« fatwa ulama seputar onani atau masturbasi bagian 3

Upload: rhani-hallan

Post on 11-Jul-2015

703 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Fatwa ulama seputar onani atau masturbasi Bagian 3 Materi Penyuluhan Kesehatan Reproduksi

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal KronikPosted by ackogtg pada Mei 27, 2009 Ditulis oleh Carko Budiyanto Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari berbagai penyebab. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak massa nefron ginjal. Bila proses penyakit tidak dihambat, maka pada semua kasus seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti dengan jaringan parut. Meskipun penyebabnya banyak, gambaran klinis gagal ginjal kronik sangat mirip satu dengan yang lain (Price dan Wilson, 2006). Berdasarkan data US Renal Data System tahun 2000, diabetes dan hipertensi bertanggung jawab terhadap proporsi ESRD yang paling besar, terhitung secara berturut-turut sebesar 34% dan 21% dari total kasus. Sedangkan pada tahun 1967, glomerulunefritis kronik dan pielonefritis kronik merupakan penyebab dari dua pertiga kasus ESRD (Price dan Wilson, 2006). Melihat hal tersebut, penting untuk mengetahui hubungan antara diabetes dan hipertensi terhadap gagal ginjal,sehingga kejadian gagal ginjal dapat dikurangi. B. Definisi Masalah Seorang laki-laki berusia 60 tahun memiliki keluhan utama badan lemas, kadang berkunangkunang, dan sering mual sejak 1 bulan. Riwayat penyakit dahulu : pasien menderita diabetes melitus sejak 4 tahun lalu, berobat tidak teratur; pasien sering mengeluh nyeri pinggang kiri sejak 2 tahun lalu; sejak 1 tahun lalu BAK sering mengejan, rasa tidak puas setelah BAK, BAK 4-5 gelas perhari. Pemeriksaan fisik : tensi 170/100 mmHg, nadi 110 /menit, napas 24 /menit, suhu 36,7 C Pemeriksaan laboratorium : Hb 8,2 g/dl, lekosit 5400 /ul, trombosit 150.000 /ul, ureum 150 mg/dl, kreatinin 8,4 g/dl, kalium 6,5 mmol/L, asidosis metabolik. C. Tujuan Penulisan Dengan tulisan ini diharapkan mahasiswa mampu mengenali penyakit gagal ginjal kronik dan beberapa penyebabnya. D. Hipotesis

Pasien di atas kemungkinan menderita gagal ginjal kronik dengan faktor penyebab diabetes melitus dan hipertensi. Anatomi dan Fisiologi Ginjal Ren (ginjal) berjumlah sepasang terletak di bagian dorsal abdomen, di kanan dan kiri columna vertebralis, ditutupi peritoneum dan dikelilingi oleh jaringan pengikat dan lemak. Bentuk ren menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat hilus renalis tempat masuk atau keluarnya pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf, dan ureter. Besar dan berat ren sangat bervariasi, tergantung jenis kelamin, umur serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain (Budianto, 2005). Ren dibagi menjadi 2 bagian, yaitu cortex renalis dan medulla renalis. Di dalam cortex terdapat pars convulata dan pars radiata sedangkan di dalam medula terdapat piramys dan collumna renalis bertini. Pars convulata berisi korp. Maslphigi Renalis, tub. Kontortus proksimal, tub. Kontrotus distal, Arkus Tubulus Kolektivus. Pars radiata terdiri dari dari Tub. Rektus Proksimal, Segmen tebal lengkung Henle, Tub. Kolektivus. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ren yang terdiri dari kapsula bowman yang mengitari rumbai kapiler glomerulus, tubulus contortus proximal, lengkung henle, dan tubulus contortus distal yang mengosongkan diri ke ductus collectivus. Darah yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi di dalam glomeruli kemudian di tubuli renalis zat yang masih diperlukan tubuh mengalami reabsorbsi dan zat-zat hasil sisa metabolisme tubuh mengalami sekresi bersama air membentuk urin. Kemudian urin ditampung di ductus collectivus yang selanjutnya akan disalurkan ke pappila bellini, lalu masuk calyx minor, calyx mayor, pelvis renalis dan akhirnya masuk ureter untuk disalurkan ke vesika urinaria (Budianto, 2005; Purnomo, 2008). Selain berfungsi sebagai filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi sisa metabolisme, ginjal juga memiliki peran mensintesis dan mengaktifkan hormon. Renin dihasilkan sel JG berperan penting dalam pengaturan tekanan darah. Eritropoietin berfungsi merangsang produksi eritrosit oleh sumsum tulang. 1,25-dihidroksivitamin D3 merupakan hidroksilasi akhir vitamin D. Prostaglandin sebagai vasodilator untuk melindungi iskemik ginjal (Guyton,1997; Ganong, 1998). Diabetes Melitus Definisi Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme berupa hilangnya toleransi glukosa. Klasifikasi Diabetes melitus disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Pada diabetes tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) terdapat defisiensi insulin absolut yang disebabkan oleh autoimun atau idiopatik. Sedangkan diabetes tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes melitus (NIDDM), defisiensi insulin bersifat relatif dengan kadar insulin serum kadang biasanya normal atau mungkin bahkan meningkat, yang disebabkan kelainan dalam pengikatan insulin pada reseptor. Kelainan ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah reseptor atau akibat ketidaknormalan reseptor insulin intrinsik. Selain tipe I dan tipe II, masih ada lagi jenis lain dari diabetes seperti MODY, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat, infeksi, antibodi insulin, gestasional Dm (Mansyoer, 2007; Tjokronegoro, 2002). Gambaran klinis

Manifestasi klinis dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Diagnosis awal dengan gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, berat badan turun tanpa sebab yang jelas. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, pruritas vulva pada wanita (Mansyoer, 2007). Diagnosis Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat, dll. ((Mansyoer, 2007; Hadley, 2000). Hipertensi Definisi Sampai saat ini tidak ada kesatuan pendapat mengenai definisi hipertensi. Menurut JNC hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (Tagor, 2003). Etiologi Selama ini dikenal 2 jenis hipertensi, yaitu hipertensi primer yang penyebabnya tidak diketahui mencakup 90% dari kasus hipertensi, dan hipertensi sekunder yang penyebabnya diketahui. Penyakit yang dapat menyebabkan hipertensi antara lain penyakit ginjal, penyakit endokrin, sters akut, obat-obatan, kelainan neurologi, dan lain-lain (Joesoef, 2003; Tagor, 2003). Gambaran klinis Hipertensi baru menimbulkan gejala apabila sudah menimbulkan kelainan pada organ tertentu dalam tubuh. Hipertensi didiagnosis dengan pengukuran tekanan darah. Komplikasi Beberapa komplikasi yang terjadi anatara lain : 1. 2. 3. 4. retinopati hipertensif penyakit kardiovaskular penyakit serebrovaskular penyakit ginjal seperti nefrosklerosis (Joesoef, 2003; Tagor, 2003).

Gagal Ginjal Kronik Definisi

Gagal ginjal ditandai oleh ketidakmampuan ginjal mempertahankan fungsi normalnya untuk mempertahankan volum dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak massa nefron (Chandrasoma, 2006; Price dan Wilson, 2006). Etiologi Penyebab gagal ginjal kronik tersering dibagi menjadi 8 kelas : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. infeksi tubulointerstisial : pielonefritis kronik peradangan : glomerulunefritis hipertensi : nefrosklerosis, stenosis arteri renalis gangguan jaringan ikat : LSE, sklerosis sistemik kongenital : penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal metobloki : diabetes melitus, gout, dll nefropati toksik : nefropati timah nefropati obstruktif : batu ginjal, hiperplasi prostat, tumor (Reilly, 2005)

Patofisiologi dan Gambaran Klinis Berdasar hipotesis Bricker, bila nefron terserang penyakit, maka seluruh unitnya akan hancur, namun sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja normal. Dari hipotesis ini fatofisiologi gagal ginjal kronis dapat diuraikan. Perjalanan klinis umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 stadium. Stadium pertama disebut penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN masih normal, dan pasien asimtomatik. Penurunan jumlah nefron yang normal masih dapat dikompensasi oleh nefron yang lain yang masih utuh. Sisa nefron tersebut mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal. Terjadi peningkatan kecepatan filtrasi, beban zat terlarut dan reabsorbsi tubulus dalam setiap nefron meskipun GFR untuk seluruh massa nefron turun di bawah normal. Stadium kedua disebut stadium insufisiensi ginjal. Pada stadium ini sudah terjadi kerusakan nefron lebih dari 75%. Pada tahap ini kadar BUN baru mulai meningkat, kadar kreatinin serum juga mulai meningkat, azotemia biasanya ringan. Fleksibilitas baik ekskresi maupunnkonservasi zat terlarut dan air menjadi berkurang. Hilangnya kemampuan mengencerkan dan memekatkan urin menyebabkan berat jenis urin tetap 1,010 dan merupakan penyebab gejala poliuria dan nokturia. Stadium ketiga disebut stadium akhir atau uremia. ESRD terjadi apabila sekitar 90% dari massa nefron telah hancur. Nilai GFR hanya 10% dari normal. Pada keadaan ini kreatinin dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok. Pasien mulai merasakan gejala-gejala yang cukup parah. Pasien menjadi oligourik karena kegagalan glomerulus. Pada stadium akhir (sindrom uremik) terjadi kompleks gejala yang berkaitan dengan retensi metabolit nitrogen. Dua kelompok gejala klinis dapat terjadi pada sindrom uremik. Pertama,

gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi, kelainan volum cairan dan elektrolit, ketidakseimbangan asam basa, retensi metabolit nitrogen dan metabolit lainnya, serta anemia yang disebabkan oleh defisiensi sekresi ginjal. Kedua, timbul gejala yang merupakan gabungan kelainan kardiovaskular, neuromuskular, saluran cerna, dan kelainan lainnya (Price dan Wilson, 2006). Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium

Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin) Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT 1. Pemeriksaan EKG

Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia) 1. Pemeriksaan USG

Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate 1. Pemeriksaan Radiologi

Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen Penatalaksanaan Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi : 1. 2. 3. 4. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat. Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia. Dialisis Transplantasi ginjal (Ners, 2007)

PEMBAHASAN Pada kasus di atas didapatkan seorang laki-laki berumur 60 tahun memiliki keluhan utama badan terasa lemas, kadang berkunang-kunang, dan sering mual. Keluhan pasien tersebut masih sangat umum dan belum bisa ditentukan penyebabnya. Berdasar anamnesis, paisen kesulitan buang air kecil (BAK) dan menderita DM sejak 4 tahun lalu dan tidak berobat dengan teratur. Dari keterangan ini, maka alur berpikir menjadi terfokus pada fungsi ginjal. Berikut ini tabel yang menyajikan tentang pemeriksaan fisik dan laboratorium pasien : Variabel Tekanan darah Nilai Normal Normal < 120/80 Hasil Pemeriksaan 170/100 mmHg Interpretasi Hipertensi

Frekuensi nadi Frekuensi napas Suhu Hemoglobin Lekosit Trombosit Ureum Kreatinin Kalium Keasaman darah

mmHg, prehipertensi 120-139/80-89 mmHg, hipertensi >139/89 mmHg 60-100 /menit 16-20 /menit 36,5-37,5 C Laki-laki 13-18 g/dl 4500-11000 /cc 150.000-350.000 Laki-laki 10-38 mg/dl Laki-laki 0,6-1,3 mg/dl 3,5-5,2 meq/l pH 7,35-7,45

110 /menit 24 /menit 36,7 C 8,2 g/dl 5400 /cc 150.000 150 mg/dl 8,4 mg/dl 6,5 meq/l < 7,35

Takikardi Takipneu Normal Anemia Normal Normal Uremia Meningkat Hiperkalemia Asidosis metabolik

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami uremia, peningkatan kreatinin plasma, hiperkalemia, takikardi, takipneu, hipertensi, anemia, dan asidosis metabolik. Hasil ini menunjukan telah terjadi kelainan fungsi ginjal atau gagal ginjal stadium uremia (akhir). Pada gagal ginjal, gangguan kemampuan ginjal mengekskresi ion H dan mereabsorbsi bikarbonat, mengakibatkan peningkatan jumlah ion H dalam tubuh dan penurunan bikarbonat. Keadaan ini menyebabkan asidosis metabolik. Agaknya gejala anoreksia, mual, dan lemas yang ditemukan pada pasien uremia, sebagian disebabkan oleh asidosis. Salah satu gejala yang sudah jelas akibat asidosis adalah takipneu atau pernapasan kussmaul. Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang dalam dan berat dalam rangka kompensasi tubuh terhadap asidosis dengan membuang CO2. Lemas dapat pula disebabkan oleh anemia yang diderita pasien, begitu pula dengan mata berkunang-kunang. Anemia normositik dan normokromik yang khas selalu terjadi pada sindrom uremik. Hal ini diakibatkan defisiensi produksi eritropoietin pada nefron yang mengalami kerusakan. Sedangkan anoreksia dan mual bisa pula disebabkan oleh keracunan ureum yang tingi dalam tubuh. Hipokalemia akan muncul pada gagal ginjal kronik dini yang menyertai poliuria, sedangkan pada gagal ginjal kronik tahap akhir, oligouria menyebabkan hiperkalemia. Dikatakan bahwa pasien menderita DM sejak 4 tahun yang lalu dan riwayat hipertensi tidak diketahui. Kemungkinan gagal ginjal kronik yang dialami pasien disebabkan komplikasi DM dan atau hipertensi. Apalagi pasien berobat tidak teratur. DM yang tidak terkontrol merupakan salah satu faktor terjadinya nefropati diabetikum. Telah diperkirakan bahwa 35-40% pasien DM tipe 1 akan berkembang menjadi gagal ginjal kronik dalam waktu 15-25 tahun setelah awitan diabetes. Sedang DM tipe 2 lebih sedikit. DM menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam berbagai bentuk dan dapat dibagi menjadi 5 stadium. Stadium 1, bila kadar gula tidak terkontrol, maka glukosa akan dikeluarkan lewat ginjal secara berlebihan. Keadaan ini membuat ginjal hipertrofi dan hiperfiltrasi. Pasien akan mengalami poliuria. Perubahan ini diyakini dapat menyebabkan glomerulusklerosis fokal, terdiri dari penebalan difus matriks mesangeal dengan bahan eosinofilik disertai penebalan membran basalin kapiler. Bila penebalan semaklin meningkat dan GFR juga semakin meningkat, maka masuk ke stadium 2. Pada stadium 3, glomerulus dan tubulus sudah mengalami beberapa kerusakan. Tanda khas stadium ini adalah mikroalbuminuria yang menetap, dan terjadi hipertensi. Stadium 4, ditandai dengan proteinuria dan penurunan GFR. Retinopati dan hipertensi hampir selalu ditemui. Stadium

5, adalah stadium akhir, ditandai dengan peningkatan BUN dan kreatinin plasma disebabkan oleh penurunan GFR yang cepat. Penyebab lain gagal ginjal pada pasien adalah hipertensi. Namun, penyebab ini tidak bisa ditetapkan pada pasien karena riwayat hipertensi tidak diketahui. Dan telah diketahui bahwa hipertensi dan gagal ginjal membentuk suatu lingkaran setan. Hipertensi dapat menyebabkan gagal ginjal, sebaliknya gagal ginjal kronik dapat menimbulkan hipertensi. Karena alasan inilah, terkadang seorang ahli nefrologi kadang mengalami kesulitan dalam menentukan mana yang primer. Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan struktur pada arteriol di seluruh tubuh, ditandai dengan fibrosis dan hialinisasi dinding pembuluh darah. Organ sasaran utama adalah jantung, otak, ginjal, dan mata. Pada ginjal, arteriosklerosis akibat hipertensi lama menyebabkan nefrosklerosis. Gangguan ini merupakan akibat langsung iskemia karena penyempitan lumen pembuluh darah intrarenal. Penyumbatan arteri dan arteriol akan menyebabkan kerusakan glomerulus dan atrofi tubulus, sehingga seluruh nefron rusak. Terjadilah gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik sendiri sering menimbulkan hipertensi. Sekitar 90% hipertensi bergantung pada volume dan berkaitan dengan retensi air dan natrium, sementara < 10% bergantung pada renin. Tekanan darah adalah hasil perkalian dari curah jantung dengan tahanan perifer. Pada gagal ginjal, volum cairan tubuh meningkat sehingga meningkatkan curah jantung. Keadaan ini meningkatkan tekanan darah. Selain itu, kerusakan nefron akan memacu sekresi renin yang akan mempengaruhi tahanan perifer sehingga semakin meningkat. PENUTUP KESIMPULAN 1. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ren yang terdiri dari kapsula bowman yang mengitari rumbai kapiler glomerulus, tubulus contortus proximal, lengkung henle, dan tubulus contortus distal yang mengosongkan diri ke ductus collectivus. Darah yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi di dalam glomeruli kemudian di tubuli renalis zat yang masih diperlukan tubuh mengalami reabsorbsi dan zat-zat hasil sisa metabolisme tubuh mengalami sekresi bersama air membentuk urin. Pasien di atas mengalami uremia, peningkatan kreatinin plasma, hiperkalemia, takikardi, takipneu, hipertensi, anemia, dan asidosis metabolik. Hasil ini menunjukan telah terjadi kelainan fungsi ginjal atau gagal ginjal stadium uremia (akhir). Pasien menderita DM sejak 4 tahun yang lalu dan riwayat hipertensi tidak diketahui. Kemungkinan gagal ginjal kronik yang dialami pasien disebabkan komplikasi DM dan atau hipertensi. Apalagi pasien berobat tidak teratur. DM yang tidak terkontrol merupakan salah satu faktor terjadinya nefropati diabetikum. Dan telah diketahui bahwa hipertensi dan gagal ginjal membentuk suatu lingkaran setan. Hipertensi dapat menyebabkan gagal ginjal, sebaliknya gagal ginjal kronik dapat menimbulkan hipertensi. Karena alasan inilah, terkadang seorang ahli nefrologi kadang mengalami kesulitan dalam menentukan mana yang primer.

2. 3.

4.

SARAN Setiap orang yang dinyatakan menderita DM sebaiknya berobat secara teratur dan senantiasa menjaga kadar glukosa pada ambang normal. Bila hal tersebut tidak dapat dilakukan, dapat

menimbulkan berbagai komplikasi, seperti gagal ginjal. Begitu pula orang yang memiliki tekanan darah tinggi, sebaiknya merubah pola hidup menjadi lebih sehat.

http://ackogtg.wordpress.com/2009/05/27/hubungan-hipertensi-dandiabetes-melitus-terhadap-gagal-ginjal-kronik/ Batu Saluran Kemih Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak jaman babilonia dan zaman mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu pada kandung kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk diseluruh dunia tidak terkecuali pendduduk di indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Dinegara-negara berkembang banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan dinegara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas; hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari. DiAmerika serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan diseluruh dunia rata-rata terdapat 1-12% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi di samping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna.

Etiologi Terbentuknya batu saluran kemih didug ada hubunganya dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara pidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Faktor intrinsik itu antara lain adalah : 1) Herediter (keturunan) penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuannya

2) Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun 3) Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih dibandingkan dengan pasien perempuan Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah : 1) Geografi : pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu) sedangkan daerah bantu di Afrika selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih. 2) Iklim dan temperatur 3) Asupan air, kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikomsusmsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih. 4) Diet : diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit terjadinya batu saluran kemih 5) Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentory life

Home About Contact Privacy

peutuah Media belajar dan berbagi

Home Peutuah Referensi Ilmu Pengetahuan Mata Pelajaran Gotrendy Howhow Informasi Uncategorized

Browse:Home Kedokteran Makalah Diare

Makalah DiarePublished by admin on May 5, 2011 | 0 CommentDIARE A. Pengertian Beberapa pengertian diare: 1. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999). 2. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. 3. Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). B. ETIOLOGI 1. Faktor infeksi a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans). b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. 2. Faktor Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein. 3. Faktor Makanan: Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu. 4. Faktor Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas). Psikologis

C. Patofisiologi Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah: 1. Gangguan osmotik Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 2. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus. 3. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

D. Manifestasi Klinis Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul) Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tandatanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut. E. Prinsip Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang 1. Rehidrasi sebagai prioritas 2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi 3. Memberikan terapi 4. Memberikan terapi definitif. Penatalaksanaan Penatalaksanaan dewasa terdiri atas: utama terapi. penyebab infeksi. simtomatik

ad.1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu: 1) Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya. 2) Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus: Kebutuhan BJ 0,001 Mengukur cairan Plasma x BJ dihitung BB x dengan 4 Plasma rumus: 1,025 ml

Metode Berdasarkan keadaan * diare ringan, kebutuhan cairan * diare sedang, kebutuhan cairan * diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

klinis, = 5% = 8%

x x

kg kg

Pierce yakni: BB BB

Metode Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai * Rasa haus/muntah = * BP sistolik 60-90 mmHg * BP sistolik 120 x/mnt * Kesadaran apatis = * Kesadaran somnolen, sopor atau koma * Frekuensi napas >30 x/mnt * Facies cholerica = * Vox cholerica = * Turgor kulit menurun = * Washer womens hand = * Ekstremitas dingin = * Sianosis = * Usia 50-60 tahun = * Usia >60 tahun = Kebutuhan cairan Skor x 10% x kgBB x 15

= = =

=

Daldiyono berikut: 1 1 2 1 1 = 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 = ltr

1

3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi. 4) Jadual pemberian cairan Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3. 2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi. Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap. Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma. Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring. Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut: 1) Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja. 2) Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang darah. Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai manifestasi klnis diare. 3. Memberikan terapi simtomatik Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi.

4. Memberikan terapi definitif. Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi: 1) Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol. 2) V. parahaemolyticus, 3) E. coli, tidak memerluka terapi spesifik 4) C. perfringens, spesifik 5) A. aureus : Kloramfenikol 6) Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti Siprofloksasin 7) Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol Helicobacter: Eritromisin 9) Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol 10) Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol 11) Balantidiasis: Tetrasiklin 12) Candidiasis: Mycostatin 13) Virus: simtomatik dan suportif G. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian (Anak Usia a. Keluhan Utama : Buang air berkali-kali dengan konsistensi encer 3 Tahun)

b. Riwayat Kesehatan Sekarang Pada umumnya anak masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dpat bercampur lendir dan atau darah, keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Meliputi pengkajian riwayat : 1) Prenatal Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (fulterm, prematur, post matur), abortus atau lahir hidup, kesehatan selama sebelumnya/kehamilan, dan obat-obat yang dimakan serta imunisasi. 2) Natal Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan, orang yang menolong persalinan, penyulit persalinan. 3) Post natal Berat badan nomal 2,5 Kg 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm, kondisi kesehatan baik, apgar score , ada atau tidak ada kelainan kongenital. 4) Feeding Air susu ibu atau formula, umur disapih (2 tahun), jadwal makan/jumlahnya, pengenalan makanan lunak pada usia 4-6 bulan, peubahan berat-badan, masalah-masalah feeding (vomiting, colic, diare), dan penggunaan vitamin dan mineral atau suplemen lain. 5) Penyakit sebelumnya Penyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit, penyembuhan, kompliksi, insiden penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi terhadap rawat inap sebelumnya. 6) Alergi Apakah pernah menderita hay fever, asthma, eksim. Obat-obatan, binatang, tumbuh- tumbuhan, debu rumah

7) Obat-obat terakhir Nama, dosis, jadwal, lamanya, alasan pemberian.

yang

didapat

Imunisasi Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun, reaksi yang terjadi adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain, gamma globulin/transfusi, pemberian tubrkulin test dan reaksinya. 9) Tumbuh Kembang Berat waktu lahir 2, 5 Kg 4 Kg. Berat badan bertambah 150 200 gr/minggu, TB bertambah 2,5 cm / bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6 bulan. Gigi mulai tumbuh pada usia 6-7 bulan, mulai duduk sendiri pada usia 8-9 bulan, dan bisa berdiri dan berjalan pada usia 10-12 bulan. d. Riwayat Psikososial Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua orang tuanya dan sangat histeris jika dipisahkan dengan orang tuanya. Usia 3 tahun (toddlers) sudah belajar bermain dengan teman sebaya. e. Riwayat Anak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa. Spiritual

f. Reaksi Hospitalisasi 1. Kecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan lingkungan yang dikenal, perasaan tidak aman, cemas dan sedih 2. Perubahan pola kegiatan rutin 3. Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi 4. Kehilangan otonomi 5. Takut keutuhan tubuh 6. Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan terbatasnya kesempatan untuk melaksanakan kesenangannya g. Aktivitas Sehari-Hari 1. Kebutuhan cairan pada usia 3 tahun adalah 110-120 ml/kg/hari 2. Output cairan : (a) IWL (Insensible Water Loss) (1) Anak : 30 cc / Kg BB / 24 jam (2) Suhu tubuh meningkat : 10 cc / Kg BB + 200 cc (suhu tubuh 36,8 oC) (b) SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya cairan yang dapat diamati, misalnya berupa kencing dan faeces. Yaitu : (1) Urine : 1 2 cc / Kg BB / 24 jam (2) Faeces : 100 200 cc / 24 jam 3. Pada usia 3 tahun sudah diajarkan toilet training. h. Pemeriksaan Fisik a) Tanda-tanda vital Suhu badan : mengalami peningkatan Nadi : cepat dan lemah Pernafasan : frekuensi nafas meningkat Tekanan darah : menurun b) Antropometri Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan. c) Pernafasan Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi nafas tambahan.

d) Cardiovasculer Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah. e) Pencernaan Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer f) Perkemihan Volume diuresis menurun. g) Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan. h) lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek i) Tidak ditemukan adanya kelaianan. J) Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan k) Tidak mengalami kelainan. l) Dapat terjadi penurunan kesadaran. Muskuloskeletal

Integumen

Endokrin

Penginderaan

Reproduksi

Neorologis

2. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan 1) Motorik Kasar Sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju dengan bantuan, mulai bisa bersepeda roda tiga. 2) Motorik Menggambat lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi 3) Personal Sudah belajar bermain dengan teman sebayanya. 4. Diagnosa Keperawatan a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual). b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal. d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif. f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru 5. Rencana Keperawatan Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual) Halus

Sosial

Tujuan :

Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Intervensi Rasional Berikan cairan oral dan Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti parenteral sesuai dengan cairan yang keluar bersama feses.Memberikan program rehidrasiPantau informasi status keseimbangan cairan untuk intake dan output. menetapkan kebutuhan cairan pengganti. Kaji tanda vital, tanda/gejala Menilai status hidrasi, elektrolit dan dehidrasi dan hasil keseimbangan asam basa pemeriksaan laboratorium Kolaborasi pelaksanaan terapiPemberian obat-obatan secara kausal penting definitif setelah penyebab diare diketahuiDx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan bera badan

Intervensi Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut. Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet

Rasional Menurunkan kebutuhan metabolik Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan. Memenuhi kebutuhan nutrisi klien

Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan Kolaborasi pemberian nutrisi mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih parenteral sesuai indikasi lanjutDx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal. Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal

Intervensi Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen

Rasional Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan kemampuan koping

Bersihkan area anorektal dengan Melindungi kulit dari keasaman feses, sabun ringan dan airsetelah defekasi mencegah iritasi dan berikan perawatan kulit Analgetik sebagai agen anti nyeri dan Kolaborasi pemberian obat antikolinergik untuk menurunkan analgetika dan atau antikolinergik spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi sesuai indikasi klinis Kaji keluhan nyeri dengan Visual Mengevaluasi perkembangan nyeri Analog Scale (skala 1-5), perubahan untuk menetapkan intervensi karakteristik nyeri, petunjuk verbal selanjutnya dan non verbalDx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya. Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.

Intervensi Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang anaknya mengalami masalah yang sama Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien.

Rasional Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satusatunya orang yang mengalami masalah yang demikian Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan

Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif. Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.

Intervensi Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya. Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas seharihari. Jelaskan tentang tujuan pemberian

Rasional Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya. Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam proses perawatan klien Meningkatkan pemahaman dan

obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul

partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.

Meningkatkan kemandirian dan Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan kontrol keluarga klien terhadap perineal setelah defekasi kebutuhan perawatan diri anaknyaDx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan

Intervensi Rasional Anjurkan pada keluarga untuk selalu Mencegah stres yang mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam berhubungan dengan perawatn yang dilakukan perpisahan Berikan sentuhan dan berbicara pada anak Memberikan rasa nyaman dan sesering mungkin mengurangi stress Lakukan stimulasi sensory atau terapi Meningkatkan pertumbuhan bermain sesuai dengan ingkat perkembangan dan perkembangan secara klien optimun6. Implementasi Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya 7. Evaluasi Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.

Makalah Diare DAFTAR PUSTAKA A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta. Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda company, USA.

Incoming search terms:

makalah diare

makalah tentang diare patofisiologi diare pada anak definisi diare pengertian diare angka kematian bayi tahun 2011 patofisiologi diare dokumentasi keperawatan GEA pada anak rumus iwl

Get Shareaholic for Firefox Filed in: Kedokteran, Kesehatan Tags: .com, abortus, akep diare pada lansia, akibat output yang berlebihan, akibat tugor kulit menurun, aktivitas sehari-hari, alergi, anak 1 tahun buang air besar ada lendir, anak 2 tahun bab encer, anak 2,5 thn mencret muntah, angka kematian ibu dan anak 2011, ank 1 thn buang air besar encer, apabila feses encer berwarna hijau pada remaja, aritmia, arti dan warna bab bayi 9 bulan, arti diare, arti gastrointestinal akut, arti insensible water loss, arti istilah penyakit nekrosis, arti masa sara, arti motilitas usus, artikel skripsi dampak makanan basi terhadap pencernaan, asekp diare, asi, askeb gea pada bayi pendahuluan, askeb neonatus,bayi dan balita yang diare, askeb pada bayi dan anak balita dengan gea, askeb pada neonatus pada kasus diare, askep, askep anak dengan bisul pada bayi, askep anak dengan dehidrasi dan kebutuhan cairan, askep anak dengan diare akut dehidrasi sedang, askep anak dengan vomitus, askep anak pada pasien gastroentestinal, askep balita diare 7 langkah farne, askep candidiasis pada orang dewasa dan lansia, askep colic abdomen, askep dalam pemberian obat farmakologi pada gangguan sistem pencernaan, askep dehidrasi, askep diare, askep diare akut dehidrasi berat, askep diare akut dehidrasi sedang pada anak, askep diare anak, askep diare berat, askep diare berat anak, askep diare cair akut, askep diare lengkap, askep diare neonatus, askep diare pada lansia, askep diare pada neonatus, askep faktor faktor yang menyebabkan terjadinya diare, askep gastroenteritis akut pada orang dewasa, askep gastroenteritis dan nutrisi kurang, askep gastroenteritis dehidrasi berat, askep gastroenteritis dehidrasi pada balita, askep gastroenteritis dengan dehidrasi sedang, askep gastroenteritis pada anak usia 8 tahun, askep gea, askep ispa menurut waley, askep klien dengan gangguan asam basa interpretasi asam basa, askep kurangnya informasi#sclient=psy-ab, askep neonatus rasa aman, askep nutrisi pada klien dengan penyakit pada saluran pencernaan, askep pada anak dengan gastroenteritis akut, askep pada pasien diare lengkap, askep pasien dengan diare, askep pd neonatus dengan ggn pencernaan, askep tentang diare neonatus, asma, asuhan diare pada lansia, asuhan kebidanan bayi 3 bulan sakit diare, asuhan kebidanan pada anak kejang demam disertai malaria, asuhan kebidanan pada bayi muntah mencret, asuhan kebidanan pada klien dengan dhf dan terapi pengobatan, asuhan kebidanan pada neonatus dan bayi pada kasus diare, asuhan kebidanan pada neonatus diare, asuhan kebidanan tumbuh kembang balita normal, asuhan keperawatan dewasa gea, asuhan keperawatan pada gea, asuhan keperawatan pada klien dengan gastroentestinal akut, asuhan keperawatan pada pasien dewasa diare akut, asuhan keperawatan penyakit diare umur 9 bulan, asuhan neonatal pada bayi diare, asuhan neonatus dengan masalah diare, asuhan pada bayi atau balita dengan diare, asuhan pada bayi usia 1 hari dengan alergi pada kulit, asuhan pada bayi yang bisulan, atasan, b, bab 2 skripsi diare anak, bab

bayi lendir hijau dicampur lendir darah, bab berwarna hijau pada orang dewasa, bab cair bercampur darah pada anak2, bab i pendahuluan makalah gangguan sistem pencernaan, bab lendir hijau pada anak 1 tahun keatas, bab pendahuluan makalah kebidanan, babmencretdewasa, bagaimana cara penyembuhan bab berwarna hijau, bagaimana terapi bermain anak dengan penyakit diare, bakteri, bakteri penyebab infeksi pada saluran pencernaan, bakteri penyebab infeksi pencernaan patofisiologi, bakteri yang menyebabkan lendir pada makanan basi, bakteri yang menyebabkan makanan basi, balance cairan pada diare orang dewasa, balita bab cair 4kali sehari apakah diare?, balita berak air hijau, balita buang air lebih dari sekali tapi tidak mencret, balita dan neonatus dengan masalah infeksi dan penatalaksanaanya, bayi 10 bulan diare warna hijau, bayi 2,5 bulan infeksi pencernaan, bayi 3 bln mencret, bayi 6 bulan berak campur darah, bayi 9 bulan bab sering tapi tidak mencret apakah normal, bayi buang air besar berlebihan, bayi buang air besar empat kali sehari lendir cair, bayi diare tinja hijau, bayi mencret berwarna hijau, bayi mencret berwarna hijau lendir, bayi mencret feses hijau dan lendir, bayi mencret menceret usia 1 bln, bayi muntah, berak watna hitam, bayi sakit gangguan pernafasan dan diare, bayi usia 10 bulan muntah, berak bercampur dara pada anak umur 3 tahun, berak cair akut, berak cair bayi, berak cair buang air besar mencret, berak lebih 5 kali sehari pada bayi, berak lendir campur darah pada bayi, berak lendir pada anak tiga tahun, berapa cairan yang bercampur dengan feses, berapa normal cairan yang bercampur dengan feses, berapa normalnya cairan yang bercampur dengan feses, buang air 5 x sehari untuk dewasa, buang air besar 3 kali sehari, buang air besar 4 kali normal, buang air besar air dah 10 x lebih, buang air besar bayi lebih dari 6 kali, buang air besar berdarah pada lansia, buang air besar berwarna hijau pada anak usia 1,5 th, buang air besar encer, buang air besar warna hijau, buang air besar yg normal pd anak satu tahun, buang air warna hijau, buat makalah tentang diare dan malaria, buat makalahtentang diare dan malaria, cache:zjfiibd5lbkj:www.peutuah.com/kedokteran/makalah-diare.html rehidrasi diare dewasa, cairan yang bercampur oleh feses, cara berak lendir pada batita, cara mencari tingkat dehidrasi dengan skor daldiyono adalah, cara mencegah buang air besar bercampur darah, cara mencegah kasus abortus dalam promosi kesehatan, cara menentukan jumlah cairan yang harus diberikan pada dehidrasi sedang, cara mengatasi bayi 8bln mencret, cara mengatasi buang air bsr u usia 6 bulan, cara mengatasi demam disertai diare pada bayi umur 1,5 tahun, cara mengatasi muntah berak anak, cara mengenal iwl, cara menghitung bab pada anak diare, cara menghitung balance cairan pada anak usia 1 tahun, cara menghitung cairan tubuh dengan rumus insensible water loss, cara menghitung kebutuhan cairan anak, cara menghitung peristaltik usus, cara pembuatan sap promosi kesehatan diare, cara penanganan muntah pada bayi dan anak, cara pengkajian diare anak, cara skoring, cara untuk mengatasi berak berwarna hijau, cemas, cemas mengakibatkan diare, ciri-ciri diare pada bayi usia 7 bulan, ciri2 diare pada

dewasa, contoh askeb bbl dengan dehidrasi, contoh askeb lengkap bayi gastro entritis, contoh askeb pada anak diare, contoh askep gangguan rasa nyaman suhu badan tinggi, contoh askep gastroenteritis, contoh bab 2 kti diare, contoh contoh makalah tentang diare, contoh contoh promosi kesehatan pada anak balita, contoh daftar isi makalah tentang sistem pencernaan, contoh daftar isi pemeriksaan pada bayi dan anak balita, contoh daftar pengkajian anak, contoh hasil pemeriksaan laboratorium dari penyakit diare pada anak, contoh karya ilmiah pencegah,penyebab dan pengobatan penyakit dbd, contoh karya tulis mengenai langkah-langkah metode ilmiah dalam menyembuhkan penyakit malaria, contoh karya tulis tentang diare, contoh kasus askeb kehamilan di sertai penyakit sistem pencernaan, contoh kasus diare akut pada anak, contoh kasus gastroenteritis pada lansia, contoh kasus neonatus infeksi, contoh kasus pada pasien gastroenteritis, contoh kata pengantar untuk makalah diare pada bayi dan balita, contoh laporan asuhan kebidanan pada balita diare, contoh laporan asuhan keperawatan pada anak dengan diare akut di rumah sakit, contoh laporan kasus pada gastroentritis, contoh laporan kasus pada pasien diare akut dengan dehidrasi ringan, contoh laporan neonatus, contoh laporan pendahuluan askep, contoh laporan pendahuluan kebidanan kasus diare, contoh laporan pendahuluan masalah nyeri, contoh laporan pendahuluan pada kasus anak mencret, contoh laporan pendahuluan pada kasus diare, contoh makala merancang promosi kesehatan ibu dan anak, contoh makalah asuhan kebidanan pada balita diare, contoh makalah diare akut pd anak, contoh makalah diare cair akut, contoh makalah diare pada anak, contoh makalah diare pada balita, contoh makalah diare pada bayi dan balita, contoh makalah diare pada neonatus dan bayi, contoh makalah diare pada orang dewasa, contoh makalah dokumentasi kebidanan tentang rawat inap dan rawat jalan, contoh makalah gangguan bab, contoh makalah gastroinstestinal bab 5, contoh makalah gastrointestinal, contoh makalah infeksi neonatus, contoh makalah infeksi pada pelajaran neonatus, contoh makalah keperawatan, contoh makalah neonatus tentang diare pada bayi, contoh makalah pasien rawat inap penyakit diare, contoh makalah pemeriksaan fisik pada bayi dan anak balita, contoh makalah penerapan fisika dalam asuhan keperawatan, contoh makalah penyakit, contoh makalah penyakit diare pada anak-anak, contoh makalah penyakit ispa, contoh makalah promosi kesehatan pada balita, contoh makalah promosi kesehatan pada lansia, contoh makalah promosi kesehatan tentang balita, contoh makalah tentang diare, contoh makalah tentang diare ada anak, contoh makalah tentang gangguan pada pencernaan, contoh makalah tentang gangguan pencernaan akute abdomen, contoh makalah tentang penyakit asma bab 2, contoh makalah tindakan promosi kesehatan, contoh makanan yang menyebabkan diare, contoh pendahuluan makalah bayi dan balita, contoh pendahuluan makalah diare, contoh pendahuluan makalah keperawatan diare, contoh pendokumentasian asuhan neonatus, bayi dan balita, contoh pengkajian kasus diare, contoh pengkajian laporan pendahuluan pada pasien kejang demam pada anak, contoh

pengkajian tentang muntah pada balita, contoh prognosis diare pada laporan, contoh promosi kesehatan beberapa penyakit, contoh proposal diare akut, contoh proposal faktor yang menyebabkan asma, contoh proposal karya tulis tentang masalah penyakit asma pada anak, contoh proposal mengenai metode pengobatan diare, contoh resume diare, contoh resume kajian pustaka, contoh resume tumbang pada neonatus, contoh resume tumbuh kembang anak 8 bulan, conyoh makalah infeksi neonatus, daftar isi sebuah makalah tentang diare, daftar isi tentang masalah diare, daftar pengkajian untuk pasien anak serta pengkajian dengan normal, daftar pustaka askep diare pada anak, daftar pustaka diare, daftar pustaka diare pada anak-anak, daftar pustaka makalah darah pdf, daftar pustaka makalah diare, dampak muntah berak akut, dampak negatif laktosa pada orang diare, dampak penyakit gastroenteritis pasien pada keluarga dewasa, darah bercampur tinja, def, defenisi dan penyebab diare, defenisi muntah mencret, definisi dan virus sistem kardiovaskuler, definisi dehidrasi, definisi dehidrasi, penatalaksanaan dehidrasi, patofisiologi, definisi diare, definisi diare terbaru, definisi gastroenteritis akut gea, definisi infeksi pada neonatus dan anak, definisi infeksi pencernaan, definisi mencret, dehidrasi karena diare apa akibatnya, dehidrasi pada neonatus, dehidrasi pada neonatus/bayi, diagnosa keperawatan, diagnosa keperawatan diare pada bayi 3 bulan, diagnosa penyakit kolera, diagnosis lengkap diare akut, diare, diare akibat gangguan motilitas usus, diare akut, diare anak campur darah, diare anak warna hitam, diare bakterial pada usia lanjut, diare berak disertai lendir, diare cair, diare cair akut dan akibatnya, diare campur darah pada balita, diare dan dehidrasi makalah, diare dehidrasi pada ibu hamil, diare disertai muntah, diare faktor makanan menurut, diare gejala pengobatan definisi, diare hasil labor, diare hijau cair, diare malabsorbsi pada anak, diare menebabkan peningkatan tekanan darah, diare muskuloskeletal, diare neonatus, diare pada anak, diare pada anak daftar pustaka, diare pada anak dengan malabsorbsi lemak, diare pada anak feces sampai berwarna hijau, diare pada anak mklh, diare pada balita dan 7 langkah varney, diare pada bbl, diare pada lansia, diare pada neonatus, diare pada neonatus dan balita, diare pada orang dewasa, diare pada sistem pencernaan, diare pd anak dan neonatus, diare setelah makan makanan basi, diare warna hijau, diare warna hijau cair, diare warna hijau pada bayi 3 bulan, diare yang terjadi pada bayi dan balita serta penatalaksanaannya, diet diare menurut who, dokumentasi kasus/cerita pemberian obat, dokumentasi kebidanan pada bblr, download skripsi askep pada pasien dengan kardiovaskuler, ensefalitis, faktor makanan basi, faktor makanan menghindari diare, faktor penyebab diare, faktor penyebab perbedaan nutrisi pada bakteri, faktor predisposisi ibu hamil dengan gangguan sistem pencernaan, farmakologi metronidazol pada pengobatan balantidiasis, fb, feses anak 2 tahun berwarna hijau, feses bayi 10 bulan cair, feses berwarna hijau cair, feses berwarna hijau diagnosis penyakit, feses cair hijau, feses cair hijau diare, feses darah pada bayi usia 5 bulan, feses hijau pada anak 1 tahun, feses hijau pada orang dewasa, feses hijau pada orang

dewasa, pengobatan, feses warna hijau hijau dewasa, format asuhan kebidanan pada bayi dengan penyakit diare, format asuhan kebidanan pada neonatus dengan menderita diare, format dokumentasi asuhan bayi sakit, fruktosa, g, gambaran laboratorik diare kronis, gambaran pengetahuan tentang penyakit diare dewasa, gangguan bab dan diare, gangguan kardiovaskuler, gangguan keseimbangan air(diare & dehidrasi), gangguan keseimbangan cairan b.d dehidrasi malaria, gangguan keseimbangan cairan tanda gejala penanganannya dan penyebabnya, gangguan motilitas, gangguan motilitas usus meningkat, gangguan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh pada asma, gangguan osmotik, gangguan pada sistem pencernaan atau diare pada ibu hamil, gangguan sistem pencernaan dalam dokumentasi kebidanan, gangguan yang terjadi karena diare, gastro enteritis akut oada orang dewasa, gastroenteritis akut, gastroenteritis pada bayi usia 8 bulan, gea [ muntah,bab encer ], gea dan dehisdrasi sedang pada balita, gea pada anak, gejalah penyakit dalam keluarga, glukosa, go, google, gosok gigi, hasil laboratorium diare akut pada neonatus, hasil pemeriksaan darah lengkap penyakit diare akut, hasil pemeriksaan fisik saat diare, hasil pemeriksaan labor pada anak dengan diare, hematoschezia artinya, http://www.peutuah.com/makalahdiare/, hubungan perilaku ibu di rumah tangga dengan upaya rehidrasi oral pada balita diare, Ilmu, implementasi diare, implementasi pada gangguan nutrisi diare, imunisasi, indikasi nutrisi parenteral pada orang dewasa, infeksi dalam neonatus dan bayi dengan masalah serta penatalaksanaannya, infeksi saluran pencernaan kehamilan, inpeksi saluran pencernaan, insensible water loss, insensible water loss pada orang normal, insensible water loss rumus, intake, intake dan output, integumen, intoleransi disakarida, intoleransi disakarida dengan diare kronis, intoleransi laktosa pada neonatis, ipa artinya diare, isi makalah tentang campylobacter jejuni, ispa, istilah penyakit diare, iwl anak 1 tahun rumus, iwl insensible water loss, jamur, jamur pada feses, jelaskan gangguan tumbuh kembang pada anak dan masalah yang muncul pada tumbuh kembang anak, jelaskan masalah pada sistem pencernaan bayi, jelaskan pengertian ,penyebab,gejala dan penanganan diare, jenis cairan yang diberikan pada penderita diare, jenis obat saluran pencernaan pd neonatus, jika bayi 8bln diare, journal.hubungan pengetahuan ibu terhadap penanganan awal diare pada anak usia 1-5 tahun, jumlah kelahiran bayi tahun 2011 menurut who, jurnal cara pemberian makanan diare pada balita, jurnal gangguan keseimbangan air diare, jurnal keperawatan muskuloskeletal, karakteristik nyeri, karbohidrat, karya tulis asuhan kebidanan pada bayi dan anak, karya tulis ilmiah kebersihan balita saat diare, karya tulis penyakit diare, karya tulis tentang kesehatan perut, kasus askeb kebidanan diare, kasus diare, kasus diare menurut who, kasus diare sedang pada bbl, kata pengantar diare, kata pengantar diare dan dehidrasi, kata pengantar gangguan sistem pencernaan, kata pengantar penyakit diare, kebutuhan cairan anak 1 tahun, kebutuhan cairan anak dengan diare, kebutuhan cairan bayi, kebutuhan cairan bayi prematur perhitungan iwl, kebutuhan cairan dan elektrolit pada bayi,anak-

anak,remaja,dewasa,dan lansia, kebutuhan cairan neonatus menurut fkui, kebutuhan cairan normal anak 1 bulan, kebutuhan cairan normal anak diare, kebutuhan cairan normal pada anak, kebutuhan cairan pada bayi dan anak diare, kebutuhan cairan pada bayi dan balita, kebutuhan cairan pada dehidrasi sedang bayi dan anak, kebutuhan cairan pada diare, kebutuhan cairan pada diare dewasa, kebutuhan cairan pada penyakit diare diare, kebutuhan cairan sesuai tumbuh kembang, kebutuhan gizi gastrointestinal, kehamilan dengan penyakit sistem pernafasan, kehamilan disertai penyakit sistem pencernaan, kelainan dan gangguan ttg diare, kelemahan, keluhan utama pada pengkajian sistem pencernaan, kenapa bayi usia 7 bulan bab cair, kenapa jika peristaltik menurun, kenapa pada dehidrasi berat dikasi 30cc, keperawatan, keperawatan mulut dan gigi, kepustakaan diare pada anak, keseimbangan, keseimbangan asam basa, kia, kognitif, komunikasi, kondas diare pada anak, konsep askep gastroenteritis, konsep dan askep pada anak dengan masalah penyakit akut (diare), konsep dasar dehidrasi pada bayi, konsep diare pada anak, konsep diet untuk anak diare, konsep keperawatan, konsep keperawatan diare, konsep metode ilmiah tentang diare, konsep pendidikan kesehatan pada klien mulai dari anak sampai dewasa, konsep penkes pada klien dengan berbagai usia anak sampai lansia, konsep penyebab penyakit diare, konsepdasar dehidrasi, konsumsi karbohidrat pada pasien diare, kotoran berak campur lendir darah, kotoran bercampur lendir, kotoran berwarna hijau gejala penyakit apa?, kotoran berwarna hitam dan cair disertai lendir, kotoran cair dan bewarna hijau, kotoran dewasa hijau hitam, kti tentang kematian ibu, kumpulan askep gastro enteritis [ada klien dewasa, kumpulan daftar pustaka kebutuhan gizi pada anak, kumpulan daftar pustaka makalah diare, kumpulan makalah farmakologi tentang nutrisi parenteral, kumpulan makalah penyakit diare, kumpulan makalah tentang gangguan bab, kurang pengetahuan penyebab diare, laktosa menyebabkan mencret, lapora pendahuluan diare, laporan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan nyeri perut, laporan diare, laporan diet diare akut, laporan gangguan kebutuhan cairan, laporan makalah diare pada anak, laporan pendahuluam diare, laporan pendahuluan anak diare, laporan pendahuluan askep dewasa gastroenteritis, laporan pendahuluan askep diare, laporan pendahuluan askep gastroenteritis dewasa, laporan pendahuluan askep gastroenteritis yang terbaru, laporan pendahuluan asuhan keperawatan diare, laporan pendahuluan asuhan keperawatan diare akut dehidrasi sedang pada orang dewasa, laporan pendahuluan asuhan keperawatan kata pengantar..., laporan pendahuluan asuhan keperawatan pada pasien diare, laporan pendahuluan asuhan keperawatan pasien dengan diare, laporan pendahuluan cairan parenteral, laporan pendahuluan dan askep diare, laporan pendahuluan dehidrasi ringan, laporan pendahuluan diare, laporan pendahuluan diare dehidrasi, laporan pendahuluan diare pada anak, laporan pendahuluan diare pada anak umur 3 bulan, laporan pendahuluan diare pada balita, laporan pendahuluan gangguan asam basa, laporan pendahuluan gangguan sistem pencernaan, laporan pendahuluan gastoentritis akut

dehidrasi sedang pada anak, laporan pendahuluan gastroenteritis, laporan pendahuluan gastroenteritis akut, laporan pendahuluan gastroenteritis dewasa, laporan pendahuluan gastroenteritis pada anak, laporan pendahuluan gastrointestinal, laporan pendahuluan gea, laporan pendahuluan gea diare, laporan pendahuluan gea pada anak, laporan pendahuluan gea pada bayi, laporan pendahuluan infeksi pada neonatus, laporan pendahuluan kebutuhan cairan dengan penyakit gastroentritis, laporan pendahuluan nutrisi :pengertian, etiologi,patofisiologi,pemeriksaan penunjang,penatalaksanaan medis,,intervensi,evaluasi, laporan pendahuluan nutrisi pada anak, laporan pendahuluan pada lansia dengan gangguan pencernaan, laporan pendahuluan pada penyakit diare, laporan pendahuluan pasien diare pada balita, laporan pendahuluan pasien gangguan keseimbangan asam basa, laporan pendahuluan penyakit asma pada lansia, laporan pendahuluan penyakit diare, laporan pendahuluan program terapi bermain, laporan pendahuluan tentang askep diare, laporan pendahuluan tentang sistem pencernaan usia lanjut, laporan pendahuluan tth, laporan pendahuluanperoses terjadinya gastro entritis pada, laporan penyakit gastroenteritis akut, laporan proses terjadinya gastroenteritis pada lansia, laporanpendahuluan diare, lari, latar belakang askep diare, latar belakang askep diare anak yang terbaru., latar belakang asuhan kebidanan tentang diare pada balita, latar belakang asuhan keperawatan diare, latar belakang asuhan neonatus dan bayi dengan masalah dan penatalaksanaannya, latar belakang asuhan pada bayi yang buang air besar, latar belakang gastroenteritis pada lansia, latar belakang makalah diare, latar belakang makalah diare pada neonatus, latar belakang mengenai diare, latar belakang mengenai metode pengobatan diare, latar belakang penyakit diare, latarbelakang dan masalah diare, lemak, lemak dan protein, lendir bening di anus bayi, lendir hijau dari usus, lp dan askep diare pada klien berusia 8 bulan, lp dan askep gastro enteritis, lp dan resume diare, lp dehidrasi pada orang dewasa, lp diare, lp diare akut, lp diare anak, lp diare pada balita, lp gangguan keseimbangan asam basah, lp gangguan nutrisi, lp gastroenteritis pada anak, lp gastroentritis dehidrasi berat, lp kebutuhan cairan, lp memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien, lp penyakit asma pada anak, lp tentang diare, luka, macam bab pada anak 1 tahun, macam-macam pemberian cairan pada pengobatan diare, makaalh tentang konsep pemberiaan obat, makah format pendokumentasian tumbuh kembang, makala diare, makala media promosi kesehatan, makala neonatus dengan masalah diare, makalah, makalah 0bat saluran pencernaan, makalah 5 langkah asuhan kebidanan balita usia 2 sampai 5 tahun normal, makalah askep gastrointestinal pada anak, makalah asuhan kebidanan diare, makalah asuhan keperawatan pasien diare pada lansia, makalah asuhan neonatus, makalah asuhan rencana pada anak tentang bab, makalah bayi, makalah bayi baru lahir besar, makalah bayi dengan gea, makalah bisulan pada bayi, makalah contoh kasus pada balita, makalah dehidrasi dan diare, makalah dehidrasi pada neonatus, makalah demam dan diare, makalah diae, makalah

diare, makalah diare akut, makalah diare akut pada anak, makalah diare akut yang berat, makalah diare anak, makalah diare dan dehidrasi, makalah diare pada anak, makalah diare pada balita, makalah diare pada bayi, makalah diare pada bayi baru lahir, makalah diare pada bayi dan anak, makalah diare pada bayi dan balita, makalah diare pada bbl, makalah diare pada neonatus, makalah diare spesifik, makalah diarea, makalah diet pada anak dengan diare, makalah diet pada anak diare, makalah diet pada orang dewasa, makalah dokumentasi pengkajian pada orang dewasa, makalah efek negatif mikroba, makalah ensefalitis, makalah gangguan buang air besar, makalah gangguan perkemihan, buang air besar, makalah gastroenteritis, makalah gastroenteritis akut, makalah hipovolemik, makalah infeksi neonatal, makalah infeksi neonatus, makalah infeksi saluran pencernaan, makalah intake dan output cairan, makalah ipa tentang pengaruh pola makan terhadap berat badan, makalah kasus kedokteran yang fatal, makalah kasus pada balita, makalah kebidanan pada anak sakit, makalah kebidanan tentang diare akut, makalah keperawatan penyakit diare, makalah keperawatan tentang anak balita, makalah kesehatan tentang anak diare, makalah keseimbangan emosi pada lansia, makalah konsep dasar kebutuhan oksigenasi, makalah konsep metode ilmiah dengan kasus diare, makalah konsep tumbuh kembang pada lansia, makalah kriteria anak, makalah lab tindakan kolaboratif pemberian parenteral dan pemberian transfusi darah, makalah laporan pendahuluan gangguan nutrisi, makalah masalah diare, makalah media pembelajaran lingkungan, makalah neonatus dan bayi dengan masalah dan penatalaksanaannya, makalah neonatus dan bayi dengan masalah diare, makalah neonatus dan bayi dengan masalah serta penatalaksanaan diare, makalah neonatus dan bayi serta penatalaksanaannya, makalah neonatus dan by dgn masalah serta penatalaksanaannya, makalah neonatus dengan masalah muntah, makalah nutrisi dengan gangguan perkemihan, makalah obat saluran pencernaan pada neonatus, makalah pada diare, makalah pada neonatus pada bisulan, makalah pada pasien dengan diare, makalah pada pasien diare, makalah pasien dengan dehidrasi sedang, makalah patofisiologi diare, makalah patofisiologi penyakit pencernaan ibu, makalah pemberian makan per oral, makalah pemberian nutrisi dan cairan pada bayi dan anak, makalah pemberian pengobatan, makalah pemeriksaan fisik pada bayi dan balita, makalah pencegahan infeksi pada neonatus,bayi dan anak, makalah pendahuluan tentang diare, makalah pengertian laporan, makalah penyakit asma kata pengantar daftar isi daftar pustaka, makalah penyakit diare, makalah penyakit diare pendahuluan, makalah penyakit gagal ginjal daftar isi kata pengantar daftar pustaka, makalah penyakit sistem pencernaan, makalah promkes pada lansia, makalah promkes pada penyakit diare, makalah promkes pada penyakit diare padaanak dewasa, makalah promkes sakit gigi, makalah promosi keperawatan, makalah promosi kesehatan "penyakit diarel", makalah promosi kesehatan "virus", makalah promosi kesehatan diare, makalah promosi kesehatan diare pada anak, makalah

promosi kesehatan lansia, makalah promosi kesehatan pada klien, makalah promosi kesehatan tentang diare, makalah promosi kesehatan tentang penyakit, makalah proses keperawatan keluarga, makalah rehidrasi oral, makalah sistem kardiovaskuler, makalah sistem muskuloskeletal pada lansia, makalah sistem pencernaan dan gejala, makalah sistem pencernaan pada lansia, makalah sistem pencernaan penyakit dan patofisiologinya, makalah sistem pencernaan,gejala dan penyebab, makalah tentang anak, makalah tentang diare, makalah tentang diare bayi, makalah tentang diare dan dehidrasi, makalah tentang diare neonatus, makalah tentang diare pada anak neonatus, makalah tentang diare pada neonatus, makalah tentang kardiovaskuler, makalah tentang neonatus dan bayi dengan masalah serta penatalaksanaan diare, makalah tentang patofisiologi, makalah tentang patofisiologi diare, makalah tentang pemeriksaan fisik, makalah tentang pemeriksaan fisik pada lansia, makalah tentang pemeriksaan labor, makalah tentang penyakit diare pada bayi,neonatus dan balita, makalah tentang perawatan balita mulai baru lahir dan imunisasi nya, makalah tentang promosi kesehatan terhadap anak balita, makalah tentang rawat inap pada dokumentasi kebidanan, makalah tentang terapi makanan pada anak-anak, makalah terapi pengobatan pada diare, makalah tumbuh kembang usia 1 hari-60 tahun, makalah vitamin k, makalh 0bat saluran pencernaan, makalh diare, makanan basi penyebab diare, makanan buat diare lendir, makanan untuk mencegah diare anak balita, makanan untuk orang dewasa yang sedang diare, maksud lendir warna hijau, malabsorbsi, malabsorbsi laktosa, manajemen asuhan tentang diare, manajemen nutrisi pada diare, manajemen pemberian cairan pada bbl, manifestasi klinik diare, manifestasi klinik menurut askep anak penderita diare, manifestasi klinis, manifestasi klinis diare akut, manifestasi klinis diare pada anak, manifestasi klinis penyakit diare, masalah insensible water loss, masalah keperawatan dengan masalah diare, masalah keperawatan diare dehidrasi berat, masalah neonatus,bayi dan balita dengan masalah diare, masalah pada neonatus tahun 2011, masalah penyakit gea dan penanggulangannya, masalah penyakit keluarga, masalah tumbuh kembang yang terjadi pada kasus intoleransi laktosa, mata cekung, media terhadap penyakit diare, mekanisme anus, mekanisme anus lecet pada diare, mekanisme diare atau bab cair yang menyebabkan demam, mekanisme diare atau gastroenteritis, mekanisme diare menurut who, mekanisme koping, mekanisme nyeri perut disertai muntah, mekanisme otitis media akut bisa menimbulkan diare, mekanisme peningkatan peristaltik, membuat rencana asuhan bayi buang air besar, mencret disertai muntah pada dewasa, mencret disertai muntah pada wanita, mencret karena infeksi, mencret lebih dari 4 kali pada orang dewasa, mencret pada anak usia 1,5 tahun dengan feses berwarna hijau, mencret warna hijau adalah, mengapa pada gastroenteritis suara peristaltik meningkat, mengapa penderita diare tidak diberikan anti hiperperistaltik, mengapa stres dapat memicu peristaltik berlebihan, mengatasi balita mencret dengan tinja warna hijau, mengatasi diare dan muntah pada anak pada usia 8 bulan, menghitung

iwl dan swl pada kasus diare, menghitung kebutuhan cairan pada anak dengan dehidrasi, menghitung kebutuhan cairan pada anak diare, menurut, merangsang, metode diare, metode ilmiah diare, metode ilmiah penyakit malaria dalam bentuk cerita, metode pengobatan diare pada anak, metode pierce, metode pierce pada diare, metode promkes pada lansia, metrodinazole mencret warna hijau, lendir, mkalah biologi, mkalah diare, muntah berak anak 1 tahun, muntah berak pada bayi, muskuloskeletal, muskuloskeletal pada neonatus, mycostatin dengan feses hijau, n, nadi , pernafasan, suhu normal pada bayi,anak, dan dewasa, nadi normal anak usia 1 tahun, nama - nama bakteri dan penyebabnya, nama nama bakteri beserta penyebabnya, neonatus dan bati dengan diare serta penatalaksanaannya, neonatus dan bayi dengan diare, neonatus dan bayi dengan masalah diare, neonatus dan bayi dengan masalah diare serta penatalaksanaannya, neonatus dan bayi dengan masalah penatalaksanaannya diare, neonatus dan pelaksanaan diare, neonatus dan pelaksanaan infeksi, neonatus diare, nilai normal dehidrasi sedang pada neonatus, normal bab pada orang dewa, normal cairan yang bercampur dengan feses, normal jumlah peristaltik pada anak-anak, nutrisi kurang dari kebutuhan, nutrisi pada klien pada saluran pencernaan, nyeri gastroenteritis akut#sclient=psy-ab, nyeri perut akut menurut who, obat berak mencret warna hitam, obat diare anak 3 tahun, obat diare campur darah utk umur 52 th, obat kotoran keluargan darah, obat untuk diare campur darah, oed, otitis media menyebabkan diare, output cairan, pasien datang dengan keluhan dispepsia, pasien diare dengan,tekanan darah 120, pathway gastroenteritis dewasa, pathway gastroenteritis pada anak, pathway kurang intake cairan, pathway untuk lp diare, patofifiologi penyebab diare, patofisiologi bab cair, patofisiologi bisul neonatus, patofisiologi dehidrasi dehidrasi, patofisiologi dehidrasi karena diare, patofisiologi diare, patofisiologi diare akibat intoleransi laktosa, patofisiologi diare akibat malabsorbsi intoleransi laktosa, patofisiologi diare alergi, patofisiologi diare alergi makanan, patofisiologi diare intoleransi laktosa, patofisiologi diare karena obat-obatan, patofisiologi diare pada balita, patofisiologi diare pada neonatus, patofisiologi diare pada orang sewasa, patofisiologi diare sekretorik, patofisiologi diare spesifik karena bakteri, patofisiologi gea [ muntah,bab encer ], patofisiologi kehausan mencret 12 kali bayi 9 bulan, patofisiologi malaria menyebabkan diare, patofisiologi mencret 12 kali pada bayi 9 bulan, patofisiologi muntah pada diare bayi 9 bulan, patofisiologi pada muntah dan diare, patofisiologi pada neonatus dan anak dengan diare, patofisiologi pada pasien gastroenteritis, patofisiologi pemberian darah, patofisiologi penyakit diare, patofisiologi penyakit sistem pencernaan, patofisiologi rotavirus pada diare, patofisiologi tanda-tanda vital nadi nafas tekanan darah karena infeksi, patogenesis diare pada dewasa, patologi bisul pda bayi, pdf makalah diare akut dewasa, pegertian status giz bayi menurut hartono, pelajaran neonatus, pelaksanaan terapi bermain pada anak yang menderita campak, pemahaman tentang pengobatan sakit diare pada balita, pemberian cairan pada diare, pemberian cairan pd anak muntah

pd usia lebih 5 th, pemberian obat micostatin untuk diare, pemeriksaan bakteri, feses, pemeriksaan darah lengkap pada pasien gga, pemeriksaan diagnosis pada gangguan saluran cerna, pemeriksaan diagnostik pada anak dengan diare, pemeriksaan diagnostik pada penyakit diare, pemeriksaan diare pada anak, pemeriksaan diare pada poliklinik anak, pemeriksaan fisik muskuloskeletal, pemeriksaan fisik pada abdomen pasien diare, pemeriksaan fisik pada anak 3 tahun sistem gastrointestinal, pemeriksaan fisik pada bayi dengan penyakit diare, pemeriksaan fisik pada penderita diare, pemeriksaan fisik untuk pasien diare, pemeriksaan laborat, pemeriksaan pada malabsorbsi, pemeriksaan yang lengkap pada penyakit diare, pemerksaan diare, penanganan bab hijau lendir, penanganan diare disertai dehidrasi, penanganan diare pada penyakit campak, penanganan diare sesuai tingkatan, penanganan pd peningkatan intake cairan, penanggulangan penyakit diare dalam keperawatan, penatalaksanaan diare, penatalaksanaan diare akut dewasa, penatalaksanaan diare akut pada dewasa, penatalaksanaan diare dalam laporan pendahuluan kebidanan, penatalaksanaan diare neonatus, penatalaksanaan diare pada anak, penatalaksanaan diare pada dewasa, penatalaksanaan diare pada usia lanjut, penatalaksanaan diare#sclient=psyab, penatalaksanaan medis pada pasien diare akut, penatalaksanaan nutrisi pada bayi yang diare, penatalaksanaan pada bayi dan balita dengan masalah diare, penatalaksanaan pada gangguan gastrointestinal pada usia lanjut, pencernaan, pencernaan anak 3 tahun, pencernaan anak-anak gangguan berak, pendahuluan askep diare pda orang dewasa, pendahuluan bakteri penyebab diare, pendahuluan diare, pendahuluan gastroenteritis akut pada anak 11 bulan askep, pendahuluan gastroenteritis dehidrasi pada anak, pendahuluan gea, pendahuluan kasus diare, pendahuluan makalah asuhan neonatus mengenai muntah, pendahuluan makalah diare, pendahuluan makalah infeksi pada bayi, pendahuluan makalah nutrisi pada anak, pendahuluan makalah penyakit pada balita, pendahuluan makalah sistem kardiovaskuler, pendahuluan makalah sistem pernafasan, pendahuluan pada diare, pendahuluan pengertian diare, pendahuluan penyakit diare, pendekatan ilmiah dalam kebidanan pada gastro entritis, pendididkan kesehatan diare, pendidikan kesehatan pada orang tua dengan diare pada anak, penerapan askeb dengan diare, penerapan konsep diet pada anak diare, pengaruh kompres hangat terhadap peristaltik usus, pengaruh konsumsi kloramfenikol oleh ibu hamil terhadap tumbuh kembang gigi janin, pengaruh laktosa pada diare, pengaruh manajemen nutrisi oleh ibu terhadap peningkatan nafsu makan anak toddler, pengaruh pendidikan kesehatan orang tua terhadap penyakit diare pada anak, pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kemampuan ibu merawat anak diare, pengaruh promosi kesehatan terhadap penyakit ispa, pengaruh terapi parenteral terhadap penyembuhan gea, pengertian, pengertian dan penyebab diare, pengertian dan perhitungan iwl, pengertian dehidrasi menurut who, pengertian dehidrasi ringan, pengertian diare akut, pengertian diare berat, pengertian diare dan gea, pengertian diare dan penyebabnya, pengertian diare menurut

indonesia, pengertian diare menurut who, pengertian diare pada anak balita, pengertian diare pada neonatus, pengertian diare pada neonatus bayi dan balita, pengertian diare pada neonatus serta penatalaksanaanya, pengertian diare penyebab faktor pengobatan, pengertian diare ringan, pengertian diare rotavirus, pengertian diare tahun, pengertian diet pada anak diare, pengertian gea pa anak, pengertian hematoschezia., pengertian insensible watter loss, pengertian insesible water loss, pengertian intake dan output dalam kesehatan, pengertian kondas psikologi, pengertian lingkar perut bayi, pengertian makanan bagi lansia, pengertian mengenai pengobatan diare melalui oral, pengertian motilitas, pengertian motilitas usus, pengertian non insensible water loss, pengertian patofisiologi pada diare, pengertian penyakit diare akut pada ibu hamil, pengertian pnyebab dan cara penanganan diare, pengertian promosi kesehatan pada pasien, pengertian rasa aman dan nyaman, pengertian skala apgar, pengertian tatalaksana pada kasus, pengertian tekanan osmotik pada perut, pengertian, penyebab, tanda gejala dan penanganan diare, pengertian, penyebab, tanda gejala dan penanganan penyakit diare, pengertian, tanda gejala, penyeabab serta penata laksanaan penyakit diare, pengertian,cara perjalanan penyakit,cara pencegahan,pengobatan,tanda dan gejala dari penyakit diare, pengertian,etiologi,manifestasi klinik,patofisiologi,penata laksanaan, pengertian,penyebab dan cara mencegah penyakit diare, pengertian,penyebab,patofisiologi,penatalaksanan,pengobatan diare, pengertin diare dan p[roposal diare pada balita, penggunaan metode skoring dalam pemeriksaan diare akut, penghitungan kebutuhan cairan pada pasien gastroenteritios dewasa, penghitungan kebutuhan cairan pada pasien gastroenteritis dewasa, pengkajian anak 1-5 tahun pada keluarga, pengkajian asuhan keperawatan diare, pengkajian fisik pada balita normal umur 12bulan-5 tahun, pengkajian gangguan sistem integumen, pengkajian kasus anak penderita asma, pengkajian pada keluarga dalam promosi kesehatan, pengkajian penyakit ispa dan asma, pengkajian rasa aman dan nyaman pada lansia, pengkajian riwayat kesehatan pada klien dengan gangguan sistem integumen, pengkajian sistem integumen, pengkajian sistem integumen(anak-dewasa), pengkajian tentang muntah pada balita, pengkajian untuk diare cair akut, pengobatan cacae air untuk anak usia 2 th, pengobatan diare dengan tinja bercampur darah, pengobatan secara medis penyakit diare, peningkatan peristaltik, penjelasan diare, penjelasan kepada keluarga mengenai pengukuran in take dan output cairan anak, penjelasan kepada keluarga tentang balance cairan pasien, pentingnya pengkajian riwayat imunisasi pada gastroenteritis, penyakit diare dihubungkan dengan konsep penyakit roda, penyakit diare pada sistem pencernaan, penyakit kekurangan cairan pada anak, penyakit kolera dan cara penyembuhannya, penyebab bab bayi berwarna hijau, penyebab bab encer, penyebab bab hijau pada bayi, penyebab balita buang air besar lebih dari 4 kali sehari, penyebab bayi mencret buang air besar warna hijau, penyebab dan penanganan diare pada bayi baru lahir, penyebab diare pada bayi kurang 6 bulan, penyebab

diare pada bayi usia 7 bulan, penyebab diare pada penderita malaria, penyebab diare selama 2 hari pada lansia, penyebab infeksi neonatus pada bayi dan balita, penyebab infeksi pada saluran pencernaan, penyebab kentut bayi bercampur tinja, penyebab mencret lendir hijau, penyebab mencret tanpa rasa sakit perut pada dewasa, penyebab muntah dan patofisiologi, penyebab muntah pada orang dewasa, penyebab tinja bercampur darah dan lendir, penyembuhan laktosa intoleran pada bayi, penyuluhan kesehatan pada sistem pencernaan, perawatan anak diare disertai muntah, perawatan kulit, perawatan pasien gea (gastroenteritis), perbandingan insensible water loss dengan sensible water loss, perencanaan media kesehatan terhadap penyakit tbc dalam bantuk makalah, perencanaan media penyakit diare, perhitungan cairan anak saat diare, perhitungan cairan dehidrasi ringan pada anak, perhitungan iwl jika suhu tubuh turun, peristaltik, peristaltik normal anak dalam satu menit, peristaltik usus, peristaltik usus pada anak dengan diare, perjalanan penyakit diare, perjalanan penyakit diare sampai menimbulkan masalah keperawatan, perkembangan, perkembangan klien, perkemihan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, perut nyeri pup cair dan berwarna hitam, perut sakit feces cair, Peutuah, peyebab bab encer pada balita, peyebab berak encer, ph darah, pierce kriteria, polio, post matur, prilaku orang tua terhadap balita yang menderita diare, prognosis diare, prognosis diare akibat rotavirus, prognosis diare akut, prognosis diare cair akut, prognosis diare dan dehidrasi, program therapi bermain anak diare, promkes bayi dan balita, promkes pada anak balita, promkes pada neonatus dan bayi, promkes pengertian penyakit diare, promkes penyakit diare, promosi kesehatan diare, promosi kesehatan pasien diare, promosi kesehatan tentang penanggulangan diare pada anak, promosikesehatan pada neonatus dan bayi, proposal bermain anak dehidrasi, proposal bermain untuk anak diare, proposal diare, proposal diare pada anak balita, proposal metode toilet training pada usia todler, proposal terapi bermain pada anak 4 tahun dgn diare, proposal terapi bermain pada anak bronchopneumonia, proposal terapi bermain pada anak bronchopneumonia usia 3 tahun, proposal terapi bermain pada anak campak, proposal terapi bermain pada anak dengan bronko pneumonia, proposal terapi bermain pada anak dengan gangguan campak, proposal terapi bermain pada anak dengan penyakit campak, proposal terapi bermain toddler pada penyakit diare, proposal terapi bermain usia 3 tahun, proposal therapi bermain anak diare, proposal trapi bermain anak usia 6 bulan sampai 9 bulan, proses penyakit diare, psikologis penyebab diare, pup bayi 6 bulan encer dan berwarna hijau, pup bayi cair gejala apa, pup cair hijau, referat gastroenteritis dengan dehidrasi sedang pada anak, rehidrasi iwl, rehidrasi oral, rencana asuhan kebidanan bab pada bbl, rencana asuhan neonatus tentang buang air besar, rencana keperawatan diare, rencana keperawatan kekurangan cairan, rencana keperawatan kolera, rencana keperawatan malabsorbsi, rentang kebutuhan cairan sehari-hari, reproduksi, resume diare, riset keperawatan tentang tingkat pengetahuan orang tua b.d penyakit ispa pada anak, ronda

keperawatan, rongga, rotavirus diare darah, rumus dalam tekanan saluran pencernaan, rumus insensible water loss, rumus kebutuhan cairan pada anak, rumus perhitugan rehidrasi pada anak, rumus perhitungan kebutuhan cairan pada orang dewasa, rupa, sakit perut buang air sampai 2 kali utk dewasa, samping, sap kesehatan tentang pencegahan diare pada balita, sap pengkajian dhf, sap terapi bermain pada anak dengan diare, sebab bayi 9 bln muntah dan diare, sebab buang air besar hijau orang dewasa, sebutkan diet pada saluran pencernaan, sebutkan penyakit sistem pencernaan pada lansia, sehari bab lebih dari 2 3 kali gejala apa ?, sensible water loss pada anak, sistem pencernaan, sistem tubuh pada diare, skripsi diare, skripsi diare anak usia 6 tahun, skripsi diare pada lansi, skripsi pengaruh pendidikan kesehatan ibu terhadap pencegahan diare pada balita, skripsi pengetahuan ibu tentang pemberian oralit pada balita diare, skripsi tentang gastroenteritis akut pada orang dewasa, spasme, start, status anak diare akut demam, stress yg berhubungan dengan diare, suhu normal pada anak-anak, dewasa dan bayi, suhu tubuh normal bayi, anak, dewasa dan lansia, susunan makalah diare, tabel tekanan darah normal pada dewasa dan lansia, tahap belajar bab dan bak pada anak, tanda dan gejala laboratorium diare, tanda dehidrasi pada pemeriksaan fisik, tatalaksana diare anak menurut who, tatalaksana keluarga dan pasien diare, tekanan darah normal dari bayi sampai tua, tekanan darah normal pada anak anak,orang dewasa,dan lansia, tekanan darah pada penderita diare, tekanan darah penderita diare, teknan darah normal pada bayi sampai lansia, tema untuk suatu makalah promkes, tentang diare, teori pengaruh tinja dengan diare, teori tentang normalnya peristaltik, terapi bermain anak diare, terapi bermain bagi anak diare, terapi bermain pada anak sakit diare, terapi bermain pada bayi sampai 1 tahun, terapi bermain untuk anak dengan diare, terapi bermain untuk umur 1 sampai 2 tahun pdf, terapi dan pemeriksaan laboratorium diare, terapi diare, terapi diare pada kehamilan, terapi non farmakologi pada pasien gastroenteritis, terapi obat diare anak usia 9 bulan, terapi untuk mencret karena makanan basi, tes turgor kulit pada bayi, tindakan kolaboratif pemberian parenteral dan pemberian trasfusi darah, tindakan non farmakologi pada kekurangan nutrisi dari kebutuhan tubuh pada orang dewasa, tingkat kebutuhan cairan untuk anak usia 1 tahun, tingkat kebutuhan vitamin dan mineral penderita diare, tinja, tinja balita usia 2,5 berwarna hijau, tinja bercampur darah disertai sakit pinggang, tinja cair pda bayi gjala apa, tinja hijau dan cair pada anak, tinja orang dewasa warna hijau, tinjauan pustaka dari campylobacter jejuni, tinjauan pustaka diare, tinjauan pustaka dispepsia, tips menghilangkan sakit perut pada bayi saat diare, tonsilitis, tujuan diet pada anak tosilitis, tujuan makalah diare, tujuan makalah sistem pencernaan, tujuan pemberian nutrisi pada lansia, tuliskan dan jelaskan pengertian penyebab tanda gejala dan penanganan diare, turgor kulit, turgor menurun, usi, vitamin d, warna mencret berwarna hiaju, warna pada mencret, www.askep rawat jalan tonsilitis.co.id, www.diare menurut who.com,

www.makalahtentangdiare.com, www.rumus kebutuhan cairan pada dehidrasi sedang, www#sclient=psy-ab, yang menyebabkan motilitas usus

You might like:

Trauma Abdomen

Makalah Kitolod

Pertumbuhan Dan Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Daulat Nabi Umayyah

Lowongan Kerja

Stay Connected Join Newsletter

RSS feeds RSS via Email Follow on Twitter Become our fan

Peningkatan tekanan glomerulus (akibat peningkatan tekanan darah peningkatan kadar angiotensin II) Kebocoran protein glomerulus Kelainan lipid Hipertensi pada gagal ginjal kronis Berkembangnya gagal ginjal kronis berkurang dengan pengobatan hipertensi diuretik tiazid, bloker , inhibitor ACE , dan antagonis kalsium semuanya efektif pada pasien dengan gagal ginjal dini. Inhibitor ACE dan kanal kalsium tidak mengubah metabolisme glukosa atau lipid, memiliki efek yang diinginkan pada hipertrofi ventrikel kiri dan memiliki efek

nefroprotektif potensial dengan mengurangi peningkatan resistensi vaskular ginjl. Inhibitor ACE memiliki manfaat tambahan berupa kurangnya proteinuria pada pasien baik dengan penyakit diabetes maupun non diabetik. Obat ini harus diberikan dengan hati-hati karena bisa menurunkan aliran darah ginjal dan memicu gagal ginjal akut, khususnya bila ada stenosis arteri renalis.

International Prostatic Symptom Score Pertanyaan Keluhan pada bulan terakhir a. Adakah anda merasa buli-buli tidak kosong setelah berkemih b. Berapa kali anda berkemih lagi dalam waktu 2 menit c. Berapa kali terjadi arus urin berhenti sewaktu berkemih d. Berapa kali anda tidak dapat menahan untuk berkemih e. Beraapa kali terjadi arus lemah sewaktu memulai kencing f. Berapa keli terjadi bangun tidur anda kesulitan memulai untuk berkemih g. Berapa kali anda bangun untuk berkemih di malam hari Tidak sekali