repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/114/3/6. bab ii.docx · web viewbab 2...
TRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas
Pengertian kecelakaan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2002) adalah kejadian (peristiwa) yang menyebabkan orang celaka.
Lembaga Pusat untuk Pengendalian Penyakit memperkirakan bahwa setiap
tahun, lebih dari 30.000 anak menderita cacat yang menetap dari
kecelakaan. Cacat ini memiliki dampak buruk yang luar biasa pada
perkembangan anak serta produktivitasnya di masa depan, juga pada
keuangan, dan emosi keluarga. Cedera yang tidak diduga dan tidak
disengaja melibatkan kendaraan dengan dan/atau tanpa pengguna jalan lain
yang menimbulkan korban manusia atau kerugian disebut sebagai
kecelakaan lalu lintas.(UU RI nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan)
Menurut UU RI nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan kecelakaan lalu lintas dibagi menjadi beberapa kriteria,
yaitu:
1. Korban meninggal dunia adalah korban yang dipastikan mati sebagai
akibat kecelakaan laulu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari setelah kecelakaan tersebut.
2. Korban luka berat adalah korban yang karena luka-lukanya menderita
cacat tetap atau harus dirawat dalam jangka waktu lebih dari 30(tiga
puluh) hari sejak terjadi kecelakaan.
3. Korban luka ringan adalah korban yang tidak termasuk dalam
pengertian korban mati dan korban luka berat.
Kriteria untuk korban kecelakaan di atas berbeda dengan kreteria
korban kecelakaan lalu lintas yang diberikan oleh PT. Jasa Marga. kriteria
korban kecelakaan lalu lintas yang diberikan oleh PT. jasa Marga adalah
sebagai berikut:
8
9
1. Meninggal adalah keadaan dimana pada penderita terdapat tanda tanda
kematian fisik. Korban meningggal adalah korban kecelakaan yang
meninggal di lokasi kejadian atau meninggal selama perjalanan ke
rumah sakit.
2. Luka berat adalah keadaan korban mengalami luka-luka yang dapat
menbahayakan jiwanya dan memerlukan pertolongan atau perawatan
lebih lanjut dengan segera di rumah sakit.
a. Luka yang menyebabkan keadaan penderita menurun, biasanya
luka mengenai kepala atau batang kepala.
b. Luka bakar yang luasnya meliputi 25% dengan luka baru
c. Patah tulang anggota badan dengan komplikasi disertai rasa nyeri
yang hebat dan pendarahan hebat.
d. Pendarahaan hebat kurang lebih 500cc.
e. Benturan/luka yang mengenai badan penderita yang menyebabkan
kerusakan alat-alat dalam, misalnya dada,perut,usus,kandung
kemil, ginjal, limpah, hati, tulang belakang dan batang kepala.
3. Luka ringan adalah keadaan korban mengalami luka-luka yang tidak
membahayakan jiwa dan atau tidak memerlukan pertolongan atau
perawatan lebih lanjut dirumah sakit, terdiri:
a. Luka kecil di daearah kecil dengan pendarahan sedikit dan
penderita sadar.
b. Luka bakar dengan luasnya kurang daru 15%.
c. Keseleo dari anggota badan yang ringan tanpa komplikasi
penderita-penderita di atas semuanya dalam keadaan sadar,tidak
pingsan atau muntah-muntah.
Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai acuan adalah pengertian
kecelakaan lalu lintas seperti dalam UU RI nomor 22 tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Namun acuan ini tidak dapat diterapkan sepenuhnya karena informasi
yang kami peroleh tentang jenis data yang ada di lapangan baik dari pihak
10
kepolisian, rumah sakit maupun asuransi, tidak dapat memenuhi persyaratan
tentang definisi korban kecelakaan lalu lintas seperti yang disebutkan oleh
UU RI nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Hal
ini terutama berkaitan dengan faktor waktu, yaitu tidak adanya catatan
lengkap tentang korban kecelakaan yang dirawat di rumah sakit sampai
dengan jangka waktu tiga puluh hari lamanya.
2.1.1 Klasifikasi Kecelakaan
Jenis kecelakaan dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme
kecelakaan yang dialami oleh kendaraan yang terlibat. Menurut Titiek
Hidayati (2018) kecelakaaan lalu lintas dapat digolongkan menurut jumlah
kendaraan yang terlibat dan jenis tabrakan.
A. Kecelakaan lalu lintas menurut jumlah kendaraan yang terlibat :
1. Kecelakaan tunggal, yaitu kecelakaan yang hanya melibatkan satu
kendaraan bermotor dan tidak melibatkan pengguna jalan lain,
contohnya seperti kendaraan tergelincir, menabrak pohon, dan
kendaraan terguling akibat ban yang pecah.
2. Kecelakaan ganda, yaitu kecelakaan dengan melibatkan lebih dari satu
kendaraan atau kendaraan dengan pejalan kaki yang mengalami
kecelakaan di waktu dan tempat bersamaan.
B. Kecelakaan lalu lintas menurut jenis tabrakan :
1. Angle (Ra), yaitu tabrakan antara kendaraan yang bergerak pada arah
yang berbeda, namun bukan dari arah yang berlawanan.
2. Rear-End (Re), yaitu kendaraan menabrak dari belakang kendaaraan
lain yang bergerak searah.
3. Sideswipe (Ss), yaitu kendaraan yang menabrak kendaraan lain dari
samping ketika berjalan searah, atau pun pada arah yang berlawanan.
4. Head-On (Ho), yaitu tabrakan antara kendaraan yang berjalan pada
arah yang berlawanan (tidak sideswipe).
5. Backing, yaitu tabrakan secara mundur.
11
2.1.2 Faktor Faktor Penyebab Kecelakaan
Lalu lintas ditimbulkan oleh adanya pergerakan dari alat – alat
angkutan, karena adanya kebutuhan perpindahan manusia dan atau barang.
Karena itu,dampak yang tidak mungkin ditolak karena adanya pergerakan
tersebut adalah terjadinya kecelakaan. Kecelakaan dapat disebabkan oleh
faktor pemakai jalan (pengemudi dan pejalan kaki), faktor kendaraan, dan
faktor jalan (Swari, 2013 dalam Titiek Hidayati 2018). Hal ini sejalan
dengan PP nomor 37 tahun 2017 tentang Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang mengelompokkan faktor – faktor penyebab kecelakaan
menjadi tiga kelompok yaitu faktor pemakai jalan (manusia), faktor
kendaraan, faktor jalan dan lingkungan.
Di Indonesia, Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Lalu lintas di
wilayah perkotaan Direktorat Bina Sistem Lalu lintas dan Angkutan Kota
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat menyatakan, faktor – faktor
penyebab kecelakaan biasanya diklasifikasikan identik dengan unsur –
unsur system transportasi, yaitu pemakai jalan ( pengemudi dan pejalan
kaki), kendaraan, jalan dan lingkungan, ataupun kombinasi dari dua unsur
atau lebih.
2.2 Pemakai Jalan (manusia)
Pemakai jalan merupakan unsur yang terpenting dalam lalu lintas,
karena manusia sebagai pemakai jalan adalah unsur yang utama terjadinya
pergerakan. Pemakai jalan dapat digolongkan manjadi dua yaitu pengemudi
(termasuk pengemudi kendaraan tak bermotor) dan pejalan kaki (termasuk
para pedagang asongan, pedagang kaki lima, dan lain-lain). Swari (2013)
dalam Titiek Hidayati (2018)
Pemakai jalan adalah semua orang yang menggunakan fasilitas jalan
yang secara langsung (UU RI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan). Pemakai jalan yang dimaksud adalah:
12
1. Pengemudi, termasuk di dalamnya pengemudi kendaraan bermotor dan
kendaraan tak bermotor. Kendaraan bermotor meliputi sepeda motor,
kendaraan bermotor biasa (mobil), kendaraan berat bermotor (bis dan
truk), sedangkan yang termasuk kendaraan tak bermotor adalah sepeda
dan kendaraan tak bermotor lainnya.
2. Pejalan kaki / pemakai jalan lain, termasuk di dalamnya adalah pedagang
kaki lima, petugas keamanan, petugas perbaikan fasilitas (listrik, telepon,
gas), dan lain lain.
Kedudukan pengemudi sebagai pemakai jalan adalah salah satu bagian
utama dalam terjadinya kecelakaan. Pengemudi mempunyai peran sebagai
bagian dari mesin dengan mengendarai, mengemudikan, mempercepat,
memperlambat, mengerem dan menghentikan kendaraan. Dalam kondisi
normal setiap pengemudi mempunyai waktu reaksi, konsentrasi, tingkat
intelegensia dan karakter berbeda – beda. Perbedaan tersebut dipengaruhi
oleh fisik, umur, jenis kelamin, emosi, penglihatan,dan lain-lain.
Peraturan keamanan telah dilakukan oleh para pembuat kendaraan,
kondisi jalan telah ditingkatkan, namun pengemudi tetap saja masih
melakukan kesalahan. Mengemudikan kendaraan merupakan pekerjaan
kompleks. Selama mengemudi, pengemudi langsung berinteraksi dengan
kendaraan umum lainnya, juga menerima dan menerjemahkan rangsangan
di sekelilingnya terus menerus. Kondisi jalan dengan perkerasan yang stabil
dan nyaman berdampak pengemudi merasa nyaman dalam mengemudikan
kendaraannya. Kondisi ini mendorong pengemudi menjalankan
kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Apabila kewaspadaan pengemudi
menurun, maka akan dapat berakibat timbulnya kecelakaan. Empat faktor
dalam mengemudi yang cenderung menjadi penyebab potensial kecelakaan
lalu lintas yaitu kondisi lingkungan, faktor fisiologis pengemudi, faktor
psikologi pengemudi, dan faktor reaksi pengemudi. Titiek Hidayati (2018)
Kombinasi dari faktor fisiologis dan psikologis menghasilkan waktu
reaksi.Waktu reaksi merupakan rangkai kejadian yang dialami oleh
13
pengemudi dalam melakukan bentuk tindakan akhir sebagai reaksi dari
adanya gangguan dalam masa mengemudi yang diukur dalam satuan waktu
(detik) Tujuan akhir dari waktu reaksi ini adalah untuk menghindari
terjadinya kecelakaan.
Waktu reaksi terdiri dari empat bagian waktu dimana waktu reaksi ini
berkisar antara 0,5 sampai 4 detik tergantung pada kompleksitas masalah
yang di hadapi, juga diperlukan oleh karakteristik individual dari
pengemudi. Empat waktu tersebut biasanya disebut waktu PIEV yaitu:
1. Perception
Maksudnya rangsangan lewat panca indra atau pengelihatan terhadap
suatu keadaan sehingga stimulus timbul untuk menjadi respon.
2. Intellection
Menelaah dan mempelajari (identifikasi) rasangan atau stimulus tersebut.
3. Emetion
Penanggapan terhadapn rasangan atau penentuan suatu respon yang
sesuai dengan keadaan.
4. Volition
Pengambilan tindakan atau respon fisik sebagai hasil dari suatu
keputusan. untuk perencanaan waktu PIEV, waktu yang digunakan
sebesar 2,5 detik. Faktor lain yang mempengaruhi besarnya waktu reaksi
kecelakaan antara lain:
a. Kelelahan yang disebabkan oleh kurang tidur
b. Kondisi jalan yang lurus dan rata
c. Kebocoran gas CO dari knalpot
d. Penerangan kendaraan
e. Menurunnya kondisi kesehatan/mental
f. Obat-obatan,minuman keras,dan lain lain
Analisis yang di lakukan oleh Direktorat Jendral Perhubungan Darat
menunjukkan bahwa usia 16-30 tahun merupakan penyebab terbesar
kecelakaan (55,99%), kelompok usia 21-25 tahun adalah kelompok terbesar
14
penyebab kecelakaan dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.
Sedangkan pada kelompok 26-30 tahun sebagai penyebab kecelakaan
menurun cukup dratis. Kelompok usia 40 tahun menjadi penyebab
kecelakaan relatif lebih kecil seiring dengan kematangan dan tingkat disiplin
yang lebih baik.
Beberapa kreteria pengemudi sebagai faktor penyebab kecelakaan lalu
lintas menurut Titiek Hidayati (2018) adalah sebagai berikut:
1. Usia pengemudi
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan mengemudi
4. Kemampuan mengemudi
5. Pengalaman mengemudi
6. Perilaku
7. Kepemilikan SIM
Mengemudi merupakan pekerjaan yang kompleks, sehingga memerlukan
kemampuan dan pengetahuan tertentu, karena pada saat yang sama pengemudi
harus menghadapi kendaraan dengan peralatannya dan menerima pengaruh atau
rangsangan dari keadaan sekelilingnya. Kondisi lain pada pengemudi yang
sering menyebabkan kecelakaan antara lain pengemudi mengantuk, mabuk,
lelah, tidak terampil, tidak tertib, dan menggunakan telepon seluler saat
berkendara. Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat memicu hilangnya
konsentrasi pengemudi seperti mobil dipacu dengan kecepatan tinggi
sehingga kendaraan menjadi sulit dikendalikan. Permukaan jalan, kondisi
kendaraan yang kurang baik diduga juga mempengaruhi perilaku
pengemudi. Biasanya semakin tertib berlalu lintas membuat pengemudi
semakin tenang berkendara, begitu pula sebaliknya. Emosi dan keputusan
mengambil tindakan di jalan dipengaruhi oleh lingkungannya. Nunuj
Nurdjanah dan Reni Puspitasari (2017)
15
2.3 Kendaraan
Kendaraan adalah sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan
bermotor dan kendaraan tidak bermotor (PP RI Nomor 55 Tahun 2012).
Karena itu, tuntutan utama pengguna kendaraan adalah keselamatan bagi
pengemudi dan muatannya (penumpang maupun barang). Kendaraan
sebagai produk industri harus mampu memberika jaminan atas keamanan
dan kenyamanan melalui standar – standar perlengkapan kendaraan.
Seiring dengan meningkatnya kemajuan di bidang industri otomotif,
kendaraan bermotor yang dioperasikan saat ini mempunyai bermacam
bentuk, karakteristik dan fungsi. Bentuk, karakteristik dan fungsi kendaraan
terbaru semakin memperhitungkan faktor – faktor keamanan, kenyamanan
dan keselamatan pengendara ketika berlalu lintas di jalan. Menurut Titiek
Hidayati (2018), Kendaraan yang baik harus mendapatkan perawatan secara
berkala sehingga semua bagiannya berfungsi dengan baik, seperti mesin,
rem, ban, kaca spion, dan sebagainya. Segi – segi yang harus diperhatikan
dalam konsep desain kendaraan bermotor yang memperhitungkan
keamanan, kenyamanan dan keselamatan pengendara adalah :
1. Lampu Kendaraan
a. Lampu utama
Lampu utama berfungsi sebagai penerangan saat pengemudi
mengendarakan sepeda motor. Lampu sepeda motor ada dua yaitu
lampu jauh dan lampu dekat. Untuk menjaga keselamatan, sebaiknya
pengendara menggunakan lampu dekat, hal ini dikarenakan lampu
jauh dapat membuat pengendara lain menjadi silau. Lampu jauh dapat
digunakan jika kondisi jalanan sepi. Akan tetapi jika dalam jarak 200
m terdapat terdapat pengendara lain dan pengendara tersebut
menyalakan lamu dip, maka sebaiknya gantilah dengan menggunakan
lampu dekat.
16
b. Lampu Indikator
Lampu penunjuk arah/indicator terdapat didepan dan dibelakang
secara berpasangan. Lampu ini digunakan untuk penjujuk arah bagi
pengendara lain dibelakangnya jika akan belok dipersimpangan atau
ingin bergai jalur. Lampu indicator ini sangatlah penting sebagai
petunjuk arah yang akurat ketika pengendara lain tidak melihat kita.
c. Lampu Rem
Lampu rem digukakan agar pengendara lain tahu bahwa
pengemudi sedang melakukan pengereman.
2. Rem
Kemampuan untuk menghentikan kendaraan secara cepat dan
terkontrol merupakan persyaratan penting dalam sistem pengereman
kendaraan dan faktor utama dalam keselamatan jalan. Jarak pengereman
ditentukan oleh efisiensi dan kondisi sistem pengereman, muatan
kendaraan, kondisi cuaca, karakteristik permukaan jalan dan karakteristik
ban serta kondisi geometrik jalan.
3. Dimensi dan Berat Kendaraan
Dimensi kendaraan dan berat disesuaikan dengan karakteristik
lalu lintas. Misal, untuk mobil penumpang tipe urban, dimensinya kecil
danstreamline, dengan bobot ringan sehingga lincah dalam keramaian.
4. Performa Kendaraan
Harus memperhatikan ketahanan terhadap aliran udara, ketahanan /
gesekan mesin, ketahanan terhadap gaya inersia, ketahanan terhadap
tumbukan dan ketahanan dalam perjalanan.
5. Percepatan / akselerasi
Kemampuan percepatan tergantung dari berat kendaraan,
ketahanan gerak dan ketersediaan tenaga. Karakteristik mode percepatan
dan perlambatan yang digunakan pengemudi dapat diukur dalam kondisi
operasi yang berbeda-beda dengan instrumen yang cocok. Instrumen
dapat berupa pendulum berbentuk U dengan alat pencampur minyak.
17
PP RI No. 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan menyatakan
Pengujian kendaraan bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji
dan/atau memeriksa bagian atau komponen kendaraan bermotor, kereta
gandengan, dan kereta tempelan dalam rangka pemenuhan terhadap
persyaratan teknis dan laik jalan Pemeriksaan dan pemeliharaan
kendaraan sangat berguna bagi pemakai kendaraan dalam meningkatkan
keselamatan dirinya sendiri. Pemakaian kendaraan yang terlalu
dipaksakan akan menurunkan performa kendaraan yang pada akhirnya
dapat berakibat fatal yaitu terjadinya kecelakaan. Dalam kaitannya
dengan keselamatan umum, kendaraan yang digunakan di Indonesia
seharusnya sudah mendapatkan sertifikasi laya jalan yang dikeluarkan
oleh Dinas Perhubungan setempat sebelum dioperasikan.
Peraturan Menteri Perhubungan No. 33 tahun 2018 tentang
Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor menyebutkan bahwa maksud dan
tujuan dilakukannya pengujian antara lain:
a. Memberikan kepastian hukum terhadap pemenuhan persyaratan teknis
dan laik jalan kendaraan bermotor.
b. Memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan
kendaraan bermotor di jalan
c. Mendukung terwujudnya kelestarian lingkungan dari kemungkinan
yang diakibatkan oleh pengguna kendaraan bermotor di jalan.
d. Mberikan pelayanan umum kepada masyarakat.
Ditjen Perhubungan darat Provinsi Jawa Tengah menyatakan pada
tahun 2012 kendaraan bermotor di Provinsi Jawa Tengah mengalami
peningkatan pada masing masing moda transportasi dengan total prosentase
sebesar 12,30%. Kenaikan jumlah kendaraan yang melalui ruas jalan akan
menambah volume lalu lintas. Dengan demikian lalu lintas menjadi lebih
padat karena kenaikan jumlah kendaraan tersebut tidak diimbangi dengan
bertambahnya ruas jalan. Dengan demikian lalu lintas menjadi lebih padat
karena kenaikan jumlah kendaraan tersebut tidak diimbangi dengan
18
bertambahnya ruas jalan. Kendaraan dapat menjadi faktor penyebab
terjadinya kecelakaan lalu lintas bila tidak dikemudikan sebagaimana
mestinya, sebagai akibat dari kondisi teknisnya yang tidak laik jalan atau
penggunaan kendaraan yang tidak sesuai dengan aturan.
2.4 Jalan
Jalan adalah prsarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang di
peruntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel ( PP RI
Nomor 30 Tahun 2006 Tentang Jalan).
Sebagai landasan bergeraknya suatu kendaraan, jalan perlu
direncanakan / didesain secara cermat dan teliti dengan mengacu pada
gambaran perkembangan volume kendaraan di masa mendatang. Desain
jalan yang sesuai dengan spesifikasi standar dan dikerjakan dengan cara
yang benar serta memperoleh pemeliharaan yang cukup selama umur
rencananya bertujuan untuk memberikan keselamatan bagi pemakainya.
Menurut Wiwiek Nurkomala Dewi dan Nurhayati (2016), Hasil audit
keselamatan jalan menunjukkan bahwa beberapa bagian fasilitas jalan
berada dalam kategori “bahaya” dan atau “sangat berbahaya”. Yang harus
segera diperbaiki untuk memperkecil potensi terjadinya kecelakaan, yaitu:
1. Aspek geometrik yang meliputi jarak pandang menyiap, posisi elevasi
bahu jalan terhadap elevasi tepi perkerasan, radius tikungan.
2. aspek perkerasan yang meliputi kerusakan berupa alur bekas roda
kendaraan.
3. aspek harmonisasi yang meliputi rambu batas kecepatan di tikungan,
lampu penerangan jalan, dan sinyal sebelum masuk tikungan.
Sifat – sifat jalan juga berpengaruh dan dapat menjadi penyebab
terjadinya kecelakaan lalu – lintas. Menurut Titiek Hidayati (2018), ada
beberapa hal dari bagian jalan yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan, seperti:
19
1. Kerusakan pada permukaan jalan (misalnya, terdapat lubang besar yang
sulit dihindari pengemudi)
2. Konstruksi jalan yang rusak / tidak sempurna (misalnya letak bahu jalan
terlalu rendah bila dibandingkan dengan permukaan jalan, lebar
perkerasan dan bahu jalan terlalu sempit untuk berpapasan)
3. Geometrik jalan yang kurang sempurna (misalnya, superelevasi pada
tikungan terlalu curam atau terlalu landai, jari-jar tikungan terlalu kecil,
pandangan bebas pengemudi terlalu sempit, kombinasi alinyemen
vertikal dan horizontal kuran sesuai, penurunan dan kenaikan jalan
terlalu curam, dan lainlain).
4. Jalan Menikung
Jalan menikung merupakan jalan yang mempunyai sudut kurang atau
lebih dari 1800. Ketika melewati jalanan menikung diperlukan
keterampilan khusus, kehati-hatian agar tidak kehilangan kendali yang
pada akhirnya menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Ketika melewati jalan
yang menikung kurang tepat jika dilakukan pengereman, untuk itu
sebaiknya dilakuakan pengurangan kecepatan saat berkendara.
5. Jalan Gelap
Jalan yang gelap berpotensial menimbulkan kecelakaan, hal ini karena
pengemudi sepeda motor tidak dapat melihat secara jelas pengemudi lain
maupun keadaan lingkungan saat berkendara, sehingga sangat diperlukan
lampu untuk penerangan jalan.
Disamping bentuk fisik jalan yang dipengaruhi oleh “geometric
design” dan “konstruksi jalan”, faktor lingkungan juga mempunyai andil
dalam menyebabkan terjadinya kecelakaan. Faktor lingkungan sosial
merupakan faktor yang berasal dari lingkungan masyarakat, antara lain
seperti norma keselamatan berkendara yang berada dimasyarakat, sikap dan
perilaku masyarakat sebagai pengemudi dalam berkendara, serta
kesiapsiagaan atau antisipasi masyarakat saat terdapat kejadian kecelakaan
lalu lintas. Titiek Hidayati (2018)
20
2.5 Penelitian Terdahulu
Pada tabel 2.1.7 dijelaskan tentang penelitian terdahulu, variable
penelitian, teknik analisa serta hasil penelitian. Terdapat beberapa penelitian
yang telah di lakukan berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas. Diantaranya
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Rujukan Penelitian TerdahuluJudul Pengaruh faktor humman error dan kondisi infrastruktur
jalan terhadap terjadinya kecelakaan di jalan tol cipali
Penulis Jurnal Wiwiek Nurkomala Dewi dan Nurhayati
Jurnal Digit, Vol. 6, No. 1 mei 2016 : 100-107
Variabel Variabel Independen:
X1 : Humman error ( mengantuk, terlalu
ngebut,kelalaian pengemudi).
X2 : Infrastruktur jalan (geometrik jalan, perkerasan
jalan, dan harmonisasi jalan)
Variabel Dependen:
Y : Terjadinya kecelakaan ( cara berlalu lintas,
keselamatan dan keamanan berlalu lintas)
Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil Penelitian Humman error dan infrastruktur jalan secara bersama sama berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan di jalan tol Cipali.
Hubungan dengan
penelitian
Digunakan sebagai rujukan dan berkaitan erat dengan
penelitian ini.
Dari hasil uraian dan penjelasan yang di lakukan terhadap hasil
penelitian tentang pengaruh humman error dan infrastruktur jalan terhadap
kecelakaan di jalan tol Cipali menunjukan bahwa humman error
berpengaruh terhadap kecelakaan lalu lintas dengan nilai signifikansi
sebesar 5%. Sementara untuk infrastruktur jalan dengan nilai dengan nilai
21
signifikansi 5% tidak berpangaruh sugnifikan terhadap kecelakaan di jalan
tol Cipali karena nilai p-value sebesar 0.737 jauh di atas 0.05. Tetapi
humman error dan infrastruktur jalan secara bersama sama berpengaruh
terhadap kecelakaan di jalan tol Cipali dengan nilai hubungan 0.920 (92%)
dan tergolong nilai pengaruh yang cukup tinggi.
Tabel 2.2Rujukan Penelitian Terdahulu
Judul Pengaruh faktor manusia dan kendaraan terhadap
kecelakaan lalu lintas jalan raya di jalan raysa Merauke
Penulis Jurnal Erlin Yuniardini, dkk.
Musamus Journal Of Civil Engineering, Vol. 1, No. 1,
Oktober 2018.
Variabel Variabel Independen:
X1 : Faktor manusia ( Perilaku pengendara, melanggar
rambu lalu lintas).
X2 : Faktor kendaraan (jumlah kendaraan)
Variabel Dependen:
Y : Kecelakaan lalu lintas ( trauma, cidera,cacat,
kematian)
Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor manusia dan faktor kendaraan berpengaruh signifikan terhadap kecelakaan lalu lintas.
Hubungan dengan
penelitian
Digunakan sebagai rujukan dan berkaitan erat dengan
penelitian ini.
Dari hasil penelitian ini menunjukan faktor manusia (X1) menjadi pengaruh
yang lebih dominan di bandingkan dengan faktor kendaraan (X2). Hal ini dapat di
lihat dari nilai t hitung X1 sebesar 6.845 dan nilai t hitung X2 sebesar 1.976
dengan nilai t tabel sebesar 1.984. Sementara untuk nilai koefisien dari
22
determinasi faktor manusia (X1) dan faktor kendaraan (X2) adalah sebesar 52,12
%.
Tabel 2.3
Rujukan Penelitian TerdahuluJudul Faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas pada
daerah rawan kecelakaan di kecamatan Banjarmasin
Tengah kota Banjarmasin
Penulis Jurnal Muhammad Azizirrahman, dkk.
Jurnal Pendidikan Geografi, Vol. 2, No. 3, Mei 2015.
Variabel Variabel Independen:
X1: Faktor manusia (Kecepatan tinggi/ugal-ugalan,
muatan berlebihan, melanggar rambu lalu lintas)
X2 : Faktor kendaraan (Lampu kendaraan, dan kaca
spion)
X3 : Faktor jalan (Jalan rusak, jalan berlubang,jalan
tergenang, tanpa marka/rambu lalu lintas)
Variabel Dependen:
Y : kecelakaan lalu lintas ( daerah rawan kecelakaan,
angka kecelakaan, Dampak kecelakaan)
Analisis Deskriptif Kuantitatif
Hasil Penelitian Faktor manusia menjadi pemicu kecelakaan lalu lintas
pada saat hari kerja.
Faktor kendaraan menjadi pemicu kecelakaan lalu lintas
pada saat hari libur.
Faktor jalan menjadi pemicu kecelakaan lalu lintas
karena tidak terdapat penerangan jalan, tanpa marka
jalan, jalan berlubang dan tergenang air.
Hubungan dengan
penelitian
Digunakan sebagai rujukan dan berkaitan erat dengan
penelitian ini.
23
Dari hasil uraian dan penjelasan pada penelitian ini, dilakukan
penelitian pada 21 ruas jalan daerah rawan kecelakaan. Hasil penelitiandi
analisis menjadi 2 bagian yaitu pertama, hasil observasi keseluruh pada 21
ruas jalan daerah rawan kecelakaan saat hari libur dan hari keja. Kedua,
hasil observasi pada ruas jalan daerah rawan kecelakaan. Dari hasil
observasi keseluruhan yang dilakukan pada 21 ruas jalan daerah rawan
kecelakaan, faktor penyebab kecelakaan pada saat hari libur adalah faktor
manusia dengan persentase sebesar 48.29 % dan faktor kendaraan sebesar
51.71 %. Sementara untuk hari kerja, faktor penyebab kecelakaan adalah
faktor manusia dengan persentase sebesar 51.23 % dan faktor kendaraan
sebesar 48.77 %. Faktor jalan juga menjadi penyebab kecelakaan dengan
jumlah persentase sebesar 85 % di karenakan fasilitas jalan yang belum
lengkap dan kondisi jalan yang rusak.
Tabel 2.4
Rujukan Penelitian Terdahulu
Judul Karakteristik dan Penyebab kecelakaan lalu lintas di
Indonesia
Penulis Jurnal Herawati
Warta Penelitian Perhubungan, Vol. 26, Nomor 3,
Maret 2014.
Variabel Variabel Independen:
X1 : Karakteristik (cuaca, umur pengemudi, kondisi
permukaan jalan)
X2 : Penyebab kecelakaan (manusia, kendaraan, jalan
dan lingkungan)
Variabel Dependen:
Y : Kecelakaan lalu lintas (Tipe kecelakaan, kecepatan
minimum)
Analisis Deskriptif dan Kuantitatif dengan pendekatan 5W+1H
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian manusia, kendaraan dan
jalan menjadi faktor penyebab kecelakaan
24
Hubungan dengan
penelitian
Digunakan sebagai rujukan dan berkaitan erat dengan
penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukan penyebab kecelakaan lalu lintas adalah
manusia, kendaraan dan jalan. Faktor manusia yang sering mengalami kecelakaan
di dominasi oleh usia produktif dengan prosentase sebesar 71 %. Sementara untuk
faktor kendaraan yang yang paling sering mengalami kecelakaan adalah sepeda
motor sebesar 65 %. Berikutnya adalah faktor jalan yang di pengaruhi oleh
kuranganya fasilitas keselamatan di jalan sebesar 50 % dan cuaca (Hujan) sebesar
51 %.
Tabel 2.5Rujukan Penelitian Terdahulu
Judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan
lalu lintas di provinsi aceh.
Penulis Jurnal Indah Mukthadila dan Sofyan Syahnur.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah, Vol. 3, No. 4,
November 2018.
Variabel Variabel Independen:
X1 : Kepadatan Penduduk (Pertumbuhan ekonomi,
penyamaan harga, urbanisasi)
X2 : Jenis kendaraan bermotor (sepeda mortor, mobil
penumpang, pick up, bus, dan truck)
X3 : Total kendaraan bermotor ( jumlah sepeda motor,
lalu lintas campuran)
Variabel Dependen:
Y : Kecelakaan lalu lintas (luka ringan, luka sedang,
luka berat)
25
Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini, sepeda motor, kepadatan penduduk dan total kendaraan bermotor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecelakaan lalu lintas. Sedangkan bus berpengaruh negatif dan signifikan.
Hubungan dengan
penelitian
Digunakan sebagai rujukan dan berkaitan erat dengan
penelitian ini.
Dari hasil uraian dan penjelasan yang di lakukan terhadap hasil penelitian
tentang sepeda motor, jumlah kendaraan bermotor dan kepadatan penduduk yang
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecelakaan lalu lintas. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa sepeda motor memiliki hubungan yang positif
dan signifikan terhadap kecelakaan lalu lintas sebesar 648.9 %, jumlah kendaraan
bermotor memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kecelakaan lalu
lintas sebesar 673 %, dan kepadatan penduduk memiliki hubungan yang positif
dan signifikan terhadap kecelakaan lalu lintas sebesar 300.4 %. Hal ini
menunjukan sepeda motor, jumlah kendaraan bermotor, dan kepadatan penduduk
sangat berpengaruh terhadap kecelakaan lalu lintas.
2.6 Alur Pemikiran
26
Gambar 2.1
Data tidak cukup
2.7 Kerangka pemikiran
Manusia(X1)
Kendaraan(X2)
Jalan(X3)
Latar Belakang Masalah
Landasan Teori
Metodologi Penelitian
Pengumpulan Data
Kecelakaan lalu lintas(Y1)
Pengolahan Data
Analisis Data
Implikasi Manajerial
Kesimpulan dan Saran
27
Kerangka pemikiran adalah suatu tinjauan mengenai apa yang di teliti
yang kemudian dituangkan dalam sebuah bagan yang menjadi alur pemikiran
penelitian.
H1
H2
H3
= Variabel = Pengukur
= Indikator = Pengaruh
H = Hipotesis
kondisi
jalan ( X3 )
kesalahan manusia ( X1 )
Kecelakaan lalu lintas
(Y1 )
kondisi kendaraan ( X2 )
X3.3
X.1.3
X.1.2
X.1.1
X3.1
Y1.3
Y1.2
Y1.1
X2.3
X2.2
X2.1
X3.2
28
Indikator variable dependen (Y1) Kecelakaan lalu lintas (Erlin Yuniardini, dkk,
2018):
Y 1.1 = Kerugian harta benda
Y 1.2 = Tingkat keparahan korban
Y 1.3 = Frekuensi kejadian kecelakaan lalu lintas
Indikator variable independen (X1) kesalahan manusia (Wiwiek Nurkomala
Dewi dan Nurhayati, 2016) :
X 1.1 = Tidak tertib
X 1.2 = mabuk
X 1.3 = Tidak terampil
Indikator variable independen (X2) kondisi Kendaraan (Erlin Yuniardini, dkk,
2018) :
X 2.1 = Rem blong
X 2.2 = Ban
X 2.3 = lampu kendaraan
Indikator variable independen (X3) kondisi jalan (Muhammad Azizirrahman, dkk,
2015) :
X 3.1 = hujan
X 3.2 = jalan licin
X 3.3 = jalan bergelombang
29
2.8 Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta
diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta – fakta yang diamati
ataupun kondisi – kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk langkah
penelitian selanjutnya. Maka untuk memberikan jawaban diatas maka peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Diduga kesalahan manusia mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Majapahit Semarang.
H2 : Diduga kondisi kendaraan mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Majapahit Semarang.
H3 : Diduga kondisi jalan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Majapahit Semarang.