014 nautika

31
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi di dunia pengeboran minyak lepas pantai (Offshore Drilling Oil) sudah maju, hingga perkembangan dalam mengolah bahan-bahan mineral yang terkandung di dalam perut bumi telah banyak menghasilkan berbagai jenis produk muatan curah cair. Muatan cair tersebut mulai dari dari minyak bumi yang diolah dan menghasilkan produk di antaranya adalah solar, premium, kerosin, gas alam cair, dan masih banyak lagi produk- produk lainnya. Maka di butuhkan suatu sistem yang dapat menjamin proses pengeboran minyak bumi ini berkesinambungan, efisien dan aman bagi yang mengerjakannya terlebih lagi aman buat lingkungan. Dalam konvensi internasional STCW 78 (Standart of Training Certificate and Watchkeeping to seafeares) 2010 Manila amandement, di keluarkan suatu persyaratan bagi pelaut agar melaksanakan standart sertifikasi, pembelajaran, latihan / praktek tentang keselamatan dan keamanan diatas kapal. Di setiap perusahaan pengeboran minyak lepas pantai (Offshore), sangat perduli untuk keselamatan pekerja dan lingkungannya. Dalam meningkatkan mutu pelayanan dan menciptakan rasa aman, maka penerimaan awak kapal khususnya kapal Anchor Handling harus benar-benar diperhatikan. Salah satu perusahaan yang melayani jasa pelayanan pendukung pekerjaan tersebut diatas adalah intermarine inc.ltd yang beralamat di Almena Road,Port Khalid Berth#13 PO BOX 705 Sharjah – U.A.E (United Arab Emirates) Perusahaan ini bergerak dibidang penyewaan kapal untuk anchor handling towing supply dan kapal supply. Jumlah kapal yang dimiliki sebanyak 25 armada, 10 armada diantaranya adalah

Upload: muzayin-akhmad

Post on 06-Nov-2015

168 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Upaya Meningkatkan Kedisiplinan dan Kualitas Kerja Awak Kapal di Atas Kapal AHTS. Intersurf

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Saat ini perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi di dunia

    pengeboran minyak lepas pantai (Offshore Drilling Oil) sudah maju,

    hingga perkembangan dalam mengolah bahan-bahan mineral yang

    terkandung di dalam perut bumi telah banyak menghasilkan berbagai

    jenis produk muatan curah cair. Muatan cair tersebut mulai dari dari

    minyak bumi yang diolah dan menghasilkan produk di antaranya adalah

    solar, premium, kerosin, gas alam cair, dan masih banyak lagi produk-

    produk lainnya. Maka di butuhkan suatu sistem yang dapat menjamin

    proses pengeboran minyak bumi ini berkesinambungan, efisien dan

    aman bagi yang mengerjakannya terlebih lagi aman buat lingkungan.

    Dalam konvensi internasional STCW 78 (Standart of Training

    Certificate and Watchkeeping to seafeares) 2010 Manila amandement, di

    keluarkan suatu persyaratan bagi pelaut agar melaksanakan standart

    sertifikasi, pembelajaran, latihan / praktek tentang keselamatan dan

    keamanan diatas kapal. Di setiap perusahaan pengeboran minyak lepas

    pantai (Offshore), sangat perduli untuk keselamatan pekerja dan

    lingkungannya. Dalam meningkatkan mutu pelayanan dan menciptakan

    rasa aman, maka penerimaan awak kapal khususnya kapal Anchor

    Handling harus benar-benar diperhatikan.

    Salah satu perusahaan yang melayani jasa pelayanan pendukung

    pekerjaan tersebut diatas adalah intermarine inc.ltd yang beralamat di

    Almena Road,Port Khalid Berth#13 PO BOX 705 Sharjah U.A.E

    (United Arab Emirates) Perusahaan ini bergerak dibidang penyewaan

    kapal untuk anchor handling towing supply dan kapal supply. Jumlah

    kapal yang dimiliki sebanyak 25 armada, 10 armada diantaranya adalah

  • 2

    kapal untuk pelayanan anchor handling dan 15 armada untuk pelayanan

    deck cargo atau yang di kenal kapal supply.

    Kapal AHTS dan Supply merupakan kapal khusus yang membantu

    pekerjaan di Offshore Oilfield, selain itu juga melakukan pekerjaan

    khusus yang berkaitan dengan pemasangan pipa, pipa raiser dibawah

    air, instalasi jacket dan platform / module. Untuk itulah orang yang

    bekerja diatas kapal yang khusus melayani kegiatan dalam pengeboran

    minyak lepas pantai harus mempunyai pengalaman kerja khusus untuk

    anchor handling serta cargo handling yang dibekali pengalaman kerja

    dengan pendidikan / pelatihan secara intensif yang memenuhi standar

    dan memerlukan ketelitian, kepekaan dan kedisiplinan yang tinggi untuk

    menghindari kecelakaan pada waktu bekerja, karena kecelakaan kerja

    dilaut disamping mengakibatkan kerugian mental juga mengakibatkan

    kerugian material, berupa terganggunya operasional kerja, juga dapat

    berakibat fatal pada hilangnya nyawa.

    Jenis pekerjaan Anchor handling adalah satu aktivitas pekerjaan di

    kapal yang bisa dikatakan sangat menyenangkan, membosankan

    bahkan mengerikan. Karena pekerjaan ini tidak pernah terpisahkan dari

    situasi bahaya yang mengandung resiko yang sangat tinggi. Namun jika

    ditangani secara profesional pekerjaan ini akan menghasilkan kepuasan

    tersendiri.

    Diperlukan keahlian dan keterampilan khusus karena aktivitas kapal

    dalam melayani area pengeboran lepas pantai dikategorikan dalam jenis

    pekerjaan yang berisiko dan berbahaya. Selama penulis bekerja di

    perusahaan intermarine inc.Ltd, hubungan antar pemilik dan pekerja

    cukup baik. Begitupun antara penulis dengan awak kapal Bentuk

    perusahaan ini adalah private limited, belum menjadi go public.

  • 3

    Selama penulis bekerja di perusahaan Intermarine Inc. Ltd. ada

    beberapa kali hal yang penulis alami :

    1. Kurang terampil dan pengetahuan awak kapal AHTS Intersurf

    tentang alat alat kerja dan fungsinya sehingga kadang

    menghambat kelancaran operasional kapal.

    2. Rendahnya disiplin seorang awak kapal dalam melaksanakan

    tuganya diatas kapal.

    Menurut Safety Buletin QATARGAS DRILLING COMPANY

    September 2010 banyaknya kasus kecelakaan yang terjadi diatas kapal

    80% adalah karena kesalahan dan kelalaian manusia selebihnya

    disebabkan keadaan alam, dan faktor-faktor lainnya. Fenomena ini

    menunjukkan betapa mutu dari SDM (Sumber Daya Manusia) yang

    bekerja diatas kapal sangat minim. Berdasarkan dari banyaknya kasus

    yang terjadi, menunjukkan ketidakterampilan dan ketidakdisiplinan dalam

    mematuhi aturan dan prosedur, kurangnya pengetahuan dan lalai.

    Hal inilah yang menjadi titik awal tentang pentingnya peningkatan

    keterampilan kerja diatas kapal. Karena tanpa disadari kelalaian anak

    buah kapal dalam mentaati peraturan-peraturan keselamatan kerja

    diatas kapal, berujung pada kecelakaan kerja, disamping dari kelayakan

    alat-alat keselamatan termasuk perawatan dan pemeliharaan terhadap

    alat-alat tersebut ditambah faktor diluar kendali manusia itu sendiri

    seperti cuaca buruk, dan keadaan-keadaan khusus lainnya. Pengawasan

    dari nakhoda dan perwira sangat diperlukan untuk dilakukan terus-

    menerus sehingga hal-hal yang akan menyebabkan terjadinya

    kecelakaan kerja yang disebabkan kelalaian dan ketidakdisiplinan tidak

    terjadi.

    Berdasarkan uraian diatas, menarik perhatian penulis untuk

    menuangkannya dalam bentuk makalah dan diberi judul :

    Upaya Meningkatkan Kedisiplinan dan Kualitas Kerja Awak Kapal di Atas Kapal AHTS. Intersurf.

  • 4

    B. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

    1. Tujuan

    Tujuan Penulisan makalah ini yaitu :

    a. Mengetahui permasalahan penyebab atau kendala kurang

    terampilnya awak kapal diatas kapal AHTS INTERSURF.

    b. Mencari solusi untuk meningkatkan keterampilan kerja awak

    kapal di atas kapal AHTS INTERSURF.

    2. Manfaat penulisan

    Manfaat penulisan makalah ini adalah :

    a. Bagi Dunia Akademis

    Secara khusus diharapkan dapat menambah pengetahuan

    bagi penulis sendiri dan bagi pelaut lain secara umum untuk

    mengetahui bagaimana upaya meningkatkan kemampuan SDM

    diatas kapal anchor handling.

    b. Bagi Dunia Praktis

    Diharapkan dapat memberi sumbang saran pengetahuan

    dan pengalaman kepada teman seprofesi dalam meningkatkan

    keterampilan kerja awak kapal sesuai pengalaman penulis

    selama bekerja diatas kapal AHTS INTERSURF yang melayani

    pekerjaan anchor handling saat beroperasi di QATARGAS Field

    berlokasi di perairan Qatar Midle East dengan Jack Up Rig

    TRINDENT-19 dan sebagai masukan kepada pihak perusahaan

    untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang berkenaan dengan

  • 5

    sumber daya manusia, keselamatan dan kesejahteraan kerja

    bagi nakhoda dan awak kapal.

    C. Ruang Lingkup

    Mengingat banyaknya permasalahan yang terjadi di atas kapal

    AHTS INTERSURF, maka penulis membatasi lingkup pembahasan

    makalah ini pada kinerja awak kapal yang kurang berpengalaman dan

    pengetahuan awak kapal tentang alat-alat kerja dan fungsinya saat

    melaksanakan pekerjaan Anchor Handling AHTS INTERSURF untuk

    operasional Jack Up Rig di Lepas Pantai.

    D. Metode Penyajian

    Dalam penyajian makalah ini digunakan beberapa metode yang

    digunakan penulis, antara lain :

    1. Metode Pengumpulan Data

    a. Studi Lapangan

    Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja diatas

    kapal AHTS milik perusahaan intermarine Inc.Ltd dari tahun

    1996 sampai 2012 dan selama lima bulan di AHTS INTERSURF

    dari bulan desember 2011 sampai dengan bulan Mei 2012 di

    QATARGAS Field, Midle East sebagai berikut :

    1) AHTS INTERSURF bekerja melayani Jack up Rig TRIDENT-

    19 yang sedang melaksanakan pekerjaan pengeboran

    (Drilling ) di platform QG WH-3

    2) AHTS INTERSURF bekerja untuk melayani pekerjaan anchor

  • 6

    Handling dan juga mensupply material - material untuk

    keperluan yang di butuhkan Jack up Rig TRIDENT-19

    selama pengeboran ( Drilling ).

    b. Studi Kepustakaan 1) Bahan pembelajaran selama mengikuti program ANT-I di

    BP3IP yang berkaitan dengan upaya meningkatkan

    ketrampilan kerja.

    2) Referensi dari literature-literatur marine offshore.

    3) Peraturan-peraturan perusahaan pelayaran mengenai

    disiplin dan keterampilan kerja di kapal.

    2. Metode Analisa Data

    Metode yang digunakan oleh penulis melalui pengamatan

    yang penulis lakukan selama penulis berada di atas kapal dan

    kemudian membandingkannya dengan kendala- kendala yang terjadi

    di atas kapal selama menempuh pelayaran.

  • 7

    BAB II FAKTA DAN PERMASALAHAN

    A. Fakta

    1. Data Kapal

    AHTS adalah jenis kapal yang dirancang khusus sebagai

    sarana untuk melayani pekerjaan-pekerjaan eksplorasi di lepas

    pantai. Secara khusus kapal ini menjadi sarana pendukung yang

    menjadi satu kesatuan dengan Platform instalation, Derrick Lay

    Barges sebagai mitra kerja, DLB dilengkapi dengan 8 sampai 10

    buah jangkar, berat setiap jangkar 15 sampai 25 Ton, jenis jangkar

    Delta Flipper Anchor dengan panjang wire sampai 2000 m untuk

    pekerjaan pemasangan pipa di dasar laut, instalasi jacket dan

    Platform. AHTS mempunyai panjang yang ideal yaitu 55 mtr (LOA),

    bentuk buritan yang spesifik sebagai tempat naik turunnya jangkar

    (stern roller) dan dek yang lebar 12.6 m x 18 m sebagai tempat

    jangkar dan buoy. Kelengkapan khusus lainnya untuk kapal anchor

    handling adalah :

    a. Sistem propeler ganda dengan model khusus yaitu CPP

    (Controllable Pitch Propeller) yang mudah di operasikan dan

    mempunyai power yang besar (3.200 HP x 2) serta bisa

    bergerak dengan minimum power sampai 5 (lima) persen .

    b. Mesin penggerak depan ( Bow thruster engine) sebagai mesin

    pembantu untuk mempertahankan posisi kapal.

    c. 1 unit winch (Brake holding capacity 400 T) dengan 2 unit drum

    untuk spooling wire (upper drum) untuk towing wire yang

    panjangnya 2000 meter dengan diameter 64 mm, dan lower

    drum sebagai tempat untuk spooling work wire yang panjangnya

  • 8

    300 meter dengan diameter 52 mm untuk di gunakan sebagai

    penarik jangkar yang beratnya 15 25 ton.

    d. Towing pin sebagai penahan wire jangkar agar tidak ke kiri dan

    ke kanan.

    e. Shark jaw sebagai alat pengunci/penjepit socket dari wire bila

    akan melakukan running / recovery dan connecting /

    disconnecting segel penyambung wire dan jangkar.

    f. Lifter pin sebagai alat penjepit secara vertikal yang terletak tepat

    di depan shark jaw

    g. tugger winch (mini winch) yang wirenya berdiameter 25 mm

    sebagai alat bantu untuk menarik tug line dan wire.

    h. capstan yang merupakan winch kecil yang terletak di belakang

    kiri dan kanan buritan kapal untuk membantu tuger winch pada

    saat kegiatan cover / recover atau connect / disconnect anchor

    di deck.

    Semua peralatan dan perlengkapan ini seharusnya dalam

    kondisi baik dan siap pakai. Pekerjaan bisa dimaksimalkan dengan

    kondisi awak kapal yang terampil dalam melakukan pekerjaannya.

    Hal ini dikarenakan pekerjaan diatas kapal Anchor Handling pada

    umumnya dan AHTS secara khusus merupakan pekerjaan berat

    yang penuh bahaya dengan tantangan dan risiko yang tinggi.

    Sangatlah di perlukan kedisiplinan dan ketrampilan awak kapal

    sehingga pekerjaan dapat di lakukan dengan baik dan selamat serta

    tingkat kecelakaan kerja dapat diminimalisir atau menjadi zero accident.

    2. Fakta kondisi

    a. Banyak Teguran atau Komplain dari Pen-charter

    Selama penulis bekerja di atas kapal AHTS INTERSURF

    pada bulan Desember 2011 Mei 2012, banyak mendapat

  • 9

    teguran dari pencharter. Banyaknya program kerja yang harus di

    penuhi dan di laksanakan oleh Anak Buah Kapal dan awak kapal

    kapal lainnya, bahkan kadang-kadang pihak pencharter atau

    rekanan kerja I mitra kerja memberi order yang terus menerus.

    Di sisi lain, hal demikian dapat membuat pihak kapal dan awak

    kapalnya kewalahan dan merasa tertekan. Suasana yang tidak di

    harapkan tersebut dapat lebih cepat tercipta atau berkembang

    apabila dari atas kapal sendiri tersedia tenaga yang cukup tetapi

    keterampilan awak kapal masih sangat kurang, Sedangkan dari

    pihak pencharter atau mitra kerja tidak mau tahu dengan kondisi

    kapal beserta awak kapalyang mereka inginkan adalah semua

    order yang mereka berikan harus dapat dilaksanakan dengan

    tepat dan baik untuk menunjang kelancaran program-program

    serta kedisiplinan kerja yang telah di canangkan. Kurangnya

    pengalaman awak kapa dalam pengoperasian kapal AHTS bisa

    menimbulkan hambatan / kendala-kendala serta operasional

    kapal jadi kurang lancar.

    Akibatnya kapal tersebut banyak mendapat teguran dari

    pencharter yang ditujukan kepada Nakhoda yang menyangkut

    tentang kesalahan dan keterlambatan bekerja dalam operasional

    kapal. Hal tersebut diakibatkan karena kurangnya pengalaman

    dan keterampilan serta kedisiplinan kerja yang di miliki oleh dua

    awak kapal diatas kapal AHTS.INTERSURF yang bekerja di

    deck, sebab dalam pengoperasianya awak kapal di deck

    memegang peranan penting dalam kegiatan Anchor Handling

    serta cargo operations. Kegiatan kapal tersebut adalah Anchor

    Handling Towing Supply terhadap sebuah Barge, Jack Up Rig

    dan Derick Lay Barge (DLB).

  • 10

    b. Pekerjaan Tidak Dapat Diselesaikan Tepat Pada Waktunya Pada bulan February 2012, penulis mengalami

    keterlambatan waktu kerja saat melakukan pekerjaan Rig Move.

    Keterlambatan waktu itu terjadi di sebabkan karena awak kapaldi

    deck kurang menguasai dan memahami penggunaan alat-alat

    kerja dalam pelaksanaan anchor handling dan segala peralatan

    yang di perlukan dalam rangka melaksanakan pekerjaan

    tersebut di atas.

    Akibatnya pekerjaan di lokasi Rig Move tidak maksimal

    karena awak kapaldi deck kurang menguasai dan memahami

    penggunaan alat-alat serta kebutuhan beberapa peralatan yang

    tidak lengkap ataupun jenisnya tidak sesuai, di tambah lagi

    dengan kondisi pelaksanaan kerja yang kurang baik, maka

    terjadilah in-efisiensi. Dampak terjadinya in-efisiensi dalam

    pelaksanaan anchor handling, maka terjadilah keterlambatan

    dalam menyelesaikan pekerjaan diatas kapal AHTS.

    B. Permasalahan

    Kapal AHTS adalah kapal yang dibuat khusus untuk melayani

    pekerjaan pengeboran lepas pantai. Selama penulis bekerja di atas kapal

    AHTS ada beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu :

    1. Identifikasi Masalah

    a. Minimnya keterampilan awak kapal dalam melaksanakan

    pekerjaan

    Di atas kapal penulis menemukan bahwa sejumlah awak

    kapal belum mengetahui prosedur kerja anchor handling dengan

    baik karena tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan

    jabatannya yang seharusnya. Masalah rendahnya keterampilan

  • 11

    awak kapal ini tentu akan berdampak negatif pada

    pengoperasian kapal secara keseluruhan, yang pada gilirannya

    akan merugikan perusahaan.

    Kurangnya keterampilan dan pengetahuan awak kapal

    tentang anchor handling juga dikarenakan tidak tersedianya

    lembaga pendidikan di darat yang khusus memberikan

    pengetahuan mengenai pekerjaan pada kapal-kapal yang

    melayani pengeboran minyak lepas pantai khususnya kapal

    AHTS, sehingga menyebabkan para perwira dan awak kapal

    yang baru akan memulai bekerja di kapal AHTS masih belum

    mengerti tentang prosedur kerja diatas kapal AHTS.

    b. Terbatasnya Pengetahuan awak kapal tentang alat-alat kerja

    Ada dua awak kapal yang tidak memahami mulai dari nama

    alat itu, bagaimana cara menggunakan alat tersebut, hingga

    fungsi dari alat - alat kerja khusus kapal AHTS INTERSURF.

    Hal ini jelas sangat mengganggu dan harus di cari jalan

    keluarnya sesegera mungkin. Kalaupun mereka dua awak kapal

    tersebut belum mampu menguasai semua, paling tidak mereka

    bisa menguasai beberapa alat - alat kerja pokok AHTS

    INTERSURF yang fungsinya sangat vital.

    Selain melakukan pekerjaan utamanya anchor handling,

    towing and supply, kapal jenis AHTS dikarenakan perkembangan

    tekhnologi dan tuntutan pasar juga memiliki beberapa fungsi lain/

    multipurpose, bisa disimpulkan dari hasil obervasi penulis bahwa

    pengetahuan sangat kurang.

  • 12

    c. Rendahnya disiplin awak kapal saat bekerja di AHTS Intersurf

    Kedisiplinan merupakan faktor penentu di dalam

    kesuksesan pengoperasian kapal. Apapun bidang kerjanya, kita

    dituntut untuk selalu bersikap disiplin sehingga kita bisa sukses

    dalam menjalankan kewajiban kita, termasuk pada pekerjaan

    yang berkaitan dengan anchor handling . Sebagaimana yang

    penulis perhatikan, sebagian anak buah kapal masih lemah

    dalam hal disiplin yang sangat dibutuhkan untuk melakukan

    anchor handling . Bahkan tidak jarang bahwa rendahnya tingkat

    disiplin ini pada akhirnya menyebabkan kecelakaan kerja.

    Lemahnya disiplin ini tentu saja menyebabkan pekerjaan menjadi

    berantakan dan tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

    Masalah ini salah satunya disebabkan oleh kurang tegasnya

    master yang berperan di dalam menegakkan disiplin kerja di atas

    kapal.

    d. Familiarisasi saat akan bekerja di atas kapal tidak maksimal

    Familiarisasi pada awak kapal tidak ada waktu untuk

    dilaksanakan sebab begitu ketatnya schedule pekerjaan lepas

    pantai. Dan Kurangnya pengenalan arti tanda tanda signal dan

    peralatan peralatan untuk anchor handling. Juga awak kapal

    kadang-kadang tidak menyadari bahwa familiarisasi sangat

    penting untuk memperbaiki suatu pekerjaan anchor handling.

    Perusahaan semestinya juga memperhatikan dan memberikan

    famaliarisasi khusus kepada awak kapal yang mau naik kapal

    agar untuk menunjang ketrampilan awak kapal pada pekerjaan

    anchor handling.

  • 13

    e. Kerja di kapal yang melebihi kontrak

    Perjanjian Kerja Laut adalah suatu perjanjian yang dibuat

    antara Perusahaan Pelayaran dengan awak kapal yang meliputi

    hak hak awak kapal atas upah dan cuti. Perjanjian Kerja Laut

    mencantumkan kapan masa kontrak awak kapal akan berakhir.

    Dalam kaitannya dengan habisnya masa kontrak ini, pihak

    perusahaan tidak konsisten menjalankan kewajibannya untuk

    menyiapkan pengganti untuk awak kapal yang akan pulang karna

    habis masa kontraknya dikapal tersebut. Pada dasarnya pihak

    perusahaan mengetahui kapan awak kapal akan berakhir masa

    kontraknya sesuai yang ada dalam Perjanjian Kerja Laut dan ini

    juga dikuatkan dengan pemberitahuan oleh Nakhoda perihal akan

    berakhirnya masa kontrak awak kapal kepada Perusahaan

    Pelayaran. Namun kurangnya konsistensi pihak Perusahaan

    Pelayaran mengakibatkan awak kapal yang tidak bisa pulang

    pada saat masa kontraknya berakhir menjadi menurun

    motivasinya untuk bekerja.

    2. Masalah Utama

    Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dalam penulisan

    makalah ini penulis membahas dua masalah utama yaitu :

    a. Minimnya keterampilan awak kapal dalam melaksanakan

    pekerjaan b. Rendahnya disiplin awak kapal saat bekerja di AHTS

    Intersurf

  • 14

    BAB III PEMBAHASAN

    A. Landasan teori

    Pada bab ini penulis akan menguraikan landasan teori yang berkaitan

    dengan pokok bahasan. Adapun landasan teori yang dimaksud adalah:

    1. I S M Code (International Safety Management Code)

    ISM Code merupakan panduan yang berisi petunjuk

    pengoperasian kapal, yang menuntut organisasi untuk menyusun

    sistem manajemen keselamatan pelayarannya sesuai kapal yang di

    miliki dan di gunakan. Keseluruhan manualnya harus mencakup

    pengendalian kerja di kapal dan seluruh pendukungnya di darat.

    Sertifikat akan di terbitkan untuk setiap kapal bila pelaksanaan sudah

    diverifikasi memenuhi persyaratan standar ISM Code. Sertifikat ini

    berlaku 5 tahunan dan selama masa tersebut akan di lakukan audit

    oleh penerbit sertifikat.

    Pemahaman arti keselamatan sebagai Bebas dari bahaya baik pada kapal, manusia dan lingkungan. Keamanan pelayaran

    merupakan faktor utama dalam sistem manajemen untuk pelayaran.

    Bahaya pelayaran merupakan faktor yang tidak dapat tidak terjadi

    sama sekali, namun dapat dikurangi dan ditekan secara terus

    menerus dengan berbagai upaya yaitu :

    a. Melaksanakan prosedur kerja dengan konsisten

    b. Melakukan komunikasi dengan tepat dan benar

    c. Menggunakan alat-alat pelindung yang tepat.

  • 15

    d. Menyusun perancanaan kerja dan pemantauan hasil kerja dan

    melatih personil secara rutin.

    Awak kapal yang bekerja di atas kapal haruslah memenuhi syarat

    dan memiliki spesifikasi yang baik seperti yang tercantum dalam ISM

    Code 6. Sumber daya dan personil yaitu :

    6.2 Perusahaan harus memastikan bahwa setiap kapal diawaki

    oleh pelaut-pelaut yang memenuhi syarat bersertifikasi dan

    secara medis sehat sesuai persyaratan baik nasional maupun

    international.

    6.3 Perusahaan harus menyusun prosedur yang memastikan agar

    personil baru atau personil yang dipindahkan ketugas baru

    yang berhubungan dengan keselamatan dan perlindungan

    lingkungan diberikan penjelasan yang cukup terhadap tugas-

    tugasnya. Petunjuk penting yang disiapkan sebelum berlayar,

    harus disampaikan setelah sebelumnya diteliti dan

    didokumentasikan.

    6.4 Perusahaan harus memastikan agar seluruh personil yang

    terlibat dalam SMS perusahaan memiliki pengertian yang cukup

    luas atas aturan dan peraturan code dan garis panduan yang

    berkaitan.

    6.5 Perusahaan harus menyusun dan memelihara prosedur agar

    dapat ditentukan pada setiap pelatihan yang diperlukan dalam

    menunjang pelaksanaan SMS dan meyakini bahwa latihan

    dimaksud diberikan kepada seluruh personil terkait.

  • 16

    2. Teori Kedisiplinan

    Menurut buku manajemen sumber daya manusia, Malayu S.P

    Hasibuan, 2012 : 05, Kedisiplinan merupakan suatu hal yang

    penting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang

    baik, sulit terwujud tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah

    keinginan dan kesadaran dalam menaati peraturan-peraturan

    perusahaan dan norma-norma sosial. Tujuan dari disiplin dalam

    menjalankan prosedur kerja dan keselamatan kerja di atas kapal

    adalah untuk mengurangi kecelakaan kerja dan menjamin

    keselamatan jiwa awak kapal di atas kapal.

    B. Analisis Penyebab Masalah

    Dalam permasalahan yang penulis bahas di dalam makalah ini,

    maka penulis mengambil beberapa penyebabnya yaitu sebagai berikut :

    1. Minimnya keterampilan awak kapal dalam melaksanakan

    pekerjaan Penyebabnya adalah :

    a. Kurangnya pelatihan khusus tentang anchor handling bagi

    awak kapal

    Tidak adanya Diklat atau pelatihan khusus tentang anchor

    handling atau towing job sehingga bagian penerimaan awak

    kapal mendapat kesulitan dalam proses seleksi penerimaan

    tenaga baru yang kompeten. Pengalaman menunjukan bahwa

    kepandaian dan keahlian seseorang yang di peroleh dari pelatihan

    / pendidikan formal tidak selamanya dapat memenuhi ketentuan

    suatu pekerjaan atau job requirement sehingga tidak jarang kita

  • 17

    melihat atau menemukan hasil-hasil tugas kegiatan Anchor

    Handling yang kurang memuaskan. yang mana dapat

    menghasilkan suatu kegagalan dengan kata lain suatu

    kepandaian atau keahlian yang diperoleh pada saat pendidikan

    tidak seluruhnya dapat dipergunakan untuk mencapai sasaran

    suatu pekerjaan Anchor Handling. Pelatihan-pelatihan pada kapal-

    kapal AHTS harus sudah dilaksanakan karena kapal-kapal jenis

    AHTS mempunyai karakteristik yang sangat berbeda dalam

    berolah gerak terutama pada saat pelaksanaan pekerjaan Anchor

    Handling.

    b. Kurang selektifnya proses rekruitment yang dilakukan oleh Perusahaan

    awak kapal yang diatas kapal yaitu awak kapal yang baru

    dan tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang

    memadai sehingga dapat membuat pekerjaan anchor handling

    tidak memuaskan. Jadi dapat disimpulkan bahwa awak kapal

    kurangnya pengetahuan dalam pekerjan anchor handling

    Perusahaan pada waktu penerimaan pegawai hanya melihat

    ijazah / sertifikat tetapi tidak memperhatikan pengetahuan awak

    kapal dalam pekerjaan anchor handling. Perusahaan tidak

    selektif dalam memilih atau menerima anak buah kapal yang akan

    naik kapal. Seringnya terjadi hambatan-hambatan pada saat

    pelaksanaan kerja Anchor Handling yang disebabkan oleh

    kurangnya kemampuan dan pengalaman dalam pelaksanaan

    kerja Anchor Handling baik perwira maupun anak buah kapal.

    2. Rendahnya disiplin awak kapal saat bekerja di AHTS Intersurf

    Penyebabnya adalah :

  • 18

    a. Kurangnya pengawasan kerja terhadap awak kapal

    Kurangnya pengawasan dari para perwira kapal

    mengakibatkan awak kapal yang melakukan pekerjaan tidak

    mengikuti prosedur kerja yang telah ada namun awak

    kapalmenggunakan caranya sendiri, sehingga berakibat banyak

    kendala dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Ditambah

    dengan kelalaian dari Perwira Deck untuk tidak melakukan

    pengawasan terhadap awak kapal secara terus menerus selama

    awak kapal melakukan pekerjaan. Guna menghindari pengawasan

    secara terus menurus terhadap awak kapal deck disaat bekerja

    b. Tidak adanya penghargaan atau sanksi bagi awak kapal

    Penghargaan merupakan salah satu faktor yang membuat

    seseorang bersemangat dalam melakukan suatu. Khususnya

    bagi awak kapal, tentunya akan termotivasi apabila diberikan

    penghargaan apabila awak kapal berhasil memberikan kinerja

    terbaik dalam menjalani pekerjaan dan tanggung jawabnya di

    atas kapal. Namun karena tidak adanya penghargaan berupa

    pujian, promosi jabatan, atau pemberian kompensasi berupa

    bonus dari perusahaan membuat awak kapal kurang

    bersemangat dalam memberikan kinerja yang maksimal.

    Selain itu juga tidak adanya sanksi di atas kapal membuat

    beberapa awak kapal nampak terlihat bekerja semaunya. Ada

    beberapa awak kapal yang tidak disiplin padahal mengetahui

    prosedur kerja yang benar. Kadang timbul beberapa masalah

    atau kendala diakibatkan karena kelalaian atau kesalahan dari

    awak kapal itu sendiri. Tentunya ini sangat menghambat

    operasional kapal. Fatalnya kesalahan tersebut terjadi berulang

    kali atau terus menerus, namun tidak ada tindakan tegas dari

  • 19

    para Perwira. Disinilah dibutuhkan sanksi yang tegas berupa

    teguran atau hukuman bagi awak kapal yang melanggar, tidak

    disiplin dan sering melakukan kesalahan yang sama.

    C. Analisis Pemecahan Masalah 1. Minimnya keterampilan awak kapal dalam melaksanakan

    pekerjaan

    Pemecahannya adalah :

    a. Meningkatkan pelatihan di atas kapal / on board training

    bagi awak kapal

    Para awak kapalKapal baru (non pengalaman) yang

    diterima tidak mempunyai kemapuan secara penuh untuk

    melaksanakan tugas-tugas pekerjaan mereka. Bahkan para

    awak kapal Kapal yang sudah berpengalaman pun perlu belajar

    dan menyesuaikan dengan kondisi kapal, orang-orangnya,

    kebijaksanaan-kebijaksanaannya dan prosedur-prosedurnya.

    Mereka juga memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut

    untuk mengerjakan tugas-tugas secara baik.

    Dimana semua pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan di

    atas kapal harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai

    berikut :

    1) Awak kapal menerima pelatihan yang praktis dan mudah

    dipahami.

    2) Harus dikoordinasikan dan dipantau oleh perwira-perwira

    yang berkompeten di dalam pelaksanaan Anchor Handling.

    3) Setiap pelatihan yang dilaksanakan harus didokumentasikan

    di dalam catatan pelatihan.

  • 20

    Ada dua tujuan utama program pendidikan dan pelatihan

    awak kapal Kapal. Pertama, pendidikan dan pelatihan dilakukan

    untuk menutup perbedaan antara kecakapan atau kemampuan

    awak kapal Kapal dengan kebutuhan awak kapal diatas kapal.

    Kedua, program-program tersebut diharapkan dapat

    meningkatkan efesiensi dan efektifitas kerja awak kapal Kapal

    dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang telah ditetapkan.

    Sekali lagi meskipun usaha-usaha tersebut memakan waktu,

    tetapi akan mengurangi perputaran tenaga kerja dan membuat

    awak kapal menjadi lebih produktif. Lebih lanjut, pendidikan dan

    pelatihan membantu mereka dalam menghindarkan diri dari

    ketertinggalan dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan lebih

    baik.

    Meskipun awak kapalbaru telah menjalani orientasi dengan

    baik, mereka jarang melaksanakan pekerjaan dengan

    memuaskan. Mereka harus terus dilatih dan dikembangkan

    dalam bidang tugas-tugas mereka. Begitu pula awak kapal lama

    yang telah berpengalaman memerlukan juga latihan-latihan

    untuk mengurangi atau menghilangkan kebiasaan-kebiasaan

    yang buruk.

    Pendidikan dan pelatihan mempunyai berbagai manfaat

    jangka panjang yang membantu awak kapal untuk bertanggung

    jawab lebih besar diwaktu yang akan datang. Program latihan

    tidak hanya penting untuk individu tetapi juga organisasi dan

    hubungan manusiawi dalam kelompok kerja, dan bahkan bagi

    negara. Latihan dapat juga digunakan apabila tingkat kecelakaan

    kerja atau pemborosan tinggi, semangat kerja dan motivasi

    rendah atau masalah-masalah operasional lainnya.

    Program berupaya untuk mengajarkan berbagai

    keterampilan tertentu, menyampaikan pengetahuan yang

    dibutuhkan atau mengubah sikap. Agar program efektif, prinsip-

  • 21

    prinsip belajar harus diperhatikan. Prinsipprinsip ini adalah

    bahwa program bersifat partisipasif, relevan, pengulangan dan

    memberikan umpan balik mengenai kemajuan peserta pelatihan.

    Semakin terpenuhi prinsip prinsip tersebut latihan akan semakin

    efektif. Di samping itu perancangan program juga perlu

    menyadari perbedaan individual, karena pada hakekatnya para

    awak kapal mempunyai kemampuan, sifat dan sebagainya yang

    berbeda satu dengan yang lainnya.

    Metoda latihan yang digunakan dalam proses pelatihan

    terhadap awak kapal adalah mencoba metoda praktis, awak

    kapal dilatih langsung oleh seorang yang berpengalaman seperti

    seorang Mualim 1 atau Nakhoda sebagai supervisor / penyelia.

    Berbagai bentuk teknik yang digunakan dalam praktek adalah

    sebagai berikut :

    1) Coaching :

    Adalah bentuk pelatihan dan pengembangan yang

    dilakukan di tempat kerja oleh atasan dengan membimbing

    bawahan melakukan pekerjaan secara informal dan

    biasanya tidak terencana, misalnya bagaimana menyiapkan

    peralatan Rig Move, hal-hal yang harus diperhatikan saat

    menyiapkan alat-alat Rig Move, posisi masing-masing alat

    tersebut. Dilihat dari prinsip belajar partisipasi, relevance,

    transference, dan feedback.

    2) Penugasan Sementara :

    Penempatan awak kapal pada posisi tertentu untuk

    jangka waktu yang ditetapkan. Misal seorang awak kapal

    ditempatkan di posisi menyambung Towing Wire dari kapal

    dengan Towing Pendant dari Rig, sementara awak kapal

    yang lain membantu menyiapkan alat-alat untuk menyambung

  • 22

    segel, dilain waktu akan ditugaskan untuk melaksanakan

    komunikasi antara Vessel Deck dengan Rig Deck dan Rig

    Crane sehingga masing-masing awak kapal memahami

    masalah-masalah operasional dalam pelaksanaan Rig Move

    secara nyata.

    3) Simulasi :

    Program latihan di sela-sela waktu operasi kapal agar

    tidak mengganggu operasi-operasi normal, dapat dilakukan

    dengan cara seorang Mualim satu atau Nakhoda (supervisor /

    penyelia) memberikan latihan kepada awak kapal yang

    dikatakan baru dengan pekerjaan di atas kapal.

    Dengan seijin dari pihak Rig, kapal dapat mengadakan

    pelatihan-pelatihan yang diperlukan. Untuk pelaksanaan Rig

    Move, masing- masing awak kapal ditempatkan pada posisi

    yang berbeda dalam setiap pelatihan yang diadakan,

    sehingga memungkinkan mereka untuk mengetahui

    keseluruhan tugas yang harus diselesaikan dengan cepat,

    karena faktor waktu penyambungan Towing Wire ke Towing

    Pendant merupakan saat yang sangat krusial. Hal itu akan

    memudahkan Nakhoda untuk berolah gerak secara nyaman

    dan aman bagi kapal dan kru di dek serta Rig.

    Pelatihan dimulai dengan menyiapkan alat-alat untuk

    Rig Move antara lain :

    a) Towing Wire

    b) Towing Pin

    c) Shark Jaw

    d) Wire Lift

    e) Tugger Winch

    f) Shackles

    g) Chain Stopper

  • 23

    Waktu menyambung Towing Wire dengan Penant Wire

    merupakan saat yang sangat krusial, sehinga pada tiap

    pelatihan akan dicatat waktu dari masing-masing awak kapal

    dalam menyambung Towing Wire dengan Pendant Wire. Hal

    ini untuk memotivasi awak kapal untuk meningkatkan

    kecakapan mereka dalam bekerja di bawah tekanan saat

    menyambung Towing Wire ke Pendant Wire.

    Selain waktu untuk menyambung Towing Wire ke

    Pendant Wire yang harus cepat, posisi masing masing

    awak kapal saat mengambil Pendat Wire dan

    menyambungnya juga perlu diperhatikan. Karena banyak

    diantara awak kapal adalah orang-orang yang belum pernah

    berlayar, mereka tidak mengetahui bahaya-bahaya yang bisa

    ditimbulkan oleh Wire yang tegang. Sering terjadi mereka

    berdiri dengan Wire berada diantara kaki mereka. Sering

    juga terjadi mereka berdiri dibawah Pendant Wire yang

    diturunkan dari Rig dengan menggunakan Rig Crane, dan

    tidak memperhatikan apabila Pendant tersebut putus akan

    membahayakan jiwa mereka.

    Hal-hal inilah yang selalu ditekankan dan diberikan

    pelatihan secara terus menerus kepad para awak kapal

    sehingga diharapkan mereka akan memahami tugas masing-

    masing dalam pelaksanaan Rig Move dan juga faktor-faktor

    keselamatan yang menyertainya.

    Pengembangan Sumber Daya Manusia jangka panjang

    adalah aspek yang semakin penting dalam suatu organisasi.

    Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan elemen utama

    organisasi, dibandingkan dengan elemen lain seperti modal,

    tekhnologi dan uang, sebab manusia itu sendiri yang

    mengendalikan yang lain. Manusia memilih tekhnologi,

    manusia yang mencari modal, manusia yang menggunakan

  • 24

    dan memeliharanya, di samping manusia dapat menjadi salah

    satu sumber keunggulan bersaing dan sumber keunggulan

    bersaing yang langgeng. Oleh karena itu, pengelolaan

    Sumber Daya Manusia dalam organisasi menjadi suatu hal

    yang sangat penting. Melalui pengembangan mutu awak

    kapalyang ada sekarang, akan mengurangi resiko bagi

    perusahaan untuk melakukan penarikan tenaga kerja baru.

    Bila para awak kapal Kapal dikembangkan secara tepat,

    promosi dan transfer lebih mungkin dipenuhi terlebih dahulu

    secara internal, dan juga menunjukkan kepada awak kapal

    bahwa mereka mempunyai kesempatan untuk meningkatkan

    karier. Manfaat dari pengembangan ini juga akan secara

    langsung dirasakan perusahaan melalui peningkatan efisiensi

    operasional sebagai efek dari turunnya angka interupsi

    operasi akibat pergantian awak kapal. Belum lagi nilai tambah

    berupa ikatan emosional berbentuk loyalitas semakin besar

    dari awak kapal terhadap perusahaan.

    b. Perusahaan lebih selektif dalam merekrut awak kapal

    Pada saat diadakan penerimaan karyawan khususnya

    awak kapalyang bersangkutan harus memiliki pengetahuan

    dalam pekerjaan offshhore, bukan hanya karena memiliki ijazah

    laut dan berpengalaman. Untuk itu perusahaan dituntut untuk

    melakukan seleksi awak kapal dengan ketat sebelum mereka

    ditempatkan di atas kapal. Hal ini sangat perlu dilakukan agar

    awak kapal yang diterima bekerja adalah orang-orang yang

    berkompeten dan menguasai bidang kerjanya, terutama yang

    bekaitan dengan pekerjaan anchor handling.

    Dalam perekrutan para pelaut yang berkompeten di bidang

    kapal-kapal offshore, perusahaan pelayaran atau crew agency

  • 25

    agar memperhatikan apakah awak kapal tersebut mampu dalam

    mengoperasikan alat-alat atau mengoperasikan kapal-kapal

    AHTS.

    2. Rendahnya disiplin awak kapal saat bekerja di AHTS Intersurf

    Pemecahannya adalah :

    a. Meningkatkan pengawasan kerja terhadap awak kapal

    Sebagai seorang perwira yang berpengalaman, harus

    dapat mengkoordinasi dan melakukan pengawasan kerja

    terhadap anak buahnya. Di dalam melaksanakan suatu

    pekerjaan yang dihadapi pasti akan menemui kendala, sebab

    ada kalanya kita mendapat suatu tugas pekerjaan yang mungkin

    memakan waktu lama, Di sinilah perlunya melningkatkan

    pengawasan kerja dan membuat kelompok kerja yang

    berkesinambungan, hingga tercapai hasil kerja yang diharapkan.

    Setelah membentuk kelompok-kelompok kerja, disusunlah

    prosedur pelaksanaan pekerjaan tersebut yang langsung

    dipimpin Mualim I. Untuk mengantisipasi munculnya kendala

    dalam suatu pekerjaan, sebaiknya diadakan Pre Job Meeting

    dimana seluruh awak kapal yang akan turut berperan didalam

    suatu pekerjaan dikumpulkan, kemudian Nakhoda dan Mualim I

    menjelaskan secara rinci mengenai pekerjaan yang akan

    dilaksanakan. Di sini diadakan pembagian tugas untuk masing-

    masing personil.

    Untuk menghasilkan kemampuan dan produktivitas yang

    tinggi dalam pengoperasian kapal, aspek dari manusia

    memegang peranan yang sangat penting, yaitu disiplin tinggi dari

    seluruh awak kapal kapal, terutama para perwira, yang

    merupakan contoh bagi anak buah. Disiplin perwira-perwira yang

  • 26

    baik, akan berkembang menjadi suatu disiplin kelompok.

    Kelompok kerja yang baik, akan menghasilkan suatu tugas yang

    baik pula sesuai dengan permintaan pencharter.

    Produktivitas yang tinggi ini juga dilalui dengan

    meningkatkan pengawasan kerja terhadap awak kapal dan

    persiapan kapal dalam melayani pihak pencharter. Pada

    umumnya setiap perusahaan pelayaran telah membuat atau

    menetapkan rincian tentang tugas dan tanggung jawab untuk

    masing-masing awak kapal, termasuk Nakhoda, yang lazim

    disebut Job Safety Analysis dan Job Description yang

    tujuannya adalah, untuk menjamin kelancaran pelaksanaan

    tugas di atas kapal. Perlu ada batas-batas mengenai tugas dan

    wewenang, dari masing-masing pelaksana kerja yang

    dituangkan dalam bentuk uraian jabatan dan tanggung jawab

    masing-masing.

    b. Memberikan penghargaan bagi awak kapal yang berprestasi, memberikan sanksi kepada awak kapal yang melanggar

    Penghargaan merupakan salah satu faktor yang

    memotivasi seseorang dalam memberikan kinerja yang baik.

    Penghargaan diberikan kepada awak kapal yang berusaha dan

    berhasil menyelesaikan pekerjaan dengan hasil yang maksimal.

    Bentuk penghargaan bisa berupa pujian seorang Nakhoda atau

    perwira kepada awak kapal sehingga ada rasa kebanggaan

    tersendiri dan merasa dihargai oleh atasan atau pimpinannya di

    atas kapal. Bentuk penghargaan lainnya yaitu bisa berupa

    promosi jabatan, bonus atau kompensasi berupa gaji dari

    Perusahaan. Apabila kinerja awak kapal semakin membaik dan

    cenderung meningkat, maka Perwira bisa mempromosikan ke

  • 27

    perusahaan bahwa ada beberapa awak kapal yang memiliki

    tanggung jawab dan loyalitas tinggi terhadap pekerjaannya.

    Pemberian penghargaan akan memacu semangatawak

    kapallain untuk semakin berusaha memberikan kinerja terbaik

    dalam menyelesaikan pekerjaan dan tanggung jawabnya

    masing-masing di atas kapal. Jika ini bisa dipertahankan maka

    akan sangat membantu sekali dalam menunjang kelancaran

    pengoperasian kapal agar tidak ada lagi komplain dari pihak

    pencharter. Keuntungan bagi perusahaan diantarannya adalah

    akan dapat meningkatkan kepercayaan pencarter. Sementara

    itu, perusahaan juga dapat memberikan insentif yaitu tambahan

    penghasilan yang diberikan kepada awak kapal tertentu sebagai

    balas jasa atas pencapaian prestasi kerja di atas prestasi

    standar. Insentif ini merupakan alat yang dipergunakan

    pendukung prinsip penghargaan dalam pencapaian prestasi.

    Jadi dalam upaya untuk meningkatkan motivasi anak buah

    kapal dalam bekerja, perusahaan pelayaran perlu membuat

    program pemberian kompensasi tambahan guna meningkatkan

    kesejahteraan awak kapal sehingga mereka merasa dihargai dan

    diperhatikan oleh perusahaan yang pada akhirnya membuat

    mereka lebih bersemangat dalam bekerja dan senantiasa

    berupaya menampilkan prestasi kerja yang baik.

    Selain itu pemberian sanksi bagi awak kapal yang

    melakukan pelanggaran atau kelalaian yang berakibat pada

    kesalahan dalam melakukan pekerjaan di atas kapal merupakan

    tindakan yang efektif untuk mengurangi kendala yang

    menghambat pekerjaan. Kendala yang terjadi di atas kapal

    sebagian besar karena kesalahan manusia atau kelalaian dari

    awak kapalitu sendiri. Kelalaian ini timbul karena beberapa faktor

    misalnya awak kapal tidak termotivasi sehingga menurunkan

    kinerjanya, awak kapal yang tidak sungguh-sungguh dalam

  • 28

    bekerja, tidak disiplinnya awak kapal terhadap prosedur kerja di

    atas kapal. Dari semua itu menimbulkan hambatan yang menjadi

    kendala besar dalam suatu pekerjaaan. Maka dengan

    diberlakukannya sanksi atau hukuman bagi awak kapal yang

    lalai, tidak disiplin atau tidak serius dalam menyelesaikan

    pekerjaan merupakan suatu tindakan yang tegas agar tidak

    terjadi kesalahan yang sama lagi di waktu yang akan datang.

  • 29

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan, penulis

    menyimpulkan sebagai berikut :

    1. Terbatasnya pelatihan khusus tentang anchor handling bagi awak

    kapal sehingga masih minimnya keterampilan awak kapal dalam

    melaksanakan pekerjaan.

    2. Tidak selektifnya proses rekruitment yang dilakukan oleh Perusahaan

    sehingga awak kapal yang bekerja di atas kapal kurang

    berpengalaman dalam bidangnya.

    3. Pengawasan kerja yang tidak maksimal terhadap awak kapal

    sehingga tidak disiplin dan tidak mematuhi prosedur kerja yang

    berlaku di atas kapal dalam melaksanakan pekerjaan dan tanggung

    jawabnya.

    4. Tidak adanya penghargaan atau sanksi bagi awak kapal sehingga

    menurunnya motivasi awak kapal dalam memberikan kinerja yang

    baik.

    B. Saran

    Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran

    sebagai berikut :

    1. Meningkatkan pelatihan di atas kapal / on board training bagi awak

    kapalagar awak kapal memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

    memadai khususnya dalam melaksanakan pekerjaan anchor handling.

  • 30

    2. Perusahaan lebih selektif dalam merekrut awak kapal yang akan

    bekerja di atas kapal agar awak kapal yang ditugaskan untuk bekerja

    mempunyai kemampuan yang memadai dan memiliki keahlian di

    bidangnya.

    3. Meningkatkan pengawasan kerja terhadap awak kapal agar awak

    kapal dapat bersikap disiplin serta mematuhi prosedur kerja yang

    sudah ditetapkan di atas kapal sehinga pekerjaan berjalan dengan

    lancar

    4. Memberikan penghargaan bagi awak kapal yang memberikan kinerja

    yang baik dan sanksi bagi yang melanggar agar dapat meningkatkan

    semangat kerja awak kapal yang termotivasi dengan bentuk

    penghargaan yang diberikan serta dapat mengurangi pelanggaran

    atau kesalahan kerja dengan diberlakukannya sanksi berupa teguran

    dan hukuman.

  • 31

    DAFTAR PUSTAKA

    Hasibuan Malayu SP, (2006), Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksari, Jakarta.

    IMO, (2001), Safety Of Life at Sea (SOLAS), London International Maritime Organization.

    International Maritime Organization (IMO), STCW Convention and STCW

    Code Including 2010 Manila Amendments Third Consolidated edition 2011, IMO Publication, London

    Rosadhi Sammi, Drs, MM. (1999), Implementasi STCW 1995, Edisi kesatu, Jakarta.

    Yatim, Rozaimi, (2003), Kodefikasi Manajemen Keselamatan Internasional (ISM CODE), Penerbit Yayasan Bina Citra Samudra Jakarta.

    1) Coaching :Adalah bentuk pelatihan dan pengembangan yang dilakukan di tempat kerja oleh atasan dengan membimbing bawahan melakukan pekerjaan secara informal dan biasanya tidak terencana, misalnya bagaimana menyiapkan peralatan Rig Move, hal-hal yang harus diperh...1)2) Penugasan Sementara :Penempatan awak kapal pada posisi tertentu untuk jangka waktu yang ditetapkan. Misal seorang awak kapal ditempatkan di posisi menyambung Towing Wire dari kapal dengan Towing Pendant dari Rig, sementara awak kapal yang lain membantu menyiapkan alat-ala...3) Simulasi :Program latihan di sela-sela waktu operasi kapal agar tidak mengganggu operasi-operasi normal, dapat dilakukan dengan cara seorang Mualim satu atau Nakhoda (supervisor / penyelia) memberikan latihan kepada awak kapal yang dikatakan baru dengan pekerja...