uts sejarah

24
PERISTIWA G-30S/PKI DISUSUN OLEH : DINI ASRYANI XII MIPA 6

Upload: dini

Post on 06-Dec-2015

74 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sejarah

TRANSCRIPT

DISUSUN OLEH :

DINI ASRYANI

XII MIPA 6

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 15 BANDUNG

KATA PENGANTAR       

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya telah menyelesaikan tugas ini dengan lancar dan sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh bapak Asep Lukman selaku guru Sejarah.

         Tugas makalah ini merupakan salah satu tugas di bidang mata pelajaran Sejarah kami yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang “G30S/PKI”. Makalah ini berisikan tentang informasi Pemberontakan G 30S/PKI yang terjadi pada masa PKI merajalela di Indonesia dan usaha penumpasannya. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang pemberontakan PKI ini.

        Dengan terselesaikannya tugas makalah saya ini, maka saya berharap telah memenuhi tugas Sejarah dan mendapatkan nilai yang baik. Serta bermanfaat bagi teman-teman sekalian. Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh darisempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

                                                                                               

DAFTAR ISI

1.     KATA PENGANTAR……................................................................................

2.     DAFTAR ISI…………………………………………………………………....

3.     BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………

Latar belakang……………………………………………………………

4.     BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………......

Peristiwa G30S/PKI………………………………………………….......

Pelaksanaan G30S/PKI………………………………………………......

Penumpasan G30S/PKI…………………………………………………..

5.     BAB III PENUTUP……………………………………………………………..

Kesimpulan…………………………………………………………….....

A.           LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar ke seluruh Nusantara. Indonesia

terdiri dari beberapa suku bangsa yang mempunyai pandangan yang tidak sama. kehidupan

sosial, politik, ekonomi, dan yang lainya tidak seimbang terutama pada saat masa penjajahan

Belanda juga pada masa Orde Lama. Untuk kesempatan kali ini materi yang akan di bahas

adalah Gerakan 30 September Partai komunis Indonesia Tahun 1965. Setiap partai komunis di

dunia, memilki garis politik yang sama. Tujuan ahir mereka adalah menciptakan diktatur

proletar, yaitu merebut kekuasaan pemerintah dengan kekuasaan apapun. PKI merupakan partai

komunis yang terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Soviet. Anggotanya berjumlah

sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan

serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani Barisan Tani Indonesia

yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani), organisasi penulis dan

artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan pendukung.

Garis politik PKI dalam usaha mencapai tujuannya, tampak jelas sejak dari pemberontakan

PKI di Madiun tahun 1948 dan perkembangannya setelah tahun 1950 sampai meletusnya

pemberontakan G-30-S/PKI.

PERISTIWA G-30S/PKI

Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI, Gestapu

(Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang

terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 di mana enam

perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha

percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.

D.N. Aidit sebagai ketua PKI yang terpilih pada tahun 1951, dengan cepat mulai

membangun kembali Pki yang porak poranda pada tahun 1948. Usaha itu berhasil baik, sehingga

pemilihan umu tahun 1955 PKI berhasil menempatkan dirinya menjadi salah satu diantara empat

partai besar di Indonesia.

Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di bawah dekrit

presiden - sekali lagi dengan dukungan penuh dari PKI. Ia memperkuat tangan angkatan

bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno

menjalankan sistem "Demokrasi Terpimpin". PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin" Sukarno

dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu

antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan NASAKOM.

Pada era "Demokrasi Terpimpin", kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum burjuis

nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal

memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor

menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer

menjadi wabah.

Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha memprovokasi

bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dan polisi dan militer. Pemimpin-pemimpin PKI

juga menginfiltrasi polisi dan tentara denga slogan "kepentingan bersama" polisi dan "rakyat".

Pemimpin PKI DN Aidit mengilhami slogan "Untuk Ketentraman Umum Bantu Polisi". Di

bulan Agustus 1964, Aidit menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dari "sikap-

sikap sektarian" kepada angkatan bersenjata, mengimbau semua pengarang dan seniman sayap-

kiri untuk membuat "massa tentara" subyek karya-karya mereka. kemudian, di tahun yang sama

1964, PKI sudah merasa partai terkuat yang mulai melakukan persiapakan untuk melancarkan

perebutan kekuasaan. Tahun 1964 di bawah pimpinan D.N. Aidit membentuk Biro Khusus

Langsung yaitu, Sjam Kamaruzaman, Pono (Soepono Marsudidjojo), dan Bono Walujo. Biro

khusus ini yang aktif melakukan pematangan situasi bagi perebutan kekuasaan dan melakukan

Inflitrasi ke dalam tubuh ABRI.

Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah yang bukan

hak mereka atas hasutan PKI. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dan polisi dan

para pemilik tanah. Bentrokan-bentrokan tersebut dipicu oleh propaganda PKI yang menyatakan

bahwa petani berhak atas setiap tanah, tidak peduli tanah siapa pun (milik negara=milik

bersama). Kemungkinan besar PKI meniru revolusi Bolsevik di Rusia, di mana di sana rakyat

dan partai komunis menyita milik Tsar dan membagi-bagikannya kepada rakyat

Menjelang ahir 1965 Biro khusus PKI terus melancarkan aksinya dg melakukan

pertemuan – pertemuan rahasia yang kesimpulanya akan dilaporkan kepada D.N.Aidit sebagai

pimpinan tertinggi gerakan. Sjam Kamaruzaman sebagai pimpinan pelaksana, Pono (Soepono

Marsudidjojo) sebagai wakil pimpinan gerakan, dan Bono sebagai pimpinan pelaksanan kegiatan

yang di instruksikan untuk mengadakan persiapan-persiapan menjelang pelaksanaan kegiatan.

A.           FAKTOR FAKTOR TERJADINYA G-30-S/PKI

Beberapa faktor terjadinya G 30 S/PKI :

1.      Angkatan kelima

Pada kunjungan Menlu Subandrio ke Tiongkok, Perdana Menteri Zhou Enlai menjanjikan

100.000 pucuk senjata jenis chung, penawaran ini gratis tanpa syarat dan kemudian dilaporkan

ke Bung Karno tetapi belum juga menetapkan waktunya sampai meletusnya G30S.Pada awal

tahun 1965 Bung Karno atas saran dari PKI akibat dari tawaran perdana mentri RRC,

mempunyai ide tentang Angkatan Kelima yang berdiri sendiri terlepas dari ABRI. Tetapi

petinggi Angkatan Darat tidak setuju dan hal ini lebih menimbulkan nuansa curiga-mencurigai

antara militer dan PKI.

2.      Isu sakitnya Bung Karno

Sejak tahun 1964 sampai menjelang meletusnya G30S telah beredar isu sakit parahnya Bung

Karno. Hal ini meningkatkan kasak-kusuk dan isu perebutan kekuasaan apabila Bung Karno

meninggal dunia. Namun menurut Subandrio, Aidit tahu persis bahwa Bung Karno hanya sakit

ringan saja, jadi hal ini bukan merupakan alasan PKI melakukan tindakan tersebut.

Tahunya Aidit akan jenis sakitnya Sukarno membuktikan bahwa hal tersebut sengaja

dihembuskan PKI untuk memicu ketidakpastian di masyarakat.

3.      Isu masalah tanah dan bagi hasil

Pada tahun 1960 keluarlah Undang-Undang Pokok Agraria (UU Pokok Agraria) dan Undang-

Undang Pokok Bagi Hasil (UU Bagi Hasil) yang sebenarnya merupakan kelanjutan dari Panitia

Agraria yang dibentuk pada tahun 1948. Panitia Agraria yang menghasilkan UUPA terdiri dari

wakil pemerintah dan wakil berbagai ormas tani yang mencerminkan 10 kekuatan partai politik

pada masa itu. Walaupun undang-undangnya sudah ada namun pelaksanaan di daerah tidak jalan

sehingga menimbulkan gesekan antara para petani penggarap dengan pihak pemilik tanah yang

takut terkena UUPA, melibatkan sebagian massa pengikutnya dengan melibatkan backing aparat

keamanan. Peristiwa yang menonjol dalam rangka ini antara lain peristiwa Bandar Betsi di

Sumatera Utara dan peristiwa di Klaten yang disebut sebagai ‘aksi sepihak’ dan kemudian

digunakan sebagai dalih oleh militer untuk membersihkannya.

Keributan antara PKI dan Islam (tidak hanya NU, tapi juga dengan Persis dan Muhammadiyah)

itu pada dasarnya terjadi di hampir semua tempat di Indonesia, di Jawa Barat, Jawa Timur, dan

di propinsi-propinsi lain juga terjadi hal demikian, PKI di beberapa tempat bahkan sudah

mengancam kyai-kyai bahwa mereka akan disembelih setelah tanggal 30 September 1965 (hal

ini membuktikan bahwa seluruh elemen PKI mengetahui rencana kudeta 30 September tersebut).

4.      Faktor Malaysia

Negara Federasi Malaysia yang baru terbentuk pada tanggal 16 September 1963 adalah salah

satu faktor penting dalam insiden ini. Konfrontasi Indonesia-Malaysia merupakan salah satu

penyebab kedekatan Presiden Soekarno dengan PKI, menjelaskan motivasi para tentara yang

menggabungkan diri dalam gerakan G30S/Gestok (Gerakan Satu Oktober), dan juga pada

akhirnya menyebabkan PKI melakukan penculikan petinggi Angkatan Darat.

5.      Faktor Amerika Serikat

Amerika Serikat pada waktu itu sedang terlibat dalam perang Vietnam dan berusaha sekuat

tenaga agar Indonesia tidak jatuh ke tangan komunisme. Peranan badan intelejen Amerika

Serikat (CIA) pada peristiwa ini sebatas memberikan 50 juta rupiah (uang saat itu) kepada Adam

Malik dan walkie-talkie serta obat-obatan kepada tentara Indonesia. Politisi Amerika pada bulan-

bulan yang menentukan ini dihadapkan pada masalah yang membingungkan karena mereka

merasa ditarik oleh Sukarno ke dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia in.

6.      Faktor Ekonomi

Ekonomi masyarakat Indonesia pada waktu itu yang sangat rendah mengakibatkan dukungan

rakyat kepada Soekarno (dan PKI) meluntur. Mereka tidak sepenuhnya menyetujui kebijakan

"ganyang Malaysia" yang dianggap akan semakin memperparah keadaan Indonesia.

Inflasi yang mencapai 650% membuat harga makanan melambung tinggi, rakyat kelaparan dan

terpaksa harus antri beras, minyak, gula, dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Beberapa

faktor yang berperan kenaikan harga ini adalah keputusan Suharto-Nasution untuk menaikkan

gaji para tentara 500% dan penganiayaan terhadap kaum pedagang Tionghoa yang menyebabkan

mereka kabur. Sebagai akibat dari inflasi tersebut, banyak rakyat Indonesia yang sehari-hari

hanya makan bonggol pisang, umbi-umbian, gaplek, serta bahan makanan yang tidak layak

dikonsumsi lainnya; pun mereka menggunakan kain dari karung sebagai pakaian mereka.

Faktor ekonomi ini menjadi salah satu sebab kemarahan rakyat atas pembunuhan keenam

jenderal tersebut, yang berakibat adanya backlash terhadap PKI dan pembantaian orang-orang

yang dituduh anggota PKI di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali serta tempat-tempat lainnya.

B.            PERISTIWA MELESTUSNYA G-30-S/PKI

Menjelang di lancarkanya G 30 S/PKI, banyak sekali kegiatan – kegitan yang

dilaksanaknya oleh Biro Khusus PKI yang telah di bentuk pada tahun 1964 dengan mengadakan

beberapa kali rapat rahasia yang di ikuti oleh beberapa orang oknum ABRI. Rapat pertama 6

September 1965 yang di laksanakan rumah Kapten Wahjudi Jl. Sindanglaya 5, Jakarta, di ikuti

oleh :

1. Sjam Kamaruzaman

2. Pono ( Soepono)

3. Letnan Kolonel Untung Sutopo (Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen

Cakrabirawa)

4. Kolonel A.Latief ( Komandan Brigade Infantri I Kodam V/Jaya

5. Mayor Udara Suyono ( Komandan Pasukan Pengawal Pangkalan (P3) PAU Halim )

6. Mayor A.Sigit (Komandan Batalyon 203 Brigade Infantri I Kodam V/Jaya)

7. Kapten Wahjudi (Komandan Kompi Artileri sasaran Udara)

Rapat ini membicarakan tentang situasi umum sebelum gerakan dan isu sakitnta Bung

Karno. Selanjutnya Sjam melontarkan isu adanya Dewan jendral yaitu yang mengungkapkan

adanya beberapa petinggi Angkatan Darat yang tidak puas terhadap Soekarno dan berniat untuk

menggulingkannya. Menanggapi isu ini, Soekarno disebut-sebut memerintahkan pasukan

Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa mereka untuk diadili oleh Soekarno, dan dari

ABRI pun terhasut dan ikut dalam gerakan yaitu Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalyon 1

Resimen Cakrabirawa (pasukan pengawal Presiden). Sjam kemudian menyampaikan instruksi

Aidit untuk mengadakan gerakan mendahului kudeta Dewan Jendral. Setelah rapat pertama

kemudian banyak diadakan lagi rapat – rapat selanjutnya guna membahas persiapan serangan

gerakan. Diantaranya rapat ke-2 pada tanggal 9 September 1965, rapat ke-3 tanggal 13

September 1965, rapat ke-4 tanggal 15 September 1965, rapat ke-5 tanggal 17 September 1965,

rapat ke-6 19 September 1965, dan rapat ke-7 tanggal 22 September 1965, ke-8 24 September

1965, ke-9 tanggal 29 September 1965.

Pada rapat-rapat setelah rapat ke -6 membahas tentang penetapan sasran gerakan bagi

masing – masing pasukan yang akan bergerak menculik atau membunuh para jendral Angkatan

Darat yg di beri nama pasukan Pasopati. Pasukan teritorial dengan tugas menduduki gedung RRI

dan gedung Telekomunikasi di beri nama Pasukan Bimasakti kemudian pasukan yang

mengkoordinasi lubang Buaya di beri nama Pasukan Gatotkaca. Setelah persiapan terahir

selasai, rapat terahir di adakan tanggal 29 September 1965 yang dilaksanakan di rumah Sjam,

gerakan itu dinamakan “Gerakan 30 September” ( G 30 S/PKI atau Gestapu/PKI). Secara fisik-

militer gerakan di pimpin oleh Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalyon 1 Resimen

Cakrabirawa (Pasukan Pengawal Presiden) selaku pimpinan formal seluruh gerakan. Mereka

memulai gerakan dini hari 1 Oktober 1965, dan di didahului dengan penculikan enam perwira

tinggi dan seorang perwira pertama Angkatan Darat. Secara kejam mereka di bunuh dan dianiaya

oleh pemuda rakyat PKI, Gerwani, dan lain nya yang kemudian jenazah mereka di masukan

kedalam sumur tua yang diberi nam Lubang Buaya Pondok Gede, Jakarta dan di timbun dengan

sampah dan tanah, kemudian tanggal 3 Oktober baru ditemukan.

Keenam perwira tinggi tersebut adalah :

1. Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando

Operasi Tertinggi)

2. Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)

3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang

Perencanaan dan Pembinaan)

4. Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)

5. Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)

6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan

Darat)

Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya

pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan beliau, tewas

dalam usaha pembunuhan tersebut.

Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:

1. Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J.

Leimena)

2. Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)

3. Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)

Bersama dengan gerakan penculikan, mereka juga menguasai 2 buah sarana komunnikasi

yang vital yaitu Studio RRI merdeka Barat, dan gedung Telekomunikasi Merdeka Selatan.

Melalui RRI yang dia kuasai Kolonel Untung menyiarkan bahwa Gerakan 30 September di

tujukan kepada jendral – jendral anggota Dewan Jendral yang akan mengadakan Kudeta

(perebutan Kekuasan). Hal ini membingungkan masyarakat, tapi ada hari itu juga Pangkostrad

Mayor Jendral Soeharto langsung mengambil tindakan setelah mendengar kabar tersebut. Jika

Panglima tetinggi Angkatan Darat Berhalangan Pangkostrad di tunjuk untuk mewakilinya.

Hubungan dengan presiden Soekarno tidak bisa dilakukan dengan keyakinan bahwa G 30 S/PKI

ingin merebut kekuasaan pemerintahan dengan berpegang pada Saptamarga memutuskan untuk

melancarkan operasi menumpas G 30 S/PKI.

Dengan menggunakan unsur-unsur kostrad yang sedang berada di Jakarta dalam rangka

parade hari ulang tahun ABRI, yaitu Batalyon 328 Kujang/Siliwangi. Batalyon 2 Kavaleri, dan

Batalyon 1 Resimen Para Komando Angkatan Darat (Men Parako atau RPKAD), gerakan

penumpasan di mulai.

C.           PASCA PERISTIWA G 30 S/PKI

a.      Penumpasan di Jakarta

Usaha penumpasan G 30 S/PKI sedapat mungkin di lakukan tanpa bentrokan senjata. Anggota

pasukan Batalyon 530/Brawijaya minus 1 Kompi, berhasil di insafkan dari pemberontakan dan

berhasil ditarik ke markas Kostrad di Medan Merdeka Timur. Anggota Batalyon

545/Diponegorosekitar puluk 17.00 di tarik mundur oleh pihak pemberontak ke Lanuma Halim

Perdanakusuma. Sekitar pukul 19.15pasukan RPKAD sudah berhasil menduduki RRI dan

Gedung Telekomunikasi dan mengamkan pemberontakan tanpa bentrokan senjata. Sementara itu

pasukan-pasuka yang lain berhasil pula mengamkan pemberontakan. Setelah diketahui bahwa

pusat pemberontakan di sekitar Lanuma Halim PerdanaKusuma, langkah selanjutnya adalah

membebaskan Pabgkalan Udara Halim. Banyak kejadian penting terjadi pada penumpasan G 30

S/PKI. Sekalipun peranan PKI makin terungkap sebagai dalang peristiwa G 30 S/PKI dan

demonstrasi menuntut pembubaran PKI semkain memuncak, namun presiden Soekarno belum

menganbil langkah – langkah ke arah penyelesainan politik daripada masalah G 30 S/PKI

sebagaimana di janjikanya. D.N Aidit dalam pelarianya, tanggal Oktober 1965 mengiri surat

kepada Presiden, yang mengusulkan supaya melarang adanya pernyataan-pernyataan

yangbersifat mengutuk G 30 S serta melarang adanya Tuduh menuduh serta salah menyalahkan,

diharapkan amarah Rakyat terhadap PKI reda, namun aksi-aksi terus berjalan. Dalam pada itu

Papelrada – Papelrada ( Penguasa Pelaksana Dwikora Daerah ) yakni Kodam, berturut – turut

mebekukan PKI dan Ormas-ormasnya.

b.      Penumpasan Di Jawa Tengah

Diantara pemberontakan G 30 S/PKI daerah yang paling gawat keadaannya adalah

Jakarta dan Jawa Tengah.

Di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta, PKI melakukan pembunuhan terhadap Kolonel Katamso

(Komandan Korem 072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel Sugiyono (Kepala Staf Korem

072/Yogyakarta). Mereka diculik PKI pada sore hari 1 Oktober 1965. Kedua perwira ini dibunuh

karena secara tegas menolak berhubungan dengan Dewan Revolusi. Pemberontakan PKI ini juga

terjadi di Solo, Salatiga, Klaten, Boyolali, Semarang dengan menguasai beberapa tempat penting

sperti RRI dan Gedung Telekominikasi.

Jawa tengah merupakan basis PKI yang kuat, oleh karena itu Aidit memilih Jawa Tengah

sebagai tempat pelariannya. Akan tetapi dengan usaha dari komando ABRI berturut-turut kota

yang pernah dikuasai oleh pihak G 30 S/PKI berhasil direbut kembali. Sebelum tertangkap

tanggal 22 November 1965 di Jawa Tengah, D. N Aidit mengeluarkan “Instruksi Tetap” pada

tanggal 10 November 1965 yang ditujukan kepada seluruh CDB PKI seluruh Indonesia. Setelah

dikeluarkan nya Instruksi Tetap Aidit gerakan pengacauan PKI mulai melemah dan pembubaran

serat pembakaran Bendera PKI dialkukan. Entah karena alasan apa kurang jelas karena

Keinsafan atau taktik semata sesuai dengan Istruksi tetap Aidit. Terbukti PKI masih mendirikan

SPR (Sekolah perlawanan Rakyat), KKPR (Kursus Kilat Perang Rakyat), serta menyusun

Kompro-kompro (Komite Proyek) sebagai Basis menuju Camback nya PKI. Dengan

pembentukan badan-badan diatas terbukti PKI juga tetap melancarkan usaha pengukuhan

kembali. Tetapi penumpasan PKI di berbagai daerah tetap dilaksakan. Misalnya di Blitar Selatan

PKI menpengaruhi rakyat dengan 3T (tidak tahu, tidak mengerti, tidak kenal) dan operasi

penumpasan ini diberi nama operasi Trisula dilaksakan pada tanggal 3 juli 1965 dan

mengimbangi 3T dengan 3M ( Menyerah, Membantu, atau Mati) penumpasan PKI dan ormas-

ormasnya pun terus-menerus dilakukan.

Penyelesaian Aspek politik sebagaimana diputuskan dslam sidang kabinet Dwikora 6

Oktober 1965 akan ditangani langsung oleh presiden Soekarno. Dan aksi penghapusan terhadap

Pki terus meningkat, yang dipelopori oleh KAPPI, KAMI, KAPI, KABI, KASI, KAWI, KAGI,

dan lainnya. Dan kemudian membulatkan kesatuan dalam barisan dan membentuk Front

Prancasila.

Setelah lahirnya Front Pancasila tuntutan pembubaran PKI terus meningkat. Konflik

politik makin menjurus dan situasi ekonomi semakin memburuk. Lalu tercetuslah Tri Tuntunan

Hati Nurani Rakyat ( Tritura). Pada tanggal 12 Januari 1966 dipelopori oleh KAMI dan KAPPI,

kesatuan Front Pancasial ini mendatangi gedung DPR-GR mengajajukan 3 buah Tuntutan yaitu :

1.      Pembubaran PKI

2.      Pembersihan Kabinet dari Unsur-unsur G-30-S/PKI;

3.      Penurunan harga/perbaikan ekonomi.

Perkembangan selanjutnya mengenai masalah tuntutan pembubaran PKI, dilaksanakan

oleh Letnan Jendral Soeharto tanggal 12 maret 1966 sehari setelah menerima Surat Perintah 11

Maret (SP 11 Maret/Supersemar). Sejak itu dimulailah koreksi total atas segala penyelewengan

yang dilakukan Orde Lama. Karena itu tanggal 11 maret 1966 sebagai permulaan Orde Baru.

KESIMPULAH

Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI, Gestapu

(Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang

terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 di mana enam

perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha

percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia. Cara-

cara yang dilakukan oleh partai komunis dalam usaha kudeta yaitu merebut kekuasaan dari

tangan pemerintah sangat kejam. Oknum PKI ini melancarkan isu yaitu Isu Dewan Jendaral

yaikni yang mengungkapkan bahwa adanya beberapa petinggi Angkatan Darat yang tidak puas

terhadap Soekarno dan berniat untuk menggulingkannya. Hal ini dilakukan untuk mencari

kambing hitam atas rencana kudeta G 30 S/PKI terhadap Pemerintah. G 30 S/PKI 1965 sampai

saat ini masih menyisakan misteri yang membingungkan, dan kejadian tersebut juga masih

sangat terasa begitu menegerikan. Isu bahwa adanya keterlibatan Soeharto pun mencuak setelah

berjalanya Orde Baru sampai pada keruntuhannya. Sejarah panjang terjadi di Indonesia yang

membuat bangsa lebih dewasa dalam menyikapi peristiwa yang dpat menjadi catatan sejarah

Bangsa. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian, untuk Menuju pada

perubahan ke arah yang lebih baik. Monumen bersejarah dekat dengan penemuan mayat mayat

para jenderal ada monument Pancasila Sakti dan lubangnya pun dijadikan sesuatu yang

bersejarah.