05. timbal balik fenol air ix a
DESCRIPTION
LAPORAN TIMBAL BALIK FENOL AIRTRANSCRIPT
LABORATORIUM
KIMIA FISIKA
Percobaan : TIMBAL BALIK FENOL – AIR Kelompok : IX A
Nama :
1. M. Reinaldo Ongky Billy Anando NRP. 2313 030 003 2. Gina Ayuningtiyas NRP. 2313 030 007 3. Rinny Retnoningsih NRP. 2313 030 011 4. Danny Chandra Septian NRP. 2313 030 013 5. Catur Puspitasari NRP. 2313 030 093
Tanggal Percobaan : 25 Nopember 2013
Tanggal Penyerahan : 2 Desember 2013
Dosen Pembimbing : Nurlaili Humaidah, S.T., M.T.
Asisten Laboratorium : Dhaniar Rulandari W.
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013
i
ABSTRAK
Tujuan dari percobaan timbal balik fenol-air adalah untuk menentukan temperature kritis
dari kelarutan fenol dan air dengan variabel berat fenol 1 gram dan 2 gram.
Prosedur yang digunakan dalam percobaan ini adalah dengan menimbang padatan fenol
dengan variabel 1 gram dan memasukkan 1 gram padatan fenol ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya
menambahkan aquadest sebanyak 2 ml menggunakan pipet tetes ke dalam tabung reaksi yang berisi
padatan fenol dan mengaduk padatan fenol hingga larut dalam air. Setelah itu memanaskan gelas
beaker yang berisi aquadest yang didalamnya terdapat tabung reaksi fenol-air hingga larutan fenol-
air menjadi jernih lalu dicatat suhunya dan mendinginkan tabung reaksi fenol-air sampai larutan
fenol-air keruh kembali dan dicatat suhunya. Menambahkan kembali aquadest sebanyak 2 ml dan
mencatat temperatur saat larutan fenol-air menjadi jernih dan keruh. Begitu seterusnya hingga
volume aquadest 20 ml. Mengulangi prosedur kerja dengan menggunakan variabel berat fenol 2
gram. Selanjutnya, menimbang padatan fenol dengan variabel 2 gram dan memasukkan 2 gram
padatan fenol kedalam tabung reaksi. Kemudian menambahkan aquadest sebanyak 2 ml
menggunakan pipet tetes ke dalam tabung reaksi yang berisi padatan fenol dan mengaduk padatan
fenol hingga larut dalam air. Menghitung persentase berat fenol dalam larutan fenol-air dengan cara
membagi massa fenol sebesar 1 gram dengan jumlah massa fenol 1 gram dan 2 gram air. Lalu
menambahkan kembali aquadest 2 ml dan menghitung persentase berat fenol dengan cara yang sama
hingga volume aquadest 20 ml. Menghitung persentase berat fenol dengan variabel fenol 2 gram.
Dari percobaan ini, terjadi perubahan jumlah dimana pada fase awal jumlah fenol lebih
dominan dibandingkan air diikuti dengan kenaikan suhu dan kemudian jumlah air lebih dominan
dibandingkan dengan jumlah fenol diikuti dengan penurunan suhu pada. Dari hasil percobaan pada
variabel berat fenol 1 gram yaitu percobaan 1 memiliki suhu rata-rata 44,5oC dengan %berat
33,33%, percobaan 2 memiliki suhu rata-rata 47,5oC dengan %berat 20%, percobaan 3 memiliki suhu
rata-rata 50,5oC dengan %berat 14,28%, percobaan 4 memiliki suhu rata-rata 53
oC dengan %berat
11,11%, percobaan 5 memiliki suhu rata-rata 54,5oC dengan %berat 9,09%, percobaan 6 memiliki
suhu rata-rata 55,5oC dengan %berat 7,69%, percobaan 7 memiliki suhu rata-rata 49,5
oC dengan
%berat 6,67%, percobaan 8 memiliki suhu rata-rata 46oC dengan %berat 5,88%, percobaan 9
memiliki suhu rata-rata 45,5oC dengan %berat 5,26%, dan percobaan 10 memiliki suhu rata-rata
49,5oC dengan %berat 4,76%. Pada variabel berat fenol 2 gram yaitu percobaan 1 memiliki suhu
rata-rata 62,5oC dengan %berat 50%, percobaan 2 memiliki suhu rata-rata 65
oC dengan %berat
33,33%, percobaan 3 memiliki suhu rata-rata 67oC dengan %berat 25%, percobaan 4 memiliki suhu
rata-rata 64oC dengan %berat 20%, percobaan 5 memiliki suhu rata-rata 61,5
oC dengan %berat
16,67%, percobaan 6 memiliki suhu rata-rata 59oC dengan %berat 14,28%, percobaan 7 memiliki
suhu rata-rata 57,5oC dengan %berat 12,5%, percobaan 8 memiliki suhu rata-rata 54
oC dengan
%berat 11,11%, percobaan 9 memiliki suhu rata-rata 51oC dengan %berat 10%, dan percobaan 10
memiliki suhu rata-rata 51,5oC dengan %berat 9,09%, sehingga membentuk kurva menyerupai
parabola. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa temperature akan semakin tinggi apabila semakin
banyak volume air yang ditambahkan tetapi akan turun kembali ketika larutan telah mencapai titik
kritis atau temperatur kritis dengan titik kritis untuk variabel 1 gram fenol adalah 55,5 oC dan untuk
variabel 2 gram fenol titik kritisnya adalah 67 oC.
Kata kunci : timbal balik fenol-air, fenol-air, kelarutan, temperatur
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... iv
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ........................................................................................... I-1
I.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... I-1
I.3 Tujuan Percobaan ...................................................................................... I-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori ............................................................................................... II-1
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan ................................................................................. III-1
III.2 Bahan yang Digunakan ............................................................................ III-1
III.3 Alat yang Digunakan................................................................................ III-1
III.4 Prosedur Percobaan ................................................................................. III-1
III.5 Diagram Alir Percobaan ........................................................................... III-2
III.6 Gambar Alat Percobaan .......................................................................... III-4
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan ....................................................................................... IV-1
IV.2 Pembahasan.............................................................................................. IV-1
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................... V-1
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ vi
DAFTAR NOTASI ................................................................................................... vii
APPENDIKS ............................................................................................................. viii
LAMPIRAN
- Laporan Sementara
- Fotokopi Literatur
- Lembar Revisi
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Struktur Molekul Fenol ................................................................................. II-4
Gambar II.2 Struktur Molekul Air ..................................................................................... II-6
Gambar II.3 Kurva Timbal-Balik Fenol Air ...................................................................... II-13
Gambar III.6 Gambar Alat Percobaan ................................................................................. III-4
iv
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1.1 Pengaruh Penambahan Volume Terhadap Perubahan Suhu dan Persen Berat
Fenol pada Variabel 1 gram Fenol ................................................................. IV-1
Tabel IV.1.2 Pengaruh Penambahan Volume Terhadap Perubahan Suhu dan Persen Berat
Fenol pada Variabel 2 gram Fenol ................................................................. IV-1
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik IV.2.1 Grafik Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 1 gram Fenol ....................... IV-2
Grafik IV.2.2 Grafik Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 2 gram Fenol ....................... IV-3
Grafik IV.2.3 Grafik Perbandingan Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 1 gram Fenol
dan 2 gram Fenol .......................................................................................... IV-4
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Kelarutan atau solubilitas adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut)
untuk dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Sistem biner fenol -
air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan
air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Disebut kelarutan timbal balik fenol-air karena
jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air. Temperature kritis
adalah kenaikan temperature tertentu dimana akan diperoleh komposisi yang berada
dalam kesetimbangan. Temperature kritis pada percobaan timbal balik fenol dapat
diperoleh melalui suhu rata-rata maksimum pada saat keadaan jernih dan keruh. Pada saat
larutan tersebut mencapai temperature kritis maka larutan tersebut mencapai titik kritis.
Latar belakang atau alasan praktikum ini dilaksanakan adalah agar praktikan
mengetahui kelarutan dari dua jenis zat yang tidak saling campur ketika dicampurkan
pada saat mencapai titik kritis maupun sebelum mencapai titik kritis. Selain itu percobaan
timbal balik fenol-air juga dapat diterapkan untuk mencari titik kritis dari 2 larutan yang
tidak saling bercampur.
Aplikasi kelarutan dalam dunia industri adalah pada pembuatan reaktor kimia, pada
proses pemisahan dengan cara pengkristalan integral, selain itu juga dapat digunakan
untuk dasar atau ilmu dalam proses pembuatan granul-granul pada industri baja.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan temperature kritis dalam kelarutan timbal balik fenol-air dalam 1
gram dan 2 gram fenol?
2. Berapakah persentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik fenol-air dalam 1 gram
dan 2 gram fenol?
I.3 Tujuan
1. Mengetahui hubungan temperature kritis dalam kelarutan timbal balik fenol-air dalam 1
gram dan 2 gram fenol.
2. Mengetahui persentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik fenol-air dalam 1 gram
dan 2 gram fenol.
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Sistem biner fenol–air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat solubilitas
timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Solubilitas
(kelarutan) adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut
dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut
yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh.
Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya
disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni
ataupun campuran (Sukardjo,1989).
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut atau solute, sedangkan zat
yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau
solven. Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan
pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah
zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat
terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal,
dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi
larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi
tinggi). Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan
tercampur. Pada proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan
tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan
zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu struktur zat pelarut mengelilingi zat
terlarut; hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil. Bila
komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, pada suatu titik
komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya
berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat
larut lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah
maksimal, dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh. Titik tercapainya keadaan jenuh
larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, seperti temperature, tekanan,
dan kontaminasi. Secara umum, kelarutan suatu zat yaitu jumlah suatu zat yang dapat
II-2
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
terlarut dalam pelarut tertentu sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat
padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya secara umum
kurang peka terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan
gas dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu. Didalam larutan terdapat juga
larutan ideal. Bila interaksi antarmolekul komponen-komponen larutan sama besar
dengan interaksi antarmolekul komponen-komponen tersebut pada keadaan murni,
terbentuklah suatu idealisasi yang disebut larutan ideal. Larutan ideal mematuhi hukum
Raoult, yaitu bahwa tekanan uap pelarut (cair) berbanding lurus dengan fraksi mol pelarut
dalam larutan. Larutan yang benar-benar ideal tidak terdapat di alam, namun beberapa
larutan memenuhi hukum Raoult sampai batas-batas tertentu. Contoh larutan yang dapat
dianggap ideal adalah campuran benzena dan toluena. Ciri lain larutan ideal adalah
bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat volume komponen-komponen
penyusunnya. Pada larutan non-ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan pelarut
murni tidaklah sama dengan volume larutan (Wikipedia, 2013).
Larutan ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Pada pengenceran komponennya todak mengalami perubahan sifat.
2. Tidak terjadi perubahan panas pada pembuatan atau pengenceran.
3. Volume total adalah jumlah volume komponennya.
4. Mengikuti hukum Raoult tentang tekanan uap.
5. Sifat fisiknya adalah rata-rata sifat fisika penyusun.
(Sukardjo,1989)
Ada dua macam larutan, yaitu :
1. Larutan homogen, yaitu apabila dua macam zat dapat membentuk suatu larutan
homogen yang susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya
bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. atau larutan
dapat bercampur seragam (miscible).
2. Larutan heterogen, yaitu apabila dua macam zat yang bercampur masih terdapat
permukaan-permukaan tertentu yang dapat terdeteksi antara bagian-bagian atau fase
yang terpisah.
(Prokim09, 2011)
II-3
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Larutan heterogen dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Insoluble , jika kelarutannya sangat sedikit , yaitu kurang dari 0,1gram zat terlarut
dalam 1000gram pelarut. Misalnya kaca dalam air.
2. Immisible, jika kedua zat tersebut tidak dapat larut antara zat satu ke dalam zat lain,
misalnya minyak dalam air.
(Prokim09, 2011)
Selain itu ada beberapa jenis larutan diantaranya sebagai berikut :
1. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan ini
dibedakan menjadi :
A. Elektrolit Kuat
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang
kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah
menjadi ion-ion (alpha = 1).Yang tergolong elektrolit kuat adalah:
a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HClO3, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH,
KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain
B. Elektrolit Lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan
harga derajat ionisasi sebesar: 0 < alpha < 1.Yang tergolong elektrolit lemah
adalah:
a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain.
b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain.
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain
2. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik,
karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak meng
ion).Tergolong ke dalam larutan non-elektrolit misalnya:
- Larutan urea
- Larutan sukrosa
- Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain
(Chemistnidu, 2011).
II-4
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Campuran terdiri dari beberapa jenis. Dilihat dari fasenya, Pada sistem biner fenol
–air, terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupah pada kondisi tertentu. Suatu fase
didefenisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen diantara keadaan
submakroskopiknya, tetapi benar-benar terpisah dari bagian sistem yang lain oleh batasan
yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling bercampur
dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase karena
sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fase adalah P (Wikipedia, 2013).
Dalam hal ini yang menjadi zat yang terlarut (solute) adalah fenol, sedangkan
pelarut (solvent) adalah air. Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak
berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimia fenol adalah C6H5OH memiliki gugus
hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil (Wikipedia, 2013).
Gambar II.1 Struktur Molekul Fenol
Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang
berikatan dengan gugus hidroksil. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3
gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion
H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida
C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air (Wikipedia, 2013).
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini
dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+.
Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu.
Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan
sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan
menstabilkan anionnya. Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau
asam benzoat dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari
oksidasi batu bara (Wikipedia, 2013).
Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister
saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada
anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorofenol). Fenol juga
II-5
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik
(Wikipedia, 2013).
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan Bagian dari produksi aspirin,
pembasmi rumput liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berfungsi dalam sintesis
senyawa aromatis yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa fenol (fenolat)
banyak terjadi secara alami sebagai flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat yang lain.
Contoh dari senyawa fenol adalah eugenol yang merupakan minyak pada cengkeh
(Wikipedia, 2013).
Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit
yang terbuka.Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan
ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada
ribuan orang di kamp-kamp konsentrasi, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan
ini dilakukan oleh dokter ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke
jantung dapat mengakibatkan kematian langsung (Wikipedia, 2013).
Senyawa fenol dibedakan atas dua jenis utama yaitu :
A. Berdasarkan jalur pembuatannya :
1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat
2. Senyawa fenol yang berasal dari aseta malonat
3. Ada juga senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur biosintesa
dari senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat dan Senyawa
fenol yang berasal dari aseta malonat yaitu senyawa-senyawa flavonoid.
B. Berdasarkan jumlah atom hidrogen yang dapat diganti oleh gugus hidroksil maka ada
tiga golongan senyawa fenol yaitu :
1. Fenol monovalen
Jika satu atom H dari inti aromatik diganti oleh satu gugusan OH.
2. Fenol divalen
Adalah senyawa yang diperoleh bila dua atom hidrogen pada inti aromatik diganti
dengan dua gugus hidroksil. Dan merupakan fenol bervalensi dua.
3. Fenol trifalen
Adalah senyawa yang diperoleh bila tiga atom hidrogen pada inti aromatik diganti
dengan tiga gugus hidroksil.
(Saputri, 2010).
II-6
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan
Bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil) tersedia di Bumi. Air sebagian
besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak
gunung), akan tetapi juga dapat berbentuk sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar,
danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu
siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah
(meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan
manusia (Wikipedia, 2013).
Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di Bumi,
sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars,
serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan
(air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di
permukaan Bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang
kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan
menyulut konflik. Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya
air sejak tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air (Wikipedia, 2013).
Gambar II.2 Struktur Molekul Air
Menurut kimia fisika air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: Satu
molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar,
yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (0°C). Zat kimia ini
merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan
banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
banyak macam molekul organik (Wikipedia, 2013).
II-7
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum
dalam kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara hidrida-
hidrida lain yang mirip dalam kolom oksigen pada tabel periodik yang mengisyaratkan
bahwa air seharusnya berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan
memperhatikan tabel periodik, terlihat bahwa unsur-unsur yang mengelilingi oksigen
adalah nitrogen, flour, fosfor, sulfur, dan klor. Semua elemen-elemen ini apabila
berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada temperature dan tekanan normal.
Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fase berkeadaan cair,
adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif dibandingkan elemen-elemen lain
tersebut kecuali flor (Wikipedia, 2013).
Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang
dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom
hidrogen, dan jumlah muatan negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap
atom tersebut membuat molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik
listrik antar molekul-molekul air akibat adanya dipol ini membuat masing-masing
molekul saling berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan yang pada akhirnya
menaikkan titik didih air. Gaya tarik-menarik ini disebut sebagai ikatan hidrogen
(Wikipedia, 2013).
Air sering disebut sebaga pelarut universal karena air melarutkan banyak zat
kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah
tekanan dan temperature standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai
sebuah ion hidrogen (H+) yang berikatan dengan sebuah ion hidroksida (OH
-). Tingginya
konsentrasi kapur terlarut membuat warna air dari Air Terjun Havasu terlihat berwarna
turquoise (Wikipedia, 2013).
Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya
arus listrik. Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katode, dua molekul air bereaksi
dengan menangkap dua elektron tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidroksida (OH-).
Sementara itu pada anode, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2),
melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katode. Reaksi keseluruhan yang
setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut:
H2O(l) 2H2(g) O2(g)
(Wikipedia, 2013)
II-8
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung
pada elektrode dan dapat dikumpulkan. Prinsip ini kemudian dimanfaatkan untuk
menghasilkan hidrogen dan hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar kendaraan hidrogen. Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis
zat kimia. Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-
garam) disebut sebagai zat-zat "hidrofilik" (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah
tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat "hidrofobik"
(takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut
menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara
molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik antar
molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air
(Wikipedia, 2013).
Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air memiliki
sejumlah muatan parsial negatif (σ-) dekat atom oksigen akibat pasangan elektron yang
(hampir) tidak digunakan bersama, dan sejumlah muatan parsial positif (σ+) dekat atom
oksigen. Dalam air hal ini terjadi karena atom oksigen bersifat lebih elektronegatif
dibandingkan atom hidrogen yang berarti, atom oksigen memiliki lebih "kekuatan tarik"
pada elektron-elektron yang dimiliki bersama dalam molekul, menarik elektron-elektron
lebih dekat ke arahnya (juga berarti menarik muatan negatif elektron-elektron tersebut)
dan membuat daerah di sekitar atom oksigen bermuatan lebih negatif ketimbang daerah-
daerah di sekitar kedua atom hidrogen. Air memiliki pula sifat adhesi yang tinggi
disebabkan oleh sifat alami kepolarannya. Air memiliki tegangan permukaan yang besar
yang disebabkan oleh kuatnya sifat kohesi antar molekul-molekul air. Hal ini dapat
diamati saat sejumlah kecil air ditempatkan dalam sebuah permukaan yang tak dapat
terbasahi atau terlarutkan (non-soluble); air tersebut akan berkumpul sebagai sebuah
tetesan. Di atas sebuah permukaan gelas yang amat bersih atau bepermukaan amat halus
air dapat membentuk suatu lapisan tipis (thin film) karena gaya tarik molekular antara
gelas dan molekul air (gaya adhesi) lebih kuat ketimbang gaya kohesi antar molekul air
(Wikipedia, 2013).
Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa inggris lebih tepatnya
disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni
II-9
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan
bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak
klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit
larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada
bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat
dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated)
yang menstabil (Sukardjo, 1989).
Faktor yang mempengaruhi kelarutan sifat dari solute dan solvent, cosolvensi,
kelarutan, temperature, salting out, salting in, dan pembentukan kompleks. Solute yang
polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut
dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya
alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut (Wahyu, 2008).
1. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan
pelarut lain dalam kloroform atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
2. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi
umumnya adalah dapat larut dalam air dan tidak larut dalam air. Semua garam klorida
larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua
garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.Semua garam karbonat tidak larut
kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH,
NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam fosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3. Zat
padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan
bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
3. Salting Out
Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan
lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama
atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya kelarutan minyak atsiri
dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh hal ini
II-10
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
dikarenakan kelarutan NaCl dalam air lebih besar daripada kelarutan minyak atsiri
dalam air.
4. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama
dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya adalah riboflavin tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam larutan yang mengandung nicotinamidum karena terjadi
penggaraman riboflavin ditambahkan basa NH4.
5. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut
dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya adalah Iodium
larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
6. Temperature
Pengaruh temperature tergantung dari panas pelarutan. Bila panas pelarutan (∆H)
negatif, maka daya larut turun dengan turunnya temperature. Bila panas pelarutan
(∆H) positif, maka daya larut naik dengan naiknya temperature.
7. Tekanan
Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan zat cair, tetapi
berpengaruh pada daya larut gas.
(Wahyu, 2008).
Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
1. Ukuran Partikel
Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel. Makin luas Permukaan solute yang
kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
2. Suhu
Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.
3. Pengadukan
Umumnya apabila pengadukan dilakukan semakin cepat maka kelarutan akan besar.
(Sogay, 2011).
Berdasarkan percampuran zatnya terdapat 9 jenis larutan yaitu :
1. Larutan gas dalam gas
Gas dengan gas selalu bercampur sempurna membentuk larutan. Sifat-sifat larutan
adalah aditif, asal tekanan total tidak terlalu besar.
II-11
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
2. Larutan cairan/zat padat dalam gas
Larutan ini tejadi bila cairan menguap atau zap padat menyublim dalam suatu gas, jadi
larutannya berupa uap dalam gas. Jumlah uap yang terjadi terbatas,karena tekanan uap
zat cair dan zat padat tertentu untuk tiap temperature berbeda
3. Larutan gas/cairan dalam zat padat
Ada kemungkinan gas dan cairan terlarut dalam zat padat, contoh H2 dalam Pd dan
benzena dalam iodium.
4. Larutan zat padat dalam zat padat
Larutan antara zat padat dan zat padat dapat berupa campuran sebagian atau sempurna.
Bila bercampur sempurna, tidak dipengaruhi temperature tetapi bila bercampur
sebagian di pengaruhi temperature.
Contoh : K2SO4 (NH4)2SO4 : Au Pd
5. Larutan gas dalam cair
Tergantung pada jenis gas, jenis pelarut, tekanan dan temperature. Daya larut N2 , H2,
O2 dan He dalam air sangat kecil. Sedangkan HCl dan NH3 sangat besar. Hal ini
disebabkan karena gas yang pertama tidak bereaksi dengan air, sedangkan gas yang
kedua bereaksi sehingga membentuk asam klorida dan ammonium hidroksida. Jenis
pelarut juga berpengaruh. Misalnya N2, O2, dan CO2 lebih mudah larut dalam alkohol
daripada dalam air, sedangkan NH3 dan H2S lebih mudah larut dalam air daripada
alkohol. Koefisien daya larut adalah banyaknya gas dalam cc (direduksi pada 0oC
76cmHg) yang larut dalam 1cc pelarut pada temperature tertentu dan tekanan 1 atm,
harganya makin turun bila temperature naik.
6. Larutan cairan dalam cairan
Bila dua cairan dicampur, zat ini dapat bercampur sempurna, bercampur sebagian, atau
tidak sama sekali bercampur. Daya larut cairan dalam cairan tergantung dari jenis
cairan dan temperature. Contoh :
a. Zat-zat yang mirip daya larutnya besar
Benzena – Toluena
Air – alkohol
Air – Metil
b. Zat-zat yang berbeda tidak dapat bercampur
Air – Nitro Benzena
II-12
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Air – Kloro Benzena
7. Larutan zat padat dalam cairan
Daya larut zat padat dalam cairan tergantung jenis zat terlarut, jenis pelarut,
temperature dan sedikit tekanan. Batas daya larutnya adalah konsentrasi larutan
jenuh. Konsentrasi larutan jenuh untuk bermacam-macam zat dalam air sangat
berbeda, tergantung jenis zatnya. Umumnya daya larut zat-zat organik dalam air
sangat berbeda, tergantung jenis zatnya. Umumnya daya larut zat-zat organik dalam
air lebih besar daripada dalam pelarut-pelarut organik. Umumnya daya larut
bertambah dengan naiknya temperature karena kebanyakan zat mempunyai panas
pelarutan positif. Na2SO4.10H2O mempunyai panas pelarutan negatif hingga daya
larutnya turun dengan naiknya temperature.
(Sukardjo, 1989)
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur
sebagian bila temperaturenya dibawah temperature kritis. Jika mencapai temperature
kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperature
telah melewati temperature kritis, maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam
kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu contoh dari kelarutan timbal balik adalah
kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan pada persen
fenol dalam setiap perubahan temperature baik dibawah temperature kritis. Jika
temperature dari dalam kelarutan fenol-air dinaikkan diatas 500C maka komposisi larutan
dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam air untuk lapisan atas
akan bertambah (lebih dari 11,8%) dan kandungan fenol dari lapisan bawah akan
berkurang (kurang dari 62,6%). Pada saat suhu kelarutan mencapai 660C maka komposisi
sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan
sempurna (Hendriyana, 2005).
II-13
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
L1 adalah fenol dalam air, L2 adalah air dalam fenol, XA dan XF masing-masing
adalah mol fraksi air dan mol fraksi fenol, XC adalah mol fraksi komponen pada suhu
kritis (TC). Sistem ini mempunyai suhu kritis (TC) pada tekanan tetap, yaitu suhu
minimum pada saat dua zat bercampur secara homogen dengan komposisi CC. Pada suhu
T1 dengan komposisi di antara A1 dan B1 atau pada suhu T2 dengan komposisi di antara
A2 dan B2, sistem berada pada dua fase (keruh). Sedangkan di luar daerah kurva (atau
diatas suhu kritisnya, TC), sistem berada pada satu fase (jernih) (Hendriyana, 2005).
Temperature kritis atas Tc adalah batas atas temperatur dimana nterjadi pemisahan
fase. Diatas temperatur batas atas, kedua komponen benar-benar bercampur. Temperatur
ini ada gerakan termal yang lebih besar menghasilkan kemampuan campur yang lebih
besar pada kedua komponen. Beberapa sistem memperlihatkan temperatur kritis Tc
dimana dibawah temperatur itu kedua komponen bercampur dalam segala perbandingan
dan diatas temperatur itu kedua komponen membentuk dua fase. Salah satu contohnya
adalah air-trietilamina. Dalam hal ini pada temperatur rendah kedua komponen lebih
dapat campur karena komponen-komponen itu membentuk kompleks yang lemah, pada
temperatur lebih lebih tinggi kompleks itu terurai dan kedua komponen kurang dapat
bercampur (Rahayu, 2011).
T0
T
L1 L2
A1 B1
B2 A2 T2
T1
XA = 1 XF = 1 XC
Mol Fraksi
Gambar II.3 Kurva Timbal-balik Fenol air
II-14
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Sistem biner fenol–air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan
timbak balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Disebut sistem
biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat, yaitu fenol dan air. Fenol
dan air kelarutannya akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahkan salah satu
komponen penyusunnya, yaitu fenol atau air. Pada sistem pencampura liquid-liquid,
dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Sistem dengan kelarutan yang tidak terbatas dari 2 komponen seperti sistem etanol-air.
2. Sistem dengan kelarutan terbatas dari dua komponen, yag akan berubah dengan
perubahan temperature dan pada definit, temperature menjadi kelarutan yang tidak
terbatas seperti fenol-air.
3. Sistem dengan kelarutan terbatas dari dua komponen, dimana tidak dijumpai
temperature, dan sistem akan larut sempurna seperti CCl4 – air.
Sifat-sifat fenol adalah sebagai berikut :
a. Mengandung gugus OH, terikat pada sp2-hibrida.
b. Mempunyai titik didih yang tinggi.
c. Mempunyai rumus molekul C6H6O atau C6H5OH.
d. Fenol larut dalam pelarut organik.
e. Berupa padatan (kristal) yang tidak berwarna.
f. Mempunyai massa molar 94,11 gr/mol.
g. Mempunyai titik didih 181,9°C.
h. Mempunyai titik beku 40,9°C.
(Saputri, 2010).
Sifat-sifat air adalah sebagai berikut :
a. Mempunyai rumus molekul H2O. Satu molekul air tersusun atas dua molekul hidrogen
yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen.
b. Air bersifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa pada kondisi standar, yaitu pada
tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (0°C).
c. Air merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk
melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis
gas dan banyak macam pelarut organik.
d. Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar.
e. Air juga mempunyai sifat adesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami kepolarannya.
II-15
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
f. Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh kuatnya sifat
kohesi antar molekul-molekul air.
g. Mempunyai massa molar :18,0153 gr/mol.
h. Air mempunyai densitas 0,998 gr/cm3 (berupa fase cairan pada 20°C), dan mempunyai
densitas 0,92 gr/cm3 (berupa fase padatan).
i. Mempunyai titik lebur : 0°C, 273,15 K, 32°F.
j. Mempunyai titik didih : 100°C, 373,15 K, 212°F.
k. Kalor jenis air yaitu 4184 J/(kg.K) berupa cairan pada 20°C.
(Wikipedia, 2013).
III-1
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan
a) Variabel Bebas : Volume Aquadest (2 ml)
b) Variabel Terikat : Banyak Fenol (1 gram dan 2 gram)
c) Variabel Kontrol : Temperatur
III.2 Bahan yang Digunakan
1. Padatan fenol (C6H5OH )
2. Aquadest
III.3 Alat yang Digunakan
1. Beaker glass
2. Gelas ukur
3. Gelas Arloji
4. Masker
5. Pemanas Elektrik
6. Pengaduk
7. Pipet Tetes
8. Sarung tangan
9. Tabung Reaksi Besar
10. Termometer
11. Timbangan Elektrik
III.4 Prosedur Percobaan
III.4.1 Prosedur Mencari Temperatur Kritis
1. Menimbang 1 gram fenol dan memasukkan ke dalam tabung reaksi besar yang telah
dilengkapi dengan termometer dan pengaduk.
2. Menambahkan 2 ml aquadest.
3. Memanaskannya dalam waterbath.
4. Mencatat besarnya suhu ketika larutan mulai jernih.
5. Mengangkatnya dari waterbath.
III-2
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
6. Mencatat besarnya suhu ketika larutan mulai keruh.
7. Menambahkan aquadest sesuai variabel volume 2 ml.
8. Mengulangi tahap 2 sampai 6 hinggal volume aquadest 20 ml.
9. Mengulangi tahap 1-8 dengan variabel berat fenol sebesar 2 gram.
III.4.2 Prosedur Menghitung Persentase Berat Fenol
1. Menimbang 1 gram fenol dan memasukkan ke dalam tabung reaksi besar yang telah
dilengkapi dengan termometer dan pengaduk.
2. Menambahkan 2 ml aquadest.
3. Menghitung persentase berat fenol dalam larutan fenol-air dengan cara membagi 1
gram fenol dengan 1 gram fenol dan 2 gram air.
4. Mengulangi tahap 2 sampai 3 hinggal volume aquades 20 ml.
5. Mengulangi tahap 1-4 dengan variabel berat fenol sebesar 2 gram.
III.5 Diagram Alir Percobaan
III.5.1 Prosedur Mencari Temperatur Kritis
Mulai
Menimbang 1 gram fenol dan memasukkan ke dalam tabung reaksi
besar yang telah dilengkapi dengan termometer dan pengaduk.
Menambahkan 2 ml aquadest.
Memanaskannya dalam waterbath.
Mencatat besarnya suhu ketika larutan mulai jernih.
Mengangkat larutan dari waterbath.
A
III-3
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
III.5.2 Prosedur Menghitung Persentase Berat Fenol
Mencatat besarnya suhu ketika larutan mulai keruh.
Mengulangi tahap 2 sampai 6 hingga volume aquadest 20 ml.
Mengulangi tahap 1-8 dengan variabel berat fenol sebesar 2 gram.
Menambahkan aquadest sesuai variabel volume 2 ml.
A
Mulai
Menimbang 1 gram fenol dan memasukkan ke dalam tabung reaksi
besar yang telah dilengkapi dengan termometer dan pengaduk.
Menambahkan 2 ml aquadest.
Menghitung persentase berat fenol dalam larutan fenol-air dengan
cara membagi 1 gram fenol dengan 1 gram fenol dan 2 gram air.
Mengulangi tahap 2 sampai 3 hinggal volume aquades 20 ml.
Mengulangi tahap 1-4 dengan variabel berat fenol sebesar 2gram.
Selesai
Selesai
III-4
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
III.6 Gambar Alat Percobaan
Beaker Glass Gelas Ukur Gelas Arloji
Masker Pemanas Elektrik Pengaduk
Pipet Tetes Sarung Tangan Tabung Reaksi
Termometer Timbangan Elektrik
IV-1
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Tabel IV.1.1 Pengaruh Penambahan Volume Terhadap Perubahan Suhu dan Persen Berat
Fenol pada Variabel 1 gram Fenol
Aquadest % Berat Fenol Suhu (
oC)
Keruh Jernih Rata – rata ( )
2 mL 33,33 % 43 46 44,5
4 mL 20 % 46 49 47,5
6 mL 14,28 % 48 53 50,5
8 mL 11,11 % 47 59 53
10 mL 9,09 % 49 60 54,5
12 mL 7,69 % 44 67 55,5
14 mL 6,67 % 43 56 49,5
16 mL 5,88 % 41 51 46
18 mL 5,26 % 41 50 45,5
20 mL 4,76 % 54 45 49,5
Tabel IV.1.2 Pengaruh Penambahan Volume Terhadap Perubahan Suhu dan Persen Berat
Fenol pada Variabel 2 gram Fenol
Aquadest % Berat Fenol Suhu (
oC)
Keruh Jernih Rata – rata ( )
4 mL 33,33 % 61 69 65
6 mL 25 % 63 71 67
8 mL 20 % 61 67 64
10 mL 16,67 % 59 64 61,5
12 mL 14,28 % 57 61 59
14 mL 12,5 % 56 59 57,5
16 mL 11,11 % 53 55 54
18 mL 10 % 49 53 51
20 mL 9,09 % 49 54 51,5
IV.2 Pembahasan
Tujuan dari praktikum timbal balik fenol air adalah untuk mengetahui temperatur kritis dari
kelarutan timbal balik fenol-air dalam variabel 1 gram fenol dan 2 gram fenol serta untuk
mengetahui presentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik fenol-air dalam 1 gram dan 2
gram fenol. Dari data yang didapat dari praktikum, diperoleh grafik timbal balik fenol-air
dengan variabel 1 gram fenol dan 2 gram fenol sebagai berikut.
IV-2
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Grafik IV.2.1 Grafik Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 1 gram Fenol
Pada Grafik IV.2.1, dapat dilihat bahwa pada saat persen berat fenol 33,33% memiliki
temperatur 44,5oC, 20% temperatur sebesar 47,5
oC, 14,28% memiliki temperatur 50,5
oC,
11,11% memiliki temperatur 53oC, 9,09% memiliki temperatur 54,5
oC, 7,69% memiliki
temperatur 55,5oC, 6,67% memiliki temperatur 49,5
oC, 5,88% memiliki temperatur 46
oC,
5,26% memiliki temperatur 45,5oC, 4,76% memiliki temperatur 49,5
oC. Grafik IV.2.1
memiliki bentuk parabola serta memiliki puncak kurva. Pada grafik IV.2.1 dapat dilihat
bahwa puncak kurva tersebut berada pada temperatur 55,5oC dengan persentase berat fenol
7,69%, dimana titik puncak kurva merupakan temperatur kritis. Penambahan air
menyebabkan kenaikan suhu karena semakin luas zat permukaan yang dipanaskan semakin
banyak kalor yang dapat diserap sehingga suhu larutan timbal balik fenol-air meningkat
(Yistika, 2012).
Jika membandingkan antara jurnal dan praktikum, praktikum menggunakan grafik
temperatur (oC) dengan persentase berat fenol sedangkan pada jurnal menggunakan grafik
temperatur (oC) dengan fraksi mol. Tetapi pada dasarnya tidak jauh berbeda karena fraksi mol
yang digunakan yaitu fraksi mol fenol sedangkan praktikum menggunakan persen berat fenol.
Hal ini membuktikan bahwa grafik IV.2.1 timbal balik fenol-air pada variable 1 gram fenol
telah sesuai dengan literatur pada jurnal yang menyatakan bahwa grafik timbal balik fenol air
berbentuk parabola dimana puncak dari kurva parabola dalam percobaan timbal balik fenol-
air ini adalah 55,5ºC dengan persentase berat 7,69% (Yistika, 2012).
IV-3
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Grafik IV.2.2 Grafik Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 2 gram Fenol
Pada Grafik IV.2.2, dapat dilihat bahwa pada saat persen berat fenol 50% memiliki
temperatur 62,5oC, 33,33% temperatur sebesar 65
oC, 25% memiliki temperatur 67
oC, 20%
memiliki temperatur 64oC, 16,67% memiliki temperatur 61,5
oC, 14,28% memiliki temperatur
59oC, 12,50% memiliki temperatur 57,5
oC, 11,11% memiliki temperatur 54
oC, 10% memiliki
temperatur 51oC, 9,09% memiliki temperatur 51,5
oC. Pada grafik IV.2.2 dapat dilihat bahwa
puncak kurva tersebut berada pada temperatur 67oC dengan persentase berat fenol 25%
dimana titik puncak kurva merupakan temperatur kritis (Yistika, 2012).
Jika membandingkan antara jurnal dan praktikum, praktikum menggunakan grafik
temperatur (oC) dengan persentase berat fenol sedangkan pada jurnal menggunakan grafik
temperatur (oC) dengan fraksi mol. Tetapi pada dasarnya tidak jauh berbeda karena fraksi mol
yang digunakan yaitu fraksi mol fenol sedangkan praktikum menggunakan persen berat fenol.
Hal ini membuktikan bahwa grafik IV.2.2 timbal balik fenol-air pada variable 2 gram fenol
telah sesuai dengan literatur pada jurnal yang menyatakan bahwa grafik timbal balik fenol air
berbentuk parabola dimana puncak dari kurva parabola dalam percobaan timbal balik fenol-
air ini adalah 67ºC dengan persentase berat 25% (Yistika, 2012).
IV-4
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Grafik IV.2.3 Grafik Perbandingan Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 1 gram Fenol dan
2 gram Fenol
Pada grafik IV.2.3, dapat dilihat bahwa terjadi kesamaan antara kurva timbal balik
fenol-air dengan variabel 1 gram dan kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 2 gram,
dimana pada kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 1 gram fenol dan variabel 2 gram
fenol berbentuk parabola. Hal ini membuktikan bahwa grafik IV.2.3 timbal balik fenol-air
pada variabel 1 gram fenol dan 2 gram fenol telah sesuai dengan literatur pada jurnal yang
menyatakan bahwa grafik timbal balik fenol air berbentuk parabola (Yistika, 2012).
Berbentuk parabola karena saat mencapai temperatur kritis, kelarutan antara fenol dan
air dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur
kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi.
Kurva parabola terbentuk berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan
temperatur baik di bawah temperatur kritis. Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol-air
dinaikkan di atas 50oC maka komposisi larutan dari sistem larutan akan berubah.
(PW Atkins, 1968).
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat dibuktikan bahwa kelarutan timbal balik
fenol-air kelarutanya akan berubah apabila ke dalam campuran itu ditambahkan dengan salah
satu komponen penyusunnya yaitu fenol dan air. Perubahan warna larutan dari keruh menjadi
jernih dan dari jernih menjadi keruh menandakan kalau zat mengalami perubahan kelarutan
yang dipengaruhi oleh perubahan suhu (Yistika, 2012).
V-1
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada hasi percobaan timbal balik fenol-air dengan variabel fenol 1 gram memiliki grafik
bentuk parabola serta memiliki puncak kurva. Puncak kurva tersebut merupakan
temperatur kritis yaitu saat persen berat fenol 7,69% dan temperaturnya 55,5 oC.
2. Pada hasi percobaan timbal balik fenol-air dengan variabel fenol 2 gram memiliki grafik
yang berbentuk parabola namun memiliki puncak kurva. Puncak kurva tersebut
merupakan temperatur kritis yaitu saat berat fenol 25% dan temperaturnya 67oC.
3. Temperatur fenol dengan variabel berat 2 gram lebih tinggi dibandingkan dengan 1 gram,
karena temperatur pada percobaan timbal balik fenol dipengaruhi oleh zat terlarut dan
pelarut. Zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 2 gram lebih banyak daripada zat
terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 1 gram. Sehingga, semakin besar berat zat
terlarut maka semakin secepat larutan tersebut mendidih sehingga suhunya menjadi lebih
kecil. Selain itu titik didih zat terlarut dan pelarut pun mempengaruhi temperatur larutan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan pada percobaan timbal balik fenol-air antara
lain jenis zat, konsentrasi, temperatur, ion senama, pengadukan, serta luas permukaan.
Zat yang memiliki kepolaran yang sejenis dapat saling melarutkan. Pengaturan suhu yang
disesuaikan dengan titik didih zat yang digunakan akan mempercepat kelarutan. Semakin
kecil luas permukaan zat maka semakin cepat zat tersebut bereaksi agar dapat melarut.
vi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2013, April). Dipetik Nopember 27, 2013, dari Ilmu Kimia:
http://www.ilmukimia.org/2013/04/kelarutan.html
Maron, S. H., & Lando, J. B. (1974). Fundamentals of Physical Chemistry. London: Macmillan
Publisher.
Perry, R. H. (2008). Perry's Chemical Engineers' Handbook. Chicago: McGraw Hill Companies.
Rahayu, I. P. (2011, Nopember). Dipetik Nopember 28, 2013, dari Kimia Itu Indah:
http://ezzamogy.blogspot.com/2011/11/laporanpraktikum-kimia-fisika.html
Sukardjo. (2002). Kimia Fisika. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Supadi. (2010, Desember 1). Dipetik Nopember 29, 2013, dari http://www-
supadi.blogspot.com/2010/12/kelarutan-timbal-balik.html
Wahyuni, I. T. (2012, Oktober 2). Dipetik Desember 1, 2013, dari
http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-kimia-fisika-kelarutansebagai.html
vii
DAFTAR NOTASI
Notasi Satuan Keterangan
V mililiter volume
gr gram massa
gram/cm3
atau gram/ml massa jenis
% % berat persen berat
vii
APPENDIKS
Suhu rata-rata fenol-air dan % berat fenol dalam fenol air
Trata-rata =
=
= 44,5
% Berat fenol =
=
= 33,33%
Trata-rata =
=
= 47,5
% Berat fenol =
=
= 20%
Trata-rata =
=
= 50,5
% Berat fenol =
=
= 14,28%
viii
Trata-rata =
=
= 53
% Berat fenol =
=
= 11,11%
Trata-rata =
=
= 54,5
% Berat fenol =
=
= 9,09%
Trata-rata =
=
= 55,5
% Berat fenol =
=
= 7,69%
Trata-rata =
=
= 49,5
ix
% Berat fenol =
=
= 6,67%
Trata-rata =
=
= 46
% Berat fenol =
=
= 5,88%
Trata-rata =
=
= 45,5
% Berat fenol =
=
= 5,26%
Trata-rata =
=
= 59,5
% Berat fenol =
=
= 4,76%
x
Trata-rata =
=
= 62,5
% Berat fenol =
=
= 50%
Trata-rata =
=
= 65
% Berat fenol =
=
= 33,33%
Trata-rata =
=
= 67
% Berat fenol =
=
= 25%
Trata-rata =
=
= 64
xi
% Berat fenol =
=
=20 %
Trata-rata =
=
= 61,5
% Berat fenol =
=
= 16,67%
Trata-rata =
=
= 59
% Berat fenol =
=
= 14,28%
Trata-rata =
=
= 57,5
% Berat fenol =
=
= 12,5%
xii
Trata-rata =
=
= 54
% Berat fenol =
=
= 11,11%
Trata-rata =
=
= 51
% Berat fenol =
=
= 10%
Trata-rata =
=
= 51,5
% Berat fenol =
=
= 9,09%