMP di Surabaya
43.5951.28
46.15
79.49
38.46
15.38
37.5
50 50
62.5
50
12.5
50
75
0
75
50
25
0.00
10.00
20.00
30.00
40.0050.00
60.00
70.00
80.00
90.00100.00
P eng
e tahu
an
Me to
d e P
embe
laja r
an
P er soa
lan K
e las
Ber tuk
a r P
ik ira
n Mo t
ivasi
K emam
puan
Aka
dem ik
Kekuatan
Guru (%)
Kepsek (%)
Pejabat Dinas (%)
Diagram 5.3.3a Kekuatan Kegiatan MGMP di Surabaya dan Sidoarjo
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sekitar 80 % guru-guru di
sekolah target menyatakan bahwa kegiatan MGMP memberikan kesempatan bertukar
pikiran dan pengalaman. Sedangkan dibawah 50 % guru menyatakan bahwa kegiatan
MGMP dapat membantu guru menguasai lebih mendalam pengetahuan bidang studi;
membekali guru dengan metode pembelajaran yang inovatif; memotivasi guru untuk
meningkatkan mutu pembelajarannya. Dan hanya 15 % menyatakan dapat membantu guru
dalam meningkatkan kemampuan akademiknya.
Menurut Kepala sekolah dan pejabat pendidikan di atas 50 % menyatakan bahwa
kegiatan MGMP dapat membekali guru dengan metode pembelajaran yang inovatif dan
dapat memotivasi guru untuk meningkatkan mutu pembelajarannya.
Terdapat perbedaan pendapat antara pejabat pendidikan, kepala sekolah dan guru,
namun dalam hal ini pendapat guru yang lebih diperhatikan karena merekalah yang menjadi
pelaksana dalam proses pembelajaran di kelas.
Disamping kekuatan MGMP, diungkap pula kelemahan-kelemahannya. Informasi
dari guru, kepala sekolah disajikan pada diagram di bawah ini;
81
Kelemahan Kegiatan MGMP di Gresik & Sidoarjo
10.26 12.82
43.59
28.21
38.46
0.0 0.0
37.5 37.5
62.5
12.5
0 0
75 75
100
05.13
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
Materi
Kegiatan Tidak
Sesuai
Instruktur
kurang mampu
Partisipasi
rendah
Koordinasi
Lemah
Kurang
dukungan
Lainnya
Guru (%)
Kepsek (%)
Pejabat Dinas (%)
Diagram 5.3.3b Kelemahan Kegiatan MGMP di Surabaya dan Sidoarjo
Berdasarkan diagram di atas, tampak jelas kelemahan menurut guru dan kepala
sekolah dan pejabat pendidikan menyatakan bahwa “Kurang memperoleh dukungan dan
sumber daya (dana dan fasilitas) secara memadai”. Sedangkan pendapat guru yang paling
menonjol tentang kelemahan kegiatan MGMP adalah “Hanya sejumlah kecil guru
menghadiri kegiatan pelatihan dan kurang memperoleh dukungan dan sumber daya (dana
dan fasilitas) secara memadai”.
Berdasarkan hasil survey tersebut diharapkan menjadi perhatian bagi pelaksana
program untuk lebih memperhatikan aspek-aspek tersebut.
5.3.4 Kebutuhan Guru
Kebutuhan guru dalam meningkatkan kualitas pembelalajaran menjadi informasi
yang penting untuk diketahui. Berdasarkan survey terhadap guru-guru di sekolah target dan
sekolah kontrol tentang enam kategori kebutuhan guru diperoleh data seperti tabel berikut
82
80
71.79
60
71.79
60
48.72
0
15.38
70
51.28
0 0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Pen
dala
ma
n
Mate
ri
Ke
tera
mp
ilan
Me
ng
aja
r
Pem
aha
man
Pro
ses
Me
ng
aja
r
Ob
jektivita
s
Pen
ilaia
n
Kep
sek
Kese
mp
ata
n
Be
rdis
kusi
Lain
nya
Kebutuhan Guru
Gresik Sidoarjo
Surabaya
Diagram 5.3.4 Kebutuhan Guru di Surabaya dan Sidoarjo
Berdasarkan data pada diagram di atas menunjukkan bahwa di kota Surabaya
71,79% guru menyatakan kebutuhan dalam memperdalam penguasaan materi ajar; 71,79%
dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajar; 48,72% dalam memahami
proses belajar siswa. Sedangkan terhadap pertanyaan objektivitas penilaian dari kepala
sekolah guru yang yang merespon hanya 15,38%, dan kebutuhan untuk mendapat
kesempatan berdiskusi sebanyak 51,28%.
Sementara itu guru-guru di sekolah kontrol (Gersik-Sidoardjo), sebanyak 80% guru
menyatakan kebutuhan dalam memperdalam penguasaan materi ajar; 60% dalam
meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajar; 60% dalam memahami proses
belajar siswa. Sedangkan terhadap pertanyaan objektivitas penilaian dari kepala sekolah
guru tidak ada yang merespon, dan kebutuhan untuk mendapat kesempatan berdiskusi
sebanyak 70%.
5.3.5 Komitmen Pejabat Pendidikan dan Kepala sekolah terhadap Kegiatan MGMP
Pada umumnya pejabat pendidikan (100%) menyatakan sangat setuju terhadap
penyataan ” Menurut saya pengembangan guru penting untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah”, ” Saya mendukung MGMP-MIPA karena merupakan salah satu
cara terbaik untuk meningkatkan kemampuan guru” dan ” Saya merasa ikut bertanggung
jawab terhadap kualitas sekolah di wilayah kami”.
Dampak dari kegiatan MGMP menurut semua kepala sekolah menyatakan setuju dan
83
sangat setuju terhadap pernyataan bahwa: kegiatan MGMP MIPA berguna untuk meningkatkan
penguasaan pengetahuan bidang studi guru-guru di sekolah saya; kegiatan MGMP Matematika dan
IPA berguna bagi guru-guru di sekolah saya untuk meningkatkan keterampilan mengajar; dan
kegiatan MGMP MIPA berguna bagi guru-guru sekolah saya untuk bertukar gagasan.
Sedangkan dampak kegiatan MGMP menurut guru-guru di sekolah target
menyatakan bahwa: MGMP dapat meningkatkan penguasaan materi (46.16%) dan dapat
meningkatkan keterampilan mengajar (38,46%). Disamping itu kegiatan MGMP dapat
menjadi ajang untuk bertukar informasi (53,84%). Demikian juga berdasarkan guru-guru
yang berasal dari sekolah kontrol, 50 % menyatakan bahwa kegiatan MGMP dapat
meningkatkan penguasaan materi, menyatakan dapat meningkatkan ketrampilan mengajar
dan menjadi ajang untuk bertukar informasi. Sedangkan guru-guru lainnya baik dari
sekolah-sekolah target maupun kontrol tidak memberikan respon untuk seluruh pertanyaan
tersebut.
02.56
0 0 0
12.82
50
28.21
0
17.95
02.56
02.56
0
17.95
50
20.51
0
17.95
02.56
0 0 0
5.13
40
38.46
10
15.38
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
STS TS N S SS STS TS N S SS STS TS N S SS
Peningkatan Penguasaan
Materi
Peningkatan Keterampilan
Mengajar
Saling Tukar InformasiGresik Sidoarjo
Surabaya
Diagram 5.3.5 Dampak Kegiatan MGMP dalam Pandangan Guru
5.4 Manajemen Sekolah
5.4.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan Kepala sekolah merupakan faktor yang cukup penting dalam
managemen sekolah. Diagram 5.4.1 menunjukkan respon dari Kepala sekolah dan guru
pada sekolah target dan sekolah kontrol.
84
37.5
100
25
0 0 0 0 0 0 0 0
0
50
62.5
7550
100
0 0 0 0 0 0 0 0
50
000
20
40
60
80
100
120
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Pemeriksaan RPP Guru Keteraturan melakukan
Supervisi
Pemberian Penghargaan
Surabaya
Gresik+Sidoarjo
Diagram 5.4.1a. Kepemimpinan Kepala Sekolah Menurut Kepala Sekolah
0 0 0
80
20
0 0 0
80
20
0 0 0
80
7.6910.26
51.28
20
43.59
5.13
00
15.38
69.23
5.13
0
15.38
76.92
000
10
20
30
40
50
60
70
80
90
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
a b c
Gresik Sidoarjo
Surabaya
Diagram 5.4.1b. Kepemimpinan Kepala Sekolah Menurut Guru
Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah target menyatakan
setuju dan sangat setuju bahwa secara teratur kepala sekolah memeriksa rencana
pembelajaran yang disusun guru; secara teratur melakukan kunjungan kelas untuk
memantau dan mensupervisi proses pembelajaran dalam kelas; serta memberikan
penghargaan khusus kepada guru-guru yang bekerjasama untuk meningkatkan kinerja
sekolah. Tidak jauh berbeda 100% kepala sekolah di sekolah kontrol menyatakan hal yang
85
sama.
Demikian juga menurut pandangan guru di sekolah-sekolah target dan sekolah
kontrol, di atas 95 % guru menyatakan setuju dan sangat setuju kepala sekolah memeriksa
rencana pembelajaran yang disusun guru; secara teratur melakukan kunjungan kelas untuk
memantau dan mensupervisi proses pembelajaran dalam kelas; serta memberikan
penghargaan khusus kepada guru-guru yang bekerjasama untuk meningkatkan kinerja
sekolah
5.4.2 Komunikasi dan Partisipasi
Komunikasi antara guru dan kepala sekolah dalam menentukan kebijakan,
membahas permasalahan serta tentang komite sekolah merupakan kondisi awal yang perlu
diketahui. Berikut ini diperoleh hasil kuesioner kepada kepala sekolah dan guru.
0 0 0 0 0 0
80.0
0
20
100
0 0 0 0 0 0
80.0
50
20
50
0 0 0 0
10.0
0
70.0
50
20
50
0 0 0 0
5.1
0
69.2
5025.6
50
0 0 0 0 2.60
82.1
75
12.8
25
0 0
7.7
0
7.7
0
51.338
33.363
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Keterlibatan Guru dalam
Perumusan Kebij akan
Diskusi Masalah Dukungan Komite Keterlibatan Guru dalam
Perumusan Kebijakan
Diskusi Masalah Dukungan Komite
Gresik Sidoarjo Surabaya
Komunikasi Dan Partisipasi
Guru
Kepsek
Diagram 5.4.2 Komunikasi dan Partisipasi Menurut Kepala Sekolah
Berdasarkan diagram di atas pada umumnya baik kepala sekolah maupun guru di
sekolah target dan sekolah sasaran menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap
pernyataan:
a. Guru-guru terlibat dalam perumusan kebijakan dan perencanaan di sekolah
b. Guru-guru menemui saya untuk membicarakan masalah pembelajaran dan
pengelolaan kelas.
86
c. Kami memiliki Komite Sekolah yang aktif mendukung peningkatan sekolah
5.4.3 Pengembangan Guru
Program pengembangan guru di sekolah merupakan informasi awal yang penting
untuk diketahui sebagai gambaran kondisi awal tentang persepsi kepala sekolah dan guru.
Berikut ini pada tabel 5.4.3 menunjukkan pendapat guru dan kepala sekolah.
Prioritas Pengembangan Guru
70.0
2.6
64.1
5.1 5.1
59.0
5.1
64.1
50.0
0
100 100
0
30.8
00
30.8
0
33.3
00
5050
000
5050
000
30
00
75.0
25
000
62.5
37.5
000
62.5
37.5
0000000000
50
000
0
20
40
60
80
100
120
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
P rioritas P elatihan Partisipasi Guru Dorongan untukM enerapkan P engetahuan
dan Keterampilan yangbaru
P rioritas P elatihan P artisipasi Guru Dorongan untukM enerapkan Pengetahuan
dan Keterampilan yangbaru
Gresik Sidoarjo Surabaya
Guru
Kepsek
Diagram 5.4.3 Prioritas dan Pengembangan Guru
Berdasarkan data di atas pada umumnya kepala sekolah dan guru di sekolah target
dan sekolah kontrol menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa;
a. Pelatihan guru merupakan salah satu prioritas sekolah.
b. Guru-guru diberi cukup waktu untuk berpartisipasi dalam pelatihan dan
pengembangan guru.
c. Guru-guru didorong untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan baru
dalam pembelajaran
5.4.4 Pengembangan Guru Berbasis Sekolah
Berkaitan dengan pengembangan guru, satu set pernyataan-pernyataan lainnya
diberikan kepada para kepala sekolah dan guru-guru untuk diberi nilai, yang berhubungan
87
dengan pengembangan guru berbasis sekolah. Ketiga pernyataan tersebut adalah:
a. Saya (sekolah) menyelenggarakan pelatihan guru berbasis sekolah;
b. Saya (kepala sekolah) mendorong guru-guru membentuk kelompok-kelompok studi
di kalangan mereka; dan
c. Saya memberikan kesempatan kepada guru-guru (kami diberi kesempatan)
mengamati pembelajaran yang dilakukan guru lain.
Pengembangan Guru Berbasis Sekolah
40.0
30.0
60.0
30.0
10.0
30.025.6
17.9
33.3
20.5
33.3
50.0 50.0
100.0
50.0 50.0
2020
0
20
0 0
10
20
10
2.6
28.2
25.6
15.4
2.6 2.6
41
20.5 17.9
7.7
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
62.5
12.525.0
0 0 0
25
75.0
0
12.5 12.5
37.5 37.5
0
20
40
60
80
100
120
ST S TS R S SS ST S TS R S SS ST S T S R S SS ST S T S R S SS STS T S R S SS ST S TS R S SS
P engorganisasian
P ela tihan
P em bentuk an Kelo mpok
Studi
Kes empata n M engama ti P e ngo rganisa sian
P elat ihan
P embentukan Ke lo mpo k
Studi
Kese mpatan M e ngam at i
Gresik S ido arjo Suraba ya
Guru
Kepsek
Diagram 5.4.4 Pengembangan Guru Berbasis Sekolah
5.5 Budaya Sekolah
5.5.1 Kesejawatan dan Dukungan Antar Guru
Guru-guru diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini:
1) Saya merasa nyaman ketika bekerja dengan guru-guru yang lain di sekolah ini;
2) Saya merasa bebas untuk mendiskusikan masalah-masalah pekerjaan dengan guru
lain;
3) Saya merasa bebas untuk meminta nasehat dan saran dari guru lain dalam hal mengajar
88
0 0 0
10.260
17.95
30
35.90
70
33.33
0 0 0
5.130
17.95
30
35.90
70
38.46
0 0 02.56
10
17.95
10
38.46
70
38.46
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
Kenyamanan Dalam
Kerjasama
Kebebasan Untuk
Berdiskusi
Kebebasan Meminta
Nasehat
Gresik Sidoarjo
Surabaya
Diagram 5.5.1. Kesejawatan dan Dukungan Antar Guru
Berdasarkan data di atas sebagian besar guru di sekolah target dan sekolah kontrol
di atas 80% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa: guru merasa nyaman ketika
bekerja dengan guru-guru yang lain di sekolah ; guru merasa bebas untuk mendiskusikan
masalah-masalah pekerjaan dengan guru lain; dan guru merasa bebas untuk meminta
nasehat dan saran dari guru lain dalam hal mengajar. Sedangkan sekitar 20 % lainnya
merasa ragu-ragu terhadap ketiga pernyataan tersebut.
5.5.2 Dukungan Guru terhadap Siswa
Para siswa diminta untuk memberi nilai atas tiga pernyataan berikut yang berkaitan dengan
guru-guru mereka:
(1) Guru-guru di sekolah ini baik terhadap saya dan suka menolong saya;
(2) Guru tampak mengetahui jika saya mempunyai masalah di kelas; dan
(3) Saya merasa para guru di sekolah ini peduli terhadap proses belajar saya.
Respon siswa terhadap pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
89
1.020
3.400
26.53
30.00
53.06
58.57
15.99
11.43
1.021.45
21.77
18.84
38.78
30.43
32.9939.13
5.44
10.14
1.021.475.12
13.24
21.50
14.71
49.83
58.82
22.53
11.76
0
10
20
30
40
50
60
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Guru baik dan suka
menolong
Kepedulian guru terhadap
siswa
Kepedulian guru terhadam
PBM
Dukungan Guru Terhadap Siswa
Surabaya
Gresik Sidoarjo
Diagram 5.5.2. Dukungan Guru terhadap siswa
Dari diagram di atas dapat dilihat, sebanyak 69% siswa setuju dan sangat setuju
bahwa guru-guru di sekolah target baik dan suka menolong mereka, tetapi hanya 38% siswa
yang setuju dan sangat setuju bahwa guru-guru memahami ketika para siswanya sedang
bermasalah, dan 71,66% siswa berpendapat setuju dan sangat setuju untuk pernyataan
bahwa para guru peduli terhadap proses belajar siswa.
Demikian juga siswa-siswa dari sekolah kontrol berpendapat yang sama. 74,57%
siswa setuju dan sangat setuju bahwa guru-guru baik dan suka menolong mereka, 49,27%
siswa yang setuju dan sangat setuju bahwa guru-guru memahami ketika para siswanya
sedang bermasalah, dan 60,57% siswa berpendapat setuju dan sangat setuju untuk
pernyataan bahwa para guru peduliterhadap proses belajar siswa.
Dari analisa terhadap hasil angket tersebut, guru-guru masih perlu meningkatkan
perhatian terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa-siswa mereka, karena kurang
dari 50% siswa yang merasa diperhatikan oleh guru ketika mereka sedang bermasalah.
Secara rinci respon siswa di Kota Surabaya.
Tabel 5.5.2a Dukungan Guru Terhadap Siswa di Kota Surabaya
Jawaban Siswa Siswa Menjawab Soal 1 2 3 4 5
A1 a 3 10 78 156 47 294
b 3 64 114 97 16 294
c 3 15 63 146 66 293
90
Secara rinci respon siswa di Kab Gresik dan Sidoarjo
Tabel 5.5.2a Dukungan Guru Terhadap Siswa di Kab. Gresik dan Sidoarjo
Siswa Menjawab Soal 1 2 3 4 5
A1 a 0 0 21 41 8 70
b 1 13 21 27 7 69
c 1 9 10 40 8 68
5.5.3 Lingkungan yang Mendukung Diantara Siswa
Para siswa juga diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini:
1) Saya senang belajar bersama dengan siswa lain di kelas;
2) Saya merasa bebas bertanya kepada teman sekelas, ketika saya mempunyai kesulitan
belajar di kelas; dan
3) Saya senang membantu teman sekelas bila mereka mempunyai kesulitan belajar di kelas.
0.71.45.4
2.9
9.512.9
49.347.1
35.0 35.7
0.71.44.4
0.0
10.511.4
51.4 52.9
33.0 34.3
0.00.0
1.0
0.0
10.210.0
61.964.3
26.925.7
0
10
20
30
40
50
60
70
STS
TS R S
SS
STS
TS R S
SS
STS
TS R S
SS
Bekerja sama dgn sisw a
lain
Kebebasan berdiskusi Bantuan kepada teman
sekelas
Dukungan Antar Siswa
Surabaya
Gresik Sidoarjo
Diagram 5.5.3 Lingkungan yang Mendukung Diantara Siswa
Respon siswa-siswa di sekolah-sekolah target terhadap tiga pertanyaan di atas dapat
dilihat pada diagram di atas. Sekitar 84,3% siswa-siswa setuju dan sangat setuju bahwa
mereka senang bekerja sama dengan siswa lain, 84,4% siswa setuju dan sangat setuju
91
mereka merasa bebas untuk berdiskusi dengan teman-teman sekelas, dan 88,8% siswa-
siswa setuju dan sangat setuju bahwa mereka senang memberi bantuan kepada rekan-
rekannya di kelas.
Hal yang sama terjadi pada siswa-siswa di sekolah kontrol, mereka memberikan
respon positif terhadap kerjasama dan saling membantu dengan teman sekelasnya. Untuk
ketiga pertanyaan di atas siswa-siswa yang menyatakan setuju dan sangat setuju sekitar
75%.
5.5.4 Dukungan Orang Tua dan Dorongan kepada Siswa
Para siswa juga diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini:
1) Orang tua saya berpendapat bahwa belajar sungguh-sungguh itu penting;
2) Orang tua saya membantu saya belajar di rumah; dan
3) Orang tua saya menaruh perhatian pada apa yang saya pelajari di sekolah.
30.00
35.15
55.71
48.46
12.8612.29
1.432.730.00
1.37
14.29
20.07
55.71
50.68
21.43
17.01
8.579.86
0.002.38
64.29
78.57
32.86
20.75
1.430.68
1.430.000.000.00
0
10
20
30
40
50
60
70
80
STS
TS R S
SS
STS
TS R S
SS
STS
TS R S
SS
Kesungguhan belajar Bantuan orang tua Bantuan orang tua
Dukungan Orang Tua
Surabaya
Gresik
Diagram 5.5.4 Dukungan Orang Tua kepada Siswa
Terhadap ketiga pertanyaan yang berkaitan dengan dukungan orang tua terhadap
siswa-siswa di sekolah-sekolah target dan sekolah-sekolah kontrol diatas 75% siswa-siswa
menyatakan setuju dan sangat setuju.
92
5.6 Proses Belajar dan Mengajar Sains dan Matematika
5.6.1 Kerja Kelompok
Siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini, menyangkut
kerja kelompok:
1) Kami mempunyai kegiatan-kegiatan belajar pada kelompok-kelompok kecil dalam
pembelajaran matematika/sains di kelas kami;
2) Kami mempunyai kelompok diskusi dalam pembelajaran matematika/sains di kelas
kami; dan
3) Guru sains/matematika kami mendorong kami untuk belajar bersama dan belajar
dengan siswa lain.
Respon siswa pada ketiga pernyataan tersebut ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Diagram 3.1.6a Kerja Kelompok dalam Pelajaran Matematika
11.26
27.99
2.73
44.37
13.65 12.67
24.66
35.62
21.92
5.14 6.48
13.31
27.30 29.01 23.89
2.86
12.86
61.43
20.00
2.86 2.86
11.43
48.57
22.86
14.29
1.43
15.71 20
40.00
22.86
0
10
20
30
40
50
60
70
Tp J K
Srg S Tp J K
Srg S Tp J K
Srg S
Kegiatan belajar dalam
kel kecil
Diskusi Matematika
dalam kelompok
Bantuan guru untuk
belajar bersamaSurabaya
Gresik Sidoarjo
Diagram 5.6.1 Kerja Kelompok dalam Pelajaran Matematika
Berkaitan dengan pembelajaran Matematika, siswa-siswa di sekolah-sekolah target hanya
16,38% yang menyatakan sering dan selalu bahwa kegiatan pembelajaran dilakukan dalam
kelompok-kelompok kecil, hanya 27,06% yang menyatakan sering dan selalu pembelajaran
matematika dilaksanakan dalam kelompok, dan 52,9% menyatakan guru mendorong siswa
untuk belajar bersama dengan siswa lain. Demikian pula siswa-siswa di sekolah-sekolah
kontrol, rata-rata 25% siswa berpendapat bahwa pembelajaran matematika dilaksanakan
dalam kelompok kecil, 62% siswa menyatakan sering dan selalu guru memberikan
dorongan pada siswa untuk belajar dengan siswa lain.
93
Sedangkan untuk pembelajaran sains (Diagram 3,1,5b) diperoleh informasi, 36,07%
siswa menyatakan sering dan selalu pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil,
46,82% menyatakan sering dan selalu pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok, dan
58,16% menyatakan sering dan selalau guru mendorong siswa untuk belajar bersama
dengan siswa lain. Berbeda dengan jawaban siswa-siswa dari sekolah-sekolah kontrol, rata-
rata 55,72% menyatakan sering dan selalu pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok
kecil, 68,57% menyatakan sering dan selalu pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok,
dan 74,28% menyatakan sering dan selalu guru mendorong siswa untuk belajar bersama
dengan siswa lain.
Dari informasi tersebut ternyata pembelajaran matematika belum memanfaatkan
secara maksimal pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk belajar dalam kelompok.
Disaming itu ternyata sekolah-sekolah kontrol aktivitas pembelajaran dalam kelompok lebih
sering dilakukan dibandingkan dengan pembelajaran di sekolah-sekolah target.
7.14
1.43
20.07
8.57
35.7134.29
25.51
34.29
11.56
21.43
5.78
2.86
16.33
1.43
37.07
27.14
24.83
40.00
15.99
28.57
4.76
1.43
11.56
7.14
25.51
17.14
30.95
45.71
27.2128.57
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Tp J K
Srg S Tp J K
Srg S Tp J K
Srg S
Kegiatan belajar Sains dlm kel
kecil
Diskusi Sains dalam kelompok Bantuan guru Sains untuk
belajar bersama
Diagram 3.1.6b Kerja Kelompok dalam Pelajaran Sains
Surabaya
Gresik Sidoarjo
5.6.2 Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran yang Konkret
Siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini, terkait
dengan penggunaan bahan-bahan (media pembelajaran) yang konkret:
1). Guru sains/matematika kami menggunakan alat pembelajaran/alat peraga yang
bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di kelas;
2). Guru sains/matematika kami menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam
kehidupan sehari-hari untuk pembelajaran di kelas; dan
94
3). Kami terlibat dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb.,
dalam pembelajaran sains/ matematika.
Jawaban siswa –siswa yang diperoleh dari angket disajikan dalam diagram 5.6.2a
dan diagram 5.6.2b. Diagram 5.6.2a menyajikan informasi tentang jawaban siswa tentang
penggunaan media pembelajaran matematika, dalam diagram tersebut 76,87% menyatakan
tidak pernah, jarang dan kadang-kadang ”Guru matematika kami menggunakan alat
pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam
pembelajaran di kelas”, 65,64% menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang ”
Guru matematika kami menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-
hari untuk pembelajaran di kelas”, dan 77,88% menyatakan sering dan selalu ” Kami
terlibat dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb., dalam
pembelajaran matematika”. Hal senada dijawab oleh siswa-siswa dari sekolah-sekolah
kontrol.
15.99
2.86
23.47
17.14
37.41
41.43
15.31
32.86
7.82
5.71
10.88
1.43
25.85
15.71
28.91
40.00
21.77
32.86
12.59
10.00
0.340.00
6.80
1.43
14.97
21.43
41.1642.86
36.7334.29
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Tp J K
Srg S
Tp J K
Srg S
Tp J K
Srg S
Penggunaan Berbagai
Alat Perga
Alat Peraga berasal
dari kehidupan
sehari-hari
Kesempatan
Bereksplorasi
Diagram 3.6.2a Penggunaan Alat Peraga dalam
Pelajaran Matematika
Surabaya
Gresik Sidoarjo
Diagram 5.6.2 Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran Matematika
95
7.14
1.43
13.95
5.71
31.97
34.29
32.99
41.43
13.95
17.14
5.10
0.00
14.97
7.14
32.31
24.29
34.35
50.00
13.27
18.57
0.680.00
7.14
4.29
24.15
20.00
38.44
40.00
29.59
35.71
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Tp J K Srg S Tp J K Srg S Tp J K Srg S
Penggunaan Berbagai
Alat Perga
Alat Peraga berasal
dari kehidupan
sehari-hari
Kesempatan
Bereksplorasi
Diagram 3.6.2b Penggunaan Alat Peraga dalam
Pelajaran Sains
Surabaya
Gresik Sidoarjo
Diagram 5.6.2 Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran Sains
Sedangkan untuk penggunaan media dalam pembelajaran sains diperoleh informasi
sebagai berikut; 53,09% menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang ”Guru sains
kami menggunakan alat pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta, grafik,
gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di kelas”, 52,38% menyatakan tidak pernah, jarang
dan kadang-kadang ” Guru sains kami menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam
kehidupan sehari-hari untuk pembelajaran di kelas”, dan 75,71% menyatakan sering dan
selalu ” Kami terlibat dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb.,
dalam pembelajaran sains”.
Dari informasi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran matematika dan
sains masih kurang memanfaatkan media pembelajaran yang bervariasi yang berasal dari
kehidpan sehari-hari. Dengan demikian seyogyanya guru-guru dapat menfaatkan hal
tersebut untuk membantu siswa dalam meningkatkan pemahamannya.
5.6.3 Tukar Pendapat
Siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini, menyangkut
tukar-menukar pendapat:
a. Dalam kelas sains/matematika kami, guru mendorong kami mendengarkan
96
gagasan dan pemikiran siswa lain;
b. Dalam kelas sains/matematika kami, saya merasa senang bertukar pendapat dan
pikiran siswa lain; dan
c. Saya dapat memperdalam pemahaman saya ketika mendengarkan pendapat dan
pikiran siswa lainnya.
Diagram di bawah ini menunjukkan data respon siswa dan guru tentang pernyataan
tersebut.
4.08
1.43
9.86
2.86
15.65
22.86
44.22
45.71
26.1927.14
0.681.43
9.18
4.29
25.1724.29
36.73
47.14
28.23
22.86
2.380.00
7.825.71
25.85
40.0042.52
34.29
21.4320.00
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Tp J K S rg S Tp J K S rg S Tp J K S rg S
Do ro ngan unt uk me nde ngarpe ndapat
be rt ukar pikiran de ngan s is wala in
P e mahaman me ndalam dgnt ukar pe ndapat
Diagram 3.6.3a Tukar Pendapat dalam Pembelajaran
Matematika
Surabaya
Gresik Sidoarjo
Diagram 5.6.3a. Tukar Pendapat pada Pembelajaran Matematika
Dari diagram di atas diperoleh informasi, 70,41% menyatakan sering dan selalu
guru matematika mendorong mereka mendengarkan gagasan dan pemikiran siswa lain;
64,96% menyatakan sering dan selalu “Dalam kelas matematika, kami merasa senang
bertukar pendapat dan pikiran siswa lain”, dan 63,95% menyatakan sering dan selalu “Saya
dapat memperdalam pemahaman saya ketika mendengarkan pendapat dan pikiran siswa
lainnya”. Untuk sekolah-sekolah kontrol diperoleh informasi 72,85% menyatakan sering
dan selalu guru matematika mendorong mereka mendengarkan gagasan dan pemikiran
siswa lain; 70% menyatakan sering dan selalu “Dalam kelas matematika, kami merasa
senang bertukar pendapat dan pikiran siswa lain”, dan 54,29% menyatakan sering dan
selalu “Saya dapat memperdalam pemahaman saya ketika mendengarkan pendapat dan
pikiran siswa lainnya”.
Sementara itu untuk mata pelajaran sains (diagram 5.6.3b) diperoleh informasi
97
63,63% menyatakan sering dan selalu guru sains mendorong mereka mendengarkan
gagasan dan pemikiran siswa lain, 60,76% menyatakan sering dan selalu “Dalam kelas
sains, kami merasa senang bertukar pendapat dan pikiran siswa lain”, dan 63,82%
menyatakan sering dan selalu “Saya dapat memperdalam pemahaman saya ketika
mendengarkan pendapat dan pikiran siswa lainnya”. Hal senada informasi yang diperoleh
dari siswa-siswa dari sekolah kontrol.
22.8623.55
41.4340.27
30.00
26.28
5.717.85
0.002.05
24.29
17.75
44.2943.00
28.5729.69
2.86
7.17
0.002.39
21.4323.13
40.0041.50
31.43
21.09
7.14
11.90
0.002.38
T p J K Srg S T p J K Srg S T p J K Srg S
D o ro ngan untuk mendengar
pendapat
bertukar pik iran dengan siswa
lain
P emahaman mendalam dgn
tukar pendapat
Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Sains
Surabaya
Gresik Sidoarjo
Diagram 5.6.3b Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Sains
5.6.4 Ketertarikan Guru-guru dalam Pembelajaran
Guru-guru diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini,
menyangkut minat mereka berinteraksi dengan siswa selama pembelajaran:
a. Saya tertarik pada proses dan kemajuan belajar perorangan siswa;
b. Saya tertarik pada bagaimana siswa bekerja sama dalam pembelajaran kelas
saya; dan
c. Saya banyak belajar dari para siswa dalam pembelajaran kelas saya.
Diagram di bawah ini menunjukkan jawaban guru terhadap pembelajaran sains dan
matematika.
98
5.7 Hasil Belajar Siswa
Salah satu tujuan dari program ini adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa
dalam bidang sains dan matematika. Kemampuan belajar ini dapat diukur dari dua sisi: sisi
kognitif (atau akademik) dan sisi afektif. Hasil tes akademik (TA) sains dan matematika dan
hasil UAN digunakan sebagai indikator dari aspek kognitif capaian siswa. Pemahaman dan
minat siswa dalam pelajaran serta ketertarikan siswa terhadap sekolah digunakan sebagai
indikator dari aspek berikutnya.
5.7.1 Tes Akademik
Hasil tes akademik Sains dan Matematika di sekolah Target dan sekolah kontrol
ditunjukkan pada tabel-tabel di bawah ini.
Tabel 5.7.1 Skor Tes Akademik Sekolah Target
Test N Maximum Minimum Mean SD
Sains 295 9 2.67 5.89 1.05
Matematika 295 10 1 5.84 1.64
Table 5.7.1 Skor Tes Akademik Sekolah Kontrol
Test N Maximum Minimum Mean SD
Sains 69 5.57 2 5.57 1.17
Matematika 69 9 2.5 5.9 1.69
Berdasarkan tes akademik yang diberikan pada siswa-siswa dari sekolah-sekolah
kelompok target diperoleh rata-rata nilai Matematika 5,84 dan rata-rata nilai Sains 5,89,
sedangkan rata-rata nilai yang diperoleh dari siswa-siswa kelompok kontrol adalah
Diagram 5.7.1 Skor Tes Akademik Diagram 5.7.2 Skor Tes Akademik
Matematika
Test Scores Academic Of Science
5.45.55.65.75.85.9
6
Surabaya Gresik Sidoarjo
Daerah
Rata-rata Sains
Test Scores Academic Of
Mathematics
5.85.855.9
5.95
Surabaya Gresik Sidoarjo
Daerah
Rata-rata
Matematika
99
Mateamtika 5,9 dan Sain 5,57.
Tabel 5.7.2 Skor Tes Akademik Berdasarkan Kabupaten
Provinsi T/C Kotamadya / Kabupaten
Sains Matematika Mean SD Mean SD
JATIM T Surabaya 5.89 1.05 5.83 1.64
C Gresik Sidoarjo 5.57 1.17 5.9 1.69
5.7.2. Hasil UAN
Diagram di bawah ini menyajikan hasil UAN untuk mata pelajaran Matematika,
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk Wilayah Surabaya-Gersik.
NILAI UAN MATEMATIKA
9.068.52
9.07
8.367.94
8.57
7.26 7.147.48
7.958.34 8.49
0
7.6
8.4
7.33 7.37
3.73
6.4
8.17 8.067.357.55
8.36
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2005 2006 2007
SMP N 2 Surabaya
SMP N 19 Surabaya
SMP N 21 Surabaya
SMP N 22 Surabaya
SMP N 26 Surabaya
SMP N 29 Surabaya
SMP N 33 Surabaya
SMP N 38 Surabaya
Diagram 5.7.2a. Hasil UAN Matematika di Kota Surabaya
Berdasarkan diagram batang di atas, dapat dilihat pada tahun 2005 nilai UAN Matematika
yang tertinggi adalah 9,06, tahun 2006 dengan nilai 8,52 , dan tahun 2007 dengan nilai 8.6,
ketiga tahun berturut dicapai oleh SMPN 2 Surabaya.
100
Nilai UAN Bahasa Indonesia
8.498
8.768.4 8.168.57
7.11 7.518.28.33
7.14
8.748.53 8.23 8.558.42 8.43 8.419.33 9.4
10
6.896.01
7.89
0
2
4
6
8
10
12
2005 2006 2007
SMP N 2 Surabaya
SMP N 19 Surabaya
SMP N 21 Surabaya
SMP N 22 Surabaya
SMP N 26 Surabaya
SMP N 29 Surabaya
SMP N 33 Surabaya
SMP N 38 Surabaya
Diagram 5.7.2b. Hasil UAN Bhs. Inodenesia di Kota Surabaya
Untuk pelajaran Bahasa Indonesia, pada tahun 2005 nilai tertinggi dicapai oleh
SMPN 33 Surabaya dengan nilai 9,33, tahun 2006 dan tahun 2007 nilai tertinggi juga
dicapai oleh SMPN 33 Surabaya dengan nilai 9.4 dan 10.
NILAI UAN BAHASA INGGRIS
9.36
8.19
7.43
8.26
7.27 7.137.63 7.71
8.56
7.31 7.37 7.427.09
8.147.66
9.2 9.4
8.047.8
5.34
9.33
6.49
7.19
4.47
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2005 2006 2007
SMP N 2 Surabaya
SMP N 19 Surabaya
SMP N 21 Surabaya
SMP N 22 Surabaya
SMP N 26 Surabaya
SMP N 29 Surabaya
SMP N 33 Surabaya
SMP N 38 Surabaya
Diagram 5.7.2c. Hasil UAN Bhs. Inggris di Kota Surabaya
Untuk pelajaran Bahasa Inggris, pada tahun 2005 dan tahun 2007 nilai tertinggi diperoleh
oleh SMPN 33 Surabaya dengan nilai 9,33 dan 9.4, nilai terendah tahun 2005 diperoleh
oleh SMPN 21 Surabaya dengan nilai 5,34, tahun 2007 nilai terendah 7.13 diperoleh oleh
SMPN 21 Surabaya, sedangkan pada tahun 2006 nilai tertinggi dicapai oleh SMPN 2
Surabaya dengan nilai 9.36 dan nilai terendah dicapai oleh SMPN 38 Surabaya dengan nilai
101
4,47.
Nilai UAN di kabupaten Gersik Sidoarjo dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.7.2 Nilai UAN di Kabupaten Gersik Sidoarjo
Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika
2005 2006 2007 2005 2006 2007 2005 2006 2007
SMPN 2 Gersik
8.18 7.92 8.58 6.92 7.57 7.61 8.38 8.55 9.25
SMPN 1 Sidoarjo
0 8.97 0 0 8.69 0 0 9.1 0
5.7.3 Pemahaman dan Minat Siswa dalam Sains dan Matematika
Siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini:
1) Pada umumnya saya mengerti dan dapat mengikuti pembelajaran
sains/matematika di kelas;
2) Saya senang belajar pada pelajaran sains/matematika ; dan
3) Saya ingin belajar sains/matematika di kelas yang lebih tinggi.
0.17
0.00
2.55
1.43
24.1520
54.42
62.86
18.71
15.71
0.51
1.43 2.892.14
24.66 22.86
46.09
49.29
25.8524.29
1.700.00
3.581.43
18.91
18.57
36.12
39.2939.69
40.71
0
10
20
30
40
50
60
70
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
Mayoritas Siswa
Memahami Materi
Mayoritas Siswa
Mengikuti Pelajaran
Siswa Ingin Belajar
di Tingkat yang lebih
Tinggi
Pemahaman dan Minat Siswa
Surabaya
Gresik Sidoarjo
Diagram 5.7.3a. Pemahaman dan Minat Siswa dalam Sains dan Matematika
Rincian Respon Pemahaman dan Ketertarikan Siswa terhadap Pelajaran Sains dan Matematika
102
0.340
3.061.43
24.4924.29
51.70
60.00
20.41
14.29
0.682.86
3.062.86
31.2928.57
41.5044.29
23.4721.43
2.050
3.752.86
19.45
14.29
35.84
41.4338.91
41.43
0
10
20
30
40
50
60
ST S T S R S SS STS T S R S SS ST S T S R S SS
M engert i dan dapat mengikut i
pe lajaran M atemat ik a
Se nang belajar Ingin B elajar M atemat ika di
t ingka t lebih tinggi
Diagram 3.7.2a Ketertarikan dan Pemahaman Siswa terhadap Pelajaran Matematika
Surabaya
Gresik Sidoarjo
Diagram 5.7.3b. Ketertarikan dan Pemahaman Siswa terhadap Pelajaran Matematika
40.0040.48
37.1436.39
22.86
18.37
0
3.40
01.36
27.1428.23
54.29
50.68
17.1418.03
1.432.72
00.34
17.1417.01
65.71
57.14
15.71
23.81
1.432.04
00
0
10
20
30
40
50
60
70
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
M engerti dan dapat mengikutipel
Senang belajar Ingin Belajar Sains di tingkatlebih tinggi
Diagram 3.7.2b Ketertarikan dan Pemahaman Siswa
terhadap Pelajaran Sains
Surabaya
Gresik Sidoarjo
Diagram 5.7.3c. Ketertarikan dan Pemahaman Siswa terhadap Pelajaran Sains
103
Dari kedua diagram diatas dari siswa-siswa di sekolah-sekolah target diperoleh
informasi, 72,11% dan 74, 15% menyatakan setuju dan sangat setuju menyatakan ” Pada
umumnya saya mengerti dan dapat mengikuti pembelajaran sains/matematika di kelas”,
72,79% dan 76,91% menyatakan setuju dan sangat setuju ” Saya senang belajar pada
pelajaran sains/matematika”, dan 73,61% dan 76,87% menyatakan setuju dan sangat setuju
” Saya ingin belajar sains/matematika di kelas yang lebih tinggi”. Sedangkan untuk siswa-
siswa di sekolah-sekolah kontrol persentasi itu masing-masing lebih tinggi sekitar 10%an.
5.7.4 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Matematika dan Sains
Untuk mengungkap kepuasan siswa terhadap pelajaran Matematika dan sains kepada
siswa diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut;
1). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains)sulit dipelajari.
2). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains) yang dipelajari menarik.
3). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains) yang dipelajari mudah Saya pahami
4). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains) berguna untuk kehidupan sehari-hari.
5). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains)berguna untuk mempelajari ilmu lain
Berikut disajikan tabel dan diagram jawaban siswa terhadap pelajaran Matematika
dan Sains
Tabel 5.7.4 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Matematika
Responden Alternatif Jawaban
Kota Surabaya Kab. Gresik, Sidoarjo
n % n %
Siswa
1 36 2.517483 7 2.121212
2 120 8.391608 29 8.787879
3 402 28.11189 88 26.66667
4 559 39.09091 153 46.36364
5 313 21.88811 53 16.06061
104
8.84
7.14
25.85
27.14
37.41
25.71
22.79
35.71
5.104.29
1.360.00
8.168.70
27.21
33.33
47.2847.83
15.99
10.14
1.372.86
5.124.29
48.8147.14
37.54
35.71
7.1710.00
0.680.00
0.341.43
11.268.57
43.00
58.57
44.71
31.43
0.000.00
1.56
0.00
14.06
15.69
45.70
56.86
38.67
27.45
0
10
20
30
40
50
60
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
Matematika
sulit dipelajari
Materi
Matematika
menarik
Materi
Matematika
mudah
Materi
Matematika
berguna
Materi
Matematika
berguna untuk
Kepuasan Siswa terhadap Pelajaran Matematika
Surabaya
Gresik Sidoarjo
Diagram 5.7.4a. Kepuasan Siswa terhadap Pelajaran Matematika
Tabel 5.7.5 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Sains
Responden Alternatif Jawaban
Kota Surabaya Kab. Gresik, Sidoarjo
n % N %
Siswa
1 32 2.244039 13 3.927492
2 135 421.875 31 9.365559
3 338 250.3704 70 21.14804
4 622 184.0237 144 43.50453
5 299 48.07074 73 22.05438
105
10.2
17.14
38.1034.29
33.3334.29
15.9914.29
2.38
00.34
0
1.362.86
18.37
17.14
58.50
55.71
21.43
24.29
0.340
3.062.86
38.44
30.00
45.58
48.57
12.59
18.57
0.000.000.68
1.43
11.26
7.14
47.44
51.43
40.6140.00
01.96
3.193.92
15.9415.69
51.79
49.02
29.08
29.41
0
10
20
30
40
50
60
ST
S
TS R S
SS
ST
ST
S R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
ST
S R S
SS
Sains sulit
dipelajari
Materi Sains
menarik
Materi Sains
mudah dipahami
Materi Sains
berguna sehari-
hari
Materi Sains
berguna untuk
ilmu lain
Kepuasan Siswa terhadap Pelajaran Sains
Surabaya
Gresik Sidoarjo
Diagram 5.7.4b. Kepuasan Siswa terhadap Pelajaran Sains
Pada kuosioner yang disampaikan pada siswa-siswa di sekolah-sekolah target dan
sekolah- sekolah kontrol, diajukan pertanyaan mengenai pandangan mereka terhadap proses
pembelajaran matematika dan sains. Pernyataan yang diajukan adalah sebagai berikut;
1). Saya rasa kegiatan belajar Matematika (sains) yang dilakukan menyenangkan.
2). Semangat belajar Saya tinggi ketika mengikuti kegiatan belajar Matematika
(sains)yang dilakukan.
3). Saya rasa kegiatan belajar matematika (sains) yang dilakukan membosankan.
4). Saya malas mengikuti kegiatan belajar matematika(sains).
Informasi yang diperoleh disajikan pada dua diagram di bawah ini.
Dari diagram di bawah diperoleh informasi sebagai berikut; sekitar 64% siswa
menyatakam setuju dan sangat setuju bahwa mereka menganggap kegiatan belajar
Matematika yang dilakukan menyenangkan, 54% menyatakan setuju dan sangat setuju
bahwa semangat belajar mereka tinggi ketika mengikuti kegiatan belajar Matematika yang
dilakukan, 20% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan belajar matematika
106
yang dilakukan membosankan, dan 10% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
mereka malas mengikuti kegiatan belajar matematika.
1.37
1.43
9.22
4.29
29.35
27.14
41.98
55.71
18.09
11.43
2.051.43
7.177.14
36.18
42.8638.91
38.57
15.70
10
16.04
11.43
33.79
38.57
34.81
25.71
12.29
17.14
3.07
7.14
26.9627.14
36.1837.14
26.62
25.71
7.858.57
2.391.43
0
10
20
30
40
50
60S
TS
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
Pembelajaran Matematika
menyenangkan
Semangat tinggi belajar Matematika
membosankan
malas belajar matematika
Pandangan Siswa tentang Belajar Matematika Surabaya
Gresik Sidoarjo
Diagram 5.7.4c. Pandangan Siswa terhadap Pelajaran Matematika
Sedangkan untuk pelajaran Sains dari diagram di bawah diperoleh informasi sebagai
berikut; sekitar 83% siswa menyatakam setuju dan sangat setuju bahwa mereka
menganggap kegiatan belajar Sains yang dilakukan menyenangkan, 60% menyatakan
setuju dan sangat setuju bahwa semangat belajar mereka tinggi ketika mengikuti kegiatan
belajar Sains yang dilakukan, 10% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan
belajar Sains yang dilakukan membosankan, dan 8% menyatakan setuju dan sangat setuju
bahwa mereka malas mengikuti kegiatan belajar Sains.
107
0.340
6.142.86
18.4315.71
52.22
60.00
22.8721.43
0.340
3.751.43
34.8131.43
43.3445.71
17.75
21.4320.48
24.29
42.32
40.00
26.96
22.86
7.17
12.86
3.07
0
29.01
35.71
44.3742.86
20.82
17.14
4.44
1.431.37
2.86
0
10
20
30
40
50
60
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
Pembelajaran
Sains
menyenangkan
Semangat tinggi belajar Sains
membosankan
malas belajar
Sains
Pandangan Siswa tentang Pelajaran Sains
Surabaya
Gresik Sidoarjo
Diagram 5.7.4e. Pandangan Siswa terhadap Pelajaran Sains
Data ini menunjukkan bahwa meskipun belajar matematika itu sulit tapi mereka
masih mempunyai rasa tanggung jawab untuk tetap belajar matematika, hal ini ditunjukkan
bahwa mereka tidak setuju bahwa belajar matematika membosankan dan tidak setuju bahwa
mereka malas belajar matematika.
Selanjutnya disajikan tabel dan diagram respon siswa terhadap aktivitas siswa pada
waktu belajar Matematika dan Sains. Untuk mengungkap aktivitas siswa pada waktu
belajar matematika dan sains, respon siswa diungkap melalui pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1). Kegiatan belajar matematika yang dilakukan memberikan kesempatan kepada Saya
dan teman-teman bertukar pikiran.
2). Pada belajar matematika yang dilakukan, saya dan teman-teman lebih banyak
mendengarkan daripada melakukan sesuatu.
3). Saya bersama teman-teman aktif dalam kegiatan belajar matematika yang dilakukan
4). Saya bersama teman-teman bekerjasama dalam kegiatan belajar matematika
Berikut disajikan respon siswa dari sekolah–sekolah target dan sekolah kontrol
mengenai aktivitas belajar mereka untuk mata pelajaran matematika dan sains.
108
0.680
5.821.43
15.7515.71
54.11
61.43
23.6321.43
4.10
0
19.8015.71
35.4927.14
32.42
44.29
8.1912.86
0.680
4.424.41
37.4130.88
46.94
58.82
10.54
5.88
0.340
2.044.41
20.7516.18
58.16
64.71
18.7114.71
0
10
20
30
40
50
60
70
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
Kesempatan bertukar
pikiran
belajar Matematika
hanya mendengarkan
belajar Matematika
dengan aktif
belajar Matematika
secara kolaboratif
Aktivitas Belajar Matematika
Surabaya
Gresik Sidoarjo
Diagram 5.7.4f. Aktivitas Belajar Matematika
Berkaitan dengan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa diperoleh informasi
sebagai berikut, pada pembelajaran Matematika sekitar 87% siswa menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa kegiatan belajar matematika yang dilakukan memberikan kesempatan kepada
saya dan teman-teman bertukar pikiran, 40% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa belajar
matematika yang dilakukan lebih banyak mendengarkan daripada melakukan sesuatu, 57%
menyatakan setuju dan sangat setuju mereka aktif dalam kegiatan belajar matematika yang
dilakukan, dan 76% menyatakan setuju dan sangat setuju mereka bekerjasama dalam
kegiatan belajar matematika.
109
0.340
3.060
19.0510.29
60.88
69.12
16.6720.59
3.40
0
20.7516.18
32.9929.41
33.3347.06
9.527.35
0.340
3.412.94
33.7919.12
45.39
63.24
17.0614.71
00
2.721.47
23.4711.76
51.70
60.29
22.1126.47
0
10
20
30
40
50
60
70
ST
S
TS R S
SS
ST
ST
S R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
Kesempatan
bertukar pikiran
belajar Sains
hanya
mendengarkan
belajar Sains
dengan aktif
belajar Sains
secara
kolaboratif
Aktivitas Belajar Sains
Surabaya
Gresik Sidoarjo
Diagram 5.7.4f. Aktivitas Belajar Sains
Dan untuk aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa pada pelajaran sains diperoleh
informasi sebagai berikut, sekitar 77% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
kegiatan belajar sains yang dilakukan memberikan kesempatan kepada saya dan teman-teman
bertukar pikiran, 42% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa belajar sains yang dilakukan
lebih banyak mendengarkan daripada melakukan sesuatu, 63% menyatakan setuju dan
sangat setuju mereka aktif dalam kegiatan belajar sains yang dilakukan, dan 83%
menyatakan setuju dan sangat setuju mereka bekerjasama dalam kegiatan belajar sains.
5.7.5 Tanggapan Guru terhadap Penelitian Tindakan Kelas
Berkaitan dengan penelitian tindakan kelas kepada guru-guru diajukan beberapa pertanyaan
mengenai rencana dan pelaksanaan PTK. Adapun pertanyaan yang diajukan adalah;
(a). Selama menjadi guru saya melakukan PTK
(b). Selama menjadi guru saya berdiskusi bersama guru sejawat membahas permasalahan
pembelajaran.
(c). Bersama guru sejawat saya mendiskusikan alternative solusi pembelajaran.
(d). Bersama guru sejawat saya menyusun rencana PTK.
(e). Dalam melakukan PTK saya berkolaborasi dengan PT.
(f). Setelah selesai PTK saya mempublikasikan dalam jurnal atau sejenisnya.
(g). Setelah selesai PTK saya mempresentasikan dalam seminar.
Jawaban guru-guru terhadap pertanyaan tersebut disajikan pada diagram di bawah ini;
110
P e l ak sa na an P TK
70
0 0 0 0 0
90
0 0
50
60
0 0
100
0 0 0
100
0 0 0 0
90
0 0
20
10 10 10
40
30
10
00
1010
21
46
28
21
58
2631
26
3
0
41
0 0
31
36 28
21
5
0
74
5
03
77
5 53 3
87
33
0 0
0
20
40
60
80
100
120
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
a b c d e f g
Gr esi k Sidoar jo
Sur abaya
Diagram 5.7.5a. Pelaksanaan PTK
Sekitar 81% guru-guru menyatakan tidak pernah, jarang dan ragu-ragu bahwa
selama menjadi guru mereka melakukan PTK, 80% menyatakan sering dan selalu mereka
berdiskusi bersama guru sejawat membahas permasalahan pembelajaran, 63% menyatakan
sering dan selalu bersama dengan guru sejawat mendiskusikan alternative solusi
pembelajaran, 88% menyatakan tidak pernah, jarang, dan kadang-kadang bersama dengan
guru lain menyusun rencana PTK, 84% menyatakan tidak pernah melakukan PTK
berkolaborasi dengan PTK, 82% menyatakan tidak pernah mempublikasikan hasil
penelitian dalam jurnal atau sejenisnya, dan 90% menyatakan tidak pernah dan jarang
mempresentasikan dalam seminar. Hal senada disampaikan oleh guru-guru dari sekolah-
sekolah kontrol.
Selanjutnya untuk mengungkap pentingnya penelitian tindakan kelas untuk guru
diajukan pertanyaan-pertanyaan sebagi berikut;
(a). Saya tertarik pada PTK
(b). PTK merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan peningkatan profesionalisme saya.
(c). PTK penting bagi saya karena dapat meningkatkan kemampuan saya meneliti.
(d). PTK penting bagi saya untuk mengatasi kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran.
(e). PTK penting bagi saya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Informasi yang diperoleh dari guru-guru di sekolah target dan sekolah kontrol
adalah sebagai berikut;
111
Pentingnya PTK
0 0
10
70
0 0 0
70
0 0
50
0 0 0
40
0 0 0
60
40
2.56
33.33
2.56 2.56
35.90
2.565.13
53.85
2.56 2.56
64.10
2.56 2.56
20
30
0
50
60
02.56
58.97
0
56.41
0
35.90
0
28.21
0
58.97
33.33
0
10
20
30
40
50
60
70
80S
TS
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
a b c d e
Gresik Sidoarjo
Surabaya
Diagram 5.7.5b. Pentingnya PTK
Sembilan puluh dua persen guru-guru di sekolah target menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa guru-guru tertarik pada PTK, 93% menyatakan setuju dan sangat setuju
bahwa PTK merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan peningkatan profesionalisme
guru, 93% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK penting bagi guru karena dapat
meningkatkan kemampuan guru meneliti, 92% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
PTK penting bagi guru untuk mengatasi kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran, dan
94% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK penting bagi guru untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Pendapat serupa disampaikan pula oleh guru-guru
dari sekolah-sekolah kontrol.
Untuk mengetahui kegunaan PTK , kepada guru-guru di sekolah target dan kontrol
diajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut;
(a). Saya merasa PTK berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
(b). Saya merasa PTK berguna untuk menambah angka kredit kenaikan pangkat.
(c). Saya merasa PTK berguna untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi
sertifikasi guru.
(d). Saya merasa PTK berguna untuk meningkatkan suasana akademik sekolah.
Jawaban guru terhadap pertanyaan di atas dapat dilihat pada diagram di bawah ini
112
Kegunaan PTK
0 0 0
80
20
10
0 0
60
30
10
0 0
60
30
0 0 0
60
40
10.265.13
33.33
2.565.13
33.33
7.69
0 0
51.28
35.90
0
7.69
51.28
0
56.41
0 0
58.97
30.77
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
a b c d
Gresik Sidoarjo
Surabaya
Diagram 5.7.5c. Kegunaan PTK
Dari diagram di atas diperoleh informasi 87 % guru menyatakan setuju dan sangat
setuju bahwa PTK berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa, 88% menyatakan
setuju dan sangat setuju bahwa PTK berguna untuk menambah angka kredit kenaikan
pangkat, dan 89% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK berguna untuk
mempersiapkan diri dalam menghadapi sertifikasi guru, dan 81% menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa PTK berguna untuk meningkatkan suasana akademik sekolah.
Berdasarkan analisa terhadap diagram tabel yang sama jawaban guru-guru di sekolah-
sekolah menjawab hal yang senada.
Selanjutnya untuk mengungkap kesulitan guru-guru dalam melaksanakan PTK
diajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut;
(a). Saya mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah.
(b). Saya mengalami kesulitan dalam mencari alternatif solusi pemecahan masalah.
(c). Saya mengalami kesulitan dalam menyusun proposal PTK.
(d). Saya mengalami kesulitan dalam menyusun alat pengumpul data.
(e). Saya mengalami kesulitan dalam melaksanakan PTK
(f). Saya mengalami kesulitan dalam menulis laporan.
113
(g). Saya belum memahami prosedur PTK
Informasi dari guru-guru di sekolah target dan sekolah kontrol dapat dilihat pada
diagram di bawah ini;
0
90
0 0
90
0
90
60
0
80
20
70
0
70
10 10
20.51
28.2123.0823.08
38.46
28.2133.33
30.77
0
10
0
10
0
10
0 0 0
10
30
0
10 10
0 0
10
0
102.56
38.46
5.130
43.59
5.130
15.38
25.64
48.72
5.132.56
17.95
30.77
5.130
15.38
43.59
5.132.56
15.38
35.9035.90
5.130
30.77
0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
ST
ST
S R SS
SS
TS
TS R S
SS
ST
ST
S R SS
S
ST
ST
S R SS
S
ST
ST
S R SS
SS
TS
TS R S
SS
ST
ST
S R SS
S
a b c d e f g
Kesulitan PTK
Gresik Sidoar jo
Surabaya
Diagram 5.7.5d. Kesulitan PTK
Dari diagram di atas diperoleh informasi 50% menyatakan sangat tidak setuju, tidak
setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi
masalah, 52% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru
mengalami kesulitan dalam mencari alternatif solusi pemecahan masalah, 53% menyatakan
setuju dan sangat setuju bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menyusun proposal
PTK, 57% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru
mengalami kesulitan dalam menyusun alat pengumpul data, 53% menyatakan sangat tidak
setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam
melaksanakan PTK, 51% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu
bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menulis laporan, dan 53 % menyatakan tidak
setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru belum memahami prosedur PTK. Sementara itu
guru-guru dari kelomopok kontrol di atas 63% menyatakan sangat tidak setuju, tidak
setuju, dan ragu-ragu untuk seluruh pertanyaan yang berkaitan dengan kesulitan
pelaksanaan PTK.
114
6. HASIL ANALISIS DATA KUALITATIF KOTA SURABAYA 6.1. Kapasitas Guru
Kompetensi guru matematika dan sains baik sekali. Interaksi sesama guru juga
baik sekali. Sikap dan loyalitas guru-guru pada profesi dan sekolahpun juga baik sekali.
Kinerja guru matematika dan sains pada umumnya baik. Upaya Kepala sekolah untuk
meningkatkan kinerja guru dengan memberi fasilitas dan kesempatan untuk mengikuti
kegiatan MGMP, Workshop dan pelatihan. Di sekolah diadakan pelatihan pemanfaatan
ICT untuk pembelajaran dengan mendatangkan instruktur. Kegiatan diadakan 2 kali
dalam seminggu setelah jam pelajaran siang. MGMP sekolah diadakan kegiatan tiap 2
minggu sekali yaitu hari Rabo namun sering tidak berjalan sesuai rencana.
Interaksi antar guru di sekolah baik, saling diskusi dan tukar pengalaman bila
mereka mengikuti pelatihan atau workshop diluar sekolah. Sikap guru matematika dan
sains juga baik, mereka welcome dan merespon postip terhadap kegiatan baseline
survey yang diadakan di sekolah tersebut.
Keterlibatan guru di kegiatan MGMP cukup baik. Untuk kegiatan MGMP kota
sekolah memberi tugas kepada guru sain dan matematika secera bergilir. Sedang untuk
kegitan MGMP sekolah diadakan setiap hari Rabu. Untuk hari itu para guru sains dan
matematika dikosongkan dari jadwal mengajar.
Kegiatan akademik yang dilakukan guru matematika dan sains di luar maupun di
dalam sekolah selain mengajar adalah mengikuti pelatihan atau workshop yang sesuai
dengan bidang studi masing-masing. Sekarang ini sekolah mengadakan pelatihan
pemanfataan ICT untuk pembelajaran dan pelatihan bahasa inggris bagi guru-guru.
Bahan ajar Biologi menggunakan buku yang diterbitkan penerbit Sunda Kelapa,
sedang buku Fisika menggunakan penerbit Intan Pariwara. LKS yang digunakan adalah
LKS yang dikembangkan oleh MGMP kota. Silabus menggunakan acuan dari silabus
yang dikembangkan pusat (puskur) yang disesuaikan dengan sekolah dan didiskusikan
dalam MGMP sekolah RPP dikembangkan oleh guru sendiri sebelum melaksanakan
pembelajaran
Alat peraga sains/fisika : KIT Termofisika, Optika, (listrik), Mekanika Alat peraga
sains/biologi : beberapa torso dan poster CD pembelajaran IPA Alat-alat laboratorium
dan alat peraga tersebut sering digunakan (70% pembelajaran menggunakan alat
peraga/media) Kendala dalam pemanfataanya : beberapa CD pembelajaran gambarnya
115
kurang bagus. Jumlah peralatan/alat peraga tidak sesuai dengan jumlah kelompok.
Kegiatan hand on sering dilakukan dalam pembelajaran, misalnya membuat model
paru-paru dari balon udara; bekas bungkus ciki, juga menggunakan peralatan
laboratorium yang ada.
Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan menanyakan kepada siswa apakah
pembelajaran yang diselenggarakan terlalu cepat, kurang dipahami, tidak menarik.
Jawaban siswa digunakan untuk refleksi dan perbaikan pembelajaran yang berikutnya.
Evaluasi proses dilakukan ketika siswa melakukan kegiatan praktikum/percobaan,
diskusi. Evaluasi hasil dilakukan tes hasil belajar berupa penguasaan konsep-konsep
yang dilakukan setelah beberapa kali pertemuan untuk pokok bahasan tertentu. Guru
belum merasa puas terhadap setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru
sering merasa terlalu cepat. Cara mengatasi dengan bertanya kepada siswa apakah
sudah memahami konsep yang telah disampaikan, kemudian diulangi lagi. Guru selalu
berupaya agar pembelajaran lebih baik dari pembelajaran sebelumnya. Caranya dengan
bertanya dan berdiskusi dengan teman-teman guru dan teman-teman instruktur Siswa
menggunakan buku paket yang tersedia di perpustakaan. Guru menggunakan referensi
yang sesuai yang diterbitkan berbagai penerbit
6.2. Implementasi Kegiatan MGMP
Kontribusi sekolah terhadap kegiatan MGMP relatif besar. Sekolah mendukung
baik secara moril dan material. Kegiatan MGMP kota dan MGMP sekolah dijadwalkan
hari Rabu, maka sekolah mengosongkan jadwal mengajar bagi guru-guru matematika
dan sains pada hari tersebut. MGMP kota diadakan sekali dalam sebulan. Sekolah
mengikutsertakan guru-guru secara bergiliran.
Menurut Kepala Sekolah MGMP sangat berperan dalam pembinaan guru dalam
meningkatkan profesionalisme guru. Beliau menyarankan MGMP kota menyusun
program-program yang berkaitan langsung dengan peningkatan kompetensi dan
profesionalisme guru dengan mendatangkan nara sumber yang terkait dengan referesing
materi.Beliau juga menyarakanan agar MGMP menyusun program semesteran atau
tahunan dan di sosialisasikan kepada sekolah-sekolah.Saran adalah juga hendaknya guru
yang datang pada kegiatan MGMP menyampaikan apa yang diperoleh dalam pertemuan
MGMP kepada teman guru lain yang tidak berangkat.
116
6.3. Pengelolaan Laboratorium
Sekolah sudah mempunyai tenaga laboran yang tugasnya mengelola secara
asminitratif dan merawat alat-alat lab yang dimiliki sekolah. Pengadaan alat-alat
laboratorium melalui blockgrand dan swasembada sekolah yang dibantu oleh komite
sekolah. Keberadaan alat laboratorium belum cukup lengkap dan akan dilengkapi secara
bertahap. Bajet yang dianggarkan sekolah relatif masing sangat kecil kurang dari 5%
dari anggaran belanja sekolah. Belum ada Laboratorium yang standart, banyak alat
peraga yang penyimpanannya dititipkan di lemari guru.
6.4. Persepsi dan Kinerja Guru
Menurut pendapat guru bahwa mata pelajaran sains merupakan matapelajaran yang
sangat menarik bagi siswa apabila proses pembelajaran sains dilakukan dengan
melakukan kegiatan laboratorium. Namun masalah yang sering muncul adalah
kurangnya memberikan kegiatan laboratorium karena terkendala waktu dan peralatan
yang tersedia. Sering guru memanfaatkan media CD untuk menunjukkan gejala-gejala
yang bisa diamati oleh siswa. Guru juga memberikan jam tambahan di luar jadwal
pelajaran untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Guru jarang melakukan atau
mencobakan inovasi dalam pembelajaran, karena jam mengajar setiap minggu guru
sains cukup banyak. Sebetulnya guru bisa melakukan pembelajaran dengan memberikan
kesempatan yang sebesar-besarnya untuk menemukan konsep sendiri melalui kegiatan
laboratorium dan bekerja secara kelompok. Juga diberi kesempatan siswa untuk
melatihkan keterampilan lain, misalnya dengan mempersiapkan dan melakukan
presentasi di depan kelas.
Guru sebetulnya sudah merasa bekerja secara optimal antara lain dengan memberi
tambahan pelajaran di luar jadwal pelajaran, namun masih perlu ditingkatkan terutama
untuk mencobakan berbagai inovasi pembelajaran sains.
Suasana akademik di sekolah cukup kondusif. Komunikasi sesama guru berlangsung
dengan baik, demikian juga komunikasi sesama guru mata pelajaran saling memberikan
informasi dan diskusi untuk peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan, namun
jarang dilakukan kolaborasi dengan pihak luar sekolah. Keterlibatan guru dalam MGMP
cukup baik. Ketika ada kegiatan MGMP sekolah memberikan kesempatan kepada guru
untuk menghadirinya, walaupun tidak semua guru dapat mengahadiri secara terus
117
menerus. Saran Guru pada MGMP hendaknya pengurus MGMP beserta anggotannya
menyusun program kegiatan dan jadwal kegaiatan untuk satu tahun ( atau satu semester)
terutama kegiatan yang terkait dengan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah-
sekolah.
Bapak/Ibu guru berpendapat bahwa kegiatan laboratorium merupakan kegiatan
yang sangat penting dalam pembelajaran sains. Namun alat-alat laboratorium belum
cukup lengkap untuk memenuhi semua materi kegiatan yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum. Kegiatan laboratorium sains relatif sering dilakukan. Paling tidak selama
satu semester lebih 10 kali praktikum. Topik yang sering dilakukan adalah untuk materi
prtumbuhan, optika dan rangkaian listrik Guru sering menggunakan Petunjuk praktikum
yang disusun oleh MGMP. Praktikum dilakukan secara berkelompok, setiap kelompok
4- 5 anak.
Langkah-langkah praktikum diawali dengan penjelasan guru tentang materi
praktikum dan prosedur percobaan, kemudian siswa melakukan percobaan dan
melaporkan hasil praktikum. Guru berupaya untuk memfasilitasi kegiatan praktikum
dengan memanfaatkan peralatan yang dimiliki sekolah. Beberapa bahan dan peralatan
sederhana, siswa diminta untuk menyediakan sendiri.Dari kegiatan praktikum tersebut
siswa diberi kesempatan untuk melakukan pengamatan, mengumpulkan data, mengolah
data, menyimpulkan dan kadang-kadang mempresentasikan hasil percobaannya. Selama
praktikum guru melakukan evaluasi terhadap proses praktikum.
6.5 Persepsi Siswa
Siswa lebih menyenangi mata pelajaran sains dari pada matematika Karena
mata pelajaran sains lebih menarik, ada hubungannya dengan kenyataan yang dijumpai
anak-anak sehari-hari, penerapannya jelas ada dilingkungan anak, jadi ada tantangan
untuk mengetahuinya. Sedangkan pelajaran matematika banyak mengahafalkan rumus-
rumus dan siswa dituntut untuk menghitung.
Proses pembelajaran sains yang sering dilakukan adalah guru memberikan
penjelasan tentang materi, sering juga dengan memberi tayangan CD pembelajaran
kemudian siswa mengisi LKS dan mendiskusikan jawabannya. Guru sering
menggunakan media CD pembelajaran, dan alat peraga yang sering digunakan adalah
model kerangka manusia, model organ-organ tubuh kerangka, beberapa peralatan fisika
misalnya alat-alat percobaan optika dan kelistrikan dan kemagnetan. Sedangkan
118
pembelajaran matematika yang sering dilakukan adalah guru menjelaskan materi
pelajaran kemudian memberi latihan-latihan soal dengan mengerjakan LKS.
Siswa sering merasa kesulitan dalam belajaran matematika karena harus
menghafalkan rumus-rumus dan menghitung. Upaya siswa untuk lebih mengerti dengan
bertanya kepada guru. Buku yang dipakai siswa adalah buku Fisika/Sains terbitan
Sunda Kelapa dan Intan Pariwara dan LKS yang dikembangkan oleh MGMP dan
diterbitkan oleh KKKS kota Surabaya. Umumnya siswa memiliki buku tersebut.
8. HASIL ANALISIS DATA KUANTITATIF BASELINE SURVEY DI KAB/ KOTA
PASURUAN
8.1 Informasi Pribadi Responden
8.1.1 Kepala Sekolah
Pendidikan Kepala Sekolah di Pasuruan
S1
62%
S2
38%
D1
0%
D2
0%
D3
0%S3
0%D1
D2
D3
S1
S2
S3
Diagram 8.1.1a Pendidikan Kepala Sekolah di Pasuruan
119
100%
0%0%
0%0%
0%
D1
D2
D3
S1
S2
S3
Diagram 8.1.1b Pendidikan Kepala Sekolah di Malang
Berdasarkan diagram lingkaran di atas, pendidikan kepala sekolah –sekolah target di
kabupaten Pasuruan sebanyak 62% berpendidikan S1 dan 32% berpendidikan S2,
sedangkan kepala sekolah di sekolah kontrol seluruhnya berpendidikan S1.
8.1.2 Guru
Latar Belakang Pendidikan Guru di sekolah target dan sekolah kontrol dapat dilihat pada
tabel-tabel berikut ini.
Pendidikan Guru Di Pasuruan
S1
92.98 %
S2
5.26 %
D3
1.75 %D1
D2
D3
S1
S2
S3
Diagram 8.1.2a. Tingkat Pendidikan Guru di Pasuruan
Pendidikan guru-guru di sekolah-sekolah target 92,98% berpendidikan S1, 5,26%
berpendidikan S2 dan 1,75% berpendidikan dibawah S1. Sedangkan pendidikan guru-guru
120
di sekolah-sekolah kontrol dapat dilihat pada diagram lingkaran 8.1.2b di bawah ini, yaitu
8,33% berpendidikan D3, 83,34% berpendidikan S1 dan 8,33% berpendidikan S2.
Pendidikan Guru Di Malang
S2
8.33 %
D3
8.33 %
D1
83.33 %
D1
D2
D3
S1
S2
S3
Diagram 8.1.2b. Tingkat Pendidikan Guru di Malang
Adapun bidang studi keahlian guru-guru di sekolah-sekolah target dan kontrol adalah
sebagai berikut:
Bidang Studi Keahlian Guru di Pasuruan
33%
21%18%
23%
5%
Matematika
Fisika
Biologi
Kimia
Lainnya
Diagram 8.1.2c Bidang Studi Keahlian Guru di Pasuruan
Bidang studi keahlian dari guru-guru di sekolah –sekolah target terdiri dari 33% bidang
Matematika, 21% bidang Fisika, 18% bidang Biologi, 23% bidang Kimia dan 5% bidang
121
lainnya.
Bidang Studi Keahlian Guru Di Malang
33.33
25.00
25.00
16.67Matematika
Fisika
Biologi
Kimia
Lainnya
Diagram 8.1.3d Bidang Studi Keahlian Guru di Malang
Sedangkan bidang keahlian dari guru-guru di sekolah-sekolah kontrol terdiri dari
25% bidang Fisika, 25% bidang Biologi, 16,67% bidang Kimia dan 33,33 % bidang
Matematika.
Jumlah guru – guru target yang mengajar di sekolah lain hanya 7 orang dari 59
orang sampel sementara di sekolah kontrol tidak ada yang mengajar di tempat lain.
8.1.3 Pejabat Pendidikan
Pejabat pendidikan yang disurvey terdiri dari 10 orang dengan tingkat pendidikan 6
orang berpendidikan S1 dan 4 orang berpendidikan S2. Kesepuluh pejabat tersebut telah
menjabat di dinas pendidikan antara 1- 29 tahun.
8.2 Informasi Tentang Sekolah Sampel
Rasio guru siswa di sekolah target dan sekolah kontrol adalah sebagai berikut.
Tabel 8.2 Rasio Guru Siswa
Kabupaten Kategori Jumlah Guru
Jumlah Siswa Rasio guru: Siswa
Kab Pasuruan Target 370 4617 1: 65
Kab Malang Kontrol 117 1508 1: 12
122
Jumlah siswa yang drop out dan jumlah siswa yang tidak naik kelas dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Table 8.2.Jumlah Siswa yang drop out dan jumlah siswa yang tidak naik kelas
Kasus Tahun Kab Pasuruan
Kab Malang
Total
Putus Sekolah
2005 75 0 75
2006 66 0 66
2007 43 0 43
Rata-rata 61 0 61
Mengulang Kelas
2005 36 4 40
2006 29 3 32
2007 45 2 47
Rata-rata 37 3 40
Berdasarkan data di atas rata-rata dalam tiga tahun terakhir 61 orang siswa drop out
di sekolah target sedangkan di sekolah kontrol tidak ada yang drop out. Angka drop out ini
sangat tinggi terjadi di sekolah target dibanding di sekolah kontrol. Sedangkan kasus siswa
yang tidak naik kelas rata-rata dalam tiga tahun terakhir sebanyak 37 orang di sekolah
target dan 3 orang di sekolah kontrol.
8.3 Kegiatan MGMP
8.3.1 Pengetahuan Kepala sekolah dan Keterlibatan dalam kegiatan MGMP.
Pengetahuan kepala sekolah terhadap kegiatan MGMP dapat digali melalui angket
dengan respon seperti pada tabel berikut ini.
Table 8.3.1 Pengetahuan Kepala sekolah dan Keterlibatan dalam kegiatan MGMP
Kabupaten/ Kota
Apakah Anda tahu isi kegiatan MGMP?
Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan MGMP?
Ya Tidak Ya Tidak Pasuruan 5 2 3 4 Malang 2 0 2 0 Total 7 2 5 4
Berdasarkan tabel tersebut semua kepala sekolah target menyatakan 5 orang
mengetahui isi kegiatan MGMP, 2 orang tidak mengetahui dan 1 orang tidak memberikan
tanggapan, dengan 3 orang menyatakan pernah mengikuti kegiatan MGMP, 4 orang tidak
123
pernah dan 1 orang tidak memberi respon. Sedangkan pada sekolah kontrol seluruh kepala
sekolah mengetahui isi dan pernag mengikuti tentang kegiatan MGMP.
8.3.2. Keikutsertaan Guru dalam Kegiatan MGMP
Keikutsertaan guru-guru dalam mengikuti kegiatan MGMP dapat ditunjukan pada
gambar berikut ini.
5
1
11
2
0
2
4
6
8
10
12
Jumlah keg MPMP Banyak hari
Partisipasi dalam Kegiatan MGMP
Pasurun
Malang
Diagram 8.3.2 Keikutsertaan Guru Dalam Kegiatan MGMP
Berdasarkan data di atas guru-guru di sekolah target rata-rata mengikuti 5 kegiatan
MGMP selama periode tahun ajaran 2006/2007 dengan rata-rata 11 hari kerja. alam
Sedangkan di sekolah kontrol guru-guru menyatakan telah mengikuti kegiatan MGMP
dengan rata-rata 1 kegiatan dalam satu tahun dengan rata-rata 2 hari kerja.
8.3.3 Evaluasi Kegiatan MGMP menurut Guru dan Kepala Sekolah
Pengetahuan kepala sekolah terhadap kegiatan MGMP dapat digali melalui angket
dengan respon seperti pada tabel berikut ini.
Table 8.3.3 Pengetahuan Kepala sekolah dan Keterlibatan dalam kegiatan MGMP
Kabupaten/ Kota
Apakah Anda tahu isi kegiatan MGMP?
Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan MGMP?
Ya Tidak Ya Tidak Pasuruan 5 2 5 2 Malang 2 0 2 0
124
Kabupaten/ Kota
Apakah Anda tahu isi kegiatan MGMP?
Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan MGMP?
Ya Tidak Ya Tidak Total 7 2 7 2
Berdasarkan tabel tersebut 5 orang kepala sekolah target menyatakan mengetahui isi
kegiatan MGMP dan menyatakan pernah mengikuti kegiatan MGMP, 2 orang tidak
mengetahui dan 1 orang tidak memberikan respon. Sedangkan pada sekolah kontrol seluruh
kepala sekolah yang mengetahui tentang isi kegiatan dan pernah mengikuti MGMP.
8.3.4 Kekuatan dan Kelemahan MGMP-MIPA
Berdasarkan pengalaman guru-guru dalam mengikuti kegiatan MGMP memberikan
evaluasi tentang kekuatan dari kegiatan yang pernah diikuti. Respon guru-guru dapat
ditunjukkan pada tabel 8.3.4 berikut ini.
5.260.00
3.51 1.75 0.00 1.75
37.5
75
12.5
50
62.5
87.5
70
80
50
60
40
00
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Penge
tahu
an
Met
ode P
embela
jara
n
Perso
alan K
elas
Bertu
kar P
ikira
n
Mot
ivas
i
Kemam
puan
Aka
demik
Kekuatan
Guru (%)
Kepsek (%)
Pejabat Dinas (%)
Diagram 8.3.4 Kekuatan Kegiatan MGMP di Kab Pasuruan
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sekitar 10 % guru-guru di
sekolah target menyatakan bahwa kegiatan MGMP memberikan kesempatan bertukar
pikiran dan pengalaman, dapat membantu guru menguasai lebih mendalam pengetahuan
bidang studi; membekali guru dengan metode pembelajaran yang inovatif; memotivasi guru
untuk meningkatkan mutu pembelajarannya, dan dapat membantu guru dalam
meningkatkan kemampuan akademiknya.
Menurut Kepala sekolah dan pejabat pendidikan di atas 37,5% menyatakan bahwa
125
kegiatan MGMP dapat membekali guru dengan metode pembelajaran yang inovatif dan
dapat memotivasi guru untuk meningkatkan mutu pembelajarannya, dan hanya 12,5% yang
menyatakan bahwa kegiatan MGMP dapat membantu guru untuk mengelola kelas.
Sementara itu para pejabat dinas menyatakan bahwa MGMP memberikan
kesempatan bertukar pikiran dan pengalaman, dapat membantu guru menguasai lebih
mendalam pengetahuan bidang studi; membekali guru dengan metode pembelajaran yang
inovatif; memotivasi guru untuk meningkatkan mutu pembelajarannya di atas 40%,
sedangkan tidak satupun pejabat dinas pendidikan yang menyatakan setuju bahwa kegiatan
MGMP dapat membantu guru dalam meningkatkan kemampuan akademiknya
Berikut ini ditunjukkan kelemahan kegiatan MGMP yang telah dilakukan menurut
Guru, Kepala Sekolah dan Pejabat Pendidikan.
87.72
0.00 0.005.26
14.04
0.0
37.5
50.0
62.5
37.5
25.0
0
20
40
30
70
00.000
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Materi Kegiatan
Tidak Sesuai
Instruktur kurang
mampu
Partisipasi
rendah
Koordinasi
Lemah
Kurang dukungan Lainnya
Kelemahan
Guru (%)
Kepsek (%)
Pejabat Dinas (%)
Diagram 8.3.5 Kelemahan Kegiatan MGMP di Kab Pasuruan
Berdasarkan diagram di atas, tampak jelas kelemahan menurut guru, kepala sekolah
dan pejabat pendidikan menyatakan bahwa “Materi yang disajikan kurang sesuai”,
”Koordinasi lemah”. Dan ”Kurang memperoleh dukungan dan sumber daya (dana dan
fasilitas) secara memadai”.
Berdasarkan hasil survey tersebut diharapkan menjadi perhatian bagi pelaksana
program untuk lebih memperhatikan aspek-aspek tersebut
126
8.3.5 Kebutuhan Guru
Kebutuhan guru dalam meningkatkan kualitas pembelalajaran menjadi informasi
yang penting untuk diketahui. Berdasarkan survey terhadap guru-guru di sekolah target dan
sekolah kontrol tentang enam kategori kebutuhan guru diperoleh data seperti diagram
berikut.
Diagram 8.3.5 Kebutuhan Guru untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
50
80.70
50.00
77.19
41.67
71.93
16.67
7.02
50.00
43.86
0.003.51
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pen
dala
man
Mat
eri
Ket
eram
pila
n
Men
gaja
r
Pem
aham
an
Pro
ses
Men
gaja
r
Obj
ektiv
itas
Pen
ilaia
n
Kep
sek
Kes
empa
tan
Ber
disk
usi
Lain
nya
Kebutuhan Guru
Kebutuhan Guru
Malang
Pasuruan
Diagram 8.3.5 Kebutuhan Guru untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Berdasarkan data pada diagram di atas menunjukkan bahwa di kabupaten Pauruan
80,70% guru menyatakan kebutuhan dalam memperdalam penguasaan materi ajar; 77,19%
dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajar; 71,93% dalam memahami
proses belajar siswa. Sedangkan terhadap pertanyaan objektivitas dari kepala sekolah guru
yang yang merespon hanya 7,02%, dan kebutuhan untuk mendapat kesempatan berdiskusi
hanya 43,66%.
Sementara itu guru-guru di sekolah kontrol yang menyatakan kebutuhan mengenai
pendalaman materi, keterampilan mengajar, dan kesempatan untuk berdiskusi hanya 50%,
kebutuhan mengenai pemahaman proses belajar mengajar hanya 41,67%.
8.3.7 Komitmen Pejabat Pendidikan dan Kepala sekolah terhadap Kegiatan MGMP
Pada umumnya pejabat pendidikan (90%) menyatakan sangat setuju terhadap
127
penyataan ” Menurut saya pengembangan guru penting untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah”, ” Saya mendukung MGMP-MIPA karena merupakan salah satu
cara terbaik untuk meningkatkan kemampuan guru” dan ” Saya merasa ikut bertanggung
jawab terhadap kualitas sekolah di wilayah kami”.
Dampak dari kegiatan MGMP menurut semua kepala sekolah menyatakan sangat
setuju terhadap pernyataan bahwa: kegiatan MGMP MIPA berguna untuk meningkatkan
penguasaan pengetahuan bidang studi guru-guru di sekolah saya; kegiatan MGMP Matematika dan
IPA berguna bagi guru-guru di sekolah saya untuk meningkatkan keterampilan mengajar; dan
kegiatan MGMP MIPA berguna bagi guru-guru sekolah saya untuk bertukar gagasan. Meskipun
terdapat seorang kepala sekolah yang menyatakan sangat tidak setuju untuk seluruh
pertanyaan yang diajukan.
Sedangkan dampak kegiatan MGMP menurut guru-guru di sekolah target
menyatakan bahwa : MGMP dapat meningkatkan penguasaan materi (77,19%) dan
dapat meningkatkan keterampilan mengajar (78,95%). Disamping itu kegiatan
MGMP dapat menjadi ajang untuk bertukar informasi (82,46%). Demikian juga
berdasarkan guru-guru yang berasal dari sekolah kontrol, 58,33 % menyatakan
bahwa kegiatan MGMP dapat meningkatkan penguasaan materi, menyatakan dapat
meningkatkan ketrampilan mengajar dan menjadi ajang untuk bertukar informasi.
01.75
03.51
03.51
50.00
57.89
8.33
19.30
0 1.750 0 03.51
50.00
59.65
8.33
19.30
01.75
0 0 0 0
50.00 50.88
8.33
31.58
0
10
20
30
40
50
60
STS TS N S SS STS TS N S SS STS TS N S SS
Peningkatan Penguasaan
Materi
Peningkatan
Keterampilan Mengajar
Saling Tukar Informasi
Dampak Kegiatan MGMP
Malang
Pasuruan
Diagram 8.3.7 Dampak Kegiatan MGMP dalam Pandangan Guru
128
8.4 Manajemen Sekolah
8.4.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan Kepala sekolah merupakan faktor yang cukup penting dalam
managemen sekolah. Tabel 8.4.1 menunjukkan respon dari Kepala sekolah dan guru pada
sekolah target dan sekolah kontrol.
37.5
100 100
25
0 0 0 0 0 0 0 0 0
5050
62.5
75
100
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0000
20
40
60
80
100
120
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Pemeriksaan RPP Guru Keteraturan melakukan
Supervisi
Pemberian Penghargaan
Pasuruan
Malang
Diagram 8.4.1a. Kepemimpinan Kepala Sekolah Menurut Kepala Sekolah
9.09
90.91
18.18
9.09
72.73
9.09
18.18
72.73
1.75 1.75
15.79
1.75
17.54
5.26
59.65
0000000
35.09
63.16
10.537.02
77.19
3.5100
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
a b c
Malang
Pasuruan
Diagram 8.4.1b. Kepemimpinan Kepala Sekolah Menurut Guru
Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah target menyatakan
setuju dan sangat setuju bahwa secara teratur kepala sekolah memeriksa rencana
129
pembelajaran yang disusun guru; secara teratur melakukan kunjungan kelas untuk
memantau dan mensupervisi proses pembelajaran dalam kelas; serta memberikan
penghargaan khusus kepada guru-guru yang bekerjasama untuk meningkatkan kinerja
sekolah. Tidak jauh berbeda 100% kepala sekolah di sekolah kontrol menyatakan hal yang
sama.
Demikian juga menurut pandangan guru di sekolah-sekolah target dan sekolah
kontrol, di atas 95 % guru menyatakan setuju dan sangat setuju kepala sekolah memeriksa
rencana pembelajaran yang disusun guru; secara teratur melakukan kunjungan kelas untuk
memantau dan mensupervisi proses pembelajaran dalam kelas; serta memberikan
penghargaan khusus kepada guru-guru yang bekerjasama untuk meningkatkan kinerja
sekolah
8.4.2 Komunikasi dan partisipasi
Komunikasi antara guru dan kepala sekolah dalam menentukan kebijakan,
membahas permasalahan serta tentang komite sekolah merupakan kondisi awal yang perlu
diketahui. Berikut ini diperoleh hasil kuesioner kepada kepala sekolah dan guru.
33.33 33.33 33.33
7.14
71.43
19.64
3.51 1.75
73.68
19.30
11.11
66.67 66.67
55.56
000000001.79
24.56
56.14
21.05
0000
0
10
20
30
40
50
60
70
80
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
a b c
Malang
Pasuruan
Diagram 8.4.2 Komunikasi dan Partisipasi
Berdasarkan diagram di atas pada umumnya baik kepala sekolah maupun guru di sekolah
target dan sekolah sasaran menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan:
1) Guru-guru terlibat dalam perumusan kebijakan dan perencanaan di sekolah
130
2) Guru-guru menemui saya untuk membicarakan masalah pembelajaran dan
pengelolaan kelas.
3) Kami memiliki Komite Sekolah yang aktif mendukung peningkatan sekolah.
8.4.3 Pengembangan Guru
Program pengembangan guru di sekolah merupakan informasi awal yang penting
untuk diketahui sebagai gambaran kondisi awal tentang persepsi kepala sekolah dan guru.
Berikut ini pada tabel 8.4.3 menunjukkan pendapat guru dan kepala sekolah.
0 08
33
0 0 0
67
33
0 0
75
25
58
0
70
0 0 0
30
0 04
70
26
0 0 2
72
26.
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
a b c
Prioritas dalam hal pengembangan guru
Malang
Pasuruan
Diagram 8.4.3 Prioritas dan Pengembangan Guru
Berdasarkan data di atas pada umumnya kepala sekolah dan guru di sekolah target dan
sekolah kontrol menyatakan bahwa;
1) Pelatihan guru merupakan salah satu prioritas sekolah.
2) Guru-guru diberi cukup waktu untuk berpartisipasi dalam pelatihan dan
pengembangan guru.
3) Guru-guru didorong untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan baru
dalam pembelajaran
8.4.4 Pengembangan Guru Berbasis Sekolah
Berkaitan dengan pengembangan guru, satu set pernyataan-pernyataan lainnya
131
diberikan kepada para kepala sekolah dan guru-guru untuk diberi nilai, yang berhubungan
dengan pengembangan guru berbasis sekolah. Ketiga pernyataan tersebut adalah:
1) Sekolah menyelenggarakan pelatihan guru berbasis sekolah;
2) Kepala sekolah mendorong guru-guru membentuk kelompok-kelompok studi di
kalangan mereka; dan
3) Saya memberikan kesempatan kepada guru-guru mengamati pembelajaran yang
dilakukan guru lain.
0 0
3 0
2 2 . 8 1
6 0
4 5 . 6 1
10
2 9 . 8 2
0
1. 7 5
0
1. 7 50
12 . 2 8
4 4
2 9 . 8 2
3 34 5 . 6 1
2 2
10 . 5 3
3 0
2 1. 0 5
0
2 1. 0 5
7 0
3 5 . 0 9
0
2 2 . 8 1
0 00 .00
10 .00
20 .00
30 .00
40 .00
50 .00
60 .00
70 .00
a b c
Pengembangan Guru
Malang
Pasuruan
Diagram 8.4.4 Pengembangan Guru Berbasis Sekolah
Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sekitar 25% kepala sekolah
target menyatakan setuju bahwa a). Sekolah telah menyelenggarakan pelatihan guru
berbasis sekolah; b). mendorong guru-guru membentuk kelompok-kelompok studi di
kalangan mereka dan c). memberikan kesempatan kepada guru-guru. Sedangkan menurut
guru sekolah target 90 % menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa a). sekolah telah
menyelenggarakan pelatihan guru berbasis sekolah; 55% guru menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa b). kepala sekolah mendorong guru-guru membentuk kelompok-
kelompok studi; dan 70% guru menyatakan c). ragu-ragu bahwa kepala sekolah memberi
kesempatan mengamati pembelajaran yang dilakukan guru lain.
132
Respon yang bertolak belakang antara guru dan kepala sekolah. Tentunya
respon guru yang lebih dapat dipercaya, karena para guru yang mengalami kegiatan di
sekolahnya.
8.5 Budaya Sekolah
8.5.1 Kesejawatan dan Dukungan Antar Guru
Guru-guru diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini:
(1) Saya merasa nyaman ketika bekerja dengan guru-guru yang lain di sekolah ini;
(2) Saya merasa bebas untuk mendiskusikan masalah-masalah pekerjaan dengan guru
lain;
(3) Saya merasa bebas untuk meminta nasehat dan saran dari guru lain dalam hal mengajar
0
3 .51
0
3 .51
2 0
12 .2 8
3 0
6 1.4 0
5 0
19 .3 0
0 0 0
5.2 6
3 0
10 .53
4 0
6 3 .16
3 0
2 1.0 5
0
1.75
10
3 .51
40
10 .5310
59 .6 5
40
2 4 .56
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Kenyamanan Dalam Kerjasama Kebebasan Untuk Berdiskusi Kebebasan Meminta NasehatMalang
Pasuruan
Diagram 8.5.1 Kesejawatan dan Dukungan Antar Guru
Berdasarkan data di atas sebagian besar guru di sekolah target dan sekolah kontrol
di atas 80% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa: guru merasa nyaman ketika
bekerja dengan guru-guru yang lain di sekolah ; guru merasa bebas untuk mendiskusikan
masalah-masalah pekerjaan dengan guru lain; dan guru merasa bebas untuk meminta
nasehat dan saran dari guru lain dalam hal mengajar. Sedangkan 25 % lainnya merasa ragu-
ragu terhadap ketiga pernyataan tersebut.
133
8.5.2 Dukungan Guru terhadap Siswa
Para siswa diminta untuk memberi nilai atas tiga pernyataan berikut yang berkaitan dengan
guru-guru mereka:
1) Guru-guru di sekolah ini baik terhadap saya dan suka menolong saya;
2) Guru tampak mengetahui jika saya mempunyai masalah di kelas; dan
3) Saya merasa para guru di sekolah ini peduli terhadap proses belajar saya.
Respon siswa terhadap pernyataan ditersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
0.000.00
7.266.15
25.5521.54
57.41
63.08
9.789.23
2.523.08
22.4023.08
38.80
44.62
25.2426.15
3.473.08
0.001.542.84
6.15
18.93
26.15
48.90 49.23
24.61
16.92
0
10
20
30
40
50
60
70
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Guru baik dan suka
menolong
Kepedulian guru terhadap
siswa
Kepedulian guru terhadap
PBM
PASURUAN
MALANG
Diagram. 8.5.2 Dukungan Guru terhadap Siswa
Berdasarkan tabel di atas 65% siswa di sekolah target menyatakan setuju bahwa
guru-guru di sekolah ini baik terhadap saya dan suka menolong saya; 61,2% tidak setuju
dan ragu-ragu untuk pernyataan “Guru tampak mengetahui jika saya mempunyai masalah di
kelas”; dan73,51% setuju dan sangat setuju untuk pernyataan “Saya merasa para guru di
sekolah ini peduli terhadap proses belajar saya”. Demikian pula respon siswa di sekolah
control tidak jauh berbeda.
8.5.3 Lingkungan yang Mendukung Diantara Siswa
Para siswa juga diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini:
134
1) Saya senang belajar bersama dengan siswa lain di kelas;
2) Saya merasa bebas bertanya kepada teman sekelas, ketika saya mempunyai
kesulitan belajar di kelas; dan
3) Saya senang membantu teman sekelas bila mereka mempunyai kesulitan belajar
di kelas.
Berdasarkan data pada diagram 3.53 diperoleh informasi bahwa pada umumnya
siswa (di atas 80%) di sekolah target dan sekolah kontrol menyatakan setuju bahwa ”Saya
senang belajar bersama dengan siswa lain di kelas”; ”Saya merasa bebas bertanya kepada
teman sekelas”, ketika saya mempunyai kesulitan belajar di kelas; dan ”Saya senang
membantu teman sekelas bila mereka mempunyai kesulitan belajar di kelas.
0 .6 3 0 .0 0
4 .4 2
6 .156 .9 4
10 .77
4 9 .53
6 1.54
3 4 .70
2 1.54
0 .0 0 0 .0 00 .6 3 1.54
6 .6 2 6 .15
4 4 .79
53 .8 5
4 3 .2 2
3 8 .4 6
0 .0 00 .0 00 .6 3 0 .0 0
4 .4 2
6 .15
57. 73
70 .77
3 3 .12
2 3 .0 8
0
10
20
30
40
50
60
70
80
STS
TS R S
SS
STS
TS R S
SS
STS
TS R S
SS
Bekerja sama dgn siswa lain Kebebasan berdiskusi Bantuan kepada teman sekelas
Lingkungan yang mendukung di antara siswa
PASURUAN
MALANG
Diagram 3.5.3 Lingkungan yang mendukung di antara siswa
8.5.4 Dukungan Orang tua dan Dorongan kepada Siswa
Para siswa juga diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini:
1) Orang tua saya berpendapat bahwa belajar sungguh-sungguh itu penting;
2) Orang tua saya membantu saya belajar di rumah; dan
3) Orang tua saya menaruh perhatian pada apa yang saya pelajari di sekolah.
135
0.000.00 1.58
1.541.26
1.54
17.98
36.92
76.34
60.00
2.213.08
15.77
29.23
20.1921.54
40.06 38.46
16.40
7.69
0.001.54
5.36
9.2311.99 12.31
41.01
55.38
40.38
21.54
0
10
20
30
40
50
60
70
80
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Kesungguhan belajar Bantuan orang tua Perhatian orang tua
DUKUNGAN ORANG TUA
PASURUAN
MALANG
Diagram 8.5.4 Dukungan Orang Tua
Berdasarkan tabel di atas 85,72%% siswa-siswa di sekolah target menyatakan setuju
dan sangat setuju bahwa “Orang tua saya berpendapat bahwa belajar sungguh-sungguh itu
penting”; 58,48,5% siswa menyatakan bahwa “Orang tua saya membantu saya belajar di
rumah”; dan 81,39% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa “Orang tua saya
menaruh perhatian pada apa yang saya pelajari di sekolah”. Tidak terlalu berbeda respon
siswa di sekolah kontrol rata rata di atas 70% menyatakan setuju pada ketiga pernyataan
tersebut.
Proses Belajar dan Mengajar Sains dan Matematika
Diperkenalkannya Lesson Study ini akan sangat mungkin merubah proses belajar dan
mengajar di dalam kelas. Hal itu diharapkan akan mendorong kerja kelompok di antara
siswa, penggunaan bahan-bahan media yang konkret, dan tukar pendapat selama
pembelajaran. Program tersebut juga mengarah pada peningkatan faktor-faktor hasil
(outcome) seperti minat guru-guru dalam meningkatkan proses belajar mengajar,
meninkatkan pemahaman dan minat siswa terhadap mata pelajaran.
8.6.1 Kerja Kelompok
Siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini, menyangkut
kerja kelompok:
1) Kami mempunyai kegiatan-kegiatan belajar pada kelompok-kelompok kecil
dalam pembelajaran matematika/sains di kelas kami;
2) Kami mempunyai kelompok diskusi dalam pembelajaran matematika/sains di
136
kelas kami; dan
3) Guru sains/matematika kami mendorong kami untuk belajar bersama dan
belajar dengan siswa lain.
Respon siswa pada ketiga pernyataan tersebut ditunjukkan pada tabel berikut ini.
29.6526.81
17.98
12.307.899.78
19.24
38.49
5.996.62
20.50
43.53
19.87
5.99
20.82
10.77
24.6226.15
20.00
24.62
4.623.08
18.46
41.54
21.54
15.38
24.62
12.31
6.15
46.15
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Tp J K
Srg S Tp J K
Srg S Tp J K
Srg S
Kegiatan belajar dalam kelompok
kecil
Diskusi Matematika dalam
kelompok
Bantuan guru untuk belajar bersama
PASURUAN
MALANG
Diagram 8.6.1a Kerja Kelompok pada Kelas Matematika
Berdasarkan data di atas sekitar 65% menyatakan tidak pernah, jarang, dan kadang-kadang
kegiatan belajar matematika dilaksanakan dalam kelompok kecil, belajar matematika
dalam kelompok dan 55% menyatakan sering dan sangat sering guru memberikan bantuan
dalam belajar bersama. Hal senada disampaikan oleh siswa- siswa dari sekolah kontrol.
Dari analisa terhadap data tersebut maka masih perlu ditingkatkan proses belajar
dilaksanakan dalam kelompok kecil dan diskusi dilaksanakan dalam kelompok, hal ini
diuapayakan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar mandiri, berbagi
informasi, meninhgkatkan kemampuan komunikasi matematika dan menghargai pendapat
orang lain.
Untuk pembelajaran Biologi, data yang berkaitan dengan belajar di dalam kelompok
dapat di lihat pada diagram berikut;
137
2.52
13.85
10.73
27.69
20.50
29.23
41.32
24.62
20.50
4.62
1.58
7.695.68
24.62
16.72
26.15
38.49
30.77
33.44
10.77
3.156.15
9.4610.7711.99
29.23
31.23
32.31
44.16
21.54
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
Tp J K
Srg S
Tp J K
Srg S
Tp J K
Srg S
Kegiatan belajar Biologi dalam
kelompok kecil
Diskusi Biologi dalam
kelompok
Bantuan guru Biologi untuk
belajar bersama
Kerja Kelompok dalam Pelajaran Biologi
PASURUAN
MALANG
Diagram 8.6.1b Kerja Kelompok pada Kelas Bologi
Hasil analisa diperoleh informasi bahwa 61,82% siswa menyatakan sering dan
sangat sering proses pembelajaran Biologi dilaksanakan dalam kelompok kecil, 71,93%
menyatakan sering dan sangat sering pembelajaran Biologi dilaksanakan dalam kelompok,
dan 73,39% menyatakan sering dan sangat sering guru memberikan bantuan dalam
menumbuhkan belajar bersama.
Pendapat siswa-siswa dari sekolah kontrol tidak jauh berbeda dengan siswa –siswa
dari kelompok target.
138
2.52
10.7711.04
18.46
31.86
38.46
34.70
26.15
14.20
6.15
1.58
10.77
7.26
13.85
29.97
38.46
32.18
26.15
23.34
10.77
1.584.62
6.31
10.77
17.98
30.7731.86
36.92
39.12
16.92
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
Tp J K
Srg S Tp J K
Srg S Tp J K
Srg S
Kegiatan belajar Kimia dalamkelompok kecil
Diskusi Kimia dalamkelompok
Bantuan guru Kimia untukbelajar bersama
Kerja Kelompok dalam Pelajaran Kimia
PASURUAN
MALANG
Diagram 8.6.1c Kerja Kelompok pada Kelas Kimia
Pendapat siswa mengenai diskusi kelompok pada pembelajaran Kimia, diperoleh hasil
sebagai berikut 48,9% siswa menyatakan sering dan sangat sering pembelajarn kimia
dilaksanakan dalammkelompok kecil, 55,42% menyatakan sering dan sangat sering
pembelajaran kimia dlaksanakan secara diskusi dalam kelompok, 70, 98% menyatakan
sering dan sangat sering pada pembelajaran kimia guru memberikan bantuan untuk belajar
bersama. Sedangkan pendapat siswa-siswa dari kelompok kontrol diperoleh hasil
sebaliknya, rata-rata di atas 60% siswa-siswa dari kelompok kontrol merasa tidak pernah,
jarang, dan kadang-kadang pembelajaran kimia dilaksanakan dalam kelompok kecil dan
melakukan diskusi dalam kelompok kecil.
139
4.10
12.3113.25
21.54
34.07
40.00
32.49
15.38
11.9910.77
3.79
13.85
9.7810.77
31.86
36.92
30.9130.77
18.93
7.69
0.32
10.77
5.99
10.7712.30
30.77
34.70
30.77
44.79
16.92
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
Tp J K
Srg S Tp J K
Srg S Tp J K
Srg S
Kegiatan belajar Fisikadalam kelompok kecil
Diskusi Fisika dalamkelompok
Bantuan guru Fisika untukbelajar bersama
Kerja Kelompok dalam Pelajaran Fisika
PASURUAN
MALANG
Diagram 8.6.1d Kerja Kelompok pada Kelas Fisika
Sedangkan berdasarkan tabel di atas 50 % siswa di sekolah target menyatakan
kadang-kadang kegiatan belajar dilaksanakan pada kelompok-kelompok kecil dalam
pembelajaran Fisika di kelas; kami mempunyai kelompok diskusi dalam pembelajaran
fisika; dan guru fisika kami mendorong kami untuk belajar bersama dan belajar dengan
siswa lain. Sedangkan di sekolah-sekolah kontrol hampir 70% siswa menyatakan tidak
pernah, jarang dan kadang-kadang pembelajajran sains maupun matematika dilaksanakan
dalam kelompok.
8.6.2 Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran yang Konkret
Guru-guru dan para siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut
ini, terkait dengan penggunaan bahan-bahan media pembelajaran yang konkret:
(a). Saya (guru sains/matematika kami) menggunakan alat pembelajaran/alat peraga
yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di
kelas;
(b).Saya (guru sains/matematika kami) menggunakan alat dan bahan yang tersedia
dalam kehidupan sehari-hari untuk pembelajaran di kelas; dan
(c).Saya membiarkan siswa (kami) terlibat dalam kegiatan seperti percobaan,
140
menghitung, menggambar, dsb., dalam pembelajaran sains/ matematika.
01.75
0
7.02
50
57.89
50
33.33
0 0 0
5.26
10
5.26
80
45.61
10
43.86
0 0 00 0
5.26
3019.30
60
52.63
10
22.81
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
a b c
Penggunaan Alat Peraga
Malang
Pasuruan
Diagram 8.6.2a Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran
Berdasarkan data yang diperoleh dari guru-guru di sekolah kontrol diperoleh informasi
sebagai berikut 57,89 % menyatakan ragu-ragu bahwa kami sains/matematika
menggunakan alat pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar,
kartu, dsb., dalam pembelajaran di kelas; 80% menyatakan ragu-ragu bahwa kami guru
sains/matematika menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari
untuk pembelajaran di kelas,dan 90% menyatakan ragu-ragu dan sering guru mengajar
melibatkan siswa dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb., dalam
pembelajaran sains/ matematika. Untuk guru-guru di sekolah kontrol diperoleh hal yang
senada.
Berdasarkan pandangan siswa untuk penggunaan media pembelajaran dalam
pembelajaran diperoleh informasi sebagai berikut;
141
Penggunaan Alat Peraga dalam Pelajaran Matematika
22.40
30.91
7.573.47
29.65 29.02
15.14 13.56
1.26
18.61
35.96
44.62
7.69
21.54 21.54
29.23
21.54
0.00
9.23 10.77
47.69
30.60
8.206.31
30.6032.31
6.15
1.54
29.23
16.92
0
10
20
30
40
50
60
Tp J K Srg S Tp J K Srg S Tp J K Srg S
Penggunaan Berbagai Alat Peraga Alat Peraga berasal dari kehidupan
sehari-hari
Kesempatan Bereksplorasi
PASURUAN
MALANG
Diagram 8.6.2b Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran Matematika
Sekitar 82% menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang proses pembelajaran
matematika menggunakan alat pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta,
grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di kelas, 73% menyatakan tidak pernah,
jarang dan kadang-kadang proses pemebalajaran matematika guru menggunakan alat dan
bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari untuk pembelajaran di kelas, dan 65%
siswa menyatakan sering dan sangat sering guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bereksplorasi dalam pembelajaran matematika. Hal yang sama disampaikan oleh
siswa-siswa dari sekolah-sekolah kontrol.
Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Biologi
2 .5 20.00
7 .8 97 .69
25.87
27 .6 9
38.80
47 .6 9
20.82
16.92
1.890 .0 0
10 .73
3.08
23 .03
24.62
40.38
53 .8 5
19 .5618.46
0.000.00
9 .157.69
14.20
16 .9 2
39 .7 5
52.31
34 .38
23 .08
0
10
20
30
40
50
60
Tp J K Srg S Tp J K Srg S Tp J K Srg S
Penggunaan Berbagai Alat Peraga Alat Peraga berasal dari kehidupan
sehari-hari
Kesempatan Bereksplorasi
PASURUAN
MALANG
Diagram 8.6.2c Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran Biologi
Pada pembelajaran Biologi di kelompok kontrol diperoleh informasi bahwa 80%
siswa-siswa menyatakan sering dan sangat sering guru biologi menggunakan alat
142
pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam
pembelajaran di kelas, 83% menyatakan sering dan sangat sering guru biologi kami
menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari untuk
pembelajaran di kelas, dan 85% menyatakan sering dan sangat sering guru membiarkan
kami terlibat dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb., dalam
pembelajaran biologi.
2.52
0.00
7.897.69
25.87
27.69
38.80
47.69
20.82
16.92
1.890.00
10.73
3.08
23.03
24.62
40.38
53.85
19.56
18.46
0.000.00
9.15 7.69
14.20
16.92
39.75
52.31
34.38
23.08
0
10
20
30
40
50
60
Tp J K Srg S Tp J K Srg S Tp J K Srg S
Penggunaan Berbagai Alat Peraga Alat Peraga berasal dari kehidupan
sehari-hari
Kesempatan Bereksplorasi
Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Fisika
PASURUAN
MALANG
Diagram 8.6.2d Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran Fisika
Untuk proses pembelajaran Fisika sekitar 50% siswa –siswa di sekolah kontrol
menyatakan bahwa sering dan sangat sering guru fisika kami menggunakan alat
pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam
pembelajaran di kelas, 59% menyatakan sering dan sangat sering guru fisika kami
menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari untuk
pembelajaran di kelas, dan 75%% menyatakan sering dan sangat sering guru membiarkan
kami terlibat dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb., dalam
pembelajaran Fisika.
143
5.997.69
13.25
20.00
2 2.71
29.23
38.17
33.85
16.09
9.23
2.843.08
14.83
10.77
21.14
26.15
37.54
49.23
17.98
10.77
0.6 30 .00
6.6 2
1.54
10.09
13.85
39.12
55.38
39.75
29.23
0
10
20
30
40
50
60
Tp J K Srg S Tp J K Srg S Tp J K Srg S
Penggunaan Berbagai Alat Peraga Alat Peraga berasal dari kehidupan
sehari-hari
Kesempatan Bereksplorasi
Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Kimia
PASURUAN
MALANG
Diagram 8.6.2d Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran Kimia
Sedangkan untuk proses pembelajaran Kimia di atas 50% siswa –siswa di sekolah
kontrol menyatakan bahwa sering dan sangat sering guru kimia kami menggunakan alat
pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam
pembelajaran di kelas, 55% menyatakan sering dan sangat sering guru kimia kami
menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari untuk
pembelajaran di kelas, dan 77% menyatakan sering dan sangat sering guru membiarkan
kami terlibat dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb., dalam
pembelajaran Kimia. Pendapat siswa di sekolah kontrol mengenai hal ini persentasinya
lebih tinggi.
8.6.3 Tukar Pendapat
Guru-guru dan para siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan
berikut ini, menyangkut tukar-menukar pendapat:
(a). Dalam kelas saya (sains/matematika kami), saya (guru) mendorong siswa (kami)
mendengarkan gagasan dan pimikiran siswa lain;
(b). Dalam kelas saya (sains/matematika kami), siswa (saya) merasa senang bertukar
pendapat dan pikiran siswa lain; dan
(c). Siswa (saya) dapat memperdalam pemahaman mereka (saya) ketika mendengarkan
pendapat dan pikiran siswa lainnya.
Tabel di bawah ini menunjukkan data respon siswa dan guru tentang pernyataan tersebut.
144
00 01.75
0
7.02
45
56.1455
35.09
0 0 0
1.750
12.28
82
59.65
1826.32
0 0 03.51
18
17.54
73
54.39
9
24.56
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
a b c
Tukar Pendapat
Malang
Pasuruan
Diagram 8.6.3a Tukar Pendapat Menurut Pandangan Guru
Sekitar 91% guru-guru di sekolah target menyatakan sering dan sangat sering
mendorong siswa mendengarkan gagasan dan pimikiran siswa lain; 85,97% menyatakan
sering dan sangat sering dalam kelas saya, saya merasa senang jika siswa dapat bertukar
pendapat dan pikiran siswa lain; dan 78,95% saya dapat memperdalam pemahaman mereka
ketika mendengarkan pendapat dan pikiran siswa lainnya
Menurut pendapat siswa aktiviats tukar pendapat dalam proses belajar mengajar
adalah sebagai berikut;
4.73
10.7710.41
18.4617.98
16.92
38.17
43.08
23.66
10.77
2.210.00
11.04 9.23
26.18
16.92
36.28
53.85
20.8220.00
1.26 0.00
9.4610.77
23.03
24.62
38.17
47.69
23.97
16.92
0
10
20
30
40
50
60
Tp J K
Srg S
Tp J K
Srg S
Tp J K
Srg S
Dorongan untuk mendengar pendapat bertukar pikiran dengan siswa lain Pemahaman mendalam dgn tukar pendapat
Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Matematika
PASURUAN
MALANG
Diagram 8.6.3b Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Matematika
145
Siswa-siswa di sekolah-sekolah target, sekitar 61,95% menyatakan sering dan sangat
sering guru matematika mendorong saya mendengarkan gagasan dan pimikiran siswa lain;
sekitar 59% menyatakan sering dan sangat sering dalam kelas matematika kami merasa
senang bertukar pendapat dan pikiran siswa lain, dan 62% menyatakan sering dan sangat
sering saya dapat memperdalam pemahaman saya ketika mendengarkan pendapat dan
pikiran siswa lainnya. Demikian juga pendapat siswa-siswa dari sekolah-sekolah kontrol,
bahkan persentase yang menyatakan sering dan sangat sering lebih tinggi dibandingkan
dengan sekolah target.
Tidak jauh berbeda pendapat siswa mengenai tukar pendapat yang dilakukan ketika
pada proses belajar mengajar Biologi, Fisika dan Kimia, sebagaimana disajikan pada tabel-
tabel di bawah ini.
0.321.54
4.736.15
17.9815.38
42.90
61.54
28.71
15.38
0.630.00
5.366.15
22.7121.54
41.64
52.31
25.24
20.00
1.260.00
7.269.23
20.8223.08
39.75
47.69
29.02
20.00
0
10
20
30
40
50
60
70
Tp J K Srg S Tp J K Srg S Tp J K Srg S
Dorongan untuk mendengar pendapat bertukar pikiran dengan siswa lain Pemahaman mendalam dgn tukar
pendapat
Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Bologi
PASURUAN
MALANG
Diagram 8.6.3c Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Biologi
146
1.26
7.69 6.94
13.85
19.24
32.31
38.1736.92
29.34
9.23
0.631.54
6.31
13.85
23.97
20.00
39.75
49.23
25.87
15.38
0.321.54
7.57
10.77
26.81
24.62
34.07
47.69
26.50
15.38
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Tp J K Srg S Tp J K Srg S Tp J K Srg S
Dorongan untuk mendengar
pendapat
bertukar pikiran dengan siswa
lain
Pemahaman mendalam dgn
tukar pendapat
Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Fisika
PASURUAN
MALANG
Diagram 8.6.3c Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Fisika
1. 5 8
4 . 6 25 . 3 6
7 . 6 9
2 3 . 0 32 1.5 4
4 1.0 1
4 7 . 6 9
2 4 . 6 1
18 . 4 6
0 . 3 21. 5 4
6 . 6 2
9 . 2 3
2 6 . 18
18 . 4 6
4 0 . 3 8
5 0 . 7 7
2 3 . 0 3
2 0 . 0 0
0 . 6 3
3 . 0 8
6 . 3 1
10 . 7 7
2 9 . 3 42 7 . 6 9
3 8 . 173 6 . 9 2
2 2 . 4 02 1. 5 4
0
10
20
30
40
50
60
Tp J K Srg S Tp J K Srg S Tp J K Srg S
Dorongan untuk mendengar
pendapat
bertukar pikiran dengan siswa
lain
Pemahaman mendalam dgn
tukar pendapat
Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Kimia
PASURUAN
MALANG
Diagram 8.6.3b Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Kimia
8.6.4 Ketertarikan Guru-guru dalam Pembelajaran
Guru-guru diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini,
menyangkut minat mereka berinteraksi dengan siswa selama pembelajaran:
1) Saya tertarik pada proses dan kemajuan belajar perorangan siswa;
2) Saya tertarik pada bagaimana siswa bekerja sama dalam pembelajaran kelas
saya; dan
3) Saya banyak belajar dari para siswa dalam pembelajaran kelas saya.
147
Diagram di bawah ini menunjukkan jawaban guru terhadap pembelajaran sains dan
matematika.
0
1.750
3 .51
18
1.75
6 4
73 .6 8
18
19 .3 0
0
1.750
3 .51
181.75
6 4
70 .18
182 2 .8 1
0 0
185.2 6
188 .77
6 4
6 6 .6 7
0
19 .3 0
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
a b c
Ketertarikan Guru
Ketertarikan Guru
M alang
Pasuruan
Diagram 8.6.4 Ketertarikan Guru-guru dalam Pembelajaran
Pada diagram batang di atas diperoleh informasi pendapat guru mengenai
ketertarikan mereka proses belajar siswa-siswanya. 92.98% guru menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa mereka tertarik pada proses dan kemajuan belajar perorangan siswa,
92,99% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka Saya tertarik pada bagaimana
siswa bekerja sama dalam pembelajaran kelas saya, dan 85,97% menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa mereka banyak belajar dari para siswa dalam pembelajaran kelasnya.
8.7 Hasil Belajar Siswa
Salah satu tujuan dari program ini adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa
dalam bidang sains dan matematika. Kemampuan belajar ini dapat diukur dari dua sisi: sisi
kognitif (atau akademik) dan sisi afektif. Hasil tes akademik (TA) sains dan matematika dan
hasil UAN digunakan sebagai indikator dari aspek kognitif capaian siswa. Pemahaman dan
minat siswa dalam pelajaran serta ketertarikan siswa terhadap sekolah digunakan sebagai
indikator dari aspek berikutnya.
148
8.7.1 Tes Akademik
Hasil tes akademik Sains (Fisika, Kimia, Biologi) dan Matematika di sekolah Target
dan sekolah kontrol ditunjukkan pada tabel-tabel di bawah ini.
Tabel 8.7.1a Skor Tes Akademik di Sekolah- Sekolah Target
Test N Maximum Minimum Mean SD Biologi 294 5.333333 0 2.76644 1.131086
Fisika 294 8.666667 0,7 3.498866 1.417628
Kimia 294 8 0 3.380952 1.437089
Matematika 294 6,8 0,8 3.7292517 1.091651
Table 8.7.1b Skor Tes Akademik Sekolah –Sekolah Kontrol
Test N Maximum Minimum Mean SD
Biologi 71 5.333333 0 3.43662 1.201311
Fisika 71 8 0 4.244131 1.653239
Kimia 71 7.333333 0 3.821596 1.473395
Matematika 71 6.8 0 4.095774 1.325727
Selanjutnya nilai rata-rata Matematika, Kimia, Fisika dan Biologi di atas disajikan
dalam diagram batang sebagai berikut;
Rata-Rata Nilai Matematika dan Sains
3.733.5 3.38
2.77
4.14.24
3.82
3.44
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
Mat Fisika Kimia Biologi
Nil
ai
rata
-rata
Pasuruan
Malang
Diagram 8.7.1 Rata-rata Nilai Akademik Matematika dan Sains
Dari diagram tersebut dapat dilihat secara keseluruhan rata-rata nilai Matematika,
Kimia, Fisika dan Biologi dari siswa-siswa di sekolah-sekolah target lebih rendah dari nilai
149
siswa di kelompok kontrol.
8.7.2 Nilai UAN
Diagram di bawah ini menyajikan hasil UAN untuk mata pelajaran Matematika,
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk Wilayah Pasuruan – Malang.
a. Nilai UAN untuk Kota Pasuruan
NILAI UAN MATEMATIKA
8.198.63
7.76
8.9 8.92
7.96
6.17
7.25
5.47
8.06
6.83
8.72
7.427.85
9.6
8.157.58
7.98 8.087.81
7.22
8.98 8.939.49
0
2
4
6
8
10
12
2005 2006 2007
SMA Yayasan Pandoan
SMAN 2 Pasuruan
SMA Grati Pasuruan
SMA Muhammadiyah
SMA N 3 Pasuruan
SMA N 1 Bangil
SMA N 1 Pasuruan
SMA Yadika Bangil
Diagram 8.7.2a. Nilai UAN Matematika di Kota Pasuruan
Berdasarkan diagram batang di atas, dapat dilihat pada tahun 2005 nilai UAN
Matematika yang tertinggi adalah 8,9 diperoleh oleh SMAN 2 Pasuruan, tahun 2006
dengan nilai 9,06 dicapai oleh SMAN 11 Bangil , dan tahun 2007 dengan nilai 8,93 dicapai
oleh SMAN 1 Bangil dan SMAN 1 Pasuruan.
150
NILAI UAN BAHASA INDONESIA
7.637.83
7.34
8.82 8.91
8.06
6.18
7.65
6.99
8.018.47
7.017.41
8.16
7.72
7.28 7.25
8.18
7.46
9.31
8.06
9.098.47
6.54
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2005 2006 2007
SMA Yayasan Pandoan
SMAN 2 Pasuruan
SMA Grati Pasuruan
SMA Muhammadiyah
SMA N 3 Pasuruan
SMA N 1 Bangil
SMA N 1 Pasuruan
SMA Yadika Bangil
Diagram 8.7.2b. Nilai UAN Bhs. Indonesia di Kota Pasuruan
Untuk pelajaran Bahasa Indonesia, pada tahun 2005 nilai tertinggi dicapai oleh SMAN 2
Pasuruan dengan nilai 8,82, tahun 2006 nilai tertinggi dicapai oleh SMAN 1 Bangil
dengan nilai 9.31 dan tahun 2007 nilai tertinggi dicapai oleh SMAN 1 Bangil dan SMAN 1
Pasuruan dengan nilai 8.47.
NILAI UAN BAHASA INGGRIS
8.38
7.437.15
6.8
8.06
7.41
5.7
6.26
3.7
8.35
7.61 7.6
9.269.71
9.23
7.917.71
7.97.6 7.63
7.96
6.27
7.848.08
0
2
4
6
8
10
12
2005 2006 2007
SMA Yayasan Pandoan
SMAN 2 Pasuruan
SMA Grati Pasuruan
SMA Muhammadiyah
SMA N 3 Pasuruan
SMA N 1 Bangil
SMA N 1 Pasuruan
SMA Yadika Bangil
Diagram 8.7.2c. Nilai UAN Bhs. Inggris di Kota Pasuruan
151
Untuk pelajaran Bahasa Inggris, pada tahun 2005-2007 nilai tertinggi diperoleh oleh
SMAN 1 Bangil dengan nilai berturut-turur 9,26; 9,27; dan 9,23, nilai terendah tahun
2005-2007 diperoleh oleh SMAN Yadika Bangil dengan nilai berturut-turut 5,7; 6,26 dan
3.7.
b. Nilai UAN di Kabupaten Malang
Nilai UAN untuk sekolah sampel di Kabupaten Malang disajikan pada tabel di bawah ini;
Tabel 8.7.1 Nilai UAN di Malang
Sekolah Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika
2005 2006 2007 2005 2006 2007 2005 2006 2007
SMAN Shalahuddin 0 0 0 0 0 0 0 0
0
SMAN 8 Malang 7.75 9.05 8.36 7.73 8.9 8.59 7.47 7.93 7.74
8.7.3 Pemahaman dan Minat Siswa dalam Sains dan Matematika
Siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini:
1) Pada umumnya saya (Kebanyakan siswa saya) mengerti dan dapat mengikuti
pembelajaran sains/matematika di kelas (saya);
2) Saya (Saya rasa kebanyakan siswa saya) senang belajar pada pelajaran
sains/matematika (saya); dan
3) Saya (Saya rasa kebanyakan siswa saya) ingin belajar sains/matematika
(pelajaran saya) di kelas yang lebih tinggi.
Berikut disajikan respon siswa-siswa dari sekolah-sekolah target dan kontrol
terhadap pertanyaan di atas,
152
0.320.0 02.21
0.0 0
31.86
23 .08
4 2.5 9
6 1.5 4
16.4015 .38
0.6 30 .00
3.7 9
0 .00
2 7.7 6
18.4 6
41.01
56 .92
23 .3 4
24 .6 2
0 .950.00
2 .844.62
23 .66
2 0.0 0
35 .65
46.15
32 .49
29 .23
0
10
20
30
40
50
60
70
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Mengerti dan dapat mengikutipel
Senang belajar Ingin Belajar Matematika ditingkat lebih tinggi
Ketertarikan dan Pemahaman Siswa terhadap Pelajaran Matematika
PASURUAN
MALANG
Diagram 8.7.3a Ketertarikan dan Pemahaman Siswa terhadap Pelajaran Matematika
Pada pembelajaran Matematika sekitar 60% siswa-siswa menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa pada umumnya mereka mengerti dan dapat mengikuti pembelajaran
matematika di kelas, 63% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka senang
belajar pada pelajaran matematika, dan 68% menyatakan setuju dan sangat setuju mereka
ingin belajar matematika di kelas yang lebih tinggi. Hal senada disampaikan oleh siswa-
siswa dari kelompok kontrol dengan persentase yang jauh lebih tinggi, dibandungkan
dengan persentase dari kelompok target.
Sedangkan pada pembelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi respon siswa-siswa adalah
sebagai berikut:
153
Diagram 8.7.3b Ketertarikan dan Pemahaman Siswa terhadap Pelajaran
Fisika
Diagram 8.7.3c. Ketertarikan dan Pemahaman Siswa terhadap Pelajaran Kimia
0.320.002.84
7.69
38.17
49.23
44.16
35.38
10.097.69
0.320.002.523.08
29.65
40.00
49.8447.69
14.51
9.23
0.320.002.84
6.15
28.7130.77
40.38
47.69
22.40
15.38
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Mengerti dan dapat mengikuti
pel
Senang belajar Ingin Belajar Matematika di
tingkat lebih tinggi
Ketertarikan dan Pemahaman Siswa akan Mata Pelajaran Fisika
PASURUAN
MALANG
0.000.002.521.54
31.86
18.46
47.95
69.23
13.5610.77
0.000.00 0.950.00
28.08
23.08
46.06
61.54
20.82
15.38
0.001.54
3.153.08
24.6126.15
40.3843.08
28.0826.15
0
10
20
30
40
50
60
70
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Mengerti dan dapat mengikuti
pel
Senang belajar Ingin Belajar Matematika di
tingkat lebih tinggi
Ketertarikan dan Pemahaman Siswa akan Mata Pelajaran Kimia
PASURUAN
MALANG
154
0.000.00 0.631.54
19.24
24.62
54.89
63.08
20.82
10.77
0.000.00 1.263.08
10.4113.85
57.4160.00
26.8123.08
0.630.00 0.63
4.62
16.4020.00
41.32
46.15
36.91
29.23
0
10
20
30
40
50
60
70
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Mengerti dan dapat mengikuti
pel
Senang belajar Ingin Belajar Matematika di
tingkat lebih tinggi
Pemahaman dan Ketertarikan Siswa akan Mata Pelajaran Biologi
PASURUAN
MALANG
Diagram 8.7.3d Pemahaman dan Ketertarikan Siswa terhadap Pelajaran Biologi
Dari ketiga diagram di atas terlihat bahwa pemahaman dan ketertarikan siswa-siswa
terhadap mata pelajaran Fisika, Kimia dan Biologi dari kelompok kontrol lebih baik
daripada siswa-siswa di kelompok target.
8.7.4 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Matematika dan Sains
Untuk mengungkap kepuasan siswa terhadap pelajaran Matematika dan sains
kepada siswa diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut;
1). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains)sulit dipelajari.
2). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains) yang dipelajari menarik.
3). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains) yang dipelajari mudah Saya pahami
4). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains) berguna untuk kehidupan sehari-hari.
5). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains)berguna untuk mempelajari ilmu lain
Berikut disajikan diagram jawaban siswa terhadap pelajaran Matematika dan Sains
155
6.946.15
24.29
36.9235.02
38.46
25.24
15.38
5.363.08
0 0
7.57
1.54
39.1226.15
40.0664.62
9.787.69
0.950
6.94
13.85
51.4241.54
29.3440.00
5.684.62
0 01.263.08
14.20
23.08
47.6349.23
31.86
24.62
0 02.52
0
3.793.08
41.64
46.15
41.01
36.92
0
10
20
30
40
50
60
70
STS
Matematika sulit
dipelajari
STS
Materi
Matematika
menarik
STS
Materi
Matematika
mudah dipahami
STS
Materi
Matematika
berguna
STS
Materi
Matematika
berguna untuk
ilmu lain
Kepuasan Siswa Terhadap Pelajaran Matematika
Pasuruan
Malang
Diagram 8.7.4 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Matematika dan Sains
Dari diagram kepuasan siswa terhadap pelajaran Matematika di atas diperoleh
informasi sekitar 65% siswa-siswa di sekolah target menganggap matematika merupakan
mata pelajaran yang sulit, s3kitar 50% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
Matematika merupakan suatu materi yang menarik, 60% menyatakan tidak setuju dan ragu-
ragu bahwa materi-materi matematika mudah dipelajari, 79% siswa menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa materi Matematika berguna dalam kehidupan sehari-hari, dan 82%
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi matematika berguna dalam membantu
mata pelajaran yang lain. Hal senada disampaikan oleh siswa-siswa dari sekolah kontrol.
156
2.840
18.6115.38
38.4932.31
26.5035.38
7.5716.92
0.951.54
7.5718.46
34.7033.85
44.79
40.00
10.736.15
2.524.62
7.8921.54
58.9955.38
18.9316.92
4.421.54
00 01.54
10.0912.31
51.74
58.46
34.07
27.69
0 0
5.683.08
12.62
26.15
51.7453.85
30.60
16.92
0
10
20
30
40
50
60
STS
Fisika sulit
dipelajari
STS
Materi
Fisika
menarik
STS
Materi
Fisika
mudah
dipahami
STS
Materi
Fisika
berguna
sehari-hari
STS
Materi
Fisika
berguna
untuk ilmu
lain
Kepuasan Siswa Terhadap Pelajaran Fisika
Pasuruan
Malang
Diagram 8.7.5a Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Fisika
Pada pelajaran Fisika diperoleh informasi sekitar 57% siswa-siswa di sekolah
target menganggap fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, sekitar 51% menyatakan
setuju dan sangat setuju bahwa fisika merupakan suatu materi yang menarik, 68%
menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa materi-materi fisika mudah dipelajari, 75%
siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi fisika berguna dalam kehidupan
sehari-hari, dan 82% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi fisika berguna
dalam membantu mata pelajaran yang lain. Hal senada disampaikan oleh siswa-siswa dari
sekolah kontrol.
Sedangkan untuk pelajaran Kimia diperoleh informasi seperti pada diagram di
bawah ini, sekitar 65% siswa-siswa di sekolah target menganggap kimia merupakan mata
pelajaran yang sulit, sekitar 59% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kimia
merupakan suatu materi yang menarik, 58% menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa
materi-materi kimia mudah dipelajari, 80% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju
bahwa materi kimia berguna dalam kehidupan sehari-hari, dan 73% menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa materi kimia berguna dalam membantu mata pelajaran yang lain. Hal
senada disampaikan oleh siswa-siswa dari sekolah kontrol.
157
7.26
3.08
19.5
35.38
38.8041.54
20.8218.46
4.731.54
00
5.367.69
30.9129.23
45.11
50.77
14.5112.31
1.580
7.5
13.85
49.8438.46
29.3441.54
7.576.15
000.951.54
14.51
23.08
53.3158.46
27.13
16.92
0 0
5.99
0
22.08
29.23
46.06
60
25.5
10.77
0
10
20
30
40
50
60
STS
Kimia sulit
dipelajari
STS
Materi Kimia
menarik
STS
Materi Kimia
mudah
dipahami
STS
Materi Kimia
berguna
sehari-hari
STS
Materi Kimia
berguna
untuk ilmu
lain
Kepuasan Siswa Terhadap Pelajaran Kimia
Pasuruan
Malang
Diagram 8.7.5b Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Kimia
12.318.46
38.4930.77
27.4429.23
11.9918.46
1.893.08
0.320
2.844.629.46
20.00
55.84
50.77
28.3924.62
0.320
2.524.62
35.65
43.0845.43
40.00
11.0412.31
000.32
02.843.08
44.1649.2348.58
47.69
0.320
4.42
0
13.25
33.85
45.1144.62
35.65
21.54
0
10
20
30
40
50
60
STS
Biologi sulit
dipelajari
STS
Materi
Biologi
menarik
STS
Materi
Biologi
mudah
dipahami
STS
Materi
Biologi
berguna
sehari-hari
STS
Materi
Biologi
berguna
untuk ilmu
lain
Kepuasan Siswa Terhadap Pelajaran Biologi
Pasuruan
Malang
Diagram 8.7.5c Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Biologi
Pada pelajaran Biologi diperoleh informasi sekitar 65% siswa-siswa di sekolah
target menganggap Biologi merupakan mata pelajaran yang sulit, sekitar 59% menyatakan
setuju dan sangat setuju bahwa Biologi merupakan suatu materi yang menarik, 58%
158
menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa materi-materi Biologi mudah dipelajari, 80%
siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi Biologi berguna dalam kehidupan
sehari-hari, dan 71% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi Biologi berguna
dalam membantu mata pelajaran yang lain. Hal senada disampaikan oleh siswa-siswa dari
sekolah kontrol.
Selanjutnya pada kuosioner yang disampaikan pada siswa-siswa di sekolah-sekolah
target dan sekolah- sekolah kontrol, diajukan pertanyaan mengenai pandangan mereka
terhadap proses pembelajaran matematika dan sains. Pernyataan yang diajukan adalah
sebagai berikut;
1). Saya rasa kegiatan belajar Matematika (sains) yang dilakukan menyenangkan.
2). Semangat belajar Saya tinggi ketika mengikuti kegiatan belajar Matematika
(sains)yang dilakukan.
3). Saya rasa kegiatan belajar matematika (sains) yang dilakukan membosankan.
4). Saya malas mengikuti kegiatan belajar matematika(sains).
Informasi yang diperoleh disajikan pada empat diagram di bawah
ini.
159
3 . 7 9
0
11. 6 7
6. 15
3 4 .0 7
2 0
3 5 . 3
6 7 .6 9
11.0 4
6 . 15
1. 2 6
0
8 . 8 3
3 . 0 8
3 8 .8 0
4 0 .0 0
3 4 .0 74 7 .6 9
11. 9
9 . 2 3
12 . 3 0
10 . 7
3 2 .8 1
6 0 . 0 0
2 9 . 6 5
2 3 . 0 8
16 .0 96 .15
6 . 6 2
0
2 3 .3 42 0 .0 0
3 5 .6 5
58 . 4 6
2 3 . 9 7
15 . 3 8
9 .15
6 . 15
0 . 6 3
0
0
10
20
30
40
50
60
70
STS
Pembelajaran
Matematika
menyenangkan
STS
Semangat tinggi
STS
belajar Matematika
membosankan
STS
malas belajar
matematika
Pandangan Siswa Tentang Belajar Matematika
Pasuruan
Malang
Diagram 8.7.5d Pandangan Siswa tentang Belajar Matematika
Dari diagram di atas diperoleh informasi sebagai berikut; sekitar 47% siswa
menyatakam setuju dan sangat setuju bahwa mereka menganggap kegiatan belajar
Matematika yang dilakukan menyenangkan, 45% menyatakan setuju dan sangat setuju
bahwa semangat belajar mereka tinggi ketika mengikuti kegiatan belajar Matematika yang
dilakukan, 22% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan belajar matematika
yang dilakukan membosankan, dan 10% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
mereka malas mengikuti kegiatan belajar matematika.
160
1.580
7.8 9
3 .0 8
3 7.54
3 5.3 8
3 7.54
52 .3 1
11.3 6
9 .2 3
0 .6 3
0
13 .2 5
4 .6 2
4 0 .3 8
4 4 .6 2
3 6 .2 8
4 4 .6 2
11.9 9
6 .1
14 .2 0
13 .8 5
3 9 .12
4 9 .2 3
2 9 .3 43 0 .77
11.3 6
6 .15
1.2 6
0
2 1.4 5
16 .9 2
3 3 .12
6 1.54
2 9 .6 5
18 .4 6
4 .73
3 .0 80 .9 5
00
10
20
30
40
50
60
70
STS
Pembelajaran Kimia
menyenangkan
STS
Semangat tinggi
STS
belajar Kimia
membosankan
STS
malas belajar Kimia
Pandangan Sisw a Tentang Belajar Kimia
Pasuruan
Malang
Diagram 8.7.5e Pandangan Siswa tentang Belajar Kimia
Sedangkan untuk pelajaran Kimia dari diagram di atas diperoleh informasi sebagai
berikut; sekitar 48% siswa menyatakam setuju dan sangat setuju bahwa mereka
menganggap kegiatan belajar Kimia yang dilakukan menyenangkan, 48% menyatakan
setuju dan sangat setuju bahwa semangat belajar mereka tinggi ketika mengikuti kegiatan
belajar Kimia yang dilakukan, 12% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan
belajar Kimia yang dilakukan membosankan, dan 5% menyatakan setuju dan sangat setuju
bahwa mereka malas mengikuti kegiatan belajar kimia.
161
0.633.08
6.3112.31
33.75
41.5443.85
35.38
11.677.69
0.631.54
9.7813.85
37.85
50.77
41.64
26.15
10.097.69
13.889.23
39.4340.00
32.1829.23
9.4620
1.581.54
19.8716.92
39.1238.46
23.9735.38
5.689.23
1.580
0
10
20
30
40
50
60
STS
Pembelajaran
Fisika
menyenangkan
STS
Semangat tinggi
STS
belajar Fisika
membosankan
STS
malas belajar
Fisika
Pandangan Siswa Tentang Belajar Fisika
Pasuruan
Malang
Diagram 8.7.5f Pandangan Siswa tentang Belajar Fisika
Pada pelajaran Fisika dari diagram di atas diperoleh informasi sebagai berikut;
sekitar 54% siswa menyatakam setuju dan sangat setuju bahwa mereka menganggap
kegiatan belajar Fisika yang dilakukan menyenangkan, 51% menyatakan setuju dan sangat
setuju bahwa semangat belajar mereka tinggi ketika mengikuti kegiatan belajar Fisika
yang dilakukan, 11% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan belajar Fisika
yang dilakukan membosankan, dan 7% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka
malas mengikuti kegiatan belajar Fisika.
Untuk pelajaran Biologi dari diagram di bawah diperoleh informasi sebagai berikut;
sekitar 82% siswa menyatakam setuju dan sangat setuju bahwa mereka menganggap
kegiatan belajar Biologi yang dilakukan menyenangkan, 63% menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa semangat belajar mereka tinggi ketika mengikuti kegiatan belajar
Biologi yang dilakukan, 23% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan belajar
Biologi yang dilakukan membosankan, dan 9% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
mereka malas mengikuti kegiatan belajar Biologi.
162
0 0
1.264.62
12.62
29.23
56.47
46.15
25.55
20.00
0 0
8.526.15
26.50
35.38
48.26
43.08
19.2415.38
22.7118.46
49.21
43.08
18.6123.08
4.415.38
0.320
29.0223.08
43.5346.15
15.46
21.54
2.219.23
0.630
0
10
20
30
40
50
60
STS
Pembelajaran
Biologi
menyenangkan
STS
Semangat tinggi
STS
belajar Biologi
membosankan
STS
malas belajar
Biologi
Pandangan Siswa Tentang Belajar Biologi
Pasuruan
Malang
Diagram 8.7.5g Pandangan Siswa tentang Belajar Biologi
Data ini menunjukkan bahwa meskipun belajar matematika dan Sains itu sulit tapi
mereka masih mempunyai rasa tanggung jawab untuk tetap belajar matematika dan Sains,
hal ini ditunjukkan bahwa mereka tidak setuju bahwa belajar matematika dan Sains
membosankan dan tidak setuju bahwa mereka malas belajar matematika dan Sains.
Selanjutnya disajikan diagram respon siswa terhadap aktivitas pada waktu belajar
Matematika dan Sains;
Untuk mengungkap aktivitas siswa pada waktu belajar matematika dan sains, respon
siswa diungkap melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1). Kegiatan belajar matematika dan Sains yang dilakukan memberikan kesempatan
kepada Saya dan teman-teman bertukar pikiran.
2). Pada belajar matematika dan Sains yang dilakukan, saya dan teman-teman lebih
banyak mendengarkan daripada melakukan sesuatu.
3). Saya bersama teman-teman aktif dalam kegiatan belajar matematika (Sains) yang
dilakukan
163
4). Saya bersama teman-teman bekerjasama dalam kegiatan belajar matematika
(sains)
Berikut disajikan respon siswa dari sekolah–sekolah target dan sekolah kontrol
mengenai aktivitas belajar mereka untuk mata pelajaran matematika dan sains.
0.630.00
6.311.54
19.5618.46
53.00
72.31
17.67
7.693.47
1.54
25.55
44.62
25.8726.15
31.86
23.08
9.784.620.32
0.00
4.423.08
36.59
24.62
39.43
60.00
12.3012.31
0.320.000.95
1.54
15.7715.38
55.21
75.38
23.97
7.69
0
10
20
30
40
50
60
70
80
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
Kesempatan
bertukar pikiran
belajar
Matematika
hanya
belajar
Matematika
dengan aktif
belajar
Matematika
secara
Aktifitas Belajar Matematika
PASURUAN
MALANG
Diagram 8.7.5h Aktivitas Belajar Matematika
Berkaitan dengan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa diperoleh informasi
sebagai berikut, pada pembelajaran Matematika sekitar 67% siswa menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa kegiatan belajar matematika yang dilakukan memberikan kesempatan kepada
saya dan teman-teman bertukar pikiran, 40% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa belajar
matematika yang dilakukan lebih banyak mendengarkan daripada melakukan sesuatu, 51%
menyatakan setuju dan sangat setuju mereka aktif dalam kegiatan belajar matematika yang
dilakukan, dan 79% menyatakan setuju dan sangat setuju mereka bekerjasama dalam
kegiatan belajar matematika.
Aktivitas siswa-siswa pada pembelajaran fisika dapat dilihat pada diagram di bawah
ini dengan informasi sebagai berikut; sekitar 80% siswa menyatakan setuju dan sangat
setuju bahwa kegiatan belajar Fisika yang dilakukan memberikan kesempatan kepada saya dan
teman-teman bertukar pikiran, 41% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa belajar Fisika
yang dilakukan lebih banyak mendengarkan daripada melakukan sesuatu, 56% menyatakan
164
setuju dan sangat setuju mereka aktif dalam kegiatan belajar Fisika yang dilakukan, dan
74% menyatakan setuju dan sangat setuju mereka bekerjasama dalam kegiatan belajar
matematika.
0.320.00
8.20
4.62
12.9315.38
63.0964.62
17.0315.38
3.15
6.15
21.14
29.2330.28
40.00
30.28
18.46
5.056.15
0.631.544.10
7.69
36.28
40.0042.27
44.62
12.62
6.15
0.320.001.891.54
20.1921.54
52.37
63.08
21.45
13.85
0
10
20
30
40
50
60
70
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Kesempatan bertukar
pikiran
belajar Fisika hanya
mendengarkan
belajar Fisika dengan aktif belajar Fisika secara
kolaboratif
Aktifitas Belajar FisikaPASURUAN
MALANG
Diagram 8.7.5i Aktivitas Belajar Fisika
Sedangkan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa pada peljaran Kimia
diperoleh informasi sebagai berikut, sekitar 72% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju
bahwa kegiatan belajar kimia yang dilakukan memberikan kesempatan kepada saya dan teman-
teman bertukar pikiran, 30% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa belajar kimia yang
dilakukan lebih banyak mendengarkan daripada melakukan sesuatu, 59% menyatakan
setuju dan sangat setuju mereka aktif dalam kegiatan belajar kimia yang dilakukan, dan
73% menyatakan setuju dan sangat setuju mereka bekerjasama dalam kegiatan belajar
Kimia.
165
0.630.00
4.734.62
19.56
13.85
55.52
70.77
17.03
10.77
4.424.62
20.82
38.4637.2236.92
26.18
16.92
5.363.08
0.320.00
4.104.62
30.6027.69
48.90
56.92
11.9910.77
0.630.003.153.08
18.6116.92
55.21
69.23
18.30
10.77
0
10
20
30
40
50
60
70
80
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Kesempatan bertukar pikiran belajar Kimia hanya
mendengarkan
belajar Kimia dengan aktif belajar Kimia secara
kolaboratif
Aktifitas Belajar Kimia P ASURUA N
M A LANG
Diagram 8.7.5j Aktivitas Belajar Kimia
0.000.00
5.367.69
10.73
15.38
56.7860.00
26.81
16.92
5.996.15
23.3423.0823.66
20.00
30.91
38.46
7.89
12.31
0.000.001.58
7.69
18.93
27.69
57.41
52.31
17.98
12.31
0.320.001.58
3.08
10.73
18.46
56.15
69.23
27.13
9.23
0
10
20
30
40
50
60
70
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
Kesempatan bertukar
pikiran
belajar Biologi hanya
mendengarkan
belajar Biologi dengan
aktif
belajar Biologi secara
kolaboratif
Aktifitas Belajar Biologi
PASURUAN
MALANG
Diagram 8.7.5k Aktivitas Belajar Biologi
Dan untuk aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa pada pelajaran Biologi
diperoleh informasi sebagai berikut, sekitar 73% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju
bahwa kegiatan belajar Biologi yang dilakukan memberikan kesempatan kepada saya dan teman-
teman bertukar pikiran, 37% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa belajar Biologi yang
166
dilakukan lebih banyak mendengarkan daripada melakukan sesuatu, 75% menyatakan
setuju dan sangat setuju mereka aktif dalam kegiatan belajar Biologi yang dilakukan, dan
83% menyatakan setuju dan sangat setuju mereka bekerjasama dalam kegiatan belajar
Biologi.
8.7.6 Tanggapan Guru terhadap Penelitian Tindakan Kelas
Berkaitan dengan penelitian tindakan kelas kepada guru-guru diajukan beberapa
pertanyaan mengenai rencana dan pelaksanaan PTK. Adapun pertanyaan yang diajukan
adalah;
(a). Selama menjadi guru saya melakukan PTK
(b). Selama menjadi guru saya berdiskusi bersama guru sejawat membahas
permasalahan pembelajaran.
(c). Bersama guru sejawat saya mendiskusikan alternative solusi pembelajaran.
(d). Bersama guru sejawat saya menyusun rencana PTK.
(e). Dalam melakukan PTK saya berkolaborasi dengan PT.
(f). Setelah selesai PTK saya mempublikasikan dalam jurnal atau sejenisnya.
(g). Setelah selesai PTK saya mempresentasikan dalam seminar.
Jawaban guru-guru terhadap pertanyaan tersebut disajikan pada diagram di bawah
ini.
167
Pelaksanaan PTK
17
50
42
8
42
50
8
50
100100
91
50
25
8
2525
9
000000000000000000
21
2
26
5
70
25
712
19
35 32
9
4
53
19
14 11
40
26
2
82
792
74
4 4
86
20 0 0 0 0 0
0
20
40
60
80
100
120
a b c d e f g
Malang
Pasuruan
Diagram 8.7.6a. Pelaksanaan PTK
Sekitar 88% guru-guru menyatakan tidak pernah, jarang dan ragu-ragu bahwa
selama menjadi guru mereka melakukan PTK, 78% menyatakan sering dan selalu mereka
berdiskusi bersama guru sejawat membahas permasalahan pembelajaran, 81% menyatakan
sering dan selalu bersama dengan guru sejawat mendiskusikan alternative solusi
pembelajaran, 91% menyatakan tidak pernah, jarang, dan kadang-kadang bersama dengan
guru lain menyusun rencana PTK, 82% menyatakan tidak pernah melakukan PTK
berkolaborasi dengan PTK, 91% menyatakan tidak pernah mempublikasikan hasil
penelitian dalam jurnal atau sejenisnya, dan 100% menyatakan tidak pernah dan jarang
mempresentasikan dalam seminar. Hal senada disampaikan oleh guru-guru dari sekolah-
sekolah kontrol.
Selanjutnya untuk mengungkap pentingnya penelitian tindakan kelas untuk guru
diajukan pertanyaan-pertanyaan sebagi berikut;
(a). Saya tertarik pada PTK
(b). PTK merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan peningkatan
profesionalisme saya.
168
(c). PTK penting bagi saya karena dapat meningkatkan kemampuan saya
meneliti.
(d). PTK penting bagi saya untuk mengatasi kesulitan dalam melaksanakan
pembelajaran.
(e). PTK penting bagi saya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Informasi yang diperoleh dari guru-guru di sekolah target dan sekolah kontrol
adalah sebagai berikut.
Pentingnya PTK83
8
75
8
75
8 8 8 8 8 8
00000000
17
75
8 8
83
8
39
23
12
4
19
56
5
61
74
74
61
70
5
000000000
25
35
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
a b c d eM alang
Pasuruan
Diagram 8.7.6b. Pentingnya PTK
Sembilan puluh lima persen guru-guru di sekolah target menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa guru-guru tertarik pada PTK, 97% menyatakan setuju dan sangat setuju
bahwa PTK merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan peningkatan profesionalisme
guru, 93% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK penting bagi guru karena dapat
meningkatkan kemampuan guru meneliti, 84% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
PTK penting bagi guru untuk mengatasi kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran, dan
95% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK penting bagi guru untuk
169
meningkatkan kualitas pembelajaran. Pendapat serupa disampaikan pula oleh guru-guru
dari sekolah-sekolah kontrol.
Untuk mengetahui kegunaan PTK , kepada guru-guru di sekolah target dan
kontrol diajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut;
(a). Saya merasa PTK berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
(b). Saya merasa PTK berguna untuk menambah angka kredit kenaikan pangkat.
(c). Saya merasa PTK berguna untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi
sertifikasi guru.
(d). Saya merasa PTK berguna untuk meningkatkan suasana akademik sekolah.
Jawaban guru terhadap pertanyaan di atas dapat dilihat pada diagram di bawah ini
Kegunaan PTK
8
17
8
82
9
58
88
17
83
66
9
25
0 0 0 0 0 0 0
25
2
25
19
2
2523
5
27
522
39
7
66
9
64
53
20
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
ST
S
TS R S
SS
a b c d
M alang
Pasuruan
Diagram 8.7.6c. Kegunaan PTK
Dari diagram di atas diperoleh informasi 100 % guru menyatakan setuju dan sangat
setuju bahwa PTK berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa, 64% menyatakan
170
setuju dan sangat setuju bahwa PTK berguna untuk menambah angka kredit kenaikan
pangkat, dan 91% ,emyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK berguna untuk
meningkatkan suasana akademik sekolah. Berdasarkan analisa terhadap diagram tabel yang
sama jawaban guru-guru di sekolah-sekolah menjawab hal yang senada.
Selanjutnya untuk mengungkap kesulitan guru-guru dalam melaksanakan PTK
diajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut;
(a). Saya mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah.
(b). Saya mengalami kesulitan dalam mencari alternatif solusi pemecahan masalah.
(c). Saya mengalami kesulitan dalam menyusun proposal PTK.
(d). Saya mengalami kesulitan dalam menyusun alat pengumpul data.
(e). Saya mengalami kesulitan dalam melaksanakan PTK
(f). Saya mengalami kesulitan dalam menulis laporan.
(g). Saya belum memahami prosedur PTK
Informasi dari guru-guru di sekolah target dan sekolah kontrol dapat dilihat pada
diagram di bawah ini;
171
42
8
50
88
58
42
17
8
33
17
33 33
42
27
9
25
33
8
33
17
0000000
8
42
8
17
9
55
8
303234
4
32
2
25
38
2
30 32
2
16
41
9
2
23
36
72
26
9
2
21
38
7
2
32
29
7
30
5
32 3229
0
10
20
30
40
50
60
70
a b c d e f g
Kesulit an PTKM alang
Pasuruan
Diagram 8.7.6d. Kesulitan PTK
Dari diagram di atas diperoleh informasi 59% menyatakan sangat tidak setuju, tidak
setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi
masalah, 62% menyatakan sangat tidak satuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru
mengalami kesulitan dalam mencari alternatif solusi pemecahan masalah, 50% menyatakan
setuju dan sangat setuju bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menyusun proposal
PTK, 57% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru
mengalami kesulitan dalam menyusun alat pengumpul data, 57% menyatakan sangat tidak
setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam
melaksanakan PTK, 55% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu
bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menulis laporan, dan 50 % menyatakan tidak
setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru belum memahami prosedur PTK. Sementara itu
guru-guru dari kelomopok kontrol di atas 50% menyatakan sangat tidak setuju, tidak
setuju, dan ragu-ragu untuk seluruh pertanyaan yang berkaitan dengan kesulitan
pelaksanaan PTK.
172
9. HASIL ANALISIS DATA KUALITATIF KOTA/KAB PASURUAN
9.1 Hasil Analisis Pembelajaran
a. Pembelajaran Fisika
Secara umum kegiatan pembelajaran untuk matapelajaran fisika di kelas X salah
satu SMA Sampel masih belum baik. Dalam beberapa hal ada yang perlu dibenahi sehingga
dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang berimbas pada peningkatan capaian
belajar siswa. Berdasarkan kuantisasi hasil observasi menggunakan skala Likert pada proses
pembelajaran yang telah dilakukan dari seluruh aspek diperoleh skor rerata 53,25 dari skor
tertinggi 100. Hal ini dapat disimpulkan, kebanyakan indicator kualitas proses pembelajaran
perlu ditingkatkan, khususnya pada aspek kegiatan awal, kegiatan inti, dan pengelolaan
hands-on activity.
Pembelajaran Fisika di SMA Sampel lainnya diperoleh hasil observasi sebagai
berikut.
Kegiatan awal/ pendahuluan:
• Guru menuliskan Tujuan Pembelajaran
• Appersepsi kurang menarik minat siswa
• Ilustrasi guru kurang menarik
• Siswa pasip/tidak memberikan pertanyaan
• Siswa tidak membantu menyiapkan alat-alat.
Kegiatan Inti • Siswa pasif
• Siswa mengambil data
• Jumlah siswa dalam kelompok terlalu besar
• Media tidak cukup memadai
• Terjadi diskusi kelompok oelh sebagian kecil siswa
• Siswa memperoleh data dari percobaan
• Papan tulis digunakan secara proporsional
• Sebagian besar siswa pasip
• Siswa tidak terdororng untuk berpartisipasi dan berprestasi
Kegiatan Akhir
• Siswa tidak memberi contoh dan mengaplikasikan konsep
173
• Siswa mengerjakan evaluasi
• Sebagian siswa dapat membuat rangkuman pada akhir pembelajaran
b. Pembelajaran Matematika
Secara umum pelajaran matematika di Kelas XI-A Salah satu SMA sampel
berlangsung lancar. Guru mengawali pelajaran dengan meminta beberapa siswa menuliskan
hasil kerja menyelesaikan soal latihan matematika di rumah pada pelajaran sebelumnya.
Setelah itu baru guru memulai pelajaran materi berikutnya dengan menjelaskan
konsep ”Turunan atau persamaan diferensial”. Dalam menjelaskan konsep turunan guru
mengambil contoh kasus rumus kecepatan dalam pelajaran fisika. Selanjutnya dibahas satu
contoh soal. Berikutnya siswa diminta mengerjakan soal latihan dalam buku paket. Pada
saat siswa mengerjakan soal latihan ini guru berkeliling mendampingi kerja siswa. Dalam
mengerjakan soal latihan ini tidak dibentuk kelompok atau kerja secara individual, siswa
kadang-kadang hanya berdiskusi dengan teman di sebelahnya. Kegiatan ini berlangsung
sampai waktu dua jam pelajaran selesai. Sebelum mengakhiri guru meminta siswa
meneruskan pekerjaannya di rumah.
Jadi secara umum pembelajaran ini berlangsung secara konvensional, kurang
kontekstual, dan tidak dibentuk kelompok kerja/belajar.
Hasil observasi Proses Pembelajaran dengan mengambil seorang guru matematika
dan seorang guru sains sebagai sampelnya dan hasilnya sebagai berikut di bawah:
1. Aspek membuka pelajaran yang meliputi 6 indikator, dapat disimpulkan bahwa untuk
pembelajaran matematika berkatagori cukup baik (indikasi 2), sedang pembelajaran
sains berkatagori cukup baik (indikasi 3). Namun tidak nampak kelihatan siswa yang
merumuskan permasalahan dan membantu menyiapkan alat/media yang diperlukan saat
pembelajaran berlangsung (indikasi 1)
2. Aspek kegiatan inti yang meliputi 16 indikator, dapat disimpulkan telah berjalan dengan
baik untuk kedua mata pelajaran, yaitu matematika dan sains (indikasi 3), hanya
peranan siswa untuk urun pendapat dan melakukan investigasi masih belum nampak
(indikasi 1) dan nampaknya masih terdapat beberapa siswa yang nampak tertekan
(indikasi 1).
174
3. Aspek kegiatan akhir/pemantapan yang meliputi 4 indikator, telah dilakukan guru
matematika dengan baik (indikasi 4) dan dengan cukup baik (indikasi 3) oleh guru
sains.
Aspek kegiatan praktikum (hand-on activity) yang meliputi 5 indikator, pada indikator
pertama guru matematika dan sains telah melakukannya sesuai dengan tujuan
pembelajaran (indikasi 3 dan 4). Namun 4 indikator berikutnya yang ada, yaitu arahan
kegiatan praktek, teknik laboratorium yang benar dan aman, peralatan buatan guru dan
pengembangan keterampilan proses tidak nampak dilakukan guru baik matematika maupun
sains (indikasi 1).
c. Hasil Observasi Pembelajaran Kimia
Kegiatan Awal/ Pendahuluan
• Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran;
• Guru memberi apersepsi;
• Siswa memperhatikan dan menangkap tujuan pembelajaran, dan menjawab pertanyaan
yang diberikan Guru.
Kegiatan Inti
• Guru melakukan pembelajaran dengan tanya jawab, dan hasilnya ditulis di papan tulis;
• Guru membentuk 6 kelompok dari 39 siswa;
• Guru memberi soal ke masing-masing kelompok;
• Diskusi kelompok kurang maksimal;
• Setiap kelompok mengumpulkan hasil diskusi kelompok.
• Guru tidak membahas hasil diskusi;
• Siswa tidak mempunyai buku paket, yang ada buku LKS.
Kegiatan Akhir/ Penutup
• Guru tidak merangkum dan tidak mengajak siswa merangkum
• Guru memberi tugas di LKS;
• Guru berjanji mengoreksi hasil diskusi, dan mengembalikan hasil diskusi pada
pertemuan berikutnya
175
9.2 Hasil Wawancara kepada Kepala Sekolah Guru dan Siswa
a. Kapasitas guru
Kinerja guru matematika dansains pada umumya cukup baik, kolaborasi atar guru
cukup baik. Upaya kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru yaitu dengan mencari
peluang untuk mengikutkan guru ke berbagai kegiatan. Sebagian besar guru matematika
dan sains telah kompeten dalam bidangnya.
Interaksi antarguru di sekolah baik, sikap guru matematika dan sains juga baik.
Semua guru matematika dan sains terlibat dalam MGMP, kepala sekolah selalu mendorong
dan memonitor guru yang mengikuti MGMP. Selain MGMP kegiatan akademik yang
dilakukan/ diikuti oleh guru matematika dan sains di luar sekolah adalah mengikuti
pelatihan.
b. Implemetasi kegiatan MGMP
Kontribusi sekolah terhadap kegiatan MGMP diwujudkan dengan mendanai
kegiatan tersebut yang dibajetkan oleh MKKS. Kegiatan MGMP yang didaai miimal 10 kali
dalam satu tahun.Kepala sekolah memberdayakan guru dalam kegiatan MGMP dengan cara
mengundang guru untuk mengikuti MGMP karena kepala sekolah sangat mendukung
kegiatan MGMP. Saran yang duiusulkan kepala sekolah adalah dana untuk MGMP jika bisa
tidak hanya dari sekolah melainkan ada kontribusi dari daerah melalui APBD.
c. Pengelolaan laboratorium
Laboratorium dan kelas berfungsi ganda sebagai laboratorium dan sebagai ruang
kelas. Ada laboran khusus sebagai teaga pegelola. Kepala sekolah megusahakan
pengadaan/pemeliharaan alat-alat laboratorium. Laboratorium belum memadai sehigga
alat/media masih belum tertata dengan baik, alat peraga sebagian disimpan di almari guru,
sebagian lagi di laboratorium. Hanya ada satu laboratorium untuk sains.
Bajet yang diguakan untuk mengelola laboratorium relatf sedikit dan belum
mencukupi untuk memfasilitasi kegiatan laboratorium. Masalah yang dihadapi dalam
pengelolaan laboratorium adalah sarana kurang mencukupi, bahan untuk kegiatan
176
laboratorium sulit diadakan.
Guru matematika memiliki alat peraga (media/maipulatif) untuk pembelajarannya
yang diusahakan oleh sekolah dan guru yang bersangkutan. Alat peraga tersebut disimpan
di atas almari di ruang guru dan ruang lainnya karena sekolah belum memiliki almari
khusus untuk peyimpanan alat peraga tersebut.
Terkait dengan pengelolaan laboratorium ada SMA yang memiliki lab bahasa, lab
komputer, lab kimia yang masih jadi satu dengan lab biologi, dan lab fisika yang sekarang
digunakan untuk kelas karena lab fisika peralatannya masih belum memadai (kurang).
Rencananya akan dibuatkan lab kimia tersendiri beserta isinya. Masing-masing lab ada
pengelola dan ada laborannya. Untuk memfasilitasi kegiatan laboratorium, ada anggaran
dari pemkot dan juga diambilkan dari dana SPP. Besar anggaran untuk kegiatan lab IPA
sekitar 20 juta per tahun, sedangkan untuk lab komputer sekitar 72 juta pertahun. Dana
sebesar itu nampaknya sudah cukup untuk memfasilitasi kegiatan laboratorium.
Dalam mengelola laboratorium IPA, masalah yang sering dihadapi adalah pengelola
lab IPA terlalu keras dalam mengelola lab, sehingga guru-guru IPA menjadi enggan
menggunakan fasilitas lab ataupun melakukan kegiatan laboratorium/praktikum. Masalah
yang lain adalah kemauan guru untuk melakukan kegiatan praktikum kurang.
Untuk menunjang kegiatan pembelajaran matematika, sekolah juga telah
menyediakan alat peraga walaupun jumlah dan jenisnya belum memadai (sedikit). Untuk
alat peraga tertentu biasanya dibuat sendiri oleh guru atau bahkan siswa. Karena belum
mempunyai ruang khusus, maka alat peraga ini biasanya disimpan di ruang guru atau di
tempat lain, misalnya di gudang atau di lab pembelajaran.
d. Perecanaan Pembelajaran
Guru Sains maupun matematika wajib membuat silabus, mereka menyiapkan
memerlukan waktu 2-3 minggu.Bahan ajar tidak mereka siapkan, yang ada LKS produk
MGMP. Fasilitas yang dimiliki untuk menunjang pembelajaran berupa alat peraga buatan
guru (matematika), sedang untuk sains ada beberapa torso dan sedikit mikroskop, gelas
kimia dan statif. Alat peraga untuk menunjang pembelajaran tidak cukup, seringkali alat
yang penting tidak ada.
Kegiatan hand-on sering dilakukan, misalnya menentukan tinggi pohon untuk
matematika dengan menggunakan alat buatan sendiri; Sedangkan untuk Sains misalnya:
Gerak melingkar beraturan dengan menggunakan stopwatch, penggaris,alat senmtripetal;
177
Uji bahan makanan dengan menggunakan tabung reaksi, pipet, reagent. Kegiatan
pembelajaran yang tanpa praktikum dilakukan di kelas, sedangkan kegiatan pembelajaran
yang ada praktikumnya dilakukan di laboratorium. Mengingat laboratorium yang dipunyai
sekolah hanya satu yaitu laboratorium IPA, sementara kegiatan praktikum IPA yang
meliputi Fisika, Kimia dan Biologi sering dilakukan, maka sering berbenturan jam
praktikum antara ke tiga matapelajaran tersebut. Hal ini diatasi oleh guru dengan cara
mengatur kegiatan. Apabila praktikumnya tidak memerlukan banyak alat laboratorium
dilakukan di kelas, misalnya pengmatan morfologi alat perkembangbiakan pada tumbuhan.
Guru melaksanakan evaluasi proses dan evaluasi hasil dalam pembelajarannya.
Evaluasi/asesmen dilakukan dengan menilai pelaksanaan praktikum sampai membuat
lapora percobaan, tugas, portofolio, catatan harian dan tes tulis.
Secara umum guru belum merasa puas dalam setiap kegiatan pembelajarannya.
Masalah yang timbul antara lain kurangnya fasilitas belajar siswa, sarana dan prasarana
yang belum mencukupi. Hal ini diatasi dengan memfungsikan ganda ruang kelas dan
laboratorium, membuat alat peraga sendiri tetapi penyimpanannya masih berantakan di atas
almari atau di ruang yang kosong karena tidak adanya lemari khusus untuk menyimpan alat
peraga.
Guru Sains dan matematika selalu berupaya untuk membelajarkan lebih baik
daripada pembelajaran sebelumnya. Upaya yang dilakukan guru yaitu bertukar wawasan
sesama guru di sekolah, atau melalui MGMP. Disamping itu guru mengikuti pelatihan
pembelajaran.
Guru matematika tidak mengharuskan siswa untuk memiliki buku wajib, guru
menyarankan siswanya memiliki buku apa saja asal relevan. Sedangkan guru Sains
mewajibkan sekurang-kurangnya buku paket, dan karangan M. Purba untuk Kimia.
Disamping itu guru memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menggunakan buku
terbitan Erlangga, menggunakan buku terbitan Erlangga, Yudistira atau buku lain yang
relevan
Frekuensi kegiatan laboratorium yang dilakukan oleh guru Sains sangat banyak,
lebih enam kali dalam satu semester karena hampir semua topik ada kegiatan praktikumnya.
Akibatnya penggunaan ruang lab. sangat padat dan sering berbenturan jam praktikum antara
matapelajaran Fisika, Kimia dan Biologi; untuk mengatasinya praktikum juga dilaksanakan
di kelas.
Petunjuk praktikum tidak selalu disiapkan sendiri oleh guru. Sebagian guru telah
178
berusaha membuat skenario praktikum untuk pembelajarannya, sebagian yang lain
menggunakan produk MGMP.
Kegiatan praktikum dilaksanakan oleh kelompok-kelompok siswa, setiap kelompok
terdiri dari 4-5 orang. Mengingat keterbatasan sarana yang dimiliki sekolah, guru
mengupayakan untuk memanfaatkan alat sederhana dan terjangkau yang dapat disiapkan
oleh sekolah maupun siswa. Kendala yang dihadapi guru sains adalah kurungnya alat da
bahan yang diperlukan untuk kegiatan laboratorium.
LKS yang digunakan untuk kegiatan laboratorium secara umum merupaka hasil dari
MGMP. Ada sebagian guru yang telah menyiapkan LKS untuk kegiatan laboratorium.
Melalui kegiatan laboratorium siswa mendapatkan pengalaman belajar nyata dan
lebih mengena, sehingga siswa lebih memahami inti materi pembelajaran. Siswa diberi
kesempatan oleh guru sains untuk melakukan pengamatan, mengumpulkan data, mengolah
data, menyimpulkan dan mempresetasikan hasil percobaan. Evaluasi kegiatan laboratorium
yang dilakuka guru sains adalah evaluasi proses dan hasil, disamping membuat laporan
percobaan dan portofolio.
e. Persepsi dan Kinerja
Persepsi guru matematika dan sains mengeai pembelajaran matematika dan sains
ada yang sudah baik, namun ada pula yang masih belum kompeten. Masalah yang dihadapi
guru dalam pembelajaran adalah sulitnya siswa memahami konsep. Adapun upaya yang
dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar atara lain menyampaikan
materi melalui praktek di laboratorium, belajar kelompok, memberikan tugas-tugas kepada
siswa. Guru sudah pernah mencobakan inovasi dalam pembelajarannya untuk mencari
solusi pembelajaran yang efektif. Menurut pendapat guru inovasi yang harus dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dan sains adalah inovasi
pembelajaran yang dapat membuat siswa mampu mengkonstruksi materi secara mandiri
dengan pemahamannya sendiri, supaya mudah dipahami dan bertahan lebih lama
diingatanya.
Guru matematika dan sains merasa sudah bekerja secara optimal, namun bukan
berarti sudah puas.Guru masih ingin meningkatkan kemampuan terutama model-model
pembelajaran yang baru.
Suasana akademik di sekolah meurut guru matematika dan sains sudah kondusif.
Guru juga melakuka kegiatan kolaborasi dengan guru sesama bidang studi melalui MGMP,
179
dalam satu tahun ada 10 kali pertemuan di MGMP. Semua guru matematika da sains terlibat
dalam kegiatan MGMP. MGMP cukup memfasilitasi guru untuk berkembang. Kegiatan
yang biasa dilakuka MGMP yaitu membuat perencanaan pembelajaran.
f. Persepsi Siswa
Siswa tidak megalami kesulitan dalam pelajaran sains dan matematika, menurut
siswa kalau belajar pasti bisa. Siswa menyenangi matematika dan sains karena jawabannya
pasti, dan cara mempelajarinya terus-menerus.
Kegiatan pembelajaran matematika dan sains membuat siswa dapat memahami
palajaran dengan baik. Media yang sering dipakai dalam pembelajaran matematika adalah
penggaris, busur, segitiga. Kesulitan yang sering dialami siswa adalah memahami konsep
dan teori. Siswa bertanya kepada guru atau teman jika belum mengerti tentang materi yang
dipelajari di kelas. Buku sains / matematika yang digunakan di sekolah adalah terbitan
Grafindo. Di samping itu siswa juga memiliki buku terbitan Erlangga, Yudistira, dan
Cempaka Putih.
9.3 Kondisi dan Situasi Sekolah
Fisik bangunan sekolah mada umumnya cukup mamdai, walaupun ada beberapa
bangunan lama namun juga ada beberapa banguna baru hasil rehab. Khususnya ruang kerja
kepala sekolah, ruang guru dan ruang tata usaha cukup representatif dengan fasilitas yang
memadai. Demikian juga pemanfaatan juga cukup efektif, artinya aktivitas kerja kepala
sekolah, guru dan tenaga administrasi cukup aktif dengan tugas masing-masing.
Perpustakaan untuk siswa juga cukup memadai dengan kapasitas tempat duduk
untuk baca kurang lebih 50 orang, jumlah koleksi buku yang cukup.
Ruang BP untuk kegiatan konseling juga tersedia dengan fasilitas yang memadai,
namun saat itu tidak ada aktivitas bimbingan dari guru BP. Halaman sekolah cukup luas,
yang meliputi halam depan dan halaman tengah, dengan aktivitas saat itu adalah olah raga,
sepak bola, bola volly, dll.
Kamar mandi/WC tersedia dalam julah cukup, terpisah antara WC putra dan putri.
Namun perawatan fasilitas kamar mandi dan WC masih perlu ditingkatkan.
Kegiatan ekstra kurikuler yang meliputi KIR, Olah raga, Pramuka, juga berjalan
dengan baik.
180
Kondisi dan Situasi Kelas
Ruang kelas untuk sekitar 36-40 siswa cukup memadai, yakni berukuran sekitar 8x8
m2. Penataan tempat duduk konvensional atau berjajar, dengan 1 anak 1 kursi, dan 2 anak 1
meja. Fasilitas poster atau gambar-gambar yang mendukung pelajaran masih kurang.
Penerangan ruang kelas cukup memadai, baik dari penerangan alami dengan matahari
maupun dengan lampu listrik. Kebersihan ruang kelas secara umum cukup terpelihara,
aktivitas belajar juga cukup tertitip.
Kondisi dan Situasi Laboratorium
Labotarorium Sains ada dua ruangan. Satu ruang lebih khusus untuk laboratorium
kimia, dan satu ruangan untuk fisika. Sementara biologi dapat menggunakan keduanya.
Untuk mengamankan kerja siswa disediakan jas lab untuk siswa dan guru. Alat lab tersedia
cukup walaupun perlu penambahan dan peremajaan. Perawatan atau kebersihan ruang
laboratorium perlu ditingkatkan, terutama berkaitan dengan masalah debu. Penerangan dan
ventilasi lab secara alamiah dari matahari agak kurang, dari listrik cukup. Pengamanan alat
dan bahan lab di ruang persiapan cukup memadai namun perawatannya perlu ditingkatkan.
10. KESIMPULAN
10.1 Informasi Pribadi Responden
Ø Kepala Sekolah
Dari ketiga wilayah yang disurvey, seluruh kepala sekolah yang mengisi angket
terdiri dari 30 orang, 24 orang berasal dari kepala sekolah dari kelompok target dan 6 orang
kepala sekolah dari kelompok kontrol. Informasi tingkat pendidikan kepala sekolah adalah
sebagai berikut; di kabupaten Karawang masih terdapat 1 orang kepala sekolah yang
berpendidikan D3. Pada umumnya pendidikan kepala sekolah dari ketiga wilayah tersebut
berpendidikan S1. Yang paling menonjol adalah tingkat pendidikan kepala sekolah di
Surabaya, karena dari 8 orang kepala sekolah semuanya berpendidikan S2. Sedangkan di
Malang semuanya berpendidikan S1, tidak ada yang S2. Tiga orang berlatar belakang
pendidikan bidang Matematika, 4 orang berlatang belakang pendidikan Fisika, dan 22
orang yang lainnya berlatang belakang pendidikan lain-lain, dan 1 orang tidak mengisikan
jawaban untuk pertanyaan ini.
Ø Guru
Seluruh guru sampel dari ketiga wilayah berjumlah 167 orang, tingkat pendidikan
181
guru mulai dari D1 sampai S2. Namun demikian yang berpendidikan D1 hanya 1 orang
yang berasal dari Wilayah Karawang-Purwakarta. Pada umumnya tingkat pendidikan guru-
guru adalah S1, sedangkan guru-guru yang paling banyak dengan tingkat pendidikan S2
(ada 6 orang) adalah Wialayah Surabaya. Sebaliknya wilayah yang tidak memiliki guru
dengan tingkat pendidikan S2 adalah Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta.
Dan dari 148 orang guru yang menjawab angket untuk pertanyaan ini, untuk masing-
masing wilayah mayoritas latar belakang pendidikan guru adalah bidang Matematika,
disusul Fisika. Sedangkan guru di Pasuruan dan Surabaya tidak ada yang berlatar belakang
bidang Kimia. Jumlah guru yang mengajar ditempat lain paling banyak berasal dari
Wilayah Pasuruan-Malang sebanyak 12 orang, disusul Wilayah Karawang-Purwakarta
sebanyak 10 orang, dan terakhir Wilayah Surabaya-Gersik sebanyak 5 orang.
Ø Pejabat Dinas Pendidikan
Informasi untuk baseline survey diungkap pula dari pejabat pendidikannya. Data
yang diperoleh mengenai tingkat pendidikan para pejabat pendidikan adalah sebagai
berikut jumlah seluruh pejabat pendidikan yang disurvey ada 19 orang. Berdasarkan data
tingkat pendidikan para pejabat pendidikan adalah S1 dan S2.
10.2 Informasi Sekolah
Ø Rasio Guru dan Siswa
Rasio antara guru dan siswa yang mendekati ideal adalah di Kabupaten Malang (1
:12) artinya 1 orang guru membina 12 orang siswa, sedangkan di kabupaten Karawang,
beban guru lebih berat karena 1 orang guru harus membina 24 orang siswa.
Rata-rata siswa putus sekolah 80 orang pertahun untuk Wilayah Karawang-
Purwakarta, 61 orang untuk Wilayah Pasuruan-Malang, dan 3 orang untuk Wilayah
Surabaya-Gersik Sidoarjo. Sedangkan rata-rata siswa yang tidak naik kelas untuk masing-
masing wilayah adalah 13 orang untuk Wilayah Karawang-Purwakarta, 40 orang untuk
Wilayah Pasuruan-Malang, 7 orang untuk Wilayah Surabaya-Gresik Sidoarjo. Dengan
demikian Wilayah yang siswanya paling banyak drop out adalah Wilayah Karawang –
Purwakarta, dan siswa yang apling banyak tidak naik kelas ada di Wilayah Pasuruan-
Malang.
182
10.3 Kegiatan MGMP
Ø Pengetahuan dan Keterlibatan Kepala Sekolah dalam Kegiatan MGMP
Kepala sekolah-kepala sekolah di masing-masing wilayah rata-rata sudah
mengetahui isi dari kegiatan MGMP dan pernah mengikuti kegiatan tersebut.
Ø Partisipasi Guru dalam Kegiatan MGMP
Kebanyakan guru - guru dari Wilayah Karawang-Purwakarta dan Wilayah Pasuruan-
Malang telah mengikuti kegiatan MGMP, sedangkan di Wilayah Surabaya-Gersik hanya
sekitar 40% yang telah mengikuti kegiatan MGMP, sehingga khusus untuk Wilayah
Surabaya-Gersik, guru-gurunya lebih didorong untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Ø Kekuatan dan Kelemahan MGMP-MIPA
Guru, kepala sekolah dan pejabat dinas pendidikan yang menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa kegiatan MGMP berdampak pada penambahan pengetahuan hanya
didukung oleh kurang dari 48% guru-guru, 37,5% kepala sekolah, meskipun demikian
pejabat dinas memberikan respon positif terhadap kegiatan tersebut. Guru-guru lebih setuju
untuk menyatakan bahwa kegiatan MGMP hanya sebagai forum untuk bertukar fikiran.
Sedangkan kegiatan MGMP kurang memberikan kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan metode pembelajaran, dan
menyelesaikan persoalan kelas. Dengan demikian forum MGMP selanjutnya diharapkan
dapat mengakomodasi segala yang menjadi kebutuhan guru.
Adapun yang menjadi kelemahan dari kegiatan MGMP menurut guru, kepala,
sekolah dan pejabat dinas pendidikan adalah; “Kegiatan MGMP Kurang memperoleh
dukungan dan sumber daya (dana dan fasilitas) secara memadai”. Sedangkan pendapat guru
yang paling menonjol tentang kelemahan kegiatan MGMP adalah “Hanya sejumlah kecil
guru menghadiri kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil survey tersebut diharapkan para
pelaksana kegiatan MGMP menperhatikan aspek-aspek tersebut.
Ø Kebutuhan Guru
Di ketiga wilayah rata-rata di atas 80% guru menyatakan kebutuhannya dalam
memperdalam penguasaan materi ajar; 77% dalam meningkatkan kemampuan dan
keterampilan mengajar; 50% dalam memahami proses belajar siswa. Sedangkan terhadap
pertanyaan objektivitas dari kepala sekolah guru yang merespon hanya 29% dan kebutuhan
untuk mendapat kesempatan berdiskusi rata-rata 50%. Dengan demikian kebutuhan guru
untuk meningkatkan proses pembelajaran adalah pendalaman materi, keterampilan
183
mengajar, pemahaman proses mengajar, dan kesempatan untuk berdiskusi. Sedangkan
untuk pentingnya objektivitas penilaian dari kepala sekolah para guru tidak menganggap
sebagai suatu kebutuhan yang sangat penting.
Ø Materi dan Rencana Kegiatan MGMP
Rencana kegiatan MGMGP, sekitar 75% guru-guru tidak begitu mendukung
terhadap pernyataan “Kegiatan MGMP harus direncanakan pada tingkat yang lebih
bawah”, “kegiatan MGMP harus dihadiri oleh semua guru tidak hanya perwakilan saja”,
dan “kegiatan MGMP harus dilaksanakan lebih sering”. Hal ini mungkin disebabkan
kurangnya kesadaran guru tentang pentingnya kegiatan MGMP. Sedangkan para kepala
sekolah berpendapat sebaliknya. Namun untuk pernyataan ”Semua guru harus diberi
kesempatan untuk menghadiri kegiatan MGMP, dan “ Kegiatan MGMP harus memperoleh
dukungan dana” sekitar 80% guru dan kepala sekolah menyatakan setuju dan sangat setuju.
Ø Sikap dan Kepedulian Pejabat Dinas Pendidikan terhadap MGMP
Para pejabat dinas pendidikan di setiap wilayah akan mendukung dan mendorong
terlaksana kegiatan MGMP. Berdasarkan informasi dari guru, kepala sekolah dan
pejabat dinas pendidikan bahwa kegiatan MGMP berdampak pada penambahan
pengetahuan hanya didukung oleh kurang dari 48% guru-guru, 37,5% kepala
sekolah, meskipun pejabat dinas memberikan respon positif terhadap kegiatan
tersebut. Guru-guru lebih setuju untuk menyatakan bahwa kegiatan MGMP hanya
sebagai forum untuk bertukar fikiran. Sedangkan kegiatan MGMP kurang
memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan akademik, meningkatkan
kemampuan metode pembelajaran, dan menyelesaikan persoalan kelas. Dengan
demikian forum MGMP selanjutnya diharapkan dapat mengakomodasi segala yang
menjadi kebutuhan guru.
10.4 Manajemen Sekolah
Ø Kepemimpinan Kepala Sekolah
Berdasarkan hasil survey menunjukkan bahwa kepala sekolah target menyatakan
setuju dan sangat setuju bahwa secara teratur kepala sekolah memeriksa rencana
pembelajaran yang disusun guru; secara teratur melakukan kunjungan kelas untuk
memantau dan mensupervisi proses pembelajaran dalam kelas; serta memberikan
184
penghargaan khusus kepada guru-guru yang bekerjasama untuk meningkatkan kinerja
sekolah.
Disamping itu guru dan kepala sekolah di ketiga wilayah menyatakan bahwa kepala
sekolah target menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan ”secara teratur
kepala sekolah memeriksa rencana pembelajaran yang disusun guru”; secara teratur
melakukan kunjungan kelas untuk memantau dan mensupervisi proses pembelajaran dalam
kelas; serta memberikan penghargaan khusus kepada guru-guru yang bekerjasama untuk
meningkatkan kinerja sekolah.
Ø Komunikasi dan Partisipasi
Komunikasi antara guru dan kepala sekolah dalam menentukan kebijakan,
membahas permasalahan serta tentang komite sekolah merupakan kondisi awal yang perlu
diketahui. Berdasarkan hasil survey untuk ketiga wilayah di atas dapat dilihat bahwa,
sekitar diatas 80% guru dan kepala sekolah menyatakan setuju dan sangat setuju pada
pernyataan guru-guru terlibat dalam perumusan kebijakan dan perencanaan di sekolah, tidak
ragu berbicara pada kepala sekolah mengenai masalah yang dihadapi dalam pembelajaran
dan menajemen kelas, dan memiliki komite sekolah yang aktif mendukung peningkatan
kualitas/kinerja sekolah.
Ø Prioritas Pengembangan Guru
Program pengembangan guru di sekolah merupakan informasi awal yang penting
untuk diketahui sebagai gambaran kondisi awal tentang persepsi kepala sekolah dan guru.
Para pejabat dinas pendidikan di setiap wilayah akan mendukung dan mendorong terlaksana
kegiatan MGMP. Disamping itu pada umumnya kepala sekolah dan guru di sekolah target
dan sekolah kontrol menyatakan bahwa; Pelatihan guru merupakan salah satu prioritas
sekolah, Guru-guru diberi cukup waktu untuk berpartisipasi dalam pelatihan dan
pengembangan guru, dan Guru-guru (kami) didorong untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan baru dalam pembelajaran.
10.5 Budaya Sekolah
Ø Kesejawatan dan Dukungan Antar Guru
Berdasarkan data hasil survey sebagian besar guru di sekolah target dan sekolah
kontrol di ketiga wilayah di atas 80% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa: guru
185
merasa nyaman ketika bekerja dengan guru-guru yang lain di sekolah ; guru merasa bebas
untuk mendiskusikan masalah-masalah pekerjaan dengan guru lain; dan guru merasa bebas
untuk meminta nasehat dan saran dari guru lain dalam hal mengajar. Sedangkan 25 %
lainnya merasa ragu-ragu terhadap ketiga pernyataan tersebut.
Ø Dukungan Guru Terhadap Siswa
Dari analisa terhadap hasil angket, guru-guru masih perlu meningkatkan perhatian
terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa-siswa mereka, karena kurang dari 50%
siswa yang merasa diperhatikan oleh guru ketika mereka sedang bermasalah.
Ø Lingkungan yang Mendukung diantara Siswa
Berdasarkan data diperoleh informasi bahwa pada umumnya siswa (di atas 80%) di
sekolah target dan sekolah kontrol di ketiga wilayah menyatakan setuju bahwa ”Saya
senang belajar bersama dengan siswa lain di kelas”; ”Saya merasa bebas bertanya kepada
teman sekelas”, ketika saya mempunyai kesulitan belajar di kelas; dan ”Saya senang
membantu teman sekelas bila mereka mempunyai kesulitan belajar di kelas.
Ø Dukungan dan Dorongan Orang Tua Kepada Siswa
Pada umumnya siswa di sekolah target dari ketiga wilayah menyatakan setuju bahwa
“Orang tua saya berpendapat bahwa belajar sungguh-sungguh itu penting”; “Orang tua saya
membantu saya belajar di rumah”; dan “Orang tua saya menaruh perhatian pada apa yang
saya pelajari di sekolah”. Tidak terlalu berbeda respon siswa di sekolah kontrol rata rata di
atas 79% menyatakan setuju pada ketiga pernyataan tersebut.
10.6 Proses Pembelajaran Matematika dan Sains
Ø Kerja Kelompok
Hasil analisa terhadap data diperoleh informasi pembelajaran matematika belum
memanfaatkan secara maksimal pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk belajar
dalam kelompok. Disamping itu masih perlu ditingkatkan proses belajar dilaksanakan
dalam kelompok kecil dan diskusi dilaksanakan dalam kelompok, hal ini diupayakan untuk
meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar mandiri, berbagi informasi, meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika dan menghargai pendapat orang lain.
Ø Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran yang Konkret
Berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran yang konkret diperoleh
informasi untuk sekitar rata-rata 82% menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang
proses pembelajaran matematika menggunakan alat pembelajaran/alat peraga yang
186
bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di kelas, 73%
menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang proses pembelajaran matematika guru
menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari untuk
pembelajaran di kelas, dan 65% siswa menyatakan sering dan sangat sering guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi dalam pembelajaran
matematika. Hal yang sama disampaikan oleh siswa-siswa dari sekolah-sekolah kontrol.
Informasi ini sedikit berbeda untuk mata pelajaran Biologi, Kimia dan Fisika, karean pada
ketiga pelajaran tersebut siswa sering dilibatkan dengan praktikum.
Ø Tukar Pendapat
Pada umumnya siswa dari ketiga wilayah sering dan sangat sering guru mendorong
saya mendengarkan gagasan dan pimikiran siswa lain; dalam kelas matematika dan sains
kami merasa senang bertukar pendapat dan pikiran siswa lain, saya dapat memperdalam
pemahaman saya ketika mendengarkan pendapat dan pikiran siswa lainnya. Demikian juga
pendapat siswa-siswa dari sekolah-sekolah kontrol, bahkan persentase yang menyatakan
sering dan sangat sering lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah target.
Ø Ketertarikan Guru terhadap Proses Belajar Siswa
Berdasarkan analisa terhadap data diperoleh informasi pendapat guru mengenai
ketertarikan mereka proses belajar siswa-siswanya. Pada umumnya guru menyatakan setuju
dan sangat setuju bahwa mereka tertarik pada proses dan kemajuan belajar perorangan
siswa, guru tertarik pada bagaimana siswa bekerja sama dalam pembelajaran kelas saya,
guru banyak belajar dari para siswa dalam pembelajaran kelasnya
10.7 Kemampuan Akademik
Ø Siswa SMP di kabupaten Karawang lebih tinggi kemampuan akademik sains dan
matematika lebih tinggi dibandingkan di Kab Purwakarta.
Ø Kemampuan akademik siswa SMP di sekolah Target Kota Surabaya dalam mata
pelajaran Sains lebih tinggi dibanding dengan siswa sekolah kontrol di Kab. Gresik dan
Sidoarjo. Lain halnya untuk tes akademik Matematika siswa sekolah target di Kota
Surabaya lebih rendah dibandingkan siswa sekolah kontrol di Kab. Gresik dan Sidoarjo.
Ø Tes akademik Biologi, Fisika, Kimia dan Matematika siswa SMA di sekolah target di
Kab. Pasuruan lebih rendah dibandingkan sekolah kontrol di Kota Malang.
187
10.8 Pemahaman dan Minat Siswa dalam Sains dan Matematika
Ø Siswa siswa di Kab. Karawang dan Kab. Purwakarta menunjukkan bahwa di atas 50%
siswa di sekolah target menyatakan tidak setuju bahwa siswa mengerti dan dapat
mengikuti pembelajaran sains/matematika di kelas (saya); siswa senang belajar pada
pelajaran sains/matematika (saya); dan siswa ingin belajar sains/matematika (pelajaran
saya) di kelas yang lebih tinggi. Sedangkan di sekolah kontrol di atas 57% siswa
menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.
Ø Siswa-siswa di sekolah-sekolah di Kota Surabaya diperoleh informasi, 72,11% dan 74,
15% menyatakan setuju dan sangat setuju menyatakan ” Pada umumnya saya mengerti
dan dapat mengikuti pembelajaran sains/matematika di kelas”, 72,79% dan 76,91%
menyatakan setuju dan sangat setuju ” Saya senang belajar pada pelajaran
sains/matematika”, dan 73,61% dan 76,87% menyatakan setuju dan sangat setuju ” Saya
ingin belajar sains/matematika di kelas yang lebih tinggi”. Sedangkan untuk siswa-
siswa di sekolah-sekolah kontrol persentasi itu masing-masing lebih tinggi sekitar
10%an.
Ø Pada pembelajaran Matematika di Kab. Pasuruan sekitar 60% siswa-siswa menyatakan
setuju dan sangat setuju bahwa pada umumnya mereka mengerti dan dapat mengikuti
pembelajaran matematika di kelas, 63% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
mereka senang belajar pada pelajaran matematika, dan 68% menyatakan setuju dan
sangat setuju mereka ingin belajar matematika di kelas yang lebih tinggi. Hal senada
disampaikan oleh siswa-siswa dari kelompok kontrol dengan persentase yang jauh lebih
tinggi, dibandungkan dengan persentase dari kelompok target.
10.9 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Matematika dan Sains
Ø 59,8% siswa di sekolah Kab. Karawang menyatakan setuju bahwa matematika
merupakan pelajaran yang sulit dipelajari, merupakan materi yang menarik untuk
dipelajari, mudah dipahami, berguna bagi kehidupan sehari-hari, dan berguna untuk
mempelajari ilmu lain. Sedangkan sekitar 40% menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju
terhadap pernyataan tersebut. Di sekolah kontrol pula di atas 50 % siswa menyatakan
setuju terhadap pernyataan tersebut. 63 % siswa di sekolah target menyatakan setuju
bahwa sains merupakan pelajaran yang sulit dipelajari, merupakan materi yang menarik
untuk dipelajari, mudah dipahami, berguna bagi kehidupan sehari-hari, dan berguna
188
untuk mempelajari ilmu lain. Sedangkan sekitar 37% menyatakan ragu-ragu dan tidak
setuju terhadap pernyataan tersebut. Di sekolah kontrol pula di atas 69 % siswa
menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.
Ø Untuk pembelajaran sains para siswa berpendapat mereka (60 orang) setuju dan (56
orang) sangat setuju bahwa pembelajaran sains menyenangkan, sekitar 230 orang setuju
dan sngat setuju bahwa belajar sains sangat menyenagkan, 249 orang sangat tidak setuju
dan tidak setuju bahwa belajar sains membosankan, 297 orang sangat tidak setuju-ragu-
ragu bahwa mereka malas belajar sains.
Ø Sekitar 66% siswa setuju bahwa guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertukar pikiran, meskipun selanjutnya mereka berpendapat bahwa pembelajaran
matematika di kelas hanya mendengarkan dan sekitar 60% berpendapat bahwa belajar
matematika dilaksanakan secara aktif dan kolaboratif. Hal senada disampaikan oleh
siswa dari sekolah kontrol.
Ø Mata pelajaran sains 76,3% siswa menyatakan bahwa pembelajaran sains memberikan
kesempatan kepada mereka untuk bertukar pikiran, meskipun dalam pembelajaran sains
52% siswa menyatakan bahwa proses pembelajaran lebih banyak mendengarkan.
Sekitar 61% siswa menyatakan bahwa siswa belajar sains dengan aktif dan
pembelajaran dilaksanakan secara kolaboratif.
Ø Kepuasan siswa terhadap pelajaran Matematika di atas diperoleh informasi sekitar
65% siswa-siswa di sekolah di Kota Surabaya menganggap matematika merupakan
mata pelajaran yang sulit, s3kitar 50% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
Matematika merupakan suatu materi yang menarik, 60% menyatakan tidak setuju dan
ragu-ragu bahwa materi-materi matematika mudah dipelajari, 79% siswa menyatakan
setuju dan sangat setuju bahwa materi Matematika berguna dalam kehidupan sehari-
hari, dan 82% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi matematika berguna
dalam membantu mata pelajaran yang lain. Hal senada disampaikan oleh siswa-siswa
dari sekolah kontrol.
Ø Pada pelajaran Fisika diperoleh informasi sekitar 57% siswa-siswa di sekolah Kab
Pasuruan menganggap fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, sekitar 51%
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa fisika merupakan suatu materi yang
menarik, 68% menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa materi-materi fisika
mudah dipelajari, 75% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi fisika
berguna dalam kehidupan sehari-hari, dan 82% menyatakan setuju dan sangat setuju
189
bahwa materi fisika berguna dalam membantu mata pelajaran yang lain. Hal senada
disampaikan oleh siswa-siswa dari sekolah kontrol.
Ø Sedangkan untuk pelajaran Kimia diperoleh informasi seperti pada diagram di bawah
ini, sekitar 65% siswa-siswa di sekolah Kab Pasuruan menganggap kimia merupakan
mata pelajaran yang sulit, sekitar 59% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
kimia merupakan suatu materi yang menarik, 58% menyatakan tidak setuju dan ragu-
ragu bahwa materi-materi kimia mudah dipelajari, 80% siswa menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa materi kimia berguna dalam kehidupan sehari-hari, dan 73%
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi kimia berguna dalam membantu
mata pelajaran yang lain. Hal senada disampaikan oleh siswa-siswa dari sekolah
kontrol.
Ø Pada pelajaran Biologi diperoleh informasi sekitar 65% siswa-siswa di sekolah target
Kab Pasuruan menganggap Biologi merupakan mata pelajaran yang sulit, sekitar 59%
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa Biologi merupakan suatu materi yang
menarik, 58% menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa materi-materi Biologi
mudah dipelajari, 80% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi Biologi
berguna dalam kehidupan sehari-hari, dan 71% menyatakan setuju dan sangat setuju
bahwa materi Biologi berguna dalam membantu mata pelajaran yang lain. Hal senada
disampaikan oleh siswa-siswa dari sekolah kontrol.
Ø Sekitar 47% siswa di Sekolah Kab. Pasuruan menyatakan setuju dan sangat setuju
bahwa mereka menganggap kegiatan belajar Matematika yang dilakukan
menyenangkan, 45% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa semangat belajar
mereka tinggi ketika mengikuti kegiatan belajar Matematika yang dilakukan, 22%
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan belajar matematika yang dilakukan
membosankan, dan 10% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka malas
mengikuti kegiatan belajar matematika.
10.10 Tanggapan Guru terhadap Penelitian Tindakan Kelas
• Dari 40 guru responden di sekolah-sekolah target (Kab. Karawang) diperoleh informasi
bahwa 29 orang belum melaksanakan PTK, meskipun para guru tersebut sering
mendiskusikan masalah pembelajaran dan alternatif solusi pembelajaran dengan guru
lain (27 orang), 31 orang menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa yang
190
didiskusikan adalah rencana penyusunan PTK, dan rata-rata 28 orang tidak setuju
bahwa para guru sudah berkolabori dengan PT, mempublikasikan dalam jurnal dan
mempresentasikan hasil penelitiannya dalam suatu seminar. Hal senada juga
disampaikan oleh 7 orang guru responden dari sekolah-sekolah kontrol.
• Dari kuosioner yang disampaikan pada guru-guru di sekolah target (Kab Karawang)
dan kontrol (Kab. Purwakarta) hampir 95% guru-guru menyampaikan setuju dan
sangat setuju bahwa mereka sangat tertarik terhadap PTK; dan PTK dapat
meningkatkan profesionalisme, meningkatkan kemampuan meneliti dan meningkatkan
kualitas pembelajaran.
• Guru-guru di sekolah target (Kab Karawang) diperoleh informasi bahwa 24 orang
menyatakan mereka mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah, 34 orang
setuju mereka mengalami kesulitan dalam mencari alternatif solusi, 25 orang setuju
mereka menalami kesultan dalam menyusun proposal, 23 orang setuju mereka
mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data, 36 orang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan PTK, 36 orang setuju mengalami kesulitan dalam menulis laporan dan
33 orang setuju mereka belum memahami prosedur PTK. Hal senada disampaikan oleh
guru-guru pada kelompok kontrol.
• Sekitar 81% guru-guru Kota Surabaya menyatakan tidak pernah, jarang dan ragu-ragu
bahwa selama menjadi guru mereka melakukan PTK, 80% menyatakan sering dan
selalu mereka berdiskusi bersama guru sejawat membahas permasalahan pembelajaran,
63% menyatakan sering dan selalu bersama dengan guru sejawat mendiskusikan
alternative solusi pembelajaran, 88% menyatakan tidak pernah, jarang, dan kadang-
kadang bersama dengan guru lain menyusun rencana PTK, 84% menyatakan tidak
pernah melakukan PTK berkolaborasi dengan PTK, 82% menyatakan tidak pernah
mempublikasikan hasil penelitian dalam jurnal atau sejenisnya, dan 90% menyatakan
tidak pernah dan jarang mempresentasikan dalam seminar. Hal senada disampaikan
oleh guru-guru dari sekolah-sekolah kontrol.
• 50% guru di Kota Surabaya menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu
bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah, 52%
menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru
mengalami kesulitan dalam mencari alternatif solusi pemecahan masalah, 53%
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam
menyusun proposal PTK, 57% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-
191
ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menyusun alat pengumpul data,
53% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru
mengalami kesulitan dalam melaksanakan PTK, 51% menyatakan sangat tidak setuju,
tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menulis
laporan, dan 53 % menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru belum
memahami prosedur PTK. Sementara itu guru-guru dari kelomopok kontrol di atas
63% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju, dan ragu-ragu untuk seluruh
pertanyaan yang berkaitan dengan kesulitan pelaksanaan PTK.
• Sekitar 88% guru-guru di Kab. Pasuruan menyatakan tidak pernah, jarang dan ragu-
ragu bahwa selama menjadi guru mereka melakukan PTK, 78% menyatakan sering dan
selalu mereka berdiskusi bersama guru sejawat membahas permasalahan pembelajaran,
81% menyatakan sering dan selalu bersama dengan guru sejawat mendiskusikan
alternative solusi pembelajaran, 91% menyatakan tidak pernah, jarang, dan kadang-
kadang bersama dengan guru lain menyusun rencana PTK, 82% menyatakan tidak
pernah melakukan PTK berkolaborasi dengan PTK, 91% menyatakan tidak pernah
mempublikasikan hasil penelitian dalam jurnal atau sejenisnya, dan 100% menyatakan
tidak pernah dan jarang mempresentasikan dalam seminar. Hal senada disampaikan
oleh guru-guru dari sekolah-sekolah kontrol.
• 59% guru di Kab. Pasuruan menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu
bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah, 62%
menyatakan sangat tidak satuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru
mengalami kesulitan dalam mencari alternatif solusi pemecahan masalah, 50%
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam
menyusun proposal PTK, 57% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-
ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menyusun alat pengumpul data,
57% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru
mengalami kesulitan dalam melaksanakan PTK, 55% menyatakan sangat tidak setuju,
tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menulis
laporan, dan 50 % menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru belum
memahami prosedur PTK. Sementara itu guru-guru dari kelomopok kontrol di atas
50% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju, dan ragu-ragu untuk seluruh
pertanyaan yang berkaitan dengan kesulitan pelaksanaan PTK.
192
10.11 Kecenderungan Kemampuan Mengajar Guru di Tiga Wilayah
• Kemampuan guru dalam mengajar masih rendah, siswa kurang tertarik, dan pasif
dalam memberikan pendapat.
• Siswa kurang distimulasi untuk berpikir, siswa tidak dilibatkan dalam merumuskan
masalah, kurang melibatkan siswa dalam melakukan percobaan dan investigasi, dan
kurang mendorong siswa untuk berprestasi dan belajar mandiri.
• Kecenderungan pembelajaran adalah ceramah, ada yang menggunakan metode
demonstrasi tetapi kurang melibatkan siswa aktif dalam proses mengamati.
• Beberapa guru yang menggunakan eksperimen tetapi menggunakan LKS yang
sudah duterbitkan, sehingga tidak sesuai dengan indikator pembelajaran yang
diharapkan.
• Hands-on activity dalam pembelajaran sains dan matematika masih belum dapat
dilakukan dengan baik. kemampuan dalam melakukan evaluasi akhir.
• Pemanfaatan media pembelajaran yang bersifat local material sangat rendah.
Kemampuan guru dalam mengembangkan LKS masih rendah dan tergantung pada
LKS yang ada.
• Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan akhir masih rendah terutama dalam
memelibatkan siswa dalam mengaplikasikan konsep dalam kehidupan sehari-hari,
melibatkan siswa dalam merangkum materi yang dipelajari
10.12. Hasil Observasi Situasi dan Kondisi Sekolah di Tiga Wilayah
Permasalahan yang ditemukan terkait dengan hasil observasi situasi dan kondisi
sekolah adalah:
Ø Fasilitas pembelajaran di kelas masih kurang memadai,
Ø Benda-benda manipulatif untuk pembelajaran matematika dan sains masih
sangat terbatas,
Ø Jumlah buku paket sangat terbatas, sehingga siswa harus membeli sendiri.
10.13 Kapasitas Guru
Ø Terdapat adanya mismatch antara latar belakang pendidikan dengan tugas mengajar.
Pada umumnya guru-guru sudah melalui pendidikan S1 walaupun dari bidang study
yang berbeda dengan tugas mengajar mereka .
Ø Kecenderungan pembelajaran matematika dan sains masih bersifat tradisional
193
(teacher centered) dengan menggunakan metode ceramah. Jarang menggunakan
laboratorium untuk kegiatan pembelajaran sains.
Ø Masih jarang guru matematika dan sains yang melaksanakan kegiatan hands-on
dalam pembelajaran. Biasanya menggunakan pendekatan konvensional, seperti
menjelaskan, memberikan contoh soal, dan memberikan soal latihan. Metode yang
paling disenangi guru adalah ceramah, tanya jawab, tugas dan sesekali kerja
kelompok.
Ø Ketersediaan alat peraga sangat kurang dan keterampilan guru dalam membuat alat
peraga sangat rendah.
Ø Kemampuan guru membuat LKS masih rendah. Guru pada umumnya menggunakan
LKS yang telah diterbitkan.
Ø Kemampuan membuat alat evaluasi pembelajaran masih rendah baik evaluasi proses
maupun evaluasi hasil belajar.
Ø Banyak siswa yang tidak menyenangi pelajaran matematika dan fisika karena
mereka kesulitan dalam mempelajari materi pelajaran tersebut.
10.14. Pengelolaan Laboratorium
Ø Keberadaan laboratorium pada umumnya kurang memadai, demikian pula
kelengkapan alat peraga, alat percobaan dan bahan untuk praktikum masih terbatas.
Ø Kemampuan guru dalam mengelola laboratorium masih rendah, dan permasalahan
yang muncul karena tidak ada tenaga laboran.
Ø Motivasi guru dalam melakukan kegiatan laboratorium rendah. Kemampuan guru
untuk mengembangkan alat percobaan dari bahan local material masih rendah.