repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/dwi... ·...

170
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PERAWAT TERHADAP PASIEN SKIZOFRENIA DALAM PROSES PENINGKATAN KESADARAN DI RUMAH SAKIT JIWA DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I) Oleh: DWI ASRIANI NUGRAHA NIM: 1111051000088 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Upload: dokhuong

Post on 11-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PERAWAT

TERHADAP PASIEN SKIZOFRENIA DALAM PROSES

PENINGKATAN KESADARAN DI RUMAH SAKIT

JIWA DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh:

DWI ASRIANI NUGRAHA

NIM: 1111051000088

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN
Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN
Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN
Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

i

ABSTRAK

“Komunikasi Antarpribadi Perawat Terhadap Pasien Skizofrenia dalam Proses

Peningkatan Kesadaran di Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor”.

Komunikasi merupakan kebutuhan seluruh makhluk sosial tak terkecuali orang

yang sedang mengalami gangguan jiwa, namun pada realitas yang ada mereka seringkali

diasingkan oleh keluarga dan lingkungan sekitar, sebenarnya hal tersebutlah yang menjadi

salah satu penyebab kondisi psikologisnya semakin tertekan. Terdapat perbedaan kondisi

antara komunikator dan komunikan, yang mana komunikator memiliki kesehatan

emosional yang stabil sedangkan komunikan memiliki gangguan emosional. Namun hal

tersebut justru tidak menyurutkan semangat para perawat untuk dapat menyembuhkan

penyakit pasien. Salah satu metode penyembuhan yang digunakan ialah metode interaksi

langsung. Kondisi inilah yang membuat penulis tertarik tentang bagaimana jika kita selaku

manusia sehat jika dihadapkan dengan mereka yang sedang sakit.

Ada beberapa pertanyaan yang semoga dapat terpecahan ketika penelitian selesai.

Adapun pertanyaan yang dimaksud meliputi: bagaimana komunikasi antarpribadi yang

dilakukan para perawat terhadap pasien skizofrenia di rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi

Bogor? dan apa hambatan-hambatan yang ditemui perawat saat berkomunikasi dengan

pasien skizofrenia?

Agar penelitian ini dapat terarah dan reliable maka teori yang menjadi acuan

penelitian ini ialah teori Penetrasi Sosial teori ini dikembangkan oleh Altman dan Taylor

dan teori ini berupaya mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman

seseorang dalam menjalani hubungan dengan orang lain yang artinya seseorang mengenal

orang lain secara gradual melalui komunikasi yang semakin meningkat.

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan ialah pendekatan penelitian

kualitatif, dengan paradigma klasik, jenis metode penelitian field research (studi lapangan)

dan menggunakan descriptive qualitatif case study methode. Dan data didapat dengan

menggunakan teknik wawancara, observasi, studi kepustakaan, dan studi rekaman arsip.

Teknik komunikasi antarpribadi yang dilaksanakan oleh perawat ketika

menghadapi pasien ditandai dengan jalinan komunikasi yang bersifat nonformal sehingga

pasien merasa nyaman akan proses yang sedang dijalani dan proses komunikasi selalu

dilaksanakan dalam jarak yang dekat sehingga umpan baliknyapun dapat dilihat secara

langsung. Hambatan yang ditemui pasien meliputi halusinasi, keadaan jiwa yang belum

stabil, belum terjalinnya rasa percaya pasien terhadap perawat, keengganan pasien untuk

berkomunikasi, pembicaraan pasien yang inkoheren, perawat tidak mengerti apa yang

diucapkan oleh pasien, dan tingkat kesabaran perawat masih minim.

Dengan demikian proses komunikasi merupakan proses yang sangat penting untuk

dijalin antara perawat dan pasien karena jika proses ini tidak dijalin dengan baik maka

perawatpun akan sulit untuk mengarahkan kesembuhan pasien. dan proses komunikasi ini

juga penting diterapkan agar rasa percaya diri pasien semakin meningkat sehingga ia

termotivasi untuk sembuh dan hidup normal seperti sedia kala.

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

“Aku sesuai dengan prasangkaan hambaKu terhadap-Ku dan Aku selalu

bersamanya ketika dia mengingatKu. Apabila dia mengingatKu dalam dirinya,

maka Akupun akan mengingatnya dalam diriKu, apabila dia mengingatKu dalam

suatu jemaah manusia, maka Akupun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan

makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekatiKu sejengkal, maka

Aku akan mendekatinya sehasta, apabila dia mendekatiKu sehasta, maka Aku

akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepadaKu dengan berjalan,

maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari. (HR. Muslim)

Segala puja dan puji kepada Zat yang maha dahsyat, Zat yang

mengenggam segala unsur duniawi dan ukhrawi, Zat yang meliputi apa yang

terfikir dan apa yang tidak terfikir. Maha besar Allah SWT atas segala nikmat dan

karuniaNya. Shalawat yang bertangkaikan salam semoga selalu tercurahkan

kepada junjungan agung kita nabi Muhammad SAW yang senantiasa

membimbing hambanya dari zaman primitif hingga zaman modern saat ini.

Alhamdulillahirabbal‘alamin, penulis tak henti mengucapkan rasa syukur

kepada Allah atas segala rahmat dan petunjuknya, sehingga karya ilmiah ini dapat

terselesaikan. Karena tanpa pertolongan dari yang Maha Agung mustahil karya ini

dapat selesai.

Dengan penuh dengan kesadaran penulis merasa bahwa tanpa bantuan dan

dukungan baik moril maupun materil peneliti tidak akan dapat menyelesaikan

tanggung jawab ini, semuanya terselesaikan berkat arahan, bantuan, petunjuk,

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

iii

motivasi serta doa dari semua pihak, seperti Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan kali ini, peneliti mengucapkan amat banyak terima kasih

kepada beberapa pihak, diantaranya:

1. Bapak Dr. Arief Subhan M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

jajarannya.

2. Bapak Rachmat Baihaky, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam beserta Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam, terima kasih atas segala dukungan dan

motivasinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ibu Kalsum Minangsih selaku Dosen Pembimbing Akademik KPI C 2011

yang telah membantu mengarahkan penulis untuk mengikuti proses kegiatan

akademik.

4. Prof. Dr. H.M. Yunan Yusuf. MA, Selaku dosen pembimbing yang senantiasa

meluangkan waktunya untuk membantu, mengarahkan dan mendukung

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosesn Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman

yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Segenap karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi dan juga Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

iv

yang telah memberikan kemudahan penulis untuk mendapatkan berbagai

referensi dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Segenap pihak Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian dan wawancara serta banyak

membantu dalam penulisan skripsi ini khususnya Ibu Marni selaku

pendukung dari DIKLIT, dan kepada seluruh perawat di ruang Yudistira

khususnya Bapak Ahmad Rivai, Bapak Mamat Sutedi, Ibu Ernawati, Ibu Siti

Rohmah, Ibu Nurmilah, dan Ibu Fujiati yang berkenan memberikan banyak

informasi tentang pola komunikasi perawat terhadap pasien skizofrenia.

8. Kepada ayahanda tercinta Juaeni, dan ibunda tersayang Siti Hasanah. Terima

kasih karena selalu memberikan kepercayaan anakmu ini untuk memilih.

Hampir setiap nafas yang kau hembuskan hanya untuk berdoa agar semua

putra-putrimu kelak bahagia, dan ini persembahan awalku bahwa memenuhi

harapanmu adalah tujuan utamaku, semoga pintu rahmah dan rahimnya

senantiasa menemani setiap derap langkahmu. Amin.

9. Kakakku tercinta Agung Cahya Nugraha, SE. Terima kasih atas dukungan

dan motivasinya yang kerap diberikan kepada penulis.

10. Adikku tercinta Sayyid Fajrin Nugraha. Terima kasih atas dukungan dan

doanya yang senantiasa diberikan kepada penulis.

11. Teman-teman seperjuangan KPI angkatan 2011, khususnya KPI C yang

saling membantu dan memberikan dukungan agar kita bisa sukses bersama.

12. Kakak-kakak dan kawan-kawan semua di UKM Bahasa-FLAT terima kasih

atas dukungan, motivasi dan doanya yang selalu diberikan kepada penulis

hingga akhinya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

v

13. Sahabat-sahabat La-Flamme terima kasih untuk tetap terus berkembang

bersama, terima kasih atas dukungan, motivasi serta doanya, semoga

persahabatankitaakantetapterusberlangsungselaludanselamanya.

14. Sahabatku Siti Khafidoh, Faramudita Dwi Iriyani, Siti Roudhotul Fushiah,

terima kasih karena telah banyak meramaikan sepinya duniaku. Semoga

persahabatan kita tidak berhenti sampai disini. Dan terima kasih pula atas

dukungan, motivasi dan doanya hingga akhirnya penulis terpacu untuk

menyelesaikan karya ilmiah ini.

15. Sahabat-sahabat KKN KITA Desa Karya Mekar, Kecamatan Cariu, Bogor

2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah mendukung serta

memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada

semua pihak yang telah membantu, mendukung dan mendoakan kepada peneliti.

Semoga Allah SWT semakin memberikan karunianya kepada kita semua. Terima

kasih atas segalanya dan mohon maaf atas segala kekhilafan. Semoga skripsi ini

dapat selalu bermanfaat bagi pembaca, dan khusunya bagi peneliti. Amin Yaa

Robbal Alamiiin.

Jakarta, 19 Juni 2013

Penulis

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................................ I

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 11

DAFTAR ISI ................................................................................................................ VII

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8

D. Signifikansi Penelitian ............................................................................... 9

E. Metodologi Penelitian .............................................................................. 10

F. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 18

G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 20

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG KOMUNIKASI ANTARPRIBADI,

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DAN KONSEP SKIZOFRENIA

A. Kajian Ilmiah Mengenai Komunikasi Antarpribadi ................................. 21

1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi ................................................ 21

2. Komponen-Komponen dalam Komunikasi Antarpribadi .................. 21

3. Proses Komunikasi Antarpribadi ....................................................... 28

4. Ciri-Ciri Komunikasi Antarpribadi .................................................... 29

5. Tujuan Komunikasi Antarpribadi ...................................................... 31

B. Teori Penetrasi Sosial ............................................................................... 34

1. Pengertian Penetrasi Sosial ................................................................. 34

2. Tahapan Proses Penetrasi Sosial ......................................................... 35

C. Komunikasi Terapeutik ............................................................................ 38

1. Pengertian Komunikasi Terapeutik .................................................... 38

2. Relevansi Komunikasi Terapeutik ...................................................... 38

3. Tujuan Komunikasi Terapeutik .......................................................... 39

4. Komponen Esensial Komunikasi Terapeutik ..................................... 39

5. Metode-Metode Komunikasi Terapeutik ............................................ 41

6. Teknik Komunikasi Terapeutik .......................................................... 45

D. Skizofrenia ................................................................................................ 48

1. Pengertian Skizofrenia ........................................................................ 46

2. Ciri-Ciri Utama Skizofrenia ................................................................ 48

3. Faktor-Faktor Pemicu Skizofrenia ...................................................... 50

4. Aneka Ragam Skizofrenia................................................................... 51

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

vii

BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT JIWA DR. H. MARZOEKI

MAHDI BOGOR

A. Profil Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor .................. 54

B. Visi, Misi dan Tujuan ......................................................................... 58

1. Visi ................................................................................................ 57

2. Misi ............................................................................................... 57

3. Tujuan ........................................................................................... 57

C. Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ...... 62

D. Ketenagakerjaan ................................................................................. 66

E. Grafik Kinerja Pelayanan ................................................................... 67

F. Data Riwayat Penyakit Gangguan Jiwa Pasien Tahun 2013-2014 ..... 69

1. 10 Besar Diagnosa Rawat Darurat Kasus Psikiatri ...................... 69

2. 10 Besar Diagnosa Rawat Jalan Kasus Psikiatri .......................... 72

3. 10 Besar Diagnosa Rawat Inap Kasus Psikiatri ........................... 76

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARA PERAWAT TERHADAP

PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT DR. H. MARZOEKI

MAHDI BOGOR

A. Identifikasi Informan ........................................................................... 80

1. Identifikasi Perawat Kejiwaan Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Marzoeki

Mahdi Bogor ................................................................................... 80

2. Identifikasi Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr. H..

Marzoeki Mahdi Bogor .................................................................. 84

B. Komunikasi antarpribadi Perawat Terhadap Pasien Skizofrenia di

Rumah sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ............................... 86

1. Analisis Pengembangan Hubungan antara Perawat terhadap Pasien

Skizofrenia ...................................................................................... 87

2. Analisis Komunikasi Terapeutik dalam Pengembangan Hubungan

Perawat terhadap Pasien Skizofrenia ............................................ 111

3. Peran Dakwah dalam Peningkatan Kesadaran Pasien di Rumah

Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ................................... 117

C. Hambatan-Hambatan Yang Ditemuia Perawat Saat Berkomunikasi

dengan Pasien Skizofrenia .................................................................. 119

1. Hambatan yang Terdapat Dalam Diri Pasien ............................... 120

2. Hambatan yang Terdapat Dalam Diri Perawat ............................ 123

BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 125

A. Kesimpulan ................................................................................... 125

B. Saran ............................................................................................. 126

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 129

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Proses komunikasi merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat

dipungkiri oleh kita sebagai makhluk sosial. Komunikasi akan semakin efektif

jika didasari dengan rasa pengertian, keterbukaan, empati dan kepercayaan antara

sesama peserta komunikasi. Dan jika setiap individu memahami betul unsur-unsur

yang terkandung didalamnya.

Unsur-unsur yang dimaksud ialah sumber (source), pesan (message),

saluran (channel), penerima ( receiver, audience), pengaruh (effect) dan umpan

balik (feed back). Dalam proses komunikasi perubahan sikap dalam diri penerima

(receiver) penting adanya karena hal itu sebagai pembuktian bahwa komunikasi

telah berjalan secara efektif meski prosesnya berjalan secara tatap muka atau

tidak.

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi

antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya

menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non

verbal.1 Adapun komunikasi ini dapat dilaksanakan antara orang tua dan anak,

guru dan murid dan juga hubungan antara perawat dan pasien.

Perawat merupakan seseorang yang memiliki tugas dan amanah untuk

dapat merawat pasien yang sedang sakit, baik sakit fisik maupun sakit karena

1

Suranto AW, Komunikasi Interpersonal (Jogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 3.

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

2

gangguan emosional/mental. Gangguan emosional/mental meliputi ketidakpuasan

dengan karakteristik, kemampuan, dan prestasi diri; hubungan yang tidak efektif

atau tidak memuaskan; tidak puas hidup didunia atau koping yang tidak efektif

terhadap peristiwa kehidupan dan tidak terjadi pertumbuhan personal.2 Gangguan

mental ini juga kerap disebut dengan psikosis dan psikosis ini biasanya di

klasifikasikan menjadi dua kelompok utama yaitu psikosis organik dan psikosis

fungsional. Psikosis fungsional ialah gangguan mental yang berat dan sangat

melibatkan seluruh kepribadian tanpa ada kerusakan jaringan saraf.

Kategori psikosis fungsional terbagi lagi menjadi tiga kelompok yaitu,

skizofrenia, gangguan Bipolar, dan gangguan-gangguan psikotik lain. Konsep

skizofrenia ini merupakan suatu gangguan mental yang berat dengan ciri-ciri

khasnya adalah tingkah laku aneh (bizar), pikiran-pikiran aneh, dan halusinasi-

halusinasi pendengaran dan penglihatan (yakni “mendengar suara-suara atau

melihat hal-hal yang tidak ada”).3

Faktor yang menyebabkan gangguan jiwa berat (Skizofrenia) ialah faktor

individual meliputi struktur biologis, ansietas, kekhawatiran dan ketakutan,

ketidakharmonisan dalam hidup, kehilangan arti hidup. Dan juga faktor

interpersonal seperti komunikasi yang tidak efektif dan lain-lain.4

Melihat kondisi pasien maka timbulah sebuah pertanyaan tentang

bagaimana sebenarnya para perawat melakukan pendekatan komunikatif terhadap

pasien yang memiliki kondisi emosional yang tidak stabil, psikologis yang tidak

kondusif dan pola pikir yang dipenuhi dengan halusinasi agar pasien mau

2Sheila L. Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Jakarta: Keperawatan: 2008), h. 4.

3 Yustinus Semiun, OFM, Kesehatan Mental 3 (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 20.

4Sheila L. Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 4.

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

3

mengikuti bujukan perawat. Contohnya, bagaimana cara perawat mengajak pasien

skizofrenia yang tengah sibuk dengan dunianya sendiri agar pasien mau

mengalihkan dunianya dengan berinteraksi dengan orang lain/perawat. Atau

bagaimana cara perawat membujuk pasien untuk mengikuti terapi dan menjaga

kesehatan pasien seperti mejaga kebersihan diri dan lain-lain.

Kondisi pasien yang memiliki banyak kekurangan ini menyebabkan

banyaknya hambatan dan rintangan yang akan dihadapi oleh petugas kesehatan

namun tetap saja ia dituntut untuk bisa menghadapi kesulitan tersebut. dan berkat

kegigihannya hingga akhirnya ia mampu membuat iklim interaksi yang baik

dengan pasien skizofrenia. Sebenarnya yang memiliki kewajiban untuk ikut

menyembuhkan pasien skizofrenia tidak hanya pihak rumah sakit saja namun

juga masyarakat luas. Karena, penderita penyakit ini juga merupakan bagian dari

masyarakat itu sendiri namun akibat kurangnya informasi tentang penyakit

skizofrenia dan bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien ini menyebabkan

stigma negatif menjamur dalam pikiran masyarakat. Masyarakat menganggap

mereka sangat berbahaya, bodoh, aneh, dan tidak bisa disembuhkan, padahal

sudah banyak bukti yang berbicara sebaliknya. Pendapat ini juga selaras dengan

hadist nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim

danAhmad (dari jabir bin Abdullah r.a), sabdanya:

ل اذ إ ف اء و د اء د ل ك ل ج و ز ع هللا أ ب إ ذن ب ر اء الد اء و د يب )اخرجهمسلم(أ ص

Likulli daain dawaun faidzaa ushiiba dawaaud daai baria bi idznil

laahi’azza wa jalla.

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

4

Artinya: “Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai

sasarannya, maka dengan izin Allah penyakit itu akan sembuh”.5

Namun stigma tersebut terus saja melekat dalam diri penderita skizofrenia

sehingga sulit dihilangkan. Stigma dan diskriminasi terhadap penderita penyakit

ini akan membuat penderita semakin merasa terkucilkan dan tidak diperdulikan,

bahkan akibatnya banyak sekali penderita skizofrenia dipasung oleh keluarganya

sendiri agar penderita tidak membuat kegaduhan. Padahal hal itu justru akan

membuat kondisi mental penderita penyakit ini semakin menurun karena mereka

juga seorang manusia yang sudah sepantasnya diberi perlakuan yang sama dengan

manusia lainnya atau justru seharusnya mereka diberi perlakuan yang spesial agar

gangguan mental cepat kembali pulih. Bukan malah dibiarkan berkeliaran di

jalan-jalan tanpa perawatan yang khusus. Bahkan kebanyakan individu yakin

bahwa penderita penyakit ini perlu diasingkan dari masyarakat dan dikirim ke

institusi/rumah sakit jiwa.6

Indonesia memiliki banyak rumah sakit namun tak semua rumah sakit

menyediakan tempat penyembuhan penderita gangguan mental. Para pakar

kesehatan jiwa menyatakan bahwa semakin modern dan industrial suatu

masyarakat semakin besar pula stresor psikososialnya, yang pada gilirannya

menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak mampu mengatasinya.7 Oleh karena

itu berdirinya rumah sakit ini bertujuan agar masalah-masalah dalam masyarakat

tersebut dapat terpecahkan dan para penderita gangguan mental dapat

5 Dadang Hawari, Psikiater, Al-qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa

(Yogyakarta: Pt. Dana Bhakti Prima Yasa, 1995), h. 13.

6Sheila L. Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 348.

7 Hawari, Psikiater, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan jiwa, h. 288.

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

5

disembuhkan. Inilah beberapa contoh dari lembaga rumah sakit jiwa yang ada di

mayarakat:

1. RSJ Soeharto Herdjan, Grogol. Rumah sakit ini beralamatkan di Jl. Prof. Dr.

Latumenten 1 dan memiliki visi untuk menjadi pusat unggulan kesehatan jiwa

perkotaan dan memiliki misi:

a. Melaksanakan pelayanan jiwa sesuai pedoman pelayanan rumah sakit tipe

A.

b. Melaksanakan pendidikan kesehatan jiwa sesuai dengan pedoman rumah

sakit pendidikan.

c. Melaksanakan penelitian kesehatan jiwa sesuai pedoman bioetika

kedokteran.

2. Sanatorium Dharmawangsa, rumah sakit ini beralamatkan di Jl.

Dharmawangsa Raya No. 13 Blok P II Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

12610, Indonesia. Adapun visi yang dimiliki yaitu:

a. Menyelenggarakan fasilitas/pelayanan dalam atmosfir saling

menghormati dan semangat inovatif progresif untuk penanggulangan

stress, depresi, skizofrenia dan gangguan zat.

b. Memberikan kontribusi ilmiah melalui peningkatan cara-cara pelayanan

kepada pasien dan masyarakat luas.

Adapun misi yang dimiliki yaitu sebagai fasilitas secara komprehensif

dan profesional seluruh variasi kondisi patologik. Dengan aspirasi ke arah

pertumbuhan dan perkembangan, mengutamakan pelayanan yang bersahabat,

memuaskan bagi pasien dan keluarga di seluruh dunia.

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

6

3. RSJ Marzuki Mahdi Bogor, rumah sakit ini beralamatkan di Jl. Dr. Sumeru

No. 114, Bogor. Adapun visi yang dimiliki ialah ingin menjadikan rumah sakit

ini sebagai Rumah sakit jiwa rujukan nasional dengan unggulan layanan

rehabilitasi psikososial pada tahun 2019, Sedangkan misi yang dimiliki yaitu:

a. Mewujudkan layanan kesehatan jiwa dengan unggulan rehabilitasi

psikososial

b. Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan riset unggulan

dalam bidang kesehatan jiwa

c. Meningkatkan peran strategis dalam program kesehatan jiwa nasional:

bebas pasung, pengampunan/pembinaan layanan kesehatan jiwa di

layanan primer dan rumah sakit umum.

d. Meningkatkan kolaborasi dan pemberdayaan stakeholder.

e. Meningkatkan komitmen dan kinerja pegawai untuk mencapai

kesejahteraan.

4. RSJ Menur Surabaya, alamat dari rumah sakit ini ialah di jalan Menur No.

120, Menur Prumpung, Sukolali Surabaya, Jawa Timur. Adapun visi yang

dimiliki ialah memberikan pelayanan kesehatan jiwa secara optimal dan

profesional. Dan misi yang dimiliki yaitu:

a. Memberikan pelayanan kesehatan jiwa dibidang promotif, preventif,

rehabilitatif bagi masyarakat.

b. Memberikan pelayanan kesehatan jiwa sub spesialistik seiring dengan

kemajuan IPTEK.

c. Mengembangkan kesehaatan jiwa dibidang neuropsikiatri.

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

7

d. Mengembangkan dan menyempurnakan pendidikana, pelatihan di bidang

administrasi rumah sakit.

e. Mengembangkan budaya organisasi yang mengutamakan pemeliharaan

perbaikan mutu secara terus menerus.

Akibat visi dan misi yang berbeda di setiap rumah sakit yang ada

menyebabkan proses implementasi penyembuhan pasien sangat beragam.

Berdasarkan asumsi yang ada semakin lama instansi tersebut berdiri maka

semakin banyak pengalaman dan pelajaran yang diambil. Sehingga telah banyak

proses perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh instansi mapan tersebut.

Melihat dari pengalaman yang telah dilalui beberapa contoh rumah sakit di

atas maka rumah sakit jiwa Marzuki Mahdi Bogor telah memenuhi kualifikasi

yang ada sebagai rumah sakit jiwa terbesar setelah rumah sakit Lawang di Jawa

Timur dan juga merupakan rumah sakit jiwa pertama di Indonesia.

Rumah sakit jiwa Marzuki Mahdi Bogor merupakan rumah sakit pertama

yang didirikan pada masa Hindia Belanda pada tanggal 1 Juli 1882, proses

perbaikan kualitas pelayanan terus dilakukan oleh rumah sakit ini. sebagai contoh

kini RSJ Marzuki Mahdi Bogor bukan hanya ada pelayanan kesehatan gangguan

jiwa saja namun juga ada perawatan bagi seorang pecandu narkoba, psikotropika,

dan zat adiktif (NAPZA).8

Dari permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk menuangkan

permasalahan ini ke dalam sebuah skripsi yang berjudul “Komunikasi

Antarpribadi Perawat terhadap Pasien Skizofrenia dalam Proses Peningkatan

8 Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 13

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

8

Kesadaran di Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Dalam

Meningkatkan Kesadaran”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Upaya peneliti agar proses dan hasil penelitian dapat dipahami secara

komprehensif maka penelitian ini dibatasi pada pokok permasalahan tentang

komunikasi antarpribadi perawat terhadap pasien Skizofrenia tipe hebefrenik

dan tipe paranoid isolasi sosial (ISOS) di Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki

Mahdi Bogor pada bulan Februari-Maret 2015.

2. Perumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah peneliti tertarik untuk

mengambil garis merah dari sebuah permasalahan yang terjadi, sebagai

berikut:

a. Bagaimana komunikasi antarpribadi yang dilakukan para perawat

terhadap pasien penderita Skizofrenia di rumah sakit jiwa Dr. H.

Marzoeki Mahdi Bogor?”

b. Apa hambatan-hambatan yang ditemui perawat saat berkomunikasi

dengan pasien skizofrenia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti ialah untuk mengetahui dan

memahami bagaimana teknis komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh

perawat rumah sakit jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ketika menghadapi

pasien Skizofrenia hingga akhirnya pasien tersebut dapat mengikuti instruksi dari

perawat bahkan terciptanya proses komunikasi/interaksi yang kondusif.

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

9

D. Signifikansi Penelitian

Adapun signifikansi penelitian ini untuk:

1. Manfaat Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber

informasi dan dokumentasi serta dapat turut serta mengembangkan bidang

ilmu komunikasi. Selain itu, diharapkan juga dapat menjadi sumber referensi

bagi peneliti lainnya yang hendak melakukan penelitian di bidang yang sama,

serta dapat pula dijadikan buku pegangan bagi masyarakat yang memiliki

permasalahan yang serupa dengan permasalahan yang diangkat dalam skripsi

ini.

2. Manfaat Praktis

Setelah penelitian ini selesai dan akhirnya didapatkan sebuah penemuan

tentang bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien skizofrenia yang baik,

maka peneliti mengharapkan agar seluruh masyarakat dapat menerapkan

cara-cara tersebut jika memang terdapat sanak saudara atau masyarakat

sekitar yang mengalami gangguan jiwa jenis ini, sehingga baik perawat

maupun masyarakat umum dapat memperlakukan penderita skizofrenia

dengan santun dan baik.

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian ialah sebagai “basic belief system or world

view that guides the investigator, not only in choices of methode but in

ontologically and epistemololically fundamental ways” yang artinya bahwa

paradigma ialah sistem keyakinan dasar atau cara memandang dunia yang

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

10

membimbing peneliti, tidak hanya dalam pemilihan metode, tetapi juga cara-

cara fundamental yang bersifat ontologis dan epistemologis.9

Adapun paradigma yang digunakan dalam penelitian ini ialah

paradigma klasik. Paradigma ini bersifat objektif dimana data hasil

pengamatan sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan. Jadi, hasil penelitian

hanya tinggal dideskripsikan se-natural mungkin sesuai dengan realitas yang

ada.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan kualitatif menurut Creswell didalam bukunya bahwa

“Qualitatif research is an inquiry process of understanding based on distinct

methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem.

The researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words, reports

detailed views of informant, and conduct the study in a natural setting.10

Yang artinya Penelitian kualitatif adalah proses penyelidikan pemahaman

berdasarkan tradisi metodologi penyelidikan yang berbeda yaitu dengan

mengeksplorasi masalah sosial atau manusia. Peneliti membangun kompleks,

menggambarkan secara holistik (menyeluruh), menganalisis kata-kata,

melaporkan pandangan informan secara detail, dan melakukan penelitian

dengan pengaturan yang alami atau sesuai dengan kondisi lapangan yang ada.

Instrumen dalam penelitian ialah hasil wawancara, angket dan juga

observasi dimana saat itu peneliti akan mengumpulkan informasi, foto-foto

lalu setelah data tersebut terkumpul maka akan di analisa sesuai dengan sudut

9

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik (Jakarta: Bumi Aksara,

2003), h. 26.

10

John W. Creswell, Qualitatif Inquiry and Research Design: Choosing among five

traditions (California: Sage Publications, 1997), h. 15.

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

11

pandang dari objek penelitian dan menggambarkan proses tersebut secara

ekspresif dan menarik.

Alasan mengapa peneliti menggunakan pendekatan ini karena hasil

penelitian ingin diketahui secara menyeluruh, mendalam, faktual, sistematis,

dan akurat agar tujuan dapat tercapai dan rumusan masalah dapat

terpecahkan.

3. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ialah jenis penelitian lapangan (field

research). Dan peneliti berupaya untuk menggunakan descriptive qualitatif

case study methode. Adapun kasus yang diangkat ialah satu kasus saja (single

case). Metode ini dinilai cocok karena dapat dilihat dari rumusan masalah

yang telah disusun yang mengangkat unsur bagaimana sebuah kasus itu

terjadi di dunia sosial. Dan juga meski masalah utama ialah mengenai

gangguan jiwa pasien skizofrenia namun yang menjadi fokus penelitian ialah

orang-orang yang ada di sekitar pasien tersebut seperti para perawat.

Study kasus lebih dikehendaki untuk melacak peristiwa-peristiwa

kontemporer, bila peristiwa yang bersangkutan tak dapat dimanipulasi.

Kekuatan yang unik dalam study kasus adalah kemampuannya untuk

berhubungan sepenuhnya dengan berbagai jenis bukti-dokumentasi,

peralatan, wawancara, dan observasi. Lebih dari itu, dalam beberapa situasi

seperti observasi partisipan, manipulasi informal juga dapat terjadi.11

11 Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2012) h. 12.

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

12

4. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian dalam skripsi ialah perawat dan pasien

penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

b. Objek Penelitian

Objek penelitian ini ialah cara berkomunikasi perawat terhadap

pasien penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi

Bogor.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

Terkait dengan subjek penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi

Bogor adapun waktu penelitian terhitung mulai tanggal 13 Februari 2015

hingga tanggal 30 Mei 2015.

6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini ialah dengan menggunakan beberapa teknik yaitu:

a. Studi Kepustakaan/dokumentasi

Dalam studi kasus, urgensitas dari penggunaan teknik dokumen

ialah untuk mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain.

Manfaat yang pertama penggunaan dokumen sebagai proses verifikasi

akan ejaan dan judul yang benar dari organisasi-organisasi yang telah

disinggung pada proses wawancara. Kedua, dokumen dapat menambah

rincian spesifik lainnya guna mendukung informasi dari sumber-sumber

lain; jika bukti dokumenter bertentangan dan bukannya mendukung,

maka peneliti mempunyai alasan untuk meneliti lebih jauh topik yang

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

13

bersangkutan.12

Teknik ini berguna saat peneliti ingin meneliti tentang

berkas-berkas yang berkaitan tentang lembaga penelitian seperti, berkas

jadwal kapan saat-saat perawat diperkenankan untuk menemui pasien,

lalu petunjuk-petunjuk pelaksaan dan teknis apa saja yang harus dipatuhi

oleh perawat ketika menghadapi pasien rawat inap, dan juga mengenai

informasi sejarah lembaga terkait.

Selain keteranga diatas teknik dokumentasi ini juga dapat berupa

kajian literatur seperti mengkaji beberapa jurnal, artikel ataupun buku

yang memiliki tema yang sama dengan objek penelitian sehingga hasil

penelitian tidak hanya dapat dibuktikan secara praktis saja namun juga

dapat dibuktikan secara akademis.

b. Rekaman Arsip

Rekaman arsip merupakan teknik pengumpulan data yang lebih

spesifik bisa merupakan hal-hal yang dibawah ini:

1) Rekaman layanan, contohnya berapa jumlah klien/pasien jiwa yang

telah dilayani selama kurun waktu tertentu.

2) Rekaman keroganisasian, seperti bagan struktur keorganisasian

dalam periode tertentu, dan ada berapa perawat yang dipekerjakan

untuk menghadapi pasien gangguan jiwa dalam kurun waktu

tertentu.

3) Peta dan bagan karakteristik geografis suatu tempat;

4) Rekaman pribadi, buku catatan harian, kalender, dan daftar no tlp.

12

Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode, h.105.

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

14

c. Wawancara

Wawancara ialah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu

masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua

orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.13

Metode ini digunakan untuk menganalisis data agar data atau

informasi yang didapatkan dapat sebanyak mungkin dan sejelas mungkin.

Tipe wawancara yang akan digunakan ialah tipe wawancara yang tidak

terstruktur agar sesi tanya jawab lebih bersifat luwes dan terbuka. Peneliti

akan langsung mewawancarai para perawat pasien di rumah sakit

Marzuki Mahdi.

Adapun informan yang akan di wawancarai ialah:

1) Ahmad Riva’I, Amd Kep

2) Mamat Sutedi, Amd Kep

3) Nurmilah, Amd Kep

4) Siti Rohmah Amd, Kep

5) Ernawati, Amd Kep

6) Fujiati, Amd Kep

d. Dokumenter

Teknik ini merupakan teknik dengan mengambil foto-foto saat

wawancara berlangsung dan juga saat peneliti melakukan observasi.

Adapun dokumentasi berfungsi sebagai bukti yang dapat menegaskan

narasi yang tertulis di skripsi ini.

13Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode, h. 160.

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

15

e. Observasi

Istilah observasi berasal dari bahasa latin yang berarti melihat dan

memerhatikan. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memerhatikan

secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan

hubungan antaraspek dalam fenomena tersebut.

Adapun menfaat dari observasi/mengamati ialah:

1) Pengamatan merupakan proses dimana seorang peneliti mengalami

langsung, dan proses ini merupakan alat yang ampuh untuk melihat

sebuah realitas.

2) Dengan mengamati, dimungkinkan melihat dan mengamati langsung

kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi

di lapangan.

3) Pengamatan juga memungkinkan peneliti mencatat peristiwa yang

sesuai dengan pengetahuanyang relevan atau yang berdasarkan

dengan data.

4) Data yang diperoleh dari teknik lain dikhawatirkan adanya bias oleh

karena itu proses observasi akan mereduksi sisi kebiasan tersebut.14

Seorang peneliti juga harus memperhatikan beberapa unsur penting, yaitu:

1) Ruang dan tempat, setiap gejala (benda, peristiwa, orang dan hewan)

keseluruhan akan sebuah gejala yang ada dalam ruang observasi

yang akan mencipatakan suasana tertentu patut diperhatikan oleh

peneliti.

14

Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode, h. 143.

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

16

2) Pelaku, pengamatan ini mencakup ciri-ciri pasien tertentu sehingga

bisa diketegorisasikan, dan ciri-ciri ini akan mempengaruhi

bagaimana perawat tersebut menghadapi pasien yang memiliki ciri-

ciri tertentu.

3) Benda-benda atau alat-alat, semua benda dan alat yang berada

dalam ruangan yang digunakan oleh subjek penelitian haruslah

diamati dan dicatat oleh peneliti.

4) Kegiatan, dalam hal ini peneliti juga harus mengamati kegiatan apa

saja atau tahap-tahap komunikasi apa saja yang dilakukan oleh

perawat ketika berhadapan dengan pasien hingga akhirnya

terciptanya proses komunikasi yang kondusif dan timbulkan

keintiman diantara keduanya.

5) Waktu, peneliti harus mengamati waktu saat kapan proses dilakukan

dan harus juga mengamati kapan waktu proses interaksi berkembang

atau bahkan menurun.

6) Peristiwa, jika terjadi suatu peristiwa diluar dari rutinitas yang ada

maka seorang peneliti harus peka untuk mengamati secara seksama

dan tidak lupa pula untuk mencatat.

7) Tujuan, semua tujuan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh

subjek penelitian dan dapat dilihat dari ekspresi muka dan gerak

tubuh, atau ucapan dan gesture.

8) Perasaan, setiap subjek peneliti pasti menunjukan apa yang

sebenarnya tersimpan dalam hati dan fikirannya dan hal ini dapat

terlihat jika peneliti mengamati komunikasi non verbal yang terjadi

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

17

saat proses observasi berlangsung seperti mengamati, ucapan,

gesture, ekspresi muka dan gerakan tubuh.15

Adapun tipe observasi yang akan digunakan oleh peneliti ialah tipe

observasi berperan serta/terlibat, yaitu studi yang disengaja dan dilakukan

secara sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan, dimana pengamat

atau peneliti terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari dari subjek

atau kelompok yang diteliti.16

Adapun menurut penadapat Spindler

pedoman umum yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pengamatan

perperan serta ialah sebagai berikut:

1) Pengamatan yang dilakukan harusah kontekstual atau sesuai dengan

realitas yang ada.

2) Pertanyaan-pertanyaan penelitian harus muncul sesuai dengan apa

yang diamati di lapangan baik dari setting tempat maupun proses yang

terjadi di lapangan.

3) Pengamatan membutuhkan waktu yang lama karena harus berulang-

ulang agar mendapat data yang objektif dan detail.

4) Mengumpulkan pandangan dari lingkungan sekitar.17

7. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara

sistematik hasil wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang

dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang

dikumpulkan dan memungkinkan meyajikan apa yang ditemukan.18

15

Imam Gunawan,Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 149-150. 16

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h.153. 17

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 154.

18Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode, h. 210.

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

18

Setelah data terkumpul maka data akan diolah dengan cara di reduksi

terlebih dahulu data-data yang relevan agar sinkron dengan tujuan penelitian

dan data yang didapat dilapangan yang masih dikatakan data mentah

diringkas, kemudian disusun secara sistematis lalu ditonjolkan berdasarkan

pokok-pokok yang penting sehingga data lebih mudah dikendalikan. Setelah

data dirangking maka data dianalisis atau diolah dengan wujud kata-kata

kedalam tulisan yang lebih luas dan mudah difahami dan bukan hanya itu

data juga diolah berdasarkan teori-teori komunikasi antarpribadi.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan proposal skripsi ini penulis belajar dari beberapa

proposal yang telah ada sebelumnya agar hasil tulisan lebih sistematis karena

pembahasan skripsi terdahulu memiliki grand pemikiran yang sama, yaitu:

1. Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien (Studi Deskriptif

Kualitatif Aktivitas Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Terhadap Pasien

di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta) oleh Abraham

Wahyu Nugroho. Dalam skripsi ini peneliti ingin mengetahui tentang

bagaimana realisasi aktivitas komunikasi terapeutik antara perawat sebagai

komunikator dan pasien yang memiliki penyakit non psikiatri sebagai

komunikan dan untuk menguji apakah teknik komunikasi terapeutik tepat

digunakan atau tidak untuk penyembuhan pasien.19

2. Pola Komunikasi Dokter Terhadap Pasien Dalam Proses Penyembuhan Di

Klinik Makmur Jaya oleh Putri Rachmania. Dalam skripsi ini peneliti ingin

19Abraham Wahyu Nugroho, Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien:

Studi Deskriptif Kualitatif Aktifitas Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Terhadap Pasien di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta (Surakarta: FISIP Universitas Sebelas Maret

Surakarta, 2009).

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

19

mengetahui pola komunikasi yang seperti apa yang digunakan oleh seorang

dokter non psikiatri terhadap pasien non psikiatri agar pesan kesehatan yang

lebih banyak menggunakan istilah asing bisa tersampaikan dengan baik

kepada pasien sehingga problem kesehatan pasien dapat terpecahkan dengan

baik.20

3. Peran Keluarga Terhadap Proses Penyembuhan Pasien Gangguan Jiwa (Studi

Kasus di Yayasan Dian Atma Jaya Lawang Kabupaten Lawang) oleh

Muhammad Salahuddin. Dalam skripsi ini peneliti ingin meneliti tentang

bagaimana peran keluarga untuk ikut serta mempertahankan ataupun

menyembuhkan pasien gangguan jiwa hal ini dilatar belakangin oleh

banyaknya pasien yang setelah kembali dipulangkan dari rumah sakit ke

rumah tinggal, penyakit kejiwaannya kambuh karena banyak keluarganya

yang menolak kehadiran pasien tersebut dan faktor penolakan inilah yang

membuat pasien kembali terpuruk dan akhirnya jiwanya terguncang

kembali.21

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah mengenai “Pola

Komunikasi Perawat terhadap Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Marzuki

Mahdi Bogor” yang menitik beratkan pada bagaimana sebenarnya pola

komunikasi yang digunakan oleh perawat terhadap pasien psikiatri agar pesan

kesehatan tersampaikan dengan baik dan kesadaran pasien gangguan jiwapun

kembali pulih berkat adanya interaksi yang baik antara perawat dan pasien.

20Putri Rachmania, Pola Komunikasi Dokter Terhadap Pasien Dalam Proses

Penyembuhan Di Klinik Makmur Jaya (Jakarta: FIDKOM UIN JAKARTA, 2011)

21Muhammad Salahuddin, Peran Keluarga Terhadap Proses Penyembuhan Pasien

Gangguan Jiwa: Studi Kasus di Yayasan Dian Atma Jaya Lawang Kabupaten Lawang (Malang:

Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang), 2009

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

20

G. Sistematika Penulisan

Tekhnik dari penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan

pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertai) yang telah di susun oleh

tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta press, 2011.

Bab I yaitu Pendahuluan merupakan penjelasan dari latar belakang

masalah penelitian skripsi ini. Didalamnya juga dijelaskan batasan dan rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi

penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan sistematika

penelitian.

Bab II berisi tentang Kajian Teori yang menguraikan tentang

polakomunikasi perawat terhadap pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa Marzuki

Mahdi Bogor dalam proses penyembuhan.

Bab III membahas tentang profil dan gambaran umum Rumah Sakit Jiwa

Marzuki Mahdi Bogor.

Bab IV Pembahasan dan Analisis Data. Pada bab ini terdiri pembahasan

tentang analisis pola komunikasi antara perawat dan pasien skizofrenia di rumah

sakit jiwa marzuki mahdi Bogor dalam proses penyembuhan.

Bab V kesimpulan dan saran akan menjadi butir-butir pada bab kelima

sebagai penutup pada skripsi ini.

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

21

BAB II

KAJIAN TEORI TENTANG KOMUNIKASI ANTARPRIBADI,

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DAN KONSEP SKIZOFRENIA

A. Kajian Ilmiah Mengenai Komunikasi Antarpribadi

1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Menurut Joseph A. Devito yang telah dikutip oleh Effendy dari

bukunya “The Interpersonal Communicaton Book”. Bahwa komunikasi

antarpribadi ialah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua

orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek

dan beberapa umpan balik seketika.1Pendapat senada juga dikemukakan

oleh Deddy Mulyana bahwa komunikasi antarpribadi ialah komunikasi

antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap

pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal

maupun non verbal.2Maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa

komunikasi antarpribadi merupakan proses transaksi pesan dari komunikator

kepada komunikan yang dilakukan secara berhadap-hadapan, sehingga

komunikator dapat langsung menangkap reaksi dari komunikannya baik

reaksi tersebut berbentuk verbal maupun nonverbal.

2. Komponen-Komponen dalam Komunikasi Antarpribadi

Ada beberapa komponen dalam proses komunikasi, yaitu:

sumber/komunikator, proses encoding, pesan/informasi, media, komunikan,

proses decoding, umpan balik/feed back, dampak, dan gangguan (noise).

1Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2003), h. 60.

2 Suranto AW, Komunikasi Interpersonal (Jogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 3.

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

22

Beberapa komponen tersebut memiliki keterikatan antara satu sama lain.

Adapun penjelasan mengenai komponen tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sumber/komunikator, yaitu orang atau sekelompok orang yang

sengaja dan bertujuan untuk berkomunikasi. Mereka inilah yang

berinisiatif untuk berkomunikasi. Beberapa model komunikasi,

menyamakan sumber ini dengan encoder, pengirim, sumber

informasi, atau komunikator.3

Dari pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa komunikator merupakan individu yang

menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan pesan.

Ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh komunikator

agar proses komunikasi dapat berjalan efektif. Pertama,

komunikator diharapkan memiliki kredibilitas yang tinggi bagi

komunikasinya. Kedua, memiliki keterampilan berkomunikasi yang

baik. Ketiga,mempunyai pengetahuan yang luas. Keempat, memiliki

sikap yang baik. Kelima, memiliki daya tarik atau memiliki

kemampuan untuk melakukan perubahan sikap/menambah

pengetahuan pada diri sendiri.4

a. Encoding, merupakan aktifitas internal pada komunikator dalam

menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan

simbol nonverbal, yang disusun berdasarkan aturan tata bahasa,

3 Djuara P. Lubis, Siti Suguah Megniesyah, Ninuk Purnaningsih, Sutisna Riyanto, Yatri I.

Kusumastuti, Hadiyanto, Amiruddin Shaleh, Sumardjo, Sarwiti S. Agung, Siti Amanah, dan Anna

Fatchiya, Dasar-Dasar Komunikasi (Bogor: Sains KPM IPB Press, 2008), h. 7 4 H.A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Bumi

Aksara, 2008), h. 12

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

23

serta disesuaikan dengan karakteristik komunikan. kegiatan ini

merupakan tindakan memformulasikan isi fikiran kedalam simbol.5

b. Pesan adalah suatu informasi yang akan dikirim kepada si penerima

dan juga merupakan buah dari ide dan perasaan pengirim.6 Pesan

terbagi kedalam dua jenis yaitu pesan verbal dan pesan nonverbal.

Suara, mimik, dan gerak-gerik lazim digolongkan dalam pesan

nonverbal, sedangkan bahasa lisan dan bahasa tulisan

dikelompokkan dalam pesan verbal.7

Penulis dapat memahami

bahwa jika pesan merupakan buah dari ide dan perasaan, maka

komunikator yang baik ialah komunikator yang selalu berfikir

ataupun menimbang-nimbang terlebih dahulu isi pesan yang akan ia

sampaikan sehingga apapun yang ia sampaikan selalu sinkron

dengan kondisi komunikan. Karena, bagaimanapun juga proses

komunikasi selalu memiliki tujuan akhir yaitu merubah perilaku

ataupun pendapat seseorang akan suatu hal.

Pesan yang disampaikan harus memenuhi beberapa syarat,

yaitu:

1) Umum

Berisikan hal-hal umum dan mudah dipahami oleh

komunikan/audience, bukan soal-soal yang hanya dipahami

oleh seseorang atau kelompok tertentu.

2) Jelas dan gamblang

Pesan yang disampaikan tidak samar-samar. Jika menggunakan

perumpamaan diusahakan contohnya senyata mungkin, agar

tidak ditafsirkan menyimpang dari yang dikehendaki.

3) Bahasa yang jelas

5Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 7.

6 Arni Muhammad, komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 17.

7 Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h.

62.

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

24

Sejauh mungkin menggunakan bahasa yang tidak mudah

dipahami oleh pendengar atau penerima. Sangat dianjurkan

menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana yang cocok

dengan daerah dan kondisi komunikan.

4) Positif

Secara kodrati manusia tak ingin mendengarkan dan melihat

hal-hal yang tidak menyenangkan dari dirinya. Oleh karena itu,

setiap pesan agar diusahakan bermakna positif.

5) Seimbang

Pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan

dirumuskan sesuai dengan kemampuan komunikan untuk

menafsirkan pesan tersebut.

6) Penyesuaian dengan keinginan komunikan

Seorang komunikan selalu mempunyai keinginan tertentu.

Untuk itu komunikator haruslah mengenal situasi dan kondisi

sasaran/komunikan.8

Dan pesanpun harus bersifat: Informatif, persuasif, dan koersif.

1) Informatif

Komunikator memberikan beberapa keterangan dimana setelah

itu komunikanlah yang akan mengambil kesimpulan sendiri.

2) Persuasif

Bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran

seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan

rupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan. Tetapi

perubahan yang terjadi merupakan kehendak sendiri, misalkan

proses lobbying.

3) Koersif

Pesan yang disampaikan bersifat memaksa dengan

menggunakan sanksi-sanksi, seperti agitasi dengan penekanan

yang menumbuhkan tekanan batin dan ketakutan.Pesan yang

mengandung unsur koersi berbentuk perintah, instruksi untuk

penyampaian akan suatu target.9

Dari tiga kutipan diatas, penulis dapat memahami bahwa

bentuk pesan yang disampaikan dapat disesuaikan dengan kondisi

dan tujuan dari komunikasi itu sendiri. Jika tujuan dari komunikasi

tersebut hanya ingin memberikan informasi layaknya tayangan-

tayangan di media massa yang secara masif disampaikan kepada

8Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 15-16.

9Widjaja, Komunikasi dan Hubungan masyarakat, h. 15.

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

25

khalayak, maka pesan yang disampaikan cenderung bersifat

informatif. Akan tetapi, jika proses komunikasi bertujuan untuk

merubah sisi psikomotorik seseorang maka yang digunakan ialah

bentuk komunikasi persuasif, misalnya: proses penjualan suatu

produk, pada saat itu yang diinginkan oleh penjual bukan hanya

konsumen tahu akan informasi produk tetapi juga konsumen

diharapkan ikut membeli produk yang ditawarkan. Lain halnya

dengan pesan bersifat koersif, jika pesan bersifat informatif dan

persuasif lebih halus penyampaiannya maka pesan koersif ini lebih

mengandung unsur ancaman atau perintah. Misalnya: ketika

terdapat penjahat baru di kantor polisi tidak jujur akan apa yang

telah ia lakukan, maka pak Polisi akan memberikan pesan ancaman

kepada pelaku kriminal tersebut.

c. Saluran/media, saluran komunikasi lebih identik pada proses

berjalannya pesan sedangkan media komunikasi lebih identik

dengan alat (benda) untuk menyampaikan. Media juga berfungsi

sebagai perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk

mengantarkan pesannya agar sampai ke komunikan. contoh, HP.10

d. Penerima/komunikan adalah orang atau sekelompok orang yang

pada sisi lain komunikasi. Ia atau mereka adalah sasaran

komunikasi. Penerima mendengar ketika sumber berbicara, atau

membaca apa yang ditulis oleh sumber.11

10

Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 62. 11

Lubis, Megniesyah, Purnaningsih, Riyanto, Kusumastuti, Hadiyanto, Shaleh, Sumardjo,

Agung, Amanah, dan Fatchiya, Dasar-Dasar Komunikasi, h. 8.

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

26

e. Decoding, merupakan aktifitas internal dalam diri penerima.

Melalui indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam

bentuk “mentah”, berupa kata-kata dan simbol yang harus dirubah

kedalam pengalaman-pengalaman yang mengandung makna.12

f. Umpan Balik (feed back),merupakan tanggapan, umpan balik,

jawaban atau respon komunikan kepada komunikator, bahwa

komunikasinya dapat diterima dan berjalan.13

g. Dampak atau hasil, yakni respon penerima terhadap pesan yang

disampaikan oleh sumber.14

Dampak yang ditimbulkan dapat

diklasifikasikan menurut kadarnya yaitu dampak kognitif, afektif

dan psikomotorik.

1) Dampak kognitif

Berkat komunikasi, seseorang menjadi tahu tentang

sesuatu.Berarti, komunikasi berfungsi untuk memberikan

informasi.15

2) Dampak afektif

Komunikasi sudah membuat hati dan perasaan

komunikan tergerak sehingga sudah timbul perasaan iba,

terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya.16

3) Dampak behavioral/psikomotorik

12

Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 8. 13

Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 46 14

Lubis, Megniesyah, Purnaningsih, Riyanto, Kusumastuti, Hadiyanto, Shaleh, Sumardjo,

Agung, Amanah, dan Fatchiya, Dasar-Dasar Komunikasi, h. 8. 15

Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi,h. 65. 16

Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h. 20.

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

27

Dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk

tindakan atau perilaku. Kini komunikan sudah benar-benar

mau melakukan apa yang komunikator bicarakan.17

h. Gangguan (noise), terdapat dua jenis gangguan yang akan

membuat proses komunikasi tidak berjalan dengan baik yaitu

gangguan mekanik dan juga gangguan semantik.

1) Gangguan Mekanik (mechanical channel noise)

Gangguan mekanik ialah gangguan yang disebabkan

saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Seperti

bunyi mengaung pada pengeras suara atau riuh hadirin atau

bunyi kendaraan lewat ketika seseorang berpidato dalam suatu

pertemuan.18

2) Gangguan Semantik (semantic noise)

Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi

yang pengertiannya menjadi rusak. Karena makna dari

semantik itu sendiri ialah pengetahuan mengenai pengertian

kata-kata yang sebenarnya atau perubahan pengertian kata-

kata.19

Secara umum proses komunikasi dilaksanakan oleh tiga unsur saja

yaitu komunikator, pesan dan komunikan. Akan tetapi, pada praktiknya

proses ini didukung juga oleh usur-unsur yang lain, seperti media/saluran,

feed back dan unsur yang lainnya.

17

Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h. 2 18

Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 46. 19

Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 46.

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

28

3. Proses komunikasi antarpribadi

Proses komunikasi adalah langkah-langkah yang selalu dilakukan oleh

seseorang saat berkomunikasi, adapun langkah-langkah yang dimaksud

ialah:

Ilustrasi proses komunikasi antarpribadi.20

Dari ilustrasi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa ketika

seseorang hendak berkomunikasi, maka ada beberapa tahap yang harus

dilewati, yaitu: pertama, tahap timbulnya sebuah keinginan komunikator

untuk berbagi informasi kepada orang lain. Kedua, tahap dimana

kemampuan internal diri komunikator mulai melaksanakan proses encoding

atau proses memformulasikan isi pikiran ataupun gagasan ke dalam simbol

agar dapat dengan mudah dipahami oleh komunikan. Ketiga, tahap dimana

komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan. Keempat, tahap

dimana komunikan menerima pesan melalui mata dan telinganya

(pancaindera). Kelima, merupakan tahap tentang proses komunikan

mencerna pesan tersebut menjadi sebuah informasi, proses pembentukan

informasi ini kerap disebut dengan decoding. Keenam, setelah informasi

tersebut sudah sepenuhnya difahami oleh komunikan maka tahap terakhir

adalah tahap dimana komunikan memberikan respon/feed back kepada

komunikator.

20

Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 11

Langkah 1

keinginan berkomuni

kasi

Langkah 2

Encoding oleh komunikator

Langkah 3 pengiriman

pesan

Langkah 4 penerimaan

pesan

Langkah 5 Decoding

oleh komunikan

Langkah 6 Umpan balik

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

29

4. Ciri-Ciri Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan jenis komunikasi yang

berlangsung dengan frekuensi pertemuan yang relatif tinggi. Adapun ciri

dari komunikasi ini ialah arus pesan dua arah, suasana nonformal, umpan

balik segera, peserta komunikasi memiliki jarak yang dekat, dan proses

komunikasi dilakukan secara simultan.

a. Komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka

maka setiap yang terlibat sama-sama mengirim dan menerima pesan.21

b. Arus pesan dua arah, proses komunikasi dilaksanakan dengan cara

egaliter atau adanya kesetaraan antara komunikator dan komunikan

sehingga memicu terjadinya pola penyebaran pesan mengikuti arus

dua arah.22

Atau bisa disebut juga bersifat transaksional, sehingga

dapat dilihat dari kenyataannya bahwa komunikasi bergerak

dinamis.23

Penulis memahami maksud dari dinamis ini ialah dimana

terjadi pertukaran pesan secara timbal balik dan berkelanjutan

sehingga iklim komunikasi lebih bersifat santai dan terbuka dan

komunikator dan komunikan dapat berganti peran secara cepat.

c. Close proximity, artinya setiap orang yang terlibat dalam komunikasi

antarpribadi secara fisik akan berdekatan satu sama lain sehingga

memungkinkan pembicaraan yang bersifat pribadi dan rahasia.

Kedekatan ini sekaligus menunjukkan derajat hubungan antara dua

21

Lubis, Megniesyah, Purnaningsih, Riyanto, Kusumastuti, Hadiyanto, Shaleh, Sumardjo,

Agung, Amanah, dan Fatchiya, Dasar-Dasar Komunikasi, h. 247.

22

Suranto AW, Komunikasi Interpersonal h. 16. 23

Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 16.

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

30

belah pihak.24

Penulis dapat memahami bahwa dalam metode

komunikasi ini komunikan dan komunikator dituntut untuk memiliki

kedekatan ketika berkomunikasi, baik dekat jarak maupun dekat

psikologis.

d. Suasana nonformal,25

maksudnya adalah dikarenakan proses

komunikasi ini dilaksanakan secara egaliter ataupun sejajar maka

proses komunikasi bersifat santai, tidak kaku dan tidak terpaku dengan

jabatan lawan bicara karena dalam komunikasi ini pendekatan secara

personal lebih diutamakan.

e. Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri sendiri (self), artinya

segala bentuk proses penafsiran pesan maupun penilaian mengenai

orang lain berangkat dari dalam diri.26

f. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan

dan spontan, baik secara verbal maupun non verbal, dalam metode

komunikasi ini kedua belah pihak saling meyakinkan dengan

mengoptimalkan pesan verbal dan kemampuan berkomunikasi.27

g. Umpan balik segera, komunikator langsung mendapatkan dan

mengetahui respon dari lawan bicara meski respon tersebut negatif,

positif maupun netral. Contoh dari respon verbal yaitu dengan adanya

kata-kata setuju/tidak setuju. Sementara respon non verbal ialah

dengan adanya anggukan kepala, dan lain sebagainya.28

24

Lubis, Megniesyah, Purnaningsih, Riyanto, Kusumastuti, Hadiyanto, Shaleh, Sumardjo,

Agung, Amanah, dan Fatchiya, Dasar-Dasar Komunikasi, h. 247 25

Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 16. 26

Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h.16 27

Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 16. 28

Suranto AW, Komunikasi Interpersona, h. 16.

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

31

h. Komunikasi interpersonal tidak dapat diubah maupun

diulang,29

artinya ketika seseorang sudah terlanjur mengucapkan

sesuatu kepada orang lain, maka ucapan itu sudah tidak dapat diubah

atau diulang.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa proses

komunikasi antarpribadi merupakan proses komunikasi yang cepat dan kaya

akan spontanitas, serta kesalahpahaman dapat dihindari karena prosesnya

dilakukan dengan cara tatap muka sehingga sekecil apapun kesalahan dalam

berkomunikasi dapat langsung diklarifikasi, dan dalam metode ini kedua

belah pihak dapat sama-sama aktif untuk menyampaikan gagasannya.

5. Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan suatu action oriented atau suatu

kegiatan yang dilakukan untuk tujuan tertentu, adapun tujuan tersebut ialah:

a. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain

Maksudnya dalam tujuan ini proses yang dilakukan ialah dengan

cara menyapa, tersenyum, melambaikan tangan, membungkukkan

badan, menanyakan kabar kesehatan partner komunikasi dan lain-lain.30

b. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Melalui komunikasi antarpribadi kita belajar bagaimana dan

sejauhmana kita harus membuka diri pada orang lain. Selain itu,

komunikasi antarpribadi juga akan membuat kita mengetahui nilai,sikap

dan perilaku orang lain. Kita dapat menaggapi dan memprediksi

29Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 16.

30Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 19

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

32

tindakan orang lain.31

Penulis dapat memahami bahwa tujuan ini akan

tercapai jika peserta komunikasi memperhatikan dan mencoba

memahami atau peduli terhadap apa yang terjadi dilingkungan sekitar.

c. Menemukan dunia luar

Dengan berkomunikasi maka kita akan mendapatkan wawasan

baru baik wawasan tersebut bersumber dari dunia internal ataupun

eksternal kita.32

Berdasarkan poin diatas penulis memahami bahwa

dalam komunikasi antarpribadi kita diajarkan agar dapat menjadi

individu yang peduli dan terbuka terhadap orang-orang yang ada

disekitar kita karena berkat mereka kita bisa mendapatkan wawasan dan

pengalaman yang baru.

d. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna

Kita menggunakan banyak waktu berkomunikasi antarpribadi yang

bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial dengan

orang lain. Hubungan membantu mengurangi kesepian dan ketegangan

serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.33

e. Mempengaruhi sikap dan prilaku

Proses komunikasi ini dikatakan efektif jika komunikan mengikuti

apa yang diharapkan oleh komunikator sehingga proses ini dilakukan

agar dapat memberitahu, mengubah pendapat ataupun sikap baik secara

langsung maupun tidak langsung.34

31

Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek (Jakarta: Graha Ilmu: 2009), h. 78 32

Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 20 33

Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek, h. 79 34

Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 21

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

33

f. Bermain dan mencari hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan

seringkali tujuan ini dianggap tidak penting, tetapi sebenarnya

komunikasi yang demikian perlu dilakukan, karena bisa memberi

suasana yang lepas.35

g. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi

Komunikasi interpersonal ini dilaksanakan untuk menghilangkan

atau mengurangi tingkat kesalahfahaman karena dalam proses

komunikasi ini pendekatan yang dilakukan ialah pendekatan secara

langsung.36

h. Memberikan bantuan atau konseling

Psikiater, psikolog klinik dan ahli terapi adalah contoh profesi yang

mempunyai fungsi menolong orang lain. Tugas-tugas tersebut sebagian

besar dilakukan melalui komunikasi antarpribadi.37

Tanpa disadari

setiap orang ternyata sering bertindak sebagai konselor maupun konseli

dalam interaksi interpersonal sehari-hari.38

Dalam komunikasi antarpribadi terdapat beberapa teori yang dapat

dijadikan landasan dasar bagi proses pembelajaran atau penelitian seperti

teori atribusi, teori penetrasi sosial, teori pertukaran sosial, teori

pengungkapan diri, teori pengurangan ketidakpatian, teori nilai hasil

terprediksi, teori Jauhari Window dan masih banyak yang lainnya. Namun

35

Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek, h. 80 36

Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 21 37

Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek, h. 80 38

Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, h. 21.

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

34

dari beberapa teori tersebut peneliti berasumsi bahwa teori yang paling tepat

untuk dijadikan acuan penelitian ilmiah ini ialah:

B. Teori Penetrasi Sosial

1. Pengertian Teori Penetrasi Sosial

Teori penetrasi sosial merupakan bagian dari teori pengembangan

hubungan atau relationship development theory. Altman & Taylor

mengusulkan model ini sebagai suatu proses bagaimana orang saling

mengenal satu sama lain. Model ini juga melibatkan self-disclosure tetapi

dalam perspektif waktu, yaitu ketika berlangsungnya pengembangan suatu

hubungan. Artinya seseorang mengenal orang lain secara gradual melalui

komunikasi yang semakin meningkat.39

Teori penetrasi sosial (social penetration theory) berupaya

mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman seseorang

dalam menjalani hubungan dengan orang lain.40

Maksudnya adalah teori ini

mengupas tentang bagaimana seseorang meningkatkan kualitas

hubungannya, bermula dari rasa sungkan untuk berbicara hingga akhirnya

mencapai tahap terbuka antara satu sama lain.

Terdapat beberapa asumsi yang mengarahkan pada social penetration

theory, yaitu:

a. Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi

intim. Hubungan komunikasi antara orang dimulai pada tahapan

39

Lubis, Megniesyah, Purnaningsih, Riyanto, Kusumastuti, Hadiyanto, Shaleh, Sumardjo,

Agung, Amanah, dan Fatchiya, Dasar-Dasar Komunikasi, h. 265.

37

Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (Jakarta: Kencana Prenada Group,

2013), h. 296.

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

35

suferfisial dan bergerak pada sebuah kontinum menuju tahapan yang

lebih intim.41

b. Perkembangan hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan

disolusi.42

Hal ini dapat dipahami jika pada proses komunikasi

sebelumnya terdapat banyak konflik yang cenderung destruktif atau

konflik yang tidak berkesudahan maka hubungan ini akan semakin

jauh. Karena, baik komunikator maupun komunikan merasa kurang

nyaman antara satu sama lain. Akibatnya, masing-masing dari mereka

semakin menjauhkan diri.

c. Asumsi yang terakhir ialah pembukaan diri (self disclosure), hubungan

yang tidak intim bergerak menuju hubungan yang intim karena adanya

keterbukaan diri.43

Penulis memahami bahwa inti dalam hubungan ialah

keterbukaan diri, karena keterbukaan diri ini ibarat sebuah jembatan

yang dapat menghubungkan dua kubu. Ketika kedua belah pihak baik

komunikator maupun komunikan sudah saling terbuka, maka

memungkinkan untuk saling mengenal dan saling memahami satu sama

lain. Sehingga akan timbul rasa nyaman dan rasa saling ingin

mempertahankan kedekatan/hubungan.

2. Tahapan Proses Penetrasi Sosial

Penetrasi sosial merupakan proses bertahap, dimulai dari komunikasi

basa-basi yang tidak akrab hingga berbagi informasi menyangkut topik

pembicaraan yang lebih pribadi/akrab, seiring dengan berkembangnya

41Richard West& Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan

Aplikasi(Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2012), h. 197. 42

West & Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi,h. 199. 43

West & Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi,h. 199.

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

36

hubungan disini orang akan membiarkan orang lain untuk mengenal dirinya

secara bertahap.44

Altman dan Taylor menggunakan bawang merah (union) sebagai

analogi untuk menjelaskan bagaimana orang melalui interaksi saling

mengelupas lapisan informasi mengenai diri masing-masing. Lapisan luar

berisi informasi superfisial seperti nama, alamat atau umur. Ketika lapisan

ini sudah terkelupas kita semakin mendekati lapisan terdalam yaitu lapisan

informasi tentang kepribadian.45

Dapat dipahami bahwa semakin dalam dan

semakin pribadi informasi yang disampaikan kepada lawan bicara berarti

hubungan yang terjalin semakin akrab. Adapun keakraban terbentuk karena

ada rasa nyaman dan rasa saling percaya.

Ilustrasi tahapan penetrasi sosial46

a. Tahap orientasi: membuka sedikit demi sedikit

Hanya sedikit proses perkenalan secara terbuka pada tahap ini

karena selama tahapan ini pernyataan-pernyataan yang dibuat biasanya

hanya hal-hal yang klise dan merefleksikan aspek superfisial dari

44

S. Djuarsa Sendjaja, Ph.D., dkk. Teori Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka:

1994), h.80 45

Sendjaja, dkk. Teori Komunikasi, h. 80. 46

West & Turner, Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi, h. 205.

Orientasi

Membuka sedikit informasi tentang

diri kita kepada orang

lain/pembentukan kepercayaan

Pertukaran penjajakan afektif

Munculnya kepribadian seseorang

Pertukaran afektif

komunikasi yang spontan;

Pertukaran stabil

Komunikasi yang efisien;

dibangunnya sebuah sistem komunikasi

personal

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

37

seorang individu.47

Dapat disimpulkan bahwa pada tahap ini baik

komunikator maupun komunikan masih sangat berhati-hati untuk

menyampaikan sesuatu sehingga yang dibicarakanpun hanyalah hal

yang bersifat umum saja, sehingga konflik dapat dihindari dan

kesempatan yang lebih besar untuk melanjutkan komunikasi ke tahap

selanjutnya.

a. Pertukaran penjajakan afektif: munculnya diri

Tahap ini merupakan area dimana aspek-aspek pribadi mulai

muncul. Terdapat sedikit spontanitas dalam komunikasi karena

individu-individu sudah sama-sama merasa nyaman, dan mereka sudah

tidak terlalu hati-hati jika apa yang akan ia sampaikan salah

sehinggaakhirnya akan menimbulkan penyesalan, perilaku menyentuh

dan tampilan afeksipun ditampilkan.48

b. Pertukaran afektif: komitmen dan kenyamanan

Tahap ini merupakan tahap interaksi tanpa beban dan santai,

dimana komunikasi sering kali berjalan spontan hal ini karena peserta

komunikasi sudah saling nyaman satu sama lain. Pesan yang

disampaikan juga sudah lebih banyak bahasa nonverbal.Seperti dengan

tersenyum menggantikan kata “saya mengerti”.49

Kesimpulan yang

dipahami penulis ialah proses komunikasi yang intensif dapat

menimbulkan rasa percaya dan rasa nyaman hingga akhirnya dapat

saling terbuka. Oleh sebab itu, pada tahap ini kedua belah pihak tak

hanya saling mendengar dan menanggapi saja namun kini mereka sudah

47

West & Turner, Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi, h. 205. 48

West & Turner, Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi,h. 206. 49

West & Turner, Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi, h. 207

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

38

saling mengevaluasi dan mengkritik satu sama lain. Dan hal ini akan

terjadi jika ketika kedua belah pihak sudah mendapatkan kedekatan

pada proses interaksi sebelumnya.

c. Pertukaran stabil: kejujuran total dan keintiman

Tahap ini merupakan tahap dimana pengungkapan pemikiran,

perasaan dan prilaku secara terbuka.Dalam tahap ini peserta komunikasi

dalam tingkat keintiman tinggi; maksudnya kadangkala salah satu dari

mereka mampu untuk menilai dan menduga perilaku pasangannya

dengan cukup akurat.50

C. Komunikasi Terapeutik

1. Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi Terapeutik ialah suatu konsep interaksi antarpribadi

antara perawat dan pasien, yang selama interaksi berlangsung, perawat

berfokus pada kebutuhan khusus pasien untuk meningkatkan pertukaran

informasi yang efektif antara perawat dan pasien, keterampilan

menggunakan teknik komunikasi terapeutik membantu perawat memahami

dan berempati terhadap pengalaman pasien.51

Dari kutipan diatas penulis

dapat mengambil kesimpulan bahwa setiap perawat sangat dianjurkan untuk

dapat menguasai teknik-teknik komunikasi terapeutik dalam proses

keperawatnya untuk memenuhi standar asuhan pasien.

2. Relevansi Komunikasi Terapeutik

Relevansi komunikasi dan praktik keperawatan jiwa tampak nyata.

Pertama, komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik

50

West & Turner, Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi, h. 209

51 Sheila L. Videbeck, PhD, Rn, Buku Ajar Keperawatan Jiwa: Psychiatric Mental

Health Nursing (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 2008), h. 123.

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

39

karena komunikasi mencakup penyampaian informasi dan pertukaran

pikiran dan perasaan. Kedua, komunikasi adalah cara untuk mempengaruhi

perilaku orang lain. Ketiga, komunikasi adalah hubungan itu sendiri; tanpa

komunikasi, hubungan terapeutik perawat pasien tidak mungkin tercapai.52

Dapat dipahami bahwa komunikasi digunakan oleh insan kesehatan

untuk mengintervensi pasien, agar pasien dapat mencapai perubahan sesuai

dengan apa yang dibutuhkan oleh kesehatan pasien itu sendiri.

3. Tujuan Komunikasi Terapeutik

a. Meningkatkan kesadaran diri, penerimaan diri dan penghargaan diri

pasien

b. Identitas diri jelas, peningkatan intergritas diri.

c. Membina hubungan antarpribadi yang intim, interdependent, memberi

dan menerima dengan kasih sayang.

d. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang

realistik.53

4. Komponen Esensial Komunikasi Terapeutik

Untuk membangun dan mempertahankan hubungan terapeutik maka

perawat dan pasien sebaiknya saling berkomunikasi karena komunikasi

merupakan strategi pertama untuk memulai, mempertahankan, dan

mengakhiri, hubungan terapeutik. Ada beberapa komponen yang penting

dalam sebuah proses hubungan komunikasi terapeutik, yaitu: kerahasiaan,

keterbukaan diri, sentuhan, mendengar dan observasi aktif, dan

menempatkan diri sebagai pasien.

a. Kerahasiaan, berarti menghormati hak klien untuk menjaga rahasia setiap

informasi tentang kesehatan fisik dan jiwanya serta perawatan yang

52Gail Wiscarz Stuart dan Sandra J. Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa:Pocket

Guide to Psychiatric Nursing (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 1998), h. 16

53

Kholid Rosyidi MN, S.Kep, Ns, Prosedur Praktik Keperawatan Jilid 2 (Jakarta:

Penerbit Buku Kesehatan, 2013), h. 77

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

40

terkait. Kerahasiaan berarti hanya mengizinkan individu yang terlibat

dalam perawatan klien untuk memiliki akses-akses ke informasi yang

diungkapkan klien.54

b. Keterbukaan diri, menurut Deering yang telah dikutip oleh Videbeck

didalam buku ajar keperawatan jiwa bahwaketerbukaan diri ialah perawat

yang membuka diri dengan memberikan informasi mengenai diri perawat

itu sendiri seperti informasi tentang biografi, ide, pikiran serta perasaan

pribadi.55

Adapun keterbukaan diri ini diperlukan karena penyakit dan

hospitalisasi menimbulkan stress, seringkali merupakan

pengalaman yang sangat menakutkan bagi pasien. Perawat berada

disamping pasien untuk membantu pasien melalui pengalaman ini.56

c. Sentuhan, menyentuh pasien dapat meningkatkan rasa nyaman dan aman

bila tersebut diizinkan atau diinginkan. Contohnya ialah menyentuh

seorang ibu yang menangis terisak karena kehilangan anaknya.57

d. Mendengardan observasi aktif. Mendengar aktif yang dimaksud ialah

memperhatikan pesan yang disampaikan, mengatur duduk yang sesuai

(berhadapan, jarak yang sesuai dan lain-lain), menghindari terjadinya

interupsi, menyimak setiap perkataan pasien dengan penuh empati, dan

secara ekslusif berkonsentrasi pada apa yang klien katakan.58

Sedangkan

54Sheila L. Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa,h. 125

55

Sheila L. Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa ,h. 126. 56

Monica Ester, S.Kep, Pedoman Perawatan Pasien (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC), h. 6 57

Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 127. 58

Nursalam, Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktek (Jakarta:

Salemba Medika, 2009), h. 35.

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

41

observasi aktif berarti mengobservasi tindakan nonverbal pembicara

ketika ia berkomunikasi.59

e. Menempatkan diri sebagai pasien. Peraturan yang paling penting dalam

teknik komunikasi ini ialah membayangkan diri anda berada dalam posisi

pasien. Hingga akhirnya dapat memahami perasaan mereka dan

menanggapi mereka secara emosional pada kebutuhan atau distres

mereka.60

Dari beberapa penjabaran diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

komponen-komponen diatas urgen untuk diterapkan didalam praktik

komunikasi terapeutik agar pasien merasa nyaman hingga akhirnya bina

trust dapat terlaksana, terlebih terhadap pasien gangguan jiwa yang kerap

sangat sulit untuk membangun rasa nyaman dengan orang lain.

5. Metode-metode Komunikasi Terapeutik

a. Keterampilan Komunikasi Verbal

1) Menggunakan pesan konkret

Dalam praktek komunikasi terapeutik janganlah

menggunakan kata-kata sulit (medis) untuk menggambarkan

masalah, jangan menggunakan kata-kata yang tidak dipahami

masyarakat diluar rumah sakit, namun sangat dianjurkan untuk

menggunakan bahasa sehari-hari seperti kata berjalan, bukan

ambulasi.61

Gunakanlah kata-kata sejelas mungkin ketika

berbicara dengan pasien, sehingga pesan dapat dengan mudah

dipahami Karena individu yang cemas semakin berkurang

59

Videbeck, Buku Ajar Keperawatan, h. 128. 60

Ester, Pedoman Perawatan Pasien, h. 7. 61

Ester, Pedoman Perawatan Pasien, h. 9

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

42

kemampuan untuk memproses konsep sehingga pesan konkret

penting untuk dipertukarkan.62

Dari poin diatas penulis dapat memahami bahwa pesan

yang jelas sangat berguna demi apapun yang disampaikan oleh

perawat kepada pasien dapat difahami secara langsung dan tidak

membutuhkan proses interpretasi lebih dulu, sehingga respon

yang didapatpun akan besifat jelas, maka dalam komunikasi ini

bahasa-bahasa kiasan, bahasa istilah tidak lagi diperlukan.

2) Menginterpretasi Sinyal atau Isyarat

Untuk memahami maksud pasien, perawat memahami dan

mendengarkan isyarat dengan cermat. Adapun isyarat ialah pesan

verbal atau nonverbal yang menandakan kata kunci atau isu untuk

pasien. Isyarat dapat terselubung dalam ucapan pasien atau dapat

ditunjukan dalam proses komunikasi.63

Memahami isyarat ini

sangat penting dalam proses komunikasi karena dengan

memahami isyarat yang diucapkan pasien dapat membantu

perawat mengetahui apa yang perlu ditanyakan selanjutnya atau

bagaimana merespon pasien.64

Namun jika ternyata perawat sulit

mengikuti interaksi yang telah diciptakan oleh komunikan/pasien

karena sulit memahami isyarat dari pasien maka cukup

mendengarkan dengan cermat untuk mengetahui tema atau suatu

topik yang mendasari kata-kata pasien.65

Contohnya ialah:

62

Videbeck, Buku Ajar Keperawatan, h. 130 63

Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 130

64

Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 130 65

Videbeck, Buku Ajar Keperawatan jiwa, h. 131

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

43

Pasien: “oh, hallo, suster. (wajah gembira, tersenyum dan mata

berbinar-binar ; suara riang)

Perawat: “anda tampak gembira hari ini, Ny. Venezia.

Penjabaran tersebut membuahkan sebuah pemahaman

bahwa dalam pesan yang disampaikan oleh pasien banyak

memiliki isyarat ataupun sinyal yang tersirat sehingga tidak

semua orang dapat mengetahui apa yang sebenarnya ada di

pikiran dan perasaan pasien. Oleh karena itu, penulis dapat

mengambil kesimpulan bahwa kunci sukses memahami isyarat

dan sinyal verbal tersebut ialah dengan mendengarkan secara

cermat apa yang disampaikan lewat pesan verbal dan apa yang

ditunjukan oleh pesan nonverbal, dan juga perawat perlu memiliki

banyak wawasan tentang psikologis seseorang agar sensitifitas

perawat semakin terasah.

b. Keterampilan Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal meliputi ekspresi wajah, kontak mata,

suara pengingat seperti “uh huh”, ruang, waktu, batasan, dan gerakan

tubuh. Adapun komunikasi ini juga meliputi pikiran bawah sadar yang

memperlihatkan emosi yang berhubungan dengan isi verbal, situasi,

lingkungan, dan hubungan antara pembicara dan pendengar.66

1) Mengintrepretasi ekspresi wajah dan sikap tubuh

66

Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 138.

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

44

Perhatikan ekspresi pada wajah, sikap tubuh serta gerakan

tubuh pasien. Karena wajah pasien atau tekanan suara, atau cara

bicara dapat mengatakan lebih banyak daripada kata-kata.67

2) Menginterpretasi Isyarat Vokal

Isyarat vokal adalah suara nonverbal yang disampaikan

bersama isi pembicaraan. Volume suara, nada suara, tinggi rendah

nada (pitch) intensitas, penekanan, kecepatan, dan jeda mendukung

pesan pengirim.68

Volume merupakan tingkat kekerasan suara

seseorang dan volume ini merupakan representasi dari rasa marah,

takut, senang, atau bahkan tuli.69

Sedangkan nada suara dapat

mengartikan apakah seseorang sedang merasa tertekan, rileks,

agitasi atau bosan.70

Sedangkan tinggi rendah nada ini bervariasi

dari yang melengking sampai dengan rendah dan mengancam.

Sedangkan intensitas menunjukan seberapa pentingnya pesan yang

disampaikan. 71

3) Menginterpretasi kontak mata

Mata disebut sebagai cerminan jiwa karena mata sering

merefleksikan emosi kita.Pesan yang diberikan oleh mata meliputi

humor, nafsu, penolakan, rasa tertarik, kebingungan, kebencian,

kebahagiaan, keedihan, ketakutan, peringatan, dan pembelaan.72

4) Memahami tingkat makna

67

Ester, S.Kep, Pedoman Perawatan Pasien, h. 7. 68

Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 141. 69

Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 141. 70

Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 141 71

Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 141 72

Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h.141

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

45

Menurut penulis perawat dituntut untuk tidak hanya

mendengar kata-kata yang diucapkan oleh pasien tetapi harus juga

mampu menginterpretasi makna apa yang tersirat dari kata-kata

pasien. Kemampuan melakukan hal ini memerlukan teknik

mendengar secara dangkal yaitu dengan mendengar pesan konkret

dan juga mendengar secara mendalam yaitu memerlukan beberapa

interpretasi pesan kemudian mengumpulkan informasi yang rinci

untuk memvalidasi setiap asumsi atau tidak memvalidasi.73

Dari semua penjabaran tentang keterampilan komunikasi

nonverbal diatas, penulis dapat mengambil garis merah bahwa

segala sesuatu yang dilakukan oleh pasien itu selalu memiliki

makna yang tersirat, hal ini terjadi karena ketidakcakapan pasien

untuk mengungkapkan isi hati dan pikirannya melalui kata-kata

sehingga makna akan lebih banyak terkandung dalam pesan

nonverbalnya. Oleh karena itu, penulis beranggapan bahwa

perawat harus mengamati dengan cermat semua gerak-gerik

pasien. Dan memiliki banyak referensi ilmu agar kesalahan

prediksi makna tidak terjadi.

6. Teknik Komunikasi Terapeutik

Ada beberapa teknik komunikasi yang harus dikuasai oleh perawat

ketika menghadapi pasien agar tidak ada tingkah laku atau bahkan

perkataan yang akhirnya hanya akan memperburuk kondisi kesehatan

pasien, adapun teknik yang dimaksud adalah sebagai berikut:

73 Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 142

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

46

a. Listening, yaitu menerima informasi secara aktif dan memperhatikan

respon pasien.

b. Broad opening (pertanyaan terbuka), yaitu suatu teknik untuk

membuka pembicaraan. Misalnya, “bagaimana perasaan anda hari

ini?”

c. Restating (mengulang), misalnya, “kamu mengatakan bahwa ibumu

meninggal saat usiamu 5 tahun?”

d. Clarification, yaitu dilakukan jika perawat ragu, tidak jelas, tidak

mendengar.Misalnya, “dapatkah anda jelaskan kembali tentang…”

e. Identifikasi tema, yaitu mengidentifikasi pokok yang mendasari

persoalan/masalah yang sering muncul.Misalnya, “saya lihat dari

semua keterangan yang anda jelaskan anda telah disakiti, apakah

ini latar belakang masalahnya?”

f. Silence (diam), hal ini biasanya dilakukan setelah mengajukan

pertanyaan, dan bertujuan memberi kesempatan pasien berfikir dan

memotovasi pasien untuk berbicara.

g. Reflection,yaitu upaya mengembalikan kepada pasien segala ide

pasien, perasaan, pertanyaan dan isinya agar pasien menyadari dan

dapat mengambil keputusan.

h. Focusing (memfokuskan), yaitu Membantu pasien bicara sesuai

dengan topik yang dipilih, sesuai tujuan spesifik, lebih jelas,

berfokus pada realitas.

i. Membagi persepsi, yaitu Menanyakan kepada pasien untuk menguji

pengertian perawat tentang yang ia fikir dan rasakan.

j. Informing, yaitu memberi informasi dan fakta untuk pendidikan

kesehatan.

k. Sugesting, yaitu memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah

l. Humor,yaitu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, menyegarkan

suasana, dan menurunkan agresi.74

D. Skizofrenia

1. Pengertian Skizofrenia

Menurut Mark Durand dan David H. Barlow yang dikutip oleh Herri,

Bethsaida dan Marti bahwa Istilah gangguan skizofrenia ini terdiri dari dua

kata, yakni skhizein = split = pecah, dan phrenia = mind = pikiran.

Skizofrenia ialah gangguan psikotik yang bersifat merusak yang melibatkan

74

Rosyidi, Prosedur Praktik Keperawatan Jilid 2, h. 77-78.

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

47

gangguan berfikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi, dan

perilaku.75

Begitupun pendapat yang senada dari Yustinus didalam bukunya

kesehatan mental 3 bahwa skizofrenia merupakan suatu gangguan mental

yang berat dengan ciri-ciri khasnya adalah tingkah laku aneh (bizar),

pikiran-pikiran aneh, dan halusinasi-halusinasi pendengaran dan penglihatan

(yakni “mendengar suara-suara atau melihat hal-hal yang tidak ada”).76

Dan pendapat senadapun datang dari Richad dan Susan didalam

bukunya Abnormal Psycholgy bahwa Schizophrenia is a disorder with a

range of symtoms involving disturbances in content of thought, form of

thought, perception, affect, sense of self, motivation, behavior, and

interpersonal fungtioning.77

Yang artinya skizofrenia merupakan sebuah

penyakit yang gejalanya berkaitan dengan gangguan isi fikiran, bentuk

pikiran/halusinasi, gangguan persepsi/delusi, rasa kepedulian akan diri

sendiri, motivasi, tingkah laku, dan gangguan akan fungsi hubungan

antarpribadi.

Dari dua pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang menyerang pikiran seseorang,

karenanya berdampak timbulnya gangguan akan persepsi, adanya halusinasi,

tingkah laku yang tidak koheren serta pola hubungan antarpribadi yang

kurang kondusif.

75

Herri Zan Pieter, Bethsaida Janiwarti, Ns. Marti Saragih, Pengantar Psikopatologi

untuk Keperawatan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 329.

76

Yustinus Semiun, OFM, Kesehatan Mental 3 (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 20.

77 Richad P. Halgin & Susan Krauss Whitbourne, Abnormal Psychology : Clinical

Perspectives on Psychology Disorder (New York: Mc Graw Hill, 2007), h. 278.

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

48

2. Ciri-ciri Utama Skizofrenia

Terdapat beberapa ciri-ciri skizofrenia yang harus kita fahami

yaitu, adanya waham/delusi, halusinasi, pembicaraan yang tidak koheren,

perilaku tidak terorganisasi atau katatonik dan ciri-ciri negatif lainnya

(alogia, avolisi, anhedonia) dan juga penarikan diri dari kehidupan sosial.

Jika ciri-ciri ini terjadi pada pasien skizofrenia secara terus menerus selama

enam bulan maka pasien sudah benar-benar positif menderita gangguan jiwa

tipe skizofrenia.78

a. Delusi

Delusi pada penderita skizofrenia yang ditandai gangguan pikiran,

adanya keyakinan yang persisten dan berlawanan dengan kenyataan

tetapi tidak disertai dengan keberadaan sebenarnya, dan juga terisolasi

secara sosial dan besikap curiga pada orang lain.79

Contohnya ia selalu

beranggapan bahwa orang lain selalu menggunjingkan dirinya dan selalu

menuduhnya bahwa ia telah melakukan hal yang tidak bermoral atau

menertawakannya.

b. Halusinasi

Halusinasi yaitu gangguan yang ditandai dengan gangguan

persepsi pada berbagai hal yang dianggap dapat dilihat, didengar ataupun

adanya perasaan dihina meskipun sebenarnya tidak realitas.80

c. Pembicaraan yang tidak koheren

78 Jeffrey S. Nevid, Spencer A Rathus, Beverly Greene, Psikologi Abnormal (Jakarta:

Erlangga, 2003), h. 105.

79Herry Zan Pieter & Namora Lumongga Lubis, Pengantar Psikologi Dalam

Keperawatan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 112.

80

Pieter&Lubis, Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan, h. 113.

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

49

Pembicaraan yang tidak koheren maksudnya ialah seperti topik

pembicaraan yang melompat-lompat, pembicaraan yang serampangan

dan kehilangan asosiasi, neologisme,81

pembicaraan yang tidak

berhubungan dengan topik.82

Dan juga pemikiran dan kata-kata mereka

yang terbalik-balik.83

d. Perilaku tidak terorganisasi atau katatonik

Yaitu tindakan tanpa tujuan dan berulang-ulang seperti bergerak

dengan kegaduhan, agitasi liar dan tidak melakukan apapun dalam waktu

yang sangat lama (katatonik), cara berpakaian yang tak jelas dan tak pas

pada situasinya.84

e. Avolisi (ketidakmampuan mempertahankan aktifitas)

Adanya ketidakpedulian dan disorganisasi dalam menyelesaikan

tugas dan tidak memiliki motivasi hidup. Contohnya ia dapat duduk

sepanjang hari yanpa melakukan apapun.85

f. Anhedonia

Yaitu hilangnya perasaan senang (bahagia) ditandai dengan

hilangnya ketertarikan untuk makan.86

g. Penarikan diri dari kehidupann sosial

They have trouble and tumultuous interactions with relatives,

acquaintances, and even strangers, particularly during the actives phase

81Menciptakan kata atau kalimat yang aneh-aneh, tidak menjawab pertanyaan dan

memberikan jawaban yang menyimpang dari pertanyaan

82 Pieter, Janiwarti & Saragih, Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan, h.333.

83

Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja, Psi, Pengantar Psiokologi Abnormal (Bandung:

Reflika Aditama, 2005), h. 34

84

Pieter, Janiwarti & Saragih, Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan, h.333.

85Wiramihardja, Pengantar Psiokologi Abnormal, h. 137.

86

Pieter, Janiwarti & Saragih, Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan, h.334

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

50

of symptoms.87

Yang artinya adalah mereka memiliki kesulitan dan

kekacauan interaksi dengan sanak keluarga, kenalan dan bahkan orang

yang tak ia kenal/lingkungan sekitar, terutama saat aktivitas pertemuan

pertama.

3. Faktor-Faktor Pemicu Skizofrenia

Ada beberapa faktor yang disinyalir menjadi penyebab gangguan ini

mucul diantaranya faktor genetis, faktos psikologis, faktor lingkungan dan

faktor biokimia.

a. Faktor genetis, menurut beberapa penelitian di beberapa negara

seperti Swedia, Irlandia dan sebagainya bahwa semakin dekat

hubungan genetis antara orang yang didiagnosis skizofrenia maka

iamemiliki sepuluh kali lipat resiko yang lebih besar untuk

mengalami skizofrenia dibandingkan anggota populasi umum.88

b. Faktor psikologis, Yaitu faktor yang berhubungan dengan gangguan

fikiran, keyakinan, opini yang salah, ketidakmampuan membina,

mempertahankan hubungan sosial.89

c. Faktor lingkungan/sosial, pola asuh yang tidak tepat yang tidak

sesuai dengan tumbuh kembang anak, dan tuntutan hidup yang

tinggi.90

d. Faktor biokimia, anggapan bahwa skizofrenia melibatkan terlalu

aktifnya reseptor dopamin di otak.91

87Richard P. Halgin & Susan Krauss Whitbourne, Abnormal Psychology: Clinical

Perspectives on Psychological Disorders (New York: McGraw Hill, 2007), h. 282.

88

Nevid, Rathus & Greene, Psikologi Abnormal, h. 121.

89

Pieter&Lubis, Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan, h. 112

90Pieter&Lubis, Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan, h. 112

91

Nevid, Rathus&Greene, Psikologi Abnormal, h. 123.

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

51

4. Aneka Ragam Skizofrenia

Berdasarkan gangguan skizofrenia terdapat lima tipe utama dan

klasik akan gangguan tersebut, diantaranya ialah: skizofrenia tidak teratur

(hebefrenik), skizofrenia katatonik,skizofreniaparanoid,skizofrenia resedual,

dan skizofrenia yang tidak terperinci. Adapun yang akan menjadi objek

penelitian dalam penelitian ini ialah tipe skizofrenia tidak teratur

(hebefrenik) dan tipe skizofrenia paranoid berikut penjelasan terperinci

tentang dua tipe skizofrenia tersebut:

a. Skizofrenia Tidak Teratur (Hebefrenik)

Pasien dengan gangguan ini senderung menunjukkan kedunguan

dan mood yang gamang, cekikikan, berbicara yang tidak-tidak,

ketidakpaduan antara pikiran, dan sifat kekanak-kanakan.92

Adapun

biasanya tipe skizofrenia ini diderita oleh kalangan remaja dan tipe ini

merupakan tipe skizofrenia yang paling berat dibanding dengan tipe

skizofrenia yang lain.

Orang yang menderita gangguan ini akan menarik diri secara

ekstrem. Ia tidak lagi tertarik pada lingkungannya, sehingga ia hampir

sepenuhnya hidup dalam dirinya sendiri. Ledakan-ledakan emosi, seperti

menangis dan tertawa, yang menimpanya bukan akibat stimulus-stimulus

dari luar, tetapi stimulus-stimulus yang berasal dari dunia khayalan

tempat ia hidup. Penderita hebefrenik tertawa terkikih-kikih seperti anak

kecil. Tertawanya tidak pada tempatnya yang dangkal; dan disamping itu,

ia menyeringai. Ciri tingkah lakunya aneh, ia berbicara dan membuat

gerak-gerik isyarat terhadap dirinya sendiri, berselang-seling antara

menangis dan tertawa serta mengoceh.93

Penulis dapat memahami bahwa tipe skizofrenia ini lebih parah

dengan tipe yang lain karena pasien sudah benar-benar hidup dengan

dunianya sendiri. Tingkah lakunya yang sering tertawa-tawa,

92Nevid, Rathus&Greene, Psikologi Abnormal, h. 118.

93

Semiun, Kesehatan Mental 3, h. 28.

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

52

menyeringai, menangis sendiri itu mengindikasi bahwa halusinasi yang

ada dalam pikiran pasien amatlah tinggi.

Jika penyakit ini semakin parah maka pasien akan bertingkah laku

seperti anak-anak bahkan seperti bayi misalnya bermain dengan

kotorannya sendiri. Penderita gangguan ini biasanya disebabkan oleh

stress yang berlebihan sehingga ia mundur pada tahap seperti kanak-

kanak. Saat tahap ini telah terjadi maka tidak ada yang bisa dilakukan.94

b. Skizofrenia Paranoid

Pada gangguan ini reaksi-reaksi yang ditimbulkan lebih sedikit

dibanding dengan gejala skizofrenia yang lainnya, adapun ciri khas dari

penderita ini ialah murung, mudah tersinggung dan selalu curiga.

Sehingga ia berpotensi berperilaku agresif pada diri sendiri atau orang

lain.95

Orang yang memiliki kecenderungan akan gangguan ini biasanya

adalah orang yang sangat ambisius sehingga saat ia tidak dapat

mendapatkan apa yang ia harapkan ia akan frustasi dan menyalahkan

orang lain sebagai penyebab dari kegagalannya. Dan jika perspektif ini

terus dipertahankan maka hidupnya akan tidak teratur.96

People with this type are preoccupied with one or more bizzare

delusions or have auditory hallucinations related to a theme of being

persecuted or harassed, but without disorganized speech or distrubed

behaviour. The hallucination are usually related to the content of the

dellucions; however, cognitive functioning and effect are reasonable

normal. People with the paranoid type of schizophrenia have tremendous

interpersonal problems, because of their suspicious and argumentative

style.97

94Semiun, Kesehatan Mental 3, h. 29.

95

Pieter&Lubis, Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan, h. 116.

96

Semiun, Kesehatan Mental 3, h. 32.

97Halgin & Whitbourne, Abnormal Psychology: Clinical Perspectives on Psychological

Disorders, h. 283.

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

53

Artinya adalah Orang-orang yang berada pada tipe ini terkadang

asyik dengan satu atau lebih delusi-delusi yang aneh/ganjil atau mereka

memiliki halusinasi-halusinasi pendengaran yang menyiksa atau

menggangu, tetapi tanpa pola berbicara yang baik dan mereka bertingkah

laku yang mengganggu. Halusinasinya berhubungan dengan isi dari

delusi-delusi pasien; bagaimanapun juga fungsi dari kognitif mereka

normal adanya. Orang yang menderita gangguan skizofrenia tipe

paranoid memiliki masalah pribadi yang parah, karena kecurigaan dan

gaya berfikir mereka.

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

54

BAB III

Gambaran Umum Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

A. Profil Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Rumah sakit jiwa ini bernama Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Pemilihan nama tersebut sebagai bentuk apresiasi atas jasa-jasa beliau sebagai

pemimpin pribumi pertama di rumah sakit jiwa bogor ini sejak 17 Agustus

1945 hingga desember 1950. Nama tersebut diresmikan pada tahun 2002.1 Hal

ini sesuai dengan perkataan dari ibu Sumarni, S.Skm, bahwa:

“Pada hari kemerdekaan RI yaitu pada masa pengeboman Hirosima-

Nagasaki dan pada saat itu juga Belandakan ikut menyerah dan saat itu

dipimpin oleh pribumi. Sebenarnya ada dua kandidat. Karena pada masa

Hindia Belanda terdapat dua dokter yang membantu yaitu Dr. Sumeru

dan Dr. H. Marzoeki Mahdi, namun yang terpilih adalah Dr. Marzoeki.

Nah, ketika tahun 1945 diangkatlah Dr. H. Marzoeki sebagai direktur”.2

Rumah sakit Marzoeki Mahdi ini merupakan rumah sakit jiwa pertama di

Indonesia yang sebelumnya bernama Hetkrankzinigengestithte Buitenzorg.

Lembaga ini resmi beroperasi pada masa pemerintahan Hindia Belanda sejak

tanggal 1 Juli tahun 1882, berdasarkan SK Kerajaan Belanda no 10, th 1885.

Rumah sakit ini dibangun dengan tujuan untuk memperbaiki sistem perawatan

pasien gangguan jiwa karena sebelumnya pasien tersebut dirawat di RS Umum,

RS Tentara, Penjara dan kantor polisi dengan sistem perawatan yang kurang

1Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 14

2 Wawancara pribadi dengan Ibu Sumarni S., SKM. Bogor, Rabu 25 Maret 2015.

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

55

pantas seperti pasien selalu dikurung dan diasingkan, pengasingan tersebut

terjadi karena pasien ini dianggap berbahaya untuk masyarakat dan diri pasien

sendiri.3 Dan hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Sumarni, S,

SKM.

“Pada saat itu masyarakat yang terkena gangguan jwa dirawat di RSU,

Kantor polisi di tempat tentara sehingga penangannyapun dengan

kekerasan jadi akhirnya bangsa belanda punya keinginan dan niat yang

baik. Akhirnya dibuatlah rumah sakit khusus gangguan jiwa”.4

Berdasarkan kutipan diatas penulis dapat memahami bahwa sebenarnya

niat yang diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda saat itu sangat baik karena

meski mereka menjajah bangsa Indonesia tetapi ternyata mereka juga

memperhatikan infrastruktur kesehatan masyarakat.

Penanggung jawab pembangunan rumah sakit ini diserahkan kepada Dr.

F.H. Bauer, psikiater RSJ di Belanda dan Dr. W.M. Smit dokter angkatan laut

Belanda. Dengan beberapa persyaratan lokasi, diantaranya:

1. Terletak dekat dengan pusat pemerintahan di Jakarta

2. Dekat dengan jalan pos

3. Harus dapat mampu dan cocok untuk merawat 400 pasien jiwa5

Setelah survei ke beberapa tempat maka bogorlah yang dianggap paling

cocok dengan persyaratan diatas, karena letaknya yang dekat dengan pusat

pemerintahan dan memiliki udara yang sejuk sehingga dianggap cocok untuk

proses penyembuhan pasien gangguan jiwa. Rumah sakit ini terletak di jalan

3 Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 13

4 Wawancara pribadi dengan Ibu Sumarni S., SKM. Bogor, Rabu 25 Maret 2015.

5 Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 13

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

56

Dr.Sumeru, no.144, kota Bogor, kode pos 16111, telepon (0251) 8324025 dan

fax 8324026, dengan luas tanahnya yaitu 113,5601 hektar dan memiliki batas

alamiah yang terbentuk oleh anak sungai cisadane dan cikema. Pada tanggal 4

maret 1866, Bogor resmi menjadi tempat pembangunan rumah sakit jiwa

pertama di Indonesia.

Tenaga kerja pertama terdiri dari 35 orang Eropa dan 95 pegawai

Indonesia dan keturunan Cina. Diantara personil tersebut terdapat 3 orang

dokter yaitu 2 dokter Eropa dan 1 dokter jawa yaitu Dr. Sumeru.

Namun, terdapat beberapa kendala yaitu pada tahun 1942-1945, rumah

sakit ini justru dijadikan sebagai tempat penampungan dan karantina tentara

jepang dan masyarakat yang terserang wabah kolera. Hal ini sesuai dengan

perkataan ibu Sumarni bahwa:

“ Pada masa penjajahan Jepang. Jadi, yang dirawat di RS ini bukan

hanya pasien gangguan jiwa saja yang dirawat. Karena pada saat itu

terjadi wabah Kolera. Dan banyak sekali orang-orang yang terkena

wabah tersebut ditampung di RS ini hampir 2000 orang lebih yang

terkena wabah tersebut. Karena saking banyaknya masyarakat yang

terkena wabah ini maka dirawat disini. Terlebih ketika itu rumah sakit

tidak banyak”.6

Dari hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa alasan

mengapa rumah sakit jiwa ini menjadi tempat perawatan pasien wabah kolera

karena tidak memadainya fasilitas kesehatan di Indonesia saat itu, sehingga

seluruh fasilitas umum khususnya fasilitas kesehatan digunakan sebagai tempat

penyembuhan bagi pasien wabah kolera.

6 Wawancara pribadi dengan Ibu Sumarni S., SKM. Bogor, Rabu 25 Maret 2015.

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

57

B. Visi, Misi dan Tujuan

1. Visi

Rumah sakit jiwa rujukan nasional dengan unggulan layanan rehabilitasi

psikososial pada tahun 2019

2. Misi

a. Mewujudkan layanan kesehatan jiwa dengan unggulan rehabilitasi

psikososial

b. Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan riset

unggulan dalam bidang kesehatan jiwa

c. Meningkatkan peran strategis dalam program kesehatan jiwa nasional:

bebas pasung, pengampunan/pembinaan layanan kesehatan jiwa di

layanan primer dan rumah sakit umum.

d. Meningkatkan kolaborasi dan pemberdayaan stakeholder.

e. Meningkatkan komitmen dan kinerja pegawai untuk mencapai

kesejahteraan.7

3. Tujuan

Tujuan dari RS. Dr. H Marzoeki Mahdi Bogor adalah untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat demi memajukan tingkat

kesejahteraan umum dan juga demi mencerdaskan kehidupan bangsa melalui

fleksibelitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan

produktivitas dan juga penerapan praktek bisnis yang sehat demi:

a. Tercapainya jasa layanan kesehatan jiwa dengan kualitas prima

7 Wawancara pribadi dengan Ibu Sumarni S., SKM. Bogor, Rabu 25 Maret 2015.

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

58

b. Terciptanya produk unggulan dalam bidang kesehatan jiwa

c. Tersedianya sumber daya manusia bidang kesehatan jiwa yang

profesional dan berkomiten kegiatan rumah sakit Dr. H. Marzoeki

Mahdi Bogor menyelenggarakan kegiatan:

1) Pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya kesehatan jiwa

melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif serta

pelayanan penunjangnya secara paripurna

2) Pengembangan pelayanan, pendidikan dan penelitian di bidang

kesehatan jiwa, NAPZA dan pelayanan umum pendukung

pelayanan kesehatan jiwa

3) Pendidikan, penelitian dan usaha lain di bidang kesehatan8

Agar tujuan rumah sakit dapat tercapai maka ada beberapa harapan

ataupun prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman bagi seluruh civitas rumah

sakit seperti motto dan makna filosofis logo rumah sakit.

a. Motto Rumah Sakit Marzuki Mahdi Bogor

Motto merupakan kalimat, frasa, atau kata yang digunakan sebagai

pemicu semangat, pedoman atau prinsip. sebagai lembaga pelayanan

kesehatan yang mementingkan nilai-nilai humanisme motto yang

tertanam, ialah: Pertama, sigap, penulis memahami bahwa seluruh civitas

rumah sakit diharapkan selalu sigap saat merawat dan menyembuhkan

pasien. Kedua, empati, empati adalah faktor yang dapat menumbuhkan

rasa percaya, dan empati juga dianggap sebagai memahami orang lain

8Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 11

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

59

yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita. Dan juga memiliki arti

membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain. Dengan

berempati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, merasakan

seperti orang lain merasakannya.9Ketiga, harmonis, penulis dapat

memahami bahwa semua civitas rumah sakit diharapkan untuk saling

mendukung agar kenyamanan dan keakraban dapat terus. Keempat,

antusias. Kelima, tertib.

b. Makna Logo

Logo rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yaitu berupa

gambar empat ikan lumba-lumba yang sedang mengelilingi RSMM, logo

ini telah ditetapkan sejak tahun 2004.

1) Makna ikan lumba-lumba

a) Lumba-lumba memiliki sifat hidup berkelompok, yang

menggambarkan tentang team work

b) Hewan yang suka belajar, sebuah harapan agar organisasi RS. Dr.

H. Marzoeki Mahdi Bogor untuk terus selalu belajar.

9Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc, Psikologi Komunikasi (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya,

2012), h. 131

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

60

c) Dapat hidup di laut dalam maupun di laut dangkal,

menggambarkan bahwa rumah sakit ini mampu menyesuaikan diri

dalam segala kondisi, dan hal ini telah terbukti dengan tetap

eksisnya lembaga ini selama 128 tahun

d) Hewan yang suka menolong, menggambarkan pengabdian RS. Dr.

H. Marzoeki Mahdi Bogor selalu melayani masyarakat

2) Makna jumlah 4 ekor ikan lumba-lumba

Hal ini menggambarkan 4 (empat) pilar pelayanan yang ada di

RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yaitu, pelayanan jiwa/psikiatri,

pelayanan NAPZA, pelayanan nonpsikiatri/umum dan pendidikan

dan penelitian.

a) Pelayanan Jiwa/Psikiatri, pelayanan ini diberikan kepada pasien

yang menderita gangguan jiwa.10

b) Pelayanan NAPZA, pelayanan diberikan kepada pasien yang

addicted akan obat-obatan terlarang yaitu narkotika, psikotropika

dan zat adiktif lainnya dan juga pasien yang terkena penyakit

HIV/AIDS.11

c) Pelayanan nonpsikiatri/umum, pelayanan yang diberikan pada

pasien nonpsikiatri yang memiliki jenis penyakit seperti penyakit

10Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 20

11

Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 20

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

61

dalam, penyakit mata, kulit, telinga, gigi, kesehatan ibu dan anak

dan lain sebagainya.12

d) Pendidikan dan penelitian, bagian ini merupakan bagian yang

mengadakan perjanjian kerja sama dengan beberapa institusi

seperti beberapa universitas di Indonesia, dan juga mengadakan

beberapa pelatihan dan seminar, dan menjadi lahan penelitian

bagi para karyawan maupun mahasiswa.13

Dari penjabaran diatas, jika empat pelayanan tersebut

dianalogikan seperti empat lumba-lumba yang saling kejar-

kejaran dalam bentuk melingkar, maka dapat dipahami bahwa

empat pelayanan tersebut diharapkan dapat terus bergerak

bersama-sama tanpa henti dan tanpa terputus sesuai dengan

makna filosofi bentuk lingkaran.

3) Makna warna logo

Warna yang terdapat dalam logo ialah warna biru, kuning, dan

hijau. Hal ini menggambarkan Tri Upaya Bina Jiwa, yang berarti

pelayanan kesehatan jiwa mencakup 3 (tiga) bidang pelayanan, yaitu:

a) Usaha prevensi dan promosi

b) Usaha kuratif

c) Usaha rehabilitatif14

12Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 25

13

Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 26 14

Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 12

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

62

Pendapat inipun senada dengan apa yang dikatakan oleh ibu Sumarni,

yaitu:

“Alasan logo lumba-lumba yang dipilih menjadi icon logo RSJ ini

karena lumba-lumba merupakan binatang yang penyayang/penolong,

suka tantangan terus kalo misalnya kalau ketengah laut selalu

bersama-sama itulah yang mendasari kita mengambil lumba-lumba

sebagai logo lalu mengapa 4, hal ini sesuai dengan 4 pilar RSJ yang

pertama pelayanan kesehatan jiwa, pelayanan kesehatan umum,

pelayanan NAPZA dan yang terakhir DIKLIT dan jika semuanya

maju maka akan bergerak bersama. Dan warnanya biru itu kuratif,

bentuknya bulat agar terus berputar dan tidak berhenti.”

Dapat disimpulkan bahwa makna logo dan tujuan rumah sakit RS.

Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor memiliki titik poin yang sama yaitu agar

semua aspek pelayanan dapat diberikan secara prima dan berkualitas.

C. Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Pelayan yang diberikan oleh lembaga ini, ialah: pelayanan selama 24

jam bagi pasien psikiatri maupun non psikiatri, apotik, laboratorium, ruang

radiologi dan jenis pelayanan lainnya. dengan berbagai jenis pelayanan

medis dan fasilitas yang memadai, seperti:

1. Pelayanan kesehatan Jiwa

a. Pelayanan gawat darurat psikiatri, Pelayanan ini merupakan

pelayanan kegawatdaruratan yang diberikan kepada pasien

gangguan jiwa akut, over dosis/intoksinasi Napza dan beroperasi

selama 24 jam, serta dilayani oleh tim kesehatan jiwa yang

profesional dan terlatih.15

15Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 18

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

63

b. Pelayanan rawat jalan psikiatri, pelayanan ini diberikan oleh

dokter ahli kejiwaan/psikiater. Dengan fasilitas meliputi

konsultasi, farmakoterapi, psikoterapi, psikoedukasi, pemeriksaan

MMPI dan surat keterangan sehat jiwa dan bebas narkotika.16

c. Pelayanan rawat inap psikiatri, pelayanan ini terdiri dari 13

ruangan, dengan kapasitas 484 tempat tidur, yang terdiri dari:

1) Ruang PHCU (psychiatric high care unit), ruang ini tersedia

hanya untuk pasien gangguan jiwa yang sangat akut (gaduh

gelisah), dengan dua ruang didalamnya yaitu ruangan Kresna

Pria dan Kresna Wanita.17

2) Ruang Intermediate, merupakan ruang peralihan dari ruang

PHCU ke ruang pemulihan, dengan tuga ruangan didalamnya

yaitu Ruang Utari, Ruang Gatot Kaca, Ruang Subadra.18

Dapat disimpulkan bahwa jika keadaan pasien sudah

mulai membaik maka pasien akan dialihkan dari ruang jiwa

akut PHCU menuju ruang yang agak tenang yaitu ruang

intermediate.

3) Ruang Tenang, merupakan ruang peralihan dari ruang

intermediate, ruangan yang tersedia berjumlah 9 ruangan

16Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 18

17

Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 18

18Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 18

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

64

yaitu: Ruang Srikandi, Ruang Sadewa, Antareja, Bratasena,

Dewi Amba, Arimbi, Saraswati, Abimanyu, Drupadi.

Kesimpulannya ialah bahwa ruang tenang ini

merupakan ruangan yang disediakan bagi pasien yang sudah

mulai tenang sehingga sudah dapat banyak berinteraksi

dengan sesama pasien maupun perawat, sehingga jika kondisi

pasien sudah benar-benar membaik pasien sudah boleh

dipulangkan.

4) Ruang Psiko Geriatri, ruang perawatan ini hanya tersedia bagi

pasien gangguan jiwa dalam usia lanjut (LANSIA).

5) Ruang Perawatan Komorbiditas Fisik, merupakan tempat

perawatan khusus untuk pasien gangguan jiwa yang disertai

dengan penyakit fisik.

6) CLP : Consultation Liason Psychiatry (Paviliun Basudewa)

Kegiatan rutin yang dilaksanakan di ruang rawat inap

psikiatri ini meliputi: pemeriksaan rutin oleh dokter ruangan dan

psikiater, evaluasi psikologi, psikoterapi dan psikoedukasi, terapi

aktivitas kelompok, kegiatan rehabilitasi dan konseling dan

penyuluhan keluarga.

2. Pelayanan NAPZA, pelayanan ini merupakan pelayanan yang

diberikan bagi pasien yang terkena obat-obatan terlarang yaitu

narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Pelayanan ini

tersedia sejak tahun 2001 dan menjadi pusat rujukan pasien

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

65

NAPZA di Bogor, dengan jenis pelayanan meliputi: poliklinik

VCT/CST HIV, ruang rehabilitasi, ruang detoksifikasi, ruang

relaps, one stop service pelayanan HIV/AIDS, Ruang rawat (total

care, biasa dan semi intensif).19

3. Pelayanan umum, menurut penulis pelayanan ini diberikan kepada

pasien yang mengidap penyakit nonpsikiatri seperti penyakit

dalam, mata, telinga dan lain sebagainya. Pelayanan jenis ini mulai

dibangun sejak tahun 2002, Yang dilengkapi dengan fasilitas

penunjang, yaitu: instalasi gawat darurat nonpsikiatri yang

beroperasi selama 24 jam penuh, instalasi rawat jalan non psikiatri,

pelayanan instalasi rawat jalan nonpsikiatri, instalasi rawat inap

umum/non psikiatri dan kamar bedah.20

4. Pelayanan penunjang, menurut penulis pelayanan ini merupakan

pelayanan penunjang demi mengoptimalkan pelayanan lainnya.

dengan ragam pelayanan, yaitu: Instalasi Rehabilitasi Medik,

Laboratorium, Radiologi, EEG, Farmasi, Ambulance RS, Fasilitas

Taman, Binatu RS Pemulsaran Jenazah Satuan Pengamanan,

Hemodialisa, dan Penunjang Spesialistik (endoscopy).21

5. Pelayanan pendidikan dan penelitian,22

pelayanan yang diberikan

meliputi, fasilitasi kerjasama antara rumah sakit dengan berbagai

19Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 20

20

Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 21-23

21Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 24

22

Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 26

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

66

institusi, seperti institusi pendidikan dan institusi sosial, pengadaan

seminar-seminar ataupun pelatihan, baik pelatihan kedokteran

(psikiatri dan nonpsikiatri), keperawatan dan psikologi, serta

memfasilitasi para karyawan dan mahasiswa yang hendak

melakukan penelitian.

D. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan di rumah sakit ini meliputi tenaga kedokteran,

farmasi/apoteker, psikolog, keperawatan, paramedis non keperawatan, dan

S2 manajemen dan administrasi.

1. Tenaga kedokteran

Terdapat beberapa tenaga kedokteran di rumah sakit ini,

diantaranya: pertama, Dokter Spesialis Psikiatri anak dan Psikiatri

remaja maupun dewasa yang berjumlah 13 orang. Kedua, Dokter

Spesialis Gigi yang berjumlah 6 orang dan nonspesialis gigi berjumlah

3 orang. Ketiga,Dokter Umum yang berjumlah 24 orang.23

2. Tenaga fasmasi/apoteker

Terdapat total 7 orang Apoteker baik spesialis maupun nonspesialis.24

3. Psikolog

Psikolog yang terdapat di rumah sakit ini, merupakan sarjana

S1/S2 bidang psikologi dari berbagai universitas, adapun jumlahnya

yaitu 12 orang.25

23Arsip Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

24

Arsip Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

67

4. Tenaga Keperawatan

Tenaga keperawatan yang terdapat di rumah sakit ini

merupakan para sarjana yang telah menempuh masa pendidikan

jenjang D3, S1, S2 keperawatan yang berjumlah 481 orang.26

5. Paramedis non keperawatan, manajemen dan administrasi

Tenaga kerja jenis paramedis nonkeperawatan ini berjumlah 87

orang, S2 manajemen (MARS, Mkes, MM, Msi) berjumlah 16 orang,

tenaga administrasi 374 orang, sedangkan tenaga lainnya berjumlah 34

orang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa total jumlah tenaga kerja di

rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ini sebanyak 1072 orang.27

E. Grafik Kinerja Pelayanan

Kunjungan Rawat Jalan Tahun 2005-2014

Grafik 3.1 kinerja pelayanan di rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor28

25Arsip Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

26

Arsip Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

27Arsip Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

28

Arsip Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

48.333

91301 81.452 79.419 87.942

147579

103.932 115.520 134.516 136.298

0

50.000

100.000

150.000

200.000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Chart Title

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

68

Dari grafik diatas dapat dipahami bahwa kunjungan rawat jalan pasien

sejak tahun 2005 hingga tahun 2014 bersifat fluktuatif.

1. Kunjungan pasien pada tahun 2005 lebih sedikit dibanding tahun-tahun

setelahnya karena hanya berjumlah 48.333 pasien.

2. Kunjungan pasien pada tahun 2006 berjumlah 91.301 pasien.

3. Kunjungan pasien pada tahun 2007 mengalami penurunan hingga

mencapai 81.452.

4. Kunjungan pasien pada tahun 2008 masih menurun hingga mancapai

79.419 pasien.

5. Kunjungan pasien pada tahun 2009 meningkat hingga mencapai 87.942.

6. Kunjungan pasien pada tahun 2010 meningkat tajam hingga mencapai

147.579 pasien, pencapaian tahun 2010 ini merupakan pencapaian

tertinggi dari periode 2005 hingga tahun 2014

7. Kunjungan pasien pada tahun 2011 kembali menurun hingga 103.932.

8. Kunjungan pasien pada tahun 2012 kembali meningkat hingga 115.520.

9. Kunjungan pasien pada tahun 2013 terus meningkat hingga 134.516.

10. Kunjungan pasien pada tahun 2014 mencapai angka 136. 298.

Kesimpulannya ialah bahwa total angka kunjungan pasien sejak tahun

2005-2014 berjumlah 1.026.292 pasien. Data diatas menunjukkan bahwa

kunjungan pasien di Rs. Dr. H. Marzuki Mahdi Bogor tidak menentu, karena

penurunan maupun peningkatan kunjungan kerap terjadi, dengan kunjungan

paling sedikit ada pada tahun 2005 dengan jumlah 48.333 pasien dan

terbanyak pada tahun 2010 dengan jumlah 147.579.

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

69

F. Data riwayat penyakit gangguan jiwa pasien tahun 2013-2014

1. 10 Besar Diagnosa Rawat Darurat Kasus Psikiatri

No Diagnosa Kasus Baru Kasus Lama Total

L P Total L P Total

1 Paranoid Schizofrenia 389 239 628 703 311 1014 1642

2 Acute and transient psychotic disorder

unspecified

90 47 137 7 6 13 150

3 Unspecified nonorganic psychosis 21 12 33 1 1 2 35

4 Deppresive episode unspecified 15 12 27 2 4 6 33

5 HIV desease resulting in unspecified

infectious or parasitic

1 0 1 15 5 20 21

6 Imbalance of constituents of food intake 11 6 17 2 1 3 13

7 Epilepsy, unspecified 4 0 4 7 4 11 15

8 unspecified organic or symtomatic mental

disorder

10 0 10 2 1 3 13

9 Bipolar affective disorder unspecified 7 2 9 1 3 4 13

10 Schizopernia unspecified 6 3 9 2 0 2 11

Jumlah 554 321 874 742 336 1078 1953

Tabel 3.2 10 diagnosa rawat darurat kasus psikiatri29

Terdapat 10 jenis diagnosa gangguan jiwa di ruangan ini untuk periode

2013-2014, yaitu:paranoid schizoprenia, acute and transient psychotic disorder

unspecified, unspecified nonorganic psychosis, deppresive episode unspecified,

HIV desease resulting in unspecified infectious or parasitic, Imbalance of

constituents of food intake, Epilepsy unspecified, unspecified organic or

symtomatic mental disorder, Bipolar affective disorder unspecified,

Schizopernia unspecified, dengan rincian data sebagai berikut:

a. Paranoid schizoprenia, total pasien baru berjumlah 628 orang, dengan laki-

laki berjumlah 389 orang, perempuan 239 orang. Sedangkan total pasien

29Arsip Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

70

lama berjumlah 1014 orang dengan laki-laki 703 orang, perempuan 311

orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 1642 orang.

b. Acute and transient psychotic disorder unspecified, total pasien baru

berjumlah 137 orang, dengan laki- laki berjumlah 90 orang, perempuan 47

orang. Sedangkan total pasien lama berjumlah 13 orang dengan laki-laki 7

orang, perempuan 6 orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini

mencapai 150 orang.

c. Unspecified nonorganic psychosis, total pasien baru berjumlah 33 orang,

dengan laki- laki berjumlah 21 orang, perempuan 12 orang. Sedangkan total

pasien lama berjumlah 2 orang dengan laki-laki 1 orang, perempuan 1 orang.

Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 35 orang.

d. Deppresive episode unspecified, total pasien baru berjumlah 27 orang,

dengan laki- laki berjumlah 15 orang, perempuan 12 orang. Sedangkan total

pasien lama berjumlah 6 orang dengan laki-laki 2 orang, perempuan 4 orang.

Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 33 orang.

e. HIV desease resulting in unspecified infectious or parasitic, total pasien baru

berjumlah 1 orang, dengan laki- laki berjumlah 1 orang, perempuan tidak

ada. Sedangkan total pasien lama berjumlah 20 orang dengan laki-laki 15

orang, perempuan 5 orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini

mencapai 21 orang.

f. Imbalance of constituents of food intake, total pasien baru berjumlah 17

orang, dengan laki- laki berjumlah 11 orang, perempuan 6 orang. Sedangkan

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

71

total pasien lama berjumlah 3 orang dengan laki-laki 2 orang, perempuan 1

orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 20 orang.

g. Epilepsy unspecified, total pasien baru berjumlah 4 orang, dengan laki- laki

berjumlah 4 orang, perempuan tidak ada. Sedangkan total pasien lama

berjumlah 11 orang dengan laki-laki 7 orang, perempuan 4 orang. Sehingga

total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 15 orang.

h. unspecified organic or symtomatic mental disorder, total pasien baru

berjumlah 10 orang, dengan laki- laki berjumlah 10 orang, perempuan tidak

ada. Sedangkan total pasien lama berjumlah 3 orang dengan laki-laki 2

orang, perempuan 1 orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini

mencapai 13 orang.

i. Bipolar affective disorder unspecified, total pasien baru berjumlah 9 orang,

dengan laki- laki berjumlah 7 orang, perempuan 2 orang. Sedangkan total

pasien lama berjumlah 4 orang dengan laki-laki 1 orang, perempuan 3 orang.

Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 13 orang.

j. Schizopernia unspecified, total pasien baru berjumlah 9 orang, dengan laki-

laki berjumlah 6 orang, perempuan 3 orang. Sedangkan total pasien lama

berjumlah 2 orang dengan laki-laki 2 orang, perempuan tidak ada. Sehingga

total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 11 orang.

Dari tabel dan penjabaran diatas penulis dapat mengambil beberapa

kesimpulan. Kesimpulan pertama, jika kita membandingkan antara total jumlah

pasien rawat darurat psikiatri dengan kasus baru berjumlah 874 sedangkan total

pada kasus lama total berjumlah 1078. Dari total jumlah tersebut dapat

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

72

disimpulkan bahwa pasien yang kerapkali mengunjungi ruang gawat darurat

psikiatri merupakan pasien lama yang belum sembuh sepenuhnya sehingga ia

harus datang kembali ke ruangan tersebut untuk berobat. Kesimpulan kedua,

jika dibandingkan antara total pasien psikiatri laki-laki yang berjumlah 1296

dan total pasien psikiatri perempuan hanya berjumlah 657. Dari total tersebut

dapat dilihat bahwa ternyata pasien yang selama ini mendatangi ruang gawat

darurat tersebut dominan kaum laki-laki. Kesimpulan ketiga, jika dilihat dari

total pasien di setiap diagnosa penyakit kejiwaan diatas paling banyak pada

kasus skizofrenia paranoid karena total jumlah pasiennya hingga mencapai

1642 sedangkan total pasien di kasus lain jauh dibawah itu, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa masyarakat lebih rentan terkena gangguan skizofrenia

paranoid.

2. 10 Besar Diagnosa Rawat Jalan Kasus Psikiatri Tahun 2014

No Diagnosa Kasus Baru Kasus Lama Total

L P Total L P Total

1 Paranoid Schizofrenia 990 621 1611 11932 6048 17980 19591

2 Acute and transient psychotic disorder

unspecified 185 145 330 270 190 460 790

3 Deppresive episode unspecified 144 144 288 113 218 331 619

4 Anxiety disorder unspecified 110 123 233 187 172 359 592

5 Bipolar affective disorder unspecified 64 89 153 127 158 285 438

6 Schizoaffective disorder unspecified 46 42 88 97 92 189 277

7 Unspecified nonorganic psychosis 60 54 114 58 38 96 210

8 Severa depressive episode with

psychotic symptoms 34 49 83 53 67 120 203

9 Conduct disorder unspecified 23 10 33 86 51 137 170

10 Schizopernia unspecified 35 63 98 21 25 46 144

Jumlah 1691 1340 3031 12944 7059 20003 23034

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

73

Tabel 3.3 10 diagnosa rawat jalan kasus psikiatri tahun 201430

Terdapat 10 jenis diagnosa gangguan jiwa di ruang rawat jalan kasus

psikiatri ini untuk periode 2013-2014, yaitu:Paranoid schizopernia, Acute and

transient psychotic disorder unspecified, Deppresive episode unspecified,

Anxiety disorder unspecified, Bipolar affective disorder unspecified,

Schizoaffective disorder unspecified, Unspecified nonorganic psychosis, Severa

depressive episode with psychotic symptoms, Conduct disorder unspecified,

Unspecified dementia, adapun rinciannya sebagai berikut:

a. Paranoid schizopernia, total pasien baru berjumlah 1611 orang, dengan laki-

laki berjumlah 990 orang, perempuan 621 orang. Sedangkan total pasien

lama berjumlah 17980 orang dengan laki-laki 11932 orang, perempuan 6048

orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 19591 orang.

b. Acute and transient psychotic disorder unspecified, total pasien baru

berjumlah 330 orang, dengan laki- laki berjumlah 185 orang, perempuan 145

orang. Sedangkan total pasien lama berjumlah 460 orang dengan laki-laki

270 orang, perempuan 190 orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis

ini mencapai 790 orang.

c. Deppresive episode unspecified, total pasien baru berjumlah 288 orang,

dengan laki- laki berjumlah 144 orang, perempuan 144 orang. Sedangkan

total pasien lama berjumlah 331 orang dengan laki-laki 113 orang,

perempuan 218 orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini

mencapai 619 orang.

30Arsip Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

74

d. Anxiety disorder unspecified, total pasien baru berjumlah 233 orang, dengan

laki- laki berjumlah 110 orang, perempuan 123 orang. Sedangkan total

pasien lama berjumlah 359 orang dengan laki-laki 187 orang, perempuan

172 orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 592

orang.

e. Bipolar affective disorder unspecified, total pasien baru berjumlah 153

orang, dengan laki- laki berjumlah 64 orang, perempuan 89 orang.

Sedangkan total pasien lama berjumlah 285 orang dengan laki-laki 127

orang, perempuan 158 orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini

mencapai 438 orang.

f. Schizoaffective disorder unspecified, total pasien baru berjumlah 88 orang,

dengan laki- laki berjumlah 46 orang, perempuan 42 orang. Sedangkan total

pasien lama berjumlah 189 orang dengan laki-laki 97 orang, perempuan 92

orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 277 orang.

g. Unspecified nonorganic psychosis, total pasien baru berjumlah 114 orang,

dengan laki- laki berjumlah 60 orang, perempuan 54 orang. Sedangkan total

pasien lama berjumlah 96 orang dengan laki-laki 58 orang, perempuan 38

orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 210 orang.

h. Severa depressive episode with psychotic symptoms, total pasien baru

berjumlah 83 orang, dengan laki- laki berjumlah 34 orang, perempuan 49

orang. Sedangkan total pasien lama berjumlah 120 orang dengan laki-laki 53

orang, perempuan 67 orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini

mencapai 203 orang.

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

75

i. Conduct disorder unspecified, total pasien baru berjumlah 33 orang, dengan

laki- laki berjumlah 23 orang, perempuan 10 orang. Sedangkan total pasien

lama berjumlah 137 orang dengan laki-laki 86 orang, perempuan 51 orang.

Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 170 orang.

j. Unspecified dementia, total pasien baru berjumlah 98 orang, dengan laki-

laki berjumlah 35 orang, perempuan 63 orang. Sedangkan total pasien lama

berjumlah 46 orang dengan laki-laki 21 orang, perempuan 25 orang.

Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 144 orang.

Dari penjabaran diatas penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan.

Kesimpulan pertama, bahwa total pasien pada rawat jalan kasus psikiatri untuk

kasus baru berjumlah 3031, sedangkan kasus lama mencapai angka 20.003, hal

ini membuktikan bahwa pasien yang telah dirawat dirumah sakit jiwa

sebelumnya tidak sepenuhnya sembuh sehingga ia kembali terdaftar menjadi

pasien gangguan jiwa. Kesimpulan kedua, total pasien perempuan baik kasus

baru maupun lama berjumlah 8399 pasien, sedangkan untuk total pasien laki-

laki mencapai angka 14.635 pasien. Dari total hitungan tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa kasus psikiatri ini lebih banyak dialami oleh kaum laki-laki.

Kesimpulan ketiga, dari penjabaran diatas jika kita bandingkan total jumlah

pasien dari setiap diagnosa kasus psikiatri untuk rawat jalan yang ada maka

dapat disimpulkan bahwa jenis gangguan kejiwaan yang kerapkali melanda

masyarakat Indonesia di tahun 2014 ialah gangguan paranoid schicoprenia.

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

76

3. 10 Besar Diagnosa Rawat Inap Kasus Psikiatri Tahun 2013-

2014

No Diagnosa Kasus Baru Kasus Lama Total

L P Total L P Total

1 Paranoid Schizofrenia 245 98 343 513 233 746 1,089

2 Acute and transient psychotic disorder

unspecified 262 88 350 52 5 57 407

3 Unspecified nonorganic psychosis 76 71 147 15 42 57 204

4 Deppresive episode unspecified 49 28 77 4 5 9 86

5 HIV desease resulting in unspecified

infectious or parasitic 21 34 55 13 18 31 86

6 Imbalance of constituents of food intake 29 25 54 5 4 9 63

7 Epilepsy, unspecified 35 20 55 5 2 7 62

8 unspecified organic or symtomatic mental

disorder 26 12 38 12 11 23 61

9 Bipolar affective disorder unspecified 18 29 47 0 2 2 49

10 Schizopernia unspecified 20 24 44 0 2 2 46

Jumlah 781 429 1,21 619 324 943 2,153

Tabel 3.4 10 besar diagnosa rawat inap kasus psikiatri tahun 2013-201431

Terdapat 10 jenis diagnosa gangguan jiwa di ruang rawat inap kasus

psikiatri ini untuk periode 2013-2014, seperti paranoid schizoprenia, acute and

transient psychotic disorder unspecified, unspecified nonorganic psychosis,

deppresive episode unspecified, HIV desease resulting in unspecified infectious

or parasitic, Imbalance of constituents of food intake, Epilepsy unspecified,

unspecified organic or symtomatic mental disorder, Bipolar affective disorder

unspecified, Schizopernia unspecified, adapun rinciannya sebagai berikut:

a. Paranoid Schizofrenia, total pasien baru berjumlah 343 orang, dengan laki-

laki berjumlah 245 orang, perempuan 98 orang. Sedangkan total pasien

31Arsip Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

77

lama berjumlah 746 orang dengan laki-laki 513 orang, perempuan 98

orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 1089 orang.

b. Acute and transient psychotic disorder unspecified, total pasien baru

berjumlah 350 orang, dengan laki- laki berjumlah 262 orang, perempuan 88

orang. Sedangkan total pasien lama berjumlah 57 orang dengan laki-laki 52

orang, perempuan 5 orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini

mencapai 407 orang.

c. Unspecified nonorganic psychosis, total pasien baru berjumlah 147 orang,

dengan laki- laki berjumlah 76 orang, perempuan 71 orang. Sedangkan

total pasien lama berjumlah 57 orang dengan laki-laki 15 orang, perempuan

41 orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 204

orang.

d. Deppresive episode unspecified, total pasien baru berjumlah 77 orang,

dengan laki- laki berjumlah 49 orang, perempuan 28 orang. Sedangkan

total pasien lama berjumlah 9 orang dengan laki-laki 4 orang, perempuan 5

orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 86 orang.

e. HIV desease resulting in unspecified infectious or parasitic, total pasien

baru berjumlah 55 orang, dengan laki- laki berjumlah 21 orang, perempuan

34 orang. Sedangkan total pasien lama berjumlah 31 orang dengan laki-laki

13 orang, perempuan 18 orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis

ini mencapai 86 orang.

f. Imbalance of constituents of food intake, total pasien baru berjumlah 54

orang, dengan laki- laki berjumlah 29 orang, perempuan 25 orang.

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

78

Sedangkan total pasien lama berjumlah 9 orang dengan laki-laki 5 orang,

perempuan 4 orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini

mencapai 63 orang.

g. Epilepsy unspecified, total pasien baru berjumlah 55 orang, dengan laki-

laki berjumlah 35 orang, perempuan 20 orang. Sedangkan total pasien lama

berjumlah 7 orang dengan laki-laki 5 orang, perempuan 2 orang. Sehingga

total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 62 orang.

h. unspecified organic or symtomatic mental disorder, total pasien baru

berjumlah 38 orang, dengan laki- laki berjumlah 26 orang, perempuan 12

orang. Sedangkan total pasien lama berjumlah 23 orang dengan laki-laki 12

orang, perempuan 11 orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini

mencapai 61 orang.

i. Bipolar affective disorder unspecified, total pasien baru berjumlah 47

orang, dengan laki- laki berjumlah 18 orang, perempuan 29 orang.

Sedangkan total pasien lama berjumlah 2 orang dengan laki-laki tidak ada,

perempuan 2 orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini

mencapai 49 orang.

j. Schizopernia unspecified, total pasien baru berjumlah 44 orang, dengan

laki- laki berjumlah 20 orang, perempuan 24 orang. Sedangkan total pasien

lama berjumlah 2 orang dengan laki-laki tidak ada, perempuan 2 orang.

Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 46 orang.

Dari beberapa penjabaran maka dapat diambil beberapa kesimpulan,

yaitu: kesimpulan pertama, total jumlah pasien baru yang jumlahnya mencapai

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

79

1210, sedangkan pasien lama mencapai 943. Dari total jumlah tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa penghuni rawat inap kasus psikiatri lebih banyak

pasien baru. Kesimpulan kedua, jika kita bandingkan total pasien perempuan

yang mencapai 753, sedangkan laki-laki mencapai 1400. Dari total perolehan

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pasien yang menghuni ruangan di

rumah sakit jiwa ini lebih banyak laki-laki dibanding perempuan. Kesimpulan

ketiga, jika kita melihat pada total jumlah pasien di setiap jenis penyakit

gangguan kejiwaannya, maka dapat disimpulkan bahwa penyakit gangguan

skizofrenia paranoid lebih rentan menjangkit masyarakat dibanding jenis

gangguan kejiwaan lainnya pendapat ini dilandasi oleh data pasien yang

mencapai 1.089 pasien.

Dari kesimpulan tiga tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada

tahun 2014 ini pasien yang seringkali mengunjungi ruang gawat darurat, ruang

rawat jalan maupun ruang rawat inap pikiatri dominan pasien lama, dan

berjenis kelamin laki-laki, adapun jenis kasus psikiatri yang melanda ialah jenis

kasus skizofrenia paranoid.

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

80

BAB IV

ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARA PERAWAT TERHADAP

PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT DR. H. MARZOEKI MAHDI

BOGOR

A. Identifikasi Informan

1. Identifikasi Perawat Kejiwaan Di Rumah Sakit Jiwa Marzuki Mahdi

Bogor

Agar hasil penelitian dapat mendapatkan hasil yang optimal, maka

peneliti melibatkan 6 perawat dalam proses penelitian ini yaitu pak

Ahmad Riva’I, pak Mamat Sutedi, ibu ernawati, ibu Nurmilah, ibu Siti

Rohmah, dan ibu Fujiati.

a. Ahmad Rivai, Amd Kep. Ia biasa dipanggil dengan sebutan Pak

Riva’I dan merupakan kepala ruangan di bangsal Yudistira. Ia telah

menjadi perawat di rumah sakit ini sejak tahun 1990 hingga sekarang.

Menurutnya hambatan/kesulitan yang kerapkali ditemukan saat

berinteraksi dengan pasien ialah saat menghadapi pasien yang tidak

kooperatif untuk berkomunikasi/beriteraksi, saat pasien masih

dominan dikuasai oleh halusinasi visual maupun auditori dan ketika

pasien yang seringkali menunjukan perilaku kekerasan. Sedangkan

pengalamannya ialah disaat pasien menunjukkan perkembangan

positif yang signifikan, halusinasinya hilang atau berkurang,

emosinya stabil, perilakunya baik, aktifitasnya terarah, dan cara

pasien berkomunikasi dengan sesama terarah/koheren. Adapun

pendekatan yang dilakukan oleh pak Riva’I saat berinteraksi dengan

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

81

pasien ialah dengan membina hubungan saling percaya terlebih

dahulu sebelum menjalin hubungan komunikasi yang lebih jauh,

menyapa pasien dengan ramah, memperkenalkan diri dengan sopan,

menanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan, memperjelas

tujuan, jujur dan menepati janji terhadap pasien, menunjukkan sikap

empati, memberikan perhatian yang penuh, memberikan intonasi yang

sesuai dengan masalah yang dihadapi pasien serta mengajarkannya

bagaimana cara untuk mengatasi halusinasi dan rasa marah.1

b. Mamat Sutedi, Amd kep. Biasa dipanggil dengan sebutan Pak Mamat,

beliau telah bekerja disini sejak tahun 1991. Menurutnya yang

menjadi hambatan/kesulitan saat berinteraksi dengan pasien ialah saat

pasien berbicara menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh

perawat, saat pasien tidak mau berkomunikasi dengannya. Dan hal-

hal yang menurutnya menarik ialah saat pasien mudah untuk diajak

berkomunikasi (kooperatif). Saat menghadapi pasien ia menggunakan

teknik komunikasi yang asertif dan setiap memulai interaksi ia

menerapkan prinsip BHSP (bina hubungan saling percaya) barulah

setelah kepercayaan tersebut terbangun ia menggunakan teknik TAK

atau terapi aktifitas kelompok.2

c. Ernawati, Amd Kep. Ia telah mengabdi selama 11 tahun sejak tahun

2004 lalu. Menurutnya yang menjadi kesulitan saat bertugas ialah saat

pasien hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa daerahnya, sehingga

1Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Riva’I , Amd Kep, Perawat RSJ Dr. H.

Marzoeki Mahdi Bogor, Bogor 18 Mei 2015 2Wawancara pribadi dengan bapak Mamat Sutedi , Amd Kep, Perawat RSJ Dr. H.

Marzoeki Mahdi Bogor, Bogor 18 Mei 2015

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

82

ia sulit untuk memahami maksud dari pasien dan begitupun

sebaliknya. Sedangkan hal yang menurutnya menarik saat bertugas

ialah saat ia dapat mengetahui berbagai macam penyebab masalah

yang dihadapi oleh pasien sehingga dari masalah tersebut bu Erna

dapat mengambil pelajaran hidup.3

d. Nurmilah, Amd Kep. Biasa dipanggil Ibu Milah, ia telah mengabdi di

rumah sakit ini sejak 11 tahun yang lalu atau sejak tahun 2004.

Menurtnya hal yang menjadi hambatan ataupun kesulitan saat ia

bertugas ialah saat pasien berbicara tidak nyambung/inkoheren

dengan apa yang sedang dibicarakan, menunjukan ekspresi tegang

karena marah, masih sangat gelisah sehingga tiba-tiba memukul

perawat. sedangkan hal yang menurutnya menarik saat pasien

menunjukan kondisi yang tenang sehingga dapat dengan mudah

bekerjasama dengan perawat, pasien mau mengikuti kegiatan

penyembuhan dengan baik dan antusias. Selama ini ia menggunakan

teknik komunikasi yang mengedepankan kontrak terlebih dahulu saat

hendak berkomunikasi sehingga di proses selanjutnya pasien dapat

lebih terbuka terhadap perawat.4

e. Siti Rohmah, Amd Kep. Biasa dipanggil dengan nama ibu Siti. Ia

telah mengabdi di rumah sakit ini sejak tahun 2003 yang lalu.

Kesulitan yang seringkali ia temukan saat menghadapi pasien ialah

3Wawancara pribadi dengan Ibu Ernawati , Amd Kep, Perawat RSJ Dr. H. Marzoeki

Mahdi Bogor, Bogor 18 Mei 2015

4Wawancara pribadi dengan Ibu Nurmilah , Amd Kep, Perawat RSJ Dr. H. Marzoeki

Mahdi Bogor, Bogor 18 Mei 2015

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

83

saat pasien hanya bisa berbicara dan mengerti bahasa daerahnya saja.

Yang berdampak sulitnya berkomunikasi karena kedua belah pihak

sama-sama tidak mengerti bahasa yang dimaksud, saat pasien

menunjukan perilaku yang tidak kooperatif sehingga seringkali

perawat hilang kesabaran dengan membentak pasien, dan saat kondisi

pasien yang masih gelisah dan menutup diri sehingga perawat sulit

untuk menjalin hubungan dengan pasien. Menurutnya hal menarik

saat ia bertugas ialah saat pengobatan pasien berhasil ditandai dengan

pasien dapat kembali melakukan kegiatan/aktifitas di rumah dengan

mandiri. Teknik komunikasi andalan yang ia lakukan saat

menghadapi pasien ini ialah dengan cara pendekatan langsung secara

terapeutik dan melaksanakan proses TAK (terapi aktifitas

kelompok).5

f. Fujiati, Amd Kep. Biasa dipanggil dengan ibu Fuji dan telah bekerja

di rumah sakit ini sejak tahun 1985. Yang menurutnya menjadi

hambatan saat bertugas saat terapi yang diberikan oleh pihak rumah

sakit belum sesuai dengan keluhan pasien sehingga kesembuhan tidak

optimal, dan saat dimana pasien suka keluyuran sendiri. Adapun hal

menurutnya menarik ialah saat terapi yang diberikan sesuai dengan

kondisi pasien sehingga pasien cepat menjadi tenang dan sembuh.

Pendekatan komunikasi yang ia lakukan ialah dengan teknik

komunikasi yang tegas, asertif, membimbing dan komunikatif.6

5Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Rohmah , Amd Kep, Perawat RSJ Dr. H. Marzoeki

Mahdi Bogor, Bogor 18 Mei 2015 6Wawancara pribadi dengan Ibu Fujiati , Amd Kep, Perawat RSJ Dr. H. Marzoeki Mahdi

Bogor, Bogor 18 Mei 2015

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

84

2. Identifikasi Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Marzuki Mahdi Bogor

Terdapat dua pasien yang terlibat dalam proses penelitian ini yang

pertama namanya berinisial K dengan gangguan skizofrenia hebefrenik

dan yang kedua namanya berinisial S dengan gangguan skizofrenia tipe

paranoid ISOS (isolasi sosial)

a. Pasien yang berinisial K (nama disamarkan karena berkaitan dengan

dokumen rahasia rumah sakit), ia merupakan seorang laki-laki dan

telah didiagnosis skizofrenia tipe hebefrenik sejak ia duduk di kelas II

SMA. Umur 51 tahun, status belum menikah, ia berasal dari

Jakarta.telah di rawat di rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

sejak tahun 2012 yang sebelumnya hanya dirawat di sebuah yayasan

kejiwaan. Sikap sangat introvertlah yang menjadi penyebab utama

penyakitnya. Awal mulanya sejak SMA ia menyukai seorang

perempuan yang berinisial A namun akibat rasa kurang percaya diri ia

tidak dapat mengungkapkan perasaan yang ia punya, akibatnya ia

hanya memendam perasaannya sendiri selama bertahun-tahun, suatu

hari perempuan yang dimaksud mengetahui perasaan pasien, namun

respon yang diberikan A kepada K cenderung antipati. Sehingga

akhirnya ia frustasi. Hal ini berdampak buruk bagi dirinya karena

setelah kejadian tersebut ia menjadi malas dan tidak mau sekolah.

Penyebab kedua ialah minimnya kemampuan mencerna pelajaran,

sehingga ia merasa tidak percaya diri dan karena sifatnya yang

cenderung sangat tertutup ia tidak bisa berbagi apa yang ia rasakan

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

85

terhadap orang lain. Rasa marah, rasa kesal, rasa tidak percaya diri ia

pendam sendiri.7 Gejala awal yang ia tunjukan ialah tingkah laku

yang uring-uringan namun beberapa tahun kemudian tingkahnya

semakin aneh, Dan pada tahun 2014 tanggal 20 desember keluhan

utama saat di RSJ ialah sering berbicara inkoheren dan pikirannya

dipenuhi dengan halusinasi auditori. Pada tahun 2015 bulan februari

keluhan utamanya yaitu ia sering berbicara dan tertawa sendiri kedua

hal ini dipicu oleh halusinasi auditori dan visualnya yang kuat.

Keluhan terakhir di tahun yang sama yaitu 2015 bulan mei ia

memiliki keluhan sering marah-marah, dengan menggedor-gedor

pintu.8

b. Pasien kedua yang menjadi informan peneliti berinisial S (nama

disamarkan karena berkaitan dengan dokumen rahasia rumah sakit), ia

merupakan pasien yang didiagnosis mengidap gangguan skizofrenia

tipe paranoid ISOS (isolasi sosial) sejak awal bulan januari 2015, ia

adalah seorang lelaki yang berasal dari daerah Bogor dan dirawat

dirumah sakit jiwa Dr. H. Marzuki Mahdi Bogor sejak tanggal 30

Januari 2015 dan dijadwalkan keluar tanggal 08 maret 2015. Ia

berumur 35 tahun dengan status belum menikah. Ia merupakan pasien

yang memiliki keluhan utama selalu diam dan sangat amat sulit untuk

berkomunikasi dengan orang lain dan hal ini dipicu oleh sifat

pendiamnya, adapun penyebab yang melatarbelakangi gangguannya

7Hasil wawancara pribadi dengan salah satu keluarga pasien yaitu bapak Suhendra, Bogor

18 Mei 2015 8Data dari rekam medis pasien kejiwaan RSJ Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor pada tanggal

18 Mei 2015

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

86

ialah rasa kurang percaya akan dirinya sendiri karena ia memiliki

bentuk tubuh yang besar dan terdapat banyak bercak putih di wajah

dan tubuhnya sehingga ia akhirnya frustasi dan memilih untuk selalu

berdiam diri. Menurut perawat diamnya dipicu oleh halusinasi yang ia

lihat dan ia dengar yang selalu membisiki pikirannya untuk selalu

diam tidak bicara. Meski pada masa penyembuhannya ia telah di

terapi ECT yaitu nama terapi agar memori dalam pikirannya terbuka

dan akhirnya ia mau berbicara dengan orang lain, namun karena

memang pada dasarnya ia pendiam dan memiliki keluhan harga diri

rendah terapi tersebut tidak efektif dengan bukti setelah terapi

dilaksanakan respon yang ia berikan tetap saja diam. Dan faktor diam

inilah yang melatarbelakangi pihak keluarga membawanya ke rumah

sakit ini.9

Jika ditarik benang merah dari kedua kasus tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa hal yang paling menjadi pondasi masalah keduanya

ialah rasa rendah diri dan sifat introvertnya yang berlebihan yang

karenanya ia selalu memendam rasanya sendiri selama kurun waktu yang

cukup lama dan akibat konsep dirinya yang kurang baik mereka larut oleh

perasaannya sendiri dan hal ini menyebabkan mereka frustasi hingga

akhirnya jiwanya tergoncang.

B. Komunikasi antarpribadi Perawat terhadap Pasien Skizofrenia di Rumah

Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor dalam Proses Meningkatkan

Kesadaran

9Hasil wawancara dengan Perawat ruangan Yudistira Ibu Nurmilah pada tanggal 18 mei

2015

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

87

1. Analisis Pengembangan Hubungan antara Perawat terhadap Pasien

Skizofrenia

a. Komponen-Komponen Pengembangan Hubungan antara Perawat

terhadap Pasien Skizofrenia

Berdasarkan hasil observasi lapangan, peneliti menemukan bahwa

pola komunikasi yang terjalin antara perawat terhadap pasien skizofrenia

di rumah sakit Marzuki Mahdi Bogor ialah pola komunikasi antarpribadi.

Komponen dalam proses komunikasi yang memiliki keterikatan

antara satu sama lain, yaitu: sumber/komunikator, proses encoding,

pesan/informasi, media, komunikan, proses decoding, umpan balik/feed

back, dampak, dan gangguan (noise). Begitupun dalam proses

pengembangan hubungan yang terjalin antara perawat dan pasien ini,

dimana perawat berperan sebagai komunikator, pasien penderita

skizofrenia berperan sebagai komunikan, terdapat proses encoding yang

dilakukan dalam diri komunikator, pesan yang disampaikan oleh

komunikator kepada komunikan, adanya proses decoding sehingga

menghasilkan umpan balik/feed back dari komunikan kepada

komunikator, serta ada dampak yang dihasilkan, Meski tingkat kontribusi

dalam proses komunikasi ini lebih dominan terjadi di pihak komunikator

(perawat) dibanding komunikan (pasien) hal ini disinyalir oleh kondisi

mental pasien yang proses interaksinya akan lebih berjalan jika terdapat

stimulus yang signifikan.

Dalam proses komunikasi hal yang harus dimiliki oleh

komunikator, yaitu. Pertama, komunikator diharapkan memiliki

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

88

kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya. Kedua, memiliki

keterampilan berkomunikasi yang baik. Ketiga,mempunyai pengetahuan

yang luas. Keempat, memiliki sikap yang baik. Kelima, memiliki daya

tarik atau memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan

sikap/menambah pengetahuan pada diri sendiri. Teori tersebutpun

terbukti ketika memang perawat memang memiliki kredibilitas dan skill

komunikasi yang baik karena terlihat dari background komunikator yang

telah berprofesi sebagai perawat sejak lama dan telah menyelesaikan

program pendidikan keperawatan selama kurang lebih 4 tahun bagi

jenjang S1 keperawatan dan 3 tahun untuk jenjang D3 keperawatan.

Komunikator inipun memiliki pengetahuan yang mapan tentang pasien

yang diasuhnya karena setiap awal masa perawatan, pasien akan didata

dan dianalisis berdasarkan informasi yang didapat dari keluarga maupun

dari pasien itu sendiri.

“Latar belakang penyakit pasien misalnya kenapa pasien akhirnya

dibawa kemari, riwayat hal yang telah ia lakukan, misalnya

memukul ibu atau bapaknya, misalnya keluarga tidak sanggup

menghadapi pasien, lalu dimasukan ke IGD dan kita berkolaborsi

dengan dokter.”10

Dampak dari proses komunikasi dapat diklasifikasikan menurut

kadarnya yaitu dampak kognitif, yaitu berkat komunikasi seseorang

menjadi tahu tentang sesuatu, afektif dan psikomotorik yang merupakan

dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk tindakan atau

perilaku. Begitupun dampak yang dihasilkan dari proses interaksi

10 Wawancara pribadi dengan bapak Riva’i, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi

Bogor, ruang yudistira, Bogor 18 Februari 2015

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

89

terhadap diri pasien ialah dampak kognitif dan dampak

psikomotorik/behavioral. Dampak kognitif misalnya kini pasien

mengetahui tentang cara menghardik halusinasi dengan cara meyakinkan

diri sendiri bahwa bisikan halusinasi tersebut tidaklah nyata. Sedangkan

dampak psikomotorik/behavioral, ketika pasien sudah benar-benar

mampu mempraktikan pengetahuan kognitifnya dalam kehidupan sehari-

harinya, misalnya pasien kini sadar akan menjaga kebersihan dirinya

sendiri dengan mandi sendiri, mengangganti baju dan melakukan

tindakan menjaga kebersihan lainnya secara mandiri.

b. Ciri-ciri Pengembangan Komunikasi yang Terjalin antara Perawat

terhadap Pasien Skizofrenia

Ciri-ciri dalam komunikasi antarpribadi ialah harus pesan dua arah,

suasana nonformal, umpan balik segera, peserta komunikasi memiliki

jarak yang dekat, dan proses komunikasi dilakukan secara simultan.

Begitupun ciri yang terdapat dalam onjek penelitian ini, yaitu: prosesnya

terjalin secara dua arah, suasana nonformal, umpan balik segera, peserta

komunikasi berada dalam jarak yang dekat.

1) Suasana nonformal

Ciri-ciri dalam komunikasi antarpribadi yang telah dibahas pada

bab sebelumnya bahwa proses komunikasi ini dilaksanakan secara

egaliter ataupun sejajar maka proses komunikasi bersifat santai, tidak

kaku dan tidak terpaku dengan jabatan lawan bicara karena dalam

komunikasi ini pendekatan secara personal lebih ditingkatkan.

Begitupun yang terjadi dalam proses komunikasi ini dimana meski

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

90

komunikan mengalami masalah dalam dirinya, namun tetap saja ia

berhak diperlakukan layaknya manusia secara umum. Terlebih jika

proses interaksi yang terjalin adalah komunikasi yang sifatnya

personal.

”saat berkomunikasi meski ada teori tapi kita tidak terlalu

berpacu pada teori tersebut, artinya proses komunikasi bersifat

natural saja dan sangat disesuaikan dengan keadaan pasien, agar

pasien nyaman.”11

Penulis dapat memahami bahwa meski dalam dunia

keperawatan telah ada ilmu ataupun acuan yang digunakan saat

berinteraksi dengan pasien seperti komunikasi terapeutik, namun pada

prakteknya komunikasi dilaksanakan sesantai mungkin agar iklim

komunikasi nonformal dapat terjalin sehingga pasien tidak merasa di

justifikasi oleh perawat dan berkat hal tersebut proses komunikasipun

dapat terjalin secara dua arah.

2) Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat

Dalam komunikasi antarpribadi secara fisik akan berdekatan

satu sama lain sehingga memungkinkan pembicaraan yang bersifat

pribadi dan rahasia. Kedekatan ini sekaligus menunjukkan derajat

hubungan antara dua belah pihak.

Berdasarkan hasil observasi, terdapat sinkronisasi antara teori

tersebut dengan hasil lapangan karena proses interaksi perawat dan

pasien selalu dilaksanakan secara tatap muka sehingga baik pesan

verbal maupun pesan nonverbal dapat diketahui secara spontan dan

hubungan yang terjalin terkesan lebih personal dan rahasia. Dan

11Wawancara pribadi dengan ibu Fujiati , Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi Bogor,

ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

91

komunikasi/interaksi antara perawat terhadap pasien merupakan salah

satu metode penyembuhan yang diberikan rumah sakit kepada pasien.

Oleh sebab itu, prosesnya selalu dilaksanakan secara berdekatan. dan

lazimnya dilaksanakan di sekitar ruang asuh pasien. Hanya saja pada

poin ini kerahasiaan tidak diutamakan karena meski komunikasi

dilaksanakan secara berdekatan namun bukan berarti proses ini

dilaksanakan benar-benar diruang tertutup karena disekitar

komunikator dan komunikan terdapat pasien dan perawat-perawat

lain.

3) Umpan balik segera

Umpan Balik (feed back) merupakan tanggapan, jawaban atau

respon komunikan kepada komunikator, bahwa komunikasinya dapat

diterima dan berjalan. Dalam proses komunikasi antara perawat dan

pasien umpan balik merupakan indikator apakah jalinan komunikasi

terjalin efektif atau tidak. Umpan balik pasien disesuaikan dengan

kemampuan sosialisasi mereka, seperti pasien yang memiliki riwayat

ISOS (isolasi sosial), feedback atau umpan balik yang diberikan

cenderung negatif karena ia lebih suka berdiam diri dan sukar untuk

berbicara banyak.

“Jika perawat banyak bertanya atau banyak mengajaknya

berinteraksi ia akan lebih banyak diam.”12

“Respon mah ada aja, walaupun jawabnya singkat-singkat

aja.”13

12Wawancara pribadi dengan ibu Fujiati, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi Bogor,

ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

13

Wawancara pribadi dengan ibu Nurmilah, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi

Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

92

“Yang ngasih respon sih ada beberapa, Cuma kalo pasiennya

ISOS ia akan jawabnya ia tidak, ia tidak aja, tapi kalo memang

pasiennya yang kooperatif baru ia akan tanya balik.”14

Sedangkan pasien hebefrenik, feed back yang diberikannya akan

selalu sama seperti dengan proses komunikasi sebelumnya karena apa

yang ingin ia dengar dan apa yang ingin ia bicarakan hanyalah seputar

keinginannya saja.

“Respon ada, cuman hampir rata-rata yang dia omongin hampir

sama, kalo hari ini yang obrolin itu yah besok juga yang

diobrolin akan sama juga. Kenapa sama, karena yang ingin ia

dengar, yang ingin ia bicarakan seputar itu-itu saja.”15

Berdasarkan hasil observasi pasien yang memiliki masalah

komunikasi cenderung pada pasien ISOS dan Hebefrenik saja karena

pasien-pasien lain, seperti pasien riwayat RPK (riwayat perilaku

kekerasan), Waham, RBD (riwayat bunuh diri) menunjukan geliat

komunikasi yang baik. Berikut percakapan yang dilakukan antara

perawat dengan pasien skizofrenia tipe paranoid waham.

“Perawat: iwan kenapa iwan dibawa kesini iwan?

Pasien: dibawa kesini, karena pingin motor,

Perawat: wah pingin motor, suster pingin pesawat.

Perawat: emang udah kerja?

Pasien: udah

Perawat: kerja apa iwan?

14Wawancara pribadi dengan ibu Ernawati, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi

Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

15Wawancara pribadi dengan ibu Ernawati, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi

Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

93

Pasien: kerja biasa, cangkul.”16

Berdasarkan penyelidikan, perbedaan kondisi umpan balik/feed

back antara pasien ISOS, Hebefrenik dengan pasien RPK, Waham,

HDR ini dilatar belakangi oleh penyebab penyakitnya dan juga

karakter asli pasien karena jika memang pasien memiliki karakter

yang pendiam maka saat gangguan jiwanya terganggupun ia akan

tetap saja menjadi pribadi yang diam.

c. Bentuk Pesan yang Digunakan Perawat Saat Berkomunikasi Dengan

Pasien

Pesan yang digunakan dalam komunikasi antarpribadi yaitu pesan

bersifat umum, jelas dan gamblang, bahasa yang jelas, positif, seimbang,

dan penyesuaian dengan keinginan komunikator. Begitupun dalam proses

ini pesan/bahasa yang digunakan bersifat jelas dan umum. Hal ini

bertujuan agar pasien dapat dengan mudah memahami maksud dari

perawat sehingga pasien dapat responsif mengimplementasikan apa yang

dibicarakan oleh perawat.

“Kalo kata-katanya, kita cari kata-kata yang mudah yah, kata-kata

yang mudah difahami mereka, bahasa yang sehari yang engga sulit

mereka fahami, bahasan yang dasar-dasar aja misalkan tadi udah

makan belum? Makannya pakai apa?, jangan ditanya yang aneh-

aneh kan susah juga yah buat mereka tar jawabnya. Misalnya udah

nikah belum, gimana tadi tidurnya?.”17

Selain penggunaan bahasa yang jelas, mudah dan gamblang

perawat juga kadang menggunakan bahasa daerah, seperti bahasa sunda,

16

Percakapan antara perawat ruangan Yudistira dengan pasien skizofrenia tipe paranoid

wahambernama Iwan pada tanggal 20 Februari 2015

17

Wawancara pribadi dengan bapak Mamat Sutedi, Amd Kep, Perawat di rumah sakit

Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 18 Februari 2015

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

94

jawa dan bahasa daerah lainnya sesuai dengan latar belakang pasien. hal

ini bertujuan agar pasien merasa nyaman dan merasa akrab dengan

perawat sehingga hubungan emosional dapat dengan mudah terjalin.

“Kalau dari segi bahasa paling pakai bahasa indonesia, kalo yang

dari sunda ya pake bahasa sunda.”18

Pasien hebefrenik adalah pasien yang hanya akan membicarakan

dan mendengarkan topik yang ia inginkan saja sehingga pesan yang

disampaikan perawatpun harus sesuai dengan keinginan tersebut.

“Perawat: kalo yang hebefrenik sih susah yah, kadang kalo kita

ngomong engga di denger, dia kan udah sibuk yah dengan

dunianya.

Peneliti: lalu, saat keadaan yang seperti itu, maka bagaimana cara

berkomunikasi dengan mereka agar mereka mau mendengarkan

perawat?

Perawat: yah, kita ngikutin mereka dulu”.19

Dari beberapa poin diatas dapat disimpulkan bahwa pesan yang

digunakan bersifat positif, disesuaikan dengan kondisi pasien, sehingga

apa yang disampaikan tidak ada yang menganggu ketenangan pasien,

karena secara kodrati manusia tak ingin mendengarkan dan melihat hal-

hal yang tidak menyenangkan dari dirinya. Oleh karena itu, setiap pesan

agar diusahakan bermakna positif.

Bentuk pesan dapat bersifat informatif, persuasif dan koersif.

Begitupun dalam kasus ini bentuk pesan yang digunakan dalam proses

penetrasi ini lebih berbentuk persuasif atau ajakan. Karena bujukan

18Wawancara pribadi dengan ibu Nurmilah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

19Percakapan antara peneliti dengan perawat ibu Nurmilah di ruang Yudistira pada

tanggal 17 Februari 2015

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

95

ialah proses membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa

apa yang kita sampaikan akan memberikan rupa pendapat atau sikap

sehingga ada perubahan. Hal ini dapat diidentifikasi dari cara perawat

berkomunikasi dengan pasien dengan intonasi yang lembut, pelan-

pelan, dan ada upaya pembangkitan kemampuan kognitif karena apapun

yang disampaikan ialah demi merangsang kembali kesadaran pasien.

“Kita tanya baik-baik dan selidiki dengan bahasa yang baik, Berarti

kita bujuk/persuasi.”

d. Tujuan Proses Komunikasi Perawat terhadap Pasien Skizofrenia

Komunikasi antarpribadi merupakan suatu action oriented atau

suatu kegiatan yang dilakukan untuk tujuan tertentu, seperti

mengungkapkan perhatian kepada orang lain, mengenal diri sendiri dan

orang lain, menemukan dunia luar, menciptakan dan memelihara

hubungan menjadi bermakna, mempengaruhi sikap dan perilaku, bermain

dan mencari hiburan, menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi

dan memberikan bantuan atau konseling. Jika diselidiki, maka tujuan

pada praktek komunikasi ini lebih cenderung pada poin memberikan

bantuan dan konseling kepada pasien yang sedang mengalami gangguan

jiwa agar kembali sadar dan sembuh.

1) Membantu menghilangkan perilaku abnormal pasien

Pada intinya segala hal yang diberikan oleh pihak rumah sakit

kepada pasien dilakukan semata-mata untuk mengembalikan kesadaran

pasien agar pasien semakin sadar akan keberadaan dirinya dan

lingkungan sekitar sehingga kelak ia mampu kembali beraktifitas

seperti biasanya. Misalnya yang pada awalnya ia bekerja sebagai

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

96

petani maka setelah keluar rumah sakit perawat berharap agar pasien

kembali mampu melakukan kegiatannya secara normal, segala bentuk

tindak abnormal bisa hilang seutuhnya dan kondisi lingkungan kembali

kondusif saat ada pasien di lingkungan sekitar.

“Tujuannya yah, untuk kesembuhan dia, saat pulang nanti

seperti marah-marah, ngomong sendiri, g mau mandi, ngamuk-

ngamuk g jelas, nah, sepuluh item itu ya paling tidak beberapa

item itu hilang.”

2) Membantu menghilangkan halusinasi pasien

Tujuan lainnya ialah membantu pasien dalam

menghilangkan/mengalihkan halusinasi ataupun delusi yang timbul

dalam pikiran pasien, karena jika ia tidak dibiasakan berinteraksi

dengan perawat ataupun sesama pasien dikhawatirkan akan semakin

merasa sendiri, dan berdampak memburuknya kondisi pasien.

“Bercakap-cakap dengan perawat atau pasien lainnya

merupakan suatu aktifitas yang penting untuk bisa mendistraksi

halusinasi pasien. Dan kegiatan-kegiatan lain seperti

mengarahkan minat/bakat pasien.”

3) Membantu membiasakan aktifitas pasien

Proses komunikasi yang terjalin antara perawat dan pasien

merupakan salah satu trick agar perawat dengan mudah mengarahkan

pasien menuju arah kesembuhan. Oleh karena itu, sesederhana apapun

bentuk komunikasi dan konten yang disampaikan tetap saja selalu ada

pesan penyembuhan disana. Oleh karena itu, proses ini bertujuan untuk

menstimulasi pasien agar selalu ingat akan kewajibannya sebagai

pasien, seperti menjalankan terapi yang telah disediakan oleh pihak

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

97

rehabilitasi, meminum obat secara teratur, dan tindakan-tindakan

penunjang kesembuhan lainnya.

“Berkomunikasi itu cara buat terus mengingatkan pasien, agar

pasien terbiasa.”20

4) Membantu membentuk kembali jati diri/semangat pasien

Hal terpenting dalam proses komunikasi yang terjalin antar

perawat dan pasien ialah demi terbentuknya kembali jati diri, mengisi

kekosongan jiwa, dan membangkitkan kembali semangat hidup

pasien. Sehingga sakit dalam jiwanya dapat disembuhkan.

“Kuncinya berkomunikasi karena yang sakitkan jiwanya yah jadi

yang harus dibangkitkan semangat kejiwaannya, spiritnya.”

e. Proses Pengembangan Hubungan Perawat terhadap Pasien

Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Teori Altman dan Dalmas membuktikan bahwa hubungan-

hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim.

Hubungan komunikasi antara orang dimulai pada tahapan suferfisial dan

bergerak pada sebuah kontinum menuju tahapan yang lebih intim.

Terdapat keterkaitan antara prinsip hubungan mengalami kemajuan

dari tidak intim menuju hubungan yang intim dengan praktek komunikasi

antarpribadi ini, terlebih bagi pasien kategori hebefrenik dan ISOS

(isolasi sosial), karena ia tidak akan mau berbicara dengan perawat jika

tidak ada proses pendekatan seperti saling keterbukaan sebelumnya,

indikasi keterbukaan ini dapat dilihat ketika pasien sudah terbuka akan

20

Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Riva’I, Amd Kep, Perawat di rumah sakit

Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

98

latar belakang penyebab gangguan dalam dirinya, Dan sudah bersedia

memberikan respon positif kepada komunikator (perawat). Agar

keterbukaan dapat terjalin maka harus ada rasa percaya pasien terhadap

perawat. Sisi kepercayaan ini sangat terlihat pada pasien ISOS karena ia

tidak akan memberikan respon apapun pada orang yang baru ia temui.

Contoh, pada saat itu peneliti mencoba langsung berkomunikasi

dengan pasien kategori ISOS tanpa melewati tahap pembangkitan

kepercayaan terlebih dahulu, dan hal ini menyebabkan pasien hanya diam

dan tidak memberikan respon apapun kepada komunikator. Kejadian ini

sangat kontras ketika yang berkomunikasi dengannya adalah perawat

yang memang telah lama menjalin interaksi sebelumnya, dan benar saja

respon yang diberikan bersifat positif karena pada saat itu pasien sudi

untuk memberikan respon kepada perawat.

Dari contoh diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa hal

terpenting yang harus dilalui untuk mengembangkan hubungan antara

perawat dan pasien ialah pengambilan kepercayaan (bina trust) pasien.

Karena jika kepercayaan tidak ada, pasien tidak akan terbuka kepada

perawat, dan begitupun sebaliknya. Perihal kepercayaan merupakan

pondasi utama dalam pengembangan hubungan perawat dan pasien, hal

ini dibuktikan oleh beberapa kutipan yang dilontarkan oleh beberapa

narasumber dari pihak rumah sakit, yaitu:

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

99

“Kalau awal iya pasti ada basa-basi dulu untuk bina trust, tapi

setelah bina trust terjalin maka kita langsung difokuskan tentang

apa yang akan kita ketahui tentang dia.”21

“Respon pastinya ada kalo emang udah ada rasa percaya.Yah

intinya gimana trustnya sih yah.”22

“Intinya adalah trust atau percaya karena ketika pasien sudah trust

maka ia akan mencari kita (perawat). Dan untuk membangun trust

itu maka perawat harus punya kesabaran yang tinggi karena bukan

hanya orang sakit saja kadang orang yang normal saja kalau

melakukan pendekatan kalau orang itu benci kadang kita enggan

untuk berkomunikasi jadi yang penting harus bersabar ekstra.”23

“Seiring dengan seringnya kita berinteraksi dengan pasien dan

tergantung dengan pandai tidaknya perawat berinteraksi dengan

pasien maka pasien akan sedikit-demi sedikit terbuka. Terlebih jika

sudah ada bina trust.”24

Proses pembentukan kepercayaan pasien tidak dapat ditentukan

berdasarkan waktu karena kadang prosesnya membutuhkan waktu

sampai sebulan atau bahkan lebih. Hal ini ditentukan oleh kecakapan

perawat melakukan persuasi terhadap pasien karena semakin sering

perawat mendekati pasien untuk berkomunikasi, maka semakin besar

kemungkinan kepercayaan terjalin hingga akhirnya keterbukaan antara

pasien terhadap perawat dapat terjadi.

“Kita tidak bisa pastikan waktu, kalo untuk bina trust pasien-

pasien, Mungkin bisa seminggu, mungkin bisa dua minggu,

tergantung pasiennya dan tergantung pendekatan si petugasnya.

Semakin sering berinteraksi maka pasiennya mungkin bisa,”25

21

Wawancara pribadi dengan ibu Ernawati, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015 22

Wawancara pribadi dengan ibu Nurmilah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015 23

Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Riva’i, Amd Kep, Perawat di rumah sakit

Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 18 Februari 2015 24

Wawancara pribadi dengan ibu Fujiati, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015 25

Wawancara pribadi dengan ibu Fujiati, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi Bogor,

ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

100

1) Proses Pengembangan Hubungan antara Perawat Terhadap

Pasien Skizofrenia Tipe Paranoid ISOS (Isolasi Sosial)

a) Keadaan Pasien ISOS Saat Berkomunikasi Dengan Perawat

Ciri khas dari penderita ini ialah murung, mudah tersinggung

dan selalu curiga. Sehingga ia berpotensi berperilaku agresif pada

dirinya sendiri atau orang lain. Namun, berdasarkan hasil

observasi, respon yang diberikan tidaklah berperilaku agresif

namun cenderung sangat pasif karena ia hanya suka berdiam diri,

ekspresi wajah yang murung/tidak ceria, selalu menundukan

wajahnya, dan fokus pada apa yang ia lakukan, seperti melihat jari-

jarinya sehingga fokus terhadap perawat teralihkan.

Menurut Dokter Pras ada dua hal yang menyebabkan pasien

bertingkah laku seperti itu, diantaranya: karena halusinasi visual

dan halusinasi auditori yang kuat yang membisikinya agar ia terus

terdiam dan tidak berbicara apapun terhadap semua orang, dan

yang kedua ialah karena terdapat gangguan organik dalam

tubuhnya, seperti terdapat kerusakan pada pita suara sehingga ia

tidak dapat berbicara apapun terhadap orang lain.

b) Teknik Komunikasi Perawat terhadap Pasien Skizofrenia Tipe

Paranoid ISOS (isolasi sosial)

Tipe skizofrenia jenis ini sangat anti sosial karena ia sangat

menyukai kesendirian dan tidak cakap untuk berkomunikasi

dengan lawan bicaranya. Adapun teknik yang dapat digunakan oleh

seseorang saat menghadapi pasien skizofrenia tipe ISOS ini, ialah:

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

101

memancing pasien dengan pertanyaan-pertanyaan yang spesifik,

frekuensi bertanya ataupun mengajak yang tinggi, selalu diberi

contoh setiap kali ada instruksi, mengajaknya dengan pelan-pelan

(artikulasi yang jelas, volume suara yang standar, sifat pesan

persuasif), harus slalu diberi pengertian. Menurut perawat ruangan

Yudistira, ada beberapa cara yang dapat ditempuh saat menghadapi

pasien jenis ini, yaitu:

(1) Menggunakan komunikasi nonverbal

Saat pasien fokus dengan dirinya ia hanya akan terus

berdiam diri. Oleh karena itu, ia perlu untuk disadarkan dengan

cara disentuh, diajak untuk memandang lawan bicara saat

berkomunikasi, dan menggunakan intonasi yang agak tinggi

agar pasien sepenuhnya sadar bahwa ada seseorang yang

sedang memperhatikannya.

“Kalo kita nanya engga dijawab kita sentuh kan yah, di

tepak itu namanya untuk yang tumpul. Karna orang yang

seperti itu kalau diajak ngobrol nunduk aja, responnya

lambat misalkan kita sentuh sambil nanya “rif namanya

siapa?”, kalo disentuh begitukan akhirnya dia nengokkan

dan akhirnya dia mau jawab. Kalau dia nunduk lagi kita

sentuh lagi sambil nanya. Kalo pasien yang tumpul/ISOS

begitu kita sentuhatau intonasinya agak kenceng.”26

(2) Menjalin kepercayaan dengan pasien

Kepercayaan adalah pondasi bagi pasien ISOS (Isolasi

sosial), ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar

kepercayaan dapat terjalin dengan baik diantaranya:

26

Wawancara pribadi dengan Bapak Mamat Sutedi, Amd Kep, Perawat di rumah sakit

Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 18 Februari 2015

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

102

(a) Membuka diri

Perawat harus membuka diri terhadap pasien, seperti

memperkenalkan diri sebelum memulai interaksi.

“Kita kenalkan dulu diri kita siapa misalnya, “saya

namanya pa ini, saya yang akan merawat bapak

disini, itukan tujuannya pasien engga takut, pasien

percaya pada kita,, itu langkah awalnya untuk

membangun rasa percaya.”27

(b) Hilangkan kecurigaan pasien

Pasien ISOS merupakan pasien yang memiliki

tingkat kecurigaan yang tinggi dibanding dengan pasien

lain maka lakukanlah interaksi dengan keadaan yang

terlihat senatural dan senyaman mungkin, dan hindari hal-

hal yang membuat ia curiga, misalnya berinteraksi dengan

membawa kertas dan media lainnya yang membuat proses

interaksi tidak terkesan natural karena kecurigaan akan

mengikis kepercayaan pasien.

“Dan jika pasien dalam keadaan ISOS ketika mau

berhubungan/interaksi dengan mereka jangan

banyak berhubungan dengan kertas. Jadi proses

bertanyapun jangan memegang kertas, karena itu

akan membuat curiga pasien.”

(c) Melaksanakan proses komunikasi dengan frekuensi yang

tinggi

Perawat harus sering membuat janji dengan pasien

untuk berkomunikasi, namun pertanyaan ataupun topik

yang dibicarakan tidaklah banyak. Maksudnya ialah

27

Wawancara pribadi dengan Bapak Mamat Sutedi, Amd Kep, Perawat di rumah sakit

Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 18 Februari 2015

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

103

karena frekuensi tinggi maka bobot pertanyaannya cukup

sedikit-sedikit saja. Hal ini bertujuan agar pasien tidak

jenuh.

“Pendekatannya sedikit tapi sering soalnya pasien

yang isolasi sosial, jika perawat banyak bertanya

atau banyak mengajaknya berinteraksi ia akan lebih

banyak diam, makanya frekuensinya lebih sering

tetapi dengan sedikit pertanyaan. Jika nanti bertemu

lagi nanya lagi.”28

“Kalo ISOS, paling kita dicoba berkali-kali,

misalnya kalo engga mau ngobrol hari ini bisa

dideketin besok, yah intinya yang sering-sering

aja.”29

Metode tersebut perlu dilakukan karena tipe pasien

ini merupakan tipe pasien yang sangat pasif sehingga

perawatpun harus memiliki kesabaran yang ekstra untuk

menghadapinya.

“Jadi solusinya perawat harus intens dan sabar

menggali informasi dan berinteraksi dengan pasien

ISOS”30

Contohnya saja untuk satu pertanyaan, perawat perlu

bertanya hingga 3 kali atau lebih agar pasien dapat

menjawab.

“Jika dari tiga pertanyaan dia dapat menjawab 1

pertanyaan sebenarnya itu sudah bagus.”31

28

Wawancara pribadi dengan ibu Fujiati, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015 29

Wawancara pribadi dengan ibu Nurmilah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015 30

Wawancara pribadi dengan ibu Ernawati, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015 31

Wawancara pribadi dengan ibu Fujiati, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

104

Proses intensitas komunikasi yang tinggi ini

bertujuan agar pasien semakin sadar dan percaya bahwa

orang yang sering kali mengajaknya berinteraksi memiliki

maksud yang baik terhadap dirinya.

(d) Memberikan pengertian tentang manfaat-manfaat

berinteraksi dengan sesama

Perawat harus memberikan kesadaran kepada

mereka bahwa memiliki kawan itu menguntungkan dan

tidak memiliki kawan itu merugikan, dan teknik

komunikasi yang dilakukan ialah dengan cara

menasihatinya secara lembut dan penuh pengertian.

Contoh topik yang diajarkan perawat terhadap pasien

ISOS seperti cara berkenalan dengan orang lain,

mengajarkan bagaimana manyebutkan nama lengkap,

nama panggilan, dan cara tersenyum.

“Pendekatan dengan pasien ISOS ialah dengan cara

identifikasi dulu alasan kenapa mereka tidak mau

mengobrol dengan orang lain, menjelaskan

keuntungan dan kerugiannya tidak punya teman, dan

mengajarkan berkenalan pertama dengan 1 orang

kedua dengan 2 orang seperti dengan cara sebutkan

nama, nama panggilan. Dengan cara lebih banyak

menasihati.”32

“Kasih pengertian keuntungan bergaul misalnya ko

ga mau punya temen sih, kalau kamu engga punya

temen tar kamu sedih loh. Jadi dijelasin dulu

keuntungan dan kerugiannya. Kita jelasin dulu jadi

32

Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Ri’vai, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

105

kalau kognitifnya udah tau nanti perlahan dia mau

lakuin itu.”33

(e) Jangan memaksakan kehendak

Perawat harus benar-benar peka terhadap kondisi

pasien, jika memang dari gesture tubuh, intonasi suara,

ekspresi wajah sudah menandakan kebosanan dan

keengganan pasien untuk berkomunikasi maka

perawat/komunikator dianjurkan untuk meninggalkan

pasien sejenak hingga mood-nya kembali baik. Dan

membuat janji lagi di lain waktu.

“Yah, kalo misalkan dia engga mau berinteraksi kita

engga bisa maksa, kita tinggalin dulu aja. Sampai

nanti kondisinya dia sudah makan, kita bisa tanya

lagi. Kalau dia tidak mau bicara dengan kita berarti

dia memang lagi benar-benar marah, emang bener-

bener belum percaya, jadi g usah setiap ngobrol

selalu bisa interaksi engga apa-apa nunggu dulu.

Kita harus ngikutin kondisi pasien.”34

“Jika dari ekspresi muka, gesture dan dia sudah tidak

dapat diajak berinteraksi maka akhiri komunikasi

dan buat kontrak lagi untuk bisa bercakap-cakap di

kemudian hari.”35

(3) Mengikuti semua aktifitas pasien dan menjawab sendiri

pertanyaan perawat yang hendak diajukan kepada pasien

Menurut Dokter Pras bahwa ada beberapa kategori pasien

ISOS yang benar-benar tidak mau berkomunikasi sama sekali

dengan perawat dan respon yang diberikan benar-benar pasif,

33

Wawancara pribadi dengan Bapak Mamat Sutedi, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015 34

Wawancara pribadi dengan ibu Siti Rohmah, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi

Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015 35

Wawancara pribadi dengan bapak Mamat Sutedi, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

Page 117: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

106

seperti tidak pernah mau berbicara sama sekali. Adapun teknik

yang dapat digunakan ialah dengan tidak bosan

bertanya/berinteraksi dan menjawab sendiri pertanyaan yang

diajukan, seperti perawat mengatakan, “gimana makannya tadi,

enak?” maka perawat menjawab sendiri pertanyaannya,

“owalah enak yah, kan kamu sudah sembuh yah, jadi besok

makannya bisa lebih banyak lagi yah.”Adapun tujuan dari

metode ini dilaksanakan ialah agar pasien terbiasa dan pola

pikirnya terkonstruk oleh pola komunikasi yang dipraktekan

oleh perawat.

“Kalo ada tuh pasien yang cuma diem aja engga mau

ngomong sama sekali yah kita nanya sama jawab sendiri

aja pertanyaan kita entar juga dia terbiasa sama apa yang

kita cohtohin”.36

Cara lainnya ialah dengan mengikuti seluruh aktifitas

pasien, hal ini bertujuan agar pasien sadar bahwa ada seseorang

yang sedang memperhatikannya karena menurut pengalaman

Dokter Pras bahwa saat ia melaksanakan praktek kedokteran ia

bertugas untuk bisa mendekati dan berkomunikasi dengan

pasien yang mengalami riwayat ISOS parah dan salah satu hal

yang ia lakukan ialah dengan terus mengikuti apa yang pasien

lakukan dan di suatu hari disaat ia hendak mengikuti pasien

yang akan pergi suatu tempat pasien tersebut akhirnya berbicara,

“Jangan ikuti saya, saya mau ke toilet”. Kata-kata itulah yang

36

Wawancara bersama dengan dokter Pras di rumah sakit Dr. H. Marzuki Mahdi Bogor,

Bogor 19 Mei 2015

Page 118: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

107

pertama kali keluar dari mulut pasien saat ia mengamatinya

selama berminggu-minggu.

2) Proses Pengembangan Hubungan antara Perawat Terhadap

Pasien Skizofrenia Tipe Hebefrenik

a) Keadaan Pasien Hebefrenik Saat Berkomunikasi Dengan

Perawat

Pasien ini cenderung menunjukkan kedunguan dan mood

yang gamang, cekikikan, berbicara yang tidak-tidak, ketidakpaduan

antara pikiran, dan sifat kekanak-kanakan. Begitupun pada pasien

yang berinisial K, ia menunjukan tingkah laku kanak-kanak, seperti

tertawa-tawa sendiri, jalan-jalan sendiri seperti orang yang tak

punya tujuan, dan kadang berbicara sendiri. Dan respon interaksi

yang ditunjukan hanya menggunakan respon nonverbal saja,

contohnya pada saat itu pasien menginginkan perawat untuk

memberi rokok kepadanya namun cara ia menyampaikan

keinginannya hanya dengan menengadahkan tangannya dan

berbicara sangat pelan nyaris tidak terdengar sama sekali oleh

orang lain. Dan berkali-kali perawat memintanya untuk berbicara

lantang namun tetap saja yang ia lakukan hanyalah menengadahkan

tangannya, sampai akhirnya perawat memfokuskan pasien terlebih

dahulu, setelah itu barulah ia memberi respon dengan berbicara

keras dan menyampaikan keinginannya. Keadaan tersebut

disebabkan karena fokusnya dia terhadap dunianya

Page 119: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

108

sendiri/halusinasi yang kuat dalam pendengaran dan

penglihatannya.

“Kalo yang hebefrenik sih susah yah, kadang kalo kita

ngomong engga di denger, dia kan udah sibuk yah dengan

dunianya.”37

b) Teknik Komunikasi terhadap Pasien Skizofrenia Tipe

Hebefrenik

Orang yang menderita gangguan ini akan menarik diri secara

ekstrem. Ia tidak lagi tertarik pada lingkungannya, sehingga ia

hampir sepenuhnya hidup dalam dirinya sendiri. Ledakan-ledakan

emosi, seperti menangis dan tertawa, yang menimpanya bukan

akibat stimulus-stimulus dari luar, tetapi stimulus-stimulus yang

berasal dari dunia khayalan tempat ia hidup. Karena ia menarik

dirinya secara ekstrem dari lingkungan, itu menyebabkan proses

komunikasi tidak dapat dilaksanakan dengan mudah. Adapun

teknik yang dapat digunakan saat menghadapi pasien jenis ini ialah

dengan teknik focusing. Teknik ini merupakan teknik yang

digunakan oleh perawat ketika pasien tidak dapat fokus dengan

lawan bicara, seperti bicara melantur, tertawa-tawa sendiri, ataupun

melamun.

“Kita ada teknik focusing, apa yang ingin kita dengar itu di

fokuskan. Jadi kalau dia muter-muter kemana-mana maka

diarahkan kesitu. Misalnya kita akan membicarakan tentang

37

Wawancara pribadi dengan Ibu Nurmilah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

Page 120: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

109

halusinasi dia ya udah kita bicara terkait halusinasi dia saja,

jadi engga ngelantur kemana-mana.”38

“Iya kalo dia lagi sibuk dengan fikirannya, kita fokusin dulu

ke kita, difokusin pasiennya misalnya sini ngobrol sama

suster dulu, dan langsung ikutin instruksi kok, asalkan

bicaranya pelan-pelan, yah kaya ngajak aja. Intinya yah harus

sabar, terus harus difokusin juga, kaya sini dengerin dulu

suster bicara.”39

Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat disimpulkan

bahwa kedua tipe ini merupakan tipe yang memang sulit untuk

bersosialisasi dengan lingkungan karena baik pasien ISOS maupun

Hebefrenik telah asyik dengan dunianya sendiri, namun jika

dibandingkan antara keduanya maka pasien tipe hebefrenik ia lebih

sulit dibanding jenis skizofrenia lainnya.

“Yah susahan yang hebefrenik yah, kadang suka engga

nyambung. Kalo yang ISOS masih mending yah karena ada

timbal baliknya. Walaupun jawabnya singkat-singkat.”40

Karena banyak hambatan dalam diri pasien ini maka perawat

dituntut untuk dapat lebih aktif berbicara dibanding pasien, dan

perawat dituntut cakap berkomunikasi saat berhadapan dengan

mereka.

“Hanya saja buat pasien yang ISOS dan hebefrenik yah kita

yang aktif buat bicara. Karena kadang dia hanya jawabnya

ya, tidak, udah, belum. Gitu aja, mending kalo ada verbalnya.

Malah kadang dia Cuma diem. Makanya tergantung

kemampuan perawatnya sih mancing kemampuan

pasiennya.”41

38

Wawancara pribadi dengan Ibu Ernawati, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015 39

Wawancara pribadi dengan Ibu Nurmilah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015 40

Wawancara pribadi dengan Ibu Nurmilah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015 41

Wawancara pribadi dengan Ibu Nurmilah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

Page 121: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

110

3) Proses Pengembangan Hubungan Perawat Terhadap Pasien

Gangguan Jiwa yang Tidak Kooperatif

Gangguan yang terjadi pada pasien ini merupakan gangguan

psikotik yang bersifat merusak yang melibatkan gangguan berfikir

(delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi, dan perilaku

pasien. Akibatnya menyebabkan emosi pasien tak stabil dan saat tidak

stabil tersebut hal yang dapat dilakukan ialah:

a) Mengandalkan injeksi obat, Jika kondisi pasien masih sangat

gelisah, maka proses interaksi tidak dapat dilakukan sehingga hal

yang bisa dilakukan hanyalah mengoptimalkan injeksi obat,

sehingga enzim-enzim berlebih yang membuat kondisi pasien

meledak-ledak dapat dinetralisir terlebih dahulu. Barulah ketika

kondisi pasien mulai tenang proses interaksi dapat dilaksanakan.

Hal ini sesuai dengan perkataan dari ibu Siti Rohmah, yaitu:

“Jika kondisi pasien masih sangat gelisah, maka kita

minimalkan untuk banyak interaksi, paling Cuma langsung

tindakan aja misalkan suntikan penenang soalnya di kasih

obatnya juga lewat injeksi kadang-kadang kalo makin parah

kita isolasi, kalo masih bisa pake injeksi, kita injeksi dulu dan

engga digabung sama pasien lain sampe dia bener-bener

tenang. Ciri-ciri engga tenangnya misalnya gedor-gedor,

teriak-teriak yah kita fiksasi dia.paling delapan jam kemudian

ada evaluasi kalo seandainya keadaan pasien udah mulai

tenang baru di ajak interaksi dengan cara baik-baik, ya

nanyanya paling sekitar, inget g dibawa kesini kenapa?”42

b) Membuat kontrak terlebih dahulu sehingga kita tidak terjebak

dalam kondisi pasien yang sedang kurang baik.

42Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Rohmah, Amd, Kep, Perawat di rumah sakit

Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

Page 122: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

111

“Pendekatannya ya itu paling kita kontrak dulu, kalo misalkan

mau ngobrol dulu, kan kadang pasien suka moodnya suka g

bagus jadi paling bikin janji dulu.”

c) Menggunakan intonasi yang tinggi, jika perawat sudah berbicara

dengan cara baik-baik, namun tetap saja pasien tidak paham karena

memang kondisi dirinya sedang tidak baik, maka perawat berhak

menggunakan intonasi yang tinggi dalam berbicara.

“Jika dengan cara persuasif misalnya “ coba kamu diem dulu”.

seandainya dia tidak bisa diem, ya udah kamu masuk dulu deh,

ngbrolnya nanti (kita alihin) dan adakalanya butuh intonasi

tinggi kalau pasiennya di deketin secara halus engga bisa, agak

sedikit dibentak. Biasanya pasien takut misalnya, “diem kamu,

kamu masuk dulu deh” intonasinya di tinggikan dan biasanya

jika pasien melihat ekspresi kita begitu dia takut juga.

Biasanya dia nurut. Tetapi cara tersebut jika diperlukan saja

jika pasiennya susah.”43

2. Analisis Komunikasi Terapeutik Dalam Pengembangan Hubungan

Perawat Terhadap Pasien Skizofrenia

a. Komponen dalam komunikasi terapeutik yang terjadi antara

perawat terhadap pasien skizofrenia

Komponen yang penting dalam proses komunikasi terapeutik,

ialah: kerahasiaan, keterbukaan diri, sentuhan, mendengar dan observasi

aktif, dan menempatkan diri sebagai pasien.

1) Keterbukaan diri, perawat yang membuka diri dengan memberikan

informasi mengenai diri perawat seperti informasi tentang biografi,

ide, pikiran serta perasaan pribadi. Hal inipun terjadi dalam praktek

keperawatan jiwa karena pada awal pertemuan, perawat memberikan

informasi mengenai dirinya sendiri. Hal ini bertujuan agar memberi

43

Wawancara pribadi dengan bapak Mamat Sutedi, Amd Kep, Perawat di rumah sakit

Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

Page 123: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

112

stimulus kepada pasien tentang keterbukaan diri dan awal mulanya

membangun kepercayaan.

“Kita kenalkan dulu diri kita siapa misalnya, “saya namanya pa

ini, saya yang akan merawat bapak disini, itukan tujuannya

pasien engga takut, pasien percaya pada kita, itu langkah

awalnya untuk membangun rasa percaya.”44

2) Privasi dan menghormati batasan, maksudnya perawat tidak

memaksakan kehendak tetapi menghormati keinginan dan

kenyamanan pasien, seperti saat pasien enggan untuk bertemu maka

perawat tidak memaksa.

“Yah, kalo misalkan dia engga mau berinteraksi kita engga

bisa maksa, kita tinggalin dulu aja.”45

3) Sentuhan, menyentuh pasien dapat meningkatkan rasa nyaman dan

aman bila tersebut diizinkan atau diinginkan. dalam prakteknya

sentuhan ini berfungsi untuk meningkatkan kenyamanan dan tingkat

kepercayaan pasien seperti halnya saat menghadapi pasien ISOS

beberapa perawat menggunakan teknik ini agar pasien mau terbuka

dan terfokus kepada pasien.

“Kalo nanya teknik saya, sepertinya banyak cara yah, bisa

pendekatan dulu, bisa kita sambil sentuh dia.”46

4) Mendengar dan observasi aktif, mendengar aktif yang dimaksud

ialah memperhatikan pesan yang disampaikan, mengatur duduk yang

sesuai (berhadapan, jarak yang sesuai dan lain-lain), menghindari

terjadinya interupsi, menyimak setiap perkataan pasien dengan

44

Wawancara pribadi dengan bapak Mamat Sutedi, Amd Kep, Perawat di rumah sakit

Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 18 Februari 2015 45

Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Rohmah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit

Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015 46

Wawancara pribadi dengan Ibu Fujiati, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

Page 124: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

113

penuh empati, dan secara ekslusif berkonsentrasi pada apa yang

klien katakan. Begitupun antara perawat terhadap pasien karena

ketika pasien berbicara perawat terfokus pada gerak gerik dan pada

konten apa yang dibicarakan pasien, sehingga perawat dapat

mengimbangi arah pembicaraan pasien meskipun pembicaraannya

kadang out of the context. Sedangkan observasi aktif berarti

mengobservasi tindakan nonverbal pembicara ketika ia

berkomunikasi. Begitupun yang dilakukan oleh perawat saat ada

salah satu pasien yang sedang marah dan memukul perawat dan pada

saat situasi tegang tersebut, perawat memperhatikan raut dan

ekspresi wajah dan sorot mata pasien.47

b. Keterampilan Komunikasi Yang Dimiliki Perawat Rumah Sakit Dr.

H. Marzuki Mahdi Bogor

1) Keterampilan komunikasi verbal

Dalam praktek komunikasi terapeutik janganlah menggunakan

kata-kata sulit (medis) untuk menggambarkan masalah, jangan

menggunakan kata-kata yang tidak dipahami masyarakat diluar rumah

sakit, namun sangat dianjurkan untuk menggunakan bahasa sehari-hari

seperti kata berjalan, bukan ambulasi. Begitupun yang terjadi di

lapangan karena pesan yang digunakan ialah pesan yang

menggunakan kata-kata yang konkret/jelas dan umum hal ini

bertujuan agar pasien dapat dengan mudah memahami maksud dari

perawat secara langsung.

47

Hasil observasi yang dilakukan di rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi, Bogor 19 Mei

2015.

Page 125: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

114

“Kalo kata-katanya kita cari kata-kata yang mudah yah, kata-

kata yang mudah difahami mereka, bahasa yang sehari yang

engga sulit mereka fahami bahasan yang dasar-dasar aja

misalkan tadi udah makan belum? Makannya pakai apa?.”48

2) Keterampilan komunikasi nonverbal

Pada tanggal 19 mei 2015 yang lalu terjadi pemukulan yang

terjadi terhadap perawat di ruang Yudistira, hal ini terjadi karena

ketidak nyamanannya akan kebisingan yang terjadi di luar ruangan

pasien dan dengan kondisi pintu yang terbuka maka memudahkan

pasien untuk keluar menghampiri perawat yang sedang duduk santai

membelakangi ruang pasien sambil memukul salah satu perawat yang

ada. Sebelum kejadian tersebut sebenarnya seorang dokter sudah

dapat memprediksi kejadian yang akan terjadi karena saat ia masih di

ruangannya ia terlihat seperti sedang mengintai dengan sorot mata

penuh amarah, melotot dan memerah, tulang rahangnyapun mengeras

dari beberapa sinyal tersebut dapat dipahami bahwa ia sedang marah,

namun kejadian tersebut sangatlah cepat sehingga tidak dapat

dihindari.

Dari pemaparan kejadian diatas peneliti dapat memahami bahwa

keterampilan komunikasi nonverbal sangat efektif digunakan disana

untuk dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan juga untuk

mencari solusi atas masalah yang sedang terjadi.

48

Wawancara pribadi dengan Bapak Mamat Sutedi, Amd Kep, Perawat di rumah sakit

Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

Page 126: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

115

a) Menginterpretasi ekspresi wajah

Dalam proses komunikasi ini kita harus memperhatikan

ekspresi pada wajah, sikap tubuh serta gerakan tubuh pasien.

Karena wajah pasien atau tekanan suara, atau cara bicara dapat

mengatakan lebih banyak daripada kata-kata. Pada saat pasien

marah perawat mencoba menginterpretasi ekspresi wajah sehingga

ia menyadari bahwa pasien sedang emosi. Hal ini terlihat dari rona

wajahnya merah dan mulutnya cemberut, hal ini menunjukan

bahwa emosinya sedang memuncak.

b) Menginterpretasi isyarat vokal

Isyarat vokal adalah suara nonverbal yang disampaikan

bersama isi pembicaraan. Volume suara, nada suara, tinggi rendah

nada (pitch) intensitas, penekanan, kecepatan, dan jeda mendukung

pesan pengirim. Pada saat kejadian tersebut terjadi, semua perawat

tahu bahwa ia sedang marah, pengetahuan tersebut muncul karena

perawat menginterpretasi isyarat vokal pasien tersebut karena pada

saat itu pasien memaki, “aing teu betah sia didie, sia awewe

perusak rumah tangga aing”.Yang artinya, “Saya tidak betah

disini, kamu wanita perusak rumah tangga saya”. Dengan

menggunakan intonasi yang tinggi.

c) Menginterpretasi kontak mata

Mata disebut sebagai cerminan jiwa karena mata sering

merefleksikan emosi kita.Pesan yang diberikan oleh mata meliputi

humor, nafsu, penolakan, rasa tertarik, kebingungan, kebencian,

Page 127: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

116

kebahagiaan, keedihan, ketakutan, peringatan, dan pembelaan. Saat

kejadian tersebut terjadi baik peneliti maupun perawat

mengobservasi mata pasien yang melotot, memerah dan

memancarkan aura kemarahan. Berkat observasi tersebut perawat

dapat memastikan bahwa emosi pasien benar-benar sedang tidak

stabil.

d) Memahami tingkat makna

Kemampuan melakukan hal ini memerlukan teknik

mendengar secara dangkal yaitu dengan mendengar pesan konkret

dan juga mendengar secara mendalam yaitu memerlukan beberapa

interpretasi pesan kemudian mengumpulkan informasi yang rinci

untuk memvalidasi setiap asumsi atau tidak memvalidasi.

Begitupun yang terjadi di lapangan perawat langsung tahu apa yang

terjadi dengan hanya mendengar ucapan pasien bahwa,“Aing teu

betah sia didie, sia awewe perusak rumah tangga aing”. Yang

artinya, “Saya tidak betah disini, kamu wanita perusak rumah

tangga saya”. Dari kata-kata “Saya tidak betah disini”. Perawat

langsung dapat memahami bahwa pasien sedang marah karena

terganggu akan keadaan yang tidak kondusif.

c. Relevansi Injeksi Obat dengan Interaksi Sosial

Obat dan interaksi sosial tidak dapat dipisahkan dalam proses

penyembuhan pasien gangguan jiwa karena penyebab gangguan inipun

bermacam-macam, seperti terdapat enzim dopamin yang berlebih dalam

Page 128: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

117

tubuh sehingga obat dibutuhkan untuk menetralisis enzim berlebih

tersebut.

“Obat untuk mengurangi enzim-enzim yang berlebih yang ada

dalam diri pasien”.49

Penyebab lainnya ialah karena krisis akan kepercayaan diri,

kurangnya dukungan, rasa tertekan ataupun rasa kesepian. Hal inilah

yang menurut peneliti memiliki hubungan erat dengan proses interaksi

karena dengan proses interaksi pasien dapat merasa diakui oleh

lingkungan sekitar, ditingkatkan motivasinya, dan selalu ditemani

sehingga rasa sepi dalam diri pasien semakin terkikis.

“Sebenarnya untuk menghilangkan rasa gelisah lebih efektif obat

tapi kalau obat saja tidak ada interaksi sama aja, ya istilahnya

butuh perhatian, mungkin alasan mereka dirawatpun karena

memang kurang perhatian, dengan disini ia dianggap ada, dia

diperhatiian dia diajak ngobrol berarti fifty-fifty.”50

Dan hal ini sesuai dengan tujuan dari proses komunikasi yang telah

diulas diatas bahwa ujung pangkal sakit yang diderita pasien ini ialah

jiwa dan spiritnya. Oleh karena itu, dengan proses komunikasi yang

terjalin dengan baik, diharapkan ketidaksadaran dan spirit dalam jiwanya

dapat bangkit kembali.

3. Peran Dakwah dalam Peningkatan Kesadaran Pasien di Rumah Sakit

Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Menurut beberapa perawat di ruang rehabilitasi rumah sakit pesan

dakwah dibutuhkan agar pasien dapat kembali mengingat akan keberadaan

49

Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Rivai, Amd Kep, Perawat di rumah sakit

Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 18 Februari 2015

50Wawancara pribadi dengan ibu Siti Rohmah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit

Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

Page 129: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

118

Allah SWT. Menurut Bpk. Suganda selaku Da’i di ruang rehabilitasi, hal

yang membedakan antara penyampaian pesan agama kepada masyarakat

umum dengan pasien gangguan jiwa ialah terletak pada materi yang

disampaikan. Karena untuk pasien gangguan jiwa materi yang

disampaikan lebih bersifat aplikatif, sederhana, mudah dicerna, realistis,

dan hanya bersifat anjuran saja. Menurutnya, pasien yang dibolehkan

mengikuti kegiatan pengajian di ruang rehabilitasi hanyalah yang memang

sehat fisiknya, seorang muslim, mau mengikuti aturan yang ada di ruang

rehabilitasi, dan sudah mampu mengontrol kondisi jiwanya secara mandiri.

Cara penyampaiannyapun lebih bersifat persuasif sehingga pesan dua arah

dapat terlaksana. Acara pengajian ini terbagi menjadi dua sesi, sesi

pertama ialah sesi melafalkan doa/surat-surat pendek, dan sesi yang kedua

yaitu sesi tausiah. Pada sesi pertama pasien yang bersedia maju

dipersilahkan untuk menghafalkan surat-surat ataupun doa yang ia hafal

didepan forum. Adapun surat yang mereka hafal diantaranya surat al-

fatihah, an-nas, alkautsar, dan adapula yang membaca doa selamat. Pada

sesi ini antusias pasien cukup tinggi karena banyak pasien yang semangat

untuk maju ke depan untuk menghafal surat yang ia hafal. Sedangkan

pada sesi kedua ialah sesi penyampaian tausiah yang disampaikan oleh

ustadz Suganda. Pada tanggal 01 Juli 2015 pukul 10:00-11:00 pembahasan

yang diangkat mengenai pentingnya melakukan hal-hal yang baik

khususnya menjalankan ibadah puasa. Pada sesi ini metode yang beliau

gunakan ialah memberi ruang secara bebas kepada pasien yang hendak

bertanya dan setelah itu barulah ustad memberi jawaban yang berbentuk

Page 130: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

119

arahan/nasihat tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik untuk

dilakukan. Metode tersebut digunakan agar kondisi pengajian dapat lebih

interaktif sehingga dapat membangkitkan kembali kesadaran pasien untuk

berfikir tentang wawasan ilmu agamanya. Berikut beberapa pertanyaan

yang ditanyakan pasien kepada ustad, “Kenapa sebelum sholat itu cemas”,

“kenapa jumlah rakaat dalam sholat itu berbeda-beda”, “kenapa puasa

itu terasa lapar dan haus”. Pertanyaan-pertanyaan maupun hafalan-

hafalan surat-surat pendek serta doa inilah yang membuktikan bahwa ada

respon positif pasien mengenai kemampuan kognitif mengenai kesadaran

akan beragama. Adapun pada akhir sesi pengajian, pasien diajak untuk

bersholawat dan membaca doa bersama-sama, sebagian besar pasien hafal

akan sholawat serta doa yang sedang dilafalkan. Tingkat efektifitas

pengajian ini tidak dapat dibuktikan secara nyata oleh pasien karena meski

di pengajian pasien diajarkan untuk sholat, puasa dan jenis ibadah lainnya,

namun tetap saja tidak semua pasien melaksanakan apa yang dianjurkan di

ruang rehabilitasi karena kondisi pasien yang belum stabil sepenuhnya.

C. Hambatan-Hambatan Yang Ditemui Perawat Saat Berkomunikasi

Dengan Pasien Skizofrenia

Terdapat dua jenis gangguan yang akan membuat proses komunikasi

tidak berjalan dengan baik yaitu gangguan mekanik dan juga gangguan

semantik. Gangguan mekanik yaitu gangguan yang disebabkan saluran

komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sedangkan gangguan semantik

yaitu gangguan yang berasal dari dalam diri komunikator maupun komunikan

seperti pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak karena makna

Page 131: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

120

dari semantik itu sendiri ialah pengetahuan mengenai pengertian kata-kata

yang sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata. Adapun gangguan yang

terjadi pada proses komunikasi antarpribadi antara perawat dan pasien ini

lebih cenderung meliputi gangguan semantik.

1. Hambatan yang terdapat dalam diri pasien

a. Halusinasi

Pasien ISOS maupun pasien hebefrenik memiliki hambatan yang

sama yaitu halusinasi pendengaran dan penglihatan, adapun halusinasi

yaitu jenis gangguan yang ditandai dengan gangguan persepsi pada

berbagai hal yang dianggap dapat dilihat, didengar ataupun adanya

perasaan dihina meskipun sebenarnya tidak realitas. Halusinasi

merupakan penyebab utama mengapa pasien hebefrenik ini bertingkah

laku aneh seperti tertawa, menangis, senyum-senyum dan berbicara

sendiri dan hal inilah yang menyebabkan ia sangat sulit untuk

berinteraksi dengan orang lain karena telah terlalu nyaman dengan

dunianya sendiri.

“Kalo yang hebefrenik sih susah yah, kadang kalo kita ngomong

engga di denger, dia kan udah sibuk yah dengan dunianya.”51

Selain halusinasi akan kesenangan sendiri, adapula halusinasi

bujukan agar tidak mendengarkan ajakan perawat. Jenis halusinasi

pendengaran inipun berlaku bagi pasien skizofrenia tipe paranoid ISOS

“Soalnya kan kenapa dia gak mau ngobrol karna emang ada

bisikan buat engga mau ngobrol.”52

51

Wawancara pribadi dengan Ibu Nurmilah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015 52

Wawancara pribadi dengan Ibu Nurmilah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

Page 132: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

121

b. Keadaan jiwa yang belum stabil

Pasien baru di rumah sakit biasanya masih memiliki kondisi

emosional yang tidak stabil. Oleh karena itu, pihak rumah sakit

memasukannya ke dalam ruang isolasi sehingga ia tidak

mengganggu/menyakiti orang lain. Dan dalam keadaan seperti ini,

pasien tidak dapat berinteraksi sama sekali dan rasa gelisah yang masih

amat tinggi inilah yang menjadi penghambat perawat untuk mendekati

pasien karena jika dipaksakan bukan respon interaksi yang bagus yang

akan didapat namun cacian bahkan tindakan anarkis yang akan

diberikan pasien terhadap lawan komunikasinya, dan ini sangat

membahayakan.

“Kalo pasien yang baru dateng dimana kondisi pasien masih

sangat gelisah sehingga sulit untuk bina trust karena kita baru

pertama ketemu, ciri-ciri engga tenangnya misalnya gedor-

gedor, teriak-teriakmakanya di ruang ini kita minimalkan untuk

banyak interaksi.”53

c. Belum adanya rasa percaya (bina trust)

Seperti yang telah diulas di poin sebelumnya bahwa bina trust

merupakan pilar utama dalam proses interaksi perawat terhadap pasien

gangguan jiwa karena jika kepercayaan pasien belum didapat, proses ini

tidak akan bisa berjalan. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses

komunikasi pasien jenis ini sama seperti proses komunikasi yang terjadi

diantara orang sehat pada umumnya karena ia sama-sama akan terbuka

hanya pada orang yang dipercaya.

53

Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Rohmah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit

Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

Page 133: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

122

“Kalau dia tidak mau bicara dengan kita berarti dia emang bener-

bener belum percaya.”54

d. Kengganan Pasien Untuk Berkomunikasi

They have trouble and tumultuous interactions with relatives,

acquaintances, and even strangers, particularly during the actives

phase of symptoms. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa pasien ini

kesulitan untuk berinteraksi dengan keluarga, kenalan dan orang-orang

yang ada disekitar. Kesulitan inilah yang menyebabkan mereka enggan

untuk berinteraksi dengan sesama karena mood pasien yang tidak baik

sehingga menyebabkan ia mudah merasa jenuh, malas, dan capek saat

bertemu orang lain.

“Pada saat-saat tertentu kan manusia ada perasaan bosen, malas,

jenuh.”55

“Peneliti: hambatan yang mempengaruhi pasien susah

berkomunikasi apa sih pak?

Perawat: waham, caranya mengembalikan ke dunia yang nyata.

Dan itu susah. Moodnya yang g bagus.”56

“Yah, kalo misalkan dia lagi engga mau berinteraksi kita engga

bisa maksa.”57

“Kan, kadang pasien moodnya suka g bagus, jadi engga mau

ngobrol.”58

e. Pembicaraan pasien yang inkoheren

Pembicaraan yang tidak koheren maksudnya ialah seperti topik

pembicaraan yang melompat-lompat, pembicaraan yang serampangan

54

Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Rohmah , Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi

Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015 55

Wawancara pribadi dengan bapak Mamat Sutedi, Perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 18 Februari 2015 56

Percakapan antara peneliti dengan bapak Rivai pada tanggal 18 februari 2015 57

Wawancara pribadi dengan ibu Siti Rohmah, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi

Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015 58

Wawancara pribadi dengan ibu Nurmilah, salah satu perawat di rumah sakit Marzuki

Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015

Page 134: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

123

dan kehilangan asosiasi, neologisme59

, beberapa hal tersebut kerapkali

terjadi pada pasien di rumah sakit ini sehingga berdasarkan hasil

observasi dan wawancara beberapa perawat beranggapan bahwa

inkoherensi dalam berbicara ini sebagai salah satu penghambat interaksi

antar sesama, karena jika perawat tidak cermat maka perawat akan

salah memahami makna atau kondisi pasien yang sebenarnya.

“Paling yah itu yang bikin interaksi agak sulit itu kalau pasien

ngomognya g jelas, ngelantur disitu kadang bingung yang dia

omongin itu maksudnya apa dan jadinya kadang kita suka salah

persepsi kalo engga bener-bener merhatiin mah.”60

1. Hambatan yang Terdapat Dalam Diri Perawat

a. Tidak mengerti akan bahasa yang diucapkan pasien

Hambatan ini masih hambatan yang masuk dalam kategori

semantik karena berpusat pada diri komunikator maupun komunikan,

karena faktor keanekaragaman budaya dan bahasa menyebabkan

banyak bahasa yang dijadikan acuan dalam berkomunikasi. Dan hal ini

akan menjadi masalah ketika lawan bicara tidak memahami apa yang

dimaksud oleh komunikan. Seperti pasien hanya memahami dan

berbicara dengan menggunakan bahasa daerahnya saja sehingga

menyebabkan perawat seringkali tidak memahami apa yang dimaksud.

“Kalo ada pasien yang datang dari luar daerah tuh yang susah

banget buat diajak interaksi karena sering mereka pahamnya

cuma bahasa daerahnya aja kaya bahasa indonesia gitu g paham

dia, jadi kan kita g paham omongan dia, dan dia juga g paham

omongan kita.”61

59Menciptakan kata atau kalimat yang aneh-aneh, tidak menjawab pertanyaan dan

memberikan jawaban yang menyimpang dari pertanyaan

60Wawancara pribadi dengan ibu Nurmilah, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi

Bogor, ruang Yudistira, Bogor 18 Mei 2015

61Wawancara pribadi dengan ibu Siti Rohmah, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi

Bogor, ruang Yudistira, Bogor 18 Mei 2015

Page 135: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

124

b. Tingkat kesabaran perawat

Seringkali pasien menunjukan perilaku tidak kooperatif dengan

perawat seperti teriak-teriak sehingga akan mengganggu pasien lain

dan pada kondisi seperti itu kadang pasien tidak mau mendengarkan

instruksi dari perawat untuk tetap tenang. Dan pada saat-saat seperti

itulah perawat hilang kesabaran, seperti perawat berteriak dan

membentak pasien sehingga bagi sebagian pasien ia akan merasa

terganggu dan saat kondisi seperti inilah pasien enggan untuk

berinteraksi dengan perawat yang bersangkutan karena merasa takut.

Page 136: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

125

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diulas pada bab sebelumnya

maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, diantaranya:

1. Pola komunikasi perawat terhadap pasien skizofrenia di rumah sakit

jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ialah pola komunikasi

antarpribadi. Kesimpulan tersebut berasal dari ciri-cirinya yang sangat

identik dengan ciri-ciri yang ada dalam praktek komunikasi

antarpribadi seperti, (1) suasana komunikasi yang terasa

nonformal/natural sehingga pasien merasa nyaman dan iklim

komunikasi yang diciptakan oleh komunikator (pasien) terasa hangat,

(2) jarak antara komunikator (perawat) dan komunikan (pasien)

teramat dekat karena proses ini dilaksanakan secara tatap muka dan

dilaksanakan di ruangan Yudistira atau salah satu bangsal yang ada di

rumah sakit ini, (3) umpan balik dapat secara spontan dilihat dan di

observasi meski umpan balik ini ada yang bersifat positif maupun

negatif.

2. Hambatan-hambatan yang ditemui perawat saat berkomunikasi dengan

pasien skizofrenia, ialah: (1) Faktor halusinasi yang ada dalam diri

pasien karena halusinasi merupakan bisikan-bisikan ataupun

penampakan-penampakan yang timbul dalam penglihatan maupun

pendengaran pasien, jika pasien belum bisa menguasai dirinya untuk

menghardik halusinasi tersebut maka intervensi dari pihak luar tidak

Page 137: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

126

akan efektif, (2) Keadaan jiwa yang belum stabil diantaranya ia masih

sering marah-marah dan cenderung melakukan tindak kekerasan

kepada orang lain ataupun kepada dirinya sendiri, (3) Belum adanya

rasa percaya dari pasien terhadap perawat, hal ini menjadi hambatan

karena pada realitas yang ada jika perawat tidak dapat meraih

kepercayaan pasien maka pasien tidak akan mau terbuka kepada

perawat sehingga hal ini akan sangat menghambat perkembangan

komunikasi yang akan terjalin, (4) keengganan pasien untuk

berkomunikasi, mood ini menghambat berlangsungnya komunikasi

karena jika antusiasme hanya ada pada pihak komunikator (perawat)

maka proses komunikasi akan bersifat pasif dan sulit untuk

berkembang dan biasanya hal ini dilandasi oleh rasa malas, capek,

jenuh, halusinasi atau bahkan memang terdapat masalah organik dalam

diri pasien, (5) ketidakpahaman perawat akan bahasa yang diucapkan

oleh pasien dan begitupun sebaliknya, misalnya pasien menggunakan

bahasa medan sedangkan semua perawat berasal dari daerah sunda, (6)

kurang adanya kesabaran dari perawat sehingga tindakan yang

diberikan perawat terhadap pasien diluar batas, seperti membentak

pasien.

B. Saran

1. Kepada perawat yang merawat pasien gangguan jiwa disarankan agar

lebih banyak berinteraksi dengan pasien agar pasien lebih merasa

diperhatikan sehingga ia tidak merasa sendiri, dan disarankan pula agar

perawat lebih banyak lagi melatih diri agar tingkat kesabaran dan

Page 138: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

127

teknik menghadapi pasien lebih cakap sehingga apa yang diberikan

kepada pasien selalu tepat sasaran.

2. Berdasarkan pengamatan penulis kegiatan penyembuhan yang

dilaksanakan di salah satu ruang perawatan pasien gangguan jiwa ini

hanya berkisar pada terapi aktifitas kelompok (TAK), terapi ngobrol

dengan perawat dan makan bersama, namun kegiatan ini cenderung

full hanya disaat pagi hingga siang saja. Dari beberapa kegiatan

tersebut, maka penulis menyarankan kepada pihak manajemen rumah

sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi agar di ruang asuh pasien diberikan

kegiatan yang sesuai dengan bakat pasien, seperti jika terdapat pasien

yang memiliki bakat bernyanyi maka ia diajarkan untuk bernyanyi,

jika terdapat pasien yang memiliki bakat untuk membuat kerajinan

tangan maka pasien dapat diajarkan untuk membuat sebuah karya

hingga akhirnya karya tersebut dapat diberdayakan sehingga dapat

menjadi motivasi bagi generasi muda agar tidak kalah aktif dengan

pasien gangguan jiwa. Saran kedua untuk pihak rumah sakit ialah agar

kegiatan pasien ditambah dan waktu pasien dihabiskan dengan

beraktifitas sehingga tidak ada waktu bagi pasien untuk melamun

sendiri karena ditakutkan kesadaran pasien akan kembali turun karena

lebih banyak berdiam diri.

3. Kepada pihak manajemen rumah sakit disarankan agar banyak

melakukan penyuluhan kepada masyarakat terutama pada para

keluarga pasien gangguan jiwa mengenai informasi peyakit yang

diderita keluarganya secara komprehensif dan memberikan penyuluhan

Page 139: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

128

tentang bagaimana memperlakukan pasien agar tidak ada lagi seorang

penderita gangguan jiwa yang ditelantarkan oleh keluarganya sendiri

lantaran ketidakpahaman keluaga atas kondisi yang sedang dihadapi.

4. Kepada peneliti yang akan meneliti tema yang sama, disarankan agar

tidak hanya meneliti di ruang tenang pasien saja tetapi dapat meneliti

juga di ruang ICU pasien. Hal ini bertujuan agar wawasan peneliti

lebih kaya sehingga data yang diolahpun dapat bervariatif dan

perbandingan antara satu pasien dengan pasien lain lebih akurat.

Page 140: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

129

DAFTAR PUSTAKA

AW, Suranto. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.

Budyatna, Muhammad dan Gariem, Leila Mons. Teori Komunikasi

Antarpribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011.

Creswell, John. Qualitatif Inquiry and Research Design: Choosing among five

traditions. California: Sage Publications, 1997.

Effendy, Onong Ucjhana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 2003.

_____________. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2004.

Ester, Monica. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC, 2005).

Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek. Jakarta: Graha Ilmu, 2009.

Halgin, Richard P dan Whitbourne, Susan Kraus. Abnomal Psychology: Clinical

Perspective On Psychology Disorder. New York: McGraw Hill, 2007.

Hawari, Dadang. Al-qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.

Yogyakarta: Pt. Dana Bhakti Prima Yasa, 1995.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik

Lubis, Djuara P. dkk. Dasar-Dasar Komunikasi. Bogor: Sains KPM IPB Press,

2008.

Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada

Group, 2013.

Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara,1995.

Nevid, Jeffrey S. Dkk. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga, 2003.

Nursalam. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktek. Jakarta:

Salemba Medika, 2009.

OFM, Yustinus Semiun. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Page 141: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

130

Pieter, Herri Zan. Pengantar Psikopatologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2011.

Pieter, Herry Zan dan Lubis, Namora Lumonga. Pengantar Psikologi Dalam

Keperawatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

Rosyidi, Kholidi. Prosedur Praktik Keperawatan Jilid 2. Jakarta: Penerbut Buku

Kesehatan, 2013.

Roudonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007.

Semiun, Yustinus. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Sendjaja, S.Djuarsa. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka: 1994.

Soyomukti, Nurani. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Stuart, Gail Wiscarz dan Sundeen, Sandra J. Buku Saku Keperawatan Jiwa:

Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran,

1998.

Videbeck, Sheila L. Buku Ajar Keperawatan:Psychiatric Mental Health Nursing.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 2008.

West, Richard danTurner, Lynn H. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan

Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika, 2012.

Widjaja, H.A.W. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta:

Bumi Aksara, 2008.

Wiramihardja, Sutardjo A. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Reflika

Aditama, 2005.

Yin, Robert K. Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Page 142: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN
Page 143: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN
Page 144: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN
Page 145: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

STRUKTUR LEMBAGA

Direktur Utama: Dr. Erie Dharma Irawan

Dewan Pengawas

Komite Medik

Staff Medik Fungsional

Direktorat-direktorat

1. Direktorat medik& keperawatan : Dr. Puji Triastuti

Bidang medik : Dr. Siti Khalimah

a. Seksi pelayanan medik : Drg. Desi Dwiriniah

b. Seksi pelayanan penunjang medik : Andri Wulansari

Bidang keperawatan : Wawan Hermawan

a. Seksi pelayanan keperawatan

b. Seksi pelayanan rawat inap : Ns. Aep Sumarna

Instalasi

Kelompok jabatan fungsional

2. Direktorat SDM dan Pendidikan : Drg.Rahmadayah Mansur

Bagian SDM : Dra Fatimah

a. Sub bagian administrasi : Landberto F

b. Sub bagian administrasi kepegawaian : Caswa

Bagian Pendidikan dan Penelitian : Dr. Erwanto W

a. Sub bagian pendidikan dan penelitian : Dr. Irna Lidiawati

b. Sub bagian DIKLIT Tenaga Keperawatan: Akemat. SKp

Instalasi

Page 146: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

Kelompok jabatan fungsional

3. Direktorat keuangan dan administrasi : Syahnas Rasyid

Bagian Keuangan : Juni Khair

a. Sub bagian program dan anggaran : Sri Nurhayati

b. Sub bagian akuntansi : Dwi Nurul Hayati

c. Sub bagian mobilitas dana : Ernin Surachman

Bagian administrasi umum : Basari Sirait

a. Sub bagian TU dan Pelaporan : R. Moh Agus Barokah

b. Sub bagian RT dan perlengkapan : Nuryanto

c. Sub bagian hukum organisasi : Dr. Abdul Farid Patutie

Instalasi

Kelompok jabatan fungsional

Page 147: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Ahmad Riva’i, Amd Kep

Jabatan : Kepala ruangan Yudistira

Tanggal : 18 Februari 2015

1. Bagaimana cara bapak agar pasien mendengarkan apa yang bapak bicarakan?

Jawab: paling pertama melakukan pengkajian, latar belakang penyakit pasien

misalnya kenapa pasien akhirnya dibawa kemari, riwayat hal yang telah ia

lakukan, misalnya memukul ibu atau bapaknya, misalnya keluarga tidk

sanggup menghadapi pasien, lalu dimasukan ke IGD dan kita berkolaborsi

dengan dokter biasanya dokter akan memberikan obat. Cara komunikasi yang

digunakan ialah teknik komunikasi terapeutik seperti yang pertama berikan

salam lalu evaluasi tentang apa yang telah ia lakukan. Misalnya apa yang

telah ia dapatkan di ruangan sebelumnya misalnya bagaimana cara mengatasi

perilaku kekerasan. Kita evaluasi kembali jika pasien belum faham secara

kognitif dan psikomotorik lalu kita latih kembali. Sesuai dengan p yang dia

butuhkan. Bercakap-cakap dengan pasien lainnya merupakan suatu aktifitas

yang penting untuk bisa mendistraksi halusinasi pasien. Dan kegiatan-

kegiatan lain seperti mengarahkan minat/bakat pasien dan juga obat untuk

mengurangi enzim-enzim yang berlebih yang ada dalam diri pasien. Untuk

mengatasi tindak prilaku kekerasan yaitu dengan cara tarik nafas dalam dan

hal ini bisa dilakukan beberapa kali sampai akhirnya pasien tenang karena

bisa mengalirkan oksgigen ke otak sehingga dapat menimbulkan rasa

Page 148: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

relaksasi dan juga memukul bantal agar rasa marah pasien dapat teralirkan

tanpa harus melukai orang lain. Mengungkapkan rasa kesal dengan cara

terbuka seperti dengan minta maaf dan hal tersebut diharapkan agar rasa kesal

tersampaikan dan yang terakhir dengan cara spiritual sesuai dengan ajaran

yang dianut.

2. Ketika pasien berhalusinasi baik halusinasi lihat ataupun dengar maka

bagaimana pola berkomunikasi perawat terhadap pasien?

Jawab: halusinasi ada tingkatannya fase pertama yaitu bengong-bengong lalu

fase keempat yaitu fase dimana pasien akan marah-marah terhadap orang lain.

Dengan cara terus mengingatkan terus agar pasien terbiasa. Dengan cara

langsung dipraktekan langsung misalnya: ayo praktekan misalkan seperti ini.

3. Ketika memang pasien tidak mendengarkan perawat karena faktor

penyakitnya maka tindak komunikasi yang seperti apa yang dilakukan?

Jawab: intinya adalah trust atau percaya karena ketika pasien sudah trust

maka ia akan mencari kita (perawat). Dan untuk membangun trust itu maka

perawat harus kesabaran yang tinggi karena bukan hanya orang sakit saja

kadang orang yang normal saja kalau melakukan pendekatan kalau orang itu

benci kadang kita enggan untuk berkomunikasi jadi yang penting harus

bersabar ekstra.

4. Saat kondisi seperti apa pasien tak mau berkomunikasi?

Jawab: saat fase halusinasi sudah mencapai tahap ke-4 dan juga saat efek

obat hilang maka tunggu mereka tenang. Pendekatan dengan pasien ISSOS

ialah dengan cara identifikasi dulu alasan kenapa mereka tidak mau

Page 149: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

mengobrol dengan orang lain, menjelskan keuntungan dan kerugiannya tidak

punya teman, dan mengajarkan berkenalan pertama dengan 1 orang kedua

dengan 2 orang seperti dengan cara sebutkan nama, nama panggilan. Lalu

selanjutnya bertanya tentang keluarga dirumahnya dan sebenarnya lebih

banyak menasihati. Kuncinya berkomunikasi karena yang sakitkan jiwanya

yah jadi yang harus dibangkitkan semangat kejiwaannya, spiritnya.

5. Jenis message/kata-kata yang seperti apa yang disampaikan kepada pasien?

Jawab: ada tekhnik-teknik tertentu tergantung personalnya ada dengan yang

to the point, ada yang membentak ada yang dengan cara baik-baik.

6. Apakah pasien harus mengikuti kegiatan di rumah sakit atau dibebaskan saja?

Jawab: pada saat-saat tertentu kan manusia ada perasaan bosen, malas, jenuh,

mungkin kita akan melakukan pendekatan kenapa malesnya kenapa engga

mau ikut.

Mengetahui

Ahmad Rivai, Amd Kep

Page 150: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Mamat Sutedi, Amd Kep

Jabatan : Perawat di ruang Yudistira

Tanggal : 18 Februari 2015

1. Bagaimana cara bapak berkomunikasi dengan pasien?

Jawab: untuk berkomunikasi diawali dengan perkenalan diri dulu, lalu baru

ngobrol-ngobrol. Seperti Kenapa mereka dibawa kesini, ada masalah apa,

masih berhalusinasi atau tidak , udah punya temen belom, kalo belum nanti

diajarkan cara berkenalan, terus ditanya masih suka dengen suara-suara engga

kalo masih denger kita ajarin cara supaya mengalihkannya. Kalo masih suka

kesel yah diajarkan cara mengatasinya.

2. Jika pasien menolak untuk berinterakasi maka pendekatan apa yang

dilakukan?

Jawab: kalo untuk sekali itu engga berhasil yah kita tinggal dulu aja, kontak

kan sering yah. siangkan ketemu lagi yah. Yang penting ketemu singkat tapi

sering, kalo memang engga berhasil ya udah kita tinggalkan dulu tar dateng

lagi nanti. Kalo yang kooperatif mah lebih mudah yah, diajak ngobrolnya

lebih nyambung yah. Kecuali yang isos itu dia agak lama. Kalo kita nanya

engga dijawab kita sentuh kan yah, di tepak itu namanya untuk yang tumpul

yah. Karna orang yang seperti itu kalau diajak ngobrol an nunduk yah,

responnya lambat misalkan kita sentuh sambil nanya “rif namanya siapa?”,

kalo disentuh begitukan akhirnya dia nengokkan dan akhirnya dia mau jawab.

Page 151: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

Kalau dia nunduk lagi kita sentuh lagi sambil nanya. Kalo pasien yang

tumpul/ISOS begitu kita sentuh yah atau intonasinya agak kenceng. Terus

kalo semkin hari dia mau ikut beraktifitas yah. Walaupun ngobrolnye engga

banyak seperti pasien yang kooperatif yah.

3. Apakah ada kemungkinan pasien akhirnya terbuka kepada perawat, seperti

pasien-pasien yang lain?

Jawab: kita liat dulu sebelum dia sakit. Kalo dia emang orangnya aktif bisa

dia jadi terbuka, tapi kalo yang awalnya emang pendiem yah mungkin sudah

maksimal jawab begitu.

4. Jenis kata-kata/pesan apa yang bapak gunakan saat berkomunikasi dengan

pasien?

Jawab: kalo kata-katanya kita cari kata-kata yang mudah yah, kata-kata yang

mudah difahami mereka, bahasa yang sehari yang engga sulit mereka fahami

bahasan yang dasar-dasar aja misalkan tadi udah makan belum? Makannya

pakai apa?, jangan ditanya yang aneh-aneh kan susah juga yah buat mereka

tar jawabnya. Misalnya udah nikah belum,gimana tadi tidurnya? Terus tanya

kenapa sih diem aja. Nah itu kan berarti udah masuk yang ke permasalahan.

Misalnya dia jawab males ah, kalo senadinya dia udah jawab kasih pengertian

keuntungan bergaul misalnya ko ga mau punya temen sih, kalau kamu engga

punya temen tar kamu sedih loh. Jadi dijelasin dulu keuntungan dan

kerugiannya. Kita jelasin dulu jadi kalau kognitifnya udah tau nanti perlahan

dia mau lakuin itu.

Page 152: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

5. Butuh berapa lama agar pasien terbuka terhadap perawat?

Jawab: kalau untuk pasien yang memang sosialnya bagus butuh waktu yang

tidak cukup lama tetapi jika pasien tersebut ISSOS butuh waktu yang lama.

Misalnya berbulan-bulan dan intens. Misalnya setiap hari yah.

6. Hambatan yang mempengaruhi pasien susah berkomunikasi apa sih pak?

Jawab: waham, caranya mengembalikan ke dunia yang nyata. Dan itu susah.

Moodnya yang g bagus.

7. Ketika pasien yang paranoid bagaimana cara berkomunikasi dengan mereka?

Jawab: kita tanya baik-baik dan selidiki dengan bahasa yang baik misalnya “

emang dikejar-kejar sama siapa?” terus tanya lagi ke temannya “ bener engga

dikejar-kejar?” jika temannya tidak merasa seperti itu tidak ada, maka kita

kasih pengertian bahwa pasien salah misalnya “berarti yang bapak dengarkan

salah pak, berarti itu bapak tidak ada apa-apa” kita deskripsikan dulu apa

yang dia lihat lalu kita bandingkan dengan apa yang dilihat temannya lalu kita

kasih pengertian bahwa apa yang dilihatnya tidak benar adanya. Berarti kita

bujuk/persuasi supaya mereka tidak memikirkan apa yang dia lihat.

8. Jika pasien takut untuk berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak mau

berbicara maka apa trick yang sebaiknya digunakan?

Jawab: makanya kita kenalkan dulu diri kita siapa misalnya “ saya namanya

pa ini, saya yang akan merawat bapak disini, itukan tujuannya pasien engga

takut, pasien percaya pada kita,, itu langkah awalnya untuk membangun rasa

percaya.

Page 153: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

9. Untuk menghadapi pasien ini kita sebagai komunikator harus sabar dan

tenang dan dua tips itu tips yang sama saat menghadapi anak-anak yah pa,

lalu apa bedanya pak menghadapi pasien gangguan jiwa ini dengan anak-

anak?

Jawab: harus sabar, tidak seperti menghadapi orang yang normal langsung

faham, tetapi harus berulang-ulang. Dan belum tentu dia ngerti yah karna

pasien yang kita ajak ngobrol diem, dengan cara persuasif misalnya, “Coba

kamu diem dulu”. Tapi kalau seandainya dia tidak bisa diem , ya udah kamu

masuk dulu deh, ngbrolnya nanti (kita alihin) dan adakalanya butuh intonasi

tinggi kalau pasiennya di deketin secara halus engga bisa, agak sedikit

dibentak. Biasanya pasien takut misalnya, “Diem kamu, kamu masuk dulu

deh” intonasinya di tinggikan dan pasien jika melihat ekspresi kita begitu dia

takut juga ya. Biasanya dia nurut. Tetapi cara tersebut jika diperlukan saja

jika pasiennya susah baru.

Mengetahui

Mamat Sutedi, Amd Kep

Page 154: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Ernawati, Amd Kep

Jabatan : Perawat di ruang Yudistira

Tanggal : 17 Februari 2015

1. Bedanya seperti apa bu pendekatan komunikasi dengan pasien skizofrenia

hebefrenik dengan yang paranoid?

Jawab: cara pada intinya sama, tapi cara penyerapan pasien yang berbeda,

kalo yang hebefrenik agak susah yah, dia mau diajarin yang gimana juga yah

begitu-begitu aja terus, kalo yang paranoid gampang sejalan dengan terapi

obat, terapi oral dari perawat jadi cepet, beda sama yang hebefrenik.

2. Lalu bagaimana strategi yang dilakukan oleh perawat ketika memang sulit

menghadapi pasien hebefrenik?

Jawab: kalo yang hebefrenik yah kita lebih ke pemenuhan ADL dia

kebutuhan daily activity misalkan kebutuhan tidurnya, makannya, mandinya,

itu lebih kesitunya. Jadi kalo untuk penyembuhan kemampuan sosial/interaksi

itu agak susah.

3. Lalu bagaimana cara perawat mengajak pasien agar dia mau ikut memenuhi

kebutuhan ADLnya?

Jawab: yah kita fasilitasi, klo mandi kita fasilitasi alatnya, kita motivasi, kita

ajak, kalo yang paranoid kan dengan berjalannya waktu dia bisa sendiri tapi

kalo yang hebefrenik harus selalu diajak, dimotivasi

Page 155: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

4. Salah satu hambatan pasien hebefrenik kan dia bertingkah laku seperti anak-

anak sama bicara melantur dan sibuk dengan dunianya, lalu bagaimana

strategi komunikasi perawat ketika menghadapi pasien yang seperti itu?

Jawab: macam-macam tipenya tapi yang tipenya seperti itu kita ada teknik

focusing, apa yang ingin kita dengar itu di fokuskan. Jadi kalau dia muter-

muter kemana-mana maka diarahkan kesitu. Misalnya kita akan

membicarakan tentang halusinasi dia ya udah kita bicara terkait halusinasi dia

saja, jadi engga ngelantur kemana-mana.

5. Jadi message yang disampaikan langsung, jelas dan to the point tidak

memakai basa-basi terlebih dahulu yah bu?

Jawab: kalau awal iya pasti ada basa-basi dulu untuk bina trust, tapi setelah

bina trust terjalin maka kita langsung difokuskan tentang apa yang akan kita

ketahui tentang dia.

6. Apakah ada feed back dari pasien saat perawat berinteraksi dengan pasien?

Jawab: ada cuman hampir rata-rata yang diomongin hampir sama, kalo hari

ini yang obrolin itu yah besok juga yang diobrolin akan sama juga. Kenapa

sama, karena yang ingin ia dengar, yang ingin ia bicarakan seputar itu-itu

saja. Tetapi paranoid lebih gampang kalo yang paranoid ditanya-tanya biasa

akan langsung nyambung.

Page 156: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

7. Apakah pasien bertanya kembali ke perawat/komunikan bertukar peran

menjadi komunikator?

Jawab: ada beberapa kalo pasiennya ISOS ia akan jawabnya ia tidak, ia tidak

aja tapi kalo memang pasiennya yang kooperetif ia akan tanya balik.

8. Apa tujuan perawat berinteraksi dengan pasien?

Jawab: tujuannya yang untuk kesembuhan dia, saat pulang nanti seperti

marah-marah, ngomong sendiri, g mau mandi, ngamuk-ngamuk g jelas, nah,

sepuluh item itu ya paling tidak beberapa item itu hilang.

9. Apakah pasien ISOS bisa dirubah menjadi orang yang bersosialisasi?

Jawab: tergantung jika memang awal mulanya dia memang orangnya mau

bergaul tapi kalo memang tidak yah balik lagi sama. Jadi kembali sesuai

dengan kegiatannya yang sebelumnya.

Mengetahui

Ernawati, Amd Kep

Page 157: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Nurmilah, Amd Kep

Jabatan : Perawat di ruang Yudistira

Tanggal : 17 Februari 2015

1. Pendekatan personal yang seperti apa yang digunakan jika pasien sedang

agresif?

Jawab: pendekatannya ya itu paling kita kontrak dulu, kalo misalkan mau

ngobrol dulu, kan kadang pasien suka moodnya suka g bagus jadi paling

bikin janji dulu. Engga langsung sih, paling kaya gini contohnya, nanti

misalkan jam 10 kita ngobrol yah trus perkenalan, ajak ngobrol tentang

ngontrol emosi. Pendekatannya juga sama kalo dari segi bahasa paling pakai

bahasa indonesia, kalo yang dari sunda ya pake bahasa sunda.

2. Jika tipe pasien isolasi sosial (ISOS) yang karakternya susah untuk

berinteeraksi, maka pendekatan komunikasi yang seperti apa yang

digunakan?

Jawab: kalo ISOS, paling kita dicoba berkali-kali, misalnya kalo engga mau

ngobrol hari ini bisa dideketin besok, yah intinya yang sering-sering aja,

soalnya kan kenapa dia gak mau ngobrol karna emang ada bisikan buat engga

mau ngobrol. Dan cara ngilangin bisikannya diajak ngikutin kegiatan aja.

Misalnya, ayo kita nyapu, ayo kita ikut terapi. Yah gimana trustnya sih yah.

Page 158: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

3. lalu ketika ada pasien yang tidak percaya dengan susternya yang

menimbulkan susahnya berinteraksi, maka strategi komunikasi apa yang

digunakan agar dia percaya?

Jawab: ya, kita kontrak terus sih yah, misalnya jam segini yah kita ketemu,

terus ngenalin diri aja kalo dia udah mau bareng kita. Salam terapeutik paling

yah, kaya. Assalamualaikum, gimana kabarnya?

4. Apakah terdapat feed back dari komunikan saat berkomunikasi dengan

komunikator?

Jawab: feed back mah ada pastinya kalo emang udah ada rasa percaya.

5. Saat masa akhir tindakan keperawatan bagaimana cara berkomunikasi dengan

pasien agar mereka tidak merasa sedih dan tambah tertekan saat berpisah

dengan perawat?

Jawab: kita kasih pengertian aja, kan disini tuh engga selamanya, kan disini

ada waktunya. Intinya trust sama kontrak aja yah.

6. Bagaimana kondisi pasien yang menderita hebefrenik?

Jawab: kalo yang hebefrenik sih susah yah, kadang kalo kita ngomong engga

di denger, dia kan udah sibuk yah dengan dunianya.

7. Lalu, dengan keadaan pasien yang seperti itu, pendekatan apa yang

digunakan agar mereka mau mendengarkan instruksi perawat?

Jawab: yah, kita ngikutin mereka dulu, iya kalo dia lagi sibuk dengan

fikirannya, kita fokusin dulu ke kita, difokusin pasiennya misalnya sini

Page 159: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

ngobrol sama suster dulu, dan langsung ikutin instruksi kok, asalkan

bicaranya pelan-pelan, yah kaya ngajak aja. Intinya yah harus sabar, terus

harus difokusin juga, kaya sini dengerin dulu suster bicara. Gitu. Hanya saja

buat pasien yang ISOS dan hebefrenik yah kita yang aktif buat bicara. Karena

kadang dia hanya jawabnya ya, tidak, udah, belum. Gitu aja, mending kalo

ada verbalnya. Malah kadang dia Cuma diem. Makanya tergantung

kemampuan perawatnya sih mancing kemampuan pasiennya.

8. Mana yang lebih sulit, lebih sulit berkomunikasi dengan tipe pasien ISOS

atau dengan pasien tipe hebefrenik?

Jawab: yah susahan yang hebefrenik yah, kadang suka engga nyambung.

Kalo yang ISOS masih mending yah karena ada timbal baliknya. Walaupun

jawabnya singkat-singkat. Yah kalo yang hebefrenik paling di fokusing dulu

aja. Paling yah kaya gitu-gitu aja yah kalo buat berkomunikasi paling kaya

bina rasa trust, sering dideketinnya, sama di fokusin.

Mengetahui

Nurmilah, Amd Kep

Page 160: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Siti Rohmah, Amd Kep

Jabatan : Perawat di ruang Yudistira

Tanggal : 17 Februari 2015

1. Ceritakan tentang pengalaman ibu, bagaimana cara ibu berinteraksi dengan

pasien gangguan jiwa?

Jawab: kalau di ruang krisna kalo pasien yang baru dateng dimana kondisi

pasien masih sangat gelisah sehingga sulit untuk bina trust karena kita baru

pertam ketemu trus kondisi pasien juga masih sangat gelisah trus juga terus

belum dikasih obat, makanya di ruang ini kita minimalkan untuk banyak

interaksi, paling Cuma langsung tindakan aja misalkan suntikan penenang

soalnya di kasih obatnya juga lewat injeksi kadang-kadang kalo makin parah

kita isolasi, paling delapan jam kemudian ada evaluasi kalo seandainya

keadaan pasien udah mulai tenang baru di ajak interaksi dengan cara baik-

baik, ya nanyanya paling sekitar, inget g dibawa kesini kenapa?

2. Lalu apakah pasien langsung memberikan feed back atas apa yang

ditanyakan?

Jawab: rata-rata pasien yang gelisah terus langsung di injeksi obat biasanya

masih pada bengong-bengong aja, soalnya efek dari obatnya belum

maksimal, rata-rata sih suntikan tiga hari, kalo udah lebih dari tiga hari baru

udah mulai bisa ditanya. Awalnya kita bina trust dulu aja jangan terlalu

menyinggung tentang masalah dia, jangan memvonis kalau dia itu salah yah,

Page 161: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

misalnya, kamu udah ngerusak rumah yah kamu, ngerusak kaca yah kamu,

biasanya langsung marah, kondisina masih labil soalnya, pendekatannya

misalnya, kenapa sih di rumah?, ada apa sih emangnya? Kegiatanya lagi apa?,

inget engga waktu kesini karena apa?,

3. Lalu apakah ada pasien yang langsung emosi setelah ditanya tentang hal

tersebut?

Jawab: ada pasti misalnya, udh deh engga usah nanya-nanya, ada juga yang

langsung pergi.

4. Lalu bagaimana cara perawat berkomunikasi dengan pasien yang kondisinya

seperti itu?

Jawab: yah, kalo misalkan dia engga mau berinteraksi kita engga bisa maksa,

kita tinggalin dulu aja. Sampai nanti kondisinya dia sudah makan, kita bisa

tanya lagi. Kalau dia tdak mau bicara dnegan kita berarti dia memang lagi

benar-benar marah, emang bener-bener belum percaya, jadi g usah setiap

ngobrol selalu bisa interaksi engga apa-apa nunggu dulu. Kita harus ngikutin

kondisi pasien. Tar kalao dia udah mulai mau ngobrol nah baru kita mulai

masuk ke masalah dianya. Biasanya dia kan langsung cerita “ia nih di rumah

abisan saya g boleh ini, ya udah saya marahin aja saya pukul”. Gitu aja sih

kalo di ruang kresna (ICU Psikiatri) banyaknya tindakan sih yang. Soalnya

emosinya masih belom stabil, mereka masih agresif.

5. Lalu bagaimana cara perawat mengontrol pasien yang sedang sangat agresif

seperti itu?

Page 162: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

Jawab: ya kalo masih bisa pake injeksi, kita injeksi dulu dan engga digabung

sama pasien lain sampe dia bener-bener tenang. Ciri-ciri engga tenangnya

misalnya gedor-gedor, teriak-teriak yah kita fiksasi dia.

6. Lebih efektif mana antara interaksi dan penyembuhan obat?

Jawab: sebenarnya untuk menghilangkan rasa gelisah lebih efektif obat tapi

kalau obat saja tidak ada interaksi sama aja, ya istilahnya butuh perhatian,

mungkin alasan mereka dirawatpun karena memang kurang perhatian, dengan

disini ia dianggap ada, dia diperhatiian dia diajak ngobrol berarti fifty-fifty.

Mengetahui

Siti Rohmah

Page 163: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Fujiati, Amd Kep

Jabatan : Perawat di ruang Yudistira

Tanggal : 17 Februari 2015

1. Bagaimana cara agar pasien isos mau untuk terbuka atau berbicara dengan

perawat sehingga masalah dapat diketahui?

Jawab: pendekatannya sedikit tapi sering soalnya pasien yang isolasi sosial,

jika perawat banyak bertanya atau banyak mengajaknya berinteraksi ia akan

lebih banyak diam, makanya frekuensinya lebih sering tetapi dengan sedikit

pertanyaan. Jika nanti bertemu lagi nanya lagi. Misalnya: kenapa kok, diam

saja tidak mau gabung dengan yang lain? Jika pasien tidak mau menjawab

maka beri pertanyaan yang lain. Misalnya, kalo di rumah kenapa sih dibawa

kesini sama keluarga? Misalnya dia menjawab. Jika dari tiga pertanyaan dia

dapat menjawab 1 pertanyaan sebenarnya itu sudah bagus. Jika dari ekspresi

muka, gesture dan dia sudah tidak dapat diajak berinteraksi maka akhiri

komunikasi dan buat kontrak lagi untuk bisa bercakap-cakap di kemudian

hari. Dan jika sudah bertemu lagi maka jangan langsung ke pertanyaan yang

sama tetapi dimulai dengan pertnyaan basa-basi yang lain dulu, nanti setelah

sekiranya pasien sudah terlihat nyaman baru kembali ke pertanyaan yang

dituju. Adapun pertanyaan yang dapat ditanyakan agar pasien mau terbuka

ialah bertanya mengenai mengapa ia dibawa kerumah sakit? Mengapa ia tidak

mau bergabung dengan yang lain? Mengapa interaksi ini penting agar pasien

Page 164: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

setidaknya mau mengikut bujukan perawat untuk setidaknya mau menjaga

kebersihan dirinya.

2. Sebenarnya data mengenai pasien didapat dari mana?

Jawab: jika memang pasien ISOS (isolasi sosial) maka data akan didapat dari

keluarga, tetapi seiring dengan seringnya kita berinteraksi dengan pasien dan

tergantung dengan pandai tidaknya perawat berinteraksi dengan pasien maka

pasien akan sedikit-demi sedikit terbuka. Terlebih jika sudah ada bina trust.

Jika pasien ISOS maka bagaimana perawat menggunakan, yah memang yah

setiap orang memiliki tekhniknya sendiri. Dan jika pasien dalam keadaan

ISOS ketika mau berhubungan/interaksi dengan mereka jangan banyak

berhubungan dengan kertas. Jadi proses bertanyapun jangan memegang

kertas, karena itu akan membuat curiga pasien. Udah dia ISOS kan? Terus

ditambah lagi dia curiga.

3. Jadi proses interaksi harus dibuat senatural/se nonformal mungkin yah?

Jawab: maksudnya kita jangan, dari pertanyaan sepuluh, kita jangan 10 juga

dapat jawaban. Karena dengan dua pertanyaan aja dapat di jawab oleh pasien

ISOS itu udah sangat bagus.

4. Butuh waktu berapa lama agar trust dapat terjalin antara perawat dengan

pasien ISOS?

Jawab: kita, tidak bisa pastikan waktu, kalo untuk bina trust pasien-pasien

ISOS karena kan masing-masing pasien belum tentu sekarang keteku

sekarang mau berinteraksi/kenalan. Iyakan? Mungkin bisa seminggu,

mungkin bisa dua minggu, tergantung pasiennya dan tergantung pendekatan

Page 165: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

si petugasnya. Semakin sering berinteraksi maka pasiennya mungkin bisa,

tapi semakin sering juga pasiennya kadang-kadang bete.

5. Bagaimana strategi perawat/ibu ketika pasien tidak mau

berinteraksi/berkomunikasi dengan perawat ketika sedang bad mood/tidak

mau berkomunikasi ?

Perawat: kalo nanya teknik saya, sepertinya banyak cara yah, bisa pendekatan

dulu, bisa kita sambil sentuh dia, bisa kasih pujian dia.

6. Memang pasien gangguan jiwa dibolehkan untuk disentuh yah bu?

Jawab: sentuh dalam artian gini, saya kan suka menggandeng pasien tuh,

itukan secara tidak langsung kita bina trust juga, seperti yang tadi pasien baru

itu, dia kan memang pasien yang susah yah, akhirnya aku dengan sentuhan itu

kadang-kadang pasien suka mudah percaya.

7. Jadi intinya bina trust dulu hingga akhirnya pasien mau terbuka untuk

berinteraksi?

Jawab: yah, tentu karena kalo pasien langsung ditanya begini-begini, yah

belum bisa.

8. Apakah semua pasien gangguan jiwa dihadapi sengan cara yang serupa bu

agar mau diajak berkomunikasi?

Jawab: oh beda, hanya saja pasien ISOS itu agak sulit yah, karena untuk bina

trust aja susah. Tapi jika pasien yang dengn RPK (riwayat pelaku kekerasan)

tidak sesulit dengan pasien ISOS dan cara penanganannya juga beda, kalo

memang dia riwayat RPK ya, kita masih bisa komunikasnya bagus sama dia

Page 166: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

terutama jika pasiennya udah agak lama yah. Misalnya kenapa sih kamu bisa

sampe sini? Kenapa sih kamu mecahin gelas? Jawaban pasien: saya marah,

perawat: kenapa kamu marah? Sekarang masih ada gak marahnya? Yah

seputar itulah.

Intinya pendekatannya itu harus heart to heart (hati ke hati) secara

baik-baik, lembut dan pengertian.

Saat berkomunikasi meski ada teori tapi kita tidak terlalu berpacu

pada teori tersebut, artinya proses komunikasi bersifat natural saja dan sangat

disesuaikan dengan keadaan pasien, agar pasien nyaman.

9. Apa yang menyebabkan pasien tidak percaya pada perawat sehingga

komunikasi tak dapat terlaksana dengan baik?

Jawab: itu kembali kepada pasien dan kembali pada keluarga, bagaimana dia

teknik mendidik anak, karena balik-baliknya kesitu juga, misalnya awalnya

dia pendiam. Tetep keluarga itu berperan penuh dalam mendidik anak,

kenapa ia jadi ISOS kenapa ia RPK tetep kembalinya pada keluarga. Jadi,

solusinya perawat harus intens dan sabar menggali informasi dan berinteraksi

dengan pasien ISOS dan RPK.

10. Lalu dari segi pemilihan pesan atau redaksi, jenis redaksi yang seperti apa

yang digunakan untuk berkomunikasi dengan pasien?

Jawab: kita pake sistem family aja, jadi gini, seolah-olah kita sudah kenal

banget dengan lawan bicara kita itu. Kalo misalkan dia orang sunda ya

kitanya juga pake bahasa sunda, untuk mudah supaya lawan bicara lebih

Page 167: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

terbuka kepada perawat. Kalo saya sih seperti itu, teknik-teknik seperti itu.

Tapi kan masing-masing person beda-beda yah.

Mengetahui

Fujiati, Amd Kep

Page 168: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

A. FOTO-FOTO

1. Foto-foto ruang perawatan

Page 169: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN
Page 170: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30471/1/DWI... · KOMUNIKASI. ANTARPRIBADI. PERAWAT . TERHADAP PASIEN . SKIZOFRENIA. DALAM PROSES . PENINGKATAN

2. Foto-foto peneliti dan perawat