1-3-3_eksekutif

161
RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 1 PT PERTAMINA EP -PPGM Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PT. PERTAMINA – EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk merealisasikan kegiatan tersebut, dibentuk Pengelola yaitu Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM). Pada saat penyusunan dokumen ini, peran PT PERTAMINA – EP mengalami perubahan sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, di mana tugas manajemen Kegiatan Minyak dan Gas Bumi Hulu dipindahkan dari PERTAMINA menjadi tugas Badan Pelaksana Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS). Sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi tersebut PT. PERTAMINA (Persero) membentuk anak perusahaan yaitu PT. PERTAMINA – EP yang khusus menangani dalam Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. PT. PERTAMINA – EP dibentuk berdasarkan Akta Notaris nomor 4 pada tanggal 13 September 2005. PPGM merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia serta akan berperan penting dalam mempertahankan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara pengekspor LNG terbesar di dunia. Pembangunan PPGM sangat tepat waktu karena akan meningkatkan kontribusi sektor minyak dan gas bumi dalam menyumbangkan devisa bagi negara dan kemungkinan sebagian untuk substitusi BBM dalam negeri. Proyek LNG ini akan memperkuat produksi LNG Indonesia yang dapat dipasarkan dan akan menjadi pusat ekspor LNG ke empat di Indonesia. PPGM diharapkan akan beroperasi pada tahun 2012.

Upload: jarotts

Post on 31-Dec-2015

246 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

eksekutif

TRANSCRIPT

Page 1: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 1

PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab-1PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

PT. PERTAMINA – EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di

Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk merealisasikan kegiatan tersebut,

dibentuk Pengelola yaitu Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM). Pada saat penyusunan

dokumen ini, peran PT PERTAMINA – EP mengalami perubahan sesuai dengan Undang-Undang

No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, di mana tugas manajemen Kegiatan Minyak

dan Gas Bumi Hulu dipindahkan dari PERTAMINA menjadi tugas Badan Pelaksana Minyak dan

Gas Bumi (BPMIGAS). Sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan

Gas Bumi tersebut PT. PERTAMINA (Persero) membentuk anak perusahaan yaitu PT.

PERTAMINA – EP yang khusus menangani dalam Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. PT.

PERTAMINA – EP dibentuk berdasarkan Akta Notaris nomor 4 pada tanggal 13 September

2005.

PPGM merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia serta

akan berperan penting dalam mempertahankan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai

negara pengekspor LNG terbesar di dunia. Pembangunan PPGM sangat tepat waktu karena

akan meningkatkan kontribusi sektor minyak dan gas bumi dalam menyumbangkan devisa bagi

negara dan kemungkinan sebagian untuk substitusi BBM dalam negeri. Proyek LNG ini akan

memperkuat produksi LNG Indonesia yang dapat dipasarkan dan akan menjadi pusat ekspor

LNG ke empat di Indonesia. PPGM diharapkan akan beroperasi pada tahun 2012.

Page 2: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 2

PT PERTAMINA EP -PPGM

Proyek Pengembangan Gas Matindok merupakan kegiatan pembangunan fasilitas yang lengkap

mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur yang telah dieksplorasi maupun dari rencana

sumur pengembangan yang berasal dari 5 lapangan gas bumi, yaitu: lapangan-lapangan gas

Donggi, Matindok, Maleo Raja, Sukamaju, dan Minahaki. Kemudian gas tersebut disalurkan

melalui pipa menuju kilang LNG, untuk kemudian gas tersebut dipasarkan melalui pelabuhan

menggunakan kapal tanker LNG.

Kemampuan produksi gas dari Blok Matindok diperkirakan ± 100 MMSCFD (gross), dengan

kandungan kondensat ± 850 bopd, dan air yang terikut diproduksikan diperkirakan maksimum

sebesar 2500 bwpd, dengan prakiraan umur produksi 20 tahun yang didasarkan atas

besarnya cadangan gas yang ada dan hasil kajian keekonomian pengembangan lapangan. Gas

yang diproduksi mengandung CO2 ± 2,5%, Total Sulfur ± 3.000 ppm dan kemungkinan juga

mengandung unsur yang lainnya.

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT

1.2.1. Tujuan

Tujuan proyek ini adalah memproduksi gas bumi, menyalurkan gas ke kilang LNG, memproses

gas menjadi Liquid Natural Gas (LNG), serta mengangkut LNG dan hidrokarbon cair (kondensat)

ke pasaran. Dalam upaya untuk mencapai tujuan itu maka PPGM merencanakan akan

melakukan kegiatan pengembangan Sumur Gas, pembangunan Block Station (BS) atau Fasilitas

Pemrosesan Gas (Gas Processing Facility, disingkat GPF), pemasangan Pipa Penyalur Gas dan

pembangunan Fasilitas Kilang LNG, termasuk fasilitas pelabuhan laut khusus. Pelabuhan laut

khusus tersebut direncanakan akan dibangun pada dua alternatif lokasi yaitu di daerah

Kecamatan Batui dan Kecamatan Kintom Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Berikut ini adalah cakupan rencana kegiatan pengembangan Lapangan Gas Matindok.

1. Pemboran 21 sumur yang terdiri dari 17 sumur pengembangan dan 4 sumur kerja ulang

(work over) dengan perincian:

No. Lapangan Jenis Kegiatan Pemboran Wilayah

1. Donggi 4 sumur work over4 sumur pengembangan Kecamatan Toili Barat

2. Minahaki 4 sumur pengembangan Kecamatan Toili

3. Sukamaju 2 sumur pengembangan Kecamatan Batui

4. Matindok 4 sumur pengembangan Kecamatan Batui

5. Maleoraja 3 sumur pengembangan Kecamatan Batui

Page 3: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 3

PT PERTAMINA EP -PPGM

2. Pembangunan Block Station (BS) di Donggi, Sukamaju dan Matindok, sedangkan gas yang

berasal dari sumur-sumur Matindok, Maleoraja dan Minahaki akan dialirkan melalui

Manifolding Station (MS);

3. Pembangunan fasilitas pemrosesan gas atau Gas Processing Facility (GPF) akan ditempat-

kan satu area dengan Block Station yang berada di dua lokasi yaitu di Donggi dan

Matindok;

4. Pembangunan Kilang LNG dalam hal ini adalah Donggi-Senoro LNG (DSLNG) beserta

fasilitas pendukung seperti perkantoran dan pelabuhan khusus akan ditempatkan di dua

alternatif lokasi yaitu Uso, Kecamatan Batui atau Padang, Kecamatan Kintom.

5. Pemasangan pipa:

a. Pemasangan pipa flow line berdiameter 4” s/d 6" di darat sepanjang sekitar 35 km dari

sumur-sumur ke BS di masing-masing lapangan;

b. Pemasangan pipa gathering line diameter 16” dan 18”, sepanjang 40 km dari BS ke

GPF kemudian diteruskan ke fasilitas bersama JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di

Senoro yang akan melewati beberapa desa di Kecamatan Toili Barat, Toili dan Batui.

c. Pemasangan pipa trunk line penyaluran gas berdiameter 32" di darat sepanjang sekitar

23 km dari Fasilitas bersama JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Senoro ke

Kilang LNG, yang terletak di Desa Uso Kecamatan Batui atau Desa Padang Kintom,

yang akan melewati beberapa desa di Kecamatan Batui dan Kintom

6. Pengangkutan kondensat dengan mobil tangki Kondensat dari Block Station Donggi,

Sukamaju dan Matindok ke Tangki Penampung Kondensat JOB Pertamina-Medco Tomori

Sulawesi di Bajo.

7. Pembebasan lahan untuk rencana kegiatan pemboran sumur, pemasangan pipa,

pembangunan BS, GPF, Kilang LNG, pelabuhan dan pemasangan pipa darat seluruhnya

sekitar 595 ha.

1.2.2. Manfaat

Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) ini sangat bermanfaat secara ekonomi, sosial dan

teknologi bagi kepentingan lokal, regional dan nasional. Manfaat PPGM itu antara lain:

1. Tersedianya Gas, Liquid Natural Gas (LNG), hidrokarbon cair (kondensat) dan

belerang (sulphur)

2. Peningkatan pendapatan bagi Kabupaten Banggai (tingkat lokal), Provinsi Sulawesi

Tengah (tingkat regional) dan tingkat nasional melalui pajak dan royalti dari hasil

penjualan LNG, kondensat dan belerang (sulphur).

3. Memberikan peluang kerja dan usaha bagi masyarakat lokal, regional dan nasional

4. Peningkatan kemampuan bangsa dalam penguasaan teknologi produksi gas.

Page 4: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 4

PT PERTAMINA EP -PPGM

Selain bermafaat secara ekonomi, sosial dan teknologi, pelaksanaan Proyek Pengembangan Gas

Matindok ini diperkirakan akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap beberapa

komponen lingkungan hidup. Oleh karena itu PT. PERTAMINA EP – PPGM bermaksud

melaksanakan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) sebelum dilakukan

pembangunan fisik di lapangan. Hal ini sesuai dengan komitmen perusahaan untuk

berpartisipasi mewujudkan perlindungan terhadap lingkungan pada setiap kegiatan yang

dilakukan. Disamping itu, terkait dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.

11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Hasil studi AMDAL pada dasarnya

berupa informasi tentang berbagai komponen kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan

dampak besar dan penting yang bersifat positif dan negatif, penilaian kelayakan lingkungan dari

rencana kegiatan tersebut dan alternatif rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan

yang akan dilakukan.

Page 5: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 5

PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab-2RENCANA USAHA DAN/ATAU

KEGIATAN

2.1. IDENTITAS PEMRAKARSA DAN PENYUSUN ANDAL

2.1.1. Pemrakarsa

A. Nama Perusahaan

Nama Perusahaan : PT. PERTAMINA EP - Proyek Pengembangan Gas Matindok

Alamat Kantor : Menara Standard Chartered Bank Lantai 21

Jl. Prof. DR Satrio Kav 164. Jakarta Selatan, 12950, Indonesia

Telp./ Fax. : (021) 57893688/ (021) 57946223

B. Nama dan Alamat Penanggung Jawab Kegiatan

Nama : M. Indra Kusuma

Jabatan : General Manager Proyek Pengembangan Gas Matindok

Alamat Kantor : Menara Standard Chartered Bank Lantai 21

Jl. Prof. DR Satrio Kav 164. Jakarta Selatan, 12950, Indonesia

Telp./ Fax. : (021) 57893688/ (021) 57946223

Pemrakarsa kegiatan penyusunan AMDAL ini adalah PT Pertamina EP- PPGM. Rencana

kegiatan ini dibagi berdasarkan konsep bisnis Hulu dan Hilir. Sebagai pelaksana kegiatan

hulu seperti eksplorasi gas, pemboran sumur pengembangan, konstruksi dan operasi

produksi GPF dan penyaluran gas melalui pipa menjadi tanggung jawab Bagian Hulu

yang ditangani dan menjadi tanggung jawab sepenuhnya PT Pertamina EP. Sedangkan

pelaksanaan kegiatan hilir seperti konstruksi pembangunan kompleks kilang LNG,

pelabuhan khusus dan operasional LNG, pelabuhan khusus dan pemeliharaan fasilitas LNG

menjadi tanggung jawab Bagian Hilir, yakni PT Donggi-Senoro LNG (PT DSLNG).

Page 6: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 6

PT PERTAMINA EP -PPGM

2.1.2. Identitas Penyusun AMDAL

A. Nama dan Alamat Instansi

Nama : Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada

Alamat : Jl. Lingkungan Budaya, Sekip Utara Yogyakarta 55281

E-mail : [email protected]

Telp. : (0274) 565722, 902410

Fax. : (0274) 565722

B. Penanggung Jawab Studi

Nama : Dr. Eko Sugiharto

Jabatan : Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada

Alamat Jl. Lingkungan Budaya, Sekip Utara Yogyakarta 55281

E-mail : [email protected]

Telp. : (062-274) 565-722, 902-410

Fax. : (062-274) 565-722

C. Tim Pelaksana Studi AMDAL

Tim pelaksana Studi AMDAL ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: ketua tim, koordinator

bidang fisik kimia beserta beberapa orang anggota, koordinator bidang biologi dengan

seorang anggota, koordinator bidang sosial ekonomi dan budaya dengan beberapa orang

anggota, koordinator bidang kesehatan masyarakat dengan seorang anggota dan beberapa

narasumber. Susunan tim penyusun AMDAL selengkapnya disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Susunan Tim Pelaksana Studi AMDAL

Jabatan Nama KeahlianSertifikatAMDAL

Ketua Drs. Bambang Agus Suripto, M.Sc. Ahli Kepala, Lingkungan(S2, 10 tahun)

A, B

Koordinator BidangGeofisik-Kimia Drs. Suprapto Dibyosaputro, M.Sc.

Ahli Kepala, Geomorfologi(S2, 10 tahun) A, B

Anggota Dr. rer. nat. Nurul Hidayat Aprilita, M.Si. Ahli Kimia (S3, 5 tahun) AIr. Wahyu Widodo, M.T. Ahli Transportasi A,B

Koordinator BidangBiologi Drs. Bambang Agus Suripto, M.Sc.

Ahli Kepala, Lingkungan(S2, 10 tahun) A, B

Asisten Utiyati, S.Si. Asisten Biologi A, BKoordinator Bidang

Sos-Ek-Bud Drs. Dahlan H. Hasan, M.Si.Ahli Kepala, Sos.Ek.Bud(S2, 10 tahun) A, B

Anggota Supriadi, SH., M.Hum. Ahli Sos.Ek.Bud (S2) A, BAsisten Ir. Christina Lilies Sutarminingsih Asisten Sos.Ek.Bud. A, B

Koordinator BidangKes. Mas. Prof. Dr. Sugeng Yuwono Mardihusodo

Ahli Kepala, Kes. Mas.(Guru Besar)

Asisten P. Sutrisno, S.Sos. Asisten Kes. Mas. A, BPemetaan/GIS Ahsan Nurhadi, S.Si. Pemetaan/GIS A, BNara Sumber Ir. Subaryono, MA., Ph.D. GIS

(S3, 15 tahun)

Dr. Ir. Subagyo Pramumidjojo Geologi – Kegempaan(S3, 15 tahun)

Ir. Rahman Hidayat, M.Sc.,Ph.D. Hidrooseanografi(S3, 10 tahun)

Page 7: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 7

PT PERTAMINA EP -PPGM

2.2 URAIAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Berikut ini secara keseluruhan diuraikan rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok,

baik kegiatan Bagian Hulu maupun kegiatan Bagian Hilir.

A. Luas Tapak Proyek Termasuk Prasarana dan Sarana Lain

No Prasarana Satuan Luas Lahan

1. Sumur pengembangan 17 lokasi, @ 4 Ha 68 Ha

2. Manifold Station (MS) 3 lokasi, @ 1 Ha 3 Ha

3. Block Station (BS) 3 lokasi, @ 10 Ha 30 Ha

4. Jalur pipa ”flow line” 5 lokasi, lebar 8 m,panjang 35 km

14 Ha

5. Jaur pipa ”trunk line” dari 2 BS LNG Plant Lebar 20 m, panjang60 km

120 Ha

6. Kilang LNG (termasuk LNG Jetty & MOF) 1 unit 300 Ha

7. Pembuatan jalan baru dan peningkatanjalan yang sudah ada untuk pemboransumur-sumur pengembangan

Lebar 6-8 m, panjangsekitar 15 km

60 Ha

Luas total lahan yang diperlukan 595 Ha

Lahan yang diperlukan untuk 17 alokasi sumur pengembangan adalah 68 ha, pembangunan

fasilitas manifold station di 3 (tiga) lokasi adalah 3 x 1 ha per lokasi (3 ha); untuk

pembangunan BS di tiga lokasi seluas 30 ha; jalur pipa ”flowline” di lima lokasi tersebut

adalah membutuhkan lahan 8 meter lebar x 35 kilometer panjang flowline (14 ha);

Kompleks Kilang LNG seluas lebih kurang 300 ha; dan sistem pemipaan gas 20 meter

lebar x 60 km panjang pipa (120 ha). Lokasi yang perlu dipersiapkan sebelum pemboran

sumur-sumur pengembangan adalah lokasi sumur dan jalan masuk lokasi (pembuatan

jalan baru dan peningkatan jalan yang sudah ada) dengan panjang kumulatif dari semua

sumur ± 15 km dengan lebar 6 – 8 m (sekitar 60 ha). Jadi luas lahan yang diperlukan

untuk tapak proyek sekitar 595 ha. Lahan yang dipergunakan akan menggunakan lahan

milik masyarakat dan lainnya. Pelaksanaan pengadaan lahan secara ganti rugi dilakukan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Kapasitas Produksi

Rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh PT. PERTAMINA EP, Proyek Pengembangan

Gas Matindok adalah mulai dari kegiatan pemboran sumur pengembangan maupun

pemboran work over, pembangunan Block Station (BS) dan membangun pipa transmisi gas

(flowline dantrunkline), membangun Kilang LNG (DSLNG) berikut pelabuhan untuk

membawa LNG ke luar Kabupaten Banggai.

Page 8: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 8

PT PERTAMINA EP -PPGM

Cadangan gas (1P, 2P dan 3P) dari lapangan-lapangan gas di blok Matindok adalah sebagai

berikut :

Lapangan 1P 2P 3P

Donggi 332.76 518.45 718.83

Matindok 135.51 364.47 470.64

Maleo Raja 117.54 148.71 181.54

Minahaki 80.45 128.38 195.74

Sukamaju 32.65 48.73 80.33

Kapasitas produksi gas di Blok Matindok berdasarkan perhitungan cadangan gas yang ada

diperkirakan akan sebesar ± 100 MMSCFD (gross), dengan kandungan kondensat ± 850

bopd dan air terproduksi maksimum sebesar ± 2500 bwpd. Umur produksi ± 20 tahun

dengan kemampuan produksi plateau sebesar 100 MMSCFD selama 13 tahun yang

didasarkan atas besarnya cadangan gas dan hasil kajian ekonomi. Gas yang diproduksi

mengandung CO2 ± 2,5%, kandungan Total Sulfur ± 3.000 ppm dan kemungkinan adanya

unsur lainnya.

Fasilitas produksi gas yang akan dibangun terdiri dari Sumur Gas, Flowline, Manifolding

Station, Gathering Line dan Block Station (BS) berikut Processing Facility (AGRU-SRU). Pipa

transmisi dari BS menuju Kilang LNG direncanakan berukuran Ø 32” sepanjang ± 23 km

dengan menggunakan jalur pipa JOB Pertamina – Medco Tomori Sulawesi (yang sudah

dilengkapi dengan Dokumen AMDAL tersendiri).

C. Jadwal Kegiatan

Kegiatan pengembangan dibagi kedalam beberapa tahapan, yaitu prakonstruksi, konstruksi,

operasi dan pasca operasi.

Tabel 2.2. Umur Kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok

Tahap Kegiatan Tahun2008 2009 2012 2013 2035

1. Prakonstruksi ***********2. Konstruksi ***********3. Operasi

a. Pemboran *********** ***********b. Operasi Produksi Gas ***********c. Operasi Produksi LNG ***********

4. Pasca Operasi **********

Page 9: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 9

PT PERTAMINA EP -PPGM

D. Jenis Sumber Energi dan Sumber Air yang Diperlukan di Lokasi Rencana

Kegiatan

Jenis sumber energi utama untuk mendukung pengoperasian fasilitas produksi adalah:

1. Bahan bakar gas diperlukan untuk pengoperasian berbagai fasilitas seperti Unit

Pengering Gas, Gas Treating Unit, Unit Pencairan Gas menjadi LNG, Penggerak

Kompresor dan Penggerak Generator listrik. Bahan bakar gas akan diambil dari hasil

produksi sendiri.

2. Unit generator berbahan bakar minyak, yang disediakan untuk keadaan darurat di

masing-masing BS, Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus/pelabuhan. Bahan bakar minyak

diperoleh dari sumber terdekat di sekitar lokasi proyek.

3. Energi listrik yang berasal dari genset berbahan gas untuk penerangan dan penggerak

motor listrik.

Keperluan air cukup besar, untuk pemboran sekitar 420 m3 per sumur, hydrotest saluran

pipa sekitar 20.000 m3 dan kebutuhan air untuk operasi setiap unit BS sekitar 25 m3/hari.

Kebutuhan air tawar untuk konstruksi tersebut di atas, akan diambil dari air sungai atau

genangan air tawar terdekat.

Kebutuhan air untuk operasional Kilang LNG plant memerlukan air sebesar 75 m3/hari.

Untuk keperluan operasional tersebut direncanakan menggunakan air tanah dalam.

Kemungkinan lain operasional Kilang LNG akan menggunakan air sungai atau air laut yang

telah di desalinasi terlebih dahulu.

Lokasi rencana kegiatan PPGM disajikan pada Gambar 2.1.

Page 10: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 10

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 2.1. Lokasi Rencana Kegiatan PPGM

Page 11: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 11

PT PERTAMINA EP -PPGM

E. Sosialisasi dan Konsultasi Publik

1) Sosialisasi

Pengumumam rencana kegiatan telah dilakukan melalui media cetak, poster, radio

siaran swasta setempat dan spanduk.

2) Konsultasi Publik

Dalam rangka penyusunan Kerangka Acuan (KA) ANDAL, telah dilaksanakan konsultasi

publik di 2 (dua) tempat, yaitu pada hari Selasa tanggal 22 Mei 2006 di Kecamatan

Batui dan tanggal 23 Mei 2006 di Kecamatan Toili. Pertemuan konsultasi publik di

Kecamatan Batui dilaksanakan untuk mendapatkan saran/masukan/tanggapan

masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Kintom dan Batui, sedangkan yang

dilaksanakan di Kecamatan Toili untuk warga masyarakat di Desa Toili dan Toili Barat.

Pertemuan ini dihadiri oleh delegasi PT. PERTAMINA-EP, wakil dari Kementrian KLH,

dari Ditjen Migas, Pemerintah Kabupaten Banggai, Tim Penyusun Dokumen AMDAL dari

PSLH UGM - PPLH UNTAD, serta masyarakat Kecamatan Batui, Toili dan Toili Barat di

Kabupaten Banggai.

Berdasarkan pengamatan dan evaluasi terhadap saran, pendapat dan tanggapan dari

masyarakat, Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait dengan rencana kegiatan

pengembangan, terdapat beberapa masukan yang perlu menjadi perhatian sebagai

berikut:

Pembebasan lahan dan kompensasi tanaman tumbuh

Ketenagakerjaan lokal

Program pemberdayaan masyarakat

Keberadaan terumbu karang di lepas pantai

Keberadaan Suaka Margasatwa Bakiriang

Semua saran, rekomendasi dan gagasan tersebut menjadi bahan pertimbangan/

masukan bagi Tim Studi dalam penyusunan Dokumen ANDAL, RKL dan RPL

Pengembangan Lapangan Gas Matindok.

F. Kegiatan Pemboran

1. Pemboran Sumur

Secara geologi daerah Blok Matindok dan sekitarnya terletak di Cekungan Banggai yang

berada di sebelah selatan dari lengan bagian timur Pulau Sulawesi. Cekungan Banggai

merupakan bagian utama dari offshore depression sepanjang pantai sebelah selatan-

timur dari bagian tangan sebelah timur laut Sulawesi yang berbentuk tidak simetris

dengan kemiringan sepanjang garis pantai dan berorientasi dengan arah N60ºE.

Cekungan ini termasuk pada klasifikasi cekungan transform refted yang merupakan

cekungan active margin basin or collision related basin dan mempunyai potensi

hidrokarbon di batuan karbonat Formasi Tomori dan Formasi Minahaki.

Page 12: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 12

PT PERTAMINA EP -PPGM

2. Pemboran Sumur Pengembangan

Dari hasil beberapa pemboran sumur eksplorasi yang telah dilakukan di Blok Matindok

ini terdapat lima buah struktur yang mempunyai kandungan gas, dimana 5 buah

struktur tersebut terletak di onshore. Cadangan gas (terambil) yang telah disertifikasi

dari kelima struktur tersebut diperkirakan mencapai 699 BSCF gas (P1) dimana

cadangan sebesar 666.26 BCF akan disalurkan ke LNG Plant dan cadangan sebesar

32.65 BCF dari lapangan Sukamaju yang akan dikembangkan apabila ijin dari Menteri

Kehutanan mengenai alih fungsi sudah dikeluarkan. Gas hasil produksi sumur Sukamaju

direncakan untuk memasok gas ke Pembangkit Listrik IPP Banggai.

Berdasarkan analisa Geologi, Geofisika dan Reservoir (GGR) dari kelima struktur

tersebut direncanakan untuk melakukan pemboran 17 sumur pengembangan, dengan

kemungkinan ada sumur yang kering. Jenis kegiatan pekerjaan sumur meliputi

pemboran sumur pengembangan (17 sumur), work over/kerja ulang (4 sumur),

stimulasi, perawatan sumur, dan penutupan sumur.

Pelaksanaan pemboran pengembangan di lima lapangan yang ada di PPGM yaitu

masing-masing di lapangan Donggi, Minahaki, Sukamaju, Matindok dan Maleoraja

mempunyai kedalaman yang berbeda. Target reservoir produksi adalah lapisan

Minahaki atas atau biasa disebut lapisan Mio Carbonat, adalah reservoir gas dibatuan

karbonat.

3. Sumur Produksi

Setelah pemboran selesai, selanjutnya dilakukan penyelesaian sumur (well completion)

sesuai dengan program yang telah disusun, antara lain dengan pemasangan production

string, well head and Christmas tree.

4. Pengelolaan serbuk bor dan lumpur bor bekas

Serbuk bor (cutting) hasil pemboran dialirkan ke permukaan dan disaring melalui alat

pemisah padatan (shale shaker) yang akan memisahkan serbuk bor dari lumpur bor.

Serbuk bor dan lumpur bor bekas ditampung dalam mud pit yang mempunyai kapasitas

tampung lebih besar daripada jumlah limbah yang dihasilkan. Konstruksi mud pit

dibangun dengan cara penggalian dan pemadatan secara mekanis, diantara mud pit

satu dengan yang lain terdapat fasiltas penyaring yang terdiri dari Bak Oil Catcher, Bak

Koagulasi dan Water Disposal.

G. Sistem Pemipaan Gas

Jalur pipa

Hasil produksi gas dari tiap-tiap sumur dialirkan melalui pipa produksi (flowline) dengan

diameter yang sesuai, sebagian besar menggunakan pipa berdiameter 4 inch dan ada

sebagian yang menggunakan pipa berdiameter 6 inch. Pipa flowline dimaksud dirancang

menggunakan material baja carbon yang didalamnya dilapisi Stainless-Steel agar tahan

terhadap gas H2S untuk menuju Blok Station (BS). Lebar lahan yang akan digunakan

untuk pipa produksi tersebut sekitar 8 meter dengan panjang kumulatif ± 35 km untuk 21

sumur.

Page 13: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 13

PT PERTAMINA EP -PPGM

Disain Pipa

Material yang digunakan untuk flowline mengikuti NACE MR175 (Metals for Sulfide Stress

Cracking and Stress Corrosion Cracking Resistence in Sour Oilfield Environments). Material

yang dipilih adalah material tahan korosi (316 SS lined steel pipe untuk temperatur <

140oF dan Alloy 825 lined steel pipe untuk temparatur > 140oF).

Disain pipa dan pemasangan pipa akan mengacu pada beberapa standard nasional

(Departemen Pertambangan dan Energi tentang Insatalasi Minyak dan Gas Bumi No.

01/P/M/Pertamb/1980; Kep.Men PE No. 300.K/38/M.PE/1997 dan Peraturan Ditjen

MIGAS: Standar Pertambangan MIGAS (SPM, 1992) 50.54.0-50.54.1) dan internasional

(antara lain API 5 SL – Specification for Line Pipe, API 1104 – Welding of Pipeline and

Related facilities, ASME B31.8 – Gas Distrbution and Tranportation Piping System).

Material pipa penyalur (flowline) menggunakan clading pipe CRA, dan isolasinya berupa

Wrapping Insulation. Untuk material Pipeline (Trunkline) menggunakan Carbonsteel API

5L, dan isolasinya berupa Manufacture Insulation.

Proteksi Korosi (Corrosion Protection) Pipa

Proteksi korosi luar pipa gas dilakukan dengan sistem proteksi katodik (anoda karbon)

yang diharapkan mampu mengendalikan semua bentuk korosi luar di bawah tanah agar

dapat melindungi pipa dari korosi luar. Selain itu pipa dilengkapi dengan pembalut luar

pipa yang juga berfungsi melindungi pipa dari korosi luar. Sedangkan proteksi korosi

internal dilakukan dengan menginjeksi corrosion inhibitor ke dalam pipa gas secara

berkala.

Untuk memudahkan dalam pengukuran potensial dan arus yang mengalir pada pipa, maka

dipasang test box pada setiap jarak ± 1 km.

H. Block Station (BS)

Gas dari sumur produksi dialirkan ke 3 Stasion Pengumpul (Gathering station/Block

Station) yang terletak di masing-masing lapangan (Donggi, Matindok, dan Sukamaju).

Sedangkan di lapangan Matindok, Maleoraja dan Minahaki, hanya ada fasilitas Manifold

Station (MS). Di dalam BS terdapat Unit separasi, Unit kompresi, Tangki penampung, Unit

utilitas dan Unit pengolah limbah (Flaring system dan IPAL). Berikut ini adalah unit-unit

operasi yang digunakan untuk pemrosesan gas di BS. Seluruh Blok Station atau Stasiun

Pengumpul Gas di Blok Matindok terdiri dari sistem pengumpulan (gathering system) dan

sistem separasi gas bumi yang terdiri dari separator dan tangki kondensat. Unit dehidrasi

diperlukan untuk mengurangi kandungan air dalam gas bumi agar tercapai spesifikasi gas

pipeline yaitu maksimum 7 lb/MMSCF.

Page 14: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 14

PT PERTAMINA EP -PPGM

1. Unit Separasi

Hidrokarbon dari sumur produksi mengandung kondensat, air dan gas dimana jumlah

terbesar adalah gas. Langkah awal untuk memisahkan kondensat, air dan gas adalah

dengan menggunakan separator gas. Di dalam alat tersebut kondensat dan air terpisah

dari gas. Kondensat dan air akan mengalir dari bagian bawah separator sedangkan gas

akan mengalir dari bagian atasnya. Proses pemisahaan di dalam alat tersebut hanya

merupakan proses fisika dan tanpa penambahan bahan kimia.

Kondensat dan air dipisahkan dengan prinsip ketidak-saling-larutan dan perbedaan

berat jenis. Kondensat ditampung di tangki penampung, sedangkan air diproses lebih

lanjut dalam sistem pengolah air (waste water treatment).

Apabila tekanan gas dari sumur berkurang akibat penurunan tekanan reservoir secara

alami, maka akan dilakukan pemasangan kompresor di Gathering Station/ Block Station

guna menjaga stabilitas tekanan gas yang masuk ke System CO2/ H2S Removal maupun

ke konsumen gas tetap stabil. Kondensat ditampung di tangki penampung untuk dikirim

ke Kilang LNG di Batui menggunakan mobil tangki.

2. Tangki penampung

Tangki penampung dipakai untuk menampung kondensat yang berasal dari separator,

sebelum diangkut ke Batui. Jumlah tangki penampung yang dipakai sebanyak 2 buah

dengan kapasitas masing-masing sebesar ± 1300 m3. Kondensat akan diangkut dari

Block Station ke fasilitas JOB di Desa Bajo dengan menggunakan road tank atau mobil

tangki.

3. Kompresor

Kompresor yang akan dipergunakan untuk menjaga tekanan keluar dari Block station

tetap sebesar 900 psig. Kompresor ini dipasang di block station. Jumlah kompresor

yang ditempatkan di Block Station rata-rata 3 unit per lokasi. Hal ini dikarenakan pada

umumnya tekanan gas yang keluar dari sumur akan mengalami penurunan secara

alamiah selama proses produksi, sehingga diperlukan tambahan kompresor baru di

Gathering Station/ Block Station.

4. Unit pengolah air

Unit pengolah air atau Unit “Effluent Treatment” atau Instalasi Pengolah Air Limbah

(IPAL) dipakai untuk mengolah limbah cair yang berasal dari separator dan lain-lain.

I. Unit Proses atau GPF (Gas Processing Facility)

Di lokasi BS terdapat unit proses atau GPF yang meliputi AGRU, SRU, dehydration unit,

dew point control.

1. Unit Penghilangan CO2/H2S (AGRU)

Gas yang mengalir dari Block Station sebelum masuk ke Kilang LNG akan dikurangi

kandungan CO2 dan H2S nya dengan proses absorbsi menggunakan larutan MDEA

(Methyl Diethanol Amine) dalam Unit Penghilangan CO2/H2S (Acid Gas Removal Unit =

AGRU). Prinsip kerja unit tersebut adalah penyerapan gas CO2 dan H2S di dalam

Page 15: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 15

PT PERTAMINA EP -PPGM

absorber dan melepaskannya lagi di dalam menara stripper atau column, sehingga

diperoleh sweet gas dengan kandungan CO2 dan H2S yang rendah. Gas dari Block

Station dialirkan melalui pipa ke Acid Gas Removal Unit yang terletak di BS di Donggi

dan Matindok.

2. Sulfur Recovery Unit (SRU)

Sulfur recovery dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan dan perundangan- undangan

lingkungan sesuai dengan nilai ambang batas yang diizinkan pada Kepmen LH No.129

Tahun 2003. Terdapat beberapa proses yang tersedia untuk memproduksi sulfur dari

hydrogen sulfide. Beberapa proses didesain dengan maksud untuk memproduksi sulfur

dan beberapa proses juga dikembangkan dengan tujuan utama untuk menghilangkan

kandungan H2S dari gas bumi dengan produksi sulfur hanya sebagai hasil dari proses

lanjutan yang harus dilakukan.

3. Dehydration Unit (DHU)

Setelah gas keluar dari unit proses, gas tersebut selanjutnya dialirkan ke Dehydration

Unit. Dehydration unit berfungsi untuk mengeringkan gas, yaitu untuk menyempurna-

kan pengurangan air yang terikut di dalam gas. Proses yang berlangsung di dalamnya

adalah proses absorbsi (penyerapan) air dengan menggunakan bahan kimia

triethyleneglycol (TEG), yang mana TEG dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari air

secara fisis (close cycle). Hasil dari proses tersebut adalah gas yang sudah memenuhi

syarat untuk dikirim ke konsumen.

4. Dew Point Control Unit (DCU)

Setelah gas keluar dari unit dehidrasi, gas masuk ke unit Dew Point Control yaitu unit

untuk menjaga suhu embun dari hydrocarbon mencapai maksimum 75oF pada tekanan

750 psig. Guna unit ini adalah untuk menjaga agar cairan tidak timbul selama

pengiriman gas akibat turunnya temperatur udara. Prosesnya didasarkan pada JT valve

expansion dan pendinginan dengan cara recompression. Proses cara lain dengan

menggunakan sistem propane refrigeration juga akan dipertimbangkan pada rekayasa

(engineering) front end engineering design (FEED) tahap berikutnya.

J. Sistem Keselamatan Pengiriman Gas dan Kondensat

Pada waktu pengiriman gas sepenuhnya telah berjalan, sistim operasi tersebut

dilengkapi dengan SCADA yang dapat memantau serta melakukan tindakan

pengamanan terhadap seluruh kegiatan operasi, termasuk apabila terjadi gangguan

operasi lainnya. Apabila terjadi gangguan operasi apapun bentuknya SCADA secara

otomatis akan melakukan tindak lanjut sesuai dengan program yang telah dibuat.

Tindak lanjutnya bisa langsung menutup aliran gas ke lokasi tertentu (automatic

shutdown valve), memberikan tanda bahaya sampai mematikan operasi unit-unit

peralatan baik semuanya maupun sebagian, tergantung dari gangguan operasi yang

terjadi.

Page 16: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 16

PT PERTAMINA EP -PPGM

K. Kilang LNG

Gas yang telah diproses di BS di Donggi dan Matindok serta Senoro yang kandungannya

sesuai dengan standar gas yang akan dipasarkan dikirim ke Kilang LNG. Pengiriman gas

dari Junction antara pipa dari BS Donggi dan Matindok dilakukan dengan pipa 32” ke

Kilang LNG di Batui atau Kintom; atau menggunakan pipa 18” apabila tidak menyatu

dengan gas yang mengalir dari Senoro. Secara garis besar fasilitas di kilang LNG akan

terdiri dari unit proses, fasilitas offsite, unit utilitas, unit pengolah limbah, unit pelabuhan

dan infrastruktur. Diagram alir Kilang LNG “Donggi-Senoro” disederhanakan seperti pada

gambar terlampir.

1. Unit Proses

Unit Proses terdiri dari Fasilitas Penerimaan Gas, Fasilitas Pemurnian Gas dan Fasilitas

Pencairan Gas.

a. Fasilitas Penerima Gas

Kapasitas design dari fasilitas ini direncanakan sebesar minimum 335 MMSCFD

yang terdiri dari knock out drum, separator dan metering. Dari fasilitas ini gas

akan dialirkan ke fasilitas pemurnian gas. Kondensat yang terkumpul dari unit ini

akan ditampung sementara dalam tanki kondensat berukuran 100 bbls sebelum

diangkut ke Blok Senoro untuk distabilkan ke unit stabilisasi kondensat dari Fasilitas

Pencairan Gas Bumi.

b. Fasilitas Pemurnian Gas

Kilang LNG dapat dipastikan akan terdiri dari dua bagian umum: bagian pemurnian

gas dan bagian pencairan/liquefaction gas. Bagian pemurnian gas diringkaskan di

bawah dan bagian pencairan gas dalam bagian berikutnya. Bagian pemurnian

meliputi Unit Pengeringan dan Unit Pembuangan Merkuri (MRU). Pemurnian gas

diperlukan untuk menghindari masalah karat dan pembekuan dalam Unit

Liquefaction.

c. Fasilitas Pencairan Gas Alam

Tujuan utama dari fasilitias pencairan gas adalah untuk mencairkan gas alam

menjadi produk LNG. Sebelumnya dilakukan pemisahan kandungan hydrokarbon

berat untuk menghindari terjadinya pembekuan dalam pipa-pipa pencairan gas.

Fasilitas tersebut akan meliputi Unit Pendinginan/Pencairan dan Unit Pemecahan

(fractionation).

2. Fasilitas Offsite

Fasilitas offsite terdiri dari sistem-sistem berikut:

a. Sistem Penyimpanan dan Pemuatan LNG

b. Sistem Pemasukan dan Penyimpanan Bahan Pendingin (refrigerant)

c. Sistem Pembakaran Gas Buangan

d. Sistem Pengolahan dan Pembuangan Limbah

Page 17: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 17

PT PERTAMINA EP -PPGM

3. Fasilitas Kebutuhan Utilitas

Semua utility yang diperlukan untuk menunjang kegiatan kilang akan disediakan sesuai

dengan kebutuhan. Kilang LNG akan ditunjang oleh seperangkat sistem utilitas yang

terdiri dari antara lain:

a. Sistem Pembangkit Tenaga Listrik

b. Sistem Bahan Bakar

c. Sistem Udara Bertekanan Kilang dan Peralatan

d. Sistem Nitrogen

e. Sistem Suplai Air

f. Sistem Pencegahan Kebakaran

4. Fasilitas Pelabuhan Khusus (LNG Jetty dan MOF)

Kegiatan pelabuhan laut khusus ini hanya terdiri dari jembatan (trestles), Pelabuhan

Khusus utama (jetty head) dan fasilitas-fasilitas tambatan kapal. Pelabuhan khusus LNG

Donggi Senoro terdiri dari Pelabuhan Khusus muat LNG dan Pelabuhan Khusus material

off loading (MOF).

Pelabuhan khusus LNG Donggi Senoro terletak di Desa Uso Kecamatan Batui atau Desa

Padang Kecamatan Kintom Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Lokasi

Pelabuhan khusus LNG ditetapkan berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis

sebagai berikut:

a. Kedalaman laut cukup untuk tanker LNG (15 meter di bawah permukaan surut

terendah).

b. Jarak dari lokasi Pelabuhan Khusus ke pantai merupakan jarak terdekat, sehingga

biaya konstruksi jembatan ke Pelabuhan Khusus lebih murah.

c. Berdasarkan studi, sedimentasi yang terjadi di sekitar Pelabuhan Khusus cukup

rendah sehingga tidak memerlukan pengerukan kolam pelabuhan selama operasi.

d. Jarak Pelabuhan Khusus LNG ke kilang LNG merupakan jarak terdekat, sehingga

biaya pemipaan untuk LNG dan utilitas lebih murah.

5. Infrastruktur Kilang

a. Infrastruktur In-Plant

Fasilitas infrastruktur in-plant adalah yang bukan merupakan bagian dari sistem

pengolahan inti, offsites ataupun utility. Fasilitas infrastruktur in-plant terutama

terdiri dari bangunan-bangunan, barak-barak serta pagar.

b. Infrastruktur Umum

Infrastruktur umum meliputi semua fasilitas yang diperlukan untuk menunjang

personil dibutuhkan untuk operasi dan perawatan BS dan Kilang LNG. Infrastruktur

umum adalah fasilitas-fasilitas yang terdapat di luar kilang.

Page 18: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 18

PT PERTAMINA EP -PPGM

2.3. RENCANA KEGIATAN YANG DIDUGA AKAN MENIMBULKAN DAMPAK

Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok PPGM ini terdapat dua kegiatan yang

terpisahkan yaitu kegiatan “Bagian Hulu” dan kegiatan “Bagian Hilir”. Kegiatan bagian hulu

mencakup kegiatan-kegiatan eksplorasi dan eksploitasi gas sampai batas pada kegiatan

pemasangan pipa penyalur gas ke Kilang Gas (LNG), sedangkan kegiatan “bagian hilir” meliputi

kegiatan pembangunan dan operasional kilang gas LNG, Pelabuhan Khusus dan sarana serta

prasarana pendukungnya. Masing-masing tahapan rencana kegiatan Proyek Pengembangan

Gas Matindok “bagian hulu” dan kegiatan “bagian hilir” diuraikan sebagai berikut.

2.3.1. Kegiatan Bagian Hulu

A. Tahap Prakonstruksi

1. Pembebasan Lahan dan Tanam Tumbuh

Pada lokasi untuk sumur pengembangan, pemasangan pipa dan unit produksi akan

dilakukan pembebasan lahan dan tanam tumbuh. Luas lahan yang akan dibebaskan

sekitar 295 Ha dengan perincian: 17 lokasi sumur pemboran ± 68 Ha, MS & BS/GPF

± 33 Ha, jalur pipa “flow line” ± 14 Ha, jalur pipa “trunk line” ± 120 Ha dan untuk

pembuatan atau peningkatan jalan baru ± 60 Ha. Lahan yang akan digunakan

diusahakan bukan lahan pemukiman. Proses pembebasan lahan dan pemberian

kompensasi tanam tumbuh akan dilaksanakan melalui panitia sembilan.

2. Penerimaan Tenaga Kerja

Pelaksanaan rekrutmen tenaga kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Tenaga kerja untuk pemboran sumur pengembangan

diperkirakan ± 118 pekerja dengan berbagai macam keahlian (skill) , dengan

perincian tenaga skill akan membutuhkan tenaga sebanyak ±108 orang dan tenaga

nonskill sebanyak ± 10 orang.

B. Tahap Konstruksi

1. Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan, Material dan Tanaga Kerja

Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan berat dan material dilaksanakan dengan

kendaraan berbadan besar akan menimbulkan dampak peningkatan kebisingan, kadar

debu ke lingkungan sekitar, gangguan kelancaran lalulintas setempat dan aktivitas

penduduk.

2. Pembukaan dan Pematangan Lahan

a) Penebangan dan pembersihan pohon dan semak belukar pada lokasi tapak proyek

b) Perataan dan penimbunan dilakukan untuk pematangan lahan yang akan

digunakan sebagai lokasi tapak sumur, perpipaan dan fasilitas produksi.

c) Pada ROW yang memotong drainase alami dan/atau sungai, akan dipasang gorong-

gorong dan jembatan agar tidak menghambat pola aliran air.

Page 19: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 19

PT PERTAMINA EP -PPGM

3. Kegiatan Konstruksi Block Station (BS) dan Fasilitas Produksi Gas GPF

a) Pembangunan fondasi struktur dan perlengkapan untuk fasilitas produksi dan

persiapan pemboran

b) Pendirian bangunan-bangunan dan pemasangan peralatan

c) Pekerjaan Piping System

d) Pekerjaan electrical dan peralatan (instrument)

4. Pemasangan Pipa Penyalur Gas

Alternatif pemasangan jalur pipa gas (trunkline) dari Block Stasion Donggi ke LNG

Plant akan dibuat tiga jalur alternatif berikut ini.

a) Jalur alternatif–1 yaitu pemasangan pipa gas dari BS Donggi melintasi SM Bakiriang

berdampingan jalan provinsi, penggelaran pipa ditanam sedalam 2 meter kemudian

ditimbun kembali.

b) Jalur alternatif–2 yaitu pemasangan pipa gas melintasi SM Bakiriang dilakukan

dengan sistem pemboran horizontal atau Horizontal Directional Drilling (HDD).

c) Jalur alternatif–3 yaitu pemasangan pipa gas dari BS Donggi akan dilakukan melalui

dasar laut pantai SM Bakiriang sepanjang sekitar 4 km.

5. Pengelepasan Tenaga Kerja

Pada akhir masa konstruksi, tenaga kerja dilepaskan secara berangsur-angsur sampai

dengan berakhirnya kontrak kerja di unit kerja masing-masing. Pelaksanaan

penglepasan tenaga kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

C. Tahap Operasi

1. Penerimaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja untuk operasional produksi gas cukup besar, sebagian merupakan tenaga

ahli dengan skill yang cukup tinggi sampai sangat tinggi, dan sebagian lainnya bukan

tenaga ahli. Jumlah tenaga kerja untuk operasional masing-masing unit BS/GPF sekitar

26 orang dan tenaga kerja untuk penyaluran gas, pengangkutan kondensat dan sulfut

sekitar 28 orang.

2. Pemboran Sumur Pengembangan

Sumur-sumur pengembangan di Donggi, Minahaki, Matindok, Sukamaju, dan Maleoraja

dibor dengan menggunakan land-rig yang kapasitasnya sesuai dengan kedalaman yang

akan dicapai. Peralatan pemboran telah dilengkapi dengan pencegahan semburan liar

(blow out preventer), Standard Operation Procedure (SOP), dan penanggulangan

keadaan darurat (emergency respon plan). Peralatan berat yang telah selesai

digunakan kemudian dimobilisasi dan didemobilisasi dengan kendaraan berat.

Page 20: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 20

PT PERTAMINA EP -PPGM

3. Operasi Produksi di Fasilitas Produksi Gas

Seluruh produksi dari sumur-sumur gas dialirkan ke fasilitas produksi gas berupa Block

Station, setelah melalui Header Manifold, gas akan masuk ke dalam separator. Dari BS,

gas yang sudah mengalami pemisahan pada tahap awal akan dialirkan ke CO2 and H2S

removal plant atau AGRU (Acid Gas Removal Unit) dan SRU (Sulfur Recovery Unit)

masing-masing untuk menurunkan kadar CO2 dan H2S, selanjutnya gas dikeringkan di

Unit TEG dehydratiion (DHU) dan kelembabannya di kontrol menggunakan DEW Point

Control (DCU). Gas yang telah memenuhi standar gas sale diukur melalui fasilitas

metering dan dialirkan melalui pipa ke Kilang LNG.

4. Penyaluran Gas Melalui Pipa ke LNG Plant

a. Alternatif–1

Pipa gas dari BS ke LNG Plant dibangun oleh Pertamina (PPGM). Pipa 16” dari BS

Donggi bergabung dengan pipa 16” dari BS Matindok di junction yang terletak di

Desa Nonong. Selanjutnya gas dikirim ke LNG Plant dengan pipa 18”.

b. Alternatif–2

Pipa dari BS ke LNG Plant digabung dengan pipa yang dibangun oleh MEDCO

Tomori. Pip 16” dari BS Donggi bergabung di junction MEDCO di Desa Sinorang.

Selanjutnya gas dikirim dengan pipa 32” ke LNG Plant. Pipa 16” dari BS Matindok

bergabung dengan pipa 32” (trunkline) MEDCO di junction di Desa Nonong.

Produksi gas yang dikirim rata-rata 300 MMSCFD. Pada inlet pipa, terdapat custudy

meter untuk mengetahui jumlah gas yang dikirim.

5. Pengangkutan Kondesat dan Sulfur dengan Transportasi Darat

Kegiatan pengangkutan kondensat dan sulfur melalui jalan darat dari fasilitas produksi

gas dilakukan dengan menggunakan mobil tanki ke lokasi Tangki Penampung

Kondensat dan sulfur milik JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Bajo, Sinorang.

6. Pemeliharaan Fasilitas Produksi

Kegiatan pemeliharaan di fasilitas produksi gas antara lain: perawatan terhadap

kompresor, generator, pompa, tangki timbun kondensat, tangki timbunan sulfur, sumur

produksi dan pipa. Kegiatan pemeliharaan tersebut bertujuan untuk pembersihan

kotoran, perbaikan dan atau penggantian.

D. Tahap Pasca Operasi

1. Penutupan Sumur

Penutupan operasi sumur dilakukan dengan sumbat semen dan bridge plug dipasang

sesuai dengan ketentuan dan dilakukan uji tekanan. Laporan peninggalan sumur

disampaikan ke BPMIGAS dan Ditjen MIGAS.

Page 21: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 21

PT PERTAMINA EP -PPGM

2. Penghentian Operasi Produksi Gas

Penghentian operasi produksi dan penyaluran gas dilakukan dengan pembersihan pipa

transmisi dari sisa gas dengan cara flarring sebelum penghentian operasi produksi gas.

Sementara itu penutupan operasi BS/GPF dilakukan dengan mengikuti prosedur, untuk

menjamin keamanan yang tinggi dan untuk menghindari bahaya semburan liar,

tumpahan kondesat, kebakaran dan kecelakaan kerja. Laporan peninggalan sumur,

jalur pipa, BS/GPF dan fasilitas lain disampaikan ke Ditjen MIGAS.

3. Pembongkaran dan Demobilisasi Peralatan

Pada saat selesainya masa operasi produksi gas (diperkirakan sekurang-kurangnya 20

tahun), peralatan, jaringan pipa dan fasilitas yang telah dipasang akan dibongkar dan

dipindahkan ke tempat yang telah ditentukan. Laporan tentang peninggalan lokasi

bekas peralatan, jaringan pipa dan fasilitas lainnya disampaikan kepada BPMIGAS dan

Ditjen Migas.

4. Revegetasi

Lahan bekas lokasi pipa dan fasilitas lain yang telah dibongkar diurug kembali,

diratakan dan dibersihkan. Kemudian pada lahan tersebut dilakukan revegetasi dengan

berbagai vegetasi lokal yang cepat tumbuh sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Penglepasan Tenaga Kerja

Pada akhir operasi produksi gas, tenaga kerja dilepaskan secara berangsur-angsur

sampai dengan berakhirnya kontrak kerja di unit kerja masing-masing. Pelaksanaan

penglepasan tenaga kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

Adapun ringkasan dari hasil telaahan kaitan antara komponen rencana kegiatan yang

berpotensi menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan hidup disajikan pada tabel

berikut.

Page 22: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 22

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 2.3. Ringkasan Kaitan Komponen Rencana Kegiatan “Bagian Hulu”dengan Dampak Lingkungan yang Mungkin Timbul

NoKomponen kegiatanyang menimbulkan

dampak

LokasiKomponen Kegiatan

Jenis dampak potensial yangDitimbulkan

A. Tahap Prakonstruksi1. Pembebasan lahan dan

tanam tumbuhAreal untuk sumur pengembangan,fasilitas produksi gas, dan jalurpipa gas

Perubahan, perubahan pola kepemilikan lahanpenduduk, fungsi lahan proses sosial, perubahansikap dan persepsi masyarakat.

2. Penerimaan tenaga kerjasetempat

Khususnya Kecamatan Toili Barat,Toili, Batui, Kintom dan KabupatenBanggai umumnya.

peningkatan pendapatan masyarakat, prosessosial, perubahan sikap dan persepsi, terbukakesempatan berusaha.

B. Tahap Konstruksi1. Mobilisasi dan demobilisasi

peralatan, material dantenaga kerja

Jalan raya dari dan ke pelabuhanbongkar muat material menujuareal untuk sumur pengembanganfasilitas produksi gas, dan jalurpipa gas.

kebisingan, getaran, peningkatan kadar debu,mempengaruhi transportasi darat: gangguankelancaran lalulintas, gangguan keselamatanberlalulintas, kerusakan jalan dan jembatan danperubahan sikap dan persepsi masyarakat.

2. Pembukaan danpematangan lahan

Sekitar areal sumurpengembangan, fasilitas produksigas, dan jalur pipa gas.

Perubahan iklim mikro, perubahan bentanglahan, peningkatan debit aliran air permukaan,peningkatan erosi, kebisingan, peningkatankadar debu, penurunan kualitas sanitasilingkungan, gangguan pola aliran air irigasi dansungai yang terpotong jalur pipa gas, gangguanlalulintas jalan yang terpotong jalur pipa,pengurangan penutupan lahan oleh vegetasi,penurunan flora dan satwa liar, perubahankualitas air tanah dangkal, perubahan sikap danpersepsi masyarakat, terbukanya kesempatanberusaha.

3. Kegiatan konstruksi fasilitasproduksi gas (BS – GPF)

Sekitar sumur pengembangan,BS-GPF di 2 lokasi (Donggi danMatindok), 1 BS di Sukamaju.

Penurunan kualitas udara, peningkatankebisingan, penurunan kualitas air permukaan,penurunan debit air sungai sekitar lokasihydrotest, penurunan biota air tawar, penurunankualitas sanitasi lingkungan, peningkatanpendapatan masyarakat, perubahan sikap danpersepsi masyarakat, terbukanya peluangberusaha

4.a Kegiatan pemasangan pipapenyalur gas di darat(Alternatif-1 dan 2)

Sekitar jalur pipa gas di darat: MSdi Minahaki – BS/GPF Donggi;BS/GPF Donggi – LNG Plant;BS/GPF Matindok – junction kepipa 28” yg menuju LNG Plant

Gangguan lalulintas penduduk, kebisingan,peningkatan kadar debu, penurunan kualitasudara, penurunan kualitas air permukaan,penurunan biota air tawar, peningkatan erosi,penurunan debit sungai di sekitar kegiatanhydrotest, gangguan pada sistem irigasi dandrainase, penurunan kualitas sanitasilingkungan, perubahan sikap dan persepsimasyarakat, terbukanya kesempatan berusaha.

4.b Kegiatan pemasangan pipalepas pantai

Sekitar pantai SM Bakiriang. Penurunan kualitas udara lokal, penurunankualitas air laut, penurunan biota air laut,rusaknya pantai sebagai tempat bertelur burungMaleo, rusaknya terumbu karang, perubahansikap dan persepsi masyarakat, terbukakesempatan berusaha.

5. Penglepasan tenaga kerja Areal sumur, BS-GPF, pemasanganpipa gas

Penurunan kesempatan kerja, penurunankesempatan berusaha, penurunan pendapatanmasyarakat dan sikap dan persepsi negatifmasyarakat

Page 23: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 23

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 2.3. Lanjutan

NoKomponen kegiatanyang menimbulkan

dampak

LokasiKomponen Kegiatan

Jenis dampak potensial yangDitimbulkan

C. Tahap Operasi1. Penerimaan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Toili Barat,

Toili, Batui, Kintom dan KabupatenBanggai umumnya.

peningkatan pendapatan masyarakat, per-tumbuhan ekonomi lokal, gangguan prosessosial, perubahan sikap dan persepsi,terbukanya kesempatan berusaha

2. Kegiatan pemboran sumurpengembangan

Sekitar lokasi sumurpengembangan di Donggi,Minahaki, Matindok, Sukamaju danMaleoraja

Penurunan kualitas udara lokal, penurunankualitas air permukaan, penurunan biota airtawar, perubahan sikap dan persepsimasyarakat, terbuka kesempatan berusaha

3 Operasi produksi gas di BS-GPF

Sekitar 2 lokasi BS-GPF di Donggidan Matindok

Perubahan iklim mikro, penurunan kualitas airpermukaan, penurunan vegetasi dan komunitassatwa liar, penurunan kualitas udara, kebisingan,penurunan tingkat kesehatan masyarakat,pendapatan masyarakat, terbukanya kesem-patan berusaha, gangguan proses sosial,pelapisan sosial, perubahan sikap dan persepsimasyarakat

4. Penyaluran gas melaluipipa

Sekitar jalur pipa gas Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

5. Pengangkutan kondensatdan sulfur dengantransportasi darat

Sepanjang jalan raya dari BS-GPFMatindok dan Donggi ke TangkiPenampung di Bajo

Mempengaruhi transportasi darat yaitu:kelancaran lalulintas, keselamatan lalulintas,kerusakan jalan dan jembatan

6. Pemeliharaan fasilitasproduksi

Sekitar sumur pengembangan, 2BS-GPF di Donggi dan Matindokdan BS di Sukamaju

Penurunan kualitas air permukaan, perubahansikap dan persepsi masyarakat

D. Tahap Pasca Operasi1. Penutupan Sumur Lokasi sumur pengembangan ––

2. Penghentian operasiproduksi gas

Sekitar BS-GPF di Donggi danMatindok

Penurunan kebisingan, peningkatan kualitasudara, peningkatan kualitas air permukaan,penurunan kepadatan lalulintas, perubahansikap dan persepsi masyarakat

3. Pembongkaran dandemobilisasi peralatan

Di tapak BS-GPF dan jalan raya disekitar lokasi yang dilaluipengangkutan perlatan tersebut

Gangguan pada transportasi darat yaitu:keselamatan dan kelancaran lalulintas di jalanraya dan peningkatan resiko kerusakan jalanraya dan jembatan, perubahan sikap danpersepsi masyarakat

4. Revegetasi Lokasi bekas tapak sumur, BS-GPFdan jalur pipa.

Peningkatan penutupan lahan oleh vegetasi,peningkatan populasi satwa liar

5. Penglepasan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Toili Barat,Toili, Batui, Kintom dan KabupatenBanggai umumnya

Peningkatan pengangguran, penurunanpendapatan masyarakat, penurunan kesempatanberusaha, perubahan sikap dan persepsimasyarakat

Page 24: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 24

PT PERTAMINA EP -PPGM

2.3.2. Kegiatan Bagian Hilir

A. Tahap Prakonstruksi

1. Pembebasan Lahan dan Tanam Tumbuh

Pada lokasi untuk pembangunan kilang LNG dan Pelabuhan Khusus serta fasilitas

lainnya akan dilakukan pembebasan lahan dan tanam tumbuh. Lahan yang akan

digunakan diusahakan bukan lahan permukiman. Luas lahan yang akan dibebaskan

meliputi untuk kilang LNG ± 300 Ha termasuk lahan untuk pelabuhan/Pelabuhan

Khusus beserta fasilitas pendukungnya. Proses pembebasan lahan dan pemberian

kompensasi tanam tumbuh akan dilaksanakan melalui panitia sembilan.

2. Penerimaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja untuk pembangunan kilang LNG dan Pelabuhan Khusus serta fasilitas

lainnya diperkirakan membutuhkan ± 3000 pekerja dengan berbagai macam

keahlian (skill), dengan perincian tenaga skill sebanyak ± 1015 orang dan tenaga

unskill sebanyak ± 1950 orang.

B. Tahap Konstruksi

1. Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan, Material dan Tenaga Kerja

Kegiatan pengangkutan alat dan bahan serta tenaga kerja untuk pembangunan kilang

LNG dan fasilitas Pelabuhan Khusus akan menggunakan jasa angkutan laut dan darat

ke lokasi rencana kegiatan pembangunan kilang LNG.

2. Pembukaan dan Pematangan Lahan

Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan mencakup:

a) Penebangan dan pembersihan pohon dan semak belukar pada lokasi tapak proyek.

b) Perataan dan penimbunan pada lokasi tapak kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan

fasilitas pendukungnya.

3. Konstruksi Kompleks Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus

a) Pembangunan camp konstruksi

b) Pengembangan daerah laydown kontruksi dan jalan akses sementara

c) Aktivitas konstruksi sipil (pekerjaan tanah, jalan, saluran pembuangan, fondasi dan

gedung)

d) Pemasangan baja struktural

e) Pemasangan tangki LNG

f) Fabrikasi dan instalasi pipa.

g) Instalasi peralatan

h) Instalasi junction box, circuit dan kabel listrik/instrumen

i) Pendirian gedung CPP

j) Pendirian gedung kilang

k) Uji coba mekanis sistim peralatan/pemipaan

l) Pendirian bangunan fasilitas terkait Kilang LNG seperti Pelabuhan Khusus dan

fasilitas pendukungnya

m) Aktivitas pra-komisioning.

Page 25: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 25

PT PERTAMINA EP -PPGM

4. Penglepasan Tenaga Kerja

Pada alkhir periode pembangunan kilang LNG dan fasilitas Pelabuhan Khusus, banyak

tenaga kerja dilepaskan secara berangsur-angsur sampai dengan berakhirnya kontrak

kerja di unit kerja masing-masing. Pelaksanaan penglepasan tenaga kerja sesuai

dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

C. Tahap Operasi

1. Penerimaan Tenaga Kerja

Jumlah personil yang dibutuhkan untuk mengoperasikan kegiatan satu train awal kilang

LNG dan fasilitas darat terkait diperkirakan 300 personil yang meliputi tenaga skill

seperti operator kilang ± 35 orang, petugas keamanan ± 45 orang dan tenaga nonskill

diantaranya cleaning service ± 200 orang. Pelaksanaan penerimaan tenaga kerja sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Operasional Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas Pendukungnya

Operasional Kilang LNG terdiri dari satu train dengan kapasitas produksi sebesar 2 juta

metrik ton LNG per tahun, membutuhkan gas sebesar lebih kurang 335 MMSCFD, yang

pada awalnya akan didapatkan dari dua lapangan gas yaitu Matindok dan Senoro.

3. Pemeliharaan Fasilitas Produksi

Kegiatan pemeliharaan di fasilitas produksi gas antara lain: perawatan terhadap unit

proses (fasilitas penerima gas, fasilitas pemurnian gas, fasilitas pencairan gas alam),

fasilitas offsite dan fasilitas kebutuhan utilitas yang meliputi sistem pembangkit tenaga

listrik, distribusi bahan bakar, sistem udara bertekanan kilang dan peralatan, sistem

nitrogen, sistem suplai air dan sistem pencegahan kebakaran. Kegiatan pemeliharaan

tersebut dilakukan secara rutin/berkala dan bertujuan untuk pembersihan kotoran,

perbaikan dan atau penggantian.

D. Tahap Pasca Operasi

1. Penghentian Operasi Kilang LNG

Setelah operasional produksi gas dari BS/GPF berhenti, maka akan diikuti penghentian

operasional kilang LNG. Penghentian operasional kilang LNG dilakukan dengan

mengikuti prosedur untuk menjamin keamanan yang tinggi diantaranya untuk

menghindari bahaya semburan liar, kebakaran dan kecelakaan kerja. Laporan

peninggalan Kilang LNG serta fasilitas lain disampaikan ke Ditjen MIGAS.

2. Pembongkaran dan Demobilisasi Peralatan Kilang dan Pelabuhan Khusus

Pada saat selesainya masa operasi kilang LNG (diperkirakan sekurang-kurangnya 20

tahun), peralatan dan fasilitas yang telah dipasang akan dibongkar dan dipindahkan ke

tempat yang telah ditentukan. Laporan tentang peninggalan lokasi bekas kilang LNG

dan fasilitas lainnya disampaikan kepada Ditjen Migas.

3. Revegetasi

Lahan bekas lokasi kilang LNG dan fasilitas lainnya yang telah dibongkar, dibersihkan

dan kemudian dilakukan revegetasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Revegetasi

dilakukan dengan menanam berbagai vegetasi lokal yang mudah tumbuh.

Page 26: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 26

PT PERTAMINA EP -PPGM

4. Penglepasan Tenaga Kerja

Pada akhir operasi kilang LNG dan fasilitas lainnya, tenaga kerja dilepaskan secara

berangsur-angsur sampai dengan berakhirnya kontrak kerja di unit kerja masing-

masing. Pelaksanaan penglepasan tenaga kerja sesuai dengan peraturan

ketenagakerjaan yang berlaku.

Adapun ringkasan hasil telaahan kaitan antara komponen rencana kegiatan yang berpotensi

menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan hidup disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.4. Ringkasan Kaitan Komponen Rencana Kegiatan “Bagian Hilir”dengan Dampak Lingkungan yang Mungkin Timbul

No Komponen kegiatan yangmenimbulkan dampak

Lokasi Komponen Kegiatan Jenis dampak potensial yang Ditimbulkan

A. Tahap Prakonstruksia. Pembebasan lahan dan tanam

tumbuhAreal untuk tapak lokasi kilangLNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya

Perubahan pola kepemilikan lahan penduduk,gangguan proses sosial, perubahan fungsi lahan,perubahan sikap dan persepsi masyarakat

2. Penerimaan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Batui,Kintom dan Kabupaten Banggaiumumnya

peningkatan pendapatan masyarakat, prosessosial, perubahan sikap dan persepsi, terbukakesempatan berusaha

B. Tahap Konstruksi1. Mobilisasi dan demobilisasi

peralatan, material dan tenagakerja

Jalan raya dari dan ke pelabuhanbongkar muat material menujuareal kilang LNG dan PelabuhanKhusus

Kebisingan, getaran, peningkatan kadar debu,mempengaruhi transportasi darat: kelancarandan keselamatan lalulintas, menimbulkankerusakan jalan raya, meningkatkan resikokecelakaan lalulintas, perubahan sikap danpersepsi masyarakat

2. Pembukaan dan pematanganlahan

Sekitar areal lokasi pembangunankilang LNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya

Perubahan iklim mikro, peningkatan debit aliranair permukaan, peningkatan erosi, kebisingan,peningkatan kadar debu, penurunan kualitassanitasi lingkungan, pengurangan penutupanlahan oleh vegetasi, penurunan flora dan satwaliar, perubahan sikap dan persepsi masyarakat,terbukanya kesempatan berusaha, penurunankualitas air laut, penurunan komunitas biota airlaut.

3. Konstruksi kompleks KilangLNG dan Pelabuhan Khusus

Area lokasi Kilang LNG, PelabuhanKhusus dan fasilitas pendukungnya:Alternatif-1 : Desa Uso, BatuiAlternatif-2 : Desa Padang, Kintom

Penurunan kualitas udara, peningkatan kadardebu, kebisingan, meningkatkan erosi,peningkatan pendapatan masyarakat,munculnya pelapisan sosial, perubahan sikapdan persepsi masyarakat, terbukanya peluangberusaha, penurunan kualitas air laut,penurunan biota air laut, penurunan kualitassanitasi lingkungan dan tingkat kesehatanmasyarakat

4. Penglepasan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Batui,Kintom dan Kabupaten Banggaiumumnya

Peningkatan pengangguran, penurunanpendapatan masyarakat, penurunan kesempatanberusaha, perubahan sikap dan persepsimasyarakat

Page 27: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 27

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 2.4. Lanjutan

NoKomponen kegiatan yang

menimbulkan dampak Lokasi Komponen Kegiatan Jenis dampak potensial yang Ditimbulkan

C. Tahap Operasi1. Penerimaan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Batui,

Kintom dan Kabupaten Banggaiumumnya

Peningkatan pendapatan masyarakat, gangguanproses sosial, perubahan sikap dan persepsi,terbukanya kesempatan berusaha

2. Operasional Kilang LNG,Pelabuhan Khusus dan fasilitaspendukung

Sekitar lokasi Kilang LNG,Pelabuhan Khusus dan fasilitaspendukungnya

Perubahan iklim mikro, penurunan kualitas airpermukaan, penurunan kualitas udara,kebisingan, gangguan keselamatan pelayaran,penurunan sanitasi lingkungan, pendapatanmasyarakat, terbukanya lesempatan berusaha,gangguan kesehatan masyarakat, proses sosial,pelapisan sosial, perubahan sikap dan persepsimasyarakat, penurunan kualitas air laut,penurunan biota air laut

3. Pemeliharaan fasilitas produksi Area lokasi kilang LNG, PelabuhanKhusus dan fasilitas pendukungnya

Penurunan kualitas air permukaan, penurunankualitas air luat, penurunan biota air tawar danair laut, peningkatan pendapatan masyarakat

D. Tahap Pasca Operasi1. Penghentian operasi Kilang

LNGLokasi Kilang LNG, PelabuhanKhusus dan fasilitas pendukung

Penurunan kebisingan, peningkatan kualitasudara, peningkatan kualitas air permukaan,peningkatan kualitas air laut, penurunangangguan keselamatan pelayaran, perubahansikap dan persepsi masyarakat

2. Pembongkaran dan demo-bilisasi peralatan (kilang LNGdan Pelabuhan Khusus)

Di tapak Kilang LNG, PelabuhanKhusus dan fasilitas pendukung

Gangguan pada transportasi darat yaitu:kelancaran dan keselamatan lalulintas jalan rayadan peningkatan resiko kerusakan jalan raya,perubahan sikap dan persepsi masyarakat,penurunan kualitas sanitasi lingkungan

3. Revegetasi Di tapak Kilang LNG sertaPelabuhan Khusus dan sekitarnyadi Butui.

Peningkatan penutupan lahan oleh vegetasi,peningkatan populasi satwa liar

3. Penglepasan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Batui,Kintom dan Kabupaten Banggaiumumnya

Peningkatan pengangguran, penurunanpendapatan masyarakat, penurunan kesempatanberusaha, perubahan sikap dan persepsimasyarakat

Page 28: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 28

PT PERTAMINA EP -PPGM

2.4. ALTERNATIF-ALTERNATIF YANG DIKAJI DALAM ANDAL

A. Alternatif Jalur Trunkline Dari BS-GPF Donggi ke LNG Plant

1. Jalur alternatif–1 yaitu pemasangan pipa trunkline dari BS-GPF Donggi melintasi SM

Bakiriang berdampingan jalan provinsi, penggelaran pipa ditanam sedalam 2 meter

kemudian ditimbun kembali.

2. Jalur alternatif–2 yaitu pemasangan pipa melintasi SM Bakiriang dilakukan dengan

sistem pemboran horizontal atau Horizontal Directional Drilling (HDD). Pipa dimasukkan

ke dalam tanah dengan dibor secara horizontal sebelum masuk SM Bakiriang.

Oleh karena lahan SM Bakiriang yang akan dilalui sepanjang 3 km maka di setiap jarak

± 1 km akan ada lahan yang dipakai untuk penyambungan dan pemboran. Diperlukan

lahan ± 2 ha untuk area kerja drilling pada segmen berikutnya dan penyambungan

pipa.

3. Jalur alternatif–3 yaitu pemasangan trunkline dari BS-GPF Donggi akan dilakukan

melalui pantai SM Bakiriang sepanjang sekitar 4 km. Ditinjau dari sisi tingkat kesulitan

teknis pemasangan dan biaya perawatan, jalur alternatif–3 relatif lebih mahal. Pada

jalur alternatif-3 ini, tipe ekosistem pesisir adalah ekosistem mangrove, dan daerah

pantai ini juga digunakan oleh burung Maleo untuk bertelur. Di samping itu terdapat

terumbu karang di sekitar lokasi jalur alternatif-3.

Upaya ini dimaksudkan untuk meminimalkan dampak yang akan timbul di kawasan SM

Bakiriang. Selain itu juga sebagai antisipasi terhadap SK Men.Hut No. 641/Kpts/ II/1997

tentang Perubahan Pasal 8 dan 18 SK Menhut No. 41/ Kpts/II/1996 tentang Pedoman Pinjam Pakai

Kawasan Hutan yang menyatakan bahwa dengan alasan apapun bagi lahan Suaka Margasatwa

(SM) tidak dapat digunakan untuk kegiatan lain di lokasi tersebut, meskipun realitanya

kondisi hutan di SM Bakiriang sekarang ini sudah banyak perambah liar.

B. Alternatif lokasi LNG Plant dan Pelabuhan Khusus

Terdapat dua kemungkinan lokasi LNG Plant dan Pelabuhan Khusus yaitu di Desa Uso

(Kecamatan Batui) dan Desa Padang (Kecamatan Kintom). Oleh karena itu dalam kajian

AMDAL ini dua rencana lokasi tersebut akan menjadi kajian alternatif.

2.5. KETERKAITAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DENGAN KEGIATAN

LAIN SEKITARNYA

Areal rencana kegiatan secara administratif termasuk dalam 4 (empat) wilayah kecamatan yaitu

Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui dan Kintom. Beberapa kegiatan lain yang telah ada di sekitar

rencana lokasi proyek yang berpotensi menimbulkan dampak pada rencana kegiatan proyek

atau sebaliknya, rencana kegiatan Pengembangan Gas Matindok berpotensi menimbulkan

dampak pada kegiatan lain yang telah ada yang relevan adalah sebagai berikut.

Page 29: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 29

PT PERTAMINA EP -PPGM

a. Pertambangan

Eksplorasi Migas

JOB Pertamina–Medco E&P Tomori Sulawesi di Senoro dan sekitarnya telah melakukan

kegiatan eksplorasi migas, telah melakukan pemboran beberapa sumur. Oleh karena

lokasi kegiatannya berhimpitan, jenis kegiatannya sejenis dan pengelolannya dilakukan

juga oleh Pertamina, maka pemrakarsa akan melakukan koordinasi dan kerja sama saling

mengun-tungkan antara JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi dengan Pertamina-

PPGM dalam melaksanakan kegiatan migas di wilayah tersebut. Kegiatan ini potensial

menyebabkan turunnya kualitas udara, meningkatkan kebisingan, turunnya kualitas air

permukaan, berkurangnya keanekaragaman flora-fauna, namun pada sisi yang lain,

kegiatan ini berperan positif dalam meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar melalui

berbagai kegiatan yang dapat diraih oleh penduduk lokal. Kedua kegiatan ini akan dapat

memberikan kumulatif dampak yang lebih besar terhadap kondisi lingkungan

disekitarnya.

Eksplorasi Nikel

Kegiatan pertambangan lain di sekitar lokasi kegiatan PPGM adalah nikel yang sejak 2

tahun lalu hingga saat ini masih dalam tahap eksplorasi. Lokasi pertambangan nikel

tersebar di 10 namun diantara lokasi-lokasi tersebut yang masuk dalam lingkup wilayah

studi adalah pertambangan nikel di Desa Batui, Tirtakencana dan Kamiwangi. Kegiatan ini

potensial menimbulkan dampak negatif yaitu terjadinya erosi, sedimentasi, turunnya

kualitas air permukaan dan berkurangnya keanekaragaman flora-fauna. Dampak positif

yang akan muncul adalah terbukanya kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan

adanya kenaikan pendapatan masyarakat yang nantinya bersama-sama PPGM diharapkan

secara signifikan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.

b. Perkebunan

Areal kerja perkebunan yang sebagian tanahnya akan terkena rencana pengembangan

Lapangan Gas Matindok, termasuk jaringan pipa transmisi merupakan lahan perkebunan

kelapa sawit yang dikelola oleh unit pengolahan milik PT Kirana Luwuk Sejati. Kegiatan

perkebunan ini telah berdampak terhadap terjadinya perubahan penggunaan/pemanfaatan

lahan yang sebelumnya merupakan kawasan hutan. Dampak yang lain adalah

berkurangnya keanekaragaman flora-fauna, peningkatan erosi, disamping adanya

peningkatan pendapatan masyarakat yang terlibat didalamnya. Dengan adanya kegiatan

Pengembangan Gas Matindok, bila tidak ada upaya pengelolaan yang baik, kondisi

lingkungan di sekitar kawasan perkebunan dapat semakin turun kualitasnya.

c. Pertanian

Kegiatan pertanian di sekitar lokasi Pengembangan Gas Matindok, khususnya lokasi sumur-

sumur pengembangan adalah areal padi sawah yang diusahakan sangat intensif yaitu 3 kali

Page 30: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 30

PT PERTAMINA EP -PPGM

setahun. Daerah ini merupakan kawasan lumbung padi untuk Kabupaten Banggai dengan

tingkat pendapatan/kesejahteraan masyarakat cukup baik. Namun selain itu terdapat

beberapa dampak negatif dari kegiatan pertanian ini, antara lain cenderung meningkatnya

penggunaan berbagai bahan agrokimia seperti pupuk dan pestisida yang pada akhirnya

dapat berdampak negatif terhadap manusia dan lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu

berbagai upaya penyadaran perlu dilakukan agar penggunaan bahan agrokimia tidak terus

meningkat.

Kegiatan pemasangan jalur pipa gas yang memotong sistem irigasi persawahan baik teknis

maupun non teknis di wilayah Kecamatan Toili Barat, Toili dan Batui berpotensi akan

menimbulkan dampak negatif berupa perubahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap

Pertamina-PPGM.

d. Tambak udang

Di kawasan Kecamatan Batui terdapat usaha budidaya tambak udang yang cukup intensif.

Kegiatan ini berperan dalam memberikan kontribusi penurunan kualitas air dan lahan di

sekitarnya sebagai akibat digunakannya berbagai pakan udang dan beraneka macam zat

pengatur tumbuh untuk merangsang perkembangan udang secara intensif.

Dengan adanya kegiatan Pengembangan Gas Matindok yang diantaranya potensial

menurunkan kualitas air, dikhawatirkan kegiatan budidaya tambak udang ini akan dapat

terkena dampaknya mengingat udang sangat peka terhadap perubahan kondisi lingkungan

di sekitarnya. Oleh sebab itu perlu adanya upaya pengelolaan sebaik-baiknya agar kegiatan

pengembangan gas ini seminimal mungkin berdampak terhadap lingkungan disekitarnya.

e. Suaka Margasatwa Bakiriang

Jalur pipa akan melewati kawasan Suaka Margasatwa Bakiriang (SMB). Walaupun kondisi di

kawasan Suaka sudah diusahakan oleh penduduk untuk bercocok tanam bahkan telah

dijadikan perkebunan kelapa sawit, namun secara de jure kawasan tersebut masih

merupakan kawasan konservasi, maka Pertamina-PPGM perlu mengkoordinasikan

pemanfaatan sebagian lahan SMB dengan Menteri Kehutanan dan Perkebunan di tingkat

pusat.

Kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok sekecil apapun akan dapat berdampak

negatif terhadap semakin turunnya keanekaragaman flora dan fauna didalamnya.

Kegiatan lain di sekitar lokasi rencana kegiatan ini tergambar dalam Gambar 2.2.

Page 31: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 31

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 2.2. PETA Kegiatan lain di sekitar lokasi rencana kegiatan

Page 32: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 32

PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab-3RONA LINGKUNGAN HIDUP

3.1. GEOFISIK KIMIA

3.1.1. Iklim

Menurut klasifikasi ikllim Schmidt dan Ferguson, daerah Banggai bertipe iklim B, dengan nisbah

rata-rata jumlah bulan kering dan rata-rata jumlah bulan basah (Q) adalah 5, atau termasuk

wilayah cukup basah. Data curah hujan stasiun meterologi bandar Udara Bubung Luwuk

menunjukkan bahwa musim hujan berlangsung dari bulan Maret sampai Juli dengan jumlah

curah hujan berkisar dari 115 mm pada bulan Mei sampai 169 pada bulan Juli. Musim kemarau

berlangsung dari bulan Agustus sampai Februari, dengan curah hujan berkisar dari 41 mm pada

bulan Oktober sampai 85 mm pada bulan Desember. Hujan rata-rata tahunan daerah penelitian

adalah sebesar 1856,6 mm/tahun.

3.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan

a. Kualitas udara

Untuk dapat mengetahui kualitas udara di wilayah studi diperlukan penelitian tentang

Kandungan SO2, CO, NO2, Oksidan (O3), debu TSP dan PM10, relatif baik karena kadarnya

jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan.

b. Kebisingan

Lokasi pengukuran kebisingan dilakukan pada jarak 25 meter dari permukiman terdekat.

Kondisi kebisingan di wilayah studi relatif baik (skala 4) dan sangat baik (skala 5).

Page 33: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 33

PT PERTAMINA EP -PPGM

3.1.3. Fisiografi dan Geologi

Fisiografi daerah penelitian merupakan daerah dataran pantai yang memanjang dari Batui di

barat daya sampai dengan Kanohan di timur laut, dengan lebar dataran pantai antara 100

meter sampai dengan 1000 meter, terutama pada Tanjung Maoloh dan Tanjung Mondono, dan

dengan Selat Peleng di timur serta daerah perbukitan yang sejajar dengan garis pantai di barat

dengan ketinggian antara 50 – 450 meter. Kelerengan daerah ini berkisar antara 5o di daerah

datar sampai dengan 40o di daerah perbukitan.

Stratigrafi daerah penelitian, terdiri atas (dari yang berumur tua ke yang berumur muda):

Formasi Nambo (Jnm), Formasi Salodik (Tems), Formasi Poh (Tomp), Formasi Bongka (Tmpb),

Formasi Kintom (Tmpk), Satuan Terumbu Koral (Ql), dan Satuan Aluvium (Qa).

Struktur geologi daerah penelitian ditandai dengan pengangkatan akibat tumbukan antara

Pulau Sulawesi dengan kontinen mikro Banggai-Sula dari sebelah timur. Struktur geologi yang

berada di lengan timur Pulau Sulawesi terutama sesar naik, sesar dan perlipatan yang sejajar

dengan arah pantai di samping terdapat beberapa sesar geser yang menyilang terhadap garis

pantai. Secara garis besar, sesar-sesar ataupun perlipatan tersebut akan tampak jelas pada

Formasi Bongka atau formasi-formasi yang lebih tua tetapi tidak begitu tampak pada Satuan

Terumbu Koral ataupun Satuan Aluvium yang berumur Kuarter.

Kegempaan dan Kemungkinan Tsunami

Seperti di wilayah Indonesia yang lain dan dari peta kegempaan (seismicity) sejak tahun 1900,

wilayah Sulawesi terdapat jalur kegempaan yang cukup padat terutama di sepanjang jalur sesar

Palu-Koro, sesar Matano, tetapi boleh dikatakan tidak terdapat pada daerah Batui ke timur laut.

Mungkin di daerah tersebut pernah terjadi gempabumi dengan magnitudo < 5 skala Richter

mengingat di daerah tersebut dijumpai sesar-sesar minor.

Tsunami bisa terjadi jika terdapat gempabumi dangkal (pada kedalaman antara 0-33 km) di

dasar laut dengan magnitudo > 6,5 skala Richter dan mekanisme fokalnya menunjukkan telah

terjadi sesar naik ataupun turun. Jika sudut kemiringan sesar naik ataupun turun kecil, maka

kemungkinan tsunami terjadi juga semakin kecil, karena efek perubahan volume air laut juga

semakin kecil. Mengingat gempabumi yang terjadi bermagnitudo < 5 skala Richter, maka

kemungkinan terjadi tsunami kecil, walaupun daerah tersebut termasuk daerah rawan tsunami

(Badan Geologi, 2007).

3.1.4. Hidrologi

Pada wilayah studi terdapat beberapa sungai besar yang mengalir sepanjang tahun berurutan

dari barat daya ke timur laut yaitu S. Toili, S. Sinorang, S. Kayowa/Matindok, S. Bakung, S.

Batui, S. Omolu, S. Tangkiang dan S. Kintom.

Page 34: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 34

PT PERTAMINA EP -PPGM

Sedikit dijumpai rawa permanen kecuali rawa belakang (back swamp) di Suaka Margasatwa

Bakiriang. Sistem drainase dan jaringan irigasi persawahan di Kecamatan batui dan Toili teratur

dan tertata dengan baik, bahkan jaringan atau saluran-saluran irigai tersier dibangun sesuai

dengan aturan irigasi teknis dan setengah teknis.

1. Kualitas Air

a. Kualitas airtanah

Kualitas airtanah (air sumur) yang dipakai penduduk di sekitar lokasi rencana kegiatan

kualitasnya baik yang ditandai dengan tidak adanya parameter kualitas air yang

melebihi ambang batas baku mutu yang disyaratkan.

b. Kualitas air laut

Kualtias air laut di beberapa lokasi sekitar rencana kegiatan mempunyai kualitas yang

relatif baik, namun beberapa parameter melebihi ambang batas baku mutu yaitu

sulfide, cadmium, tembaga dan timbal.

c. Kualitas air sungai

Kualitas air sungai di sekitar rencana kegiatan relatif masih baik, hanya parameter

minyak dan lemak yang kadarnya melebihi baku mutu.

2. Kuantitas Air

a. Kuantitas/debit air sungai

Sifat semua aliran sungai tersebut tersebut adalah permanent dengan debit harian yang

tinggi.

b. Debit aliran permukaan

Debit aliran air permukaan di wilayah studi adalah 22,8134 m3/detik.

c. Kuantitas air tanah

Keberadaan air tanah suatu daerah sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan

karakteristik formasi geologi daerah yang bersangkutan. Daerah penelitian tersusun

dari beberapa formasi batuan, yaitu: Formasi Batuan Volkanik Tua, Volkanik Recent,

Batu Gamping dan Sedimen Napal. Formasi-formasi tersebut mempunyai kemampuan

untuk imbuh air tanah dari hujan yang terjadi dengan kecepatan yang berbeda. Potensi

air tanah dalam tahunan adalah sebesar 387 x 106 m3/tahun atau 1,06 x 106/hari.

3.1.5. Kondisi Hidro-Oseanografi

a. Bathimetri

Kedalaman perairan di sekitar lokasi rencana kegiatan adalah 20 m dicapai pada jarak

kurang lebih 50 m hingga 100 m dari garis pantai. Jarak 100 m dari garis pantai kedalaman

laut relatif curam dengan kedalaman mencapai 100 m. Topografi garis pantai sepanjang

lokasi studi secara umum landai.

Page 35: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 35

PT PERTAMINA EP -PPGM

b. Pasang surut

Pasang surut di perairan pantai calon lokasi kilang dan Pelabuhan Khusus mempunyai fase

dan tinggi yang hampir sama. Beda tinggi air pasang dan air surut berkisar antara 100

sampai 120 cm. Tipe pasang surut daerah tersebut adalah semidiurnal dengan dua kali

pasang dan dua kali surut dalam satu hari.

c. Gelombang

Kondisi gelombang di lokasi studi relatif kecil dan sangat tenang. Gelombang terlihat

antara 0,1 m sampai 0,5 m terjadi di sekitar sore hari. Gelombang maksimum terjadi

sebesar 1.5 m. Gelombang tersebut terjadi pada saat angin musim Timur dan Tenggara

atau terjadi pada bulan April sampai bulan Agustus.

d. Arus

Secara umum arus di daerah studi relatif kecil berkisar antara 0,1 sampai 0,9 m/detik.

e. Sedimentasi melayang dan sedimentasi pantai

Kondisi sedimen melayang di lokasi studi secara umum terlihat sangat jernih yang berarti

tidak mengandung sedimen. Pada sedimen pantai terlihat adanya pasir halus yang

mengandung lempung. Diduga sedimen tersebut merupakan endapan dari sungai. Untuk

daerah Sekitar Tanjung Batui dijumpai sedimen berupa pasir kasar.

3.1.6. Ruang, Lahan dan Tanah

a. Tata ruang

Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Sulawesi Tengah tahun 2000 sampai

dengan tahun 2004 (Perda No 2 Tahun 2004) telah memberikan arahan pemanfaatan

kawasan, baik kawasan lindung maupun kawasan budidaya. Untuk kawasan budidaya

pertambangan dideliniasikan pada kawasan yang terindentifikasi mengandung bahan

tambang.

Berdasakan RTRWP tersebut, maka wilayah studi yang terletak di Kecamatan Batui telah

direncanakan untuk kawasan pertambangan minyak dan gas bumi, sehingga rencana

kegiatan sudah sesuai dengan RTRWP yang ada.

Dalam skala kabupaten berdasarkan Hasil Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten Banggai Tahun 2003-20013 (Bappeda Kab. Banggai, 2003) menunjukkan bahwa

wilayah rencana kegiatan yaitu Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui dan Kintom termasuk

dalam Wilayah Pengembangan Selatan

b. Penggunaan lahan

Pemanfaatan lahan yang telah ada di sekitar areal rencana kegiatan antara lain adalah jalan

provinsi yang menghubungkan Luwuk dengan Baturube dan sekitarnya. Sepanjang jalan

tersebut terdapat konsentrasi pemukiman penduduk, pertanian, perkebunan rakyat,

perkebunan besar, areal transmigrasi di Toili dan Toili Barat dan pertambangan migas yang

Page 36: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 36

PT PERTAMINA EP -PPGM

dikelola oleh JOB – Medco E & P Tomori Sulawesi. Di daerah sekitar lapangan pengambang

terdapat daerah konservasi Suaka Margasatwa Bakiriang dan sebelah selatan berbatasan

dengan perairan Selat Peleng.

Berdasarkan Peta Penggunaan Lahan Daerah Penelitian, luas masing-masing jenis

penggunaan lahan adalah: belukar 1.908,21 Ha, beting karang 291,54 Ha, permukiman

1.871,29 Ha, hutan 17.094,65, perkebunan 4.385,02, sawah, 8.895,36, sawah tadah hujan

1.373,57 Ha, tegalan/ladang 7.196,87 Ha dan hutan suaka 271,50 Ha.

c. Tanah

1. Kesuburan tanah

Kelompok satuan tanah yang ada adalah kelompok Aluvial, Regosol, Litosol, Latosol,

Grumusol, dan Lateritik. Dataran Aluvial di wilayah studi tergolong subur dan sangat

sesuai untuk daerah persawahan.

Regosol di sekitar daerah PPGM berkembang di tepian pantai dengan luasan yang

relatif sempit. Pada umumnya Regosol di dataran pantai tidak produktif karena terlalu

porus yang diakibatkan oleh tekstur tanahnya yang pasiran. Tanah regosol tidak

dimanfaatkan sebagai daerah pertanian di daerah ini mengingat tingkat kesuburan

yang sangat rendah dan luasannya yang sempit.

Litosol merupakan tanah yang tipis dengan solum < 50 cm dan mengalami kontak

langsung dengan batuan induk yang keras yang ada di bawahnya. Berdasarkan analisis

laboratorium, daerah perbukitan ini memiliki tanah yang cenderung masam (pH H2O

5,42) sedangkan pada daerah lembah memiliki pH mencapai 5,96 (agak masam).

Dengan demikian tingkat keasaman tanah menjadi faktor pembatas dalam tingkat

kesuburan tanah daerah ini, dan dapat disimpulkan bahwa tingkat kesuburan tanah

jenis Litosol ini adalah rendah.

Latosol terdapat di kompleks Maleoraja dan Matindok dengan batuan induk berupa

batupasir dan konglomerat. Latosol merupakan tanah yang potensial untuk

pengembangan pertanian, namun juga menyimpan potensi erosi yang besar sebagai

akibat dari posisinya pada lereng-lereng perbukitan dan pegunungan.

Grumusol merupakan tanah lempungan yang mempunyai daya kembang kerut

(swelling and shrinking) tinggi sebagai akibat dari adanya tipe lempung smectite.

Persebaran Grumusol di daerah kajian terdapat di kompleks perbukitan Sukamaju.

Batuan induk daerah ini adalah batu napal dan lanau dengan kadar Ca yang tinggi.

Kondisi tersebut mengakibatkan reaksi tanah dalam suasana basa. Kandungan bahan

organik sangat rendah (0,6%) diakibatkan proses erosi yang intensif.

2. Erosi tanah

Besarnya erosi tanah di wilayah studi sebelum adanya kegiatan adalah 3.872,18

ton/ha/th. Nilai erosi pada rona awal untuk tanah di wilayah Minahaki yang

penggunaan lahannya semak masuk kategori sedang dengan skala kualitas lingkungan

sedang (skala 3).

Page 37: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 37

PT PERTAMINA EP -PPGM

3.1.7. Transportasi

a. Kelancaran lalulintas

Tingkat kelancaran lalulintas di wilayah studi tergolong sangat baik atau sangat lancar.

b. Jaringan jalan

Penggal Kintom-Batui memiliki per-kerasan yang masih baik dengan lebar 4,5 meter. Jenis

perkerasan yang digunakan adalah Lapis Penetrasi Makadam dengan lapis aus Latasir.

Pada penggal jalan yang menghubungkan Batui–Toili-Toili Barat, terdapat adanya

kerusakan jalan (berlubang/ bergelombang). Kerusakan ini disebabkan adanya genangan

air pada daerah yang rendah, sehingga sering terendam.

c. Kondisi jembatan

Kondisi jembatan yang menghubungkan Kota Luwuk sampai dengan Toili Barat, umumnya

sudah cukup memadai. Konstruksi jembatan yang digunakan memiliki dua tipe, yaitu

menggunakan rangka baja dan gelagar beton.

3.2. KOMPONEN BIOLOGI

3.2.1. Flora Darat

1. Vegetasi di Lokasi LNG-Padang (kawasan pantai dan ladang)

Lokasi LNG terletak di sekitar pantai dan area ladang milik penduduk. Pada lokasi ini

terdapat 47 jenis flora darat yang terdiri dari 24 jenis pohon, 15 jenis semak dan 7 jenis

herba. Beberapa jenis flora yang ada merupakan tanaman budidaya dan tanaman khas

pantai seperti Terminalia catapa.

2. Vegetasi di Lokasi Sungai Santoa (Padang – Tangkiang)

Lokasi ini berdekatan dengan LNG Padang dan merupakan area permukiman. Pada lokasi

ini terdapat 23 jenis flora darat yang terdiri dari 12 jenis pohon, 8 jenis semak dan 3 jenis

herba.

3. Vegetasi di Lokasi Uso (Pantai – Pekarangan)

Lokasi ini merupakan dataran rendah yang berbatasan dengan pantai. Penggunaan lahan di

daerah ini merupakan area pemukiman dan lahan pekarangan. Jenis vegetasi yang ada

umumnya merupakan tanaman perkebunan seperti Cocos nucifera. Sementara itu vegetasi

yang ada di tepi pantai, umumnya merupakan tanaman mangrove yaitu Avicenia sp dan

tanaman khas pantai seperti Terminalia catapa dan Vitex trifolia.

4. Vegetasi di Lokasi Kinikini (Muara Sungai Kayoa, rawa)

Tipe ekosistem di lokasi ini merupakan ekosistem rawa. Komposisi flora pada habitat rawa

terdiri dari beberapa jenis bakau, pandan, nipah, dan semak herba.

5. Vegetasi di Lokasi Sumur Pengembangan Donggi

Lokasi ini merupakan daerah persawahan, dengan jenis tanaman utama adalah padi (Oryza

sativa). Pada umumnya padi ditanam dua kali dalam satu tahun dan diselingi tanaman

palawija.

Page 38: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 38

PT PERTAMINA EP -PPGM

6. Vegetasi di Lokasi Sumur Sukamaju

Pada lokasi sumur Sukamaju terdapat 61 jenis flora yang terdiri dari 31 jenis pohon, 20

jenis semak dan 11 jenis herba. Lokasi rencana sumur pengeboran di daerah Sukamaju

berada di sekitar Suaka Margasatwa Bakiriang.

7. Vegetasi di Lokasi Manifold Station Minahaki

Pada lokasi ini terdapat sekitar 11 jenis pohon, 8 jenis semak dan 3 jenis herba.

8. Vegetasi di Lokasi Sumur Minahaki I

Lokasi sumur Minahaki I terletak berdekatan dengan Block Station Minahaki sehingga jenis

vegetasi yang ada tidak jauh berbeda dengan jenis yang ada di Block Station.

9. Vegetasi di Lokasi Sumur Donggi

Lokasi sumur Donggi merupakan daerah persawahan, dengan jenis tanaman utama adalah

padi (Oryza sativa) yang umumnya ditanam dua kali dalam satu tahun dan diselingi

tanaman palawija.

10. Jenis Vegetasi di Lokasi Jalur Trunk Line Di Hutan Lindung

Terdapat 11 jenis pohon di sekitar area Trunk Line. Jenis yang paling sering dijumpai

adalah Lansium domesticum, Nauclea orientalis, dan Arenga pinnata.

11. Vegetasi di Jalur trunk Line Kebun Sekitar Hutan rakyat

Di sekitar lokasi ini terdapat 13 jenis pohon yang sebagian besar adalah tanaman budidaya.

Beberapa jenis yang ditanam masyarakat antara lain Anacardium ocidentale, Arenga

pinnata, Artocarpus integra, Mangifera indica. Namun jenis yang dominan ditanam pada

hutan rakyat adalah Tectona grandis.

12. Vegetasi di Lokasi Trunk Line yang Melewati Sungai Toili

Pada lokasi ini terdapat 22 jenis flora darat yang terdiri dari 11 jenis pohon, 7 jenis semak

dan 3 jenis herba. Penutupan lahan oleh semak herba di lokasi ini didominasi oleh jenis

Eupatorium inulifolium dan Panicum hirtelum.

13. Vegetasi di Lokasi Trunk Line melewati Perkampungan

Penggunaan lahan di sekitar Trunk Line ini adalah permukiman dan pekarangan, sehingga

jenis vegetasi yang mendominasi di area ini terutama adalah tanaman budidaya.

14. Vegetasi di Lokasi jalur Trunk Line yang Melewati Persawahan

Daerah ini merupakan area persawahan dengan jenis tanaman utama Oryza sativa dan

Lannea sp.

Secara umum kondisi flora di wilayah studi baik, dikategorikan mempunyai skala kualitas

lingkungan skala 4.

3.2.2 Fauna Darat

Komunitas burung di dalam wilayah studi cukup banyak, ada sekitar 42 jenis burung yang

ditemukan dan kemungkinan masih banyak jenis burung yang tidak teramati. Jenis burung

yang frekuensinya paling sering dijumpai di semua lokasi pengamatan adalah burung cabe

(Dicaeum celebicum). Srigunting (Dicrurus montanus), Tekukur (Streptopelia chinensis), Gagak

(Corvus macrorhynchos) dan burung kacamata (Zosterops consobrinorum).

Page 39: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 39

PT PERTAMINA EP -PPGM

Dari beberapa jenis yang ada, jenis burung yang termasuk dilindungi antara lain yaitu :

burung kipasan (Rhidipura teysmanni), trinil (Tringa totamus), elang (Haliastur indus; Spilornis

rufipectus), raja udang (Alcedo meninting; Alcedo atthis; Alcedo coerulescens; Amaurornis

phoenicuru) dan pecuk ular (Anhinga melanogaster). Umumnya burung-burung tersebut

ditemukan di daerah sumur gas sekitar perairan, tepi sungai, pantai sekitar mangrove/bakau

dan hutan terbuka.

Sementara itu jenis mamalia yang ada di wilayah studi antara lain Macaca nigra, Macrogalida

musschenbroeckii, Prosciurillus murinus, Rubrisciurus sp, Sus celebensis dan Tarsius

pelengensis. Jenis reptilia yang ada di sekitar lokasi kegiatan antara lain Ahaetulla prasina,

Boiga dendrophila, Crocodillus porosus, Eutropis sp, Python sp. Jenis-jenis tersebut terutama

ditemukan di sekitar lokasi Suaka Margasatwa Bakiriang, hutan lindung dan muara sungai.

Sementara itu pengamatan terhadap hewan budidaya di sekitar lokasi kegiatan, menunjukkan

bahwa kegiatan budidaya hewan umumnya dilakukan dalam skala kecil. Usaha ternak yang

diusahakan masyarakat masih bersifat sebagai usaha sampingan. Beberapa jenis hewan yang

dibudidayakan masyarakat sekitar lokasi kegiatan terutama daerah yang dekat wilayah

pemukiman yaitu sumur gas di daerah Uso dan sekitar Trunk Line Desa Argakencana antara

lain ayam, kambing dan sapi.

Secara umum kondisi fauna di area kegiatan baik, dikategorikan mempunyai skala kualitas

lingkungan skala 4.

3.2.3. Biota Air

A. Biota Air Tawar

1. Plankton

Keanekaragaman atau diversitas plankton rata-rata berkisar antara 9 – 33 genera

dengan kepadatan atau densitas berkisar antara 13 – 4303 individu/liter dengan indeks

diversitas (Shanon-Wiener) plankton rata-rata berkisar antara 0,180 -1,234.

Berdasarkan indeks diversitas plankton di perairan sekitar rencana kegiatan,

menunjukkan bahwa perairan ini tercemar sedang (skala 2) Lee at all, 1978.

2. Benthos

Jenis biota yang ditemukan terdiri dari 3 kelas, 17 familia, dan 17 spesies dengan

kelompok insecta dan gastropoda dominan keberadaanya. Berdasarkan pada kondisi

kelimpahan dan keanekaragaman biota darat terutama benthos, kualitas lingkungan di

sekitar perairan lokasi kegiatan dapat dikategorikan tercemar sedang (skala 2).

B. Biota Air Laut

1. Plankton

Kepadatan populasi plankton per liter rata-rata sebesar 44 – 127 individu/liter. Jenis

plankton yang paling dominan adalah Nauplius, selain itu juga ditemukan genus

Page 40: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 40

PT PERTAMINA EP -PPGM

Anabaena, Nitzschia, Oscilatoria, dan Spirogyra yang biasa hidup pada perairan yang

tercemar. Berdasarkan indeks diversitas menurut Shannon Wiener, kondisi perairan

tersebut tercemar sehingga kondisi komunitas plankton sangat tidak mantap (skala 2).

2. Benthos

Pada lokasi pantai sekitar lokasi kegiatan menunjukkan kelimpahan jenis benthos masih

cukup tinggi dengan rata-rata kerapatan benthos per m2 sekitar 245 individu. Sebagian

besar yang ditemukan merupakan kelompok gastropoda dan insecta masing-masing

terdiri dari 6 familia. Kelompok lainnya adalah kelas turbellaria.

Berdasarkan pada kondisi kelimpahan dan keanekaragaman biota laut terutama

benthos, kualitas lingkungan di sekitar perairan lokasi kegiatan dapat dikategorikan

tercemar sedang (skala 2).

3. Ikan

Kabupaten Banggai memiliki sumberdaya ikan laut yang cukup besar. Potensi perikapan

tangkap di Kabupaten Banggai tahun 2004 diperkirakan mencapai 48.627,1 ton

pertahun yang terdiri dari ikan pelagis 39.387,9 ton dan jenis ikan demersal sebesar

9.239,2 ton. Jenis ikan yang ada kebanyakan nilai ekonominya tinggi, seperti ikan

tenggiri, tunal, kakap, cakalang, dsb. Namun demikian beberapa jenis ikan yang

bernilai ekonomi sedang, juga cukup melimpah seperti ikan teri, tigawaja, dan

rajungan.

Sementara itu potensi perikanan budidaya, baik budidaya tambak maupun budidaya

perikanan air tawar cukup banyak. Di Kecamatan Batui, pemanfaatan lahan tambak

banyak dibudidayakan udang windu, di Kecamatan Luwuk dan Toili diusahakan udang

windu dan bandeng. Potensi lahan budaya air tawar dilakukan di kolam, umumnya jenis

ikan yang dibudidayakan adalah ikan mas dan nila.

Berdasarkan keanekaragaman dan produksi perikanan di sekitar lokasi rencana

kegiatan, maka secara umum kualitas lingkungan di wilayah tersebut dikategorikan

cukup baik (skala 3).

4. Terumbu Karang

Hasil survey yang dilakukan Tahun 2005, secara umum terumbu karang di Desa Batui

berada dalam kategori buruk yaitu sebesar 9,9% pada kedalaman 10 m dan 3,4% pada

kedalaman 3 m. (Survey Potensi Sumber Daya Ikan di Kabupaten Banggai Sulawesi

Tengah, 2005).

Sementara itu hasil pengamatan di lapangan (2006) menunjukkan bahwa tipe terumbu

karang di wilayah studi merupakan terumbu karang tepi (fringging reef) dengan tingkat

kepadatan sangat rendah yaitu hanya berkisar 10% menutupi areal pengamatan. Dari

10% tutupan tersebut terdiri dari coral masive 4%, Acropora encrusting 1%, Acropora

submasive 4% dan sisanya terdiri dari soft coral dan sponge 1%.

Page 41: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 41

PT PERTAMINA EP -PPGM

3.3. KOMPONEN SOSIAL

3.3.1. Demografi

a. Jumlah dan kepadatan penduduk

Jumlah penduduk di 4 kecamatan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat) tersebut pada tahun

2005 adalah 296.488 jiwa dengan tingkat kepadatan 27 jiwa/km2. Kecamatan Toili

mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi dibandingkan kecamatan

lainnya.

b. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan sex ratio

Jumlah penduduk laki-laki di 4 kecamatan wilayah studi adalah 151.927 jiwa dan jumlah

penduduk perempuan 144.561 jiwa. Rasio jenis kelamin di wilayah studi adalah 106.

Jumlah rumah tangga yang tertinggi ada di wilayah Kecamatan Toili dan yang terendah ada

di Kintom. Jumlah anggota keluarga setiap Rumah Tangga rata-rata adalah 4 orang, namun

di Kintom rata-rata hanya mempunyai 3 orang anggota keluarga. Hal ini menunjukkan

bahwa setiap keluarga rata-rata hanya mempunyai seorang anak. Kondisi rumah tangga di

wilayah studi yang rata-rata mempunyai anggota keluarga kurang dari 5 orang ini, bila

dilihat dari baku kualitas lingkungan tergolong sangat baik atau mempunyai skala 5

(L.W. Canter & L.G. Hill, 1981).

c. Komposisi penduduk menurut umur

Rata-rata proporsi jumlah penduduk antara kelompok umur produktif dengan tidak

produktif di 4 kecamatan wilayah studi yaitu 61,40% berbanding 38,60%. Dibandingkan

angka di tingkat kabupaten, jumlah penduduk usia produktif di wilayah studi lebih rendah

sekitar 3,61%.

Proporsi rata-rata antara penduduk yang berumur dibawah 15 tahun (penduduk berusia

muda) dengan penduduk berusia tua (65+) adalah sekitar 31,08% berbanding 4,55%.

Mengingat bahwa jumlah penduduk berusia muda kurang dari 40% terhadap total

penduduk, maka kondisi penduduk berdasarkan umur produktif (usia kerja) di wilayah studi

termasuk dalam skala 5 yaitu sangat baik.

d. Komposisi penduduk menurut pendidikan

Di 4 kecamatan wilayah studi persentase tingkat pendidikan penduduk tamat SD adalah

yang terbesar, sedangkan penduduk yang tidak atau belum sekolah dan tidak tamat SD

sebanyak 26,88% dan yang tamat akademi dan perguruan tinggi baru sekitar 2,37%. Dari

antara 4 kecamatan di wilayah studi, penduduk di wilayah Kecamatan Kintom rata-rata

memiliki tingkat pendidikan yang paling baik dibandingkan dengan kecamatan lainnya,

kemudian diikuti Kecamatan Batui dan yang paling buruk adalah Kecamatan Toili.

Persentase penduduk berpendidikan menengah dan tinggi di wilayah Kintom adalah

32,10% dan 3,99%, sedangkan di wilayah Toili adalah 18,86% dan 1,55%.

Berdasarkan baku penilaian kualitas lingkungan (L.W. Canter & L.G. Hill, 1981), oleh karena

secara umum keadaan pendidikan penduduk di 4 kecamatan wilayah studi persentase

lulusan SD sekitar 45%, yang berpendidikan menengah 23,76% dan yang berpendidikan

tinggi sekitar 2,37%, maka keadaan tersebut termasuk dalam kriteria baik (skala 4).

Page 42: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 42

PT PERTAMINA EP -PPGM

e. Komposisi penduduk menurut matapencaharian

Matapencaharian sebagian besar penduduk (85,41%) di 4 kecamatan wilayah studi adalah

dalam bidang pertanian. Jenis matapencaharian terbesar kedua adalah dalam bidang

industri kerajinan dan yang ketiga adalah bidang konstruksi khususnya sebagai buruh

bangunan. Jenis matapencaharian penduduk yang relatif masih terbatas jumlahnya adalah

sebagai pegawai atau PNS dan ABRI/POLRI serta dalam bidang listrik, gas dan air.

f. Mobilitas penduduk

Dari antara 4 kecamatan di wilayah studi, Kecamatan Toili paling banyak perubahan jumlah

penduduknya, kemudian Batui, Toili Barat dan yang paling sedikit perubahannya adalah

Kintom. Perubahan penduduk tersebut pada umumnya lebih dikarenakan adanya

perubahan penduduk secara alamiah yaitu kelahiran dan kematian. Di wilayah Toili faktor

masuk dan bertempat tinggalnya pendatang juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya

perubahan kependudukan. Berbagai aktivitas perekonomian di Toili relatif paling menonjol

dibandingkan dengan kecamatan lainnya dan hal inilah nampaknya yang menjadi daya tarik

para pendatang untuk masuk dan beraktivitas di wilayah kecamatan.

g. Angkatan kerja

Jumlah usia produktif di 4 kecamatan wilayah studi adalah 63.435 orang atau sekitar

62,51% dengan jumlah angkatan kerja 50.587 orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) di 4 kecamatan wilayah studi adalah 79,75%. TPAK di tingkat kecamatan wilayah

studi relatif sama, dan ini menggambarkan bahwa terdapat penduduk yang berusia kurang

dari 15 tahun atau penduduk berusia muda yang telah terjun kedalam dunia kerja sehingga

TPAK di wilayah tersebut tinggi. Kenyataan ini merupakan salah satu upaya yang dilalukan

kelompok muda usia untuk membantu kondisi ekonomi keluarganya.

h. Kesempatan kerja

Jumlah pencari kerja di wilayah Kabupaten Banggai selama tahun 2005 adalah 3.793 orang

dengan tingkat pendidikan yang paling dominan adalah lulusan SLTA dengan persentase

sekitar 65,49%, kemudian diikuti lulusan Sarjana dengan persentase 17,59% dan Diploma

sebesar 11,05%. Kecenderungan ini relatif sama dengan tahun 2004, namun untuk tahun

2003 pencari kerja lulusan Diploma lebih besar dibandingkan dengan lulusan sarjana.

Selama kurun waktu 2003-2005 jumlah pencari kerja di Kabupaten Banggai yang terbesar

adalah pada tahun 2004 yaitu sebanyak 5.227 orang yang berarti mengalami peningkatan

sekitar 100,73% dibandingkan tahun 2003, namun mengalami penurunan sekitar 27,43%

pada tahun 2005.

Penempatan tenaga kerja selama tahun 2005 mengalami peningkatan sekitar 24,45%

dibandingkan tahun 2004 dengan persentase 41,56% laki-laki dan 58,44% perempuan.

Meskipun penempatan tenaga kerja mengalami peningkatan selama tahun 2005, namun

penempatan yang ada relatif masih kecil yakni sebesar 10,47% dibandingkan dengan

jumlah pencari kerja yang ada. Hal ini terkait dengan kesempatan kerja yang juga relatif

sangat terbatas.

Page 43: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 43

PT PERTAMINA EP -PPGM

3.3.2 Sosial Ekonomi

a. Pendapatan masyarakat

Berdasarkan data struktur responden menurut matapencaharian utama diketahui bahwa

sebagian besar responden bekerja di bidang pertanian, yang meliputi petani dan buruh

tani sebanyak 56,25%, nelayan dan buruh nelayan 2,50%. Penduduk yang bermata-

pencaharian sebagai nelayan umumnya bermukim di pinggir pantai dan rata-rata melaut

hanya 4 – 5 hari per minggu. Pendapatan mereka berkisar antara Rp 20.000,00 – Rp

50.000,00. Jenis matapencaharian lain yang cukup dominan adalah sebagai pengusaha/

wiraswasta (16,67%), aparat desa (5,42%), PNS 5,41% dan lain-lain sebanyak 5%. Dilihat

dari tingkat pendapatannya, rata-rata pendapatan responden per bulan adalah Rp

1.383.204,00 dengan tingkat pendapatan terendah sebesar Rp 150.000,00 dan yang

tertinggi adalah Rp 5.000.000,00. Tingkat pendapatan responden yang paling dominan

adalah hingga Rp 500.000,00 dengan persentase sebesar 45,83%.

Jika batas kemiskinan adalah 1 $ Amerika per orang per hari yang nilai tukarnya adalah

sebesar Rp. 9.600,00 maka rata-rata setiap anggota masyarakat di wilayah studi termasuk

sedikit di atas kategori miskin. Berdasarkan baku kualitas lingkungan tingkat penghasilan

responden di wilayah studi tergolong buruk (skala 2) sehingga kurang dapat memenuhi

kebutuhan hidup keluarga secara optimal.

b. Pola nafkah ganda

Terdapat sekitar 59,17% responden yang memiliki lebih dari satu sumber pendapatan

untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya sehari-hari.

Jenis pekerjaan sampingan yang banyak ditekuni responden tidak jauh berbeda dengan

pekerjaan pokok responden yaitu pada bidang pertanian, khususnya sebagai petani dan

buruh tani. Aktivitas ini umumnya ditekuni oleh para responden yang bekerja diluar bidang

pertanian seperti PNS, wiraswastawan dan guru. Selain untuk menambah penghasilan,

aktivitas ini diakui sebagai sarana untuk menyalurkan hobi, bersifat rekreatif dan

melanjutkan usaha orang tua. Sementara itu usaha sampingan sebagai pedagang

umumnya dilakukan oleh responden dengan membuka warung atau toko di rumahnya.

c. Kepemilikan Benda Berharga oleh Responden

1) Rumah dan pekarangan

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa rumah responden

rata-rata mempunyai luas antara 14 – 600 m2 dengan persentase terbesar (41,67%)

adalah luasan 37 – 70 m2. Hampir semua responden (90,83%) di wilayah studi

mempunyai halaman/pekarangan rumah. Luasan pekarangan berkisar antara 50 – 5000

m2 dengan persentase terbesar (30,83%) yaitu antara 251 – 500 m2.

Status kepemilikan rumah dan pekarangan oleh responden umumnya adalah hak milik

(SHM) dengan persentase sebesar 50,42%, sewa/kontrak (5%), hak pakai (3,33%),

warisan atau milik keluarga (1,25%) dan yang tidak bersertifikat sebanyak 40%.

Page 44: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 44

PT PERTAMINA EP -PPGM

2) Sawah dan ladang

Sawah dimiliki oleh sekitar 39,17% responden dan ladang dimiliki oleh sekitar 73,75%

responden dengan luas berkisar antara 0,08 – 40 Ha.

3) Tabungan

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa terdapat sekitar

26,67% responden yang memiliki tabungan keluarga dan 81,25% diantaranya berupa

tabungan di bank.

4) Benda berharga lainnya

Jenis benda berharga yang secara dominan dimiliki oleh responden adalah televisi (TV),

kemudian diikuti kepemilikan ternak dan VCD. Jenis ternak yang umumnya diusahakan

responden adalah sapi, kambing, babi dan unggas khususnya ayam dan itik.

d. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

Sektor pertanian mendominasi dalam perannya membentuk PDRB Kabupaten Banggai baik

pada tahun 2003 maupun 2004. Kontribusi terbesar kedua diberikan oleh sektor Jasa-jasa,

namun pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 0,31% dibandingkan tahun 2003.

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan andil terbesar ketiga dengan

persentase sebesar 8,83%, yang mengalami penurunan sekitar 0,03% dibandingkan

dengan tahun 2003. Sektor yang kontribusinya paling kecil adalah Listrik dan Air Bersih

yang pada tahun 2004 mengalami peningkatan sekitar 0,01%.

Dengan nilai PDRB sebesar Rp 1.372.194 juta pada tahun 2004 dan jumlah penduduk

pada pertengahan tahun sebanyak 289.979 jiwa, maka nilai PDRB per kapita adalah

Rp 5.207.804,00. Jika batas kemiskinan adalah setara dengan pendapatan perkapita

sebesar Rp 9.600,00 per hari atau sebesar Rp 3.504.000,00 per tahun, maka PDRB

perkapita di Kabupaten Banggai secara umum adalah sekitar 1,49 kali lebih besar daripada

batas kemiskinan atau hal itu berarti berada di atas ambang kemiskinan. Diantara 4

kecamatan wilayah studi, Kecamatan Toili mempunyai tingkat kesejahteraan keluarga yang

paling baik dengan jumlah keluarga yang telah termasuk dalam kategori sejahtera sekitar

64,23%, kemudian diikuti Toili Barat (57,80%), Batui (48,14%) dan yang terendah adalah

Kintom dengan jumlah keluarga sejahtera sekitar 30,53% terhadap jumlah total keluarga di

wilayah kecamatan tersebut.

e. Sarana/Prasarana Perekonomian

1) Perindustrian

Kegiatan industri yang terdapat di wilayah Kabupaten Banggai selama kurun waktu

2005 sebanyak 13 unit usaha dan umumnya didominasi oleh industri kayu dan barang

dari kayu.

2) Perdagangan

Selama tahun 2005 volume perdagangan antar pulau di Kabupaten Banggai mengalami

kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2004. Komoditas yang cukup menonjol

Page 45: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 45

PT PERTAMINA EP -PPGM

diperdagangkan antara lain adalah bungkil kopra sebanyak 21.681 ton, minyak kelapa

sebanyak 13.650 ton, dan rotan sebesar 2.177 ton.

Realisasi perdagangan bahan pokok/penting lainnya yang terbesar di Kabupaten

Banggai adalah semen yang mencapai 46.235 ton, diikuti minyak sebesar 8.531 ton

dan pupuk sebanyak 3.446 ton. Sementara itu realisasi ekspor yang paling menonjol

adalah udang beku sebanyak 1.130.000 ton, kopra 20.806.542 ton dan ganggang laut

kering sebanyak 250.310 ton.

Secara umum di wilayah Kecamatan Toili terdapat paling paling banyak fasilitas

perdagangan yakni sekitar 36,90% dari total fasilitas perdagangan di wilayah studi. Hal

ini menggambarkan bahwa Kecamatan Toili paling potensial aktivitas perdagangannya

yang secara tidak langsung juga menggambarkan kondisi perekonomian secara umum

relatif paling baik dibandingkan kecamatan lainnya.

3) Fasilitas Keuangan

Fasilitas keuangan yang ada di wilayah studi meliputi koperasi dan bank. Jenis koperasi

yang dominan terdapat di wilayah studi adalah Koperasi Unit Desa (KUD).

f. Ekonomi Sumberdaya Alam

1) Penggunaan lahan

Penggunaan lahan di 4 kecamatan wilayah studi yang paling dominan adalah untuk

perkebunan yakni seluas 16.423,85 Ha atau sekitar 4,23% dari total luas lahan yang

ada. Penggunaan terluas kedua adalah untuk tegal atau kebun masyarakat yakni

sekitar 3,83% dan yang ketiga adalah untuk sawah yaitu seluas 3,74% yang terdiri atas

sawah beririgasi seluas 2,80% dan sawah tadah hujan seluas 0,94%. Penggunaan

lahan untuk bangunan dan permukiman baru sekitar 1,39% dan lahan yang tidak atau

belum diusahakan seluas 61,74% terhadap total luas lahan yang ada. Mengingat bahwa

penggunaan lahan yang ada di wilayah studi umumnya untuk pengusahaan pertanian,

perikanan dan perkebunan dengan luasan sekitar 12% yang relatif masih

memperhatikan faktor konservasi lahan, maka berdasarkan baku kualitas lingkungan

penggunaan lahan yang ada termasuk dalam kriteria baik atau mempunyai skala 4.

2) Produksi pertanian

Tanaman pangan

Komoditas potensial yang dihasilkan wilayah studi adalah padi sawah, padi ladang,

jagung, ubi kayu, dan ubi jalar. Toili merupakan wilayah yang paling potensial

menghasilkan komoditas pangan tersebut dibandingkan dengan 3 kecamatan

lainnya. Produksi padi sawah dari Toili adalah 56,77% dari total produksi padi

sawah di wilayah studi.

Dilihat dari tingkat kabupaten, sumbangan wilayah studi terhadap cadangan padi

sawah selama tahun 2005 adalah sebesar 59,40%. Toili yang merupakan wilayah

pertanian hasil pengembangan program transmigrasi mampu menyumbang sekitar

Page 46: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 46

PT PERTAMINA EP -PPGM

33,72% dari total produksi padi sawah Kabupaten Banggai. Sementara itu

sumbangan wilayah studi terhadap produksi padi ladang di tingkat kabupaten

adalah sebesar 24,14%, untuk jagung sebesar 8,75%, ubi kayu 7,11%, ubi jalar

7,48%, kedelai 37,88% dan kacang tanah sebesar 3,56%.

Dilihat dari produktivitasnya, untuk padi sawah rata-rata adalah 2,57 ton/ha dan

untuk padai ladang 0,15 ton/ha. Produktivitas komoditas yang diusahakan di tegal/

kebun adalah jagung (0,04 ton/ha), kedelai (0,029 ton/ha), ubi kayu (0,027 ton/ha)

dan kacang tanah 0,007 ton/ha. Dengan demikian nampak bahwa secara umum

produktivitas lahan di wilayah studi tergolong rendah.

Tanaman sayuran

Secara umum produksi sayuran selama tahun 2005 meningkat bila dibandingkan

dengan tahun 2004.

Komoditas sayuran lain yang cukup menonjol adalah petsai dengan produksi sekitar

26,82% terhadap total produksi kabupaten, sementara itu untuk cabai dan tomat

masing-masing adalah 3,89%, dan untuk kacang panjang sebesar 12,19%.

Tanaman buah-buahan

Jenis buah-buahan yang banyak dihasilkan di wilayah studi adalah pisang, mangga,

pepaya, nangka dan durian.

Produksi pisang dari wilayah studi memberikan kontribusi sebesar 7,75% terhadap

total produksi pisang di tingkat kabupaten, sementara itu untuk mangga adalah

1,57%, pepaya 5,07%, nangka 60,38% dan durian sebesar 0,50%.

Tanaman perkebunan

Produksi berbagai jenis komoditas perkebunan selama tahun 2005 meningkat

sekitar 15-26% dibandingkan tahun 2004. Jenis tanaman perkebunan rakyat yang

banyak diusahakan di wilayah studi adalah kelapa, kakao, kopi, cengkeh, jambu

mete, dan kemiri.

Sumbangan produksi kelapa dari wilayah studi terhadap total produksi di tingkat

kabupaten adalah 7,78%, untuk kakao 12,63%, jambu mete 9,26%, kemiri 4,68,

cengkeh 0,65% dan kopi sebesar 7,08%.

Peternakan

Jenis-jenis ternak yang diusahakan masyarakat di wilayah studi meliputi ternak

besar khususnya sapi, ternak kecil yaitu kambing dan babi dan unggas yang

meliputi ayam kampung dan itik.

Sumbangan wilayah studi terhadap total produksi sapi di tingkat kabupaten adalah

32,90%, untuk kambing 10,80%, babi 23,67%, ayam kampung 32,67% dan untuk

itik adalah sebesar 29,84%.

Perikanan

Jenis perikanan yang dikembangkan di wilayah studi meliputi perikanan laut,

perikanan kolam, tambak udang dan perairan umum.

Page 47: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 47

PT PERTAMINA EP -PPGM

3.3.3 Sosial Budaya

a. Nilai dan norma budaya

Di Kabupaten Banggai terdapat 3 suku asli yaitu Suku Saluan, Suku Banggai dan Suku

Balantak. Suku pendatang yang ada di wilayah ini antara lain adalah Suku Bajo yang

merupakan masyarakat nelayan pendatang tertua dari Kendari, Suku Jawa, Sunda, Bali dan

Flores yang merupakan transmigran serta pendatang lain yang berupaya mencari peluang

kerja yaitu Suku Bugis, Padang, Gorontalo, Manado, Muna dan sebagainya.

Kegiatan adat yang sering dilaksanakan oleh warga masyarakat terutama yang terkait erat

dengan siklus kehidupan manusia yaitu pesta perkawinan, perayaan kelahiran dan

peringatan kematian dengan persentase sebesar 66,20%. Kegiatan adat lain yang

dirayakan adalah bersih desa, yang terkait dengan kegiatan bertani dan adat tumpe yang

merupakan peristiwa budaya warisan Kerajaan Banggai Kepulauan. Kegiatan adat dan

kebiasaan masyarakat ini biasanya dilakukan di balai desa (34,05%), masjid (20,77%),

rumah (16,27%), serta makam dan pure masing-masing sebesar 6,42%.

Sekitar 87,92% responden menyatakan bahwa berbagai jenis kegiatan adat masih tetap

dilakukan oleh masyarakat sebagai upaya untuk melestarikannya.

Salah satu nilai budaya yang masih tampak terlihat adalah nilai budaya gotong royong dan

konsep yang mengganggap penting sikap tenggang rasa terhadap sesama manusia. Gotong

royong di sini adalah dalam hal memperbaiki rumah (20,24%), kerja bakti kebersihan

lingkungan (14,84%), saling membantu dalam melaksanakan hajatan (30,88%) dan arisan

(20,39%) serta bekerja sama untuk siskamling (12,89%).

Mengingat bahwa berbagai aktivitas adat, keagamaan dan sosial budaya yang lain masih

tetap dilaksanakan dan didukung oleh warga masyarakat pada umumnya, maka kondisi

rona lingkungan hidup awal pada parameter nilai dan norma budaya masyarakat di wilayah

studi memiliki skala kualitas lingkungan tergolong baik (skala 4).

b. Proses sosial

Jenis kegiatan bersama yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah meningkatkan

pengetahuan agama (32,13%), kegiatan ormas, arisan dan saling tukar informasi atau

berita. Selain kerja sama warga masyarakat dalam berbagai aktivitas sehari-hari, begitu

pula yang terjadi sebaliknya yaitu adanya konflik, meskipun secara umum responden

menyatakan relatif kecil adanya konflik di wilayah sekitar tempat tinggal mereka yaitu

hanya sekitar 22,92%. Menurut pendapat responden, apabila terjadi konflik umumnya

terkait dengan masalah pemuda/remaja (41,66%), masalah keluarga (25%), masalah

tanah (16,67%), dan perselisihan antar kampung atau suku masing-masing dengan

persentase sebesar 8,33%. Namun berbagai konflik yang ada tersebut pada umumnya

dapat diselesaikan dengan baik.

Page 48: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 48

PT PERTAMINA EP -PPGM

c. Pelapisan sosial

Pelapisan sosial di wilayah studi tercermin dari pendapat masyarakat yang menganggap

pengurus administrasi wilayah/pamong desa merupakan orang yang dituakan (dalam level

tinggi) di lingkungan tempat tinggal dan strata di bawahnya adalah pemuka agama.

Penguasa adat/keturunan bangsawan dan orang yang terpandang secara materi saat ini

tidak secara otomatis menjadi tokoh yang dapat dituakan atau dianggap berpengaruh oleh

semua kelompok masyarakat, tetapi pihak-pihak yang mau bekerjasama dan peduli

terhadap kepentingan masyarakatlah yang akan ditokohkan oleh masyarakat.

d. Pranata sosial/kelembagaan masyarakat

Pranata sosial yang ada di wilayah studi cukup maju dan dinamis yang antara lain

ditunjukkan dengan cukup beragamnya kelembagaan yang ada, seperti lembaga

pendidikan, lembaga ekonomi, lembaga kepemudaan, lembaga kesehatan, lembaga

pertanian dan lembaga kekerabatan. Diantara kelembagaan masyarakat tersebut, yang

paling dikenal oleh responden adalah lembaga kepemudaan dengan persentase 29,09%,

kemudian lembaga pendidikan 22,64% dan lembaga kesehatan 22,10% serta lembaga

pertanian sebesar 19,03%. Hal ini menunjukkan bahwa kelembagaan masyarakat tersebut

cukup aktif dan peranannya dirasakan oleh masyarakat.

e. Sikap dan persepsi masyarakat

Sehubungan dengan rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok, sikap dan persepsi

masyarakat cukup beragam. Secara umum masyarakat setuju (78,33%) dengan rencana

proyek tersebut dengan sejumlah harapan dan saran. Persepsi positif masyarakat terhadap

rencana kegiatan terkait dengan adanya beberapa keuntungan atau manfaat yang dapat

ditimbulkan dari adanya kegiatan proyek.

Manfaat paling besar yang akan muncul dari kegiatan proyek dan akan dapat dirasakan

oleh masyarakat adalah meningkatnya pendapatan masyarakat (44,44%), kemudian

adanya kesempatan kerja (23,81%) dan meningkatnya kesempatan berusaha (10,58%).

Selain itu juga terdapat sekitar 6,35% responden yang menyatakan sangat mengharapkan

dibangunnya fasilitas umum dan fasilitas sosial untuk warga masyarakat.

Selain persepsi positif masyarakat terhadap proyek pengembangan gas ini, masyarakat juga

memiliki persepsi negatif terhadap proyek terkait dengan kemungkinan adanya beberapa

kerugian yang dapat terjadi dengan berlangsungnya proyek ini.

Kerugian yang akan timbul dari kegiatan ini adalah meningkatnya peralihan fungsi lahan

pertanian (31,98%) yang akan berdampak langsung terhadap terjadinya penurunan

produksi pertanian (14,72%).

Page 49: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 49

PT PERTAMINA EP -PPGM

Selain itu juga terdapat kekhawatiran-kekhawatiran warga masyarakat seperti kemungkinan

adanya calo saat pembebasan lahan (15,35%), kemudian diikuti keluarnya gas beracun

(14,56%), terjadinya kebakaran atau semburan api (14,40%), adanya penurunan kualitas

dan kuantitas air (6,96%) dan adanya PHK serta penurunan pendapatan masyarakat

sebagai akibat berhentinya proyek (6,02%). Terhadap kekhawatiran-kekhawatiran tersebut,

responden memberikan beberapa saran/masukan yang merupakan wujud kepedulian

responden terhadap rencana kegiatan sehingga berbagai perubahan yang mungkin terjadi

dan khususnya yang berdampak negatif dapat ditekan seminimal mungkin.

Beberapa saran/masukan responden khususnya terkait dengan masalah pengadaan lahan

adalah sebelum proses pengadaan lahan hendaknya dilakukan sosialisasi kepada

masyarakat (13,25%), pembelian lahan dilakukan secara langsung kepada para pemilik

lahan (80,79%) dan perlu dilakukan musyawarah secara transparan antara para pemilik

lahan, pemrakarsa dan pemerintah khususnya untuk mencapai kesepakatan harga (5,96%).

3.4. KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT

a. Potensi resiko timbulnya penyakit

Potensi besarnya dampak atau terjadinya penyakit tercermin dalam beberapa angka

kesakitan oleh beberapa jenis penyakit di 4 kecamatan wilayah studi. Jenis penyakit yang

banyak diderita penduduk di wilayah studi secara keseluruhan adalah ISPA, malaria,

Common Cold, gastritis, diare.

b. Karakteristik spesifik penduduk yang berisiko

Beberapa karakteristik spesifik penduduk yang dapat menimbulkan risiko adanya penyakit

antara lain ditunjukkan dengan adanya responden perokok, cara pengelolaan sampah dan

partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu dan cara penanganan penyakit.

Sekitar 60% dari responden adalah perokok dan 68,70% diantaranya menghabiskan lebih

dari 9 batang rokok setiap harinya. Kebiasaan responden ini merupakan faktor risiko yang

tidak dapat diabaikan untuk kesehatan badan, terutama terkait dengan penyakit sesak

napas, asma, bronkitis dan infeksi saluran pernafasan, paru dan jantung.

Sementara itu pengelolaan sampah dilakukan dengan dibakar (82,50%), sekitar 6,4%

responden mengelola sampah dengan cara memasukkan ke dalam lubang lalu ditimbun,

dan sebanyak 9 orang (3,8%) dengan cara membuang ke sungai. Pembuangan sampah ke

lingkungan merupakan cara pengelolaan sampah yang tidak mendukung kondisi sanitasi

lingkungan. Oleh karena itu upaya penyadaran masyarakat harus dilakukan agar kondisi

lingkungan wilayah studi tidak menjadi semakin buruk.

Terdapat sekitar 74,46% responden yang pernah menimbangkan balitanya ke Posyandu.

Hal ini dapat diartikan bahwa sebagai perwujudan partisipasi warga masyarakat di bidang

pelayanan kesehatan.

Page 50: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 50

PT PERTAMINA EP -PPGM

Sekitar 68,80% responden menyatakan bahwa ketika sakit akan berobat melalui fasilitas

kesehatan yang ada yaitu Puskesmas/Rumah Sakit ataupun dokter, sekitar 21,3%

responden berobat ke tenaga medis dan paramedis, dan lainnya dengan cara mengobati

sendiri diantaranya dengan minum obat bebas.

c. Sumberdaya kesehatan

Upaya pemeliharaan dan atau peningkatan kesehatan masyarakat di 4 Kecamatan wilayah

studi selama ini dilayani oleh 6 buah Puskesmas, 32 Puskesmas Pembantu dan fasilitas

kesehatan lain seperti polindes dan toko obat. Persentase jumlah Puskesmas yang ada di

wilayah studi mencapai 21,42% dari jumlah total Puskesmas yang ada di Kabupaten

Banggai. Tenaga medis yang ada meliputi dokter umum dan dokter gigi sebanyak 11 orang,

namun untuk dokter spesialis hingga diadakan survei belum ada. Tenaga paramedis

meliputi perawat sebanyak 78 orang dan bidan 64 orang. Jika dibandingkan dengan

keberadaan tenaga kesehatan tingkat kabupaten dengan jumlah dokter 28 orang, maka

keberadaan tenaga medis di wilayah studi mencapai 39,28% yang tersebar di 4 kecamatan

wilayah studi, perawat dan bidan sebanyak 17,60% dari jumlah total perawat dan bidan

yang ada di Kabupaten Banggai.

Dilihat tingkat pelayanan tenaga medis serta paramedis terhadap total penduduk di 4

kecamatan wilayah studi adalah: Puskesmas dan Puskesmas Pembantu 1:2.622, dokter

1:9.060, bidan 1:5.566 dan perawat 1:1.557. Hal ini mengandung arti bahwa setiap

keberadaan puskesmas dan puskesmas pembantu harus melayani penduduk sebanyak

2.622, setiap dokter harus melayani penduduk sebanyak 9.060 orang, dan setiap perawat

harus melayani penduduk sebanyak 1.557 orang.

Dengan demikian berdasarkan kriteria kualitas lingkungan, kondisi pelayanan kesehatan di

wilayah studi tergolong sedang (skala 3).

d. Kondisi sanitasi lingkungan

Sebagian besar penduduk di wilayah studi umumnya telah memiliki sumur sendiri untuk

memenuhi kebutuhan air minum maupun mencuci pakaian dan peralatan rumah tangga

lainnya. Namun kebersihan di sekitar lingkungan tempat tinggal umumnya belum tertata

dengan baik, disamping itu kepemilikan saluran pembuang air limbah relatif masih sangat

sedikit.

Penduduk yang bertempat tinggal di luar wilayah pesisir (86,30%) menggunakan sumur

gali dan sumur bor sebagai sumber air minum. Untuk penduduk di wilayah pesisir

umumnya pemenuhan kebutuhan air bersih dilakukan dengan membeli dan atau

menggunakan sumur gali.

Page 51: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 51

PT PERTAMINA EP -PPGM

Penduduk di wilayah studi pada umumnya sudah memiliki jamban keluarga untuk keperluan

buang air besar keluarga, sekitar 74,60% responden menyatakan melakukan buang air

besar di WC keluarga. Sementara itu penduduk yang melakukan buang air besar di WC

umum sebanyak 5,40% dan 16,2% responden melakukan buang air besar di sungai atau di

WC alam, dengan alasan masih cukup area hutan dan jarang penduduknya.

e. Status Gizi Masyarakat

Umumnya status gizi balita responden adalah bagus (52,68%) yang status gizinya cukup

banyak 45,16% dan terdapat 2,15% bayi responden yang status gizinya kurang. Namun

mengingat bahwa kesehatan balita merupakan salah satu indikator penting untuk melihat

rawan tidaknya kesehatan masyarakat, maka Dinas Kesehatan setempat melalui Puskesmas

yang ada terus melakukan program perbaikan gizi. Beberapa jenis program tersebut adalah

upaya peningkatan penyuluhan para kader gizi kepada ibu-ibu balita tentang konsumsi gizi

dan upaya peningkatan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita.

Page 52: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 52

PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab-4RUANG LINGKUP STUDI

4.1. EVALUASI DAMPAK POTENSIAL

4.1.1. Bagian Hulu

A. Kegiatan-kegiatan Proyek Pengembangan Gas di Bagian Hulu

1. Tahap Pra Konstruksi

a. pembebasan lahan dan tanam tumbuh

b. penerimaan tenaga kerja

2. Tahap Konstruksi

a. mobilisasi dan demobilisasi peralatan

b. pembukaan dan pematangan lahan

c. konstruksi BS dan GPF

d. pemasangan pipa penyalur gas

e. penglepasan tenaga kerja

3. Tahap Operasi

a. penerimaan tenaga kerja

b. pemboran sumur pengembangan

c. operasi produksi di GPF

d. penyaluran gas melalui pipa

e. pengangkutan kondensat dan sulfur dengan transport darat

f. pemeliharaan fasilitas produksi

Page 53: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 53

PT PERTAMINA EP -PPGM

4. Pasca Operasi

a. penutupan sumur

b. penghentian operasi produksi gas

c. pembongkaran dan demobilisai peralatan

d. revegetasi

e. penglepasan tenaga kerja.

B. Dampak Potensial

1. Perubahan iklim mikro

2. Penurunan kualitas udara ambient

3. Terjadinya kebisingan

4. Perubahan sifat tanah

5. Terjadinya erosi tanah

6. Gangguan sistem irigasi dan drainase

7. Perubahan kuantitas air permukaan (air sungai)

8. Penurunan kualitas air permukaan

9. Penurunan kualitas air laut

10. Penurunan kuantitas air tanah dangkal

11. Penurunan kuantitas air tanah dalam

12. Gangguan transportasi jalan darat

13. Gangguan vegetasi

14. Gangguan satwa

15. Gangguan biota air tawar

16. Gangguan biota air laut

17. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi

18. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa

19. Perubahan kependudukan

20. Perubahan pola kepemilikan lahan

21. Peningkatan pendapatan masyarakat

22. Adanya kesempatan berusaha

23. Penurunan kesempatan berusaha

24. Gangguan proses social

25. Pelapisan social

26. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

27. Penurunan sanitasi lingkungan

28. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

Page 54: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 54

PT PERTAMINA EP -PPGM

C. Klasifikasi dan Prioritas Dampak Penting Hipotetis

a. Prakonstruksi

1. Perubahan pola kepemilikan lahan

2. Gangguan proses sosial

3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

b. Konstruksi

1. Perubahan Kualitas udara ambien (debu dan gas)

2. Terjadi kebisingan

3. Terjadi erosi tanah

4. Gangguan sistem irigasi dan drainase

5. Gangguan kelancaran lalulintas

6. Gangguan keselamatan berlalulintas

7. Kerusakan jalan dan jembatan

8. Penurunan kualitas air permukaan

9. Penurunan kualitas air laut

10. Gangguan vegetasi

11. Gangguan satwa

12. Gangguan biota air tawar

13. Gangguan biota air laut

14. Peningkatan pendapatan masyarakat

15. Adanya kesempatan berusaha

16. Gangguan proses sosial

17. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

18. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan

c. Operasi:

1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)

2. Peningkatan kebisingan

3. Penurunan kualitas air permukaan

4. Penurunan kualitas air laut

5. Gangguan keselamatan berlalulintas

6. Kerusakan jalan dan jembatan

7. Gangguan biota air tawar

8. Perubahan kependudukan

9. Peningkatan pendapatan masyarakat

10. Adanya kesempatan berusaha

11. Gangguan proses sosial

12. Munculnya pelapisan sosial

13. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

14. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan

15. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

Page 55: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 55

PT PERTAMINA EP -PPGM

d. Pasca Operasi:

1. Peningkatan kualitas udara ambien

2. Penurunan kebisingan

3. Peningkatan kualitas air permukaan

4. Peningkatan kualitas air laut

5. Gangguan keselamatan berlalulintas

6. Kerusakan jalan dan jembatan

7. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi

8. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa

9. Penurunan pendapatan masyarakat

10. Penurunan kesempatan berusaha

11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

Page 56: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 56

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 4.1. Kerangka Proses Pelingkupan Kegiatan Proyek Pengembangan GasMatindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

PRIORITAS DAMPAK PENTING HIPOTETISPrakonstruksi:1. Perubahan pola kepemilikan lahan2. Gangguan proses sosial3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

Konstruksi:1. Perubahan Kualitas udara ambien (debu dan gas)2. Terjadi kebisingan3. Terjadi erosi tanah4. Gangguan sistem irigasi dan drainase5. Gangguan kelancaran lalulintas6. Gangguan keselamatan berlalulintas7. Kerusakan jalan dan jembatan8. Penurunan kualitas air permukaan9. Penurunan kualitas air laut

10. Gangguan vegetasi11. Gangguan satwa12. Gangguan biota air tawar13. Gangguan biota air laut14. Peningkatan pendapatan masyarakat15. Adanya kesempatan berusaha16. Gangguan proses sosial17. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat18. Penurunan kualitas sanitasi lingkunganOperasi:1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)2. Peningkatan kebisingan3. Penurunan kualitas air permukaan4. Penurunan kualitas air laut5. Gangguan keselamatan berlalulintas6. Kerusakan jalan dan jembatan7. Gangguan biota air tawar8. Perubahan kependudukan9. Peningkatan pendapatan masyarakat

10. Adanya kesempatan berusaha11. Gangguan proses sosial12. Munculnya pelapisan sosial13. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat14. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan15. Penurunan tingkat kesehatan masyarakatPasca Operasi:1. Peningkatan kualitas udara ambien2. Penurunan kebisingan3. Peningkatan kualitas air permukaan4. Peningkatan kualitas air laut5. Keselamatan berlalulintas6. Kerusakan jalan dan jembatan7. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan

vegetasi8. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan

satwa9. Penurunan pendapatan masyarakat

10. Penurunan kesempatan berusaha11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

DeskripsiRencana Kegiatan

PrakonstruksiKonstruksiOperasiPasca Operasi

Deskripsi RonaLingkungan Awal

Komponen Geo-Fisik-Kimia

Komponen BiologiKomponen SosialEkonomi Budaya

Komponen KesehatanMasyarakat

DAMPAK POTENSIAL

A. Geo-Fisik-KimiaPerubahan iklim mikroPenurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)Terjadi kebisinganPerubahan sifat tanahTerjadi erosi tanahGangguan sistem irigasi dan drainasePenurunan debit air sungaiPenurunan kualitas air permukaanPenurunan kualitas air lautPenurunan kuantitas air tanahPenurunan kelancaran lalulintasPenurunan keselamatan berlalulintasKerusakan jalan dan jembatan

B. Komponen BiologiGangguan vegetasiGangguan satwaGangguan biota air tawarGangguan biota air lautPeningkatan keanekaragaman dan kerapatan

vegetasiPeningkatan keanekaragaman dan kelimpahan

satwa

C. Komponen SosekbudPerubahan kependudukanPerubahan pola kepemilikan lahanPeningkatan pendapatan masyarakatAdanya kesempatan berusahaGangguan proses sosialPerubahan sikap dan persepsi masyarakat

D. Komponen KesmasPenurunan kualitas sanitasi lingkunganPenurunan tingkat kesehatan masyarakat

DAMPAK PENTING HIPOTETIS

A. Geo-Fisik-KimiaPerubahan kualitas udara ambien (debu dan gas)Terjadi kebisinganTerjadi erosi tanahPenurunan kualitas air permukaanGangguan sistem irigasi dan drainasePenurunan kualitas air lautGangguan kelancaran lalulintasGangguan keselamatan berlalulintasKerusakan jalan dan jembatan

B. Komponen BiologiGangguan vegetasiGangguan satwaGangguan biota air tawarGangguan biota air lautPeningkatan keanekaragaman dan kerapatan

vegetasiPeningkatan keanekaragaman dan kelimpahan

satwa

C. Komponen SosekbudPerubahan kependudukanPerubahan pola kepemilikan lahanPeningkatan pendapatan masyarakatAdanya kesempatan berusahaMunculnya pelapisan sosialGangguan proses sosialPerubahan sikap dan persepsi masyarakat

D. Komponen KesmasPenurunan kualitas sanitasi lingkunganPenurunan tingkat kesehatan masyarakat

KLASIFIKASI DANPRIORITAS

EVALUASI DAMPAKPOTENSIAL

IDENTIFIKASI DAMPAKPOTENSIAL

Page 57: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 57

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 4.2.

Bagan Alir Dampak Hipotetik Kegiatan Hulu Proyek Pengembangan Gas Matindok

Page 58: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 58

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.1. Ringkasan Jenis-jenis Dampak Hipotetis Rencana Kegiatan ProyekPengembangan Gas Matindok Di Bagian Hulu

No Komponen Lingkungan

Komponen Rencana Kegiatan

Pra-Konst. Konstruksi Operasi Pasca Operasi

1 2 1 2 34

5 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5Alt1

Alt2

Alt3

GEO-FISIK-KIMIA1 Kualitas udara ambien – – – – – – + +2 Kebisingan – – – – – – + +3 Erosi tanah –4 Sistem irigasi dan drainase5 Kualitas air permukaan – – – –6 Kualitas air laut – – –7 Transportasi darat – – – – –/+

BIOLOGI1 Vegetasi – +2 Satwa – – – – – – – +3 Biota air tawar –4 Biota air laut –

SOS-EK-BUD1 Kependudukan –2 Pola kepemilikan lahan –3 Pendapatan masyarakat + + + + + – + + –4 Kesempatan berusaha + + + + + + + + –5 Proses sosial – – – – – – – –6 Pelapisan sosial –7 Sikap & persepsi masyarakat – – – – – – – – – – – – – –

KESEHATAN MASY.1 Sanitasi lingkungan – – – –2 Tingkat kesehatan masyarakat – –

– = dampak negatif+ = dampak positif

A. Tahap Prakonstruksi1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh2. Penerimaan tenaga kerja

C. Tahap Operasi1. Penerimaan tenaga kerja2. Pemboran sumur pengembangan3. Operasi produksi di GPF4. Penyaluran gas melalui pipa5. Pengangkutan kondensat dan sulfur dengan transport darat6. Pemeliharaan fasilitas produksi

D. Tahap Pasca Operasi1. Penutupan sumur2. Penghentian operasi produksi gas3. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan4. Revegetasi5. Penglepasan tenaga kerja

B. Tahap Konstruksi1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan2. Pembukaan dan pematangan lahan3. Konstruksi BS dan GPF4. Pemasangan pipa penyalur gas

Alternatif -1, sejajar di sisi jalan raya Luwuk – MorowaliAlternatif -2, secara Horizontal Directional Drilling (HDD)Alternatif -3, dipasang di dasar laut dekat pantai

5. Penglepasan tenaga kerja

Keterangan:

Keterangan:

Page 59: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 59

PT PERTAMINA EP -PPGM

4.1.2. Bagian Hilir

A. Kegiatan-kegiatan Proyek Pengembangan Gas di Bagian Hilir

1. Tahap Pra Konstruksi

a. pembebasan lahan dan tanam tumbuh

b. penerimaan tenaga kerja

2. Tahap Konstruksi

a. mobilisasi dan demobilisasi peralatan

b. pembukaan dan pematangan lahan

c. konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus

d. penglepasan tenaga kerja

3. Tahap Operasi

a. penerimaan tenaga kerja

b. operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus, dan fasilitas pendukungnya

c. pemeliharaan fasilitas produksi

4. Tahap Pasca Operasi

a. penghentian operasi kilang LNG

b. pembongkaran dan demobilisasi peralatan (kilang dan Pelabuhan Khusus)

c. revegetasi

d. penglepasan tenaga kerja

B. Dampak Potensial

1. Perubahan iklim mikro

2. Penurunan kualitas udara ambien

3. Terjadinya kebisingan

4. Perubahan sifat tanah

5. Terjadinya erosi tanah

6. Gangguan debit air sungai

7. Penurunan kualitas air permukaan

8. Penurunan kualitas air laut

9. Penurunan kuantitas air tanah dangkal

10. Penurunan kuantitas air tanah dalam

11. Gangguan transportasi jalan darat

12. Gangguan keselamatan pelayaran

13. Gangguan vegetasi

14. Gangguan satwa

15. Gangguan biota air laut

16. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi

17. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa

Page 60: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 60

PT PERTAMINA EP -PPGM

18. Perubahan kependudukan

19. Perubahan pola kepemilikan lahan

20. Peningkatan pendapatan masyarakat

21. Adanya kesempatan berusaha

22. Penurunan kesempatan berusaha

23. Gangguan proses sosial

24. Munculnya pelapisan sosial

25. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

26. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan

27. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

C. Klasifikasi dan Prioritas Dampak Penting Hipotetis

a. Prakonstruksi

1. Perubahan pola kepemilikan lahan

2. Gangguan proses sosial

3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

b. Konstruksi

1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)

2. Terjadi kebisingan

3. Gangguan kelancaran lalulintas

4. Gangguan keselamatan berlalulintas

5. Kerusakan jalan dan jembatan

6. Penurunan kualitas air permukaan

7. Penurunan kualitas air laut

8. Gangguan vegetasi

9. Gangguan satwa

10. Gangguan biota air laut

11. Peningkatan pendapatan masyarakat

12. Terbukanya kesempatan berusaha

13. Gangguan proses sosial

14. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

15. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan

16. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

c. Operasi

1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)

2. Peningkatan kebisingan

Page 61: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 61

PT PERTAMINA EP -PPGM

3. Penurunan kualitas air laut

4. Gangguan keselamatan pelayaran

5. Gangguan biota air laut

6. Perubahan kependudukan

7. Peningkatan pendapatan masyarakat

8. Adanya kesempatan berusaha

9. Gangguan proses sosial

10. Munculnya pelapisan sosial

11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

12. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

d. Pasca Operasi

1. Peningkatan kualitas udara ambien

2. Penurunan kebisingan

3. Peningkatan kualitas air permukaan

4. Peningkatan kualitas air laut

5. Gangguan keselamatan berlalulintas

6. Kerusakan jalan dan jembatan

7. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi

8. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa

9. Penurunan pendapatan masyarakat

10. Hilangnya kesempatan berusaha

11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

12. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan

Page 62: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 62

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 4.3. Kerangka Proses Pelingkupan Kegiatan Proyek Pengembangan GasMatindok Bagian Hilir di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

PRIORITAS DAMPAK PENTING HIPOTETISPrakonstruksi:

1. Perubahan pola kepemilikan lahan2. Gangguan proses sosial3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

Konstruksi:1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)2. Terjadi kebisingan3. Gangguan kelancaran lalulintas4. Gangguan keselamatan berlalulintas5. Kerusakan jalan dan jembatan6. Penurunan kualitas air permukaan7. Penurunan kualitas air laut8. Gangguan vegetasi9. Gangguan satwa

10. Gangguan biota air laut11. Adanya kesempatan berusaha12. Peningkatan pendapatan masyarakat13. Gangguan proses sosial14. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat15. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan16. Penurunan tingkat kesehatan masyarakatOperasi:

1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)2. Peningkatan kebisingan3. Penurunan kualitas air laut4. Gangguan keselamatan pelayaran5. Gangguan biota air laut6 Perubahan kependudukan7. Peningkatan pendapatan masyarakat8. Adanya Kesempatan berusaha9. Gangguan proses sosial10. Munculnya pelapisan sosial11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat12. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

Pasca Operasi:1. Peningkatan kualitas udara ambien2. Penurunan kebisingan3. Peningkatan kualitas air permukaan4. Peningkatan kualitas air laut5. Gangguan keselamatan berlalulintas6. Kerusakan jalan dan jembatan7. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan

vegetasi8. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan

satwa9. Penurunan pendapatan masyarakat

10. Penurunan kesempatan berusaha11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat12. Penurunan sanitasi lingkungan

DeskripsiRencana Kegiatan

PrakonstruksiKonstruksiOperasiPasca Operasi

Deskripsi RonaLingkungan Awal

Komponen Geo-Fisik-Kimia

Komponen BiologiKomponen SosialEkonomi Budaya

Komponen KesehatanMasyarakat

DAMPAK POTENSIAL

A. Geo-Fisik-KimiaPerubahan iklim mikroPenurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)Terjadi kebisinganPerubahan sifat tanahTerjadi erosi tanahPenurunan debit air sungaiPenurunan kualitas air permukaanPenurunan kualitas air lautPenurunan kuantitas air tanahGangguan kelancaran lalulintasGangguan keselamatan berlalulintasKerusakan jalan dan jembatanGangguan keselamatan pelayaran

B. Komponen BiologiGangguan vegetasiGangguan satwaGangguan biota air lautPeningkatan keanekaragaman dan kerapatan

vegetasiPeningkatan keanekaragaman dan kelimpahan

satwa

C. Komponen SosekbudPerubahan kependudukanPerubahan pola kepemilikan lahanPeningkatan pendapatan masyarakatAdanya kesempatan berusahaGangguan proses sosialMunculnya pelapisan sosialPerubahan sikap dan persepsi masyarakat

D. Komponen KesmasPenurunan kualitas sanitasi lingkunganPenurunan tingkat kesehatan masyarakat

DAMPAK PENTING HIPOTETIS

A. Geo-Fisik-KimiaPerubahan Kualitas udara ambien (debu dan gas)Terjadi kebisinganPenurunan kualitas air permukaanPenurunan kualitas air lautGangguan kelancaran lalulintasGangguan keselamatan berlalulintasKerusakan jalan dan jembatanGangguan keselamatan pelayaran

B. Komponen BiologiGangguan vegetasiGangguan satwaGangguan biota air lautPeningkatan keanekaragaman dan kerapatan

vegetasiPeningkatan keanekaragaman dan kelimpahan

satwa

C. Komponen SosekbudPerubahan kependudukanPerubahan pola kepemilikan lahanPeningkatan pendapatan masyarakatAdanya kesempatan berusahaGangguan proses sosialMunculnya pelapisan sosialPerubahan sikap dan persepsi masyarakat

D. Komponen KesmasPenurunan kualitas sanitasi lingkunganPenurunan tingkat kesehatan masyarakat

KLASIFIKASI DANPRIORITAS

EVALUASI DAMPAKPOTENSIAL

IDENTIFIKASI DAMPAKPOTENSIAL

Page 63: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 63

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 4.4.

Bagan Alir Dampak Hipotetik Kegiatan Hulu Proyek Pengembangan Gas Matindok

Page 64: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.2. Ringkasan Jenis-jenis Dampak Hipotetis Rencana Kegiatan ProyekPengembangan Gas Matindok Di Bagian Hilir

No Komponen Lingkungan

Komponen Rencana KegiatanPra-

Konst. Konstruksi Operasi PascaOperasi

1 2 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4Alt-1 Alt-2

GEO-FISIK-KIMIA1 Kualitas udara ambien – – – –2 Kebisingan – – – –3 Kualitas air permukaan – –4 Kualitas air laut – –5 Transportasi darat – –6 Keselamatan pelayaran –

BIOLOGI1 Vegetasi – +2 Satwa – +4 Biota air laut – – –

SOS-EK-BUD1 Kependudukan –2 Pola kepemilikan lahan –3 Pendapatan masyarakat + + + – + –4 Kesempatan berusaha + + + –5 Proses sosial – – – – – –6 Pelapisan sosial –7 Sikap & persepsi masyarakat – – – – – – – – –

KESEHATAN MASY.1 Sanitasi lingkungan – – –2. Tingkat kesehatan masyarakat – – –

A. Tahap Prakonstruksi1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh2. Penerimaan tenaga kerja

B. Tahap Konstruksi1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan2. Pembukaan dan pematangan lahan3. Konstruksi komplek Kilang LNG dan Pelabuhan

KhususAlternatif -1, Desa Uso, Kecamatan BatuiAlternatif -2, Desa Padang, Kecamatan Kintom

4. Penglepasan tenaga kerja

Keterangan:

– = dampak negatif+ = dampak positif

Keterangan:

C. Tahap Operasi1. Penerimaan tenaga kerja2. Operasional Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas

pendukungnya

3. Pemeliharaan fasilitas produksi

D. Tahap Pasca Operasi1. Penghentian operasi Kilang LNG2. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan (kilang dan Pelabuhan

Khusus)3. Revegetasi

Matindok 64

4. Penglepasan tenaga kerja

Page 65: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 65

PT PERTAMINA EP -PPGM

4.2. WILAYAH STUDI DAN BATAS WAKTU KAJIAN

4.2.1. Batas Wilayah Studi

A. Batas Kegiatan

Batas tapak proyek adalah ruang atau lahan di mana suatu rencana usaha dan/atau

kegiatan akan melakukan kegiatan prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi.

Penentuan batas kegiatan didasarkan pada rencana pengembangan gas Matindok di

Lapangan Donggi, Minahaki, Sukamaju, Matindok dan Maleo Raja; pemasangan pipa dan

pembangunan LNG Plant termasuk fasilitas pelabuhan khusus. Tapak lahan yang diperlukan

untuk pembangunan fasilitas manifold station di tiga lokasi yaitu adalah lebih kurang 3 x

masing-masing lokasi 1 ha (3 ha); untuk pembangunan BS di tiga lokasi seluas 30 ha; jalur

pipa ”flowline” di lima lokasi tersebut adalah membutuhkan lahan 8 meter lebar x 35

kilometer panjang flowline (14 ha); Kompleks Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas

pendukung seluas lebih kurang 300 ha (dengan alternatif lokasi di Uso atau di Padang);

dan sistem pemipaan gas 20 meter lebar x 60 km panjang pipa (120 ha). Lokasi ini perlu

dipersiapkan sebelum pemboran sumur-sumur pengembangan, yaitu dengan pembuatan

jalan masuk lokasi (pembuatan jalan baru dan peningkatan jalan yang sudah ada) dengan

panjang kumulatif dari semua sumur ± 15 km dengan lebar 6 – 8 m (sekitar 60 ha). Jadi

luas lahan yang diperlukan untuk tapak proyek sekitar 595 ha. Lahan yang dipergunakan

akan menggunakan lahan milik masyarakat atau lainnya. Pelaksanaan pengadaan lahan

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Batas Ekologis

Dalam studi ini batas ekologis meliputi lokasi-lokasi lapangan gas, jalur pipa (darat dan

laut) dan fasilitas Kilang LNG serta wilayah di luarnya yang diperkirakan merupakan daerah

sebaran dampak. Daerah-daerah tersebut terdiri dari area lahan basah berupa persawahan,

daerah perkebunan, hutan dan aliran air tawar dan air laut serta pemukiman penduduk.

Sebaran debu diperkirakan menyebar sejauh 200 m dari kiri-kanan pipa dan lokasi kegiatan

lainnya. Sebaran dampak melalui aliran air diperkirakan tidak akan lebih dari 1 km ke arah

hilir dari saluran air termasuk sungai yang terpotong jalur pipa dan dari pipa pembuangan

limbah cair dari fasilitas produksi gas dan LNG; dan penyebaran dampak melalui aliran air

laut tidak akan lebih dari 2 km dari sekitar Pelabuhan Khusus fasilitas Kilang LNG.

Penyebaran kebisingan dan emisi gas dari proses produksi gas dan LNG dari fasilitas

produksi gas (BS) di di Donggi dan Matindok serta Kilang LNG di Batui atau Kintom diduga

tidak akan melebihi penyebaran debu dan aliran air. Sementara dampak terhadap satwa di

SM Bakiriang tidak akan melebihi 3 km kanan kiri pipa yang melewati kawasan konservasi

tersebut. Untuk batas ekologis di laut: umumnya digunakan kecepatan arus dalam 1 jam;

sehingga jarak batas ekologis ke arah laut dari daratan adalah: 3600 x 0,9 = 3140 m (±

3,5 km).

Page 66: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 66

PT PERTAMINA EP -PPGM

C. Batas Sosial

Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang merupakan berlangsungnya

berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan

(struktur sosial), sesuai dengan dinamika kelompok masyarakat yang diprakirakan

terpengaruh akibat kegiatan Pengembangan Gas Matindok. Justifikasi batas sosial adalah

adanya interaksi masyarakat dengan adanya kegiatan pembebasan lahan untuk tapak MS,

BS, pipa dan Kilang LNG; pemasangan jalur pipa, pembangunan BS dan pembangunan

Kilang LNG serta mobilisasi dan demobilisasi alat/bahan/ personil. Desa yang menjadi batas

sosial disajikan pada Tabel 4.3.

D. Batas Administrasi

Batas administrasi adalah wilayah desa/kelurahan dimana kegiatan proyek berlangsung,

seperti disajikan pada Tabel 4.4.

Page 67: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 67

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.3. Desa/Kelurahan yang Menjadi Batas Sosial KegiatanPengembangan Gas Matindok di Kabupaten BanggaiSulawesi Tengah

Kecamatan Desa/Kelurahan Justifikasi Batas Sosial

No Nama No NamaJalurpipa

Tapaksumur

TapakBlock

Station

TapakMS

TapakKilangLNG

Mobilisasi dandemobilisasi peralatan,

material dan tenagakerja

1. Kintom123

PadangTangkiangKalolos

VVv

V* VVv

2. Batui 4 Uso V V** V5 Honbola V6 Lamo V V7 Balantang V V8 Bugis V V9 Batui V V10 Tolando V V11 Sisipan V V12 Ondo-ondolu I V V13 Nonong V V14 Kayowa V V15 Masing V V16 Batui IV V V17 Batui 21 V V18 Sukamaju I V V V V19 Bonebalantak V V20 Sinorang V V V V

3. Toili 21 Mulyoharjo V V22 Argo Kencana V V V23 Minahaki V V v V24 Rusa Kencana V V V V25 Agro Estate V V26 Singkoyo V V27 Tolisu V V28 Bukit Jaya V V

4. Toili Barat 29 Uwelolu V V30 Pandan Wangi V V V31 Dongin V V V32 Kamiwangi V V V33 Sendang Sari V V V34 Bukit Makarti V V35 Bukit Harapan V V36 Makapa V V V V37 Karya Makmur V V V

Keterangan: *: Lokasi LNG alternatif 1**: Lokasi LNG alternatif 2

Page 68: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 68

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.4. Desa/Kelurahan yang Menjadi Batas Administrasi KegiatanPengembangan Gas Matindok di Kabupaten BanggaiSulawesi Tengah

Kecamatan Desa/Kelurahan

No. Nama No Nama

1. Kintom 123

PadangTangkiangKalalos

2. Batui 4 Uso5 Honbola6 Lamo7 Balantang8 Bugis9 Batui10 Tolando11 Sisipan12 Ondo-ondolu I13 Nonong14 Kayowa15 Masing16 Batui IV17 Batui 2118 Sukamaju I19 Bonebalantak20 Sinorang

3. Toili 21 Mulyoharjo22 Argo Kencana23 Minahaki24 Rusa Kencana25 Agro Estate26 Singkoyo27 Tolisu28 Bukit Jaya

4. Toili Barat 29 Uwelolu30 Pandan Wangi31 Dongin32 Kamiwangi33 Sendang Sari34 Bukit Makarti35 Bukit Harapan36 Makapa37 Karya Makmur

4.2.2. Batas Waktu Kajian

a. Batas waktu kajian Bagian Hulu

Berikut ini adalah batas waktu kajian Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian

Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah.

Page 69: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 69

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.5. Batas Waktu KajianKegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu

di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

TAHAPKEGIATAN

JENIS DAMPAK HIPOTETIK SUMBER DAMPAK BATAS WAKTU KAJIAN

PRAKONSTRUKSI

SOSIAL

Perubahan pola kepemilikanlahan

1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Selama tahap prakonstruksi

Pendapatan masyarakat 1. Penerimaan tenaga kerja setempat Sampai tahap konstruksi

Proses sosial 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Dapat berlangsung sampaitahap operasional

2. Penerimaan tenaga kerja setempat

Sikap dan persepsi masyarakat 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Sampai tahap konstruksi

2. Penerimaan tenaga kerja setempatKONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA

Kualitas udara ambien 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja

Sesaat

2. Pembukaan dan pematangan lahan Selama kegiatan berlangsung

3. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung

4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1 Selama kegiatan berlangsung

5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2 Selama kegiatan berlangsung

6. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3 Selama kegiatan berlangsung

Kebisingan 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja

Sesaat

2. Pembukaan dan pematangan lahan Selama kegiatan berlangsung

3. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung

4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1 Selama kegiatan berlangsung

5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2 Selama kegiatan berlangsung

6. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3 Selama kegiatan berlangsung

Erosi tanah 1. Pembukaan dan pematangan lahan Selama kegiatan berlangsung

Gangguan sistem drainase danirigasi

1. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Selama kegiatan berlangsung

Kualitas air permukaan 1. Pembukaan dan pematangan lahan Selama kegiatan berlangsung

2. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung

Kualitas air laut 1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung

2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2 Selama kegiatan berlangsung

Transportasi darat (gangguankelancaran lalulintas)

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja

Selama kegiatan berlangsung

2. Pemasangan pipa penyalur gas Selama kegiatan berlangsung

Transportasi darat (gangguankeselamatan berlalulintas)

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja

Selama kegiatan berlangsung

2. Pemasangan pipa penyalur gas Selama kegiatan berlangsung

Kerusakan jalan 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja

Sampai kerusakan jalandiperbaiki

Page 70: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 70

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.5. Lanjutan

TAHAPKEGIATAN

JENIS DAMPAK HIPOTETIK SUMBER DAMPAK BATAS WAKTU KAJIAN

KONSTRUKSI BIOLOGI

Penurunan kelimpahan dankeanekaragaman vegetasi

1. Pembukaan dan pematangan lahan Sampai tahap operasional

Gangguan satwa 1. Pembukaan dan pematangan lahan Sampai tahap operasional

2. Konstruksi fasilitas produksi gas Sampai tahap operasional

3. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 1) Sampai tahap operasional

4. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 2) Sampai tahap operasional

5. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 3) Sampai tahap operasional

Penurunan keanekaragamandan kelimpahan biota air tawar

1. Konstruksi Block Station (BS) Selama kegiatan berlangsung

2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Selama kegiatan berlangsung

Penurunan keanekaragamandan kelimpahan biota air laut

1. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 3) Selama kegiatan berlangsung

SOSIALPeningkatan pendapatanmasyarakat

1. Pembukaan dan pematangan lahan

Selama kegiatan konstruksi

2. Kegiatan konstruksi BS dan GPF

3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1

4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2

5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3

Kesempatan berusaha 1. Pembukaan dan pematangan lahan

Selama kegiatan konstruksi2. Kegiatan konstruksi BS dan GPF

3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1

4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2

5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3

Gangguan proses sosial 1. Kegiatan konstruksi BS dan GPF

Selama kegiatan konstruksi2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1

3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2

4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3

Perubahan sikap dan persepsimasyarakat

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja

Selama kegiatan konstruksi2. Konstruksi BS dan GPF

3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1

4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2

5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3

6. Penglepasan tenaga kerja

KESEHATAN MASYARAKAT

Selama kegiatan konstruksi1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF

Penurunan sanitasi lingkungan 2. Pemasangan pipa penyalur gas Alt.1 dan 2

3. Pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3

Page 71: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 71

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.5. Lanjutan

TAHAPKEGIATAN

JENIS DAMPAK HIPOTETIK SUMBER DAMPAK BATAS WAKTU KAJIAN

OPERASI GEOFISIK KIMIA

Kualitas udara ambien (debudan gas)

1. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan operasional

2.Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) Selama kegiatan operasional

Kebisingan 1.Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) Selama kegiatan operasional

Penurunan kualitas airpermukaan

1. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan operasional

2. Operasional produksi di GPF Selama kegiatan operasional

Penurunan kualitas air laut 1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF Selama kegiatan operasional

2. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan operasional

Gangguan keselamatanberlalulintas

1. Penyaluran kondensat dan sulfur dengantransportasi darat

Selama kegiatan operasional

Kerusakan jalan dan jembatan 1. Penyaluran kondensat dan sulfur dengantransportasi darat

Selama kegiatan operasional

BIOLOGI

Penurunan keanekaragamandan kelimpahan biota air tawar

1.Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan pemboran

2.Kegiatan operasi fasilitas produksi (BS & GPF) Selama kegiatan operasional

SOSIAL

Perubahan Kependudukan 1. Penerimaan tenaga kerja Berlangsung sampai pascaoperasional

Peningkatan Pendapatanmasyarakat

1. Penerimaan tenaga kerja Selama kegiatan berlangsung

2. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan berlangsung

3. Operasi produksi gas di GPF Selama kegiatan berlangsung

Adanya kesempatan berusaha 1. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan berlangsung

2. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas (GPF) Selama kegiatan berlangsung

Gangguan proses sosial 1. Penerimaan tenaga kerja Berlangsung sampai pascaoperasional

2. Kegiatan operasi produksi gas di GPF

Pelapisan sosial 1. Operasi produksi di GPF Berlangsung sampai pascaoperasional

Perubahan sikap dan persepsimasyarakat

1. Penerimaan tenaga kerja Selama kegiatan operasional

2. Pemboran sumur pengembangan

3. Kegiatan operasi produksi gas di GPF

4. Penyaluran gas dan kondensat melalui pipa

KESEHATAN MASYARAKAT

Gangguan sanitasi lingkungan 1. Operasional fasilitas produksi gas di GPF Selama kegiatan operasional

Tingkat kesehatan masyarakat 1. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan operasional

1. Kegiatan operasi produksi gas BS dan GPF Selama kegiatan operasional

GEOFISIK KIMIA

PASCA OPERASI Peningkatan kualitas udaraambien

1. Penghentian operasi produksi (BS dan GPF) Sesaat setelah Penghentianoperasi produksi (BS dan GPF)

Penurunan tingkat kebisingan 1. Penghentian operasi produksi (BS dan GPF)

Peningkatan kualitas air laut 1. Penghentian operasi produksi (BS dan GPF)

Gangguan keselamatanberlaluintas

1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan Selama kegiatan berlangsung

Kerusakan jalan 1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan Sampai kerusakan jalandiperbaiki

Page 72: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 72

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.5. Lanjutan

TAHAPKEGIATAN

JENIS DAMPAK HIPOTETIK SUMBER DAMPAK BATAS WAKTU KAJIAN

BIOLOGI

Peningkatan keanekaragamandan kerapatan vegetasi

1. Revegetasi Setelah kegiatan revegetasi

Peningkatan keanekaragamandan kemelimpahan satwa

1. Revegetasi Setelah kegiatan revegetasi

SOSIAL

Penurunan pendapatanmasyarakat

1. Penglepasan tenaga kerja Sesaat setelah kegiatanPenglepasan Tenaga Kerja

Hilangnya kesempatan usaha 1. Penghentian operasi produksi gas di GPF Sesaat setelah kegiatan

Perubahan sikap dan persepsimasyarakat

1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan Setelah kegiatan berlangsung

2. Penglepasan tenaga kerja Setelah kegiatan berlangsung

b. Batas waktu kajian Bagian Hilir

Berikut ini adalah batas waktu kajian Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian

Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah.

Tabel 4.6. Batas Waktu KajianKegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hilir

di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

TAHAPKEGIATAN

JENIS DAMPAK HIPOTETIK SUMBER DAMPAK BATAS WAKTU KAJIAN

PRAKONSTRUKSI

Perubahan pola kepemilikanlahan

1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Selama tahap prakonstruksi

Proses sosial 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Dapat berlangsung sampaitahap konstruksi

Sikap dan persepsi masyarakat 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Dapat berlangsung sampaitahap konstruksi

KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIAKualitas udara ambien 1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung

Kebisingan 1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS danGPF

Selama kegiatan berlangsung

Erosi tanah 1. Pembukaan dan pematangan lahan Selama tahap konstruksi

Gangguan sistem drainase danirigasi

1. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Selama kegiatan berlangsung

Kualitas air permukaan 1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung

Transportasi darat (gangguankelancaran lalulintas)

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja

Selama kegiatan berlangsung

2. Pemasangan pipa penyalur gas Selama kegiatan berlangsung

Transportasi darat (gangguankeselamatan berlalulintas)

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja

Selama kegiatan berlangsung

2. Pemasangan pipa penyalur gas Selama kegiatan berlangsung

Kerusakan jalan 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja

Sampai kerusakan jalandiperbaiki

Page 73: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 73

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.6. Lanjutan

TAHAPKEGIATAN

JENIS DAMPAK HIPOTETIK SUMBER DAMPAK BATAS WAKTU KAJIAN

KONSTRUKSI BIOLOGI

Penurunan kelimpahan dankeanekaragaman vegetasi

1. Pembukaan dan pematangan lahan Berlangsung sampai kegiatanland scaping

Gangguan satwa 1. Pembukaan dan pematangan lahan Selama kegiatan berlangsung

2. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 1) Selama kegiatan berlangsung

3. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 2) Selama kegiatan berlangsung

4. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 3) Selama kegiatan berlangsung

Gangguan biota air tawar 1. Konstruksi Block Station (BS) Selama kegiatan berlangsung

2. Kegiatan Pemasangan Pipa Penyalur gas Selama kegiatan berlangsung

Gangguan Biota air laut(plankton, benthos, terumbukarang, ikan)

1. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 3) Selama kegiatan berlangsung

SOSIAL

Peningkatan pendapatanmasyarakat

1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung

Gangguan proses sosial 1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Dapat berlangsung sampaitahap operasional2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur Gas Alt. 1

3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur Gas Alt. 2

4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur Gas Alt. 3

Perubahan sikap dan persepsimasyarakat

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja

Selama kegiatan berlangsung

2. Konstruksi fasi litas produksi gas BS dan GPF Selama kegiatan berlangsung

Penurunan sanitasi lingkungan 1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF Selama kegiatan berlangsungOPERASI GEOFISIK KIMIA

Kualitas udara ambien(debu dan gas)

1. Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) Selama kegiatan operasi

Gangguan keselamatanberlalulintas

1. Penyaluran kondensat dan sulfur dengantransportasi darat

Selama kegiatan berlangsung

Kerusakan jalan dan jembatan 1. Penyaluran kondensat dan sulfur dengantransportasi darat

Sampai kerusakan jalandiperbaiki

BIOLOGI

Gangguan biota air tawar 1. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan berlangsung

2. Kegiatan operasi fasilitas produksi (BS &GPF) Selama kegiatan operasi

SOSIAL

Adanya kesempatan berusaha 1. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan operasi

2. Operasi produksi di GPF Selama kegiatan operasi

Gangguan proses sosial 1. Penerimaan tenaga kerja Dapat berlangsung sampaipasca operasi

2. Operasi produksi di GPF Dapat berlangsung sampaipasca operasi

Pelapisan sosial 1. Operasi produksi di GPF Dapat berlangsung sampaipasca operasi

Perubahan sikap dan persepsimasyarakat

1. Penerimaan tenaga kerja Selama kegiatan operasi

2. Operasi produksi di GPF Selama kegiatan operasi

KESEHATAN ASYARAKAT

Tingkat kesehatan masyarakat 1. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas BS & GPF Dapat berlangsung sampaipasca operasi

Page 74: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 74

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.6. Lanjutan

TAHAPKEGIATAN

JENIS DAMPAK HIPOTETIK SUMBER DAMPAK BATAS WAKTU KAJIAN

PASCA OPERASI GEOFISIK KIMIA

Gangguan keselamatanberlaluintas

1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan Selama kegiatan berlangsung

Kerusakan jalan 1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan Sampai kerusakan jalandiperbaiki

BIOLOGI

Peningkatan keanekaragam-andan kerapatan vegetasi

1. Revegetasi Setelah dilakukan revegetasi

Peningkatan keanekaragam-andan kemelimpahan satwa

1. Revegetasi Setelah dilakukan revegetasi

SOSIAL

Perubahan sikap dan persepsimasyarakat

1. Penglepasan tenaga kerja Setelah kegiatan berlangsung

Batas wilayah studi yang merupakan resultante dari batas tapak proyek, batas ekologis,

batas sosial dan batas administrasi disajikan pada Gambar 4.5.

Page 75: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 75

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 4.5. Peta Batas Wilayah Studi AMDAL

Page 76: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 76

PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab-5PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

5.1. PRAKIRAAN DAMPAK PADA KEGIATAN HULU

5.1.1. Prakiraan Besaran Dampak

Tabel 5.1. Matriks Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek PengembanganGas Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

Tahap RencanaKegiatan Rencana Kegiatan Parameter Lingkungan Besaran

DampakA. Pra 1. Pembebasan lahan dan Pola kepemilikan lahan – 2

Konstruksi tanam tumbuh Proses sosial –2Sikap dan persepsi masyarakat –2

2. Penerimaan tenaga kerja Proses sosial –1Sikap dan persepsi masyarakat –1

B. Konstruksi 1. Mobilisasi dan demobilisasi Kualitas udara –2peralatan, material dan Kebisingan –1kenaga kerja Keselamatan berlalulintas –2

Kerusakan jalan dan jembatan –2Sikap dan persepsi masyarakat –2

2. Pembukaan dan pematangan Kualitas udara –1lahan Kebisingan –1

Terjadinya erosi tanah –2Vegetasi –3Satwa liar –2Pendapatan masyarakat +1Kesempatan berusaha +1

Page 77: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 77

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 5.1. Lanjutan

Tahap RencanaKegiatan

Rencana Kegiatan Parameter Lingkungan BesaranDampak

3. Konstruksi BS & GPF Kualitas udara –2Kebisingan –2Kualitas air permukaan –2Kualitas air laut –1Satwa liar –1Biota air tawar –1Pendapatan masyarakat +1Kesempatan berusaha +1Proses sosial –2Sikap dan persepsi masyarakat –2Sanitasi lingkungan –2

4. Pemasangan pipa penyalur Kualitas udara (alt- 1) –1gas (alt- 2) –1

(alt- 3) –1Kebisingan (alt- 1) –1

(alt- 2) –1(alt- 3) –1

Kualitas air laut (alt- 3) –2Gangguan sistem irigasi & drainase –2Kelancaran lalulintas –2Keselamatan berlalulintas –3Satwa liar (alt-1) –2

(alt-2) –2(alt-3) –3

Biota air tawar –1Biota air laut –1Pendapatan masyarakat (alt-1) +1

(alt-2) +1(alt-3) +1

Kesempatan berusaha (alt-1) +1(alt-2) +1(alt-3) +1

Proses sosial (alt-1) –2(alt-2) –2(alt-3) –2

Sikap dan persepsi masyarakat (alt-1) –1(alt-2) –1(alt-3) –1

Sanitasi lingkungan (alt-1) –2(alt-2) –2(alt-3) –1

5. Penglepasan tenaga kerja Pendapatan masyarakat –1Sikap dan persepsi masyarakat –1

Page 78: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 78

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 5.1. Lanjutan

Tahap RencanaKegiatan

Rencana Kegiatan Parameter Lingkungan BesaranDampak

C. Operasi 1. Penerimaan tenaga kerja Kependudukan –1Proses sosial –2Sikap dan persepsi masyarakat –2

2. Pemboran sumur Kualitas udara –2pengembangan Kualitas air permukaan –2

Kualitas air laut –1Biota air tawar –1Pendapatan masyarakat +1Kesempatan berusaha +2Tingkat kesehatan masyarakat –2

3. Operasi produksi di GPF Kualitas udara –2Kebisingan –1Kualitas air permukaan –2Biota air tawar –1Pendapatan masyarakat +1Kesempatan berusaha +2Proses sosial –2Pelapisan sosial –2Sikap dan persepsi masyarakat –2Tingkat kesehatan masyarakat –2

4. Penyaluran gas melalui pipa Sikap dan persepsi masyarakat –1

5. Pengangkutan kondensat Keselamatan berlalulintas –2dan sulfur dengan transport Kerusakan jalan dan jembatan –2darat

D. Pasca Operasi 1. Penghentian operasi Kualitas udara +1produksi gas Kebisingan +2

Kualitas air permukaan +1Kualitas air laut +1Kesempatan berusaha –1

2. Pembongkaran dan Keselamatan berlalulintas +2Demobilisasi peralatan Kerusakan jalan –2

Sikap dan persepsi masyarakat –1

3. Revegetasi Vegetasi +2Satwa liar +2

4. Penglepasan tenaga kerja Pendapatan masyarakat –1Sikap dan persepsi masyarakat –2

Keterangan:Angka (1), (2), dan (3) menunjukkan alternatif kegiatan.

Page 79: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 79

PT PERTAMINA EP -PPGM

5.1.2. Sifat Penting Dampak

Tabel 5.2. Matriks Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek PengembanganGas Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

TahapRencanaKegiatan

Rencana Kegiatan Parameter Lingkungan

Kriteria Dampak JumlahKriteriaPenting

(P)1 2 3 4 5 6

A. Pra 1. Pembebasan lahan Pola kepemilikan lahan P P P P TP TP 4PKonstruksi dan tanam tumbuh Proses sosial P P P P TP TP 4P

Sikap dan persepsi masyarakat P P P P TP TP 4P

2. Penerimaan tenaga Proses sosial TP P TP P TP TP 2Pkerja Sikap dan persepsi masyarakat TP P TP P TP TP 2P

B. Konstruksi 1. Mobilisasi dan demo- Kualitas udara P P TP P TP TP 3Pbilisasi peralatan Kebisingan TP P TP P TP TP 2P

Keselamatan berlalulintas P P P P TP TP 4PKerusakan jalan dan jembatan P P P P P P 6PSikap dan persepsi masyarakat P P TP P TP TP 3P

2. Pembukaan dan Kualitas udara TP TP TP P TP TP 1Ppematangan lahan Kebisingan P TP TP TP TP TP 1P

Terjadinya erosi tanah P P TP P TP P 4PVegetasi TP TP P P P TP 3PSatwa liar TP P P P P TP 4PPendapatan masyarakat TP TP TP TP TP P 1PKesempatan berusaha TP TP TP P TP P 2P

3. Konstruksi BS & GPF Kualitas udara TP TP P P TP TP 2PKebisingan P P P P TP TP 4PKualitas air permukaan P P TP P TP TP 3PKualitas air laut P TP TP P TP TP 2PSatwa liar TP P TP P TP TP 2PBiota air tawar P P TP P TP TP 3PPendapatan masyarakat TP TP TP TP TP P 1PKesempatan berusaha TP TP TP P TP P 2PProses sosial P P P P TP TP 4PSikap dan persepsi masyarakat P P P P TP TP 4PSanitasi lingkungan P P P TP TP TP 3P

4. Pemasangan pipa Kualitas udara (alt- 1) P P TP P TP TP 3Ppenyalur gas (alt- 2) TP P TP P TP TP 2P

(alt- 3) TP P TP P TP TP 2PKebisingan (alt- 1) P P TP P TP TP 3P

(alt- 2) TP TP TP P TP TP 1P(alt- 3) TP P TP P TP TP 2P

Kualitas air laut (alt- 3) P P TP P TP TP 3PGangguan sistem irigasi & drainase P P TP P TP TP 3PKelancaran lalulintas TP P TP P TP TP 2PKeselamatan berlalulintas P P TP P TP TP 3PSatwa liar (alt-1) TP P TP P P TP 3P

(alt-2) TP P TP P P TP 3P(alt-3) TP P P P P P 5P

Page 80: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 80

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 5.2. Lanjutan

TahapRencanaKegiatan

Rencana Kegiatan Parameter LingkunganKriteria Dampak Jumlah

KriteriaPenting

(P)1 2 3 4 5 6

B. Konstruksi 4. Pemasangan pipa Biota air tawar P P TP P TP TP 3Ppenyalur gas Biota air laut P TP TP P P P 4P

Pendapatan masyarakat (alt-1) TP TP TP TP TP TP 0(alt-2) TP TP P TP TP TP 1P(alt-3) TP TP P TP TPT TP 1P

Kesempatan berusaha (alt-1) TP TP TP P TP P 2P(alt-2) TP TP P P TP P 3P(alt-3) TP TP P P TP P 3P

Proses sosial (alt-1) P P P P TP TP 4P(alt-2) P P P P TP TP 4P(alt-3) P P P P TP TP 4P

Sikap dan persepsi masyarakat (alt-1) TP TP TP TP TP TP 0(alt-2) TP TP TP TP TP TP 0(alt-3) TP TP TP TP TP TP 0

Sanitasi lingkungan (alt-1) P P P TP TP TP 3P(alt-2) P P P TP TP TP 3P(alt-3) TP TP TP TP TP TP 0

5. Penglepasan tenaga Pendapatan masyarakat TP P TP P TP TP 2Pkerja Sikap dan persepsi masyarakat TP P TP P TP TP 2P

C. Operasi 1. Penerimaan tenaga Kependudukan TP TP TP P TP TP 1Pkerja Proses sosial P P P P TP TP 4P

Sikap dan persepsi masyarakat P P P P TP TP 4P

2. Pemboran sumur Kualitas udara TP TP P TP TP TP 1Ppengembangan Kualitas air permukaan P P TP P TP TP 3P

Kualitas air laut TP TP TP P TP TP 1PBiota air tawar P P P P TP TP 4PPendapatan masyarakat TP TP TP P TP P 2PKesempatan berusaha P P P P TP P 5PTingkat kesehatan masyarakat P P P TP TP P 4P

3. Operasi produksi Kualitas udara P P P TP TP TP 3Pdi GPF Kebisingan TP TP P TP TP TP 1P

Kualitas air permukaan P P TP P P TP 4PBiota air tawar P P P P TP TP 4PPendapatan masyarakat TP TP TP P TP P 2PKesempatan berusaha P P P P TP P 5PProses sosial TP TP TP P TP TP 1PPelapisan sosial P P P P TP TP 4PSikap dan persepsi masyarakat P P P P TP TP 4PTingkat kesehatan Masyarakat P TP P P P TP 4P

4. Penyaluran gas Sikap dan persepsi masyarakat TP TP P P TP TP 2Pmelalui pipa

5. Pengangkutan kon- Keselamatan berlalulintas P P P P TP TP 4Pdensat dan sulfur Kerusakan jalan dan jembatan P P P P P P 6Pdengan transportdarat

Page 81: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 81

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 5.2. Lanjutan

TahapRencanaKegiatan

Rencana Kegiatan Parameter LingkunganKriteria Dampak Jumlah

KriteriaPenting

(P)1 2 3 4 5 6

D. Pasca 1. Penghentian operasi Kualitas udara TP TP TP P TP TP 1POperasi produksi gas Kebisingan TP P TP P TP TP 2P

Kualitas air permukaan TP TP P P TP TP 2PKualitas air laut TP TP P P TP TP 2PKesempatan berusaha TP TP TP P TP TP 1P

2. Pembongkaran dan Keselamatan berlalulintas P P TP P TP TP 3PDemobilisasi peralatan Kerusakan jalan P P TP P P P 5P

Sikap dan persepsi masyarakat TP TP TP P TP TP 1P

3. Revegetasi Vegetasi P TP P P P TP 4PSatwa liar P TP P P P TP 4P

4. Penglepasan tenaga Pendapatan masyarakat TP P TP P TP TP 2Pkerja Sikap dan persepsi masyarakat P P TP P TP TP 3P

Keterangan:Angka (1), (2), dan (3) menunjukkan alternatif kegiatan.

5.2. PRAKIRAAN DAMPAK PADA KEGIATAN HILIR

5.2.1. Prakiraan Besaran Dampak

Tabel 5.3. Matriks Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek PengembanganGas Matindok Bagian Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

Tahap RencanaKegiatan

Rencana Kegiatan Parameter LingkunganBesaranDampak

A. Pra 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Pola kepemilikan lahan (alt-1 & 2) –2Konstruksi Proses sosial (alt-1 & 2) –2

Sikap dan persepsi masyarakat(alt-1 & 2) –22. Penerimaan tenaga kerja Proses sosial –2

Sikap dan persepsi masyarakat –2B. Konstruksi 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan Keselamatan berlalulintas –2

Kerusakan jalan dan jembatan –2Pendapatan masyarakat +1

2. Pembukaan dan pematangan lahan Vegetasi –3Satwa liar –2Kesempatan berusaha (alt-1 & 2) +1

3. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Kualitas udara – 1 (Uso) –2Pelabuhan Khusus Kualitas udara – 2 (Padang) –2

Kebisingan (alt-1 & 2) –2Kualitas air permukaan (alt-1 & 2) –2Kualitas air laut –2Biota air laut (alt-1 & 2) –1Kelancaran lalulintas –2Keselamatan berlalulintas –2Kesempatan berusaha (alt-1 & 2) +2Pendapatan masyarakat (alt-1 & 2) +2Proses sosial (alt-1 & 2) –2Sikap dan persepsi masyarakat(alt-1 & 2) –2Sanitasi lingkungan (alt-1 & 2) –2

4. Penglepasan tenaga kerja Pendapatan masyarakat –1Sikap dan persepsi masyarakat –1

Page 82: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 82

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 5.3. Lanjutan

Tahap RencanaKegiatan

Rencana Kegiatan Parameter LingkunganBesaranDampak

C. Operasi 1. Penerimaan tenaga kerja Kependudukan –1Proses sosial –2Sikap dan persepsi masyarakat –2

2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Kualitas udara –2Khusus dan fasilitas pendukungnya Kebisingan –2

Kualitas air laut –2Biota air laut (alt-1 & 2) –1Keselamatan pelayaran –2Kesempatan berusaha +2Pendapatan masyarakat +2Proses sosial –2Pelapisan sosial –2Sikap dan persepsi masyarakat –2Tingkat kesehatan masyarakat –2

D. Pasca 1. Penghentian operasi Kilang LNG Kualitas udara +1Operasi Kebisingan +1

Kualitas air permukaan +1Kualitas air laut +2Kesempatan berusaha –1

2. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan Keselamatan berlalulintas –2(kilang dan Pelabuhan Khusus) Kerusakan jalan dan jembatan –2

Sikap dan persepsi masyarakat –1Sanitasi lingkungan –2

3. Revegetasi Vegetasi +1Satwa liar +2

4. Penglepasan tenaga kerja Penurunan pendapatan masyarakat –1Sikap dan persepsi masyarakat –2

Page 83: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 83

PT PERTAMINA EP -PPGM

5.2.2. Sifat Penting Dampak

Tabel 5.4. Matriks Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek PengembanganGas Matindok Bagian Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

TahapRencanaKegiatan

Rencana Kegiatan Parameter Lingkungan

Kriteria Dampak JumlahKriteriaPenting

(P)1 2 3 4 5 6

A. Pra 1. Pembebasan lahan Pola kepemilikan lahan (alt-1 & 2) P P P P TP TP 4PKonstruksi dan tanam tumbuh Proses sosial (alt-1 & 2) P P P P TP TP 4P

Sikap dan persepsi masyarakat P P P P TP TP 4P(alt-1 & 2)

2. Penerimaan tenaga Proses sosial P P TP P TP TP 3Pkerja Sikap dan persepsi masyarakat P P TP P TP TP 3P

B. Konstruksi 1. Mobilisasi dan demo- Keselamatan berlalulintas P P P P TP TP 4Pbilisasi peralatan Kerusakan jalan dan jembatan P P P P P P 6P

Pendapatan masyarakat TP TP TP TP TP P 1P

2. Pembukaan dan Vegetasi TP TP P P P TP 3Ppematangan lahan Satwa liar TP P P P TP TP 3P

Kesempatan berusaha (alt-1 & 2) TP TP TP P TP P 2P

3. Konstruksi kompleks Kualitas udara – 1 (Uso) P P P P TP TP 4Pkilang LNG dan Kualitas udara – 2 (Padang) P P P P TP TP 4PPelabuhan Khusus Kebisingan (alt-1 & 2) P P P P TP TP 3P

Kualitas air permukaan (alt-1 & 2) P P P P TP TP 4PKualitas air laut P P TP P TP TP 3PBiota air laut (alt-1 & 2) P TP TP P P TP 3PKelancaran lalulintas P P P P TP TP 4PKeselamatan berlalulintas TP P P P TP TP 3PKesempatan berusaha (alt-1 & 2) P P P P TP P 5PPendapatan masyarakat (alt-1 & 2) P P P TP TP P 4PProses sosial (alt-1 & 2) P P P P TP TP 4PSikap dan persepsi masyarakat(alt-1 & 2)

P P P P TP TP 4P

Sanitasi lingkungan (alt-1 & 2) P P P P TP TP 4P4. Penglepasan tenaga Pendapatan masyarakat P P TP TP TP TP 2P

kerja Sikap dan persepsi masyarakat P TP TP P TP TP 2P

Page 84: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 84

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 5.4. Lanjutan

TahapRencanaKegiatan

Rencana Kegiatan Parameter LingkunganKriteria Dampak Jumlah

KriteriaPenting

(P)1 2 3 4 5 6

C. Operasi 1. Penerimaan tenaga Kependudukan TP TP TP P TP TP 1Pkerja Proses sosial P P P P TP TP 4P

Sikap dan persepsi masyarakat P P P P TP TP 4P

2. Operasional kilang Kualitas udara TP P P P TP TP 3PLNG, Pelabuhan Kebisingan TP P P P TP TP 3PKhusus dan Kualitas air laut TP TP P P TP TP 2Pfasilitas pendukung- Biota air laut (alt-1 & 2) P P P P TP TP 4Pnya Keselamatan pelayaran P TP P P TP TP 3P

Kesempatan berusaha P P P P TP P 5PPendapatan masyarakat P P P P TP P 5PProses sosial P P TP P TP TP 3PPelapisan sosial P P P P TP TP 4PSikap dan persepsi masyarakat P P P P TP TP 4PTingkat kesehatan masyarakat P P P P TP TP 4P

D. Pasca 1. Penghentian operasi Kualitas udara TP P TP P TP TP 2POperasi Kilang LNG Kebisingan TP P TP P TP TP 2P

Kualitas air permukaan TP P TP P TP TP 2PKualitas air laut TP TP P P TP TP 2PKesempatan berusaha TP TP TP P TP TP 1P

2. Pembongkaran dan Keselamatan berlalulintas P P TP P TP TP 3Pdemobilisasi peralatan Kerusakan jalan dan jembatan P P TP P P P 5P(kilang dan Pelabuhan Sikap dan persepsi masyarakat TP TP TP P TP TP 1PKhusus) Sanitasi lingkungan P P P TP TP tP 3P

3. Revegetasi Vegetasi TP TP P P P TP 3PSatwa liar P TP P P P TP 4P

4. Penglepasan tenaga Penurunan pendapatan masyarakat P TP TP P TP TP 2Pkerja Sikap dan persepsi masyarakat P P TP P TP TP 3P

Page 85: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 85

PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab-6EVALUASI DAMPAK PENTING

Keputusan tentang jenis dampak hipotetik yang akan dikelola adalah jenis dampak yang

termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) atau tidak dikelola (TPK) ditetapkan

berdasarkan tiga kriteria sederhana berikut:

a) Pada parameter lingkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila tingkat

kepentingan dampaknya (∑P) ≥ 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan

menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan melebihi

baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kategori dampak penting

yang dikelola (PK).

b) Pada parameter lingkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: apabila (∑P) 3

dan besaran angka prakiraan dampak ≥ (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya masuk

kategori dampak penting yang dikelola (PK).

c) Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting dan tidak

dikelola (TPK).

6.1. DAMPAK KEGIATAN DI BAGIAN HULU

Derajat Besaran dan Tingkat Sifat Kepentingan Dampak Kegiatan Proyek Pengembangan Gas

Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah sebagai berikut.

Page 86: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 86

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.1. Rekapitulasi Derajat Besaran dan Tingkat Sifat Kepentingan DampakKegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu

di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

TahapKegiatan

Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak BesaranDampak

(+/–)

Tingkat KepentinganDampak

Keputusan/Kesim-pulan Hasil

Evaluasi (PK/TPK)Jumlah P % Bobot

PRAKONSTRUKSI

SOSIAL

Perubahan pola kepemilikan lahan Pembebasan lahan dan tanam tumbuh –2 4 66,67 PKGangguan proses sosial 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh –2 4 66,67 PK

2. Penerimaan tenaga kerja setempat –1 2 33,33 TPKPerubahan sikap dan persepsimasyarakat

1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh –2 4 66,67 PK2. Penerimaan tenaga kerja setempat –1 2 33,33 TPK

KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIAPenurunan kualitas udara ambien 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan

tenaga kerja–2 3 50,00 PK

2. Pembukaan dan pematangan lahan –1 1 16,67 TPK3. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF –2 2 33,33 PK4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) –1 3 50,00 TPK5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) –1 2 33,33 TPK6. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) –1 2 33,33 TPK

Terjadi kebisingan 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dantenaga kerja

–1 2 33,33 TPK

2. Pembukaan dan pematangan lahan –1 1 16,67 TPK3. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF –2 4 66,67 PK4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) –1 3 50,00 TPK5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) –1 1 16,67 TPK6. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) –1 2 33,33 TPK

Terjadi erosi tanah Pembukaan dan pematangan lahan –2 4 66,67 PKGangguan sistem irigasi dan drainase Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas –2 3 50,00 PK

Page 87: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 87

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.1. Lanjutan

TahapKegiatan Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak

BesaranDampak

(+/–)

Tingkat KepentinganDampak

Keputusan/Kesim-pulan Hasil

Evaluasi (PK/TPK)Jumlah P % Bobot

KONSTRUKSI Penurunan kualitas air permukaan Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF –2 3 50,00 PK

Penurunan kualitas air laut1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF –1 2 33,33 TPK2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-23) –2 3 50,00 PK

Transportasi darat (gangguankelancaran lalulintas)

1. Pemasangan pipa penyalur gas –2 2 33,33 PK

Transportasi darat (gangguankeselamatan berlalulintas)

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dantenaga kerja

–2 4 66,67 PK

2. Pemasangan pipa penyalur gas –3 3 50,00 PKKerusakan jalan 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan

tenaga kerja–2 6 100,00 PK

BIOLOGIPenurunan kelimpahan dankeanekaragaman vegetasi

Pembukaan dan pematangan lahan –3 3 50,00 PK

Gangguan satwa

1. Pembukaan dan pematangan lahan –2 4 66,67 PK2. Konstruksi fasilitas produksi gas –1 2 33,33 TPK3. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) –2 3 50,00 PK4. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) –2 3 50,00 PK5. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) –3 5 83,33 PK

Penurunan keanekaragaman dankelimpahan biota air tawar

1. Konstruksi Block Station (BS) dan GPF –1 3 50,00 PK2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas –1 3 50,00 PK

Penurunan keanekaragaman dankelimpahan biota air laut

Pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) –1 4 66,67 PK

Page 88: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 88

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.1. Lanjutan

TahapKegiatan

Jenis Dampak Hipotetik Sumber DampakBesaranDampak

(+/–)

Tingkat KepentinganDampak

Keputusan/Kesim-pulan Hasil

Evaluasi (PK/TPK)Jumlah P % Bobot

KONSTRUKSI SOSIALPeningkatan pendapatan masyarakat 1. Pembukaan dan pematangan lahan +1 1 16,67 TPK

2. Kegiatan konstruksi BS dan GPF +1 1 33,33 TPK3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) +1 0 16,67 TKP4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) +1 1 16,67 TKP5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) +1 1 16,67 TKP

Adanya kesempatan berusaha1. Pembukaan dan pematangan lahan +1 2 33,33 TPK2. Kegiatan konstruksi BS dan GPF +21 2 33,33 TPK3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) +1 2 33,33 TPK4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) +1 3 50,00 TPK5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) +1 3 50,00 TPK

Gangguan proses sosial1. Kegiatan konstruksi BS dan GPF –2 4 66,67 PK2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) –2 4 66,67 PK3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) –2 4 66,67 PK4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) –2 4 66,67 PK

Perubahan sikap dan persepsimasyarakat

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dantenaga kerja

–2 3 50,00 PK

2. Konstruksi BS dan GPF –2 4 66,67 PK3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) –1 0 00,00 TPK4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) –1 0 00,00 TPK5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) –1 0 00,00 TPK6. Penglepasan tenaga kerja –1 2 33,33 TPK

KESEHATAN MASYARAKATPenurunan sanitasi lingkungan 1. Konstruksi fasilitas produksi gas (BS dan GPF) –2 3 50,00 PK

2. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-1 dan alt-2) –2 3 50,00 PK3. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) –1 0 00,00 TPK

Page 89: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 89

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.1. Lanjutan

TahapKegiatan

Jenis Dampak Hipotetik Sumber DampakBesaranDampak

(+/–)

Tingkat KepentinganDampak

Keputusan/Kesim-pulan Hasil

Evaluasi (PK/TPK)Jumlah P % Bobot

GEOFISIK KIMIAOPERASI Penurunan kualitas udara ambien

(debu dan gas)1. Pemboran sumur pengembangan –2 1 16,67 TKP2. Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) –2 3 50,00 PK

Peningkatan kebisingan 1. Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) –1 1 16,67 TPKPenurunan kualitas air permukaan 1. Pemboran sumur pengembangan –2 3 50,00 PK

2. Operasional produksi di GPF –2 4 66,67 PKPenurunan kualitas air laut 1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF –1 1 16,67 TPK

2. Pemboran sumur pengembangan –1 1 16,67 TPKGangguan keselamatan berlalulintas Penyaluran Pengangkutan kondensat dan sulfur dengan

transportasi darat–2 4 66,67 PK

Kerusakan jalan dan jembatan Penyaluran kondensat dan sulfur dengan transportasidarat

–2 6 100,00 PK

BIOLOGIPenurunan keanekaragaman dankelimpahan biota air tawar

1. Pemboran sumur pengembangan –1 4 66,67 PK2. Kegiatan operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) –1 4 66,67 PK

SOSIALPerubahan kependudukan Penerimaan tenaga kerja –1 1 16,67 TPKPeningkatan pendapatan masyarakat 1. Penerimaan tenaga kerja +1 2 33,33 TPK

2. Pemboran sumur pengembangan +1 2 33,33 TPK3. Operasi produksi gas di GPF +1 2 33,33 TPK

Adanya kesempatan berusaha 1. Pemboran sumur pengembangan +2 5 83,33 PK2. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas (GPF) +2 5 83,33 PK

Gangguan proses sosial 1. Penerimaan tenaga kerja –2 4 66,67 PK2. Kegiatan operasi produksi gas di GPF –2 4 66,67 PK

Munculnya pelapisan sosial Operasi produksi di GPF –2 4 66,67 PKPerubahan sikap dan persepsimasyarakat

1. Penerimaan tenaga kerja –2 4 66,67 PK2. Kegiatan operasi produksi gas di GPF –2 4 66,67 PK3. Penyaluran gas melalui pipa –1 2 33,33 TPK

Page 90: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 90

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.1. Lanjutan

TahapKegiatan

Jenis Dampak Hipotetik Sumber DampakBesaranDampak

(+/–)

Tingkat KepentinganDampak Keputusan/Kesimpulan

Hasil Evaluasi (PK/TPK)Jumlah P % Bobot

KESEHATAN MASYARAKATPenurunan sanitasi lingkungan Operasional fasilitas produksi gas di GPF –1 1 16,67 TPK

Penurunan tingkat kesehatanmasyarakat

1. Pemboran sumur pengembangan –2 4 66,67 PK

2. Kegiatan operasi produksi gas BS dan GPF –2 4 66,67 PKPASCAOPERASI

GEOFISIK KIMIA

Peningkatan kualitas udaraambient

Penghentian operasi produksi (BS dan GPF) +1 1 16,67 TPK

Penurunan tingkat kebisingan Penghentian operasi produksi (BS dan GPF) +2 2 33,33 TPKPeningkatan kualitas air laut Penghentian operasi produksi (BS dan GPF) +1 2 33,33 TPKGangguan keselamatanberlalulintas

Pembongkaran dan demobilisasi peralatan +2 3 50,00 PK

Kerusakan jalan Pembongkaran dan demobilisasi peralatan –2 5 83,33 PKBIOLOGIPeningkatan keanekaragamandan kerapatan vegetasi

Revegetasi +2 4 66,67 PK

Peningkatan keanekaragamandan kemelimpahan satwa

Revegetasi +2 4 66,67 PK

SOSIALPenurunan pendapatanmasyarakat

Penglepasan tenaga kerja –1 2 33,33 TPK

Hilangnya kesempatan usaha Penghentian operasi produksi gas di GPF –1 1 16,67 TPKPerubahan sikap dan persepsimasyarakat

1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan –1 1 16,67 TPK2. Penglepasan tenaga kerja –2 3 50,00 PK

Page 91: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 91

PT PERTAMINA EP -PPGM

6.1.1. Telaahan Terhadap Dampak Penting

Tabel 6.2. Jenis-Jenis Dampak Penting Yang Mendapat PrioritasUntuk Dikelola di Bagian Hulu

TahapKegiatan Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak

Keputusan/Kesimpulan

Hasil Evaluasi(PK/TPK)

PRAKONSTRUKSI SOSIAL

Perubahan pola kepemilikan lahan Pembebasan lahan dan tanam tumbuh PKGangguan proses sosial Pembebasan lahan dan tanam tumbuh PKPerubahan sikap dan persepsimasyarakat Pembebasan lahan dan tanam tumbuh PK

KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA

Penurunan kualitas udara ambien 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja

PK

Penurunan kualitas udara ambien 2. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF PKPeningkatan kebisingan Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF PKTerjadi erosi tanah Pembukaan dan pematangan lahan PKGangguan sistem irigasi dandrainase

Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas PK

Penurunan kualitas air permukaan Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF PKPenurunan kualitas air laut Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas melalui

laut (alt-3)PK

Transportasi darat (gangguankelancaran lalulintas) Pemasangan pipa penyalur gas PK

Transportasi darat (gangguankeselamatan berlalulintas)

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja

PK

2. Pemasangan pipa penyalur gas PK

Kerusakan jalanMobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dantenaga kerja PK

BIOLOGIPenurunan kelimpahan dankeanekaragaman vegetasi Pembukaan dan pematangan lahan PK

Gangguan satwa

1. Pembukaan dan pematangan lahan PK2. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) PK3. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) PK4. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) PK

Gangguan biota air tawar1. Konstruksi Block Station (BS) dan GPF PK2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas PK

Gangguan Biota air laut (plankton,benthos, terumbu karang, ikan) Pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) PK

SOSIALGangguan proses sosial Gangguan 1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF PKproses sosial 2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) PK

3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) PK4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) PK

Page 92: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 92

PT PERTAMINA EP -PPGM

6.2. Lanjutan

TahapKegiatan

Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak

Keputusan/Kesimpulan

Hasil Evaluasi(PK/TPK)

KONSTRUKSI Perubahan sikap dan persepsimasyarakat Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan

tenaga kerjaPK

KESEHATAN MASYARAKAT Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF PKPenurunan sanitasi lingkungan 1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF PK

2. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-1 dan 2) PKOPERASI GEOFISIK KIMIA

Kualitas udara ambien(debu dan gas) Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) PK

Penurunan kualitas air permukaan 1. Pemboran sumur pengembangan PK2. Operasi produksi di GPF PK

Gangguan keselamatanberlalulintas

Penyaluran Pengangkutan kondensat dan sulfurdengan transportasi darat PK

Kerusakan jalan dan jembatan Penyaluran Pengangkutan kondensat dan sulfurdengan transportasi darat

PK

BIOLOGIGangguan biota air tawar 1. Pemboran sumur pengembangan PK

2. Kegiatan operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) PKSOSIAL

Adanya kesempatan berusaha1. Pemboran sumur pengembangan PK2. Operasi produksi di GPF PK

Gangguan proses sosial1. Penerimaan tenaga kerja PK2. Operasi produksi di GPF PK

Adanya pelapisan sosial Operasi produksi di GPF PKPerubahan sikap dan persepsimasyarakat

1. Penerimaan tenaga kerja PK2. Operasi produksi di GPF PK

KESEHATAN MASYARAKAT

Penurunan tingkat kesehatanmasyarakat

1. Pemboran sumur pengembangan PK2. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas BS dan

GPF PK

PASCAOPERASI

GEOFISIK KIMIA

Gangguan keselamatanberlalulintas

Pembongkaran dan demobilisasi peralatan PK

Kerusakan jalan Pembongkaran dan demobilisasi peralatan PKBIOLOGIPeningkatan keanekaragaman dankerapatan vegetasi Revegetasi PK

Peningkatan keanekaragaman dankemelimpahan satwa Revegetasi PK

SOSIAL EKONOMI BUDAYAPerubahan sikap dan persepsimasyarakat Penglepasan tenaga kerja PK

Page 93: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 93

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 6.1. Bagan Alir Keterkaitan ..... (BAGIAN HULU)

Page 94: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 94

PT PERTAMINA EP -PPGM

6.1.2. Telaahan dan Arahan Sebagai Dasar Pengelolaan Lingkungan

Hasil telahaan secara holistik di atas, dihasilkan jenis-jenis dampak yang mendapatkan prioritas

untuk dikelola.

Page 95: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 95

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.3. Ringkasan Arahan Pengelolan Lingkungan Kegiatan Proyek PPGM Bagian Hulu

TahapKegiatan

KomponenKegiatan Penyebab

Dampak

Komponen Lingkunganyang Terkena Dampak

Arahan Pengelolaan Lingkungan

PRA-KONSTRUKSI

Pembebasan lahan dan tanamtumbuh Pola kepemilikan lahan

Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembebasan lahan dan tanam tumbuhMendata hak kepemilikan lahan yang akan dibebaskanKoordinasi dengan instansi terkait

Proses socsialSikap dan persepsimasyarakat

Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembebasan lahan dan tanam tumbuhMenetapkan harga penggantian lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan beserta prosespembayarannya

Koordinasi dengan instansi terkaitMelibatkan Tim 9 dan BPN dalam proses pembebasan lahan

KONSTRUKSI

Mobilisasi dan demobilisasiperalatan, material dan tenagakerjaKonstruksi fasilitas produksi

Kualitas udaraKualitas udara

Mesin diesel generator dan lain-lain dilengkapi pengendali emisi standarMelakukan penyiraman di sepanjang jalur yang dilalui kendaraan mobilisasi, khususnya yangberdekatan dengan permukiman pada musim kemarauPenggunaan pengendali emisi standarpada mesin diesel generator dan BBM berkadar sulfur rendahPenggunaan dust suspresion controlMelengkapi pekerja dengan saerana K3 (mis, masker)

Konstruksi fasilitas produksi Kualitas udara

Penggunaan pengendali emisi standar pada mesin diesel generator dan BBM berkadar sulfurrendahPenggunaan dust suspresion controlMelengkapi pekerja dengan saerana K3 (mis, masker)

Kebisingan Aktivitas pembangunan yang menimbulkan kebisingan dilakukan pada siang hariPenggunaan earplug atau earmuff

Kualitas air permukaan Melakukan pengelolaan terhadap semua buangan air uji hidrostatik sebelum dibuang kelingkungan

Kegiatan mobilisasi peralatandan demobilisasi peralatan,material, dan tenaga kerja

Kelancaran lalulintas

Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siangPenyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selamamengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasanperkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat).

Page 96: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 96

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.3. Lanjutan

TahapKegiatan

KomponenKegiatan Penyebab

Dampak

Komponen Lingkunganyang Terkena Dampak Arahan Pengelolaan Lingkungan

KONSTRUKSI Kegiatan pembangunan fasilitasproduksi

Kegiatan pemasangan pipapenyalur gas yang memotongjalan umum Keselamatan berlalulintas

Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintaskendaraan proyek dengan menggunakan truk berukuran besar/trailer.Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jamPemasangan rambu-rambu peringatan/tanda hati-hati yang dipasang sebelum masuk kawasanproyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah.Pemasangan lampu penerangan untuk menerangi jalan di dalam kawasanKegiatan pemasangan pipa penyalur gas yang memotong jalan umum.Pemasangan rambu-rambu peringatan/tanda hati-hati yang dipasang sebelum masuk kegiatanproyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arahPemasangan lampu penerangan untuk menerangi jalan di tempat pemasangan pipa

Kerusakan jalan danjembatan

Perbaikan ringan selama masih digunakan untuk lalulintas kendaraan angkutan material dengancara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksiPengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui

Pembukaan dan pematanganlahan

Erosi tanah Pada jalur pemasangan pipa, sesegera mungkin ditanami rumput pioner (leguminose)Pada lokasii BS, GPF dibuatkan saluran sederhana dan sumur resapan untuk menampung aliranpermukaan yang terjadi akibat bangunan tersebut tidak mengalir keluar lokasi BS, GPFPada lokasi sumur gas, dibuatkan saluran drainase sederhana untuk menampung air prmukaandan hasil erosi (material tanah) di sekeliling lokasi sumur.

Vegetasi Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksi

SatwaRevegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksiMempertahankan habitat satwa darat diantaranya dengan meminimalkan pembukaan lahanterbatas pada lokasi yang digunakan untuk fasilitas produksi, jalur pipa, lokasi BS dan GPF

Pemasangan pipa penyalur gas Sistem irigasi dan drainase Dipersiapkan terlebih dahulu sambungan pipa yang akan ditanam memotong saluran drainaseatau alur sungai.Pada setiap perpotongan jalur pemasangan pipa dengan alur sungai, hendaknya sesegeramungkin pemasangan pipa penyalur gas dilakukan.

Pemasangan pipa penyalur gas(alt-3)

Kaulitas air laut Menempatkan pengawas lingkungan yang bertugas mengawasi jika terjadi tumpahan/ceceranminyak dari peralatan yang digunakan untuk segera dilakukan penanganan/pengelolaanMembatasi bidang/area lokasi pekerjaan konstruksi agar kekeruhan dapat diminimalkan

Kegiatan konstruksi BS dan GPFKegiatan pemasangan pipapenyalur gas

Biota air tawar Air sisa uji hidrostatik dari kegiatan konstruksi BS dan GPF serta pemasangan pipa sebelumdibuang ke sungai diolah terlebih dahulu apabila tidak memenuhi baku mutu lingkungan

SatwaBiota air laut

Pemasangan pipa konstruksi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemasangan pipa JOBFasilitas untuk konstruksi jangan menggunakan pantai Bakiriang untuk pelayanan konstruksi pipaAir sisa uji hidrostatik kegiatan pemasangan pipa sebelum dibuang ke laut, diolah terlebih dahuluRehabilitasi terumbu karang di sekitar kegiatan

Page 97: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 97

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.3. Lanjutan

TahapKegiatan

KomponenKegiatan Penyebab

Dampak

Komponen Lingkunganyang Terkena Dampak Arahan Pengelolaan Lingkungan

KONSTRUKSI Kegiatan konstruksi fasilitasproduksi gas (BS dan GPF)

Proses sosial Sosialisasi rencana kegiatan kepada warga masyarakatMemfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan seperti temu warga dan kegiatansosial atau keagamaan lain

Kegiatan mobilisasi dandemobilisasi peralatan, materialdan tenaga kerja

Sikap dan persepsimasyarakat

Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatanMelakukan sosialisasi setiap rencana kegiatan kepada masyarakat

Konstruksi BS dan BFKegiatan konstruksi BS dan GPFKegiatan pemasangan pipapenyalur gas

Sanitasi lingkungan Menyediakan tempat khusus penampung limbah domestik dan konstruksiDisediakan fasilitas MCK yang memadaiSosialisasi

TAHAPOPERASI

Operasi produksi di GPF Kualitas udara ambien Pengoperasian AGRU dan SRUMemasang CEMMelengkapi pekerja dengan sarana K3

Pemboran sumurpengembangan

Operasi produksi di GPF

Kualitas air permukaan Mengelola air buangan dari kegiatan operasi dengan waste water treatment atau effluenttreatment sebelum dibuang ke lingkungan

Kegiatan pengangkutankondensat lewat transportasidarat

Keselamatan berlalulintas Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siangPenyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati -hati dan tetap menjaga kewaspadaan selamamengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasanperkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat).Tata cara pengangkutan kondensat mengikuti Kep. Dirjen Hub Darat No SK725/AJ.302/DRJD/2004Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam

Kerusakan jalan danjembatan

Perbaikan ringan bila terjadi kerusakan jalan segera mungkin dengan cara diberi tanah urug/sirtukemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan jembatan

Pemboran sumurpengembanganKegiatan operasi produksi di GPF

Biota air tawar Pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke badan air

Tabel 6.3. Lanjutan

Page 98: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 98

PT PERTAMINA EP -PPGM

TahapKegiatan

KomponenKegiatan Penyebab

Dampak

Komponen Lingkunganyang Terkena Dampak Arahan Pengelolaan Lingkungan

TAHAPOPERASI

Pemboran sumurpengembanganKegiatan operasi produksi di GPF

Biota air tawar Pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke badan air

TAHAPOPERASI

Kegiatan penerimaan tenagakerjaPemboran sumurpengembanganOperasi produksi di GPF

Kesempatan berusaha Melakukan proses lelang untuk subkontraktor lokal agar dapat terlibat dalam berbagai kegiatanoperasional pengembangan gas MatindokMemberikan kemudahan dan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan berpartisipasidalam peluang usaha yang ada, misalnya dengan memberikan bantuan modal bergulir melaluiKoperasi Pertamina

Penerimaan tenaga kerjaOperasi produksi di GPF

Proses sosial Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan kepada warga masyarakat disekitarnya, baik tentang jumlah tenaga kerja, kualifikasi (pendidikan dan ketrampilan) yangdibutuhkan dan proses seleksinya.Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuaikebutuhanTenaga kerja skill diseleksi sesuai kualifikasi skill yang dibutuhkanProses seleksi tenaga unskill dilakukan dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadanhukum (misalnya KUD) dan untuk tenaga kerja skill dengan melibatkan institusi rekrutmenketenagakerjaan berskala regional dan nasional.

Operasi produksi di GPF Pelapisan sosial Beberapa fasilitas untuk karyawan dapat diakses oleh penduduk lokalMemfasilitasi berbagai kegiatan bersama, seperti social, keagamaan, olah raga dan sebagainyadengan penduduk lokal

Kegiatan penerimaan tenagakerjaKegiatan operasi produksi di GPF

Sikap dan persepsimasyarakat

a. Dampak positifMeningkatkan peran aktif pengusaha atau penduduk lokal dalam berbagai kegiatan

operasional pengembangan gas Matindok, antara lain dengan menginformasikan berbagaikegiatan proyek secara rutin kepada masyarakat

Memberikan kemudahan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan membuka ataumengembangkan usaha, antara lain dengan memberikan bantuan modal bergulir melaluiKoperasi Pertamina

b. Dampak negatifMemfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatanMelakukan sosialisasi setiap rencana kegiatan kepada masyaraka

Pemboran sumurpengembanganKegiatan operasi fasilitasproduksi gas (GPF)

Tingkat kesehatanmasyarakat

Mengelola sumber dampak adanya debu, emisi gas, bising dan atau mengolah air limbahsebelum dibuang ke lingkunganSosialisasi/penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi karyawan danmasyarakat di sekitarnya

Page 99: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 99

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.3. Lanjutan

TahapKegiatan

KomponenKegiatan Penyebab

Dampak

Komponen Lingkunganyang Terkena Dampak Arahan Pengelolaan Lingkungan

PASCAOPERASI

Kegiatan demobilisasiperalatan menggunakan alatberat

Keselamatan berlalulintas Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siangPenyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati -hati dan tetap menjaga kewaspadaan selamamengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasanperkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat).Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute pengangkutan yang menggunakan trukberukuran besar/trailer.Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu maksimum 40 km/jam

Kerusakan jalan danjembatan

Perbaikan ringan bila terjadi kerusakan jalan dengan cara diberi tanah urug/sirtu kemudiandipadatkan serta diberi lapis penutup latasirPembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksiPengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui

Kegiatan revegetasi Vegetasi Restorasi atau pemulihan ke kondisi semulaMelakukan revegetasi dengan tanaman lokal sesuai dengan luas lahan yang digunakan

Satwa Restorasi atau pemulihan ke kondisi semulaMelakukan revegetasi dengan tanaman lokal sesuai dengan luas lahan yang digunakan

Kegiatan penglepasan tenagakerja

Sikap dan persepsimasyarakatPendapatanmasyarakat

Penguatan jaringan komunikasi sosial melalui sosialisasi sebelum kegiatan penglepasan tenagakerjaMembantu masyarakat meningkatkan ketrampilan melalui pelatihan kewirausahaan atauketrampilanMembantu masyarakat meningkatkan ketrampilan seperti pelatihan ketrampilan/wirausaha bagipara tenaga kerja yang selama ini mendukung operasional pengembangan gas Matindok

Sikap dan persepsimasyarakat

Penguatan jaringan komunikasi sosial melalui sosialisasi sebelum kegiatan penglepasan tenagakerja

Membantu masyarakat meningkatkan ketrampilan melalui pelatihan kewirausahaan atauketrampilan

Page 100: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 100

PT PERTAMINA EP -PPGM

6.2. DAMPAK KEGIATAN DI BAGIAN HILIR

Besaran dan tingkat kepentingan dampak kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian

Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah sebagai berikut.

Page 101: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 101

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.4. Rekapitulasi Derajat Besaran dan Tingkat Kepentingan Dampak Bagian Hilir

TahapKegiatan

Jenis Dampak Hipotetik Sumber DampakBesaranDampak

(+/–)

Tingkat KepentinganDampak Keputusan/Kesimpulan

Hasil Evaluasi (PK/TPK)Jumlah P % Bobot

PRAKONSTRUKSI SOSIAL

Perubahan pola kepemilikanlahan

Pembebasan lahan dan tanam tumbuh –2 4 66,67 PK

Gangguan proses sosial 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh –2 4 66,67 PK2. Penerimaan tenaga kerja –2 3 50,00 PK

Sikap dan persepsi masyarakat 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh –2 4 66,67 PK2. Penerimaan tenaga kerja –2 3 50,00 PK

KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA

Penurunan kualitas udara ambien1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan

Khusus di Padang–2 4 66,67 PK

2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan PelabuhanKhusus di Uso

–2 3 66,67 PK

Peningkatan kebisingan

1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan PelabuhanKhusus di Padang

–2 4 66,67 PK

2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan PelabuhanKhusus di Uso

–2 4 66,67 PK

Penurunan kualitas airpermukaan

1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan PelabuhanKhusus di Padang

–2 4 66,67 PK

2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan PelabuhanKhusus di Uso

–2 4 66,67 PK

Penurunan kualitas air laut

1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan PelabuhanKhusus di Padang

–2 3 50,00 PK

2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan PelabuhanKhusus di Uso

–2 3 50,00 PK

Page 102: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 102

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.4. Lanjutan

TahapKegiatan

Jenis Dampak Hipotetik Sumber DampakBesaranDampak

(+/–)

Tingkat KepentinganDampak Keputusan/Kesimpulan

Hasil Evaluasi (PK/TPK)Jumlah P % Bobot

KONSTRUKSI Transportasi darat (gangguankelancaran lalulintas)

Konstruksi kompleks kilang LNG dan PelabuhanKhusus di Padang dan Uso

–2 4 66,67 PK

Transportasi darat (gangguankeselamatan berlalulintas)

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dantenaga kerja

–2 4 66,67 PK

2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan PelabuhanKhusus di Padang dan Uso

–2 3 50,00 PK

Kerusakan jalan dan jembatan Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dantenaga kerja

–2 6 100,00 PK

BIOLOGIPenurunan keanekaragaman dankerapatan vegetasi

Pembukaan dan pematangan lahan –3 3 50,00 PK

Gangguan satwa Pembukaan dan pematangan lahan –2 3 50,00 PKPenurunan keanekaragaman dankelimpahan biota air laut

1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan PelabuhanKhusus di Padang

–1 3 50,00 PK

2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan PelabuhanKhusus di Uso

–1 3 50,00 PK

SOSIALPeningkatan pendapatanmasyarakat

1. Pembukaan dan pematangan lahan +1 1 16,67 TPK2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan

Khusus+2 4 66,67 PK

Penurunan pendapatanmasyarakat

Penglepasan tenaga kerja –1 2 33,33 TPK

Terbukanya kesempatanberusaha

1. Pembukaan dan pematangan lahan +1 2 33,33 TPK2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan

Khusus+2 5 83,33 PK

Gangguan proses sosial Konstruksi kompleks kilang LNG dan PelabuhanKhusus

–2 4 66,67 PK

Sikap dan persepsi negatifmasyarakat

1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan PelabuhanKhusus

–2 4 66,67 PK

2. Penglepasan tenaga kerja –1 2 33,33 TPK

Page 103: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 103

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.4. Lanjutan

TahapKegiatan

Jenis Dampak Hipotetik Sumber DampakBesaranDampak

(+/–)

Tingkat KepentinganDampak Keputusan/Kesimpulan

Hasil Evaluasi (PK/TPK)Jumlah P % Bobot

KONSTRUKSI KESEHATAN MASYARAKAT

Penurunan sanitasi lingkungan

1. Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khususdan fasilitas pendukungnya dermaga di Padang

–2 4 50,00 PK

2. Konstruksi kompleks kilang LNG, dan PelabuhanKhusus dan fasilitas pendukungnya di Uso

–2 4 50,00 PK

OPERASI GEO-FISIK-KIMIAPenurunan kualitas udara Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan

fasilitas pendukungnya–2 3 50,00 PK

Peningkatan kebisingan Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya

–21 3 50,00 PK

Penurunan kualitas air laut Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya

–2 3 50,00 PK

Transportasi laut (gangguankeselamatan pelayaran)

Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya

–2 3 50,00 PK

BIOLOGIPenurunan keanekaragaman dankelimpahan biota air laut

Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya

–1 4 66,67 PK

SOSIALKependudukan: peningkatankepadatan penduduk

Penerimaan tenaga kerja –1 1 16,67 TPK

Peningkatan kesempatanberusaha

Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya

+2 5 83,33 PK

Peningkatan pendapatanmasyarakat

Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya

+2 5 83,33 PK

Gangguan proses sosial 1. Penerimaan tenaga kerja –2 4 66,67 PK2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan

fasilitas pendukungnya–2 3 50,00 PK

Munculnya pelapisan sosial Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya

–2 4 66,67 PK

Page 104: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 104

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.4. Lanjutan

TahapKegiatan

Jenis Dampak Hipotetik Sumber DampakBesaranDampak

(+/–)

Tingkat KepentinganDampak Keputusan/Kesimpulan

Hasil Evaluasi (PK/TPK)Jumlah P % Bobot

OPERASI Sikap dan persepsi negatifmasyarakat

1. Penerimaan tenaga kerja –2 4 66,67 PK2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan

fasilitas pendukungnya–2 4 66,67 PK

KESEHATAN MASYARAKATPenurunan tingkat kesehatanmasyarakaty

Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya

–2 4 66,67 PK

PASCAOPERASI

GEO-FISIK-KIMIAPeningkatan kualitas udara Penghentian operasi kilang LNG +12 2 33,33 TPKPenurunan kebisingan Penghentian operasi kilang LNG +12 2 33,33 TPKPeningkatan kualitas airpermukaan

Penghentian operasi kilang LNG +1 2 33,33 TPK

Peningkatan kualitas air laut Penghentian operasi kilang LNG +2 2 33,33 TPKGangguan keselamatanberlalulintas

Pembongkaran dan demobilisasi peralatan –2 3 50,00 PK

Kerusakan jalan dan jembatan Pembongkaran dan demobilisasi peralatan –2 5 83,33 PKBIOLOGIPeningkatan keanekaragamandan kerapatan vegetasi

Revegetasi +1 3 50,00 PK

Peningkatan keanekaragamandan kelimpahan satwa

Revegetasi +2 4 66,67 PK

SOSIALPenurunan kesempatan berusaha Penghentian operasi kilang LNG –1 1 16,67 TPKPenurunan pendapatanmasyarakat

Penglepasan tenaga kerja –1 2 33,33 TPK

Sikap dan persepsi negatif 1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan –1 1 16,67 TPKmasyarakat 2. Penglepasan tenaga kerja –2 3 50,00 PKKESEHATAN MASYARAKATPenurunan sanitasi lingkungan Pembongkaran dan demobilisasi peralatan –2 3 50,00 PK

Page 105: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 105

PT PERTAMINA EP -PPGM

6.2.1. Telahaan Dampak Penting

Tabel 6.5. Jenis-Jenis Dampak Penting Yang Mendapat PrioritasUntuk Dikelola Di Bagian Hilir

Tahap Kegiatan Jenis Dampak Hipotetik Sumber DampakKeputusan/Kesimpulan

Hasil EvaluasiPRA

KKONSTRUKSI SOSIAL

Perubahan pola kepemilikanlahan Pembebasan lahan dan tanam tumbuh PK

Gangguan proses sosial1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh PK2. Penerimaan tenaga kerja PK

Perubahan sikap dan persepsi 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh PKmasyarakat 2. Penerimaan tenaga kerja PK

KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA

Penurunan kualitas udara Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khususdan fasilitas pendukungnya di Padang dan Uso PK

Peningkatan kebisingan Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khususdan fasilitas pendukungnya di Padang dan Uso

PK

Penurunan kualitas airpermukaan

Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khususdan fasilitas pendukungnya di Padang dan Uso PK

Penurunan kualitas air laut Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khususdan fasilitas pendukungnya PK

Transportasi darat (gangguankelancaran lalulintas)

Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khususdan fasilitas pendukungnya di Padang dan Uso PK

Transportasi darat (gangguankeselamatan berlalulintas)

1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dantenaga kerja PK

2. Konstruksi kompleks kilang LNG, PelabuhanKhusus dan fasilitas pendukungnya di Padang danUso

PK

Kerusakan jalan danjembatanTransportasi darat(gangguan kelancaranlalulintas)

Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dantenaga kerjaKonstruksi kompleks kilang LNG dandermaga di Padang dan Uso

PKPK

BIOLOGIPenurunan keanekaragamandan kerapatan vegetasi Pembukaan dan pematangan lahan PK

Gangguan satwa Pembukaan dan pematangan lahan PKPenurunan keanekaragamandan kelimpahan biota air laut

Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khususdan fasilitas pendukungnya di Padang atau Uso PK

SOSIALPeningkatan pendapatanmasyarakat

Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khususdan fasilitas pendukungnya PK

Terbukanya kesempatanberusaha

Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khususdan fasilitas pendukungnya

PK

Gangguan proses sosial Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khususdan fasilitas pendukungnya PK

Sikap dan persepsi negatifmasyarakat

Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khususdan fasilitas pendukungnya PK

KESEHATAN MASYARAKAT

Penurunan sanitasi lingkungan Konstruksi kompleks kilang LNG dan PelabuhanKhusus di Padang atau Uso PK

Page 106: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 106

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.5. Lanjutan

Tahap Kegiatan Jenis Dampak Hipotetik Sumber DampakKeputusan/

Kesimpulan HasilEvaluasi

OPERASI

GEO-FISIK-KIMIA

Penurunan kualitas udaraOperasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya PK

Peningkatan kebisingan Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya PK

Penurunan kualitas air laut Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya

PK

Transportasi laut (gangguankeselamatan pelayaran)

Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya PK

BIOLOGIPenurunan keanekaragamandan kelimpahan biota air laut

Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya PK

SOSIALTerbukanya kesempatanberusaha

Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya

PK

Gangguan proses sosial1. Penerimaan tenaga kerja PK2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan

fasilitas pendukungnyaPK

Munculnya pelapisan sosialOperasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya PK

Sikap dan persepsi negatifmasyarakat

1. Penerimaan tenaga kerja PK2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan

fasilitas pendukungnya PK

KESEHATAN MASYARAKATPenurunan tingkat kesehatanmasyarakat

Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya PK

PASCAOPERASI

GEO-FISIK-KIMIAGangguan keselamatan berlalu-lintas Pembongkaran dan demobilisasi peralatan PK

Kerusakan jalan dan jembatan Pembongkaran dan demobilisasi peralatan PKBIOLOGIPeningkatan keanekaragamandan kerapatan vegetasi Revegetasi PK

Peningkatan keanekaragamandan kelimpahan satwa

Revegetasi PK

SOSIALSikap dan persepsi negatifmasyarakat

Penglepasan tenaga kerja PK

KESEHATAN MASYARAKATPenurunan sanitasi lingkungan Pembongkaran dan demobilisasi peralatan PK

Page 107: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 107

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 6.2. Bagan Alir Keterkaitan ..... (BAGIAN HILIR)

Page 108: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 108

PT PERTAMINA EP -PPGM

6.2.2. Telaahan Dan Arahan Sebagai Dasar Pengelolaan Lingkungan

Hasil telahaan secara holistik di atas maka dihasilkan jenis-jenis dampak yang mendapatkan

prioritas untuk dikelola.

Page 109: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 109

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.6. Ringkasan Arahan Pengelolan Lingkungan Kegiatan Proyek PPGM di Bagian Hilir

TahapKegiatan

KomponenKegiatan Penyebab

Dampak

Komponen Lingkunganyang Terkena Dampak

Arahan Pengelolaan Lingkungan

PRA-KONSTRUKSI

Pembebasan lahan dan tanamtumbuh

Pola kepemilikan lahan Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembebasan lahan dan tanam tumbuhMendata hak kepemilikan lahan yang akan dibebaskanKoordinasi dengan instansi terkait

Pembebasan lahan dan tanamtumbuh

Penerimaan tenaga kerja

Proses sosialSikap dan persepsimasyarakat

a. Pembebasan lahan dan tanam tumbuhMelaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembebasan lahan dan tanam tumbuhMenetapkan harga penggantian lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan besertaproses pembayarannya

Koordinasi dengan instansi terkaitMelibatkan Tim 9 dan BPN dalam proses pembebasan lahan

b. Penerimaan tenaga kerjaMemberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan, meliputi jumlah tenaga kerjadan kualifikasi yang dibutuhkan serta proses seleksinya

Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuaikebutuhan

Tenaga kerja skill diseleksi sesuai kualifikasi skill yang dibutuhkanProses seleksi tenaga unskill dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan hukum,dan untuk yang skill melibatkan institusi rekrutmen ketenagakerjaan berskalaregional/nasional

KONSTRUKSI Konstruksi kompleks kilang LNGdan Pelabuhan Khusus

Kualitas udara Mesin diesel generator dilengkapi pengendali emisi standar dan menggunakan BBM berkadarsulfur rendah

Menggunakan dust supression controlMelengkapi pekerja dengan sarana K3

Kebisingan Aktivitas pembangunan yang menimbulkan kebisingan dilakukan siang hariPenggunaan earplug atau earmuff

Kualitas air laut Penggunaan oilboom atau oil dispersant untuk mencegah ceceran oli dan minyak dari peralatankonstruksi

Pengerukan dilakukan secara hati-hati untuk meminimalkan peningkatan kekeruhanPerawatan kebersihan dari kamar mesin, alat pengeruk dan kapak pengangkut material dan alatkonstruksi dari ceceran minyak dan oli

Kualitas air permukaan Pengefektifan ”Eeffluent Ttreatment” unit atau waste water management atau IPAL

Page 110: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 110

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.6. Lanjutan

TahapKegiatan

KomponenKegiatan Penyebab

Dampak

Komponen Lingkunganyang Terkena Dampak

Arahan Pengelolaan Lingkungan

KONSTRUKSI Mobilisasi dan demobilisasiperalatan, material

Konstruksi kompleks kilang LNG,dan Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya

Keselamatan berlalulintas Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siangPenyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selamamengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasanperkotaan (Kintom, Batui).

Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintaskendaraan proyek dengan menggunakan truk berukuran besar/trailer

Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jamPemasangan rambu-rambu peringatan/tanda hati-hati yang dipasang sebelum masuk kawasanproyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah

Besar huruf pada rambu dapat terbaca jelas pada jarak 25 meter.Memberi perlindungan kepada pekerja dengan lalulintas kendaraan bermotor (diberi traffic coneatau kerucut lalulintas sebagai pembatas yang diberi tali)

Pemasangan lampu penerangan untuk menerangi jalan di dalam kawasanKonstruksi kompleks kilang LNG,Pelabuhan Khusus dan fasilitaspendukungnyaKonstruksikompleks kilang LNG dandermaga

Kelancaran lalulintas Adanya petugas yang mengatur arus lalulintas menerus selama jalan tersebut belum dipindahkanMembuat jalur baru terlebih dahulu yang setara dengan kualifikasi jalan lama

Mobilisasi dan demobilisasiperalatan, material

Kerusakan jalan danjembatan

Perbaikan ringan selama masih digunakan untuk lalulintas kendaraan angkutan material dengancara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.

Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksiPengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilaluiPerbaikan jalan/jembatan harus berkoordinasi dengan Kimpraswil Kabupaten Banggai

Pembukaan dan pematanganlahan

Vegetasi Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksi

Satwa Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksiMempertahankan habitat satwa darat diantaranya dengan meminimalkan pembukaan lahanterbatas pada lokasi yang digunakan untuk kompleks kilang LNG.

Konstruksi kompleks kilang LNG,Pelabuhan Khusus dan fasilitaspendukungnyaKonstruksikompleks kilang LNG dandermaga

Biota air lautAnalisis seksama atas semua buangan air uji hidrostatik untuk memastikan bahwaMengaktifkaneffluent treatment unit atau waste water management agar tidak akan menimbulkan dampakterhadap lingkungan

Rehabilitasi terumbu karang di sekitar kegiatan

Page 111: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 111

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.6. Lanjutan

TahapKegiatan

KomponenKegiatan Penyebab

Dampak

Komponen Lingkunganyang Terkena Dampak

Arahan Pengelolaan Lingkungan

KONSTRUKSI Konstruksi kompleks kilang LNGdan Pelabuhan Khusus

Kesempatan berusaha Melakukan proses lelang untuk subkontraktor lokal agar dapat terlibat dalam berbagai aktivitaspengembangan gas Matindok

Memberikan kemudahan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan memanfaatkankesempatan berusaha

Membantu memberikan pelatihan ketrampilan dan atau pengembangan usahaPendapatan masyarakat Mengutamakan/memprioritaskan kesempatan kerja bagi penduduk lokal sesuai kualifikasi dan

kebutuhanMemberikan kemudahan atau bantuan fasilitas bagi masyarakat lokal yang akan membuka ataumengembangkan usaha

Proses sosial Sosialisasi rencana kegiatan kepada warga masyarakatMemfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan seperti temu warga dan kegiatansosial atau kegiatan keagamaan lainnya

Sikap dan persepsimasyarakat

a. Dampak positifMeningkatkan peran aktif pengusaha atau penduduk lokal dalam berbagai kegiatan

operasional pengembangan gas Matindok, antara lain dengan menginformasikan berbagaikegiatan proyek secara rutin kepada masyarakat

Memberikan kemudahan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan membuka ataumengembangkan usaha, antara lain dengan memberikan bantuan modal bergulir melaluiKoperasi Pertamina

b. Dampak negatifMemfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatanMelakukan sosialisasi setiap rencana kegiatan kepada masyarakat

Sanitasi lingkungan Disediakan tempat penampung limbah konstruksi dan domestik padat maupun cairDisediakan fasilitas MCK yang memadahiHimbauan atau sosialisasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Page 112: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 112

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.6. Lanjutan

TahapKegiatan

KomponenKegiatan Penyebab

Dampak

Komponen Lingkunganyang Terkena Dampak Arahan Pengelolaan Lingkungan

OPERASI Operasional kilang LNG,Pelabuhan Khusus dan fasilitas

Kualitas udara Pengefektifan fasilitas Acid Gas Removal Unit (AGRU), Sulfur Recovery Unit (SRU) dan MRUMelengkapi pekerja dengan sarana K3

pendukungnya Kebisingan Penggunaan peredam suara atau lapisan disain akustik khususPenggunaan earplug atau earmuff

Kualitas air laut Mengolah air limbah sebelum dibuang ke lingkunganMenggunakan oil boom untuk mencegah persebaran ceceran oli/minyak dari kendaraan/peralatanoperasional

Keselamatan pelayaran Pemasangan rambu-rambu navigasi dan keselamatan pelayaranPemasangan lampu penerangan pada batas tapak kegiatan dan kapal LNG

Kelancaran lalulintas Adanya petugas yang mengatur arus lalulintas menerus selama jalan tersebut belum dipindahkanMembuat jalur baru terlebih dahulu yang setara dengan kualifikasi jalan lama

Biota air laut Limbah cair diolah sesuai ketentuan yang berlakuRehabilitasi terumbu karang di sekitar kegiatan

Kesempatan berusaha Melakukan proses lelang untuk subkontraktor lokal agar dapat terlibat dalam berbagai kegiatanoperasional pengembangan gas Matindok

Memberikan kemudahan dan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan berpartisipasidalam peluang usaha yang ada

Pendapatan masyarakat Mengutamakan/memprioritaskan kesempatan kerja bagi penduduk lokal sesuai kualifikasi dankebutuhan

Memberikan kemudahan/bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan membuka/mengem-bangkan usaha

Page 113: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 113

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.6. Lanjutan

TahapKegiatan

KomponenKegiatan Penyebab

Dampak

Komponen Lingkunganyang Terkena Dampak

Arahan Pengelolaan Lingkungan

OPERASI Penerimaan tenaga kerjaOperasional kilang LNG,

Pelabuhan Khusus dan fasilitaspendukungnya

Proses sosial a. Penerimaan tenaga kerja:Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan kepada warga masyarakat di

sekitarnya, baik tentang jumlah tenaga kerja, kualifikasi (pendidikan dan ketrampilan) yangdibutuhkan dan proses seleksinya.

Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuaikebutuhan

Tenaga kerja skill diseleksi sesuai kualifikasi skill yang dibutuhkanProses seleksi tenaga unskill dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan hukum

(misalnya KUD) dan untuk tenaga kerja skill dengan melibatkan institusi rekrutmenketenagakerjaan berskala regional/nasional.

b. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnnyaSosialisasi rencana kegiatan kepada warga masyarakatMemfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan seperti temu warga dan

kegiatan sosial atau keagamaan lainOperasional kilang LNG,Pelabuhan Khusus dan fasilitaspendukungnya

Pelapisan sosial Berbagai fasilitas untuk karyawan (pendidikan, kesehatan, olah raga, ibadah) hendaknya jugadapat dimanfaatkan oleh penduduk di sekitarnya

Memfasilitasi berbagai kegiatan bersama: temu warga, perayaan hari besar nasional/agama,bakti sosial, dan kegiatan sosial/keagamaan lainnya

Kegiatan penerimaan tenagakerja

Kegiatan operasional KilangLNG, Pelabuhan Khusus danfasilitas pendukungnya

Sikap dan persepsimasyarakat

Penerimaan tenaga kerjaMemberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan, meliputi jumlah tenaga kerja dankualifikasi yang dibutuhkan serta proses seleksinya

Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuaikebutuhan

Tenaga kerja skill diseleksi sesuai kualifikasi skill yang dibutuhkanProses seleksi tenaga unskill dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan hukum, danuntuk yang skill melibatkan institusi rekrutmen ketenagakerjaan berskala regional/nasional

Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnyaMemfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatanMelakukan sosialisasi setiap rencana kegiatan kepada masyarakat

Kegiatan operasional Kilang LNG,Pelabuhan Khusus dan fasilitaspendukungnya

Tingkat kesehatanmasyarakat

Mengelola sumber dampak adanya debu, emisi gas, bising, dan atau mengolah air limbahsebelum dibuang ke lingkungan

Sosialisasi/penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi karyawan danmasyarakat di sekitarnya.

Page 114: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 114

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.6. Lanjutan

TahapKegiatan

KomponenKegiatan Penyebab

Dampak

Komponen Lingkunganyang Terkena Dampak Arahan Pengelolaan Lingkungan

PASCAOPERASI

Pembongkaran dan demobilisasiperalatan

Keselamatan berlalulintas Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siangPenyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selamamengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasanperkotaan (Kintom, Batui).

Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintaskendaraan proyek dengan menggunakan truk berukuran besar/trailer

Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jamPemasangan rambu-rambu peringatan/tanda hati-hati yang dipasang sebelum masuk kawasanproyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah

Besar huruf pada rambu dapat terbaca jelas pada jarak 25 meter.Memberi perlindungan kepada pekerja dengan lalulintas kendaraan bermotor (diberi traffic coneatau kerucut lalulintas sebagai pembatas yang diberi tali)

Pemasangan lampu penerangan untuk menerangi jalan di dalam kawasanKerusakan jalan danjembatan

Perbaikan ringan selama masih digunakan untuk lalulintas kendaraan angkutan material dengancara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.

Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksiPengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilaluiPerbaikan jalan/jembatan harus berkoordinasi dengan Kimpraswil Kabupaten Banggai

Penglepasan tenaga kerja Sikap dan persepsimasyarakat

Penguatan jaringan komunikasi sosial melalui sosialisasi sebelum kegiatan penglepasan tenagakerja

Pembongkaran dan demobilisasiperalatan

Sanitasi lingkungan Pembersihan bekas bongkaranPerataan kembali lubang-lubang pada lahan bekas bangunan

Page 115: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 115

PT PERTAMINA EP -PPGM

6.3. REKOMENDASI PENILAIAN KELAYAKAN LINGKUNGAN RENCANA PROYEK

PENGEMBANGAN GAS MATINDOK

6.3.1. Penilaian Kelayakan Lingkungan Ditinjau dari Dampak Lingkungan

A. Bagian Hulu

Sementara itu dampak negatif penting yang diprakirakan muncul adalah :

a. Komponen geo-fisik-kimia: kualitas udara (debu dan gas), kebisingan, terjadinya erosi

tanah, gangguan sistem irigasi dan drainasse, penurunan kualitas air permukaan dan

air laut serta gangguan transportasi darat.

b. Komponen biologi: penurunan penutupan lahan oleh flora darat, penurunan komunitas

fauna darat dan gangguan terhadap biota air.

c. Komponen sosial: perubahan pola kepemilikan lahan, gangguan proses sosial,

timbulnya pelapisan sosial dalam masyarakat, sikap dan persepsi masyarakat.

d. Komponen kesehatan masyarakat: menurunnya kualitas sanitasi lingkungan dan

gangguan kesehatan masyarakat.

Beberapa dampak negatif penting yang diprakirakan muncul tersebut pada dasarnya dapat

dikelola melalui beberapa pendekatan pengelolaan lingkungan yang diusulkan. Untuk

dampak positif semaksimal mungkin dapat dikembangkan lagi. Mendasarkan pada hal

tersebut maka rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok masih dinyatakan

layak lingkungan serta daya dukung kawasan sekitar kegiatan ini masih memadai, namun

tetap harus melakukan beberapa upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

B. Bagian Hilir

Dampak positif penting diprakirakan akan muncul pada tahap kontruksi, operasi dan pasca

operasi. Dampak positif penting yang muncul tersebut adalah: peningkatan kesempatan

berusaha, peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan kualitas udara ambien,

peningkatan persentase penutupan lahan oleh vegetasi dan peningkatan komunitas satwa.

Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha meskipun kecil akan memberikan harapan bagi

penduduk sekitar lokasi kegiatan untuk dapat meningkatkan pendapatan sehingga sikap

dan persepsi masyakat menjadi positif.

Sementara itu dampak negatif penting yang diprakirakan muncul adalah :

1. Komponen geo-fisik-kimia: kualitas udara (debu dan gas), kebisingan, penurunan

kualitas air permukaan dan air laut, tranportasi darat dan transportasi laut.

2. Komponen biologi: vegetasi, satwa, biota air laut.

3. Komponen sosial: perubahan pola kepemilikan lahan, munculnya pelapisan sosial,

gangguan proses sosial, sikap dan persepsi negatif masyarakat.

4. Komponen kesehatan masyarakat: penurunan sanitasi lingkungan dan tingkat

kesehatan masyarakat.

Page 116: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 116

PT PERTAMINA EP -PPGM

Namun beberapa dampak negatif penting yang diprakirakan muncul tersebut pada

dasarnya dapat dikelola melalui beberapa pendekatan pengelolaan lingkungan yang

diusulkan. Dengan adanya pengelolaan lingkungan diharapkan dampak negatif tersebut

dapat diminimalisasi, ditanggulangi dan bahkan dicegah. Untuk dampak positif semaksimal

mungkin dapat dikembangkan lagi, sehingga dengan demikian kegiatan Proyek

Pengembangan Gas Matindok yang tujuan utamanya untuk mensejahterakan seluruh

lapisan masyarakat dapat terus berlangsung tanpa mengabaikan kualitas lingkungan hidup.

Mendasarkan pada hal tersebut maka rencana kegiatan PPGM masih dinyatakan layak

lingkungan dengan daya dukung kawasan di sekitarnya masih memadai, tetap harus

melakukan beberapa upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

6.3.2. Kelayakan Lingkungan Berdasarkan Hasil Kajian Alternatif

A. Alternatif pemasangan pipa penyalur gas

Tabel 6.7. Kajian Kelayakan Lingkungan terhadap AlternatifJalur Pipa Penyalur Gas

No. Parameter Lingkunganyang Terkena Dampak

Jalur Pipa Melewati Kawasan SMBangkiriangBakiriang

Alternatif-1(Normal)

Alternatif-2(Horizontal

Drilling)

Alternatif-3(PantaiLaut)

1. Kualitas udara (–1) (–1) (–1)2. Kebisingan (–1) (–1) (–1)3. Kualitas air laut (–1)4. Vegetasi (–3)5. Satwa liar (–2) (–2) (–3)6. Biota air laut (–1)7. Pendapatan masyarakat (+1) (+1) (+1)8. Kesempatan berusaha (+1) (+1) (+1)9. Proses sosial (–2) (–2) (–2)10. Sikap dan persepsi masyarakat (–1) (–1) (–1)11. Sanitasi lingkungan (–2) (–2)

Keterangan: –/+ = dampak negatif/positif

Angka-angka menunjukkan besaran dampak:1 = dampak kecil2 = dampak sedang3 = dampak besar

Dalam pengambilan keputusan jalur alternatif, pemrakarsa tidak hanya mempertimbangkan

kelayakan lingkungan, namun juga kajian kelayakan yang lain yaitu kelayakan ekonomi,

teknis dan hukum dan teknis. Di bawah ini adalah ringkasan hasil kelayakan secara umum.

Page 117: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 117

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.8. Ringkasan Kajian Kelayakan Alternatif Jalur Pipa Penyalur Gas

No. Kajian Kelayakan/Kendala

Pemasangan Jalur Pipa yang Melewati KawasanSM BangkiriangBakiriang

JalurAlternatif-1

JalurAlternatif-2

JalurAlternatif-3

1. Kendala lingkungan rendah rendah tinggi

2. Kendala ekonomi rendah tinggi sangat tinggi

3. Kendala teknis rendah tinggi sedang

4. Kendala peraturan tinggi tinggi tidak ada

5. Kondisi eksisting jalan provinsi jalan provinsi pantai/laut

Kawasan SM Bakiriang di sebelah tenggara memotong jalan provinsi sampai mencapai

pantai dan dalam mengimplementasikan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.

398/KPTS-II/1998 tanggal 12 April 1998 tentang Penetapan Bakiriang sebagai Suaka

Margasatwa, termasuk sempadan jalan di kiri kanan jalan propinsi tersebut. Dengan

demikian hal tersebut menjadi kendala hukum yang tinggi terhadap pemanfaatan

sempadan jalan propinsi tersebut dalam hal ini bagi alternatif-1 dan alternatif-2

pemasangan pipa penyalur gas. Bagi alternatif-3 karena sudah diluar kawasan SM Bakiriang

dan kepatuhan PT Pertamina EP terhadap SK MenHut tersebut di atas, maka pelaksanaan

proyek pengembangan gas ini khususnya untuk pemasangan pipa penyalur gas

ditetapkan alternatif-3 karena tidak ada lagi kendala hukum.

Akan tetapi, apabila di kemudian hari terjadi perubahan atas status jalan propinsi yang

melintasi SM Bakiriang oleh Departemen Kehutanan yang memungkinkan untuk

memanfaatkan sempadan jalan sebagai jalur pipa, maka PT Pertamina EP akan

berkoordinasi dengan instansi terkait untuk kemungkinan menetapkan alternatif-1 sebagai

jalur pemasangan pipa penyalur gas dengan memenuhi semua persyaratan menurut

peraturan perundangan yang berlaku.

B. Alternatif lLokasi Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus

Alternatif calon lokasi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus ditetapkan di 2 lokasi yaitu di Desa

Uso, Kecamatan Batui dan di Desa Padang, Kecamatan Kintom; keduanya terletak secara

berdampingan.

Page 118: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 118

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.9. Kajian Kelayakan Lingkungan terhadap Alternatif LokasiKilang LNG dan Pelabuhan Khusus

No. Parameter LingkunganTerkena Dampak

Lokasi Kilang LNG dan PelabuhanKhusus

Alternatif-1(Uso, Batui)

Alternatif-2(Padang, Kintom)

1. Kualitas udara (–2) (–2)

2. Kebisingan (–2) (–2)

3. Kualitas air laut (–2) (–2)

4. Transportasi laut (–2) (–2)

5. Vegetasi (–3) (–3)

6. Satwa liar (–2) (–2)

7. Biota air laut (–1) (–1)

8. Kesempatan berusaha (+2) (+2)

9. Pendapatan masyarakat (+2) (+2)

10. Proses sosial (–2) (–2)

11. Pelapisan social (–2) (–2)

12. Sikap dan persepsi masyarakat (–2) (–2)

13. Sanitasi lingkungan (–2) (–2)

14 Tingkat kesehatan masyarakat (–2) (–2)

Keterangan: –/+ = dampak negatif/positif

Angka-angka menunjukkan besaran dampak:1 = dampak kecil2 = dampak sedang3 = dampak besar

Penetapan calon lokasi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus di kedua lokasi mempunyai

kelayakan lingkungan yang relatif sama. Selain itu ditinjau dari aspek ekonomi dan

teknologi juga mempunyai kelayakan yang sama sehingga penetapan calon lokasi kilang

LNG pada akhirnya lebih didasarkan pada aspek kestrategisan dan aksesibilitas calon lokasi

yang dikaitkan dengan berbagai kemudahan dalam proses konstruksi maupun operasional

kilang LNG dan Pelabuhan Khusus.

Page 119: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 119

PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab-7RENCANA PENGELOLAAN

LINGKUNGAN

7.1. PENDAHULUAN

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) ini merupakan salah satu upaya untuk menangani dan

mengelola lingkungan dalam melaksanakan Proyek Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten

Banggai, Sulawesi Tengah.

RKL ini merupakan dokumen yang penting, tidak hanya bagi Pemrakarsa tetapi juga bagi sektor

lain, yaitu Pemerintah Daerah (Pemda) dan masyarakat. RKL ini diharapkan dapat menunjang

keberhasilan pembangunan di bidang pertambangan dan energi dan pembangunan daerah

yang berwawasan lingkungan. Secara luas, kegiatan pengelolaan lingkungan ini juga dapat

mendorong sektor-sektor lain untuk berpartisipasi di dalam mewujudkan pembangunan

berwawasan lingkungan.

Dengan adanya konsep bisnis Hulu dan Hilir, maka tanggungjawab pelaksanaan kegiatan

pengelolaan lingkungan hasil kajian ANDAL juga dipisahkan mengacu kepada konsep yang

dijelaskan didalam dokumen ANDAL. Pengelolaan lingkungan di bagian hulu menjadi tanggung

jawab sepenuhnya PT Pertamina EP dan pengelolaan lingkungan di bagian hilir menjadi

tanggung jawab PT Donggi-Senoro LNG (PT DSLNG).

Page 120: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 120

PT PERTAMINA EP -PPGM

7.2. MAKSUD DAN TUJUAN

a. Memperkecil dan mengelola dampak negatif yang muncul terhadap lingkungan akibat

kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi

Tengah

b. Meningkatkan dampak positif yang muncul akibat kegiatan Proyek Pengembangan Gas

Matindok sehingga manfaatnya semakin besar

c. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam pengelolaan

lingkungan hidup

7.3. KEGUNAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

a. Pemrakarsa

1. Menjaga agar pelaksanaan kegiatan di lapangan tetap sesuai dengan rencana

2. Mengoptimalkan biaya pembangunan dan pengelolaan operasi proyek

3. Menjamin terpeliharanya daya dukung lingkungan terhadap bangunan/sarana proyek

4. Mengkoordinasikan kegiatan, pengelolaan dan penanggulangan dampak lingkungan

b. Pemerintah/instansi terkait

1. Menghindari tumpang tindih pemanfaatan sumberdaya alam

2. Mencegah keresahan sosial masyarakat

3. Menjamin ketertiban dan keamanan

4. Menjaga terpeliharanya kehidupan sosial ekonomi budaya dalam masyarakat

5. Masukan bagi instansi berwenang dalam menyusun suatu rencana pengelolaan

lingkungan kawasan, baik secara regional maupun nasional

6. Mengetahui kewenangan dan tanggung jawab masing-masing instansi

7. Efisiensi penggunaan dana pengelolaan lingkungan

8. Mengoptimalkan pendayagunaan hasil pembangunan proyek beserta sarananya bagi

kepentingan sosial ekonomi budaya dan masyarakat

c. Masyarakat

1. Terhindar dari dampak negatif yang dapat muncul dari rencana Proyek Pengembangan

Gas Matindok di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah

2. Memanfaatkan dampak positif yang dapat muncul dari rencana Proyek Pengembangan

Gas Matindok di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah

7.4. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

a. Bagian Hulu

Rencana pengelolaan lingkungan bagian hulu disajikan pada Tabel 7.1

b. Bagian Hilir

Rencana pengelolaan lingkungan bagian hilir disajikan pada Tabel 7.2.

Peta Lokasi Rencana Pengelolaan Lingkungan dapat dilihat pada Gambar 7.1 – 7.4.

Page 121: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 121

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. RKL HULU (mulai halaman 121 – 136 )

Page 122: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 122

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

Page 123: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 123

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

Page 124: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 124

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

Page 125: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 125

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

Page 126: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 126

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

Page 127: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 127

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

Page 128: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 128

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

Page 129: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 129

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

Page 130: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 130

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

Page 131: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 131

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

Page 132: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 132

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

Page 133: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 133

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

Page 134: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 134

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

Page 135: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 135

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

Page 136: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 136

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

Page 137: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 137

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. RKL HILIR (halaman 137-154)

Page 138: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 138

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

Page 139: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 139

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

Page 140: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 140

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

Page 141: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 141

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

Page 142: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 142

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

Page 143: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 143

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

Page 144: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 144

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

Page 145: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 145

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

Page 146: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 146

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

Page 147: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 147

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

Page 148: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 148

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

Page 149: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 149

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

Page 150: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 150

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

Page 151: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 151

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

Page 152: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 152

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

Page 153: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 153

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

Page 154: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 154

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

Page 155: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 155

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 7.1. PETA RKL PETA RKL PRAKONSTRUKSI

Page 156: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 156

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 7.2. PETA RKL KONSTRUKSI

Page 157: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 157

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 7.3. PETA RKL OPERASI

Page 158: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 158

PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 7.4. RKL PASCA OPERASI

Page 159: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 159

PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab-8RENCANA PEMANTAUAN

LINGKUNGAN

8.1. PENDAHULUAN

Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) ini merupakan salah satu upaya untuk memantau

pelaksanaan dan hasil pengelolaan lingkungan dalam melaksanakan Proyek Pengembangan Gas

Matindok, di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah. Proyek Pengembangan Gas

Matindok akan mempengaruhi kualitas lingkungan yang ada dengan cakupan wilayah yang

cukup luas, sehingga dalam pelaksanaannya perlu diikutsertakan rencana pengelolaan

lingkungan, mulai dari kegiatan pada tahap prakonstruksi sampai pasca operasi. Berhasil

tidaknya pelaksanaan pengelolaan lingkungan dapat diketahui melalui pemantauan lingkungan

yang termuat dalam dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Di satu sisi,

adanya rencana pemantauan lingkungan akan dapat menunjang keberhasilan pembangunan,

khususnya di sektor pertambangan migas dan pembangunan daerah. Dalam skala yang lebih

luas kegiatan pemantauan lingkungan ini akan mendorong sektor-sektor lainnya untuk ikut

berpartisipasi dalam mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Bagi kepentingan PT. PERTAMINA EP - PPGM, RPL mempunyai fungsi untuk :

1. menjaga pelaksanaan kegiatan di lapangan tetap sesuai rencana/jadwal;

2. mengoptimalkan biaya pembangunan dan pemantauan operasi PT. Pertamina EP -

Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi

Tengah (PPGM);

3. mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya lainnya;

4. menjamin terpeliharanya daya dukung lingkungan terhadap bangunan/sarana

kegiatan PT. Pertamina EP - PPGM;

5. mengkoordinasikan kegiatan pemantauan lingkungan.

Page 160: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 160

PT PERTAMINA EP -PPGM

Bila ditinjau dari kepentingan pihak lain, maka RPL berfungsi untuk:

1. menghindari tumpang tindih pemanfaatan sumberdaya alam;

2. mencegah timbulnya keresahan masyarakat di wilayah sekitar Proyek

Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah;

3. menjamin ketertiban dan keamanan;

4. memelihara kehidupan sosial-ekonomi-budaya di dalam masyarakat.

Dalam kaitannya dengan pembangunan umum, RPL dapat berfungsi untuk:

1. memberikan masukan pada pemantauan lingkungan kawasan;

2. merupakan bahan koordinasi bagi instansi berwenang untuk menyusun suatu

rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan kawasan, baik secara regional

maupun nasional;

3. mengetahui secara pasti batasan wewenang dan tanggungjawab masing-masing;

4. mengefisiensikan penggunaan dana pemantauan lingkungan kawasan;

5. mengoptimalkan pendayagunaan hasil Proyek Pengembangan Gas Matindok,

Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah beserta sarananya.

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Proyek Pengembangan Gas Matindok,

Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah berpedoman pada Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL, Surat Keputusan

Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 1457/K/38/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi, serta Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan RKL

dan RPL.

Dengan adanya konsep bisnis Hulu dan Hilir, maka tanggungjawab pelaksanaan kegiatan

pemantauan lingkungan hasil kajian ANDAL juga dipisahkan mengacu kepada konsep yang

dijelaskan didalam dokumen ANDAL. Pemantauan lingkungan di bagian hulu menjadi tanggung

jawab sepenuhnya PT Pertamina EP dan pemantauan lingkungan di bagian hilir menjadi

tanggung jawab PT Donggi-Senoro LNG (PT DSLNG).

8.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dibuatnya Rencana Pemantauan Lingkungan adalah :

1. Mengetahui kegiatan pemantauan lingkungan terhadap komponen lingkungan yang terkena

dampak penting dengan metode dan cara yang dipandang baik dan tepat untuk

dilaksanakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan pada ruang dan waktu tertentu;

2. Melaksanakan kegiatan pemantauan secara sistematis, terarah, terencana, dan terkait

dengan kegiatan-kegiatan yang diprakirakan sebagai sumber dampak penting, sehingga

dapat diperoleh suatu kajian yang dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi terhadap

kondisi lingkungan.

Page 161: 1-3-3_EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 161

PT PERTAMINA EP -PPGM

8.3. KEGUNAAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Pemantauan lingkungan sangat berguna bukan hanya bagi Pemrakarsa, tetapi juga bagi

pemerintah dan masyarakat.

a. Bagi Pemrakarsa

1. sebagai alat kontrol apakah pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan mencapai

hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Di samping itu, RPL digunakan untuk

menguji efektivitas dari teknologi yang telah digunakan dalam pengelolaan lingkungan;

2. sebagai peringatan sedini mungkin mengenai perubahan lingkungan yang tidak

dikehendaki akibat dari kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten

Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah, sehingga pencegahan dan penanggulangan dapat

diperbaiki atau disempurnakan secara cepat, tepat, dan berkelanjutan.

b. Bagi pemerintah atau instansi terkait

Sebagai materi untuk mengadakan koordinasi dalam pelaksanaan pemantauan kualitas

lingkungan.

c. Bagi masyarakat

Membantu dalam pemantauan kualitas lingkungan secara umum.

8.4. RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

a. Bagian Hulu

Rencana pemantauan lingkungan bagian hulu disajikan pada Tabel 8.1

b. Bagian Hilir

Rencana pemantauan lingkungan bagian hilir disajikan pada Tabel 8.2

Peta Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan dapat dilihat pada Gambar 8.1 – 8.4.