library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab1doc/2012-1... · web viewdepartemen...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu
dari lima Taman Nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun
1980 oleh Menteri Pertanian dan ditetapkan dengan SK Menteri Pertanian No.
736/Mentan/X/1982 meliputi luas 15.196 ha. Pada tahun 2003 melalui SK Menteri
kehutanan No. 174/KPTS-II/2003 dilakukan perluasan dari 15.196 ha menjadi 21.975
ha. Perluasan dilakukan mengingat kawasan disekitar TNGGP merupakan habitat dan
daerah jelajah beberapa jenis satwa langka dan dilindungi seperti Surili, Owajawa,
Macan Tutul dan beberapa jenis burung yang perlu dilindungi dan dilestarikan.
Departemen kehutanan telah menunjuk 21 Taman Nasional sebagai Taman
Nasional Model, dan salah satunya adalah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
(TNGGP). Sebagai Taman Nasional Model, diharapkan suatu saat TNGGP menjadi
taman nasional yang mandiri, yang mampu mengelola secara langsung Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pemasukan yang sah, sehingga dapat dikelola
secara lestari, efektif dan efisien. Berbagai kegiatan telah dilakukan oleh Balai
TNGGP dalam upaya menuju kemandiriannya. Terdapat tiga hal penting yang
merupakan fokus perencanaan berkaitan dengan keberadaan TNGGP sebagai taman
nasional model yaitu ekowisata, pendidikan konservasi dan penelitian.
Taman nasional seperti sumber daya lingkungan lainnya dan barang-barang
publik yang digunakan oleh manusia bisa mendapatkan keuntungan dengan berbagai
cara. Sumber daya lingkungan memiliki banyak fungsi yang berkaitan dengan
fungsi-fungsi ekologis.Mereka juga menawarkan sumber daya rekreasi untuk semua
orang yang mengunjungi taman ini. Taman nasional yang ditawarkan sebagai situs
ekowisata dapat meningkatkan pendapatan nasional, dan memiliki dampak ekonomi
kepada masyarakat di sekitar kawasan taman nasional. Kemudian, hal itu dapat
membuat pertumbuhan ekonomi nasional.Gunung Gede Pangrango National Park
(TNGP) telah lama dikenal sebagai situs ekowisata populer di Indonesia, dalam
kurun waktu 8 tahun terakhir (2002 – 2009), TNGGP mampu menarik lebih dari
19% dari rata-rata total pengunjung seluruh TN di Indonesia per tahun.
Dibandingkan dengan TN lainnya, jumlah kunjungan wisata alam TNGGP berada
pada posisi ketiga setelah TN Bomo Tengger Semeru di Provinsi Jawa Timur yang
menarik lebih dari 30% pengunjung TN di Indonesia per tahun dan TN Gunung
Rinjani di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menarik lebih dari 20% pengunjung
TN di Indonesia per tahun (Badan Planologi Kehutanan, 2007).
Tujuan kunjungan ke TNGGP didominasi untuk kegiatan rekreasi alam
(47,82%), pendakian gunung (40,52%), sisanya berkemah (4,35%), widyawisata
(2,12%), penelitian (0,66%), dan kegiatan lainnya (4,53%). Tetapi jumlah
pengunjung TNGGP dari tahun 2006 sampai 2009 mengalami fluktuasi kurang
stabil, bahkan cenderung mengalami penurunan. Fluktuasi kunjungan ini tentunya
tidak diinginkan terjadi pada TN model yang diharapkan dapat dikelola secara
mandiri. (Gambar 1).
85.000 83360
80000
75000 69937 68735
70000 67980
65000
60000
2006 2007 2008 2009
Sumber : Olahan Data Balai Besar TNGGP
Gambar 1.1 Tren Pengunjung Wisata Alam TNGGP dalam Empat Tahun Terakhir
(2006-2009)
Hasil observasi singkat di TNGGP menunjukkan bahwa rata-rata pengunjung
wisata alam TNGGP selama 8 tahun terakhir (2002-2009) mencapai lebih dari
66.526 orang per tahun (98,64% wisatawan domestik) dengan harga tiket masuk Rp
2.500 per orang per hari (wisatawan mancanegara). Berdasarkan dari informasi Sub
Direktorat Kawasan Pelestarian dan Taman Buru, Direktorat jenderal PHKA,
Departemen kehutanan, pembiayaaan kawasan konservasi di Indonesia rata-rata baru
berkisar antara US$ 5 sampai US$ 6 per ha/tahun. Sebagai perbandingan, di negara-
negara maju, pengelolaan dipandang telah efektif bila rata-rata pembiayaan sebesar
US$ 20 ha/tahun.
Hal penting untuk pengembangan, perencanaan dan pengelolaan destinasi
wisata pegunungan adalah pengelolaan sumber daya berkelanjutan dan konservasi
daerah alami. Pembangunan berkelanjutan di destinasi menyiratkan bahwa sumber
daya alam, budaya dan lainnya dilestarikan untuk membawa manfaat bagi
masyarakat saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan masa depan. Destinasi dapat
membantu dalam membenarkan dan membayar untuk konservasi sumber daya alam
dan budaya jika sumber daya wisata pegunungan benar dikembangkan berdasarkan
konsep kelestarian.Sumber daya membutuhkan komitmen langsung dari individu-
individu dan masyarakat.Untuk menjadi komitmen, orang gunung harus memiliki
keyakinan dalam kapasitas mereka sendiri dan pengetahuan untuk menangani
lingkungan tantangan yang mereka hadapi.Mekanisme untuk berbagi manfaat
menggunakan pengetahuan tradisional, inovasi, dan praktek perlu dibentuk.
Di sisi lain, terdapat kontradiksi perkembangan pariwisata Indonesia yang
dapat digambarkan pada salah satu contoh kasus yang tergambarkan dari
pengumuman Singapore Tourism Board (STB) pada 2 Oktober 2011, yang
mengumumkan jumlah kunjungan wisatawan ke Singapura yang mengalami
peningkatan sekitar 20 persen, dari 9,7 juta tahun 2009 menjadi 11,6 juta orang tahun
2010. Menariknya, dari jumlah itu, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asal
Indonesia meningkat besar sekitar 32 persen dari 1.745.000 orang pada 2009 menjadi
2.305.000 orang pada tahun 2010. Peningkatan itu cukup signifikan, mengingat pada
tahun 2008 ke 2009 sempat mengalami penurunan sekitar 1 persen. Jumlah itu
mengukuhkan Indonesia menjadi penyumbang wisatawan nomor 1 terbanyak ke
Singapura, mengalahkan China (1.171.000), Australia (1.037.000), Malaysia
(880.000) dan India (829.000).Tak hanya Singapura, Indonesia juga ternyata masih
menjadi penyumbang utama kedua ke Malaysia tahun 2010 lalu. Data yang diperoleh
dari tourism.gov.my, wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Malaysia pada tahun
2010 mulai Januari-November berjumlah 2.247.938 orang, dan diperkirakan
mencapai 2,5 juta -2,6 juta orang jika ditambah bulan Desember 2010. Jumlah ini
sangat timpang dengan jumlah wisatawan asal Singapura dan Malaysia yang
berkunjung ke Indonesia pada tahun 2009 dan 2010. BPS mengumumkan jumlah
kunjungan wisatawan asing ke Indonesia tahun 2010 sebanyak 7 juta, dan target
2011 adalah 7,5 juta; jauh lebih kecil dibandingkan target Malaysia yang sudah
menargetkan 25 juta dan Singapura 12 juta orang. Bukti ini menjadi salah satu
bentuk kegagalan Indonesia dalam membangun destinasi wisata dalam negeri dan
kurang berhasilnya melakukan promosi yang benar untuk mendatangkan wisatawan
asing ke destinasi unggulan.Dalam konteks ini, selama ini pembahasan sering lebih
disibukkan bicara wisatawan intra-ASEAN, intra-Pasific dan seterusnya, tapi tidak
menaruh perhatian lebih pada sesuatu yang lebih riil yang menghidupkan industri
pariwisata kita yakni pariwisata intra-Indonesia atau intra-Nusantara. Dalam era
kompetitif saat ini, maka Indonesia perlu mendorong pemasaran dalam negeri ini
lebih agresif, memberikan dorongan baru untuk mempermudah mobilisasi wisatawan
nusantara itu, dan mendorong pertumbuhan destinasi secara lebih agresif dan nyata,
dengan cara, meningkatkan promosi pariwisata dalam negeri. Kenyataan lain
diketahui bahwa jumlah wisatawan nusantara (wisnus) tetap lebih banyak dan
meningkat berkembang dari 115.335.000 dari tahun 2007 menjadi 122.312.000 di
tahun 2010, dengan total pengeluaran 114,64 trilyun rupiah dan rata-rata perjalanan
1,96 hari. Sedangkan apabila disimak dari data kujungan wisatawan diketahui
mayoritas kunjungan destinasi adalah wisatawan remaja (usia 15 – 24 tahun
berpenghasilan dibawah 1,5 juta rupiah) misalnya pada 2010 di Kebun Raya Bogor =
61%, pada 2011 di Gunung Mas = 57%, pada 2011 di Ecopark Ancol = 73%.
Kotler et al. (2010) menyebutkan bahwa pemasaran online adalah suatu
sarana pemasaran langsung dengan perkembangan tercepat dan akan segera
menggantikan alat promosi lainnya seperti majalah, koran, dll.Perkembangan web
telah merubah pemikiran konsumen dalam hal kenyamanan, kecepatan, harga, serta
informasi produk dan jasa. Terkait dengan hal ini, diIndonesia telah terjadi kemajuan
pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi, makaberbagai pihak sebenarnya
telah berusaha untuk memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana
mempromosikan pariwisata Indonesia sehingga memungkinkan calon wisatawan
memperoleh akses informasi terkini mengenai tujuan wisata di Indonesia.Sedangkan
media internet tersebut sangat berpengaruh pada konsumen dan wisatawan terutama
pada usia remaja, seperti yang dikemukakan dari hasil penelitian Yahoo dan Taylor
Nelson Sofres (TNS ) Indonesia yang dilakukan terhadap 2.000 responden yang
mengikuti survey ini menunjukkan pengakses terbesar di Indonesia yaitu 64 %
adalah mereka yang berusia antara 15-19 tahun.
Menanggapi kondisi ini, maka diperlukan suatu kajian yang membahas
tentang pengaruh analisis eksperimen informasi web destinasi pariwisata terhadap
sikap wisatawan mahasiswa, dalam kaitannya untuk mengembangkan pemasaran
destinasi wisata alam di Indonesia.
Melihat dari penjabaran diatas, tentunya akan sangat menarik dan berguna
bagi berbagai pihak. Hal tersebutlah yang melatar belakangi penulis memilih judul
“ANALISIS EKSPERIMEN ELABORATION LIKELIHOOD MODEL PADA
SIKAP WISATAWAN MAHASISWA TERHADAP SITUS WEB DESTINASI
PARIWISATA (STUDI KASUS DI TN. GUNUNG GEDE PANGRANGO)”.
1.2. Formulasi Masalah
Jenis dan bentuk informasi situs web www.gedepangrango.org dalam format
manakah yang paling sesuai untuk merubah sikap wisatawan remaja terhadap
Iklan/Informasi TNGGP, apakah berbentuk informasi yang bersifat sentral
dibandingkan dengan peripheral atau kondisi Kontrol?
Jenis dan bentuk informasi situs web www.gedepangrango.org dalam format
manakah yang paling sesuai untuk merubah sikap wisatawan remaja terhadap
Merek TNGGP, apakah berbentuk informasi yang bersifat sentral
dibandingkan dengan peripheral atau kondisi Kontrol ?
Jenis dan bentuk informasi situs web www.gedepangrango.org dalam format
manakah yang paling sesuai untuk merubah sikap wisatawan remaja terhadap
Ekowisata TNGGP, apakah berbentuk informasi yang bersifat sentral
dibandingkan dengan peripheral atau kondisi Kontrol ?
Jenis dan bentuk informasi situs web www.gedepangrango.org dalam format
manakah yang paling sesuai untuk merubah sikap wisatawan remaja terhadap
Intensi Pembelian TNGGP, apakah berbentuk informasi yang bersifat sentral
dibandingkan dengan peripheral atau kondisi Kontrol?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari pembahasan ini, yaitu:
Untuk mengetahui jenis dan bentuk informasi dalam format manakah yang
paling sesuai untuk merubah sikap wisatawan remaja sesuai tingkat
kepedulian lingkungannya, apakah informasi yang bersifat sentral
dibandingkan dengan peripheral dalam pilihan kemasan isi pesan, kualitas,
warna, music, ambassador, dll.
Untuk mengetahui sikap wisatawan mahasiswa sesuai tingkat kepedulian
lingkungannya terhadap informasi web site destinasi ekowisata apabila
destinasi telah dikenal sebelumnya.
Hasil penelitian ini adalah formula dan pengayaan bagi upaya pengembangan
pemasaran destinasi wisata alam melalui media virtual. Diharapkan akan bermanfaat
baik ditinjau dari sudut pandang akademis maupun praktis (kebijakan), diantaranya
adalah:
1. Manfaat dari sisi akademis :
Penelitian akan menghasilkan inovasi baru persuasi destinasi via webserta
pengembangan destinasi wisata alam, yaitu dengan menggunakan
pendekatan eksperimental.
Sebagai sumbangsih peneliti terhadap pengembangan ilmu elaboration
likelihood model khususnya pada destinasi wisata alam.
2. Manfaat dari sisi praktis/terapan :
Menjadi perangkat penting dan kajian yang berguna dalam merencanakan
pengelolaan pengembangan promosi destinasi wisata alam dan untuk
meningkatkan mutu kebijakan pengembangan pemasaran destinasi wisata
alam
Memberikan nilai tambah pada produk/jasa wisata alam dan mendorong
peningkatan kinerja promosi wisata alam
1.4. Hipotesis
Menurut Kerlinger dan Lee (2000) dalam Seniati et al (2011).menyebutkan
bahwa penelitian psikologis melibatkan lebih dari sebuah hipotesis. Secara umum
ada dua hipotesis dalam penelitian eksperimental, yaitu hipotesis ilmiah (scientific
hypothesis)dan hipotesis statistic (statistical hypothesis). Hipotesis ilmiah memiliki
dua bentuk, yaitu hipotesis umum (general hypothesis) dan hipotesis eksplisit
(explicit hypothesis).
Berdasarkan berbagai kajian teori dapat diasumsikan bahwa akan terjadi
hubungan struktural perubahan sikap wisatawan mahasiswa terhadap informasi situs
web destinasi wisata alam, yang dapat dihipotesiskan sebagai berikut :
Ho1 : Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata pegunungan
TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa tidak terdapat pengaruh ELM
terhadap sikap pada iklan/informasi.
Ha1 : Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata pegunungan
TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa terdapat pengaruh ELM terhadap
sikap pada iklan/informasi.
Ho2 : Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata pegunungan
TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa tidak terdapat pengaruh ELM
terhadap sikap pada merek.
Ha2 : Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata pegunungan
TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa terdapat pengaruh ELM terhadap
sikap pada merek.
Ho3 :Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata pegunungan
TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa tidak terdapat pengaruh ELM
terhadap intensi pembelian.
Ha3 : Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata pegunungan
TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa terdapat pengaruh ELM terhadap
intensi pembelian.
Ho4 : Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata pegunungan
TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa tidak terdapat pengaruh ELM
terhadap sikap pada ekowisata
Ha4 : Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata pegunungan
TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa terdapat pengaruh ELM terhadap
sikap pada ekowisata
Ho5 : Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata pegunungan
TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa tidak terdapat pengaruh Control
Procedure terhadap sikap pada iklan/informasi.
Ha5 : Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata pegunungan
TNGGP, makadapat diprediksi bahwa terdapat pengaruh Control Procedure
terhadap sikap pada iklan/informasi.
Ho6 : Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata pegunungan
TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa tidak terdapat pengaruh Control
Procedure terhadap sikap pada merek.
Ha6 : Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata pegunungan
TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa terdapat pengaruh Control Procedure
terhadap sikap pada merek.
Ho7 : Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata
pegunungan TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa tidak terdapat
pengaruh Control Procedure terhadap intensi pembelian.
Ha7 : Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata pegunungan
TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa terdapat pengaruh Control Procedure
terhadap intensi pembelian.
Ho8 :Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata pegunungan
TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa tidak terdapat pengaruh Control
Procedure terhadap sikap pada ekowisata.
Ha8 : Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata pegunungan
TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa terdapat pengaruh Control Procedure
terhadap sikap pada ekowisata.
1.5. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi meliputi dua bagian pokok,
yaitu: Metode Studi Pustaka, dan Metode Analisis.
a. Metode Studi Pustaka
Dalam skripsi ini digunakan metode studi pustaka dengan mempelajari
buku- buku panduan yang berhubungan dengan topik dan penulisan
laporan skripsi sebagai landasan teori.
b. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah MANOVA (GLM Multivariat)
yang merupakan program IBM SPSS statistics v20. dengan model ELM.
Analisis sistem dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu : (1)
Melakukan pemgamatan terhadap website TNGGP
www.gedepangrango.org, (2) Memberikan stimulan iklan central,iklan
peripheral,dan kelompok control, (3) Membagikan kuesioner kepada
wisatawan mahasiswa.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan skripsi ini disusun dengan urutan sebagai
berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah,
formulasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodologi yang dilakukan, serta sistematika penulisan untuk
menjelaskan pokok-pokok pembahasan.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan tentang teori-teori yang mendukung dalam
penulisan skripsi, yang menjadi dasar bagi pemecahan masalah dan
didapat dengan melakukan studi pustaka sebagai landasan dalam
melakukan penulisan skripsi ini.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai Metode yang dipakai untuk
melakukan analisis Eksperimen, menjelaskan keterkaitan antara
variabel Independent dengan variabel dependent, pemecahan
masalah dengan merancang hipotesis, serta menjelaskan metode
MANOVA GLM Multivariat yang dipakai untuk program IBM
SPSS. Beberapa tahapan yang dilakukan pada bab ini adalah
menganalisis permasalahan yanga ada dengan menggunakan
metode Elaboration Likelihood Model pada iklan central, iklan
peripheral, dan kelompok control, untuk mengetahui sikap
wisatawan remaja terhadap situs web destinasi yaitu sikap pada
produk, sikap merek, sikap ekowisata, dan intemsi pembelian.
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
Bab ini membahas mengenai gambaran umum perusahaan, sarana
yang dibutuhkan, dan penyelesaian hasil kuesioner yang dibagikan
kemudian diproses dengan program IBM SPSS statistics v20. dan
hasil perhitungan setiap pertanyaan pada variabel bebas apakah
berpengaruh pada variabel terikat. Dengan metode MANOVA
(GLM Multivariat) untuk mengukur sikap wisatawan remaja
mengenai informasi di situs website destinasi TNGGP yaitu
perubahan sikap terhadap produk, merek, ekowisata, dan intensi
pembelian.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini mengemukakan simpulan dari penelitian yang dilakukan
dan saran-saran yang diusulkan kepada stakeholders untuk
pengembangan lebih lanjut agar tercapai hasil yang lebih baik.