1 20 -,apr ~~)mei tu} ags mengapa uta rral~ut ~==~==~~~s...

2
Mengapa uta ~==~==~~~s , ' rral~ut mar Iran Selasa o Rabu 1 17 2 18 3 19 4 20 6 21 7 22 8 23 9 10 25 11 26 24 -,Apr ~~) Mei jlln ...tu} Ags A NDIEN lari terbirit-birit dan masuk ke rumahnya setengah mendobrak pintu. Tentu saja membuat ibu- nya kaget. Anak berusia sepuluh tahun itu terlihat panik, wajahnya tampak pu- cat pasi, jantungnya berdegup kencang, dan napasnya memburu. Setelah di- tanya oleh ibunya, Andien pun men- jawab, "Ada ular di kebun. Gede dan panjang, ngejar Andien." Ya,beberapa saat sebelumnya Andien dan beberapa temannya asyik bermain di kebun tetangga, takjauh dari rumahnya. Saat itu, dari semak-se- mak muncullah seekor ular berwar- na kehijauan dengan cara meliuk- liukkan tubuhnya yang seukuran telunjuk orang dewasa dan panjang sekitar setengah meter. Ke- munculannya mengejutkan Andien dan kawan-kawan. Mereka pun bubar dan lari ke rumah masing-masing. Ternyata, yang terkejut bukan hanya Andien dan teman-temannya. Pada saat bersamaan, dengan alasan yang tak diketahui, sang ular pun seperti terkejut, lalu lari masuk kembali ke semak-semak. yat mereka menemukan posisi katak, bunga, atau ulat. Pada peneliti berpendapat, kemampuan ini membantu manusia bisa bertahan hidup di alam liar. "Dasar pemikirannya adalah bahwa sepan- jang sejarah evolusinya, manusia yang belajar dengan cepat untuk takut terhadap ular, akan memberinya keuntungan untuk bertahan hidup dan bereproduksi," kata Vanessa LoBue, doktor psikologi senior di Universitas Virginia AS. "Manusia yang mendeteksi de- ngan cepat keberadaan ular, akan lebih cepat Bawaan evolusi Takut kepada ular? Ya,itulah salah satu fobia atau rasa takut berlebihan paling umum dijumpai. Dalam bahasa psikologi, takut berlebihan terhadap ular disebut dengan istilah ophidiophobia yang . merupakan bagian dari herpetrophobia atau takut pada reptil. Uniknya, banyak orang merasa takut kepa- da ular padahal ia belum pernah sekali pun melihatnya secara langsung. Kecenderungan seperti ini tak hanya terjadi di Indonesia, tetapijuga menjadi fenomena global di selu- ruh dunia tanpa kenal ras, suku bangsa, atau agama. Ketika bicara tentang ular, kesan per- tama yang muncul dalam pikiran orang adalah binatang melata yang menakutkan dan kerap membuat orang yang memba- yangkannya bergidik. Lalu, bagaimana fobia seperti ini dihasilkan? Menurut hasil penelitian, manusia memili- ki kecenderungan bawaan yang berevolusi dalam menghadapi ular -- danjuga laba-Iaba -- dan belajar untuk takut terhadap mereka. Para psikolog menemukan bahwa baik orang dewasa muapun anak-anak bisa mendeteksi gambar ular di antara berbagai benda yang bersifat tak mengancam, lebih cepat daripada I( lip i ngH II ma 5 U n pad 2012 menyampaikan kepada gen mereka." Para peneliti terinspirasi untuk meneliti takut terhadap ular ini ketika mereka memikirkan bagaimana secara universal ma- nusia tidak menyukai kadal tanpa kaki yang merayap. "Perasaan (takut) ini sangat umUIT!,"kata LoBuekepada UveSdence. "Ki- ta tidak melihat ular setiap waktu. Ini benar- benar sangat tidak berasalan untuk merasa ji- jik atau benci kepada ular." . KolegaLoBue,Judy DeLoache, seorang

Upload: duongcong

Post on 08-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 20 -,Apr ~~)Mei tu} Ags Mengapa uta rral~ut ~==~==~~~s ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/pikiranrakyat... · 2 18 3 19 4 20 6 21 7 22 8 23 9 10 25 11 24 26 ... macan

Mengapa uta~==~==~~~s , '

rral~utmar

•IranSelasa o Rabu

1

17218

319

4

20

621

722

823

9 1025

112624

-,Apr ~~) Mei jlln ...tu} Ags

ANDIEN lari terbirit-birit dan masukke rumahnya setengah mendobrakpintu. Tentu saja membuat ibu-

nya kaget. Anak berusia sepuluh tahunitu terlihat panik, wajahnya tampak pu-cat pasi, jantungnya berdegup kencang,dan napasnya memburu. Setelah di-tanya oleh ibunya, Andien pun men-jawab, "Ada ular di kebun. Gede danpanjang, ngejar Andien."Ya,beberapa saat sebelumnya Andien

dan beberapa temannya asyik bermaindi kebun tetangga, takjauh darirumahnya. Saat itu, dari semak-se-mak muncullah seekor ular berwar-na kehijauan dengan cara meliuk-liukkan tubuhnya yang seukurantelunjuk orang dewasa dan panjangsekitar setengah meter. Ke-munculannya mengejutkan Andiendan kawan-kawan. Mereka pun bubardan lari ke rumah masing-masing.Ternyata, yang terkejut bukan hanya

Andien dan teman-temannya. Pada saatbersamaan, dengan alasan yang takdiketahui, sang ular pun sepertiterkejut, lalu lari masuk kembali kesemak-semak.

yat

mereka menemukan posisi katak, bunga, atauulat. Pada peneliti berpendapat, kemampuanini membantu manusia bisa bertahan hidupdi alam liar."Dasar pemikirannya adalah bahwa sepan-

jang sejarah evolusinya, manusia yang belajardengan cepat untuk takut terhadap ular, akanmemberinya keuntungan untuk bertahanhidup dan bereproduksi," kata VanessaLoBue, doktor psikologi senior di UniversitasVirginia AS. "Manusia yang mendeteksi de-ngan cepat keberadaan ular, akan lebih cepat

Bawaan evolusiTakut kepada ular? Ya, itulah

salah satu fobia atau rasa takutberlebihan paling umum dijumpai.Dalam bahasa psikologi, takutberlebihan terhadap ular disebutdengan istilah ophidiophobia yang .merupakan bagian dari herpetrophobia atautakut pada reptil.Uniknya, banyak orang merasa takut kepa-

da ular padahal ia belum pernah sekali punmelihatnya secara langsung. Kecenderunganseperti ini tak hanya terjadi di Indonesia,tetapijuga menjadi fenomena global di selu-ruh dunia tanpa kenal ras, suku bangsa, atauagama. Ketika bicara tentang ular, kesan per-tama yang muncul dalam pikiran orangadalah binatang melata yang menakutkan

dan kerap membuat orang yang memba-yangkannya bergidik. Lalu, bagaimana fobiaseperti ini dihasilkan?Menurut hasil penelitian, manusia memili-

ki kecenderungan bawaan yang berevolusidalam menghadapi ular -- danjuga laba-Iaba-- dan belajar untuk takut terhadap mereka.Para psikolog menemukan bahwa baik orangdewasa muapun anak-anak bisa mendeteksigambar ular di antara berbagai benda yangbersifat tak mengancam, lebih cepat daripada

I( lip i n g H II m a 5 U n pad 2 0 1 2

menyampaikan kepada gen mereka."Para peneliti terinspirasi untuk meneliti

takut terhadap ular ini ketika merekamemikirkan bagaimana secara universal ma-nusia tidak menyukai kadal tanpa kaki yangmerayap. "Perasaan (takut) ini sangatumUIT!,"kata LoBue kepada UveSdence. "Ki-ta tidak melihat ular setiap waktu. Ini benar-benar sangat tidak berasalan untuk merasa ji-jik atau benci kepada ular." .Kolega LoBue, Judy DeLoache, seorang

Page 2: 1 20 -,Apr ~~)Mei tu} Ags Mengapa uta rral~ut ~==~==~~~s ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/pikiranrakyat... · 2 18 3 19 4 20 6 21 7 22 8 23 9 10 25 11 24 26 ... macan

profesor psikologi di Universias Virginia, AS,kebetulan orang yang benar-benar sangattakut pada ular. "Saya begitu takut terhadapular," kata Del.oache, "Ketika saya melihatgambar ular, saya bilang, Ya Tuhan, hiiyyy.Alasan kami masuk ke penelitian ini adalahsaya selalu terpesona oleh bagaimana orangmengembangkan rasa takut ini pada dirinya.Intuisi saya mengatakan, ada sesuatu yangmembuat perasaan takut pada ular itumuneul sejak awal ataujauh-jauh hari, Anda·bereaksi terhadap mereka (ular) terlalu dini."

Berdasarkan hasil temuanpara ilmuwan, bayi dan

anak-anak yang masihkeeil biasanya tidak

takut kepada ular.Mereka secara umum

tak punya kemam-puan mendeteksi ular

dim menunjukkankeeenderungan untuk bela-

jar takut terhadap ular jika .mereka punya pengalaman bu-ruk atau bahkan jika merekamendapatkan penggambarannegatif tentang ular di media.

" -

Untuk mempelajari lebih lanjut, parapsikolog memperlihatkan kepada anak usiatiga tahun dan orang dewasa gambar-gam-bar mengenai ular yang dikelilingi beberapaobjek yang memiliki kemiripan warna,seperti kodok, ulat, dan bunga. Mereka jugakemudian disodorkan gambar-gambarkodok atau bunga yang dikelilingi ular. Ked-ua kelompok umur tersebut mampu mengi-dentifikasi ular yang tersembunyi lebiheepat daripada benda-benda lainnya. "Kami

juga melakukan penelitian yang sejenismenggunakan laba-laba dan menemukanefek yang sama," kata LoBue.

Meskipun tim peneliti belum melakukantes terhadap jenis fobia lain, mereka tidakyakin kecenderungan seperti ini berlaku diseluruh bidang. "Itu akan menjadi sesuatuyang meluas, yang Anda temui dari hari kehari," katanya.

Dengan alasan itu pula, lanjut LoBue,·manusia tidak fobia terhadap singa danmacan atau beruang kutub begitu seseringterhadap ular. Hasil studi tersebut diterbitkandi jurnal Psychological Sciene edisi Maret2008.

KerajugaSementara itu, pakar antropologi dari

University of California, AS, Lynn Isbell,menyebut takut pada ular bukan hanya ter-jadi pada manusia. Kesimpulan Isbell didap-at setelah mempelajari kera. Dia mema-

, sukkan ular ke kerangkeng kera jenis Rhesusmacaques. Sekitar setengah dari 80 keraberkumpul, waspada, dan meneriakkan tan-da bahaya. Isbell menyimpulkan takut padaular terjadi dalam sejarah perkembanganprimata.

Lebih mengejutkan lagi, Isbell mengklaimtakut pada ular itu telah mendorong-evolusisehingga manusia memiliki penglihatanyang lebih tajam. Primata, termasuk manu-sia merupakan makhluk yang bisa melihatdengan tajam. Meskipun tidak setajam ra-jawali, manusia bisa membedakan warnadan memiliki daya tangkap tiga dimensiyangbagus.

Manusiajuga bisa memieingkan masing-masing retina sehingga memiliki kemam-puan melihat objek keeil. Secara umum Is-bell menjelaskan penglihatan primata lebihmaksimal dibandingkan mamalia.

Isbell mengatakan ular merupakan predatorkuno primata. Selain itu, ular adalah predator •.selamajutaan tahunsehingga keturunan se-karangselalu waspada pada ular. (Mulyana,alumnus Antropologi Unpad) ***