repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/420/1/fajrina...repository.uinjkt.ac.idauthor:...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
METODE BAMBOO DANCING TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA
Di SMK Gita Kirtti 1 Jakarta
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
Fajrina Rafdiani Riansah
NIM. 105017000419
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
UJI REFERENSI
Nama : Fajrina Rafdiani Riansah
NIM : 105017000419
Jur/Fak : Pendidikan Matematika/Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Metode Bamboo
Dancing Terhadap Hasil Belajar Matematika
No Judul Buku dan Nama Pengarang Paraf
Pembimbing I Pembimbing II
1
2
3
4
5
6
7
8
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan
Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003
Anitah, Sri. Janet Trineke Manoy,
Susanah, Strategi Pembelajaran
Matematika, Jakarta:Universitas
Terbuka, 2008
Arikonto, Suharsimi, Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan, Jakarta:
Bina Aksara, 1993
Arikunto, Suharsimi, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Jakarta: Bumi Aksara,
2006
Darwati, Yuli, Adative Help Seeking
Panduan Bagi Guru Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar
Matematika, Yogyakarta :
Logung Printika, 2009
E, Robert Slavin, Cooperative Learning
Teori, Riset Dan Praktik,
Bandung : Nusa Media, 2010
Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas
Pembelajaran Kelompok,
Bandung: Alfabeta, 2010
Kurniati, Lia, Pendekatan Pemecahan
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Masalah (Problem Solving)
dalam upaya mengatasi
kesulitan-kesulitan Siswa pada
soal cerita, Jakarta: PIC UIN
Jakarta, 2007
Lie, Anita, Cooperatif Learning,
Jakarta: PT Grasindo, 2004
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Kencana
Prenanda Media Group, 2010
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya,
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003
Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar
Penelitian Ilmiah, Bandung:
Pustaka Setia, 2001
Sudijono, Anas , Pengantar Statistik
Pendidikan, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007
Sudjana, Nana , Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008
Suprijono, Agus, Cooperative Learning
Teori dan Aplikasi PAIKEM,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009
Suyatno, Menjelajah Pembelajaran
Inovatif, Surabaya: Media Buana
Pustaka, 2009
Suyono, Soemoenar. Makmuri,
Penerapan Matematika Sekolah,
Jakarta: Universitas Terbuka,
2007
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekatan Baru,
19
20
21
22
23
24
Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005
Tim Matematika SMK, Matematika
untuk SMK kelas , Jakarta: PT
Galaxy Puspa Mega, 2001
Trianto, Mendesain model
pembelajaran inovatif progresif,
konsep, landasan, dan
implementasinya pada kurikulum
tingkat satuan pendidikan
(KTSP).Jakarta: Kencana
prenada media group, 2009
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta:
Departemen Pendidikan
Nasional, Direktorat Jendral
Pendidikan Luar Sekolah dan
Pemuda, 2003
V.S, Ina Mullis dkk, TIMSS 2007
International Mathematics
Report, dari
http://timss.bc.edu/TIMSS2007/t
echreport.html.
W, John Santrock, Psikologi
Pendidikan, terjemahan dari
Educational Psycology oleh Tri
Wobowo B. S, Jakarta: Kencana,
2008
Wena, Made, Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontemporer Suatu
Tinjauan Konseptual
Operasional, Jakarta :Bumi
Aksara,2009
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd Maifalinda Fatra, M.Pd
NIP.19480323 198203 1 001 NIP.19700528 199603 2 002
i
ABSTRAK
Fajrina Rafdiani Riansah (105017000419). “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Metode Bamboo Dancing Terhadap Hasil Belajar Matematika”.
Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2011
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing dan
konvensional serta pengaruh model pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing terhadap hasil belajar matematika. Metode yang digunakan kuasi eksperimen dengan
subyek penelitian siswa kelas X administrasi Perkantoran dan X Pemasaran, SMK
Gita Kirtti 1, Jakarta Selatan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen untuk mengumpulkan data pada penelitian
berupa tes esai yang terdiri dari 9 butir soal. Teknik analisis data yang digunakan
adalah uji-t dan berdasarkan perhitungan uji-t menunjukkan thitung = 3,61 dan ttabel =
2,00 pada taraf signifikansi 5% atau (α = 0,05) dan derajat kebebasan (db = 58) yang berarti thitung > ttabel (3,61 > 2,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberi model
pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing lebih tinggi daripada rata-rata hasil
belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing berpengaruh terhadap hasil
belajar matematika.
Kata kunci: Pembelajaran kooperatif, bamboo dancing, Hasil Belajar
ABSTRACT
FAJRINA RAFDIANI RIANSAH (105017000419). “Influence model of
Cooperative Learning Methods of Bamboo Dancing on Mathematics Learning
Outcomes”. Theses for Mathematic Subject, Faculty of Tarbiyah and Teaching
Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, June 2011.
The aim of this research is to know the result of learning mathematics by using
Bambo Dancing Method of Cooperative Learning and using conventional
learning and the influence of it toward the result of studying in mathematics. The
method for this research is quasi experiment and the subject is the students of the
tenth grade of office administrative department and the tenth grade of marketing
department in Gita Kirtti I Vocational High School, South Jakarta. The technique
of sample taking used in this research is cluster random sampling technique. The
instrument for collecting data is essay test, which consists of 9 questions.
Technique of data analysis which used in this research is t-test, and based on t-
test calculation, it shows thitung = 3,61 and ttabel = 2,00 with significant level 5% or
(α = 0,05) and degree of freedom (db = 58) it means thitung > ttabel (3,61 > 2,00),
then H0 is rejected and H1 is accepted. It can be concluded that the average
mathematics learning outcomes of students who were given a model cooperative
learning method bamboo dancing is higher than average learn out of student who
were given conventional learning.
Key word: Cooperative Learning, Bamboo Dancing, The Result of Study
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji kehadirat illahirabbi Allah SWT yang telah
memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan
yang berlimpah dari dunia sampai akhirat. Shalawat dan Salam senantiasa
dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan
para pengikutnya sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, doa,
perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positif
dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh
sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus
pembimbing II yang penuh kesabaran, bimbingan, waktu, arahan, dan
semangat dalam membimbing penulis selama ini.
3. Bapak. Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang penuh
kesabaran, bimbingan, waktu, arahan, dan semangat dalam membimbing
penulis selama ini.
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu
berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
iii
6. Staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan
Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan
dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.
7. Kepala Sekolah SMK Gita Kirtti 1 Jakarta, Bapak Sarjianto,MM yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMK Gita Kirtti 1 Jakarta,
Bapak Hartono, S.Pd yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian.
Seluruh karyawan dan guru SMK Gita Kirtti 1 Jakarta yang telah membantu
melaksanakan penelitian.
8. Pimpinan dan staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam menyediakan serta meberikan pinjaman literatur
yang dibutuhkan.
9. Ayahanda tersayang Juansah dan Ibunda tersayang Rita Sahara, yang tak
henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan
dukungan moril dan materil kepada penulis. Adinda tersayang Lira
Azhimatinnur Riansah serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan,
mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita.
10. Ade Suryadi yang penuh kesabaran memberikan dukungan dan semangat yang
tidak henti-hentinya kepada penulis
11. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan ‘05,
terutama Yeti Millati, Mariyatul Qibthiyah, Rahmadini Husna, semoga
kebersamaan kita menjadi kenangan terindah dalam menggapai cita-cita dan
meraih kesuksesan dimasa yang akan datang.
12. Hastri Rosiyanti,S.Pd dan Tri Nopriana,S.Pd., yang telah membantu dalam
penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat memohon dan
berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan dan
doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah
SWT di dunia dan akhirat. Amin yaa robbal’alamin.
iv
Demikianlah, betapapun penulis telah berusaha dengan segenap
kemampuan yang ada untuk menyusun karya tulis yang sebaik-baiknya, namun di
atas lembaran-lembaran skripsi ini masih saja dirasakan dan ditemui berbagai
macam kekurangan dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja
yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka.
Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang sebesar-
besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya.
Jakarta, Juni 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar belakang masalah .................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah........................................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ....................................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ........................................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 6
F. Manfaat Hasil Penelitian ................................................................................ 6
BAB II Deskripsi Teoritik, Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian ....... 8
A. Deskripsi Teoritik ........................................................................................... 8
1. Hasil Belajar Matematika ......................................................................... 8
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ...................................... ........ 8
b. Hakikat Matematika ........................................................................ 10
c. Hasil Belajar Matematika .................................................................. 14
d. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ....................................... 16
2. Metode Bamboo Dancing dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... 18
a. Model Pembelajaran Kooperatif ....................................................... 18
b. Metode Pembelajaran Bamboo Dancing ......................................... 22
c. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Bamboo Dancing ............ 22
d. Metode Bamboo Dancing dalam Pembelajaran Matematika ........ 23
3. Model Pembelajaran Konvensional ...................................................... 26
4. Penelitian yang Relevan ......................................................................... 27
B. Kerangka Berpikir......................................................................................... 28
vi
C. Pengajuan Hipotesis Penelitian .................................................................... 29
BAB III METODELOGI PENELITIAN ............................................................ 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 30
B. Metode dan Desain Penelitian...................................................................... 30
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ................................................. 30
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 31
E. Teknik Analisis Data .................................................................................... 36
F. Hipotesis Statistik ........................................................................................ 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 42
A. Deskripsi Data ............................................................................................... 42
1. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen ............................ 42
2. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol .................................. 45
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis .............................................................. 49
1. Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Matematika Siswa .......................... 49
a. Uji Normalitas Kelas Eksperimen .................................................. 49
b. Uji Normalitas Kelas Kontrol ......................................................... 50
2. Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar Matematika Siswa ...................... 50
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ........................................................ 51
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 57
A. Kesimpulan.................................................................................................... 57
B. Saran .............................................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 59
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahap-tahap Pembelajaran Kooperatif .............................................. 21
Tabel 2.2 Penerapan Metode Bamboo Damcing dalam Pembelajaran
Matematika ......................................................................................... 23
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen ............................................................................ 31
Tabel 3.2 Klasifikasi Reliabilitas ...................................................................... 34
Tabel 3.3 Klasifikasi Taraf Kesukaran .............................................................. 35
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda ................................................................ 36
Tabel 4.1 Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen .............. 42
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
Eksperimen .......................................................................................... 43
Tabel 4.3 Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ..................... 45
Tabel 4.4 Distrubusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
Kontrol ................................................................................................ 46
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Antara Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ........................................................... 48
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas ...................................................... 50
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas .................................................. 51
Tabel 4.8 Hasil Uji-t............................................................................................. 52
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelompok Eksperimen ....................................... 44
Gambar 4.2 Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelompok Kontrol .............................................. 47
Gambar 4.3 Kurva Uji Perbedaan Data Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol .... 53
Gambar 4.4 Kegiatan Siswa sedang Berdiskusi ..................................................... 54
Gambar 4.5 Kegiatan Siswa Mempresentasikan Jawaban ................................... 55
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen .............................................................. 61
Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol ..................................................................... 78
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ....................................................... 93
Lampiran 4 Kisi-kisi Soal Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar
Sebelum Validitas ....................................................................... 103
Lampiran 5 Soal Uji Coba Instrumen ............................................................ 105
Lampiran 6 Kisi-kisi Soal Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar
Setelah Validitas ........................................................................ 108
Lampiran 7 Soal Instrumen Tes Hasil Belajar .............................................. 110
Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Instrumen Tes Hasil Belajar ................... 112
Lampiran 9 Perhitungan Validitas Tes Esai .................................................. 116
Lampiran 10 Perhitungan Reliabilitas Tes Esai .............................................. 117
Lampiran 11 Perhitungan Daya Pembeda Tes Esai ........................................ 118
Lampiran 12 Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Esai ................................. 119
Lampiran 13 Hasil Perhitungan Validitas, Daya Pembeda
dan Tingkat Kesukaran Tes ....................................................... 120
Lampiran 14 Nilai Posstest .............................................................................. 125
Lampiran 15 Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ............... 126
Lampiran 16 Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ...................... 130
Lampiran 17 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ............................................. 134
Lampiran 18 Uji Normalitas Kelas Kontrol .................................................... 135
Lampiran 19 Perhitungan Uji Homogenitas ................................................... 136
Lampiran 20 Perhitungan Pengujian Hipotesis ............................................... 137
Lampiran 21 Tabel Nilai-nilai r Product Moment ......................................... 138
Lampiran 22 Tabel Luas Di Bawah Kurva Normal ......................................... 139
Lampiran 23 Tabel Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square) .......... 140
Lampiran 24 Tabel Nilai Kritis Distribusi F .................................................. 142
Lampiran 25 Tabel Nilai Kritis Distribusi t .................................................... 144
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hal mendasar yang harus dimiliki setiap bangsa.
Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan generasi muda berilmu,
tetapi juga dapat menjadikan manusia berakhlak mulia serta memiliki
keterampilan untuk bekal hidup dalam bermasyarakat. Hal tersebut diatas
sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu
”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1
Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah telah menempuh berbagai
cara. Salah satu cara pemerintah adalah dengan meningkatan kualitas
pendidikan dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini masih
terus dilakukan. Langkah nyata yang dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan mendirikan sekolah-sekolah
bertaraf internasional. Hal ini dilakukan karena sekolah merupakan lembaga
pendidikan formal yang bertujuan untuk mendidik siswa agar menjadi lebih
cerdas, memiliki akhlak mulia, serta memiliki keterampilan.
Usaha pemerintah tersebut tidak sia-sia, terlihat dari banyaknya prestasi
yang diraih oleh para siswa Indonesia. Sebagai contohnya, para siswa
Indonesia berhasil meraih satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali
perunggu pada Kompetensi Matematika Internasional atau International
Mathematics Competition (IMC) 2010 di Incheon, Korea Selatan, 25-29 Juli
1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana Prenanda Media Group, 2008), h. 2.
2
20102, meraih sepuluh medali emas, sembilan perak, lima perunggu dan
peringkat juara umum pada Wizard at Mathematic International Competition
(WIZMIC) 2009 yang berlangsung di Lucknow, India3.
Prestasi para siswa Indonesia tersebut begitu membanggakan dan patut
kita syukuri. Namun, prestasi tersebut adalah prestasi individual siswa yang
yang bukan merupakan prestasi siswa Indonesia seluruhnya. Pada
kenyataannya jika dilihat secara keseluruhan prestasi belajar siswa Indonesia
khususnya matematika masih rendah.
Prestasi siswa Indonesia ini berada dibawah siswa Malaysia dan
Singapura. Siswa Malaysia memperoleh nilai rata-rata 474 dan Singapura
memperoleh nilai rata-rata 593. Skala matematika TIMSS-Benchmark
Internasional menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada peringkat
bawah, Malaysia pada peringkat tengah, dan Singapura berada pada peringkat
atas. Padahal jam pelajaran matematika di Indonesia 136 jam, lebih banyak
dibanding Malaysia yang hanya 123 jam dan Singapura 124 jam.4 Hal ini
menunjukkan bahwa waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak
sebanding dengan prestasi yang diraih.
Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang penting dan
semakin dirasakan kegunaannya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
dewasa ini. Belajar matematika bukan semata-mata untuk menjadi sarjana
matematika. Hal terpenting ialah untuk melatih diri berpikir dan bertindak
secara analitis dan logis. Siswa yang terbiasa berpikir secara matematik akan
lebih mudah berpikir logis dan rasional. Kemampuan berpikir seperti ini sangat
dibutuhkan dalam menyongsong era modern yang menuntut kompetisi yang
seperti sekarang ini.5 Tetapi pada kenyataannya matematika sering dianggap
2 http://www.kemdiknas.go.id/media--publik/siaran-pers/pelajar-indonesia-raih-medali--
emas-kompetisi-matematika-internasional-2010.aspx 3Redaksi, “Indonesia Juara Umum Kompetisi Matematika Internasional 2009”, dari
http://www.antaranews.com/print/1256915947. 4Ina V.S. Mullis, dkk, “TIMSS 2007 International Mathematics Report”, dari
http://timss.bc.edu/TIMSS2007/techreport.html, h. 38. 5 Yuli Darwati, Adative Help Seeking Panduan Bagi Guru Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Matematika, (Yogyakarta : Logung Printika, 2009), cet. I, h.1
3
sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan, sehingga menyebabkan
hasil belajar matematika siswa kurang memuaskan atau rendah.
Rendahnya hasil belajar siswa juga terjadi pada siswa SMK Gita Kirtti 1
Jakarta, yang terlihat dari rata-rata nilai ulangan harian matematika siswa kelas
X yaitu 56, yang masih berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
sekolah tersebut yaitu 60. Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran
matematika pada sekolah tersebut menyebutkan bahwa hasil belajar yang
rendah disebabkan karena masih banyak kesulitan-kesulitan yang dihadapi
dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah kemampuan dasar siswa yang
rendah, kurangnya motivasi belajar matematika siswa serta beban materi yang
terlalu banyak dengan waktu yang singkat.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam pendidikan adalah lemahnya
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong
untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Siswa diarahkan pada
kemampuan untuk menghapal informasi. Siswa dipaksa untuk mengingat
berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang dihapal dan
diingatnya. Kondisi pembelajaran seperti diatas didukung oleh pernyataan para
pakar, diantaranya Soedjadi dan Marpaung yang dikutip oleh Muhammad A.
yang menyebutkan bahwa: (1) Pembelajaran matematika yang selama ini
dilaksanakan oleh guru adalah pendekatan konvensional, yakni ceramah, Tanya
jawab, dan pemberoian tugas atau mendasarkan pada “behaviorist“ atau
“strukturalist”; (2) pengajaran matematika secara tradisional mengakibatkan
siswa hanya bekerja secara prosedural dan memahami matematika secara
mendalam; (3) pembelajaran matematika yang berorientasi pada psikologi
perilaku dan strukturalis yang lebih menekankan pada hafalan dan drill
merupakan penyiapan yang kurang baik untuk kerja profesional bagi para
siswa nantinya; (4) kebanyakan guru mengajar dengan menggunakan buku
paket sebagai “resep“ mereka mengajar matematika halaman per halaman
sesuai dengan apa yang ditulis; dan (5) strategi pembelajaran lebih didominasi
oleh upaya untuk menyelesaikan materi pembelajaran dan kurang adanya
4
upaya agar terjadi proses dalam diri siswa untuk mencerna materi secara aktif
dan konstruktif.6
Keberhasilan belajar siswa tidak hanya dipengaruhi faktor siswa saja,
ada tiga faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor eksternal
yang meliputi kecerdasan, motivasi, minat, sikap, bakat, faktor internal yang
meliputi lingkungan, faktor alamiah, dan faktor materi pelajaran, serta faktor
pendekatan belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran.7
Berkenaan dengan itu Ruseffendi menyatakan bahwa “Terdapat banyak
anak-anak yang setelah belajar matematika bagian yang sederhanapun banyak
yang tidak dipahaminya, banyak konsep yang dipahami secara keliru.
Matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet dan banyak
memperdayakan”.8 Hal ini mengindikasikan bahwa pembelajaran matematika
selama ini kurang optimal di berbagai sisi, baik sisi teknis seperti metode
pembelajaran, strategi pembelajaran, ataupun media yang digunakan, dan juga
di sisi non-tenis seperti sarana dan prasarana yang kurang memadai.
Penggunaan model pembelajaran harus lebih diperhatikan, karena
kebanyakan pembelajaran matematika sekarang ini mendorong siswa bukan
pada pemahaman konsep melainkan hanya menghapal rumus, sehingga ketika
siswa dihadapkan dengan soal-soal yang mebutuhkan analisis mereka tidak
dapat menyelesaikannya. Model pembelajaran saat ini masih menggunakan
pembelajaran kompetitif dan individualis. Dalam belajar kompetitif dan
individualis, guru menempatkan siswa pada tempat duduk yang terpisah dari
tempat lain. kata-kata “dilarang mencontoh”, “geser tempat dudukmu”, “saya
ingin kamu bekerja sendiri”, dan “jangan perhatikan orang lain, perhatikan diri
kamu sendiri”, sering digunakan dalam belajar kompetitif dan individualistis
6 Nining Setyaningsih, Aplikasi Pendekatan Model Kooperatif dalam Pembelajaran
Matematika, (Surakarta: Warta, 2006), hal. 35 7 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), Cet. XI, h. 132 8 Lia Kurniati,2007.” Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving) dalam upaya
mengatasi kesulitan-kesulitan Siswa pada soal cerita”. PIC UIN Jakarta. h. 45.
5
(Johnson & Johnson 1994).9 Agar tidak terjadi hal-hal tersebut, guru harus
memilih model, metode, dan strategi pembelajaran yang efisien dan efektif
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Penulis mempercayai bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan
salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa
karena dengan pembelajaran kooperatif siswa belajar memahami konsep
mereka sendiri dengan cara berkelompok dengan anggota yang berbeda latar
belakang. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan cara kelompok
kecil untuk meningkatkan kemampuan akademik melalui kerjasama, hubungan
antara siswa yang berbeda latar belakang, mengembangkan keterampilan untuk
memecahkan masalah melalui kelompok. Model pembelajaran kooperatif
memiliki tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Model pembelajaran kooperatif terdiri dari bermacam-macam metode,
diantaranya adalah metode pembelajaran bamboo dancing (tarian bambu).
Metode pembelajaran ini pertama dikembangkan oleh Spencer Kagan, metode
merupakan modifikasi dari metode lingkaran besar lingkaran kecil. Metode
tarian bambu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi
untuk menbangun konsep (pemahaman) pada saat yang bersamaan dengan
pasangan yang berbeda secara teratur. Metode ini cocok untuk bahan ajar yang
memerlukan pertukaran pengalaman dan pengetahuan antarsiswa.
Berdasarkan permasalahan diatas penulis menyusun skripsi dengan
judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Metode Bamboo Dancing
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dikemukakan
identifikasi masalah, antara lain:
1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.
9Trianto, 2009. Mendesain model pembelajaran inovatif progresif, konsep, landasan, dan
implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP). Kencana prenada media
group :Jakarta, h.55.
6
2. Pembelajaran matematika selama ini masih cenderung berpusat pada guru.
3. Kurangnya variasi guru dalam memilih strategi, metode, maupun model
dalam pembelajaran matematika.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, masalah hanya dibatasi pada hasil belajar
matematika siswa kelas X SMK Gita Kirtti 1. Hasil belajar ini diperoleh dari
nilai posttest siswa. Adapun hasil belajar yang di nilai adalah aspek kognitif
tentang materi program linear.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing dan model
pembelajaran konvensional?
2. Apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif metode bamboo
dancing terhadap hasil belajar siswa?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika
siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif metode bamboo
dancing. Lebih rinci lagi, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing dan yang diajarkan
dengan model konvensional.
2. Mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif metode bamboo
dancing terhadap hasil belajar matematika.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:
7
1. Menambah khazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan metode
pembelajaran bamboo dancing.
2. Bagi peneliti, untuk memperluas wawasan dan pengalaman tentang cara
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran
bamboo dancing.
3. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar matematika dengan
menggunakan metode pembelajaran bamboo dancing.
4. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran agar
dapat tercipta suasana pembelajaran yang efektif dan bermakna.
8
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR,
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Hasil Belajar Matematika
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah kegiatan yang paling utama dalam keseluruhan
proses pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya tujuan
pendidikan tergantung pada proses belajar. Beberapa pakar
pendidikan diantaranya Gagne, Travers, Cronbach, Spears, Geoch,
Morgan mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari pengalaman atau latihan.1
Secara sederhana, Robbins mendefinisikan belajar sebagai proses
menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah
dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.2 Ini berarti bahwa
belajar adalah proses sistemik yang dinamis. Slameto mendefinisikan
belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.3 Menurut Sanjaya belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan
semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses
interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya.4
1 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), cet. II, h. 2 2 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP, 2009), Cet. I h.15 3 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya., (Jakarta: PT RINEKA
CIPTA,2003), cet. IV. h.2 4 Wina Sanjaya Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenanda Media Group, 2010), h. 213.
9
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psio-fisik-sosio menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya.5 Tapi kenyataan yang dipahami
oleh sebagian masyarakat tidaklah demikian. Kegiatan belajar selalu
dikaitkan dengan tugas sekolah. Sebagian masyarakat menganggap
belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan.
Padahal sekolah hanyalah sarana untuk terlaksananya proses belajar
dan proses belajar tidak hanya terjadi di sekolah saja.
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku seseorang yang relatif menetap,
menjadi lebih baik, sebagai hasil dari pengalaman atau hasil interaksi
dengan lingkungan.
Proses yang terjadi yang membuat seseorang belajar disebut
pembelajaran. Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, disebutkan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.6 Dalam pembelajaran semua elemen
yang menunjang berlansungnya suatu proses pembelajaran dari mulai
peserta didik, pendidik, sumber belajar, sampai lingkungan belajar,
semuanya bersinergi dan berinteraksi tanpa mengabaikan salah satu
dari elemen tersebut.
Menurut Santrock, pembelajaran dapat didefinisikan sebagai
pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan
berpikir yang diperoleh melalui pengalaman.7 Suprijono
mendefinisikan pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti
proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensiil istilah ini
dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru
mengajar, peserta didik belajar, sementara pada pembelajaran guru
5 Agus Suprijono, Cooperative Learning… cet. II, h. 3
6 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan
Pemuda, 2003 ), hal. 4. 7 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, terjemahan dari Educational Psycology oleh
Tri Wobowo B. S, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. 2, h. 266
10
mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan
terjadinya pembelajaran.8
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses, cara atau
jalan untuk menjadikan seseorang atau mahluk hidup untuk belajar.
Seseorang yang telah melalui proses pembelajaran ia akan mengalami
perkembangan jiwa menuju keutuhan dan kemandirian.
b. Hakikat Matematika
1) Pengertian Matematika
Pengertian tentang matematika tidak didefinisikan secara
tepat dan menyeluruh. Hal ini mengingat belum ada kesepakatan
atau definisi tunggal tentang matematika. Beberapa pengertian
atau ungkapan tentang matematika hanya dikemukakan
berdasarkan siapa pembuat definisi, di mana dibuat, dan dari sudut
pandang apa definisi itu dibuat. Ada tokoh yang tertarik dengan
bilangan maka ia melihat matematika itu dari sudut pandang
bilangan. Ada tokoh lain yang lebih mencurahkan perhatian
kepada stuktur-struktur maka ia melihat matematika dari sudut
pandang struktur-struktur itu. Tokoh lain yang tertarik pada pola
pikir atau sistematik maka ia melihat matematika dari sudut
pandang sistematik itu. Dengan demikian banyak sekali definisi
yang berbeda-beda tentang matematika.
James menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang
logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep
yang saling berhubungan satu sama lain serta terbagi menjadi tiga
bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.9 Tetapi ada yang
berpendapat bahwa matematika dibagi kedalam empat bidang,
yaitu aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Aritmatika disini
mencakup teori bilangan dan statistik.
8 Agus suprijono, Cooperative Learning… cet. II, h. 13
9 Tim Matematika SMK, Matematika untuk SMK kelas , (Jakarta: PT Galaxy Puspa
Mega, 2001), cet 1, h. 1
11
Lerner mengemukakan bahwa matematika di samping
sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang
memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.10
Bahasa
simbolis, maksudnya dalam matematika banyak digunakan
simbol-simbol seperti %, ≡, dan ↔. Simbol-simbol itu sangat
padat, artinya simbol itu ditulis secara singkat tapi maknanya
sangat luas. Sedangkan bahasa universal disini adalah matematika
berlaku secara umum dan disepakati secara internasional. Sebagai
contoh, orang yang pernah belajar matematika tentunya akan
mengerti yang dimaksud dengan 2 + 3 = 5. Bahasa matematika
seperti itu berlaku untuk siapa saja, kapan saja, dan dimana saja.
Sependapat dengan Lerner, Kline juga mengungkapkan
bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya
adalah penggunaaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak
melupakan cara bernalar induktif.11
Dalam matematika suatu
generalisasi, sifat, teori, atau dalil belum dapat diterima
kebenarannya sebelum bisa dibuktikan secara deduktif.
Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan
atau observasi (induktif).
Menurut Russeffendi, matematika adalah ilmu tentang
struktur yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak bisa
didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau
postulat akhirnya ke dalil atau teorema.12
Jelas disini bahwa
matematika tersusun diri unsur-unsur yang yang tidak dapat
didefinisikan, unsur-unsur yang didefinisikan, dan aksioma-
aksioma, terbentuklah dalil-dalil atau teori-teori yang
10 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2003), Cet.II, h.252 11 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak..., h.252 12
Sri Anitah, Janet Trineke Manoy, Susanah, Strategi Pembelajaran…, h.7.4
12
kebenarannya berlaku secara umum. Kebenaran tersebut dapat
dibuktikan secara deduktif.
Reys menyatakan bahwa matematika adalah telaahan
tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu
seni, suatu bahasa, dan suatu alat.13
Dalam matematika terdapat
unsur-unsur, keteraturan-keteraturan, dan ketetapan
(kekonsistenan), seperti halnya seni yang indah dipandang dan
diresapi. Contohnya adalah konsep tentang fungsi. Dalam
pemakaian sehari-hari, kata fungsi dapat berubah-rubah artinya
sesuai dengan posisinya dalam kalimat. Konsep fungsi dalam
matematika, jelas mempunyai keteraturan dan keterurutan dalam
aturan yang didefinisikanya, dipakai untuk mengaitkan dua buah
himpunan dengan syarat-syarat tertentu yang konsisten yang
membedakannya dengan konsep lain diluar fungsi.
Menurut Soedjadi, matematika adalah cabang ilmu
pengetahuan eksak dan terorganisir.14
Hal tersebut mempunyai arti
bahwa matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan
struktur-struktur yang terorganisir dengan baik dan mencari
keterkaitan atau hubungan antara konsep dan struktur yang satu
dengan yang lain.
Dari pengertian-pengertian yang telah diuraikan di atas,
dapat disimpulkan bahwa pengertian matematika adalah suatu
cabang ilmu eksak yang didalamnya memuat struktur-struktur
yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak dapat didefinisikan
ke unsur yang bisa didefinisikan.
2) Matematika Sekolah
Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di
sekolah, mulai dari Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Bahan ajar matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian
13 Tim Matematika SMK, Matematika untuk SMK kelas , (Jakarta: PT Galaxy Puspa
Mega, 2001), cet 1, h. 4 14
Sri Anitah, Janet Trineke Manoy, Susanah, Strategi Pembelajaran…, h.7.4
13
matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan
kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta
berpadu pada perkembangan IPTEK. Ada dua objek pembelajaran
matematika sekolah, yaitu objek langsung pembelajaran
matematika sekolah dan objek tidak langsung pembelajaran
matematika sekolah.15
Objek langsung pembelajaran matematika sekolah adalah
fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan. Fakta adalah
semufakatan-semufakatan tentang lambang yang dipakai, atau
aturan-aturan yang disepakati bersama. Konsep merupakan
jawaban atas pertanyaan “Apakah itu?”. Prinsip merupakan
jawaban atas pertanyaan “Bagaimana itu?”. Untuk mendapatkan
pemahaman atas fakta, konsep, dan prinsip perlu latihan
keterampilan penguasaan fakta, keterampilan penggunaan konsep
dan prinsip di dalam menyusun kebenaran konsistensi. Objek
tidak langsung pembelajaran matematika sekolah di antaranya
adalah disiplin diri, kemahiran matematika, apresiasi terhadap
matematika, dan berpikir secara matematika, yaitu logis, rasional,
dan eksak.
Kegunaan matematika di sekolah diantaranya adalah:16
a) Dengan belajar matematika, manusia dapat menyelesaikan
persoalan yang ada di masyarakat dalam kehidupan sehari-
hari, misalnya
i. Berhitung, menghitung luas, isi, dan berat.
ii. Mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan
menafsirkan data.
iii. Menyelesaikan persoalan bidang studi lain.
iv. Menggunakan kalkulator dan komputer.
15
Soemoenar, Suyono, Makmuri, Penerapan Matematika Sekolah, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2007), cet.II, h. 1.11 16
Tim Matematika SMK, Matematika untuk SMK kelas , (Jakarta: PT Galaxy Puspa
Mega, 2001), cet 1, h. 8
14
v. Berbelanja dan berdagang.
vi. Berkomunikasi melalui tulisan atau gambar, seperti
membaca grafik dan persentase.
vii. Membuat catatan-catatan dengan angka.
b) Matematika diajarkan di sekolah karena dapat membantu
bidang studi lainnya seperti fisika, kimia, arsitektur, farmasi,
ekonomi, akuntansi, perpajakan, dan geografi.
c) Mempelajari geometri ruang dapat meningkatkan pemahaman
siswa mengenai ruang sehingga berpikir logis, tepat untuk
dimensi tiga. Mempelajari aljabar dapat meningkatkan
kemampuan siswa secara kritis, logis, dan sistematis dalam
merumuskan asumsi, definisi, dan generalisasi.
d) Matematika dapat dipakai sebagai alat ramalan atau prakiraan
seperti prakiraan cuaca, pertumbuhan penduduk, dan
keberhasilan belajar.
e) Matematika berguna sebagai penunjang pemakaian alat-alat
canggih seperti kalkulator dan komputer.
f) Matematika diajarkan sekolah seperti ilmu yang lain demi
terpeliharanya matematika itu sendiri serta peningkatan
kebudayaan.
c. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar merupakan salah satu hal yang dijadikan pusat
perhatian di dalam pendidikan, karena tingkat keberhasilan proses
belajar dapat dilihat dari hasil belajar. Menurut Sudjana, hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya.17
Pengertian tersebut senada
dengan pendapat Abdurahman, hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.18
Menurut Arikunto,
hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar
17
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), cet XI, h.22 18
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak ..., h.37
15
dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat
diamati dan diukur.19
Menurut Romiszowski, hasil belajar adalah keluaran (outputs)
dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs)20
. Masukan dari sistem
tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya
adalah perbuatan atau kinerja (performance). Menurut Romiszowski,
perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi; dan
hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam dua macam saja, yaitu
pengetahuan dan keterampilan21
. Pengetahuan terdiri dari empat
kategori, yaitu (1) pengetahuan tentang fakta, (2) pengetahuan tentang
prosedur, (3) pengetahuan tentang konsep, dan (4) pengetahuan
tentang prinsip. Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu
(1) keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif, (2)
keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik, (3)
keterampilan bereaksi atau bersikap, dan (4) keterampilan
berinteraksi.
Sedangkan Bloom yang dikenal dengan Taksonomi Bloom,
membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu:22
1. Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi,
pengetahuan, dan keahlian mentalis. Ranah kognitif
menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang
menggambarkan tujuan yang diharapkan. Ranah kognitif terdiri
dari enam aspek, yakni mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi.
19
Suharsimi Arikonto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1993),
h.137 20
Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak…, h. 38. 21
Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak…, h. 38. 22
http://www.hilman.web.id/posting/blog/852/revisi-taksonomi-bloom-atau-revised-
bloom-taxonomy.html tanggal 19 Oktober 2010 Pukul 14:17
16
2. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan
perasaan. Ranah terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3. Ranah psikomotorik berkenaan dengan fungsi manipulatif dan
kemampuan fisik. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni
gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan
kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang dihasilkan dari proses perubahan
tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor
sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan
yang mereka miliki.
Adapun mengenai hasil belajar matematika di sekolah biasanya
dapat dilihat dengan nilai (angka). Hasil belajar adalah tolak ukur
keberhasilan yang dicapai siswa dalam belajar matematika dengan
tujuan kognitif, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
dan evaluasi. Jadi hasil belajar matematika siswa adalah kemampuan
yang dihasilkan dari proses pembelajaran berupa suatu skor hasil
belajar yang dimiliki siswa.
d. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Kemampuan belajar siswa sangat menentukan keberhasilannya
dalam proses belajar. Di dalam proses belajar tersebut, banyak faktor
yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut banyak sekali
jenisnya. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:
1. Faktor internal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Faktor ini meliputi:
17
a. Faktor fisiologis:
Faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor
ini dibedakan menjadi dua, yang pertama yaitu keadaan tonus
jasmani, yang pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas
belajar seseorang. Dan yang kedua keadaan fungsi
jasmani/fisiologis, selama proses belajar berlangsung peran
fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi
hasil belajar.
b. Faktor psikologis:
Keadaan psikologi seseorang yang dapat mempengaruhi proses
belajar. Beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi proses
belajar antara lain: Kecerdasan siswa (kemampuan psiko-fisik
dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan melalui cara yang tepat), motivasi (salah satu
faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa,
motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan
belajar), minat/interest (keinginan yang besar terhadap
sesuatu), sikap (gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi/merespon dengan cara yang
relatif tetap terhadap objek,orang,peristiwa, dan sebagainya
baik secara positif maupun negatif), bakat/aptitude
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang)
2. Faktor eksternal.
Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu:
a. Lingkungan sosial: Berupa Lingkungan sosial sekolah (seperti
guru, administrasi dan teman-teman sekelas), Lingkungan
sosial masyarakat, lingkungan sosial keluarga.
b. Lingkungan non sosial: Lingkungan alamiah, faktor
instrumental, faktor materi pelajaran.
18
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-
materi pelajaran.23
Dari ketiga Faktor-faktor diatas, baik faktor internal, faktor
eksternal, dan faktor pendekatan belajar dalam banyak hal sering
saling berkaitan dan mempengaruhi antara satu sama lain.
2. Metode Bamboo Dancing dalam Model Pembelajaran Kooperatif
a. Model Pembelajaran Kooperatif
Cooperative Learning berasal dari cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu
satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.24
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
menuntut siswa untuk bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip
dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok
kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Slavin, dalam metode pembelajaran kooperatif para
siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan
empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru.25
Johnson mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
mengelompokan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil
agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang
23
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. XI, h. 132 24
Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta,
2010), cet.3,h. 15. 25
Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset Dan Praktik, (Bandung : Nusa
Media, 2010), cet. VI,h.8
19
mereka miliki dan mempelajari satu sama laim dalam kelompok
tersebut.26
Menurut Suyatno, model pembelajaran kooperatif adalah
kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama
saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan,
atau inkuiri.27
Sedangkan menurut Lie, pembelajaran kooperatif
adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.28
Penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran dengan memberikan kesempatan pada
siswa untuk bekerja sama antara sesama siswa dengan membentuk
kelompok yang beranggotakan 4-5 orang untuk menguasai materi
yang guru sampaikan, memecahkan masalah dan dalam pembelajaran
ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Tujuan pembelajaran kooperatif mencakup tiga jenis tujuan
penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keberagaman, dan pengembangan sosial.29
Johnson mengatakan
bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar
siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik
secara individu maupun secara kelompok.30
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya
terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Roger dan
Johnson untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur model
pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu:31
1. Saling ketergantungan positif
26 Isjoni, Cooperative Learning …, h.17 27
Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Surabaya: Media Buana Pustaka, 2009),
h. 21 28
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional,(Jakarta :Bumi Aksara,2009),cet.1,h.189 29 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran…, h 59 30
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran…, h 57 31
Anita Lie, Cooperatif Learning, (Jakarta: PT Grasindo, 2004) cet.3 h.31
20
2. Tanggung jawab perseorangan
3. Tatap muka
4. Komunikasi antar anggota
5. Evaluasi proses kelompok
Lie mengatakan pembelajaran kooperatif dikembangkan
dengan dasar asumsi bahwa proses pembelajaran akan bermakna jika
peserta didik bisa saling mengajari. Walaupun dalam pembelajaran
kooperatif siswa dapat belajar dari dua sumber belajar utama, yaitu
pengajar dan teman belajar lain.32
Lebih khusus lagi Lungdren
menjelaskan unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif.
Unsur-unsur dasar tersebut adalah sebagai berikut:33
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau
berenang bersama.
2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau
peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab
terhadap dirinya sendiri.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memilki
tujuan yang sama.
4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara
para anggota kelompok.
5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan
ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama dalam belajar.
7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang akan ditangani dalam kelompok kooperatif.
Pembelajaran kooperatif selain unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna untuk
32
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif…., h. 189 33
Isjoni, Cooperative Learning …, h.13
21
mambantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama. Dalam
pembelajaran kooperatif terdapat 6 tahap pembelajaran, yaitu:34
Tabel 2.1
Tahap-Tahap Pembelajaran Kooperatif
Tahap Perilaku Guru
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada
materi yang dipelajari dan memotivasi
siswa untuk belajar.
Tahap 2
Menyajikan informasi atau
materi pelajaran
Menyajikan informasi atau materi
pelajaran kepada siswa baik dengan
demonstrasi atau bahan bacaan.
Tahap 3
Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok-
kelompok belajar
Menjelaskan kepada siswa bagaimana
membentuk kelompok belajar dan
bekerja sama dalam kelompok agar
terjadi perubahan yang efisien.
Tahap 4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Mengamati, mendorong, dan
membimbing siswa dalam
menyelesaikan tugas.
Tahap 5
Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya.
Tahap 6
Mengumumkan pengakuan
atau penghargaan
Memberikan umpan balik terhadap
hasil kerja seluruh kelompok dan
memberikan penghargaan kepada
kelompok yang telah menunjukkan
hasil kerja baik.
34
Sri Anitah, Janet Trineke Manoy, Susanah, Strategi Pembelajaran…, h.11.38
22
b. Metode Pembelajaran Bamboo Dancing
Metode bamboo dancing dikembangkan oleh Kagan. Metode
ini merupakan modifikasi dari metode inside-outside circle. Metode
ini diberi nama bamboo dancing karena siswa berjajar dan saling
berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potong bamboo
yang digunakan dalam tari bamboo dari Filipina yang juga popular di
beberapa daerah di Indonesia.
Kegiatan belajar mengajar dalam metode ini, siswa dapat saling
berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Metode ini bisa
digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti agama, IPS,
matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok
digunakan dengan metode ini adalah bahan yang membutuhkan
pertukaran pengalaman, pikiran, dan informasi antar siswa.
Salah satu keunggulan dari metode ini adalah adanya struktur
yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan
yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa bekerja
dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai
banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi. Metode pembelajaran bamboo dancing
bisa digunakan untuk semua tingkatan usia anak didik.35
c. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Bamboo Dancing
Pembelajaran dengan metode bamboo dancing diawali dengan
pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik tersebut di
papan tulis atau dapat pula bertanya jawab apa yang diketahui siswa
mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk
mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa agar lebih
siap menghadapi pelajaran yang baru.
Selanjutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar.
Aturlah sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar berdiri
berjajar saling berhadapan dengan yang lainnya yang juga dalam
35
Anita Lie, Cooperative Learning… h. 67
23
posisi berdiri berjajar. Dengan demikian di dalam tiap-tiap kelompok
besar mereka saling berpasang-pasangan. Pasangan ini disebut
pasangan awal. Bagikan tugas kepada tiap pasangan untuk dikerjakan
atau dibahas. Pada kesempatan itu berikan waktu yang cukup kepada
mereka agar mendiskusikan tugas yang diterimanya.
Usai diskusi, setiap orang dari tiap kelompok besar yang berdiri
berjajar saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam.
Dengan cara ini tiap-tiap siswa akan mendapat pasangan baru dan
berbagi informasi, demikian seterusnya. Pergeseran searah jarum jam
baru terhenti ketika tiap-tiap siswa kembali ke pasangan awal.
Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian
dipresentasikan kepada seluruh kelas. Guru memfasilitasi terjadinya
intersubjektif, dialog interaktif, tanya jawab, dan sebagainya. Kegiatan
ini dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh melalui diskusi di
tiap-tiap kelompok besar dapat diobjektifikasi dan menjadi
pengetahuan bersama seluruh kelas.36
d. Metode Bamboo Dancing Dalam Pembelajaran Matematika
Metode bamboo dancing dapat diterapkan dalam pelajaran
matematika, adapun penerapan pada saat proses pembelajaran
matematika dengan menggunakan metode bamboo dancing, yaitu:
Tabel 2.2
Penerapan Metode Bamboo Dancing dalam Pembelajaran
Matematika
No
Tahap
Bamboo
Dancing
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1.
Menyampai
kan tujuan
dan
Pengenalan topik
pembelajaran kepada
siswa
Kegiatan sumbang
saran
36
Agus Suprijono, Cooperative Learning… cet. II, h. 99
24
memotivasi
siswa
Membangkitkan minat
dan keingintahuan
siswa terhadap pokok
bahasan program linear.
Mengembangkan
minat dan rasa ingin
tahu terhadap pokok
bahasan program
linear.
Mengkaitkan pokok
bahasan program linear
dengan pengalaman
siswa dalam kehidupan
sehari-hari.
Berusaha mengingat
pengalaman sehari-
hari dan
menghubungkannya
dengan pokok
bahasan program
linear.
2
2.
Menyajikan
Informasi
Mengajukan pertanyaan
yang berhubungan
dengan pokok bahasan
program linear.
Memberikan respons
terhadap pertanyaan
guru.
3.
Mengorgani
sasikan
siswa ke
dalam
kelompok-
kelompok
belajar
Membentuk kelas ke
dalam dua kelompok
besar dan berdiri
berjajar saling
berhadapan
Membentuk kelas ke
dalam dua kelompok
besar dan berdiri
berjajar saling
berhadapan
3
4.
Membimbin
g kelompok
bekerja dan
belajar
Membagikan LKS dan
memberikan
kesempatan masing-
masing kelompok untuk
menemukan konsep
“program linear.”
Mengerjakan LKS
yang diberikan dan
bekerja sama dalam
kelompok untuk
menemukan konsep
“program linear.”
Mengorganisasikan
kelompok secara
prosedur
Usai diskusi, setiap
orang dari tiap
kelompok besar
yang berdiri
berjajar saling
berhadapan itu
bergeser mengikuti
arah jarum jam.
25
Dengan cara ini
tiap-tiap siswa
akan mendapat
pasangan baru dan
berbagi informasi,
demikian
seterusnya.
Pergeseran searah
jarum jam baru
terhenti ketika
tiap-tiap siswa
kembali ke
pasangan awal.
4
5.
Evaluasi
Meminta salah satu
kelompok untuk
mempresentasikan hasil
diskusinya di depan
kelas dengan kalimat
mereka sendiri.
Mempresentasikan
hasil diskusinya di
depan kelas dan
mencoba memberi
penjelasan terhadap
konsep “program
linear” yang telah
ditemukan.
Mengklarifikasi
konsep-konsep siswa
yang masih salah dan
menjelaskan konsep
“program linear” yang
harus dipahami siswa.
Mencermati dan
berusaha memahami
penjelasan guru.
6.
Mengumum
kan
pengakuan
atau
penghargaa
n
Memberikan umpan
balik terhadap hasil
kerja seluruh kelompok
dan memberikan
penghargaan kepada
kelompok yang telah
menunjukkan hasil
kerja baik.
Menerima umpan
balik terhadap hasil
kerja seluruh
kelompok dan
menerima
penghargaan untuk
kelompok yang telah
menunjukkan hasil
kerja baik.
26
3. Model Pembelajaran Konvensional
Konvensional adalah sebuah model klasikal yang biasa digunakan
oleh setiap pendidik dalam mendidik siswanya. Pembelajaran
konvensional merupakan pembelajaran yang lazim digunakan oleh para
guru di sekolah. Beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran
konvensional antara lain adalah metode ceramah, metode diskusi, metode
tanya jawab, metode driil atau latihan, metode pemberian tugas, metode
demontrasi, metode permainan, dan lain-lain.
Beberapa ciri-ciri pada pembelajaran konvensional, yaitu:
a. Menyandarkan kepada hafalan.
b. Pemilihan informasi ditentukan oleh guru.
c. Bahan ajar biasanya dalam bentuk ceramah, tugas tulis, dan media
lain menurut pertimbangan guru.
d. Siswa umumnya bersifat pasif dalam pembelajaran
e. Memberikan sekumpulan informasi kepada siswa tanpa
menindaklanjuti apakah siswa tersebut paham atau tidak.
Dalam pembelajaran konvensional, peran siswa adalah sebagai
penerima informasi yang pasif, yaitu siswa lebih banyak belajar sendiri
secara individual. Siswa tidak diberi kesempatan banyak untuk
mengemukakan pendapat dan berinteraksi dengan siswa lain. Siswa
hanya dijadikan obyek didik dan pembelajarannya pun terfokus pada tiga
kegiatan, yaitu dengar, catat dan hafal. Keadaan seperti ini membuat
proses belajar menjadi tidak efektif, karena waktu para siswa hanya
dihabiskan untuk mengisi buku tugas, mendengarkan pangajar dan
menyelesaikan latihan-latihan.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pembelajaran
konvensional yaitu metode ekspositori. Metode ekspositori merupakan
metode yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal
dari seorang guru kepada siswa keseluruhan, dengan maksud para siswa
dapat menguasai materi secara optimal.
27
Terdapat beberapa karakteristik metode ekspositori yang dikutip
Wina Sanjaya, yaitu:37
1. Metode ekspositori dengan cara menyampaikan materi secara verbal.
2. Biasanya materi yang disampaikan adalah materi pelajaran yang
sudah terjadi, maksudnya materi tersebut harus dihapal terlebih
dahulu oleh siswa, sehingga tidak perlu lagi berpikir ulang.
3. Tujuan dari penerapan metode ini adalah penguasaan materi tersebut.
4. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini membahas tentang metode pembelajaran bamboo
dancing, dimana metode ini termasuk dalam model pembelajaran
kooperatif dan berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan peneliti
didapatkan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu
penelitian yang dilakukan oleh:
1. Sri Nurchayati yang berjudul “Efektifitas Pendekatan Cooperative
Learning Teknik Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa”. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
lebih baik daripada hasil belajar dengan model pembelajaran
konvensional.
2. Ciswandi yang berjudul ”Pembelajaran Kooperatif Model SNH
(Structured Numbre Head) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa”. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
memberikan dampak positif terhadap hasil belajar matematika siswa.
3. Muhammad yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan
Metode Cooperative Learning Teknik Two Stray Two Stay Terhadap
Hasil Belajar Siswa”. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative Learning
37
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan,(Jakarta: Kencana, 2010), Cet. IV, hal.179
28
teknik Two Stray Two Stay lebih baik daripada haisl belajar dengan
menggunakan model konvensional.
B. Kerangka Berpikir
Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang penting dan
semakin dirasakan kegunaannya. Hal penting dalam belajar matematika
adalah untuk melatih diri berpikir dan bertindak secara analitis dan logis.
Namun pada kenyataannya metematika sering kali dianggap sebagai mata
pelajaran yang sulit dan menakutkan sehingga hasil belajar yang diperoleh
siswa masih rendah.
Untuk memperoleh hasil belajar matematika yang baik diperlukan
suatu model dan metode pembelajaran yang merangsang partisipasi aktif dan
kooperatif dari siswa. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk berbagi
informasi dengan teman yang bertujuan agar siswa lebih memahami
matematika. Sedangkan guru memberikan informasi yang dirancang untuk
membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan dan
memberikan tugas dan soal-soal yang harus diselesaikan oleh siswa.
Pembelajaran tersebut dapat diperoleh dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing. Metode ini dikembangkan
oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada siswa agar saling
berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Metode pembelajaran bamboo
dancing bisa digunakan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Metode
pembelajaran ini menghadirkan suasana belajar matematika yang
menyenangkan, sehingga diharapkan siswa dapat menerima pelajaran secara
maksimal. Salah satu keunggulan metode ini adalah adanya struktur yang
jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi informasi mengenai apa yang
telah mereka pahami dan yang belum mereka pahami tentang materi yang
diajarkan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain
itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi untuk memahami materi yang
dipelajari. Penerapan model pembelajaran kooperatif metode bamboo
dancing dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran matematika baik
29
secara fisik maupun mental. Jika siswa diberikan banyak kesempatan untuk
mempraktikkan dan mendiskusikan materi pembelajaran, maka siswa akan
lebih banyak ingat mengenai pelajaran yang diberikan.
Dari uraian diatas terlihat bahwa ada kaitan antara model
pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing terhadap hasil belajar
matematika, maka melalui model pembelajaran kooperatif metode bamboo
dancing diduga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar matematika.Secara
grafis pemikiran yang dilakukan oleh peneliti dapat digambarkan dalam
bentuk diagram sebagai berikut
Bagan 2.1
C. Pengajuan Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif metode pembelajaran
bamboo dancing lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran konvensional.
Pengaruh terhadap
hasil belajar
matematika
Pemahaman
siswa terhadap
materi program linear
Menggunakan
Metode Bamboo
Dancing
Pengaruh dalam penggunaan
metode bamboo dancing lebih
tinggi dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional
terhadap hasil belajar
matematika
Menggunakan
Pembelajaran
Konvensional
30
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMK Gita Kirtti 1 Jakarta Selatan yang
beralamat di Jalan BRI Radio Dalam, Gandaria Utara, Jakarta Selatan.
Penelitian dilaksanakan di kelas X semester genap tahun ajaran 2010/2011,
pada tanggal 7 Maret sampai 15 April 2011.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
eksperimen, dilakukan dengan membagi kelompok yang diteliti menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen yang diberi
perlakuan dengan metode pembelajaran bamboo dancing dan kelompok kedua
adalah kelompok dengan pembelajaran konvensional sebagai kelompok
kontrol dalam penelitian.
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk Two
Group Randomized Subjek Posttest Only.
Rancangan Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Posttest
Eksperimen X O
Kontrol O
Keterangan:
O = posttest yang diberikan kepada kedua kelompok
X = perlakuan dengan model pembelajara kooperatif metode bamboo
dancing
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Gita
Kirtti 1 Jakarta. Populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas X SMK Gita
31
Kirtti 1 Jakarta. Sampel yang diambil sebanyak dua kelas dari populasi
terjangkau sebanyak empat kelas. Kelas X administrasi perkantoran sebagai
kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang dan kelas X
pemasaran sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang.
Sampel diambil dari populasi terjangkau dengan teknik cluster random
sampling karena jika dilihat dari nilai rapot sebelumnya rata-rata nilai siswa
hampir sama, begitu juga dengan materi pembelajarannya walaupun berbeda
jurusan namun materi yang disampaikan sama.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari tes hasil belajar matematika siswa pada kedua
kelompok sampel dengan pemberian tes yang sama, serta hasil wawancara
dengan siswa. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan
data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Variabel yang diteliti
Variabel bebas : model pembelajaran kooperatif
Variebel terikat : hasil belajar matematika siswa
2. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes hasil
belajar matematika siswa. Soal tes untuk mengukur hasil belajar
matematika disusun dalam bentuk uraian sebanyak 10 soal, dengan kisi-
kisi instrumen sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kisi-kisi instrumen
No Indikator Soal No Butir
Soal
1. Menentukan daerah penyelesaian sistem
pertidaksamaan linear 1
2. Membuat sistem persamaan linear jika diketahui
daerah penyelesaian 2
3. Membuat model matematika dari soal cerita 3,4
4. Menentukan fungsi objektif dan fungsi kendala
dari program linear 5, 6
32
5. Menentukan nilai optimum berdasarkan fungsi
objektif 7, 8
6. Menentukan nilai optimum dari program linear 9, 10
Untuk mengetahui apakah soal-soal tersebut memenuhi syarat soal
yang baik, maka dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Validitas adalah syarat terpenting dalam suatu alat evaluasi.
Suatu teknik evaluasi dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
(disebut valid) jika teknik evaluasi atau tes itu dapat mengukur apa
yang sebenarnya akan di ukur.
Analisis validitas berguna untuk menghubungkan apakah
terdapat kesamaan atau tidak antara bentuk soal yang satu dengan
bentuk soal yang lain. Untuk mencari validitas digunakan rumus yang
dikemukakan Pearson sebagai berikut1:
Keterangan:
rXY = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
n = banyaknya subyek
X = skor item
Y = skor total
Setelah diperoleh harga rXY, kita lakukan pengujian validitas
dengan membandingkan harga rXY dan rtabel product moment, dengan
terlebih dahulu menetapkan degrees of freedomnya atau derajat
kebebasannya, dengan rumus dk = n – 2. Dengan diperolehnya dk,
maka dapat dicari harga rtabel product moment pada taraf signifikansi
1 Suharsimi Arikuto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), h.170
33
5%. Kriteria pengujiannya adalah jika rXY ≥ rtabel, maka soal tersebut
valid dan jika rXY < rtabel maka soal tersebut tidak valid.
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas instrumen
penelitian, dari 10 Soal yang diujicobakan diperoleh 9 butir soal yang
valid, sehingga kesembilan soal yang valid tersebutlah yang digunakan
sebagai instrumen penelitian. Perhitungan selengkapnya mengenai uji
validitas instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran 9 halaman
116.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas diartikan dengan keajegan (consistencty) bila mana
tes tersebut diujikan berkali-kali dan hasilnya relatif yang signifikan.
Rumus yang digunakan untuk menganalisis reliabilitas yaitu dengan
menggunakan metode koefisien alfa. Metode ini digunakan pada soal-
soal esai. Jadi tidak bisa diterapkan pada butir-butir yang tidak bisa
diskor secara dikotomis, melainkan bentuk rentangan. Rumus yang
digunakan untuk mencari reliabilitas adalah:
2
2
11 11
t
i
k
kr
Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal 2
i = jumlah varians skor tiap-tiap item
2
t = varians skor total
Adapun klasifikasi dari reliabilitas dapat dilihat pada tabel
berikut:
34
Tabel 3.2
Klasifikasi Reliabilitas
Rentang Keterangan
0,80 < < 1,00
0,60 < < 0,80
0,40 < < 0,60
0,20 < < 0,40
0,00 < < 0,20
Sangat baik
Baik
Cukup
Rendah
Sangat rendah
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen
penelitian, diperoleh skor reliabilitas sebesar 0,871, perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 117. Dengan
skor reliabilitas demikian, maka instrumen penelitian tersebut dapat
dikatakan memiliki konsistensi yang handal dan memenuhi
persyaratan instrumen tes yang baik.
c. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran soal merupakan salah satu ciri yang harus
diperhatikan, karena tingkat kesukaran tes menunjukkan seberapa
sukar atau mudahnya butir-butir tes atau tes secara keseluruhan yang
telah diselenggarakan. Butir tes harus diketahui tingkat kesukarannya
karena setiap pembuat tes perlu mengetahui soal itu sukar, sedang, atau
mudah. Tingkat kesukaran soal dapat di lihat dari jawaban siswa.
semakin sedikit siswa yang menjawab benar, berarti soal itu termasuk
sukar. Semakin banyak siswa yang menjawab benar maka soal itu
termasuk tidak sukar atau mudah.
Tingkat kesukaran butir tes dinyatakan dengan indeks berkisar
0,00 sampai 1,00. Rumus yang dugunakan untuk menghitung tingkat
kesukaran butir tes adalah:
35
Keterangan:
TK = Tingkat kesukaran
B = Jumlah skor yang benar
N = Jumlah siswa
Adapun klasifikasi dari taraf kesukaran dapat dilihat pada tabel
berikut: 2
Tabel 3.3
Klasifikasi Taraf Kesukaran
Rentang Keterangan
0,00
0,01 – 0,39
0,40 – 0,80
0,81 – 0,99
1,00
Sangat sukar
Sukar
Sedang (Baik)
Mudah
Sangat mudah
Berdasarkan hasil perhitungan taraf kesukaran butir soal,
diperoleh 2 butir soal termasuk dalam kriteria sedang dan 7 butir soal
termasuk dalam kriteria sukar. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 12 halaman 118.
d. Daya Pembeda
Pengujian daya pembeda soal digunakan untuk mengetahui
kemampuan soal dalam membedakan antara peserta tes yang
berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah.
Rumus yang digunakan untuk pengujian daya pembeda adalah sebagai
berikut:
Keterangan :
= jumlah skor kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
= jumlah skor kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
2 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia,
2005), Cet. II, h. 134.
36
= jumlah skor maksimum siswa kelompok atas
JB = jumlah skor maksimum siswa kelompok bawah
= daya pembeda
Adapun klasifikasi dari taraf kesukaran dapat dilihat pada tabel
berikut: 3
Tabel 3.4
Klasifikasi daya pembeda
Rentang Keterangan
0,00 – 0,20
0,21 – 0,40
0,41 – 0,70
0,71 – 1,00
Jelek
Cukup
Baik
Sangat Baik
Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda butir soal,
diperoleh 1 butir soal termasuk dalam criteria sangat baik, 6 butir soal
termasuk dalam kriteria baik, dan 2 butir soal termasuk dalam kriteria
cukup. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11
halaman 119.
E. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data, dipakai uji kesamaan dua rata-rata dan uji
analisis statistik. Namun sebelum analisis statisik dilakukan terlebih dahulu
dilakukan uji persyaratan analisis sebagai syarat dapat dilakukannya analisis
data. Uji persyaratan analisis data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Dalam
penelitian ini, pengujian normalitas menggunakan uji Chi-kuadrat (chi
square). Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut4:
3 M. Subana dan Sudrajat, op.cit., h. 135
4 Subana, Op.Cit, hal 149-150
37
1. Menentukan hipotesis
H0 : data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : data sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
2. Menentukan rata-rata
3. Menentukan standar deviasi
4. Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi espektasi
a. Rumus banyak kelas interval (aturan Sturges)
, dengan banyaknya subjek
b. Rentang = skor terbesar – skor terkecil
c. Panjang kelas interval
5. Cari dengan rumus:
6. Cari dengan derajat kebebasan = banyaknya kelas
dan taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikan .
7. Kriteria pengujian:
Jika , maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika , maka H1 diterima dan H0 ditolak
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui kesamaan
antara dua populasi. Uji homogenitas varians yang digunakan adalah uji
Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut5:
1. Hipotesis
H0 :
H1 :
2. Cari dengan rumus:
3. Tetapkan taraf signifikan
5 Ibid, hal .202
38
4. Hitung dengan rumus
5. Tentukan kriterian pengujian H0 , yaitu:
Jika , maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika , maka H0 ditolak dan H1 diterima
Adapun pasangan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang sama.
H1 : Kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang berbeda.
3. Uji Hipotesis
Untuk uji hipotesis, peneliti menggunakan rumus Tes ”t” yang satu
sama lain tidak mempunyai hubungan. Rumus yang digunakan, yaitu:
a. Untuk sampel yang homogen6
21
21
11
nns
XXt
gab
dengan 1
11
n
XX dan
2
22
n
XX
Sedangkan 2
11
21
2
22
2
11
nn
snsnsgab
Keterangan:
t : harga t hitung
1X : nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen
2X : nilai rata-rata hitung data kelompok kontrol
s12
: varians data kelompok eksperimen
s22 : varians data kelompok kontrol
sgab : simpangan baku kedua kelompok
n1 : jumlah siswa pada kelompok eksperimen
n2 : jumlah siswa pada kelompok kontrol
6 Ibid., h. 239.
39
Setelah harga t hitung diperoleh, kita lakukan pengujian kebenaran
kedua hipotesis dengan membandingkan besarnya t hitung (thitung) dan t
tabel (ttabel), dengan terlebih dahulu menetapkan degrees of freedomnya
atau derajat kebebasannya, dengan rumus:
df = (n1 + n2) – 2
Dengan diperolehnya df, maka dapat dicari harga ttabel pada taraf
kepercayaan 95 % atau taraf signifikansi (α) 5%. Kriteria pengujiannya
adalah sebagai berikut: 7
Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
b. Untuk sampel yang tak homogen (heterogen)8
1) Mencari nilai t dengan rumus:
2
2
2
1
2
1
21
n
s
n
s
XXt
2) Menentukan derajat kebebasan dengan rumus:
11 2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
2
2
1
2
1
n
n
s
n
n
s
n
s
n
s
df
3) Mencari ttabel dengan taraf signifikansi (α) 5%.
4) Kriteria pengujian hipotesisnya:
Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika thitung ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima
Sedangkan jika pada uji normalitas diperoleh bahwa kelompok
eksperimen atau kelompok kontrol tidak berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji non
parametrik. Adapun jenis uji non parametrik yang digunakan pada
7 Anas Sudijono,pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),
Cet.XVII, h.316. 8 M. Subana dan Sudrajat, op.cit., h.165-166.
40
penelitian ini adalah Uji Mann-Whitney (Uji “U”) untuk sampel besar
dengan taraf signifikasi =0,05. Rumus Uji Mann-Whitney (Uji “U”)
yang digunakan yaitu:
U = n1n2+2
1)(nn 11
-R1
dimana
U : Statistik Uji Mann Whitney
n1,n2 : Ukuran sampel pada kelompok 1 dan 2
R1 : Jumlah ranking pada sampel dengan ukuran n1 (n terkecil)
Untuk sampel berukuran besar (n > 20), dapat digunakan
pendekatan ke distribusi normal dengan bentuk statistik sebagai berikut:
z =
12
)1(
2
2121
21
nnnn
nnU
z = u
uU
dimana, z : statistik uji z yang berdistribusi normal.
Dan kriteria pengujian
Jika p , maka tolak H0
Jika p > , maka terima H0
Adapun hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen
sama dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas
kontrol.
H1 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen
lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika siswa pada
kelas kontrol.
F. Hipotesis Statistik
Perumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut:
41
H0 :
H1 :
Keterangan :
: Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing.
: Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan di SMK Gita Kirtti 1 Jakarta pada kelas X
yang terdiri dari 2 kelas sebagai sampel. Kelas X administrasi perkantoran
sebagai kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan model
pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing, sedangkan kelas X
pemasaran sebagai kelas kontrol yang diajar dengan model pembelajaran
konvensional. Pokok bahasan matematika yang diajarkan pada penelitian
ini adalah program linear.
Berikut ini disajikan data hasil penelitian berupa hasil perhitungan
tes akhir dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data pada penelitian ini
adalah data yang terkumpul dari tes yang telah diberikan kepada siswa
SMK Gita Kirtti 1 Jakarta selatan.
1. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen
Data tes hasil belajar matematika siswa yang diberikan kepada
kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa, sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Statistika Skor
Jumlah Siswa (N) 30
Maksimum (Xmax) 96
Minimum (Xmin) 40
Mean ( X ) 63,17
Median (Me) 62,50
Modus (Mo) 63,50
Varians (S2
) 205,06
Simpangan Baku (S) 14,32
43
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 30 siswa di kelas
eksperimen mendapatkan nilai rata-rata 63,17, nilai median 62,50,
nilai modus 63,50, varians 205,06, dan nilai simpangan baku 14,32,
perhitungan lengkap lihat lampiran 15 halaman 125. Walaupun selisih
nilai tertinggi pada kelas eksperimen yaitu 96 dan nilai terendah yaitu
40 sangat jauh, tetapi nilai rata-rata kelas eksperimen sudah mencapai
KKM yaitu 60.
Data tes hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas Eksperimen
Nilai
Frekuensi
Absolut
)( if
Kumulatif
)( kf
Relatif Kumulatif
(%)f
40 – 49 6 6 20,00%
50 – 59 6 12 20,00%
60 – 69 10 22 33,33%
70 – 79 4 26 13,33%
80 – 89 2 28 6,67%
90 – 99 2 30 6,67%
Jumlah 30 100%
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat dilihat bahwa dari 30
siswa di kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan model
kooperatif metode bamboo dancing mendapat nilai di atas KKM sebanyak
60% yaitu 18 siswa, artinya sebanyak 18 siswa telah tuntas pada pokok
bahasan program linear. Sedangkan yang mendapat nilai di bawah rata-
44
rata sebanyak 40% yaitu 12 siswa, artinya sebanyak 12 siswa belum tuntas
pada pokok bahasan program linear.
Secara visual penyebaran data hasil belajar siswa di kelas
eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan model kooperatif
metode bamboo dancing dapat dilihat pada histogram dan poligon
frekuensi dibawah ini:
Gambar 4.1
Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas Eksperimen
8
9
10
11
3
4
5
7
39,5 49,5 59,5 69,5 79,5 89,5 99,5
Nilai
Frekuensi
1
2
6
45
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar
matematika di kelas eksperimen menunjukkan bahwa siswa yang
memperoleh nilai di atas nilai diatas KKM lebih banyak dibandingkan
dengan siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM. Meskipun demikian
perbedaan antara siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata dengan
siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata tidak terlalu banyak.
2. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol
Data tes hasil belajar matematika siswa yang diberikan kepada
kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa, maka diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 4.3
Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 30 siswa di kelas kontrol
mendapatkan nilai rata-rata 51,23, nilai median 53,68, nilai modus
55,94, varians 122,41, dan nilai simpangan baku 11,06, perhitungan
lengkap lihat lampiran 16 halaman 130. Dapat terlihat pula selisih nilai
tertinggi kelas kontrol yaitu 67 dengan nilai terendah yaitu 20 sangat
jauh, tetapi nilai rata-rata di kelas tersebut belum mencukupi nilai
KKM yaitu 60.
Statistika Skor
Jumlah Siswa (N) 30
Maksimum (Xmax) 67
Minimum (Xmin) 20
Mean ( X ) 51,23
Median (Me) 53,68
Modus (Mo) 55,94
Varians (S2
) 122,41
Simpangan Baku (S) 11,06
46
Data tes hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas Kontrol
Nilai
Frekuensi
Absolut
)( if
Kumulatif
)( kf
Relatif Kumulatif
(%)f
20 – 27 1 1 3,33%
28 – 35 3 4 10,00%
36 – 43 2 6 6,67%
44 – 51 6 12 20,00%
52 – 59 11 23 36,67%
60 – 67 7 30 23,33%
Jumlah 30 100%
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat dilihat bahwa dari 30
siswa di kelas kontrol yang diajarkan dengan menggunakan model
konvensional mendapat nilai di atas KKM sebanyak 23,33% yaitu 7
siswa, artinya sebanyak 7 siswa telah tuntas pada pokok bahasan
program linear. Sedangkan yang mendapat nilai di bawah rata-rata
sebanyak 76,67% yaitu 23 siswa, artinya sebanyak 23 siswa belum
tuntas pada pokok bahasan program linear
Secara visual penyebaran data hasil belajar siswa di kelas kontrol
dapat dilihat pada histogram dan poligon frekuensi dibawah ini:
47
Gambar 4.2
Grafik Histogram dan Poligon Distribusi frekuensi Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas Kontrol
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar
matematika di kelas kontrol menunjukkan bahwa siswa yang
memperoleh nilai dibawah KKM lebih banyak dibandingkan dengan
siswa yang memperoleh nilai diatas KKM.
Perbedaan hasil belajar matematika antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol, dapat kita lihat pada tabel berikut:
13
12
7
Frekuensi
8
9
11
10
Nilai
2
5
6
19,5 27,5 35,5 43,5 51,5 59,5 67,5
1
3
4
48
Tabel 4.5
Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa
Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistika Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jumlah sampel(N) 30 30
Nilai tertinggi 96 67
Nilai terendah 40 20
Mean( X ) 63,17 51,23
Median(Me) 62,50 53,68
Modus(Mo) 63,50 55,94
Varians(S2) 205,06 122,41
Simpangan baku(S) 14,32 11,06
Data diatas dapat terlihat perbedaan statistika antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Dari 30 siswa kelas eksperimen
diperoleh nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol
yang juga terdiri dari 30 siswa. Begitu pula dengan nilai median (Me)
serta nilai modus (Mo), pada kelas eksperimen diperoleh nilai lebih
tinggi dibandingkan nilai pada kelas kontrol. Dapat terlihat pula,
rentang nilai antara nilai tertinggi dan nilai terendah pada kelas
eksperimen yaitu 56 (96-40) tidak begitu jauh dengan rentang nilai
tertinggi dan nilai terendah pada kelas kontrol yaitu 47 (67-20), tetapi
nilai rata-rata pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai rata-rata pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
belajar matematika siswa pada pokok bahasan program linear pada
kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
metode bamboo dancing lebih tinggi daripada kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran konvensional.
49
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis
Uji kepatutan yang digunakan untuk menganalisis data tes hasil belajar
siswa adalah uji perbedaan dua rata-rata. Uji perbedaan dua rata-rata yang
akan digunakan adalah uji t. Akan tetapi uji t dapat digunakan apabila
memenuhi asumsi atau persyaratan yaitu:
a. Sampel berasal dari data yang berdistribusi normal. Hal ini dapat
diketahui dengan melakukan uji normalitas
b. Varians kedua populasi homogen. Hal ini dapat diketahui dengan
melakukan uji homogentitas.
Berdasarkan persyaratan analisis, maka sebelum dilakukan pengujian
hipotesis perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu terhadap data hasil
penelitian. Uji prasyarat analisis yang perlu dilakukan adalah:
1. Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Matematika Siswa
Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H0: data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1: data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
a. Uji Normalitas Kelas Eksperimen
Uji normalitas yang digunakan adalah uji chi kuadrat. Hasil
pengujian untuk kelas eksperimen diperoleh nilai 2 hitung = 4,66,
perhitungan lengkap lihat lampiran17 halaman 134, sedangkan dari
tabel nilai kritis uji chi kuadrat diperoleh nilai 2 tabel dengan derajat
kebebasan (dk) adalah 3 pada taraf signifikan 05,0 adalah 7,81.
Karena 2 hitung kurang dari 2 tabel (4,66 < 7,81) maka H0 diterima,
artinya data yang terdapat pada kelas eksperimen berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
50
b. Uji Normalitas Kelas Kontrol
Uji normalitas yang digunakan adalah uji chi kuadrat. Hasil
pengujian untuk kelompok kontrol diperoleh nilai 2 hitung = 6,09,
perhitungan selengkapnya lihat lampiran18 halaman 135, sedangkan
dari tabel nilai kritis uji chi kuadrat diperoleh nilai 2 tabel dengan
derajat kebabasan (dk) adalah 3 pada taraf signifikan 05,0 adalah
7,81. Karena 2 hitung kurang dari 2 tabel (6,09 < 7,81) maka H0
diterima, artinya data yang terdapat pada kelas kontrol berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
Karena 2 hitung pada kedua kelas kurang dari 2 tabel maka dapat
disimpulkan bahwa data populasi kedua kelompok berdistribusi normal.
Hasil dari uji normalitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas
Kelas Jumlah
Sampel 2 hitung
2 tabel
05,0
Kesimpulan
Eksperimen 30 4,66 7,81 Populasi
Berdistribusi Normal
Kontrol 30 6,09 7,81 Populasi
Berdistribusi Normal
2. Uji Homogenitas
Setelah kedua kelas sampel pada penelitian ini dinyatakan berasal
dari populasi yang berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan
uji homogenitas varians kedua populasi tersebut dengan menggunakan
uji Fisher. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah
kedua varians populasi homogen. Dari hasil perhitungan diperoleh
nilai Fhitung = 1,68, perhitungan selengkapnya lihat lampiran 19
51
halaman 136 dan Ftabel = 2,10 pada taraf signifikansi 05,0 dengan
derajat kebebasan pembilang 29 dan derajat kebebasan penyebut 29.
Karena Fhitung kurang dari Ftabel (1,68 < 2,10) maka H0 diterima, artinya
dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel memiliki varians
yang sama atau homogen.
Hasil dari uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas
Kelas Jumlah
Sampel
Varians
(s2)
F
Kesimpulan
Hitung Tabel
05,0
Eksperimen 30 205,06
1,68 2,10
Kedua sampel
mempunyai
varians yang
sama
Kontrol 30 122,41
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Setelah dilakukan uji persyaratan analisis, selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata tes hasil
belajar kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif metode bamboo dancing lebih tinggi secara signifikan
dibandingkan dengan rata-rata tes hasil belajar kelompok kontrol yang
menggunakan model pembelajaran konvensional.
1. Pengujian Hipotesis
Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H0 : 21
H1 : 21
Keterangan:
1μ : rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen
2μ : rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas kontrol
52
Berdasarkan perhitungan uji prasyarat analisis yang menunjukkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal dan homogen, maka selanjutnya
data dianalisis untuk pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan
untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dalam pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing
terhadap hasil belajar matematika.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t,
dengan menggunakan data yang diperoleh, yaitu hasil tes belajar
matematika siswa pada kelompok eksperimen sebesar 63,17 dengan
varians 205,06 dan pada kelas kontrol sebesar 51,23 dengan varians
122,41.
Setelah itu dilakukan perhitungan dengan menggunakan uji-t, maka
diperoleh thitung = 3,61, perhitungan selengkapnya lihat lampiran 20
halaman 137. Dengan menggunakan tabel distribusi t pada taraf
signifikan 5%, derajat kebebasan (dk = 58) diperoleh ttabel = 2,00. Dengan
menbandingkan nilai thitung dan ttabel diperoleh thitung > ttabel, ini berarti H0
ditolak dan H1 diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-
rata hasil tes belajar matematika siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil tes belajar matematika
siswa yang diajarkan dengan menggunakan model konvensional. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji-t
dk t hitung t tabel Kesimpulan
58 3,61 2,00 Tolak H0
Dari tabel diatas terlihat bahwa t hitung lebih dari atau sama t tabel
(3,61 2,00) maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.
53
ttabel=2,00 thitung=3,61
Gambar 4.3
Kurva Uji Perbedaan Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan gambar di atas, dapat terlihat bahwa nilai thitung lebih
besar dari ttabel, artinya bahwa thitung jatuh pada daerah penolakan H0
(daerah kritis). Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara
hasil belajar matematika siswa yang diberi model pembelajaran
kooperatif metode bamboo dancing dengan siswa yang diberi model
pembelajaran konvensional.
2. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini yang dilaksanakan di SMK Gita Kirtti Jakarta pada
kelas X, yaitu X administrasi perkantoran sebagai kelas eksperimen dan
X pemasaran sebagai kelas kontrol. Selama penelitian ini berlangsung,
peneliti mengunakan 2 kelas sebagai sampel. Pada kelas eksperimen
dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif metode
bamboo dancing sedangkan pada kelas kontrol dilakukan dengan
menerapkan model pembelajaran konvensional.
Penelitian yang dilakukan pada kelas eksperimen menerapkan
model pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing. Pada
pembelajaran tersebut, kegiatan pembelajaran lebih berpusat pada siswa,
yaitu siswa lebih diikutsertakan dalam proses pembelajaran, karena
54
proses pembelajaran dilakukan dengan cara berdiskusi kelompok.
Dengan pembelajaran secara berkelompok lebih memudahkan siswa
dalam proses pembelajaran, siswapun dituntut untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa dapat bertukar pikiran dengan anggota
kelompoknya jika ada materi yang kurang dimengerti tanpa rasa takut
dan malu, sehingga siswa lebih percaya diri pada saat menyelesaikan
soal-soal yang diberikan. Selain keaktifan, siswa juga dilatih
keberanianya dalam mempresentasikan jawaban yang dikerjakan. Dalam
pembelajaran ini, guru selain jadi fasilitator juga membimbing siswa jika
ada kesulitan yang tidak bisa diselesaikan oleh kelompok dan
mengklarifikasi jika ada kesalahan siswa dalam mempresentasikan
jawaban mereka. Hal ini dapat terlihat pada gambar berikut:
Gambar 4.4
Kegiatan Siswa Sedang Berdiskusi
55
Gambar 4.5
Kegiatan Siswa dalam Jawaban
Penelitian yang dilakukan pada kelas kontrol menerapkan model
pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran tersebut, seperti yang
biasa diterapkan sebelumnya, yaitu kegiatan pembelajaran cenderung
berpusat pada guru, yaitu guru memberikan materi dengan metode
ceramah kemudian siswa memindahkan kebuku catatan dilanjutkan
dengan pemberian tugas kepada siswa, akibatnya pembelajaran menjadi
kurang efektif. Siswa hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru
sehingga kurang terjadi interaksi antara siswa dan guru. Hanya siswa
tertentu saja yang melakukan interaksi tanya jawab dengan guru,
sedangkan siswa lain pasif dalam mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan uji t dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa pada kelompok
eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing lebih tinggi dari hasil
56
belajar matematika siswa pada kelompok kontrol yang dalam
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional.
Perbedaan rata-rata hasil belajar matematika antara kedua kelas
tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggumakan model
kooperatif metode bamboo dancing lebih baik daripada pembelajaran
konvensional. Hal tersebut didukung oleh hasil pengamatan selama
berlangsungnya pembelajaran. Dalam pembelajaran menggunakan model
kooperatif metode bamboo dancing siswa lebih semangat dalam
mengerjakan soal-soal yang diberikan.
D. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya
telah dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Kendati demikian,
masih ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan sehingga membuat
penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, diantaranya:
a. Penelitian ini hanya diteliti pada pokok bahasan program linear, sehingga
belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain.
b. Kemampuan materi prasyarat seperti menyelesaikan sistem persamaan dan
pertidaksamaan linear masih rendah sehingga menghambat proses
pembelajaran.
c. Alokasi waktu yang kurang sehingga diperlukan persiapan dan pengaturan
kelas yang baik agar proses pembelajaran dapat dilakukan secara
maksimal.
d. Terbatasnya instrumen penelitian hanya pada hasil tes sedangkan dalam
proses pembelajaran tidak diikutsertakan.
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen yang diajarkan
dengan model pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing sudah
tergolong baik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas
eksperimen yaitu 63,17 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol
yaitu 51,23. Selain dari nilai rata-rata yang lebih tinggi, siswa yang
memperoleh nilai diatas KKM pada kelas eksperimen lebih banyak dari
pada siswa pada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen siswa yang
mendapat nilai diatas KKM ada 18 siswa, lebih banyak dari pada kelas
kontrol yang hanya 7 siswa.
2. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t, diperoleh nilai thitung
sebesar 3,61 dan ttabel sebesar 2,00. Terlihat bahwa thitung lebih tinggi
dibandingkan dengan ttabel, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata
hasil tes belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif metode bamboo dancing lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Ini
berarti bahwa penggunakaan model pembelajaran kooperatif metode
bamboo dancing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil
belajar matematika siswa.
B. Saran
Terdapat beberapa saran peneliti terkait hasil penelitian pada skripsi
ini, diantaranya adalah bagi:
58
1. Guru
Penelitian ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatf
metode bamboo dancing berpengaruh positif terhadap hasil belajar
matematika siswa SMK, sehingga penerapan model pembelajaran kooperatf
metode bamboo dancing ini bisa menjadi alternatif pendekatan pembelajaran
yang dapat diterapkan guru matematika di kelas dalam upaya
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
2. Sekolah
Pihak sekolah mampu memberikan masukkan dan dukungan bagi guru
matematika di sekolah yang masih menggunakan model pembelajaran
konvensional untuk dapat menerapkan berbagai model pembelajaran lain,
seperti penerapan model pembelajaran kooperatf metode bamboo dancing
sebagai upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa
3. Mahasiswa Matematika
Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya bagi mahasiswa matematika
lain adalah meneliti secara lebih spesifik tentang “Bagaimana pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatf metode bamboo dancing terhadap
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa”
59
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2003
Anitah, Sri. Janet Trineke Manoy, Susanah, Strategi Pembelajaran Matematika,
Jakarta:Universitas Terbuka, 2008
Arikonto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara,
1993
_______, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Bumi Aksara, 2006
Darwati. Yuli, Adative Help Seeking Panduan Bagi Guru Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Matematika, Yogyakarta : Logung Printika, 2009
E, Robert Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset Dan Praktik, Bandung :
Nusa Media, 2010
Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, Bandung:
Alfabeta, 2010
Kurniati, Lia, Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving) dalam upaya
mengatasi kesulitan-kesulitan Siswa pada soal cerita, Jakarta: PIC UIN
Jakarta, 2007
Lie, Anita, Cooperatif Learning, Jakarta: PT Grasindo, 2004
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana Prenanda Media Group, 2010
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya., Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2003
Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia,
2005
60
Sudijono, Anas , Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007
Sudjana, Nana , Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008
Suprijono, Agus, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009
Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Surabaya: Media Buana Pustaka,
2009
Suyono, Soemoenar. Makmuri, Penerapan Matematika Sekolah, Jakarta:
Universitas Terbuka, 2007
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005
Tim Matematika SMK, Matematika untuk SMK kelas , Jakarta: PT Galaxy Puspa
Mega, 2001
Trianto, Mendesain model pembelajaran inovatif progresif, konsep, landasan,
dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP).Jakarta: Kencana prenada media group, 2009
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral
Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, 2003
V.S, Ina Mullis dkk, TIMSS 2007 International Mathematics Report, dari
http://timss.bc.edu/TIMSS2007/techreport.html.
W, John Santrock, Psikologi Pendidikan, terjemahan dari Educational Psycology
oleh Tri Wobowo B. S, Jakarta: Kencana, 2008
Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional, Jakarta :Bumi Aksara,2009
61
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN
Nama Sekolah : SMK Gita Kirtti 1 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : X / Genap
Tahun Ajar : 2010 - 2011
Alokasi Waktu : 16 x 40 menit
Model Pembelajaran : Pembelajaran Kooperatif
Metode Pembelajaran : Tarian Bambu (Bamboo Dancing)
A. Standar Kompetensi:
Menyelesaikan masalah program linear
B. Kompetensi Dasar:
1. Membuat grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear
2. Menentukan model matematika dari soal ceritera (kalimat verbal)
3. Menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linear
4. Menerapkan garis selidik
C. Indikator:
1. Menggambarkan grafik sistem pertidaksamaan linear.
2. Menentukan daerah penyelesaian sistem pertidaksamaan linear.
3. Menentukan pertidaksamaan linear jika diketahui daerah penyelesaiannya.
4. Membuat model matematika dari soal cerita.
5. Menentukan masalah yang merupakan program linear.
6. Menentukan fungsi obyektif dan kendala dari program linear.
7. Menggambar daerah penyelesaian dari program linear.
8. Menentukan nilai optimum dari fungsi obyektif menggunakan uji titik
sudut serta menafsirkannya.
9. Menggambar garis selidik dari fungsi obyektif.
62
10. Menentukan nilai optimum dengan menggunakan garis selidik serta
menafsirkannya.
Hari Pertama
Alokasi waktu : 2 x 40menit
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat:
Menggambar grafik sistem pertidaksamaan linear dari masalah-
masalah yang diberikan
Menentukan daerah penyelesaian dari suatu sistem pertidaksamaan
linear dengan cara grafik
Menentukan sistem pertidaksamaan linear jika diketahui daerah
penyelesaiannya
B. Materi Ajar :
Grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua variabel
C. Kegiatan Pembelajaran :
1. Pendahuluan
Apersepsi :
Dengan tanya jawab, guru mengingatkan siswa tentang
masalah yang berkaitan dengan pertidaksamaan linear satu
variabel
Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Motivasi :
Apabila materi ini dikuasai dengan baik, maka akan membantu
siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari mengenai program linear
2. Kegiatan Inti
Guru memberikan gambaran umum tentang materi grafik
himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua variabel
63
Guru membagi kelas kedalam 2 kelompok besar dan berdiri
berjajar saling berhadapan
Guru membagikan LKS dan memberikan kesempatam masing-
masing kelompok untuk berdiskusi menemukan jawaban
Setelah berdiskusi setiap orang yang berdiri berjajar dalam
kelompok besar bergeser mengikuti arah jarum jam
Setelah mendapat pasangan baru siswa diberikan kesempatan
untuk berdiskusi kembali. Demikian seterusnya, diskusi berhenti
ketika siswa kembali pada pasangan awal
Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan
jawabannya didepan kelas
Guru mengklarifikasi jika ada jawabanya siswa yang salah
3. Penutup
Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang
sudah berlangsung. Guru membimbing siswa merangkum hasil
pembelajaran, selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan
untuk dikerjakan dirumah.
Guru menugaskan siswa untuk membaca materi pada pertemuan
berikutnya
D. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat :
Lembar Kerja Siswa (LKS)
2. Sumber :
Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk
SMK/MAK kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi
Perkantoran, dan Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.
Husein Tampomas, 2007, Seribu Pena Matematika Jilid 3 untuk
SMA/MA Kelas XII, Jakarta: Erlangga
E. Penilaian
1. Teknik Instrumen : Tertulis
64
2. Bentuk Instrumen : Uraian
3. LKS
4. Instrumen/soal :
1. Tentukan daerah himpunan penyelesaian dari sistem
pertidaksamaan
a.
b.
c. 3x + 4y ≤ 12, 4x + y ≤ 8, x ≥ 0, dan y ≥ 0
2. Tentukan sistem pertidaksamaan linear dari gambar berikut
Hari Kedua
Alokasi waktu : 2 x 40menit
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat:
Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan program linear
Menentukan model matematika dari persoalan kehidupan sehari-hari
B. Materi Ajar :
Model Matematika
C. Kegiatan Pembelajaran :
1. Pendahuluan
Apersepsi :
Dengan tanya jawab, guru mengingatkan siswa tentang
masalah yang berkaitan dengan sistem pertidaksamaan linear
dua variabel dan membahas PR yang dianggap sulit
Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Motivasi :
65
Guru memberikan motivasi pada siswa dengan memberikan
penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi ini
2. Kegiatan Inti
Guru memberikan gambaran/penjelasan tentang masalah yang
berhubungan dengan model matematika
Guru membagi kelas kedalam 2 kelompok besar dan berdiri
berjajar saling berhadapan
Guru membagikan LKS dan memberikan kesempatam masing-
masing kelompok untuk berdiskusi menemukan jawaban
Setelah berdiskusi setiap orang yang berdiri berjajar dalam
kelompok besar bergeser mengikuti arah jarum jam
Setelah mendapat pasangan baru siswa diberikan kesempatan
untuk berdiskusi kembali. Demikian seterusnya, diskusi berhenti
ketika siswa kembali pada pasangan awal
Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan
jawabannya didepan kelas
Guru mengklarifikasi jika ada jawaban siswa yang salah
3. Penutup
Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang
sudah berlangsung. Kemudian bersama-sama membuat kesimpulan
dari materi yang telah dipelajari. Selanjutnya guru memberikan
beberapa soal latihan untuk dikerjakan dirumah.
Guru menugaskan siswa untuk membaca materi pada pertemuan
berikutnya
D. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat : Lembar Kerja Siswa (LKS)
2. Sumber :
Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk
SMK/MAK kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi
Perkantoran, dan Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.
66
Husein Tampomas, 2007, Seribu Pena Matematika Jilid 3 untuk
SMA/MA Kelas XII, Jakarta: Erlangga
E. Penilaian
1. Teknik Instrumen : Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Uraian
3. LKS
4. Instrumen/soal
Buatlah model matematika dari permasalahan di bawah ini!
1. Jumlah uang Ima dan Diah kurang dari Rp250.000,00. Uang Diah
lebih dari uang Yuni ditambah Rp70.000,00, sedangkan uang Yuni
kurang dari Rp50.000,00 dikurangi uang Ima.
2. Sebuah agen sepeda ingin membeli tidak lebih dari 25 sepeda
untuk persediaan. Ia ingin membeli sepeda dengan harga
Rp400.000,00 per buah. Ia merencanakan tidak akan mengeluarkan
uang lebih dari Rp8.400.000,00.
Hari Ketiga
Alokasi waktu : 2 x 40menit
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat:
Membuat model matematika dari masalah program linear
Menentukan fungsi obyektif dan kendala dari masalah program linear
B. Materi Ajar :
Fungsi obyektif dan kendala
C. Kegiatan Pembelajaran :
1. Pendahuluan
Apersepsi :
Guru mengingatkan siswa tentang masalah yang berkaitan
dengan model matematika dan membahas PR yang dianggap
sulit
67
Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Motivasi :
Guru memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik
mempelajari materi model matematika dengan mengatakan jika
materi mengenai model matematika dapat dikuasai dengan baik
maka akan mempermudah siswa untuk menyelesaikan masalah
sehari-hari yang berhubungan dengan model matematika
2. Kegiatan Inti
Guru memberikan gambaran/penjelasan tentang masalah yang
berhubungan dengan fungsi objektif dan kendala
Guru membagi kelas kedalam 2 kelompok besar dan berdiri
berjajar saling berhadapan
Guru membagikan LKS dan memberikan kesempatam masing-
masing kelompok untuk berdiskusi menemukan jawaban
Setelah berdiskusi setiap orang yang berdiri berjajar dalam
kelompok besar bergeser mengikuti arah jarum jam
Setelah mendapat pasangan baru siswa diberikan kesempatan
untuk berdiskusi kembali. Demikian seterusnya, diskusi berhenti
ketika siswa kembali pada pasangan awal
Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan
jawabannya didepan kelas
Guru mengklarifikasi jika ada jawabanya siswa yang salah
3. Penutup
Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang
sudah berlangsung. Kemudian bersama-sama membuat rangkuman
tentang materi yang telah dipelajari. Selanjutnya guru memberikan
beberapa soal latihan untuk dikerjakan dirumah.
Guru menugaskan siswa untuk membaca materi pada pertemuan
berikutnya
68
D. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat : Lembar Kerja Siswa (LKS)
2. Sumber :
Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk
SMK/MAK kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi
Perkantoran, dan Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.
Husein Tampomas, 2007, Seribu Pena Matematika Jilid 3 untuk
SMA/MA Kelas XII, Jakarta: Erlangga
E. Penilaian
1. Teknik Instrumen : Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Uraian
3. LKS
4. Instrumen/soal
1. Seorang petani memerlukan paling sedikit 16 unit zat kimia A dan
14 unit zat kimia B untuk kebun sayurnya. Kedua zat kimia itu
dapat ia peroleh dari pupuk cair dan pupuk kering. Satu botol
pupuk cair yang harganya Rp20.000,00 mengandung 5 unit zat
kimia A dan 3 unti zat kimia B. Sedangkan satu kantong pupuk
kering yang harganya Rp16.000,00 mengandung 3 unit zat kimia A
dan 4 unit zat kimia B.
Misalkan banyaknya botol pupuk cair adalah x buah dan banyaknya
kantong pupuk kering adalah y buah, sedangkan pengeluaran petani
adalah f. Buatlah model matematika dari masalah itu, jika
pengeluaran petani untuk membeli kedua pupuk itu semurah-
murahnya.
Hari Keempat
Alokasi waktu : 2 x 40menit
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat:
Menggambar daerah penyelesaian dari masalah program linear
69
B. Materi Ajar :
Fungsi obyektif dan nilai optimum
C. Kegiatan Pembelajaran :
1. Pendahuluan
Apersepsi :
Guru mengingatkan siswa tentang masalah yang berkaitan dengan
fungsi objektif dan kendala dan membahas PR yang dianggap sulit
Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
2. Kegiatan Inti
Guru memberikan gambaran/penjelasan tentang masalah yang
berhubungan dengan daerah penyelesaian fungsi objektif dan
kendala
Guru membagi kelas kedalam 2 kelompok besar dan berdiri
berjajar saling berhadapan
Guru membagikan LKS dan memberikan kesempatam masing-
masing kelompok untuk berdiskusi menemukan jawaban
Setelah berdiskusi setiap orang yang berdiri berjajar dalam
kelompok besar bergeser mengikuti arah jarum jam
Setelah mendapat pasangan baru siswa diberikan kesempatan
untuk berdiskusi kembali. Demikian seterusnya, diskusi berhenti
ketika siswa kembali pada pasangan awal
Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan
jawabannya didepan kelas
Guru mengklarifikasi jika ada jawabanya siswa yang salah
3. Penutup
Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang
sudah berlangsung. Kemudian bersama-sama menbuat rangkuman
tentang materi yang telah dipelajari. Selanjutnya guru memberikan
beberapa soal latihan untuk dikerjakan dirumah.
70
Guru menugaskan siswa untuk membaca materi pada pertemuan
berikutnya
D. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat : Lembar Kerja Siswa (LKS)
2. Sumber :
Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk
SMK/MAK kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi
Perkantoran, dan Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.
Husein Tampomas, 2007, Seribu Pena Matematika Jilid 3 untuk
SMA/MA Kelas XII, Jakarta: Erlangga
E. Penilaian
1. Teknik Instrumen : Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Uraian
3. LKS
4. Instrumen/soal
Buatlah model matematika dari masalah program linear di bawah ini,
kemudian tentukan daerah penyelesaiannya
1. Seorang petani ingin memupuk tanaman jagung dan kedelai
masing-masing dengan 300 gram Urea dan 150 gram Za untuk
jagung, sedangkan untuk kedelai 600 gr urea dan 125 gr Za. Petani
tersebut memiliki hanya 18 kg Urea dan 6 kg Za.
2. Pengusaha kue bolu membuat dua jenis adonan kue bolu, yaitu kue
bolu A dan kue bolu B. Kue bolu A memerlukan 300 gram terigu
dan 40 gram mentega. Kue bolu B memerlukan 200 gram terigu
dan 60 gram mentega. Jika tersedia 12 kilogram terigu dan 3
kilogram mentega
71
Hari Kelima
Alokasi waktu : 2 x 40menit
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat:
Menentukan nilai optimum dari fungsi obyektif suatu masalah program
linear dengan menyelidiki titik sudut dengan dan menafsirkannya
B. Materi Ajar :
Metode titik sudut
C. Kegiatan Pembelajaran :
1. Pendahuluan
Apersepsi :
Guru mengingatkan siswa tentang masalah yang berkaitan
dengan daerah penyelesaian dari masalah program linear dan
membahas PR yang dianggap sulit
Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Motivasi :
Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan memberikan
penjelasan tentang arti penting mempelajari materi ini
2. Kegiatan inti
Guru memberikan gambaran/penjelasan tentang masalah yang
berhubungan dengan nilai optimum
Guru membagi kelas kedalam 2 kelompok besar dan berdiri
berjajar saling berhadapan
Guru membagikan LKS dan memberikan kesempatam masing-
masing kelompok untuk berdiskusi menemukan jawaban
Setelah berdiskusi setiap orang yang berdiri berjajar dalam
kelompok besar bergeser mengikuti arah jarum jam
Setelah mendapat pasangan baru siswa diberikan kesempatan
untuk berdiskusi kembali. Demikian seterusnya, diskusi berhenti
ketika siswa kembali pada pasangan awal
72
Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan
jawabannya didepan kelas
Guru mengklarifikasi jika ada jawabanya siswa yang salah
3. Penutup
Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang
sudah berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran,
selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan untuk
dikerjakan dirumah.
Guru menugaskan siswa untuk membaca materi pada pertemuan
berikutnya
D. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat : Lembar Kerja Siswa (LKS)
2. Sumber :
Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk
SMK/MAK kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi
Perkantoran, dan Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.
Husein Tampomas, 2007, Seribu Pena Matematika Jilid 3 untuk
SMA/MA Kelas XII, Jakarta: Erlangga
E. Penilaian
1. Teknik Instrumen : Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Uraian
3. LKS
4. Instrumen/soal
1. Suatu pabrik berkeinginan memproduksi dua jenis barang, barang
A dan barang B. barang A memberikan keuntungan Rp
10.000/buah, dan barang B memberikan keuntungan Rp
12.000/buah. Untuk memproduksi kedua barang tsb dibutuhkan 3
buah mesin, yaitu mesin I, mesin II, dan mesin III. Waktu yang
diperlukan untuk memproduksi tiap barang dengan ketiga mesin
tersebut dan waktu yang tersedia untuk tiap mesin selama
triwulan diperlihatkan dalam tabel berikut.
73
Mesin I (jam) Mesin II
(jam)
Mesin III (jam)
Barang A 2 3 1
Barang B 3 2 1
Waktu yang tersedia 1500 1500 600
Buatlah model matematika dari masalah diatas, kemudian
hitunglah keuntungan maksimum dari pabrik tersebut dengan
menggunakan uji titik sudut?
Hari Keenam
Alokasi waktu : 2 x 40menit
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat:
Menjelaskan garis selidik dan menggambarkan garis selidik dari fungsi
obyektif
B. Materi Ajar :
Garis Selidik
C. Kegiatan Pembelajaran :
1. Pendahuluan
Apersepsi :
Guru mengingatkan siswa tentang masalah yang berkaitan
dengan metode uji titik sudut dan membahas PR yang
dianggap sulit
Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Motivasi :
Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan memberikan
penjelasan tentang arti penting mempelajari materi ini
2. Kegiatan Inti
74
Guru memberikan gambaran/penjelasan tentang masalah yang
berhubungan dengan garis selidik
Guru membagi kelas kedalam 2 kelompok besar dan berdiri
berjajar saling berhadapan
Guru membagikan LKS dan memberikan kesempatam masing-
masing kelompok untuk berdiskusi menemukan jawaban
Setelah berdiskusi setiap orang yang berdiri berjajar dalam
kelompok besar bergeser mengikuti arah jarum jam
Setelah mendapat pasangan baru siswa diberikan kesempatan
untuk berdiskusi kembali. Demikian seterusnya, diskusi berhenti
ketika siswa kembali pada pasangan awal
Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan
jawabannya didepan kelas
Guru mengklarifikasi jika ada jawabanya siswa yang salah
3. Penutup
Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang
sudah berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran,
selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan untuk
dikerjakan dirumah.
Guru menugaskan siswa untuk membaca materi pada pertemuan
berikutnya
D. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat : Lembar Kerja Siswa (LKS)
2. Sumber :
Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk
SMK/MAK kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi
Perkantoran, dan Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.
Husein Tampomas, 2007, Seribu Pena Matematika Jilid 3 untuk
SMA/MA Kelas XII, Jakarta: Erlangga
E. Penilaian
75
1. Teknik Instrumen : Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Uraian
3. LKS
4. Instrumen/soal
Carilah nilai maksimum dan minimum dari fungsi tujuan dengan
syarat batas yang telah diberikan berikut ini dengan menggunakan
garis selidik.
1. Fungsi tujuan dengan syarat batas
2. Fungsi tujuan dengan syarat batas
Hari Ketujuh
Alokasi waktu : 2 x 40menit
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat:
Menentukan nilai optimum menggunakan garis selidik dan
menafsirkannya
B. Materi Ajar :
Garis Selidik
C. Kegiatan Pembelajaran :
1. Pendahuluan
Apersepsi :
Guru mengingatkan siswa tentang masalah yang berkaitan dengan
garis selidik dan membahas PR yang dianggap sulit
Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
2. Kegiatan Inti
Guru memberikan gambaran/penjelasan tentang masalah yang
berhubungan dengan garis selidik
76
Guru membagi kelas kedalam 2 kelompok besar dan berdiri
berjajar saling berhadapan
Guru membagikan LKS dan memberikan kesempatam masing-
masing kelompok untuk berdiskusi menemukan jawaban
Setelah berdiskusi setiap orang yang berdiri berjajar dalam
kelompok besar bergeser mengikuti arah jarum jam
Setelah mendapat pasangan baru siswa diberikan kesempatan
untuk berdiskusi kembali. Demikian seterusnya, diskusi berhenti
ketika siswa kembali pada pasangan awal
Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan
jawabannya didepan kelas
Guru mengklarifikasi jika ada jawabanya siswa yang salah
3. Penutup
Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang
sudah berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran,
selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan untuk
dikerjakan dirumah.
D. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat : Lembar Kerja Siswa (LKS)
2. Sumber :
Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk
SMK/MAK kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi
Perkantoran, dan Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.
Husein Tampomas, 2007, Seribu Pena Matematika Jilid 3 untuk
SMA/MA Kelas XII, Jakarta: Erlangga
E. Penilaian
1. Teknik Instrumen : Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Uraian
3. LKS
4. Instrumen/soal
77
1. Sebuah perusahaan mempunyai dua tempat pertambangan.
Pertambangan I menghasilkan 1 ton bijih kadar tinggi, 3 ton bijih
kadar menengah, dan 5 ton bijih kadar rendah setiap hari,
sedangkan pertambangan II menghasilkan 2 ton bijih kadar tinggi,
2 ton kadar menengah, dan 2 ton bijih kadar rendah setiap hari.
Perusahaan memerlukan 80 ton bijih kadar tinggi, 160 ton kadar
menengah, dan 200 ton bijih kadar rendah. Jika biaya
pengoperasian setiap pertambangan per hari sama dengan
Rp2.000.000,00, berapa lama masing-masing pertambangan harus
dioperasikan agar biaya pengoperasiannya minimum?
78
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS KONTROL
Nama Sekolah : SMK Gita Kirtti 1 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : X / Genap
Tahun Ajar : 2010 - 2011
Alokasi Waktu : 16 x 40 menit
Model Pembelajaran : Pembelajaran Konvensional
Metode Pembelajaran : Ekspositori
A. Standar Kompetensi:
Menyelesaikan masalah program linear
B. Kompetensi Dasar:
1. Membuat grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear
2. Menentukan model matematika dari soal ceritera (kalimat verbal)
3. Menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linear
4. Menerapkan garis selidik
C. Indikator:
1. Menggambarkan grafik pertidaksamaan linear.
2. Menentukan daerah penyelesaian sistem pertidaksamaan linear.
3. Membuat model matematika dari soal cerita.
4. Menentukan masalah yang merupakan program linear.
5. Menentukan fungsi obyektif dan kendala dari program linear.
6. Menggambar daerah penyelesaian dari program linear.
7. Menentukan nilai optimum dari fungsi obyektif menggunakan uji titik
sudut serta menafsirkannya.
8. Menggambar garis selidik dari fungsi obyektif.
9. Menentukan nilai optimum dengan menggunakan garis selidik serta
menafsirkannya.
79
Hari Pertama
Alokasi waktu : 2 x 40menit
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat:
Menggambar grafik sistem pertidaksamaan linear dari masalah-
masalah yang diberikan
Menentukan daerah penyelesaian dari suatu sistem pertidaksamaan
linear dengan cara grafik
Menentukan sistem pertidaksamaan linear jika diketahui daerah
penyelesaiannya
B. Materi Ajar :
Grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua variabel
C. Kegiatan Pembelajaran :
1. Pendahuluan
Apersepsi :
Dengan tanya jawab, guru mengingatkan siswa tentang
masalah yang berkaitan dengan pertidaksamaan linear satu
variabel
Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Motivasi :
Apabila materi ini dikuasai dengan baik, maka akan membantu
siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari mengenai program linear
2. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan tentang materi grafik himpunan penyelesaian
sistem pertidaksamaan linear dua variabel dan cara menentukan
daerah penyelesaian dari suatu pertidaksamaan linear
Guru memberikan contoh soal dan pembahasannya tentang grafik
pertidaksamaan linear serta menentukan daerah penyelesaiannya
80
Guru membagikan LKS dan memberikan kesempatan pada
masing-masing siswa untuk menyelesaikannya
Guru membahas soal-soal LKS yang dianggap sulit oleh siswa
3. Penutup
Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang
sudah berlangsung. Guru membimbing siswa merangkum hasil
pembelajaran, selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan
untuk dikerjakan dirumah.
Guru menugaskan siswa untuk membaca materi pada pertemuan
berikutnya
D. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat :
Lembar Kerja Siswa (LKS)
2. Sumber :
Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk
SMK/MAK kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi
Perkantoran, dan Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.
Husein Tampomas, 2007, Seribu Pena Matematika Jilid 3 untuk
SMA/MA Kelas XII, Jakarta: Erlangga
E. Penilaian
1. Teknik Instrumen : Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Uraian
3. LKS
4. Instrumen/soal :
1. Tentukan daerah himpunan penyelesaian dari sistem
pertidaksamaan
a.
b.
81
c.
, dan
2. Tentukan sistem pertidaksamaan linear dari gambar berikut
Hari Kedua
Alokasi waktu : 2 x 40menit
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat:
Menyelesaikan pengertian program linear
Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan program linear
Menentukan model matematika dari persoalan kehidupan sehari-hari
B. Materi Ajar :
Model Matematika
C. Kegiatan Pembelajaran :
1. Pendahuluan
Apersepsi :
Dengan tanya jawab, guru mengingatkan siswa tentang
masalah yang berkaitan dengan pertidaksamaan linear dua
variabel dan membahas PR yang dianggap sulit
Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Motivasi :
Guru memberikan motivasi pada siswa dengan memberikan
penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi ini
82
2. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan tentang program linear yang berhubungan
dengan model matematika dalam kehidupan sehari-hari
Guru memberikan contoh soal dan pembahasannya tentang grafik
pertidaksamaan linear serta menentukan daerah penyelesaiannya
Guru membagikan LKS dan memberikan kesempatan pada
masing-masing siswa untuk menyelesaikannya
Guru membahas soal-soal LKS yang dianggap sulit oleh siswa
3. Penutup
Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang
sudah berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran,
selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan untuk
dikerjakan dirumah.
Guru menugaskan siswa untuk membaca materi pada pertemuan
berikutnya
D. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat : Lembar Kerja Siswa (LKS)
2. Sumber :
Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk
SMK/MAK kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi
Perkantoran, dan Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.
Husein Tampomas, 2007, Seribu Pena Matematika Jilid 3 untuk
SMA/MA Kelas XII, Jakarta: Erlangga
E. Penilaian
1. Teknik Instrumen : Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Uraian
3. LKS
4. Instrumen/soal
Buatlah model matematika dari permasalahan di bawah ini!
83
1. Jumlah uang Ima dan Diah kurang dari Rp250.000,00. Uang Diah
lebih dari uang Yuni ditambah Rp70.000,00, sedangkan uang Yuni
kurang dari Rp50.000,00 dikurangi uang Ima.
2. Sebuah agen sepeda ingin membeli tidak lebih dari 25 sepeda
untuk persediaan. Ia ingin membeli sepeda dengan harga
Rp400.000,00 per buah. Ia merencanakan tidak akan mengeluarkan
uang lebih dari Rp8.400.000,00.
Hari Ketiga
Alokasi waktu : 2 x 40menit
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat:
Membuat model matematika dari masalah program linear
Menentukan fungsi obyektif dan kendala dari masalah program linear
B. Materi Ajar :
Fungsi obyektif dan kendala
C. Kegiatan Pembelajaran :
1. Pendahuluan
Apersepsi :
Guru mengingatkan siswa tentang masalah yang berkaitan
dengan model matematika dan membahas PR yang dianggap
sulit
Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Motivasi :
Guru memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik
mempelajari materi model matematika dengan mengatakan jika
materi mengenai model matematika dapat dikuasai dengan baik
maka akan mempermudah siswa untuk menyelesaikan masalah
sehari-hari yang berhubungan dengan model matematika
84
2. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan tentang masalah yang berhubungan dengan
fungsi objektif dan kendala
Guru memberikan contoh soal dan pembahasannya tentang grafik
pertidaksamaan linear serta menentukan daerah penyelesaiannya
Guru membagikan LKS dan memberikan kesempatan pada
masing-masing siswa untuk menyelesaikannya
Guru membahas soal-soal LKS yang dianggap sulit oleh siswa
3. Penutup
Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang
sudah berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran,
selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan untuk
dikerjakan dirumah.
Guru menugaskan siswa untuk membaca materi pada pertemuan
berikutnya
D. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat : Lembar Kerja Siswa (LKS)
2. Sumber :
Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk
SMK/MAK kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi
Perkantoran, dan Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.
Husein Tampomas, 2007, Seribu Pena Matematika Jilid 3 untuk
SMA/MA Kelas XII, Jakarta: Erlangga
E. Penilaian
1. Teknik Instrumen : Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Uraian
3. LKS
4. Instrumen/soal
1. Seorang petani memerlukan paling sedikit 16 unit zat kimia A dan
14 unit zat kimia B untuk kebun sayurnya. Kedua zat kimia itu
85
dapat ia peroleh dari pupuk cair dan pupuk kering. Satu botol
pupuk cair yang harganya Rp20.000,00 mengandung 5 unit zat
kimia A dan 3 unti zat kimia B. Sedangkan satu kantong pupuk
kering yang harganya Rp16.000,00 mengandung 3 unit zat kimia A
dan 4 unit zat kimia B.
Misalkan banyaknya botol pupuk cair adalah x buah dan banyaknya
kantong pupuk kering adalah y buah, sedangkan pengeluaran petani
adalah f. Buatlah model matematika dari masalah itu, jika
pengeluaran petani untuk membeli kedua pupuk itu semurah-
murahnya.
Hari keempat
Alokasi waktu : 2 x 40menit
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat:
Menggambar daerah penyelesaian dari masalah program linear
B. Materi Ajar :
Fungsi obyektif dan kendala
C. Kegiatan Pembelajaran :
1. Pendahuluan
Apersepsi :
Guru mengingatkan siswa tentang masalah yang berkaitan
dengan fungsi objektif dan kendala dan membahas PR yang
dianggap sulit
Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai
2. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan tentang masalah yang berhubungan dengan
daerah penyelesaian fungsi objektif dan kendala
Guru memberikan contoh soal dan pembahasannya tentang grafik
pertidaksamaan linear serta menentukan daerah penyelesaiannya
86
Guru membagikan LKS dan memberikan kesempatan pada
masing-masing siswa untuk menyelesaikannya
Guru membahas soal-soal LKS yang dianggap sulit oleh siswa
3. Penutup
Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang
sudah berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran,
selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan untuk
dikerjakan dirumah.
Guru menugaskan siswa untuk membaca materi pada pertemuan
berikutnya
D. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat : Lembar Kerja Siswa (LKS)
2. Sumber :
Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk
SMK/MAK kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi
Perkantoran, dan Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.
Husein Tampomas, 2007, Seribu Pena Matematika Jilid 3 untuk
SMA/MA Kelas XII, Jakarta: Erlangga
E. Penilaian
1. Teknik Instrumen : Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Uraian
3. LKS
4. Instrumen/soal
Buatlah model matematika dari masalah prigram linear di awah ini,
kemudian tentukan daerah penyelesaiannya
1. Seorang petani ingin memupuk tanaman jagung dan kedelai
masing-masing dengan 300 gram Urea dan 150 gram Za untuk
jagung, sedangkan untuk kedelai 600 gr urea dan 125 gr Za.
Petani tersebut memiliki hanya 18 kg Urea dan 6 kg Za.
2. Pengusaha kue bolu membuat dua jenis adonan kue bolu, yaitu kue
bolu A dan kue bolu B. Kue bolu A memerlukan 300 gram terigu
87
dan 40 gram mentega. Kue bolu B memerlukan 200 gram terigu
dan 60 gram mentega. Jika tersedia 12 kilogram terigu dan 3
kilogram mentega
Hari Kelima
Alokasi waktu : 2 x 40menit
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat:
Menentukan nilai optimum dari fungsi obyektif suatu masalah program
linear dengan meyelidiki uji titik sudut dengan dan menafsirkannya
B. Materi Ajar :
Fungsi Obyektif dan Nilai Optimum
C. Kegiatan Pembelajaran :
1. Pendahuluan
Apersepsi :
Guru mengingatkan siswa tentang masalah yang berkaitan
dengan daerah penyelesaian dari masalah program linear dan
membahas PR yang dianggap sulit
Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Motivasi :
Guru memberikan motivasi pada siswa dengan memberikan
penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi ini
2. Kegiatan inti
Guru menjelaskan tentang masalah yang berhubungan dengan nilai
optimum
Guru memberikan contoh soal dan pembahasannya tentang grafik
pertidaksamaan linear serta menentukan daerah penyelesaiannya
Guru membagikan LKS dan memberikan kesempatan pada
masing-masing siswa untuk menyelesaikannya
Guru membahas soal-soal LKS yang dianggap sulit oleh siswa
3. Penutup
88
Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang
sudah berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran,
selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan untuk
dikerjakan dirumah.
Guru menugaskan siswa untuk membaca materi pada pertemuan
berikutnya
D. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat : Lembar Kerja Siswa (LKS)
2. Sumber :
Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk
SMK/MAK kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi
Perkantoran, dan Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.
Husein Tampomas, 2007, Seribu Pena Matematika Jilid 3 untuk
SMA/MA Kelas XII, Jakarta: Erlangga
E. Penilaian
1. Teknik Instrumen : Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Uraian
3. LKS
4. Instrumen/soal
1. Suatu pabrik berkeinginan memproduksi dua jenis barang, barang
A dan barang B. barang A memberikan keuntungan Rp 10.000 /
buah, dan barang B memberikan keuntungan Rp 12.000 / buah.
Untuk memproduksi kedua barang tsb dibutuhkan 3 buah mesin,
yaitu mesin I, mesin II, dan mesin III. Waktu yang diperlukan
untuk memproduksi tiap barang dengan ketiga mesin tersebut dan
waktu yang tersedia untuk tiap mesin selama triwulan
diperlihatkan dalam tabel berikut.
89
Mesin I
(jam)
Mesin II
(jam)
Mesin III
(jam)
Barang A 2 3 1
Barang B 3 2 1
Waktu yang tersedia 1500 1500 600
Buatlah model matematika dari masalah diatas, kemudian
hitunglah keuntungan maksimum dari pabrik tersebut?
Hari Keenam
Alokasi waktu : 2 x 40menit
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat:
Menjelaskan garis selidik dan menggambarkan garis selidik dari fungsi
obyektif
B. Materi Ajar :
Garis Selidik
C. Kegiatan Pembelajaran :
1. Pendahuluan
Apersepsi :
Guru mengingatkan siswa tentang masalah yang berkaitan
dengan metode uji titk sudut dan membahas PR yang dianggap
sulit
Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Motivasi :
Guru memberikan motivasi pada siswa dengan memberikan
penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi ini
2. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan tentang masalah yang berhubungan dengan garis
selidik
90
Guru memberikan contoh soal dan pembahasannya tentang grafik
pertidaksamaan linear serta menentukan daerah penyelesaiannya
Guru membagikan LKS dan memberikan kesempatan pada
masing-masing siswa untuk menyelesaikannya
Guru membahas soal-soal LKS yang dianggap sulit oleh siswa
3. Penutup
Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang
sudah berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran,
selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan untuk
dikerjakan dirumah.
Guru menugaskan siswa untuk membaca materi pada pertemuan
berikutnya
D. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat : Lembar Kerja Siswa (LKS)
2. Sumber :
Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk
SMK/MAK kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi
Perkantoran, dan Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.
Husein Tampomas, 2007, Seribu Pena Matematika Jilid 3 untuk
SMA/MA Kelas XII, Jakarta: Erlangga
E. Penilaian
1. Teknik Instrumen : Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Uraian
3. LKS
4. Instrumen/soal
Carilah nilai maksimum dan minimum dari fungsi tujuan dengan
syarat batas yang telah diberikan berikut ini.
1. Fungsi tujuan dengan syarat batas
91
2. Fungsi tujuan dengan syarat batas
Hari Ketujuh
Alokasi waktu : 2 x 40menit
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat:
Menentukan nilai optimum menggunakan garis selidik dan
menafsirkannya
B. Materi Ajar :
Garis Selidik
C. Kegiatan Pembelajaran :
1. Pendahuluan
Apersepsi :
Guru mengingatkan siswa tentang masalah yang berkaitan
dengan garis selidik dan membahas PR yang dianggap sulit
Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai
2. Kegiatan inti
Guru menjelaskan tentang masalah yang berhubungan dengan garis
selidik
Guru memberikan contoh soal dan pembahasannya tentang grafik
pertidaksamaan linear serta menentukan daerah penyelesaiannya
Guru membagikan LKS dan memberikan kesempatan pada
masing-masing siswa untuk menyelesaikannya
Guru membahas soal-soal LKS yang dianggap sulit oleh siswa
3. Penutup
Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang
sudah berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran,
selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan untuk
dikerjakan dirumah.
92
Guru menugaskan siswa untuk membaca materi pada pertemuan
berikutnya
D. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat : Lembar Kerja Siswa (LKS)
2. Sumber :
Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk
SMK/MAK kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi
Perkantoran, dan Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.
Husein Tampomas, 2007, Seribu Pena Matematika Jilid 3 untuk
SMA/MA Kelas XII, Jakarta: Erlangga
E. Penilaian
1. Teknik Instrumen : Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Uraian
3. LKS
4. Instrumen/soal
1. Sebuah perusahaan mempunyai dua tempat pertambangan.
Pertambangan I menghasilkan 1 ton bijih kadar tinggi, 3 ton bijih
kadar menengah, dan 5 ton bijih kadar rendah setiap hari,
sedangkan pertambangan II menghasilkan 2 ton bijih kadar tinggi,
2 ton kadar menengah, dan 2 ton bijih kadar rendah setiap hari.
Perusahaan memerlukan 80 ton bijih kadar tinggi, 160 ton kadar
menengah, dan 200 ton bijih kadar rendah. Jika biaya
pengoperasian setiap pertambangan per hari sama dengan
Rp2.000.000,00, berapa lama masing-masing pertambangan harus
dioperasikan agar biaya pengoperasiannya minimum?
93
Lampiran 3
Nama :
Kelas :
1. Tentukan daerah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan
a.
Jawab:
Tentukan titik potong x dan titik potong y
Gambar titik tersebut dalam diagram cartesius berikut
Ambil sembarang titik (P) yang tidak terletak pada garis tersebut, P (
… , … )
Uji ke persamaan 4x + 6y ≤ 24
4( … ) + 6( … ) ≤ 24
Tentukan daerah penyelesaian dengan cara mengarsir daerah yang
bukan daerah penyelesaian.
x 0 …
y … 0
(x,y) … ...
Lembar Kerja
Siswa-1
94
b. , dan
2. Tentukan sistem pertidaksamaan linear dari gambar berikut
Persamaan garis g1 melalui titik (4,0) dan (0,8) adalah 8x + 4y = 32
Persamaan garis g2 melalui titik (6,0) dan (0,4) adalah ….
Dibatasi juga oleh garis x = 0 dan y = 0
Sistem pertidaksamaan dari daerah yang diarsir adalah
….
….
….
….
x 0 …
y … 0
(x,y) … …
x 0 …
y … 0
(x,y) … …
95
Kesuksesan yang paling besar dalam hidup adalah bisa bangkit kembali
dari kegagalan
LEMBAR KERJA SISWA 2
NAMA :
KELAS :
Buatlah model matematika dari masalah berikut ini:
1. Seorang petani ingin memupuk tanaman jagung dan kedelai masing-masing
dengan 300 gram urea dan 150 gram Za untuk jagung, sedangkan untuk
kedelai 600 gram urea dan 125 gram Za. Petani tersebut hanya memiliki 18 kg
urea dan 6 kg Za.
Jawab:
x = ….
y = ….
Model matematika:
….
….
….
….
2. Seorang pedagang buah menggunakan gerobak untuk menjual apel dan jeruk.
Harga pembelian apel Rp.5.000,00 tiap kg dan jeruk Rp.2.000,00 tiap kg.
Pedagang tersebut hanya memiliki modal Rp.1.250.000,00 dan muatan
gerobak tidak lebih dari 400 kg.
Jawab:
Jenis tanaman
Jenis pupuk jagung kedelai persediaan
urea … … …
Za … … …
…
…
… … …
96
x = ….
y = ….
Model matematika:
….
….
….
….
… … … …
… … … …
97
LEMBAR KERJA SISWA 3
NAMA :
KELAS :
1. Seorang penjahit mempunyai bahan 30 meter wol dan 20 meter katun. Ia akan
membuat setelan jas dan rok untuk dijual. Satu setel jas memerlukan 3 meter
wol dan 1 meter katun, sedangkan untuk katun memerlukan 1 meter wol dan
2 meter katun. Keuntungan dari 1 setel jas adalah Rp75.000,00 dan 1 setel rok
Rp50.000,00. Buat model matematika dari masalah program linear tersebut,
jika keuntungan dari kedua barang diharapkan sebesar-besarnya!
Jawab:
x = ….
y = ….
Dari tabel dapat dibuat pertidaksamaan:
….
….
Karena x dan y adalah bilangan bulat tak negatif, maka:
….
….
Misalkan keuntungan seluruhnya adalah Z, maka
Z = ….
Jadi, model matematika dari masalah di atas adalah
Syarat (kendala):
….
….
….
….
Memaksimalkan Z = ….
Berapa banyak kewajiban yang telah kamu penuhi, sebanyak itu pula kemampuan yang akan diperoleh
jenis
bahan jas Rok persediaan
wol … … …
katun … … …
98
NAMA :
KELAS :
1. Dengan menggunakan metode uji titik pojok, tentukan nilai maksimum dan
minimum dari Z = 5x + 3y , dengan syarat: x + 2y ≤ 8; x + y ≤ 6; x ≥ 0 ; y ≥
0
Jawab:
Titik potong dari garis tersebut adalah….
Titik pojok di uji ke Z = 5x + 3y
Titik x y 5x + 3y
… … … …
… … … …
… … … …
… … … …
Nilai maksimum berada di titik ( … , … ) yaitu ….
Nilai minimum berada di titik ( … , … ) yaitu ….
2. Sebuah pesawat terbang mempunyai kapasitas tempat duduk tidak lebih dari
48 orang. Setiap penumpang kelas utama dapat membawa bagasi seberat 60
kg dan kelas ekonomi 20 kg, sedangkan pesawat tersebut mempunyai
kapasitas bagasi tidak lebih dari 1.440 kg. Apabila harga tiket untuk kelas
utama dan ekonomi masing-masing adalah Rp1.000.000,00 dan
x … …
y … …
(x, y) … …
x … …
y … …
(x, y) … …
LEMBAR KERJA SISWA 4
99
Rp500.000,00 per orang, tentukan banyaknya penumpang setiap kelas agar
hasil penjualan tiket maksimum.
Jawab:
x = ….
y = ….
Syarat (kendala):
….
….
….
….
Memaksimumkan Z = ….
Daerah penyelesaian:
Titik potong dari garis tersebut adalah ….
…
…
… … …
… … … …
… … … …
x … …
y … …
(x,y) … …
x … …
y … …
(x,y) … …
100
Titik pojok di uji ke Z = ….
Titik x y …
… … … …
… … … …
… … … …
… … … …
Nilai maksimum berada di titik ( … , … ) yaitu
Jadi, penjualan tiket maksimum jika ….
Kesuksesan adalah pengoptimalan suatu kelebihan
Kegagalan adalah akumulasi dari segala kekurangan
101
Nama : Kelas :
1. Dengan menggunakan garis selidik, tentukan nilai maksimum dan minimum z
= 5x + 3y yang dibatasi oleh 3x + 2y ≤ 18; x + 2y ≤ 10; x ≥ 0; y ≥ 0
Jawab:
Titik potong dari garis tersebut adalah ….
Perhatikan fungsi obyektif masalah diatas, maka fungsi objektiffnya
adalah ….
x … …
y … …
(x, y) … …
x … …
y … …
(x, y) … …
LEMBAR KERJA SISWA 5
102
Z = ax + by = k Z = 5x + 3y = k, maka nilai a = ….. dan b = …..
Bentuklah garis selidik dari persamaan garis (fungsi tujuan) dengan mula-
mula mengambil k = ab
Garis selidik : ……………………
Z = … k (x, y)
… … …
… … …
… … …
Berdasarkan garis selidik tersebut,
Z maksimal = …
Z minimal = …
Jangan menganggap remeh diri sendiri,
karena setiap orang memiliki kemungkinan yang tak terhingga
103
Lampiran 4
KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR
Mata Pelajaran : Matematika
Tingkat/Semester : X/Genap
Standar Kompetensi : Menyelesaikan masalah program linear
Pokok
Bahasan Kompetensi dasar Indikator
Nomor Butir Soal Jumlah soal
C2 C3 C4 C5
1.
Program
Linear
1. Membuat grafik himpunan
penyelesaian sistem
pertidaksamaan linear
2. Menentukan model matematika
dari soal ceritera (kalimat
verbal)
1. Menentukan daerah
penyelesaian dari sistem
pertidaksamaan linear
2. Membuat sitem
pertidaksamaan linear jika
diketahui daerah
penyelesaiannya
1. Membuat model
matematika dari soal
cerita
2. Menentukan fungsi
1
2
3,4
5,6
1
1
2
2
104
3. Menentukan nilai optimal dari
sistem pertidaksamaan linear
4. Menerapkan garis selidik
objektif dan fungsi
kendala dari program
linear
1. Menentukan nilai
optimum berdasarkan
fungsi objektif
1. Menentukan nilai
optimum dari program
linear
7,8
9,
10
2
2
JUMLAH 2 2 4 2 10
105
Lampiran 5
SOAL UJI COBA INSTRUMEN TES
HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN PROGRAM
LINEAR
NAMA :
KELAS :
TANGGAL :
Petunjuk :
Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan!
Tulis nama dan kelas kamu pada tempat yang telah disediakan!
Bacalah soal dengan teliti dan kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu
anggap mudah!
Periksalah kembali hasil kerjamu sebelum dikumpulkan!
1. Gambarkan diagram Cartesius himpunan penyelesaian dari sistem
pertidaksamaan berikut ini dan ,
untuk dengan memberikan arsiran
2. Tentukan bentuk sistem pertidaksamaan linear untuk daerah himpunan
penyelesaian yang ditunjukkan oleh gambar berikut
3. Sebuah pesawat terbang mempunyai tempat duduk tidak lebih dari 48
penumpang. Setiap penumpang kelas utama boleh membawa bagasi seberat 60
kg, sedangkan untuk setiap penumpang kelas ekonomi bagasinya dibatasi 20
kg. Pesawat itu hanya dapat membawa bagasi seberat 1440 kg. Bila
penumpang kelas utama adalah dan banyak penumpang kelas ekonomi
adalah , buatlah model pertidaksamaan yang harus dipenuhi oleh dan !
106
4. Suatu perusahaan menghasikan dua jenis barang, yaitu barang jenis A dan
jenis B. Kedua barang itu dibuat dengan menggunakan dua buah mesin, M dan
N. Untuk membuat barang A diperlukan waktu 2 jam pada mesin M dan 4 jam
pada mesin N. Untuk membuat barang B diperluan waktu 3 jam pada mesin M
dan 2 jam pada mesin N. Bila perusahaan itu setiap harinya menghasilkan
barang A sebanyak dan barang B sebanyak , buatlah model
pertidaksamaan dalam dan jika kedua mesin tersebut seharinya bekerja
tidak lebih dari 24 jam!
5. Luas daerah parkir 500 m2. Luas rata-rata untuk sebuah mobil sedan 5 m
2 dan
untuk bus 20 m2. Daerah parkir itu tidak dapat memuat lebih dari 60
kendaraan. Biaya parkir untuk sedan Rp 2.000 dan untuk bus Rp 6.000.
Andaikan banyak sedan yang dapat ditampung dan banyak bus yang dapat
ditampung , tentukan model matematika dari soal tersebut baik fungsi
kendala maupun fungsi objektifnya.
6. Seorang pedagang sepatu membeli 25 pasang sepatu untuk persediaan. Ia
menghendaki membeli sepatu jenis I dengan harga Rp 30.000 dan sepatu jenis
II dengan harga Rp 40.000. Ia merencanakan tidak akan mengeluarkan uang
lebih dari Rp 840.000. Ia mengharapkan keuntungan Rp 10.000 untuk setiap
sepatu jenis I dan Rp 12.000 untuk setiap sepatu jenis II. Buatlah model
matematika dari masalah program linear itu, baik fungsi kendala maupun
fungsi objektifnya.
7. Tentukan nilai maksimum dari fungsi , jika
dengan menggunakan garis selidik.
8. Tentukan nilai minimum dengan syarat
dan dengan menggunakan garis selidik.
9. Suatu perusahaan tas dan sepatu memerlukan 62 unsur a dan 72 unsur b per
minggu untuk masing-masing hasil produksinya. Setiap tas memerlukan 1
unsur a dan 2 unsur b, setiap sepatu memerlukan 2 unsur a dan 2 unsur b. Jika
setiap tas menghasilkan laba Rp 8.000 dan setiap sepatu menghasilkan laba Rp
9.500. Tentukan banyak tas dan sepatu yang harus diproduksi agar diperoleh
laba sebesar-besarnya.
107
10. Pekarangan rumah Andi berbentuk persegi panjang. Diperkirakan memiliki
luas minimum 18m2, setelah diukur, diketahui panjangnya lebih 3m dari lebar
pekarangan tersebut. Tentukanlah sistem pertidaksamaannya kemudian
hitunglah panjang dan lebar minimum dari pekarangan tersebut.
108
Lampiran 6
KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR
Mata Pelajaran : Matematika
Tingkat/Semester : X/Genap
Standar Kompetensi : Menyelesaikan masalah program linear
No Pokok
Bahasan Kompetensi dasar Indikator
Nomor Butir Soal Jumlah
soal C2 C3 C4 C5
1.
Program
Linear
1. Membuat grafik himpunan
penyelesaian sistem
pertidaksamaan linear
2. Menentukan model
matematika dari soal ceritera
(kalimat verbal)
1. Menentukan daerah
penyelesaian dari
sistem pertidaksamaan
linear
2. Membuat sitem
pertidaksamaan linear
jika diketahui daerah
penyelesaiannya
1. Membuat model
matematika dari soal
cerita
2. Menentukan fungsi
1
2
3,4
5,6
7,8
1
1
2
2
2
109
3. Menentukan nilai optimal
dari sistem pertidaksamaan
linear
4. Menerapkan garis selidik
objektif dan fungsi
kendala dari program
linear
1. Menentukan nilai
optimum berdasarkan
fungsi objektif
1. Menentukan nilai
optimum dari program
linear
9
1
JUMLAH 2 2 4 1 9
110
Lampiran 7
SOAL INSTRUMEN TES
HASIL BELAJAR MATEMATIKA
POKOK BAHASAN PROGRAM LINEAR
NAMA :
KELAS :
TANGGAL :
Petunjuk :
Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan!
Tulis nama dan kelas kamu pada tempat yang telah disediakan!
Bacalah soal dengan teliti dan kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu
anggap mudah!
Periksalah kembali hasil kerjamu sebelum dikumpulkan!
1. Gambarkan diagram Cartesius himpunan penyelesaian dari sistem
pertidaksamaan berikut ini dan ,
untuk dengan memberikan arsiran
2. Tentukan bentuk sistem pertidaksamaan linear untuk daerah himpunan
penyelesaian yang ditunjukkan oleh gambar berikut
3. Sebuah pesawat terbang mempunyai tempat duduk tidak lebih dari 48
penumpang. Setiap penumpang kelas utama boleh membawa bagasi seberat 60
kg, sedangkan untuk setiap penumpang kelas ekonomi bagasinya dibatasi 20
kg. Pesawat itu hanya dapat membawa bagasi seberat 1440 kg. Bila
penumpang kelas utama adalah dan banyak penumpang kelas ekonomi
adalah , buatlah model pertidaksamaan yang harus dipenuhi oleh dan !
111
4. Suatu perusahaan menghasikan dua jenis barang, yaitu barang jenis A dan
jenis B. Kedua barang itu dibuat dengan menggunakan dua buah mesin, M dan
N. Untuk membuat barang A diperlukan waktu 2 jam pada mesin M dan 4 jam
pada mesin N. Untuk membuat barang B diperluan waktu 3 jam pada mesin M
dan 2 jam pada mesin N. Bila perusahaan itu setiap harinya menghasilkan
barang A sebanyak dan barang B sebanyak , buatlah model
pertidaksamaan dalam dan jika kedua mesin tersebut seharinya bekerja
tidak lebih dari 24 jam!
5. Luas daerah parkir 500 m2. Luas rata-rata untuk sebuah mobil sedan 5 m
2 dan
untuk bus 20 m2. Daerah parkir itu tidak dapat memuat lebih dari 60
kendaraan. Biaya parkir untuk sedan Rp 2.000 dan untuk bus Rp 6.000.
Andaikan banyak sedan yang dapat ditampung dan banyak bus yang dapat
ditampung , tentukan model matematika dari soal tersebut baik fungsi
kendala maupun fungsi objektifnya.
6. Seorang pedagang sepatu membeli 25 pasang sepatu untuk persediaan. Ia
menghendaki membeli sepatu jenis I dengan harga Rp 30.000 dan sepatu jenis
II dengan harga Rp 40.000. Ia merencanakan tidak akan mengeluarkan uang
lebih dari Rp 840.000. Ia mengharapkan keuntungan Rp 10.000 untuk setiap
sepatu jenis I dan Rp 12.000 untuk setiap sepatu jenis II. Buatlah model
matematika dari masalah program linear itu, baik fungsi kendala maupun
fungsi objektifnya.
7. Tentukan nilai maksimum dari fungsi , jika
dengan menggunakan garis selidik.
8. Tentukan nilai minimum dengan syarat
dan dengan menggunakan garis selidik.
9. Suatu perusahaan tas dan sepatu memerlukan 62 unsur a dan 72 unsur b per
minggu untuk masing-masing hasil produksinya. Setiap tas memerlukan 1
unsur a dan 2 unsur b, setiap sepatu memerlukan 2 unsur a dan 2 unsur b. Jika
setiap tas menghasilkan laba Rp 8.000 dan setiap sepatu menghasilkan laba Rp
9.500. Tentukan banyak tas dan sepatu yang harus diproduksi agar diperoleh
laba sebesar-besarnya.
112
Lampiran 8
JAWABAN INSTRUMEN TES
1. Penyelesaian:
)0,4(40
)2,0(20
42
xy
yx
yx
)0,6(60
)3,0(30
62
xy
yx
yx
0
0
y
x
2. Penyelesaian:
0
0
823248
12322464
y
x
yxatauyx
yxatauyx
3. Penyelesaian:
0
0
72314402060
48
y
x
yxatauyx
yx
2
4
4 6
y
2
x 62yx
42yx
113
4. Penyelesaian:
0
0
1222424
2432
y
x
yxatauyx
yx
5. Penyelesaian:
0
0
60
1004500205
y
x
yx
yxatauyx
yxyxf 000.6000.2),(
6. Penyelesaian:
yxyxf
y
x
yxatauyx
yx
000.12000.10),(
0
0
8443000.840000.40000.30
25
7. Penyelesaian:
2
2
63
_1242
62
262
162
x
y
y
yx
yx
yx
yx
Jenis M N
A(x) 2 4
B(y) 3 2
Waktu 24 24
y
2
x
3
6
6 3
(2,2)
62yx
62 yx
114
422)2,2()2,2(
3)0,3()0,3(
3)3,0()3,0(
0)0,0()0,0(
),(
f
f
f
f
yxyxf
Jadi nilai maksimum adalah 4
8. Penyelesaian:
8
4
4
_162
12
x
y
y
yx
yx
320)16(2)0,16()0,16(
321616)4(4)8(2)4,8()4,8(
60)12(50)12,0()12,0(
52),(
f
f
f
yxyxf
Jadi nilai minimum adalah 32
9. Penyelesaian:
labaf
sepatuy
tasx
y
2
x
8
12
16 12
(8,4)
162yx
12yx
115
)26,10(10
26
_36
622
500.9000.8),(
0
0
36
622
x
y
yx
yx
yxyxf
y
x
yx
yx
000.327)26(500.9)10(000.8)26,10()26,10(
000.2880)36(000.8)0,36()0,36(
500.294)31(500.90)31,0()31,0(
000)0,0()0,0(
500.9000.8),(
f
f
f
f
yxyxf
Jadi nilai maksimum adalah 327.000
y
2
x
31
36
62 36
(10,26)
622yx
36yx
116
Lampiran 9
Perhitungan Validitas Essay
No Nama
Nomor Butir Soal y
x²
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
1 A 0 2 0 0 3 0 0 0 0 0 5 0 4 0 0 9 0 0 0 0 0 25
2 B 2 4 4 4 5 5 5 5 5 0 39 4 16 16 16 25 25 25 25 25 0 1521
3 C 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4
4 D 5 0 3 0 5 0 0 0 0 0 13 25 0 9 0 25 0 0 0 0 0 169
5 E 1 2 0 0 4 5 0 0 0 0 12 1 4 0 0 16 25 0 0 0 0 144
6 F 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4
7 G 2 0 2 0 0 0 1 0 1 0 6 4 0 4 0 0 0 1 0 1 0 36
8 H 0 3 0 0 3 4 0 0 0 0 10 0 9 0 0 9 16 0 0 0 0 100
9 I 5 4 4 4 5 5 2 1 0 0 30 25 16 16 16 25 25 4 1 0 0 900
10 J 5 1 4 4 0 3 1 0 0 0 18 25 1 16 16 0 9 1 0 0 0 324
11 K 0 2 0 0 3 0 0 0 0 0 5 0 4 0 0 9 0 0 0 0 0 25
12 L 2 0 3 0 5 0 2 0 0 0 12 4 0 9 0 25 0 4 0 0 0 144
13 M 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 3 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 9
14 N 5 5 4 0 5 5 5 2 3 0 34 25 25 16 0 25 25 25 4 9 0 1156
15 O 2 4 3 3 3 3 1 1 0 0 20 4 16 9 9 9 9 1 1 0 0 400
16 P 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 4 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 16
17 Q 2 3 2 2 3 3 1 0 2 0 18 4 9 4 4 9 9 1 0 4 0 324
18 R 2 2 2 4 0 5 0 0 0 0 15 4 4 4 16 0 25 0 0 0 0 225
19 S 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4
20 T 5 0 3 0 0 0 0 0 0 0 8 25 0 9 0 0 0 0 0 0 0 64
21 U 0 2 0 0 3 5 0 0 0 0 10 0 4 0 0 9 25 0 0 0 0 100
22 V 0 0 3 0 0 4 0 1 0 0 8 0 0 9 0 0 16 0 1 0 0 64
23 W 1 0 4 0 5 0 2 0 0 0 12 1 0 16 0 25 0 4 0 0 0 144
24 X 2 2 4 4 5 5 4 0 0 0 26 4 4 16 16 25 25 16 0 0 0 676
25 Y 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 9
26 Z 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 9
27 AA 2 4 4 4 5 5 2 5 5 1 37 4 16 16 16 25 25 4 25 25 1 1369
28 AB 2 0 3 0 4 0 2 0 0 0 11 4 0 9 0 16 0 4 0 0 0 121
29 AC 5 0 4 4 5 5 5 1 3 0 32 25 0 16 16 25 25 25 1 9 0 1024
30 AD 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 9
31 AE 5 1 4 3 0 0 1 0 0 0 14 25 1 16 9 0 0 1 0 0 0 196
32 AF 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 4
33 AG 2 4 3 0 3 3 1 1 0 0 17 4 16 9 0 9 9 1 1 0 0 289
S 61 46 65 37 81 68 37 18 21 2 436 221 150 221 135 335 296 119 60 75 2 9608
rxy
0.5
81
0.6
96
0.7
71
0.7
35
0.6
49
0.7
42
0.8
10
0.7
29
0.7
18
0.1
60
rta
bel
0.3
44
0.3
44
0.3
44
0.3
44
0.3
44
0.3
44
0.3
44
0.3
44
0.3
44
0.3
44
117
117
Lampiran 10
Perhitungan Reliabilitas Tes Essay
No Nama
Nomor Butir Soal Valid Skor
Total
x²
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tota
l
1 A 0 2 0 0 3 0 0 0 0 5 0 4 0 0 9 0 0 0 0 25
2 B 2 4 4 4 5 5 5 5 5 39 4 16 16 16 25 25 25 25 25 1521
3 C 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 4
4 D 5 0 3 0 5 0 0 0 0 13 25 0 9 0 25 0 0 0 0 169
5 E 1 2 0 0 4 5 0 0 0 12 1 4 0 0 16 25 0 0 0 144
6 F 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 4
7 G 2 0 2 0 0 0 1 0 1 6 4 0 4 0 0 0 1 0 1 36
8 H 0 3 0 0 3 4 0 0 0 10 0 9 0 0 9 16 0 0 0 100
9 I 5 4 4 4 5 5 2 1 0 30 25 16 16 16 25 25 4 1 0 900
10 J 5 1 4 4 0 3 1 0 0 18 25 1 16 16 0 9 1 0 0 324
11 K 0 2 0 0 3 0 0 0 0 5 0 4 0 0 9 0 0 0 0 25
12 L 2 0 3 0 5 0 2 0 0 12 4 0 9 0 25 0 4 0 0 144
13 M 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 0 0 0 0 0 1 0 1 0 9
14 N 5 5 4 0 5 5 5 2 3 34 25 25 16 0 25 25 25 4 9 1156
15 O 2 4 3 3 3 3 1 1 0 20 4 16 9 9 9 9 1 1 0 400
16 P 0 1 1 1 0 0 0 0 1 4 0 1 1 1 0 0 0 0 1 16
17 Q 2 3 2 2 3 3 1 0 2 18 4 9 4 4 9 9 1 0 4 324
18 R 2 2 2 4 0 5 0 0 0 15 4 4 4 16 0 25 0 0 0 225
19 S 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2 1 0 0 0 0 0 1 0 0 4
20 T 5 0 3 0 0 0 0 0 0 8 25 0 9 0 0 0 0 0 0 64
21 U 0 2 0 0 3 5 0 0 0 10 0 4 0 0 9 25 0 0 0 100
22 V 0 0 3 0 0 4 0 1 0 8 0 0 9 0 0 16 0 1 0 64
23 W 1 0 4 0 5 0 2 0 0 12 1 0 16 0 25 0 4 0 0 144
24 X 2 2 4 4 5 5 4 0 0 26 4 4 16 16 25 25 16 0 0 676
25 Y 1 0 0 0 1 0 0 0 1 3 1 0 0 0 1 0 0 0 1 9
26 Z 0 0 0 0 3 0 0 0 0 3 0 0 0 0 9 0 0 0 0 9
27 AA 2 4 4 4 5 5 2 5 5 36 4 16 16 16 25 25 4 25 25 1369
28 AB 2 0 3 0 4 0 2 0 0 11 4 0 9 0 16 0 4 0 0 121
29 AC 5 0 4 4 5 5 5 1 3 32 25 0 16 16 25 25 25 1 9 1024
30 AD 1 0 1 0 0 0 1 0 0 3 1 0 1 0 0 0 1 0 0 9
31 AE 5 1 4 3 0 0 1 0 0 14 25 1 16 9 0 0 1 0 0 196
32 AF 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 4 0 0 0 0 4
33 AG 2 4 3 0 3 3 1 1 0 17 4 16 9 0 9 9 1 1 0 289
S 61 46 65 37 81 68 37 18 21 434 221 150 221 135 335 296 119 60 75 9608
VARIANS 3.38 2.68 2.91 2.92 4.26 4.87 2.42 1.57 1.93 119.45
Ssi2 26.94
rhit = 0,87 rhit 0.8713
118
Lampiran 11
Perhitungan Daya Pembeda Tes Essay
No Nam
a
Nomor Butir Soal Valid
x1 x2 x3 x₄ x₅ x6 x7 x8 x9
1 B 2 4 4 4 5 5 5 5 5
2 AA 2 4 4 4 5 5 2 5 5
3 N 5 5 4 0 5 5 5 2 3
4 AC 5 0 4 4 5 5 5 1 3
5 I 5 4 4 4 5 5 2 1 0
6 X 2 2 4 4 5 5 4 0 0
7 O 2 4 3 3 3 3 1 1 0
8 Q 2 3 2 2 3 3 1 0 2
9 J 5 1 4 4 0 3 1 0 0
SA 30 27 33 29 36 39 26 15 18
25 P 0 1 1 1 0 0 0 0 1
26 AD 1 0 1 0 0 0 1 0 0
27 Z 0 0 0 0 3 0 0 0 0
28 Y 1 0 0 0 1 0 0 0 1
29 C 0 0 0 0 1 1 0 0 0
30 F 1 0 0 0 0 1 0 0 0
31 M 0 0 0 0 0 1 0 1 0
32 S 1 0 0 0 0 0 1 0 0
33 AF 0 0 0 0 2 0 0 0 0
SB 4 1 2 1 5 3 2 1 2
SA-SB 26 26 31 28 31 36 24 14 16
DP 0.58 0.58 0.69 0.62 0.69 0.80 0.53 0.31 0.36
Kriteria Baik Baik Baik Baik Baik
Sangat
Baik Baik Cukup Cukup
119
Lampiran 12
Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Essay
No Nama Nomor Butir Soal Valid
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9
1 A 0 2 0 0 3 0 0 0 0
2 B 2 4 4 4 5 5 5 5 5
3 C 0 0 0 0 1 1 0 0 0
4 D 5 0 3 0 5 0 0 0 0
5 E 1 2 0 0 4 5 0 0 0
6 F 1 0 0 0 0 1 0 0 0
7 G 2 0 2 0 0 0 1 0 1
8 H 0 3 0 0 3 4 0 0 0
9 I 5 4 4 4 5 5 2 1 0
10 J 5 1 4 4 0 3 1 0 0
11 K 0 2 0 0 3 0 0 0 0
12 L 2 0 3 0 5 0 2 0 0
13 M 0 0 0 0 0 1 0 1 0
14 N 5 5 4 0 5 5 5 2 3
15 O 2 4 3 3 3 3 1 1 0
16 P 0 1 1 1 0 0 0 0 1
17 Q 2 3 2 2 3 3 1 0 2
18 R 2 2 2 4 0 5 0 0 0
19 S 1 0 0 0 0 0 1 0 0
20 T 5 0 3 0 0 0 0 0 0
21 U 0 2 0 0 3 5 0 0 0
22 V 0 0 3 0 0 4 0 1 0
23 W 1 0 4 0 5 0 2 0 0
24 X 2 2 4 4 5 5 4 0 0
25 Y 1 0 0 0 1 0 0 0 1
26 Z 0 0 0 0 3 0 0 0 0
27 AA 2 4 4 4 5 5 2 5 5
28 AB 2 0 3 0 4 0 2 0 0
29 AC 5 0 4 4 5 5 5 1 3
30 AD 1 0 1 0 0 0 1 0 0
31 AE 5 1 4 3 0 0 1 0 0
32 AF 0 0 0 0 2 0 0 0 0
33 AG 2 4 3 0 3 3 1 1 0
∑ 61 46 65 37 81 68 37 18 21
P 0.37 0.28 0.39 0.22 0.49 0.41 0.22 0.11 0.13
Kriteria Sukar Sukar Sukar Sukar Sedang Sedang Sukar Sukar Sukar
120
Lampiran 13
Langkah-langkah Perhitungan Validitas Tes Essay
Contoh tabel validitas soal nomor 1:
No. Absen Siswa y
1 0 0 5 25 0
2 2 4 39 1521 78
3 0 0 2 4 0
4 5 25 13 169 65
5 1 1 12 144 12
6 1 1 2 4 2
7 2 4 6 36 12
8 0 0 10 100 0
9 5 25 30 900 150
10 5 25 18 324 90
11 0 0 5 25 0
12 2 4 12 144 24
13 0 0 3 9 0
14 5 25 34 1156 170
15 2 4 20 400 40
16 0 0 4 16 0
17 2 4 18 324 36
18 2 4 15 225 30
19 1 1 2 4 2
20 5 25 8 64 40
21 0 0 10 100 0
22 0 0 8 64 0
23 1 1 12 144 12
24 2 2 26 676 52
25 1 1 3 9 3
26 0 0 3 9 0
27 2 4 37 1369 74
28 2 4 11 121 22
29 5 25 32 1024 160
30 1 1 3 9 3
31 5 25 14 196 70
32 0 0 2 4 0
33 2 4 17 289 34
Jumlah 61 221 436 9608 1181
121
Contoh cara menentukan validitas soal nomor 1
Menentukan nilai X = Jumlah skor soal no.1
= 61
Menentukan nilai Y = Jumlah skor total
= 436
Menentukan nilai 2X = Jumlah kuadrat skor no.1
= 221
Menentukan nilai 2Y = Jumlah kuadrat skor total
= 9608
Menentukan nilai XY = Jumlah hasil kali skor no.1 dengan skor total
= 1181
Menentukan nilai 2222 )(.)(
))(()(
YYNXXN
YXXYNrxy
Mencari nilai rtabel, dengan dk = n – 2 = 33 – 2 = 31 dan tingkat signifikansi
sebesar 0,05 diperoleh nilai rtabel = 0,344
Setelah diperoleh nilai rxy = 0,581, lalu dikonsultasikan dengan nilai rtabel =
0,344. Karena rxy > rtabel (0,581 > 0,344), maka soal no.1 valid
122
Langkah-langkah Perhitungan Uji Reabilitas Tes Essay
Menentukan nilai 2
2
11 t
i
itS
S
n
nr
= 45,119
94,261
8
9
= 0,87
Berdasarkan kriteria reabilitas, r11 = 0,87 berada diantara kisaran nilai 0,80 <
rit ≤ 1,00 maka tes bentuk uraian tersebut memiliki reabilitas sangat baik.
123
Langkah-langkah Perhitungan Daya Pembeda Tes Essay
Mencari nilai BA= banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan
benar.
Menentukan BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar.
Menentukan JA= banyaknya peserta tes kelompok atas
Menentukan JB= banyaknya peserta tes kelompok bawah
Misal, untuk nomor 2, perhitungan daya pembedanya sebagai berikut:
BA = 30, BB= 4, JA=45, JB=45
Menentukan DP= daya pembeda
Berdasarkan klasifikasi daya pembeda, nilai DP=0,58 berada diantara kisaran
mulai ,maka soal nomor 1 memiliki daya pembeda baik.
Untuk nomor seterusnya, perhitungan daya pembedanya sama dengan
perhitungan daya pembeda soal nomor 1
124
Langkah-langkah Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Essay
Menentukan TK = tingkat kesukaran
Berdasarkan klasifikasi tingkat kesukaran, nilai P=0,37 berada diantara
kisaran mulai ,maka soal nomor 1 memiliki tingkat
kesukaran sukar.
Untuk nomor seterusnya, perhitungan tingkat kesukarannya sama dengan
perhitungan tingkat kesukaran soal nomor 1
125
Lampiran 14
NILAI POSSTEST
KONTROL
EKSPERIMEN
K1 64
E1 51
K2 42
E2 53
K3 31
E3 73
K4 53
E4 58
K5 56
E5 58
K6 33
E6 67
K7 20
E7 64
K8 44
E8 96
K9 51
E9 67
K10 44
E10 84
K11 53
E11 91
K12 62
E12 71
K13 31
E13 49
K14 44
E14 67
K15 44
E15 60
K16 49
E16 71
K17 40
E17 47
K18 53
E18 67
K19 67
E19 67
K20 56
E20 67
K21 56
E21 40
K22 58
E22 49
K23 62
E23 80
K24 64
E24 42
K25 58
E25 62
K26 58
E26 64
K27 58
E27 58
K28 62
E28 58
K29 58
E29 49
K30 62
E30 76
126
Lampiran 15
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN
1) Distribusi frekuensi
51 53 73 58 58 67
64 96 67 84 91 71
49 67 60 71 47 67
67 67 40 49 80 42
62 64 58 58 49 76
2) Banyak data (n) = 30
3) Rentang data (R) = Xmax – Xmin
Keterangan : R = Rentangan
Xmax = Nilai Maksimum (tertinggi)
Xmin = Nilai Minimum (terendah)
R = Xmax – Xmin
= 96 – 40
= 56
4) Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
Keterangan : K = Banyak kelas
n = Banyak siswa
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + (3,3 x 1,48)
= 5,874 6 (dibulatkan ke atas)
5) Panjang kelas (i) = K
R =
6
56= 9,33 10 (dibulatkan ke atas)
127
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN
1) Mean/Nilai Rata-rata (Me)
Mean ( X ) =i
ii
f
Xf
Keterangan :
Me = Mean/ Nilai Rata-rata
ii Xf = Jumlah dari hasil perkalian midpoint (nilai tengah) dari masing-
masing interval dengan frekuensinya.
if = Jumlah frekuensi/ banyak siswa
Mean ( X ) = 17,63
30
1895
i
ii
f
Xf
No Interval Batas
Bawah
Batas
Atas
Frekuensi Titik
Tengah
)( iX
2
iX ii Xf 2
ii Xf
)( if (%)f
1 40 - 49 39,5 49,5 6 20,00% 44,5 1980,25 267 11881,5
2 50 - 59 49,5 59,5 6 20,00% 54,5 2970,25 327 17821,5
3 60 - 69 59,5 69,5 10 33,33% 64,5 4160,25 645 41602,5
4 70 - 79 69,5 79,5 4 13,33% 74,5 5550,25 298 22201
5 80 - 89 79,5 89,5 2 6,67% 84,5 7140,25 169 14280,5
6 90 - 99 89,5 99,5 2 6,67% 94,5 8930,25 189 17860,5
Jumlah 30 100% 1895 125648
Mean 63,17
Median 62,50
Modus 63,50
Varians 205,06
Simpangan Baku 14,32
128
2) Median/ Nilai Tengah (Md)
Md if
fn
li
k2
1
Keterangan :
Md = Median/ Nilai Tengah
l = Lower Limit (batas bawah dari interval kelas median)
n = Jumlah frekuensi/ banyak siswa
kf = Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah interval kelas median
if = Frekuensi kelas median
i = Interval kelas
Md 50,621010
12155,592
1
if
fn
li
k
3) Modus (Mo)
Mo il21
1
Keterangan :
Mo = Modus/ Nilai yang paling banyak muncul
l = Lower Limit (batas bawah dari interval kelas modus)
1 = Selisih frekuensi kelas modus dengan kels sebelumnya
2 = Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya
i = Interval kelas
Mo 50,631064
45,59
21
1 il
129
4) Varians )( 2s = 06,20513030
189512564830
)1(
222
nn
XfXfn iiii
5) Simpangan Baku (s) = 32,1406,2051
..22
nn
XfXfN ii
130
Lampiran 16
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS KONTROL
1) Distribusi frekuensi
64 42 31 53 56 33
20 44 51 44 53 62
31 44 44 49 40 53
67 56 56 58 62 64
58 58 58 62 58 62
2) Banyak data (n) = 30
3) Rentang data (R) = Xmax – Xmin
Keterangan : R = Rentangan
Xmax = Nilai Maksimum (tertinggi)
Xmin = Nilai Minimum (terendah)
R = Xmax – Xmin
= 67 - 20
= 47
4) Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
Keterangan : K = Banyak kelas
n = Banyak siswa
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + (3,3 x 1,48)
= 5,874 6 (dibulatkan ke atas)
5) Panjang kelas (i) = K
R=
6
47= 7,83 8 (dibulatkan ke atas)
131
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS KONTROL
No Interval Batas
Bawah
Batas
Atas
Frekuensi Titik
Teng
ah
)( iX
2
iX ii Xf 2
ii Xf )( if (%)f
1 20 - 27 19,5 27,5 1 3,33% 23,5 552,25 23,5 552,25
2 28 - 35 27,5 35,5 3 10,00% 31,5 992,25 94,5 2976,75
3 36 - 43 35,5 43,5 2 6,67% 39,5 1560,25 79 3120,5
4 44 - 51 43,5 51,5 6 20,00% 47,5 2256,25 285 13537,5
5 52 - 59 51,5 59,5 11 36,67% 55,5 3080,25 610,5 33882,8
6 60 - 67 59,5 67,5 7 23,33% 63,5 4032,25 444,5 28225,8
Jumlah 30 100% 1537 82295,5
Mean 51,23
Median 53,68
Modus 55,94
Varians 122,41
Simpangan Baku 11,06
1) Mean/Nilai Rata-rata (Me)
Mean ( X ) =i
ii
f
Xf
Keterangan :
Me = Mean/ Nilai Rata-rata
ii Xf = Jumlah dari hasil perkalian midpoint (nilai tengah) dari masing-
masing interval dengan frekuensinya.
if = Jumlah frekuensi/ banyak siswa
Mean ( X ) = 23,5130
1537
i
ii
f
Xf
132
2) Median/ Nilai Tengah (Md)
Md if
fn
li
k2
1
Keterangan :
Md = Median/ Nilai Tengah
l = Lower Limit (batas bawah dari interval kelas median)
n = Jumlah frekuensi/ banyak siswa siswa
kf = Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah interval kelas median
if = Frekuensi kelas median
i = Interval kelas
Md 68,53811
12155,512
1
if
fN
li
k
3) Modus (Mo)
Mo il21
1
Keterangan :
Mo = Modus/ Nilai yang paling banyak muncul
l = Lower Limit (batas bawah dari interval kelas modus)
1 = Selisih frekuensi kelas modus dengan kels sebelumnya
2 = Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya
i = Interval kelas
Mo 94,55845
55,51
21
1 il
133
4) Varians )( 2s = 41,12213030
15375,8229530
)1(
2
22
nn
xfxfn iiii
5) Simpangan Baku (s) = 06,1141,1221
..22
nn
XfXfN ii
134
Lampiran 17
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELAS EKSPERIMEN
Kelas
Interval
Batas
Kelas
Z
Batas
Kelas
Nilai Z
Batas
Kelas
Luas Z
Tabel iE iO
i
ii
E
EO2
39,5 -1,65 0,0495
40 - 49 0,1216 3,6480 6 1,52
49,5 -0,95 0,1711
50 - 59 0,2263 6,7890 6 0,09
59,5 -0,26 0,3974
60 - 69 0,2726 8,1780 10 0,41
69,5 0,44 0,67
70 - 79 0,2029 6,0870 4 0,72
79,5 1,14 0,8729
80 - 89 0,0942 2,8260 2 0,24
89,5 1,84 0,9671
90 - 99 0,0274 0,8220 2 1,69
99,5 2,54 0,9945
hitung2
4,66
tabel2
7,81
Kesimpulan: data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
66,4
2
2
i
ii
E
EO
Keterangan:
2 = harga chi square
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekensi ekspetasi
135
Lampiran 18
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELAS KONTROL
Kelas
Interval
Batas
Kelas
Z
Batas
Kelas
Nilai Z
Batas
Kelas
Luas Z
Tabel iE iO
i
ii
E
EO2
19,5 -2,87 0,0021
20 - 27 0,0137 0,4110 1 0,84
27,5 -2,15 0,0158
28 - 35 0,062 1,8600 3 0,70
35,5 -1,42 0,0778
36 - 43 0,1642 4,9260 2 1,74
43,5 -0,70 0,242
44 - 51 0,266 7,9800 6 0,49
51,5 0,02 0,508
52 - 59 0,2654 7,9620 11 1,16
59,5 0,75 0,7734
60 - 67 0,1558 4,6740 7 1,16
67,5 1,47 0,9292
hitung2
6,09
tabel2
7,81
Kesimpulan: data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
09,6
2
2
i
ii
E
EO
Keterangan:
2 = harga chi square
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekensi ekspetasi
136
Lampiran 19
PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS
Statistik Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Varians (s2) 122,41 205,06
Fhitung 1,68
Ftabel 2,10
Kesimpulan Kedua kelompok sampel berasal dari varians yang sama
Fhitung = 68,141,122
06,2052
2
2
1
s
s
Keterangan:
2
1s : Varians terbesar
2
2s : Varians terkecil
137
Lampiran 20
PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS STATISTIK
Statistik Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Rata-rata 51,23 63,17
Varians (s2) 122,41 205,06
s gabungan 12,80
t hitung 3,61
t tabel 2,00
Kesimpulan Tolak H0 dan terima H1
80,1223030
)41,122)(130()06,205)(130(
2
11
21
2
22
2
11
nn
snsnsgab
61,3
30
1
30
180,12
23,5117,63
11
21
21
nns
XXt
gab
hitung
Keterangan:
1X dan 2X : nilai rata-rata hitung data kelas eksperimen dan kontrol
2
1s dan2
2s : varians data kelas eksperimen dan kontrol
sgab : simpangan baku kedua kelas
n1 dan n2 : jumlah kelas eksperimen dan kontrol
138
Lampiran 21
139
Lampiran 22
Luas Di Bawah Kurva Normal
140
Lampiran 23
Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square)
141
Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Lanjutan)
142
Lampiran 24
Nilai Kritis Distribusi F
f0,05 (v1, v2)
143
Nilai Kritis Distribusi F (Lanjutan)
144
Lampiran 25
Nilai Kritis Distribusi t