1. bab iii. metode penelitian - abstrak.ta.uns.ac.id · yang disusun menggunakan skala guttman...
TRANSCRIPT
35
1. BAB III. METODE PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian berada pada 2 desa yang terletak di DAS Cokroyasan, yaitu di
Desa Ngaglik Kecamatan Gebang dan Desa Harjobinangun Kecamatan Grabag
Kabupaten Purworejo. Peta tempat penelitian dapat dilihat pada Gambar 6 sampai
dengan Gambar 10. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari - April 2015.
B. Tata Laksana Penelitian
1. Jenis dan Perancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Mely G. Tan
dalam Silalahi (2012) menyatakan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan
menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok
tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi
adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat.
Penelitian deskriptif bisa digunakan baik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian (tidak berhipotesis) dan menguji hipotesis (berhipotesis).
Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan secara sistematik, akurat, dan karakteristik mengenai populasi atau
mengenai bidang tertentu. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif
sehingga tidak bermaksud untuk mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat
prediksi atau pun mencari implikasi. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang
menekankan analisisnya pada data angka yang diolah dengan metode statistika tertentu.
Dengan kata lain, penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif jika data yang
digunakan bersifat angka (Azwar, 2013).
Penelitian kuantitatif merupakan sebuah penyelidikan tentang masalah sosial
berdasarkan pada pengujian sebuah teori yang terdiri dari variabel-variabel, diukur
dengan angka, dan dianalisis dengan prosedur statistik untuk menentukan apakah
generalisasi prediktif teori tersebut benar (Silalahi, 2012).
36
Gambar 1. Peta DAS Cokroyasan
37
Gambar 2. Peta Kecamatan Gebang
38
Gambar 3. Lokasi Desa Ngaglik di Kecamatan Gebang
39
Gambar 4. Peta Kecamatan Grabag
40
Gambar 5. Lokasi Desa Harjobinangun di Kecamatan Grabag
41
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara tidak acak
(non probability) dengan metode purposive sampling atau kadang disebut judgement
sampling. Purposive sampling merupakan pemilihan subyek (orang-orang terpilih) yang
ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan (Silalahi, 2012)
atau teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013).
Kriteria sampel pada penelitian ini adalah hanya petani lahan tadah hujan dengan
komoditas tanaman pangan (padi, jagung, kacang hijau, kacang tanah, kedelai, ubi kayu
dan ubi jalar) dan hortikultura (mentimun, oyong, pare, terong, cabai, pare, tomat,
semangka, melon, kacang panjang dll) dengan pengalaman bertani minimal 30 tahun
yang dijadikan sampel.
Populasi petani lahan tadah hujan di Desa Ngaglik Kecamatan Gebang sebanyak
260 petani dan Desa Harjobinangun Kecamatan Grabag sebanyak 336 petani. Total
jumlah petani lahan tadah hujan di dua desa tersebut adalah 596 petani. Ukuran sampel
diambil 20% dari total jumlah petani di dua desa yaitu 120 sampel. Sampel untuk
masing-masing desa diperoleh dengan pembagian secara proporsional, Desa Ngaglik
Kecamatan Gebang sebanyak 52 sampel petani dan Desa Harjobinangun Kecamatan
Grabag sebanyak 68 sampel petani.
Arikunto (2010) menyatakan bahwa dalam pengambilan sampel untuk penelitian
jika subyeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semua, jika subyeknya besar
atau lebih besar dari 100 orang dapat diambil 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih.
Menurut Silalahi (2012), pada penelitian deskriptif sampel 10% dari populasi dianggap
sebagai jumlah yang paling minimal.
42
3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Penelitian dengan judul “Pengaruh Perubahan iklim terhadap Adaptasi Petani
Lahan Tadah Hujan dalam Memenuhi Kebutuhan Air Tanaman di Sebagian DAS
Cokroyasan Jawa Tengah”, terdiri dari variabel :
a. Variabel independen/bebas (X) adalah perubahan iklim dan faktor-faktor yang
mempengaruhi adaptasi petani lahan tadah hujan terhadap perubahan iklim dalam
memenuhi kebutuhan air tanaman, yaitu pengetahuan dan penguasaan teknologi
usahatani, kemampuan permodalan, keterampilan manajerial, ketersediaan
infrastruktur dan paket-paket teknologi inovatif serta kelembagaan.
b. Variabel dependen/terikat (Y) adalah adaptasi petani lahan tadah hujan dalam
memenuhi kebutuhan air tanaman.
Menurut Sugiyono (2012) variabel bebas/independen adalah merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen. Variabel terikat/tidak bebas/dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian adalah :
a. Perubahan iklim adalah perubahan yang disebabkan secara langsung atau tidak
langsung oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan komposisi atmosfer
secara global dan selain itu juga perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati
pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.
b. Adaptasi petani lahan tadah hujan terhadap perubahan iklim adalah mekanisme
respon/upaya penyesuaian diri petani lahan tadah hujan untuk meningkatkan daya
tahan meminimalkan dampak negatif perubahan iklim dengan cara mengeksploitasi
peluang-peluang yang mendatangkan manfaat kegiatan usahataninya.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi petani lahan tadah hujan terhadap
perubahan iklim adalah faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme
respon/penyesuaian diri petani terhadap perubahan iklim yang meliputi:
pengetahuan dan penguasaan teknologi usahatani, kemampuan permodalan, dan
keterampilan manajerial, sedangkan faktor pendukung/eksternal terpenting adalah
ketersediaan infrastruktur dan paket-paket teknologi inovatif, serta kelembagaan.
43
4. Sumber Data
a. Data primer
Data primer diperoleh dari survei melalui wawancara terstruktur (kuesioner)
dengan responden terpilih berdasarkan batasan dalam populasi dan sampel.
b. Data sekunder
1) Data klimatologi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Propinsi
Semarang, Dinas Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten
Purworejo.
2) Data kependudukan, peta topografi dan peta penggunaan lahan dari Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Purworejo.
3) Data pertanian dari Dinas Pertanian Peternakan Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Purworejo.
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Metode Pengumpulan Data
1) Wawancara Terstruktur
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan (Moleong, 2004). Individu
sasaran wawancara untuk mendapatkan data dari individu-individu tertentu untuk
keperluan informasi disebut informan dan individu sasaran wawancara untuk
mendapatkan keterangan tentang diri pribadi, pendirian atau pandangan individu yang
diwawancarai disebut responden (Koentjaraningrat, 1991).
Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan pedoman
wawancara yang disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.
Pengumpul data dalam wawancara terstruktur menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan alternatif jawaban yang telah disiapkan atau biasa
disebut kuisioner. Setiap responden diberikan pertanyaan yang sama dan tidak boleh
menyimpang (Widoyoko, 2012).
44
Wawancara terstruktur dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
perubahan iklim yang dirasakan petani dan mengidentifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi adaptasi petani terhadap perubahan iklim dalam rangka memenuhi
kebutuhan air tanaman serta untuk menganalisis strategi adaptasinya.
2) Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang nampak dalam
suatu gejala pada objek penelitian. Unsur-unsur yang nampak merupakan data atau
informasi yang harus diamati atau dicatat secara benar dan lengkap (Widoyoko, 2012).
Observasi atau pengamatan secara langsung ke lahan tadah hujan petani pada penelitian
ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku petani dalan
berusahatani dan pola adaptasi yang petani terhadap perubahan iklim dalam memenuhi
kebutuhan air tanaman.
b. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam
maupun sosial yang diamati (Sugiono, 2012). Instrumen penelitian yang digunakan
adalah instrumen non tes yaitu panduan wawancara (structured interview) berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan alternatif jawaban yang telah disiapkan atau biasa
disebut kuisioner. Kuesioner tersebut diisi oleh pewawancara (interviewer). Kuesioner
yang disusun menggunakan skala Guttman dengan model pilihan berganda. Skala
pengukuran Guttman memberikan jawaban yang tegas dan konsisten, misal : ya dan
tidak, benar dan salah, pernah dan tidak pernah.
c. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dengan tepat mengukur apa
yang hendak diukur, dengan instrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid
juga (Widoyoko, 2013).
Uji validitas suatu instrumen dapat dilakukan dengan membandingkan nilai
kelayakan (r) suatu instrumen dengan nilai r kritis yang ditetapkan, umumnya r kritis
yang digunakan untuk mendefinisikan batas validitas suatu instrumen, yang nilainya
ditetapkan sebesar r = 0,3 (Sugiyono, 2012).
45
Reliabilitas dapat diartikan sebagai kepercayaan, keterandalan, atau konsistensi.
Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila pelaksanaannya dalam beberapa kali
terhadap subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, artinya mempunyai
konsitensi pengukuran yang baik. Sebaliknya, apabila diperoleh suatu hasil yang
berbeda-beda dengan subyek yang sama maka dikatakan inkonsisten. Secara empirik
tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien
reliabilitas. Koefisien reliabilitas berkisar antara 0-1. Semakin tinggi koefisien
reliabilitas (mendekati 1) maka semakin reliable alat ukur tersebut (Sofyan Yamin dan
Heri Kurniawan, 2009).
Harga kritis untuk indeks reliabilitas instrumen adalah 0,7, artinya suatu
instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7
(Kaplan, 1982 dalam Widoyoko, 2013).
Analisis validitas dan reliabilitas instrumen menggunakan bantuan komputer
program SPSS for windows seri.22 (Statistical Package for Social Science.22).
Analisis dilakukan pada 22 butir pertanyaan dengan responden (N) 30 orang. Kuesioner
penelitian tersaji pada Lampiran 1.
Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen penelitian :
Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
No Sasaran Kajian/Variabel Sub Variabel Indikator No. Butir
1. Kondisi Iklim a. Perubahan iklim
yang dirasakan
petani lahan tadah
hujan
1) Pergeseran musim
2) Perubahan intensitas hujan
3) Peningkatan suhu udara
4) Cuaca ekstrim
1
2
3
4
b. Perubahan
Ketersediaan Air
Perubahan Ketersediaan air 5
2 Bentuk adaptasi petani lahan tadah hujan
terhadap perubahan
iklim dalam memenuhi
kebutuhan air tanaman
Konservasi lahan dan pengelolaan air
1) Praktik Konservasi Lahan (vegetatif dan mekanik)
2) Irigasi Suplementer (air
permukaan, air tanah, tetes,
springkler, kombinasi)
3) Panen Air (water harvesting):
embung, dam parit
6
7
8
3 Faktor-faktor yang
mempengaruhi adaptasi
petani lahan tadah hujan
terhadap perubahan
iklim dalam memenuhi
kebutuhan air tanaman
a. Pengetahuan dan
penguasaan
teknologi
1) Pendidikan formal terakhir
2) Keterampilan
(pelatihan/diklat)
3) Akses informasi iklim
9
10
11
b. Kemampuan
permodalan
1) Kepemilikan lahan
2) Kepemilikan ternak
12
13
46
No Sasaran Kajian/Variabel Sub Variabel Indikator No. Butir
3) Pendapatan pertanian
4) Pendapatan non pertanian
5) Tanggungan keluarga
14
15
16
c. Ketersediaan
infrastruktur dan
Paket Teknologi
Inovatif
1) Sumber air
2) Alat dan mesin pertanian
(Alsintan)/Teknologi Inovatif
17
18
d. Keterampilan
manajerial
1) Perencanaan kebutuhan air
2) Pengawasan dan penilaian
19
20
e. Kelembagaan 1) Keanggotaan kelompok tani
2) Peran penyuluh pertanian
21
22
1) Hasil Uji Validitas
Analisis validitas instrumen didasarkan pada korelasi antara skor butir dengan
skor total. Untuk mengetahui besarnya indeks korelasi antara skor butir dengan skor
total dapat dilihat pada Output Item-Total Statistics (Lampiran 2) pada kolom
Corrected Item-Total Correlation. Berikut ini nilai indeks korelasi pada masing-masing
butir terhadap skor total :
Butir nomor 1 (item1) = 0,313
Butir nomor 2 (item2) = 0.517
Butir nomor 3 (item3) = 0.313
Butir nomor 4 (item4) = 0.762
Butir nomor 5 (item5) = 0.858
Butir nomor 6 (item6) = 0.432
Butir nomor 7 (item7) = 0.380
Butir nomor 8 (item8) = 0.623
Butir nomor 9 (item9) = 0.730
Butir nomor 10 (item10) = 0.645
Butir nomor 11 (item11) = 0.390
Butir nomor 12 (item12) = 0.754
Butir nomor 13 (item13) = 0.602
Butir nomor 14 (item14) = 0.841
Butir nomor 15 (item15) = 0.937
Butir nomor 16 (item16) = 0.656
Butir nomor 17 (item17) = 0.839
Butir nomor 18 (item18) = 0.432
Butir nomor 19 (item19) = 0.841
Butir nomor 20 (item20) = 0.937
Butir nomor 21 (item21) = 0.313
Butir nomor 22 (item22) = 0.432
Indeks korelasi terendah adalah 0,313 (butir nomor 1 (item1), butir nomor 3
(item no3), dan butir nomor 21 (item21) dan indeks korelasi tertinggi adalah 0,937
(butir nomor 15 (item15) dan butir nomor 20 (item20).
47
Menurut Arikunto (2010), ada beberapa kriteria validitas, yaitu:
Tabel 2. Intreprestasi Validitas
Nilai r Interprestasi
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
Sumber: Suharsiwi Arikunto, 2010
Berdasarkan kriteria diatas, maka Butir nomor 1 (item1), Butir nomor 3 (item3),
Butir nomor 7 (item7), Butir nomor 11 (item11), dan Butir nomor 21 (item21) memiliki
indeks korelasi yang “rendah”; Butir nomor 2 (item2), Butir nomor 6 (item6), Butir
nomor 18 (item18) dan Butir nomor 22 (item22) memiliki indeks korelasi “cukup”;
Butir nomor 4 (item4), Butir nomor 8 (item8), Butir nomor 9 (item9), Butir nomor 10
(item10), Butir nomor 12 (item12), Butir nomor 13 (item13), dan Butir nomor 16
(item16) memiliki indeks korelasi “tinggi” dan Butir nomor 5 (item5), Butir nomor 14
(item14), Butir nomor 15 (item15), Butir nomor 17 (item17), Butir nomor 19 (item19),
Butir nomor 20 (item20) memiliki indeks korelasi “sangat tinggi”.
Menurut Sugiyono (2012), untuk melakukan uji validitas suatu instrumen dapat
dilakukan dengan membandingkan nilai kelayakan (r) suatu instrumen dengan nilai r
kritis yang ditetapkan, umumnya r kritis yang digunakan untuk mendefinisikan batas
validitas suatu instrumen, yang nilainya ditetapkan sebesar r = 0,3. Semua butir pada
instrumen tes menghasilkan r > 0,3, sehingga sehingga dapat disimpulkan bahwa semua
butir instrumen tes dalam penelitian ini adalah valid.
2) Hasil Uji Reliabilitas
Indeks reliabilitas instrumen dapat dilihat pada output kotak Reliability Statistic
(Lampiran 2), pada baris Cronbach’s Alpha. Baris N of item menunjukkan banyaknya
nomor butir pada instrumen yang bersangkutan. Dengan metode belah dua (masing-
masing belahan 11 butir), belah ke 1 (a) adalah nomor butir 1 sampai dengan butir 11
dan belah ke 2 (b) adalah nomor butir 12 sampai dengan no butir 22. Indeks alpha untuk
belah 1 adalah 0,828 dan belah 2 adalah 0.923.
48
Menurut Arikunto (2010), kriteria reliabilitas, yaitu:
Tabel 3. Interprestasi Reliabilitas
Nilai r Interprestasi
0,81 < r < 1,00 Sangat tinggi
0,61 < r < 0,80 Tinggi
0,41 < r < 0,60 Cukup
0,21 < r < 0,40 Rendah
0,00 < r < 0,20 Sangat Rendah
Berdasarkan hasil uji reliabilitas diperoleh nilai indeks alpha belah 1 adalah
0,828 memiliki indeks reliabilitas “sangat tinggi” dan belah 2 adalah 0.923 memiliki
indeks reliabilitas “sangat tinggi”. Kaplan (1982) dalam Widoyoko (2013) menyatakan
bahwa harga kritis untuk indeks reliabilitas instrumen adalah 0,7. Indeks reliabilitas
pada belah 1 dan 2 pada instrumen tes ini lebih besar dari 0,7 (r>0,7), sehingga dapat
disimpulkan bahwa instrumen tes pada penelitian ini dalam penelitian ini adalah
reliabel.
6. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah proses mentransformasi (menyederhanakan dan
mengorganisir) data mentah ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan dipahami. Proses
pengolahan data dilakukan melalui kegiatan penyuntingan (editing), pengkodean
(coding) dan tabulasi/matrik (tabulation) (Silalahi, 2012), yaitu :
a. Penyuntingan (editing) adalah proses pemeriksaan kembali kualitas data dalam
instrumen, yang meliputi kelengkapan, konsistensi, ketepatan, keseragaman, dan
relevansi.
b. Pengkodean adalah suatu proses pengklasifikasian tanggapan atau jawaban menjadi
kategori yang lebih bermakna. Mengkode berarti memberi angka pada tiap kategori
jawaban (response category) sehingga tiap jawaban yang telah disusun dalam suatu
kategori tertentu memiliki kode tersendiri berupa angka. Kategori lebih bermakna
jika untuk tiap kategori dari tiap jawaban diberi dalam bentuk simbol (biasanya
angka).
c. Tabulasi adalah proses penyusunan data berupa respon ke dalam bentuk tabel.
Tabulasi menjadikan data empiris tampak lebih ringkas. Data ringkas yang disusun
49
dengan baik dalam tabel dapat dibaca dengan mudah dan dianalisis misalnya
distribusi frekuensinya, sebarannya atau variannya
7. Teknik Analisis Data
a. Kondisi Iklim
1) Analisis curah hujan
Untuk mengetahui curah hujan bulanan di Desa Ngaglik Kecamatan Gebang dan
Desa Harjobinangun Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo, dilakukan analisis
dengan metode poligon Thiesen. Metode poligon thiesen didasarkan pada cara-cara
timbang (weight-ed average). Masing-masing penakar/stasiun hujan mempunyai daerah
pengaruh yang dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegaklurus terhadap
garis penghubung antara dua pos penakar. Periode data yang digunakan dibagi menjadi
2 yaitu periode 1990-2001 dan 2002-2013.
2) Analisis bulan basah, bulan lembab dan bulan kering
Kriteria yang digunakan untuk menentukan bulan basah, bulan lembab dan bulan
kering adalah berdasarkan klasifikasi Oldeman. Adapun kriterianya adalah Bulan Basah
(BB) yaitu bulan dengan rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm; Bulan Lembab (BL)
yaitu bulan dengan rata-rata curah hujan 100-200 mm; Bulan Kering (BK) yaitu bulan
dengan rata-rata curah hujan kurang dari 100 mm. Periode data yang digunakan dibagi
menjadi 2 yaitu periode 1990-2001 dan 2002-2013. Pergerakan ketiga bulan tersebut
diperoleh dengan cara membandingkan pola bulan-bulan tersebut selama dua periode
pengamatan.
3) Analisis tipe iklim
Tipe iklim yang digunakan yaitu tipe iklim berdasarkan pengelompokan
Oldeman. Perubahan tipe iklim dapat dilihat pada tiap periode, yaitu periode 1990-2001
dan 2002-2013. Data curah hujan bulanan dalam satu tahun untuk satu periode
dikategorikan termasuk bulan basah, lembab atau kering. Jumlah bulan basah dan
kering untuk satu periode dijumlahkan. Tipe iklim dapat ditentukan berdasarkan
Tabel 2 (Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman Berdasarkan Bulan Basah), Tabel 3
(Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman Berdasarkan Bulan Kering) dan Tabel 4 (Sistem
Klasifikasi Oldeman dan Zona-Zona Agroklimatik).
50
b. Bentuk Adaptasi Petani Lahan Tadah Hujan terhadap Perubahan Iklim dalam
Memenuhi Kebutuhan Air Tanaman
Analisis data dilakukan setelah dilakukan pengolahan data hasil wawancara
terhadap responden. Ada beberapa langkah yang berkaitan dengan pengolahan data dan
analisis data. Langkah-langkah pengolahan data yaitu: memeriksa (editing) pengisian
setiap instrument pengumpulan data, merekap data, pemberian kode atau skor pada
setiap data yang terkumpul di setiap instrumen, setelah itu semua data dipindahkan ke
dalam lembar matrik data. Langkah selanjutnya adalah tabulasi data dengan
menentukan skornya dan terakhir data disajikan dalam table distribusi frekuensi.
Setelah proses pengolahan data selesai, kemudian dilakukan analisis data. Teknis
analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah perhitungan statistik dengan
analisis distribusi frekuensi dan distribusi persentase. Persentase diperoleh dengan
menggunakan rumus :
𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 = 𝒇𝒊
𝒏 𝒙 𝟏𝟎𝟎% ................................................... (1)
Dimana :
fi = frekuensi jawaban
n = jumlah total responden dari kasus
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adaptasi Petani Lahan Tadah Hujan
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi adaptasi petani lahan tadah hujan
terhadap perubahan iklim dalam memenuhi kebutuhan air tanaman adalah faktor
internal dan faktor pendukung eksternal. Faktor internal petani antara lain mencakup
pengetahuan dan penguasaan teknologi usahatani, kemampuan permodalan, dan
keterampilan manajerial, sedangkan faktor pendukung/eksternal terpenting adalah
ketersediaan infrastruktur dan paket-paket teknologi inovatif, serta kelembagaan.
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi adaptasi petani di analisis menggunakan
regresi logistik (logistic Regression). Regresi logistik dapat digunakan untuk memodelkan
hubungan antara dua kategori (binary) variabel hasil (variabel dependen/terikat) dan dua
atau lebih variabel penjelas (variabel independen/bebas). Estimasi model regresi logistik
untuk masing-masing variabel bebas memberikan perkiraan efek variabel tersebut terhadap
51
variabel terikat setelah menyesuaikannya dengan variabel bebas lainnya pada permodelan
tersebut (Roberts, etc, 2007 dalam Yamin S dan Kurniawan H, 2009).
Analisis regresi logistik dilakukan menggunakan program SPSS for windows seri
22 (Statistical Package for Social Science.22) dengan metode Enter. Untuk Metode Enter
harus dilakukan proses dua kali. Pertama, data di run dengan semua variabel untuk
mengetahui variabel mana yang signifikan, setelah itu di run lagi dengan menggunakan
variabel yang signifikan itu.
Interpestasi hasil Output SPSS adalah :
1) Uji Omnibus Tests of Model Coefficients (Uji Serentak)
Uji Omnibus Tests of Model Coefficients adalah uji serentak yang berfungsi
untuk mengetahui signifikansi parameter pada konstanta secara keseluruhan.
Hipotesisnya adalah :
Ho : β1 = β2 = ... = βj = 0
H1 : paling tidak ada satu 𝛽𝑗 ≠ 0
Apabila diperoleh nilai signifikansi lebih kecil dari 5% maka Ho ditolak
sehingga disimpulkan bahwa variabel bebas dapat digunakan, secara bersama-
sama berpengaruh terhadap variabel prediktor atau minimal ada satu variabel
prediktor yang berpengaruh. Pada uji serentak diharapkan Ho ditolak sehingga
variabel bebas yang sedang diuji dapat masuk kedalam model regresi logistik.
2) Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit (Menilai Kelayakan Model
Regresi)
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test. Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit menguji
hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model atau tidak ada
perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit. Jika
nilai uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit lebih dari 0,05 maka hipotesis
nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai
observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan
data observasinya (Ghozali, 2009).
Ho : Model telah cukup menjelaskan data (Godness of Fit)
52
H1 : Model tidak cukup menjelaskan data
3) Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Nagelkerke R Square merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen.
Nagelkerke R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell yang
merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada regresi berganda. Nilai
Nagelkerke R Square bervariasi antara 1 (satu) dan 0 (nol). Semakin mendekati
nilai 1 maka model dianggap semakin goodness of fit sementara semakin
mendekati 0 maka model semakin tidak goodness of fit (Ghozali, 2009).
4) Ketepatan Klasifikasi (Classification Table)
Classification table (tabel klasifikasi) menunjukkan kekuatan prediksi dari
model regresi. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi
kemungkinan terjadinya variabel terikat dinyatakan dalan persen.
5) Uji Wald (Uji Parsial)
Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel
independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel
dependen dengan suatu persamaan. Koefisien regresi digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2006). Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi
0,05 (α = 5%). Penolakan atau penerimaan hipotesis adalah berdasarkan kriteria
berikut :
- Jika nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis dapat diterima.
- Jika nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak.
d. Strategi Adaptasi Petani Lahan Tadah Hujan terhadap Perubahan Iklim dalam
Memenuhi Kebutuhan Air Tanaman
Strategi adaptasi petani lahan tadah hujan terhadap perubahan iklim dalam
memenuhi kebutuhan air tanaman dianalisis menggunakan analisis SWOT (Strengths
Weakness Opportunities Threats Analysis). Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi. Analisis ini didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths), dan peluang
53
(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness)
dan ancaman (threats). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang
(opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strenghs) dan
kelemahan (weakness) (Rangkuti, 2000).
Gambar 6. Diagram Analisis SWOT (Rangkuti, 2000)
Keterangan Gambar 11:
Kuadran 1 : Situasi yang sangat menguntungkan. Organisasi memiliki peluang dan
kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif.
Kuadran 2 : Meskipun mengahadapi berbagai macam ancaman, namun masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan
adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang dengan strategi diversifikasi
Kuadran 3 : Peluang sangat besar tetapi di lain pihak terdapat beberapa
kendala/kelemahan internal. Fokus strategi adalah meminimalkan
masalah-masalah internal sehingga peluang lebih baik.
Kuadran 4 : Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, karena terdapat
berbagai kendala dan kelemahan internal.
54
Proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap analisis yaitu :
a. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
Faktor internal merupakan lingkungan internal yang terdiri dari kekuatan (Strenght)
dan kelemahan (Weaknesses). Faktor Internal pada analisis SWOT atau TOWS
ditentukan dari kondisi atau situasi lingkungan dalam perusahaan itu sendiri. Faktor
internal ini penting dalam menentukan SWOT atau TOWS karena dalam suatu
perencanaan, perusahaan perlu melihat kondisi dan kemampuan yang dimiliki.
Dengan begitu, perusahaan dapat memprediksi sejauh mana tindakan yang dapat
diambil demi memajukan perusahaan. Faktor internal dapat dipandang sebagai
kekuatan atau kelemahan, tergantung pada dampaknya terhadap tujuan perusahaan.
Apa yang dapat mewakili kekuatan yang berkaitan dengan satu tujuan mungkin
kelemahan untuk tujuan lain.
Faktor eksternal merupakan lingkungan eksternal atau lingkungan luar yang terdiri
dari peluang (Opportunity) dan ancaman (Threath). Faktor Eksternal pada analisis
SWOT atau TOWS ditentukan dari kondisi atau situasi lingkungan luar perusahaan.
Faktor eksternal ini sangat penting dalam menentukan SWOT atau TOWS karena
dalam suatu perencanaan, perusahaan perlu melihat kondisi lingkungan luar
perusahaan selain melihat dari lingkungan dalam perusahaan itu sendiri.
b. Tahap analisis faktor strategi internal (Internal Strategic Factors Analysis
Summary/IFAS) dan faktor strategi eksternal (Exsternal Strategic Factors Analysis
Summary /EFAS).
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh, tahap selanjutnya
adalah memanfaatkan semua informasi tersebut untuk model-model kuantitatif
perumusan strategi. Beberapa model yang dapat digunakan dalam perumusan
strategi adalah Matrik TOWS atau matrik SWOT, Matrik BCG, Matrik Internal
Eksternal, Matrik SPACE, dan Matrik Grand Strategy.
Model yang sering digunakan adalah Matrik TOWS atau matrik SWOT. Matrik ini
dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks
ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.
55
Tabel 4. Matrik SWOT (Rangkuti, 2000)
Keterangan Tabel 9:
Strategi SO : Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan
untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya
Strategi ST : Strategi dalam menggunakan kekuatan untuk mengatasi
ancaman
Strategi WO : Strategi dengan memanfaatkan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada
Strategi WT : Strategi yang didasarkan pada kegitan yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindarkan ancaman
c. Tahap pengambilan keputusan
Keputusan berupa strategi baru dan solusi dari hasil analisis SWOT yang dilakukan
untuk mengembangkan potensi yang ada agar lebih maju.