1-1-pb
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 1-1-PB
1/48
Diterbitk
Program
Fakultahttp://can
ISSN: 1907-4247 (Print), ISSN:
an oleh:
Studi Magister dan Jurusan Tek
Teknik Universitas Sriwijayailever.unsri.ac.id
477-4863 (Online)
nik Sipil
ol. 4
No. 1Oktober
2015
-
7/25/2019 1-1-PB
2/48
i
Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 ISSN: 1907-4247 (Print), ISSN: 2477-4863 (Online)Terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober
Pembina:
Rektor UNSRIDekan Fakultas Teknik UNSRI
Penanggung Jawab:
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil UNSRIKetua Jurusan Teknik Sipil UNSRI
Dewan Redaksi:
M. Baitullah Al Amin, ST, M.Eng.Ir. Sarino, MSCE
Ir. Yakni Idris, M.Sc., MSCEDr. Saloma, ST, MT
Bimo Brata Adhitya, ST, MTYulindasari Sutejo, ST, M.Eng.
Mirka Pataras, ST, MT
Penyunting Ahli:
Prof. Dr. Ir. Anis Saggaff, MSCE (Universitas Sriwijaya)Prof. Dr. Ir. Erika Buchari, M.Sc. (Universitas Sriwijaya)
Prof. Dr. Ir. R. Anwar Yamin, MT (Pusjatan Kementerian PU)Dr. Ir. Gunawan Tanzil, M.Eng. (Universitas Sriwijaya)Dr. Ir. Maulid M. Iqbal, MS. (Universitas Sriwijaya)Dr. Ir. Dinar D. A. Puteranto, MSPJ (Universitas Sriwijaya)Heni Fitriani, ST, MT, Ph.D. (Universitas Sriwijaya)
Redaksi Pelaksana:
Reni Yuniarti, SEAgustini
Alamat Redaksi:
Program Studi Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jl. Padang Selasa No. 524, Palembang, Sumatera Selatan (30139)Telepon/Fax: (0711) 354222 ext. 113Email: [email protected]; [email protected]
Alamat Website: http://cantilever.unsri.ac.id
Cantilever merupakan jurnal penelitian dan kajian teknik sipil yang menyajikan hasil-hasil penelitian di bidang
struktur, transportasi, pengembangan sumberdaya air, geoteknik, manajemen infrastruktur, dan rekayasa
lingkungan. Pertama kali diterbitkan pada tahun 2006. Redaksi mengundang para pakar, civitas akademika,pemerhati, dan praktisi untuk mengirimkan makalahnya berupa naskah ilmiah yang belum pernah dipublikasikan
atau tidak sedang dalam proses publikasi di media cetak lain. Metode pengiriman naskah ilmiah dan petunjuk
penulisan bagi penulis dapat dibaca pada bagian dalam sampul belakang. Naskah yang masuk akan direview oleh
penyunting ahli dan selanjutnya diproses oleh dewan redaksi untuk diterbitkan. Redaksi berhak mengedit
redaksional naskah tanpa mengubah maksud dan artinya, serta isi tulisan bukan tanggung jawab redaksi.
-
7/25/2019 1-1-PB
3/48
ii
Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 ISSN : 1907-4247 (Print), ISSN : 2477-4863 (Online)Terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober
DAFTAR ISI
Hal.
ANALISIS DINAMIS SISTEM STRUKTUR DENGAN SKEMA MASSA KONSISTEN
(Binsar Hariandja)
1 6
STUDI PERILAKU BALOK KASTELA BENTANG PENDEK DENGAN VARIASIDIMENSI LUBANG HEKSAGONAL MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA(Ahmad Muhtarom)
7 13
ANALISIS PENGARUH CAMPURAN PUPUK UREA TERHADAP KUAT GESERTANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAXIAL(Yulindasari Sutejo, Ratna Dewi, Dwi Haryadi,
dan Reffanda Kurniawan)
14 19
ANALISIS STRUKTUR RANGKA BAJA MENGGUNAKANBASE ISOLATION
DENGAN TIME HISTORY ANALYSIS(Saloma)
20 26
STUDI IMBANGAN AIR PADA DAERAH IRIGASI PITAP(Ulfa Fitriati, Novitasari, Achmad Rusdiansyah, dan Andi Rahman)
27 33
KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) DI SUNGAI LEMATANG KOTA PAGAR ALAM(Handy Wibowo, Arifin Daud, dan M. Baitullah Al Amin)
34 41
-
7/25/2019 1-1-PB
4/48
1
Vol. 4, No. 1, Oktober 2015, Halaman: 1 - 6, ISSN: 1907-4247 (Print), ISSN: 2477-4863 (Online)
Alamat Website: http://cantilever.unsri.ac.id
ANALISIS DINAMIS SISTEM STRUKTUR DENGAN
SKEMA MASSA KONSISTEN
Binsar Hariandja
Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung
(Jalan Ganesha 10, Bandung)
E-mail: [email protected]
Abstract
The paper deals with frequency analysis of irreguler framed structures. The analysis used finite element method cast
in matrix formulation. Apart from frequency analysis of framed structures that assumed to be of frame with relative
rigid floor system, and the mass of structure is lumped at each floor, the analysis adopted consistent mass formulation.
To reduce structural degrees of freedom, static condensation and multi-point constraint algorithms where used. The
natural frequency resulted out of proposed analysis was then compared to that obtained by assuming rigid floor. The
difference was due to the different schemes used in the consideration of inertial mass forces.
Key Words: dynamic analysis, finite element method, multi-point constraints, static condensation, natural frequency.
1. PENDAHULUAN
Dalam konteks penerapan metoda numerik,
lazimnya analisis dilakukan dengan menggunakan
model diskrit sebagai representasi struktur yang
sebenarnya. Model diskrit disusun dengan
mengambil beberapa asumsi yang menyederhanakan
kerumitan geometri sistem struktur. Agar asumsi
yang diambil tidak menimbulkan deviasi yang tidak
bisa diterima dari pada solusi, model diskrit yang
digunakan diambil lebih halus. Sayangnya,
penghalusan model diskrit menimbulkan jumlah
derajat kebebasan yang semakin besar. Untuk
mengatasi hal ini, diambil beberapa teknik reduksi
jumlah derajat kebebasan, misalnya dengan
mengasumsikan suatu hubungan antar komponen
derajat kebebasan. Teknik ini lazim dinamakan
sebagai proses kondensasi.
Cara lain adalah dengan mengambil asumsi dari
pada medan perpindahan sistem struktur. Dalam
analisis sistem struktur berdinding geser terhadap
gaya lateral (misalnya gempa), lantai per lantai
dianggap sebagai sub-sistem diafragma yang kaku,
sehingga perpindahan sistem struktur hanya
merupakan simpangan horizontal dari tiap lantai.
Lihat Gambar 1 sebagai penjelasan. Untuk contoh
portal bidang ini, ada 6 x 3 = 18 derajat kebebasan
aktif pada titik simpul (nodes) 2, 3, 5, 6, 8 dan 9.
Jika dianggap bahwa lantai merupakan sub-sistem
kaku, maka hanya ada 2 derajat kebebasan berupasimpangan (sway) lantai 1 dan lantai 2. Dengan
pengambilan asumsi ini, jumlah derajat kebebasan
direduksi dari 18 menjadi 2. Model inilah yang
lazim digunakan dalam analisis sistem struktur
portal terhadap gaya lateral, yang untuk sistem
portal yang reguler, solusi masih memberikan hasil
yang cukup baik.
Sekarang, tinjaulah sistem struktur dalam
Gambar 2 yang pada hakekatnya merupakan sistem
struktur Gambar 1, tetapi dengan kolom tengahbawah 45 yang dihilangkan. Terhadap gaya lateral,
-
7/25/2019 1-1-PB
5/48
Hariandja, B. / Analisis Dinamis Sistem Struktur dengan Skema Massa Konsisten / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (1 6)
2
maka selain mengalami perpindahan horizontal,
sistem struktur juga akan mengalami perpindahan
vertikal di titik simpul 5 dan dengan demikian juga
perpindahan vertikal titik simpul 6. Perpindahan ini
lazim dinamakan efek Vierendel. Kalau dalam
model struktur Gambar 1, keseimbangan cukupditerapkan di arah kedua perpindahan horisontal,
maka dalam model struktur Gambar 2,
keseimbangan juga harus ditinjau di arah perpindaha
vertikal dan juga di arah rotasi titik-titik simpul.
Pengandaian bahwa lantai per lantai merupakan sub-
sistem yang kaku, tidak lagi akan memberikan hasil
yang cukup teliti.
Maksud dan tujuan tulisan ini adalah menyusun
suatu analisis sistem struktur yang merupakan
sistem portal yang ireguler, atau sistem struktur
yang tidak merupakan sistem portal sama sekali,
dengan menggunakan model diskrit serta medan
perpindahan dan massa yang konsisten. Dalam hal
ini, derajat kebebasan yang aktif semua disertakan
dalam analisis dengan konsekuensi jumlah derajat
kebebasan yang besar. Jumlah derajat kebebasan
kemudian diredusir dengan menerapkan kondensasi
statis (statical condensation) atas beberapa derajat
kebebasan.
Gambar 1. Struktur Reguler, Lantai per Lantai Kaku
Gambar 2. Struktur Ireguler, Lantai per Lantai
Tidak Kaku
2. ANALISIS SISTEM STRUKTUR
PORTAL REGULER
Dalam pasal ini dilakukan pembahasan analisis
sistem struktur reguler terhadap gaya eksitasi
gempa, dengan mengambil asumsi bahwa lantai perlantai merupakan sub-sistem yang kaku. Struktur
dalam Gambar 1 ditampilkan kembali dalam
Gambar 3 dengan menuliskan gaya-gaya beserta
konsiderasi keseimbangan gaya horizontal.
Keseimbangan gaya-gaya horizontal pada level
tingkat 1 dan tingkat 2 memberikan sistem
persamaan simultan yang dalam notasi matriks
dituliskan dalam bentuk
(1)0
0
3636
3672
2
1
2
1
2
1
2
1
33
33
tUM
M
U
U
M
M
U
U
L
EI
L
EIL
EI
L
EI
&&
&&
&&
=
+
Gambar 3. Derajat Kebebasan Struktur Ireguler
dalam mana { 1U , 2U } adalah perpindahan
horisontal lantai 1 dan lantai 2, { 1M , 2M } massa
lantai 1 dan lantai 2, {1U
&& ,2U
&& } percepatan lantai 1
dan 2, tU&& percepatan tanah, EI kekakuan lentur
kolom dan L panjang kolom. Untuk struktur dalam
Gambar 2 diperoleh persamaan
(2)0
0
3636
3660
2
1
2
1
2
1
2
1
33
33
tUM
M
U
U
M
M
U
U
L
EI
L
EIL
EI
L
EI
&&
&&
&&
=
+
Dengan menggunakan prosedur yang standard, dariPers. (1) dapat dihitung frekuensi alami dengan
ragam yang koresponden.
8
71
4
2
96
3
5
7
3
1
17
14
20
10
9
8
12
11
19
4
2
6
5
1618
1315
1P
2P2U 2U 2U
1U 1U 1U
3
2
1
4
5
6
7
8
9
-
7/25/2019 1-1-PB
6/48
Hariandja, B. / Analisis Dinamis Sistem Struktur dengan Skema Massa Konsisten / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (1 6)
3
3. ANALISIS SISTEM STRUKTUR
DENGAN MODEL MASSA KONSISTEN
Dalam model massa yang konsisten seperti ini,
semua derajat kebebasan dianggap aktif dan
disertakan dalam persamaan keseimbangan strukturseperti dalam Gambar 4. Untuk dapat memper-
hitungkan gaya-gaya akibat akselerasi tanah,
perletakan 1 dan 7 diberi derajat kebebasan
horisontal. Dengan demikian ada 20 derajat
kebebasan. Derajat kebebasan diatur sedemikian
hingga 1U dan 2U merupakan derajat kebebasan
dasar (master degrees of freedom),3U hingga 18U
merupakan derajat kebebasan terkondens (slave
degrees of freedom), semua ini merupakan derajatkebebasan yang bebas (free degrees of freedom),
sedangkan19U dan 20U merupakan derajat
kebebasan terkekang (restrained degrees of
freedom). Dengan demikian, vektor perpindahan
}{U didekomposir atas vektor perpindahan dasar
}{ mU , vektor perpindahan terkondensir }{ sU , dan
vektor perpindahan terkekang }{ rU . Vektor
perpindahan dasar }{ mU dan vektor perpindahan
terkondens }{ sU membentuk vektor perpindahan
bebas }{ fU . Dengan demikian, keseimbangan
dalam Pers. (1) didekomposir dalam bentuk
Gambar 4. Keseimbangan Gaya-gaya Pada Lantai
)3(
}{
}{
}{
}{
}{
}{
][][][
][][][
][][][
=
r
s
m
r
s
m
rrrsrm
srsssm
mrmsmm
P
P
P
U
U
U
KKK
KKK
KKK
atau
(4)}{
}{
}{
}{
][][
][][
=
r
f
r
f
rrrf
frff
P
P
U
U
KK
KK
yang secara konsisten dapat digunakan untukmenyusun gaya-gaya inersia akibat percepatan tanah
dan keseimbangan sistem struktur.Pertama, untuk mendapatkan vektor gaya
dalam struktur akibat akselerasi gaya gempa,disusun persamaan-persamaan sebagai berikut.Karena medan percepatan merupakan turunan daripada medan perpindahan terhadap waktu, makapercepatan tanah juga mengikuti pola medan
perpindahan yang secara kinematis dimungkinkan(kinematically admissible) maka dapat dituliskan
(5)}0{
}0{
}{
}{
][][
][][
=
r
f
rrrf
frff
U
U
KK
KK
&&
&&
Percepatan gempa mengakibatkan akselerasipondasi struktur sebesar
{ } { } (6)20
19
trtr UPUP
PU &&&&&& =
=
yang dengan Pers. (5) memberikan
{ } [ ] [ ]{ } { } (7)1 tftrfrfff UPUPKKU &&&&&& ==
sehingga percepatan struktur menjadi
{ } { }{ }
[ ] [ ][ ]
{ } (8)1
rfsff
t
r
fU
I
KKU
P
PU &&&&&&
=
=
Perpindahan ini kemudian digunakan untukmenyusun gaya inersia pada elemen sebagai berikut.Pertama, percepatan ujung elemen dihitung dengan
{ } [ ]{ } (9)UTU ee &&&& =
pada tata sumbu global, dan
{ } [ ]{ } )10(eee URu &&&& =
pada tata sumbu lokal. Percepatan titik bermaterielemen menjadi
{ } (11))()(0)()(000)(00)(
)(
)(
6532
41 euxNxNxNxN
xNxN
xw
xu
&&
=
2
1
-
7/25/2019 1-1-PB
7/48
Hariandja, B. / Analisis Dinamis Sistem Struktur dengan Skema Massa Konsisten / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (1 6)
4
dalam mana [3]
])/()/(2[)(
)/(2)/(3)(
/)(
])/()/(2)/[()(
)/(2)/(31)(
/1)(
326
325
4
323
322
1
LxLxLxN
LxLxxN
LxxN
LxLxLxLxN
LxLxxN
LxxN
+=
==
+=
+=
=
(12) (12)
Kerja luar yang dilakukan oleh gaya inersia di arah
perpindahan {u , w} menjadi
{ }[ ] { }[ ] (13) += mdaNumdxNuW TT
yang jika perpindahan maya juga diinterpolasikanserupa dengan Pers. (11), akan menghasilkanmatriks massa elemen dalam bentuk
[ ] { } (14)
00
00
0000
00
00
0000
66563626
65553525
4414
63533323
62523222
4111
0
mAdxu
NNNNNNNN
NNNNNNNN
NNNN
NNNNNNNN
NNNNNNNN
NNNN
m e
l
e &&
=
dengan hasil
[ ](15)
105/3
210/2
110140/3
210/2
110
210/2
1135/130420/2
370/90
003/006/
140/3
420/2
130105/3
210/2
110
210/2
1170/90210/2
1135/130
006/003/
=
LLLL
LLLL
Lm
LLLL
LLLL
LL
mA
em
dalam mana m adalah massa balok per meterkubik, A luas penampang dan L panjang balok.
Terlihat bahwa matriks massa bersifat simetri dandapat dirakitkan ke dalam matriks massa strukturdengan melakukan transformasi dari tata sumbulokal ke tata sumbu global
{ } [ ]{ } )16(eee MRm =
dan merakitkannya ke dalam matriks massa strukturdengan menggunakan matriks tujuan
[ ] [ ] [ ] [ ][ ][ ] )17(1
iiiT
i
n
i
Ti TRmRTM
=
=
yang identik dengan perakitan matriks kekakuanglobal. Matriks kekakuan, matriks massa dan vektor
gaya inersia struktur digabungkan dalam sistempersamaan keseimbangan dinamis dalam bentuk
(18)
}0{
}0{
}0{
}{
}{
}{
][][][
][][][
][][][
}{
}{
}{
][][][
][][][
][][][
=
+
r
s
m
rrrsrm
srsssm
mrmsmm
r
s
m
rrrsrm
srsssm
mrmsmm
U
U
U
MMM
MMM
MMM
U
U
U
KKK
KKK
KKK
&&
&&
&&
dalam mana sub-sub matriks yang berkaitan dengan
matriks massa dalam Pers. (18) disusun berdasarkankomputasi beban inersia ekivalen dalam Pers. (8).Bentuk persamaan keseimbangan juga dapatdipartisi dalam bentuk
[ ] [ ][ ] [ ]
{ }{ }
[ ] [ ][ ] [ ]
{ }{ }
{ }{ }
(19)0
0
=
+
s
m
sssm
msmm
s
m
sssm
msmm
U
U
MM
MM
U
U
KK
KK
&&
&&
Solusi dari pada Pers. (18) adalah dengan
terlebih dahulu melakukan proses kondensasi yangmerupakan penyelesaian sebagian dari pada sub-matriks yang berkaitan dengan perpindahan
terkekang. Solusi antara untuk perpindahanterkekang memberikan
{ } [ ] [ ]{ } [ ]{ } [ ]{ }{ } )20(1 sUssMmUsmMmUsmKssKsU &&&& ++
=
dan kemudian digunakan untuk mendapatkanpersamaan
{ } { } { } )21(0''
=+ mmmmmm UMUK &&
dalam mana
[ ] [ ][ ] [ ]
[ ] [ ] [ ][ ] [ ]smssmsmmmmsmssmsmmmm
MKMMM
KKKKK
1'
1'
=
= (22)
Solusi dari pada Pers. (21) untuk{ }mU kemudiandimasukkan ke dalam Pers. (20) untuk mendapatkan
{ }sU dalam melengkapi solusi. Dengan demikian,
didapatkan orde yang lebih rendah dalammenentukan frekuensi alami dari pada sistemstruktur.
Yang menjadi pertanyaan adalah, bagai manamemilih derajat kebebasan yang akan dikondensir
dalam { }sU dan derajat kebebasan yang akandipertahankan dalam { }mU . Umumnya, derajatkebebasan paling luar yang merupakan batas-batassistem struktur perlu dipertahankan. Kemudian,
dapat dilakukan proses sensitivitas untuk mengenaliderajat kebebasan yang dominan serta yang perlu
ikut dipertahankan. Ini dilakukan dalam prosespemrograman dalam bab berikut ini.
-
7/25/2019 1-1-PB
8/48
Hariandja, B. / Analisis Dinamis Sistem Struktur dengan Skema Massa Konsisten / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (1 6)
5
4. PENYUSUNAN PROGRAM
KOMPUTER
Suatu program paket komputer untuk analisis
dinamis sistem struktur yang telah dipaparkan dalam
Bab III, telah disusun dengan menggunakan bahasatinggi Fortran. Program tersebut disusun mampu
melakukan perhitungan-perhitungan analisis,
termasuk proses kondensasi statis [1] dan proses
kekangan multi titik [3] sebagai mana telah
diuraikan dalam Bab III tersebut.
Pertama, diatur urutan derajat kebebasan
menurut pola dalam Pers. (18) untuk mendapatkan
susunan dalam urutan { }mU , { }sU dan { }rU .
Dengan demikian, derajat kebebasan dasar,
terkondensir dan terkekang tersusun berkelompok
seperti dalam Pers. (3) atau (18). Sayangnya, proses
ini akan memperbesar lebar pita (bandwidth) dari
pada matriks kekakuan struktur.
Cara kedua adalah dengan tidak perlu menyusun
derajat kebebasan { }mU , { }sU dan { }rU secara
berurutan. Kemungkinan derajat kebebasan
terkondens berada di antara derajat kebebasan dasar.
Dengan demikian, penyelesaian antara seperti dalam
Pers. (19) dan solusi dalam Pers. (21) tidak dapatditerapkan karena persamaan keseimbangan tidak
terpartisi seperti dalam Pers. (18). Untuk pola proses
seperti ini, pelaksanaan proses kondensasi dapat
dilakukan secara baris per baris (row wise)
ketimbang secara partisi matriks (matrix wise) [2].
Program yang sudah tersusun kemudian
diterapkan terhadap kasus struktur portal reguler
dalam Gambar 1 dan portal irreguler dalam Gambar
2. Proses studi kasus ini dipaparkan dalam bab
berikut ini.
5. STUDI KASUS
Studi kasus dalam hal ini dilakukan dengan
menggunakan program paket komputer yang telah
disusun terhadap sistem struktur dalam Gambar 1.
Analisis dilakukan dalam dua pola. Pertama, analisis
dilakukan dengan mengikuti asumsi bahwa lantai
per lantai adalah kaku. Kedua, analisis digunakan
terhadap struktur ireguler dalam Gambar 2. Dalam
model ini, dilakukan dua jenis analisis, yaitu dengan
memisalkan bahwa lantai per lantai adalah kaku,
dan bahwa sistem struktur ireguler dianalisis secara
matriks konsisten, namun dengan meninggalkan
derajat kebebasan yang sama dengan analisis yang
pertama, yaitu simpangan horisontal lantai 1 dan
lantai 2. Lihat Tabel 1 sebagai penjelasan.
Tabel 1. Pembagian Pola Analisis
Analisis Keterangan
I portal 2 tingkat, reguler, lantai kaku
II
1 portal 2 tingkat, ireguler, lantai kaku
2portal 2 tingkat, ireguler, model
konsisten
Berdasarkan hasil dari pada ketiga ragam analisis
dalam Tabel 1, didapatkan kaji banding hasilkeluaran sebagai berikut. Pertama, untuk dua ragam,
didapatkan hasil frekuensi alami seperti dalam Tabel
2. Terlihat bahwa frequensi alami Ragam II.1
identik dengan frequensi alami Ragam I karena
didasarkan atas asumsi yang sama. Namun,
frequensi alami Ragam II.2 berbeda dengan
frequensi alami kedua ragam yang pertama, karena
didasarkan atas massa yang konsisten. Jika pada
analisis kedua ragam yang pertama, massa
dipusatkan (lumbed) pada level perpindahan 1 dan
2, maka massa pada analisis yang ketiga tersebar
seturut dengan lokasi titik bermateri komponen
batang.
Tabel 2. Perbandingan Frekuensi Alami
AnalisisFrekuensi Alami (rad/det)
ragam 1 ragam 2
I 1.684 0.202
II.1 1.684 0.202
II.2 1.197 0.5366
Dengan demikian, analisis ragam yang ketiga
akan lebih mendekati kenyataan dibandingkan
dengan analisis ragam yang memisalkan tingkat
kaku dibandingkan dengan kolom, dan massa
dipusatkan pada level tingkat. Kesalahan yang
diakibatkan oleh asumsi ini relatif kecil untuk portal
reguler, namun kesalahan akan semakin besar untuk
portal yang semakin ireguler. Untuk portal ireguler
atau struktur yang paling umum, analisis lebih tepat
jika menggunakan massa yang konsisten.
-
7/25/2019 1-1-PB
9/48
Hariandja, B. / Analisis Dinamis Sistem Struktur dengan Skema Massa Konsisten / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (1 6)
6
6. KESIMPULAN
Dari kaji banding hasil analisis yang dilakukan
dalam Bab 5, disimpulkan bahwa penyederhanaan
sistem struktur yang lazim diambil dalam analisis
dinamis sistem struktur portal, yang mengasumsikanbahwa lantai per lantai adalah kaku, menghasilkan
ketelitian hasil analisis yang tergantung kepada
reguler tidaknya sistem struktur.
Untuk sistem struktur portal yang reguler,
pengandaian tersebut masih memberikan hasil yang
cukup baik. Namun, untuk struktur yang ireguler,
selain perpindahan yang bersifat simpangan ke
samping (side sway), muncul pula pola perpindahan
yang vertikal serta perpindahan rotasi titik-titk
simpul. Untuk kasus yang demikian ini, sebaiknya
digunakan model diskrit dan analisis yang
konsisten, sebagai mana telah dibahas dalam tulisan
ini.
Program yang telah disusun khusus untuk
analisis frekuensi dalam tulisan ini, siap
dikembangkan untuk digunakan dalam analisis
dinamis sistem struktur yang reguler maupun yang
tidak. Program tersebut telah dilengkapi dengan
algoritma kondensasi statis untuk mengurangi
derajat kebebasan sistem diskrit struktur, dan
dilengkapi pula dengan algoritma kekangan multi
titik untuk dapat memproses persamaan yang
mengkaitkan hubungan antar komponen
perpindahan struktur.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan program komputer yang dituliskan
dalam bahasa Fortran serta khusus diperuntukkan
bagi penelitian ini dibantu oleh Jeply Murdiaman,
pengetikan naskah serta penggambaran yang teliti
dilakukan oleh Setriwaldi. Untuk itu, penulis
menghaturkan banyak terima kasih.
REFERENSI
1) Paz, M., 1987, Dinamika Struktur: Teori dan Perhitungan,
alih bahasa oleh Manu, A.P., Penerbit Erlangga, Jakarta.
2)
Hariandja, B., 1997, Analisis Struktur Berbentuk Rangka
Dalam Formulasi Matriks, Penerbit Aksara Hutasada,Bandung.
3) Hariandja, B., 2015, Metoda Elemen Hingga, Penerbit
Teknik Sipil, Universitas Pancasila, Jakarta.
-
7/25/2019 1-1-PB
10/48
Vol. 4, No. 1, Oktober 2
STUDI PERILA
DENGAN VAR
MENGGU
(Jl.
Modification technology of cast
high beam variation so that mome
aesthetic and mechanical-electrical iforces and buckling due to the hol
hexagonal holes dimensional variat
numerical model of the castellated
finite element method are verified
loading both models are the same.
other castellated beam numerical m
that the higher and the wider hole so
stress and compressive stress.The s
Key Words: castellated beam, finite
1. PENDAHULUAN
Teknologi konstruksi me
kastela saat ini berkembangmenggunakan balok kastela dbaja profil I wide flange(WF) adnya menjadi lebih besar dikaretinggi balok tanpa menambah
sehingga kekakuan lenturnya mKelebihan kedua adalah sisi e
heksagonal hasil dari modifikastersebut bisa dimanfaatkan sebamekanikal-elektrikal. Selain
balok kastela juga memilikiterhadap gaya geser dan tekuk
modifikasi tersebut.Untuk metersebut diperlukan batasamemodifikasi balok kastela terutkastela akibat variasi dimensi
hasil modifikasi.Sistem pembuatan balokpemotongan pada bagian badan
7
015, Halaman: 7 - 13, ISSN: 1907-4247 (Print), ISSN: 24
Alamat Website: http://cantilever.unsri.ac.id
U BALOK KASTELA BENT
IASI DIMENSI LUBANG HE
AKAN METODE ELEMEN H
Ahmad MuhtaromJurusan Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya
Raya Prabumulih KM.32 Inderalaya, Sumatera Selatan)
Email : [email protected]
Abstractllated beams of Wide Flange beam (I WF) are now
nt of inertia larger than origin beam, until the hol
nstallations. In the castellated beams design should bee modified. This study was to determine the beha
ions using the finite element method. The method i
eam 225x75x7x5 mm span of 1 meter with a hexa
first by the results of an experimental model. Geo
fter the numerical model results closer to experimen
dels with variations in the dimensions of the hexago
the larger tensile stress and compressive stress. Defle
aller the ratio of the hole and holes number so the s
element method
nggunakan balok
pesat, kelebihanibandingkan balokalah momen inersianakan penambahanerat sendiri balok
njadi lebih tinggi.tetika dari lubang
i, selain itu lubangai tempat instalasiemiliki kelebihan
kelemahan, yaituakibat lubang hasil
eduksi kelemahann-batasan dalamama perilaku baloklubang heksagonal
kastela adalahbalok baja I biasa
dengan pola zigzag, k
tersebut diangkat dan disModifikasi ini membuatdari tinggi awal. Siste
dapat dilihat pada Gamba
Gambar 1. Pola potobalok kastel
Dengan adanya bu
perilaku balok kastela atanpa adanya bukaan. K
77-4863 (Online)
NG PENDEK
SAGONAL
INGGA
varied, starting from addition
dimension variation for the
noted weakening effect shearior of castellated beam with
n this research is to create a
onal hole openings using the
etry, material properties and
al model results, then made 9
nal holes. The results showed
ction is proportional to tensile
aller the shear stress.
emudian kedua potongan
atukan dengan pengelasan.tinggi balok lebih tinggipembuatan balok kastela
r 1.
gan dan penggabungan(Boyer, 1964)
aan lubang pada badan,
an berbeda dengan balokrdal dan Nethercott (1984)
-
7/25/2019 1-1-PB
11/48
Muhtarom, A. / Studi Perilaku Balok
menentukan bahwa terdapat tujuh modari balok kastela :
1. Formasi dari mekanisme Vierendeel2. Tekuk Lateral-Torsi dari Web Post3. Buckling Lateral-Torsi dari keseluru
4.
Buckling Web Post5. Buckling pada Lower Tee atau Upp6. Kegagalan pada sambungan Las7. Formasi dari mekanisme lentur
Perumusan masalah dalam penelitibagaimana mengetahui perilaku bbentang 1 meter dengan berbagai va
lubang heksagonal yang sesuai standdengan menggunakan metode elemen h
Tujuan penelitian adalah mengetbalok kastela dengan berbagai var
lubang heksagonal menggunakan mehingga sehingga bisa didapatkan badalam merancang balok kastela tersebukelemahan dan kelebihan akibat modtersebut.
2. TINJAUAN PUSTAKA
(1) Balok Kastela
Menurut Boyer (1964) bahwa b
berperilaku seperti Vierendeel Truss,daerah tepi lubang heksagonal tersebutarik dan ditepi lain terjadi gaya tekdeformasi yang terjadi seperti apa yantruss. Analogi Vierendeel Truss tedilihat pada Gambar 2 di bawah ini :
Gambar 2. Analogi Vierendeel Tru
balok kastela (Boyer, 1964)
Menurut Boyer (1964) tegangan
longitudinal dipengaruhi oleh momegaya geser balok. Diagram tegangan tdilihat pada Gambar 3 di bawah ini :
Kastela Bentang Pendek / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktobe
8
e kegagalan
han bentang
r Tee
n ini adalahlok kastelaiasi dimensi
r di pasaraningga.hui perilakuiasi dimensi
tode elemenasan-batasanditinjau dari
ifikasi balok
alok kastela
dimana padaterjadi gayaan, sehinggaterjadi pada
sebut dapat
sspada
pada seratlentur dan
rsebut dapat
Gambar 3.Tegangan yang terjlubang balok (Boye
(2) Metode Elemen Hingga
Dalam analisis struktur meelemen sangat mempengaruhipenelitian ini balok kastela di
elemen 3 dimensional solid diksayap yang lebar dan terbuat da
Menurut Suhendro (200
3-dimensional solid yang palinadalah 3 macam yaitu :
a. Element Rectangular Solelemen ini adalah seperttimempunyai titik nodal miniini digunakan untuk menganyang beraturan saja karenmenyerupai kubus.
b. Elemen Hexahedron Solid
adalah pengembangan dariSolid (RS-8), mempunyaiside) tapi bentuknya tida
sempurna. Elemen inimenganalisis bentuk str
beraturan saja.c. Elemen Tetrahedron Solid
mempunyai 4 sisi (Tetrahedcocok digunakan untukstruktur yang tidak beratuini elemen ini yang diidealisasikan struktur balbukaan atau lubang heksagtidak beraturan. Gambar elsolid dapat dilihat pada Gam
Gambar 4. Elemen 3 dimensional s
r 2015 (7 13)
adi pada daerah, 1964)
ode elemen hingga,perhitungan, dalamdealisasikan sebagai
renakan mempunyaii material solid baja.), jenis elemen pada
g banyak digunakan
id (RS-8), bentukbata (brick) yang
mal 8 buah. Elemenalisis bentuk struktura bentuk nya yang
(H-8), elemen ini
elemen Rectangular6 sisi (hexahedron
berbemtuk kubus
digunakan untukuktur yang agak
(T-4), elemen iniron side), elemen inienganalisis bentuk
an. Dalam peneltianakai untuk mengk kastela dengannal yang bentuknya
emen 3 dimensionalbar 4 di bawah ini :
olid (Suhendro, 2002)
-
7/25/2019 1-1-PB
12/48
Muhtarom, A. / Studi Perilaku Balok Kastela Bentang Pendek / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (7 13)
9
3. METODOLOGI
Secara umum metode penelitian ini dibagi tigatahap, yaitu :1. Membuat satu model numeris balok kastela
dengan bukaan lubang heksagonal menggunakan
metode elemen hingga dengan bantuan perangkatlunak ANSYS V.10. Hasil analisis modeltersebut berupa tegangan-tegangan, defleksi danbeban ultimit yang terlebih dahulu diverifikasidengan hasil model eksperimen dengan geometri,properties material dan setting pengujian yangsama.
2. Setelah hasil keduanya konvergen kemudiandibuat 9 model numeris lain dengan penampang,bentang, propertis material dan settingpembebanan yang sama menggunakan berbagaivariasi dimensi lubang heksagonal sesuai standar
dari produsen baja yang ada di pasaran.3. Menganalisis perilaku hasil pemodelan berupa
tegangan tarik maksimum, tegangan tekanmaksimum, tegangan geser maksimum dandefleksi maksimum.
(1) Metode Eksperimental
Benda ujia. Dimensi balok kastela yang digunakan adalah
225x75x7x5 mm dengan dimensi balok sebelum
dimodifikasi 150x75x7x5 mm, menggunakanstandar dimensi lubang heksagonal produsenbaja di Indonesia. Alasan digunakannya dimensitersebut adalah faktor literatur yang digunakan,persediaan di pasaran dan faktor ekonomis.
b. Bentang balok kastela yang digunakan adalahsekitar 1 meter atau untuk bentang pendek.
c. Perletakan yang digunakan adalah sendi dan roldan di bagian badan balok yang berada di atasperletakan dipasang pengaku ataustiffener.
d. Idealisasi sambungan las web post padapemodelan numeris adalah sempurna sedangkan
pada model eksperimen sesuai di lapangan
Alat dan Setting Upbenda uji eksperimen :a. Untuk mengetahui regangan dan menghitung
tegangan yang terjadi pada balok kasteladipasang Strain Gauges dan Rectangular Rosettepada 4 titik. Titik A pada sayap atas bagiantengah, titik B pada bagian Web Post, titik Cpada bagian Upper Tee atau Stem, dan titik Dpada sayap bawah bagian tengah.
b. Untuk pembebanan pada balok kastela dipasang2 titik dengan Hydraulic jack, untuk mengukur
beban yang akurat dari Hydraulic jack digunakan
Load Cell, dan beban tersebut direkam dandibaca oleh Data Logger.
c. Untuk mengetahui lendutan yang t terjadi padabalok kastela dipasang LVDT (Linear VariableDifferential Transformer) pada 5 titik. Titik 1dipasang pada sayap bawah bagian tengah, titik 2
dan 3 pada sayap bawah tepat di bawahpembebanan dan titik 4 dan 5 pada Web Posttepat di bawah pembebanan.
d. Pembebanan yang dilakukan pada dua titik dandiletakkan di atas badan balok yang tidak adalubangnya karena paling efektif (Blodgett, 1982).
e. Bukaan lubang yang berada di dekat perletakanditutup kembali dengan baja supaya tidak terjadi
kegagalan awal pada perletakan.
(2) Metode Numeris
Pemodelan numeris yang dibuat untuk studiparameter dimensi lubang heksagonal dibuat samadengan benda uji eksperimen yaitu balok bajadengan ukuran 225x75x7x5 mm yang menggunakanstandar dimensi lubang produsen baja. Variasiparameter input yang digunakan adalah tinggilubang (Ds), tinggi stem (Dt), dan lebar lubang (cdan a). Parameter input tersebut dapat dilihat padaGambar 6.
Gambar 5. Gambar dan poto Setting pengujian balok kastela
eksperimen (Muhtarom, 2012; Pradipta, 2012)
-
7/25/2019 1-1-PB
13/48
Muhtarom, A. / Studi Perilaku Balok Kastela Bentang Pendek / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (7 13)
10
Gambar 6. Parametervariasi dimensi lubang heksagonal
Tabel 1. Parametervariasi dimensi lubang heksagonal
No.
Variasi
ds dt c a s L
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1* 154.00 35.50 38.50 44.66 166.32 1036.42
2 105.00 60.00 26.25 30.45 113.40 1046.85
3 105.00 60.00 31.50 36.75 136.50 987.00
4 105.00 60.00 42.00 42.00 168.00 1050.00
5 150.00 37.50 37.50 43.50 162.00 1009.50
6 150.00 37.50 45.00 52.50 195.00 1020.00
7 150.00 37.50 60.00 60.00 240.00 1020.00
8 195.00 15.00 48.75 56.55 210.60 1101.75
9 195.00 15.00 58.50 68.50 254.00 1074.50
10 195.00 15.00 78.00 78.00 312.00 1014.00
Ket : * untuk verifikasi dengan hasil eksperimen
Perhitungan variasi tinggi lubang :Syarat : Ds = 0.7 h s/d 1.3 hh = 150 mm hc = 225 mm dan hc = Ds + 2Dt1. Untuk Ds = 0.7 h
Ds = 0.7 x h = 0.7 x 150 = 105 mmDt = x (hc Ds) = (225-105) = 60 mm
2. Untuk Ds = 1 hDs = 1 x h = 1 x 150 = 150 mmDt = x (hc Ds) = (225-150) = 37.5 mm
3.
Untuk Ds = 1.3 hDs = 1.3 x h = 1.3 x 150 = 195 mmDt = x (hc Ds) = (225-195) = 15 mm
Perhitungan variasi lebar lubang :Syarat : S = 1.08 Ds s/d 1.6 Ds1. Untuk S = 1.08 Ds
S = 2A + 2C, A = 0.29 Ds, dan C = 0,25 DS2. Untuk S = 1.3 Ds
S = 2A + 2C, A = 0.35 Ds, dan C = 0,30 DS3. Untuk S = 1.6 Ds
S = 2A + 2C, A = 0.40 Ds, dan C = 0,40 DS
Variasi 1
Variasi 2
Variasi 3
Variasi 4
Variasi 5
Variasi 6
-
7/25/2019 1-1-PB
14/48
Muhtarom, A. / Studi Perilaku Balok Kastela Bentang Pendek / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (7 13)
11
Variasi 7
Variasi 8
Variasi 9
Variasi 10
Gambar 7. Sepuluh variasi dimensi lubang heksagonalmodel numeris balok kastela
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
(1)
Perbandingan Hasil Satu Model Numerik
dengan Hasil Model Eksperimen
Hasil analisis pemodelan numeris menggunakanmetode elemen hingga dengan bantuan perangkatlunak ANSYS V.10 dan hasil eksperimen balokkastela dengan dimensi 225x75x7x5 mm danbentang 1 meter dapat dilihat pada Gambar 8,Gambar 9, dan Tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2. Perbandingan hasil model eksperimen dengan
hasil model numeris
ModelTegangan max. Defleksi Beban Ultimit
(MPa) (mm) (kN)
Eksperimen 397.00 1.84 140.50
Numeris 423.00 2.44 145.00
selisih (%) 6.55 32.61 3.20
Gambar 8. Foto hasil pengujian balok kastela(Muhtarom, 2012; Pradipta, 2012)
Gambar 9.Output analisis model numeris balok kastelamenggunakan perangkat lunak ANSYS V.10
Pembahasan:Dari perbandingan hasil model eksperimen
dengan model numeris diatas dapat dilihat bahwabeban ultimit yang didapat dari kedua model sudahmendekati yaitu, sebesar 140.5 kN dan 145 kNdengan persentase selisih 3.20%. Begitu juga
dengan tegangan maksimum yang didapat yaitu,sebesar 397 MPa dan 423 MPa dengan persentaseselisih 6.55%. Sedangkan pada defleksi yang terjadihasil yang didapatkan agak berbeda yaitu, 1.84 mmpada model eksperimen dan 2.44 mm pada model
numeris dengan persentase selisih diatas 10% yaitu32.61%. Perbedaan tersebut disebabkan olehterjadinya tekuk pada badan balok terlebih dahulu(web buckling) karena perlemahan las yang tidaksempurna pada sambungan web post sewaktumodifikasi pembuatan balok kastela di awal. Padamodel numeris sambungan web post tersebut di
idealisasikan sebagai las sempurna sehingga tidakterjadinya web bucklingterlebih dahulu dan defleksiyang terjadi lebih besar dari model eksperimen.
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkanbahwa model numeris yang dibuat sudah mendekati
(konvergen) hasil model eksperimen. Dengandemikian model numeris tersebut dapat digunakan
-
7/25/2019 1-1-PB
15/48
Muhtarom, A. / Studi Perilaku Balok Kastela Bentang Pendek / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (7 13)
12
sebagai dasar untuk membuat 9 variasi dimensilubang heksagonal balok kastela lainnya.
(2) Hasil Model Numeris dengan Variasi
Dimensi Lubang Heksagonal
Hasil analisis pemodelan numeris balok kasteladengan variasi dimensi lubang heksagonalmenggunakan metode elemen hingga dengan
bantuan perangkat lunak ANSYS V.10 dapat silihatpada Tabel 3 di bawah ini :
Tabel 3. Rekapitulasi hasil analisis variasi dimensi lubangheksagonal menggunakan metode elemen hingga
Variasi tarik tekan geser Defleksi
RasioLubang
Jumlahlubang
(MPa) (MPa) (MPa) (mm) (%) (buah)
1* 381 423 340 2.44 25.89 4
2 478 459 451 3.89 18.86 73 379 403 329 2.61 17.21 5
4 478 486 327 3.63 15.92 4
5 524 529 334 3.51 22.82 4
6 577 583 338 4.00 20.39 3
7 356 358 192 2.53 16.73 2
8 704 724 436 5.09 26.50 3
9 446 449 190 2.85 21.85 2
10 567 550 196 3.27 14.22 1
Ket : * untuk verifikasi dengan hasil eksperimen
Pembahasan :1. Semakin tinggi lubang maka semakin besar
tegangan tarik dan tekan yang terjadi. Ini bisaterlihat pada variasi 5,6,8 dan 10.
2. Semakin lebar lubang maka semakin besartegangan tarik dan tekan yang terjadi. Ini bisaterlihat pada variasi 5,6,8 dan 10.
3. Semakin dekat jarak antar 2 titik pembebanantehadap tengah bentang maka semakin besar
tegangan yang terjadi. Ini bisa terlihat padavariasi 5,6,8, dan 10.
4.
Semakin jauh jarak antar 2 titik pembebananterhadap bentang tengah maka defleksi yangterjadi semakin kecil. Ini bisa terlihat pada
variasi 1,3,7 dan 9.5. Defleksi yang terjadi berbanding lurus dengan
nilai tegangan tarik dan tegangan tekan yangterjadi. Ini bisa terlihat pada variasi 2,4,5,6,8 dan10.
6. Semakin kecil rasio lubang dan semakin sedikitjumlah lubang yang dibuat maka semakin kecil
tegangan geser yang terjadi. Ini bisa terlihat padavariasi 7,9 dan 10.
5. KESIMPULAN
(1) Kesimpulan
Bedasarkan hasil dan pembahasan di atas makadapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1. Model numerik hasil analisis metode elemen
hingga lebih kaku dibandingkan dengan modeleksperimen. Hal ini disebabkan pengelasan padamodel numeris di idealisasikan lebih sempurnadibandingkan model eksperimen.
2. Bedasarkan studi variasi dimensi lubangheksagonal didapatkan hasil bahwa semakintinggi lubang dan lebar lubang maka semakinbesar tegangan tarik dan tekan yang terjadi dannilai defleksi yang terjadi berbanding lurusdengan nilai tegangan tarik dan tegangan tekantersebut.
3. Bedasarkan studi variasi dimensi lubang
heksagonal didapatkan hasil bahwa Semakinkecil rasio lubang dan semakin sedikit jumlahlubang yang dibuat maka semakin kecil tegangangeser yang terjadi.
(2) Rekomendasi
Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah
kualitas pengelasan dalam modifikasi pembuatanbalok kastela untuk model eksperimen harus
bermutu baik agar didapatkan hasil verifikasidengan model numeris menggunakan metode
elemen hingga lebih konvergen.
REFERENSI1) Apriyatno, Henry, 2000, Pengaruh Rasio Tinggi dan Tebal
Badan Balok Castella Pada Kapasitas Lentur, MasterThesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
2) Blodgett. O.W., 1982., Design of Welded Structures, The -James F. Lincoln Arc Welding Foundation, Vol. 14,Cleveland, Ohio.
3) Boyer J.P., 1964, Castellated Beams-New Developments,AISC National Engineering Conference, Omaha.
4)
Dervinis, B., Kvedaras, A.K., 2008, Investigasi of Rational
Depth of Castellated Steel I-Beam, Journal of CivilEngineering and Management,vol. 14. No. 3 pp 163-168.
5)
Kerdal. D., Nethercott. D.A., 1984, Failure Modes ofCastellated Beams,Journal of Construction Steel Research4, pp. 295-315.
6)
Moaveni, Saeed., 2003, Finite Element Analysis : Theory
And Application With ANSYS, Pearson Education Inc., New
Jersey.7) Muhtarom, A., 2012, Optimasi Dimensi Lubang
Heksagonal Balok Kastela Bentang Pendek Dengan MetodeArtificial Neural Network, Master Thesis, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta8)
Nakasone, Y., Yoshimoto, S., Stolarski T. A., 2006,
Engineering Analysis With ANSYS Software, ElsevierButterworth-Heinemann, Vol. 1, Burlington, UK.
9) Pirmoz, A., Daryan, A.S., 2008, Nonlinear Behavior of
Castellated Beams Subjected to Moment Gradient Loading,Special Report, Civil Engineering Dept., Toosi Universityof Technology.
-
7/25/2019 1-1-PB
16/48
Muhtarom, A. / Studi Perilaku Balok Kastela Bentang Pendek / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (7 13)
13
10)Pradipta, D.A., 2012, Perilaku Geser Balok KompositCastellated Bukaan Heksagonal Dengan Selimut Mortar
Master Thesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
11)Salmon, C.G., 1996, Struktur Baja Desain dan Perilaku,Gramedia, Jakarta.
12)Showkati H., 2008, Lateral-Torsional BucklingofCastellated Beam, Iranian Journal of Science &
Technology, vol. 32, No. B2, pp 153-156.13)
Showkati H., Kohnehpooshi O., 2009, Numerical Modeling
and Struktur Behavior of Elastic Castellated Section,European Journals of Scientific Research, Vol. 31. No. 2,pp. 306-318.
14)Suhendro, Bambang, 2000, Metode Elemen Hingga danAplikasinya, UGM, Yogyakarta.
15)
Castellated Beam (March, 5,
2015).
16)Castellated Shape Honey Comb (March, 12, 2015).
-
7/25/2019 1-1-PB
17/48
14
Vol. 4, No. 1, Oktober 2015, Halaman: 14 - 19, ISSN: 1907-4247 (Print), ISSN: 2477-4863 (Online)
Alamat Website: http://cantilever.unsri.ac.id
ANALISIS PENGARUH CAMPURAN PUPUK UREA TERHADAP
KUAT GESER TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI
TRIAXIAL
Yulindasari Sutejo1, Ratna Dewi
2, Dwi Haryadi
3,dan Reffanda Kurniawan
4
1Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya
(Jl. Raya Prabumulih KM 32 Indralaya, Sumatera Selatan)
E-mail: [email protected] Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya
(Jl. Raya Prabumulih KM 32 Indralaya, Sumatera Selatan)E-mail: [email protected]
3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya(Jl. Raya Prabumulih KM 32 Indralaya, Sumatera Selatan)
E-mail: [email protected] Teknik Sipil, Universitas PGRI
(Jl. A.Yani Lr. Gotong Royong 9-10 Ulu, Sumatera Selatan)
E-mail: [email protected]
AbstractThe soil plays an important role in a construction site. One type is the soft clay soil that has a value compressibility
and high water levels so low soil shear strength that reduce the bearing capacity of the soil. In this study conducted by
the method of soil improvement, soil stabilization using a mixture of urea fertilizer with percentage of 5 %, 10 %, and15 % with a treatment period of 3 , 7, and 14 days with Triaxial test. Soft clay soil samples taken in the area around
UNSRI, Inderalaya, OI, South Sumatra. The test results of soil properties, 35.20 %; 2.53 Gs; PL 21.14 %; LL 42 %
and IP 20.86 %. According to the USCS, the soil categorized CL, while according to AASHTO, the soil iscategorized class A-7-6. Results of Triaxial testing , the value of cohesion (c) 5 % maximum on the addition ofurea fertilizer (14 days) is 1.138 kg /cm
2. While the value of shear angle () and shear strength () maximumon
the addition of 15 % urea fertilizer (3 days) of 26,42oand 3.93 kg /cm2.
Key Words : Urea Fertilizer, Shear Strength, Triaxial, Soft Clay
1. PENDAHULUAN
Seperti yang diketahui, tanah berperan pentingpada suatu lokasi pekerjaan konstruksi sipil. Tanahadalah pondasi pendukung suatu bangunan, atau
bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri sepertitanggul atau bendungan, atau sebagai penyebabgaya luar pada bangunan, seperti tembok/dinding
penahan tanah. Jadi tanah selalu berperan padasetiap pekerjaan teknik sipil (Suyono, S. & Kazuto,
N., 1983).Tanah mempunyai sifat untuk meningkatkan
kepadatan dan kekuatan gesernya apabila mendapat
tekanan. Apabila beban yang bekerja pada tanahpondasi telah melampaui daya dukung batasnya,tegangan geser yang ditimbulkan di dalam tanah
pondasi melampaui ketahan geser tanah pondasimaka akan berakibat keruntuhan geser dari tanah
pondasi.Tanah lempung lunak merupakan suatu tanah
yang mempunyai kandungan mineral-minerallempung dan nilai kadar air yang tinggi sehinggakuat geser tanahnya rendah. Selain itu, tanahlempung lunak juga mempunyai nilaikompressibilitas tanah yang tinggi menyebabkandaya dukung tanahnya menjadi rendah.
Stabilisasi tanah merupakan rekayasa terhadappondasi atau tanah dasar dengan atau tanpa bahancampuran, untuk menaikkan kemampuan menahanbeban dan daya tahan terhadap tegangan fisik atau
kimiawi akibat cuaca atau lingkungan, selama masaguna fasilitas keteknikan (engineered facility). Dari
-
7/25/2019 1-1-PB
18/48
Sutejo, Y., dkk. / Analisis Pengaruh Campuran Pupuk Urea / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (14 19)
15
sifat teknisnya, stabilisasi dapat dibagi menjadi 3jenis yaitu stabilisasi fisik, stabilisasi mekanis, dan
stabilisasi kimiawi (Ingel dan Metcalf, 1977). Sifatdasar tanah seperti: kekuatan, kekakuan,mampumampat, sensitifitas, potensi mengembang,daya tembus air, dan perubahan volume, dengan
sifat beragam tersebut, sehingga kecenderungannyamemerlukan variasi perbaikan tanah yang berbeda.Stabilitas tanah yang efektif adalah denganmenambahkan bahan kimia tertentu, denganpenambahan bahan kimia tersebut dapatmempengaruhi karakteristik tanah lempung lunak.
Adapun tujuan dari perbaikan tanah adalahsebagai berikut : Menaikkan daya dukung dan kuat
geser; Mengurangi kompressibilitas; Mengontrolstabilitas volume (shringking dan swelling);Memperbaiki kualitas material untuk bahankonstruksi; dan Memperkecil pengaruh lingkungan.
Dalam penelitian ini akan dilakukan perbaikantanah dengan pengujian terhadap pengaruhcampuran pupuk urea pada tanah lempung lunakdalam skala laboratorium. Sampel tanah lempunglunak yang digunakan untuk penelitian diambil padadaerah sekitar Universitas Sriwijaya Inderalaya.Penggunaan pupuk urea sebagai bahan campurandiharapkan dapat meningkatkan daya dukung tanahlempung lunak dengan parameter kuat geser tanah(pengujian Triaxial).
2. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam ilmu mekanika tanah yang disebuttanah adalah semua endapan alam yangberhubungan dengan teknik sipil, kecuali batuantetap (G. Djatmiko S., & S.J. Edy P., 1993).
Pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil,tanah berguna sebagai bahan bangunan. Jadiseorang ahli teknik sipil harus juga mempelajarisifat-sifat dasar dari tanah, seperti asal usulnya,
penyebaran ukuran butiran, kemampuanmengalirkan air, sifat pemampatan bila dibebani
(compressibility), kekuatan geser, kapasitas dayadukung terhadap beban, dan lain-lain.
Beberapa sifat-sifat penting dari tanah dapatdiuraikan sebagai berikut:a. Permeabilitas (permeability) Sifat ini untuk
mengukur/menentukan kemampuan tanahdilewati air melalui pori-porinya. Sifat inipenting dalam konstruksi bendung tanah urugan(earth dam) dan persoalan drainase.
b. Konsolidasi (consolidation) Pada konsolidasidihitung dari perubahan isi pori tanah akibatbeban. Sifat ini dipergunakan untuk menghitung
penurunan (settlement) bangunan.c. Tegangan Geser (shear strength) Untuk
menentukan kemampuan tanah menahantekanan-tekanan tanpa mengalami keruntuhan.
Sifat ini dibutuhkan dalam perhitungan stabilitaspondasi/dasar yang dibebani, stabilitas tanahisian/timbunan di belakang bangunan penahantanah dan stabilitas timbunan tanah.
d.
Pemadatan Tanah (compaction)Tingkat kepadatan tanah dasar dapat
mempengaruhi daya dukungnya. Tanah dengantingkat kepadatan yang tinggi mengalamiperubahan volume yang kecil jika terjadi perubahankadar air dan mempunyai daya dukung yang lebihbesar dibandingkan dengan tanah yang sejenistetapi mempunyai tingkat kepadatan yang lebih
rendah.
Tanah lempung lunak adalah jenis tanah yangmemiliki daya dukung batas yang rendah dan daya
mampat yang tinggi. Sifat-sifat yang dimilikilempung adalah sebagai berikut: Ukuran butirannyahalus (0,005 mm); Permeabilitas rendah; Kenaikanair kapiler tinggi; Kembang susutnya tinggi;Bersifat sangat kohesif, dan Proses konsolidasilambat.
Tanah dapat dibedakan berdasarkan ukuranbutiran dan konsistensi. Ukuran partikel tanahbervariasi dari 100 mm sampai kurang dari 0.001mm. Berdasarkan ukuran partikel tanah dapatdikelompokkan sebagai tanah butir kasar (coarsegrained soil) dan tanah butir halus (fine grainedsoil).
Ada empat macam klasifikasi tanah yaitu BritishStandard (BS), American Standard Testing Manual(ASTM) yang pada dasarnya samamdengan SistemKlasifikasi Unified (USCS: Unified SoilClassification System) dan AASHTO (AmericanAssociation of State Highway and TransportationOfficials).
Sistem klasifikasi AASHTO membagi tanah kedalam tujuh kelompok besar, yaitu A-1 sampai A-7. Tanah berbutir diklasifikasikan ke dalam
kelompok A-1 sampai A-3, dimana kurang dari35% dari jumlah butir tanah tersebut lolos saringanno. 200. Tanah lempung dan lanau sebagian besardi kelompokkan ke dalam kelompok A-4 sampaiA-7, dimana 35% atau lebih dari jumlah butirantersebut lolos saringan No. 200.
Secara garis besar Sistem Klasifikasi Unifiedmembagi tanah dalam dua kelompok besar, yaitu :tanah berbutir halus (fine grained soil), yaitu tanahdimana lebih besar dari 50% berat total dari contohtanah lolos saringan No.200 dan tanah berbutirkasar (coarse grained soil), yaitu kerikil dan pasir
dimana kurang dari 50% berat total contoh tanahlolos saringan No. 200.
-
7/25/2019 1-1-PB
19/48
Sutejo, Y., dkk. / Analisis Pengaruh Campuran Pupuk Urea / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (14 19)
16
Daya dukung tanah adalah kemampuan tanahuntuk menahan tekanan atau beban bangunan pada
tanah dengan aman tanpa menimbulkan keruntuhangeser dan penurunan berlebihan menurut Najoan,T. F. (2002).
Kekuatan geser tanah merupakan parameter
yang paling tinggi untuk menilai kestabilan strukturyang mengandung berbagai mineral. Parameterkuat geser dapat diuji dengan melakukan pengujianlaboratorium atau di lapangan untuk menyelidikikegagalan struktur.
Nilai dari kuat geser tanah ini antara laindiperlukan untuk menghitung daya dukung tanahkarena kekuatan geser tercapai apabila butir-butir
tanah tergeser satu sama lain.Pengujian-pengujian yang dilakukan untuk
menentukan kekuatan geser tanah antara lain:pengujian kuat tekan bebas (Unconfined
Compression Test), pengujian Triaxial (Triaxialtest) dan pengujian geser langsung (Direct ShearTest). Pengujian Triaxial dapat dilakukan dalam
beberapa kondisi yaitu Unconsolidated Undrained(UU), Consolidated Undrained (CU), danConsolidated Drained (CD).
Pada pengujian UU contoh tanah mengalamitekanan sel tertentu. Penjelasan masing-masingkeadaan diberikan pada bagian kekuatan gesertanah. Keadaan ini pada percobaan triaxial dapatdibedakan dengan cara membuka dan menutupsaluran-saluran yang ada (Gambar 1). Harga c dan
yang didapat tergantung dengan derajatkejenuhan contoh tanah. Sebaiknya dilakukan pada
tanah lempung dengan derajat kejenuhanmendekati 100 %.
Gambar 1. Lingkaran Mohr untuk Hasil Pengujian Triaxial
Analisis perhitungan daya dukung tanah
lempung yang dikembangkan para ahlimengasumsikan tanah lempung dalam keadaan
undrained. Teori ini dikembangkan dari persamaanMohr-Coulomb :
= c + tan (1)
Pada penelitian ini, pupuk urea digunakansebagai campuran pada tanah lempung lunak untuk
pengujian di laboratorium. Pengujian yangdilakukan adalah uji kuat geser tanah (Triaxialtest). Dari hasil pengujian tersebut didapatkan
apakah campuran pupuk urea dengan tanahlempung lunak dapat meningkatkan daya dukungtanah.
Pupuk urea adalah pupuk kimia mengandungNitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogenmerupakan zat hara yang sangat diperlukan
tanaman. Pupuk urea berbentuk butir-butir kristalberwarna putih. Pupuk urea dengan rumus kimiaNH2 CONH2 merupakan pupuk yang mudah larutdalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air(higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan ditempat yang kering dan tertutup rapat. Pupuk ureamengandung unsur hara N sebesar 46% denganpengertian setiap 100 kg mengandung 46 Kg
Nitrogen, Moisture 0,5 %, Kadar Biuret 1 %,ukuran 1 3,35MM 90 % Min serta berbentukPrill. Standar pupuk urea SNI-02-2801-1998.
3. METODOLOGI
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pengujian di LaboratoriumJurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, UniversitasSriwijaya, Inderalaya. Pengambilan sampel tanahlunak adalah pengambilan contoh tanah terganggu(disturbed sample). Jenis tanah yang diambil yaitu
jenis tanah lempung lunak di daerah sekitar KampusUniversitas Sriwijaya Inderalaya, Kabupaten OganIlir, Sumatera Selatan.
Pengujian soil properties yang dilakukan adalahPengujian Kadar Air (standar ASTM D-2216-90);
Pengujian Berat Jenis (Gs) Butiran Tanah (ASTMD-854); Pengujian Atterberg Limit (ASTM D 423-66 dan ASTM D 424-74); serta Pengujian AnalisisSaringan (ASTM D 421 dan ASTM D 422).
Pengujian pemadatan tanah dilakukan sebelumnpengujian uji kuat geser Triaxial UU(Unconsolidated Undrained). Sebelum dilakukanpemadatan tanah, terlebih dahulu tanah dicampur airdengan persentase kadar air yang berbeda-beda darijumlah tanah yang akan diuji. Pengujian ini
dilakukan untuk mendapatkan kadar air optimumsebelum dilakukan pengujian Triaxial UU. Sistempemadatan yang digunakan adalah standarproctor.
Pengujian dilakukan pada tiap variasi persentasecampuran pupuk urea (5 %, 10 %, dan 15 %) padatanah lempung lunak. Pada setiap variasi persentasecampuran pupuk urea terdapat 9 benda uji sehinggajumlah benda uji sebanyak 27.
Setelah benda uji siap, benda uji selanjutnyaditutup dengan plastik dan disimpan dalamdesikator sesuai waktu yang telah ditentukan yaitu 3hari, 7 hari, dan 14 hari. Setelah 3 hari maka tanah
tersebut dapat diuji dengan pengujian Triaxial UUselanjutnya untuk 7 hari dan 14 hari.
-
7/25/2019 1-1-PB
20/48
Sutejo, Y., dkk. / Analisis Pengaruh Campuran Pupuk Urea / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (14 19)
17
Setelah masa perawatan, kemudian dilakukan ujiTriaxial UU kondisi Unsoakeddengan tekanan sel 1
kg/cm2
, 1,5 kg/cm2 , dan 2 kg/cm
2. Tujuan dari
pengujian Triaxial tanah campuran ini adalah untukmengetahui parameter kuat geser tanah yaitu c(kohesi) dan (sudut geser dalam) setelah tanah
dicampur dengan pupuk urea dan menjalani masaperawatan. Hasil dari pengujian Triaxial tanahcampuran akan dibandingkan dengan hasil daripengujian Triaxial tanah asli, kemudian dianalisisuntuk mengetahui pengaruh dari penambahan pupukurea terhadap parameter kuat geser tanah lempunglunak yang digunakan dalam penelitian ini. Adapungambar alat pengujian Triaxial UU terlihat pada
gambar 2.
Gambar 2. Alat Pengujian Triaxial
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan sifat fisis tanah meliputi pengujiankadar air asli, analisis saringan, pengujian berat
jenis dan pengujian Atterberg Limit. Pemeriksaanini mengacu pada standar ASTM. Rekapitulasihasil pengujian sifat fisis dan klasifikasi tanah
lempung lunak dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Karakteristik Tanah Asli
Hasil dari pengujian pemadatan tanah asli di
sekitar Kampus Universitas Sriwijaya, Inderalaya,Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan didapatkan
kadar air optimum (opt) 19,40 % dengan berat isikering maksimum (d maks) 1,62 gr/cm
3.
Parameter yang dicari dari pengujian TriaxialUU adalah untuk mengetahui perubahan nilai
parameter kohesi (C), sudut geser () dan nilai kuatgeser tanah () setelah penambahan pupuk urea
dengan persentase 5 %, 10 %, dan 15 %.Adapun perbandingan nilai kohesi untuk
masing-masing persentase penambahan pupuk urea
pada setiap masa perawatan dapat dilihat pada
gambar 3.
Nilai kohesi maksimum terjadi pada persentase
penambahan 5 % pupuk urea dengan masa
perawatan 14 hari yaitu 1,138 kg/cm2 dengan
persentase kenaikan 169,35 %. Hal ini
menunjukkan kekuatan ikatan antar partikel tanah
akan menjadi lebih kuat dan maksimum pada
persentase 5 %. Pada saat pencampuran nilai kohesi
terendah adalah 0,329 kg/cm2 untuk kadar
campuran 15 % urea dengan masa perawatan 3
hari.
Gambar 3. Diagram Nilai Kohesi Tanah Lempung Lunak
Perbandingan nilai sudut geser untuk masing-
masing persentase penambahan pupuk urea pada
setiap masa perawatan dapat dilihat pada gambar 4
dibawah ini.
Pada diagram batang dibawah ini, nilai sudut
geser tanah maksimum pada persentase
penambahan 15 % pupuk urea dengan masa
perawatan 3 hari yaitu 26,42o dengan persentase
kenaikan 76,84 %. Dan nilai sudut geser tanah
minimum pada persentase penambahan 5 % pupuk
urea dengan masa perawatan 7 hari yaitu 13,71o.
Sudut geser tanah merupakan salah satu parameter
dalam menentukan kestabilan tanah sehingga
semakin tinggi sudut geser suatu tanah maka
kondisi tanah tersebut semakin stabil.
Pemeriksaan Laboratorium Hasil
Kadar Air Asli (w, %) 35,20
Tanah Lolos Saringan No.40 (%) 84,90
Tanah Lolos Saringan No.200 (%) 72,65
Batas Cair (LL, %) 42,00
Batas Plastis (PL, %) 21,14
Indeks Plastis (IP, %) 20,86
Berat Jenis (Gs) 2,53
Klasifikasi Tanah (AASHTO) A-7-6
Klasifikasi Tanah (USCS) CL
-
7/25/2019 1-1-PB
21/48
Sutejo, Y., dkk. / Analisis Pengaruh Campuran Pupuk Urea / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (14 19)
18
Gambar 4. Diagram Nilai Sudut Geser Tanah Lempung Lunak
Variasi nilai kuat geser tanah pada setiap
persentase pencampuran pupuk urea dapat dilihat
pada gambar 5. Berdasarkan gambar 5 diketahui
bahwa nilai kuat geser untuk tanah asli sebesar 1,55kg/cm, kemudian meningkat setelah ditambahkan
pupuk urea kedalamnya.
Gambar 5. Diagram Nilai Kuat Geser Tanah Lempung Lunak
Pada persentase campuran 5 % dan 10 % ureanilai kuat geser tanah meningkat seiring lamanyamasa perawatan, sedangkan untuk persentase
campuran 15 % urea nilai tersebut menurun seiringdengan lamanya masa perawatan. Nilai kuat gesermaksimum dicapai pada kadar campuran 15 %
pupuk urea dengan masa perawatan 3 hari, yaitu3,93 kg/cm2dengan persentase kenaikan 170,97 %.
5. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian yang dilakukan dengansampel tanah lunak yang diambil di daerah kampusUNSRI, OI, SUMSEL didapatkan kesimpulansebagai berikut :1. Dari hasil pengujian sifat-sifat fisis tanah,
didapatkan kadar air tanah asli (w) 35,20 %, beratjenis (Gs) 2,53, persentase butiran tanah lolossaringan No. 200 adalah 72,65 % serta batas
plastis (PL), batas cair (LL) dan indeks plastisitas(IP) berturut-turut 21,14 %, 42 % dan 20,86 %.Menurut USCS, tanah dengan parameterdemikian dikategorikan dalam CL yang memilikiplastisitas rendah hingga plastisitas sedang.Sedangkan menurut AASHTO, tanah dengamparameter demikian dikategorikan dalam
golongan A-7-6 dengan karakteristik tanah cukupsampai dengan buruk. Dengan demikian tanahdiklasifikasikan sebagai tanah lempung lunak.
2. Untuk pengujian Triaxial didapatkan hasil :a. Nilai kohesi maksimum terjadi pada persentase
penambahan 5 % pupuk urea dengan masaperawatan 14 hari yaitu 1,138 kg/cm2 denganpersentase kenaikan 169,35 %. Nilai kohesiterendah adalah 0,329 kg/cm
2 untuk kadar
campuran 15 % urea dengan masa perawatan 3hari.
b. Nilai sudut geser tanah () maksimum padapersentase penambahan 15 % pupuk ureadengan masa perawatan 3 hari yaitu 26,42odannilai sudut geser tanah minimum pada persentasepenambahan 5 % pupuk urea dengan masaperawatan 7 hari yaitu 13,71o.
c. Nilai kuat geser untuk tanah asli sebesar 1,55kg/cm. Nilai kuat geser maksimum dicapai padakadar campuran 15 % pupuk urea dengan masaperawatan 3 hari, yaitu 3,93 kg/cm2 denganpersentase kenaikan 170,97 %.
d. Pada tiga variasi campuran 5 %, 10 %, dan 15 %terjadi perubahan pada nilai sudut geser berupapenurunan dan peningkatan bila dibandingkandengan kondisi tanah asli dan non campuran.Sedangkan untuk nilai kuat geser dan nilaikohesi tanah cenderung meningkat jikadibandingkan dengan kondisi tanah asli dan noncampuran.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini merupakan bagian dari PenelitianDosen Muda SATEKS UNSRI 2014.
REFERENSI1) Antonius, Jonry. 2004.Pengaruh Penambahan 20 %,
25 %, 30 % Pupuk Urea Terhadap Kuat Geser TanahLempung Ekspansif Dengan Pengujian Triaxial.
Skripsi. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Sriwijaya. Inderalaya.
2) Bowles, Joseph E. 1993. Sifat-ifat Fisis dan
Geoteknik Tanah: Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.
3) Bowles, Joseph E, 1993,Analisa dan Disain Pondasi:
Jilid kedua: Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.
4) Chen, F.H.1975. Foundation on Expansive Soil.
Development in Geotechnical Engineering 12,
Esevier Scientific Publishing Company, Amsterdam.5)
Das, M.B. 1988, Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip
Rekayasa Geoteknis), P.T. Gelora Aksara Pratama,
Surabaya.6) G. Djatmiko S., dan S.J. Edy P., 1993, Mekanika
Tanah 1. Kanisius. Yogyakarta.
-
7/25/2019 1-1-PB
22/48
Sutejo, Y., dkk. / Analisis Pengaruh Campuran Pupuk Urea / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (14 19)
19
7)
Hardiyatmo, H.C. 1992. Mekanika Tanah I. PT
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
8) Holtz, R.D and Kovacs, W.D. An Introduction to
Geotechnical Eng, Practice-Hall Inc.
9) Mitchell, J.K., John Wiley and Sons. 1995.
Fundamental of Soil Behavior third edition. Inc New
York.10)
Oemar, Bakrie, Nurly Gofar, dan Ratna Dewi,
Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah. Universitas
Sriwijaya, Inderalaya, 2010.
11)Pedoman Kimpraswil. 2002, Panduan Geoteknik 1.
Edisi Pertama Bahasa Indonesia, DepartemenPermukiman dan Prasarana Wilayah.
12)Suranta Adi, Swastika. 2004. Pengaruh Penambahan
5 %, 10 %, 15 % Pupuk Urea terhadap Kuat Geser
Tanah Lempung Ekspansif dengan Pengujian
Triaxial. Skripsi. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Sriwijaya. Inderalaya.13)Suyono, S. dan Kazuto, N., 1983., Mekanika Tanah
dan Teknik Pondasi, P.T. Pradnya Paramita, Jakarta
-
7/25/2019 1-1-PB
23/48
20
Vol. 4, No. 1, Oktober 2015, Halaman: 20 - 26, ISSN: 1907-4247 (Print), ISSN: 2477-4863 (Online)
Alamat Website: http://cantilever.unsri.ac.id
ANALISIS STRUKTUR RANGKA BAJA MENGGUNAKANBASE
ISOLATIONDENGAN TIME HISTORY ANALYSIS
SalomaJurusan Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya
(Jl. Raya Palembang - Prabumulih KM 32 Inderalaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan)E-mail: [email protected]
Abstract
This paper discussed the usage of base isolation in the form of leading rubber bearing which is applicated on steelstructure of five floor. The analysis is done on steel structure by using base isolation. It is compared with steel structure
without base isolation. The usage of base isolation on steel structure with loading earthquake can reduce response
structure either displacement, velocity or accelaration.
Key Words: base isolation, lead-rubber bearing.
1. PENDAHULUAN
Seiring perkembangan teknologi perencanaanstruktur tahan gempa, telah dikembangkan suatu
pendekatan desain alternatif untuk mengurangiresiko kerusakan bangunan tahan gempa, danmampu mempertahankan integritas komponenstruktural dan non struktural terhadap gempa kuat.Pendekatan desain ini bukan dengan cara
memperkuat struktur bangunan, tetapi denganmereduksi gaya gempa yang bekerja pada bangunan.
Sistem kontrol pada struktur terdiri dari sistemkontrol pasif dan sistem kontrol aktif. Sistemkontrol pasif bekerja tanpa menggunakan tambahan
energi luar, sehingga gaya kontrol hanya dapatmemberikan respon pada struktur dalam batasan
tertentu. Walaupun demikian, penggunaan sistem inimasih diminati karena kemudahan pengerjaan danketahanannya. Selain itu, penerapan sistem kontrol
pasif tidak beresiko menimbulkan kondisi yangtidak stabil pada struktur. Sistem kontrol pasifdibedakan atas sistem isolasi gempa (seismicisolation system) seperti elastomeric bearings, leadrubber bearings, sliding frictionpendulum dan alat
penyerap energi mekanik (passive energydissipation devices) seperti tuned mass dampers,tuned liquid dampers, metallic dampers, visco-elastic dampers, dan viscous fluid dampers.
Sedangkan sistem kontrol aktif bekerjamenggunakan tambahan energi luar, sehingga
mekanisme kerjanya lebih efektif bila dibandingkandengan kontrol pasif. Hal ini dikarenakan sistem
kontrol aktif dapat memberikan gaya kontrol padaparameter struktur seperti perpindahan, kecepatandan percepatan sampai batasan tertentu. Beberapa
contoh sistem kontrol aktif yaitu active bracingsystems, active mass dampers, variable stiffnessatau
damping systems, smart materialdan aktif tendon.Keunggulan masing-masing sistem kontrol
tentunya memberikan pilihan bagi para engineeruntuk mengaplikasikannya pada bangunanstruktural. Walaupun teknologi kontrol yang banyak
berkembang pada abad ke-20 adalah sistem kontrolaktif dan hybrid, namun penggunaan sistem kontrolpasif masih menjadi alternatif yang lebih relevandikarenakan total biaya konstruksi yang lebih murah
dan pemasangan alat yang lebih sederhana.Paper ini menganalisis tentang base isolationsebagai peredam gempa secara pasif pada strukturrangka baja 5 lantai. Tujuan utama paper ini adalahmembandingkan perilaku struktur baik yangmenggunakan base isolation maupun tanpa baseisolation. Perbandingan dilakukan dengan melihathasil displacement, kecepatan dan percepatan
struktur dengan time history analysis.
-
7/25/2019 1-1-PB
24/48
Saloma / Analisis Struktur Rangka Baja Menggunakan Base Isolation / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (20 26)
21
2. TINJAUAN PUSTAKA
(1)
PemodelanBase isolation
Perilaku hubungan gaya dan perpindahan padaisolator seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Pemodelan hysteresis bilinier
Dalam analisis struktur, isolator dapat dimodelkansebagai model linier atau bi-linier. Untuk analisislinier digunakan kekakuan efektif, sedangkan untukanalisis nonlinier ada tiga parameter yangmenentukan karakteristik dari isolator, yaitu:kekakuan awal, kekakuan pasca leleh, danperpindahan leleh. Hubungan parameter inidiberikan seperti pada persamaan berikut:
D
Qkk peff += (1)
pe
ykk
QD
= (2)
ypy DkQF += (3)
dimana:D = perpindahan maksimum yang terjadi pada
isolatorQ = kekuatan karakteristik
Effective dampingdidapat sebagai berikut:
2eff
Deff
Dk2
E
= (4)
dimana:ED= Energi dissipasi per cycle (luas kurva hysterisis
loop) yaitu ( )D yE 4Q D D=
(2) Persamaan Gerak MDOF pada Gedung
denganBase isolation
Model struktur multi degree of freedomterdapat
pada Gambar 2. Persamaan (5) menyatakanpersamaan gerak MDOF pada gedung dengan baseisolation:
[ ]{ } [ ]{ } [ ]{ } [ ]{ }gM x C x K x x M 1+ + = && & && (5)
Gambar 2. Model struktur MDOF dengan base isolation
[ ]
1
2
m
n 1
m 0 0 0 0
m 0 0 0
M m 0 0
sym m
m
=
O M
L
O
[ ]
1 2 2
2 3
m m 1
n 1 n n
n
c c c 0 0 0
c c 0 0 0
C c c 0 0
sym c c c
c
+
+ +
= +
+
O M
L
O
[ ]
1 2 2
2 3
m m 1
n 1 n n
n
k k k 0 0 0
k k 0 0 0
K k k 0 0
sym k k k
k
+
+ +
= +
+
O M
L
O
{ } { }T
1 2 m n 1 nx x x x x x= K K
{ } { }T
1 2 m n 1 nx x x x x x=& & & & & &K K
{ } { }T
1 2 m n 1 nx x x x x x=&& && && && && &&K K
{ } [ ]{ }x x '=
-
7/25/2019 1-1-PB
25/48
Saloma / Analisis Struktur Rangka Baja Menggunakan Base Isolation / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (20 26)
22
[ ]
1,1 1,2 1,m 1,n 1 1,n
2,1 2,2 2,m 2,n 1 2,n
m,1 m,2 m,m m,n 1 m,n
1,1 n 1,2 n 1,m n 1,n 1 n 1,n
n,1 n ,2 n,m n,n 1 n ,n
=
K K
K K
K K K K K K K
K K
K K K K K K K
K K
K K
[ ][ ]{ } [ ][ ]{ } [ ] [ ]{ } [ ]{ }gM x ' C x ' K x ' x M 1 + + = && & &&
3. MODEL STRUKTUR
Kasus I. Struktur rangka baja tanpa base isolation
Data struktur:1.
Jenis struktur rangka baja
2.
Bentang per portal = 8 m
3. Tinggi per lantai = 3,5 m
4. Dimensi balok = W27x94, kolom = W21x248
Data material:
1.
Baja:
Berat jenis = 7850kg/m3
E = 200.000 MPa
fy= 240 MPa
fu= 370 MPa
2.
Beton:Berat jenis = 2400 kg/m
3
fc = 30 MPa
Kasus II. Struktur rangka baja dengan base isolation
Data struktur:
1.
Jenis struktur rangka baja
2. Bentang per portal = 8 m
3. Tinggi per lantai = 3,5 m
4.
Dimensi balok = W27x94, kolom = W21x248
Data material:1. Baja:
Berat jenis = 7850kg/m3
E = 200.000 MPa
fy= 240 MPa
fu= 370 MPa
2. Beton:
Berat jenis = 2400 kg/m3
fc = 30 MPa
Rubber Isolator properties:
1. Vertikal (axial) stiffness = 10.000 k/in (linier)
2.
Initial shear stiffness pada masing-masing arah= 10 k/in.
3.
Shear yield force pada masing-masing arah = 7
kips.
4. Perbandingan post yield shear stiffness dan
initial shear stiffness 0,2.
Gambar 3. Model struktur rangka baja tanpa base isolation
Gambar 4. Model struktur rangka baja dengan base isolation
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
(1) Modal Periods and Frequencies
Tabel 1 dan 2 memperlihatkan periode struktur
hasil analisis untuk struktur dengan base isolationdan tanpa base isolation. Model struktur tanpa baseisolation memiliki periode maksimum 4,916 detik,
hal ini menjadi dasar memberikan tambahan base
isolation sehingga periode maksimum menjadi
1,029 detik.
-
7/25/2019 1-1-PB
26/48
Saloma / Analisis Struktur Rangka Baja Menggunakan Base Isolation / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (20 26)
23
Tabel 1. Periode dan frekuensi struktur tanpa base isolation
ModePeriod(detik)
Frequency(Cyc/detik)
CircFreq(rad/detik)
Eigen valuerad2/sec2
1 4.916 0.203 1.278 1.634
2 4.863 0.206 1.292 1.669
3 4.279 0.234 1.469 2
4 0.551 1.815 11.404 130
5 0.337 2.972 18.670 349
6 0.329 3.043 19.120 366
7 0.255 3.924 24.654 608
8 0.158 6.333 39.792 1583
9 0.103 9.678 60.807 3698
10 0.090 11.061 69.499 4830
11 0.076 13.108 82.360 6783
12 0.044 22.582 141.890 20132
Tabel 2. Periode dan frekuensi struktur dengan base isolation
ModePeriod(detik)
Frequency(Cyc/detik)
CircFreq(rad/detik)
Eigen valuerad2/sec2
1 1.029 0.972 6.106 37.287
2 0.537 1.862 11.699 136.86
3 0.350 2.859 17.963 322.66
4 0.219 4.561 28.657 821.2
5 0.175 5.721 35.943 1291.9
6 0.165 6.048 38.002 1444.2
7 0.102 9.821 61.710 3808.1
8 0.086 11.636 73.113 5345.5
9 0.075 13.363 83.963 7049.7
10 0.069 14.574 91.573 8385.6
11 0.060 16.644 104.580 10936
12 0.028 35.248 221.470 49049
(2) Response Struktur
Hasil analisis perbandingan sistem struktur
dengan dan tanpa base isolation dilakukan pada arah
x dan y. Parameter yang diperiksa adalahperpindahan antar lantai, percepatan pada lantai, dan
gaya geser dasar.
Berdasarkan gaya geser yang terjadi, sistem
struktur dengan base isolation mampu menyerap
energi gempa tambahan hingga empat kali jika
dibandingkan dengan sistem biasa. Hal ini dapat
dilihat dengan periode struktur yang semakin kaku
dari 4,916 detik menjadi 1,029 detik.
Perilaku struktur dengan base isolation
memberikan kinerja yang lebih baik dibandingkan
struktur tanpa base isolation. Hal ini dikonfirmasi
oleh tingkat perpindahan lantai maupun antar lantaiyang lebih kecil.
Hasil analisis struktur dengan base isolationdantanpa base isolation dapat dilihat pada Tabel 3 dan
4. Parameter yang dianalisis adalah displacements
antar lantai, kecepatan dan percepatan pada lantai.
Selanjutnya, grafik hubungan antara displacements
vs waktu, kecepatan vs waktu dan percepatan vs
waktu pada masing-masing lantai dapat dilihat padaGambar 5 sampai 19.
Tabel 3. Response struktur dengan base isolation
Lantai
Respon struktur base isolation
Displacements
(mm)
Kecepatan
(mm/detik)
Percepatan
(mm/detik2)
1Maks 12.804 123.283 2119.618
Min -13.212 -123.302 -2000.426
2Maks 17.064 237.404 2913.795
Min -13.856 -231.747 -2929.471
3 Maks 45.917 378.779 2936.555Min -48.165 -351.017 -3318.336
4Maks 54.266 423.474 2915.129
Min -57.337 -383.501 -3419.486
5Maks 58.111 463.945 3108.316
Min -61.416 -417.244 -3570.214
Tabel 4. Response struktur tanpa base isolation
Lantai
Respon struktur tanpa base isolation
Displacements
(mm)
Kecepatan
(mm/detik)
Percepatan
(mm/detik2)
1Maks 34.808 289.632 3634.539
Min -33.793 -281.042 -3770.839
2Maks 51.193 523.816 4599.961
Min -41.569 -478.901 -4607.726
3Maks 126.681 822.611 5423.085
Min -126.136 -648.454 -3717.955
4Maks 153.675 887.451 4680.351
Min -148.617 -728.989 -4927.122
5Maks 167.502 913.057 5479.828
Min -160.681 -791.325 -5726.660
Gambar 5. Respon displacement vs waktu lantai 1
-
7/25/2019 1-1-PB
27/48
Saloma / Analisis Struktur Rangka Baja Menggunakan Base Isolation / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (20 26)
24
Gambar 6. Respon displacement vs waktu lantai 2
Gambar 7. Respon displacement vs waktu lantai 3
Gambar 8. Respon displacement vs waktu lantai 4
Gambar 9. Respon displacement vs waktu lantai 5
Gambar 10. Respon kecepatan vs waktu lantai 1
Gambar 11. Respon kecepatan vs waktu lantai 2
Gambar 12. Respon kecepatan vs waktu lantai 3
Gambar 13. Respon kecepatan vs waktu lantai 4
-
7/25/2019 1-1-PB
28/48
Saloma / Analisis Struktur Rangka Baja Menggunakan Base Isolation / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (20 26)
25
Gambar 14. Respon kecepatan vs waktu lantai 5
Gambar 15. Respon percepatan vs waktu lantai 1
Gambar 16. Respon percepatan vs waktu lantai 2
Gambar 17. Respon percepatan vs waktu lantai 3
Gambar 18. Respon percepatan vs waktu lantai 4
Gambar 19. Respon percepatan vs waktu lantai 5
Berdasarkan perbandingan Gambar 5 19 dapat
dijelaskan beberapa analisis terhadap kinerja
struktur base isolation, antara lain:1. Respon struktur perpindahan, kecepatan, dan
percepatan bertambah besar terutama pada
lantai atas.
2.
Struktur dengan base isolation membuat kinerja
struktur, khususnya perpindahan (displacement)menjadi lebih baik.
3.
Struktur dengan base isolation mulai bekerja
efektif pada detik ke-20 eksitasi beban luar. Hal
ini dapat diketahui dari response struktur secara
umum mengecil setelah detik ke-20. Hal yang
sama terjadi pada perpindahan yaitu respon
semakin mengecil.4. Penggunaan base isolation menyebabkan respon
struktur percepatan dan kecepatan secara umum
bertambah, yang membuat struktur tidak
nyaman (comfortable) untuk digunakan.
(3) Hubungan Gaya Geser Dasar (Base Shear)
danDisplacements
Gambar 20 memperlihatkan respon gaya
terhadap deformasi struktur. Dapat dilihat kurva
yang dihasilkan pada setruktur dengan baseisolation bersifat nonlinier. Hal ini menunjukkan
bahwa struktur dengan base isolation menyerap
-
7/25/2019 1-1-PB
29/48
Saloma / Analisis Struktur Rangka Baja Menggunakan Base Isolation / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (20 26)
26
energi lebih besar dibandingkan struktur tanpa baseisolation.
Gambar 20. Hubungan base shear vs displacement pada struktur
dengan base isolation
(4)
Energi Redaman
Plot grafik hubungan energi redaman vs waktu
dapat dilihat pada Gambar 21 dan 22. Berdasarkan
gambar tersebut dapat diketahui bahwa base
isolation bekerja sesuai dengan pemodelan base
isolation yang diajukan sebelumnya.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemodelan dan analisis yang
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Penggunaan base isolator pada struktur rangka
baja yang dikenai beban gempa mampu
mereduksi respon struktur baik perpindahan,
kecepatan maupun percepatan.
2.
Kinerja struktur yang menggunakan base
isolator lebih baik dibandingkan kinerja struktur
tanpa base isolator. Hal ini dapat dilihat dari
berkurangnya simpangan lantai atau gaya geser
akibat beban gempa.
3. Base isolationpada lantai 1 mendisipasi energi
lebih besar dari lantai di atasnya.
4. Lokasi penempatan base isolation pada arah x
dan y terbukti mampu meningkatkan kinerja
struktur.
REFERENSI
1) Anil K. Chopra, 2007, Dynamics of Structures Theoryand Application to Earthquake Engineering.
Fracklin Y. Cheng, Hongping Jiang, and Kangyu Lou, 2008,Smart Structures Innovative Systems for Seismic response
Control, CRC Press.
Gambar 22. Hubungan modal damping energy vs waktu
Gambar 21. Hubungan input energi vs waktu
-
7/25/2019 1-1-PB
30/48
27
Vol. 4, No. 1, Oktober 2015, Halaman: 27 - 33, ISSN: 1907-4247 (Print), ISSN: 2477-4863 (Online)
Alamat Website: http://cantilever.unsri.ac.id
STUDI IMBANGAN AIR PADA DAERAH IRIGASI PITAP
Ulfa Fitriati1, Novitasari
2, Achmad Rusdiansyah
3,dan Andi Rahman
4
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat(Jl. A. Yani Km. 35 Banjarbaru, Kalimantan Selatan)
E-mail : [email protected]
AbstractTo fulfilling the demands of irrigation water in the region SWS Barito mostly farming community life is
indispensable. Due to the presence of water balance studies in Sub SWS Barito is the basis for preparing thedevelopment strategy of water resources, particularly water management in irrigation area as one sub DAS Pitap Barito
River. The method used to perform the analysis of the availability of water by using methods Mock and irrigation water
needs analysis to see the balance of water in the water supply for paddy in Pitap Irrigation Area. Balance of water in the
dam Pitap still insufficient to meet the water demands Pitap irrigation area of 4000 ha.
Key Words: water availability, water demand, water balance and irrigation area Pitap
1. PENDAHULUAN
Berbagai usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan hasil produksi bahan pangan,diantaranya adalah dengan pembukaan lahanpertanian. Usaha ini ditempuh karena dilihat mulaiberkurangnya lahan pertanian akibat perkembangansuatu daerah yang diikuti dengan pembangunan
pemukiman-pemukiman penduduk. Di lain sisi jugaterjadi penyusutan kawasan hutan yang dinilai sudahsangat mengkhawatirkan, maka usaha untukpeningkatan pertanian perlu ditekankan pada usahaintensifikasi daripada ekstensifikasi. Salah satuwujud usaha intensifikasi ini adalah denganmeningkatkan fungsi tata saluran atau fasilitas
jaringan irigasi dan drainase yang ada pada lahanpertanian dengan melakukan penelitian imbanganair untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi.
Kurang optimalnya penggunaan air irigasi untukbudidaya pertanian diperkirakan sebagai akibatbelum konsistennya manajemen pengoperasian sertakondisi sarana tata air yang ada. Melalui studi inidiharapkan didapatkan gambaran secara jelasbagaimana ketersediaan dan kebutuhan air padabeberapa anak Sungai Barito yang pada akhirnyadapat dijadikan bahan tinjauan manajemen
pengelolaan sumberdaya air.
2. TINJAUAN PUSTAKA
(1) Imbangan Air
Dalam proses sirkulasi air, penjelasan mengenaihubungan antara aliran ke dalam (inflow) dan alirankeluar (outflow) di suatu daerah untuk suatu periodetertentu disebut neraca air (water balance). Analisisneraca air atau sering juga disebut imbangan air
merupakan bagian penting dalam tahapan kegiatananalisis hidrologi. Neraca air dimaksudkanmerupakan perhitungan jumlah masukan (inflow)dan keluaran (outflow) dalam tinjauan periodewaktu tertentu pada suatu sub-sistem hidrologi (SriHarto, 2000) Persamaan dasar hitungan neraca airadalah sebagai berikut :
(1)
keterangan :I : total inflow,
O : total outflow,
S : perubahan tampungan atau selisih antarajumlah inflow dan outflow.
(2) Evapotranspirasi
Penguapan merupakan salah satu mata rantaiproses dalam siklus hidrologi. Penguapan
merupakan proses alami berubahnya molekul cairanmenjadi molekul gas/uap. Penguapan dapat sajaterjadi dari semua permukaan yang lembab
-
7/25/2019 1-1-PB
31/48
Fitriati, U., dkk. / Studi Imbangan Air pada Daerah Irigasi Pitap / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (27 33)
28
(moisture), baik dari permukaan tanah, permukaantanaman (transpiration from vegetated surface)
maupun dari permukaan air seperti rawa, danau danlautan. Besarnya laju penguapan mempunyai peran
berbeda untuk berbagai kepentingan analisishidrologi. Untuk satu kasus tertentu, penguapan
dapat mempunyai nilai yang sangat penting sepertiirigasi dan waduk, sehingga besarannya sama sekalitidak dapat diabaikan. Akan tetapi untuk kasuslainnya seperti banjir, besar penguapan umumnyadiabaikan, karena peran/pengaruhnya sangat kecil.Meskipun demikian berbagai cara pendekatan untuk
mengukur dan memperkirakan nilai penguapanperlu dicermati benar.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadappenguapan cukup banyak, baik faktor fisis maupunfaktor meteorologis, meskipun faktor panasmerupakan faktor utama. Faktor-faktor lain yang
tidak sangat menonjol seperti kualitas air dan bentukpermukaan air. Dari banyak penelitian ditemukanbahwa upaya untuk memisahkan pengaruh masing-masing faktor sangat sulit, karena tingginyaketergantungan sifat antar faktor tersebut. Faktor-faktor meteorologis yang dimaksudkan tersebut
diantaranya suhu, kelembaban (humidity), tekananudara (barometer), angin. Dengan diperlukannyadata fisis dan meterorogis yang banyak sedangkanketersediaan data yang lengkap amat terbatasterutama di Kalimantan Selatan maka FAO Penman-Monteith memberikan solusi untuk perhitunganevapotranspirasi dengan data yang tidak lengkap.
Penguapan (evaporation) adalah prosesperubahan dari zat cair atau padat menjadi gas.Lebih spesifik dapat ditakrifkan bahwa penguapanadalah proses transper air dari permukaan bumi keatmosfer. Transpirasi adalah penguapan air yangterserap tanaman, tidak termasuk penguapan dari
permukaan tanah. Evapotranspirasi adalahpenguapan yang terjadi dari permukaan bertanaman.Evapotranspirasi tanaman acuan adalahevapotranspirasi yang terjadi apabila kandungan air
tidak terbatas. Beberapa pendekatan teoritik yangdigunakan dalam memperkirakan besarnya
penguapan yaitu:Persamaan-persamaan empirik (empirical
equations)1. Keseimbangan air (water balance method)2. Aerodynamic method3. Energy balance method4. Combination method5. Priestley-Taylor method
Dalam prakteknya besaran penguapan tidakdapat diperoleh dengan rumus-rumus yang ada,misalnya karena keterbatasan data, sehingga
diperlukan upaya lain untuk memperoleh besaran
laju penguapan yang diperlukan. Hal ini dapatdilakukan dengan pengukuran laju penguapan secara
langsung, terdapat paling tidak tiga kelompok yaitu :1. Panci penguapan (evaporation pan)2. Atmometer3. Lysimeter
Evapotranspirasi tanaman acuan adalahevapotranspirasi tanaman yang dijadikan acuan,yakni rerumputan pendek. ETo adalah kondisievapotranspirasi berdasarkan keadaan meteorologiseperti temperatur, sinar matahari, kelembaban danangin dimana tersedia cukup air untuk pertumbuhantanaman. Untuk perhitungan evapotranspirasi,dianjurkan untuk menggunakan rumus FAOPenman-Monteith. Metode FAO Penman-Monteith
dalam hitungannya menggunakan data iklim secaramaksimum seperti data temperatur, kelembaban
udara, radiasi