document
DESCRIPTION
metode rdtrTRANSCRIPT
II - 1RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
II.1. TINJAUAN KEBIJAKAN
II.1.1. RTRW NASIONAL (PP RI NO 26 TAHUN 2008)
Tinjauan Sistem Perkotaan Nasional adalah sebagai berikut :
Pasal 11
(1) Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL.
(2) PKN dan PKW tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
(3) PKL ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi berdasarkan usulan pemerintah kabupaten/kota, setelah
dikonsultasikan dengan Menteri.
Pasal 14
(1) PKN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) ditetapkan dengan kriteria:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi;
dan/atau
c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
(2) PKW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) ditetapkan dengan kriteria:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua
kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten;
dan/atau
II - 2RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
(3) PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) ditetapkan dengan kriteria:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan;
dan/atau
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
Gambar II.1. Peta Rencana Sistem Perkotaan Nasional
Pasal 15
PKSN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) ditetapkan dengan kriteria :
a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas
dengan negara tetangga;
b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga;
II - 3RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya; dan/atau
d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
Untuk Provinsi Kalimantan Timur, salah satu wilayah kota yang termasuk dalam PKN
adalah Tarakan, sedangkan Nunukan termasuk kedalam kategori Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW – I/B) dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN – I/A/1).
II.1.2. RTRWP KALIMANTAN TIMUR
Visi dan Misi
Visi pembangunan Kalimantan Timur adalah Pembangunan ekonomi yang
bertumpu pada pemanfaatan sumber daya alam yang dapat diperbaharui
(renewable resources), serta pemanfaatan keanekaragaman hayati yang terkandung
di dalamnya, sehingga Kalimantan Timur mampu menjadi salah satu pusat
perdagangan di Kawasan Timur Indonesia dan berkembang menjadi pusat
perdagangan internasional di wilayah Asia-Pasifik.
Misi pembangunan Kalimantan Timur sebagai berikut:
a. Penguatan ekonomi rakyat yang didukung oleh peningkatan kemampuan SDM
yang menguasai Iptek dan dilandasi oleh Imtaq, serta pengembangan potensi
perdesaan sebagai daerah produktif.
b. Intensifikasi pemanfaatan SDA secara lestari yang berorientasi pada industri
pengolahan dan ekspor, pengembangan sentra perdagangan dunia, khususnya
bagi wilayah Asia Pasifik dan pengembangan jasa dan budaya.
c. Meningkatkan kualitas dan pengembangan Sumber Daya Manusia,
pengembangan dan peningkatan investasi, peningkatan dan pengembangan,
serta rasionalisasi manajemen SDA (renewable dan non-renewable).
d. Pengembangan dan peningkatan pemanfaatan keunggulan komparatif potensi
pembangunan yang ada, pengembangan dan peningkatan kemampuan
pelayanan infrastruktur, dan lain-lain, serta peningkatan penguasaan Iptek,
II - 4RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
khususnya yang berkaitan dengan sistem produksi.
Tujuan
Tujuan Pembangunan Daerah Propinsi Kalimantan Timur merupakan bagian dari
tujuan pembangunan nasional yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur yang merata materil dan spiritual berdasarkan UUD 45 dan Pancasila dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan
berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan yang aman, tentram, tertib,
dinamis, sesuai dengan kemampuan kondisi, potensi dan aspirasi yang tumbuh dan
berkembang di daerah, yang ditujukan untuk:
1. Menumbuhkembangkan sikap dan tekad kemandirian masyarakat dan
pemerintah daerah Kalimantan Timur dalam rangka meningkatkan SDM yang
mampu menyerap perkembangan IPTEK, sebagai aset dan potensi daerah
untuk mewujudkan kesejahteraan lahir batin yang lebih selaras, merata, adil
dan makmur.
2. Mengembangkan dan menyerasikan laju pertumbuhan pembangunan
antarwilayah, antar Kabupaten/Kota dan wilayah pedesaan, antarsektor
ekonomi, serta mengarahkan pertumbuhan pembangunan daerah dan
membuka wilayah pedalaman, perbatasan, terisolasi, dan kawasan tertinggal
lainnya, yang diimbangi dengan pendayagunaan dan peningkatan efektifitas
penataan ruang, serta pengendalian pemanfaatan ruang.
3. Meningkatkan pendapatan yang berasal dari Sumberdaya Alam (SDA), yang
selama ini diketahui memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar
terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), namun belum
dinikmati secara proporsional oleh masyarakat Kalimantan Timur.
4. Peningkatan investasi dan peran swasta yang mampu mendorong penguatan
ekonomi kerakyatan, dengan penyiapan informasi-informasi dari pemerintah
daerah mengenai program pembangunan, serta debirokratisasi dan deregulasi.
5. Meletakkan landasan pembangunan yang mantap untuk tahap pembangunan
berikutnya dengan paradigma baru Indonesia masa depan yang berwawasan
lingkungan.
II - 5RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Sasaran Umum
Titik berat sasaran pembangunan jangka menengah Kalimantan Timur masih
bertumpu pada bidang ekonomi, seiring dengan peningkatan kualitas sumberdaya
manusia, sedang bidang lain bersifat menunjang. Peletakan bidang ekonomi yang
menjadi sasaran tersebut tidak lain dengan melihat perkembangan wilayah
Kalimantan Timur yang telah dimekarkan melalui UU Nomor 47 tahun 1999 menjadi
12 wilayah Kabupaten/Kota, dimana masih banyak permasalahan yang perlu
dibenahi, antara lain ketertinggalan dalam kemajuan proses pembangunan antar
Kabupaten/Kota, penduduk miskin serta desa-desa tertinggal, maupun kelengkapan
sarana dan prasarana serta infrastruktur.
Sasaran Khusus
Sasaran pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur jangka menengah diperkirakan
akan tumbuh rata-rata sebesar 4,8% pertahun dengan migas, dan 6,10% per tahun
tanpa migas, dengan asumsi bila Indonesia pada masa tersebut telah aman dan stabil
serta mendapatkan kembali kepercayaan dunia Internasional.
Arah Kebijakan RTRWP Kalimantan Timur
Arah kebijakan pemanfaatan ruang di kawasan perbatasan Propinsi Kalimantan
Timur adalah :
1. Perlu dibuka jalur-jalur transportasi yang menghubungkan kawasan perbatasan
dengan daerah–daerah lainnya, baik yang menuju Indonesia maupun Malaysia,
untuk lebih memudahkan pemasaran hasil-hasil bumi setempat.
2. Perlu dibuka pos-pos imigrasi di kawasan perbatasan untuk melegalkan arus
barang yang masuk dan ke luar dari wilayah Indonesia.
3. Perlu dibangun pelabuhan laut yang khusus melayani arus keluar masuk barang
dari Indonesia di wilayah Nunukan kepulauan.
4. Mempercepat tercapainya kemandirian masyarakat dan pemerintah
Kabupaten Nunukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
5. Mengembangkan dan menserasikan laju pertumbuhan pembangunan antar
wilayah kecamatan, wilayah pedesaan, antarsektor ekonomi serta membuka
wilayah pedalaman, perbatasan, terisolasi dan kawasan tertinggal lainnya, yang
II - 6RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
diimbangi dengan pendayagunaan dan peningkatan efektivitas pembangunan
daerah.
6. Mengoptimalkan pemanfaatan pendapatan yang berasal dari sumberdaya
alam yang dapat diperbaharui dengan prinsip pembangunan yang
berkelanjutan.
7. Meningkatkan investasi dan peran swasta untuk mendorong penguatan
ekonomi rakyat.
Strategi Pembangunan Perbatasan Provinsi Kalimantan Timur
Strategi pembangunan daerah perbatasan Kalimantan Timur diarahkan untuk :
1. Mempercepat penetapan tata batas negara dan mengurangi konflik dengan
negara tetangga.
2. Meningkatkan ekonomi masyarakat di daerah perbatasan.
3. Meningkatkan pengelolaan wilayah perbatasan.
4. Meningkatkan pelayanan sosial dibidang pendidikan dan kesehatan.
5. Meningkatkan sarana dan prasarana transportasi daerah perbatasan sampai ke
daerah-daerah pedesaan baik melalui jalur darat, laut maupun udara.
6. Meningkatkan upaya pembinaan politik untuk meningkatkan nasionalisme dan
rasa kebangsaan.
7. Meningkatkan kerjasama sub-regional dalam rangka peningkatan keamanan
dalam negeri dan peningkatan investasi.
II.1.3. RTRW KABUPATEN NUNUKAN
Tujuan
Kabupaten Nunukan telah memiliki draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Nunukan untuk kurun waktu 5 tahunan yang saat ini sedang dalam tahap
revisi untuk diperdakan.
Secara umum dokumen RTRW Kabupaten Nunukan ini bertujuan untuk :
Merumuskan kebijakan pokok pemanfaatan ruang Kabupaten Nunukan Provinsi
Kalimantan Timur;
II - 7RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Menghasilkan produk tata ruang Kabupaten Nunukan yang mampu menjaga
konsistensi perkembangan wilayah dengan strategi pengembangan Kawasan
Strategis Nasional dan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
dalam jangka panjang, yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan;
Mewujudkan produk pemanfaatan ruang Kabupaten Nunukan yang dapat
menciptakan keserasian perkembangan antar wilayah Kecamatan serta
keterpaduan pembangunan sektoral daerah.
Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Kabupaten Nunukan
Struktur ruang wilayah Kabupaten Nunukan dilakukan dengan membagi wilayah
Kecamatan ke dalam beberapa kota atau kawasan strategis yang bertujuan untuk
menciptakan kondisi struktur ruang Kabupaten Nunukan yang efisien dalam
pemanfaatan ruang dan efektif dalam membentuk struktur-struktur pelayanan
umum serta terpadu dan bersinergis dalam memanfaatkan semua potensi dan
sumberdaya yang tersedia.
Formulasi Rencana Struktur Ruang Kabupaten Nunukan didasari oleh kajian struktur
ruang Kabupaten Nunukan dalam RUTRK (1990-2010) serta arahan perkembangan
dan distribusi penduduk Kabupaten Nunukan pada tahun 2027. Ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan sebagai dasar pertimbangan penentuan struktur ruang
Kabupaten Nunukan, yaitu :
Pembagian wilayah Kota sebagai wilayah/kawasan-kawasan pengembangan
sebaiknya memiliki batas administrasi yang jelas sehingga tidak menyulitkan
dalam perencanaan masing-masing kawasan terutama pada saat pengerjaan
rencana-rencana yang lebih detail (RDTRK) dan teknis (RTRK).
Beberapa kawasan perkotaan di beberapa Kecamatan telah berkembang dengan
fungsi-fungsi baru sehingga perlu dipertimbangkan sebagai pusat pelayanan
Kabupaten Nunukan.
Kota-kota sebagai kawasan perdagangan dan jasa mulai menyebar ke arah Kota
Pembeliangan (Kec. Sebuku) – Kota Atap (Kec. Sembakung) – Kota Mansalong
(Kec. Lumbis). Demikian pula dengan pola kegiatan pusat kota yang berubah
dengan kehadiran sektor informal (PKL) yang perlu diperhitungkan.
II - 8RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Kebijakan dan program yang berhubungan dengan penetapan Kabupaten
Nunukan sebagai bagian dari Kawasan Strategis Nasional.
Faktor-faktor yang disebutkan di atas mempengaruhi perkembangan Kabupaten
Nunukan saat ini dan dimasa yang akan datang, sehingga perlu diantisipasi dengan
konsep-konsep perencanaan dan pengelolaan kawasan yang memiliki kemampuan
mengadaptasi perubahan yang terjadi sebagai bagian dari pembangunan wilayah.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka Struktur Tata Ruang Kabupaten
Nunukan dibuat dengan cara membagi wilayah Kabupaten Nunukan ke dalam 8
(delapan) bagian wilayah, yang disebut Pengembangan Wilayah Kota (PWK). Masing-
masing PWK memiliki pusat pelayanan yang diklasifikasikan berdasarkan jenis dan
skala pelayanan. Pembagian PWK untuk struktur ruang Kabupaten Nunukan pada
dasarnya dilakukan dengan mengacu pada eksistensi wilayah administratif
kecamatan yang ada di Kabupaten Nunukan yaitu; Kecamatan Krayan Selatan,
Kecamatan Krayan, Kecamatan Lumbis, Kecamatan Sembakung, Kecamatan Sebuku,
Kecamatan Nunukan, Kecamatan Sebatik dan Kecamatan Sebatik Barat. Dengan kata
lain, masing-masing wilayah kecamatan dalam rencana struktur ruang Kabupaten
Nunukan ditetapkan sebagai satu PWK.
Sasaran Rencana Tata Ruang Kabupaten Nunukan
Sedangkan sasaran dari rencana tata ruang Kabupaten Nunukan adalah:
Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan serta
keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya;
Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber
daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia.
Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Terkendalinya pembangunan di wilayah Kabupaten Nunukan baik yang
dilakukan oleh pemerintah, swasta maupun oleh masyarakat;
Tersusunnya rencana dan keterpaduan program pembangunan di wilayah
Kabupaten Nunukan;
II - 9RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Terdorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah Kabupaten
Nunukan;
Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan;
Sebagai landasan operasional di dalam melaksanakan program pemanfaatan
ruang, terutama yang berkaitan dengan pemberian dan rekomendasi izin
pemanfaatan ruang atau pengendaliannya;
Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat
di Kabupaten Nunukan sebagai rujukan dan arahan bagi penerbitan ijin lokasi
bagi pembangunan;
Menjadi acuan penyusunan rencana-rencana yang lebih terperinci, seperti
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Nunukan dan Rencana Teknik Ruang
Kota (RTRK) Nunukan.
Selain pusat-pusat pelayanan utama yang telah disinggung di atas, yang umumnya
didasarkan pada kondisi eksisting masing-masing kawasan, pada masing-masing PWK
ini juga direncanakan kehadiran sejumlah pusat pelayanan baru, yang diprediksikan
akan bertambah secara natural jika konsep dan rencana pengembangan kota
diimplementasikan secara bijaksana.
Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kabupaten Nunukan
Penentuan rencana sistem pusat pelayanan kota dilakukan dengan memperhatikan
rencana sistem struktur tata ruang Kabupaten Nunukan yang dikaji berdasarkan
perkembangan dan distribusi penduduk sampai dengan tahun 2027 serta kondisi
eksisting struktur tata ruang kota saat ini. Tujuan pembagian pusat-pusat pelayanan
dalam kota adalah agar terjadi pemerataan pelayanan prasarana dan sarana
perkotaan pada seluruh wilayah.
Rencana sistem pusat pelayanan di Kabupaten Nunukan ditetapkan dengan hierarki
sebagai berikut :
PPP = Pusat Pelayanan Primer
PPS = Pusat Pelayanan Sekunder
PPT = Pusat Pelayanan Tersier
II - 10RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Pusat Pelayanan Primer (PPP), adalah kawasan yang menjadi pusat pelayanan untuk
seluruh wilayah Kabupaten Nunukan, dan bahkan juga sejumlah wilayah di luar
Kabupaten Nunukan yang secara fungsional memiliki keterkaitan spasial dengan kota
ini. Pada prinsipnya, kawasan PPP akan memberikan pelayanan terhadap
kawasannya sendiri serta kawasan-kawasan lain di dalam wilayah Kabupaten
Nunukan yang secara hierarki berada di bawahnya yaitu kawasan yang termasuk
dalam Pusat Pelayanan Sekunder (PPS) dan Pusat Pelayanan Tersier (PPT).
Pusat Pelayanan Sekunder (PPS), adalah kawasan atau wilayah selain memberikan
pelayanan terhadap kawasannya sendiri juga memberikan pelayanan kepada
kawasan yang secara hierarki berada di bawahnya yaitu kawasan yang termasuk
dalam Pusat Pelayanan Tersier (PPT). Jadi satu kawasan PPS bisa melayani beberapa
kawasan PPT.
Pusat Pelayanan Tersier (PPT), adalah kawasan atau wilayah yang hanya bertujuan
memberikan pelayanan kepada kawasannya sendiri atau berskala pelayanan
lingkungan. Beberapa pertimbangan terpilihnya kawasan-kawasan tersebut sebagai
pusat pelayanan adalah, yaitu :
Peluang tumbuh dan berkembang kawasan;
Posisi strategis ditinjau dari beberapa aspek dan kebijakan perkembangan kota;
Aksesibilitas tinggi;
Jumlah penduduk dan kepadatan;
Kemampuan melayani wilayah sekitar;
Daya dukung lahan dan lingkungan.
II.2. TINJAUAN PENYUSUNAN RDTR KOTA MANSALONG
II.2.1. Gambaran Umum Penyusunan RDTR Kota Mansalong
Rencana Detail Tata Ruang Kota Mansalong yang sedang disusun saat ini, merupakan
penjabaran dari Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan ke dalam
rencana pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan. Rencana Detail Tata Ruang Kota
Mansalong adalah rencana pemanfaatan ruang Bagian Wilayah Kota Mansalong
II - 11RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
secara terperinci yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka
pelaksanaan program-program pembangunan Kabupaten Nunukan.
Rencana Detail Tata Ruang Kota Mansalong ini nantinya juga merupakan rencana
yang menetapkan blok-blok peruntukan pada kawasan fungsional perkotaan,
sebagai penjabaran “kegiatan” ke dalam wujud ruang, dengan memperhatikan
keterkaitan antara kegiatan dalam kawasan fungsional, agar tercipta lingkungan yang
harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional
tersebut. Jangka waktu Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Mansalong ini
adalah 5 tahun dan dituangkan ke dalam peta rencana dengan skala 1 : 5.000 atau
lebih.
II.2.2. Fungsi Penyusunan RDTR Kota Mansalong
Rencana Detil Tata Ruang Kota Mansalong ini nantinya berfungsi untuk :
menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan program
pembangunan perkotaan;
menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan Kota
Mansalong dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan;
menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien;
menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan Kota Mansalong melalui
pengendalian program-program pembangunan perkotaan.
II.2.3. Manfaat Penyusunan RDTR Kota Mansalong
Manfaat disusunnya Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Mansalong bagi
Pemerintah Daerah Kabupaten Nunukan adalah sebagai pedoman untuk:
Pemberian advice planning;
Pengaturan bangunan setempat;
Penyusunan rencana teknik ruang kawasan perkotaan atau rencana tata
bangunan dan lingkungan;
Pelaksanaan program pembangunan.
II - 12RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
II.2.4. Muatan Rencana Penyusunan RDTR Kota Mansalong
Adapun muatan rencana penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota Mansalong,
meliputi :
1) Tujuan pengembangan kawasan fungsional Kota Mansalong;
2) Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang Kawasan Kota Mansalong,
meliputi:
a. Struktur pemanfaatan ruang, yang meliputi distribusi penduduk, struktur
pelayanan kegiatan kawasan perkotaan, sistem jaringan pergerakan, sistem
jaringan telekomunikasi, sistem jaringan energi, dan sistem prasarana
pengelolaan lingkungan;
b. Pola pemanfaatan ruang, yang meliputi pengembangan kawasan fungsional
(kawasan permukiman, perdagangan, jasa, pemerintahan, pariwisata,
perindustrian) dalam blok-blok peruntukan.
3) Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan fungsional perkotaan meliputi:
a. Arahan kepadatan bangunan (net density/KDB) untuk setiap blok peruntukan;
b. Arahan ketinggian bangunan (maximum height/KLB) untuk setiap blok
peruntukan;
c. Arahan garis sempadan bangunan untuk setiap blok peruntukan;
d. Rencana penanganan lingkungan blok peruntukan;
e. Rencana penanganan jaringan prasarana dan sarana.
4) Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang kawasan fungsional Kota
Mansalong.
II.2.5. Proses Penyusunan RDTR Kota Mansalong
Dalam penyusunan dan penetapan rencana tata ruang, ditempuh langkah-langkah
penentuan kawasan perencanaan, identifikasi potensi dan masalah pembangunan,
II - 13RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
perumusan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, dan penetapan Rencana
Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan.
1) Penentuan kawasan perencanaan perkotaan;
Dalam menentukan kawasan perencanaan perkotaan dilakukan berdasarkan
tingkat urgensi/prioritas/keterdesakan penanganan kawasan tersebut di dalam
konstelasi Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan.
2) Identifikasi permasalahan pembangunan dan perwujudan ruang kawasan;
Analisis yang didasarkan atas tuntutan pelaksanaan pembangunan suatu
kegiatan perkotaan yang selanjutnya didukung keputusan strategis dari
pemerintah daerah setempat untuk pengembangannya;
Terdapat suatu permasalahan dalam perwujudan ruang kawasan seperti
masalah rumah kumuh, urban heritage, kota tepi air, dsb.
3) Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan;
Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan didasarkan atas hasil
analisis kependudukan, sektor / kegiatan potensial, daya dukung lingkungan,
kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan, sasaran pembangunan kawasan
yang hendak dicapai, dan pertimbangan efisiensi pelayanan. Perkiraan
kebutuhan tersebut mencakup :
Perkiraan kebutuhan pengembangan kependudukan;
Perkiraan kebutuhan pengembangan ekonomi perkotaan;
Perkiraan kebutuhan fasilitas sosial dan ekonomi perkotaan;
Perkiraan kebutuhan pengembangan lahan perkotaan;
- kebutuhan ekstensifikasi;
- kebutuhan intensifikasi;
- perkiraan ketersediaan lahan bagi pengembangan.
Perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan.
4) Perumusan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Perumusan ini berdasarkan pada perkiraan kebutuhan pelaksanaan
pembangunan dan pemanfaatan ruang.
II - 14RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
5) Penetapan Rencana Tata Ruang
Untuk mengoperasionalisasikan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota
Mansalong, perlu adanya suatu upaya penetapan rencana tata ruang dalam
bentuk Surat Keputusan Bupati Nunukan dalam hal Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Kota Mansalong sebagai penjabaran RTRW Kabupaten Nunukan.
Dalam hal terjadi perubahan fungsi kawasan sebagai akibat dari dinamika
perkembangan perkotaan yang cukup tinggi, maka Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Kota Mansalong ditetapkan dengan persetujuan DPRD dalam bentuk
Peraturan Daerah. Hal ini selanjutnya menjadi masukan bagi peninjauan kembali dan
penyempurnaan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Nunukan.
Masyarakat setempat berhak untuk berperan serta dalam penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang Kawasan Kota Mansalong ini nantinya. Masyarakat Kota
Mansalong nantinya berkewajiban berperan serta dalam memelihara kualitas ruang
dan berkewajiban menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, produk Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Mansalong
merupakan hasil kesepakatan seluruh pelaku pembangunan (stakeholders),
termasuk masyarakat di dalamnya.
Peran serta masyarakat dalam penataan ruang menganut asas-asas demokratis,
kesetaraan gender, dan keterbukaan. Pendekatan ini merupakan dasar bagi
pendekatan “community driven planning” yang menjadikan masyarakat sebagai
penentu dan pemerintah sebagai fasilitatornya. Sejalan dengan proses penataan
ruang yang iteratif, maka keterlibatan masyarakat ada pada setiap proses tersebut
dan selalu tanggap dan mengikuti setiap dinamika dan perkembangan di dalam
masyarakat.
II - 15RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Peran serta masyarakat dalam penataan ruang dapat diwujudkan dalam bentuk
pengajuan usul, memberi saran, atau mengajukan keberatan kepada pemerintah.
Dalam mengajukan usul, memberikan saran, atau mengajukan keberatan kepada
pemerintah dalam rangka penataan ruang bagian Kota Mansalong dapat dilakukan
melalui pembentukan forum kota, asosiasi profesi, media massa, LSM, lembaga
formal kemasyarakatan (sampai tingkat lembaga perwakilan rakyat).
II.2.6. Produk Keluaran RDTR Kota Mansalong
Produk Keluaran yang nantinya akan dihasilkan dari proses penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang Kawasan Kota Mansalong terdiri dari:
1) Tujuan pengembangan kawasan fungsional Kota Mansalong
Tujuan pengembangan kawasan fungsional Kota Mansalong dirumuskan sesuai
dengan permasalahan dan arahan kebijakan berdasarkan urgensi/keterdesakan
penanganan kawasan tersebut.
2) Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Kota Mansalong
A. Rencana Distribusi Penduduk Kota Mansalong
a. Materi yang diatur
Distribusi penduduk sampai dengan akhir tahun perencanaan.
b. Kedalaman materi yang diatur
Rencana distribusi penduduk kawasan perkotaan yang dirinci dalam
blok-blok peruntukan.
c. Pengelompokan materi yang diatur
Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk setiap blok peruntukan.
B. Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan Kawasan Kota Mansalong
a. Materi yang diatur
Tata jenjang kapasitas dan intensitas menurut lokasi dan jenis
pelayanan kegiatan dalam kawasan.
b. Kedalaman materi yang diatur
Distribusi pusat-pusat pelayanan kegiatan perkotaan dirinci sampai
pusat pelayanan lingkungan permukiman perkotaan.
II - 16RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
c. Pengelompokan materi yang diatur
• Perdagangan yang terdiri dari:
- perdagangan skala regional;
- perdagangan skala kota;
- perdagangan skala lingkungan.
• Pendidikan yang terdiri dari:
- perguruan tinggi;
- sekolah lanjutan tingkat atas;
- sekolah lanjutan tingkat pertama;
- sekolah dasar;
- taman kanak-kanak.
• Pelayanan kesehatan yang terdiri dari:
- rumah sakit umum kelas A;
- rumah sakit umum kelas B;
- rumah sakit umum kelas C;
- rumah sakit umum kelas D;
- pusat kesehatan masyarakat pembantu.
• Pelayanan rekreasi dan atau olah raga yang terdiri dari:
- pelayanan skala kota;
- pelayanan skala lingkungan.
C. Rencana Sistem Jaringan Pergerakan
a. Materi yang diatur
Sistem jaringan pergerakan dan prasarana penunjang (terminal, jalan,
lingkungan perparkiran) bagi angkutan jalan raya, angkutan laut,
angkutan sungai, danau dan penyeberangan, serta angkutan udara.
b. Kedalaman materi yang diatur
• Angkutan jalan raya, meliputi seluruh sistem primer, jaringan arteri
sekunder dan kolektor sekunder, sampai dengan jalan lokal
sekunder;
• Angkutan sungai, sampai dengan jaringan sekunder;
• Pergerakan lainnya meliputi seluruh sistem pergerakan.
c. Pengelompokan materi yang diatur
II - 17RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
• Angkutan jalan raya, terdiri dari:
- Jaringan jalan arteri sekunder, jaringan jalan kolektor sekunder,
jaringan jalan lokal sekunder, sistem primer (jumlah lajur, daerah
pengawasan jalan, daerah milik jalan, persimpangan utama);
- Terminal penumpang dan barang;
- Jaringan trayek angkutan penumpang dan jaringan lintas
angkutan barang.
• Angkutan sungai, danau dan penyeberangan, terdiri dari:
- Terminal angkutan sungai, danau dan penyeberangan;
- Jalur pelayaran sungai.
Gambar II.2. Contoh Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Perdagangan
D. Rencana Sistem Jaringan Utilitas
a. Materi yang diatur
Sistem jaringan utilitas dalam kawasan hingga akhir tahun perencanaan.
b. Kedalaman materi yang diatur
• Seluruh jaringan telepon (hingga jaringan kabel sekunder);
II - 18RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
• Seluruh jaringan listrik (tegangan menengah hingga gardu distribusi);
• Seluruh jaringan gas;
• Seluruh jaringan air bersih (hingga jaringan distribusi sekunder/per
blok peruntukan);
• Seluruh jaringan air hujan;
• Seluruh jaringan air limbah;
• Seluruh jaringan persampahan (hingga TPS komunal).
c. Pengelompokan materi yang diatur
• Sistem saluran telepon, yang terdiri dari:
- Stasiun telepon otomat;
- Rumah kabel dan kotak pembagi;
- Jaringan kabel sekunder;
- Jaringan telepon seluler.
• Sistem televisi kabel, yang terdiri dari:
- Stasiun transmisi;
- Jaringan kabel distribusi.
• Sistem jaringan listrik, yang terdiri dari:
- Bangunan pembangkit;
- Gardu induk tegangan ekstra tinggi;
- Gardu induk;
- Gardu distribusi.
• Sistem jaringan gas, yang terdiri dari:
- Pabrik gas;
- Seluruh jaringan gas.
• Sistem penyediaan air bersih, yang terdiri dari :
- Bangunan pengambil air baku;
- Seluruh pipa transmisi air baku instalasi produksi;
- Seluruh pipa transmisi air bersih;
- Bak penampung;
- Hingga pipa distribusi sekunder/distribusi hingga blok
peruntukan.
• Sistem pembuangan air hujan, yang terdiri dari:
II - 19RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
- Seluruh saluran;
- Waduk penampungan.
• Sistem pembuangan air limbah, yang terdiri dari:
- Seluruh saluran;
- Bangunan pengolahan;
- Waduk penampungan.
• Sistem persampahan, yang terdiri dari:
- Tempat pembungan akhir;
- Bangunan pengolahan sampah;
- Penampungan sementara.
3) Rencana Blok Pemanfaatan Ruang (Block Plan)
Rencana pemanfaatan ruang Kawasan Kota Mansalong yang menggambarkan
ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam, yang
dituangkan dalam blok-blok peruntukan.
a. Materi yang diatur
Luas dan lahan peruntukan sampai dengan akhir tahun perencanaan.
b. Kedalaman materi yang diatur
Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang dirinci dalam blok-blok
peruntukan.
c. Pengelompokan materi yang diatur
• Kawasan Budidaya Perkotaan, meliputi:
- Perumahan dan permukiman, yang dirinci menurut ketinggian
bangunan, jenis penggunaan, pengelompokan berdasarkan
besaran perpetakan;
- Perdagangan, yang dirinci menurut jenis dan bentuk
bangunannya, antara lain pasar, pertokoan, mal, dll;
- Industri, yang dirinci menurut jenisnya;
- Pendidikan, yang dirinci menurut tingkatan pelayanan mulai dari
pendidikan tinggi, SLTA, SLTP, SD, dan TK;
II - 20RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
- Kesehatan, yang dirinci menurut tingkat pelayanan mulai dari RS
Umum kelas A,B,C,D; puskesmas, puskesmas pembantu;
- Peribadatan, yang dirinci menurut jenisnya mulai dari mesjid,
gereja, kelenteng, pura, vihara;
- Rekreasi, yang dirinci menurut jenisnya, antara lain taman
bermain, taman rekreasi, taman lingkungan, taman kota, dll;
- Olahraga, yang dirinci menurut tingkat pelayanannya, antara lain
stadion, gelanggang, dll;
- Fasilitas sosial lainnya, yang dirinci menurut jenisnya, seperti
panti asuhan, panti werda, dll;
- Perkantoran pemerintah dan niaga, yang dirinci menurut
instansinya;
- Terminal angkutan jalan raya baik untuk penumpang atau
barang, stasiun kereta api, pelabuhan sungai, pelabuhan danau,
pelabuhan penyeberangan, pelabuhan laut, Bandar udara, dan
sarana transportasi lainnya;
- Kawasan pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan;
- Taman pemakaman umum, taman pemakaman pahlawan;
• Kawasan Lindung, meliputi:
- Kawasan resapan air dan kawasan yang memberikan
perlindungan bagi kawasan bawahan lainnya;
- Sempadan pantai, sungai, sekitar danau dan waduk, sekitar mata
air, dan kawasan terbuka hijau kota termasuk jalur hijau;
- Cagar alam/pelestarian alam, dan suaka margasatwa;
- Taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam
lainnya;
- Kawasan cagar budaya;
- Kawasan rawan letusan gunung berapi, rawan gempa, rawan
tanah longsor, rawan gelombang pasang dan rawan banjir.
II - 21RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
4) Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan Kota Mansalong
A. Arahan Kepadatan Bangunan
a. Materi yang diatur
Perbandingan luas lahan yang tertutup bangunan dan bangunan-
bangunan dalam tiap petak peruntukan dibandingkan dengan luas petak
peruntukan.
b. Kedalaman materi yang diatur
Kepadatan bangunan yang dirinci untuk setiap blok-blok peruntukan.
c. Pengelompokan materi yang diatur
• Blok peruntukan dengan koefisien dasar
• Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan menengah (20 % -
50 %);
• Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan rendah (5 % - 20
%);
• Blok peruntukan dengan koefisen dasar bangunan sangat rendah ( > 5
%).
B. Arahan Ketinggian Bangunan
a. Materi yang diatur
Rencana ketinggian maksimum atau maksimum dan minimum bangunan
untuk setiap blok peruntukan (koefisien lantai bangunan).
b. Kedalaman materi yang diatur
Ketinggian bangunan yang dirinci untuk setiap blok peruntukan.
c. Pengelompokan materi yang diatur
• Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat rendah adalah blok
dengan tidak bertingkat dan bertingkat maksimum dua lantai (KLB
maksimum = 2 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 12
m dari lantai dasar;
• Blok peruntukan ketinggian bangunan rendah adalah blok dengan
bangunan bertingkat maksimum 4 lantai ( KLB maksimum = 4 x KDB)
dengan tinggi puncak bangunan maksimum 20 m dan minimum 12 m
dari lantai dasar;
II - 22RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
• Blok peruntukan ketinggian bangunan sedang adalah blok dengan
bangunan bertingkat maksimum 8 lantai (KLB maksimum = 8 x KBD)
dengan tinggi puncak bangunan maksimum 36 m dan minimum 24 m
dari lantai dasar;
• Blok peruntukan ketinggian bangunan tinggi bangunan tinggi adalah
blok dengan bangunan bertingkat minimum 9 lantai (KLB maksimum =
9 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan minimum 40 m dari lantai
dasar;
• Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat tinggi adalah blok
dengan bangunan bertingkat minimum 20 lantai (KLB maksimum = 20
x KDB) dengan tinggi puncak bangunan minimum 80 m dari lantai
dasar.
C. Arahan Perpetakan Bangunan
a. Materi yang diatur
Luas petak-petak peruntukan yang terdapat pada setiap blok peruntukan
dalam kawasan.
b. Kedalaman materi yang diatur
Luas petak peruntukan pada setiap blok peruntukan dan pada setiap
penggal jalan.
c. Pengelompokan materi yang diatur
• Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi I (diatas
2500 m²);
• Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi II (1000 –
2500 m²);
• Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi III (600 –
1000 m²);
• Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi IV (250 –
600 m²);
• Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi V (100 –
250 m²);
II - 23RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
• Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VI (50 –
100 m²);
• Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VII
(dibawah 50 m²);
• Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VIII (rumah
susun/flat).
D. Arahan Garis Sempadan
a. Materi yang diatur
Jarak antara as jalan dengan bangunan maupun dengan pagar halaman,
dan jaringan bangunan dengan batas persil.
b. Kedalaman materi yang diatur
Berbagai garis sempadan yang dirinci sampai dengan blok peruntukan
untuk tiap penggal jalan.
c. Pengelompokan materi yang diatur
• Sempadan muka bangunan;
• Sempadan pagar;
• Sempadan sampingan bangunan.
Gambar II.3. Contoh Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan & Koefisien Lantai BangunanE. Rencana Penanganan Blok Peruntukan
a. Materi yang diatur
II - 24RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Penanganan blok peruntukan dan jaringan pergerakan serta utilitas yang
akan dilaksanakan dalam kawasan, baik kebutuhan akan konservasi,
pengembangan baru pemugaran atau penanganan khusus.
b. Kedalaman materi yang diatur
Penanganan blok peruntukan dan jaringan pergerakan yang dirinci untuk
setiap blok peruntukan dan penggal jalan.
c. Pengelompokan materi yang diatur
• Bangunan/jaringan baru yang akan dibangun;
• Bangunan/jaringan yang akan ditingkatkan;
• Bangunan/jaringan yang akan diperbaiki;
• Bangunan/jaringan yang akan diperbaharui;
• Bangunan/jaringan yang akan dipugar;
• Bangunan/jaringan yang akan dilindungi.
F. Rencana Penanganan Prasarana dan Sarana
a. Materi yang diatur
Penanganan prasarana dan sarana yang akan dilaksanakan dalam
kawasan, baik kebutuhan akan konservasi, pengembangan baru
pemugaran atau penanganan khusus.
b. Kedalaman materi yang diatur
Penanganan prasarana dan sarana yang dirinci untuk setiap blok
peruntukan dan penggal jalan.
c. Pengelompokan materi yang diatur
• jaringan prasarana dan sarana baru yang akan dibangun;
• jaringan prasarana dan sarana yang akan ditingkatkan;
• jaringan prasarana dan sarana yang akan diperbaiki;
• jaringan prasarana dan sarana yang akan diperbaharui;
• jaringan prasarana dan sarana yang akan dipugar.
II - 25RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Gambar II.4. Contoh Rencana Penanganan Blok Peruntukan
5) Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan diselenggarakan melalui
kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang berdasarkan
mekanisme perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, pemberian
kompensasi, mekanisme pelaporan, mekanisme pemantauan, mekanisme
evaluasi dan mekanisme pengenaan sanksi.
a. Materi yang diatur
Ketentuan-ketentuan yang mencakup perijinan, pengawasan, dan
penertiban di kawasan perkotaan.
b. Kedalaman materi yang diatur
Kedalaman materi yang diatur meliputi pengaturan tentang mekanisme
advis planning (rekomendasi perencanaan) perijinan, pengawasan, dan
penertiban.
II - 26RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
c. Pengelompokan materi yang diatur
• Mekanisme advis planning perijinan sampai dengan pemberian ijin lokasi
bagi kegiatan perkotaan;
• Mekanisme pemberian insentif dan disinsentif bagi kawasan yang
didorong pengembangannya, kawasan yang dibatasi pengembangannya,
serta terhadap upaya-upaya perwujudan ruang yang menjaga konsistensi
pembangunan dan keserasian perkembangan Bagian Kawasan Perkotaan
dengan Kota/Kawasan Perkotaan, dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten;
• Mekanisme pemberian kompensasi berupa mekanisme penggantian yang
diberikan kepada masyarakat pemegang hak atas tanah, hak pengelolaan
sumber daya alam seperti hutan, tambang, bahan galian, kawasan
lindung yang mengalami kerugian akibat perubahan nilai ruang dan
pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang;
• Mekanisme pelaporan mencakup mekanisme pemberian informasi
secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan oleh
masyarakat dan instansi yang berwenang;
• Mekanisme pemantauan yang mencakup pengamatan, pemeriksaan
dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak
sesuai dan dilakukan oleh instansi yang berwenang;
• Mekanisme evaluasi dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan
pemanfaatan ruang dalam mencapai tujuan rencana tata ruang yang
dilakukan oleh masyarakat dan instansi yang berwenang;
• Mekanisme pengenaan sanksi mencakup sanksi administratif, pidana dan
perdata.
II.2.7. Legalisasi
Untuk mengoperasionalisasikan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota
Mansalong, perlu adanya suatu upaya penetapan rencana tata ruang dalam bentuk
Surat Keputusan Bupati Nunukan dalam hal Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Perkotaan sebagai penjabaran RTRW Kabupaten Nunukan.
II - 27RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Dalam hal terjadi perubahan fungsi kawasan sebagai akibat dari dinamika
perkembangan perkotaan yang cukup tinggi, maka Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Perkotaan yang bersangkutan ditetapkan dengan persetujuan DPRD dalam
bentuk Peraturan Daerah. Hal ini selanjutnya menjadi masukan bagi peninjauan
kembali dan penyempurnaan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota/Kabupaten.
II.3. TINJAUAN PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI (ZONING REGULATION) KOTA MANSALONG
Penyusunan rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang suatu kawasan baik
kawasan budidaya - salah satunya adalah kawasan pariwisata - maupun kawasan lindung,
dilakukan berdasarkan suatu aturan yang diterjemahkan dalam bentuk zoning regulation
(UU No. 26 Tahun 2007). Penetapan zoning regulation di dimaksudkan untuk membantu
memastikan bahwa penggunaan lahan pada kawasan fungsional tersebut berada pada
tempat yang benar dan tersedia ruang yang cukup untuk setiap jenis pengembangan atau
penggunaan lahan termasuk semua kegiatan penunjangnya yang telah ditetapkan.
II.3.1. Tujuan Peraturan Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kota Mansalong
Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang memiliki beberapa tujuan diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Mengatur keseimbangan keserasian pemanfaatan ruang dan menentukan
program tindak operasional pemanfaatan ruang atas suatu satuan ruang;
2. Melindungi kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat;
3. Meminimumkan dampak pembangunan yang merugikan;
4. Memudahkan pengambilan keputusan secara tidak memihak dan berhasil guna
serta mendorong partisipasi masyarakat (pengendalian pemanfaatan ruang :
pengaturan perijinan).
II.3.2. Kedudukan Peraturan Pemanfaatan Ruang
Kedudukan aturan pola pemanfaatan ruang dalam penataan ruang diuraikan dalam
diagram alir pada berikut ini.
II - 28RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Gambar II.5. Kedudukan Zoning Regulation Dalam Pemanfaatan Ruang
II.3.3. Materi Peraturan Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kota Mansalong
Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang ditetapkan berdasarkan kondisi kawasan
perkotaan yang direncanakan. Semakin besar dan semakin kompleks kondisi suatu
kawasan fungsional, semakin beragam jenis-jenis zona yang harus diatur.
Pedoman ini meliputi Aturan Pola Pemanaatan Ruang (Zoning Regulation), yang
terdiri dari pengaturan zona dasar (kawasan fungsional) sebagai berikut :
a. Kawasan permukiman,
b. Kawasan perdagangan dan jasa,
c. Kawasan industri, dan
d. Kawasan ruang terbuka.
Kawasan-kawasan tersebut dibagi atas beberapa zona. Jenis zona tergantung kepada
kompleksitas kegiatan pembangunan kawasan yang bersangkutan. Semakin beragam
jenis kegiatan pada suatu kawasan, maka kategori zona akan semakin banyak.
Penetapan kawasan mengidentifikasi penggunaan-penggunaan yang diperbolehkan
atas kepemilikan lahan dan peraturan-peraturan yang berlaku atasnya. Tujuannya
adalah untuk membantu memastikan bahwa penggunaan lahan dalam kawasan
ditempatkan pada tempat yang benar dan bahwa tersedia ruang yang cukup untuk
II - 29RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
setiap jenis pengembangan yang ditetapkan. Penetapan kawasan-kawasan
dimaksudkan untuk :
a. Mengatur penggunaan lahan pada setiap kawasan;
b. Mengurangi dampak negatif dan penggunaan lahan tersebut;
c. Mengatur kepadatan dan intensitas zona;
d. Mengatur ukuran (luas dan tinggi) bangunan; dan
e. Mengklasifikasikan, mengatur, dan mengarahkan hubungan antara penggunaan
lahan dengan bangunan.
Tabel II. 1 . Zona Dasar dan Penetapannya
Sumber : Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Zona Dasar Tujuan Penetapannya
Kawasan
Permukiman
Menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan kepadatan yang bervariasi di seluruh wilayah kota;
Mengakomodasi bermacam tipe hunian dalam rangka mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat;
Merefleksikan poa-pola pengembangan yang diingini masyarakat pada lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang.
Kawasan
Perdagangan
Menyediakan lahan untuk menampung tenaga keja, pertokoan, jasa, dan Jasa rekreasi, dan pelayanan masyarakat;
Menyediakan peraturan-peraturan yang jelas pada kawasan Perdagangan dan Jasa, meliputi: dimensi, intensitas, dan disain dalam merefleksikan berbagai macam pola pengembangan yang diinginkan masyarakat.
Kawasan Industri Menyediakan ruangan bagi kegiatan-kegiatan industri dan manufaktur dalam upaya meningkatkan keseimbangan antara penggunaan lahan secara ekonomis dan mendorong pertumbuhan lapangan kerja;
Memberikan kemudahan dalam fleksibilitas bagi industri baru dan redevelopment proyek-proyek industri;
Menjamin pembangunan industri yang berkualitas tinggi, dan melindungi penggunaan industri serta membatasi penggunaan non industri.
Kawasan Ruang
Terbuka
Zona yang ditujukan untuk mempertahankan/ melindungi lahan untuk Ruang rekreasi di luar bangunan, sarana pendidikan, dan untuk dinikmati nilai-nilai keindahan visualnya;
Preservasi dan perlindungan lahan yang secara lingkungan
II - 30RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
hidup rawan / sensitif; Diberlakukan pada lahan yang penggunaan utamanya
adalah taman atau wang terbuka, atau lahan perorangan yang pembangunannya harus dibatasi untuk menerapkan kebjakan wang terbuka, serta melindungi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan publik.
a) Norma dan Tipologi Zona
Pentetapan pola pemanfaatan ruang didasarkan pada pembagian zona. Penetapan
pembagian zona tersebut ditetapkan berdasarkan kaidah-kaidah dan fungsi-fungsi
tertentu dari masing-masing pemanfaatan lahan.
Kaidah-kaidah zona yang akan dijelaskan berikut ini merupakan zona-zona yang
umumnya terdapat di suatu kawasan seperti permukiman perdagangan dan jasa,
industri dan RTH. Penetapan zona-zona khusus akan di tentukan lebih lanjut pada
penyusunan Zoning Regulation.
Kawasan PermukimanKawasan permukiman adalah kawasan yang berfungsi sebagal lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. Selain berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian untuk mengembangkan kehidupan dan penghidupan
keluarga, permukiman juga merupakan tempat untuk menyelenggarakan kegiatan
bermasyarakat dalam lingkungan terbatas.
Oleh karenanya, Kawasan Permukiman sebagai tempat bermukim dan
berlindung harus memenuhi norma-norma lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan
teratur. Selain itu kawasan permukiman harus bebas dan gangguan: suara, kotoran,
udara, bau, dan sebagainya. Kawasan ini juga harus dapat menunjang
berlangsungnya proses sosialisasi dan nilal budaya yang berlaku dalam masyarakat
yang bersangkutan, dan juga harus aman serta mudah mencapai pusat-pusat
pelayanan serta tempat kerja. Dalam kawasan permukiman diperlukan sarana-
sarana lain yaitu sarana pendidikan, kesehatan, penibadatan, perbelanjaan, rekreasi,
dan lain-lain yang tidak dapat dipisahkan dan kehidupan penduduk.
II - 31RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Kawasan permukiman antara lain meliputi Zona Perumahan Taman, Zona
Perumahan Renggang, Zona Perumahan Deret, dan Zona Perumahan Susun, dengan
spesifikasi sebagai berikut :
1. Zona Perumahan Taman
Rumah tinggal dengan pekarangan luas, dimaksudkan agar pengembangan
perumahan berkepadatan rendah sebagaimana yang ditetapkan dalam
rencana kota dapat dipertahankan.
KDB rendah (5 - 20%).
2. Zona Perumahan Renggang
Perumahan unit tunggal dengan peletakan renggang ditujukan untuk
pembangunan unit rumah tunggal dengan mengakomodasikan berbagai
ukuran perpetakan dan jenis bangunan perumahan serta mengupayakan
peningkatan kualitas lingkungan hunian, karakter, dan suasana
kehidupannya.
KDB menengah (20 - 50%).
3. Zona Perumahan Deret
Perumahan unit tunggal tipe gandeng atau deret dalam perpetakan kecil
dengan akses jalan lingkungan;
Zona ini merupakan peluang transisi antara lingkungan perumahan unit
tunggal dengan lingkungan perumahan susun kepadatan tinggi.
KDB sangat tinggi (> 75%).
4. Zona Perumahan Susun
Perumahan unit tunggal banyak dengan kepadatan yang bervariasi;
Setiap zona perumahan susun dimaksudkan menetapkan kriteria
pembangunan yang mengkonsolidasi tipe-tipe bangunan spesifik, dan
menjawab masalah-masalah lokasi yang berkenaan dengan rencana
penggunaan lahan di sekitamya.
II - 32RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Kawasan Perdagangan dan Jasa
Kawasan perdagangan dan jasa, merupakan kawasan yang diharapkan mampu
mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya dan memberikan nilai tambah pada satu
kawasan perkotaan. Oleh karenanya, kawasan ini harus memiliki aksesibilitas yang
baik ke lokasi perumahan.
Untuk memberikan kenyamanan bagi para pengunjung, kawasan perdagangan
dan jasa harus memenuhi norma lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, dan
‘menarik’ serta menguntungkan. Oleh karenanya, peraturan pembangunan pada
kawasan ini harus memenuhi syarat-syarat dimensi, intensitas, dan desain yang
diharapkan akan dapat menarik sebanyak mungkin pengunjung. Kecukupan sarana
dan prasarana terutama air, buangan sebanyak mungkin pengunjung. Kecukupan
sarana dan prasarana terutama air, buangan limbah, jaringan jalan merupakan hal
lain yang cukup mendukung kegiatan perdagangan dan jasa.
Kawasan Perdagangan dan Jasa antara lain meliputi Zona Bangunan
Pemerintah, Zona Bangunan Perkantoran, Zona Bangunan Pertokoan, dan Zona
Sentra, dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Zona Bangunan Pemerintah
Menyediakan area untuk menampung tenaga keija secara terbatas, terutama
untuk kepentingan pelayanan kepada warga kota maupun untuk kepentingan
nasional dan internasional.
2. Zona Bangunan Perkantoran
Perkantoran menyediakan area untuk menampung tenaga kerja secara
terbatas, penggunaan kegiatan ritel hanya sebagai penunjang dan diijinkan
pembangunan hunian;
Perkantoran menyediakan area untuk menampung tenaga kerja secara
terbatas, penggunaan kegiatan ritel hanya sebagai penunjang dan diijinkan
pembangunan hunian dengan intensitas sedang sampai tinggi;
II - 33RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Zona ini dimaksudkan untuk diaplikasikan pada pusat-pusat kegiatan yang
besar atau pada kawasan-kawasan khusus dimana kegiatan-kegiatan
komersial serba ada tidak dikehendaki.
3. Zona Bangunan Pertokoan
Zona Pertokoan dapat berisi pembangunan hunian yang berorientasi pada
kegiatan perdagangan (ruko) dan kedekatannya ke tempat-tempat kerja
(apartemen);
Penggunaan industri/manufaktur terbatas dalam intensitas menengah dalam
skala kecil sampai sedang.
4. Zona Komersial Sentra
Sentra lokal dan tersier, yang disediakan untuk kegiatan perbelanjaan dan
jasa lokal, terdiri dan toko-toko ritel dan perusahaan-perusahaan jasa pribadi
dengan pilihan yang luas, yang memenuhi kebutuhan yang sering berulang.
Kegiatan ini memerlukan lokasi yang nyaman berdekatan dengan semua
lingkungan perumahan, relatif tidak menimbulkan pengaruh yang tidak
dikehendaki bagi lingkungan-lingkungan perumahan yang berdekatan.
Dengan demikian zona ini sangat tersebar di seluruh kota;
Sentra-sentra perbelanjaan kota level utama dan sekunder, yang
menyediakan kebutuhan tempat perbelanjaan yang sekali-sekali dikunjungi
keluarga dan jasa-jasa yang dibutuhkan pengusaha bisnis yang tersebar pada
area yang luas, dan yang memiliki sejumlah besar toko yang secara mendasar
membangkitkan lalu-lintas.
Kawasan Industri
Kawasan industri merupakan kawasan produktif yang diharapkan akan dapat
memberikan nilai tambah pada satu kawasan perkotaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kawasan ini adalah aksesibilitas bagi
tenaga kerja dan bahan baku, serta untuk memasarkan barang jadi. Oleh karenanya
kedekatan dengan jaringan jalan dan pelabuhan merupakan hal yang penting. Selain
II - 34RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
itu perlu diperhatikan pula dampak kegiatan industri terhadap lingkungan. Sebagai
kawasan produktif, kecukupan sarana dan prasarana terutama air, buangan limbah,
jaringan jalan merupakan hal lain yang cukup mendukung kegiatan produksi.
Kawasan Industri antara lain meliputi Zona Industri Taman, Zona Industri
Ringan, Zona Industri Berat, dan Zona Industri Perpetakan Kecil, dengan spesifikasi
sebagai berikut :
1. Zona Industri Taman
Menyediakan ruang untuk pengembangan ilmu pengetahuan teknologi tinggi
dan kegiatan taman bisnis;
Standar pembangunan properti pada zona ini dimaksudkan untuk
membentuk lingkungan menyerupai kampus yang ditata secara komprehensif
dengan lansekap yang mendasar. Pembatasan-pembatasan pada penggunaan
yang diijinkan dan tata informasi ditetapkan untuk mengurangi pengaruh
komersial.
2. Zona Industri Ringan
Menyediakan berbagai kegiatan manufaktur dan distribusi yang luas;
Standar pembangunan properti pada zona ini dimaksudkan untuk mendorong
pembangunan industri yang sesuai dengan menyediakan lingkungan yang
menarik, bebas dan dampak yang tidak dikehendaki yang dihubungkan
dengan penggunaan beberapa industri berat;
Zona industri ringan dimaksudkan untuk mengijinkan berbagai penggunaan
termasuk penggunaan bukan industri dalam beberapa tempat. Contoh :
industri yang bersifat padat kaiya seperti industri sepatu di Cibaduyut,
Bandung; industri tas di Tajur, Bogor; industri gula di Klaten.
3. Zona Industri Berat
Menyediakan ruang untuk kegiatan-kegiatan industri dengan penggunaar.
lahan secara intensif dengan mengutamakan sektor dasar manufaktur;
Zona industri berat dimaksudkan untuk meningkatkan penggunaan lahan
industri secara efisien dengan standar pembangunan minimal, menyediakan
II - 35RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
pengamanan terhadap properti yang bersebelahan dan masyarakat pada
umumnya;
Zona ini juga membatasi penggunaan-penggunaan bukan industri yang telah
ada agar supaya dapat menyediakan lahan yang mencukupi bagi penggunaan
industri dalam skala besar.
4. Zona Industri Perpetakan Kecil
Menyediakan ruang bagi kegiatan industri skala kecil di dalam area
perkotaan;
Zona Industri Perpetakan Kecil mengijinkan penggunaan-penggunaan industri
dan bukan industri secara luas untuk meningkatkan kemampuan ekonomi
dan skala lingkungan hunian dalam pembangunan;
Peraturan pembangunan properti pada zona industri perpetakan kecil
dimaksudkan untuk mengakomodasi pembangunan industri kecil dan
menengah dan kegiatan komersial dengan pengurangan persyaratan luas
perpetakan, lansekap, dan parkir.
Kawasan Ruang Terbuka
Kawasan ruang terbuka memiliki norma sesuai dengan fungsi utamanya yaitu
mempertahankan/melindungi lingkungan hidup, yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan. Sebagai kawasan ruang terbuka, kawasan ini dapat
dimanfaatkan sebagai lahan untuk rekreasi.
Kawasan ruang terbuka antara lain meliputi: Zona Ruang Terbuka Hijau
Lindung, Zona Ruang Terbuka Hijau Binaan, dan Zona Ruang Terbuka Tata Air,
dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Zona Ruang Terbuka Hijau Lindung
Ditujukan untuk melindungi sumber alami dan budaya serta lahan rawan
lingkungan;
Penggunaan yang diijinkan pada zona ini dibatasi hanya pada penggunaan
yang dapat membantu melestarikan karakter alami lahan.
II - 36RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
2. Zona Ruang Terbuka Hijau Binaan
Diberlakukan pada taman-taman dan fasilitas publik, dengan tujuan memperluas
paru-paru kota, mengurangi kepengapan kota, dan menyediakan berbagal
macam jenis rekreasi yang dibutuhkan masyarakat.
3. Zona Ruang Terbuka Tata Air
Ditujukan untuk mengendalikan pembangunan di dalam daerah genangan
banjir untuk melindungi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan publik
serta mengurangi bahaya yang diakibatkan banjir pada area yang
dildentifikasikan sebagai areal pengendalian banjir yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah;
Zona ini dimaksudkan untuk melestarikan karakter alami pada daerah
genangan banjir dengan maksud mengurangi pengeluaran dana publik untuk
biaya proyek pengendalian banjir dan melindungi fungsi dan nilai daerah
pengendalian/genangan banjir dalam hubungannya dengan pelestarian atau
pengisian kembali air tanah, kualitas air, penjinakan aliran banjir, upaya
perlindungan satwa-satwa liar dan habitat.
b) Kriteria Zona
Pentetapan fungsi pemanfaatan lahan juga tidak terlepas dari kriteria-kriteria lahan
yang ada. Kriteria-kriteria penetapan pemanfaatan lahan tersebut adalah sebagai
berikut :
Kawasan Permukiman
Untuk menunjang fungsinya sebagai tempat bermukim dan berlindung yang sehat,
aman, serasi, dan teratur, kriteria yang harus dipenuhi kawasan permukiman
meliputi:
Persyaratan Dasar adalah sebagai berikut :
Aksesibilitas, yaitu kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan. Aksesibilitas
dalam kenyataannya berwujud ketersediaan jalan dan transportasi;
Kompatibilitas, yaltu keserasian dan keterpaduan antar kawasan yang menjadi
lingkungannya;
II - 37RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Fleksibliltas, yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik/pemekaran kawasan
perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan
prasarana;
Ekologi, yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang mewadahinya.
Kriteria Teknis, yaltu kriteria yang berkaitan dengan keselamatan dan
kenyamanan lingkungan perumahan, serta keandalan prasarana dan sarana
pendukungnya.
Persyaratan kesehatan yang harus memenuhi standar kesehatan rumah dan
lingkungannya, meliputi penyehatan air, udara, pengamanan limbah padat,
limbah air, limbah gas, radiasi, kebisingan, pengendalian faktor penyakit dan
penyehatan atau pengamanan lainnya. Untuk membentuk satu kawasan
permukiman yang sehat perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Setiap kawasan permukiman harus memungkinkan penghuni untuk dapat
hidup sehat dan menjalankan kegiatan sehari-hari secara layak;
- Kepadatan bangunan dalam satu kawasan permukiman maksimum 50
bangunan rumah/ha dan dilengkapi oleh utilitas umum yang memadai.
Didalam kawasan permukiman tersebut terdapat bangunan rumah dan persil
tanah termasuk juga unsur pengikat berupa fasilitas lingkungan;
- Kawasan permukiman harus bebas dan pencemaran air, pencemaran udara,
kebisingan, baik yang berasal dan sumber daya buatan atau dan sumber daya
alam (gas beracun, sumber air beracun, dan sebagainya);
- Menjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi
pembinaan individu dan masyarakat penghuni.
Persyaratan keandaan prasarana dan sarana lingkungan yang harus memenuhi
standar efisiensi, efektivitas, dan kontinuitas pelayanan. Fasilitas dan utilitas
lingkungan permukiman merupakan dua hal penting untuk mendukung
kesehatan lingkungan permukiman. Syarat masing-masing fasilitas dan utilitas
pada setiap kawasan permukiman harus dilengkapi dengan :
- Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI;
- Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas tampung yang
cukup sehingga lingkungan permukiman bebas dan genangan. Saluran
pembuangan air hujan harus drencanakan berdasarkan frekuensi intensitas
II - 38RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
curah hujan 5 tahunan dan daya resap tanah. Saluran ini dapat berupa
saluran terbuka maupun tertutup;
- Prasarana air bersih yang memenuhi syarat, baik kuantitas maupun
kualitasnya. Kapasitas minimum sambungan rumah 60 liter/orang/hari, dan
sambungan kran umum 30 liter/orang/hari;
- Sistem pembuangan sampah yang aman.
c) Kriteria Ekologis
Kriteria yang berkaitan dengan keserasian dan keseimbangan, baik antara lingkungan
buatan dengan lingkungan alam maupun dengan lingkungan sosial budaya, termasuk
nilai-nilai budaya bangsa yang perlu dilestarikan.
Kawasan Perdagangan dan Jasa
Sebagai satu kawasan yang diharapkan mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya
maupun mendatangkan nilai tambah pada kawasan perkotaan, kriteria yang harus
dipenuhi oleh kawasan perdagangan dan jasa meliputi :
Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan bencana alam;
Lokasi yang strategis dan kemudahan pencapaian dan seuruh penjuru
kota, dapat dHengkapi dengan sarana antara lain : tempat parkir umum,
bank/ATM, pos polisi, pos pemadam kebakaran, kantor pos pembantu,
tempat ibadah, dan sarana penunjang kegiatan komersial dan kegiatan
pengunjung.
Peletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
disesuaikan dengan kelas konsumen yang akan dilayani.
Kawasan Industri
Kriteria penggunaan kawasan industri meliputi ketentuan tentang penggunaan lahan
dan ketentuan mengenai sarana dan prasarana yang harus dibangun.
Berdasarkan Keppres 53 tahun 1989 tentang Kawasan Industri, ketentuan
penggunaan lahan untuk kawasan industri adalah :
Lahan untuk industri 70%
Lahan untuk jaringan jalan 10%
II - 39RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Lahan untuk jaringan utilitas 5%
Lahan untuk fasilitas umum 5%
Lahan untuk ruang terbuka hijau 10%
Selain itu terdapat ketentuan mengenai prasarana yang wajib dibangun o!eh
perusahaan kawasan industri, yaitu :
Jaringan jalan dalam kawasan industri :
o Jalan kelas satu, satu jalur dengan dua arah, lebar perkerasan minimum 8
meter;
o Jalan kelas dua, satu jalur dengan dua arah, lebar perkerasan minimum 7
meter;
o Jalan kelas tiga, lebar perkerasan minimum 4 meter.
Saluran pembuangan air hujan (drainase) yang bermuara pada saluran
pembuangan;
Instalasi penyediaan air bersih termasuk saluran distribusi ke kapling industri;
Instalasi penyediaan dan jaringan distribusi tenaga listrik;
Jaringan telekomunikasi;
Instalasi pengolahan limbah industri, termasuk saluran pengumpulannya (kecuali
industri yang berada dalam kawasan industri);
Penerangan jalan pada setiap lajur jalan;
Unit perkantoran perusahaan kawasan industri;
Unit pemadam kebakaran;
Perusahaan industri juga dapat menyediakan prasarana dan sarana penunjang
lainnya seperti:
- Perumahan Karyawan;
- Kantin;
- Poliklinik;
- Sarana Ibadah;
- Rumah Penginapan Sementara;
- Pusat Kesegaran Jasmani;
- Halte Angkutan Umum;
- Areal Penampungan Sementara Limbah Padat;
II - 40RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
- Pagar Kawasan Industri;
- Pencadangan tanah untuk perkantoran, bank, pos dan pelayanan
telekomunikasi, serta pos keamanan.
Kawasan Ruang Terbuka
Sebagai kawasan ruang terbuka yang tidak boleh dibangun, kawasan ini memiliki
karakterislik sebagal berikut :
1. Ruang Terbuka Hijau Lindung
Kemiringan lereng di atas 40%;
Untuk jenis tanah peka terhadap erosi, yaitu Regosol, Litosol, Orgosol,
dan Renzina, kemiringan lereng di atas 15%;
Wilayah pasokan/resapan air dengan ketinggian 1.000 meter di atas
permukaan air laut;
Dapat merupakan kawasan sempadan sungai/ kawasan sempadan situ/
kawasan sempadan mata air dengan ketentuan sebagai berikut :
o Sempadan sungai di wilayah perkotaan berupa daerah sepanjang
sungail yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi
atau minimal 15 meter;
o Kawasan sempadan situ adalah dataran sepanjang tepian situ
yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik Situ
antara 50 — 100 meter dan titik pasang tertinggi ke arah darat.
Kawasan ini mempunyal manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian situ.
2. Ruang Terbuka Hijau Binaan
Mempunyai fungsi utama sebagai taman, terppat main anak-anak, dan
lapangan olah raga, serta untuk memberikan kesegarn pada kota (cahaya
dan udara segar), dan netralisasi polusi udara sebagàI paru-paru kota;
Lokasi dan kebutuhannya disesualkan dengan satuan lingkungan
perumahan/kegiatan yang dilayani;
Lokasinya diusahakan sedemikian rupa sehingga dapat menjadi faktor
pengikat.
II - 41RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
3. Ruang Terbuka Tata Air
Memiliki kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga
merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai
sumber air.
Memiliki curah-hujan > 2000 mm/th dan permeabilitas tanah > 27,7
mm/jam.
d) Pemanfaatan
Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan fungsional digunakan sebagai Instrumen
pengendali pembangunan, pedoman penyusunan rencana operasional, dan sebagai
panduan teknis pengembangan lahan di kawasan tersebut.
Ketentuan-ketentuan dalam Aturan Pola Pemanfaatan Ruang :
Kepadatan penduduk dan intensitas kegiatan
Keseimbangan, keserasian peruntukan tanah
Perlindungan kesehatan, keamanan, dan ketertiban
Kesejahteraan masyarakat
Pencegah kesemrawutan
Penyediaan pelayanan umum
Selain itu, Aturan Pola Pemanfaatan Ruang dapat digunakan sebagai pencegah
dampak pembangunan yang merugikan. Sedangkan bagi masyarakat dan dunia
usaha dapat dijadikan rujukan rancang bangunan bangunan dan prasasarana bagi
aktivitas masyarakat dan swasta.
e) Pengendalian
Yang dimaksud dengan pengendalian ialah kegiatan mengatur kesesuaian antara
dokumen rencana dengan pemanfaatan ruang yang terealisasikan. Kegiatan
pengendalian tersebut meliputi :
II - 42RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Pemantauan, yaitu pemantauan terhadap pemanfaatan/ penggunaan
kawasan, fungsi, kawasan, sarana dan prasarana, serta kesesuaian terhadap
peraturan pembangunan yang telah ditetapkan.
Evaluasi dan Peninjauan Kembali, dilakukan dalam rangka mengkoordinir
perubahan-perubahan yang terus terjadi, sehingga Aturan Pola Pemanfaatn
Ruang yang telah disusun tanggap terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi.
Penertiban, dilakukan dalam bentuk pengenaan sanksi, pembatalan ijin
pembangunan, penundaan pembangunan, dan/atau penerapan persyaratan-
persyaratan teknis.
Peninjuan Kembali.
f) Tugas dan Wewenang
Kewenangan penyusunan dan penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang sama
dengan prosedur penyusunan rencana tata ruang suatu kawasan fungsional.
Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang memerlukan keterlibatan banyak pihak
dengan kepentingan yang bisa sama, tumpang tindih, atau bahkan bertentangan.
Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dibentuk suatu Tim Penyusun Aturan Pola
Pemanfaatan Ruang yang terdiri dari dinas/badan/instansi yang terkait dengan
pengaturan tanah serta bangunan dan infrastruktur.
Tim tersebut dikoodinasikan oleh Bappeda/Dinas Tata Kota/Dinas Cipta Karya/Dinas
lain serupa sebagai koordinator. Sedangkan anggota tim adalah
dinas/badan/instansi/lain maupun BUMD yang terkait langsung dengan pelaksanaan
pembangunan fisik kawasan.
Sedangkan untuk penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang dilakukan oleh
Bupati/Walikota dengan persetujuan DPRD. Proses pengesahan Aturan Pola
Pemanfaatan Ruang adalah sebagai berikut :
Konsep produk Aturan Pola Pemanfaatan Ruang dipresentasikan dihadapan
DPRD untuk dibahas sebagai rancangan peratuaran daerah.
II - 43RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Rancangan pearturan daerah ini kemudian dibahas antara DPRD dengan
Pemerintah Kota dengan mencari masukan dari instansi/dinas terkait dan
dari unsur masyarakat.
Perbaikan akhir dari rancangan peraturan daerah kemudian ditetapkan
sebagai peraturan daerah.
Peran serta masyarakat dalam penyusunan hingga pengendalian kegiatan Aturan
pola pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut :
Penyusunan: berperan dalam menyediakan data/informasi dan pemberian
masukan/saran dan pendapat dalam perumusan aturan pola pemanfaatan
ruang.
Pemanfaatan: menggunakan aturan pola pemanfaatan ruang dalam
penyelenggaraan pembangunan.
Pengendalian: berpartisipasi dalam pengawasan kegiatan pembangunan agar
sesuai dengan aturan pola pemanfaatan ruang.
II.3.4. Review Penyusunan Sistem Tata Guna Lahan Sebagai Instrumen Zoning Regulation
Penyusunan sistem guna lahan merupakan salah satu instrumen yang mutlak
diperlukan dalam penyusunan zoning regulation. Penyusunan sistem guna lahan ini
merupakan dasar dalam mengembangkan ketentuan-ketentuan yang akan dibuat dalam
membentuk guna lahan yang hendak direncanakan. Di dalam penyusunan sistem guna lahan
yang hendak direncanakan, sebelumnya diperlukan suatu tinjauan mengenai sistem guna
lahan yang sudah ada baik berdasarkan peraturan yang dibuat maupun rencana-rencana
yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.
a. Sistem Guna Lahan Menurut Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tetang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional
Klasifikasi pemanfaatan lahan menurut Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional didasarkan pada pertimbangan pada
kriteria daya dukung lahan terutama berkaitan dengan daya dukung fisik lingkungan.
Sistem penggunaan lahan berdasarkan peraturan pemerintah ini terdiri atas dua bagian
II - 44RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
besar, yaitu kawasan lindung dan budidaya. Masing-masing didetailkan jenis
penggunaan lahan sampai pada hirarki ke-3.
Tabel II. 2 . Hirarki Pemanfaatan Lahan BerdasarkanPP N0. 47 Tahun 1997 Tentang RTRWN
Klasifikasi Pemanfaatan TanahHierarki 1 Hierarki 2 Hierarki 3
Budi
daya
Kawasan Hutan ProduksiKawasan hutan produksi terbatas;Kawasan hutan produksi tetap;Kawasan hutan yang dapat dikonversi
Kawasan Hutan Rakyat -
Kawasan Pertanian
Kawasan pertanian lahan basah;Kawasan pertanian lahan kering;Kawasan tanaman tahunan/perkebunan;Kawasan peternakan;Kawasan perikanan;
Kawasan Pertambangan
Golongan bahan galian strategis;Golongan bahan galian vital;Golongan bahan galian yang tidak termasuk dalam kedua golongan di atas;
Kawasan Peruntukan Industri
Tergantung penetapan oleh daerah
Kawasan Pariwisata -Kawasan Permukiman -
Kaw
asan
Lin
dung
Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya
Kawasan hutan lindung;Kawasan bergambut;Kawasan resapan air;
Kawasan perlindungan setempat
Sempadan pantai;Sempadan sungai;Kawasan sekitar danau/waduk;Kawasan sekitar mata air;Kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan kota;
Kawasan Suaka Alam Cagar alam;Suaka margasatwa;
Kawasan Pelestarian Alam
Taman nasional;Taman hutan raya;Taman wisata alam;
Kawasan Cagar Budaya -Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan letusan gunung berapi,Gempa bumi,Tanah longsor,Gelombang pasang dan banjir.
II - 45RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Kawasan Lindung Lainnya
Taman buru;Cagar biosfir;Kawasan perlindungan plasma nuftah;Kawasan pengungsian satwa;Kawasan pantai berhutan bakau;
b. Sistem Guna Lahan Menurut Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tetang
Pengelolaan Kawasan Lindung
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung membagi
hirarki kawasan lindung berdasarkan penetapan suatu kawasan sebagai kawasan suaka
alam, pelestarian alam dan cagar budaya; berdasarkan kemiringan lereng, curah hujan
dan kepekaan tanah untuk menetapkan kawasan hutan lindung dan resapan air tanah;
serta kondisi geologi, geografi, daerah banjir, data pantai dan sungi untuk menetapkan
kawasan bergambut, kawasan perlindungan setempat dan kawasan rawan bencana.
Klasifikasi pemanfaatan lahan menurut Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung dapat dilihat pada berikut ini.
Tabel II. 3 . Hirarki Pemanfaatan Lahan BerdasarkanKeppres No. 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Hutan Lindung
Klasifikasi Pemanfaatan TanahHierarki 1 Hierarki 2 Hierarki 3
Kaw
asan
Lin
dung
Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya
Kawasan hutan lindung;Kawasan bergambut;Kawasan resapan air;
Kawasan perlindungan setempat
Sempadan pantai;Sempadan sungai;Kawasan sekitar danau/waduk;Kawasan sekitar mata air;
Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya
Suaka alam;Suaka alam laut dan perairan lainnyaKawasan pantai berhutan bakau;Taman nasional, Taman hutan raya dan Taman wisata alamKawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan letusan gunung berapi,Gempa bumi,Tanah longsor
II - 46RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
II.3.5. Tinjauan Pedoman Penyusunan Zoning Regulation Kota Mansalong
Dalam menyusun zoning regulation tersebut perlu melalui beberapa tahapan yang
harus dilakukan. Berdasarkan dari buku panduan penyusunan zoning regulation yang
dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum langkah-langkah penyusunan zoning
regulation adalah sebagai berikut :
a. Pendekatan dan Tahapan Penyusunan Zoning Regulation yang akan Digunakan
Dalam menyusun zoning regulation pendekatan yang dapat digunakan ada 3 macam
yaitu :
Deduksi, penyusunan yang dilakukan dengan mepertimbangkan teori, kasus, dan
preseden peraturan zonasi yang telah digunakan kota-kota di luar negeri maupun
di dalam negeri. Hasil dari pendekatan ini masih perlu di sesuaikan dengan
karakteristik dan kebutuhan daerah.
Induksi, penyusunan yang dilakukan dengan didasarkan pada kajian yag
menyeluruh, rinci dan sistematik terhadap karakteristik penggunaan lahan dan
persoalan pengendalian pemanfaatan ruang yang dihadapi suatu daerah.
Deduksi dan Induksi, penyusunan yang mengkombinasikan hasil kajian dengan
pendekatan deduksi ysng dikotreksi dan divalidasi dengan kondisi dan persoalan
empirik yang ada di daerah studi.
Penyusunan zonasi meliputi lima tahapan yakni :
1. Menyusun klasifikasi penggunaan lahan
2. Menyusun daftar kegiatan; berorientasi pada kegiatan yang diperbolehkan dan
berorientasi pada kegiatan yang dilarang.
3. Menyusun aturan khusus
4. Menyusun standar teknis yang akan digunakan
5. Penetapan zona
b. Pengklasifikasian Penggunaan Lahan dan Penyusunan Daftar Kegiatan
Klasifikasi adalah jenis dan hirarki guna lahan yang disusun berdasarkan kajian teoritis,
kajian perbandingan, maupun kajian empirik untuk digunakan di daerah yang disusun
peraturan zonasinya.
II - 47RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Sedangkan daftar kegiatan adalah suatu daftar yang berisi rincian kegiatan yang ada,
mungkin ada, atau prospektif dikembangkan pada suatu zona yang ditetapkan.
Penyusunan klasifikasi penggunaan lahan dan penyusunan daftar kegiatan didasarkan
pada pertimbangan :
Penggunaan berdasarkan literatur, kajian perbandingan, ketentuan normatif dan
studi-studi yang pernah dilakukan
Penggunaan lahan dan jenis kegiatan yang telah ada berdasarkan kesamaan
karakter.
Skala/tingkat pelayanan berdasarkan jenis kegunaan lahan
Kesesuaian dengan karakter dan daya dukung lahan
Sistem penggunaan lahan yang disusun untuk mengantisipasi jenis penggunaan
lahan dan eksternalitas/tingkat gangguan masa depan
c. Penetapan/ Delineasi Blok Peruntukan
Blok peruntukan adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan
fisik yang nyata (seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara
tegangan (ekstra) tinggi, pantai, dan lain-lain), maupun yang belum nyata (rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana
kota). Sedangkan nomor blok peruntukan adalah nomor yang diberikan pada setiap blok
peruntukan.
d. Penyusunan Peraturan Teknis Zonasi
Aturan teknis zonasi adalah aturan pada suatu zonasi yang berisi ketentuan
pemanfaatan ruang (kegiatan atau penggunaan lahan, intensitas pemanfaatan ruang,
ketentuan tata massa bangunan, ketentuan prasarana minimum yang harus disediakan,
aturan lain yang dianggap penting, dan aturan khusus untuk kegiatan tertentu.
Aturan-aturan teknis yang akan diatur dalam Zoning Regulation tersebut akan dijelaskan
berikut ini.
Aturan Kegiatan dan Penggunaan Lahan adalah aturan yang berisi kegiatan yang
diperbolehkan, diperbolehkan bersyarat, diperbolehkan terbatas atau dilarang
pada suatu zona.
II - 48RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Aturan Intensitas Pemanfaatan Ruang adalah besaran pembangunan yang
diperbolehkan berdasarkan batasan KDB, KLB, KDH atau kepadatan penduduk.
Aturan Tata Massa Bangunan adalah bentuk, besaran, peletakan, dan tampilan
bangunan pada suatu persil/tapak yang dikuasai.
Aturan Prasarana Minimum adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Aturan Lain/Tambahan yang dianggap penting mencakup tambahan lain yang
lebih spesifik yang bertujuan membatasi kegiatan yang mungkin muncul pada
suatu kawasan.
Aturan Khusus adalah penyusunan kriteria-kriteria pemanfaatan lahan pada
kawasan yang mempunyai fungsi khusus.
e. Penyusunan Standar
Standar adalah suatu spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan, disusun
berdasarkan konsensus semua pihak terkait, dengan memperhatikan syarat-syarat
kesehatan, keamanan, keselamatan, lingkungan, perkembangan IPTEK, pengalaman,
perkembangan masa kini dan mendatang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya.
Penyusunan standar ini terbagi atas standar preskriptif dan standar kinerja. Standar
preskriptif adalah standar yang memberikan panduan yang sangat ketat, rinci, terukur
serta seringkali dilengkapi rancangan desain dan memberikan kemudahan dalam
pelaksanaan/penggunaannya, tetapi membatasi perancangan/arsitek dalam
menuangkan kreasinya (Brough 1985).
Sedangkan standar kinerja adalah standar yang dirancang untuk menghasilkan solusi
rancangan yang tidak mengatur langkah penyelesaian secara spesifik (Listokin 1995).
Tujuan standar ini adalah untuk menjamin kenyamanan dalam penggunaannya, dengan
ukuran minimum sebagai parameter pengukur kinerjanya (Craighead 1991) serta
pengendali timbulnya dampak negatif dengan menetapkan ukuran maksimum sebagai
parameter pengukur kinerjanya (Brough 1985).
II - 49RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
f. Pemilihan Teknik Pengaturan Zonasi
Teknik pengaturan zonasi adalah berbagai varian dari zoning konvensional yang
dikembangkan untuk memberikan keluwesan penerapan aturan zonasi. Teknik
pengaturan zonasi dapat dipilih dari berbagai alternatif dengan mempertimbangkan
tujuan pengaturan yang ingin dicapai. Setiap teknik mempunyai karakteristik, tujuan,
konsekuensi dan dampak yang berbeda. Oleh karena itu, pemilihannya harus
dipertimbangkan dengan hati-hati.
g. Penyusunan Peta Zonasi
Peta zonasi adalah peta yang berisi kode zonasi di atas blok dan subblok yang telah
didelineasikan sebelumnya. Subblok peruntukan adalah pembagian peruntukan dalam
satu blok peruntukan berdasarkan perbedaan fungsi yang akan dikenakan.
Pertimbangan penetapan kode zonasi di atas peta batas blok/subblok yang dibuat
didasarkan pada :
Kesamaan karakter blok peruntukan, berdasarkan pilihan :
Mempertahankan dominasi penggunaan lahan yang ada (eksisting)
Menetapkan fungsi baru sesuai dengan arahan fungsi pada RTRW
Menetapkan karakter khusus kawasan yang diinginkan
Menetapkan tipologi lingkungan/kawasan yang diinginkan
Menetapkan jenis pemanfaatan ruang/lahan tertentu
Menetapkan batas ukuran tapak/persil maksimum/minimum
Menetapkan batas intensitas bangunan/bangun-bangunan
maksimum/minimum
Mengembangkan jenis kegiatan tertentu
Menetapkan batas kepadatan penduduk/bangunan yang diinginkan
Menetapkan penggunaan dan batas intensitas sesuai dengan daya
dukung prasarana (misalnya: jalan) yang tersedia
Kesesuaian dengan ketentuan khusus yang sudah ada
Karakteristik lingkungan (batasan fisik) dan administrasi
II - 50RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
h. Penyusunan Aturan Pelaksanaan
Materi aturan pelaksanaan terdiri dari aturan mengenai variansi yang berkaitan dengan
keluwesan/kelonggaran aturan, aturan insentif dan disinsentif, serta aturan mengenai
perubahan pemanfaatan ruang. Penyusunan masing-masing aturan pelaksanaan
tersebut akan dijelaskan berikut ini :
Aturan variansi pemanfaatan ruang adalah kelonggaran/keluwesan yang
diberikan untuk tidak mengikuti aturan zonasi yang ditetapkan pada suatu persil
tanpa perubahan berarti (signifikan) dari peraturan zonasi yang ditetapkan.
Aturan Insentif dan disinsentif disusun adalah supaya pergeseran tatanan ruang
yang terjadi tidak menyebabkan dampak yang merugikan bagi pembangunan
kota; yang pada hakekatnya tidak boleh mengurangi hak masyarakat sebagai
warga negara, dimana masyarakat mempunyai hak dan dan martabat yang sama
untuk memperoleh dan mempertahankan hidupnya; serta tetap memperhatikan
partisipasi masyarakat di dalam proses pemanfaatan ruang untuk pembangunan
oleh masyarakat.
Aturan perubahan pemanfaatan lahan adalah aturan pemanfaatan lahan yang
berbeda dari penggunaan lahan dan peraturannya yang ditetapkan dalam
Peraturan Zonasi dan Peta Zonasi.
i. Penyusunan Aturan Dampak Pemanfaatan Ruang (Dampak Pembangunan)
Untuk menentukan dampak pemanfaatan ruang harus dilihat dari beberapa kategori
gangguan, kategori perubahan tingkat gangguan. Dampak pemanfaatan ruang atau
pembangunan dapat dikategorikan menjadi 3 yakni :
Dampak Ekonomi
Ketentuan teknis pemanfaatan ruang (termasuk ketentuan teknis perubahan
pemanfaatan ruang), harus memperhatikan kegiatan ekonomi yang dapat dilihat
terhadap pendapatan masyarakat, keuangan pemerintah daerah, dan pertumbuhan
ekonomi kota.
Dampak Sosial
Berkaitan dengan kegiatan-kegiatan sosial seperti keamanan dan ketertiban serta
derajat kesehatan.
II - 51RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan
Draft Laporan Akhir2011
Dampak Lingkungan
Pada dasarnya ketentuan pemanfaatan ruang dan perubahannya tidak diperkenankan
menurunkan kualitas lngkungan atau mengurangi keselarasan dan keseimbangan
lingkungan alam dengan lingkungan binaan.
Dampak Lalu Lintas
Dampak lalu lintas berkaitan dengan volume tarikan dan bangkitan yang ditimbulkan
oleh kegiatan/pemanfaatan ruang di suatu wilayah kabupaten atau kota, serta dampak
lanjutan yang ditimbulkan. Dampak tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi sistem
transportasi wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan.
j. Peran Serta Masyarakat Dalam Penyusunan Zoning Regulation
Peran serta masyarakat dalam proses penyusunan dan pelaksanaan zoning regulation
adalah sebagai berikut :
Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan wilayah
kabupaten/kota.
Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan, baik itu
pelaksanaan maupun pengendaliannya.
Bantuan untuk merumuskan klasifikasi penggunaan lahan yang akan atau telah
dikembangkan di wilayah kabupaten/kota.
Bantuan untuk merumuskan zonasi pembagian wilayah kabupaten/kota.
Bantuan untuk merumuskan pengaturan tambahan yang berhubungan dengan
pemanfaatan terbatas dan pemanfaatan bersyarat.
Pengajuan keberatan terhadap peraturan-peraturan yang akan dirumuskan.
Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan dan atau bantuan tenaga ahli.
Ketentuan lain yang sesuai dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota