wkc januari 2014

40
Membangun Cinta Persaudaraan Keluarga Chevalier Warta Ametur Ubique Terrarum Cor Iesu Sacratissimum in Aeternum Januari 2014 TAHUN XII • No. 1 Throwaway Culture Kami Bosan Hidup Miskin ! MEMBANGUN PERDAMAIAN Hidup Bahagia Sebagai Murid-Murid Kristus Nelson Mandela: Kuasa Pengampunan Dan Rekonsiliasi Persaudaraan, Fondasi dan Jalan Menuju Perdamaian

Upload: jonastmsc

Post on 28-Mar-2016

285 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Monthly publication of Chevalier Family Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Wkc januari 2014

M e m b a n g u n C i n t a P e r s a u d a r a a nKeluarga ChevalierWarta

Ametur Ubique Terrarum Cor Iesu Sacratissimum in Aeternum

J anua r i 201 4TAHUN XII • No. 1

Throwaway Culture

Kami Bosan Hidup Miskin !

MEMBANGUNPERDAMAIAN

Hidup Bahagia Sebagai Murid-Murid Kristus

Nelson Mandela: Kuasa Pengampunan Dan Rekonsiliasi

Persaudaraan, Fondasi dan Jalan Menuju Perdamaian

Page 2: Wkc januari 2014

DAFTAR ISI DARI REDAKSI03 Sapaan Pimpinan

05 Nelson Mandela: Kuasa Pengampunan dan Rekonsiliasi

06 Kumandangkan Suara Perdamaian

15 Misionaris Awam Keluarga Chevalier dalam Gereja Masa Kini

19 Hidup Bahagia sebagai Murid-Murid Kristus

32 Kami Bosan Hidup Miskin!

32 TTS dan Ulama Unik

TAHUN BARU

Cover: Membangun Perdamaian (Arsip WKC)Diterbitkan oleh: Ametur IndonesiaRedaktur: Joni Astanto MSCKeuangan: Sr. M. Rosina Angwarmase PBHKGrafis & Tata Letak: Joni Astanto MSC Team Redaksi: P. Joni Astanto MSC P. Phillipus Seno Dewantoro MSC Sr. M. Violetha Kereh PBHK Fr. Vincensius BHK P. Patris Jeujanan MSC Sr. M. Evarina PBHK Sr. M. Fransina Ulmasembun TMMDistribusi: Keluarga ChevalierKontributor: P. Joseph Harbelubun MSC P. Jimmy Balubun MSC P. Antonius Dedian MSC P. Lexy Sarkol MSC P. Aris Angwarmase MSC P. Gregorius Hertanto MSC Sr. M. Margaretha PBHK Sr. M. Cornelia PBHK Sr. M. Agusta PBHK Fr. Kardinus BHK Fr. Patrik BHK Sr. M. Paskalina Fun TMM Yan Ponton Petrus Sidharta MaringkaKontributor Luar Negeri: P. Hermas Asumbi MSC (Jepang) P. Angky Welliken MSC (Ekuador) P. Adrianus Budhi MSC (US) P. Alfin Buarlele (Australia) P. Anton Kaseger (Australia) Sr. M. Valentine PBHK (Afrika) Sr. M. Virginia PBHK (Afrika) P. Timoteus Ata MSC (Philippines)Alamat: AMETUR INDONESIA Lantai 1 Gedung Pax Jl. KH. Hasyim Ashari No. 23 JAKARTA 10130 Tlp. : (021) 6326776, 6339881 Fax.: (021) 6326778 email: [email protected] website: www.ameturindonesia.com

Salam jumpa para pembaca

Warta Keluarga Chevalier. Selamat Tahun Baru! Syukur kepada Tuhan Sang Penyelenggara Kehidupan karena kita dipertemukan kembali di tahun yang baru ini. Tentu kita semua telah melihat kembali tahun yang telah lewat, melihat apa saja yang baik yang dapat dijadikan bekal perjalanan di tahun baru, serta telah melihat apa saja yang masih perlu ditata.

Setiap awal tahun baru, kita buka dengan perayaan Hari Perdamaian Seluruh Dunia. Untuk itu WKC edisi bulan ini mengangkat tema perdamaian sebagai warna utama. Secara khusus, di era teknologi komunikasi dan informasi ini, disajikan usaha penggunaan media, khususnya radio, untuk memperjuangkan perdamaian.

Tentu tidak lupa disajikan warta tentang pelbagai aktivitas dan kegiatan yang telah dilaksanakan. Anda dapat membacanya dalam warta antar kita. Akan tetapi karena keterbatasan tempat media kita ini, tidak semua kegiatan dan aktivitas kita dapat tercakup di dalamnya. Tidak lupa kami tetap mengundang anda untuk berkontribusi, terutama melalui tulisan-tulisan dan liputan anda.

Tema yang dipilih oleh Paus Fransiskus untuk Hari Perdamaian Sedunia 2014 adalah: Persaudaraan, Fondasi dan Jalan Menuju Perdamaian. Kiranya hal itu mengingatkan semangat kita sebagai Keluarga Chevalier: Persaudaraan. Mari kita bahu membahu mewujudnyatakan semangat persaudaraan itu sehingga kita semakin mampu memberi kesaksian akan Cinta Allah secara nyata.

Redaksi. 2 | WKC Januari 2014

Page 3: Wkc januari 2014

SAPAAN PIMPINAN

WARA-WARAWarta Keluarga Chevalier membuka kesempatan untuk siapa saja, baik Imam, Biarawan, Biarawati maupun awam angggota Keluarga Chevalier untuk berkontribusi dalam bentuk tulisan. Tulisan dikirim ke Redaksi melalui email: [email protected] atau [email protected], disertai dengan ilustrasi atau foto. Tulisan yang tidak dimuat tidak dikembalikan.

ini hadir melalui perkembangan teknologi yang begitu cepat dan kehidupan religius apapun akan terpengaruh oleh kehadirannya. Maka kita dipanggil untuk mencermati kehadiran teknologi modern ini secara bijaksana agar kita mampu memanfaatkannya untuk karya pelayanan kita yang lebih effisien dan effektif bukan menjadi hamba/budak teknologi modern ini. Inilah tantangan dunia yang perlu kita cermati secara bijaksana.

Para pembaca yang terkasih, Memasuki tahun baru 2014, kita diingatkan untuk

menghidupi spiritualitas hati sebagai “obat penyembuh” di tengah hiruk-pikuk dunia dewasa ini. Kehadiran kita hendaknya menjadi tanda kasih bagi sesama dan tanda dimana orang boleh mengalami bahwa mereka dikasihi. Inilah panggilan dan tanggungjawab yang harus diemban oleh masing-masing pribadi. Marilah kita menghayati spiritualitas hati mulai dari diri kita sendiri, dalam komunitas dan dalam masyarakat luas.

Akhirnya selamat memasuki tahun baru, goreskan tinta emas pada lembaran hari-hari di tahun 2014 dan semoga namamu terukir indah selalu dalam telapak tanganNYa. Tuhan memberkati !

Frater Maria Dominikus BHK

Provinsial Frater Bunda Hati Kudus

“Dikasihilah Hati Kudus Yesus di Seluruh Dunia, selama-lamanya.”

Sidang pembaca Warta Keluarga Chevalier yang berbahagia,Perziarahan hidup manusia bergulir seiring perputaran

waktu dan perjalanan waktu telah menghantar kita ke penghujung tahun 2013. Kita bersyukur atas pengalaman hidup selama tahun bersilang yang diwarnai oleh pergu-mulan dan pergulatan antara hari-hari bahagia dan saat-saat penuh tantangan, antara hari-hari baik dan hari-hari sulit, hari-hari penuh ceria dan hari-hari penuh kegelapan, antara harapan dan impian. Kita bersyukur karena tangan kasih Allah telah menyertai dan menuntun kita hingga boleh melewati tahun bersilang dalam semangat penuh syukur.

Kini kita memasuki tahun 2014 suatu tahun baru yang tergores indah dalam buku harian peziarahan hidup kita masing-masing. Kenyataan kehadiran tahun baru datang silih berganti seperti sebuah ritual belaka kalau kita tidak memaknainya secara tepat. Pengalaman tahun baru adalah sebuah perayaan akan harapan dan cita-cita baru dalam memaknai ada dan keberadaan kita sebagai manusia tetapi terutama eksistensi kita sebagai seorang religius. Ini adalah sebuah kesempatan untuk memulai sesuatu yang baru dalam hidup dan karya kita bersumber pada semangat baru/hati baru. Tahun baru 2014 memberikan kesempatan kepada kita masing-masing untuk berintrospeksi diri sambil menatap masa depan dengan penuh harapan. Kita perlu berefleksi diri tentang goresan sejarah hidup yang telah dilalui sebagai sebuah langkah antisipasi untuk memasuki tahun baru ini. Kita percaya bahwa tahun 2014 adalah sebu- ah tahun penuh rahmat dimana kita boleh mengalami ka- sih dan kehadiran Tuhan dalam hidup dan karya entah secara pribadi atau kongregasional. Kita mau menghadirkan Tuhan, Sang empunya hidup dan waktu untuk hadir dan menjiwai peziarahan dalam tahun ini karena tanpa Dia hidup kita tak bermakna.

Para pembaca yang budiman,Seperti membangun sebuah rumah yang kuat perlu

fondasi yang kokoh, kita pun diajak untuk meletakkan fondasi hidup yang kuat dengan campuran material yang berkualitas di tahun 2014. Kita menghadirkan Tuhan da-lam setiap perjuangan hidup dan karya kedepan. Inilah fondasi dasar hidup Kristiani yang perlu selalu kita yakini. Sebagai seorang religius, kita yakin bahwa Tuhan selalu ada dalam setiap sepak terjang hidup ini entah itu dalam hidup bersama, hidup karya atau dalam penghayatan kaul-kaul religius. Karena tanpa Tuhan, kita akan terbawa arus dan badai kehidupan dunia modern yang diwarnai oleh semangat hedonisme, kapitalisme, individualisme, egoisme dan narsisme. Ideologi-ideologi modern ini perlahan tapi pasti masuk dan merasuki pola kehidupan religius termasuk dalam kongregasi kita masing-masing atau dalam kehidupan berkeluarga. Inilah tantangan utama ketika kita memasuki tahun 2014. Idelogi dunia modern

WKC Januari 2014 | 3

Page 4: Wkc januari 2014

BUDAYA CINTA

Di usianya yang ke 95 Nelson Mandela, salah satu putra terbaik dunia, berpulang ke pangkuan ilahi

pada 5 Desember 2013. Ia pergi tidak hanya dikenang oleh bangsanya Afrika Selatan tetapi oleh dunia yang memandang dia sebagai warga favoritnya, seperti nyata dari ulasan-ulasan media di setiap penjuru dunia dan kehadiran para kepala negara dan pemerintahan dalam upacara penghormatan dan pemakamannya. Dunia, yang merasa kehilangan sosoknya, hanya bisa mengucapkan “Terima Kasih Nelson Mandela!” Ucapan terima kasih itu berwujud: doa dan ibadah kenangan (memorial service), penghargaan dan penghormatan (tributes) seperti eulogi, komentar-komentar (tokoh perdamaian, tokoh pemersatu, ikon anti apartheid, simbol perdamaian dan rekonsiliasi, rekonsiliator agung, pejuang hak asasi, dsb), kehadiran para tokoh dunia, dsb. Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menyebut dia sebagai raksasa sejarah.

Di atas semuanya itu ada suatu keutamaan luar biasa yang terpancar dari Mandela, yang juga dipanggil Madiba, ialah kebesaran hati untuk mengampuni mereka yang pernah menyakiti bahkan menindas dia beserta kaum sewarganya yang berkulit hitam secara tidak adil dan kejam. Ia percaya pada kuasa pengampunan dan rekonsiliasi yang mampu mengubah hati orang, mempersatukan

bangsanya yang terpecah belah oleh kebencian dan balas dendam serta menghantar mereka ke masa depan yang baik. “Mandela telah menjadi sumber energi yang mengubah kebencian menjadi cinta, permusuhan menjadi persahabatan, balas dendam menjadi pengampunan” (Kompas, Sabtu, 7 Desember 2013, hal. 1). Ia percaya bahwa pengampunan merupakan kekuatan untuk membangun persatuan, kesetaraan, demokrasi dan masa depan. Dalam pidatonya pada 11 Pebruari 1990, selepas dari penjara, ia berkata: “Kita sudah seharusnya belajar saling mengampuni karena ketika anda bermaksud untuk mengampuni maka anda sudah menyembuhkan sebagian penderitaan; dan ketika anda sungguh mengampuni maka anda menyembuhkannya secara sempurna. Sebagai orang-orang Afrika kita telah menderita perbudakan dan kolonialisme untuk waktu yang lama. Pengampunan menjadi warisan budaya kita yang terbaik.” Ia juga percaya bahwa tidak ada masa depan tanpa pengampunan (there is no future without forgiveness).

Kebesaran hati Mandela untuk mengampuni sungguh menggagumkan dan menginspirasi dunia. Dengan mempertimbangkan pengalaman pahitnya yang demikian mendalam, betapa luar biasa kuasa pengampunan yang diteladankan, diinspirasikan dan diwariskannya kepada dunia. Betapa tidak! Beliau secara tidak adil dan kejam

4 | WKC Januari 2014

Page 5: Wkc januari 2014

BUDAYA CINTA

NELSON MANDELA: KUASA PENGAMPUNAN DAN REKONSILIASI

WKC Januari 2014 | 5

P. JOHANIS MANGKEY MSC

dipenjarakan selama 27 tahun, 6 bulan dan 6 hari di tiga penjara berbeda. Biasanya perlakuan tidak adil dan kejam seperti ini akan membentuk karakter seseorang menjadi pendendam dan pembenci, yang membuatnya cenderung untuk balas dendam ketika kesempatan tiba. Hal ini tidak berlaku bagi Mandela, yang dianugerahi hadiah Nobel Perdamaian pada 1993 bersama mantan Presiden Afrika Selatan F.W. De Klerk. Penjara tidak mampu mematikan perjuangannya untuk kemerdekaan dan kesetaraan bangsanya. Penjara juga tidak mem-bentuk dia menjadi manusia pendendam, tetapi men-jadikan dia seorang dewasa yang mengedepankan cintakasih, persatuan, perdamaian, pengampunan dan rekonsiliasi. Pengalaman pahit ini tidak membuat Mandela muncul dengan kepahitan dan kebencian. Ia bahkan mengulurkan tangan untuk berdamai dengan para penindasnya. Ia mengampuni para penindasnya serta pemerintah apartheid (suatu sistem pemerintahan yang didasarkan pada segregasi warna kulit), yang memenjarakan dia secara tidak adil. Ia merangkul para musuhnya ini untuk membangun Afrika Selatan yang bersatu. Ia misalnya membentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Ketika dilantik menjadi Presiden pada 10 Mei 1994 sipir penjara yang dulu biasa menyiksa dia turut diundang, demikian juga para kepala tentara, polisi dan kejaksaan yang dulu menstigma dia sebagai

penjahat. Mereka ikut menyambut dan memberi hormat. “Saya ingin agar mereka semua diundang menghadiri pelantikan ini. Sebab, negeri ini adalah milik bersama, baik warga kulit putih maupun kulit hitam,” ujar Mandela.

Kredibilitasnya sebagai pemimpin terbentuk karena ia berjuang penuh pengabdian dan pengorbanan untuk kepentingan bangsanya yakni memperjuangkan kemerdekaan, kesetaraan, persatuan, perdamaian dan demokrasi. Dalam mencapai misinya ia memilih jalan pengampunan dan rekonsiliasi! Ia dan bangsanya menempuh perjalanan jauh untuk mencapai kemer-dekaan (“A long walk to freedom” adalah judul buku biografinya).

Demikian, Mandela mampu keluar dari tragedi dirinya dan menjadi pemenang! Ia tidak hanya menjadi inspirasi dan teladan bagi bangsanya Afrika Selatan, tetapi juga bagi dunia dan semua orang yang berkehendak baik. Ia memberikan contoh dan inspirasi bahwa kebencian, balas dendam dan kekerasan bukanlah solusi atau jalan keluar untuk menyelesaikan masalah-masalah seperti konflik, perseteruan atau permusuhan, dsb. Ia menunjukkan bahwa pengampunan adalah suatu tindakan agung dan mulia serta mungkin. “Terima kasih Nelson Mandela!”

Mencontoh Mandela memang sulit, namun bukannya mustahil!

Page 6: Wkc januari 2014

SAJIAN UTAMA

6 | WKC Januari 2014

Tahun 2004- 2009, ada 2 program Radio Suara Paksi Buana Tobelo (SpB FM 103,6), Kabupaten Halmahera Utara, Propinsi Maluku Utara yang sangat terkenal yakni program Youth for Peace dan “ruang budaya”. Program Youth for Peace dirancang dengan tujuan untuk menyadarkan orang muda akan perannya dalam membangun perdamaian. Karena itu, program ini disesuaikan dengan bahasa kaum muda, dan kehidupan mereka. Sedangkan, program “Ruang Budaya” adalah program radio dengan tujuan mengangkat budaya-budaya lokal Halmahera seperti musik Yangere, Cakalela Halmahera dan berbagai kreasi budaya lainnya dengan tujuan untuk mencintai budaya yang memiliki dimensi universalitas. Di dalam budaya, orang tidak dapat dipisahkan, demikian

ungkapan Grace Siregar, seorang Seniman yang membawakan program ini pada tahun 2007. Di samping kedua program ini, ada pula program dialog interaktif dengan aparat keamanan untuk mengetahui kondisi keamanan di tengah masyarakat, dialog dengan pengungsi, dialog dengan Lembaga Swadaya masyarakat (NGO International). Semuanya menjadi bagian dari peran radio untuk perdamaian di Halmahera Utara.

Radio untuk keprihatinan masyarakat

Radio Suara Paksi Buana (SpB) didirikan pada tahun 1999 oleh Pastor Titus N. Rahail MSC (jr.). Pendirian Radio ini berangkat dari keprihatinannya sebagai seorang MSC yang

KUMANDANGKAN SUARA PERDAMAIANMembangun Perdamaian Melalui Radio

Page 7: Wkc januari 2014

SAJIAN UTAMA

WKC Januari 2014 | 7

pada saat itu menjadi Pastor Paroki Santa Maria Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, Propinsi Maluku Utara. Sebagai seorang MSC, ia tergerak dengan kondisi masyarakat yang berada dalam konflik. Masyarakat yang terpisah satu dengan yang lain serta kekerasan yang terus berkembang. Konflik telah melahirkan ribuan pengungsi yang hidup menderita di tempat-tempat pengungsian. Juga, konflik menyebabkan kaum muda sangat dekat dengan kekerasan dan tidak mampu menerima orang yang berbeda-beda dalam pergaulan mereka. Karena itu, sejak konflik terjadi di Maluku Utara, ia menawarkan kompleks Pastorannya dipakai oleh berbagai kalangan yang berbeda, yakni dari pihak muslim dan pihak Gereja Protestan. Bersama dengan Umat Katolik, ia menyelamatkan orang-orang muslim dan menampung mereka bersama-sama dengan kaum Protestan dalam kompleks Gereja Katolik. Para pengungsi ini bahkan tinggal di Kompleks Katolik sampai tahun 2005.

Di tengah Kondisi tersebut, P. Titus Rahail MSC (jr.) memutuskan untuk mendirikan sebuah Radio Siaran FM. Maksud pendiriannya adalah : menjadi sarana Hiburan bagi orang-orang muda dan masyarakat di tengah kondisi keamanan yang tidak kondusif, menyuarakan kepentingan masyarakat yang menjadi korban konflik, khususnya para pengungsi dan janda-janda serta anak-anak, dan menjadi media sosialisasi program dari pemerintah dan Non-Government Organization (NGO) bagi masyarakat. Peran yang dijalankan ini mendapat sambutan yang menggembirakan dari berbagai kalangan. Bahkan, sebagian kalangan mengalami bahwa Program Radio mampu mencairkan kondisi yang terjadi di tengah masyarakat.

Radio Banua Cordis FM Darit Kalimantan Barat didirikan pada tahun 2008 oleh P. Johanes Bosco Ngeljaratan MSC. Pendirian Radio ini berangkat dari

keprihatinannya terhadap kondisi masyarakat yang ada di Kecamatan Menyuke, Darit, Kalimantan Barat. Kondisi masyarakat yang memprihatinkan secara ekonomi, khususnya infrastruktur di tengah sumber daya alam yang melimpah sesungguhnya menjadi pertanyaan bagi MSC. Di samping itu, wilayah Dayak yang dilanda konflik etnis dengan Madura menjadikan wilayah ini sungguh membutuhkan dukungan dalam pengembangan. Karena itu, sebagai Imam MSC, P. Bosco memikirkan langkah konkrit untuk penyadaran masyarakat terhadap kenyataan yang mereka hadapi.

Bertolak dari kenyataan tersebut, P. Bosco bersama dengan Para konfrater MSC yang bekerja di paroki Darit memutuskan untuk mendirikan Radio FM. Belajar dari manfaat keberadaan Radio di Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, maka didirikanlah Radio Banua Cordis diatas Bukit Setolo, milik Tarekat Misionaris Hati Kudus. Berbagai program siaran ditata untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Kaum muda yang berasal dari Suku Dayak digerakkan dan diberdayakan untuk menjadi penyiar radio. Penyadaran kesehatan dan pemberdayaan ekonomi menjadi bagian yang konkrit dalam pengembangan karya MSC di daerah ini.

P. Patris Jeujanan MSC sedang mengudara di Radio Suara Paksi Buana Tobelo.

Page 8: Wkc januari 2014

SAJIAN UTAMA

8 | WKC Januari 2014

Radio Ureyana Cordis 107,7 FM didirikan tahun 2010 oleh P. Lambert Somar MSC untuk mengenang 100 Tahun MSC masuk di Kepulauan Yamdena, Maluku Tenggara Barat. Tahun 2011, Radio ini beroperasi dengan perlengkapan yang modern. Kehadiran Radio ini berangkat dari kesadaran akan kondisi masyarakat yang berada di dataran Yamdena dan Pulau-Pulau sekitarnya. Pada Zaman Belanda, dataran ini dinamakan “Forgotten Islands”. Hal ini berangkat dari kenyataan bahwa Pulau-Pulau ini jauh dari Ibu Kota Propinsi Maluku yakni Ambon. Bahkan, Pulau-pulau ini lebih dekat ke Australia. Letak geogragis yang jauh dari Ibu Kota dan juga kondisi pulau-pulau di daerah ini menyebabkan keterasingan informasi dari luar. Masyarakat sungguh mengalami keterlambatan terhadap informasi-informasi yang berkembang. Selain itu, kenyataan Pulau Yamdena yang penuh dengan berbagai jenis kayu dan hutan yang indah mulai mengalami kehancuran akibat penebangan yang liar dan membabi buta. Kenyataan-kenyataan ini menggerakkan Pastor Lambert Somar MSC, sebagai seorang misionaris yang berasal dari Tanimbar untuk mendirikan Radio dalam menyebarkan informasi untuk masyarakat serta memperjuangkan Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan. Hingga kini Radio

Ureyana Cordis telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam pembangunan masyarakat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Kerjasama Jaringan

Hingga akhir tahun 2013, para misionaris Hati Kudus Yesus memandang Radio sebagai media yang efektif dalam membangun perdamaian di tengah masyarakat. Karena itu, berbagai program perdamaian diciptakan dan disiarkan oleh Radio di daerah-daerah yang jauh dari akses sosial. Program-program yang dihasilkan sesungguhnya merupakan program kerjasama antara Para MSC dengan berbagai lembaga Sosial, NGO, Pemerintah dan Gereja Lokal. P. Leksi Sarkol MSC, pimpinan Radio Tobelo dalam temu karya MSC, 19-23 Agustus 2013 di Sentul mengungkapkan: “Kami bekerjasama dengan Pemerintah dan berbagai lembaga swadaya Lokal untuk menciptakan program dan menyuarkan kondisi yang terjadi di tengah masyarakat”. Hal ini menjadi bukti bahwa tugas perutusan untuk membangun budaya cinta menjadi tugas perutusan bersama untuk menciptakan dunia baru demi masa depan yang aman dan damai. Patris Jeujanan msc, Cordis Media Center Jakarta

Para penyiar handal MSC, P. Johanis Bosco Ngeljaratan MSC di Radio Banua Cordis, Darit, Kalimantan Barat (kiri) dan P. Jemmy Balubun MSC di Radio Ureyana Cordis di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat (kanan).

Page 9: Wkc januari 2014

SAJIAN UTAMA

WKC Januari 2014 | 9

BELAJAR SETIA PADA MEDIA UNTUK PERDAMAIAN

Akhir Juni 2003, saya menuju ke Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara,

Propinsi Maluku Utara. Saya tidak pernah membayangkan bahwa saya akan bekerja di Tabloid Bintang Laut Tobelo dan Radio Suara Paksi Buana 103,6 FM. Pikiran saya waktu itu hanya satu, yakni berobat agar menjadi imam yang sehat. Dengan berbagai cara, saya ditemani dan didukung oleh Pastor Titus N. Rahail MSC (jr.) untuk mengenal diri saya dan mengenal situasi di Tobelo dan Maluku Utara yang baru selesai konflik. Bunyi ledakan bom masih terdengar pada saat itu. Ada beberapa kondisi yang sempat memunculkan ketegangan di tengah masyarakat. Masih banyak pengungsi di tempat-tempat pengungsian. Kompleks Gereja Katolik Santa Maria Tobelo masih padat dengan pengungsi dari Galela, khususnya Desa Duma. Kondisi ini tidak asing bagi saya karena tahun 1999 – 2000, saya menjalani tahun pastoral di Pusat spiritualitas Gonzalo Veloso Karang Panjang

– Ambon, yang juga menjadi tempat pengungsian bagi sekitar 400 orang. Apalagi, Tobelo juga bukan tempat asing bagi saya karena saya lahir di Desa MKCM, Tobelo. Sebagai seorang frater tahun khusus, saya belajar untuk melayani sesuai dengan yang diharapkan oleh pendamping saya, yang pada saat itu merangkap sebagai Pastor Paroki Santa Maria Tobelo, Wakil Uskup Wilayah Maluku Utara dan Pastor Paroki Santo Willibrordus Ternate.

Tabloid Bintang Laut Tobelo : Corong awal Perdamaian

Tabloid Bintang Laut Tobelo adalah media pertama proses belajar menyuarakan keadilan dan perdamaian di tengah konflik. Tabloid ini didirikan oleh Pastor Titus Rahail MSC (jr.) sebagai bagian dari wujud keprihatinan terhadap kondisi kekerasan yang terjadi di masyarakat pasca-konflik sosial. Sebagai media publik pertama di

P. PATRISIUS JEUJANAN MSC :

Page 10: Wkc januari 2014

SAJIAN UTAMA

10 | WKC Januari 2014

Kabupaten Halmahera Utara, Tabloid Bintang Laut berjuang terus berada pada posisi netral-independen demi menyuarakan kepentingan pengungsi, kepentingan masyarakat dan berbagai elemen lainnya. Berbagai liputan ketidakadilan di masyarakat menjadi agenda media. Bahkan, agenda media tersebut mampu menciptakan dampak pada publik sehingga masyarakat dapat berbicara tentang permasalahan yang diangkat oleh Tabloid Bintang Laut. Walaupun media ini sungguh bermanfaat bagi masyarakat, namun keterbatasan Sumber Daya Manusia dan keterbatasan dana menyebabkan media tersebut ditutup.

Radio Suara Paksi Buana : Belajar Bekerja dalam Jaringan

Sesudah Tabloid Bintang Laut ditutup, langkah berikut adalah memberikan perhatian penuh untuk Radio sebagai suara perdamaian. Awalnya Radio SpB sebagai radio komunitas untuk orang muda dengan program khusus bagi orang muda, perkembangan selanjutnya radio menjadi agen perdamaian bagi masyarakat. Akhir tahun 2003, saya bekerjasama dengan teman-teman di Radio SpB untuk menata program bagi perdamaian. Visi dan misi dirumuskan untuk menjadi bagian dari upaya perdamaian. Pada awal tahun 2004, Radio SpB tampil dengan visi “The Voice of Peace”. Visi ini ternyata mendapatkan tanggapan yang positif dari Pemerintah, dan Non-goverment Organization (NGO) International. Beberapa Lembaga mulai membangun kerjasama pada tahun 2004 yakni World Vision International (WVI) dengan dialog interaktif serta program Jurnalis Cilik untuk perdamaian. Kemudian, Save the Children mulai

membangun kerjasama dengan Radio. Bahkan, kerjasama dengan United Nation Development Project (UNDP), yang kemudian mengirimkan 2 konsultan dan akhirnya Radio SpB mendapatkan bantuan perangkat dan pelatihan Sumber Daya Manusia dari International Media Support (IMS) Denmark. Berbagai kerjasama ini turut menciptakan kreativitas dari semua crew yang bekerja dalam Radio suara Paksi Buana. Berbagai pelatihan, magang dan Kursus sepanjang tahun 2004 – 2007 baik di Tobelo, Makasar, Jakarta menjadi kesempatan terindah untuk belajar broadcasting bagi perdamaian. Kami mulai menghasilkan program-program baru untuk perdamaian

diantaranya Youth For Peace, yang menjadikan orang muda sebagai agen perdamaian, program Ruang Budaya, yang mengangkat Budaya Lokal untuk perdamaian, dialog interaktif masalah-masalah sosial dan keamanan, yang mengangkat pergumulan yang terjadi di tengah masyarakat.

Program-program baru yang dihasilkan ini turut meningkatkan kepercayaan pendengar (masyarakat) terhadap Radio Suara Paksi Buana. Hal ini terbukti dengan banyaknya tawaran-tawaran kerjasama baik dari Pemerintah, Lembaga Keamanan (TNI dan Kepolisian) dan Dunia Usaha. Semua elemen masyarakat memanfaatkan media ini untuk melibatkan diri dalam perdamaian di tengah masyarakat. Mereka turut serta dalam mensponsori program-program kemanusiaan kepada masyarakat. Disamping itu, dunia usaha menjadikan radio SpB sebagai referensi yang mendukung marketing mereka. Tawaran kerjasama untuk perdamaian dan tawaran kerjasama untuk marketing berjalan bersamaan. Ternyata, dunia usahapun bisa digerakkan untuk terlibat serta dalam pelayanan masyarakat lewat Community Social Responsibility. Bersama dunia usaha, Radio SpB menyelenggarakan pameran kerajinan tangan untuk mempromosikan hasil kerja para janda dan kelompok-kelompok lain di masyarakat. Hal yang sama juga terjadi dalam bidang olahraga. Tahun 2007, Radio SpB bekerjasama dengan dunia usaha menggelar pertandingan Bola Volly tingkat kabupaten Halmahera Utara. Peristiwa ini menjadi bukti nyata, Suara Perdamaian menyentuh pada kebutuhan masyarakat demi perdamaian.

Ajang mencari bakat di antara anak muda dapat menjadi sarana pemberdayaan yang dapat mendukung program Youth for Peace.

Page 11: Wkc januari 2014

SAJIAN UTAMA

WKC Januari 2014 | 11

Dari Tobelo ke Saumlaki

Awal Januari 2010, Pastor Lambertus Somar MSC meminta saya untuk mengadakan perjalanan menuju ke Saumlaki, Maluku Tenggara Barat. Sesudah mengunjungi Saumlaki dan memberikan laporan tentang kondisi yang terjadi di sana, khususnya keterbatasan sarana informasi, maka beliau memutuskan untuk mendirikan sebuah Radio. Berbagai persiapan dilakukan untuk maksud tersebut. Sejak saat itu, ide kecil di Tobelo mulai berkembang menjadi proyek yang besar di Saumlaki, dengan sarana yang lengkap dan modern. Pelatihan Sumber Daya Manusia terus digalakkan bersama dengan Pastor Philips Seno Dewantoro MSC, yang bertugas di Saumlaki. Selain Radio, sarana lainnya termasuk rumah dan perlengkapan lain disiapkan untuk Saumlaki. Pada tahap ini, Pastor Lambert memiliki peran yang sangat besar.

Kehadiran Radio di Suamlaki membawa dampak yang cukup besar bagi masyarakat. Hingga kini, berdasarkan laporan dari Bapak Julius Kelbulan, masyarakat sungguh memanfaatkan radio ini untuk mendapatkan informasi dan hiburan serta kebutuhan rohani.

Pentingnya Komitmen

Pengalaman bekerja di Media untuk perdamaian menyadarkan saya akan pentingnya komitmen. Dengan latar belakang Teologi-Filsafat, saya diajak untuk belajar mengembangkan diri dalam bidang baru yang dipercayakan kepada saya. Awalnya memang berat, tetapi sesudah setahun, didukung dengan magang dan kursus yang dilakukan dalam jaringan kerja, saya akhirnya mendapatkan kepercayaan diri untuk bekerja pada media bagi perdamaian. Saya menemukan bahwa media yang kecil ini ternyata mampu mempengaruhi cara berpikir dan cara bertindak pendengarnya dan masyarakat. Bahkan, lewat media radio, tugas perutusan bisa menjangkau semua lapisan masyarakat, baik dari segi agama, suku, jenis pekerjaan dan usia. Semua kalangan mendapatkan tempat dalam program Radio. Saya menjumpai berbagai kalangan yang mengucapkan

terima kasih atas program-program radio yang membantu mereka untuk berubah. Kenyataan ini menjadi bukti bahwa Radio mampu mempengaruhi masyarakat.

Selain pertumbuhan dalam komitmen, bekerja pada Radio untuk perdamaian mengajak saya untuk memikirkan apa yang dibutuhkan oleh pendengar (masyarakat) dalam kehidupan harian mereka. Sesungguhnya, saya diajak untuk keluar dari diri dan bertanya : apa yang bisa saya lakukan untuk masyarakat ? Radio sebagai media untuk menyuarakan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Konsekuensi lanjut yakni keberanian untuk menanggung resiko dari pemberitaan media untuk perdamaian. Saya pernah mengalami bahwa akibat pemberitaan yang jujur, Radio pernah diancam untuk dibongkar. Pengalaman ini menyadarkan saya pula akan pentingnya kemampuan analisa dan keterbukaan untuk menerima resiko. Hingga kini, Radio untuk perdamaian masih menjadi hal baru bagi kebanyakan orang Indonesia. Walaupun demikian, Radio bagi perdamaian menjadi tawaran di tengah kondisi masyarakat yang rawan konflik. Semoga kita tetap mencintai perdamaian. Selamat Hari Perdamaian Dunia 1 Januari 2013.

Artis ibukota didatangkan untuk memberi dorongan kepada kaum muda setempat.

Page 12: Wkc januari 2014

SAJIAN UTAMA

12 | WKC Januari 2014

Persaudaraan Menurut Kitab Suci

Persaudaraan adalah kualitas manusia yang mendasar, sebab kita adalah makhluk relasional. Akan tetapi tidak berarti bahwa kita secara otomatis dapat bersaudara dengan siapa saja. Paus Benediktus XVI pernah berkata bahwa globalisasi membuat kita semua bertetangga, tetapi tidak membuat kita semua bersaudara. Persaudaraan sering kali diabaikan atau bahkan diinjak-injak atas pelbagai cara sepanjang sejarah dan bahkan pada masa kini.

Kitab Kejadian mengisahkan kepada kita, Adam dan Hawa mempunyai dua putera, Kain dan Habel. Kata Yunani “adelphos” berarti “datang atau berasal dari rahim yang sama.” Akan tetapi kenyataan bahwa

keduanya dilahirkan sebagai saudara kandung tidak secara otomatis membuat mereka berdua dapat hidup bersaudara.

Dosa pertama, dosa asal, menurut Kejadian, adalah ketidaktaatan Adam dan Hawa. Mereka berdosa dengan melanggar hubungan mereka dengan Allah Penciptanya, ketika mereka berusaha menempatkan diri di atas Allah. Dosa kedua adalah pelanggaran relasi Kain dengan Habel saudaranya. Karena iri hati, ia membunuh Habel. Dengan demikian, kejahatan pertama adalah pembunuhan saudara. Setiap tindakan mengambil kehidupan – entah itu disebut aborsi, pembunuhan, atau euthanasia; entah itu berupa kejahatan atau kelaparan atau perang;

Setiap tahun, kita memasuki tahun baru dengan Hari Perdamaian Sedunia. Untuk 1 Januari 2014, Paus Fransiskus memilih tema: Fraternity, The Foundation And Path-way to Peace, Persaudaraan, Fondasi dan Jalan Menuju Perdamaian. Apa saja isi pesan Paus Fransiskus untuk Hari Perdamaian Sedunia ke-47 ini? Berikut Pesan Paus Fransiskus yang telah diringkas oleh P. Joni Astanto MSC

PERSAUDARAAN, FONDASI DAN JALAN MENUJU PERDAMAIANPesan Paus Fransiksus untuk Hari Perdamaian Sedunia 1 Januari 2014

Page 13: Wkc januari 2014

WKC Januari 2014 | 13

SAJIAN UTAMAsemuanya dapat disebut pembunuhan saudara. Bagaimana kita tidak dapat menyadari bahwa kita adalah saudara dan saudari, sebab kita mempunyai Bapa yang sama? Bagaimana kita tidak mengerti bahwa Yesus Kristus, Putera Allah, adalah saudara kita? Dengan salib dan kebangkitan, Ia memulihkan umat manusia yang telah rusak dan terus-menerus menjanjikan keselamatan kepada setiap orang.

Allah menciptakan kita pria dan wanita, kita dipanggil untuk menjadi saudara dan saudari. Persaudaraan – saling memperlakukan sebagai saudara – adalah panggilan kita yang sejati. Memang, kita bebas, mau menerima atau menolaknya. Allah Pencipta kita dengan bebas menciptakan umat manusia dengan martabat yang setara, tetapi tidak sama. Kita masing-masing dikasihi-Nya secara penuh, tak kurang dan tak lebih, tapi tak terbatas, secara unik, dan tak bersyarat. Tapi si jahat menggoda kita untuk saling membeda-bedakan dan membanding-bandingkan. Ketika Kain menyadari bahwa Allah lebih mengindahkan persembahan Habel, kekecewaannya dicurahkan kepada adiknya, yang ia anggap sebagai saingan. Dengan demikian, bukannya ia membuka hati bagi Cinta Allah dan bersyukur kepada-Nya karena telah memberinya panenan, malahan ia membunuh adiknya, yang sejatinya tidak bersalah sama sekali.

Mengapa semangat persaudaraan sangat kurang dalam dunia kita sekarang? Sudahkah cinta diri membutakan kita dari persaudaraan? Apakah ketakutan dan kompetisi telah meracuni kita sehingga kita lupa akan martabat kita sebagai putera dan puteri Allah, dan dengan demikian kita adalah saudara dan saudari?

Persaudaraan Menurut Pesan Bapa Suci

Paus Fransiskus mengutip beberapa pendapat para pendahulunya untuk memperluas makna dan relevansi persaudaraan sebagai fondasi dan jalan menuju perdamaian.

Pertama-tama ia mengutip Paus Paulus VI yang menegaskan perkembangan integral: “Kita harus bekerja bersama dalam membangun masa depan umat manusia. Sedangkan Paus Yohanes Paulus II menyebut perdamaian sebagai kebaikan umum yang tak terpisahkan: entah itu untuk semua, atau bukan untuk siapapun. Damai hanya dapat dicapai bila seseorang menunjukkan solidaritas sebagai “suatu kepastian yang teguh dan gigih untuk memperjuangkan kebaikan umum.”

Paus Benediktus XVI menunjuk persaudaraan

sebagai prasyarat untuk melawan kemiskinan. Ensikliknya Caritas in Veritate mengingatkan dunia bahwa tiadanya persaudaraan antar manusia dan antara pria dan wanita yang menjadi penyebab kemiskinan. Kemiskinan relasi menimbulkan kekurangan bahan-bahan dasar pemenuhan kebutuhan hidup.

Kembali kepada awal tahun 2013, kita ingat sebuah peristiwa besejarah, ketika pada tanggal 11 Februari Benediktus XVI dengan berani memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai Paus. Keputusan ini memberi jalan bagi terpilihnya Kardinal Jorge Mario Bergoglio sebagai Uskup Roma dan pengganti Petrus. Sejak awal masa jabatannya, Paus baru ini membawa keterbukaan dan energi kreatif dalam jabatannya. Sungguh, ia telah menjadi personifikasi kebapaan dan persaudaraan – kebapaan dan persaudaraan bagi setiap orang dan bagi semua.

Tiga hari sesudah pemilihannya, ia menjelaskan pilihan nama Fransiskus: ketika ingat para miskin, saya ingat Fransiksus Asisi. Kemudian saya ingat peperangan di dunia ini…. Fransiskus juga seorang pembawa damai. Itulah sebabnya nama itu datang ke hati saya: Franiskus Asisi. Bagi saya, ia adalah orang yang menghayati kemiskinan, seorang pembawa damai, seorang pencinta dan pelindung ciptaan….

Dalam pesan pertama di Tahun Baru ini, Bapa suci berbicara tentang orang-orang miskin, perdamaian, dan ciptaan, dan menempatkan mereka dalam makna inklusif persaudaraan.

Bagian 5 dan 6 dari pesan-pesannya menyoroti masalah ekonomi sebagai penyembuh riil bagi kemiskinan. Kemitraan untuk mencapai kebaikan bersama harus menggantikan persaingan yang menempatkan setiap orang pada risiko. Relasi-relasi persaudaraan harus mendapatkan pernyataannya dalam keijakan-kebijakan sosial yang memfasilitasi akses, dalam gaya hidup yang lebih bersahaja dengan hanya mengkonsumsi apa yang perlu, dan pada level makro, “dalam waktu yang tepat memikirkan kembali model-model pertumbuhan ekonomi”.

Bagian 7 dan 8 membimbing kita untuk mengurangi dan memusnahkan segala macam peperangan, demikian juga korupsi dan kejahatan terorganisir. Persaudaraan mengatasi segala ketidakacuhan yang dengannya kita saksikan peperangan dari kejauhan yang aman saja. Persaudaraan juga mengatasi kecenderungan untuk membasmi musuh tanpa belaskasih. Persaudaraan mendorong kerja keras yang diperlukan untuk mencapai non-proliferasi dan pelucutan senjata,

Page 14: Wkc januari 2014

SAJIAN UTAMA

14 | WKC Januari 2014

termasuk senjata nuklir, senjata kimia, senjata-senjata konvensional dan tak berawak, serta senjata-senjata kecil. Dalam kehidupan sosial, persaudaraan memerangi korupsi, kejahatan terorganisir, perdagangan obat-obat terlarang; perbudakan, perdagangan manusia dan pelacuran; dan pelbagai bentuk perang ekonomi yang “menghancurkan kehidupan, keluarga dan usaha-usaha ekonomis.”

Bagian 9 mengingatkan kita akan kebutuhan mendesak untuk menjaga dan melestarikan alam sebagai rumah bumi kita dan sumber segala pemenuhan material baik untuk generasi sekarang maupun masa depan. Dalam roh persaudaraan, kita harus belajar untuk memperlakukan lingkungan kita sebagai anugerah Sang Pencipta, untuk dinikmati bersama, dengan penuh rasa syukur dan secara adil. Pertanian yang bertanggunjawab, bisnis yang menyelenggarakan distribusi yang tepat, serta mencegah sampah, adalah ekspresi-ekspresi persaudaraan dalam dunia kita sekarang.

Menerima Pesan Itu di Masa Kini

Beberapa waktu yang lalu Nelson Mandela yang kesohor itu menutup matanya, bergabung dengan para leluhurnya. Setelah dipenjara untuk

waktu yang panjang, Mandela mampu mengatasi godaan untuk membalas dendam. Ia keluar dari penjara bukan untuk membalas dendam tetapi untuk menggelorakan warta rekonsilasi. Untuk itu, kebenaran yang menyakitkan di masa lalu harus dibuka dan diterima. Hanya atas dasar kebenaran dan rekonsiliasi masyarakat Afrika Selatan dapat menggapai hidup yang lebih baik. Tak seorangpun boleh menganggap remeh, betapa besar iman, betapa besar keberanian, dan betapa besar semangat yang dihidupi oleh Mandela untuk menerapkan kebijaksanaan yang ia pelajari dalam penjara. Dengan kepemimpinan dan keteladanannya, Nelson Mandela menggerakkan pertobatan hati…menjauhkan mereka dari pembunuhan saudara-saudari……..

Pertobatan pikiran dan hatilah yang kita cari saat ini. Perintah Tuhan amat sederhana: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi,” (Yoh 13: 34). Persaudaraan perlu ditemukan kembali, dialami, diwartakan, dan dibuktikan dengan kasih. Kasih yang dicurahkan sebagai anugerah, Kasih Allah itu memampukan kita untuk menerima persaudaraan dan menyatakannya secara lebih penuh.

Page 15: Wkc januari 2014

SPIRITUALITAS

WKC Januari 2014 | 15

Menurut pendapat saya, perutusan kita mulai dari sana. Pertama-tama kita harus mengenali diri kita masing-masing dan komunitas kita, apakah kita sudah memenuhi kehendak Allah bagi kita sendiri dan sesama. Bagaimana caranya? Dengan kesetiaan kita kepada janji-janji baptis kita dan pada rencana Allah bagi kita dalam menggunakan segala karunia yang kita terima bagi pelayanan kita terhadap komunitas. Ketaatan kepada Allah adalah dasar bagi pembinaan para misionaris. Ketaatan itu tidak hanya terbatas pada kata-kata dan maksud-maksud baik kita, namun di dalamnya kita mennyatakan komitmen kita sebagai awam dan misionaris Hati Kudus, untuk memenuhi komitmen itu dan membaharuinya. Kita sendiri harus beranjak dari relgiositas yang pasif dan terasing menuju pada pengalaman hidup yang aktif dan transformatif. Demikian juga kita harus membawa

sesama kepada pengalaman yang sama. Inilah aktivitas yang diminta oleh Yesus pada komunitas-komunitas awam. Dengan cara itu kita harus menghadapi tantangan-tantangan dan mengatasi rintangan-rintangan yang menghalangi perutusan kita.

Untuk mencapai hal itu kita harus mengangkat kembali kesadaran kita akan perutusan kita, yakni menjadi agen perubahan yang bertanggungjawab baik di dalam Gereja maupun di luarnya. Bagaimana kita akan mengubah sesuatu jika kita sendiri tidak menyadari peran kita? Kita mesti bertanya, awam macam apakah kita ini, dan seperti apakah mentalitas kita? Kita perlu mengakuinya dengan jujur dan mengubah apa yang perlu diubah. Kesabaran dan kesetiaan kita kepada Allah akan menguatkan keyakinan kita. Percaya bahwa Ia memahami kita,

Awam adalah bagian yang integral dari Keluarga Chevalier. Pater Jules Chevalier menghendaki kepenuhan perutusan dinyatakan dalam sebuah proyek global bersama dengan para religius pria dan wanita, para imam diosesan dan umat awam. Ia secara khusus ingin memiliki sebuah asosiasi umat awam yang secara dekat bersatu dalam spiritualitas dan perutusan, dengan anggota-anggota yang mengikrarkan kaul-kaul (Konstitusi 1877). Sebagai usaha untuk semakin mendorong perkembangan partisipasi awam dalam Keluarga Chevalier, secara bersambung akan dimuat tulisan-tulisan mengenai Awam Keluarga Chevalier. Di bagian pertama ini ditampilkan tulisan Norma Campos Salgado dari Komunitas Bunda Hati Kudus, Pro-Provinsi Rio de Janeiro, Brasil, yang berjudul THE LAY MISSIONARIES OF THE CHEVALIER FAMILY IN THE CHURCH OF TODAY.

MISIONARIS AWAM KELUARGA CHEVALIER DALAM GEREJA MASA KINI (2)

Page 16: Wkc januari 2014

SPIRITUALITAS

16 | WKC Januari 2014

kita akan memiliki peluang untuk melihat kembali keputusan kita dan diterima dalam belas kasih-Nya. Kita dapat bertanya kepada diri kita seperti diusulkan oleh Renold Blank (Blank.R., 2007: Sheep or Protagonist? The Church and a new autonomy of the laity in 21st.Century.Sao Paulo, SP Paulus).

Apakah kita:

• Kawanan domba – yang ingin tinggal tetap – merasa aman, taat, mempertahankan dikotomi “klerus – awam”, takut pada struktur-struktur baru dan tidak mau menerima tanggungjawab, menolak kesetaraan dan mengembalikannya kepada tradisi dan kuasa hirarki?

• Konsumen – yang menganggap dirinya merdeka tetapi hanya sekadar menerima penghiburan rohani (menjadi penikmat saja).

• Bebas – mereka yang adalah pria dan wanita post-modern. Mereka ini tidak lagi mau menerima “pemeliharaan” Gereja institusional. Termasuk di sini adalah mereka yang mengundurkan diri, yang kehilangan harapan terhadap mekanisme kuasa paternalistik Gereja dan diam-diam mengundurkan diri entah sebagai “pemberontak” atau meninggalkan Gereja karena pengalaman-pengalaman negatif mereka.

Saya termasuk di kategori yang mana? Atau saya saya sedikit termasuk dalam kategori yang satu dan sedikit termasuk dalam kategori yang lain?

Kesulitan dan Hambatan bagi Peran Utama Awam

Strutktur tertutup kuasa hierarki yang masih ada hingga saat ini adalah salah satu hambatan terbesar bagi peran utama Awam. Kuasa ini sudah berabad-abad berperan bagi munculnya dan permanennya dua ”kelas” dalam Gereja, yakni hirarki dan awam. Bahkan kita yang sudah didampingi oleh saudara-saudara kita yang tertahbis dengan pandangan yang terbuka dan memperingan beban kita, masih sering kali merasa belum sepenuhnya bebas dalam melaksanakan pelayanan untuk menyatakan perutusan kita, walau kita harus mengatakan bahwa kita sudah sangat terbantu. Ada rasa terhibur tersendiri ketika kita mengetahui bahwa para religius dalam keluarga kita ini, entah tertahbis atau tidak, hidup dalam communio dan persaudaraan yang menunjuk pada Gereja di mana kata kuncinya adalah pelayanan dan bukan kekuasaan. Ini akan menjadi Gereja masa depan di mana martabat dan nilai setiap karisma akan diperlakukan dalam perspektif

pelayanan Kerajaan Allah.Bagi kita sendiri, lebih sering kita dikenal dengan

sektor-sektor yang berbeda-beda dan sebagai komunitas secara umum karena partisipasi kita dalam liturgi, baptis, yayasan-yayasan sosial, katekese dan pelayan-pelayan awam, daripada sebagai misionaris awam Keluarga Chevalier dalam pelayanan kita dalam komunitas. Di manakah identitas kita? Jika kita adalah komunitas kecil dalam komunitas yang lebih besar yakni Gereja, dan orang yang hidup bersama dengan kita tidak tersentuh keinginan mereka untuk mengenal spiritualitas kita melalui cara kita menghidupinya, maka kita perlu merenungkan perjalanan kita dan mengubahnya. Jika perutusan kita adalah berusaha agar Hati Kudus Yesus semakin dikenal dan dicintai dan itu tidak terjadi dalam orang-orang di sekitar kita, yakni di paroki-paroki kita, maka kita harus punya keberanian untuk mengakui bahwa sesuatu harus dilakukan untuk mencapai cita-cita kita. Kesulitan-kesulitan lain biasanya berasal dari sini.

Karena kita mencintai Gereja dan percaya bahwa ia mampu memperbaharui diri sendiri, karena Roh Kudus berkarya dalam dirinya, kita berharap sambil berkarya bahwa ia akan tetap hidup, setia dan terpercaya, agar ia mampu memajukan koresponsibilitas awam yang matang dalam misi mewartakan dan menyatakan Kerajaan Allah.

Sebagai pribadi-pribadi dengan identitas Kristiani yang menanggapi panggilan Hati Kudus Yesus, sebagai Awam Keluarga Chevalier, kita harus dapat, di mana saja dan di setiap waktu, memelihara nilai-nilai yang mengarahkan hidup kita dan melahirkan harapan, kita harus memelihara dan menempatkan komitmen etis kita di atas kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok, kita harus memelihara api batin kontemplasi kita agar tak pernah padam. Itu berarti bahwa kita mengalami Allah di mana saja dan memberi tempat kepada-Nya agar senantiasa lahir di hati kita (Boff,L, 1999: To be able to protect – the ethics of the human – compassion for the earth. Petrópolis RJ. Vozes.).

Atas cara itu kita dapat berkata: di mana saja ada Awam Misionaris Hati Kudus yang dibina dengan baik, aktif berperan-serta, jelas dalam perannya sebagai pelaku utama Evangelisasi, di sanalah Kristus dinyatakan, dikenal dan dikasihi (Rossi, 2008: Missionary work of Laymen and Women. Faith and Social Commitment. MSC Annals (10). Sao Paulo).

Page 17: Wkc januari 2014

SPIRITUALITAS

WKC Januari 2014 | 17

Retret ini diikuti oleh 13 suster yakni Sr Gabriella, PBHK, Sr Regina PBHK, Sr Yohanna PBHK, Sr Anastasia PBHK, Sr Antoneta PBHK, Sr Mechtidis PBHK, Sr Martina PBHK, Sr Emerensiana PBHK, Sr Stefani PBHK, Sr Yustin PBHK, Sr Mery PBHK, Sr Marsella PBHK dan satu suster yunior Sr Mathilda PBHK

Retret dibuka dengan Misa Hari Minggu pk. 06.30 WIB di kapel biara dipimpin oleh Pastor Wensy. Pada hari pertama ini P. Wensy mengajak kami merenungkan tema: Hidup bahagia sebagai murid-murid Kristus. Tema tersebut direnungkan melalui pertanyaan: apakah arti hidup bahagia dan apakah sesungguhnya “kebagahagian” itu? Melalui refleksi dalam keheningan dan sharing dalam kelompok kami sadar bahwa kebahagiaan itu adalah berkat dan rahmat yang Tuhan berikan. Kami berusaha membagikan berkat itu kepada

orang lain yang ada di sekitar kami antara lain melalui kehadiran, entah dalam misa lingkungan, pendalaman iman, atau kunjungan umat dan pertemuan-pertemuan lainnya. Di situlah nampak kebahagiaan dan persaudaraan baik dalam hidup berkomunitas maupun di luar komunitas, sehingga orang lain bisa merasakan kebahagiaan itu.

Kebahagiaan itu tidak terletak pada banyaknya harta benda, uang, emas, berlian, kekuasaan dan kenikmatan yang diperoleh di dunia ini, tetapi kebahagiaan itu adalah suatu keadaan atau suatu perasaan senang, sejahtera dan tentram dalam hidup bebas dari segala yang menyusahkan lahir dan batin. Kami diajak untuk melihat realitas hidup baik dalam biara dan di luar biara terutama melihat diri kami masing-masing dan merefleksikan perubahan-perubahan baik dalam Gereja

HIDUP BAHAGIASEBAGAI MURID-MURID KRISTUS

Retret Tahunan Para Suster Lansia PBHK dilaksanakan di Provinsialat PBHK-Komunitas Kramat, Jakarta-Pusat tanggal 24-30 November 2013. Retret dibimbing oleh Pastor Apolonius Wensy Wowor, MSC.

Para peserta retret bersama dengan P. Apolonius Wensy Wowor MSC

Page 18: Wkc januari 2014

SPIRITUALITAS

18 | WKC Januari 2014

dan perubahan-perubahan dunia saat ini, serta melihat apa tantanggan-tantanggan untuk Gereja, Tarekat dan dunia. Kami juga menemukan kesulitan-kesulitan dalam diri, serta Perubahan Fisik dan Mental dengan bercermin

pada kata-kata St. Paulus: ”Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu,” (1 Kor 13: 11).

Saya secara pribadi bersyukur karena saya diberi kesempatan untuk retret bersama dengan suster-suster “Sepuh” (lansia) di Komunitas Kramat dan menimba pengalaman dari para suster lewat sharing-sharing mereka. Di dalam sharing kelompok ada salah satu suster membagikan pengalaman hidupnya dan menyadari bahwa fisik dan mental/psikisnya mulai menurun dan tubuhnya tidak kuat lagi seperti yang dulu. Warna rambut berubah, gigi mulai tanggal, mata kabur, tubuh tidak sekuat dulu, pendengaran mulai berkurang, kulit mulai keriput, daya ingat menurun, pencernaan terganggu, suara berubah. Salah seorang suster mengistilahkan dirinya mengalami 7B yaitu: Bingung, Blawur, Budeg, Beguk, Bungkuk, Buyuten,

dan Beser [bingung, mata kabur, tuli, gagap, bongkok, gemetaran, tak bisa mengontrol buang air kecil]. Walau demikian masih banyak yang menjadi “ULAMA”: Usia Lanjut Masih Aktif dalam pelbagai bidang kehidupan

Siap menjadi Hosti yang dipecah-pecahkan dan dibagi

Retret Para Suster PBHK Daerah Jawa pada tahun 2013 ini dibagi menjadi 3 gelombang. Gelombang

pertama diadakan pada tanggal 22-29 November diikuti oleh 40 suster baik Senior, Medior, Yunior. Gelombang kedua diadakan pada tanggal 29 November – 6 Desember diikuti oleh 37 suster baik Senior, medior dan Yunior. Retret tersebut diadakan di Parakan yang didampingi oleh Romo A. Marga Murwanto MSF. Sedangkan bagi para suster yang tidak bisa mengikuti retret di Parakan diberi kesempatan untuk retret di Kramat Jakarta pada tanggal 24 – 30 November 2013 dengan pembimbing retret Pastor Wensy Wowor MSC dengan peserta 13 suster.

Pada hari pertama retret, Romo Marga mengungkapkan bahwa retret ini merupakan retret

lanjutan dari retret tahun lalu. Romo Marga mengajak agar Roh Kudus sendiri yang akan membimbing Para suster. Biasanya kesulitan banyak kali timbul kalau kita tidak mau menemui dan menghadapi saudara-saudari sekomunitas. Tanda awal krisis panggilan kalau orang juga tidak lagi berada di tengah komunitas tapi di pinggir komunitas. Maka beliau mengajak peserta retret untuk tinggal dan memandang wajah Allah atau wajah Kristus. “Dalam retret ini kita akan bersama menambatkan diri pada Kristus,” katanya.

Di hari kedua kami diajak untuk merenungkan dan merefleksikan agar memiliki hati emas, berlian dan hati seperti Kristus. Kepala bisa bentrok, kaki dan tangan bisa saling bentrok, tapi hati harus tetap satu. “Tinggalah bersama kami karena hari telah senja,”

RETRET PARA SUSTER PBHK DAERAH JAWA

Page 19: Wkc januari 2014

SPIRITUALITAS

WKC Januari 2014 | 19

dan pelayanan.Para suster juga mensharingkan perasaan takut,

cemas serta gelisah dalam menanggapi perubahan-perubahan yang mereka alami di saat usia lanjut, kekuatiran karena membayangkan bahwa pada usia lanjut mereka akan bergantung kepada orang lain. Namun mereka juga berani dan terbuka untuk menerima perubahan usia sambil bersyukur atas pencapaian dan keberhasilan hidup. Berhasil melewati pelbagai tantangan hidup dengan perjuangan yang tidak ringan, tidak peduli dengan perubahan usia, tetap optimis menyosong hari-hari esok, dan mampu menata hidup dengan lebih baik lagi dengan rajin berdoa khususnya bagi perkembangan Tarekat dan bagi para suster yang masih muda.

Menjadi Hosti Yang Siap Di Bagi

Pengalaman iman dari menjalani retret selama 7 hari bersama para suster sepuh, mendorong saya untuk merenungkan dan melihat kembali perjalanan hidup saya baik dalam hidup berkomunitas maupun tugas perutusan. Saya temukan bahwa menjadi hosti yang siap di bagi merupakan buah perjalanan saya sebagai seorang suster. Tuhan sendirilah yang telah membuka mata saya bahwa setiap kejadian dan pengalaman sehari-hari adalah hadiah yang terindah dalam hidup ini. Tentu buah-buah tersebut didapat melalui pengolahan diri atas apa yang saya alami dan kemudian saya persembahkan kepada Tuhan. Saya semakin menyadari bahwa panggilan hidup itu merupakan

anugerah Tuhan yang siap saya bagikan kepada sesama dan untuk itu saya rela memberikan diri saya seutuhnya bagi karya pelayanan maupun diutus dimana saja. Dalam permenungan selama masa retret saya dibantu untuk diam sejenak dari kesibukan-kesibukan dalam tugas.

Saat ini saya bertugas di Pastoran Unio Indonesia. Saya berusaha untuk menerima tugas ini dengan berani mengatakan “Ya saya siap”. Tugas ini adalah hadiah dari Tuhan sendiri. Saya juga sadar bahwa kemampuan saya terbatas dalam menjalankan tugas ini, tetapi saya yakin bahwa Yesus selalu membantu saya. Di sinilah saya berusaha membagikan waktu saya dalam kebersamaan dan kehadiran dalam komunitas dan tempat tugas. Hidup bahagia sebagai murid-murid Yesus ternyata tidak mudah dijalani. Namun Tuhan sendiri bersabda, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikulah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan tenang, sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan” (Mat. 11: 28-30).

Untuk mengasihi sesama dan menerima tugas, pertama-tama saya harus siap sedia untuk dikasihi oleh Tuhan. Siap sedia berarti siap membuka hati untuk menampung hujan kasih Yesus. Kasih Yesus itu akan selalu dibaharui ketika saya bagikan kepada sesama melalui kegembiraan dan senyuman kepada orang lain. “Barang siapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah Kasih” Sr. M. Editha Meluk PBHK

kata para murid dalam perjalanan ke Emaus. Yesus hadir bukan jadi orang asing, namun Ia hadir berbagi memecahkan roti. Kami diajak untuk berbulat hati masuk dalam retret dan mulai merumuskan apa yang dirindukan dari masing-masing peserta retret serta melihat kembali tindak lanjut dari program retret tahun lalu. Apa yang terjadi dan apa yang kuperjuangkan setahun ini? Romo Marga menegaskan bahwa retret adalah bagian integral dari on going formation. Sebagai buah retret, perubahan sedikit demi sedikit saja, apalagi kalau berubah secara mendasar dan radikal, menjadi berkat.

Setelah masing-masing merumuskan apa yang menjadi kerinduan selama retret ini, kami memasuki hari ketiga dan keempat, dimana kami diajak untuk

berkontemplasi tentang salib, menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa Deus omnia in Omnibus. Allah menjadi segala-galanya bagiku. Setelah menyadari dan mensyukuri bahwa Allah menjadi segala-galanya bagi tiap-tiap pribadi kami dihantar untuk semakin masuk dalam diri sendiri merenungkan persembahan janda miskin (Lukas 21:1-4), dengan berbagi kami juga menerima. Menerima perutusan berarti sebagai pribadi bersedia menerima tugas perutusan, selebihnya Tuhan akan bekerja dan berkarya. Apapun yang ditugaskan selalu diterima dengan kerelaan hati karena keyakinan bahwa Tuhan akan menolong. Kita patut bersyukur karena sebagai orang terpanggil kita telah diterima dan didukung oleh komunitas, ada tiga komunitas yaitu: Kongregasi, Provinsi dan Komunitas Lokal. Sejak profesi

RETRET PARA SUSTER PBHK DAERAH JAWA

Page 20: Wkc januari 2014

SPIRITUALITAS

pertama dan kaul kekal, kita telah menerima medali dan cincin yang adalah lambang kesetiaan Allah. Kita patut membalas dengan cinta dan kesetiaan pula. Kalau kita setia maka kita mendapat mahkota kemuliaan (1 Petrus 5: 4). Syaratnya: menang dalam pertandingan dengan menjadi teladan. Kerasulan kita yang paling sulit adalah hidup yang dapat dipercaya dan diteladan.

Memasuki hari kelima dan keenam, kami diajak untuk memasuki kontemplasi padang gurun, pergumulan, pergulatan, perjuangan. Kami masing-masing bergumul, bergulat dan berjuang. Kami merenungkan pertanyaan kapan iblis datang lagi? Dan saat apa iblis datang? (Lukas 4:13). Kami juga diajak untuk membuat fantasi cacat ganda. Fantasi yang dibuat secara pribadi kemudian dibagikan dan disharingkan baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar bersama Pastor Margo. Kami menyadari bahwa dalam fantasi cacat ganda ini timbul 2 reaksi yaitu reaksi sesaat dan alternatif baru. Reaksi sesaat adalah emosi, kecenderungan bawah sadar, titik lemah. Dari reaksi ini kami diajak untuk mensyukuri reaksi-reaksi tersebut dan perlu rendah hati untuk mengaku seperti Paulus (2 Kor 12:7-10). Reaksi alternatif baru/hidup baru muncul dari titik lemah yang ada namun tidak melemahkan saya. Setelah menyadari dua reaksi ini, selama satu hari penuh dari pukul 07.15 WIB – 17.00 WIB kami diberi kesempatan untuk adorasi.

Masing-masing kelompok mendapat jadwal Adorasi selama kurang lebih 1 jam 15 menit. Dalam adorasi ini kami memandang , mendengarkan Yesus dengan mata hati, telinga hati, iman, kasih. Spiritualitas hati nampak kalau kita berhati emas, berlian. Banyak masalah terjadi karena kita tidak melihat dengan mata hati, iman dan kasih. Maka dalam hal ini perlu mempertebal persaudaraan.

Pada hari ketujuh kami diberi kesempatan untuk membuat program hidup untuk jangka pendek dan jangka panjang, menerima sakramen Pengakuan dosa, dan mempersiapkan ekspresi dalam kelompok untuk dipersembahkan pada misa penutupan. Syukur dan kegembiraan kami selama berlibur dalam retret tahunan ini sungguh menjadi hadiah luar biasa dari Tuhan. Sebagai ungkapan rasa syukur dan tanda kesetiaan dalam panggilan dan tugas perutusan, maka pada Perayaan Ekaristi Penutupan kami mengadakan pembaruan kaul untuk semua peserta retret. Semoga program-program yang telah kami temukan sungguh dapat kami hidupi dan laksanakan dalam kehidupan nyata. Sr. Eva PBHK

20 | WKC Januari 2014

Para peserta retret berfoto bersama dengan pembimbing retret, Romo Dr. A. Marga Murwanto MSF.

Page 21: Wkc januari 2014

ANTAR KITA

WKC Januari 2014 | 21

Hari AIDS Sedunia atau World AIDS Day yang diperingati setiap tanggal 1 Desember, pertama

kali digagas oleh James W. Bunn dan Thomas Netter, dua orang pegawai bagian informasi masyarakat untuk program AIDS Global di Badan Kesehatan Dunia (WHO). Ide ini kemudian diterima oleh direktur program AIDS Global (sekarang dikenal sebagai UNAIDS), Dr. Jonathan Mann, sehingga sejak tahun 1988 setiap tanggal 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia.

Tujuan peringatan hari AIDS Sedunia ialah untuk meningkatkan kesadaran akan wabah AIDS yang disebabkan oleh penyebaran HIV yang semakin memprihatinkan. Data-data yang ada menunjukkan bahwa secara global terjadi peningkatan penyebaran HIV. Di seluruh dunia setiap hari lebih dari 7000 orang terinfeksi HIV. Menurut data dari Kemenkes RI Tahun 2013, di Indonesia, sejak tahun 1987 sampai Juni 2013 sudah terdeteksi 108.600 kasus HIV, 43.667 kasus AIDS dan 8.340 kasus kematian karena HIV/AIDS. Sementara diduga masih banyak kasus HIV/AIDS yang belum terdeteksi oleh pusat pendataan. Masyarakat sesungguhnya hidup dalam bayang-bayang HIV/AIDS. Dahulu HIV/AIDS hanya masalah perkotaan, khususnya kota-kota pelabuhan tetapi kini sudah menyebar sampai ke pelosok-pelosok.

Yayasan Kasih Mulia melihat HIV/AIDS sebagai isu yang sangat serius, mengancam kehidupan manusia sehingga memerlukan kesadaran bersama untuk menanggulangi dan menghadapinya. Karena itu melalui Pusat Rehabilitasi Ketergantungan Terhadap Narkoba, Kedhaton Parahita, setiap tahun Yayasan Kasih Mulia menggemakan Peringatan Hari AIDS Sedunia dengan berbagai kegiatan. Peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2013 yang mengangkat tema dari WHO: “Getting To Zero: Zero Discrimination” digemakan dengan 3 kegiatan utama.

8th Sport Competition, merupakan serangkaian kompetisi olah raga (futsal, basket dan badminton) yang diadakan sejak pada bulan Oktober sampai November 2013 dan melibatkan rehabilitasi-rehabilitasi yang ada di Dejabotabek, beberapa sekolah menengah dan organisasi keagamaan seperti Orang Muda Katolik dari paroki-paroki. Dengan kegiatan ini, diharapkan agar masyarakat dapat menjunjung tinggi dan memelihara gaya hidup sehat melalui olah raga dan berbagai kegiatan positif lainnya. Dengan gaya hidup sehat, masyarakat dapat menghadapi masalah wabah HIV/AIDS. Dengan gaya hidup sehat pula, para penderita HIV/AIDS dapat memelihara hidupnya dan tetap beraktivitas serta berprestasi seperti orang-orang lain.

PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA DI KEDHATON PARAHITA

Page 22: Wkc januari 2014

ANTAR KITA

22 | WKC Januari 2014

Kegiatan lain adalah Lomba Menggambar, yang diadakan dalam kerja sama dengan SD Mardi Yuana, Bogor. Lomba menggambar yang diadakan pada tanggal 9 November 2013 di kompleks SD Mardi Yuana Bogor ini diikuti oleh 60-an pelajar sekolah dasar utusan dari sekolah-sekolah di Jakarta, Bogor dan sekitarnya. Sebelum diadakan lomba, dr. Felisianus Adventus C.E.Z. memberikan edukasi tentang HIV/AIDS kepada para peserta dan para pendamping. Dengan adanya lomba menggambar diharapkan ada proses edukasi tentang penularan HIV/AIDS sehingga masyarakat tidak mendiskriminasi para ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), juga sebagai sarana untuk menanamkan kesadaran akan wabah HIV/AIDS sejak dini.

Candle Light Memorial, merupakan puncak peringatan Hari AIDS Sedunia, yang diadakan di Sport Hall Kedhaton Parahita pada tanggal 30 November 2013. Malam Peringatan Hari AIDS Sedunia ini dihadiri oleh para undangan mewakili berbagai instansi pemerintah dan swasta dan dimeriahkan dengan berbagai acara. Siluet Dance dari Sahabat Rekan Sebaya yang menggambarkan sikap diskriminatif yang mematikan sebaliknya sikap bersahabat, kasih dan penerimaan yang menguatkan para penderita HIV/AIDS menjadi pengantar penyalaan Lilin WAD. Tak kalah menarik, residen Kedhaton Parahita mencoba menggambarkan indahnya sebuah harmoni melalui Thousand Hands.

Dalam sambutannya, Rm. Lambertus Somar, MSC sebagai Ketua Yayasan Kasih Mulia mengajak para hadirin untuk merenungkan sejenak para korban HIV/AIDS teristimewa mereka yang sudah meninggal dunia. Kehidupan mereka sungguh menjadi berkat bagi semua orang, karena dari penderitaan mereka banyak orang belajar sehingga tidak jatuh pada penderitaan yang sama. Penderitaan mereka memberkati banyak orang. Rm. Lembertus Somar, MSC kemudian mengajak semua hadirin untuk berdoa bagi keselamaatan jiwa mereka yang sudah meninggal karena HIV/AIDS, mereka yang masih hidup dan berjuang dan berdoa untuk agar masyarakat dapat menghadapi masalah wabah HIV/AIDS bersama-sama. Th. La Edi MSC

Penyerahan hadiah untuk para peserta lomba menggambar.

Lomba-lomba olah raga yang diselenggarakan melibatkan masyarakat sekitar.

Candle light memorial yang merupakan puncak perayaan.

Page 23: Wkc januari 2014

ANTAR KITA

WKC Januari 2014 | 23

Bertempat di Kapel Provinsialat MSC Jakarta, pada hari Jumat, 6 Desember 2013, 6 konfrater mensyukuri

perjalanan hidup membiara sebagai MSC. Mereka adalah P. Benedictus Estephanus Untu MSC, P. Herman Yosephus Wiryodikoro Pratiknyo MSC, P. Stefanus Sumpana MSC, P. Fransiscus Xaverius Swi Baktata MSC, P. Theodorus Yuliono Prasetyo Adi MSC, P. Theodorus Rumondor MSC. Mereka mensyukuri rahmat ini dalam Perayaan Ekaristi bersama dengan para konfrater MSC di Rumah Induk dan beberapa sahabat serta kenalan. Perayaan ini dilakukan dalam misa syukur sederhana. Menurut P. Rolly Untu MSC, “pertemuan ini terjadi sesudah 35 tahun. Sebelumnya tidak ada pertemuan yang demikian. Karena itu, pertemuan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk perjumpaan dan sharing satu sama lain. Lagi pula tidak tahu apa yang akan terjadi pada saat yang akan datang. Karena itu, pantas bersyukur atas penyerahan diri ini dan Tuhan memilih menjadi misionaris Hati Kudus Yesus.

Dalam kesempatan tersebut, para MSC yang merayakan perayaan syukur ini mengungkapkan bahwa mereka dikuatkan dengan persaudaraan sebagai seorang MSC. Romo Pratiknyo mengungkapkan bahwa persaudaraanlah yang menguatkan dia untuk terus bertahan sebagai seorang MSC. Hal yang sama diungkapkan oleh Romo Sumpana. Menurutnya, yang kini menjadi Direktur Pusat Spiritualitas Anggrunggondok Jawa Tengah, “Persaudaraan MSC yang dikembangkan memotivasi untuk terus maju dan bertahan dalam kebersamaan sebagai seorang Misionaris Hati Kudus. Bahkan lebih lanjut, menurutnya “Saya bertahan karena Tuhan yang setia memberikan kesempatan kepada saya untuk terus melayani”. Romo Yuliono, yang kini adalah Vikjen Keuskupan Banjarmasin mengungkapkan bahwa ia tidak kecewa menjadi MSC. Ia merasa senang dan bersyukur. Ia percaya bahwa

kalau Tuhan mau memakainya maka pasti rencana Tuhan terjadi. Pengalaman selama 22 tahun di Papua, menguatkannya untuk terus setia karena dibutuhkan oleh Tuhan. Ia akan bertanya: apakah saya bermanfaat di daerah itu? Ia percaya bahwa Yesus mengantar untuk berbuat sesuatu.

Pada kesempatan yang sama, Pastor Theo Rumondor mensharingkan perjalanan angkatan ini. Menurutnya angkatan ini masuk novisiat berjumlah 14 novis, dan profesi sebanyak 13 orang dan hanya 1 mengundurkan diri. Kenyataan ini menunjukkan bahwa mereka sungguh kompak. Mereka kompak dalam saling “bakugara” dan dengan kekhasannya mereka saling mengingatkan satu dengan yang lain. Karena itu, menurut Pastor Theo, yang kini bertugas sebagai Pastor Rekan di Paroki Stella Maris Pluit, Keuskupan Agung Jakarta, ia bangga dan berterima kasih kepada teman-teman yang dengan kekhasan memberi dukungan. Semangat yang dibina sejak dari Novisiat hingga Skolastikat, membantunya dan mendukung satu sama lain apalagi di saat-saat krisis, saling mengingatkan untuk melanjutkan panggilan dan tugas pelayanan di tengah-tengah umat.

Kesadaran akan pentingnya hidup persaudaraan diungkapkan pula oleh Romo Swibaktata MSC, yang kini bekerja di Pusat Pengobatan Radiesthesis Romo Loogman Purworejo. Menurutnya, ia bersyukur menjadi Misionaris Hati Kudus. Ia sungguh mengalami, di saat krisis betapa besar persaudaraan MSC. Hal ini menjadi kekuatan untuk membangun persaudaraan dengan umat. Apalagi, pengalaman berada di Komunitas Internasional (Australia, Filipina) menunjukkan bahwa persaudaraan MSC sungguh sangat menguatkan. Dalam refleksinya sebagai imam, Romo Swi mengungkapkan bahwa ia sungguh-sungguh dipakai oleh Tuhan untuk menyalurkan berkatnya dalam penyembuhan. Inilah anugerah yang terbesar sebagai MSC. Patris MSC

35 TAHUN MEMBIARA“Bersyukur bahwa Tuhan memilih dan mempertemukan dengan Teman-teman seangkatan”

Page 24: Wkc januari 2014

Bertempat di Rumah Retret BHK Parakan pada tanggal 14-21 November 2013, Para Suster PBHK

Provinsi Indonesia mengadakan Pertemuan Dewan Pimpinan Lengkap dan Komisi karya yang dihadiri oleh 37 suster. Pertemuan dibuka secara resmi pada tanggal 14 November oleh Sr. M. Immaculae PBHK Sebagai Provinsial. Dalam sambutannya, Suster Immaculae menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas kesiapsediaan para suster berkenan hadir dalam rapat ini. Rapat DPL ini adalah pertemuan bagi kita semua yang diserahi tugas menjadi pelayan bagi kongregasi. DPL diikuti oleh DPP, DPD, Para Pembina dan Komisi-komisi yang ada dalam Provinsi (Karya Melembaga, Karya Non melembaga, Pembinaan, Pengelolaan Harta Benda). Adapun maksud dan tujuan DPL adalah untuk mengevaluasi kehidupan kita, menyusun kebijakan-kebijakan dan kesepakatan – kesepakatan sejauh dianggap perlu atau berguna bagi perkembangan pelayanan kita.” Melalui Pertemuan ini kita akan berbagi, berunding, berdiskusi, berefleksi saling mendengarkan satu sama lain demi kemajuan dan perkembangan Provinsi, sekaligus mencermati

persoalan-persoalan, dan keprihatinan keprihatinan yang ada sehingga kita bisa membuat suatu penegasan bersama. Kita juga turut bersyukur karena telah mendapat berita dari Generalat bahwa Konstitusi kita yang baru telah disetujui oleh vatikan tertanggal 2 Oktober 2013.

Setelah kata sambutan pembukaan, Pertemuan dilanjutkan dengan sosialisasi Pertemuan APA (Asia Pasific dan Australia) yang disampaikan oleh Sr. Immaculae dan Sosialisasi Ametur Indonesia oleh Sr. Evarina. Dalam pertemuan APA ini sangat ditekankan adanya suatu kebutuhan akan adanya kerjasama/berkolaborasi. Hasil yang sangat mencolok dari pertemuan APA adalah terbentuknya komite Eksekutif yang akan bertanggungjawab untuk membentuk Tim Pembinaan regional. Tim ini akan berkonsultasi dengan tiga Generalat menyangkut keanggotaannya. Anggota Tim akan diangkat oleh Pemimpin Umum masing-masing Kongregasi. Bagi Provinsi Indonesia, bentuk kerjasama ini sebenarnya sudah mulai terjalin, salah satunya adalah keberadaan Tim Ametur Indonesia yang sudah dimulai sejak tahun 2009. Dimana Tim Ametur

ANTAR KITA

24 | WKC Januari 2014

PERTEMUAN DEWAN PIMPINAN LENGKAP DAN KOMISIPARA SUSTER PBHK PROVINSI INDONESIA

Para peserta Pertemuan Dewan Provinsi Lengkap dan Komisi PBHK Provinsi Indonesia. Pertemuan berlangsung di Rumah Rertret BHK Parakan, Jawa Tengah, 14 - 21 November 2013.

Page 25: Wkc januari 2014

ANTAR KITA

WKC Januari 2014 | 25

Indonesia terdiri dari MSC, PBHK, Frater BHK, Suster TMM dan Awam Keluarga Chevalier. Keberadaan Tim Ametur Indonesia diharapkan dapat dirasakan oleh semua anggota dan siapa saja yang dilayani. Syukur bahwa Tim Ametur Indonesia meski mempunyai tugas yang rangkap tapi tetap rela hati dan siap melayani dengan sepenuh hati dengan mengadakan berbagai macam lokakarya Spiritualitas Hati.

Pada tanggal 15 – 17 November para suster disegarkan dengan masukan mengenai hidup berkaul dizaman ini yang diberikan oleh Pastor Paul Suparno SJ. Inti Kaul secara menyeluruh adalah penyerahan diri penuh kepada Tuhan, untuk digabungkan dalam karya keselamatanNya. Dasarnya adalah Cinta Tuhan, Supaya hidup berkaul selamat, apakah saya semakin sadar dan menyadari bahwa Tuhan makin mencintai saya secara konkrid. Bentuk formal dalam penyerahan diri tersebut adalah dengan hidup berkaul yang terdiri dari:• Kaul Keperawanan : Kita menyatukan diri penuh pada

Yesus, sehingga tidak mau melakukan perkawinan. Kaul Keperawanan demi Kerajaan Allah.

• Kemiskinan: Yesus adalah satu-satunya yang bernilai. Maka yang lain tidak penting lagi. Hidup sederhana seperti orang biasa,kerja keras. Kemiskinan sikap batin: percaya pada penyelenggaraan Ilahi

• Ketaatan: Kehendak Allah adalah utama, dan kehendak kita tidak. Maka mendahulukan kehendak Allah. Kita masing-masing harus punya kehendak, kita punya pikiran, hati dan kehendak. Meskipuan kita punya kehendak tapi kita tetap mendahulukan Yesus dan Kongregasi. Ketaatan yang bisa dijadikan contoh adalah ketaatan Yesus dan Bunda Maria. Selalu mencari dan melaksanakan kehendak Allah Bapa.

Ketiga kaul saling mempengaruhi . Bila salah satu lemah akan pengaruhi yang lain. Maka perlu dihayati secara bersama, serempak, sebagai kesatuan. Roh jahat mengganggu kita lewat kelemahan masing-masing.

Ketiga kaul dihayati dalam komunitas hidup bersama. Artinya keinginan kita untuk mengikuti Yesus secara penuh kita umumkan dalam komunitas gereja, komunitas, maka komunitas menjadi unsur utama dalam penghayatan kaul. Penting untuk memajukan hidup bersama.

Landasan hidup berkomunitas adalah:• Sama-sama dipanggil Tuhan ( Markus 3: 13-19) Yesus

begitu bebas memanggil orang untuk dikumpulkan dalam kongregasi. Biarlah Yesus bebas memilih orang untuk masuk dalam kongregasi. Panggilan kita disatukan oleh Yesus yang sama dan bukan oleh karakter/bakat kita.

• Sama-sama bersatu dengan Yesus ( Yoh 15: 1-8 ).

• Kesatuan dalam Perbedaan ( 1 Kor 12: 1-31). Meskipun kita berbeda tapi dipersatukan dengan Yesus, kita ingin bekerjasama membangun persaudaraan dan mau bekerjasama. Dalam hidup bersama dibutuhkan cinta yang besar. Kita disatukan bukan karena kesamaan tapi karena Yesus sendiri.

Penghayatan Hidup Berkomunitas

Hidup berkomunitas kita hayati dengan semangat:• Saling melayani, berkorban, berbagi. Cinta berarti

saling bekerjasama satu sama lain, dibutuhkan kepekaan untuk saling berbagi.

• Saling memperhatikan, mengembangkan, meneguhkan, menghargai.

• Menghargai perbedaan. Dosa besar dalam hidup berkomunitas bahwa saya secara sadar dan tidak sadar kalau memaksa orang lain harus seperti saya. Menuntut orang lain harus seperti saya.Dengan menghargai perbedaan kita juga promosi panggilan. Semangat sama bukan membuat saya menjadi pribadi yang sama. Semangat kongregasi menyatukan perbedaan yang ada. Perbedaan yang ada disatukan oleh semangat yang sama. Jangan mengira bahwa kita ini yang paling hebat.

• Kesatuan dalam Yesus Kristus sampai akhir hayat.Keinginan kita untuk membangun kesatuan dengan Yesus secara terus menerus.Dalam perjuangan panggilan hidup membiara perlu

adanya pembaruan/pertobatan diri terus menerus karena kita akan dihadapkan pada tantangan zaman, krisis panggilan. Betapa pentingnya adanya olah rohani dan sikap rendah hati mau belajar dan berproses diri.

Setelah disegarkan oleh masukan dari Pastor Paul pada tanggal 18 – 20 November pertemuan dilanjutkan dengan laporan dan sharing dari masing masing komisi dalam provinsi yang terdiri dari( komisi Pembinaan, Komisi Karya melembaga, Komisi karya Non melembaga, Komisi Pengelolaan harta benda, Dewan Pimpinan daerah Papua, Ambon, Jawa). Hari-hari yang penuh rahmat ini selalu diisi dengan sikap saling berbagi, mendengarkan, berefleksi dan berdiskusi bersama mengenahi perkembangan dan segala keprihatinan yang dihadapi oleh masing-masing komisi. Betapa banyak anugerah Tuhan yang dilimpahkan selama ini sehingga dari masing-masing anggota komisi menyadari bahwa sebagai satu Provinsi semua berjalan bersama, bersatu hati untuk terus melangkah maju, meski banyak tantangan dan kusulitan yang dihadapi. Dari pertemuan-pertemuan ini masing-masing komisi membuat program yang akan dijalankan bersama demi meningkatkan mutu pelayanan sebagai PBHK dimasa-masa mendatang. Sr. Eva PBHK.

Page 26: Wkc januari 2014

ANTAR KITA

Misa syukur atas 40 tahun hidup membiara P. Aloysius Y. Sukirdi MSC, P. Firmus Batyol MSC, P.Aloysius Lerebulan MSC dan P.Robertus Marwata Martasiswaya MSC diselenggarakan di Gereja St.Yohanes Rasul, Kutoarjo, Selasa 3 Desember 2013 yang lalu. Misa di mulai tepat pukul 17.00 WIB, dengan perarakan para petugas liturgi dan para imam serta para Yubilaris. Misa dipimpin oleh P. Tarsisius Siswanto MSC, Pemimpin Daerah MSC Jawa Tengah-Kalimantan Selatan, didampingi oleh para Yubilaris, pastor paroki dan para imam yang hadir. Perayaan ini dihadiri oleh 17 orang imam sekitar 700 orang umat.

Dalam Homili singkatnya P. Sumarwata MSC mengungkapkan bahwa kita diajak oleh Yesus sendiri untuk saling mengasihi sebagaimana Bapa telah mengasihi

Dia. Untuk dapat saling mengasihi maka hendaknya kita tinggal dalam kasih-Nya, kasih Yesus Kristus, agar kita bisa merasakan dan mengalami kasih Allah sendiri. Kemudian beliau mensharingkan sedikit riwayat panggilannya. Beliau sangat bersyukur bahwa Tuhan telah memanggilnya menjadi biarawan dan imam sampai saat ini. Dalam hidup dan panggilannya beliau merasakan dipanggil sebagai seorang hamba, maka beliau tidak mempunyai ambisi untuk menjadi pemimpin. Mengikuti teladan St. Ignatius, biarlah segalanya demi kemulian Tuhan, Ad Maiorem Dei Gloriam, dan mengikuti St.Yohanes Pemandi, biarlah Dia semakin besar dan aku semakin kecil. Kemudian P. Aloysius Lerebulan menambahkan dalam sharingnya bahwa sampai saat ini dia sungguh bersyukur

sebagai seorang biarawan msc dan bangga menjalani panggilan sebagai MSC. Ia tak pernah kecewa karena menjadi MSC. Spiritualitas MSC memperkaya hidup dan pelayanannya. P. Firmus MSC dalam sharingnya mengakui bahwa hidunya sebagai biarawan MSC selama 40 tahun belum apa-apa bila dibandingkan dengan St. Fransiskus Xaverius yang juga dirayakan pestanya pada hari itu sebagai seorang misionaris, meninggalkan negerinya dan mewartakan kasih Allah kepada orang-orang di Asia. Ia mengajak umat yang hadir untuk menimba semangat misioner seperti santo Fransiskus Xaverius yang tak henti-hentinya mewartakan kabar sukacita sampai pada akhir hidupnya. P. Aloysius Sukirdi MSC juga menambahkan bahwa saat untuk berkumpul dan

26 | WKC Januari 2014

PANCA WINDU HIDUP MEMBIARAAda banyak alasan bagi kita untuk selalu mengucap syukur kepada Tuhan. Namun secara khusus para Misionaris Hati Kudus ini yang telah menghayati hidup sebagai biarawan MSC selama 40 tahun.

Page 27: Wkc januari 2014

ANTAR KITAbersyukur bersama seperti ini sudah lama mereka rindukan dan baru terlaksana sekarang. Hal ini sungguh menggembirakan bagi mereka. Sebab sesudah perayaan ini tidak ada yang tahu apakah mereka masih bisa berkumpul dan merayakan pesta 50 tahun, mengingat faktor usia, kesehatan dan tugas yang berjauhan. Tapi mereka tetap berharap. Beliau juga mengucap terima kasih kepada siapa saja yang telah mendukung hidup dan karyanya dan memohon maaf apabila ada banyak kekurangan dalam hidup dan pelayanannya.

Dalam sambutan, P. Siswanto MSC mengungkapkan keunikan para Yubilaris dalam hidup dan panggilannya. Pertama P. Sukirdi MSC, sebagai MSC selama ini hanya berkarya di Keuskupan Purwokerto, dan belum pernah di keuskupan lain, pernah magang di Jakarta ketika liburan tetapi tidak cocok dan kembali lagi ke Keuskupan Purwokerto. Selama melayani umat beliau selalu naik kendaraan roda doa atau sepeda motor. Namun sekarang tidak

boleh lagi karena faktor usia, sehingga kemana-mana harus diantar-jemput. Walau demikian, ia tetap semangat dalam melayani. Berbeda dengan P. Sukirdi, P.Firmus adalah biarawan MSC yang sudah menjadi misionaris yang pernah keliling dari keuskupan yang satu ke keuskupan yang lain. Tugas pertama di Keuskupan Amboina, setelah itu ke Keuskupan Agung Jakarta, lalu ke keuskupan Agung Merauke. Dari Keuskupan Agung Merauke ke keuskupan Manado. Dan sekarang beliau berkarya di Keuskupan Purwokerto tepatnya di Paroki St.Perawan Maria Purworejo. Sedangkan P. Aloysius Lerebulan sebagai biarawan MSC malang melintang di dunia pendidikan dan pembinaan. Mulai dari Seminari Menengah Langgur, lalu akhirnya menjadi staf Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng (STF-SP) sampai sekarang. P. Sumarwata MSC dikatakan oleh beliau adalah orang yang paling miskin, dalam hal pastoral paroki sebab sejak frater sudah menjadi asisten dosen dan akhirnya menjadi dosen Kitab Suci di STF-SP.

Bahkan tugas terakhir yang akan dijalani adalah sebagai juru arsip di Generalat MSC di Roma. Jadi beliau akan banyak menghadapi dokumen-dokumen yang ada. Namun beliau sudah memperkaya pengetahuan dan hidup banyak imam MSC muda yang pernah mengecap pengajarannya selama belajar di STF-SP dengan pengetahuan tentang Kitab Suci, baik Kitab Perjanjian Lama maupun Kitab Perjanjian Baru. Di akhir sambutannya P. Siswanto MSC mengucapkan banyak terima kasih kepada semua saja yang telah mendukung hidup dan karya para yubilaris selama ini. Terutama kepada Panitia yang telah mengusahakan terselenggaranya pesta 40 tahun hidup membiara ini, serta pastor paroki Kutoarjo.

Setelah Misa diselenggarakan acara ramah tamah dan makan bersama bagi para undangan dan para Yubilaris. Proficiat kepada para Yubilaris. Kiranya Tuhan memberkati hidup dan karya anda sekalian di masa yang akan datang. P. Antonius Dwi Rahadi MSC

WKC Januari 2014 | 27

Para yubilaris: Rm. R. Sumarwata MSC, Rm. Aloysius Sukirdi MSC, Rm. Aloysius Lerebulan MSC, Rm. Firmus Baltyol MSC.

Page 28: Wkc januari 2014

ANTAR KITA

28 | WKC Januari 2014

Pekan Prestasi ke-9 SMPK Frateran Celaket 21 Malang merupakan kegiatan rutin yang digelar setiap tahun,

dan ini adalah tahun yang ke-9. Dalam Pekan Celaket 21 Prestasi ke -9 salah satu jenis kegiatan akademik yang menjadi kegiatan utama adalah Try Out Prestasi Tingkat Sekolah Dasar Se-Malang Raya secara gratis. Sedangkan kegiatan Pekan Celaket 21 prestasi dibidang non akademik yaitu perlombakan turnament basket antar Sekolah Dasar Se-kota Malang Raya yang baru berjalan selama 4 tahun secara berturut turut. Walaupun kompetisi bola basket ini baru berjalan 4 tahun namun jenis olah raga yang satu ini menjadi moment penting yang paling ditunggu tunggu oleh siswa siswi tingkat Sekolah Dasar yang berbakat dibidang basket. Turnament Basket merupakan program tahunan SMPK Frateran Celaket 21 Malang yang sudah menjadi icon sekolah sebagai bentuk penghargaan terhadap siswa siswi Sekolah Dasar yang memiliki kemampuan dibidang basket. Turnament Bansket merupakan salah satu bidang olahraga yang bergengsi di tanah air saat ini. Oleh karena itu SMPK Frateran Celaket 21 Malang konsisten dalam 4 tahun terakhir ini untuk mengadakan kegiatan ini dengan tujuan membina bakat dan kreativitas siswa dalam bidang olah raga basket, mena-namkan budaya kompetisi dalam menghadapi era

globalisasi, menjalin rasa persaudaraan antar Sekolah Dasar Se-Malang Raya serta memperkenalkan SMPK Frateran Celaket 21 Malang kepada Masyarakat luas.

Selain basket yang diperlombakan dalam pekan celaket 21 prestasi, ada beberapa jenis kegiatan non akademik yang diperlombakan dalam event ini yaitu melukis, mewarnai, aksi lingkungan hidup, Tembang Dolanan, strory telling, tari kreasi, mengarang, PBB dan pramuka. Semua jenis kegiatan perlombaan ini selain program sekolah juga dalam rangka memperingati 65 tahun SMPK Frateran Celaket 21 Malang. Jumlah peserta yang berkompetisi dalam pekan celaket 21 prestasi kali ini, mencapai 18 Tim untuk turnament basket, 183 peserta lomba menggambar dan 120 peserta lomba mewarnai terdiri dari SD Negeri dan SD swasta Se-Malang Raya.

Pembukaan Pekan Celaket 21 Prestasi dimeriahkan dengan Tarian kreasi baru yang merupakan perpaduan antara tarian tradisional dan tarian modern, paduan suara serta berbagai atraksi dan kreatifitas lain dari siswa siswa SMPK Celaket 21 sebagai simbol penyambutan para peserta lomba yang berkompetisi dalam pekana celaket 21 tersebut. Hari pertama pembukaan Pekan celaket 21 prestasi , digelar pertandingan basket babak pengisian oleh 4 tim yaitu SDK Mardi Wiyata I vs MIN

PEKAN PRESTASI KE - 9 DAN 65 TAHUN SMPK FRATERAN CELAKET 21 MALANG TAHUN 2013

Page 29: Wkc januari 2014

ANTAR KITA

WKC Januari 2014 | 29

Malang I B yang dimenangkan oleh SDK Mardi Wiyata I Malang dengan skor 35-15, SD Sri Wedari vs Mardi Wiyata 2 dimenangkan oleh SDK Mardi Wiyata 2 dengan skor 12-41, SD Santo Yusuf B 3 vs SD MIN I C dengan skor 30-12 dan SD Bunulrejo vs SD Laboratorium dengan skor 33-1 dimenangkan oleh SD Bunulrejo. Pada hari yang sama lomba mewarna dan melukis dilangsungkan sekaligus penentuan pemenang dan pemberian hadia. Pemenang lomba menggambar, juara I di raih oleh SD Al-Maarif I atas nama Ana Imroatus, Juara II di raih oleh Widi Putri dari SDN Sukun 3 dan juara 3 diraih oleh Raidah Zarfa dari SDN Kauman 2 sedangkan juara I lomba mewarnai diraih oleh Kaila dari SD Muhamadiyah I, juara 2 di raih oleh Fauzan Yusup asal SD Muhamadiyah 9 dan juara 3 oleh Jova asal SD Bandungrejosari.

Pada hari kedua, perhelatan turnamen basket Pekan Celaket 21 semakin seru, dan karena pertandingan basket ini menggunakan sistem gugur, menuntut setiap tim untuk mengatur strategi dan trik bermain semaksimal mungkin untuk memenangi pertandingan tersebut. Pertandingan pada hari kedua menampilkan 3 tim yang bersaing untuk masuk putaran ke dua yaitu SD Santo Yusuf 3 vs SD Karang Besuki dengan skor 10-25, SD MIN Malang I vs SD Kartika IV-7A dengan skor 72-2, dan SD Bareng 3 vs SD Kartika IV -7B . Hari ketiga perlombaan bola basket di Pekan Celaket 21 Prestasi semakin panas. Setiap tim yang berlaga terus menunjukan kemampuan untuk lolos ke babak selanjutnya yaitu babak 6 besar dalam babak pengisian. Enam tim yang berlaga dalam enam besar termasuk tim tim yang termotivasi untuk mendapat gelar juara pada Pekan Celaket 21 Prestasi tahun ini. Setiap tim mempunyai ambisi untuk juara namun dilain sisi mereka harus bersikap sportif yang tinggi untuk menerima kemenangan atau kekalahan. Itulah yang ditunjukan beberapa tim saat bertanding. Tim SD Claris Flame harus mengakui ketangguhan tim SDK Santa Maria 2 setelah kalah dengan skor 6 – 25, demikian juga SDN Bareng 3-A harus tunduk pada Tim SDN Karang Bezuki dengan skor 8 – 22, Tim SDN Bunulrejo berhadapan dengan SDN Bareng 3 dengan hasil akhir dimenangkan oleh SDN Bunulrejo dengan skor 25 – 4.

Hari keempat mempertemukan 8 tim untuk memperebutkan tiket ke simi final. Dua perhelatan ini menyajikan pertandingan yang berbeda dengan yang sebelumnya. 8 Tim yang berlaga dalam pertandingan ini menunjukan kualitas permainana masing masing demi tiket munuju perempat final. Dalam laga ini Tim MIN I A melawan Tim SDN Karang Bezuki dengan kemenangan telak, MIN I A dengan skor 49-7, SDK Santo Yusuf B berhadapan dengan SDN Bunulrejo

dengan hasil akhir dimenangkan oleh SDK Santo Yusuf dengan skor 15-24. Adapun 4 sekolah yang memperebutkan tiket ke semi final yaitu Tim SDN Bunulrejo 5 vs Tim SDK Mardi Wiyata 1 dan Tim SDK Mardi Wiyata 2 vs SDK Santa Maria 2. Perebutan tiket menuju semi final turnamen basket Ball Celaket 21 Prestasi berlangsung sengit. SD Mardi Wiyata 2 berhadapan dengan SDK Santa Maria 2 memberikan tontonan yang menarik. Para sporter dan penonton sorak sorai meramaikan susana pertandingan tersebut. Hasil akhir dari pertandingan ini Tim SDK Santa Maria 2 di taklukan oleh SDK Mardi Wiyata 2 dengan skor 24 – 21. Dalam laga ini juga Tim SDK Mardi Wiyata 1 sukses meraih tiket ke semi final setelah menaklukan Tim SDN Bunulrejo dengan skor 29-20. Dalam laga semi final yang di gelar hari ke -6, Tim MIN I A berhasil melaju ke Babak Final setelah mengalahkan SDK Mardi Wiyata 1 dengan skor 35-12. Sedangkan Tim SDK Mardi wiyata 2 berhasil mengalahkan TIM SDK Santo Yusuf dengan skor 28-24. Dengan demikian untuk memperebutkan juara I dalam final hari ke-7, Tim MIN I A yang dikenal sebagai Tim jawara berhadapan dengan Tim SDK Mardi Wiyata 2 yang pernah mengalami kekalahan dari MIN I A pada pertandingan tahun sebelumnya. Sebagai Tim juara bertahan MIN I A suskses mempertahankan gelarnya sebagai Tim Juara empat tahun berturut turut. Artinya Tim ini tak pernah kalah selama bergulirnya turnament basket SMPK Frateran Celaket 21 Malang yang digelar sejak empat tahun silam. Skor kemenangan 25-11 atas SDK Mardi Wiyata 2 menjadi poin akhir setelah bunyi ploit tanda berakhirnya pertandingan. Selain berebut juara pertama, pada saat yang sama digelar pertandingan final untuk memperebutkan juara 3 pada pekan Celaket 21 Prestasi yaitu Tim SDK Mardi Wiyata 1 berhadapan dengan Tim SDK Santo Yusuf 3. Dalam pertandingan ini SDK Santo Yusuf berhasil menduduki posisi ke tiga dengan skor 35-28 atas Tim SDK Mardi Wiyata I.

Dengan melihat kelincahan, skill dan pola permainan setiap Tim sejak babak pengisian hingga babak final untuk tingkat Sekolah Dasar menunjukan perkembangan dan kemajuan yang sangat bagus dan cukup seru untuk ditonton, oleh karena itu diharapkan kegiatan pekan Celaket -21 yang telah digelar 4 tahun secara berturut turut ini dapat menjadi wadah pengembangan bakat siswa di bidang olahraga basket dan dapat memberikan motivasi bagi siswa siswi sekolah Dasar untuk terus berlatih sehingga menjadi pemain yang handal dan profesional. Fr. Faustinus BHK.

Page 30: Wkc januari 2014

ANTAR KITA

30 | WKC Januari 2014

Para guru SDK Mardi Wiyata berfoto bersama pembimbing rekoleksi, Rm. Ari Wijaya, setelah rekoleksi.

Diwarnai suasana gembira dan dalam kebersamaan para guru SMPK Frateran Celaket 21 dan SDK Mardi

Wiyata mengadakan rekoleksi Advent di akhir pekan Masa Advent pertama pada hari Sabtu 07 Desember 2013. Rekoleksi ini dilaksanakan juga dalam rangka memperingati pesta pelindung sekolah SMPK Frateran dan SDK Mardi Wiyata 1 yakni; Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, dengan satu spirit yang sama yakni; “SpiritualitasHati Bagi Pendidik”. Yang lebih ditekankan penghayatan dalam rekoleksi tersebut adalah panggilan sebagai pendidik yang dijiwai semangat spiritualitas hati.

Dalam sapaan hatinya diawal kegiatan rekoleksi, kepala sekolah SDK Mardi Wiyata 1, Bpk. Agus, mengajak para guru untuk meneladani sosok Bunda Maria yang bersahaja yakni mengambil bagian, duduk, dan mendengarkan.

Dalam kegiatan pembinaan rohani ini hadir pula Fr.M.Vinsen, BHK sebagai kepala Sub Perwakilan Malang. Harapannya semoga kegiatan seperti ini dapat menyatukan kedua sekolah sebagai wujud persaudaraan dan kebersamaan dalam satu atap pengabdian. Rm. Ari Wijaya sebagai pembimbing dengan antusias bersama peserta dari awal sampai akhir kegiatan ini. Semoga dengan mengolah hati; peserta dapat melepaskan diri dari topeng-topengnya. Para pendidik juga diharapkan mampu mengubah api menjadi bunga dalam pelayanan pendidikan untuk anak didik di sekolah. Para pendidk juga diharapkan mampu membangun komunikasi yang optimal dalam pelayanan sebagai seorang pendidik dan pembina disekolah. Dengan komunikasi verbal, visual dan vocal secara efektif para pendidik akan mampu menguatkan dan

mempengaruhi. Sebagai seorang pendidik hendaknya mereka mampu menguatkan peserta didik, mampu mempengaruhi peserta didik, dan melayani peserta didik secara efektif. Penyebab gagalnya pelayanan dan komunikasi yakni, sikap kemarahan (anger), kesedihan (sadness) dan rasa takut (fear) harus dihindari. Para pendidik ini diharapkan menjadikan sekolah mereka sekolah unggulan dalam berbagai macam hal, baik dalam penampilan, pelayanan maupun prestasi.

Dengan kegiatan yang sudah diprogramkan sekolah ini terpenuhilah kerinduan dan kehausan para guru. Dengan mendapatkan air yang menyegarkan dan semangat baru ini peserta diharapkan dapat melayani anak didik di sekolah, melayani guru dan melayani sekolah dengan antusias. Inilah harapan dari Bpk. Kepala Sekolah SMPK Frateran Celaket 21, Bpk.Markus Basuki, dalam wawan hati diacara penutup rekoleksi ini. Fr. Kardinus BHK.

SPIRITUALITAS HATI BAGI PENDIDIK

Para Guru SMPK Frateran Celaket 21

Page 31: Wkc januari 2014

ANTAR KITA

WKC Januari 2014 | 31

Tanggal 8 Desember, Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa, merupakan hari yang istimewa

bagi Tarekat Maria Mediatrix (TMM). Tanggal tersebut ditetapkan menjadi hari Pemakaian Busana Biara, Pengikraran Kaul dan Pembaharuan Kaul-Kaul Suci. Pesta Pemakaian Busana Biara dan Pesta Pengikraran Kaul merupakan sebuah penghayatan iman bagi setiap suster yang mengimani dan mendalami figur Bunda Maria sebagai figur yang sudah disiapkan Allah untuk mengandung Yesus Sang Juruselamat. Para suster, saat menerima busana kebiaraan, mengikrarkan dan membaharui kaul-kaul, diharapkan dapat seperti Maria, menghayati bahwa Allah juga merencanakan dan memilih setiap suster sebagai utusan untuk mewartakan karya keselamatan bagi orang lain. Dengan demikian para suster diteguhkan untuk tetap setia pada panggilan suci yang dihidupinya.

Karena Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa tahun ini jatuh pada hari Minggu, pembaharuan kaul-kaul dalam Tarekat Maria Mediatrix, khususnya di wilayah Jawa, dilaksanakan pada tanggal 7 Desember 2013. Perayaan dilaksanakan di Susteran TMM St. Paula Setia Kawan. Mereka yang membaharui kaul-kaul kebiaraan adalah Sr Chresentia Batmomolin TMM dan Sr Yolanda Resilay TMM. Mereka membaharui kaul-kaul

kebiaraan untuk 3 tahun. Pembaharuan kaul didahului dengan Triduum yang dibimbing oleh P. Petrus Joseph Budi Santoso MSC. Dalam triduum mereka diajak untuk mengalami secara dekat kasih setia Allah yang begitu besar. Ia telah mengaruniakan kepada kedua suster rahmat-Nya sehingga dalam siatuasi apapun mereka tetap teguh dalam panggilan.

Misa Pembaharuan Kaul dipimpin oleh P. Stanislaus Kuway MSC. Dalam homilinya, P. Stan mengajak kedua suster yang membaharui kaul beserta semua hadirin untuk semakin meneladan Maria yang rela dan sadar menerima tawaran Allah untuk menjadi Ibu Sang Juruselamat, membuka jalan perdamaian dan keselamatan untuk dunia. Setiap suster diharapkan untuk rela dan sadar menerima panggilan Allah dan menjalaninya.”Berikanlah secara cuma-cuma seperti anda telah menerimanya dengan cuma-cuma,” tegas P. Stan. Artinya setiap tugas pertusuan yang diembankan kepada setiap suster hendaknya dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, sesuai dengan karunia-karunia yang telah diterima. Semoga kasih karunia Allah yang telah diterima dengan gembira hati memampukan kita untuk setia selalu pada Dia yang telah lebih dahulu dan selalu mengasihi kita. Para Suster TMM Komuntias Setia Kawan.

DIRENCANAKAN DAN DIPILIH SEBAGAI UTUSAN

Page 32: Wkc januari 2014

JPIC

32 | WKC Januari 2014

Matohale, Potret suram Anim Ha

Almarhum Mgr. Hermanus Tillemans MSC, Uskup Agung Merauke pertama, menggemakan lagi nada

pesimisme itu dari tempat tidurnya saat-saat menjelang kematiannya tahun 1975. Uskup Tillemans berujar, “orang Marind akan menjadi orang asing di tanah Marind dan perlahan-lahan akan punah.”

Tahun 2010, Pemerintah Indonesia mencanangkan program Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) di Merauke. Seorang kepala desa bernama

Leo melihat program MIFEE itu sebagai tiq anim atau yang dalam Bahasa Marind artinya sebuah wabah besar yang akan memusnakan sukunya. Wabah ini mengingatkan kita akan wabah dasyat flu-Spanyol yang merenggut belasan ribu nyawa orang Marind di awal abad 20 di mana Pastor Petrus Vertenten MSC menyerukan berita itu ke dunia luar hingga mendapat tanggapan pemerintah pusat di tahun 1921. Itulah tig anim pertama. Masuknya proyek MIFEE dipandang Leo sebagai tig anim kedua. Leo bersama kawan-

“According to our British ideas this social revolution should have been the end of the Marind-anim: we should expect them to lose all interest in life and simply disappear.” Demikian bunyi laporan tahunan Gubernur Jenderal Inggris untuk Teritori Papua yang berkedudukan di Port Moresby, Sir Hubbert Murray tentang Papua, pada thn 1930, (Annual Report of Papua 1930/31).

KAMI BOSAN HIDUP MISKIN!UPAYA MENGHENTIKAN MARGINALISASI ORANG MARIND

Niko Kahol bersama kerabatnya di kampung Woboyu, Distrik Tubang. Tanah, hutan, air dan isinya adalah surga kami.

Page 33: Wkc januari 2014

JPICkawannya berusaha mengantisipasi permasalahan tersebut dengan membentuk Solidaritas Papua Tolak MIFEE (SOLPATOM) yang kini berubah nama menjadi Forum SUMAWOMA yang terdiri dari pemuda-pemudi wilayah distrik Tubang yang telah terdidik mengenyam pendidikan Universitas. Anggota SUMAWOMA memiliki visi dan misi serta keprihatinan yang sama yakni mempertahankan tanah mereka dari semua bentuk investasi. “Tidak ada lagi jual-jual tanah,” demikian ungkap Leonardus Deonggat Moyuwend seorang sarjana tamatan S1 Ilmu Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Karya Dharma Merauke memilih menjadi kepala Kampung Bibikem, suatu desa kecil di distrik Tubang, Kabupaten Merauke. Leo merupakan salah satu anak Marind yang didaulat secara adat untuk menjaga tanah adat dan budaya suku Marind.

Leo kini masih terus berjuang dengan cara yang berbeda. Semenjak tahun 2011, ia aktif sebagai aktivis video Papuan Voices Merauke. Ia membuat film, bernyanyi untuk produksi film, dan rela mendistribusikan film-filmnya dengan melakukan roadshow dari desa ke desa dengan motor bututnya. Sambil mempertontonkan film pada layar notebooknya, ia mendorong masyarakat untuk senantiasa mempertahankan tanah dan tradisi mereka.

Program MIFEE didaratkan di Merauke pada tahun 2010 dalam bentuk pengaloka-sian sekitar dua juta hektar tanah Merauke untuk dikelola 46 perusahaan menjadi perkebunan skala luas, baik perkebunan padi, tebu, maupun perkebunan kayu un-tuk kebutuhan energi terbarukan (Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah 2010). Persoalan terbesar adalah siapa pemilik tanah di Merauke dari Kondo sampai Digul? Kalau pertanyaan ini ditanyakan kepada orang Marind maka mereka akan menunjuk pada marga-marga besar yang tersebar dari wilayah Kondo (di dekat perbatasan RI-PNG) sampai di sungai Digul. Tetapi, jika kita telusuri dalam produk kebijakan, maka jawabannya adalah tanah dikuasai oleh negara. Di tengah kontradiksi soal tuan tanah sesungguhnya di Merauke, muncul pertanyaan: dalam kondisi seperti apakah tanah-tanah ini bisa tersedia, atau mungkin tidak bisa tersedia, untuk kepentingan program food & energy estate? Proses dan mekanisme seperti apa yang berlangsung

dalam rangka menguasai tanah dan tenaga kerja untuk produksi pangan dan energi skala besar ini? Efek apa yang telah ditimbulkannya sejauh ini? Bagaimana mereka yang telah kehilangan tanah menghadapi kehidupan barunya? Bagaimana pula proses mereka yang mempertahankan tanah? Apakah yang akan terbangun ketika MIFEE terwujud? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi tanda tanya besar ketika konsep food estate tiba-tiba diterapkan di daerah dimana warganya bukan bermental petani, tetapi peramu murni. Apakah orang Marind kian diberdayakan secara ekonomis (menjadi lebih sejahtera) atau justru kian tersingkir dan termarjinalisasi di tanahnya sendiri? Kebutuhan orang Marind diperdengarkan oleh seorang tetua adat di kampung Dodalim, “Kami bosan hidup miskin.” Suatu suara keprihatinan akan kondisi kemiskinan ekonomis tetapi seruan akan pentingnya pendekatan

P. Petrus Vertenten MSC, sang “Penyelamat” suku Marind dari kepunahan.

WKC Januari 2014 | 33

Page 34: Wkc januari 2014

JPIC

34 | WKC Januari 2014

pembangunan yang mengedepankan unsur-unsur adat istiadat. Dengan kata lain, orang Marind kian diberdayakan untuk tidak menjadi orang asing di tanah-nya sendiri.

Alex Mahuse seorang tetua adat Marind yang bertotem sagu dari kampung Urum mengaku tidak mengenal dan mengerti MIFEE. MIFEE datang tanpa bertemu tetua adat dan menghilangkan dusun sagu tempat sumber hidup mereka. Pengakuan Alex ini telah terekam dalam salah satu produk video Papuan Voices berjudul “Ironic Survival” yang bisa diunduh dari: https://www.engagemedia.org/Members/papuanvoicesmerauke/videos/ironic/.

Dari kaca mata psikologi sosial, ditemukan adanya suatu “mass disenchantment”, suatu bentuk kekecewaan massal yang tergores pada “kesadaran sosial” Marind Anim. Ungkapan lumrah yang sering terdengar dari mulut orang Marind adalah “matohale”, suatu tuturan nyaring kesadaran sosial akan hilangnya harga diri,

kekaburan identitas dan kehilangan keseimbangan kosmik serta potret suram masa depan Marind-Anim di tanahnya sendiri. Matohale adalah suatu bentuk apatisme sosial yang lahir akibat hilangnya keseimbangan hidup orang Marind yang tergusur oleh proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dan demografis yang tak peduli akan dimensi adat istiadat dan mentalitas mereka. Option for Merauke

Dalam konteks karya Tarekat MSC, Provinsi MSC Indonesia yang secara khusus diserahi wilayah Papua semenjak awal abad ke 19, telah menelurkan komitment untuk “Option for Merauke” sejak Kapitel Propinsi 1989 di Ambon, kendatipun penjabaran komitment itu masih sebatas penyediaan tenaga dan penyuntikan semangat missioner. Komitment ini bukan hal baru. Pater Mathias Neyens, H. Nollen, P.

Laurens Mahuse si pekerja keras asal kampung Yowid, distrik Tubang (Merauke), sedang mengambil air untuk menyiram tanamannya.

Page 35: Wkc januari 2014

JPIC

WKC Januari 2014 | 35

Braun dan Bruder v. Roesel dan Oomen, yang menjadi MSC pertama yang menginjakkan kaki di pantai Buti (Merauke) tgl. 14 Agustus 1905 telah dibakar oleh komitment untuk memberdayakan Marind Anim (orang Marind). Yang termasyur tentunya P. Petrus Vertenten, satu-satunya missionaris MSC asal Belgia yang memulai karya dasyat menyelamatkan Marind Anim dari kepunahannya di awal abad 20. Desakan untuk menyelamatkan orang Marind ditegaskan juga oleh Dr. van Baal, seorang kepala Pemerintah Belanda di Merauke dan ahli dalam adat-istiadat Marind pada tahun 1938 mengharapkan agar pihak MSC (Gereja Katolik) yang bekerja di tengah dan untuk orang Marind pertama-tama memahami adat istidat mereka, mempertahankan dan memperkembangkannya lewat pendidikan.

Moment bersejarah tiba ketika Merauke dipilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan Kapitel Provinsi MSC Indonesia dari tgl. 4-12 Februari 2008 yang dihadiri langsung oleh Pater Superior General, Mark McDonald MSC bertemakan “Bersama kaum marginal, Gereja dan Masyarakat, kita (MSC dan mitranya) memperjuangkan Keadilan, Damai dan Keutuhan Ciptaan melalui pendidikan dan pembinaan.” Komitment untuk bekerja bersama kaum marginal ini dalam konteks Papua, ditegaskan kembali oleh anggota provinsi MSC Indonesia pada Kapitel Provinsi MSC di Ambon 21 Feb-5 Maret 2011. Komitment serius ini berbuah pada Keputusan Kapitel Provinsi MSC Indonesia di Merauke untuk:• Memaksimalkan fungsi dari Komisi JPIC tingkat

provinsi dalam rangka melaksanakan pedoman arah, sambil berkoordinasi dengan komunitas-komunitas dan berjejaring dengan Gereja Lokal dan masyarakat.

• Mengefektifkan kinerja Komisi JPIC Provinsi agar bersama dengan Sekretariat Keadilan dan Perdamaian Merauke (SKP KAME) dan Komisi Karya MSC Amboina dan Manado serta Komisi Keadilan Perdamaian Kalimantan, mengidentifikasikan karya-karya JPIC yang baru di Keuskupan Agung Merauke. (Hasil Kapitel Provinsi MSC Indonesia, Merauke-Papua 4-12 Februari 2008, p. 35-36).

Advokasi sebagai bentuk panggilan kenabian

Dalam diri mereka yang miskin dan hina-dina, dan dalam setiap orang yang menjadi korban ketidakadilan dan kekerasan, kita hendaknya melihat wajah Kristus. Ia meminta agar kita membawa cinta kasih-Nya ke dalam hidup mereka. Dalam menanggapi seruan-Nya, kita hendak menunjukkan

belas-kasih terhadap mereka dengan bekerja penuh keberanian agar supaya hak-hak mereka sebagai manusia dijamin dan hati para penindasnya berubah. (Konstitusi MSC, no.22), atau meninjam kata-kata uskup Agung Romero, “In the midst of injust suffering, speak out God’s love.”

Sasaran utama keprihatinan kita adalah masyarakat Anim Ha, warga pribumi yang terkenal dengan ungkapan “Marind-Marind Bangsa Marind, Anam Haka dari Kondo sampai di Digul” (Hai bani Marind, Manusia Tulen yang menghuni daerah dari Kondo (dekat perbatasan dengan PNG) sampai di sungai Digul). Secara antropologis suku Marind menganut mentalitas peramu yang murni yang hidupnya tergantung penuh pada alam. Karena keterbukaannya yang adaptif dengan suku-suku lain, dan daerah Merauke menjadi sentra pemerintahan dan perkembangan ekonomi, suku Marind perlahan-lahan merasa tersingkir, teralienasi dari tanahnya sendiri dan secara demografis mengalami pengurangan yang membahayakan. Upaya program Provincial JPIC MSC Indonesia ini dimotivasi oleh pertanyaan tunggal “Bagaimana melawan marginalisasi budaya, ekonomi dan demografis dan penghancuran ekologis?”

JPIC MSC Indonesia telah mengadakan beberapa kegiatan advokasi dan pemberdayaan di salah satu wilayah Marind, khususnya distrik Tubang yang telah dikonsensi menjadi wilayah investasi MIFEE.

Pemberdayaan Lingkungan hidup dengan mengajarkan kurikulum lingkungan hidup berdasarkan Pendekatan Eco-Pastoral agar terciptanya perilaku adil terhadap lingkungan hidup dengan mempromosikan 4R (Reduce, Reuse, Recycle and Repair). Idenya datang dari Kitab Suci dan ungkapan Wangari Maatai, seorang wanita Kenya penerima hadiah Nobel Perdamaian thn 2004 yang berkata, “Peace on earth depends on our ability to secure our living environment.”

Seni adalah expressi kebudayaan yang tertinggi dan wahana perdamaian yang universal. JPIC MSC Indonesia memulai program mengumpulkan karya-karya seni orang Marind dalam bentuk cerita-cerita rakyat, simbol-simbol kultur, foto-foto serta film yang terekam dalam bentuk digital dan audio untuk suatu waktu dipamerkan entah di Merauke atau di Jakarta. Ide dasar adalah: kalau ingin damai promosikan seni dan kekayaannya. Diupayakan untuk membuat repro karya-karya seni tentang Budaya Marind hasil karya Pater Petrus Vertenten MSC (reder der kaja-kaja). John Giscard MSC

Page 36: Wkc januari 2014

PASTORALIA

36 | WKC Januari 2014

Apa yang sungguh menjadi pergumulan Gereja di Amerika ?

Pergumulan Amerika adalah pergumulan yang berbeda dengan Indonesia. Saat ini, Gereja Amerika bergumul dengan kondisi keluarga-keluarga yang kehilangan pekerjaan akibat dari kondisi ekonomi yang terjadi di Amerika. Selain itu, Gereja juga bergumul dengan kenyataan perkawinan sejenis dan pengguguran. Dan yang sungguh berat terjadi saat ini, sebagaimana juga di Paroki yang saya layani, yakni banyak orang meninggalkan sekolah Katolik karena mahal. Ada pula sekolah-sekolah katolik yang ditutup. Apalagi Pemerintah Amerika tidak pernah memperhatikan sekolah Katolik. Ini sedikit berbeda dengan Sekolah Katolik di Indonesia yang sedikit mendapatkan perhatian dari Pemerintah.

Sejauh mana Kondisi Kaum muda di Amerika ?

Konsekuensi lanjut dari sekolah Katolik yang mahal adalah keluarga-keluarga Katolik lebih memilih untuk menyekolahkan anak-anak mereka di Sekolah-Sekolah Negeri yang sungguh diperhatikan oleh Pemerintah. Hal ini menjadi tantangan bagi Gereja karena di sekolah-sekolah Negeri tidak ada pelajaran Agama Katolik. Akibatnya anak-anak berkembang tanpa mengenal lebih dalam Pendidikan Katolik. Inilah konsekuensi Amerika yang sejak awal sudah memisahkan antara Negara dan Agama. Hingga kini, banyak orang muda yang tidak tahu tentang Gereja.

Pertumbuhan apa yang menggembirakan di tengah Kondisi ini ?

Di tengah kondisi yang demikian, hal yang sungguh menggembirakan adalah kesadaran baru akan pentingnya pembinaan Iman. Ada banyak katekis-

Amerika menjadi tempat semua orang mencari pekerjaan. Mereka berasal dari berbagai negara dan benua. Semua orang diterima sebagai saudara dan bahkan diakui keunikannya. Gereja Katolik Amerika memberikan perhatian pada dimensi ini, ungkap P. Yonas Tandayu MSC, misionaris MSC Indonesia yang sudah 3 tahun berkarya di Amerika. Berikut, wawancara singkat dengan Pastor Yonas disela-sela cuti dua minggu di Indonesia.

BEKERJA DENGAN PARA KATEKIS YANG RELA BERKORBANUNTUK GEREJA

Page 37: Wkc januari 2014

PASTORALIA

WKC Januari 2014 | 37

katekis muda yang mulai sadar akan peran dan panggilan mereka untuk pembinaan Iman. Mereka menawarkan diri tanpa dibayar. Mereka mengabdi untuk Gereja. Karena setiap hari Sabtu dan Minggu, anak-anak yang berasal dari Sekolah-sekolah banyak berada di lingkungan Gereja. Para Katekis-katekis sekarelawan ini berasal dari College-Colloge dan Universitas-universitas Katolik. Mereka bukan hanya profesional dalam bidang Ilmu Pengetahuan tetapi juga mereka memahami teologi dan Iman Katolik.

Selain itu, ada juga evangelis-evangelis awam Katolik yang luar biasa dan sangat terkenal. Mereka memberikan perhatian untuk kaum muda dan

berbagai kalangan. Mereka menambah barisan keterlibatan kaum awam yang sungguh menyolok di Amerika. Hal ini menggambarkan bahwa Gereja Amerika bukan pastorsentris. Banyak bidang telah menunjukkan keterlibatan kaum awam.

Peluang Pelayanan sebagai seorang MSC ?

Spiritualitas Hati harus diwartakan kepada semua orang. Amerika yang adalah kumpulan orang-orang yang berasal dari berbagai negara menjadi kesempatan untuk mewartakan spiritualitas Hati. Karena itu, pentingnya persiapan pemahaman budaya agar siap selalu dalam perutusan ini. Patris MSC

P. YONAS RAFAEL TANDAYU MSC

Page 38: Wkc januari 2014

KOLOM

38 | WKC Januari 2014

Kita telah memasuki tahun yang baru. Tentu kita telah melihat kembali tahun yang lalu, bersyukur

atas karya Tuhan dalam hidup kita masing-masing. Kita juga sudah meneliti, apa saja yang dapat kita pelajari dalam pelbagai peristiwa hidup yang telah kita alami. Kita juga sudah melihat apa saja yang perlu ditata dalam kehidupan kita, agar kita dapat memasuki tahun yang baru dengan hati yang baru.

Hari pertama dalam tahun yang baru juga kita rayakan sebagai “Hari Perdamaian Seluruh Dunia.” Pada hari itu Bapa Suci mengajak kita berdoa bagi perdamaian dunia. Tema yang dipilih oleh Paus Fransiskus untuk Hari Perdamaian Sedunia tahun 2014 adalah “Persaudaraan, Dasar dan Jalan Menuju Perdamaian.” Bapa Suci menyebut bahwa usaha mengejar ‘kesejahteraan pribadi’ dan ketidakacuhan global telah menggerus rasa tanggungjawab terhadap sesama. Secara khusus yang disoroti adalah “throwaway culture” yang dapat diterjemahkan sebagai “budaya sekali pakai” atau “budaya membuang”. Throwaway culture berkaitan erat dengan konsumerisme, di mana ada produksi berlebihan dari pelbagai barang konsumsi jangka pendek. Di tempat yang satu barang-barang dibuang karena berlebihan, di tempat lain ada begitu banyak orang yang menderita kekurangan. Di tempat yang satu produksi makanan berlebihan dan dibuang karena kedaluwarsa, namun di tempat lain orang menderita kelaparan karena kekurangan makanan. Ironis!

Throwaway culture sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan kita baik secara sosial, moral, maupun ekologis. Secara sosial, relasi dengan sesama hanya dilihat dalam perspektif keuntungan. Jika tidak menguntungkan, maka orang lain perlu di-throwaway. Mereka yang tidak produktif, layak untuk disingkirkan. Salah satu contoh adalah meningkatnya pengangguran di kalangan orang muda maupun terpinggirnya orang-orang lanjut usia. “Sekarang ini kita hidup dalam sistem internasional yang tidak adil,” kata Paus Fransiskus. “Uang telah meraja dan menjadi pusat. Ini adalah throwaway culture, yang membuang orang muda dan para lansia,” lanjutnya. Bukan hanya itu, budaya mencari keuntungan yang cenderung

mengeliminasi manusia khususnya yang secara fisik dan sosial lebih lemah, menjadi alasan untuk menolak mereka yang berhak hidup namun belum lahir. Tidak sedikit kasus aborsi terjadi di sekitar kita. Tentu, mengeliminasi manusia yang lain atas alasan apapun tidak dapat dibenarkan secara moral.

Secara ekologis, budaya “nyampah” ini tentu sangat besar efeknya bagi lingkungan kita. Jika kita mempunyai barang, kemudian kita dengan gampang membuangnya ketika kita tidak memakainya lagi, bisa dibayangkan berapa banyak sampah yang tertumpuk. Apalagi di masa kini, begitu banyak barang yang memang didesign untuk sekali pakai. Maka semangat 3R perlu digalakkan: Reduce what we buy, Reuse things more, and Recycle whatever we can.

Kita yakin bahwa “throwaway culture” dan ketidakacuhan global itu dapat diatasi jika kita menghidupi “cuture of encounter” atau “budaya perjumpaan” yakni semangat persaudaraan sejati. Jika kita memandang sesama manusia sebagai saudara dan saudari kita mampu untuk berbagi anugerah ciptaan, dan hasil perkembangan budaya, untuk dinikmati bersama dalam ‘meja’ kepenuhan hidup yang sama. Kita dipanggil untuk menjadi pelaksana utama perkembangan integral dan inklusif.

Tema Hari Perdamaian Sedunia ke-47 ini mengingatkan kita bahwa kita masing-masing dipanggil untuk menjadi pembawa damai. Belum lama berselang, dikumandangkan pula Pesan Natal bersama Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang bertemakan “Datanglah Ya Raja Damai”. (Bdk. Yes. 9:5). Seruan ini mengungkapkan sebuah doa permohonan dan harapan akan datangnya Sang Pembawa Damai dan Penegak Keadilan. Namun seruan itu juga panggilan bagi kita untuk berkomitmen mewujudkan kembali karya itu, yaitu karya perdamaian di tengah konteks kita.

Mari, di awal tahun yang baru ini kita teguhkan niat kita untuk menjadi tanda kehadiran Hati Allah di dunia ini dengan membangun persaudaraan sejati. Bersama dengan St. Fransiskus dari Asisi kita juga berdoa; “Tuhan, Jadikanlah aku pembawa damai.” WKC

THROWAWAY CULTURE

Page 39: Wkc januari 2014

VARIA AD MULTOS ANNOS

01 P. JULIUS PAIMAN MSC01 P. JOHANES SUJONO MSC01 FR. GREGORIUS BHK02 P. THEODORUS RUMONDOR MSC02 P. ANSELMUS JAMLEAN MSC04 P. BENEDICTUS ESTEPHANUS UNTU MSC04 SR. KOLUMBA ENY SURYANTI PBHK06 SR. PAULINE SUTARMI PBHK06 P. JOACHEM J.V. RENRUSUN MSC06 SR. SINCLAIR BERKATILINA HULU PBHK06 P. RRANSISKUS MELKI MSC07 FR. JAMES BILLICARLOS MSC07 FR. JEAN SMITH D. ARUNG MSC07 FR. YOVIANUS TARUKAN MSC08 SR. PATRISIANA MUSTIKA DEWI PBHK10 BR. WILHELMUS LENGARY MSC10 FR. RIKARDO KRISTISIMUS SENDUK MSC11 FR. LUCIANUS BHK12 P. ARKADIUS JOSEPHUS SETITIT MSC12 SR. HENDRIKA LAKESYANAN PBHK13 SR. PRISILA TMM13 FR. TARSISIUS BHK13 FR. ALFONSUS BHK14 SR. KATRINIA ENDANG RUSMINI PBHK15 P. ANDREAS SUYUDI GUNAWAN MSC15 P. PAULUS CANISIUS RUMONDOR MSC15 P. BASILIUS KOLO MSC15 P. JOSEPH BERNARDUS TETHOOL MSC16 SR. FILIPHITA CIPTO WAHYUNINGRUM PBHK16 SR. ROSALINA TMM16 FR. MARSELUS LASOKAN MSC17 P. ANTONIUS GERARDUS WENGKANG MSC18 P. JOHANIS RENMEUW MSC19 P. SILVESTER RARUN MSC20 P. MARCELLUS RARUN MSC20 P. ADRIANUS JEFRI BOGIA MSC20 SR. EDITHA TMM21 SR. MARIANA ANGWARMASE PBHK21 SR. EPIFANI HARBELUBUN MSC22 P. MARLON VINCENTIUS MARKUS MSC22 P. YOHANIS SARETA MSC22 SR. NORBERTHA TMM22 FR. NICHOLAUS JAMREWAV MSC23 FR. PATRIK BHK24 SR. LUDOVICA HERNING RIYANTI PBHK25 SR. LEONORA TMM26 SR. HILARIA L. TMM27 SR. KARMELIA SUMARANDAK PBHK27 FR. PATRICIUS BHK28 SR. AGNESIA SUBADARIYAH PBHK28 SR. EMILE RUMANGUN PBHK29 SR. MONICA NINIK NUGRAHENI PBHK29 SR. THERESA BATMYANIK PBHK30 SR. LOUISE MARIE KENIP PBHK30 SR. MAXIMINA TMM31 SR. CARONELIA TMM31 FR. SIMON BHK

Januari 2014

Terima KasihKepada para donatur bulan Desember:1. Keluarga Santoso Rp. 200.000,002. Kel. Bpk. Stef Gunadi Rp. 500.000,00

Dukungan anda untuk majalah ini dapat disalurkan melalui:

No. Rek. 2620172963A.N. Sulvisius Joni Astanto atau Rosina Angwarmase

WKC Januari 2014 | 39

“Engkaulah imam untuk selama-lamanya, seperti Melkisedek.” (Mzm 110: 4)

Proficiat 25 tahun Imamat 8 Januari 2014:P. PETRUS CELCIUS MAYABUBUN MSCP. ANTONIUS FANUMBI MSCP. CAYETANUS TARONG MSC14 Januari 2014:P. MELKI TORE MSC29 Januari 2014:P. ADRIANUS BUDHI MSC1 Februari 2014P. MARTINUS PRIYO SUSANTO MSCMGR. NICOLAUS ADI SEPUTRA MSCP. IGNATIUS F. SANISALIWARDAYA MSCP. A. HERU JATI WAHYUNO MSC

Page 40: Wkc januari 2014

APA DAN SIAPA

FRATER M. ANTONIUS FERNANDEZ BHK

TTS dan ULAMA UNIK

Tanggal 4 Juli 2013 yang lalu merupakan hari penuh kenangan, syukur, dan berkat Tuhan, atas Frater M. Antonius Fernandez, BHK. Fr. Anton merayakan 60 tahun hidup membiara sebagai biarawan Frater Bunda Hati Kudus, dalam usia 82 tahun. Dalam usia sekian tahun beliau masih segar bugar, bersemangat, dan beraura rohani amat dalam, simpatik, menarik.

Fr. Anton yang diperkenankan merayakan 60 tahun membiara, patut disebut sebagai seorang frater yang unik. Ada beberapa alasan yang menjadikannya seorang frater unik. Pertama, beliau adalah Frater Bunda Hati Kudus di Propinsi Indonesia, yang merayakan 60 tahun sebagai biarawan dalam usia 82 tahun. Kedua, beliau masih dipercayai untuk menjabat jabatan pelayanan sebagai Pimpinan komunitas. Ketiga, beliau masih aktif menerjemahkan beberapa dokumen dari bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia. Hal itu adalah hasil ketekunannya mengikuti kuliah di Universitas Terbuka, jurusan penerjemahan. Keempat, ia tetap tekun menjalankan tugas sebagai koster, organis, lektor di kapela biara Frateran di OESAPA, Kupang. Bahkan usia lanjut tak menghalanginya untuk mencuci pakaiannya sendiri dan menyerikanya. Kelima, frater Anton selalu berpesan agar kita menghidupi cinta yang mendalam kepada Tuhan dan sesama. Sikap hidup kita memberikan kesaksian kenabian yang otentik. Hendaknya kita menjadi tanda kehadiran Allah yang berbelas kasih. Hal itu tidak hanya berhenti dalam pesannya, tetapi dihidupinya dengan konsekuen. Karena semangatnya itu, ia disebut sebagai frater Antonius TTS, artinya “Tampil Tebar Semangat” di kalangan Frater muda,.

Karena beberapa keunikan di atas, pantaslah Fr. Anton yang pernah mengawali pendidikannya di seminari di Mataloko selama 6 tahun itu diberi gelar “ULAMA UNIK” dari Frateran Santo Fransiskus Borgias OESAPA, Kupang, Timor, Nusa Tenggara Timur. ULAMA UNIK artinya Usia Lanjut Masih Aktif Utamakan Nilai Ilahi dan Keteladanan.

Terima kasih atas teladan hidup dan kesetiaan Frater. Frater sebagai Ulama Unik, berkotbah tanpa berkata-kata. Itulah keunikan Frater yang hidup di hati kami. Frater M. Yasintus, BHK.

40 | WKC Januari 2014