yusdeka reformatted c-d - ok !

86
Artikel Oleh Yusdeka C - D Dikompilasi oleh FIW

Upload: fitri-wardhono

Post on 25-Dec-2014

267 views

Category:

Self Improvement


2 download

DESCRIPTION

Tulisan berikut ini merupakan buah karya dari Ustadz Yusdeka, penulis produktif dari milis “Dzikrullah” (https://groups.yahoo.com/group/dzikrullah) dan blog “Sikap Murid Dalam Berketuhanan Sedang Belajar Mendekat Kepada Dzat Yang Maha Dekat” (yusdeka.wordpress.com). Untuk keperluan pribadi, kami mengkompilasi tulisan-tulisan tersebut, baik berdasarkan abjad huruf pertama dari judul tulisan, maupun berdasarkan topik tertentu. Berikut ini adalah kumpulan tulisan dengan huruf pertama berhuruf “C” dan “D”.

TRANSCRIPT

Page 1: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

Artikel Oleh Yusdeka

CCCC ---- DDDD Dikompilasi oleh FIW

Page 2: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

2

Kata Pengantar

Tulisan berikut ini merupakan buah karya dari Ustadz Yusdeka, penulis

produktif dari milis “Dzikrullah” (https://groups.yahoo.com/group/dzikrullah)

dan blog “Sikap Murid Dalam Berketuhanan Sedang Belajar Mendekat Kepada

Dzat Yang Maha Dekat” (yusdeka.wordpress.com). Untuk keperluan pribadi,

kami mengkompilasi tulisan-tulisan tersebut, baik berdasarkan abjad huruf

pertama dari judul tulisan, maupun berdasarkan topik tertentu. Berikut ini

adalah kumpulan tulisan dengan huruf pertama berhuruf “C” dan “D”.

Dalam pengkompilasian ini, kami berusaha untuk tidak menambah dengan

kata-kata kami sendiri. Yang kami lakukan adalah pengurangan dan

penyuntingan tampilan. Tujuan pengkompilasian ini tak lain adalah agar

memudahkan kami untuk membaca dan memahami tulisan-tulisan tersebut.

Hal ini disebabkan karena kebodohan kami untuk dapat memahami tulisan

yang Ustadz Yusdeka tulis. Untuk itu kami merasa perlu untuk menstrukturkan

dan mensistematisasikannya. Selain itu, kami menambahkan dengan uraian

kesimpulan atas apa yang menjadi materi pembahasan Ustadz Yusdeka.

Tulisan dari Ustadz Yusdeka demikian canggihnya, tidak heran jika disadari apa

yang Ustadz Yusdeka tulis pada hakekatnya adalah tulisan yang langsung

digerakkan oleh Allah SWT sendiri, sehingga kami terkadang menggap-

menggap dalam membaca. Bahkan setelah selesai membaca, kami terkadang

bertanya-tanya, apa yang telah kami baca tadi, mengingat kebodohan kami

dalam hal yang ditulis tersebut.

Setelah pengkompilasian ini tercapai kami berpendapat alangkah sayangnya

jika tulisan dari Ustadz Yusdeka yang sudah dikompilasi tersebut hanya untuk

kami konsumsi sendiri. Untuk itu, dalam format PDF, kami menaruhnya di

internet. Semoga dengan demikian semakin banyak pihak yang dapat turut

menikmati, dan harapan kami, dapat menemani Ustadz Yusdeka untuk

camping di pinggir surga.

(FIW)

Page 3: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

3

Daftar Isi

Artikel 1 : Cahaya Diatas Cahaya ........................................................................ 5

A. Pembahasan ..................................................................................... 5

B. Kesimpulan ..................................................................................... 10

Artikel 2 : Cobaan dari Allah ? .......................................................................... 11

A. Pembahasan ................................................................................... 11

1. Tanggapan - Cobaan dari Allah (1/15) ....................................... 14

2. Tanggapan - Cobaan dari Allah (2/15) ....................................... 15

3. Tanggapan - Cobaan dari Allah (3/15) ....................................... 16

4. Tanggapan - Cobaan dari Allah (4/15) ....................................... 17

5. Tanggapan - Cobaan dari Allah (5/15) ....................................... 17

6. Tanggapan - Cobaan dari Allah (6/15) ....................................... 19

7. Tanggapan - Cobaan dari Allah (7/15) ....................................... 20

8. Tanggapan - Cobaan dari Allah (8/15) ....................................... 21

9. Tanggapan - Cobaan dari Allah (9/15) ....................................... 23

10. Tanggapan - Cobaan dari Allah (10/15) ..................................... 23

11. Tanggapan - Cobaan dari Allah (11/15) ..................................... 24

12. Tanggapan - Cobaan dari Allah : Kebenaran (12/15) ................. 25

13. Tanggapan - Cobaan dari Allah (13/15) ..................................... 27

14. Tanggapan - Cobaan dari Allah : Kebenaran (14/15) ................. 27

15. Tanggapan - Cobaan dari Allah : Kebenaran (15/15) ................. 28

B. Kesimpulan ..................................................................................... 30

Artikel 3 : Dalamnya Dalam .............................................................................. 33

Artikel 4 : Di Atas Segalanya . . . ....................................................................... 37

Artikel 5 : Dia Yang Bersembunyi... ................................................................... 40

Artikel 6 : Drama Manusia ................................................................................ 42

Artikel 7 : Dari Diam dan Hening ...................................................................... 44

A. Pembahasan ................................................................................... 44

1. Objek Vakog ............................................................................. 44

2. Pergerakan Ruhani ................................................................... 45

3. Pikiran dan Proses Berpikir ....................................................... 46

4. Peran Nabi-Nabi, Rasul-Rasul, serta Wali-Wali Allah................. 47

5. Tadzkiyatunnafs (Penyucian Diri) .............................................. 48

Page 4: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

4

6. Istilah-Istilah dan Praktek-Praktek Tadzkiyatunnafs

(Penyucian Diri) Yang Boleh Jadi Rancu .................................... 48

7. Lalu Apa Salahnya Dengan Hal-Hal Yang Seperti di Atas

Itu? ........................................................................................... 58

8. Kesombongan ........................................................................... 59

9. Menyadari dan Merasakan Kehadiran Allah ............................. 61

10. Menyadari dan Merasakan Kehadiran Allah oleh

Rasulullah Muhammad SAW .................................................... 65

11. Kepatuhan Total Rasulullah Muhammad SAW .......................... 68

B. Kesimpulan ..................................................................................... 72

Artikel 8 : Deteksi Dini Neraka Atau Siksa ......................................................... 75

A. Pembahasan ................................................................................... 75

B. Kesimpulan ..................................................................................... 78

Artikel 9 : Dihalangi Allah... .............................................................................. 79

A. Pembahasan ................................................................................... 79

1. Entengnya Menyebut Nama Allah ............................................ 79

2. Pelajaran Yang Bisa Dipetik ....................................................... 81

B. Kesimpulan ..................................................................................... 86

Page 5: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

5

Artikel 1 :

Cahaya Diatas Cahaya1

A. Pembahasan

Al Hadits

“Ittaquu firasatal mukmin, fa innahu yandhuru binurillah.”

“Percayalah dengan Firasat orang beriman, karena Ia melihat dengan

Cahaya Allah.”

An Nur (24 : 35)

“Alloohu nuurussamawati wal ardl(i),

matsalu nuurihi kamisy-kaatin fiihaa mish-baah(un),

al-mish-baahu fii zujaajah(tin),

az-zujaajatu kan-nahaa kaw-kabun dur-riy-yuy yuuqod(e),

yuuqodu min syajarotim mubaarokah(tin),

zay-tuunatil laa syar-qiiyatiw walaa ghor-biiyah(tin),

yakaa-du zay-tuhaa yudliiii(-u),

walaw lam tam-sas-hu naar(un),

nuurun ^alaa nuur(iy),

yah-dillaahu linuurihi may yasyaaaa(-u),

wayadl-ribulloohul am-tsaala lin-naas(i),

walloohu bikulli syay-in ^aliim(un).”

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya

Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya

ada Pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bin-

tang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak

dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di

sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyak-

nya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya

di atas cahaya (berlapis-lapis),

1 http://groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/3066

Page 6: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

6

• Allah membimbing kepada Cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan

• Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan

• Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”

Inilah dasar pengajaran spiritual yang sesungguhnya, digambarkan sebagai

Cahaya Tuhan yang menyinari jiwa manusia. Spiritual bukan kajian ilmiah di

Universitas atau Pondok Pesantren (Ma'hat) sebagaimana biasanya kita

kenal. Dalam hal ini, Allah menjelaskan :

. . . proses pengajaran dan bimbingan-Nya melalui perumpamaan

Myskat. Yang di dalamnya terletak sebuah pelita yang tertutup kaca.

Cahaya-Nya terkumpul dalam cerukan dinding yang berlubang,

merupakan perumpamaan dada manusia yang dipenuhi Cahaya Allah.

Dengan Cahaya itulah manusia mampu menangkap dengan jelas

bimbingan Allah dalam setiap langkah kehidupannya.

Cahaya ini tidak dapat diperoleh dari :

• Mendengarkan pengajian, dan

• Mengumpulkan data ilmu pengetahuan yang tercatat dalam kitab-kitab.

Itu hanya petunjuk awal untuk memahami bagaimana orang bersikap dan

belajar menerima bimbingan Allah secara ruhani.

Kitab Suci Al Qur’an merupakan "Peta Ruhani" dan

petunjuk bagi pejalan menuju Tuhan. Yang di

dalamnya dijelaskan mengenai pengajaran yang dapat

diterima secara langsung dalam jiwa manusia. Sikap

ini dikenal de-ngan istilah ihsan, yaitu menyadari

Tuhan melihat sikap dan tindak tanduk hati manusia.

Tuhan tidak hanya terbatas mengamati perilaku kita dan hanya berdiam

diri. Akan tetapi Tuhan Yang Maha Hidup memberikan pengajaran

kepada jiwa manusia yang percaya dan yakin atas keberadaan Tuhan.

Page 7: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

7

Disebutkan dalam Al Qur’an :

Tuhan ada, namun keberadaan-Nya tidak bisa ditangkap oleh

penglihatan dan pikiran manusia. Ia ada sangat dekat dengan jiwa

manusia, sehingga apa yang dibisikkan dalam hatinya terdengar dengan

jelas, karena Ia Maha Mendengar.

Tidak hanya sampai di sini penjelasan mengenai Tuhan, dengan tegas Al

Qur’an mengatakan bahwa :

Tuhan akan merespons setiap do'a bagi yang berdo'a.

Inilah yang dinamakan sikap ihsan atas keberadaan dan kegiatan Tuhan

terhadap manusia. Maka dengan demikian, pemahaman atas Tuhan dengan

segala keadaan-Nya disimpulkan dalam bentuk sikap yang sederhana beri-

kut ini :

1. Duduklah dalam keadaan bersih lahir maupun bathin, tinggalkan

kegiatan lahir yang berasal dari nafsu.

2. Aktifkan ruhani anda, karena Tuhan tidak bisa dijangkau oleh pikiran

dan penglihatan kita. Setiap manusia pasti memiliki jiwa, dengan jiwa

inilah manusia dapat berkomunikasi dengan Allah. Dan kepada jiwa

manusia, Allah menuntun kegiatan Ruhani menuju pengetahuan-Nya

berupa ilham.

Pengetahuan ruhani dapat anda rasakan secara langsung tanpa hijab.

Anda akan merasakan setiap tuntunan itu mengarah kepada kebaikan

dan kebahagiaan sejati. Lihatlah hasilnya dalam Al Qur’an yang

menjelaskan mengenai pengalaman pengajaran spiritual dalam diri

anda. Anda akan diajak berada dalam keadaannya, bukan dalam

pengetahuan berupa pikiran anda. Anda akan berada (being experience)

yang tidak bisa diungkapkan dalam kata dan artikulasi. Sebagaimana

anda merasakan berada dalam keadaan rasa cinta yang sejati.

Allah berkata bahwa jika kita menyebut nama-Nya di dalam jiwa dengan

merendahkan diri dan penuh hormat. Maka akan diturunkan rasa tenang

mengalir dalam jiwa anda. Jika anda mengalami keadaan ini, berarti :

Page 8: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

8

. . . anda memahaminya secara nyata dalam jiwa anda,

bukan dalam pikiran anda.

Allah Yang Maha Hidup selalu merespons apa yang kita lakukan di hadapan-

Nya. Ji-ka kita hadir Allah juga hadir, jika kita ber-kata Allahpun berkata

dalam bahasanya yang dipahami oleh Jiwa. Lakukan seperti di bawah ini.

Allah berfirman :

Ath Thalaq (65 : 2-3)

“. . . barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan

baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada

disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah

niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah

melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah Telah

mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”

Pernahkan anda merasakan apabila ada kesulitan kemudian berdoa dan

bertawakkal kepada Allah, kemudian langsung anda rasakan jawabannya

dan mendapatkan jalan keluar ? Bahkan mendapatkan rizki dari arah yang

tidak disangka-sangka. Jika semakin buntu (tidak ada jalan ke luar) apa yang

anda lakukan ketika melakukan komunikasi kepada Yang Maha mengetahui

segala urusan.

Sudahkah anda menundukkan jiwa anda kemudian berserah total dan

memahami apa yang diturunkan ke dalam jiwa anda ? Sebab Allah

memberikan jawaban dalam setiap doa langsung

ke dalam hati orang beriman.

Jika tidak ada jawaban, pasti ada yang salah dalam hal ini. Karena tidak

mungkin Allah mengingkari janji (laa tukhliful mi'aad). Untuk itu, perlu

dilakukan pemahaman lebih dalam persoalan kepercayaan kita kepada

Allah, terutama bagaimana menangkap signal atau getaran yang dapat

dipahami. Mungkinkah orang biasa seperti kita bisa menerima petunjuk

Allah, seperti apakah keadaan yang akan kita rasakan ?

Page 9: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

9

1. Duduklah dengan penuh taqwa dan percaya serta mewakilkan

(menggantungkan) segala hidupnya kepada Allah saja.

2. Hadirlah di hadapan-Nya dengan tunduk dan hormat, hilangkan

keraguan dalam hati.

3. Sebutlah Nama Allah dengan penuh harap, sehingga terasa hening

dalam jiwa anda.

4. Rasakan keheningan yang diturunkan dalam hati anda, semakin lama

akan terasa bening dan menenangkan.

5. Tundukkan jiwa anda semakin dalam, biarkan lintasan pikiran yang

sesekali muncul menggangu. Jangan perdulikan, tetapkan jiwa anda

mengamati keheningan jiwa anda.

6. Dan berusahalah tetap menyebut Nama Allah sampai pada tahapan

anda mampu membedakan :

a. pikiran,

b. emosi,

c. perasaan, dan

d. ilham,

yang datang sangat cepat dan jelas.

7. Biasanya muncul petunjuk pada saat pikiran anda tidak terlibat, nafsu

dan emosi kita tersapih. Petunjuk datang bukan hasil rekayasa dan

hayalan atau rangkaian peristiwa dalam memori dalam otak. Ia

menelusup sangat cepat dan jelas, dan rasanya seperti sudah berada

pada keadaan yang akan terjadi. Anda diberi kepahaman langsung ke

dalam jiwa anda, cirinya tidak ada keraguan. Sebab ia datang berupa

keadaan seperti yang akan terjadi sebelum terjadi. Mengapa demikian ?

Karena anda berada pada orbit jiwa

yang tidak terikat oleh ruang dan waktu

Anda telah terlepas dari ikatan tubuh yang memilki arah dan jarak.

Page 10: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

10

Jiwa anda bukan badan ini, yang terikat oleh putaran bumi dan orbit

matahari, sehingga terjadi waktu akan datang dan masa lampau.

Beradalah dalam jiwa anda dan mendekatlah kepada Allah, anda

akan merasakan petunjuk semakin jelas.

B. Kesimpulan

1. “Allah membimbing kepada Cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki.”

(24 : 35). Dada manusia sesungguhnya dipenuhi Cahaya Allah. Dengan

Cahaya itulah manusia mampu menangkap dengan jelas bimbingan

Allah dalam setiap langkah kehidupannya.

2. Cahaya ini tidak dapat diperoleh dari :

a. Mendengarkan pengajian, dan

b. Mengumpulkan data ilmu pengetahuan yang tercatat dalam kitab-

kitab.

Cahaya diperoleh langsung dari-Nya. Hal ini karena Tuhan akan meres-

pons setiap do'a bagi yang berdo'a.

3. Petunjuk datang dengan cara menelusup sangat cepat dan jelas, dan

rasanya seperti sudah berada pada keadaan yang akan terjadi. Akan

diperoleh kepahaman langsung ke dalam jiwa, yang cirinya tidak ada

keraguan. Sebab ia datang berupa keadaan seperti yang akan terjadi se-

belum terjadi.

Page 11: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

11

Artikel 2 :

Cobaan dari Allah ?2

A. Pembahasan

Di antara kita mungkin sudah ada yang pernah mengetahui bunyi sebuah

ayat Al Quran sbb:

Al Baqarah (2 : 155)

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit keta-

kutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan-

lah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."

Sementara ada ayat yang menyatakan :

Al Baqarah (2 : 286)

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesang-

gupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia

mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a):

1. ’Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau

kami tersalah.

2. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang

berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang

sebelum kami.

3. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak

sanggup kami memikulnya.

4. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.

5. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang

kafir’."

Saya melihat ada sebuah hal yang menarik yang dapat kita petik dari dua

ayat Allah tersebut. Dalam ayat yang pertama Allah menyatakan apapun

yang kita alami dalam artian negatif (cobaan), itu semua adalah sedikit

2http://groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/2166

Page 12: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

12

menurut Allah. Pemahaman ini sebaiknya juga harus membekas dalam jiwa

kita, yakni saat kita mengalami hal hal yang negatif seperti yang disebutkan

Allah itu, itu semua kadarnya masih sedikit. Artinya Allah ingin mengajari

kita lewat ayat itu, bahwa :

. . . apapun yang kamu terima wahai manusia berupa cobaan dalam :

1. bentuk ketakutan (emosi).

2. kelaparan (fisik).

3. kekurangan harta (ekonomi).

4. jiwa (psikis), dan

5. buah-buahan (kebutuhan sekunder),

itu semua seharusnya kamu anggap sebagai sesuatu yang

sedikit (tidak ada arti sama sekali).

Jangan sampai itu semua mempengaruhi penghambaanmu kepada Allah.

Jadikanlah itu sebagai sarana untuk lebih mendekatkan dirimu kepada

Allah, karena semua itu akan menjadikan kamu akan terus giat berusaha

dengan segenap akal dan pikiran yang dialiri oleh Allah untuk memakmur-

kan bumi Allah ini.

Jadi dengan pandangan seperti ini akan melahirkan kesabaran.

Jadi :

. . . kesabaran itu tidak hanya sebuah pernyataan ketidakmampuan,

tapi sebuah sikap yang jelas bahwa apapun cobaan yang diberikan oleh

Allah pastilah ukurannya sedikit dan pastilah punya manfaat untuk

memacu diri manusia untuk lebih mendekatkan diri pada-Nya.

Untuk orang yang seperti ini Allah memberitakan bahwa mereka akan

mendapatkan kegembiraan (dalam ayat di atas diberi kabar gembira). Ya

bagaimana mereka tidak gembira, mereka punya keyakinan bahwa cobaan

yang diberikan oleh Allah ini hanya sedikit dibandingkan nikmat yang

diberikan oleh Allah, dan cobaan ini juga bermanfaat bagi mereka untuk

menjadikan diri mereka lebih giat lagi dalam memberikan seluruh potensi

diri mereka sebagai kalifah di muka bumi Allah ini.

Page 13: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

13

Allah kembali menegaskan dalam ayat berikutnya bahwa Aku ini (Allah)

tidak membebani (kalau kamu merasa terbebani) kamu kecuali sesuai

dengan kesanggupanmu. Jadi Allah sudah antisipasi :

. . . kalau ada seseorang merasa dirinya dibebani

oleh masalah-masalah apapun, itu semua harus disadari

adalah sesuai dengan kesanggupan dirinya, tidak lebih.

Ibaratnya seorang anak TK tidak mungkinlah dibebani hal hal yang dipelajari

oleh anak anak SMP. Kesadaran ini akan melahirkan sebuah sikap keikhlas-

an menerima apapun yang sudah terjadi yang sudah diberikan oleh Allah.

Allah menggarisbawahi :

. . . apabila kesadaran ini ada dalam dada manusia maka

kebahagiaanlah yang akan diterimanya, sedangkan bila tidak ada

kesadaran seperti ini maka kesengsaraan (siksa) yang dirasakannya.

Jadi terserah manusia itu sendiri sebenarnya mau pilih kesadaran yang

mana. Dan saat ia memilih (sebenarnya dipilihkan oleh Allah) kesadaran

yang pertama maka secara otomatis ia akan mengucapkan seperti yang

digambarkan dalam ayat tersebut yakni :

1. "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami

tersalah.

2. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang

berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang

sebelum kami.

3. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan

kepada kami apa yang tak sanggup kami

memikulnya.

4. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan

rahmatilah kami.

5. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah

kami terhadap kaum yang kafir."

Jadi permohonan (do'a) itu memang lahir dari sebuah kesadaran sebe-

lumnya, bukan hanya sebuah permintaan tanpa ada kesadaran. Dalam do'a

Page 14: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

14

yang notabene diajari oleh Allah dalam ayat itu juga merupakan sebuah

penegasan bahwa memang kondisi seperti itulah sebenarnya Allah membe-

rikan jawaban atas do'a kita. Artinya gini :

1. Allah tidak menghukum kita jika kita lupa atau tersalah (tidak sengaja

melakukan kesalahan).

2. Allah tidak membebani kita dengan beban yang

berat.

3. Allah tidak memikulkan kita sesuatu yang tak

sanggup kita pikul.

4. Allah memaafkan kita jika kita minta maaf Allah

mengampuni kita jika kita minta ampun.

5. Allah merahmati kita.

6. Allah menolong kita

Namun jawaban itu tidak berupa suara maupun huruf,

jawaban itu masuk ke dalam kesadaran kita berupa perubahan dalam dada

kita yang terkadang tak mampu kita mengutarakannya. Sekarang

mampukah kita membaca jawaban Allah itu ?

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga ada manfaatnya sebagai bekal

kita dalam mengarungi perjalanan kita menuju Allah.

1. Tanggapan - Cobaan dari Allah (1/15)3

Hidup pada dasarnya adalah cobaan :

• Baik dalam pengertian positif : ujian sebagai syarat "naik kelas",

• Ataupun dalam pengertian negatif : sebagai hukuman sebagai konse-

kuensi atas satu kesalahan) sebagai proses pembelajaran untuk men-

capai kematangan/kedewasaan.

Tapi pada dasarnya ujian dan hukuman bukan melulu masalah persepsi/

kesadaran, tapi tetap dibedakan secara faktual. Untuk membedakannya

ya kita lihat track record sebelumnya :

3http://groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/2173

Page 15: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

15

• Kalau kita sudah 'on track' tapi mendapat musibah, itu namanya

ujian, jika kita sabar menjalani insyaa Allah kita naik kelas/derajat

(mendapat rahmat/rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

• Tapi jika hidup kita penuh penyimpangan

(tidak proporsional) dan berlumuran

dosa maka jika kita mendapat musibah,

itu namanya hukuman. Kalau kita ikhlas

menjalani/menyadari kesalahan kita

mudah-mudahan kita bisa menjalani

musibah dengan lebih tawakal dan

setelah musibah berlalu, kita bisa

memulai hidup baru (setelah kesulitan timbul kemudahan).

Kebanyakan manusia "gampang mengeluh" jika tertimpa musibah, ka-

rena :

. . . cenderung bersikap "take for granted" terhadap kenikmatan.

Kita bisa bersikap Ikhlas/tawakal jika bisa melihat kelebihan di balik

kekurangan, dan melihat kekurangan di balik kelebihan, kemudahan

setelah kesulitan dan kesulitan setelah kemudahan.

2. Tanggapan - Cobaan dari Allah (2/15)4

Hidup menurut saya adalah perjalanan. Kalau dikatakan ujian, maka hal

ini seakan-akan berarti dari awal kehidupan ia sudah pasti dikatakan

baik, tinggal; manusia; diuji untuk menjadi baik lagi dan akhirnya men-

jadi manusia terbaik. Kalaupun toch nggak lulus atau naik kelas, tetap

saja manusia masih dikatakan baik. Walaupun dalam tingkatan te-

rendah.

Kalau hidup adalah "perjalanan". Jelas, ada petunjuk melalui para pen-

cerahnya (nabinya) sebagai suri tauladan. Dalam perjalanan hidupnya :

4http://groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/2179

Page 16: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

16

• Kalau dijalani dengan benar, maka perjalanan hidupnya sesuai de-

ngan petunjuk yang dicontohkan oleh para pencerahnya yang tentu

saja sesuai dengan zamannya. Hingga ia akan selamat sampai tujuan.

• Seandainya dalam perjalanan dalam hidupnya melenceng dari tun-

tunan/ petunjuk maka, tidak akan sampai ke tempat tujuan dan

celakalah manusia.

Jadi sepertinya :

. . . yang dinamakan hukuman, ya nggak ada.

Kesalahan dan kebenaran khan pilihan kita sendiri.

Dan tidak mungkin Allah menghukum mahkluk ciptaaanya, karena Allah

Maha Kasih (salah satu sifatnya). Tapi, ada nggak ya sifat Allah maha

menghukum ? Yang betul menurut saya,

. . . yang menghukum ya kita sendiri;

karena hasil perbuatan dan perjalanan kita yang salah.

Tidak sesuai dengan tuntunan dan ajaran.

3. Tanggapan - Cobaan dari Allah (3/15)5

Bila kita sudah mampu merasakan jawaban Allah itu, artinya kita ngeh,

tahu, paham, ada sesuatu yang mengalir melewati dada kita, di saat kita

memohon kepada Pencipta kita, apapun itu. Sebenarnya saat itu kita

tengah didudukkan-Nya dalam sebuah pengajaran yang hakiki.

Ayat-ayat Allah di muka bumi ini sudah dihamparkannya kepada kita,

manusia yang mau mengambil pelajaran dari itu semua, tinggal :

. . . kita sejauh mana mau mengoptimalkan seluruh potensi yang ada

pada diri kita dan tahu juga sarana apa yang kita pakai untuk

mengambil pelajaran itu.

Kita tidak bisa mengharapkan telinga kita untuk melihat, tidak dapat

memaksakan mata kita untuk mendengar, jadi harus menyesuaikan

5http://groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/2185

Page 17: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

17

fungsi dari anggota tubuh kita sesuai dengan fungsinya.

Dan untuk merasakan kehadiran jawaban Allah itu

hanya dengan hati (jiwa), sarana yang paling sempurna dalam

bentuk syariat adalah sholat, dan sholat yang diharapkan adalah

sholat yang dikhusyu’kan oleh Allah.

4. Tanggapan - Cobaan dari Allah (4/15)6

• Ingin rasanya anggota tubuh kita dapat sesuai dengan fungsinya se-

hingga tidak ada keragu-raguan dalam menerima petunjuk-Nya yang

sesungguhnya sangat nyata dalam kehidupan kita ini seperti ayat-

ayat Allah yang telah dihamparkan di muka bumi ini untuk kita.

• Ingin rasanya meluruskan fungsi tubuh ini, sehingga saya dapat

melihat jalan yang lurus yang tidak ada keragu-raguan di dalamnya.

• Apakah hati saya yang masih diliputi keragu-raguan, sehingga

petunjuk yang nyata di sekitar kita itu ragu untuk dijalankan ?

• Apakah salah jika saya takut menempuh jalan yang tidak lurus ?

• Apakah salah jika saya takut salah membaca petunjuk-Nya ?

• Wajarkah saya jika diliputi keraguan seperti itu ?

Alangkah indahnya jika mata ini dapat

menikmati indahnya cahaya dan telinga ini

menikmati alunan ayat-ayat-Nya, sehingga

hati yang takut berubah menjadi gembira

dalam menapaki jalan yang lurus, jalan yang

tiada keraguan di dalamnya.

5. Tanggapan - Cobaan dari Allah (5/15)7

Melalui "cobaan dari Allah" sebenarnya un-

tuk mengetahui tentang bukti keimanan se-

seorang, hal diabadikan dalam Al Qur'an :

6http://groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/2189

7http://groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/2193

Page 18: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

18

Surat Al ’Ankabut (29 : 2 – 3)

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) menga-

takan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi ? Dan

sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,

maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan

sesungguhnya Dia mengetahu orang-orang yang dusta.”

Jadi dengan demikian, ujian sebagai bentuk peningkatan kualitas ke-

imanan seseorang atau suatu pembuktian atas pernyataannya tentang

IMAN. Apabila kita memaknainya dan mampu menerimanya bentuk

ujian tersebut dapat melahirkan kompetensi dalam upaya selalu me-

ningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Akan menjadi berbahaya, jika bentuk cobaan dari Allah SWT

ditanggapi dengan bersu'udzon kepada Allah SWT.

Karena mustahil Allah memberikan sesuatu kepada umatnya tanpa

maksud yang pasti memberikan yang lebih bernilai. Apa yang harus

dilakukan dalam menghadapinya, adalah menerima dengan keikhlasan

dibarengi ikhtiar secara terus menerus, sehingga mampu mengatasinya.

Bukankah kedudukan nilai derajat dalam pandangan Allah kriteria yang

harus dimiliki antara lain :

• kualitas iman,

• berhijrah,

• berjihad dengan harta dan jiwa.

Sehingga dengan demikian,

. . . cobaan dari Allah harus diterjemahkan sebagai bentuk

pendidikan agar setiap kita senantiasa ingat kepada-Nya dalam

kondisi apapun. Karena dengan senantiasa ingat (dzikrulloh) setiap

saat akan melahirkan pribadi-pribadi yang waspada agar terhindar

dari larangan-larangan-Nya.

Akhirnya, marilah kita memaknai cobaan dari Allah sebagai bentuk kasih

sayang terhadap umat manusia dalam meningkatkan bentuk kualitas

Page 19: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

19

iman dan takwa.

6. Tanggapan - Cobaan dari Allah (6/15)8

Apabila kita perhatikan banyak ayat Al-Qur'an menyinggung tentang

cobaan, biasanya berkaitan dengan masalah harta dan jiwa.

Sebagaimana Allah SWT informasikan, artinya :

Al Anbiyaa’ (21 : 35).

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu

dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-

benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan."

Melalui tadabur ayat tersebut di atas, setidak-tidak Allah SWT mencoba

memberikan arahan kepada manusia sekaligus pembuktian keimanan

seseorang (Al ’Ankabuut 29 : 2-3). Sikap seharusnya, mungkin :

. . . cobaan/ujian dari Allah SWT harus dihadapi dengan sepenuh

hati dalam posisi qona'ah.

Kita sepakat Allah SWT memberikan sesuatu ujian pasti sesuai dengan

kemampuan makhluk-Nya. Karena mustahil Allah SWT memberikan

bentuk ujian dan cobaan kepada manusia melebihi kemampuannya.

Inilah konsep Islam yang disebut kompetensi dan profesionalisme. Janji

Allah SWT ujian yang menyangkut dengan harta dan jiwa juga diinfor-

masikan pada ayat lain seperti :

At Taghaabin (64 : 15)

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu):

di sisi Allah-lah pahala yang besar."

Perenungan penegasan Allah SWT dimaksud sangatlah penting agar

setiap manusia/makhluknya mencoba untuk memahami hakekatnya

penciptaannya, sehingga dengan memahaminya, berbagai cobaan/ujian

8http://groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/2214

Page 20: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

20

yang tersebut akan bisa meletakan posisi secara tepat. Oleh karenanya,

sangatlah penting untuk merenungkan cobaan dari Allah SWT seha-

rusnya direspon dan diposisikan secara benar, sehingga setiap hamba

Allah akan mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dalam Pengab-

dian kepada-Nya (Adz Dzariyaat - 51 : 569). Tentunya pengabdian yang

sesuai syari'at harus berdasarkan kualitas iman, kualitas ikhlas dan

bertitiba kepada Rasululloh SAW, sehingga mampu meraih pengabdian

pada titik kualitas takwa. Mudah-mudahan sedikit renungan tentang

cobaan dari Allah SWT memberikan pencerahan yang mampu peru-

bahan terhadap perilaku hidup, insya Allah.

7. Tanggapan - Cobaan dari Allah (7/15)10

Jalan Kembali

Kata cobaan sebenarnya hanya istilah yang dipakai orang yang senan-

tiasa berkutat dalam dinamika kehidupan.

Susah senang itu hanya rasa atau hasil dari Tungku Perapian

yang ada di dalam dada.

Sebenarnya cobaan adalah merupakan fasilitas dari Allah agar kita bisa

menemukan jalan kembali. Selama kita masih belum bisa menemukan

jalan kembali maka kita akan tetap terendam dalam tungku di dada.

Dan akibatnya adalah, Allah tidak bisa menyematkan predikat Nafs yang

Muthmainah. Kalau sudah seperti ini maka kita tidak akan bisa ridha

untuk bertemu dengan Tuhan dan Tuhan pun tak akan ridha sama kita.

Nafsul Muthmainah adalah Diri yang tenang, yang

tidak terpengaruh oleh badai kehidupan.

Apabila mendapat kesenangan maka terus dikembalikan dengan ber-

ucap ”Alhamdulillah”. Dan apabila mendapat kesusahan ya tetap di-

9 Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

10http://groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/2215

Page 21: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

21

kembalikan dengan berucap ”Innalillahi wa Inna ilaihi rojiun”.

8. Tanggapan - Cobaan dari Allah (8/15)11

Cobaan atau Pilihan ?

Pada saat kita bersaksi pada-Nya dan menjadi ultimate, maka segala

permintaan (doa) kita dikabulkan. Tetapi manakala terkabul kita akan

dihadapkan pada pilihan/cobaan, akankah kita tetap bersaksi pada-Nya

atau kesaksian kita luntur bersamaan de-

ngan belenggu-belenggu permintaan kita

yang di kabulkan-Nya. Kita berdoa agar

diberikan rezeki oleh-Nya, tetapi mampu-

kah kita melepas rezeki itu seperti nabi

Muhammad yang tidak memiliki apa-apa

pada saat dipanggil oleh-Nya. Mampukah kita tetap bersaksi bahwa

tiada Tuhan selain Allah setelah mendapatkan rezeki dari-Nya ? Pada

saat kita memohon diberikan anak yang sholeh, mampukah kita tetap

bersaksi pada-Nya pada saat anak kita dipanggil oleh agama untuk

berjuang ? Setelah kita berdoa, maka datanglah sunnatullah dengan

berbagai macam lukisan-Nya.

Bagi hamba-Nya yang beriman tentu doanya dilakukan dengan penuh

kesadaran. Sedangkan yang tidak beriman doanya tidak dilakukan

dengan penuh kesadaran, seperti binatang ternak yang penuh dengan

belenggu, sehingga tidak merasakan apa-apa. Maka :

. . . pilihlah doa yang

menjadikan kita akan tetap seterusnya

bersaksi pada-Nya.

11http://groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/2217

Page 22: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

22

Bersyukurlah hamba-Nya yang beriman,

karena bisa merasakan doa dengan penuh

kesadaran, sehingga muluslah pilihan/co-

baan menuju pintu-pintu surga-Nya, karena

orang beriman akan memohon ampun pa-

da-Nya (mengucap astaghfirullah) pada

saat salah ucap dalam doa, sehingga Allah mengampuninya. Sedangkan

binatang ternak akan cuek bebek pada saat salah ucap dalam berdoa,

sehingga sunnatullah yang berlaku.

Hamba-Nya yang beriman mengetahui berbagai pilihan/cobaan yang

akan dilaluinya, tetapi dia akan memilih jalan yang lurus, jalan yang

sanggup untuk dipikul dan dilaluinya menuju surga. Sedangkan binatang

ternak akan memilih jalan mana saja, karena :

• hatinya sudah terbelenggu,

• matanya buta. Dan

• telinganya tuli.

Pada akhirnya :

. . . amal sholehlah yang akan menolong dan membimbing

hamba-Nya yang beriman dari berbagai pilihan/cobaan,

. . . karena kebajikan yang dilakukannya akan membuat ringan dirinya

terhindar dari pilihan/cobaan yang banyak mudharatnya.

Beriman saja tidak cukup bagi kita untuk terhindar dari api neraka

karena begitu banyak pilihan/cobaan yang ada. Oleh karena itu :

• Berbuat amal sholehlah yang banyak, dan

• Saling tolong-menolong, serta

• Nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran,

agar kita tidak merugi menyicipi panasnya api neraka, sehingga kita

akan selalu diingatkan dan dinasehati agar tidak menuju pilihan/cobaan

yang tidak sanggup kita memikulnya karena banyaknya mudharat di

jalan itu.

Page 23: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

23

9. Tanggapan - Cobaan dari Allah (9/15)12

Jika perspektif kita sebagai manusia tentang "kejadian" bisa bermacam-

macam (ada yang menyebut dengan cobaan dan ada yang menyebut

dengan kejadian saja),

• Kalau menggunakan kata cobaan berkonotasi negatif, dan

• Jika menggunakan kata "kejadian" cenderung netral karena sesung-

guhnya manusia tidak pernah merugi,

maka apakah sesungguhnya terminologi ini juga bisa disampaikan da-

lam bentuk kalimat yang berlainan seperti "salah dan benar itu se-

sunguhnya tidak ada, karena tergantung perspektif pelaku atau setiap

orang yang memandangnya". Kenyataan ini bisa kita lihat di lingkungan

kita masing-masing atau negara kita atau bahkan agama kita (islam).

Bahkan perspektif tentang Al Qur’an sebagai Kitab Suci dan Nabi Akhir

Zaman di negara kita hampir (atau telah) membuat perpecahan di

antara umat Islam.

10. Tanggapan - Cobaan dari Allah (10/15)13

Tidak ada Cobaan yang ada Hanya Ketetapan

Dia Sang Pencipta yang telah menuntaskan penciptaan-Nya. Manusia

makluk dan semuanya sudah ditempatkan menurut kadar-Nya. Manusia

tampak sedang berjalan pada gelombang waktu dan ruang. Namun Dia

Sang Pencipta bebas dalam ikatan waktu dan ruang. Dunia nampak

memberikan pilihan dan cobaan terhadap makhluk. Namun sesung-

guhnya jalan itu hanya satu. Cobaan dari-Nya berupa jalan ketakwaan

dan jalan kesesatan membuat kita kabur di mana "shiratal mustaqim

itu", oleh karenanya kita memohonkannya setiap hari tanpa lelah. Se-

betulnya jalan itu sangat terang benderang, tapi kita diuji dengan akal

kita dengan seribu kesokpintaran dan seribu definisi, sehingga nampak

seperti ribuan pilihan. Semua nampak kebetulan namun sesungguhnya

12 http:// groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/2219

13 http:// groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/2221

Page 24: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

24

demikianlah hal itu ditetapkan Allah dan yang diciptakan-Nya sudah

demikian sempurna karena demikianlah sifat-

Nya, meskipun ketetapan itu nampak buruk di

mata manusia sesungguhnya banyak rahasia

dan hikmah di dalamnya. Ambil wudlu, sholat,

temuilah Dia dalam sedih dan senang, rasakan

belaiannya dan penjelasan tentang semua ini.

11. Tanggapan - Cobaan dari Allah (11/15)14

Masalah nabi akhir zaman memang banyak di permasalahkan apalagi

dengan dalil adanya Imam Mahdi. Ada kalangan berpendapat bahwa

Nabi Muhammad adalah nabi akhir pada zamannya, menurut mereka

nabi ada pada setiap zaman maka banyak dari mereka yang mengaku

Nabi. Saya pernah berguru pada seseorang yang berpendapat seperti

itu, hingga secara implisit dia mengaku nabi pengganti pak Soekarno,

yang dianggap juga sebagai nabi. Melalui beliau saya ketahui bahwa

keyakinan ini banyak diyakini oleh banyak orang, sehingga banyak orang

yamg tertipu dengan dalil Al Mahdi sebagai seseorang yang ditungggu-

tunggu, untuk mencerahkan zaman yang sudah rusak ini. Saya juga

pernah berguru pada orang yang mengaku satria piningit, mitos dari

jawa yang mirip dengan Al Mahdi.

Dari berbagai pengalaman awalnya mereka mengajarkan hal yang baik

bahkan ilmu yang tinggi seperti ma'rifat, dengan bahasa yang sangat

tinggi dan menarik, sehingga banyak orang terpedaya, demikian juga

saya. Untungnya Allah memberikan hidayah, sehingga hati saya lurus-

kan kembali ke jalan yang lurus. Orang yang terpedaya itu bukanlah

orang-orang bodoh, mereka pintar dan terpelajar tapi tipu daya dan

bisikan syetan itu begitu nyata, sehingga menutup hati dan akal me-

reka. Satu hal dari banyak hal yang membuat saya berpaling dari

mereka adalah perkataan teman saya, "Bagaimana saat kita nanti mati,

apakah kita tetap dalam Islam dan menjadi pengikut Nabi Muhammad

14 http:// groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/2222

Page 25: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

25

SAW, siapa yang bertanggung jawab pada amal yang telah kita lakukan"

pertanyaan itu begitu nyata. Kalau kita mengikuti ajaran-ajaran baru,

dari orang yang mengaku Nabi, Wali, Al Mahdi, dan lainnya dan meng-

ikuti ajaran yang kadang menyimpang dari syariat islam (contoh ajarah

Ahmadiah, dll) apakah kita tetap sebagai muslim ? Apakah kita tetap

sebagai Hamba Allah ? Apakah kita tetap sebagai umat Nabi Muham-

mad Saw, padahal kita menyimpang dari syariat yang sesungguhnya.

Pertanyaan ini juga berlaku untuk kalangan yang kadang menganggap

remeh ajaran syariat karena mereka merasa telah memiliki ilmu yang

lebih tinggi seperti : tarikat, hakikat, makrifat. Banyak dari mereka yang

tidak menjalankan syariat. Semoga Allah melindungi kita dari tipu daya

syetan dan dajjal yang berbentuk manusia.

12. Tanggapan - Cobaan dari Allah : Kebenaran (12/15)15

Mungkin, kalau tidak salah tafsir (bila salah, mohon diluruskan), yang

membuat resah, selain apa yang dikemukakan (yaitu kebenaran versi

Islam dengan nabi-nabi selain Nabi Muhammad SAW vs. versi Islam

dengan nabi Muhammad SAW; atau tarikat, makrifat, hakikat tanpa

syariat vs. plus syariat), juga terutama adalah klaim-klaim kebenaran

yang menjerumuskan pada pertentangan sesama umat walaupun sama-

sama mengklaim sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW dan berkitab

sama yaitu Al-Qur'an!

Merasa sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW yang paling benar,

sedangkan yang lain salah semua. Bahkan lebih parah lagi, yang lain

kafir! Ah, rasanya pertentangan seperti ini dari sejak dahulu sampai kini

tidak pernah ada habisnya!

Bahkan seringkali umat pada masjid yang samapun

saling menghujat!

Saya sangat setuju dengan apa yang dikemukakan : "tidak ada cobaan

yang ada hanya ketetapan". Bahwa "sebetulnya jalan (kebenaran) itu

15 http:// groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/2223

Page 26: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

26

sangat terang benderang, tapi kita diuji dengan akal kita dengan seribu

kesok-pintaran dan seribu definisi, sehingga nampak seperti ribuan

pilihan".

Saya kira, Pak Deka pun sering mengulas tentang hal itu. Bahwa definisi

kebenaran, seringkali dikaburkan oleh hawa nafsu - ini yang menjadi-

kannya relatif ! Karena ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan indi-

vidu atau golongan.

Menurut saya, ego kebenaran itu seperti permukaan sebuah lautan, pe-

nuh gejolak, penuh kemarahan. Ketika mendapatkan benturan karang,

tidak pernah diam, tidak pernah tenang, selalu ingin mengalahkan !

Penuh pertentangan, karena selalu terjebak pada ide 'aku' - milikku vs.

Kamu - milikmu.

Sedangkan kebenaran yang hakiki adalah bagaikan ke dalaman sebuah

lautan : tenang, diam, hening, menyatu ! Mencintai, menyayangi dan

menghargai bukan lagi berdasarkan definisi aku, milikku, jalanku vs.

Kamu, milikmu, jalanmu, tetapi didasari oleh kesadaran bahwa kita

semua berasal dan kembali kepada yang Satu ! Karena memang hanya

ada satu jalan, menuju satu tujuan, hawa nafsu kitalah yang

menjadikannya terlihat seolah-olah ada beribu-ribu jalan!

Saya pribadi sangat setuju dengan saran Pak Deka, bahwa :

. . . untuk memahami kebenaran, sebaiknya

rajin-rajin menengok ke dada kita sendiri :

• Apakah saat kita bicara tentang suatu kebenaran, dada kita

bagaikan permukaan sebuah lautan, yang menerjang-nerjang saat

mendapatkan sebuah karang,

• Ataukah bagaikan ke dalaman sebuah lautan, yang membawa kita

pada ketenangan, keheningan, dan kebersahajaan !

Karena seringkali saat kita menyandarkan kebenaran atas kebenaran

'KATANYA', yang terjadi justru adalah sebuah klaim kebenaran yang

diselimuti kemarahan dan beragam prasangka subyektif !

Page 27: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

27

13. Tanggapan - Cobaan dari Allah (13/15)16

Tidak ada cobaan, yang ada hanya

Ketetapan Allah Yang Maha Besar dan Maha Benar.

Dialah yang telah memberikan jalan kebenaran ambilan jalan itu, jangan

kita ingkar pasti cahaya kehidupan pasti bersinar ya ketetapan Allah

pasti berdasar. Contohnya sholat, jika dijalankan dengan benar akan

mampu mencegah yang mungkar. Maka sholatlah sebagaimana Rosulul-

lah sholat. Jika kita umat yang benar karena sholat, bukan semata ge-

rakan-gerakan yang teratur, tetapi ibadah sholat merupakan dimensi

dzikir :

• Dzikir sebagai bukti wujud iman kepada Yang Maha Benar,

• Sholat ketetapan yang berdampak pada pembentukan karakter.

Oleh karenanya :

. . . sholat yang khusyu’ melahirkan pendekar yang :

•••• mampu menjalankan pengabdian,

•••• mencegah bentuk yang mungkar,

. . . maka bai'at lewat syahadah setiap kita sholat harus dipegang secara

tegar, sehingga dapat melahirkan perubahan yang akbar paling tidak

pada setiap pribadi-pribadi yang berjiwa besar, sehingga cobaan yang

menimpa menjadi obat penyegar, bukan racun menjadi manusia

pelacur.

14. Tanggapan - Cobaan dari Allah : Kebenaran (14/15)17

Saya jadi teringat sebuah hadits (Insya Allah termasuk hadits yang sha-

hih) bahwasanya Rosululloh pernah bersabda: "Aku tinggalkan padamu

dua perkara yang kalian tidak akan tersesat apabila berpegang teguh

kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku." Jadi, secara eks-

plisit/jelas/terang bahwa pedoman atau standar kebenaran atau ketid-

16 http:// groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/2224

17 http:// groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/2225

Page 28: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

28

aksesatan perbuatan kita adalah Al Quran dan Sunnah dan bukan yang

lainnya.

Persoalan yang muncul kemudian adalah, di mana seseorang kemudian

mengambil sebagian ayat/hadits atau penggalan ayat/hadits untuk

dijadikan hujjah kebenaran atas perbuatannya, tanpa mau terlebih da-

hulu melihat sisi lain dari pandangan orang yang dianggap bersebe-

rangan tadi, karena bisa jadi orang yang dianggap berseberangan tadi

juga melakukan hal yang sama dengan dia yaitu hanya mengambil se-

bagian ayat/hadits yang lain.

Maka, untuk mencegah hal itu terjadi pertama-tama yang musti dila-

kukan (menurut saya) adalah bagaimana memaknai/memahami kese-

luruhan nafas/jiwa/spirit dari Al Quran dan Al Hadits itu sendiri, sekali

lagi 'secara keseluruhan' lho.

Insya Allah, kalau kita bisa melakukan itu maka kita akan bisa mela-

kukan hal yang pernah dilakukan para imam mahzab seperti imam Ha-

nafi, Syafi'i, Maliki dan yang lainnya di mana meski mereka memper-

kenalkan/menjalankan mahzab mereka, tetap saja mereka tidak saling

mengklaim kebeneran mutlak milik mereka sendiri.

15. Tanggapan - Cobaan dari Allah : Kebenaran (15/15)18

Kebenaran kalau hanya berdasarkan dari asumsi dan opini manusia,

maka akan sangat berbeda antara satu orang dengan orang yang lain.

Karena setiap diri manusia mempunyai cara pandang yang berbeda

beda. Untuk itu sebenarnya sebagai muslim kita harus mengembalikan

dan merujuk kebenaran berdasarkan Petunjuk Allah yang telah dibe-

rikan kepada manusia melalui wahyu yang diterima oleh Nabi Muham-

mad SAW yaitu Al Qur'an. Saya yakin sepenuh hati apabila kita merujuk

kepada Al - Qur'an, pasti tidak ada kebenaran yang sifatnya relatif, te-

tapi kebenaran yang sifatnya pasti, karena datang dari Allah yang

menciptakan kebenaran itu sendiri. Yang menjadi pertanyaan adalah :

18http://groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/2226

Page 29: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

29

"Sudahkah kita merujuk kepadanya ?”, sebagaimana yang telah Allah

firmankan dalam Surat Yunus Ayat 35 :

Yunus (10 : 35)

”Katakanlah : ’Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang menunjuki

kepada kebenaran ?’ Katakanlah : ’Allah-lah yang menunjuki kepada

kebenaran’. Maka apakah orang-orang yang menunjuki kepada

kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat

memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk ? Mengapa kamu

(berbuat demikian) ? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan ?”

Kebenaran dalam hal apapun sudah PASTI ADA JAWABNYA DI AL-

QUR'AN, namun karena keterbatasan kita untuk memahami Ayat - Ayat

Allah, maka kadangkala kita BELUM menemukan jawabnya, karena

BELUM TAHU sudah tentu kita harus selalu mempelajari petunjuk ter-

sebut, sampai benar-benar tahu. Kalau sudah tahu tentang kebenaran

tiap sesuatu, terutama yang berkaitan dengan Ketentuan Hukum Allah,

maka hati kita akan tenteram. Sebagai contoh kedudukan Nabi-Nabi

dapat kita pahami berdasarkan Surat Al Baqarah Ayat 136 dan Surat Ali

Imran Ayat 84 :

Al Baqarah (2 : 136)

”Katakanlah (hai orang-orang mukmin) : ’Kami beriman kepada Allah

dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan

kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan apa yang

diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-

nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di

antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya’”.

Ali Imran (3 : 84)

”Katakanlah : ’Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang

diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail,

Ishak, Yakub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa,

`Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan

Page 30: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

30

seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami

menyerahkan diri.’"

Dari 2 Ayat tersebut Allah tidak membeda-bedakan para Nabi, oleh

karena itu sebagai orang yang beriman kepada Allah tentu kita harus

mengimani semua Nabi, sebagaimana Firman Allah tersebut di atas.

B. Kesimpulan

1. Allah menyatakan apapun yang kita alami dalam artian negatif (coba-

an), itu semua adalah sedikit menurut Allah. Jangan sampai itu semua

mempengaruhi penghambaan kepada Allah. Kita sehrusnya bergembira,

karena cobaan yang diberikan oleh Allah ini hanya sedikit dibandingkan

nikmat yang diberikan oleh Allah, dan cobaan ini juga bermanfaat bagi

kita untuk menjadikan diri kita lebih giat lagi dalam memberikan seluruh

potensi diri mereka sebagai kalifah di muka bumi Allah ini.

2. Allah tidak akan memberikan cobaan kecuali sesuai dengan kesang-

gupan kita.

3. Apabila kesadaran ini ada dalam dada manusia maka kebahagiaanlah

yang akan diterimanya, sedangkan bila tidak ada kesadaran seperti ini

maka kesengsaraan (siksa) yang dirasakannya.

4. Permohonan (do'a) itu seharusnya lahir dari sebuah kesadaran sebe-

lumnya, bukan hanya sebuah permintaan tanpa ada kesadaran. Ja-

waban itu tidak berupa suara maupun huruf, Jawaban do’a itu masuk ke

dalam kesadaran kita berupa perubahan dalam dada kita, yang terka-

dang tak mampu kita mengutarakannya. Sekarang mampukah kita

membaca jawaban Allah itu ?

5. Dalam memahami ’cobaan’, coba lihat track record sebelumnya :

• Kalau kita sudah 'on track' tapi mendapat musibah, itu namanya

ujian.

• jika hidup kita penuh penyimpangan (tidak proporsional) dan berlu-

muran dosa maka jika kita mendapat musibah, itu namanya hu-

kuman.

Page 31: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

31

6. Yang dinamakan hukuman, sebenarnya tidak ada. Kesalahan dan kebe-

naran pada hakekatnya adalah pilihan kita sendiri. Jadi, yang meng-

hukum diri kita adalah kita sendiri, karena hasil perbuatan dan

perjalanan kita yang salah. Tidak sesuai dengan tuntunan dan ajaran.

7. Ayat-ayat Allah sebenarnya sudah terhampar di muka bumi, tinggal

sejauh mana kita mau mengoptimalkan seluruh potensi yang ada pada

diri kita dan tahu juga sarana apa yang kita pakai untuk mengambil

pelajaran itu.

8. Untuk merasakan jawaban Allah hanyalah dengan hati (jiwa), dalam

bentuk sholat yang dikhusyu’kan oleh Allah.

9. Ujian sebagai bentuk peningkatan kualitas keimanan seseorang atau

suatu pembuktian atas pernyataannya tentang IMAN.

10. Cobaan dari Allah harus diterjemahkan sebagai bentuk pendidikan agar

setiap kita senantiasa ingat kepada-Nya dalam kondisi apapun. Karena

dengan senantiasa ingat (dzikrulloh) setiap saat akan melahirkan priba-

di-pribadi yang waspada agar terhindar dari larangan-larangan-Nya.

11. Cobaan/ujian dari Allah SWT harus dihadapi dengan sepenuh hati dalam

posisi qona'ah.

12. Cobaan adalah merupakan fasilitas dari Allah agar kita bisa menemukan

jalan kembali. Selama kita masih belum bisa menemukan jalan kembali

maka kita akan tetap terendam dalam tungku di dada. Dan akibatnya

adalah, Allah tidak bisa menyematkan predikat Nafs yang Muthmainah.

13. Beriman saja tidak cukup bagi kita untuk terhindar dari api neraka

karena begitu banyak pilihan/cobaan yang ada. Namun, kita diingatkan

dan dinasehati agar tidak menuju pilihan/cobaan yang tidak sanggup

kita memikulnya karena banyaknya mudharat di jalan itu.

14. Cobaan dari-Nya berupa jalan ketakwaan dan jalan kesesatan membuat

kita kabur di mana "shiratal mustaqim itu", oleh karenanya kita memo-

honkannya setiap hari tanpa lelah.

Page 32: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

32

15. Suatu ketetapan dapat saja nampak buruk di mata manusia, tetapi

sesungguhnya banyak rahasia dan hikmah di dalamnya. Untuk itu, ambil

wudlu, sholat, temuilah Dia dalam sedih dan senang, rasakan belaian-

nya dan penjelasan tentang semua ini.

16. Untuk memahami kebenaran, sebaiknya rajin-rajin menengok ke dada

kita sendiri.

17. Sholat yang khusyu’ akan melahirkan pendekar yang mampu menja-

lankan pengabdian mencegah bentuk yang mungkar, sehingga bai'at

lewat syahadah setiap kita sholat harus dipegang secara tegar. Hal ini

akan dapat melahirkan perubahan yang akbar paling tidak pada setiap

pribadi-pribadi yang berjiwa besar, sehingga cobaan yang menimpa

menjadi obat penyegar, bukan racun menjadi manusia pelacur.

18. Pedoman atau standar kebenaran atau ketidaksesatan perbuatan kita

adalah Al Quran dan Sunnah dan bukan yang lainnya. Kita harus

mengembalikan dan merujuk kebenaran berdasarkan Petunjuk Allah

yang telah diberikan kepada manusia melalui wahyu yang diterima oleh

Nabi Muhammad SAW yaitu Al Qur'an. Untuk itu pertama-tama yang

musti dilakukan adalah bagaimana memaknai/memahami keseluruhan

nafas/jiwa/spirit dari Al Quran dan Al Hadits itu sendiri.

Page 33: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

33

Artikel 3 :

Dalamnya Dalam19

"Maukah kamu menerima Allah sebagai TuhanMu ?

Kujawab dengan ta'zim: "Mau..."

Berdirilah dengan rileks

Katakanlah kepada dirimu : "Aku menerima Allah sebagai Tuhanku..."

Kutepuk lembut dadaku dan berkata:

"Aku menerima Allah sebagai Tuhanku..."

"Aku menerima Allah sebagai Tuhanku..."

"Aku menerima Allah sebagai Tuhanku..."

Kurasakan ada aliran daya yang sangat dahsyat menerima kesediaanku itu.

Kerongkonganku rasa tercekat...

Mata terasa cair...

Dadaku mulai bergelombang...

Kemudian Pak Haji berkata:

”Katakan kepada Allah : ’Ya Allah..., aku menerima Allah sebagai Tuhanku’.”

Kukatakan dengan penuh semangat:

"Ya Allah..., aku menerima Allah sebagai Tuhanku..."

"Ya Allah..., aku menerima Allah sebagai Tuhanku..."

"Ya Allah..., aku menerima Allah sebagai Tuhanku..."

Suaraku mulai parau...

Ada yang ingin meloncat ke luar dari dalam dadaku yang membuatku terpekik.

"Ya Allah..., aku menerima Allah sebagai Tuhanku..."

"Ya Allah..., aku menerima Allah sebagai Tuhanku..."

"Ya Allah..., aku menerima Allah sebagai Tuhanku..."

”Sekarang tundukkan kepalamu kepada Allah, sambil memanggil Allah...”

Kutundukkan kepalaku...

19 http://groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/3090

Page 34: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

34

”Ya Allah...”

”Ya Allah...”

”Ya Allah...”

”Sujudkan pikiranmu ke Allah... sambil memanggil Allah... ”

Kusujudkan pikiranku ke Allah...

”Ya Allah... ”

”Ya Allah... ”

”Ya Allah... ”

”Sujudkan dadamu ke Allah... sambil memanggil Allah... ”

Kusujudkan dadaku ke Allah...

”Ya Allah... ”

”Ya Allah... ”

”Ya Allah... ”

”Sujudkan jantungmu ke Allah... sambil memanggil Allah.”

Kusujudkan jantungku ke Allah...

”Ya Allah... ”

”Ya Allah... ”

”Ya Allah... ”

”Sujudkan hatimu ke Allah... sambil memanggil Allah... ”

Kusujudkan hatiku ke Allah...

”Ya Allah... ”

”Ya Allah... ”

”Ya Allah... ”

”Sujudkan darahmu, ginjalmu, ke Allah... sambil memanggil Allah... ”

Kusujudkan darahku dan ginjalku ke Allah...

”Ya Allah... ”

”Ya Allah... ”

”Ya Allah... ”

”Sujudkan seluruh tubuhmu ke Allah... sambil memanggil Allah... ”

Kusujudkan seluruh tubuhku ke Allah...

Page 35: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

35

”Ya Allah...”

”Ya Allah...”

”Ya Allah...”

Semua ku serahkan kepada Allah.

”Ya Allah.”

Semua kusujudkan ke Allah

”Ya Allah.”

Kurasakan saat itu bahwa ternyata aku tidak bisa membuat diriku..

”Ya Allah.”

Semuanya adalah dari Allah, milik Allah, dan kembali ke Allah

”Ya Allah.”

Sekarang aku seperti seorang yang kalah perang.

Aku tersungkur, tersujud, takluk, dan menyerah.

Tiba-tiba aku merasakan rasa sujud yang sedang sujud kepada Allah.

”Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah.”

Ada tali hubungan dengan Allah.

Aku dipahamkan tentang arti sujud yang sebenarnya.

Aku dipahamkan tentang arti menerima Allah yang sebenarnya.

Aku dipahamkan tentang arti ikhlas yang sebenarnya.

Tiba-tiba semua proses seperti terhenti.

Ada rasa selesai dalam proses itu.

Akupun duduk.

Buat sesaat aku dipahamkan bahwa beginilah cara Allah:

• Mengambil rasa keakuanku.

• Menghilangkan rasa aku paling pintar, aku paling hebat, aku paling kaya, aku

paling.

Rasa-rasa yang selama ini telah menjadi hijabku dengan Allah.

Page 36: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

36

Lalu akupun bergegas memperbaharui syahadatku:

”Asyhadu an la ilaha illallah, wa asyhaduanna muhammadan rasulullah

Dengan sukacita yang pekat akupun bersiap untuk langkah berikutnya.

Page 37: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

37

Artikel 4 :

Di Atas Segalanya . . . 20

Laa ilaaha illallaah . . , tiada Tuhan selain Allah . . .

Tapi ternyata . . .

Laa ilaaha illallaah bukan hanya sekedar bacaan.

Laa ilaaha illallaah bukan hanya sekedar komat kamit.

Laa ilaaha illallaah bukan hanya sekedar mengulang kata.

Laa ilaaha illallaah bukan hanya sekedar 33-an, 100-an, 1000-an ucapan.

Ternyata . . .

Laa ilaaha illallaah adalah positioning aku terhadap segala sesuatu.

Positioning

Aku terhadap mataku . . .

Aku terhadap penglihatanku.

Aku terhadap warna dan warni.

Aku terhadap bentuk dan rupa.

Aku terhadap telingaku . . .

Aku terhadap pendengaranku.

Aku terhadap suara-suara.

Aku terhadap nada dan irama.

Aku terhadap hatiku . . .

Aku terhadap suka dan cita.

Aku terhadap sedih dan duka.

Aku terhapap marah, iri, dan dengki.

Aku terhadap otakku . . .

Aku terhadap file pikiranku.

Aku terhadap kata dan kalimat.

Aku terhadap katanya-katanya.

20 http://yusdeka.wordpress.com/2009/09/06/diatas-segalanya/

Page 38: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

38

Aku terhadap waktu . . .

Aku terhadap bayangan masa lalu.

Aku terhadap mimpi masa depan.

Aku terhadap lamunan syurga dan neraka.

Aku terhadap milikku . . .

Aku terhadap hartaku.

Aku terhadap keluargaku.

Aku terhadap jabatanku.

Laa . . , bukan semua itu.

Laa ilaha . . , bukan semua itu yang kupentingkan.

Laa ilaha . . , bukan kepada semua itu aku binding.

Laa ilaha . . , bukan semua itu yang bisa meng-cover-ku.

DERR . . .

Akupun terhenyak . . .

Aku ternyata duduk di atas semua itu.

Aku terpisah dari semua itu.

DERR . . .

Lalu akupun terpana . . .

Karena ada Sang ADA.

DERR . . .

Akupun tercekam..

Karena ada Wujud Sang ADA.

Lalu . . .

Kukabarkan kepada semua sahabatku bahwa ada Sang ADA

Kuajak semua sahabatku untuk singgah mendekati Sang ADA

Illa Allah . . , di atas semua itu ada Sang ADA.

Illa Allah . . , di atas semua itu hanya ada Allah.

Wahai sahabatku . . , di sini ada Allah.

Singgahlah wahai sahabatku . . , di sini ada Allah.

Singgahlah sejenak untuk menghadap Allah, Sang ADA.

Page 39: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

39

Singgahlah untuk memanggil Allah, Sang ADA.

Singgahlah untuk terharu.

Singgahlah untuk terhenyak.

Singgahlah untuk terpana.

Singgahlah untuk tercekam.

Singgahlah untuk menjerit.

Singgahlah untuk tercemplung . . .

Singgahlah . . .

Allah . . , Allah . . , Allah . . , Allaaaaaaaah . . .

Ya Allah . . , Ya Allah . . , Ya Allaaaaaah . . .

Laa ilaha illallah . . .

Dan dari posisi inilah islam itu sebenarnya dimulai..

Page 40: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

40

Artikel 5 :

Dia Yang Bersembunyi...21

Dulu aku YANG INGIN shalat,

makanya aku shalatnya ingin buru-buru.

Karena sa’at shalat itu ada segudang INGATAN lain yang sedang liar

menuntunku.

Sekarang aku MENUNGGU DIPERSILAHKAN shalat oleh Allahku,

..., lalu LAA SYARIKALAHU..., Allahku pun mencopot INGATANKU kepada yang

lain selain-Nya.

Makanya aku sekarang bisa shalat lama sekali dalam tuma’ninah (diam).

Hayya ‘alashshalah..., SILAHKAN shalat wahai hamba-Ku, dan Allahku pun lalu

MENUNTUNKU dalam shalat itu.

Warka’uu.., wasjuduu.., SILAHKAN rukuk dan sujud wahai hamba-Ku, dan

Allahku pun menundukkan tubuhku.

Wa’buduu.., SILAHKAN menyembah-Ku wahai hamba-Ku, dan Allahku pun

menyungkurkanku.

Waqtarib.., SILAHKAN mendekat... wahai Hamba-Ku, dan Allahku pun

merengkuhku.

Hayya ‘alal falah.., SILAHKAN berbahagia wahai hamba-Ku, lalu Allahku pun

membuatku menggigil dalam rembesan kesukacitaan.

Tapi...

Saat aku ALFA untuk BERAMAL SHALEH pagi hari ini, maka shalatkupun

langsung hambar. Seakan Allahku menolakku, “Kau bawa amal shaleh apa hari

ini untuk berani datang menghadap kepada-Ku ?” Lalu akupun bergegas keluar

rumah untuk bisa menjadikan tanganku bermanfaat bagi orang lain.

Ternyata...

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia

mengerjakan amal yang saleh (menjadi PRODUKTIF) dan janganlah ia

21 http://yusdeka.wordpress.com/2010/10/12/dia-yang-bersembunyi/

Page 41: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

41

mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (Al Kahfi

110)

Shalat, puasa, Zakat, Haji adalah alat terbaik untuk melatih kita agar TIDAK

menyekutukan ALLAH.

Amal Shaleh adalah berbagai CARA dan AKTIFITAS untuk menjadikan DIRI KITA

BERMANFAAT bagi orang lain. Tangan kita, lidah kita, menjadi produktif untuk

orang lain.

Jadi untuk bisa berjumpa Allah. Jangan Syirik, dan jadilah bermanfaat bagi

orang lain. Kalau tidak berbekal DUA-DUANYA, maka kita tidak akan pernah

jumpa dengan Allah DI DUNIA INI.

Shalat (Ibadah) hanya membawa kita ke GARIS START.

Sedang Amal Shaleh adalah perlombaan demi perlombaan kebajikan untuk

menjadikan keberadaan kita bermanfaat bagi orang lain. Dan itu tidak terbatas.

Duhai...

Ya Allah..., ternyata Engkau bersembunyi dalam Al-Quran-Mu...

Ya Allah..., andaikan dalam memakrifatkan diriku kepada-Mu kali ini terdapat

kekurangan dan kesalahan, maafkanlah aku ya Allah...

Page 42: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

42

Artikel 6 :

Drama Manusia22

Allah menggelar drama kehidupan di muka bumi.

Sejak diciptakan sampai datangnya kematian.

Semua makhluk yang hidup di bumi berasal dari tanah.

Dan akan kembali ke tanah.

Berasal dari tiada kembali tiada.

Berasal dari Allah kembali ke Allah.

Manusia hanyalah sepercik cahaya tanda keberadaan Sang Pencipta.

Yang menyala sekejap,

Dalam kegelapan abadi alam semesta

Ia menjadi "ADA" ketika

RUH ILAHIYAH bersemayam dalam dirinya,

Memancarkan cahaya kemuliaan,

Kemudian menjadi "TIADA" lagi,

Ketika RUH ILAHIYAH meninggalkan dirinya,

Menjadi seonggok daging...

Saripati tanah tiada guna....!

Kita menjadi ada karena RUHNYA.

Kita menjadi tiada juga karena RUHNYA.

Malaikat bersujud kepada Adam karena RUHNYA.

Adam menjadi mulia karena RUHNYA

Allah menerima tobat Adam juga karena RUHNYA,

Allah memuliakan keturunan Adam karena RUHNYA.

Dan menyediakan segala kebutuhan mereka karena RUHNYA.

Allah membimbing kita ke sorga karena RUHNYA,

Melindungi kita dari jalan sesatpun karena RUHNYA,

Allah mengajari kita dekat denganNya karena RUHNYA

Menyayangi kita agar tidak menderita juga karena RUHNYA

Allah menerangi hidup kita dengan cahaya karena RUHNYA,

22 http://groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/3045

Page 43: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

43

Dan mengeluarkan dari kegelapan juga karena RUHNYA,

Ya, Allah menciptakan segala

Yang ada di bumi untuk kita

Karena kita adalah sebagian dari RUHNYA

Maka, kemana lagi kita akan berpaling ???

Kecuali kepada DIA

Zat Yang Maha Kuasa

Yang telah menciptakan kita

Dari KeberadaanNya Sendiri....

"Kemudian Dia menyempurnakan Penciptaannya

dan meniupkan kepadanya RUHNYA

dan Dia menjadikan bagi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati,

tapi sedikit sekali kamu yang bersyukur."23

23 As-Sajadah (32 : 9).

Page 44: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

44

Artikel 7 :

Dari Diam dan Hening24

A. Pembahasan

1. Objek Vakog

Ketika disuruh DIAM, saya hanya ikut. Saya tidak mengajukan tanya

kenapa. Berbilang hari berlalu. Lalu semua simpul hubungan-hubungan

pemikiran-pun menjadi nyata.

Diam dan hening, adalah sebuah keadaan di mana

pergerakan RUHANI kita sudah tidak dihambat dan dihentikan lagi

oleh berbagai file pikiran,

sebut saja objek pikir atau objek saja,

yang tersimpan di dalam memori kita

yang telah kita kumpulkan selama hidup kita.

Berbagai objek itu dalam ilmu NLP sering disebut dengan istilah keren

sebagai objek VAKOG (Visual, Auditory, Kinestetik, Olfactory, Gusta-

tory), atau dalam bahasa kampung kita disebut sebagai objek yang bisa

dikenali dengan mudah oleh panca indera kita.

Sebenarnya objek yang tertangkap oleh panca indera kita itu netral saja

sifatnya. Apakah objek itu hanya bisa dikenali dengan memakai salah

satu alat indera kita saja, atau ia bisa pula dikenali dengan memakai alat

indera kita yang lain, itu tidak jadi masalah. Tetap saja informasi yang

masuk ke dalam setiap indera kita itu hanya akan berubah menjadi

kode sinyal listrik arus sangat lemah dibagian-bagian tertentu di dalam

otak kita. Jadi semua objek yang tertangkap oleh alat indera kita sebe-

narnya hanya tipuan dan sesuatu yang tidak nyata di dalam otak kita.

24 http://yusdeka.wordpress.com/2012/11/20/dari-diam-dan-hening-1/ sampai

http://yusdeka.wordpress.com/2012/11/29/dari-diam-dan-hening-11/

Page 45: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

45

Makanya :

. . . apapun objek pikir kita di dunia ini yang berhubungan dengan

fungsi otak dan panca indera kita, disebut juga sebagai permainan.

Ya. . . , Allah di dalam Al Qur’an menegaskan bahwa . . .

Dunia ini hanyalah alam permainan dan senda gurau belaka.

Permainan fungsi dari berbagai tetes enzim dan unsur kimiawi

yang terjadi di dalam otak kita.

Hanya saja objek-objek permainan itu kemudian kita beri nama-nama

untuk memudahkan kita dalam mengkomunikasikannya dengan orang

lain. Nama-nama itulah nantinya yang akan menjadi landasan berpikir

kita dalam berasosiasi terhadap sebuah objek di hadapan orang lain.

Misalnya saat kita saling berkata-kata tentang jeruk nipis, maka

sebenarnya di dalam otak kita tidak ada itu yang namanya gambar jeruk

nipis. Yang ada adalah sekumpulan kode kode listrik sangat lemah, dari

barbagai bagian otak kita, bersatu membentuk sebuah asosiasi yang

lengkap tentang jeruk nipis. Mulai dari bentuknya, warnanya, rasanya,

baunya, dan sebagainya. Akhirnya ketika kita menyebut kata jeruk nipis,

ada atau tidak ada objeknya, tetap saja air liur kita akan ke luar, dan

wajah kita akan merengut seperti orang yang sedang merasakan

asamnya jeruk nipis. Khan seperti main-main saja itu.

2. Pergerakan Ruhani

Nah. . . , selama ini kebanyakan kita,

. . . sejak dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali,

bahkan ketika tidurpun,

pergerakan ruhani kita selalu terhambat atau dihalangi oleh

berbagai objek permainan dan senda gurau

yang sudah tersimpan di dalam memori kita.

Semakin kita memberikan perhatian lebih kepada sebuah objek ter-

tentu, maka gerak ruhani kita juga akan semakin ditahan dan dihambat

Page 46: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

46

oleh objek itu. Padahal ruhani kita sifatnya sangatlah ekpansif. Secara

ruhani kita selalu ingin bergerak dan meluas secara tak terbatas. Karena

gerak ruhani kita itu tertahan, maka pastilah rasanya sangat sempit,

sakit, dan tidak nyaman, hatta ketika tidur sekalipun, sehingga tidak

jarang setelah kita tersiksa terus menerus dikala sadar, kita juga sering

mendapatkan mimpi buruk dan menakutkan di dalam tidur kita. Dan itu

menyiksa sekali.

3. Pikiran dan Proses Berpikir

Sedikit tentang pikiran dan proses berpikir. Sebenarnya di sini hanya

ada dua entiti saja yang saling berinteraksi, yaitu :

• Saya (kita) sebagai subjek, dan

• Sesuatu yang lain sebagai objek.

Kita dan objek itu saling terhubung oleh sebuah “perhatian” yang se-

dang kita berikan. Sebuah pikiran adalah sebentuk objek yang sedang

menjadi pusat perhatian kita. Objek itu biasanya sesuatu yang dengan

mudah bisa kita kenali melalui VAKOG atau alat indera kita, yang

kesemuanya bisa kita sebut sebagai objek pikir saja.

Jadi yang disebut sebagai pikiran itu adalah objek pikir yang sedang kita

ambil perhatikan lebih terhadapnya. Di sini :

• Ada kita yang terlibat,

• Ada objek pikir sebagai pusat perhatian kita, dan

• Ada pula perhatian lebih yang kita berikan terhadap objek pikir itu

dibandingkan dengan objek pikir lainnya.

Ketika kita sedang memberikan perhatian lebih kepada sebuah objek

pikir, maka kita disebut sebagai orang yang sedang berpikir. Sebaliknya,

kalau kita sedang tidak memberikan perhatian apa-apa kepada sebuah

objek, maka kita juga dikatakan sedang tidak berpikir. Itu saja kok.

Sederhana ‘khan?

Page 47: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

47

Namun dalam kesederhanaan inilah seluruh problematika kita umat

manusia ini berawal. Bahwa :

. . . hampir-hampir saja kita semua tidak bisa lagi menerobos

hambatan dan halangan dari berbagai macam objek pikir yang

sedang menahan pergerakan ruhani kita menuju ketidakterbatasan.

Tanda-tandanya adalah :

. . . kita seperti telah berubah menjadi objek pikir kita sendiri.

Kita menyangka dan merasa bahwa diri

kita adalah objek pikir kita sendiri.

Kita terhalang dan tersiksa, hampir di setiap saat dalam hidup kita. Bah-

kan di dalam beribadah sekalipun halangan dan siksaan itu terjadi, se-

hingga :

. . . ibadah kitapun nyaris seperti tidak berasa dan hanya berdampak

minimum kalau tidak mau dikatakan

tidak bermanfaat sama sekali.

4. Peran Nabi-Nabi, Rasul-Rasul, serta Wali-Wali Allah

Dan dari kesederhanaan ini pulalah peran penting Nabi-nabi, Rasul-

Rasul, serta wali-wali Allah yang diutus oleh Allah bermula. Yaitu :

. . . untuk memberikan contoh kepada kita, seluruh umat manusia

ini, agar kita bisa pula dengan mudah dan sederhana menerobos

segala hambatan dan halangan dari berbagai objek pikir yang silih

berganti datang dan pergi menyergap kita.

Cara yang dicontohkan Beliau itupun pastilah sangat sederhana pula.

Sebab tidak mungkinlah suatu permasalahan yang sebenarnya sangat

sederhana saja, harus diselesaikan dengan sebuah solusi dan metoda-

metoda yang rumit. Tidaklah, sehingga :

. . . diharapkan pada akhirnya

kita bisa kembali dengan mudah menjadi :

Page 48: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

48

• diri yang merdeka,

• diri yang bebas tak terbatas,

• diri yang seluas alam semesta,

diri yang dalam Bahasa Arab disebut sebagai

diri yang Muthmainnah.

Diri yang sedang dipanggil oleh Allah untuk menghadap kepada-

Nya secara sukarela dan diredhai.

5. Tadzkiyatunnafs (Penyucian Diri)

Untuk bisa menjadi diri yang Muthmainnah ini, tidak

ada cara lain kecuali hanya dengan cara

Tadzkiyatunnafs (Penyucian Diri) . . .

. . . seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah, sahabat Beliau, dan wali-

wali Allah di setiap zaman sebagai pelanjut tradisi penyucian diri dari

Beliau. Dan itu pastilah mudah, praktis, menyeluruh, sederhana, dan

tentu saja dengan hasil yang maksimal.

Kalau tidak, pastilah ada kerancuan di dalamnya. Dia pasti :

• telah tercampur aduk dengan berbagai tradisi penyucian diri ala

berbagai olah VAKOG, atau bisa pula

• ala tradisi olah Penyiksaan Diri lainnya,

yang tentu saja caranya sulit, partial, dan hasilnya juga tidak maksimal.

Cuma ada sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik :

• Siapakah yang berpikir?

• Siapakah kita?

Silahkan dijawab sendiri . . .

6. Istilah-Istilah dan Praktek-Praktek Tadzkiyatunnafs (Penyucian Diri)

Yang Boleh Jadi Rancu

Selama ini kita dibuat rancu tentang :

• istilah mengosongkan pikiran,

Page 49: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

49

• istilah menjadi bayi, dan

• istilah menutup howo songo.

Belum lagi kalau ditambah dengan istilah-istilah yang berasal dari dunia

NLP, Hipnotherapy, Psikologi. Dunia tasawuf atau suffiyah dengan

berbagai tarekatnya cukup pula menjadi sebuah konsep yang misterius

yang berada di atas sebuah menara gading spiritualitas yang sepertinya

tidak akan bisa didapatkan oleh sembarangan orang, kecuali dengan

bantuan seseorang yang katanya haruslah bermaqam Waliyyam

Mursyida yang Kamil Mukammil.

Misalnya, ketika kita baru mengenal sebuah metoda meditasi, di mana

dalam salah satu metodanya kita diajarkan untuk mengosongkan

pikiran, menutup howo songo, maka kitapun diharuskan untuk

menjauhi suatu objek pikir, agar objek pikir itu tidak membelenggu dan

menawan kita. Katanya ini adalah proses Zero Mind. Proses

mengosongkan pikiran.

a. Mengosongkan Pikiran

Karena namanya mengosongkan pikiran, makanya tidak heran kalau

ada pemrakteknya yang kemudian tidak mau menikah sampai

tuanya, karena dia menganggap bahwa istri atau suaminya itu kelak

akan membelenggu dirinya. Dia menghindar dari pernikahan,

sehingga akibatnya di dalam memori pikirannya tidak ada file

tentang seluk beluk pernikahan dengan segala permasalahannya.

Ya, otaknya kosong. Ada pula yang menghindar dari kekayaan dan

punya harta benda, menghindar dari keramaian untuk selamanya.

Mereka biasanya ingin hidup di tempat yang sunyi dan menyepi ke

puncak gunung, seperti yang dilakukan oleh pemraktek posisi

kependetaan, atau pemangku posisi orang suci ala kepercayaan

tertentu.

b. Menjadi Bayi

Adapula istilah lain, yaitu bersih dan suci seperti halnya keadaan

seorang bayi. Akan tetapi kita dihadapkan pada perbedaan keadaan

Page 50: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

50

yang sangat ekstrim antara kita dengan seorang bayi. Di mana otak

seorang bayi masih benar-benar bersih dari beragam objek fikir

VAKOG, sementara otak kita sudah terbentuk selama puluhan tahun

dengan berbagai objek fikir VAKOG. Bagaimana caranya agar kita

bisa membersihkan memori kita dari semua objek VAKOG itu? Ini

tentu sulit sekali kalau kita hanya mengandalkan olah VAKOG saja.

Akan tetapi, sebenarnya ada yang bisa kita contoh dari seorang bayi,

yaitu kebeningan dan kebersihan rohaninya. Kalau keadaan rohani

seperti ini bisa kita contoh, maka tentu saja keadaannya akan

menjadi lain. Namun yang membuat kita risau selama ini adalah

bahwa kita tidak tahu bagaimana caranya untuk meraih posisi

kebeningan rohani seorang bayi itu !?

Khan ini yang menjadi masalah kita selama ini. Kita rindu untuk bisa

kembali merasakan dan mereguk indahnya kehidupan seorang bayi.

Seorang yang tidak punya rasa takut, khawatir, dan sedih

sedikitpun, sehingga kehidupan seorang bayi adalah kehidupan yang

penuh dengan kebahagiaan, kedamaian, kesejahteraan. Hidup yang

aman dan sentosa. Hidup dengan semua fasilitas makanan,

minuman, pakaian, dan rumah yang terbaik dan terindah dari orang

tuanya. Hidup di mana semua orang ingin mencubitnya dengan

gemas. Senyum dan pandangan matanya menggetarkan rohani

semua orang, sehingga semua orang yang melihatnyapun dialiri oleh

rasa senang yang melimpah ruah. Tangisnya menyentuh rohani

semua orang, sehingga siapapun yang mendengar tangisnya itu

akan tergopoh-gopoh ingin mengusir apa-apa yang membuatnya

menangis. Kata-kata dan kalimat-kalimat pertama yang

diucapkannya sangat ditunggu-tunggu. Walaupun kata dan

kalimatnya itu masih terbata-bata. Saat dia berkata “Mamah, ibu,

umi,” mata ibunya akan segera saja berlinang dengan air mata

sambil memeluk dan menciumnya dengan lembut. Ketika dia

panggil “Papah, abi, bapak,” bapaknya akan bergetar penuh haru

dan bangga. Ketika dia panggil, “Nenek, kakek,” sang kakek dan

neneknya akan terkekeh penuh rasa bahagia.

Page 51: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

51

Walau sang bayi tidak berpikir apapun, tetapi kecerdasannya bisa

terlihat dengan jelas. Semangatnya tidak pernah kendor untuk

merangkak, berlari, melihat, membaca, memegang, memukul,

menghancurkan, membentuk, menyusun, dan menemukan hal-hal

yang baru dalam hidupnya. Semua aktifitas itu dilakukannya dalam

kondisi sadar penuh. Kondisi yang sangat berbeda dengan kondisi

seseorang yang sedang dalam stage hipnotis. Di mana saat

seseorang berada dalam stage hipnotis itu, dia hanya akan

merespon dan patuh kepada apapun yang dikatakan oleh orang

yang menghipnotisnya.

Kalau berbicara tentang hipnotis ini, saya jadi ingat dengan Cecar

Millan, seorang Dog Whisperer yang terkenal dengan kata “SSSST”

nya, yang sering muncul di Nat Geo Wild Channel. Kombinasi antara

kata “SSSST” dan pemberian reward, serta punishment terhadap

seekor anjing dan juga beberapa arahan kepada pemiliknya, dia bisa

mengubah karakter, sifat, dan perilaku seekor anjing yang pada

awal sangat kasar, galak, pemarah, dan suka berkelahi, menjadi

seekor anjing yang manis, patuh, menyenangkan, jinak, dan mudah

bersosialisasi dengan anjing-anjing lainnya. Ternyata anjingpun bisa

dihipnosa untuk bisa berubah. Jadi melalui sebuah pertanyaan nakal

berikut, siapa yang bisa menjawabnya?

“Kalau hanya mengandalkan hipnotis untuk mengubah karakter

seseorang, lalu apa bedanya kita dengan binatang ternak ?”

Nah, kitapun ternyata ingin pula untuk tidak berpikir seperti bayi

itu. Sementara itu, otak kita sudah penuh dengan berbagai pola

pikiran yang masuk melalui alat indera kita selama bertahun-tahun.

Inilah yang sulit. Sulit yang membawa kerisauan, sehingga pada

puncak kerisauan kita, dengan mudah kita akan mencoba

melakukan proses penyiksaan diri yang memang pernah dilakukan

orang di berbagai zaman.

Page 52: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

52

c. Mati Sebelum Mati

Adakalanya kita seperti ingin memraktekkan cara mati sebelum

mati. Tapi dengan cara seperti kita ingin benar-benar mati. Misal-

nya, kita bisa saja melakukan aktivitas-aktivitas yang sebenarnya

akan merusak syaraf-syaraf otak yang sudah terbentuk itu dengan

cara menahan nafas untuk mengurangi suplai oksigen ke dalam otak

kita. Atau kita bisa melakukan metoda penyiksaan diri lainnya

seperti bertapa di tempat sunyi, bermeditasi di bawah air terjun,

dan dengan pemakaian obat-obatan penyebab halusinasi lainnya

seperti yang banyak dilakukan orang-orang di pedalaman rimba

Amazon Brazil. Tujuannya satu, yaitu agar kita bisa untuk beberapa

saat melepaskan diri kita dari penjara pikiran yang membelenggu

kita selama ini.

1) Penahanan Nafas

Salah satu cara mengurangi suplai oksigen ke dalam otak kita

adalah dengan jalan penahanan nafas kita selama waktu

tertentu. Semakin lama kita bisa menahan nafas, biasanya kita

akan lebih cepat “kehilangan” kesadaran kita. Sampai pada sua-

tu saat keadaan kita menjadi seperti orang yang sedang tercekik.

Kita gelagapan. Kalaulah kita bisa tenang dan tidak panik saat

itu, kita ke luarkan nafas kita dengan perlahan, maka akan te-

rasa seperti ada letupan kecil, “TASSS”, di dalam otak kita. Saat

itu kita seakan-akan memasuki alam yang semakin lama semakin

luas, dan juga hening.

Orang yang sudah pernah mengalami keadaan ini biasanya akan

melakukannya kembali berulang-ulang dan berlama-lama. Untuk

bisa melakukannya kembali dengan mudah, kita butuh semacam

jangkar berupa :

• ucapan, atau

• bentuk perpaduan tertentu jari-jari kedua tangan kita seperti

dalam ilmu ninja, atau

• sikap tubuh tertentu, atau bisa pula

Page 53: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

53

• gambar tertentu.

Mungkin suasana yang didapatkan dengan cara seperti ini yang

disebut orang sebagai memasuki keadaan Somnambulisme,

entahlah.

2) Proses Suluk

Di dalam tarekat-tarekat tasawuf tertentu, ilmu dan praktek

menghentikan pikiran ini juga sangat beragam sekali. Salah

satunya adalah proses suluk, di mana seorang salik harus ber-

diam diri di dalam sebuah ruangan yang gelap karena pintu

ruangannya tidak pernah dibuka. Setiap salik harus berdiam diri

di dalam kelambu yang diberi kasur tipis untuk beberapa lama,

biasanya sebulan penuh selama bulan Ramadhan.

Salik hanya diwajibkan berdzikir sepanjang hari, sepanjang ma-

lam, di dalam kelambu itu. Bahkan makan dan minumpun harus

di dalam kelambu. Salik boleh ke luar kelambu hanya di saat

shalat berjamaah dan di saat mandi. Selebihnya salik diwajibkan

melakukan dzikir yang jumlahnya puluhan ribu kali. Selama

dzikir salik diwajibkan mengarahkan kesadarannya kepada satu

objek pikir tertentu saja berupa lathaif (cakra dalam praktek

meditasi Hindu dan Budha) yang jumlahnya sangat beragam,

ada yang tujuh, ada yang lima, ada yang tiga. Umumnya tujuh,

sehingga disebut sebagai Lathaif Tujuh. Ketika berdzikir itu, di

samping si salik mengucapkan kalimat-kalimat tertentu, seperti :

laa ilaha illallah, Allah-Allah dan sebagainya, bisa juga ditambah

dengan si salik berusaha menghujamkan gambar huruf Allah

dalam Bahasa Arab ke dalam lathaif utama, yaitu lathaif qalb

yang berada di bawah susu kiri.

Kombinasi antara :

• makan yang kurang gizi (karena biasanya hanya nasi putih,

sayur nangka, dan ikan teri),

• ditambah dengan ruangan yang gelap,

Page 54: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

54

• pikiran terpusat pada lathaif-lathaif,

• ucapan monoton laa ilaha illallah,

• Allah-Allah,

• tulisan Allah dalam Bahasa Arab,

• kecapean,

• kelelahan,

• ngantuk,

• emosi ingin melepaskan diri dari jebakan tubuh dan pikiran,

maka pada suatu ketika pastilah muncul juga keadaan seperti

Somnambulisme di atas.

Tapi bedanya, di dalam tarekat ini hampir . . .

. . . selalu diawali dengan tangisan histeris yang sangat

hebat, gerakan meronta yang liar, dan ucapan-ucapan yang

tidak terkontrol. Keadaan seperti ini bisa saja sebentar dan

bisa pula berhari-hari lamanya.

Kalau sampai di sini dihentikan dzikirnya, dan si salik ke luar dari

tempat suluknya kembali ke tengah masyarakat, biasanya si salik

akan berperilaku aneh. Misalnya tertawa sendiri, lalu menangis,

lalu tertawa lagi dan bahkan mungkin berbicara sendiri

berkepanjangan.

Mirip orang sakit jiwa.

Atau bisa juga si salik seperti bisa berhubungan dengan berbagai

makluk halus, yang sebenarnya hanyalah fenomena getaran

biasa saja. Tapi walau-pun getaran biasa, namun tetap ada saja

interferensinya dengan dunia jin, karena jin sendiri adalah

sebentuk getaran pula.

Nah, untuk inilah sebenarnya fungsi guru mursyid (kalau me-

mang harus ada) di tarekat tertentu dibutuhkan, yaitu untuk

menjaga agar si salik mau meneruskan proses suluknya sampai

selesai. Sebab sesudah tangisan histeris, bergetar, dan meronta

Page 55: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

55

liar itu, biasanya pikiran si salik sudah tidak bekerja lagi selain

hanya berkonsentrasi kepada lathaif-lathaifnya, kepada huruf

Allah, dan ucapan dzikirnya. Akibatnya . . .

Pada suatu saat, sepersekian detik pikiran itu benar-benar

seperti berhenti dan terlepas dari diri si salik.

• Dia seperti ke luar dari dirinya.

• Dia seperti terlepas dari jeratan hatinya.

• Dia seperti meluncur ke dalam alam-alam yang di sana

semua serba mungkin.

Katanya proses seperti ini adalah sebuah perjalanan astral.

Fenomena Out of Body Experience (OBE).

Saat itu :

• Ada yang sampai merasakan sedang meniti titian rambut

dibelah tujuh,

• Ada yang seperti sedang berbaris di Padang Mahsyar, dan

sebagainya.

Pokoknya apa-apa yang ada di dalam memori si salik ke luar

semuanya saat itu. Bukankah semua yang dialaminya itu :

. . . sebenarnya hanyalah gerombolan memori VACOG . . .

. . . si salik yang selama ini tersembunyi, bermunculan ke luar

dari tempat persembunyiannya. Dan memang begitu kok.

Pada tahapan yang lebih lanjut, biasanya si salik bertemu ber-

macam-macam fenomena, termasuk fenomena seperti mema-

suki alam yang tenang, damai, luas tak terbatas. Biasanya pada

kondisi seperti ini si salik disebut sedang “KARAM, EKSTASI”, dan

dia dianggap terbebas dari syariat. Makanya kalau si salik KA-

RAM saat shalatnya, dan biasanya dia terjatuh, shalat-nya diang-

gap shalat yang hakiki. Dia tidak diwajibkan untuk menyem-

purnakan shalatnya saat dia selesai dari karamnya. Biasanya

karam seperti ini berlangsung selama 30 menit sampai satu jam.

Page 56: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

56

Nah, dalam dunia tarekat umumnya . . .

Suasana KARAM atau EKSTASI inilah yang lebih disukai dari

pada melaksanakan shalat atau syariat-syariat lainnya.

Suasana yang mirip KARAM ini juga bisa didapatkan si salik de-

ngan cara melakukan gerak berputar seperti gasing secara kon-

stan dalam jangka waktu tertentu yang diiringi dengan suara-

suara dzikir atau musik monoton yang tertentu pula. Efeknya

hampir sama dengan hasil berbagai metoda di atas.

3) Pembangkitkan Emosi Sedih dan Marah

Adapula di dalam praktek sebuah aliran mainstream Islam, sua-

sana yang tenang dan damai itu didapatkan oleh pemrakteknya

setelah terlebih dahulu kumpulan jamaahnya melakukan sebuah

proses :

. . . membangkitkan emosi sedih dan marah

para jamaah yang hadir.

Jadi masih dalam tatanan olah VAKOG juga. Emosi sedih dan

amarah jamaah itu dibangkitkan dengan cara mengingat-ingat

penderitaan cucu Nabi, terutama Husein Radhiallahuanhu,

kemudian diikuti dengan proses mengingat-ingat kemuliaan

Imam Ali RA dibandingkan dengan Sahabat Nabi yang lain

seperti : Abu Bakar RA, Umar Ibnul Khattab RA, dan Usman Bin

Affan RA, bahkan juga dibandingkan dengan Aisyah RA (istri Nabi

Muhammad SAW).

Bahkan pada taraf tertentu mereka sampai pada taraf :

. . . melaknat para Sahabat dan Istri Nabi itu.

Adakalanya jamaah melakukan proses menyakiti diri sendiri

seperti memukul-mukul kepala dan dada dengan tangan, sambil

mengucapkan kata-kata berirama monoton yang frekuensinya

makin lama makin tinggi. Bahkan di negara Islam Iran, proses

Page 57: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

57

menyakiti diri itu dilakukan dengan cara jamaahnya memukul-

mukulkan :

• besi,

• rantai, atau bahkan

• pedang

ke tubuh dan kepala mereka, sampai tubuh mereka bercucuran

darah. Itu bisa pula ditambah dengan adanya sekelompok jama-

ah yang membawa duplikat seperti potongan kepala manusia

yang sedang berdarah-darah. Katanya itu adalah duplikat dari

kepala Imam Husein RA yang dijadikan bola dan ditendang oleh

lawan-lawan politik Imam Husein saat terjadinya peristiwa

Karbala yang berdarah-darah.

Pada puncak emosi sedih dan marah itu, banyak jamaahnya

yang menangis, terharu, dan merasa satu di dalam penderitaan

Imam Husein RA. Setelah semua emosi itu ke luar dan tersa-

lurkan, maka . . .

Jamaah pun akan merasakan

rasa tenang, damai dan bahagia,

sehingga untuk masa-masa berikutnya,

Jamaah yang ingin mendapatkan ketenangan dan

kebahagiaan melalui proses pelepasan emosi, akan

berulangkali datang ke tempat yang menyelenggarakan

acara-acara seperti itu.

4) Pembangkitkan Emosi Sampai Menangis

Pada tingkat yang lebih ringan, biasanya pengajian-pengajian

yang di dalamnya sang ustadz bisa membangkitkan emosi jama-

ahnya sampai mereka bisa menangis, akan banyak dikunjungi

oleh jamaahnya, walau mereka mungkin berasal dari tempat

yang jauh. Apalagi kalau ustadznya, seperti sim salabim, bisa

Page 58: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

58

menyembuhkan berbagai penyakit jamaahnya dengan hanya

berbekal sedikit olah VAKOG dan do’a-do’a.

d. Falun Gong dan Reiki

Falun Gong dan Reiki, dengan gerakan-gerakan, simbol-simbol, dan

cara-cara olah nafasnya yang tertentu, juga bisa disejajarkan dengan

semua metoda yang sudah diterangkan di atas. Bedanya nanti

hanyalah dalam hal olah objek pikir dan olah aktifitas fisiknya saja.

Tapi semuanya berada dalam sebuah tatanan yang sama yaitu pada

tatanan olah VAKOG, yang pada zaman modern sekarang mengeru-

cut pada ilmu-ilmu dan praktek-praktek yang dikembang oleh peng-

olah VAKOG dari dunia barat yang menumbuhsuburkan HYPNO-

TISME, NLP, dan OLAH VIBRASI atau ENERGI GETARAN QUANTUM

yang memang sedang sangat disenangi oleh banyak orang di Indo-

nesia saat ini, bahkan beberapa ustadz pun ada yang sangat meng-

gandrunginya.

Sungguh luar biasa sekali kalau kita bisa memanfaatkan dan mema-

nipulasi VAKOG atau alat indera kita sesuai dengan sifatnya masing-

masing.

7. Lalu Apa Salahnya Dengan Hal-Hal Yang Seperti di Atas Itu?

Lha. . . , ya. . . , nggak ada yang salah kok! Malah yang didapatkan

dalam olah VAKOG itu sudah sangat sesuai dengan hukum-hukum yang

dibuat oleh Allah untuk tatanan VAKOG manusia, yang ujung-ujungnya

bermuara pada otak kita. Semakin tekun kita berlatih olah VAKOG itu,

maka hasilnyapun akan semakin bagus pula yang kita dapatkan. Bahkan

para pengolah VAKOG itu terlihat jauh lebih baik dari yang tidak

mengolahnya sama sekali. Bukankah itu bagus? Yap. . . , sangat bagus,

tapi bagusnya baru SEPERTIGA. Ha . . . ??

Ya. . . , dan dalam yang sepertiga itupun akan selalu ada yang lebih

hebat dari yang hebat sebelumnya. Bak kata pepatah, di atas gunung

masih ada gunung, di atas awan masih ada awan. Selalu ada yang lebih

hebat dan yang lebih lemah. Banyak sekali varian yang bisa tercipta.

Page 59: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

59

Tapi hakekatnya ya masih di situ-situ juga. Berada di tataran VAKOG.

Karena memang seperti itulah sifat dari dimensi olah VAKOG itu.

Walau pada para pengamal beberapa tarekat tertentu bagusnya lebih

dari sepertiga, karena mereka bisa terlihat sangat dekat dengan Allah.

Bahkan mereka bisa berdzikir sebanyak denyutan jantung berdenyut.

Namun nuansa olah VAKOG nya tetap saja sangat kentara, dan itupun

sangat bersinggungan sekali dengan olah CAKRA dalam agama Hindu

dan Budha. Tentu saja sulit dan rumitnya itu lho yang tidak terban-

tahkan.

8. Kesombongan

Akibatnya dan Hasilnya Apa?

Hasil yang didapatpun sebenarnya tidak banyak.

Diakui atau tidak diakui, hasilnya adalah dalam sebentuk pengakuan

kita, sebungkah kebanggaan kita terhadap apa-apa yang telah kita

capai.

Kita bangga atas apa-apa yang bisa kita lakukan dan kita wujudkan.

Kita menjadi begitu sumringah dan berbinar dengan diri kita dan

segala kemampuannya. Kita akan bercerita dengan pas sekali

terhadap keadaan diri kita. Terhadap metoda kita, terhadap

kelompok kita, terhadap buah pikiran kita.

Gue banget gitu lho, kata kita dengan penuh ekspresi membesarkan diri

kita sendiri. Tanpa kita sadari, kita menjadi TAKABBUR. Merasa AKBAR.

Dan apa-apa yang kita dapatkan itulah yang akan menjadi KEBENARAN

bagi kita.

Kitapun bisa bisa ke mana-mana bercerita panjang lebar tentang ke-

banggaan dan kebenaran kita itu. Kita bisa berlama-lama, berhari-hari,

berbulan-bulan lamanya asyik bercerita tentang kebanggaan diri dan

kebenaran kita itu. Aku bisa ini dan itu, aku lebih baik lho darimu, aku

ini benar lho. Inilah pengakuan yang tak terucap dari bibir kita. Tapi itu

kelihatan sekali dengan pas melalui mimik muka kita, sinar mata kita,

Page 60: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

60

intonasi perkataan kita, ekspresi kita, dan aktifitas yang kita lakukan.

Pokoknya asyik gitu. Dan tentu saja ada kegembiraan dan kebahagiaan

kita di dalamnya. But. . . , tetap saja :

. . . semua kebahagiaan itu masih berada pada tatanan otak kita,

. . . olah VAKOG. Kebahagiaan yang menipu kata Al Allah di dalam Al

Qur’an.

Dan juga ternyata, bentuk pengakuan dan kebanggaan kita terhadap

diri kita sendiri inilah sebenarnya yang telah menjadi panghalang (hijab)

terkuat kita ketika kita ingin menghadap kepada Allah. Sebab Allah

sudah menyatakan dengan tegas bahwa pengakuan, kebanggaan, dan

kesombongan, TAKABBUR itu adalah “selendang” milik-Nya. Keang-

kuhan adalah Sarung Allah. Makanya Allah menyatakan bahwa hanya

Dialah Yang AKBAR. Yang Takabbur. Bukan kita . . .

Hadits Qudsi

“Kesombongan adalah selendang-Ku, keangkuhan adalah sarung-Ku,

oleh karena itu barang siapa yang mengambilnya dari-Ku, maka Aku

akan mencampakkannya ke neraka.”

Sungguh keras sekali teguran Allah kepada kita agar kita tidak coba-

coba memakai selendang dan sarung Allah berupa Kesombongan dan

Keangkuhan dalam bentuk apapun. Makanya kalau kita memakai se-

lendang dan sarung Allah itu, segera saja kita akan dicemplungkan Allah

ke dalam neraka yang kalau di dunia ini adalah siksaan hebat yang

berada di dalam dada kita sendiri. Sungguh, siapa yang tersiksa di dunia

ini, maka dia akan tersiksa pula di akhirat kelak. Barang siapa yang buta

hatinya di dunia ini maka di akhirat kelak hatinya juga akan buta.

Yang lebih menimbulkan nestapa kita adalah, kalau kita pakai selendang

dan sarung Allah itu, kita TAKABBUR, maka Allah menjadi TIADA di

hadapan kita. Coba bayangkan, nggak ada Allah! Akibatnya kita akan

merasa sangat bebas melakukan apa saja untuk memuaskan dahaga diri

kita yang tak pernah habis.

Page 61: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

61

Ketiadaan Allah ini disebabkan karena dengan konsep olah VAKOG itu,

seluas dan selapang apapun pikiran dan hati yang kita rasakan, sehening

apapun keadaan yang kita dapatkan, tetap saja yang ada adalah kita

sendiri. Diri kita yang luas, hati kita yang tenang, pikiran kita yang

hening, sehingga kemudian muncullah keadaan di mana kita seperti

menjadi Dia. Dia seperti menjadi kita. Aku adalah Dia, Dia adalah aku.

Fir’aun dulu menyatakannya dengan lebih tegas lagi : “Aku adalah

Tuhan.” Kalau di zaman kita sekarang ini pernyataan keakuan kita itu

kita ucapkan dengan kebanggan yang lebih renyah: “Aquuu, aqiuuu.”

Sebaliknya :

. . . kalau kita bersedia menanggalkan dan menyerahkan

selendang dan sarung Allah itu dengan santun kepada-Nya,

dan kita biarkan Allah sendiri memakai selendang-Nya dan

sarung-Nya itu di hadapan kita,

maka segera saja kita yang akan menjadi TIADA. Pasti.

Jika Allah ada, maka pastilah kita tiada.

Sebaliknya, jika kita ada, maka pastilah Allah jadi tiada.

Ah. . . , ungkapan apa pula ini? Lho . . . jangan bingung dulu. Ini bukan

sebuah ungkapan yang rumit untuk dipahami kok. Sederhana sekali

sebenarnya.

9. Menyadari dan Merasakan Kehadiran Allah

Mari kita pahami kalimat-kalimat itu melalui sebuah contoh berikut ini.

Yaitu tentang sebuah aktifitas yang secara rutin dilakukan oleh kita,

umat Islam, yaitu shalat.

Page 62: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

62

Selama ini yang membuat kita TIDAK bisa khusyu di

dalam shalat, khan karena kita tidak bisa

MENYADARI dan MERASAKAN kehadiran Allah di

hadapan kita (IHSAN).

Kita selama shalat nyaris tidak menyadari dan merasakan ADA Allah di

hadapan kita. Yang ada saat kita shalat itu adalah :

. . . diri kita sendiri yang sedang berkelana menjelajahi berbagai

objek pikir, yang entah kenapa, dengan tiba-tiba telah berdatangan

silih berganti ke hadapan kita.

Karena kita tidak mampu menyadari dan merasakan ada Allah di hadap-

an kita, maka kitapun secara otomatis akan sangat sedikit sekali meng-

ingat-Nya. Walaupun kita sedang mengucapkan takbiratul ihram di da-

lam shalat, “Allahu Akbar, Allah Maha Besar”, akan tetapi ucapan kita

itu seperti ucapan seorang artis yang tengah berpura-pura menjadi

orang yang sedang terpesona kepada kebesaran sesuatu. Padahal saat

berucap Allahu Akbar itu, sebenarnya saat itu tidak ada sedikitpun

ketakutan kita dan kekaguman kita, kepada kemahabesaran Allah. Tidak

ada. Astagfirullah.

Ya,

. . . kebanyakan kita shalat nya seperti seorang artis yang sedang

berakting di hadapan orang banyak. Jika penontonnya banyak, atau

paling tidak ada beberapa orang, maka akting kitapun akan menjadi

semakin mantap dan ‘khusyu’. Akan tetapi begitu tidak ada

penontonnya, maka kitapun inginnya buru-buru meninggalkan

panggung sandiwara.

Al Qur’an menyatakan bahwa shalat yang seperti ini adalah shalat se-

orang munafik. Shalat yang pas sekali pura-puranya. Seperti aksi pang-

gung seorang artis.

Page 63: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

63

An Nisaa 142

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan

membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat

mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat)

di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka MENGINGAT ALLAH (note by

Yusdeka : menyadari dan merasakan Allah) kecuali sedikit sekali.

Belum lagi contoh-contoh lainnya, seperti betapa banyak di antara kita

umat Islam ini yang dengan tenang bisa melakukan :

• korupsi,

• mencuri,

• maling,

• memalak,

• selingkuh,

• berzina,

• memperkosa, dan

• berbagai perilaku jahat lainnya,

hanya karena kita tidak bisa menyadari dan merasakan ADA Allah di

depan kita. Di mana perilaku-perilaku jahat itu tidak hanya dilakukan

oleh orang biasa, tetapi juga banyak dilakukan oleh orang-orang yang

katanya terhormat di DPR, di dunia Pemerintahan, bahkan di dunia

Pendidikan. Dan tiba-tiba saja di negara kita telah bermunculan kaum

ngamukan. Di mana emosi anak bangsa kita dengan sangat mudah

tersulut walau dengan alasan yang sangat-sangat sepele sekali, apalagi

dengan alasan yang lebih besar.

Itu semua kita lakukan karena . . .

Kita selalu saja berpikiran bahwa

kita hanya bisa bertemu Allah di akhirat kelak.

Di dunia? Nggak mungkinlah kita bisa berjumpa Allah.

Itulah sebab ketika dikatakan bahwa Ada Allah di depan kita, dengan

cengar-cengir dan cengengesan kita malah memperlihatkan ekspresi

ketidakpercayaan kita. Tidak ada rasa takut kita sedikitpun kepada-Nya.

Page 64: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

64

Karena memang sudah puluhan tahun kita di doktrin dengan keras

bahwa kita hanya bisa bertemu Allah nanti di akhirat. Bahkan saat

dikatakan ada Malaikat-Malaikat Allah yang mencatat semua perilaku

kita, tidak sedikitpun menimbulkan rasa sungkan kita untuk melakukan

perbuatan-perbuatan tercela di atas.

Malah kita jauh lebih takut kepada jin, iblis, pocong,

daripada takut kepada Allah.

Kita bisa merinding habis, gemetar, dan bahkan pingsan ketika dikata-

kan ada jin di samping kita. Karena banyak cerita yang sampai kepada

kita bahwa ada jin, iblis pocong, setan ada di sekitar kita, maka kita bisa

bercerita dengan seru dan penuh ekspresi tentang jin, syetan, dedimit,

dan makhluk halus lainnya dibandingkan dengan ketika kita bercerita

tentang Allah. Makanya ketika kita bercerita tentang jin, syetan, dan

makhluk halus lainnya itu, seluruh sistem syaraf kita seperti ikut terlibat

dan berbicara. Mimik wajah kita, perasaan takut kita, adrenalin yang

mengalir di dalam darah kita, seperti bersatu padu membentuk karakter

kita. Karakter takut Jin.

Kalau kita sudah pernah pula merasakan dan bereksperimen dengan

berbagai seluk beluk ilmu getaran atau vibrasi, baik itu :

• getaran alam,

• getaran pribadi,

• getaran hawa nafsu,

yang kesemuanya itu sangat mudah berinteraksi dengan getaran jin,

dan getaran mahluk halus lainnya, apalagi kalau kita bisa mengolah

vibrasi-vibrasi itu menjadi berbagai ilmu yang luar biasa dan nyaris tak

masuk akal, maka kitapun akan bisa bercerita tentang semua itu dengan

sangat ekspresif dan meledak-ledak. Bahasa yang ke luar dari mulut kita

saat bercerita itu seperti berasal dan muncul dari jaringan nerve kita

yang paling dalam. Sangat ekspresif sekali.

Lalu Bagaimana dengan Rasulullah Muhammad SAW?

Page 65: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

65

10. Menyadari dan Merasakan Kehadiran Allah oleh Rasulullah

Muhammad SAW

Keadaan Rasulullah Muhammad SAW, sebenarnya sama dengan keada-

an di atas. EKSPRESIF sekali. Saat Beliau berbicara dengan para Sahabat

Beliau, maka bicara Beliau itu sangat-sangat ekspresif. Apa-apa yang

Beliau Bicarakan itu seperti NYATA dan ADA di hadapan Beliau. Tapi

yang Beliau bicarakan itu sangat berbeda dengan topik pembicaraan ala

olah VAKOG seperti yang telah dibahas di atas. Yang beliau sampaikan

adalah Sebuah Keagungan. Ya. . . ,

. . . Beliau selalu berbicara tentang Keagungan Allah.

Bingkai pembicaraan Beliau adalah

segala sesuatu tentang Allah.

Saat Beliau berbicara tentang Allah, jelas sekali Beliau tidak asal ber-

bicara. Allah yang sedang Beliau bicarakan itu benar-benar ADA tepat di

hadapan Beliau, sehingga :

a. Beliau bisa berbicara dengan PAS :

1) Tentang Dzat Allah,

2) Tentang Af’al Allah,

3) Tentang Sifat-Sifat dan Nama-Nama Allah.

Pas sekali apa-apa yang Beliau bicarakan itu dengan kenyataan

Allah :

1) Mata Beliau dengan pas berbicara,

2) Seluruh sel-sel nerve Beliau berbicara,

3) Perasaan Beliau berbicara,

4) Ekspresi Beliau berbicara,

sehingga para sahabatpun semakin yakin bahwa Beliau adalah

utusan Allah.

b. Beliau juga bisa bercerita dengan sangat PAS :

1) Tentang kehidupan dan kematian,

2) Tentang syurga dan neraka,

Page 66: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

66

3) Tentang masa lalu dan masa yang akan datang.

c. Bahkan Beliau juga bisa bercerita tentang para sahabat yang sedang

shalat di belakang Beliau :

1) Mana di antara mereka yang khusyu, dan

2) Mana yang tidak khusyu.

Karena semua keadaan itu sudah ada di hadapan Beliau, sehingga

Beliau hanya tinggal menyampaikan dan menjabarkannya ke dalam

bahasa yang dipahami oleh sahabat-sahabat Beliau.

Karena Ada Allah di hadapan Beliau, maka Beliaupun tidak

pernah merasa takut, khawatir, dan sedih lagi terhadap

berbagai peristiwa dan keadaan, apapun, yang datang dan

pergi menjambangi hidup dan kehidupan Beliau.

Apa-apa, Beliau selalu berkata:

• ”Jangan takut. . . , ADA Allah;

• jangan khawatir. . . , Ada Allah;

• jangan sedih. . . , Ada Allah.”

Kita sangat kenal dengan kisah-kisah saat Rasulullah ingin dibunuh oleh

kaum Kafir Quraisy. Rumah Beliau sudah dikepung. Tapi karena di de-

pan Beliau Ada Allah :

• Yang Maha Menjaga (Al Muqit),

• Yang Maha Memberi Keamanan (Al Mu’min),

• Yang Maha Melindung (Al Waliy),

maka Beliaupun tenang-tenang saja. Dengan santai malah Beliau bisa ke

luar rumah yang sedang terkepung itu meninggalkan para penge-

pungnya yang terheran-heran penuh ketidakpercayaan. Bagaimana bisa

Muhammad lolos dari pengepungan mereka yang sangat ketat dan

kuat. Di dalam Gua Tsur pun begitu. Saat Abu Bakar Ra, khawatir kalau-

kalau orang-orang kafir Quraisy menemukan Rasulullah dan Abu Bakar

yang sedang bersembunyi di dalam Gua itu dari pengejaran mereka,

Beliau juga hanya berkata kepada Abu Bakar Ra. : “Jangan takutlah, Ada

Page 67: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

67

Allah kok”. Saat Abu Bakar Ra. bisa “duduk” pula dalam posisi keyakinan

seperti yang dimiliki oleh Rasulullah, maka segala rasa takut dan kha-

watir Abu Bakar Ra pun menguap dengan seketika.

Kapanpun Beliau berbicara, pastilah yang Beliau bicarakan itu tentang

Allah, tentang Kehebatan Allah.

a. Saat hujan turun, Beliau sangat merasakan sekali bahwa Allah

sebenarnya sedang berbicara kepada semua makhluk-Nya: “Bu-

kankah Aku yang menurunkan hujan yang dengannya semua kehi-

dupan bisa tumbuh dan berkembang ? Bahkan Beliaupun paham

kapan saatnya hujan itu menjadi sebentuk siksaan dan peringatan

keras kepada seluruh umat manusia yang sudah tidak lagi bisa me-

nyadari dan merasakan Ada Allah di hadapan mereka.

b. Saat Beliau ragu-ragu untuk memerangi paman, saudara, sepupu,

dan teman-teman dekat Beliau, manusiawi sekali sebenarnya

keraguan Beliau itu, Beliau menyerahkan keraguan Beliau itu kepa-

da Allah yang selalu ada dan nyata di hadapan Beliau. Lalu Allah me-

nurunkan ayat bahwa bukan engkau yang melempar saat engkau

melempar itu, tapi Allah yang melempar, bukan engkau yang

memanah saat engkau memanah itu, tapi Allah yang memanah.

Akhirnya Beliaupun, tanpa beban apa-apa lagi, berperang dengan

saudara-saudara sekampung Beliau. Perang saudara. Duar . . .

Sebenarnya keadaan yang Beliau perlihatkan juga ada sebuah kesom-

bongan, sebuah keangkuhan. Sebuah keadaan yang tidak pernah takut,

khawatir, dan sedih terhadap peristiwa dan kejadian apapun. Tapi yang

Beliau sombongkan adalah. . .

Yang Beliau sombong-sombongkan, Yang selalu Beliau sebut-sebut

dan gadang-gadangkan adalah Allah, bukan diri Beliau sendiri.

Apa-apa Allah, apa-apa dari Allah. Kalau Beliau melarang sesuatu, Beliau

pasti mengatakan bahwa itu karena Allah yang melarangnya. Ketika

Beliau memerintahkan sesuatu, Beliau mengatakan bahwa itu Allah

Page 68: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

68

yang memerintahkannya. Tidak ada sedikitpun pengakuan dan kesom-

bongan Beliau terhadap diri Beliau sendiri.

Saat Beliau melakukan sesuatu, Beliau mengatakan bahwa

itu Beliau lakukan hanya karena dorongan Allah, “Bismillah. . . ,”

bukan karena dorongan hawa nafsu Beliau sendiri.

Inilah makna FANA yang sesungguhnya.

11. Kepatuhan Total Rasulullah Muhammad SAW

Selama ini FANA ini sering kita maknai seperti orang dalam keadaan

mati, KARAM, Ekstasi. Orang baru bisa dianggap fana kalau dia sudah

tidak ingat apa-apa lagi, termasuk tidak ingat kepada dirinya sendiri.

Orang fana menurut konsep seperti ini tidak bisa melakukan apa-apa.

Akan tetapi kefanaan Rasulullah justru membuat Beliau sibuk dan aktif

sekali membangun peradaban umat manusia. Hasilnya banyak.

Fana Beliau adalah dalam bentuk kepatuhan total Beliau

terhadap Kehendak Allah. Beliau menjalankan apa saja

yang diperintahkan Allah, dan

meninggalkan larang-larang Allah.

Untuk semua itu, Beliau tidak pernah berpikir tentang kenapa. Beliau

hanya “sami’na wa atha’na, saya dengar dan saya patuhi ya Allah”, kata

Beliau.

Kepatuhan total Beliau seperti inilah yang kemudian

melahirkan syariat Islam.

Syariat yang bukan dalam bentuk hafalan.

Tapi syariat dalam bentuk budi pekerti dan akhlak yang

membentuk peradaban terindah pada zaman yang sangat

gelap dan angkara murka saat itu.

Page 69: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

69

Syariat yang membuat Beliau MENJADI orang Islam :

. . . bukan orang yang hanya paham Islam saja

tanpa bisa menjadi orang Islam.

Ternyata intisari dari syariat yang Beliau bawa, yang tercantum dengan

indah di dalam Al Qur’an dan Al Hadits sebenarnya hanya satu saja,

yaitu untuk memberitahu semua manusia tentang :

ADA ALLAH. AZ ZA-HIRU.

Allah yang bukan batu, bukan benda mati,

bukan sesuatu yang DIAM.

Tapi Allah Yang Maha Merespon, Maha Menjawab

setiap do’a dan panggilan panggilan kita.

Ada proses DIALOGIS antara kita dengan Allah di setiap saat dan di

manapun juga kita berada.

Proses DIALOGIS kita dengan Allah itulah yang kemudian

disebut oleh Allah sebagai ILHAM atau WAHYU.

Di mana Allah menyusupkan ke dalam dada kita suatu keadaan atau

suasana secara UTUH yang membuat kita tidak ragu sedikitpun untuk

melakukan atau meninggalkan sesuatu itu. Keadaan atau suasana itu

mewakili sebuah kejadian atau peristiwa yang akan kita hadapi setelah

proses dialogis itu terjadi.

Misalnya, kalau Allah sudah berkenan memberikan kita sesuatu, sebe-

lum sesuatu itu sampai ke tangan kita, rasa senangnya atau bisa pula

rasa tidak enaknya sudah ada terlebih dahulu di dalam dada kita. Itulah

perintah Allah. Kita tinggal patuhi saja perintah itu. Dua hal TAMBAHAN

ini pulalah yang akan didapatkan oleh siapapun juga yang mau meng-

ikuti contoh dari Beliau dalam beragama, berilmu, dan berkarya. Siapa-

pun di antara kita yang mau mencontoh dan mengikuti apa-apa yang

Beliau lakukan, akan bisa merasakan pula puncak kebahagiaan (ekstasis)

seperti yang dialami oleh Beliau dan Sahabat-sahabat Beliau. Itu terjadi

Page 70: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

70

tatkala kita bersedia pula menjadi hamba yang FANA di hadapan Allah

Yang Maha Agung.

Rasulullah mencontohkan kepada kita tentang FANA ini, paling tidak,

dalam 3 hal:

1 Patuh kepada Kehendak Allah yang telah ditetapkan-

Nya terhadap Alam Semesta berupa FITRAH ALAM yang

tidak akan pernah berubah sepanjang masa, termasuk

terhadap fitrah tubuh dan otak manusia. Fitrah VAKOG,

sehingga Beliau menjadi rahmat bagi alam semesta beserta isinya.

Otak Beliau cerdas, tubuh Beliau kuat, keberadaan Beliau

bermanfaat dan mencerahkan bagi kawan dan lawan, bahkah Beliau

juga bermanfaat terhadap hewan, tumbuh-tumbuhan, dan kaum Jin.

Semakin kita patuh kepada kehendak Allah dalam bentuk fitrah alam

ini, maka hasilnya juga akan semakin baik. Tapi baiknya masih

SEPERTIGA seperti yang telah diterangkan di atas. Sedangkan baik

yang DUA PERTIGA lagi akan didapatkan dalam bentuk :

2 Patuh kepada Kehendak Allah dengan cara menjalankan

syariat yang diperintahkan oleh Allah, sehingga Beliau

benar-benar shalat, puasa, zakat, dzikir, seakan-akan

Beliau besok benar-benar mau meninggal, sehingga

Beliau menjalankannya secara TOTALITAS, dan . . .

3 Patuh terhadap Kehendak Allah dalam bentuk Ilham,

Wahyu, yang sampaikan-Nya melewati hati Beliau yang

sangat bening, sehingga Beliau nggak ada habisnya,

nggak ada matinya, nggak ada “hang”-nya ketika

berhadapan dengan berbagai masalah, kesulitan, dan pertanyaan

umat. Selalu ada way out. Selalu ada solusi . . .

Jadi FANA yang sesungguhnya adalah dalam bentuk kepatuhan total

kita kepada Allah tanpa reserve. Melakukan segala sesuatu tanpa

Page 71: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

71

melalui kehendak hawa nafsu kita, tapi melalui Kehendak Allah yang

disusupkan-Nya ke dalam dada kita. Fana yang :

• Bukan dalam bentuk ekstasis dengan hilangnya kesadaran kita seperti

orang yang sedang sakau, atau

• Seperti orang sehabis mengkonsumsi zat psikotropika, seperti ganja,

opium, atau sejenis tumbuh-tumbuhan yang sering dipakai oleh

penduduk di pedalaman hutan Amazon, Brazil.

Dengan Fana dalam bentuk kepatuhan ini, apapun yang kita kerjakan,

kita berhak untuk membaca Bismillahirrahmanirrahiim, mengatasna-

makan Allah. Bukan mengatasnamakan hawa nafsu kita sendiri.

Bismillah kok masih tercampurbaur dengan

gejolak hawa nafsu kita sendiri,

ya nggak gitu lah . . .

Dan yang pasti, semua kepatuhan itu tiada lain adalah kenikmatan

belaka. Tapi bentuk kenikmatannya pasti tidak akan didapatkan oleh

siapapun juga kalau hanya dengan mengandalkan prosesi olah VAKOG.

Mau percaya atau tidak, itu masalah lain lagi. Toh tulisan ini juga hanya

sebuah alternatif cara berpikir saja setelah untuk beberapa saat saya

seperti DISURUH DIAM. Ternyata dari diam itu saya dibawa oleh Allah

untuk memahami titik-titik simpul dari berbagai tali-temali pemikiran

yang pernah saya ketahui dan jalani selama ini, sehingga tiada lain yang

bisa saya ucapkan kecuali hanya: laa ilaha illa anta, subhaanaka, inni

kuntu minazhzhalimiin.

Di atas semua itu, tentu saja semua tidak terlepas dari masalah hidayah

(petunjuk Allah) belaka.

Al Qashash 28: 56

"Sesungguhnya kamu tidak dapat memberikan petunjuk kepada orang

yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang

dikehendaki-Nya, dan Allah mengetahui orang-orang yang mau

menerima petunjuk".

Page 72: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

72

Al Kahfi 17

Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, dialah orang yang

mendapat petunjuk, dan barang siapa yang dibiarkan-Nya sesat, maka

kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang bisa

memberinya petunjuk (waliyam mursyida25

).

B. Kesimpulan

1. Objek yang tertangkap oleh panca indera kita hanya bisa dikenali

dengan memakai alat indera kita.

2. Apapun objek pikir kita di dunia ini yang berhubungan dengan fungsi

otak dan panca indera kita, disebut juga sebagai permainan. Permainan

fungsi dari berbagai tetes enzim dan unsur kimiawi yang terjadi di

dalam otak kita.

3. Pergerakan ruhani kita selalu terhambat atau dihalangi oleh berbagai

objek permainan dan senda gurau yang sudah tersimpan di dalam

memori kita.

4. Hampir-hampir saja kita semua tidak bisa lagi menerobos hambatan

dan halangan dari berbagai macam objek pikir yang sedang menahan

pergerakan ruhani kita menuju ketidakterbatasan.

5. Tanda-tandanya adalah kita seperti telah berubah menjadi objek pikir

kita sendiri. Kita menyangka dan merasa bahwa diri kita adalah objek

pikir kita sendiri.

6. Akibatnya, ibadah kitapun nyaris seperti tidak berasa dan hanya

berdampak minimum kalau tidak mau dikatakan tidak bermanfaat sama

sekali.

7. Diam dan hening, adalah sebuah keadaan di mana pergerakan RUHANI

kita sudah tidak dihambat dan dihentikan lagi oleh berbagai file pikiran.

25 Karena memang Waliyam Mursyida yang sebenarnya itu tidak lain adalah Allah sendiri. Bukan siapa-siapa di

antara manusia, seperti yang diyakini oleh banyak orang selama ini.

Page 73: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

73

8. Untuk itu dibutuhkan peran Nabi-Nabi, Rasul-Rasul, serta Wali-Wali

Allah untuk memberikan contoh kepada kita, seluruh umat manusia ini,

agar kita bisa pula dengan mudah dan sederhana menerobos segala

hambatan dan halangan dari berbagai objek pikir.

9. Hasilnya, pada akhirnya kita bisa kembali dengan mudah menjadi diri

yang Muthmainnah. Diri yang sedang dipanggil oleh Allah untuk

menghadap kepada-Nya secara sukarela dan diredhai.

10. Untuk bisa menjadi diri yang Muthmainnah ini, tidak ada cara lain

kecuali hanya dengan cara tadzkiyatunnafs (penyucian diri).

11. Dalam menjalani tadzkiyatunnafs (penyucian diri), kita harus waspada

agar tidak tersesat kepada bentuk-bentuk seperti :

a. Mengosongkan pikiran/ proses Zero Mind.

b. Menjadi bayi.

c. Menutup howo songo.

d. Mati sebelum mati :

1) Penahanan nafas.

2) Proses suluk.

3) Pembangkitkan emosi sedih dan marah.

4) Pembangkitkan emosi sampai menangis.

e. Falun gong dan reiki.

f. NLP.

g. Hipnotherapy.

12. Cara tadzkiyatunnafs (penyucian diri) adalah dengan menyadari dan

merasakan kehadiran Allah. Untuk itu, hendaknya kita selalu berbicara

tentang Keagungan Allah. Bingkai pembicaraan kita adalah segala

sesuatu tentang Allah : tentang Dzat Allah, tentang Af’al Allah, Tentang

Sifat-Sifat dan Nama-Nama Allah.

13. Karena Ada Allah di hadapan kita, maka seharusnya kitatidak pernah

merasa takut, khawatir, dan sedih lagi terhadap berbagai peristiwa dan

keadaan, apapun, yang datang dan pergi menjambangi hidup dan

kehidupan kita.

Page 74: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

74

14. Kita harus memiliki kepatuhan total terhadap Kehendak Allah, kita

menjalankan apa saja yang diperintahkan Allah, dan meninggalkan

larang-larang Allah. Kepatuhan total ini akan melahirkan budi pekerti

dan akhlak. Fana kita adalah dalam bentuk kepatuhan total kita

terhadap Kehendak Allah.

15. Dari kepatuhan total ini kita akan sadar akan adanya ALLAH. AZ ZA-

HIRU. Allah yang bukan batu, bukan benda mati, bukan sesuatu yang

DIAM. Tapi Allah Yang Maha Merespon, Maha Menjawab setiap do’a

dan panggilan panggilan kita.

16. Ada proses DIALOGIS antara kita dengan Allah, yang kemudian disebut

oleh Allah sebagai ILHAM atau WAHYU.

17. Contoh tentang fana :

a. Patuh kepada Kehendak Allah yang telah ditetapkan-Nya terhadap

Alam Semesta berupa FITRAH ALAM.

b. Patuh kepada Kehendak Allah dengan cara menjalankan syariat

yang diperintahkan oleh Allah.

c. Patuh terhadap Kehendak Allah dalam bentuk Ilham, Wahyu.

Jadi FANA yang sesungguhnya adalah dalam bentuk kepatuhan total

kita kepada Allah tanpa reserve.

Page 75: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

75

Artikel 8 :

Deteksi Dini Neraka Atau Siksa

A. Pembahasan

Pernyataan bahwa neraka, siksa atau tidak siksa di akhirat nanti bisa dide-

teksi dini sejak sekarang mungkin agak menantang arus mainstream yang

bergerak di masyarakat. Tapi pernyataan bahwa :

Kita masuk neraka atau tidak masuk neraka itu

bisa dideteksi sekarang ini.

. . . merupakan sebuah alat kontrol pribadi yang cukup punya pengaruh

signifikan bagi manusia. Jadi masalah masuk neraka atau tidak neraka itu

bukan GAMBLING lagi. Dasarnya apa ? SHALAT ! Dengan SHALAT orang SE-

HARUSNYA sudah bisa mendeteksi bahwa saya akan tersiksa atau tidak.

Jangan itu hanya harapan-harapan saja bahwa semoga saya nanti tidak

tersiksa. Sekarang saja bisa diketahui sebenarnya.

Sekarang ini bagaimana ? Ada masalah sedikit (relatif) saja sudah gelisah.

Itu sudah siksaan sebenarnya. Gelisah itu, atau punya masalah itu khan

kecil hakikatnya. Yang diombang-ambingkan adalah PERASAAN kita, HATI

kita. Itu saja sudah sakit rasanya bahkan bisa mati akibatnya. Tambahan lagi

ada yang dengan sengaja menimbulkan kemarahan dan benci dihatinya.

Huh, barang yang kecil begitu saja sudah menimbulkan siksa di diri kita atau

membuat kita kelimpungan. Padahal Rasulullah menggambarkan SIKSA

akhirat itu lebih dahsyat lagi.

Sesungguhnya wali-wali Allah itu dia tidak merasa khawatir dan tidak

merasa takut.

• Khawatir itu ada di mana ? Di DADA.

• Musibah itu ada di mana ? Di HATI.

• Sehingga wali-wali Allah itu PULANG, “Innalillahi wainna ilaihi raji'un".

Jadi wali-wali Allah itu "kembali ke Allah.”

• Dia tinggalkan tempat gelisah itu, dia tinggalkan tempat neraka itu, HATI.

Page 76: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

76

• Mereka pergi ke Allah.

• Kenapa ?

• Karena dada, shuduur, hati itu adalah TUNGKU PERAPIAN di dunia ini.

TUNGKU KEGELISAHAN itu ada di dada ini. Tungku itu yang membuat kita

gelisah, tersiksa, tertekan, terombang-ambing. Nah seorang wali atau

kekasih Allah ketika dia merasakan pengaruh jelek di tungku itu, maka

dia tinggalkan tungku itu. Karena di situ bukan tempat mereka.

• Kalau begitu di mana tempat mereka ? Innalillahi wainna ilaihi raji'un,

tempat mereka di sisi TUHAN. Mereka berada "dekat" dengan ALLAH.

Pada posisi di sisi Tuhan ini,

maka tidak ada rasa gelisah, tidak ada rasa khawatir.

Itulah posisi tempat keberadaan Nabi-Nabi, wali-wali Allah. Keadaan ini

paling tidak untuk memberikan gambaran kepada kita bahwa kita itu masuk

neraka atau tidak. Makanya :

Seorang syuhada (sang penyaksi) tidak mendapatkan siksa kubur,

dia tidak dihisab, sehingga dia lepas langsung ke sisi Allah.

Nah, kenapa kita tidak pakai fasilitas VIP ini ? Kenapa kita harus pakai fasi-

litas konvensional ?

Anda harus merasakan sakit dulu di tubuh kita, yang merupakan siksa per-

tama. Kemudian tubuh ini kita tinggalkan. Kita nggak terasa lagi bahwa

tubuh kita :

• dimakan ulat,

• dimakan anjing, atau

• kanker ganas,

. . . karena kita sudah tidak berada lagi di tubuh itu. Lalu kita masuk ke alam

kubur, alam barzah. Ketika di alam barzah itu saya nggak tahu lagi bahwa

tubuh saya sudah dimakan ulat, tinggal kerangka, karena saya bukan ber-

ada di tubuh itu lagi. Masalahnya adalah kenapa harus berada di barzah. Di

barzah itu ada siksa. Ada neraka.

Page 77: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

77

Harusnya bagaimana ?

Kita tinggalkan barzah itu. Innalillahi wainna ilaihi raji'un.

LEPAS MENUJU ALLAH.

Karena saya berasal dari Allah, maka saya kembali kepada Allah.

Prinsip inilah yang dipakai untuk mendeteksi siksa neraka atau tidak. Jangan

GAMBLING. Jangan pakai hitung-hitungan. Waaa, saya sudah melakukan

ibadah ini, saya sudah wirid ini, saya sudah binding ke sana sini. Biar saya

tersiksa, biar saya gelisah, biar saya tertekan di dunia ini, asal NANTI di

akhirat nggak tersiksa. Wooo, itu MENGKHAYAL namanya. Cirinya itu ada di

sini, di dunia ini. Padahal di dunia ini belum ada apa-apanya. Sampai-sampai

Rasulullah menggambarkan begitu dahsyatnya siksa akhirat itu. Di sini saja,

di dunia ini saya sudah tidak kuat, apalagi di sana. Masalah anak, istri,

pekerjaan, masa lalu yang gelap dan berdarah-darah saja masih membuat

kita terombang-ambing nggak keruan.

Nah, latihan tanpa hisab itu apa ? SHALAT !!!

Target atau

motivasinya ada ?

Tanpa hisab, mi'raj.

Fasilitasnya ada kok disediakan Allah.

Kontrolnya apa ? Coba lihat dalam satu hari ini, walaupun saya sudah

shalat, apakah saya masih gelisah, tersiksa,

ngedumel, atau sudah "La khaufun 'alaihim walaa

hum yahzanuun". Kalau masih gelisah, tersiksa, maka

saya berarti masih DEKAT ke NERAKA.

Maka latihlah terus, berusahalah terus untuk meninggalkan alam-alam siksa

itu, sehingga HANYA ALLAH yang kita tuju. Innalillahi wainna ilahi raji'un.

KOSONG. NOL.

Page 78: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

78

B. Kesimpulan

1. Kita masuk neraka atau tidak masuk neraka itu bisa dideteksi sekarang

ini. Dengan shalat orang seharusnya sudah bisa mendeteksi bahwa saya

akan tersiksa atau tidak.

2. Dada, shuduur, hati itu adalah tungku perapian di dunia ini. tungku

kegelisahan itu ada di dada ini. Tungku itu yang membuat kita gelisah,

tersiksa, tertekan, terombang-ambing. Kalau masih gelisah, tersiksa,

maka berarti masih dekat ke neraka.

3. Untuk tidak merasa khawatir dan tidak merasa takut, maka ’pergilah’ ke

Allah (innalillahi wainna ilaihi raji'un). Pada posisi di sisi Tuhan ini, maka

tidak ada rasa gelisah, tidak ada rasa khawatir. Itulah posisi tempat

keberadaan Nabi-Nabi, wali-wali Allah.

4. Cara kembali kepada Allah secara konvensional adalah melalui alam

barzah, yang di sana ternyata ada siksa.

5. Untuk kembali kepada Allah dengan jalur VIP, maka jangan lewat barzah

itu. Innalillahi wainna ilaihi raji'un. Lepas menuju allah. Karena saya

berasal dari Allah, maka saya kembali kepada Allah.

6. Latihan untuk cara kembali ini adalah dengan cara shalat.

Page 79: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

79

Artikel 9 :

Dihalangi Allah...26

A. Pembahasan

1. Entengnya Menyebut Nama Allah

Selama ini mungkin kita menganggap enteng saja untuk menyebut

nama Allah. Karena memang pada kenyataannya kalau hanya sekedar

menyebut nama Alah, kesannya tidak ada susahnya sedikitpun. Nama

Allah bisa diu-capkan oleh orang beragama apa saja, bahkan orang yang

tidak beraga-mapun dengan mudah bisa mengucapkannya. ”Allah . . .”,

ah mudah sekali mengucapkannya.

Tapi berikut ini adalah dua buah kisah nyata tatkala :

• Ada orang yang sangat susah menyebutkan nama Allah itu, dan pada

kesempatan lain

• Ada pula orang yang terhalang rohaninya menuju Allah.

Seakan-akan :

• Allah menahan dan menghalangi seseorang untuk menyebut nama

Allah yang sebenarnya menggetarkan alam semesta, atau

• Allah menghalangi seseorang untuk datang kepada-Nya, padahal itu

hanyalah sebuah keniscayaan belaka.

Kisah ini saya nukilkan dari pengalaman seorang sahabat saya ketika dia

melatih berketuhanan kepada dua orang yang berbeda.

a. Kisah Pertama

Suatu saat seorang yang mengaku muslim ikut berlatih dengan

sahabat saya tersebut. Pada awalnya saat disuruh menyebut nama

Allah, dia bisa mengucapkannya dengan mudah.”Ya Allah, ya Allah.”

Pada saat ruhaninya mulai direspon oleh Allah. Tubuhnya bergetar.

Kemudian dia diminta untuk bersyahadat. Sahabat saya mencontoh-

26 http://groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/3377

Page 80: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

80

kan mengucapkan : ”Laa Ilaha Illallah.” Tapi yang ke luar dari mulut

orang tersebut hanya ucapan : ”Laa Ilaha Illa . .”, berulangkali dia

diminta untuk menyempurnakan kalimat tauhid tersebut, namun

dia tetap hanya bisa mengucapkan”Laa Ilaha Illa . .” Tidak dengan

kalimat yang lengkap. Dia seperti dihalangi untuk mengucapkan kata

Allah dalam kalimat ”Laa ILAHA ILLA Allah . .” Dia tidak bisa mengu-

capkan kata ”Allah”. Hatinya dan lisannya seperti dihalangi oleh

Allah untuk mengucapkan kata “Allah” itu, untuk menyempurnakan

kalimat tauhidnya. Akhirnya dia disuruh berhenti dan diam. Kemu-

dian dia diminta kembali untuk menyebut nama “Allah”. Anehnya

saat itu lidahnya kembali bisa menyebut nama “Allah” itu dengan

mudahnya.

Lalu sahabat saya bertanya : "Ada apa dengan anda, sampai-sampai

anda tidak bisa sedikitpun mengucapkan dan menyebut nama Allah

yang Agung dengan ruhani dan lisan anda tadi."

Lalu dia bercerita panjang lebar, bahwa dia memang orang Islam.

Tapi beban hidupnya sangat berat. Sampai suatu saat karena sudah

tidak kuat lagi menahan beban penderitaan, dia datang kepada

seorang pintar. Dia berharap bahwa orang pintar itu bisa mengu-

rangi penderitaannya. Singkat kata, sejak itu sampai sekarang dia

selalu berharap bahwa orang pintar itu bisa membuat hidupnya

lebih baik. Berkali-kali begitu.

Cuma sayang, orang ini setelah latihan pertama itu, tidak melan-

jutkan latihannya lagi sampai sekarang.

b. Kisah Kedua

Saat sahabat saya berlatih dengan seseorang yang lain lagi, kejadian

di atas berulang kembali, tapi dengan keadaan yang berbeda.

Rohani orang tersebut seperti tertahan dan tidak bisa bergerak.

Walau dia sudah berteriak sekerasnya menyebut nama Allah,

namun Allahnya seperti diam saja.

Page 81: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

81

Tidak ada respon sedikitpun dari Allah. Seakan-akan dia sedang

memanggil benda mati. Memangggil batu.

Dia memang menangis menangis, tapi tetap saja seperti ada yang

menghalangi perjalanan ruhaninya menuju Allah Tuhan Semesta

Alam. Kepada orang ini, sahabat saya juga mengajukan pertanyaan

yang sama : "Ada apa dengan anda ? Anda seperti dihalangi oleh

Allah untuk mendatangi-Nya."

Orang tersebut lalu bercerita tentang dirinya. Bahwa :

. . . dia sudah sekian lama belajar sebuah tarekat atau sebuah

aliran tertentu. Setiap dia ingin berzikir, dia selalu harus terlebih

dahulu membayangkan wajah gurunya.

Begitulah setiap saat dia lakukan dari dulu sampai sekarang.

Singkat kata, akhirnya orang tersebut diminta untuk istighfar

kepada Allah. Dia diberitahu dan ditunjukkan bahwa Allah kita

adalah Tuhan Semesta Alam. Allah yang tidak mau disekutukan

dengan siapapun dan disejajarkan dengan bentuk apapun juga.

Allah yang tidak mau diserupakan Wajah-Nya dengan rupa dan

wajah manusia atau benda-benda.

Lalu setelah itu, dia diminta menghadap kepada Allah. Lalu

memanggil nama Allah dengan perlahan. Ajaib, rohaninya seperti

melesat menuju Yang Maha Tinggi. Tubuhnya tersungkur. Dia

menangis histeris. Saat dia diminta mengucapkan ”Laa Ilaha

Illallah . . .”, ucapan “Laa Ilaha Illallah” itu seperti ke luar dari lubuk

hatinya yang terdalam. Ucapan “Laa Ilaha Illallah” dia ke luar

dengan utuh dan sempurna. Ruhaninya bersaksi, lidahnya berucap.

Diapun seperti terlepas dari sebuah tembok penghalang yang

menghijab dirinya dengan Allah selama ini.

2. Pelajaran Yang Bisa Dipetik

Mengucapkan nama Allah . . , memang sangat mudah sekali kita laku-

kan. Semudah menarik nafas kita. Karena untuk mengucapkan kata

Page 82: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

82

Allah itu kita hanya tinggal menggetarkan kerongkongan dan lidah kita,

lalu ke luarlah suara dengan lafaz berbunyi ALLAH.

Tetapi sungguh tidak banyak kita yang paham dan mengerti, walau kita

sudah tahu, bahwa :

. . . saat kita mengucapkan kata Allah itu berbarengan antara ruhani

dan jasmani kita (ruh dan lidah kita), maka ucapan itu akan sangat

jauh berbeda dengan ucapan yang hanya sekedar di bibir kita saja.

Kalau ada yang tidak percaya, ya nggak apa-apa kok. Karena ini

memang sebuah keadaan yang berasal dari pengalaman. Bukan hanya

sekedar ilmu.

Pada dasarnya, karena ruh kita adalah milik Allah yang ditiupkan Allah

ke dalam jasmani (nafs) kita, maka ruh itu akan selalu punya kecende-

rungan untuk kembali kepada Allah. Selalu begitu. Salah satu contoh

saat-saat kembalinya ruh kita kepada Allah adalah ketika kita tidur.

Ketika tidur itu ruh kita kembali kepada Allah. Ini adalah hal yang sangat

niscaya. Makanya tidak ada manusia yang tidak ingin untuk tidur. Se-

mua kita pada saat-saat tertentu ingin tidur. Saat tidur itu, tubuh kita

seakan-akan telah menjelma menjadi seonggok daging hidup yang tidak

punya kesadaran apa-apa. Ruh penghuni tubuh kita seperti sedang

diambil kembali oleh Allah, sang empunya ruh itu. Oleh karena itu,

walaupun saat tidur itu jantung kita masih berdenyut, paru-paru kita

masih menguncup dan membuka, darah kita masih mengalir, namun

rasa melihat kita, rasa mendengar kita, rasa tahu kita, rasa hidup kita,

rasa kesadaran kita seperti hilang tak berbekas. Kita seolah-olah telah

menjadi tubuh yang mati. Tubuh yang tidak bisa apa-apa. Nanti ketika

ruh itu dikembalikan oleh Allah ke dalam tubuh kita, maka kita kembali

punya kesadaran. Kita kembali punya rasa melihat, rasa mendengar,

rasa tahu, rasa hidup. Dan biasanya, setelah tidur itu kita akan menjadi

lebih sehat dan lebih segar dari keadaan kita sebelum tidur. Selalu

begitu.

Kadangkala perjalanan pulang ruh kita pulang ke Allah itu terhalang

Page 83: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

83

oleh sesuatu. Misalnya saja, sesaat sebelum tidur kita menonton

sebuah film horor yang menakutkan di depan tivi, lalu kita tertidur,

maka biasanya tidur kita akan seperti berhenti di alam film horor yang

kita tonton tadi. Tidur kita akan gelisah. Kita seperti terkurung di alam

yang menakutkan. Ini disebut juga berada di alam mimpi. Walaupun

mimpinya hanya sebentar, tapi kita capeknya luar biasa.

Keadaan yang sama juga akan kita alami ketika kita tidak sering-sering

melatih pengembalian ruhani kita ini kepada Allah dengan sukarela.

Ketika perjalanan ruhani kita terbiasa kita hentikan kepada segala

sesuatu yang bukan Allah, berhala, maka ruhani kita juga akan

tertahan di berhala itu.

Inilah yang disebut sebagai syirik.

Yaitu :

. . . menempatkan sesuatu antara kita dengan Allah . . .

. . . sehingga kepulangan ruhani kita ke Allah jadi terhalang. Ruhani kita

berhenti di berhala tersebut.

Syirik itu, memang sangat-sangat tidak kentara.

Dulu saat saya sedang getol-getolnya ikut sebuah tarekat,

dengan sedikit pengolahan pernafasan, saya ingin

bertemu dengan seorang guru gaib,

dan itu ternyata memang bisa.

Tetapi di balik itu semua,

yang saya dapatkan saat itu, malah

menyulitkan saya untuk memenuhi panggilan

shalat dengan khusyu.

Page 84: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

84

Dalam shalat saya malah asyik

berkelana ke alam-alam yang

entah alam apa namanya.

Keadaan seperti Itu namanya adalah KARAM. Lebih enak karamnya dari

pada shalatnya.

Ciri-ciri berikutnya tentang tanda-tanda adanya penghalang antara

ruhani kita dengan Allah adalah munculnya keangkuhan kita :

a. Kita merasa hebat dan serba bisa. Apa-apa, aku kitanya yang

ditonjolkan. Sedikit-sedikit kita akan berbicara tentang saya. Di

mana-mana berbicara tentang aku.

1) Kalau berhala kita itu adalah guru kita, mursyid kita, maka di

mana-mana pembicaraan kita adalah tentang mursyid kita itu,

guru kita itu. Kita akan berbicara tentang kehebatan guru kita,

kesaktian mursyid kita, kesucian mursyid dan guru kita.

2) Kalau penghalang kita itu adalah berupa ilmu kita, maka setiap

saat kita akan berbicara tentang ilmu kita, tentang tahu kita.

3) Saat yang menjadi penghalang kita itu adalah harta kita, maka

kita akan berbicara terus tentang seluk beluk harta kita, cara

mendapatkan harta kita, tentang kedermawanan kita.

b. Kita jadi sulit sekali untuk merendah kepada Allah.

1) Kalau hanya sekedar rukuk dan sujud saja sih sangat mudah

sekali.

2) Kalau hanya sekedar berkomat kamit sih gampang banget.

Tapi :

1) Untuk sujud dan rukuk yang ada rasa sujud dan ada rasa

rukuknya jadi sulit sekali.

2) Untuk merendah yang ada rasa merendahnya kepada Allah . . ,

duh ampun sulitnya.

Jadi . . , ternyata apapun juga bisa menjadi penghalang kita dengan

Allah. Tahu tidak, akibat yang paling menggenaskan adalah bahwa kita

Page 85: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

85

sekarang ini sudah tidak sanggup lagi membaca dan memahami bahasa

Allah di balik hijab-Nya. Percaya atau tidak,

a. Sebenarnya, ketika hujan turun atau hanya sekedar mendung tebal

menggayut di langit, yang merupakan salah satu bentuk hijab-Nya,

Allah saat itu sedang menyampaikan sebuah pesan kepada semua

orang.

1) Bisa saja pesan itu berupa kemurkaan-Nya, kemarahan-Nya,

tidak ridha-Nya, dan

2) Bisa juga itu hanya sekedar pesan awal dari-Nya atas sebuah

kejadian yang akan terjadi.

b. Begitu juga saat kilat menyambar, petir bergemuruh, saat itu Allah

juga sedang menyampaikan sebuah pesan-Nya kepada kita. Pesan

itu :

1) Bisa berupa kesedihan,

2) Bisa juga sebuah kabar gembira.

Pesan yang bisa ditangkap dengan mudah oleh lebah, oleh, semut,

oleh binatang ternak, bahkan oleh tumbuhan.

Padahal Allah berpesan bahwa:

As Syuura (26 : 51)

"Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata

dengan dia kecuali dengan (1) perantaraan wahyu atau (2) di belakang

tabir atau (3) dengan mengutus seorang utusan lalu diwahyukan kepa-

danya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia

Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.”

Pembicaraan Allah yang bagaimanakah yang bisa kita tangkap, baca,

dan pahami sekarang ? Sebab ketiga cara Allah berbicara dengan kita

seperti yang diterangkan ayat di atas masih terjadi sekarang ini, saat ini

juga, dan di sini . . .

Astagfirullahal adhiem . . .

a. Ya Allah . . , hamba berlindung kepada-Mu dari kemusyrikan. Sudah

Page 86: Yusdeka   reformatted c-d - ok !

86

kusaksikan hamba-Mu yang mengaku muslim namun masih tetap

berharap kepada orang pintar jadi tidak mampu menyebut namamu

dari dalam hatinya hingga lisannya. Meski dalam keadaan biasa dia

bisa menyebut nama-Mua lewat lisannya.

b. Ya Allah hamba berlindung kepada-Mu dari keakuan hamba yang

membuat hamba digurukan. Sudah hamba saksikan para guru

kerohanian menghijab pengikutnya untuk datang kepada-Mu . . .

c. Ya Allah . . , ampunilah hamba kalau hamba bersalah . . .

B. Kesimpulan

1. Bagi beberapa orang, menyebut nama “Allah” seakan-akan hal yang

terlihat begitu mudah, semudah menarik nafas kita. Namun, bagi orang

tertentu, hal tersebut dapat sangat susah untuk dilakukan.

2. Saat kita mengucapkan kata Allah itu berbarengan antara ruhani dan

jasmani kita (ruh dan lidah kita), maka ucapan itu akan sangat jauh

berbeda dengan ucapan yang hanya sekedar di bibir kita saja.

3. Pada dasarnya, karena ruh kita adalah milik Allah yang ditiupkan Allah

ke dalam jasmani (nafs) kita, maka ruh itu akan selalu punya kecende-

rungan untuk kembali kepada Allah. Ketika perjalanan ruhani kita untuk

kembali kepada Allah kita hentikan kepada sesuatu yang bukan Allah,

berhala, maka ruhani kita juga akan tertahan di berhala itu. Inilah yang

disebut sebagai syirik.

4. Beberapa hal yang dapat dilakukan kala syirik :

a. Bertemu dengan seorang guru gaib.

b. Berkelana ke alam-alam yang entah alam apa namanya, yang

dilakukan dalam shalat.

5. Ciri-ciri berikutnya tentang tanda-tanda adanya penghalang antara

ruhani kita dengan Allah adalah munculnya keangkuhan kita.

6. Akibatnya, kita menjadi tidak sanggup untuk membaca dan memahami

bahasa Allah di balik hijab-Nya.