wisata alam susur sungai: menjelajahi sungai, … alam susur sungai: menjelajahi sungai, menyapa...
TRANSCRIPT
Wisata Alam Susur Sungai:
menjelajahi sungai, menyapa pesut mahakam, menjenguk Cagar Alam Muara Kaman – Sedulang, di Sungai Mahakam
(Agung Priyanto)
Wisata susur sungai belum begitu dikenal oleh masyarakat di negeri ini. Padahal,
wisata susur sungai memberikan pengalaman fisik dan batin yang luar biasa. Itulah yang
saya alami dan rasakan saat berwisata menyusuri Sungai
Mahakam. Di Kalimantan, S. Mahakam adalah salah satu
sungai yang pantas untuk menjadi tujuan wisata susur sungai
karena memiliki banyak obyek-obyek memiliki daya tarik bagi
wisatawan. Sungai Mahakam adalah sungai dengan panjang
±900 km yang melewati kota Samarinda, Kabupaten Kutai
Kertanegara, Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten
Mahakam Hulu, Provinsi Kalimantan Timur.
Wisata susur sungai Mahakam dapat dilakukan dengan
titik awal dari Kotabangun. Kotabangun adalah kota
kecamatan di Kabupaten Kutai Kertanegara, yang berjarak
relatif dekat (1.5 – 2 jam perjalanan darat) dari Kota
Tenggarong, ibu kota Kabupaten Kutai Kertanegara. Perjalanan menuju Kotabangun
cukup nyaman dengan jalan aspal yang mulus dan pemandangan pohon-pohon yang
cukup lebat. Jalan yang berliku dan kontur yang naik turun mewajibkan pengemudi
harus terampil dan waspada. Kotabangun merupakan kota kecil di tepi sungai Mahakam.
Untuk wisatawan yang berkunjung, kota kecil ini menyediakan beberapa penginapan
yang cukup representatif dan murah serta kamar-kamar yang cukup nyaman dengan
fasilitas TV kabel, AC dan wifi.
Untuk berwisata susur sungai pengunjung/wisatawan bisa menyewa ces/ketinting,
yakni perahu kayu dengan mesin tempel, dari nelayan dengan biaya sewa 700 ribuan
untuk perahu ukuran kecil. Rata-rata jumlah kapasitas penumpangnya sekitar 4-6 orang.
Harga sewa tersebut tentunya akan terasa lebih murah apabila berwisata bersama teman-
teman, sehingga biaya sewa dapat ditanggung bersama.
Pengalaman berwisata susur sungai adalah pengalaman yang tidak terlupakan bagi
saya. Saat perahu ces mulai meluncur dengan cepat, kita akan merasa seperti melayang
bebas, sesekali goyangan perahu ces akibat gelombang air sungai sedikit memacu
adrenalin. Udara segar, bebas dari polusi udara kota, dengan tiupan angin semilir yang
seakan membelai-belai kita adalah sambutan alam yang sempurna.
Ces kami meluncur ke arah Muara Kaman, sekitar 2 jam perjalanan dari Kotabangun.
Muara Kaman adalah sebuah kecamatan di Kutai Kertanegara yang juga berada di tepi S.
Mahakam. Di sana tersimpan obyek wisata istimewa yang menjadi tujuan utama
perjalanan wisata ini. Di sana kita akan bisa
menemui makhluk penghuni S. Mahakam yang
sangat terkenal yaitu Pesut Mahakam. Di sana
kita juga dapat melihat Cagar Alam Muara
Kaman - Sedulang. Di sana tersimpan dan
terlindungi beraneka ragam flora dan fauna asli
Kalimantan yang dilindungi serta ekosistem rawa
air tawar yang luas.
Di sepanjang bantaran S. Mahakam di wilayah Kotabangun kita bisa melihat
pemandangan rumah-rumah penduduk. Dari situ nampak sekali hubungan yang begitu
kuat antara masyarakat Kotabangun dengan S. Mahakam. Di satu sisi, Sungai Mahakam
adalah tempat mereka beraktifitas mencari nafkah dan penghidupan. Namun demikian,
sisi lain mereka juga masih menganggap sungai adalah merupakan tempat membuang
segala sesuatu yang tidak berguna. Hal ini merupakan tugas besar bersama baik
pemerintah, LSM (lembaga swadaya masyarakat) dan para stakeholder terkait untuk
membuat masyarakat di sepanjang tepi S. Mahakam menjaga sungai ini agar tetap indah
dipandang dan terhindar dari polusi atau pencemaran.
Saat kita melaju di atas sungai, kita dapat memandang bebas langit dan cakrawala
yang luas. Langit biru dan nuansa hijau pepohonan, dipadu riuh burung-burung camar
yang beterbangan, menghadirkan rasa tenteram dan damai di dalam hati. Bagi saya
bersentuhan dengan alam adalah obat paling mujarab bagi kita yang sehari-hari berada
dalam lingkungan kota yang penuh dengan kesumpekan. Berada di alam bebas membawa
saya berada di alam kebebasan jauh dari sekat-sekat kesenjangan sosial dan juga sekat-
sekat dinding kota yang terkesan kokoh namun angkuh. Menghirup udara segar di alam
adalah detoksifikasi alami terhadap paru-paru kita dari udara kotor yang mungkin kita
hirup dalam aktifitas sehari-hari kita di kota.
Pesut Mahakam, mamalia berwajah lucu
Pesut Mahakam adalah ikon dari Provinsi Kalimantan Timur. Masyarakat provinsi ini
pasti tahu dengan satwaliar ini. Pesut Mahakam adalah hewan mamalia yang oleh
masyarakat awam sering salah kaprah disebut dengan Ikan Pesut. Pesut mahakam adalah
jenis mamalia seperti halnya manusia, hanya tempat hidupnya (habitatnya) memang di
perairan S. Mahakam, anak-anak sungai dan danau-danaunya. Pesut bernafas dengan
paru-paru dan melahirkan anak.
Saya sungguh beruntung, dalam perjalanan menyusuri S. Mahakam ini dua kali
bertemu dengan kawanan pesut mahakam yakni di Kotabangun hingga S. Pela dan di S.
Kedang Rantau, salah satu anak S. Mahakam yang berada di Muara Kaman.
Pesut mahakam adalah
satwaliar yang bersifat sosial.
Seringkali mereka ditemui
dalam kawanan. Untuk
mengetahui berapa jumlah
kawanan Pesut Mahakam yang
kita temui bukan pekerjaan
yang mudah. Menurut Pakar
Pesut Mahakam, Dr Ivan Yusfi
Noor, yang juga merupakan
Kepala Bidang Inventarisasi Daya Dukung Daya Tampung, Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup, Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan, untuk
menghitung jumlah pesut mahkam dapat digunakan metode identifikasi sirip dengan
kamera foto. Pesut mahakam dapat diidentifikasi individunya dari bentuk siripnya,
karena setiap individu pesut mahakam memiliki bentuk sirip yang berbeda-beda. Sirip
dapat berfungsi sebagai ‘sidik jari’ bagi individu pesut mahakam.
Keberhasilan saya melihat dan mengiringi pergerakan Pesut Mahakam tak lepas dari
pengalaman nelayan pemilik ces/ketinting yang kami sewa. Tidak setiap nelayan pemilik
perahu ces memiliki pemahaman terhadap perilaku Pesut Mahakam. Namun jangan
khawatir karena sudah ada beberapa nelayan yang berpengalaman dan telah
mendapatkan pelatihan dari RASI, Lembaga Swadaya Masyarakat yang berkecimpung
dalam konservasi Pesut Mahakam.
Pesut Mahakam adalah jenis pesut air tawar. Jenis pesut air tawar hanya ditemukan di
3 (tiga) tempat yaitu di S. Mahakam (Indonesia), S. Irawadi (Myanmar) dan S. Mekong
(Kamboja). Pesut Mahakam ini telah di uji DNAnya untuk mengetahui jenis spesiesnya
dan diketahui bahwa Pesut Mahakam memiliki perbedaan dengan pesut lain yang ada di
tempat lain, sehingga ada kemungkinan bahwa pesut mahakam adalah jenis lumba-lumba
air tawar yang baru.
Bila kita lihat “wajah” dari Pesut Mahakam maka kesan yang akan kita tangkap adalah
lucu seperti wajah badut. Pesut Mahakam oleh masyarakat sungai Mahakam dipandang
sebagai jelmaan manusia sehingga masyarakat sekitar sungai Mahakam tidak pernah
mencoba untuk mengganggu Pesut Mahakam. Hal ini sebenarnya menguntungkan dalam
upaya konservasi Pesut. Namun ancaman terhadap Pesut Mahakam ini lebih disebabkan
oleh kematian akibat terperangkap secara tidak sengaja oleh jaring penangkap ikan
nelayan. Selain itu, aktifitas angkutan sungai yang hilir mudik di S. Mahakam juga
mengganggu aktifitas satwaliar ini terutama dalam mencari makan. Pesut Mahakam
merupakan hewan yang mencari mangsanya dengan mengandalkan indera pendengar
sehingga ketika indera pendengarannya terganggu maka akan menyebabkannya kesulitan
mencari makan.
Cagar Alam Muara Kaman - Sedulang
Cagar Alam (CA) Muara Kaman - Sedulang ditetapkan berdasarkan SK. Menhut
Nomor : 598/Kpts-II/1995, 2 Nopember 1995, dengan luas kawasan 62.500 ha. CA Muara
Kaman _ Sedulang berada di area daerah aliran S. Kedang Kepala, Sungai Kedang Rantau,
S. Ngayau dan S. Seputih. Keempat sungai tersebut mengelilingi cagar alam ini sehingga
secara alami membatasi kawasan konservasi ini. Beranekaragam jenis fauna langka dan
dilindungi dapat ditemukan di cagar alam ini, diantaranya bekantan (Nasalis larvatus),
buaya sapit (Tomistoma schlegellii), buaya siam (Crocodylus siamensis), burung raja udang
(Pelargopsis capensis dan Alcedo meninting), elang bondol (Haliastur indus), elang ikan
(Ichthyophaga ichthyaetus), bangau tongtong (Leptoptilos javanicus), pecuk ular (Anhinga
melanogaster) dan berbagai jenis kuntul (Egretta alba, E. intermedia, E. garzetta dan Bubulcus
ibis). Kita bisa mengamati Cagar Alam Muara Kaman melalui S. Kedang Rantau dan S.
Kedang Kepala. Ketika menyusur S. Kedang Rantau itulah saya beserta rombongan
bertemu dengan kawanan Pesut mahakam yang sedang bergerak menuju ke S. Mahakam.
Sungai Kedang Rantau memang masih bisa dibilang mempunyai kondisi yang masih
alami dan jernih. Sehingga rasanya kita ingin berlama-lama untuk berdiam di sana.
Berwisata di alam memberi pelajaran bahwa betapa kita dianugerahi oleh Sang
Pencipta alam yang begitu indah dengan segala flora dan faunanya. Dengan berwisata
alam kita akan lebih mengenal alam, untuk kemudian mencintai dan menjaganya agar
alam yang kita miliki ini tidak menjadi rusak hanya karena kepentingan sesaat.