1-1-pb

Upload: muhammad-irwan

Post on 01-Mar-2018

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 1-1-PB

    1/48

    Diterbitk

    Program

    Fakultahttp://can

    ISSN: 1907-4247 (Print), ISSN:

    an oleh:

    Studi Magister dan Jurusan Tek

    Teknik Universitas Sriwijayailever.unsri.ac.id

    477-4863 (Online)

    nik Sipil

    ol. 4

    No. 1Oktober

    2015

  • 7/25/2019 1-1-PB

    2/48

    i

    Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 ISSN: 1907-4247 (Print), ISSN: 2477-4863 (Online)Terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober

    Pembina:

    Rektor UNSRIDekan Fakultas Teknik UNSRI

    Penanggung Jawab:

    Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil UNSRIKetua Jurusan Teknik Sipil UNSRI

    Dewan Redaksi:

    M. Baitullah Al Amin, ST, M.Eng.Ir. Sarino, MSCE

    Ir. Yakni Idris, M.Sc., MSCEDr. Saloma, ST, MT

    Bimo Brata Adhitya, ST, MTYulindasari Sutejo, ST, M.Eng.

    Mirka Pataras, ST, MT

    Penyunting Ahli:

    Prof. Dr. Ir. Anis Saggaff, MSCE (Universitas Sriwijaya)Prof. Dr. Ir. Erika Buchari, M.Sc. (Universitas Sriwijaya)

    Prof. Dr. Ir. R. Anwar Yamin, MT (Pusjatan Kementerian PU)Dr. Ir. Gunawan Tanzil, M.Eng. (Universitas Sriwijaya)Dr. Ir. Maulid M. Iqbal, MS. (Universitas Sriwijaya)Dr. Ir. Dinar D. A. Puteranto, MSPJ (Universitas Sriwijaya)Heni Fitriani, ST, MT, Ph.D. (Universitas Sriwijaya)

    Redaksi Pelaksana:

    Reni Yuniarti, SEAgustini

    Alamat Redaksi:

    Program Studi Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

    Jl. Padang Selasa No. 524, Palembang, Sumatera Selatan (30139)Telepon/Fax: (0711) 354222 ext. 113Email: [email protected]; [email protected]

    Alamat Website: http://cantilever.unsri.ac.id

    Cantilever merupakan jurnal penelitian dan kajian teknik sipil yang menyajikan hasil-hasil penelitian di bidang

    struktur, transportasi, pengembangan sumberdaya air, geoteknik, manajemen infrastruktur, dan rekayasa

    lingkungan. Pertama kali diterbitkan pada tahun 2006. Redaksi mengundang para pakar, civitas akademika,pemerhati, dan praktisi untuk mengirimkan makalahnya berupa naskah ilmiah yang belum pernah dipublikasikan

    atau tidak sedang dalam proses publikasi di media cetak lain. Metode pengiriman naskah ilmiah dan petunjuk

    penulisan bagi penulis dapat dibaca pada bagian dalam sampul belakang. Naskah yang masuk akan direview oleh

    penyunting ahli dan selanjutnya diproses oleh dewan redaksi untuk diterbitkan. Redaksi berhak mengedit

    redaksional naskah tanpa mengubah maksud dan artinya, serta isi tulisan bukan tanggung jawab redaksi.

  • 7/25/2019 1-1-PB

    3/48

    ii

    Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 ISSN : 1907-4247 (Print), ISSN : 2477-4863 (Online)Terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober

    DAFTAR ISI

    Hal.

    ANALISIS DINAMIS SISTEM STRUKTUR DENGAN SKEMA MASSA KONSISTEN

    (Binsar Hariandja)

    1 6

    STUDI PERILAKU BALOK KASTELA BENTANG PENDEK DENGAN VARIASIDIMENSI LUBANG HEKSAGONAL MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA(Ahmad Muhtarom)

    7 13

    ANALISIS PENGARUH CAMPURAN PUPUK UREA TERHADAP KUAT GESERTANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAXIAL(Yulindasari Sutejo, Ratna Dewi, Dwi Haryadi,

    dan Reffanda Kurniawan)

    14 19

    ANALISIS STRUKTUR RANGKA BAJA MENGGUNAKANBASE ISOLATION

    DENGAN TIME HISTORY ANALYSIS(Saloma)

    20 26

    STUDI IMBANGAN AIR PADA DAERAH IRIGASI PITAP(Ulfa Fitriati, Novitasari, Achmad Rusdiansyah, dan Andi Rahman)

    27 33

    KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) DI SUNGAI LEMATANG KOTA PAGAR ALAM(Handy Wibowo, Arifin Daud, dan M. Baitullah Al Amin)

    34 41

  • 7/25/2019 1-1-PB

    4/48

    1

    Vol. 4, No. 1, Oktober 2015, Halaman: 1 - 6, ISSN: 1907-4247 (Print), ISSN: 2477-4863 (Online)

    Alamat Website: http://cantilever.unsri.ac.id

    ANALISIS DINAMIS SISTEM STRUKTUR DENGAN

    SKEMA MASSA KONSISTEN

    Binsar Hariandja

    Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung

    (Jalan Ganesha 10, Bandung)

    E-mail: [email protected]

    Abstract

    The paper deals with frequency analysis of irreguler framed structures. The analysis used finite element method cast

    in matrix formulation. Apart from frequency analysis of framed structures that assumed to be of frame with relative

    rigid floor system, and the mass of structure is lumped at each floor, the analysis adopted consistent mass formulation.

    To reduce structural degrees of freedom, static condensation and multi-point constraint algorithms where used. The

    natural frequency resulted out of proposed analysis was then compared to that obtained by assuming rigid floor. The

    difference was due to the different schemes used in the consideration of inertial mass forces.

    Key Words: dynamic analysis, finite element method, multi-point constraints, static condensation, natural frequency.

    1. PENDAHULUAN

    Dalam konteks penerapan metoda numerik,

    lazimnya analisis dilakukan dengan menggunakan

    model diskrit sebagai representasi struktur yang

    sebenarnya. Model diskrit disusun dengan

    mengambil beberapa asumsi yang menyederhanakan

    kerumitan geometri sistem struktur. Agar asumsi

    yang diambil tidak menimbulkan deviasi yang tidak

    bisa diterima dari pada solusi, model diskrit yang

    digunakan diambil lebih halus. Sayangnya,

    penghalusan model diskrit menimbulkan jumlah

    derajat kebebasan yang semakin besar. Untuk

    mengatasi hal ini, diambil beberapa teknik reduksi

    jumlah derajat kebebasan, misalnya dengan

    mengasumsikan suatu hubungan antar komponen

    derajat kebebasan. Teknik ini lazim dinamakan

    sebagai proses kondensasi.

    Cara lain adalah dengan mengambil asumsi dari

    pada medan perpindahan sistem struktur. Dalam

    analisis sistem struktur berdinding geser terhadap

    gaya lateral (misalnya gempa), lantai per lantai

    dianggap sebagai sub-sistem diafragma yang kaku,

    sehingga perpindahan sistem struktur hanya

    merupakan simpangan horizontal dari tiap lantai.

    Lihat Gambar 1 sebagai penjelasan. Untuk contoh

    portal bidang ini, ada 6 x 3 = 18 derajat kebebasan

    aktif pada titik simpul (nodes) 2, 3, 5, 6, 8 dan 9.

    Jika dianggap bahwa lantai merupakan sub-sistem

    kaku, maka hanya ada 2 derajat kebebasan berupasimpangan (sway) lantai 1 dan lantai 2. Dengan

    pengambilan asumsi ini, jumlah derajat kebebasan

    direduksi dari 18 menjadi 2. Model inilah yang

    lazim digunakan dalam analisis sistem struktur

    portal terhadap gaya lateral, yang untuk sistem

    portal yang reguler, solusi masih memberikan hasil

    yang cukup baik.

    Sekarang, tinjaulah sistem struktur dalam

    Gambar 2 yang pada hakekatnya merupakan sistem

    struktur Gambar 1, tetapi dengan kolom tengahbawah 45 yang dihilangkan. Terhadap gaya lateral,

  • 7/25/2019 1-1-PB

    5/48

    Hariandja, B. / Analisis Dinamis Sistem Struktur dengan Skema Massa Konsisten / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (1 6)

    2

    maka selain mengalami perpindahan horizontal,

    sistem struktur juga akan mengalami perpindahan

    vertikal di titik simpul 5 dan dengan demikian juga

    perpindahan vertikal titik simpul 6. Perpindahan ini

    lazim dinamakan efek Vierendel. Kalau dalam

    model struktur Gambar 1, keseimbangan cukupditerapkan di arah kedua perpindahan horisontal,

    maka dalam model struktur Gambar 2,

    keseimbangan juga harus ditinjau di arah perpindaha

    vertikal dan juga di arah rotasi titik-titik simpul.

    Pengandaian bahwa lantai per lantai merupakan sub-

    sistem yang kaku, tidak lagi akan memberikan hasil

    yang cukup teliti.

    Maksud dan tujuan tulisan ini adalah menyusun

    suatu analisis sistem struktur yang merupakan

    sistem portal yang ireguler, atau sistem struktur

    yang tidak merupakan sistem portal sama sekali,

    dengan menggunakan model diskrit serta medan

    perpindahan dan massa yang konsisten. Dalam hal

    ini, derajat kebebasan yang aktif semua disertakan

    dalam analisis dengan konsekuensi jumlah derajat

    kebebasan yang besar. Jumlah derajat kebebasan

    kemudian diredusir dengan menerapkan kondensasi

    statis (statical condensation) atas beberapa derajat

    kebebasan.

    Gambar 1. Struktur Reguler, Lantai per Lantai Kaku

    Gambar 2. Struktur Ireguler, Lantai per Lantai

    Tidak Kaku

    2. ANALISIS SISTEM STRUKTUR

    PORTAL REGULER

    Dalam pasal ini dilakukan pembahasan analisis

    sistem struktur reguler terhadap gaya eksitasi

    gempa, dengan mengambil asumsi bahwa lantai perlantai merupakan sub-sistem yang kaku. Struktur

    dalam Gambar 1 ditampilkan kembali dalam

    Gambar 3 dengan menuliskan gaya-gaya beserta

    konsiderasi keseimbangan gaya horizontal.

    Keseimbangan gaya-gaya horizontal pada level

    tingkat 1 dan tingkat 2 memberikan sistem

    persamaan simultan yang dalam notasi matriks

    dituliskan dalam bentuk

    (1)0

    0

    3636

    3672

    2

    1

    2

    1

    2

    1

    2

    1

    33

    33

    tUM

    M

    U

    U

    M

    M

    U

    U

    L

    EI

    L

    EIL

    EI

    L

    EI

    &&

    &&

    &&

    =

    +

    Gambar 3. Derajat Kebebasan Struktur Ireguler

    dalam mana { 1U , 2U } adalah perpindahan

    horisontal lantai 1 dan lantai 2, { 1M , 2M } massa

    lantai 1 dan lantai 2, {1U

    && ,2U

    && } percepatan lantai 1

    dan 2, tU&& percepatan tanah, EI kekakuan lentur

    kolom dan L panjang kolom. Untuk struktur dalam

    Gambar 2 diperoleh persamaan

    (2)0

    0

    3636

    3660

    2

    1

    2

    1

    2

    1

    2

    1

    33

    33

    tUM

    M

    U

    U

    M

    M

    U

    U

    L

    EI

    L

    EIL

    EI

    L

    EI

    &&

    &&

    &&

    =

    +

    Dengan menggunakan prosedur yang standard, dariPers. (1) dapat dihitung frekuensi alami dengan

    ragam yang koresponden.

    8

    71

    4

    2

    96

    3

    5

    7

    3

    1

    17

    14

    20

    10

    9

    8

    12

    11

    19

    4

    2

    6

    5

    1618

    1315

    1P

    2P2U 2U 2U

    1U 1U 1U

    3

    2

    1

    4

    5

    6

    7

    8

    9

  • 7/25/2019 1-1-PB

    6/48

    Hariandja, B. / Analisis Dinamis Sistem Struktur dengan Skema Massa Konsisten / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (1 6)

    3

    3. ANALISIS SISTEM STRUKTUR

    DENGAN MODEL MASSA KONSISTEN

    Dalam model massa yang konsisten seperti ini,

    semua derajat kebebasan dianggap aktif dan

    disertakan dalam persamaan keseimbangan strukturseperti dalam Gambar 4. Untuk dapat memper-

    hitungkan gaya-gaya akibat akselerasi tanah,

    perletakan 1 dan 7 diberi derajat kebebasan

    horisontal. Dengan demikian ada 20 derajat

    kebebasan. Derajat kebebasan diatur sedemikian

    hingga 1U dan 2U merupakan derajat kebebasan

    dasar (master degrees of freedom),3U hingga 18U

    merupakan derajat kebebasan terkondens (slave

    degrees of freedom), semua ini merupakan derajatkebebasan yang bebas (free degrees of freedom),

    sedangkan19U dan 20U merupakan derajat

    kebebasan terkekang (restrained degrees of

    freedom). Dengan demikian, vektor perpindahan

    }{U didekomposir atas vektor perpindahan dasar

    }{ mU , vektor perpindahan terkondensir }{ sU , dan

    vektor perpindahan terkekang }{ rU . Vektor

    perpindahan dasar }{ mU dan vektor perpindahan

    terkondens }{ sU membentuk vektor perpindahan

    bebas }{ fU . Dengan demikian, keseimbangan

    dalam Pers. (1) didekomposir dalam bentuk

    Gambar 4. Keseimbangan Gaya-gaya Pada Lantai

    )3(

    }{

    }{

    }{

    }{

    }{

    }{

    ][][][

    ][][][

    ][][][

    =

    r

    s

    m

    r

    s

    m

    rrrsrm

    srsssm

    mrmsmm

    P

    P

    P

    U

    U

    U

    KKK

    KKK

    KKK

    atau

    (4)}{

    }{

    }{

    }{

    ][][

    ][][

    =

    r

    f

    r

    f

    rrrf

    frff

    P

    P

    U

    U

    KK

    KK

    yang secara konsisten dapat digunakan untukmenyusun gaya-gaya inersia akibat percepatan tanah

    dan keseimbangan sistem struktur.Pertama, untuk mendapatkan vektor gaya

    dalam struktur akibat akselerasi gaya gempa,disusun persamaan-persamaan sebagai berikut.Karena medan percepatan merupakan turunan daripada medan perpindahan terhadap waktu, makapercepatan tanah juga mengikuti pola medan

    perpindahan yang secara kinematis dimungkinkan(kinematically admissible) maka dapat dituliskan

    (5)}0{

    }0{

    }{

    }{

    ][][

    ][][

    =

    r

    f

    rrrf

    frff

    U

    U

    KK

    KK

    &&

    &&

    Percepatan gempa mengakibatkan akselerasipondasi struktur sebesar

    { } { } (6)20

    19

    trtr UPUP

    PU &&&&&& =

    =

    yang dengan Pers. (5) memberikan

    { } [ ] [ ]{ } { } (7)1 tftrfrfff UPUPKKU &&&&&& ==

    sehingga percepatan struktur menjadi

    { } { }{ }

    [ ] [ ][ ]

    { } (8)1

    rfsff

    t

    r

    fU

    I

    KKU

    P

    PU &&&&&&

    =

    =

    Perpindahan ini kemudian digunakan untukmenyusun gaya inersia pada elemen sebagai berikut.Pertama, percepatan ujung elemen dihitung dengan

    { } [ ]{ } (9)UTU ee &&&& =

    pada tata sumbu global, dan

    { } [ ]{ } )10(eee URu &&&& =

    pada tata sumbu lokal. Percepatan titik bermaterielemen menjadi

    { } (11))()(0)()(000)(00)(

    )(

    )(

    6532

    41 euxNxNxNxN

    xNxN

    xw

    xu

    &&

    =

    2

    1

  • 7/25/2019 1-1-PB

    7/48

    Hariandja, B. / Analisis Dinamis Sistem Struktur dengan Skema Massa Konsisten / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (1 6)

    4

    dalam mana [3]

    ])/()/(2[)(

    )/(2)/(3)(

    /)(

    ])/()/(2)/[()(

    )/(2)/(31)(

    /1)(

    326

    325

    4

    323

    322

    1

    LxLxLxN

    LxLxxN

    LxxN

    LxLxLxLxN

    LxLxxN

    LxxN

    +=

    ==

    +=

    +=

    =

    (12) (12)

    Kerja luar yang dilakukan oleh gaya inersia di arah

    perpindahan {u , w} menjadi

    { }[ ] { }[ ] (13) += mdaNumdxNuW TT

    yang jika perpindahan maya juga diinterpolasikanserupa dengan Pers. (11), akan menghasilkanmatriks massa elemen dalam bentuk

    [ ] { } (14)

    00

    00

    0000

    00

    00

    0000

    66563626

    65553525

    4414

    63533323

    62523222

    4111

    0

    mAdxu

    NNNNNNNN

    NNNNNNNN

    NNNN

    NNNNNNNN

    NNNNNNNN

    NNNN

    m e

    l

    e &&

    =

    dengan hasil

    [ ](15)

    105/3

    210/2

    110140/3

    210/2

    110

    210/2

    1135/130420/2

    370/90

    003/006/

    140/3

    420/2

    130105/3

    210/2

    110

    210/2

    1170/90210/2

    1135/130

    006/003/

    =

    LLLL

    LLLL

    Lm

    LLLL

    LLLL

    LL

    mA

    em

    dalam mana m adalah massa balok per meterkubik, A luas penampang dan L panjang balok.

    Terlihat bahwa matriks massa bersifat simetri dandapat dirakitkan ke dalam matriks massa strukturdengan melakukan transformasi dari tata sumbulokal ke tata sumbu global

    { } [ ]{ } )16(eee MRm =

    dan merakitkannya ke dalam matriks massa strukturdengan menggunakan matriks tujuan

    [ ] [ ] [ ] [ ][ ][ ] )17(1

    iiiT

    i

    n

    i

    Ti TRmRTM

    =

    =

    yang identik dengan perakitan matriks kekakuanglobal. Matriks kekakuan, matriks massa dan vektor

    gaya inersia struktur digabungkan dalam sistempersamaan keseimbangan dinamis dalam bentuk

    (18)

    }0{

    }0{

    }0{

    }{

    }{

    }{

    ][][][

    ][][][

    ][][][

    }{

    }{

    }{

    ][][][

    ][][][

    ][][][

    =

    +

    r

    s

    m

    rrrsrm

    srsssm

    mrmsmm

    r

    s

    m

    rrrsrm

    srsssm

    mrmsmm

    U

    U

    U

    MMM

    MMM

    MMM

    U

    U

    U

    KKK

    KKK

    KKK

    &&

    &&

    &&

    dalam mana sub-sub matriks yang berkaitan dengan

    matriks massa dalam Pers. (18) disusun berdasarkankomputasi beban inersia ekivalen dalam Pers. (8).Bentuk persamaan keseimbangan juga dapatdipartisi dalam bentuk

    [ ] [ ][ ] [ ]

    { }{ }

    [ ] [ ][ ] [ ]

    { }{ }

    { }{ }

    (19)0

    0

    =

    +

    s

    m

    sssm

    msmm

    s

    m

    sssm

    msmm

    U

    U

    MM

    MM

    U

    U

    KK

    KK

    &&

    &&

    Solusi dari pada Pers. (18) adalah dengan

    terlebih dahulu melakukan proses kondensasi yangmerupakan penyelesaian sebagian dari pada sub-matriks yang berkaitan dengan perpindahan

    terkekang. Solusi antara untuk perpindahanterkekang memberikan

    { } [ ] [ ]{ } [ ]{ } [ ]{ }{ } )20(1 sUssMmUsmMmUsmKssKsU &&&& ++

    =

    dan kemudian digunakan untuk mendapatkanpersamaan

    { } { } { } )21(0''

    =+ mmmmmm UMUK &&

    dalam mana

    [ ] [ ][ ] [ ]

    [ ] [ ] [ ][ ] [ ]smssmsmmmmsmssmsmmmm

    MKMMM

    KKKKK

    1'

    1'

    =

    = (22)

    Solusi dari pada Pers. (21) untuk{ }mU kemudiandimasukkan ke dalam Pers. (20) untuk mendapatkan

    { }sU dalam melengkapi solusi. Dengan demikian,

    didapatkan orde yang lebih rendah dalammenentukan frekuensi alami dari pada sistemstruktur.

    Yang menjadi pertanyaan adalah, bagai manamemilih derajat kebebasan yang akan dikondensir

    dalam { }sU dan derajat kebebasan yang akandipertahankan dalam { }mU . Umumnya, derajatkebebasan paling luar yang merupakan batas-batassistem struktur perlu dipertahankan. Kemudian,

    dapat dilakukan proses sensitivitas untuk mengenaliderajat kebebasan yang dominan serta yang perlu

    ikut dipertahankan. Ini dilakukan dalam prosespemrograman dalam bab berikut ini.

  • 7/25/2019 1-1-PB

    8/48

    Hariandja, B. / Analisis Dinamis Sistem Struktur dengan Skema Massa Konsisten / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (1 6)

    5

    4. PENYUSUNAN PROGRAM

    KOMPUTER

    Suatu program paket komputer untuk analisis

    dinamis sistem struktur yang telah dipaparkan dalam

    Bab III, telah disusun dengan menggunakan bahasatinggi Fortran. Program tersebut disusun mampu

    melakukan perhitungan-perhitungan analisis,

    termasuk proses kondensasi statis [1] dan proses

    kekangan multi titik [3] sebagai mana telah

    diuraikan dalam Bab III tersebut.

    Pertama, diatur urutan derajat kebebasan

    menurut pola dalam Pers. (18) untuk mendapatkan

    susunan dalam urutan { }mU , { }sU dan { }rU .

    Dengan demikian, derajat kebebasan dasar,

    terkondensir dan terkekang tersusun berkelompok

    seperti dalam Pers. (3) atau (18). Sayangnya, proses

    ini akan memperbesar lebar pita (bandwidth) dari

    pada matriks kekakuan struktur.

    Cara kedua adalah dengan tidak perlu menyusun

    derajat kebebasan { }mU , { }sU dan { }rU secara

    berurutan. Kemungkinan derajat kebebasan

    terkondens berada di antara derajat kebebasan dasar.

    Dengan demikian, penyelesaian antara seperti dalam

    Pers. (19) dan solusi dalam Pers. (21) tidak dapatditerapkan karena persamaan keseimbangan tidak

    terpartisi seperti dalam Pers. (18). Untuk pola proses

    seperti ini, pelaksanaan proses kondensasi dapat

    dilakukan secara baris per baris (row wise)

    ketimbang secara partisi matriks (matrix wise) [2].

    Program yang sudah tersusun kemudian

    diterapkan terhadap kasus struktur portal reguler

    dalam Gambar 1 dan portal irreguler dalam Gambar

    2. Proses studi kasus ini dipaparkan dalam bab

    berikut ini.

    5. STUDI KASUS

    Studi kasus dalam hal ini dilakukan dengan

    menggunakan program paket komputer yang telah

    disusun terhadap sistem struktur dalam Gambar 1.

    Analisis dilakukan dalam dua pola. Pertama, analisis

    dilakukan dengan mengikuti asumsi bahwa lantai

    per lantai adalah kaku. Kedua, analisis digunakan

    terhadap struktur ireguler dalam Gambar 2. Dalam

    model ini, dilakukan dua jenis analisis, yaitu dengan

    memisalkan bahwa lantai per lantai adalah kaku,

    dan bahwa sistem struktur ireguler dianalisis secara

    matriks konsisten, namun dengan meninggalkan

    derajat kebebasan yang sama dengan analisis yang

    pertama, yaitu simpangan horisontal lantai 1 dan

    lantai 2. Lihat Tabel 1 sebagai penjelasan.

    Tabel 1. Pembagian Pola Analisis

    Analisis Keterangan

    I portal 2 tingkat, reguler, lantai kaku

    II

    1 portal 2 tingkat, ireguler, lantai kaku

    2portal 2 tingkat, ireguler, model

    konsisten

    Berdasarkan hasil dari pada ketiga ragam analisis

    dalam Tabel 1, didapatkan kaji banding hasilkeluaran sebagai berikut. Pertama, untuk dua ragam,

    didapatkan hasil frekuensi alami seperti dalam Tabel

    2. Terlihat bahwa frequensi alami Ragam II.1

    identik dengan frequensi alami Ragam I karena

    didasarkan atas asumsi yang sama. Namun,

    frequensi alami Ragam II.2 berbeda dengan

    frequensi alami kedua ragam yang pertama, karena

    didasarkan atas massa yang konsisten. Jika pada

    analisis kedua ragam yang pertama, massa

    dipusatkan (lumbed) pada level perpindahan 1 dan

    2, maka massa pada analisis yang ketiga tersebar

    seturut dengan lokasi titik bermateri komponen

    batang.

    Tabel 2. Perbandingan Frekuensi Alami

    AnalisisFrekuensi Alami (rad/det)

    ragam 1 ragam 2

    I 1.684 0.202

    II.1 1.684 0.202

    II.2 1.197 0.5366

    Dengan demikian, analisis ragam yang ketiga

    akan lebih mendekati kenyataan dibandingkan

    dengan analisis ragam yang memisalkan tingkat

    kaku dibandingkan dengan kolom, dan massa

    dipusatkan pada level tingkat. Kesalahan yang

    diakibatkan oleh asumsi ini relatif kecil untuk portal

    reguler, namun kesalahan akan semakin besar untuk

    portal yang semakin ireguler. Untuk portal ireguler

    atau struktur yang paling umum, analisis lebih tepat

    jika menggunakan massa yang konsisten.

  • 7/25/2019 1-1-PB

    9/48

    Hariandja, B. / Analisis Dinamis Sistem Struktur dengan Skema Massa Konsisten / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (1 6)

    6

    6. KESIMPULAN

    Dari kaji banding hasil analisis yang dilakukan

    dalam Bab 5, disimpulkan bahwa penyederhanaan

    sistem struktur yang lazim diambil dalam analisis

    dinamis sistem struktur portal, yang mengasumsikanbahwa lantai per lantai adalah kaku, menghasilkan

    ketelitian hasil analisis yang tergantung kepada

    reguler tidaknya sistem struktur.

    Untuk sistem struktur portal yang reguler,

    pengandaian tersebut masih memberikan hasil yang

    cukup baik. Namun, untuk struktur yang ireguler,

    selain perpindahan yang bersifat simpangan ke

    samping (side sway), muncul pula pola perpindahan

    yang vertikal serta perpindahan rotasi titik-titk

    simpul. Untuk kasus yang demikian ini, sebaiknya

    digunakan model diskrit dan analisis yang

    konsisten, sebagai mana telah dibahas dalam tulisan

    ini.

    Program yang telah disusun khusus untuk

    analisis frekuensi dalam tulisan ini, siap

    dikembangkan untuk digunakan dalam analisis

    dinamis sistem struktur yang reguler maupun yang

    tidak. Program tersebut telah dilengkapi dengan

    algoritma kondensasi statis untuk mengurangi

    derajat kebebasan sistem diskrit struktur, dan

    dilengkapi pula dengan algoritma kekangan multi

    titik untuk dapat memproses persamaan yang

    mengkaitkan hubungan antar komponen

    perpindahan struktur.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penyusunan program komputer yang dituliskan

    dalam bahasa Fortran serta khusus diperuntukkan

    bagi penelitian ini dibantu oleh Jeply Murdiaman,

    pengetikan naskah serta penggambaran yang teliti

    dilakukan oleh Setriwaldi. Untuk itu, penulis

    menghaturkan banyak terima kasih.

    REFERENSI

    1) Paz, M., 1987, Dinamika Struktur: Teori dan Perhitungan,

    alih bahasa oleh Manu, A.P., Penerbit Erlangga, Jakarta.

    2)

    Hariandja, B., 1997, Analisis Struktur Berbentuk Rangka

    Dalam Formulasi Matriks, Penerbit Aksara Hutasada,Bandung.

    3) Hariandja, B., 2015, Metoda Elemen Hingga, Penerbit

    Teknik Sipil, Universitas Pancasila, Jakarta.

  • 7/25/2019 1-1-PB

    10/48

    Vol. 4, No. 1, Oktober 2

    STUDI PERILA

    DENGAN VAR

    MENGGU

    (Jl.

    Modification technology of cast

    high beam variation so that mome

    aesthetic and mechanical-electrical iforces and buckling due to the hol

    hexagonal holes dimensional variat

    numerical model of the castellated

    finite element method are verified

    loading both models are the same.

    other castellated beam numerical m

    that the higher and the wider hole so

    stress and compressive stress.The s

    Key Words: castellated beam, finite

    1. PENDAHULUAN

    Teknologi konstruksi me

    kastela saat ini berkembangmenggunakan balok kastela dbaja profil I wide flange(WF) adnya menjadi lebih besar dikaretinggi balok tanpa menambah

    sehingga kekakuan lenturnya mKelebihan kedua adalah sisi e

    heksagonal hasil dari modifikastersebut bisa dimanfaatkan sebamekanikal-elektrikal. Selain

    balok kastela juga memilikiterhadap gaya geser dan tekuk

    modifikasi tersebut.Untuk metersebut diperlukan batasamemodifikasi balok kastela terutkastela akibat variasi dimensi

    hasil modifikasi.Sistem pembuatan balokpemotongan pada bagian badan

    7

    015, Halaman: 7 - 13, ISSN: 1907-4247 (Print), ISSN: 24

    Alamat Website: http://cantilever.unsri.ac.id

    U BALOK KASTELA BENT

    IASI DIMENSI LUBANG HE

    AKAN METODE ELEMEN H

    Ahmad MuhtaromJurusan Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya

    Raya Prabumulih KM.32 Inderalaya, Sumatera Selatan)

    Email : [email protected]

    Abstractllated beams of Wide Flange beam (I WF) are now

    nt of inertia larger than origin beam, until the hol

    nstallations. In the castellated beams design should bee modified. This study was to determine the beha

    ions using the finite element method. The method i

    eam 225x75x7x5 mm span of 1 meter with a hexa

    first by the results of an experimental model. Geo

    fter the numerical model results closer to experimen

    dels with variations in the dimensions of the hexago

    the larger tensile stress and compressive stress. Defle

    aller the ratio of the hole and holes number so the s

    element method

    nggunakan balok

    pesat, kelebihanibandingkan balokalah momen inersianakan penambahanerat sendiri balok

    njadi lebih tinggi.tetika dari lubang

    i, selain itu lubangai tempat instalasiemiliki kelebihan

    kelemahan, yaituakibat lubang hasil

    eduksi kelemahann-batasan dalamama perilaku baloklubang heksagonal

    kastela adalahbalok baja I biasa

    dengan pola zigzag, k

    tersebut diangkat dan disModifikasi ini membuatdari tinggi awal. Siste

    dapat dilihat pada Gamba

    Gambar 1. Pola potobalok kastel

    Dengan adanya bu

    perilaku balok kastela atanpa adanya bukaan. K

    77-4863 (Online)

    NG PENDEK

    SAGONAL

    INGGA

    varied, starting from addition

    dimension variation for the

    noted weakening effect shearior of castellated beam with

    n this research is to create a

    onal hole openings using the

    etry, material properties and

    al model results, then made 9

    nal holes. The results showed

    ction is proportional to tensile

    aller the shear stress.

    emudian kedua potongan

    atukan dengan pengelasan.tinggi balok lebih tinggipembuatan balok kastela

    r 1.

    gan dan penggabungan(Boyer, 1964)

    aan lubang pada badan,

    an berbeda dengan balokrdal dan Nethercott (1984)

  • 7/25/2019 1-1-PB

    11/48

    Muhtarom, A. / Studi Perilaku Balok

    menentukan bahwa terdapat tujuh modari balok kastela :

    1. Formasi dari mekanisme Vierendeel2. Tekuk Lateral-Torsi dari Web Post3. Buckling Lateral-Torsi dari keseluru

    4.

    Buckling Web Post5. Buckling pada Lower Tee atau Upp6. Kegagalan pada sambungan Las7. Formasi dari mekanisme lentur

    Perumusan masalah dalam penelitibagaimana mengetahui perilaku bbentang 1 meter dengan berbagai va

    lubang heksagonal yang sesuai standdengan menggunakan metode elemen h

    Tujuan penelitian adalah mengetbalok kastela dengan berbagai var

    lubang heksagonal menggunakan mehingga sehingga bisa didapatkan badalam merancang balok kastela tersebukelemahan dan kelebihan akibat modtersebut.

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    (1) Balok Kastela

    Menurut Boyer (1964) bahwa b

    berperilaku seperti Vierendeel Truss,daerah tepi lubang heksagonal tersebutarik dan ditepi lain terjadi gaya tekdeformasi yang terjadi seperti apa yantruss. Analogi Vierendeel Truss tedilihat pada Gambar 2 di bawah ini :

    Gambar 2. Analogi Vierendeel Tru

    balok kastela (Boyer, 1964)

    Menurut Boyer (1964) tegangan

    longitudinal dipengaruhi oleh momegaya geser balok. Diagram tegangan tdilihat pada Gambar 3 di bawah ini :

    Kastela Bentang Pendek / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktobe

    8

    e kegagalan

    han bentang

    r Tee

    n ini adalahlok kastelaiasi dimensi

    r di pasaraningga.hui perilakuiasi dimensi

    tode elemenasan-batasanditinjau dari

    ifikasi balok

    alok kastela

    dimana padaterjadi gayaan, sehinggaterjadi pada

    sebut dapat

    sspada

    pada seratlentur dan

    rsebut dapat

    Gambar 3.Tegangan yang terjlubang balok (Boye

    (2) Metode Elemen Hingga

    Dalam analisis struktur meelemen sangat mempengaruhipenelitian ini balok kastela di

    elemen 3 dimensional solid diksayap yang lebar dan terbuat da

    Menurut Suhendro (200

    3-dimensional solid yang palinadalah 3 macam yaitu :

    a. Element Rectangular Solelemen ini adalah seperttimempunyai titik nodal miniini digunakan untuk menganyang beraturan saja karenmenyerupai kubus.

    b. Elemen Hexahedron Solid

    adalah pengembangan dariSolid (RS-8), mempunyaiside) tapi bentuknya tida

    sempurna. Elemen inimenganalisis bentuk str

    beraturan saja.c. Elemen Tetrahedron Solid

    mempunyai 4 sisi (Tetrahedcocok digunakan untukstruktur yang tidak beratuini elemen ini yang diidealisasikan struktur balbukaan atau lubang heksagtidak beraturan. Gambar elsolid dapat dilihat pada Gam

    Gambar 4. Elemen 3 dimensional s

    r 2015 (7 13)

    adi pada daerah, 1964)

    ode elemen hingga,perhitungan, dalamdealisasikan sebagai

    renakan mempunyaii material solid baja.), jenis elemen pada

    g banyak digunakan

    id (RS-8), bentukbata (brick) yang

    mal 8 buah. Elemenalisis bentuk struktura bentuk nya yang

    (H-8), elemen ini

    elemen Rectangular6 sisi (hexahedron

    berbemtuk kubus

    digunakan untukuktur yang agak

    (T-4), elemen iniron side), elemen inienganalisis bentuk

    an. Dalam peneltianakai untuk mengk kastela dengannal yang bentuknya

    emen 3 dimensionalbar 4 di bawah ini :

    olid (Suhendro, 2002)

  • 7/25/2019 1-1-PB

    12/48

    Muhtarom, A. / Studi Perilaku Balok Kastela Bentang Pendek / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (7 13)

    9

    3. METODOLOGI

    Secara umum metode penelitian ini dibagi tigatahap, yaitu :1. Membuat satu model numeris balok kastela

    dengan bukaan lubang heksagonal menggunakan

    metode elemen hingga dengan bantuan perangkatlunak ANSYS V.10. Hasil analisis modeltersebut berupa tegangan-tegangan, defleksi danbeban ultimit yang terlebih dahulu diverifikasidengan hasil model eksperimen dengan geometri,properties material dan setting pengujian yangsama.

    2. Setelah hasil keduanya konvergen kemudiandibuat 9 model numeris lain dengan penampang,bentang, propertis material dan settingpembebanan yang sama menggunakan berbagaivariasi dimensi lubang heksagonal sesuai standar

    dari produsen baja yang ada di pasaran.3. Menganalisis perilaku hasil pemodelan berupa

    tegangan tarik maksimum, tegangan tekanmaksimum, tegangan geser maksimum dandefleksi maksimum.

    (1) Metode Eksperimental

    Benda ujia. Dimensi balok kastela yang digunakan adalah

    225x75x7x5 mm dengan dimensi balok sebelum

    dimodifikasi 150x75x7x5 mm, menggunakanstandar dimensi lubang heksagonal produsenbaja di Indonesia. Alasan digunakannya dimensitersebut adalah faktor literatur yang digunakan,persediaan di pasaran dan faktor ekonomis.

    b. Bentang balok kastela yang digunakan adalahsekitar 1 meter atau untuk bentang pendek.

    c. Perletakan yang digunakan adalah sendi dan roldan di bagian badan balok yang berada di atasperletakan dipasang pengaku ataustiffener.

    d. Idealisasi sambungan las web post padapemodelan numeris adalah sempurna sedangkan

    pada model eksperimen sesuai di lapangan

    Alat dan Setting Upbenda uji eksperimen :a. Untuk mengetahui regangan dan menghitung

    tegangan yang terjadi pada balok kasteladipasang Strain Gauges dan Rectangular Rosettepada 4 titik. Titik A pada sayap atas bagiantengah, titik B pada bagian Web Post, titik Cpada bagian Upper Tee atau Stem, dan titik Dpada sayap bawah bagian tengah.

    b. Untuk pembebanan pada balok kastela dipasang2 titik dengan Hydraulic jack, untuk mengukur

    beban yang akurat dari Hydraulic jack digunakan

    Load Cell, dan beban tersebut direkam dandibaca oleh Data Logger.

    c. Untuk mengetahui lendutan yang t terjadi padabalok kastela dipasang LVDT (Linear VariableDifferential Transformer) pada 5 titik. Titik 1dipasang pada sayap bawah bagian tengah, titik 2

    dan 3 pada sayap bawah tepat di bawahpembebanan dan titik 4 dan 5 pada Web Posttepat di bawah pembebanan.

    d. Pembebanan yang dilakukan pada dua titik dandiletakkan di atas badan balok yang tidak adalubangnya karena paling efektif (Blodgett, 1982).

    e. Bukaan lubang yang berada di dekat perletakanditutup kembali dengan baja supaya tidak terjadi

    kegagalan awal pada perletakan.

    (2) Metode Numeris

    Pemodelan numeris yang dibuat untuk studiparameter dimensi lubang heksagonal dibuat samadengan benda uji eksperimen yaitu balok bajadengan ukuran 225x75x7x5 mm yang menggunakanstandar dimensi lubang produsen baja. Variasiparameter input yang digunakan adalah tinggilubang (Ds), tinggi stem (Dt), dan lebar lubang (cdan a). Parameter input tersebut dapat dilihat padaGambar 6.

    Gambar 5. Gambar dan poto Setting pengujian balok kastela

    eksperimen (Muhtarom, 2012; Pradipta, 2012)

  • 7/25/2019 1-1-PB

    13/48

    Muhtarom, A. / Studi Perilaku Balok Kastela Bentang Pendek / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (7 13)

    10

    Gambar 6. Parametervariasi dimensi lubang heksagonal

    Tabel 1. Parametervariasi dimensi lubang heksagonal

    No.

    Variasi

    ds dt c a s L

    (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

    1* 154.00 35.50 38.50 44.66 166.32 1036.42

    2 105.00 60.00 26.25 30.45 113.40 1046.85

    3 105.00 60.00 31.50 36.75 136.50 987.00

    4 105.00 60.00 42.00 42.00 168.00 1050.00

    5 150.00 37.50 37.50 43.50 162.00 1009.50

    6 150.00 37.50 45.00 52.50 195.00 1020.00

    7 150.00 37.50 60.00 60.00 240.00 1020.00

    8 195.00 15.00 48.75 56.55 210.60 1101.75

    9 195.00 15.00 58.50 68.50 254.00 1074.50

    10 195.00 15.00 78.00 78.00 312.00 1014.00

    Ket : * untuk verifikasi dengan hasil eksperimen

    Perhitungan variasi tinggi lubang :Syarat : Ds = 0.7 h s/d 1.3 hh = 150 mm hc = 225 mm dan hc = Ds + 2Dt1. Untuk Ds = 0.7 h

    Ds = 0.7 x h = 0.7 x 150 = 105 mmDt = x (hc Ds) = (225-105) = 60 mm

    2. Untuk Ds = 1 hDs = 1 x h = 1 x 150 = 150 mmDt = x (hc Ds) = (225-150) = 37.5 mm

    3.

    Untuk Ds = 1.3 hDs = 1.3 x h = 1.3 x 150 = 195 mmDt = x (hc Ds) = (225-195) = 15 mm

    Perhitungan variasi lebar lubang :Syarat : S = 1.08 Ds s/d 1.6 Ds1. Untuk S = 1.08 Ds

    S = 2A + 2C, A = 0.29 Ds, dan C = 0,25 DS2. Untuk S = 1.3 Ds

    S = 2A + 2C, A = 0.35 Ds, dan C = 0,30 DS3. Untuk S = 1.6 Ds

    S = 2A + 2C, A = 0.40 Ds, dan C = 0,40 DS

    Variasi 1

    Variasi 2

    Variasi 3

    Variasi 4

    Variasi 5

    Variasi 6

  • 7/25/2019 1-1-PB

    14/48

    Muhtarom, A. / Studi Perilaku Balok Kastela Bentang Pendek / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (7 13)

    11

    Variasi 7

    Variasi 8

    Variasi 9

    Variasi 10

    Gambar 7. Sepuluh variasi dimensi lubang heksagonalmodel numeris balok kastela

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    (1)

    Perbandingan Hasil Satu Model Numerik

    dengan Hasil Model Eksperimen

    Hasil analisis pemodelan numeris menggunakanmetode elemen hingga dengan bantuan perangkatlunak ANSYS V.10 dan hasil eksperimen balokkastela dengan dimensi 225x75x7x5 mm danbentang 1 meter dapat dilihat pada Gambar 8,Gambar 9, dan Tabel 2 di bawah ini :

    Tabel 2. Perbandingan hasil model eksperimen dengan

    hasil model numeris

    ModelTegangan max. Defleksi Beban Ultimit

    (MPa) (mm) (kN)

    Eksperimen 397.00 1.84 140.50

    Numeris 423.00 2.44 145.00

    selisih (%) 6.55 32.61 3.20

    Gambar 8. Foto hasil pengujian balok kastela(Muhtarom, 2012; Pradipta, 2012)

    Gambar 9.Output analisis model numeris balok kastelamenggunakan perangkat lunak ANSYS V.10

    Pembahasan:Dari perbandingan hasil model eksperimen

    dengan model numeris diatas dapat dilihat bahwabeban ultimit yang didapat dari kedua model sudahmendekati yaitu, sebesar 140.5 kN dan 145 kNdengan persentase selisih 3.20%. Begitu juga

    dengan tegangan maksimum yang didapat yaitu,sebesar 397 MPa dan 423 MPa dengan persentaseselisih 6.55%. Sedangkan pada defleksi yang terjadihasil yang didapatkan agak berbeda yaitu, 1.84 mmpada model eksperimen dan 2.44 mm pada model

    numeris dengan persentase selisih diatas 10% yaitu32.61%. Perbedaan tersebut disebabkan olehterjadinya tekuk pada badan balok terlebih dahulu(web buckling) karena perlemahan las yang tidaksempurna pada sambungan web post sewaktumodifikasi pembuatan balok kastela di awal. Padamodel numeris sambungan web post tersebut di

    idealisasikan sebagai las sempurna sehingga tidakterjadinya web bucklingterlebih dahulu dan defleksiyang terjadi lebih besar dari model eksperimen.

    Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkanbahwa model numeris yang dibuat sudah mendekati

    (konvergen) hasil model eksperimen. Dengandemikian model numeris tersebut dapat digunakan

  • 7/25/2019 1-1-PB

    15/48

    Muhtarom, A. / Studi Perilaku Balok Kastela Bentang Pendek / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (7 13)

    12

    sebagai dasar untuk membuat 9 variasi dimensilubang heksagonal balok kastela lainnya.

    (2) Hasil Model Numeris dengan Variasi

    Dimensi Lubang Heksagonal

    Hasil analisis pemodelan numeris balok kasteladengan variasi dimensi lubang heksagonalmenggunakan metode elemen hingga dengan

    bantuan perangkat lunak ANSYS V.10 dapat silihatpada Tabel 3 di bawah ini :

    Tabel 3. Rekapitulasi hasil analisis variasi dimensi lubangheksagonal menggunakan metode elemen hingga

    Variasi tarik tekan geser Defleksi

    RasioLubang

    Jumlahlubang

    (MPa) (MPa) (MPa) (mm) (%) (buah)

    1* 381 423 340 2.44 25.89 4

    2 478 459 451 3.89 18.86 73 379 403 329 2.61 17.21 5

    4 478 486 327 3.63 15.92 4

    5 524 529 334 3.51 22.82 4

    6 577 583 338 4.00 20.39 3

    7 356 358 192 2.53 16.73 2

    8 704 724 436 5.09 26.50 3

    9 446 449 190 2.85 21.85 2

    10 567 550 196 3.27 14.22 1

    Ket : * untuk verifikasi dengan hasil eksperimen

    Pembahasan :1. Semakin tinggi lubang maka semakin besar

    tegangan tarik dan tekan yang terjadi. Ini bisaterlihat pada variasi 5,6,8 dan 10.

    2. Semakin lebar lubang maka semakin besartegangan tarik dan tekan yang terjadi. Ini bisaterlihat pada variasi 5,6,8 dan 10.

    3. Semakin dekat jarak antar 2 titik pembebanantehadap tengah bentang maka semakin besar

    tegangan yang terjadi. Ini bisa terlihat padavariasi 5,6,8, dan 10.

    4.

    Semakin jauh jarak antar 2 titik pembebananterhadap bentang tengah maka defleksi yangterjadi semakin kecil. Ini bisa terlihat pada

    variasi 1,3,7 dan 9.5. Defleksi yang terjadi berbanding lurus dengan

    nilai tegangan tarik dan tegangan tekan yangterjadi. Ini bisa terlihat pada variasi 2,4,5,6,8 dan10.

    6. Semakin kecil rasio lubang dan semakin sedikitjumlah lubang yang dibuat maka semakin kecil

    tegangan geser yang terjadi. Ini bisa terlihat padavariasi 7,9 dan 10.

    5. KESIMPULAN

    (1) Kesimpulan

    Bedasarkan hasil dan pembahasan di atas makadapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1. Model numerik hasil analisis metode elemen

    hingga lebih kaku dibandingkan dengan modeleksperimen. Hal ini disebabkan pengelasan padamodel numeris di idealisasikan lebih sempurnadibandingkan model eksperimen.

    2. Bedasarkan studi variasi dimensi lubangheksagonal didapatkan hasil bahwa semakintinggi lubang dan lebar lubang maka semakinbesar tegangan tarik dan tekan yang terjadi dannilai defleksi yang terjadi berbanding lurusdengan nilai tegangan tarik dan tegangan tekantersebut.

    3. Bedasarkan studi variasi dimensi lubang

    heksagonal didapatkan hasil bahwa Semakinkecil rasio lubang dan semakin sedikit jumlahlubang yang dibuat maka semakin kecil tegangangeser yang terjadi.

    (2) Rekomendasi

    Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah

    kualitas pengelasan dalam modifikasi pembuatanbalok kastela untuk model eksperimen harus

    bermutu baik agar didapatkan hasil verifikasidengan model numeris menggunakan metode

    elemen hingga lebih konvergen.

    REFERENSI1) Apriyatno, Henry, 2000, Pengaruh Rasio Tinggi dan Tebal

    Badan Balok Castella Pada Kapasitas Lentur, MasterThesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

    2) Blodgett. O.W., 1982., Design of Welded Structures, The -James F. Lincoln Arc Welding Foundation, Vol. 14,Cleveland, Ohio.

    3) Boyer J.P., 1964, Castellated Beams-New Developments,AISC National Engineering Conference, Omaha.

    4)

    Dervinis, B., Kvedaras, A.K., 2008, Investigasi of Rational

    Depth of Castellated Steel I-Beam, Journal of CivilEngineering and Management,vol. 14. No. 3 pp 163-168.

    5)

    Kerdal. D., Nethercott. D.A., 1984, Failure Modes ofCastellated Beams,Journal of Construction Steel Research4, pp. 295-315.

    6)

    Moaveni, Saeed., 2003, Finite Element Analysis : Theory

    And Application With ANSYS, Pearson Education Inc., New

    Jersey.7) Muhtarom, A., 2012, Optimasi Dimensi Lubang

    Heksagonal Balok Kastela Bentang Pendek Dengan MetodeArtificial Neural Network, Master Thesis, Universitas

    Gadjah Mada, Yogyakarta8)

    Nakasone, Y., Yoshimoto, S., Stolarski T. A., 2006,

    Engineering Analysis With ANSYS Software, ElsevierButterworth-Heinemann, Vol. 1, Burlington, UK.

    9) Pirmoz, A., Daryan, A.S., 2008, Nonlinear Behavior of

    Castellated Beams Subjected to Moment Gradient Loading,Special Report, Civil Engineering Dept., Toosi Universityof Technology.

  • 7/25/2019 1-1-PB

    16/48

    Muhtarom, A. / Studi Perilaku Balok Kastela Bentang Pendek / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (7 13)

    13

    10)Pradipta, D.A., 2012, Perilaku Geser Balok KompositCastellated Bukaan Heksagonal Dengan Selimut Mortar

    Master Thesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

    11)Salmon, C.G., 1996, Struktur Baja Desain dan Perilaku,Gramedia, Jakarta.

    12)Showkati H., 2008, Lateral-Torsional BucklingofCastellated Beam, Iranian Journal of Science &

    Technology, vol. 32, No. B2, pp 153-156.13)

    Showkati H., Kohnehpooshi O., 2009, Numerical Modeling

    and Struktur Behavior of Elastic Castellated Section,European Journals of Scientific Research, Vol. 31. No. 2,pp. 306-318.

    14)Suhendro, Bambang, 2000, Metode Elemen Hingga danAplikasinya, UGM, Yogyakarta.

    15)

    Castellated Beam (March, 5,

    2015).

    16)Castellated Shape Honey Comb (March, 12, 2015).

  • 7/25/2019 1-1-PB

    17/48

    14

    Vol. 4, No. 1, Oktober 2015, Halaman: 14 - 19, ISSN: 1907-4247 (Print), ISSN: 2477-4863 (Online)

    Alamat Website: http://cantilever.unsri.ac.id

    ANALISIS PENGARUH CAMPURAN PUPUK UREA TERHADAP

    KUAT GESER TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI

    TRIAXIAL

    Yulindasari Sutejo1, Ratna Dewi

    2, Dwi Haryadi

    3,dan Reffanda Kurniawan

    4

    1Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya

    (Jl. Raya Prabumulih KM 32 Indralaya, Sumatera Selatan)

    E-mail: [email protected] Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya

    (Jl. Raya Prabumulih KM 32 Indralaya, Sumatera Selatan)E-mail: [email protected]

    3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya(Jl. Raya Prabumulih KM 32 Indralaya, Sumatera Selatan)

    E-mail: [email protected] Teknik Sipil, Universitas PGRI

    (Jl. A.Yani Lr. Gotong Royong 9-10 Ulu, Sumatera Selatan)

    E-mail: [email protected]

    AbstractThe soil plays an important role in a construction site. One type is the soft clay soil that has a value compressibility

    and high water levels so low soil shear strength that reduce the bearing capacity of the soil. In this study conducted by

    the method of soil improvement, soil stabilization using a mixture of urea fertilizer with percentage of 5 %, 10 %, and15 % with a treatment period of 3 , 7, and 14 days with Triaxial test. Soft clay soil samples taken in the area around

    UNSRI, Inderalaya, OI, South Sumatra. The test results of soil properties, 35.20 %; 2.53 Gs; PL 21.14 %; LL 42 %

    and IP 20.86 %. According to the USCS, the soil categorized CL, while according to AASHTO, the soil iscategorized class A-7-6. Results of Triaxial testing , the value of cohesion (c) 5 % maximum on the addition ofurea fertilizer (14 days) is 1.138 kg /cm

    2. While the value of shear angle () and shear strength () maximumon

    the addition of 15 % urea fertilizer (3 days) of 26,42oand 3.93 kg /cm2.

    Key Words : Urea Fertilizer, Shear Strength, Triaxial, Soft Clay

    1. PENDAHULUAN

    Seperti yang diketahui, tanah berperan pentingpada suatu lokasi pekerjaan konstruksi sipil. Tanahadalah pondasi pendukung suatu bangunan, atau

    bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri sepertitanggul atau bendungan, atau sebagai penyebabgaya luar pada bangunan, seperti tembok/dinding

    penahan tanah. Jadi tanah selalu berperan padasetiap pekerjaan teknik sipil (Suyono, S. & Kazuto,

    N., 1983).Tanah mempunyai sifat untuk meningkatkan

    kepadatan dan kekuatan gesernya apabila mendapat

    tekanan. Apabila beban yang bekerja pada tanahpondasi telah melampaui daya dukung batasnya,tegangan geser yang ditimbulkan di dalam tanah

    pondasi melampaui ketahan geser tanah pondasimaka akan berakibat keruntuhan geser dari tanah

    pondasi.Tanah lempung lunak merupakan suatu tanah

    yang mempunyai kandungan mineral-minerallempung dan nilai kadar air yang tinggi sehinggakuat geser tanahnya rendah. Selain itu, tanahlempung lunak juga mempunyai nilaikompressibilitas tanah yang tinggi menyebabkandaya dukung tanahnya menjadi rendah.

    Stabilisasi tanah merupakan rekayasa terhadappondasi atau tanah dasar dengan atau tanpa bahancampuran, untuk menaikkan kemampuan menahanbeban dan daya tahan terhadap tegangan fisik atau

    kimiawi akibat cuaca atau lingkungan, selama masaguna fasilitas keteknikan (engineered facility). Dari

  • 7/25/2019 1-1-PB

    18/48

    Sutejo, Y., dkk. / Analisis Pengaruh Campuran Pupuk Urea / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (14 19)

    15

    sifat teknisnya, stabilisasi dapat dibagi menjadi 3jenis yaitu stabilisasi fisik, stabilisasi mekanis, dan

    stabilisasi kimiawi (Ingel dan Metcalf, 1977). Sifatdasar tanah seperti: kekuatan, kekakuan,mampumampat, sensitifitas, potensi mengembang,daya tembus air, dan perubahan volume, dengan

    sifat beragam tersebut, sehingga kecenderungannyamemerlukan variasi perbaikan tanah yang berbeda.Stabilitas tanah yang efektif adalah denganmenambahkan bahan kimia tertentu, denganpenambahan bahan kimia tersebut dapatmempengaruhi karakteristik tanah lempung lunak.

    Adapun tujuan dari perbaikan tanah adalahsebagai berikut : Menaikkan daya dukung dan kuat

    geser; Mengurangi kompressibilitas; Mengontrolstabilitas volume (shringking dan swelling);Memperbaiki kualitas material untuk bahankonstruksi; dan Memperkecil pengaruh lingkungan.

    Dalam penelitian ini akan dilakukan perbaikantanah dengan pengujian terhadap pengaruhcampuran pupuk urea pada tanah lempung lunakdalam skala laboratorium. Sampel tanah lempunglunak yang digunakan untuk penelitian diambil padadaerah sekitar Universitas Sriwijaya Inderalaya.Penggunaan pupuk urea sebagai bahan campurandiharapkan dapat meningkatkan daya dukung tanahlempung lunak dengan parameter kuat geser tanah(pengujian Triaxial).

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    Dalam ilmu mekanika tanah yang disebuttanah adalah semua endapan alam yangberhubungan dengan teknik sipil, kecuali batuantetap (G. Djatmiko S., & S.J. Edy P., 1993).

    Pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil,tanah berguna sebagai bahan bangunan. Jadiseorang ahli teknik sipil harus juga mempelajarisifat-sifat dasar dari tanah, seperti asal usulnya,

    penyebaran ukuran butiran, kemampuanmengalirkan air, sifat pemampatan bila dibebani

    (compressibility), kekuatan geser, kapasitas dayadukung terhadap beban, dan lain-lain.

    Beberapa sifat-sifat penting dari tanah dapatdiuraikan sebagai berikut:a. Permeabilitas (permeability) Sifat ini untuk

    mengukur/menentukan kemampuan tanahdilewati air melalui pori-porinya. Sifat inipenting dalam konstruksi bendung tanah urugan(earth dam) dan persoalan drainase.

    b. Konsolidasi (consolidation) Pada konsolidasidihitung dari perubahan isi pori tanah akibatbeban. Sifat ini dipergunakan untuk menghitung

    penurunan (settlement) bangunan.c. Tegangan Geser (shear strength) Untuk

    menentukan kemampuan tanah menahantekanan-tekanan tanpa mengalami keruntuhan.

    Sifat ini dibutuhkan dalam perhitungan stabilitaspondasi/dasar yang dibebani, stabilitas tanahisian/timbunan di belakang bangunan penahantanah dan stabilitas timbunan tanah.

    d.

    Pemadatan Tanah (compaction)Tingkat kepadatan tanah dasar dapat

    mempengaruhi daya dukungnya. Tanah dengantingkat kepadatan yang tinggi mengalamiperubahan volume yang kecil jika terjadi perubahankadar air dan mempunyai daya dukung yang lebihbesar dibandingkan dengan tanah yang sejenistetapi mempunyai tingkat kepadatan yang lebih

    rendah.

    Tanah lempung lunak adalah jenis tanah yangmemiliki daya dukung batas yang rendah dan daya

    mampat yang tinggi. Sifat-sifat yang dimilikilempung adalah sebagai berikut: Ukuran butirannyahalus (0,005 mm); Permeabilitas rendah; Kenaikanair kapiler tinggi; Kembang susutnya tinggi;Bersifat sangat kohesif, dan Proses konsolidasilambat.

    Tanah dapat dibedakan berdasarkan ukuranbutiran dan konsistensi. Ukuran partikel tanahbervariasi dari 100 mm sampai kurang dari 0.001mm. Berdasarkan ukuran partikel tanah dapatdikelompokkan sebagai tanah butir kasar (coarsegrained soil) dan tanah butir halus (fine grainedsoil).

    Ada empat macam klasifikasi tanah yaitu BritishStandard (BS), American Standard Testing Manual(ASTM) yang pada dasarnya samamdengan SistemKlasifikasi Unified (USCS: Unified SoilClassification System) dan AASHTO (AmericanAssociation of State Highway and TransportationOfficials).

    Sistem klasifikasi AASHTO membagi tanah kedalam tujuh kelompok besar, yaitu A-1 sampai A-7. Tanah berbutir diklasifikasikan ke dalam

    kelompok A-1 sampai A-3, dimana kurang dari35% dari jumlah butir tanah tersebut lolos saringanno. 200. Tanah lempung dan lanau sebagian besardi kelompokkan ke dalam kelompok A-4 sampaiA-7, dimana 35% atau lebih dari jumlah butirantersebut lolos saringan No. 200.

    Secara garis besar Sistem Klasifikasi Unifiedmembagi tanah dalam dua kelompok besar, yaitu :tanah berbutir halus (fine grained soil), yaitu tanahdimana lebih besar dari 50% berat total dari contohtanah lolos saringan No.200 dan tanah berbutirkasar (coarse grained soil), yaitu kerikil dan pasir

    dimana kurang dari 50% berat total contoh tanahlolos saringan No. 200.

  • 7/25/2019 1-1-PB

    19/48

    Sutejo, Y., dkk. / Analisis Pengaruh Campuran Pupuk Urea / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (14 19)

    16

    Daya dukung tanah adalah kemampuan tanahuntuk menahan tekanan atau beban bangunan pada

    tanah dengan aman tanpa menimbulkan keruntuhangeser dan penurunan berlebihan menurut Najoan,T. F. (2002).

    Kekuatan geser tanah merupakan parameter

    yang paling tinggi untuk menilai kestabilan strukturyang mengandung berbagai mineral. Parameterkuat geser dapat diuji dengan melakukan pengujianlaboratorium atau di lapangan untuk menyelidikikegagalan struktur.

    Nilai dari kuat geser tanah ini antara laindiperlukan untuk menghitung daya dukung tanahkarena kekuatan geser tercapai apabila butir-butir

    tanah tergeser satu sama lain.Pengujian-pengujian yang dilakukan untuk

    menentukan kekuatan geser tanah antara lain:pengujian kuat tekan bebas (Unconfined

    Compression Test), pengujian Triaxial (Triaxialtest) dan pengujian geser langsung (Direct ShearTest). Pengujian Triaxial dapat dilakukan dalam

    beberapa kondisi yaitu Unconsolidated Undrained(UU), Consolidated Undrained (CU), danConsolidated Drained (CD).

    Pada pengujian UU contoh tanah mengalamitekanan sel tertentu. Penjelasan masing-masingkeadaan diberikan pada bagian kekuatan gesertanah. Keadaan ini pada percobaan triaxial dapatdibedakan dengan cara membuka dan menutupsaluran-saluran yang ada (Gambar 1). Harga c dan

    yang didapat tergantung dengan derajatkejenuhan contoh tanah. Sebaiknya dilakukan pada

    tanah lempung dengan derajat kejenuhanmendekati 100 %.

    Gambar 1. Lingkaran Mohr untuk Hasil Pengujian Triaxial

    Analisis perhitungan daya dukung tanah

    lempung yang dikembangkan para ahlimengasumsikan tanah lempung dalam keadaan

    undrained. Teori ini dikembangkan dari persamaanMohr-Coulomb :

    = c + tan (1)

    Pada penelitian ini, pupuk urea digunakansebagai campuran pada tanah lempung lunak untuk

    pengujian di laboratorium. Pengujian yangdilakukan adalah uji kuat geser tanah (Triaxialtest). Dari hasil pengujian tersebut didapatkan

    apakah campuran pupuk urea dengan tanahlempung lunak dapat meningkatkan daya dukungtanah.

    Pupuk urea adalah pupuk kimia mengandungNitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogenmerupakan zat hara yang sangat diperlukan

    tanaman. Pupuk urea berbentuk butir-butir kristalberwarna putih. Pupuk urea dengan rumus kimiaNH2 CONH2 merupakan pupuk yang mudah larutdalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air(higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan ditempat yang kering dan tertutup rapat. Pupuk ureamengandung unsur hara N sebesar 46% denganpengertian setiap 100 kg mengandung 46 Kg

    Nitrogen, Moisture 0,5 %, Kadar Biuret 1 %,ukuran 1 3,35MM 90 % Min serta berbentukPrill. Standar pupuk urea SNI-02-2801-1998.

    3. METODOLOGI

    Metode penelitian yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah pengujian di LaboratoriumJurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, UniversitasSriwijaya, Inderalaya. Pengambilan sampel tanahlunak adalah pengambilan contoh tanah terganggu(disturbed sample). Jenis tanah yang diambil yaitu

    jenis tanah lempung lunak di daerah sekitar KampusUniversitas Sriwijaya Inderalaya, Kabupaten OganIlir, Sumatera Selatan.

    Pengujian soil properties yang dilakukan adalahPengujian Kadar Air (standar ASTM D-2216-90);

    Pengujian Berat Jenis (Gs) Butiran Tanah (ASTMD-854); Pengujian Atterberg Limit (ASTM D 423-66 dan ASTM D 424-74); serta Pengujian AnalisisSaringan (ASTM D 421 dan ASTM D 422).

    Pengujian pemadatan tanah dilakukan sebelumnpengujian uji kuat geser Triaxial UU(Unconsolidated Undrained). Sebelum dilakukanpemadatan tanah, terlebih dahulu tanah dicampur airdengan persentase kadar air yang berbeda-beda darijumlah tanah yang akan diuji. Pengujian ini

    dilakukan untuk mendapatkan kadar air optimumsebelum dilakukan pengujian Triaxial UU. Sistempemadatan yang digunakan adalah standarproctor.

    Pengujian dilakukan pada tiap variasi persentasecampuran pupuk urea (5 %, 10 %, dan 15 %) padatanah lempung lunak. Pada setiap variasi persentasecampuran pupuk urea terdapat 9 benda uji sehinggajumlah benda uji sebanyak 27.

    Setelah benda uji siap, benda uji selanjutnyaditutup dengan plastik dan disimpan dalamdesikator sesuai waktu yang telah ditentukan yaitu 3hari, 7 hari, dan 14 hari. Setelah 3 hari maka tanah

    tersebut dapat diuji dengan pengujian Triaxial UUselanjutnya untuk 7 hari dan 14 hari.

  • 7/25/2019 1-1-PB

    20/48

    Sutejo, Y., dkk. / Analisis Pengaruh Campuran Pupuk Urea / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (14 19)

    17

    Setelah masa perawatan, kemudian dilakukan ujiTriaxial UU kondisi Unsoakeddengan tekanan sel 1

    kg/cm2

    , 1,5 kg/cm2 , dan 2 kg/cm

    2. Tujuan dari

    pengujian Triaxial tanah campuran ini adalah untukmengetahui parameter kuat geser tanah yaitu c(kohesi) dan (sudut geser dalam) setelah tanah

    dicampur dengan pupuk urea dan menjalani masaperawatan. Hasil dari pengujian Triaxial tanahcampuran akan dibandingkan dengan hasil daripengujian Triaxial tanah asli, kemudian dianalisisuntuk mengetahui pengaruh dari penambahan pupukurea terhadap parameter kuat geser tanah lempunglunak yang digunakan dalam penelitian ini. Adapungambar alat pengujian Triaxial UU terlihat pada

    gambar 2.

    Gambar 2. Alat Pengujian Triaxial

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pemeriksaan sifat fisis tanah meliputi pengujiankadar air asli, analisis saringan, pengujian berat

    jenis dan pengujian Atterberg Limit. Pemeriksaanini mengacu pada standar ASTM. Rekapitulasihasil pengujian sifat fisis dan klasifikasi tanah

    lempung lunak dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Data Karakteristik Tanah Asli

    Hasil dari pengujian pemadatan tanah asli di

    sekitar Kampus Universitas Sriwijaya, Inderalaya,Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan didapatkan

    kadar air optimum (opt) 19,40 % dengan berat isikering maksimum (d maks) 1,62 gr/cm

    3.

    Parameter yang dicari dari pengujian TriaxialUU adalah untuk mengetahui perubahan nilai

    parameter kohesi (C), sudut geser () dan nilai kuatgeser tanah () setelah penambahan pupuk urea

    dengan persentase 5 %, 10 %, dan 15 %.Adapun perbandingan nilai kohesi untuk

    masing-masing persentase penambahan pupuk urea

    pada setiap masa perawatan dapat dilihat pada

    gambar 3.

    Nilai kohesi maksimum terjadi pada persentase

    penambahan 5 % pupuk urea dengan masa

    perawatan 14 hari yaitu 1,138 kg/cm2 dengan

    persentase kenaikan 169,35 %. Hal ini

    menunjukkan kekuatan ikatan antar partikel tanah

    akan menjadi lebih kuat dan maksimum pada

    persentase 5 %. Pada saat pencampuran nilai kohesi

    terendah adalah 0,329 kg/cm2 untuk kadar

    campuran 15 % urea dengan masa perawatan 3

    hari.

    Gambar 3. Diagram Nilai Kohesi Tanah Lempung Lunak

    Perbandingan nilai sudut geser untuk masing-

    masing persentase penambahan pupuk urea pada

    setiap masa perawatan dapat dilihat pada gambar 4

    dibawah ini.

    Pada diagram batang dibawah ini, nilai sudut

    geser tanah maksimum pada persentase

    penambahan 15 % pupuk urea dengan masa

    perawatan 3 hari yaitu 26,42o dengan persentase

    kenaikan 76,84 %. Dan nilai sudut geser tanah

    minimum pada persentase penambahan 5 % pupuk

    urea dengan masa perawatan 7 hari yaitu 13,71o.

    Sudut geser tanah merupakan salah satu parameter

    dalam menentukan kestabilan tanah sehingga

    semakin tinggi sudut geser suatu tanah maka

    kondisi tanah tersebut semakin stabil.

    Pemeriksaan Laboratorium Hasil

    Kadar Air Asli (w, %) 35,20

    Tanah Lolos Saringan No.40 (%) 84,90

    Tanah Lolos Saringan No.200 (%) 72,65

    Batas Cair (LL, %) 42,00

    Batas Plastis (PL, %) 21,14

    Indeks Plastis (IP, %) 20,86

    Berat Jenis (Gs) 2,53

    Klasifikasi Tanah (AASHTO) A-7-6

    Klasifikasi Tanah (USCS) CL

  • 7/25/2019 1-1-PB

    21/48

    Sutejo, Y., dkk. / Analisis Pengaruh Campuran Pupuk Urea / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (14 19)

    18

    Gambar 4. Diagram Nilai Sudut Geser Tanah Lempung Lunak

    Variasi nilai kuat geser tanah pada setiap

    persentase pencampuran pupuk urea dapat dilihat

    pada gambar 5. Berdasarkan gambar 5 diketahui

    bahwa nilai kuat geser untuk tanah asli sebesar 1,55kg/cm, kemudian meningkat setelah ditambahkan

    pupuk urea kedalamnya.

    Gambar 5. Diagram Nilai Kuat Geser Tanah Lempung Lunak

    Pada persentase campuran 5 % dan 10 % ureanilai kuat geser tanah meningkat seiring lamanyamasa perawatan, sedangkan untuk persentase

    campuran 15 % urea nilai tersebut menurun seiringdengan lamanya masa perawatan. Nilai kuat gesermaksimum dicapai pada kadar campuran 15 %

    pupuk urea dengan masa perawatan 3 hari, yaitu3,93 kg/cm2dengan persentase kenaikan 170,97 %.

    5. KESIMPULAN

    Dari hasil pengujian yang dilakukan dengansampel tanah lunak yang diambil di daerah kampusUNSRI, OI, SUMSEL didapatkan kesimpulansebagai berikut :1. Dari hasil pengujian sifat-sifat fisis tanah,

    didapatkan kadar air tanah asli (w) 35,20 %, beratjenis (Gs) 2,53, persentase butiran tanah lolossaringan No. 200 adalah 72,65 % serta batas

    plastis (PL), batas cair (LL) dan indeks plastisitas(IP) berturut-turut 21,14 %, 42 % dan 20,86 %.Menurut USCS, tanah dengan parameterdemikian dikategorikan dalam CL yang memilikiplastisitas rendah hingga plastisitas sedang.Sedangkan menurut AASHTO, tanah dengamparameter demikian dikategorikan dalam

    golongan A-7-6 dengan karakteristik tanah cukupsampai dengan buruk. Dengan demikian tanahdiklasifikasikan sebagai tanah lempung lunak.

    2. Untuk pengujian Triaxial didapatkan hasil :a. Nilai kohesi maksimum terjadi pada persentase

    penambahan 5 % pupuk urea dengan masaperawatan 14 hari yaitu 1,138 kg/cm2 denganpersentase kenaikan 169,35 %. Nilai kohesiterendah adalah 0,329 kg/cm

    2 untuk kadar

    campuran 15 % urea dengan masa perawatan 3hari.

    b. Nilai sudut geser tanah () maksimum padapersentase penambahan 15 % pupuk ureadengan masa perawatan 3 hari yaitu 26,42odannilai sudut geser tanah minimum pada persentasepenambahan 5 % pupuk urea dengan masaperawatan 7 hari yaitu 13,71o.

    c. Nilai kuat geser untuk tanah asli sebesar 1,55kg/cm. Nilai kuat geser maksimum dicapai padakadar campuran 15 % pupuk urea dengan masaperawatan 3 hari, yaitu 3,93 kg/cm2 denganpersentase kenaikan 170,97 %.

    d. Pada tiga variasi campuran 5 %, 10 %, dan 15 %terjadi perubahan pada nilai sudut geser berupapenurunan dan peningkatan bila dibandingkandengan kondisi tanah asli dan non campuran.Sedangkan untuk nilai kuat geser dan nilaikohesi tanah cenderung meningkat jikadibandingkan dengan kondisi tanah asli dan noncampuran.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penelitian ini merupakan bagian dari PenelitianDosen Muda SATEKS UNSRI 2014.

    REFERENSI1) Antonius, Jonry. 2004.Pengaruh Penambahan 20 %,

    25 %, 30 % Pupuk Urea Terhadap Kuat Geser TanahLempung Ekspansif Dengan Pengujian Triaxial.

    Skripsi. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

    Universitas Sriwijaya. Inderalaya.

    2) Bowles, Joseph E. 1993. Sifat-ifat Fisis dan

    Geoteknik Tanah: Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.

    3) Bowles, Joseph E, 1993,Analisa dan Disain Pondasi:

    Jilid kedua: Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.

    4) Chen, F.H.1975. Foundation on Expansive Soil.

    Development in Geotechnical Engineering 12,

    Esevier Scientific Publishing Company, Amsterdam.5)

    Das, M.B. 1988, Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip

    Rekayasa Geoteknis), P.T. Gelora Aksara Pratama,

    Surabaya.6) G. Djatmiko S., dan S.J. Edy P., 1993, Mekanika

    Tanah 1. Kanisius. Yogyakarta.

  • 7/25/2019 1-1-PB

    22/48

    Sutejo, Y., dkk. / Analisis Pengaruh Campuran Pupuk Urea / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (14 19)

    19

    7)

    Hardiyatmo, H.C. 1992. Mekanika Tanah I. PT

    Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

    8) Holtz, R.D and Kovacs, W.D. An Introduction to

    Geotechnical Eng, Practice-Hall Inc.

    9) Mitchell, J.K., John Wiley and Sons. 1995.

    Fundamental of Soil Behavior third edition. Inc New

    York.10)

    Oemar, Bakrie, Nurly Gofar, dan Ratna Dewi,

    Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah. Universitas

    Sriwijaya, Inderalaya, 2010.

    11)Pedoman Kimpraswil. 2002, Panduan Geoteknik 1.

    Edisi Pertama Bahasa Indonesia, DepartemenPermukiman dan Prasarana Wilayah.

    12)Suranta Adi, Swastika. 2004. Pengaruh Penambahan

    5 %, 10 %, 15 % Pupuk Urea terhadap Kuat Geser

    Tanah Lempung Ekspansif dengan Pengujian

    Triaxial. Skripsi. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

    Teknik, Universitas Sriwijaya. Inderalaya.13)Suyono, S. dan Kazuto, N., 1983., Mekanika Tanah

    dan Teknik Pondasi, P.T. Pradnya Paramita, Jakarta

  • 7/25/2019 1-1-PB

    23/48

    20

    Vol. 4, No. 1, Oktober 2015, Halaman: 20 - 26, ISSN: 1907-4247 (Print), ISSN: 2477-4863 (Online)

    Alamat Website: http://cantilever.unsri.ac.id

    ANALISIS STRUKTUR RANGKA BAJA MENGGUNAKANBASE

    ISOLATIONDENGAN TIME HISTORY ANALYSIS

    SalomaJurusan Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya

    (Jl. Raya Palembang - Prabumulih KM 32 Inderalaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan)E-mail: [email protected]

    Abstract

    This paper discussed the usage of base isolation in the form of leading rubber bearing which is applicated on steelstructure of five floor. The analysis is done on steel structure by using base isolation. It is compared with steel structure

    without base isolation. The usage of base isolation on steel structure with loading earthquake can reduce response

    structure either displacement, velocity or accelaration.

    Key Words: base isolation, lead-rubber bearing.

    1. PENDAHULUAN

    Seiring perkembangan teknologi perencanaanstruktur tahan gempa, telah dikembangkan suatu

    pendekatan desain alternatif untuk mengurangiresiko kerusakan bangunan tahan gempa, danmampu mempertahankan integritas komponenstruktural dan non struktural terhadap gempa kuat.Pendekatan desain ini bukan dengan cara

    memperkuat struktur bangunan, tetapi denganmereduksi gaya gempa yang bekerja pada bangunan.

    Sistem kontrol pada struktur terdiri dari sistemkontrol pasif dan sistem kontrol aktif. Sistemkontrol pasif bekerja tanpa menggunakan tambahan

    energi luar, sehingga gaya kontrol hanya dapatmemberikan respon pada struktur dalam batasan

    tertentu. Walaupun demikian, penggunaan sistem inimasih diminati karena kemudahan pengerjaan danketahanannya. Selain itu, penerapan sistem kontrol

    pasif tidak beresiko menimbulkan kondisi yangtidak stabil pada struktur. Sistem kontrol pasifdibedakan atas sistem isolasi gempa (seismicisolation system) seperti elastomeric bearings, leadrubber bearings, sliding frictionpendulum dan alat

    penyerap energi mekanik (passive energydissipation devices) seperti tuned mass dampers,tuned liquid dampers, metallic dampers, visco-elastic dampers, dan viscous fluid dampers.

    Sedangkan sistem kontrol aktif bekerjamenggunakan tambahan energi luar, sehingga

    mekanisme kerjanya lebih efektif bila dibandingkandengan kontrol pasif. Hal ini dikarenakan sistem

    kontrol aktif dapat memberikan gaya kontrol padaparameter struktur seperti perpindahan, kecepatandan percepatan sampai batasan tertentu. Beberapa

    contoh sistem kontrol aktif yaitu active bracingsystems, active mass dampers, variable stiffnessatau

    damping systems, smart materialdan aktif tendon.Keunggulan masing-masing sistem kontrol

    tentunya memberikan pilihan bagi para engineeruntuk mengaplikasikannya pada bangunanstruktural. Walaupun teknologi kontrol yang banyak

    berkembang pada abad ke-20 adalah sistem kontrolaktif dan hybrid, namun penggunaan sistem kontrolpasif masih menjadi alternatif yang lebih relevandikarenakan total biaya konstruksi yang lebih murah

    dan pemasangan alat yang lebih sederhana.Paper ini menganalisis tentang base isolationsebagai peredam gempa secara pasif pada strukturrangka baja 5 lantai. Tujuan utama paper ini adalahmembandingkan perilaku struktur baik yangmenggunakan base isolation maupun tanpa baseisolation. Perbandingan dilakukan dengan melihathasil displacement, kecepatan dan percepatan

    struktur dengan time history analysis.

  • 7/25/2019 1-1-PB

    24/48

    Saloma / Analisis Struktur Rangka Baja Menggunakan Base Isolation / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (20 26)

    21

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    (1)

    PemodelanBase isolation

    Perilaku hubungan gaya dan perpindahan padaisolator seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

    Gambar 1. Pemodelan hysteresis bilinier

    Dalam analisis struktur, isolator dapat dimodelkansebagai model linier atau bi-linier. Untuk analisislinier digunakan kekakuan efektif, sedangkan untukanalisis nonlinier ada tiga parameter yangmenentukan karakteristik dari isolator, yaitu:kekakuan awal, kekakuan pasca leleh, danperpindahan leleh. Hubungan parameter inidiberikan seperti pada persamaan berikut:

    D

    Qkk peff += (1)

    pe

    ykk

    QD

    = (2)

    ypy DkQF += (3)

    dimana:D = perpindahan maksimum yang terjadi pada

    isolatorQ = kekuatan karakteristik

    Effective dampingdidapat sebagai berikut:

    2eff

    Deff

    Dk2

    E

    = (4)

    dimana:ED= Energi dissipasi per cycle (luas kurva hysterisis

    loop) yaitu ( )D yE 4Q D D=

    (2) Persamaan Gerak MDOF pada Gedung

    denganBase isolation

    Model struktur multi degree of freedomterdapat

    pada Gambar 2. Persamaan (5) menyatakanpersamaan gerak MDOF pada gedung dengan baseisolation:

    [ ]{ } [ ]{ } [ ]{ } [ ]{ }gM x C x K x x M 1+ + = && & && (5)

    Gambar 2. Model struktur MDOF dengan base isolation

    [ ]

    1

    2

    m

    n 1

    m 0 0 0 0

    m 0 0 0

    M m 0 0

    sym m

    m

    =

    O M

    L

    O

    [ ]

    1 2 2

    2 3

    m m 1

    n 1 n n

    n

    c c c 0 0 0

    c c 0 0 0

    C c c 0 0

    sym c c c

    c

    +

    + +

    = +

    +

    O M

    L

    O

    [ ]

    1 2 2

    2 3

    m m 1

    n 1 n n

    n

    k k k 0 0 0

    k k 0 0 0

    K k k 0 0

    sym k k k

    k

    +

    + +

    = +

    +

    O M

    L

    O

    { } { }T

    1 2 m n 1 nx x x x x x= K K

    { } { }T

    1 2 m n 1 nx x x x x x=& & & & & &K K

    { } { }T

    1 2 m n 1 nx x x x x x=&& && && && && &&K K

    { } [ ]{ }x x '=

  • 7/25/2019 1-1-PB

    25/48

    Saloma / Analisis Struktur Rangka Baja Menggunakan Base Isolation / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (20 26)

    22

    [ ]

    1,1 1,2 1,m 1,n 1 1,n

    2,1 2,2 2,m 2,n 1 2,n

    m,1 m,2 m,m m,n 1 m,n

    1,1 n 1,2 n 1,m n 1,n 1 n 1,n

    n,1 n ,2 n,m n,n 1 n ,n

    =

    K K

    K K

    K K K K K K K

    K K

    K K K K K K K

    K K

    K K

    [ ][ ]{ } [ ][ ]{ } [ ] [ ]{ } [ ]{ }gM x ' C x ' K x ' x M 1 + + = && & &&

    3. MODEL STRUKTUR

    Kasus I. Struktur rangka baja tanpa base isolation

    Data struktur:1.

    Jenis struktur rangka baja

    2.

    Bentang per portal = 8 m

    3. Tinggi per lantai = 3,5 m

    4. Dimensi balok = W27x94, kolom = W21x248

    Data material:

    1.

    Baja:

    Berat jenis = 7850kg/m3

    E = 200.000 MPa

    fy= 240 MPa

    fu= 370 MPa

    2.

    Beton:Berat jenis = 2400 kg/m

    3

    fc = 30 MPa

    Kasus II. Struktur rangka baja dengan base isolation

    Data struktur:

    1.

    Jenis struktur rangka baja

    2. Bentang per portal = 8 m

    3. Tinggi per lantai = 3,5 m

    4.

    Dimensi balok = W27x94, kolom = W21x248

    Data material:1. Baja:

    Berat jenis = 7850kg/m3

    E = 200.000 MPa

    fy= 240 MPa

    fu= 370 MPa

    2. Beton:

    Berat jenis = 2400 kg/m3

    fc = 30 MPa

    Rubber Isolator properties:

    1. Vertikal (axial) stiffness = 10.000 k/in (linier)

    2.

    Initial shear stiffness pada masing-masing arah= 10 k/in.

    3.

    Shear yield force pada masing-masing arah = 7

    kips.

    4. Perbandingan post yield shear stiffness dan

    initial shear stiffness 0,2.

    Gambar 3. Model struktur rangka baja tanpa base isolation

    Gambar 4. Model struktur rangka baja dengan base isolation

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    (1) Modal Periods and Frequencies

    Tabel 1 dan 2 memperlihatkan periode struktur

    hasil analisis untuk struktur dengan base isolationdan tanpa base isolation. Model struktur tanpa baseisolation memiliki periode maksimum 4,916 detik,

    hal ini menjadi dasar memberikan tambahan base

    isolation sehingga periode maksimum menjadi

    1,029 detik.

  • 7/25/2019 1-1-PB

    26/48

    Saloma / Analisis Struktur Rangka Baja Menggunakan Base Isolation / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (20 26)

    23

    Tabel 1. Periode dan frekuensi struktur tanpa base isolation

    ModePeriod(detik)

    Frequency(Cyc/detik)

    CircFreq(rad/detik)

    Eigen valuerad2/sec2

    1 4.916 0.203 1.278 1.634

    2 4.863 0.206 1.292 1.669

    3 4.279 0.234 1.469 2

    4 0.551 1.815 11.404 130

    5 0.337 2.972 18.670 349

    6 0.329 3.043 19.120 366

    7 0.255 3.924 24.654 608

    8 0.158 6.333 39.792 1583

    9 0.103 9.678 60.807 3698

    10 0.090 11.061 69.499 4830

    11 0.076 13.108 82.360 6783

    12 0.044 22.582 141.890 20132

    Tabel 2. Periode dan frekuensi struktur dengan base isolation

    ModePeriod(detik)

    Frequency(Cyc/detik)

    CircFreq(rad/detik)

    Eigen valuerad2/sec2

    1 1.029 0.972 6.106 37.287

    2 0.537 1.862 11.699 136.86

    3 0.350 2.859 17.963 322.66

    4 0.219 4.561 28.657 821.2

    5 0.175 5.721 35.943 1291.9

    6 0.165 6.048 38.002 1444.2

    7 0.102 9.821 61.710 3808.1

    8 0.086 11.636 73.113 5345.5

    9 0.075 13.363 83.963 7049.7

    10 0.069 14.574 91.573 8385.6

    11 0.060 16.644 104.580 10936

    12 0.028 35.248 221.470 49049

    (2) Response Struktur

    Hasil analisis perbandingan sistem struktur

    dengan dan tanpa base isolation dilakukan pada arah

    x dan y. Parameter yang diperiksa adalahperpindahan antar lantai, percepatan pada lantai, dan

    gaya geser dasar.

    Berdasarkan gaya geser yang terjadi, sistem

    struktur dengan base isolation mampu menyerap

    energi gempa tambahan hingga empat kali jika

    dibandingkan dengan sistem biasa. Hal ini dapat

    dilihat dengan periode struktur yang semakin kaku

    dari 4,916 detik menjadi 1,029 detik.

    Perilaku struktur dengan base isolation

    memberikan kinerja yang lebih baik dibandingkan

    struktur tanpa base isolation. Hal ini dikonfirmasi

    oleh tingkat perpindahan lantai maupun antar lantaiyang lebih kecil.

    Hasil analisis struktur dengan base isolationdantanpa base isolation dapat dilihat pada Tabel 3 dan

    4. Parameter yang dianalisis adalah displacements

    antar lantai, kecepatan dan percepatan pada lantai.

    Selanjutnya, grafik hubungan antara displacements

    vs waktu, kecepatan vs waktu dan percepatan vs

    waktu pada masing-masing lantai dapat dilihat padaGambar 5 sampai 19.

    Tabel 3. Response struktur dengan base isolation

    Lantai

    Respon struktur base isolation

    Displacements

    (mm)

    Kecepatan

    (mm/detik)

    Percepatan

    (mm/detik2)

    1Maks 12.804 123.283 2119.618

    Min -13.212 -123.302 -2000.426

    2Maks 17.064 237.404 2913.795

    Min -13.856 -231.747 -2929.471

    3 Maks 45.917 378.779 2936.555Min -48.165 -351.017 -3318.336

    4Maks 54.266 423.474 2915.129

    Min -57.337 -383.501 -3419.486

    5Maks 58.111 463.945 3108.316

    Min -61.416 -417.244 -3570.214

    Tabel 4. Response struktur tanpa base isolation

    Lantai

    Respon struktur tanpa base isolation

    Displacements

    (mm)

    Kecepatan

    (mm/detik)

    Percepatan

    (mm/detik2)

    1Maks 34.808 289.632 3634.539

    Min -33.793 -281.042 -3770.839

    2Maks 51.193 523.816 4599.961

    Min -41.569 -478.901 -4607.726

    3Maks 126.681 822.611 5423.085

    Min -126.136 -648.454 -3717.955

    4Maks 153.675 887.451 4680.351

    Min -148.617 -728.989 -4927.122

    5Maks 167.502 913.057 5479.828

    Min -160.681 -791.325 -5726.660

    Gambar 5. Respon displacement vs waktu lantai 1

  • 7/25/2019 1-1-PB

    27/48

    Saloma / Analisis Struktur Rangka Baja Menggunakan Base Isolation / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (20 26)

    24

    Gambar 6. Respon displacement vs waktu lantai 2

    Gambar 7. Respon displacement vs waktu lantai 3

    Gambar 8. Respon displacement vs waktu lantai 4

    Gambar 9. Respon displacement vs waktu lantai 5

    Gambar 10. Respon kecepatan vs waktu lantai 1

    Gambar 11. Respon kecepatan vs waktu lantai 2

    Gambar 12. Respon kecepatan vs waktu lantai 3

    Gambar 13. Respon kecepatan vs waktu lantai 4

  • 7/25/2019 1-1-PB

    28/48

    Saloma / Analisis Struktur Rangka Baja Menggunakan Base Isolation / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (20 26)

    25

    Gambar 14. Respon kecepatan vs waktu lantai 5

    Gambar 15. Respon percepatan vs waktu lantai 1

    Gambar 16. Respon percepatan vs waktu lantai 2

    Gambar 17. Respon percepatan vs waktu lantai 3

    Gambar 18. Respon percepatan vs waktu lantai 4

    Gambar 19. Respon percepatan vs waktu lantai 5

    Berdasarkan perbandingan Gambar 5 19 dapat

    dijelaskan beberapa analisis terhadap kinerja

    struktur base isolation, antara lain:1. Respon struktur perpindahan, kecepatan, dan

    percepatan bertambah besar terutama pada

    lantai atas.

    2.

    Struktur dengan base isolation membuat kinerja

    struktur, khususnya perpindahan (displacement)menjadi lebih baik.

    3.

    Struktur dengan base isolation mulai bekerja

    efektif pada detik ke-20 eksitasi beban luar. Hal

    ini dapat diketahui dari response struktur secara

    umum mengecil setelah detik ke-20. Hal yang

    sama terjadi pada perpindahan yaitu respon

    semakin mengecil.4. Penggunaan base isolation menyebabkan respon

    struktur percepatan dan kecepatan secara umum

    bertambah, yang membuat struktur tidak

    nyaman (comfortable) untuk digunakan.

    (3) Hubungan Gaya Geser Dasar (Base Shear)

    danDisplacements

    Gambar 20 memperlihatkan respon gaya

    terhadap deformasi struktur. Dapat dilihat kurva

    yang dihasilkan pada setruktur dengan baseisolation bersifat nonlinier. Hal ini menunjukkan

    bahwa struktur dengan base isolation menyerap

  • 7/25/2019 1-1-PB

    29/48

    Saloma / Analisis Struktur Rangka Baja Menggunakan Base Isolation / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (20 26)

    26

    energi lebih besar dibandingkan struktur tanpa baseisolation.

    Gambar 20. Hubungan base shear vs displacement pada struktur

    dengan base isolation

    (4)

    Energi Redaman

    Plot grafik hubungan energi redaman vs waktu

    dapat dilihat pada Gambar 21 dan 22. Berdasarkan

    gambar tersebut dapat diketahui bahwa base

    isolation bekerja sesuai dengan pemodelan base

    isolation yang diajukan sebelumnya.

    5. KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil pemodelan dan analisis yang

    dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

    1.

    Penggunaan base isolator pada struktur rangka

    baja yang dikenai beban gempa mampu

    mereduksi respon struktur baik perpindahan,

    kecepatan maupun percepatan.

    2.

    Kinerja struktur yang menggunakan base

    isolator lebih baik dibandingkan kinerja struktur

    tanpa base isolator. Hal ini dapat dilihat dari

    berkurangnya simpangan lantai atau gaya geser

    akibat beban gempa.

    3. Base isolationpada lantai 1 mendisipasi energi

    lebih besar dari lantai di atasnya.

    4. Lokasi penempatan base isolation pada arah x

    dan y terbukti mampu meningkatkan kinerja

    struktur.

    REFERENSI

    1) Anil K. Chopra, 2007, Dynamics of Structures Theoryand Application to Earthquake Engineering.

    Fracklin Y. Cheng, Hongping Jiang, and Kangyu Lou, 2008,Smart Structures Innovative Systems for Seismic response

    Control, CRC Press.

    Gambar 22. Hubungan modal damping energy vs waktu

    Gambar 21. Hubungan input energi vs waktu

  • 7/25/2019 1-1-PB

    30/48

    27

    Vol. 4, No. 1, Oktober 2015, Halaman: 27 - 33, ISSN: 1907-4247 (Print), ISSN: 2477-4863 (Online)

    Alamat Website: http://cantilever.unsri.ac.id

    STUDI IMBANGAN AIR PADA DAERAH IRIGASI PITAP

    Ulfa Fitriati1, Novitasari

    2, Achmad Rusdiansyah

    3,dan Andi Rahman

    4

    Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat(Jl. A. Yani Km. 35 Banjarbaru, Kalimantan Selatan)

    E-mail : [email protected]

    AbstractTo fulfilling the demands of irrigation water in the region SWS Barito mostly farming community life is

    indispensable. Due to the presence of water balance studies in Sub SWS Barito is the basis for preparing thedevelopment strategy of water resources, particularly water management in irrigation area as one sub DAS Pitap Barito

    River. The method used to perform the analysis of the availability of water by using methods Mock and irrigation water

    needs analysis to see the balance of water in the water supply for paddy in Pitap Irrigation Area. Balance of water in the

    dam Pitap still insufficient to meet the water demands Pitap irrigation area of 4000 ha.

    Key Words: water availability, water demand, water balance and irrigation area Pitap

    1. PENDAHULUAN

    Berbagai usaha telah dilakukan untuk

    meningkatkan hasil produksi bahan pangan,diantaranya adalah dengan pembukaan lahanpertanian. Usaha ini ditempuh karena dilihat mulaiberkurangnya lahan pertanian akibat perkembangansuatu daerah yang diikuti dengan pembangunan

    pemukiman-pemukiman penduduk. Di lain sisi jugaterjadi penyusutan kawasan hutan yang dinilai sudahsangat mengkhawatirkan, maka usaha untukpeningkatan pertanian perlu ditekankan pada usahaintensifikasi daripada ekstensifikasi. Salah satuwujud usaha intensifikasi ini adalah denganmeningkatkan fungsi tata saluran atau fasilitas

    jaringan irigasi dan drainase yang ada pada lahanpertanian dengan melakukan penelitian imbanganair untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi.

    Kurang optimalnya penggunaan air irigasi untukbudidaya pertanian diperkirakan sebagai akibatbelum konsistennya manajemen pengoperasian sertakondisi sarana tata air yang ada. Melalui studi inidiharapkan didapatkan gambaran secara jelasbagaimana ketersediaan dan kebutuhan air padabeberapa anak Sungai Barito yang pada akhirnyadapat dijadikan bahan tinjauan manajemen

    pengelolaan sumberdaya air.

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    (1) Imbangan Air

    Dalam proses sirkulasi air, penjelasan mengenaihubungan antara aliran ke dalam (inflow) dan alirankeluar (outflow) di suatu daerah untuk suatu periodetertentu disebut neraca air (water balance). Analisisneraca air atau sering juga disebut imbangan air

    merupakan bagian penting dalam tahapan kegiatananalisis hidrologi. Neraca air dimaksudkanmerupakan perhitungan jumlah masukan (inflow)dan keluaran (outflow) dalam tinjauan periodewaktu tertentu pada suatu sub-sistem hidrologi (SriHarto, 2000) Persamaan dasar hitungan neraca airadalah sebagai berikut :

    (1)

    keterangan :I : total inflow,

    O : total outflow,

    S : perubahan tampungan atau selisih antarajumlah inflow dan outflow.

    (2) Evapotranspirasi

    Penguapan merupakan salah satu mata rantaiproses dalam siklus hidrologi. Penguapan

    merupakan proses alami berubahnya molekul cairanmenjadi molekul gas/uap. Penguapan dapat sajaterjadi dari semua permukaan yang lembab

  • 7/25/2019 1-1-PB

    31/48

    Fitriati, U., dkk. / Studi Imbangan Air pada Daerah Irigasi Pitap / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (27 33)

    28

    (moisture), baik dari permukaan tanah, permukaantanaman (transpiration from vegetated surface)

    maupun dari permukaan air seperti rawa, danau danlautan. Besarnya laju penguapan mempunyai peran

    berbeda untuk berbagai kepentingan analisishidrologi. Untuk satu kasus tertentu, penguapan

    dapat mempunyai nilai yang sangat penting sepertiirigasi dan waduk, sehingga besarannya sama sekalitidak dapat diabaikan. Akan tetapi untuk kasuslainnya seperti banjir, besar penguapan umumnyadiabaikan, karena peran/pengaruhnya sangat kecil.Meskipun demikian berbagai cara pendekatan untuk

    mengukur dan memperkirakan nilai penguapanperlu dicermati benar.

    Faktor-faktor yang berpengaruh terhadappenguapan cukup banyak, baik faktor fisis maupunfaktor meteorologis, meskipun faktor panasmerupakan faktor utama. Faktor-faktor lain yang

    tidak sangat menonjol seperti kualitas air dan bentukpermukaan air. Dari banyak penelitian ditemukanbahwa upaya untuk memisahkan pengaruh masing-masing faktor sangat sulit, karena tingginyaketergantungan sifat antar faktor tersebut. Faktor-faktor meteorologis yang dimaksudkan tersebut

    diantaranya suhu, kelembaban (humidity), tekananudara (barometer), angin. Dengan diperlukannyadata fisis dan meterorogis yang banyak sedangkanketersediaan data yang lengkap amat terbatasterutama di Kalimantan Selatan maka FAO Penman-Monteith memberikan solusi untuk perhitunganevapotranspirasi dengan data yang tidak lengkap.

    Penguapan (evaporation) adalah prosesperubahan dari zat cair atau padat menjadi gas.Lebih spesifik dapat ditakrifkan bahwa penguapanadalah proses transper air dari permukaan bumi keatmosfer. Transpirasi adalah penguapan air yangterserap tanaman, tidak termasuk penguapan dari

    permukaan tanah. Evapotranspirasi adalahpenguapan yang terjadi dari permukaan bertanaman.Evapotranspirasi tanaman acuan adalahevapotranspirasi yang terjadi apabila kandungan air

    tidak terbatas. Beberapa pendekatan teoritik yangdigunakan dalam memperkirakan besarnya

    penguapan yaitu:Persamaan-persamaan empirik (empirical

    equations)1. Keseimbangan air (water balance method)2. Aerodynamic method3. Energy balance method4. Combination method5. Priestley-Taylor method

    Dalam prakteknya besaran penguapan tidakdapat diperoleh dengan rumus-rumus yang ada,misalnya karena keterbatasan data, sehingga

    diperlukan upaya lain untuk memperoleh besaran

    laju penguapan yang diperlukan. Hal ini dapatdilakukan dengan pengukuran laju penguapan secara

    langsung, terdapat paling tidak tiga kelompok yaitu :1. Panci penguapan (evaporation pan)2. Atmometer3. Lysimeter

    Evapotranspirasi tanaman acuan adalahevapotranspirasi tanaman yang dijadikan acuan,yakni rerumputan pendek. ETo adalah kondisievapotranspirasi berdasarkan keadaan meteorologiseperti temperatur, sinar matahari, kelembaban danangin dimana tersedia cukup air untuk pertumbuhantanaman. Untuk perhitungan evapotranspirasi,dianjurkan untuk menggunakan rumus FAOPenman-Monteith. Metode FAO Penman-Monteith

    dalam hitungannya menggunakan data iklim secaramaksimum seperti data temperatur, kelembaban

    udara, radiasi