1 i. pengertian menulis ketika kita belajar di kelas i sd kita
TRANSCRIPT
1
I. PENGERTIAN MENULIS
Ketika kita belajar di kelas I SD kita belajar menulis. Pelajaran
menulis ketika itu berupa cara kita menulis abjad. Kita mengenal hal
tersebut dengan sebutan menulis huruf demi huruf. Kita belajar menulis
huruf demi huruf secara terpisah atau bersambung.
Sementara itu mulai kelas II atau kelas III kita mulai belajar menulis
yang lain, yaitu yang selama ini dikenal dengan istilah mengarang.
Menulis yang sering diidentikkan dengan mengarang itu dinamakan
menulis komposisi. Artinya bukan lagi huruf demi huruf, tetapi menulis
yang berarti mengekspresikan gagasan.
Ekspresi gagasan itu amat beraneka ragam sifatnya. Ada yang
rekaan, ada yang faktual. Keduanya bagaimanapun harus dilihat dari
susunan. Artinya, sebuah karangan apakah itu yang rekaan atau faktual
setidaknya harus terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup.
Pendahuluan berfungsi sebagai pengantar kepada komposisi
tulisan yang utuh. Yang dimaksud dengan pendahuluan di sini adalah
bagian di mana penulis memberikan semacam ancang-ancang sebelum
pembaca menyelami tulisan itu secara rinci.
Sedangkan bagian isi merupakan inti sebuah tulisan. Pada bagian
ini penulis menumpahkan gagasannya secara rinci. Ia bisa
mendeskripsikan gagasannya satu persatu. Ia bisa menceritakan kejadian
dan kejadian. Ia bisa menjelaskan bagian demi bagian pembahasannya. Ia
juga bisa mengajukan argumen-argumen untuk meyakinkan pembacanya
agar pembaca yakin akan kebenaran tulisannya.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tadi, kita dapat menarik
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan menulis adalah kegiatan
menumpahkan atau mengekspresikan gagasan dengan menggunakan
media tulis. Yang dimaksud dengan media tulis adalah penggunaan
bahasa tulis. Karena itu, kita harus membedakannya dengan komposis
2
lisan seperti pidato. Sekalipun sama-sama komposisi, pidato merupakan
komposisi lisan.
Bagian penutup biasanya merupakan simpulan dari isi tulisan.
Simpulan itu merupakan rangkaian tak terpisahkan dari bagian
pendahuluan dan isi simpulan berbeda dengan rangkuman. Ada kalanya
pada bagian ini tidak hanya simpulan, tetapi juga disertakan saran juga
penegasan-penegasan kembali.
3
II. PENGERTIAN PARAGRAF, JENIS PARAGRAF, DAN JENIS
TULISAN
Sebuah tulisan, sebuah komposisi, terdiri atas satuan-satuan yang
lebih kecil yang disebut paragraf atau alinea. Banyak definisi atau
pengertian paragraf yang diberikan para ahli. Namun, betapapun
banyaknya pengertian-pengertian itu, pada hakekatnya sebuah paragraf
harus mengandung dua gagasan. Kedua gagasan itu minimal
diekspresikan ke dalam dua kalimat yang berbeda.
Kedua gagasan atau kedua kalimat itu masing-masing harus terdiri
dari gagasan utama atau kalimat pokok dan gagasan penjelas atau kalimat
penjelas. Gagasan utama atau kalimat utama adalah gagasan atau kalimat
menjadi inti sebuah paragraf. Sedangkan gagasan penjelas atau kalimat
penjelas adalah kalimat atau gagasan yang menjelaskan kalimat atau
gagasan inti dalam sebuah paragraf. Setidaknya kalimat atau gagasan
penjelas harus terdiri dari satu kalimat. Sekalipun demikian, hal itu tidak
mutlak sifatnya. Artinya kalimat penjelas itu bisa saja terdiri dari dua
kalimat atau lebih.
Oleh karena itu, sebuah paragraf bisa diartikan sebagai unit terkecil
sebuah karangan yang terdiri dari kalimat pokok atau gagasan utama dan
kalimat penjelas atau gagasan penjelas. Artinya, paragraf yang baik
minimal terdiri dari dua kalimat atau dua gagasan.
leh karena itu, sebuah paragraf bisa diartikan sebagai unit terkecil
sebuah karangan yang terdiri dari kalimat pokok atau gagasan utama dan
kalimat penjelas atau gagasan penjelas. Artinya, paragraf yang baik
minimal terdiri dari dua kalimat atau dua gagasan.
Setelah kita memahami pengertian paragraf, sampailah kita kepada
bahasan jenis paragaraf. Secara rinci, jenis-jenis paragraf adalah sebagai
berikut.
4
Pertama, paragraf deskripsi. Paragraf jenis ini berisi kalimat-
kalimat yang mendeskripsikan, menggambarkan sesuatu. Misalnya
deskripsi kota Bandung pada pagi hari. Perhatikan contoh berikut.
Bandung masih diselimuti kabut. Orang-orang baru satu dua yang lalu lalang. Kendaraan hanya kadang-kadang terdengar menderu. Yang tampak dominan adalah para petugas kebersihan kota. Mereka sibuk membersihkan sampah. Mereka bekerja dengan riang. Kadang-kadang mereka bersenandung di sela-sela pekerjaannya. Perlahan tapi pasti keramaian kendaraan di jalan bertambah sedikit demi sedikit. Bandung sedang menggeliat dari tidurnya.
Kedua, paragraf eksposisi. Kalau paragraf deskripsi menggambarkan
sesuatu, paragraf eksposisi berusaha menjelaskan sesuatu atau
memberikan sesuatu. Penjelasan atau pemerian seringkali bertolak dari
satu definisi. Agar lebih jelas, perhatikan contoh berikut. Agar lebih
mudah contoh yang dikemukakan masih sekitar kota Bandung.
Kota Bandung adalah salah satu ibu kota propinsi dari sekian banyak propinsi di Indonesia, yaitu propinsi Jawa Barat. Sebagai ibu kota Propinsi Kota Bandung juga amat dikenal sebagai kota Asia Afrika, yaitu kota tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika. Selain itu, nkota Bandung pun memiliki banyak julukan, di antaranya sebagai Paris van Java. Lihatlah, kalimat demi kalimat saling mendukung untuk
memberikan gambaran kota Bandung pada pagi hari. Kalimat utama
paragraf ini terletak di awal paragraf, yaitu Bandung masih deselimuti kabut
dan pada akhir paragraf berupa pengulangan yang menegaskan kembali
kalimat utama pada bagian awal tadi, yaitu Bandung sedang menggeliat dari
tidurnya.
Kedua, paragraf eksposisi. Kalau paragraf deskripsi
menggambarkan sesuatu, paragraf eksposisi berusaha menjelaskan
sesuatu atau memberikan sesuatu. Penjelasan atau pemerian seringkali
5
bertolak dari satu definisi. Agar lebih jelas, perhatikan contoh berikut.
Agar lebih mudah contoh yang dikemukakan masih sekitar kota Bandung.
Kota Bandung adalah salah satu ibu kota propinsi dari sekian banyak propinsi di Indonesia, yaitu propinsi Jawa Barat. Sebagai ibu kota Propinsi Kota Bandung juga amat dikenal sebagai kota Asia Afrika, yaitu kota tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika. Selain itu, nkota Bandung pun memiliki banyak julukan, di antaranya sebagai Paris van Java.
Perhatikanlah, sebuah eksposisi bertolak dari definisi. Definisi
terdiri dari tiga bagian, yaitu istilah yang didefinisikan, kelas dari yang
didefinisikan, dan diferensiasi atau pembeda dari anggota kelasnya. Kota
Bandung ada yang didefinisikan. Kelasnya yaitu salah satu ibu kota propinsi
dari sekian banyak propinsi di Indonesia. Sedangkan diferensiasi atau
pembedanya yaitu propinsi Jawa Barat. Diferensiasi berfungsi
membedakan. Di sini kota Bandung berbeda dengan ibu kota propinsi
lainnya. Mengapa? Karena Jawa Barat adalah hanya satu-satunya di
Indonesia. Artinya, itulah yang membedakan kota Bandung dari ibu kota
propinsi lainnya, yaitu ibu kota propinsi Jawa Barat.
Jenis paragraf yang ketiga adalah paragraf argumentasi. Kalau
paragraf eksposisi dan paragraf deskripsi masing-masing menjelaskan
atau memberikan dan mendeskripsikan atau menggambarkan, paragraf
argumentasi berusaha meyakinkan bahwa hal yang dikemukakan adalah
benar. Cara meyakinkan kebenaran itu bisa dengan cara mengajukan
sejumlah fakta. Perhatikan contoh berikut, masih tentang kota Bandung
agar anda mendapat kejelasan untuk masing-masing paragraf yang
berbeda.
Hampir semua orang yang pernah tinggal di kota Bandung menyatakan merasa betah tinggal di kota Bandung. Bahkan, umumnya mereka berusaha tetap tinggal di kota ini. Bisa dimengerti mengapa mereka merasa betah. Kota ini memiliki hawa yang sejuk. Tingkat kriminalitasnya juga relatif kecil bila dibandingkan dengan kota setaranya, Surabaya dan Medan
6
misalnya. Terdapat banyak lembaga pendidikan tinggi negeri di dalamnya. Juga kotanya tidak terlalu besar seperti Jakarta, sehingga dari satu sudut kota ke sudut kota lainnya tidak terlalu jauh. Itulah beberapa hal yang menyebabkan para pendatang rela tinggal berdesakan di kota ini.
Kalimat ketiga dan seterusnya merupakan argumentasi atau alasan
mengapa para pendatang itu merasa betah tinggal di kota Bandung.
Memang, jawaban mengapa mereka betah tinggal di kota Bandung itu
tidak mungkin hanya diberikan oleh satu kalimat. Oleh karena itu,
seringkali jawaban, alasan, atau usaha meyakinkan bahwa apa yang
dikemukakan penulsi itu benar tidak cukup oleh hanya satu kalimat.
Dengan kata lain, alasan itu harus benar-benar rinci agar pembaca yakin
bahwa alasan itu benar.
Jenis paragraf yang terakhir adalah paragraf narasi. Paragraf narasi
adalah paragraf yang berusaha mengurutkan peristiwa demi peristiwa
yang dialami seorang tokoh. Urutan peristiwa itu bisa berupa urutan
kronologis adalah urutan peristiwa berdasarkan urutan waktu.
Sedangkan urutan atau hubungan kausal adalah urutan atau hubungan
peristiwa berdasarkan hubungan sebab-akibat. Perhatikan contoh berikut
agar lebih jelas.
Hari itu ia telusuri sudut demi sudut kota Bandung yang amat dicintainya seolah-olah tidak mau ada satu pun sudut yang terlewat. Setiap sudut yang disinggahinya menyisakan kenangan amat mendalam baginya. Mula-mula ia telusuri sudut Setiabudi. Di wilayah ini ia menyimpan amat banyak kenangan. Penelusuran dilanjutkan ke wilayah balai kota dan sekitarnya. Di sini pun ia amat hanyut dengan kenangan bersama-sama sahabatnya, juga kekasihnya. Lalu, ia lanjutkan menyusuri wilayah alun-alun yang sekarang telah berubah total dari masa dua puluh tahun yang lalu. Lagi-lagi ia terhanyut dalam kenangan masa lalunya. Setiap tempat, setiap sudut kota itu, yang ada hanyalah kenangan indah baginya seluruhnya.
7
Jelas betul perbedaannya dengan paragraf lainnya, bukan ? Apalagi
contoh yang dikemukakan semua tentang kota Bandung, tentang satu
subjek. Sengaja hal itu penulis lakukan agar Anda beroleh contoh yang
membedakan masing-masing kasus/paragraf.
Selain jenis paragraf seperti itu yang berdasarkan isi paragraf, ada
pula jenis paragraf, adapula jenis paragraf berdasarkan letak kalimat
utama dalam sebuah paragraf. Berdasarkan hal ini ada empat jenis
paragraf. Pertama, paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal
paragraf. Paragraf ini disebut paragraf deduktif. Kedua, paragraf induktif,
yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak pada akhir paragraf.
Ketiga yang kalimat utamanya terletak pada akhir paragraf. Ketiga
paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal dan akhir paragraf.
Paragraf ini disebut sebagai paragraf deduktif induktif. Terakshir paragraf
yang kalimat utamanya atau gagasan utamanya tersebar pada
keseluruhan paragraf. Paragraf ini disebut sebagai paragraf tersebar.
Masing-masing contohnya sebagai berikut.
Contoh pertama :
Kota Bandung adalah kota yang paling kami cintai. Kota ini lebih sejuk dari kota lain yang sama besarnya di Indonesia. Kota ini juga lebih aman dibandingkan kota lainnya. Kota ini lebih kaya ragam budayanya dibanding kota lainnya yang sejenis.
Contoh kedua :
Secara ekonomi, kota ini sangat kondusif untuk berbisnis. Secara budaya, kota ini amat kaya akan ragam budaya etnis. Penduduknya relatif terbuka terhadap unsur etnis yang berbeda-beda dan yang memperkayanya. Secara geografis, kota ini terletak di daerah yang relatif tinggi, namun tidak terlalu tinggi yang membuat badan kami membeku seperti es. Artinya, kota ini relatif sejuk. Itulah antara lain tiga hal yang membuat kami merasa amat kerasan tinggal di kota Bandung ini. Contoh ketiga :
8
Faktor ekonomi, faktor budaya, dan faktor geografislah yang membuat kami amat kerasan tinggal di kota Paris Van Java ini. Secara ekonomis kami merasa amat mudah mencari sesuap nasi di kota ini. Asal kreatif hampir semua hal bisa dijadikan mata pencaharian. Secara budaya kami juga mudah diterima lingkungan masyarakat Sunda, sekalipun kami berasal dari tanah Karo yang terbuka benar kebudayaannya dengan mereka. Mereka amat terbuka menerima pendatang dari mana pun. Secara geografis, kami tidak terlalu kaget dengan hawa kota Bandung yang sejuk, malah kami merasa amat nyaman dibuatnya. Itulah tiga faktor yang membuat kami lagi-lagi amat kerasan tinggal di kota Bandung: faktor ekonomi, faktor budaya, dan faktor geografis. Contoh keempat :
Tiba-tiba langit kota Bandung berubah menjadi gelap gulita. Petir menyambar-nyambar. Angin menderu amat kencang. Listrik mati mendadak. Hujan datang mengguyur amat tiba-tiba. Orang berlarian mencari perlindungan. Klakson berbagai kendaraan berbunyi serempak. Mobil-motor saling bertubrukan. Para sopir saling memaki di antara mereka. Pak polisi kebingungan menertibkan keadaan. Nyata benar kan perbedaan antara paragraf deduktif, paragraf
induktif, paragraf deduktif – induktif, dan paragraf tersebar? Kalau belum
ketemu, perhatikan sekali lagi tulisan italik pada masing-masing contoh,
kecualai pada contoh terakhir yang tanpa italik meninjukkan bahwa
memang gagasan utama paragraf tersebut memang tersebar.
Sekarang kita sampailah pada hal yang teraskhir untuk pertemuan
ini yaitu soal jenis tulisan. Ikutilah uraian berikut.
Sebuah tulisan, ragamnya, amat ditentukan oleh paragraf-paragraf
yang membentuknya. Bila secara dominan tulisan itu dibentuk oleh
paragraf-paragraf deskripsi, maka tulisan tersebut disebut sebagai tulisan
deskripsi. Bila paragraf-paragraf eksposisi mendominasi sebuah tulisan,
maka tulisan tersebut kita kategorikan sebagai sebuah tulisan eksposisi.
Bila paragraf-paragraf yang mendominasi sebuah tulisan berupa usaha
meyakinkan pembacanya bahwa benar apa yang dikemukakan
9
penulisannya, maka tulisan itu termasuk ke dalam tulisan argumentasi.
Sedangkan bila lebih banyak rentetan peristiwa yang mendominasi
sebuah tulisan, artinya tulisan itu adalah tulisan narasi.
Sekalipun demikian, harus diingat bahwa dalam sebuah tulisan
narasi tidak berarti tidak ada paragraf deskripsi, paragraf eksposisi,
bahkan paragraf argumentasi. Ketiga jenis paragraf (mungkin tidak
keseluruhannya ada secara serempak) seringkali bisa menjadi alat narasi,
bahkan memperkaya sebuah narasi. Demikian pula untuk jenis karangan
lainnya.
III. SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF
Sebuah paragraf yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1) Kesatuan yaitu semua kalimat yang membina paragraf itu secara
bersama-sama menyatakan satu hal;
2) Koherensi yaitu kekompakan hubungan antara kalimat dengan
kalimat yang lain yang membentuk paragraf tersebut;
3) Mengikuti pengembangan paragraf tertentu.
Kesatuan paragraf ditunjukkan oleh adanya kalimat utama atau
kalimat pokok dengan kalimat penjelas. Kalimat utama berfungsi sebagai
petunjuk gagasan utama. Sedangkan kalimat penjelas berfungsi
memperjelas gagasan yang terdapat pada kalimat utama. Hal ini berkaitan
dengan letak kalimat utama dalam sebuah paragraf (perhatikan uraian
tentang jenis paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya, pembagian
sebelumnya).
10
Sementara itu, koherensi atau kepaduan paragraf seringkali
ditunjukkan dengan adanya penggunaan hal-hal berikut. Pertama,
penggunaan reetisi. Repetisi ini berfungsi untuk menjaga kepaduan
paragraf. Pengulangan ini juga merupakan petunjuk bahwa kata-kata
yang diulang tadi merupakan kata kunci. Perhatikan contoh berikut.
Di dalam hidupnya, manusia membutuhkan kasih sayang. Kasih sayang itu dibutuhkan untuk menjaga harmoni hidup. Tanpa kasih sayang di antara sesama manusia, hidup manusia akan seperti binatang belaka. Pengulangan kata manusia dan frase sayang selain berfungsi
menjaga kepaduan paragraf, juga berfungsi menekankan betapa
pentingnya kasih sayang dalam hidup manusia. Penekanan itu dilakukan
dengan repetisi sebagai sarananya.
Sarana kedua yang menjaga kepaduan atau koherensi sebuah
paragraf adalah penggunaan kata ganti. Kata ganti juga berfungsi
menghindari kemonotonan kalimat. Dengan kata lain, agar kalimat-
kalimat tersebut lebih bervariasi. Perhatikan contoh berikut.
Lukman dan Rumi adalah dua kakak beradik. Mereka tinggal di sebuah komplek perumahan di Bandung Timur. Keduanya hidup rukun, Mereka pergi ke sekolahselalu bersama-sama. Orang tua mereka sangat bahagia melihat keduanya. Penggunaan kata mereka dan keduanya secara bergantian dan secara
bervariasi menggantikan frase Lukman dan Rumi. Bayangkan bila
penggunaan frase tersebut diulang-ulang. Sungguh membosankan dan
kebosanan itu disebabkan karena tiadanya kepaduan paragraf.
Sarana ketiga untuk menjaga kepaduan sebuah paragraf adalah
penggunaan kata transisi (meliputi juga frase transisi). Kata transisi ini
berfungsi sebagai penghubung atau katalisator antara antara satu kalimat
dengan kalimat lain, antara satu gagasan dengan gagasan lain. Perhatikan
contoh berikut.
11
Dalam hidup manusia selalu ada kebahagiaan dan kesedihan. Kedua hal itu datang silih berganti. Seperti siang dan malam. Kebahagiaan selalu diharap-harap datangnya. Seperti halnya kebahagiaan, kesedihan datang juga walaupun tidak kita harapkan. Ringkasnya, keduanya datang silih berganti. Perhatikan kata atau frase yang ditulis italik/miring paragraf
contoh tersebut. Bagaimana menurut Anda kalau kata transisi atau frase
transisi itu tidak ada ? Tidak padu paragrafnya, bukan?
Gorys Kerap (1982a: 80-81) mengemukakan ada beberapa jenis kata
transisi atau frase transisi. Secara rinci hal itu sebagai berikut.
1) Hubungan yang menyatakan tambahan kepada sesuatu yang telah
disebut sebelumnya: lebih lagi, tambahan (pula), selanjutnya, di
samping itu, dan, lalu, seperti halnya, juga, lagi (pula), berikutnya,
kedua, ketiga, akhirnya, tambahan lagi, demikian juga.
2) Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang telah
disebut lebih dahulu: tetapi, namun, bagaimanapun, juga, walaupun
demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun.
3) Hubungan yang menyatakan perbandingan: sama halnya, seperti,
dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebagaimana.
4) Hubungan yang menyatakan akibat atau hasil: sebab itu, oleh sebab itu,
oleh karena itu, karena itu , jadi, maka, akibatnya.
5) Hubungan yang menyatakan tujuan: untukmaksud itu, untuk maksud
tersebut, supaya.
6) Hubungan yang menyatakan singkatan, contoh, intensifikasi: singkatnya,
ringkasnya, secara singkat, pendeknya, pada umumnya, seperti sudah
dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, yaitu, sesungguhnya.
7) Hubungan yang menyatakan waktu: sementara itu, segera, beberapa
saat kemudian, sesudah, kemudian.
8) Hubungan yang menyatakan tempat: di sini, di situ, dekat, di seberang,
berdekatan dengan, berdampingan dengan.
12
IV. PENGEMBANGAN PARAGRAF
Yang dimaksud dengan pengembangan alinea adalah usaha
penulis untuk merinci gagasan utama ke dalam gagasan penjelas-gagasan
penjelas kemudian, mengurutkan gagasan penjelasan-penjelasan ke dalam
urutan yang runtut.
Terdapat sepuluh metode pengembangan paragraf. Kesepuluh
metode tersebut sebagai berikut .
Pertama, metode klimak-antiklimaks. Metode ini meliputi metode
klimaks dan metode antiklimaks. Metode klimaks adalah metode atau
cara penilis mengembangkan gagasannya mulai dari hal-hal yang paling
rendah tingkatannya berangsur-angsur menuju ke hal yang paling tinggi
tingkatannya. Perhatikan contoh berikut.
Si Uho, tukang beca memerlukan cinta. Pak Bakar yang pedagang juga memerlukan cinta. Pak Lurah juga memerlukan cinta. Pak Amr, guru sekolah juga memrlukan cinta . Pak Bupati pun memrrlukan cinta. Demikian juga, bapak Gubernur, ia memerlukan cinta. Bahkan Ibu Presiden pun memerlukan cinta. Semua memerlukan cinta, tidak ada kecuali.
Si Uho, Pak Bakar, pak Lurah, Pak Amir, Pak Bupati, Bapak
gubernur, dan Ibu Presiden adalah gambaran meningkatnya strata sosial
yang paling rendah berangsur-angsutr menuju strata sosial yang paling
tinggi (Si Uho- Ibu Presiden). Cara ini yang harus diperhatikan terutama
adalah perkara peningkatan berangsur-angsur. Dengan demikian, cara ini
juga menggambarkan betapa gagasan utama itu dikembangkan secara
berangsur-angsur menaik atau meninggi.
Sedangkan metode antiklimaks adalah cara penulis
mengembangkan gagasannya mulai dari tingkatan yang paling tinggi
berangsur-angsur menuju ke hal yang paling rendah. Perhatikan contoh
berikut.
13
Kakek memakai baju baru ketika lebaran itu. Ayah ibu juga memakai baju baru. Kakak-kakakkujuga memakai baju baru juga. Aku juga memakai baju baru hadiah dari ibu karena puasaku tamat. Bahkan adik juga memakai baju baru juga.
Kakek, ayah, ibu, kakak-kakakku, aku, dan adik adalah contoh
antiklimaks. Urutan dari kakek sampai ke adik merupakan urutan dari
tingkatan paling atas (dalam konteks itu) berangsur-angsur menuju ke
tingkatan paling bawah yaitu adik.
Kedua, metode pandangan adalah cara penulis mengembangkan
gagasannya dengan memposisikan dirinya pada suatu tempat atau posisi
tertentu dalam memandang sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa yang konkret
juga sesuatu yang abstrak. Perhatikan contoh berikut.
Dari lotengnya, ia memandang ke kejauhan. Nun di bawah terhampar kota Bandung yang luas. Di tengah-tengah kota itu tampak alun-alun kota Bandung lengkap dengan mesjid agungnya. Di sebelah utaranya tampak gedung menara BRI. Di sekitarnya tampak berbagai pusat perbelanjaan mulai dari pasar tradisional hingga ke pusat perbelanjaan modern seperti pasar swalayan dan sejenisnya. Tampak benar bedanya dengan keadaan dua puluh lima tahun yang lalu ketika ia masih kecil. Ketika itu ia masih bisa berkeliling alun-alun dan sekitarnya hanya dengan menunggang delman. Keadaan alun-alun waktu itu masih amat lengang dan leluasa tidak seperti sekarang yang hiruk pikuk, padat oleh bangunan bertingkat dan kendaraan bermotor, bukan kendaraan sejenis delman.
Perhatikan bagian awal paragraf yang menggambarkan suasana
alun-alun pada masa kini. Sedangkan bagian berikutnya merupakan
pandangan penulis tentang keadaan alun-alun pada masa lalu.
Ketiga, metode perbandingan dan pertentangan yaitu cara penulis
mengembangkan gagasannya dengan menunjukkan persamaan atau
perbedaan mengenai dua hal, dua orang, dua objek atau dua gagasan
berdasarkan segi-segi tertentu. Perhatikan contoh berikut.
14
Pendidikan yang berlangsung di rumah dengan pendidikan yang berlangsung di sekolah amat berbeda. Di sekolah kurikulumnya jelas, sedangkan di rumah bisa dikatakan tidak memiliki kurikulum. Bila di rumah tidak ada bahan pembelajaran yang eksplisit, maka di sekolah bahan pembelqajaran itu harus eksplisit dan disusun secara berencana. Bila di sekolah ada ujian atau tes, di rumah tidak ada hal semacam itu. Evaluasi bisa dilakukan dengan cara orang tua menegur anak-anak ketika mereka bersalah.
Tampak betul bukan segi-segi yang diperbandingkan dan
dipertentangkan/ Pertama, yang diperbandingkan dan dipertentangkan
adalah soal kurikulum. Kedua, soal, bahan pembelajaran. Ketiga, soal
evaluasi. Mungkin masih banyak yang bisa diperbandingkan dan
dipertentangkan. Keluasan dan kedalaman perbandingan dan
pertentangan itu sangat tergantung dari kedalaman dan keluasan
wawasan penulis.
15
V. PENGEMBANGAN PARAGRAF
(Lanjutan I)
Keempat, metode analogi yaitu cara penulis mengembangkan
gagasannya dengan membandingkan segi kesamaan dari dua hal yang
berbeda sebagai sebuah ilustrasi. Analogi seringkali digunakan untuk
membendingkan hal yang tidak atau kurang dikenal digunakan untuk
membandingkan hal yang tidak atau kurang dikenal umum dengan
sesuatu yang sudah dikenal umum. Tujuannya untuk memperkenalkan
sesuatu yang kurang atau belum dikenal kepada khalayak. Perhatikan
contoh berikut.
Teknik penceritaan dalam sastra modern bisa dianalogikan atau disamakan dengan cara kita bercerita kepada siapapun dalam suasana lisan. Ada kalanya kita memaparkan peristiwa, mdan ada kalanya kita mengalihkan pikiran tokoh yang kita ceritakan seolah-olah itu pikiran kita yang bercerita. Dalam sastra modern pun demikian pula. Ada teknik yang disebut wicara yang dilaporkan berupa dialog-dialog tokoh. Ada teknik wicara yang dinarasikan yaitu ketika pencerita memaparkan peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh. Ada pula teknik wicara alihan yaitu ketika pencerita mengalihkan wicara tokoh seolah-olah wicaranya sendiri.
16
Perhatikanlah bagaimana teknik penceritaan sastra modern
disamakan dengan cara kita bercerita dalam bahasa lisan dalam
kehidupan sehari-hari. Harus diingat analog adalah cara penulis
‘memaparkan’ persoalan agar pembaca lebih memahami apa yang
dipaparkannya.
Kelima, metode contoh yaitu cara penulis me4ngembangkan
gagasannya dengan cara mengemukakan sebuah contoh ut6 menjelaskan
hal-hal umum atau generalisasi. Perhatikan contoh berikut.
Penerapan teknologi itu harus diiringi pula oleh usaha mempersiapkan mental para pemakainya. Contohnya penggunaan boks telepon umum. Karena masyarakat kita belum siap atau belum memiliki kesadaran yang baik, boks telepon umum itu seringkali mereka pakai untuk buang air kecil atau kencing. Mungkin saja kita bisa memahami mereka karena kebelet pipis, tetapi kenapa harus kencing di boks telepon umum ?
Sederhana bukan? Contoh terutama digunakan untuk
mengkongkretkan persoalan. Contoh juga digunakan agar pembaca lebih
mudah memahami gagasan umum penulisannya.
Keenam, metode proses yaitu cara penulis mengembangkan
gagasannya dengan mengurutkan tindakan-tindakan atau perbuatan-
perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau urutan
dari suatu kejadian atau peristiwa. Hal yang harus dilakukan penulis
ialah pertama, mengetahui rincian secara menyeluruh; kedua,
mengklasifikasikan proses sesuatu itu atas tahap-tahap; dan ketiga,
menjelaskan tiap tahap secara detil dan tegas agar pembaca melihat
keseluruhan proses dengan jelas. Perhatikan contoh berikut.
Kecelakaan itu secara kronologis prosesnya sebagai berikut. Pertama, lampu stopan itu sudah menyala merah, tetapi supir sngkutan kota yang kami tumpangi itu tetap menerobotnya. Kedua, kami pun berusaha memperingatkan dengan berbagai cara, tetapi ia tidak menghiraukannya. Ketiga, dengan tiba-tiba fari arah
17
berlawanan ada sedan mau belok kiri, karena sedang itu dalam kecepatan tinggi lajunya, tidak bisa dihindari lagi tubrukan itupun terjasilah. Andai saja sedan itu tidak melaju dengan kencang, kendaraan itu bisa berhenti seperti kendaraan lainnya, sekalipun ia harus menyumpah-serapahi pengemudi angkot yang sembrono itu. Terakhir, aku tidak sadar setelah terjadi tubrukan itu, tahu-tahu aku sudah di rumah sakit bersama penumpang lainnya. Kami semua luka-luka.
Perhatikanlah urutan dari awal hingga akhir kecelakaan itu.
Penulis bersama penumpang lain menggambarkannya secara detil, hingga
ia dan sesama penumpang harus dirawat.
Ketujuh, metode sebab-akibat yaitu cara penulis mengembangkan
gagasannya dengan mengemukakan rincian-rincian berupa akibat sesuatu
sebab. Sebab sesuatu sebagai gagasan utamanya, akibat sebagai gagasan
penjelasnya. Perhatikan contoh berikut.
Anak-anak itu malas bekerja. Dapatkah mereka bertahan dalam kemalasan? Ketika mereka lapar. Karena mereka malas bekerja, mereka mencuri jemuran orang. Mereka jual pakaian orang dengan harga yang sangat murah. Keruan saja pembelinya curiga, tapi dibelinya juga seba tindakan pura-pura. Sementara ia menelepon polisi, para pencoleng itu makan di warung dengan enaknya. Ketika mereka selesai makan, polisi sudah menjemput mereka dengan brogol di tangan kanan dan pakaian orang di tangan kiri. Mereka tidak bisa mengelak.
Karena malas bekerja sebagai sebab mengakibatkan mereka mencuri
jemuran orang. Karena itu mereka ditankap dan ditahan Polisi. Dari satu
sebab memang bisa mengakibatkan beberapa hal.
Selain metode sebab-akibat, bisa juga dilakukan sebaliknya yaitu
metode akibat-sebab. Sebab digunakan sebagai rinciannya, sementara itu
akibat sebagai gagasan utamanya. Contohnya sebagai berikut.
Mereka kini mendekam di penjara. Pertama, mereka mabuk-mabuk di tempat umum. Kedua, mereka membuat keributan di tempat umum. Ketiga, mereka membunuh orang-orang secara membabi buta. Terakhir, mereka melawan petugas ketika ditangkap. Itulah sebab-sebab mereka di penjara seumur hidup.
18
Jelas betul perbedaannya dengan metode sebab-akibat, bukan? Ini
memang kebalikan dari metode sebab-akibat.
VI. PENGEMBANGAN PARAGRAF
(Lanjutan II)
Kedelapan, metode umum-khusus yaitu cara penulis
mengembangkan gagasannya dari hal-hal umum ke hal-hal khusus
sebagai rinciannya. Perhatikan. Perhatikan contoh berikut.
Anak-anak suka benar gula-gula. Mereka berusaha dengan berbagai cara. Kadang-kadang mereka sembunyi-sembunyi dari orang tuanya. Kadang-kadang pula mereka lupa bahwa mereka sembunyi-sembunyi, padahal sisa gula-gula itu masih menempel pada gigi mereka. Serinkali mereka juga lupa menyimpan gula-gula itu di saku bajunya.
Kalimat kedua dan seterusnya merupakan rincian betapa anak-
anak suka pada gula-gula. Itulah metode umum-khisis. Kebalikan dari
metode ini yaitu metode khusus-umum. Ikutilah contoh berikut.
Mereka senang sekali bermain bola sepak. Mereka kadang-kadang bermain seharian, lupa makan, tidur siang. Mereka juga senang membaca carita. Itulah dunia anak-anak, dunia bermain.
Itulah dunia anak-anak, dunia bermain, merupakan simpulan atau hal
umum dari hal-hal khusus yang merupakan rinciannya. Marilah kita
beralih ke metode lainnya.
19
Kesembilan, metode klasifikasi yaitu cara penulis mengembangkan
gagasannya dengan mengelompokkan hal-hal atau benda-benda yang
dianggap memiliki persamaan. Kerja klasifikasi terutama mempersatukan
sesuatu yang sama dan memisahkan hal yang beda, baru
mengelompokkannya ke dalam hal yang sama. Ikutilah contoh berikut.
Perhatikan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan di
dalamnya.
Berdasarkan kecerdasannya, manusia dibagi atas empat kelompok. Pertama, manusia yang jenius. Kelompok ini sangat jauh melampaui manusia yang rata-rata. Kedua, orang-orang panda. Kelompok ini satu tingkat di atas kelompok rata-rata. Ketiga, kelompok rata-rata, yaitu kelompok yang kepandaiannya biasa-biasa. Kelompok terakhir yaitu kelompok lambat, yaitu kelompok manusia yang kepandaiannya di bawah rata-rata.
Tampak benar berbagai kelompok kecerdasan itu masuk
kelomponya karena memiliki kecerdasan yang sama. Sedangkan yang
berbeda tingkat kecedasannya dipisahkan, kemudian dikelompokkan
dengan mereka yang memiliki tingkat kecerdasan yang sama.
Metode pengembangan paragraf yang terakhir adalah metode
definisi luas yaitu cara penulis mengembangkan gagasannya dengan
memberi keterangan atau arti suatu istilah. Bila definisi cukup satu
kalimat, maka definisi luas harus dalam satu paragraf. Perhatikan contoh
berikut.
Karya sastra adalah ekspresi artistik manusia dengan menggunakan bahasa. Tidak semua artistik menggunakan bahasa, juga tidak semua ekspresi yang menggunakan bahasa adalah sastar. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan sastra atau karya sastra harus selalu dikaitkan antara ekspresi artistik di satu pihak dan dikaitkan antara ekspresi artistik di satu pihak dan penggunaan media bahasa di pihak lainnya. Dengan demikian, kita akan beroelh pemahaman yang benar.
20
Itulah definisi luas yang memang lebih luas daripada definisi
formal. Definisi luas juga merupakan perluasan dari definisi formal.
VII. PRA-MENULIS DAN KERANGKA KARANGAN
Kegiatan menulis sesungguhnya merupakan proses panjang yang
dimulai dengan kegiatan pramenulis hingga diakhiri kegitan menulis
kembali. Pada bagian ini akan dirinci apa yang harus dilakukan pada
kegiatan pramenulis itu.
Kegiatan pramenulis meliputi dua kegiatan. Pertama, kegiatan
membaca bahan-bahan yang relevan dengan topik yang akan kita tulis.
Kedua, kegiatan merencanakan tulisan yang mau kita susun/ tulis.
Kegiatan membaca bahan-bahan yang relevan akan mudah terarah
bila kita sudah memiliki topik yang akan kita tulis. Makin spesifik topik
yang akan kita tulis, makin terarah kegiatan membaca bahan-bahan yang
relevan itu. Semakin kabur topik yang akan kita tulis, makin tidak terarah
kegiatan membaca bahan yang relevan kita lakukan. Sesungguhnya kedua
kegiatan pramenulis ini amat menuntut keluasan pengalaman membaca
kita sebagai penulis.
Bagaimanapun kedua kegiatan pramenulis ini saling berinteraksi
satu sama lain. Dengan kata lain, resi prokal. Rencana karangan yang
21
akan kita tulis sangat tergantung kepada kegiatan membaca yang relevan
tadi. Demikian pula kegiatan membaca bahan yang relevan amat
tergantung kepada rencana karangan yang akan kita tulis. Misalnya kita
menemukan ide yang cemerlang berdasarkan bacaan tadi, maka bisa saja
kita mengubah, memperbaiki, mengurangi, menambah rencana yang
sudah ditentukan semula. Itu lebih bagus. Kemudian kita pun mengubah
kembali rencana karangan. Berdasarkan rencana karangan itulah kita
dapat mencari bahan bacaan yang relevan. Demikianlah bolak-nalik terus
menerus antara membaca bahan yang relevan dengan menulis rencana
karangan, sampai kita benar-benar merasa cukup tidak lagi memperbaiki
rencana karangan. Paling-paling yang kita lakukan bersiap-siap menulis
berdasarkan rencana karangan yang sudah kita susun.
Untuk menyusun sebuah rencana karangan yang baik, kita harus
mengikuti langkah berikut. Pertama, tentukan dulu judul karangan yang
akan kita tulis secara spesifik. Kedua, inventarisasi ide apapun yang
muncul berkenaan judul yang spesifik tadi. Ketika meninventarisasi ide
itu jangan sekali-kali kita mengoreksinya. Itu akan memperlambat
pekerjaan kita. Setelah kita anggap cukup, berhentilah menginventarisasi
ide. Koreksilah ide-ide itu berdasarkan relevansinya dengan judul yang
akan kita tulis sebagai langkah ketiga. Keempa, kelompokkanlah ide-ide
yang sudah terkoreksi itu berdasarkan klasifikasi tertentu. Dengan
demikian, kita sudah memberi judul untuk ide-ide yang sejenis tadi.
Terakhir urutkanlah pengelompokkan tersebut berdasarkan urutan yang
benar. Dengan demikian, jadilah sebuah kerangka karangan. Bacalah
bahan-bahan yang relevan berdasarkan kerangkan tersebut. Jangan bosan
memperbaiki rencana karangan itu berdasarkan penelusuran bahan
bacaan. Dengan demikian, rencana karangan itu relatif spesifik dan
mendalam.
22
VIII. MENULIS, MENYUNTING, DAN MENULIS KEMBALI
Setelah kita siap benar dengan rencana karangan, kita sudah siap
menulis. Menulislah berdasarkan kerangka itu. Namun demikian, bila di
tengah perjalanan kita menemukan ide cemerlang dan relevan dengan
tulisan yang sedang kita tulis itu, tambahkanlah. Namun harus diingat,
selama masih relevan dengan rencana dan memiliki dampak membuat
tulisan kita makin mendalam hal itu baru boleh dilakukan.
Sekali-sekali janganlah sambil kita menulis kita mengoreksi
karangan/ tulisan kita. Hal itu akan memperlambat pekerjaan kita.
Konsentrasilah penuh hanya pada tulisan yang sedang kita tulis.
Konsentrasi kita teruji benar bila apapun gangguan yang menggoda kita
kit6a masih bisa berkonsentrasi pada tulisan kita. Setelah kita selesai
menulis, barulah kita memasuki tahap berikutnya, yaitu tahap
penyuntingan.
Secara sederhana tahap penyuntingan ditujukan kepada dua hal.
Pertama, pada isi karangan/tulisan yang baru kita tulis. Kedua, pada
persoalan tatatulis atau ejaan yang kita pergunakan.
23
Penyuntingan terhadap isi karangan/tulisan tertuju kepada tiga
hal. Pertama, pada pengembangan paragraf yang kita pergunakan dalam
tulisan itu. Pertanyaan yang bisa kita ajukan: benarkah?, bervariasikah/
Kedua, pada persoalan koherensi atau kepaduan keseluruhan
paragrafnya. Ketiga pada persoalan kohesivitas atau kesatuan paragraf-
paragrafnya. Gunakanlah tinta yang warnanya berbeda dengan warna
tinta yang kita gunakan untuk menulis agar kegiatan penyuntingan yang
kita lakukan tampak hasilnya secara jelas.
Penyuntingan terhadap tatatulis kita lakukan dengan tinta yang
berbeda pula. Bila kita ragu, bukalah buku pedoman ejaan dari pihak
yang memiliki otoritas. Tandailah kesalahan-kesalahan itu secara jelas.
Bentuk tandanya terserah kita. Periksa kembali sudahkah kita paham di
mana kita melakukan kesalahan dan memperbaikinya. Berilah catatan
perbaikan itu (isi dan ejaan) di dekat tulisan yang kita perbaiki.
Tahap berikutnya yaitu menulis kembali. Lakukanlah kegiatan ini
setelah kita yakin benar bahwa kesalahan isi dan tatatulis sudah kita
perbaiki. Menulislah dengan teliti karena ketelitian itu akan
mereferensikan pemiliknya.