zawawi imron - sepilihan sajak dalam bulan tertusuk lalang

Download Zawawi Imron - Sepilihan Sajak Dalam Bulan Tertusuk Lalang

If you can't read please download the document

Upload: muhammadalkahf

Post on 12-Aug-2015

178 views

Category:

Documents


40 download

DESCRIPTION

Bagus

TRANSCRIPT

SEPILIHAN SAJAK D. ZAWAWI IMRON DALAM BULAN TERTUSUK LALANG Layang-Layang sederhana sekali naiknya layang-layang itu membawa harapan, membawa nama-nama (angin mengukir gunung dengan nilai-nilai di pusat lembah yang teduh ada tempayan purba dibasuh). dalam takdir yang amat rahasia maka putuslah layang-layang itu sejumlah anak telah menunggu dan siap memperebutkannya pada hingar bingar yang seperti sorak dunia layang-layang itu koyak moyak tak tentu bentuknya (angin mengetuk jantung nilai-nilai pun bangkit setangkai mawar jatuh dari segumpal kesedihan) 1976 Nyanyian dalam Jurang di jurang ini sejuk air menantang matahari begitu di atas ada pohon-pohon mati bermuatan burung-burung dari kitab-kitab daun lontar seiring cuaca berloncatan (hanyalah ragi takut zaman akan basi) jika kulanjutkan getar kemarin mencari ujung pita yang dijalin nenek moyang bukan aku merindukan daun gugur hanya kudamba seteguk air telaga timur (sebuah belencong tanpa minyak nyalanya abadi untuk melihat baying-bayang sendiri pada layar sanubari) 1977Sebuah Negeri, Kesepian Namanya aku berlayar bersayap kabut sebuah negeri, kesepian namanya di sini tak ada atas, tak ada bawah tak ada penjuru angin. pada jernih air telaga aku berkaca amboi, senyumku harum sejuk kembang jeruk dan kembang kopi adakah terkabar sampai ke sorga? tapi mataku yang melirik ke kanan kiri seakan mengadakan perundingan dengan setan hingga padang-padang hangus terbakar tuhan! aku hanyalah seorang pesakitan yang bimbang antara mungkir dan mengaku maka jadikanlah aku boneka yang selalu berbisik padamu dalam bisu 1977 Tapal Batas buat Zaihasra di Malaysia kita yang hidup menjaga langit yang bakal retak juga mengejar derai-derai daunan basah bisakah kita bertemu di padang tandus itu? senyum dan salju belum sampai ke sana. mungkin akulah itu yang bergerak mendekati tapal batas itu tepat di tugu yang kaudirikan kuingin kekhidmatan sejenak menjabat tanganmu di sisi sarkopagus itu sebelum otopsi kita mulai 1978 Bayang-Bayang selalu ia menolak tiap kuajakbicara arti Lenyap ketika lampu padam ia hanya berpesan, aku akan Mandi tunggulah aku! sambil engkau berbekam di sini 1978 Seekor Semut Seekor semut menyeberang jembatan baja, rahasia berkibar di langit meniru gerak bendera. Udara menderu. Ketika hujan tercurah, ia sudah sembunyi di ketiak rusuk jembatan. Di situ ia tegakkan satu keasingan. Berapa lama ia di situ waktu sendiri pun tak mencatatnya. Tiba-tiba ia berjalan dengan langkah yang sederhana serta tak dihiraukannya cemas-cemas rembulan berhinggapan di pundak-pundak manusia. 1978 Bunga Adakah kaudengar sekian bunga menangis dalam rangkaian, meronta dari sekian kepalsuan? Dunia masih tetap, tapi manusia sudah demikian jauh berjalan sehingga jejak-jejaknya menenggelamkan sebuah pulau. Kalau aku menanam bunga, bukanlah satu permakluman. Kalau tidak, ke manakah embun hendak bersinggah, karena pagi merupakan sumber seluruh nilai? Jangan menyesal menghadiri upacara pemakanan dengan sekian bunga menjerit dalam rangkaian. Dalam berdoa tetap kita waspada, ada sekian hunus belati di belakang nyanyian. 1978 Nyanyian Tengkorak seribu pinggan, senyum dan sangsiku membuatku tak kenal kubu hanya dalam liang suara berdesakan diselingi jerit panjang sekian hari dan tahun cabang dahan dan sekian ranting digantungi doa kering di atas laut beracun kembalilah o, darah dagingku! sayapmu berderaimerangkum peninggalanku tahulah! dari mana getarmu bersumbu berapa harga senyum dan apa makna cium? o, langit o, bumi! apakah yang kini harus kubasuh? 1979 Kolam kutunjukkan padamu sebuah kolam hai, jangan tergesa engkau menyelam! di situ sedang mekar setangkai kata yang para pendeta tak tahu maknanya dari manakah seekor capung yang biru itu? ia datang tanpa salam dan pergi tanpa pamitan tapi ekornya jelas menuding pusat keheningan ketika langit jadi gulita senandung malam makin mendasar dari kolam itu tumbuhlah keikhlasan mengajarkan sujud yang paling tunjam 1979 Pelabuhan Senja jangan kau memaksa bertanya kapan sejarah bermula? lantaran di dalam jiwa langit selalu ramah menyilakan senja layung-layung yang membadaikan rindu tak mengacuhkan cemas nelayan segumpal waktu meledak larut dalam senandung kelam kini tinggal kita bertekad menjilat ombak mengunyah karang biar bendera tak cemas berkibar agar tak takut kita berbekam 1979 Cemara-Cemaracemara-cemara ini tak ada yang punya resahnya saja menghembuskan bahana sedang aku yang lelap di bawah daunnya masih sempat menghitung ruas-ruas kehidupan berapa undak dari cincin ke bulan kalau engkau akan kemari, silakan! tapi jangan sebagai serdadu dan pejabat di daerah ini orang-orang tak tahan kejutan silakan datang, tapi sebagai murai yang berkicau membangkitkan bayang-bayang cemara-cemara ini tak ada yang punya dan sebaiknya memang tak ada yang punya kecuali milik nurani yang bebas prasangka desir-desir berangkat dan berputik dalam sepi menjelaskan asal mula sebuah nama kiblat senyum semesta 1979 Di Bukit Wahyu Tengah hari di bukit wahyu kubaca Puisi-Mu. Aku tak tahu manakah yang lebih biru, langitkah atau hatiku? Kun! perintah-Mu. Maka terjadilah alam, rahmat dan sorga. Bahkan di hidung anjing Kaubedakan sejuta bau. Dalam jiwaku kini hinggap sehelai daun yang gugur. Selanjutnya senandung, lalu matahari mundur ke ufuk timur, waktu pun kembali pagi. Di mata embun membias rentetan riwayat, mengeja-ngeja desir darahku. Ada selubung lepas dariku, angin pun bangkit dari paruh kepodang di pucuk pohon kenanga. 1979 Doa (1) tuhanku! beri aku setitik airmata bung hatta di gerbang ajal, untuk kucampurkan pada air wuduku supaya dapat kudengar suara nafiri sehingga aku merasa akrab dengan sehelai bulu murai yang gugur ke bumi! (2) tuhanku! berilah aku setitik lagi airmata yang bening itu, untuk kujadikan penyedap minuman di pesta-pesta sehingga orangorang itu pun sesekali ingat, bahwa di belakang cakrawala ada bayang-bayang yang menunggunya! amin! 1980Sungai Kecil sungai kecil, sungai kecil! di manakah engkau telah kulihat? antara cirebon dan purwokerto ataukah hanya dalam mimpi? di atasmu batu-batu kecil sekeras rinduku dan di tepimu daundaun bergoyang menaburkan sesuatu yang kuminta dalam doaku sungai kecil, sungai kecil! terangkanlah kepadaku, di manakah negeri asalmu? di atasmu akan kupasang jembatan bambu agar para petani mudah melintasimu dan akan kubersihkan lubukmu agar para perampok yang mandi merasakan sejuk airmu sungai kecil, sungai kecil! mengalirlah terus ke rongga jantungku dan kalau kau payah, istirahatlah ke dalam tidurku! kau yang jelita kutembangkan buat kasihku 1980