0. makalah limbah b3
DESCRIPTION
berisikan makalah mengenai limbah B3TRANSCRIPT
EL 115
Pengetahuan Lingkungan
TUGAS MAKALAH
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
Ujian Tengah Semester 1
Dosen : Irfan Maulana, S.T.
Disusun oleh :
Ahmad Robby Nur Muslim
NRP : 11 - 2011 - 031
FTI - JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
Jl. P.K.H Hasan Mustafa No.23 Bandung 40124
BANDUNG
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah yang dikaruniakan-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Makalah ini.
Sesuai dengan namanya, sebuah makalah memang tidak dimaksudkan sebagai buku materi
atau buku panduan, melainkan di dalam pembahasannya, terdapat informasi-informasi
yang mudah-mudahan dapat menambah serta memperluas pengetahuan penulis serta
pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapati berbagai kesulitan, baik dalam
pencarian sumber, bahan atau dalam hal yang lainnya. Akan tetapi, berkat pertolongan-Nya
lah akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Adapun penyusunan makalah
ini yaitu berdasarkan pada bahan-bahan yang penulis cari dari berbagai sumber. Penulis
mencatat hal-hal yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang dibahas.
Penulis memahami dan menyadari bahwa Makalah ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk terciptanya sebuah Makalah yang
lebih baik.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap yang telah
mendukung terciptanya Makalah ini. Mudah-mudahan Makalah ini dapat bermanfaat,
khususnya untuk penulis dan umumnya untuk yang menggunakan serta membacanya.
Amiin Ya Allah Ya Robbal ’alamiin.
Bandung, 15 Novenber 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah............................................. 3
C. Tujuan Penulisan........................................................................ 4
D. Kegunaan Penulisan................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................................. 5
A. Tahu............................................................................................ 5
B. Otak Manusia ............................................................................. 23
C. Macam-Macam Kecerdasan Manusia ........................................ 24
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Otak .............. 27
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................... 34
A. Kandungan yang Terdapat Dalam Tahu .......................................... 34
B. Pengaruh Tahu Berformalin Terhadap kecerdasan Otak.................. 38
C. Pengaruh Tahu Tanpa Formalin Terhadap Kecerdasan Otak........... 39
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 41A. Kesimpulan....................................................................................... 41
B. Saran................................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 43
LAMPIRAN ............................................................................................................. 44
RIWAYAT HIDUP.................................................................................................. 44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dimulai dengan makin maraknya industri besar yang berdiri serta kehidupan
masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Mulailah timbul tumpukan
limbah atau pun sampah yang tidak di buang sebagaimana mestinya. Hal ini berakibat pada
kehidupan manusia di bumi yang menjadi tidak sehat sehingga menurunkan kualitas
kehidupan terutama pada lingkungan sekitar.
Oleh karena itu dari permasalahan tersebut, penulis merasa tertarik untuk
mengetahui dan mengkaji lebih mendalam serta mencoba menuangkan dalam bentuk
Makalah dengan judul “Limbah B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun)”.
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Karena limbah dibuang ke lingkungan, maka masalah yang ditimbulkannya merata dan
menyebar di lingkungan yang luas. Limbah gas terbawa angin dari satu tempat ke tempat lainnya.
Limbah cair atau padat yang dibuang ke sungai, dihanyutkan dari hulu sampai jauh ke hilir,
melampaui batas-batas wilayah akhirnya bermuara dilaut atau danau, seolah-olah laut atau danau
menjadi tempat penimbunan sampah.
Limbah bermasalah antara lain berasal dari kegiatan pemukiman, industri, pertanian,
pertambangan dan rekreasi.
Alasan diperlukannya identifikasi limbah B3 adalah:
1. Apa pengertian dari Limbah B3 itu.
2. Mengklasifikasikan atau menggolongkan apakah limbah tersebut merupakan limbah B3
atau bukan.
3. Menentukan karakteristik limbah tersebut agar dapat ditentukan metode penanganan,
penyimpanan, pengolahan, pemanfaatan atau penimbunan.
4. Menilai atau menganalisis potensi manfaat dan dampak yang ditimbulkan tehadap
lingkungan, atau kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
5. Dan mengetahui bagaimana cara mengolah limbah B3 itu.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang dikemukakan dalam latar belakang, maka penulis tertarik untuk
mengkaji lebih jauh mengenai Limbah B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun ) terhadap lingkungan
Sekitar, dalam rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud limbah dan limbah B3 ?
2. Karakteristik apa sajakah yang terdapat dalam Limbah B3 ?
3. Berdampak apa sajakah Limbah B3 terhadap Lingkungan Sekitar ?
4. Bagaimana cara menangani masalah Limbah B3 itu ?
5. Bagaimana teknologi Pengolahan Limbah B3 ?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini pada hakekatnya bertujuan untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisa
tentang Manfaat dan Dampak Limbah B3 terhadap lingkungan Sekitar, yang secara khusus
bertujuan untuk memberikan informasi tentang:
1. Pengertian Limbah dan Limbah B3
2. Karakteristik Limbah B3
3. Dampak Limbah B3
4. Cara Menangani Limbah B3
5. Teknologi Pengolahan Limbah B3
D. Kegunaan Penulisan
1. Kegunaan ilmiah (Teoritis)
Hasil Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan khasanah ilmu pengetahuan teknologi terutama mengenai Manfaat dan
Dampak Limbah B3 terhadap Lingkungan Sekitar .
2. Kegunaan praktis
Secara praktis diharapkan Makalah ini dapat memberikan manfaat, yaitu sebagai
sumber informasi tentang:
1. Pengertian Limbah dan Limbah B3
2. Karakteristik Limbah B3
3. Manfaat Limbah B3
4. Dampak Limbah B3
5. Cara Menangani Limbah B3
BAB II
PEMBAHASAN
A. LIMBAH
1. Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah) atau juga dapat
dihasilkan oleh alam yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara
kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik.
2. Pengertian Limbah B3
Pengertian limbah B3, menurut :
2.2.1 Limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3)
karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi
atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak,
mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.
2.2.2 Menurut PP 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3, pengertian limbah B3
adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan /
atau beracun yang karena sifat dan / atau konsentrasinya dan / atau jumlahnya, baik
secara langsung dapat mencemarkan dan / atau merusak lingkungan hidup, dan /
atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, keangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya.
Sehingga dari definisi diatas, semua limbah yang sesuai dengan definisi
tersebut dapat dikatakan sebagai limbah B3 kecuali bila limbah tersebut dapat
mentaati peraturan tentang pengendalian air atau pencemaran udara. Misalnya :
limbah cair yang mengandung logam berat tetapi dapat diolah dengan water
treatment dan dapat memenuhi standar effluent. Maka, limbah tersebut tidak
dikatakan sebagai limbah B3 tetapi dikategorikan limbah cair yang pengawasannya
diatur oleh Pemerintah.
Suatu limbah dapat digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan
berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak
langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan
kesehatan manusia. Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang
berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan,
tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan
pengolahan khusus.
3. Klasifikasi Limbah B3
Limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada
pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang
stabil dan mudah menguap.
b. Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan
flokulasi.
c. Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan
dengn lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa
lumpur dari hasil proses tersebut.
d. Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan
digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan / lumpur yang dihasilkan
cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.
B. KARAKTERISTIK LIMBAH B3
Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter yaitu total solids
residue (TSR), kandungan fixed residue (FR), kandungan volatile solids (VR), kadar air
(sludge moisture content), volume padatan, serta karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifat
korosif, sifat mudah terbakar, sifat mudah meledak, beracun, serta sifat kimia dan
kandungan senyawa kimia).
Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat bagian,
yaitu:
1. Limbah cair
Limbah Cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen
pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan
organik dan bahan buangan anorganik.
2. Limbah padat
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak
dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa
anorganik.
3. Limbah gas, dan
4. Limbah partikel.
Proses Pencemaran Udara semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke
atmosfer yang “bersih” disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup
tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi,
kontaminan disebut cemaran (pollutant).
Cemaran udara diklasifikasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran masuk
atau dimasukkan ke atmosfer yaitu:
a) Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber
cemaran.
Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari
90% pencemaran udara global adalah:
1. Karbon monoksida (CO),
2. Nitrogen oksida (Nox),
3. Hidrokarbon (HC),
4. Sulfur oksida (SOx)
5. Partikulat.
b) Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.
Cemaran sekunder yaitu cemaran yang memberikan dampak sekunder
terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran yang dihasilkan akibat
transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang berbeda.
Ada beberapa cemaran sekunder yang dapat mengakibatkan dampak
penting baik lokal, regional maupun global yaitu:
1. CO2 (karbon monoksida),
2. Cemaran asbut (asap kabut),
3. Hujan asam,
4. CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon),
5. CH4 (metana).
Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan
bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara
primer ke atmosfer.
Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu:
1. Sumber tetap (stationery source)
Contohnya seperti: pembangkit energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah
tangga, jasa, dan lain-lain.
2. Sumber bergerak (mobile source)
Contohnya seperti: truk, bus, pesawat terbang, dan kereta api.
Adapun Karakteristik Limbah B3-nya adalah sebagai berikut :
Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan.
Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api,
percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar
dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan
atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu
tinggi.
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi
manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila
masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
Limbah penyebab infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit
atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang
diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit
atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk
limbah yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
C. DAMPAK LIMBAH B3
Kegiatan industri disamping bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, ternyata
juga menghasilkan limbah dan menghasilkan dampak sebagai pencemar lingkungan
perairan, tanah, dan udara.
1. Dampak limbah B3 terhadap Limbah Pencemaran Lingkungan dan Kehidupan
Manusia
Kegiatan masyarakat dalam rumah tangga dapat menimbulkan sisa atau
limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) bagi manusia,
makhluk hidup lain, lingkungan secara keseluruhan, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Bahan tersebut dapat berasal dari bahan kimia pembersih di rumah
tangga, pelumas kendaraan, obat nyamuk, semprotan nyamuk, sisa obat-obatan,
pewarna rambut, bahan campuran pembuat makanan, makanan kadaluarsa, racun
serangga atau pestisida, pupuk kimia, bola lampu, pecahan kaca, limbah elektronik
serta limbah lainnya yang biasa digunakan keluarga.
Dampak Limbah B3 itu bisa dikatakan dalam jangka pendek dan jangka
panjang dapat mengganggu kesehatan manusia dan merusak lingkungan.
Mengingat bahwa limbah B3 merupakan bahan yang berbahaya bagi lingkungan
dan kesehatan manusia, maka pemahaman mengenai dampak negatif limbah B3
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia harus dimiliki oleh masyarakat. Hal ini
penting agar masyarakat dapat bersikap lebih cermat dan berhati-hati dalam
menggunakan, membuang dan mengelola limbah B3.
Limbah B3 masuk ke lingkungan melalui media air, tanah, udara, dan
hewan/biota yang mempengaruhi secara kontinyu dan tidak kontinyu, bertahap dan
seketika, teratur dan tidak teratur. Limbah B3 meracuni makhluk hidup melalui
rantai makanan sehingga menyebabkan organisme (tumbuhan, hewan dan manusia)
terpapar oleh zat-zat beracun.
Adapun dampak dari limbah itu sendiri, adalah sebagai berikut :
a) Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang sangat ditakuti adalah limbah
dari industri kimia. Limbah dari industri kimia pada umumnya mengandung
berbagai macam unsur logam berat yang mempunyai sifat akumulatif dan
beracun (toxic) sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia.
b) Limbah cair, yang dibuang ke perairan akan mengotori air yang dipergunakan
untuk berbagai keperluan dan mengganggu kehidupan biota air.
c) Limbah padat akan mencemari tanah dan sumber air tanah.
d) Limbah gas yang dibuang ke udara pada umumnya mengandung senyawa kimia
berupa SOx, NOx, CO, dan gas-gas lain yang tidak diinginkan. Adanya SO2
dan NOx diudara dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat
menimbulkan kerugian karena merusak bangunan, ekosistem perairan, lahan
pertanian dan hutan.
e) Limbah pertanian yang paling utama ialah pestisida dan pupuk. Walau pestisida
digunakan untuk membunuh hama, ternyata karena pemakaiannya yang tidak
sesuai dengan peraturan keselamatan kerja, pestisida menjadi biosida -
pembunuh kehidupan. Pestida yang berlebihan pemakaiannya, akhirnya
mengkontaminasi sayuran dan buahbuahan yang dapat menyebabkan keracunan
konsumennya. Pupuk sering dipakai berlebihan, sisanya bila sampai diperairan
dapat merangsang pertumbuhan gulma penyebab timbulnya eutrofikasi.
Pemakaian herbisida untuk mengatasi eutrofikasi menjadi penyebab
terkontaminasinya ikan, udang dan biota air lainnya.
a) Pengaruh Limbah B3 terhadap Kesehatan Manusia
Dengan karakteristik yang dimilikinya, B3 mempengaruhi kesehatan
manusia dengan mencelakakan manusia secara langsung (akibat ledakan,
kebakaran, reaktif dan korosif) dan maupun tidak langsung (toksik akut dan
kronis) bagi manusia.
Zat toksik yang dihasilkan oleh limbah B3 masuk ke tubuh
manusia melalui:
Oral yaitu melalui mulut dan kemudian saluran pencernaan, sulit mencapai
peredaran darah.
Inhalasi yaitu melalui saluran pernapasan, bersifat cepat memasuki peredaran
darah.
Dermal yaitu melalui kulit sehingga mudah masuk ke dalam peredaran
darah.
Peritonial yaitu melalui suntikan, langsung memasuki peredaran darah.
Ada 4 proses yang dialami bahan berbahaya dan beracun di dalam
organisme, yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan sekresi. Untuk
mengetahui efek negatif bahan toksikan tersebut di dalam tubuh, perlu diketahui
perihal zat toksik dan sistem biologis manusia serta interaksi antara keduanya.
Zat toksik akan dibawa oleh darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh dan
kemudian mengganggu organ tubuh antara lain : keracunan neurotaksik, zat
toksik akan dibawa menuju otak, atau zat toksik akan ditimbun dan diproses
pada jaringan lemak, otot, tulang, syaraf, liver, pankreas, usus dan kemudian
setelah melalui proses- sisanya akan disekresikan ke luar tubuh.
b) Pengaruh limbah B3 terhadap Mahluk Hidup
Pengaruhn Limbah B3 terhadap mahluk hidup, khususnya manusia terdiri
atas 2 kategori yaitu:
1) Efek akut, efek akut dapat menimbulkan akibat berupa kerusakan susunan
syaraf, kerusakan sistem pencernaan, kerusakan sistem kardio vasculer,
kerusakan sistem pernafasan, kerusakan pada kulit, dan kematian.
2) Efek kronis, efek kronis dapat menimbulkan efek karsinogenik (pendorong
terjadinya kanker), efek mutagenic (pendorong mutasi sel tubuh), efek
teratogenik (pendorong terjadinya cacat bawaan), dan kerusakan sistem
reproduksi.
Bagian organ tubuh yang terkena pengaruh limbah B3, adalah sebagai
berikut :
Ginjal (umumnya disebabkan zat toksik Cadmium)
Tulang (umumnya disebabkan zat toksik Benzene)
Otak (umumnya disebabkan zat toksik Methyl Mercury)
Liver (umumnya disebabkan zat toksik Carbon – Tetrachlorida)
Paru-paru (umumnya disebabkan zat toksik Paraquat)
Mata (umumnya disebabkan zat toksik Khloroquin)
Selain itu, dikenal juga efek yang mempengaruhi pertumbuhan dan
reproduksi.
Adapun dampak Limbah B3, menurut senyawa kimiawi adalah sebagai
berikut :
1. Kadmium (Cd)
Sebagian Cd yang diabsorbsi tubuh akan mengumpul di dalam ginjal,
hati dan sebagian dibuang keluar melalui saluran pencernaan. Keracunan Cd
dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah. Akibatnya, tekanan darah
menjadi tinggi yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung
dan ginjal.
Contoh Kasus : Keracunan Cd pernah terjadi di Toyama, Jepang.
Beras yang dimakan penduduk di daerah tersebut berasal dari tanaman padi
yang selama bertahun-tahun mendapat air yang tercemar Cd. Endapan Cd
yang terakumulasi di dalam padi kemudian mengalami biomagnification
(pembesaran biologi) dalam tubuh penduduk setempat. Logam Cd yang ada
dalam air pengairan ternyata berasal dari limbah industri seng dan timah hitam
yang berada di sebelah hulu. Kandungan Cd dalam padi tercatat hanya 1,6
ppm namun setelah mengalami pembesaran biologi (berdasarkan analisis pada
tulang rusuk) menjadi 11.472 ppm. Warga yang terserang mengeluh sakit
pinggang selama bertahun-tahun dan semakin lama semakin parah yang
diikuti sakit pada tulang punggungnya. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa tulang-tulang mengalami pelunakan dan kemudian menjadi rapuh.
Kematian yang terjadi di antara mereka terutama disebabkan gagal ginjal.
2. Timbal,Timah Hitam (Pb)
Timbal terdapat di air, tanah, tanaman, hewan dan udara. Zat ini terbentuk
akibat aktifitas manusia seperti pembakaran batu bara, sampah, penyemprotan
pestisida, asap pabrik dan akibat pembakaran bensin di kendaraan. Timbal dan
senyawanya mempengaruhi sistem pusat syaraf dengan ciri-ciri keracunan,
yaitu pusing, anemia, lemah dan yang paling berbahaya adalah pengaruhnya
terhadap sel darah merah. Timbal dapat mengubah ukuran dan bentuk sel
darah merah.
3. Merkuri (Hg)
Gejala keracunan merkuri ditandai dengan sakit kepala, sukar menelan,
penglihatan menjadi kabur dan daya pendengaran menurun. Selain itu orang
yang keracunan merkuri merasa tebal di bagian kaki dan tangannya, mulut
tersumbat oleh logam, gusi membengkak dan diare. Kematian dapat terjadi
pada kondisi tubuh yang makin melemah. Wanita yang hamil akan melahirkan
bayi yang cacat.
Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya
keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan
karakteristik limbah.
D. CARA MENANGANI LIMBAH B3
1. Penanganan Limbah B3
Hazardous Material Container
Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan
resiko yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Hal
tersebut termasuk proses pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya.
Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang
bersangkutan. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3
harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus
dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya.
Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana
kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu
menahan kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah yang
bersifat self-reactive dan peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus
dalam pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat
dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami penguraian
(dekomposisi) saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas pun terbatas
sebesar maksimum 50 kg per kemasan sedangkan limbah yang memiliki aktivitas
rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan.
Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik
harus disimpan dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit
pengolahan limbah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap
blok terdiri atas 2×2 kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus dihindari
adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel. Bangunan penyimpan limbah
harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke arah
bak penampung dengan kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki
ventilasi yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan
dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif
memerlukan bangunan penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang mudah
dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang
tahan api dan korosi.
Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum memiliki
peraturan pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002. Namun, kita dapat merujuk
peraturan pengangkutan yang diterapkan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut
terkait dengan hal pemberian label, analisa karakter limbah, pengemasan khusus,
dan sebagainya. Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah
apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan yang normal, tidak terjadi
kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti. Selain itu, kemasan
harus memiliki kualitas yang cukup agar efektivitas kemasan tidak berkurang
selama pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbakar harus dilengkapi dengan
head shields pada kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas
untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute
pengangkutan khusus selain juga adanya kewajiban kelengkapan Material Safety
Data Sheets (MSDS) yang ada di setiap truk dan di dinas pemadam kebarakan.
Secured Landfill. Faktor hidrogeologi, geologi lingkungan, topografi, dan
faktor-faktor lainnya harus diperhatikan agar secured landfill tidak merusak
lingkungan. Pemantauan pasca-operasi harus terus dilakukan untuk menjamin
bahwa badan air tidak terkontaminasi oleh limbah B3.
2. Pembuangan Limbah B3 (Disposal)
Sebagian dari limbah B3 yang telah diolah atau tidak dapat diolah dengan
teknologi yang tersedia harus berakhir pada pembuangan (disposal). Tempat
pembuangan akhir yang banyak digunakan untuk limbah B3 ialah landfill (lahan
urug) dan disposal well (sumur pembuangan). Di Indonesia, peraturan secara rinci
mengenai pembangunan lahan urug telah diatur oleh Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (BAPEDAL) melalui Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
Landfill untuk penimbunan limbah B3 diklasifikasikan menjadi tiga jenis
yaitu: (1) secured landfill double liner, (2) secured landfill single liner, dan (3)
landfill clay liner dan masing-masing memiliki ketentuan khusus sesuai dengan
limbah B3 yang ditimbun.
Dimulai dari atas, bagian dasar secured landfill terdiri atas tanah setempat,
lapisan dasar, sistem deteksi kebocoran, lapisan tanah penghalang, sistem
pengumpulan dan pemindahan lindi (leachate), dan lapisan pelindung. Untuk kasus
tertentu, di atas atau di bawah sistem pengumpulan dan pemindahan lindi harus
dilapisi geomembran. Sedangkan bagian penutup terdiri dari tanah penutup, tanah
tudung penghalang, tudung geomembran, pelapis tudung drainase, dan pelapis
tanah untuk tumbuhan dan vegetasi penutup. Secured landfill harus dilapisi sistem
pemantauan kualitas air tanah dan air pemukiman di sekitar lokasi agar mengetahui
apakah secured landfill bocor atau tidak. Selain itu, lokasi secured landfill tidak
boleh dimanfaatkan agar tidak beresiko bagi manusia dan habitat di sekitarnya.
Deep Injection Well. Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih
mejadi kontroversi dan masih diperlukan pengkajian yang komprehensif terhadap
efek yang mungkin ditimbulkan. Data menunjukkan bahwa pembuatan sumur
injeksi di Amerika Serikat paling banyak dilakukan pada tahun 1965-1974 dan
hampir tidak ada sumur baru yang dibangun setelah tahun 1980.
Sumur injeksi atau sumur dalam (deep well injection) digunakan di Amerika
Serikat sebagai salah satu tempat pembuangan limbah B3 cair (liquid hazardous
wastes). Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang
limbah B3 ke dalam formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi
yang memiliki kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi tersebut
memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal yang
penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah strktur dan kestabilan
geologi serta hidrogeologi wilayah setempat.
Limbah B3 diinjeksikan sedalam suatu formasi berpori yang berada jauh di
bawah lapisan yang mengandung air tanah. Di antara lapisan tersebut harus terdapat
lapisan impermeable seperti shale atau tanah liat yang cukup tebal sehingga cairan
limbah tidak dapat bermigrasi. Kedalaman sumur ini sekitar 0,5 hingga 2 mil dari
permukaan tanah.
Tidak semua jenis limbah B3 dapat dibuang dalam sumur injeksi karena
beberapa jenis limbah dapat mengakibatkan gangguan dan kerusakan pada sumur
dan formasi penerima limbah. Hal tersebut dapat dihindari dengan tidak
memasukkan limbah yang dapat mengalami presipitasi, memiliki partikel padatan,
dapat membentuk emulsi, bersifat asam kuat atau basa kuat, bersifat aktif secara
kimia, dan memiliki densitas dan viskositas yang lebih rendah daripada cairan
alami dalam formasi geologi.
Hingga saat ini di Indonesia belum ada ketentuan mengenai pembuangan
limbah B3 ke sumur dalam (deep injection well). Ketentuan yang ada mengenai hal
ini ditetapkan oleh Amerika Serikat dan dalam ketentuan itu disebutkah bahwa:
a) Dalam kurun waktu 10.000 tahun, limbah B3 tidak boleh bermigrasi secara
vertikal keluar dari zona injeksi atau secara lateral ke titik temu dengan sumber
air tanah.
b) Sebelum limbah yang diinjeksikan bermigrasi dalam arah seperti disebutkan di
atas, limbah telah mengalami perubahan higga tidak lagi bersifat berbahaya dan
beracun.
3. Teknologi Pengolahan
Pengelolaan Limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan
penimbunan limbah B3. Pengelolaan Limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah,
menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan, memulihkan kualitas
lingkungan tercemar, dan meningkatan kemampuan dan fungsi kualitas lingkungan.
Nomor Kep-03/BAPEDAL/09/1995 tertanggal 5 September 1995 tentang
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan:
Lokasi pengolahan
Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di
luar lokasi penghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil
harus:
1. Daerah bebas banjir,
2. Jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter.
3. Jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum minimum
300 m.
4. Jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 m.
5. dan jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan lindung)
minimum 300 m.
Fasilitas pengolahan
Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi:
1. sistem kemanan fasilitas
2. sistem pencegahan terhadap kebakaran
3. sistem pencegahan terhadap kebakaran
4. sistem penanggulangan keadaan darurat
5. sistem pengujian peralatan
6. dan pelatihan karyawan.
Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian yang
tak terpisahkan dalam pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah yang
ditangani adalah limbah yang dalam volume kecil pun berdampak besar
terhadap lingkungan.
Penanganan limbah B3 sebelum diolah
Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis
kandungan guna menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah
tersebut. Setelah uji analisis kandungan dilaksanakan, barulah dapat ditentukan
metode yang tepat guna pengolahan limbah tersebut sesuai dengan karakteristik
dan kandungan limbah.
Pengolahan limbah B3
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan
kandungan limbah. Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan
dengan proses sbb:
1. Proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan,
stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.
2. Proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan
penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi,
dialisa, osmosis balik, dll.
3. Proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun
dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran,
dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir
4. Proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah
menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus
mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin
dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak
boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr
Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis limbah B3,
tetapi proses dipilih berdasarkan cara terbaik melakukan pengolahan sesuai dengan
jenis dan materi limbah.
Hasil pengolahan limbah B3
Memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 yang telah diolah
dan dilakukan pemantauan di area tempat pembuangan akhir tersebut dengan
jangka waktu 30 tahun setelah tempat pembuangan akhir habis masa pakainya atau
ditutup.
Perlu diketahui bahwa keseluruhan proses pengelolaan, termasuk penghasil
limbah B3, harus melaporkan aktivitasnya ke KLH dengan periode triwulan (setiap
3 bulan sekali).
4. Metode Pengolahan
Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode
yang paling populer di antaranya ialah chemical conditioning,
solidification/Stabilization, dan incineration.
a. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning.
Tujuan utama dari chemical conditioning ialah:
o menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
o mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
o mendestruksi organisme patogen
o memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih
memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses
digestion
o mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan
aman dan dapat diterima lingkungan
Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
1) Concentration thickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan
diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya
digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge.
Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah
dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun
tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan
limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.
2) Treatment, stabilization, and conditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik
dan menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui
proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara
kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan
kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung
dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara
pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan
adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-
proses yang terlibat pada tahapan ini ialah lagooning, anaerobic digestion,
aerobic digestion, heat treatment, polyelectrolite flocculation, chemical
conditioning, dan elutriation.
3) De-watering and drying
De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses
yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat
yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum
filter, dan belt press.
4) Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa
proses yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air
oxidation, dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya
ialah sanitary landfill, crop land, atau injection well.
b. Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization
juga dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi
dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan
(aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah
serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi
didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan
penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering
dianggap mempunyai arti yang sama.
Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi
menjadi 6 golongan, yaitu:
1) Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah
dibungkus dalam matriks struktur yang besar.
2) Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi
bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat
mikroskopik.
3) Precipitation
4) Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia
pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
5) Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya
ke bahan padat
6) Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi
senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang
sama sekali.
Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen,
kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di
lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing.
Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL
berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
c. Incineration
Inceneration adalah alat untuk menghancurkan limbah berupa
pembakaran dengan kondisi terkendali. Limbah dapat terurai dari senyawa
organik menjadi senyawa sederhana seperti CO2 dan H2O.
Incenerator efektif terutama untuk buangan organik dalam bentuk
padat, cair, gas, lumpur cair dan lumpur padat. Proses ini tidak biasa
digunakan limbah organik seperti lumpur logam berat (heavy metal sludge)
dan asam anorganik. Zat karsinogenik patogenik dapat dihilangkan dengan
sempurna bila insenerator dioperasikan I.
Incenerator memiliki kelebihan, yaitu dapat menghancurkan
berbagai senyawa organik dengan sempurna, tetapi terdapat kelemahan
yaitu operator harus yang sudah terlatih. Selain itu biaya investasi lebih
tinggi dibandingkan dengan metode lain dan potensi emisi ke atmosfir lebih
besar bila perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan operasional.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan
energi (heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam
mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga
menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi.
Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah
padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single
chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit.
Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan
karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara
simultan.
d. Proses Pembakaran (Inceneration) Limbah B3
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang
menarik dalam teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume
dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi
ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat
karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang
kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi
menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki
beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat
dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi
memerlukan lahan yang relatif kecil.
Limbah B3 kebanyakan terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen.
Dapat juga mengandung halogen, sulfur, nitrogen dan logam berat.
Hadirnya elemen lain dalam jumlah kecil tidak mengganggu proses oksidasi
limbah B3. Struktur molekul umumnya menentukan bahaya dari suatu zat
organic terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Bila molekul limbah
dapat dihancurkan dan diubah menjadi karbon dioksida (CO2), air dan
senyawa anorganik, tingkat senyawa organik akan berkurang. Untuk
penghancuran dengan panas merupakan salah satu teknik untuk mengolah
limbah B3.
Adapun tujuan teknologi pengolahan limbah B3, adalah sebagai
berikut :
Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah
B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar
sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.
Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan
dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah
dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga
kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi
pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus
dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi
semula.
Referensi: Pengelolaan Limbah Industri – Prof. Tjandra Setiadi, Wikipedia, US EPA
(www.menlh.go.id/i/art/pdf_1054679307.pdf)