uts daspen

25
 1 A. PROSES PENGEMBANGAN DIMENSI KEAGAMAAN Sebelum kita melangkah kepada pokok bahasan yaitu tentang proses pengembangan dimensi keagamaan yang dilakukan oleh orang tua individu, mari kita menyinggung sedikit kepada dasar pokok bahasan yaitu tentang dimensi keagamaan. Dalam bidang kajian agama (religius studies) ada banyak cara yang digunakan orang untuk mengurai dimensi-di mensi agama. Sebab, agama sebagai refleksi tidak hanya terbatas pada kepercayaan saja, tetapi juga terwu  jud dalam tindakan kolektivitas dan bangunan peribadahan. Perwu  judan tersebut sebagai bentuk dari keberagamaan, sehingga agama diuraikan menjadi beberapa dimensi religiositas yaitu : 1. Emosi Keagamaan, ialah aspek agama yang paling mendasar, yang ada dalam lubuk hati manusia, yang menyebabkan manusia beragama menjadi religius atau tidak religius. 2. Sistem Kepercayaan, yang mengandung satu set keyakinan tentang adanya wu  jud dan si f at Tuhan, tentang keberadaan alam gaib, makhluk halus, dan kehidupan abadi setelah kematian. 3. Sistem Upacara Keagamaan yang dilakukan oleh para penganut sistem kepercayaan dengan bertu  juan mencari hubungan yang baik antara manusia dan Tuhan, dewa atau makhluk halus yang mendiami alam gaib. 4. Umat atau Kelompok Keagamaan, ialah kesatuan-kesatuan sosial yang menganut sistem kepercayaan dan yang melakukan upacara-upacara keagamaan. Roland Cavanagh mengemukakan bahwa agama merupakan berbagai macam ekspresi simbolik tentang dan respon tepat terhadap segala nilai yang tidak terbatas bagi mereka (Cavanagh, 1978: 20). Def inisi ini memang terlalu umum sehingga perlu batasan-batasan tertentu. Yang tampaknya paling tepat dalam pemberian batasan ini adalah apa yang dikemukakan Charles Glock dan Rodney Stark yang mengidentif ikasi lima dimensi saling berbeda, namun hanya dengan kelimanya seseorang disebut religius: eksperimental, ideologis, ritualistic, intelektual, dan konsekuensional (Holm, 1977: 18). Berikut penjelasannya,  1. Dimensi kepercayaan (belief ), yaitu keyakinan akan kebenaran dari pokok-pokok ajaran imannya. Tak pelak lagi, ini merupakan unsur yang amat penting dalam kekristenan, bahkan juga di agama-agama lain. Tanpa keyakinan akan kebenaran dari pokok-pokok ajaran iman, tentu seseorang tidak akan menjadi bagian dari komunitas orang beriman tersebut, misalnya bila seseorang tidak percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat manusia, maka tidak mungkin ia menjadi seorang anggota gere  ja.

Upload: dhi-irawan

Post on 13-Jul-2015

110 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 1/25

1

A. PROSES PENGEMBANGAN DIMENSI KEAGAMAAN

Sebelum kita melangkah kepada pokok bahasan yaitu tentang proses pengembangan dimensi

keagamaan yang dilakukan oleh orang tua individu, mari kita menyinggung sedikit kepada dasar pokok

bahasan yaitu tentang dimensi keagamaan. Dalam bidang kajian agama (religius studies) ada banyak

cara yang digunakan orang untuk mengurai dimensi-dimensi agama. Sebab, agama sebagai refleksi tidak

hanya terbatas pada kepercayaan saja, tetapi juga terwu jud dalam tindakan kolektivitas dan bangunan

peribadahan. Perwu judan tersebut sebagai bentuk dari keberagamaan, sehingga agama diuraikan

menjadi beberapa dimensi religiositas yaitu :

1.  Emosi Keagamaan, ialah aspek agama yang paling mendasar, yang ada dalam  lubuk hati

manusia, yang menyebabkan manusia beragama menjadi religius atau tidak religius.

2.  Sistem Kepercayaan, yang mengandung satu set keyakinan tentang adanya wu jud dan sif at

Tuhan, tentang keberadaan alam gaib, makhluk halus, dan kehidupan abadi setelah kematian.

3.  Sistem Upacara Keagamaan yang dilakukan oleh para penganut sistem kepercayaan dengan

bertu juan mencari hubungan yang baik antara manusia dan Tuhan, dewa atau makhluk halus

yang mendiami alam gaib.

4.  Umat atau Kelompok Keagamaan, ialah kesatuan-kesatuan sosial yang menganut sistem 

kepercayaan dan yang melakukan upacara-upacara keagamaan.

Roland Cavanagh  mengemukakan bahwa agama merupakan berbagai macam  ekspresi simbolik

tentang dan respon tepat terhadap segala nilai yang tidak terbatas bagi mereka (Cavanagh, 1978: 20).

Def inisi ini memang terlalu  umum sehingga perlu  batasan-batasan tertentu. Yang tampaknya paling

tepat dalam pemberian batasan ini adalah apa yang dikemukakan Charles Glock dan Rodney Stark yang

mengidentif ikasi lima dimensi saling berbeda, namun hanya dengan kelimanya seseorang disebut

religius: eksperimental, ideologis,  ritualistic, intelektual, dan konsekuensional (Holm, 1977: 18).

Berikut penjelasannya, 

1. 

Dimensi kepercayaan (belief ), yaitu keyakinan akan kebenaran dari pokok-pokok ajaranimannya. Tak pelak lagi, ini merupakan unsur yang amat penting dalam kekristenan, bahkan juga

di agama-agama lain. Tanpa keyakinan akan kebenaran dari pokok-pokok ajaran iman, tentu 

seseorang tidak akan menjadi bagian dari komunitas orang beriman tersebut,  misalnya bila

seseorang tidak percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat manusia,  maka tidak mungkin ia

menjadi seorang anggota gere ja.

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 2/25

2

2.  Dimensi praktis, terdiri dari dua aspek yaitu ritual dan devosional. Ritual diuraikan sebagai suatu 

ibadah yang formal, seperti menghadiri kebaktian Minggu, menerima sakramen, melangsungkan

pernikahan di gere ja. Secara asasi ritual adalah bentuk pengulangan sebuah pengalaman agama

yang pernah ter jadi pada masa awal  pembentukan agama itu sendiri. Sedangkan yang

dimaksudkan dengan devotional adalah ibadah yang dilakukan secara pribadi dan informal, 

seperti misalnya berdoa, berpuasa, membaca Alkitab.

3.  Dimensi pengalaman (experience), yaitu pengalaman ber jumpa secara langsung dan subyektif  

dengan Allah. Atau dengan kata lain,  mengalami kehadiran dan karya Allah dalam 

kehidupannya. Pengalaman keagamaan ini (religius experience) bisa menjadi awal dari

keimanan seseorang, tetapi juga bisa ter  jadi setelah seseorang mengimani suatu agama

tertentu. Entahkah pengalaman itu berada di awal ataupun di tengah-tengah, pengalaman ini

berfungsi untuk semakin meneguhkan iman percaya seseorang.4.  Dimensi pengetahuan (knowledge), yaitu  pengetahuan tentang elemen-elemen pokok dalam 

iman keyakinannya, atau yang sering kita kenal dengan dogma, doktrin atau ajaran gere  ja. Hal 

ini tentu saja sangat berkaitan dengan dimensi pertama (kepercayaan). Seseorang akan terbantu 

untuk menjadi semakin yakin dan percaya apabila ia mengetahui apa yang dipercayainya.

5.  Dimensi etis, di mana umat mewu judkan tindakan imannya (act of   f aith) dalam kehidupan

sehari-harinya. Dimensi etis ini mencakup perilaku, tutur kata, sikap dan orientasi hidupnya. Dan

hal ini tentu saja dilandasi pada pengenalan atau pengetahuan tentang ajaran agamanya dan

percaya bahwa apa yang diajarkan oleh agamanya adalah benar adanya.

Sartono Kartodirjo, seorang peneliti studi agama di Indonesia, dalam pembahasannya tentang dimensi-

dimensi religiositas, Kartodir jo menyebutkan, bahwa dimensi religiositas sebagai berikut:

1.  Dimensi pengalaman keagamaan mencakup semua perasaan, persepsi, dan sensasi yang dialami

ketika berkomunikasi dengan realitas supernatural.

2.  Dimensi ideology mencakup satu set kepercayaan terhadap makhluk gaib dan kehidupan setelah

kematian.

3.  Dimensi ritual  mencakup semua aktivitas, seperti upacara keagamaan,  berdoa, dan

berpartisipasi dalam berbagai kewajiban agama.

4.  Dimensi intelektual ialah berhubungan dengan pengetahuan tentang agama. Pengetahuan

agama didapatkan melalui proses belajar dari pemimpin agama atau berupa ilham langsung dari

Tuhan yang dipercayai sebagai wahyu.

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 3/25

3

5.  Dimensi consequensial ialah mencakup semua efek dari kepercayaan, praktek, dan pengetahuan

dari orang yang menjalankan agama. Dengan perkataan lain, semua perbuatan dan sikap 

sebagai konsekuensi beragama.

Jadi agama itu tidak hanya mencakup satu dimensi ritual saja, namun satu dimensi agama ber jalan

dan berhubungan erat dengan dengan dimensi lainnya Jika hanya salah satu saja yang menjadi

andalan beragama bagi seseorang, maka orang tersebut belum beragama secara utuh, hanya parsial 

saja.

Proses perngembangan dimensi keagamaan ter  jadi di dalam kehidupan sehari-hari setiap individu, 

hal ini juga tidak mencakup satu dimensi saja melainkan banyak dimensi keagamaan yang saling

berkaitan juga ikut mengalami proses pengembangan tersebut. Tentunya proses pengembangan ini

merupakan proses progresif dimana dimensi-dimensi keagamaan itu terarah kepada satu tu juan, yaitu keseimbangan. Memang setiap individu  mempunyai tingkat atau kadar yang berbeda-beda dalam 

pelaksanaan kegiatan keagamaan maupun dalam konteks bagaimana posisi agama itu di dalam 

kehidupannya,  esensi dasar dari hal-hal tersebut adalah dimensi keagamaan itu sendiri, dan manusi

yang merupakan makhluk religius diharapkan bisa menjadi seseorang yang mampu  mem-balance 

dengan baik kehidupan religius dan kehidupan duniawi, dan tidak melanggar ketentuan yang mereka

yakini itu berasal dari Sang Maha Pencipta. Inilah tu juan dari pengembangan dimensi keagamaan itu, 

menu ju keseimbangan antara 2 sisi kehidupan, religius dan duniawi.

Proses pengembangan ini dilaksanakan secara berbeda-beda tergantung dari individu  masing-

masing, atau tergantung kepada f aktor f aktor yang mempengaruhinya. Beberapa f aktor yang

mempengaruhi seorang individu di dalam perkembangan dimensi keagamaannya antara lain :

1.  Faktor Internal -> Kesadaran diri, dan kondisi psikologis individu 

2.  Faktor Eksternal -> Orang lain dan lingkungan sekitar individu 

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 4/25

4

PROSES PENGEMBANGAN

Setelah mengatahui tentang dimensi keagamaan sebagai dasar  untuk mengembangkan pokok

bahasan yaitu tentang peran orang tua dalam proses pengembangannya terhadap kehidupan seorang

individu dan dalam kasus ini merupakan seorang anak kecil. Setelah melakukan pengamatan dan

melakukan beberapa wawancara dapat diketahui kalau  orang tua dari anak ini ikut berperan dalam 

pengembangan dimensi keagamaannya, mungkin memang cara dan metode yang mereka pakai adalah

metoda yang sederhana dan bahkan mungkin mereka tidak mengetahui kalau ini merupakan sebuah

proses pengembangan dari aspek dimensionalitas keagamaan anak mereka. Salah satu contohnya

adalah mereka menyuruh anak mereka untuk ikut mengaji di TPQ (Taman Pendidikan Al-Q uran) atau 

menyuruh anak mereka untuk pergi sholat Jumat. Kebanyakan hal seperti itu dianggap oleh para orang

tua sebaga hal yang sepele atau sekedar untuk mendidik anak se  jak dini tentang agama. Begitu juga

dengan orang tua Anggoro, ibunya menyuruhnya untuk mengaji atau sholat karena sudah ada tradisi di

tempat tinggalnya kalau agama itu harus diajarkan se  jak kecil. Namun lebih dari sekedar memberikan

pendidikan tentang keagamaan, namun ibu Anggoro juga memberikan dorongan stimulus untuk

Anggoro agar lebih terarah, dipandang dari aspek dimensionalitas keagamaannya.

Dipandang sebagai suatu hal yang wajar inilah yang membuat hal ini terkadang tidak menjadi suatu 

acuan orang tua dalam membentuk sebuah karakter yang seimbang di dalam diri anaknya. Anak akan

mempunyai pandangan yang biasa terhadap hal ini. Oh mungkin karena kebiasaan atau Ya karena

dari kecil udah disuruh , kalimat-kalimat itu yang mungkin akan muncul jika mereka ditanya tentang

proses pengembangan dimensi keagamaan tadi. Seperti yang sudah dijelaskan kalau  proses

pengembangan dimensi keagamaan berguna untuk mencapai keseimbangan atau  balance di dalam 

kehidupan seorang individu.

Orang tua Anggoro berperan di dalam pengembangan dimensi keagamaan anaknya, mungkin bisa

dibilang dengan metode yang sederhana, hanya mencakup dimensi ritualnya saja, namun tidak mereka

sadari proses itu berpengaruh dalam kehidupan anaknya, hanya saja karena mereka hanya berpendapat

kalau hal itu  merupakan suatu kewajaran yang mereka temui di lingkungan tempat mereka tinggal, 

maka proses pengembangannya tidak maksimal, meski proses itu ber jalan namun tetap tidak maksimal.

Keseimbangan di masa depan masih bisa tercapai, namun anak itu akan memiliki sebuah kecenderungan

untuk menganggap kalau hal itu adalah sebuah kebiasaan, bukan menganggapnya sebagai kewajiban

dengan berlandaskan kepada keyakinan.

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 5/25

5

B. KETERKAITAN ANTARA KEPRIBADIAN DAN SIKAP

KEAGAMAAN

Phillip Kohnstamm adalah seorang professor yang mengemukakan pendapat tentang keterkaitan

antara kepribadian dan sikap keberagamaan. Beliau mengemukakan kalau  Tuhan merupakan pribadi 

yang menguasai alam semesta. Dengan kata lain kepribadian sama artinya dengan teistis (Keyakinan).

Orang yang berkepribadian menurutnya adalah orang yang berkeyakinan ke-Tuhanan. Sebelum 

membahas lebih jauh tentang pokok bahasan yaitu keterkaitan antara aktivitas individu yang diamati

(Anggoro) dengan pendapat dari Phillip Kohnstamm tentang konsep kepribadian mari kita menyinggung

sedikit tentang konsep kepribadian itu sendiri.

PENGERTIAN DAN TEORI KEPRIBADIAN

Istilah-istilah yang dikenal dalam kepribadian adalah:

Mentality , yaitu situasi mental yang dihubungkan dengan kegiatan mental atau intelektual. Pengertian

secara def initif yang dikemukakan dalam Oxford Dictionary:

Mentality = Intellectual Power = Integrated activity of the organism.

Personality , menurut Wibters Dictionary adalah:

a.  T he totality of personalitys characteristic

b.   An integrated group of constitution of trends behavior tendencies act 

c.  Individuality, adalah sif at khas seseorang yang menyebabkan seseorang mempunyai sif at

berbeda dari orang lainya.

d.  Identity , yaitu sif at kedirian sebagai suatu satu kesatuan dari sif at-sif at mempertahankan

dirinya terhadap sesuatu dari luar (Unity and persistance of personality ).

Selanjutnya berdasarkan pengertian dari kata-kata tersebut, beberapa ahli mengemukakan def inisinya

sebagai berikut:

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 6/25

1)  Allport

Dengan mengecualikan beberapa sif at kepribadian dapat dibatasi sebagai cara bereaksi yang khas dari

seseorang individu terhadap  perangsang sosial dan kualitas penyesuaian diri yang dilakukannya

terhadap segi sosial dari lingkungannya.

2) Mark A. May

Apa yang memungkinkan seseorang berbuat efektif  atau  memungkinkan seseorang mempunyai

pengaruh terhadap orang lain. Dengan kata lain kepribadian adalah nilai perangsang sosial seseorang.

3) Woodwort

Kualitas dari tingkah laku seseorang.

4) Morisson

Keseluruhan dari apa yang dicapai seseorang individu dengan jalan menampilkan hasil-hasil kultural dari

evolusi sosial.

5) Hartmann

Susunan yang terintegritaskan dari ciri-ciri umum seseorang individu sebagaimana dinyatakan dalam 

corak khas yang tegas yang diperlihatkannya kepada orang lain.

6) L.P Thorp

Sinonim dengan pikiran tentang berfungsinya seluruh individu-individu secara organisme yang meliputi

seluruh aspek yang secara verbal terpisah-pisah seperti: Intelek,  watak ,  motif  dan emosi,  minat, 

kesediaan untuk bergaul dengan orang lain (sosialias) dan kesan individu yang ditimbulkanya pada orang

lain serta efektivitas sosial pada umumnya.

7) C.H Judd:

Hasil lengkap serta merupakan suatu keseluruhan dari proses perkembangan yang telah dilalui individu.

8) Wetherington

Dari seluruh def inisi yang telah dikemukakan diatas wetheringthon menyimpulkan, bahwa kepribadian

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 7/25

7

Manusia karena keturunannya mula sekali hanya merupakan individu dan kemudian barulah

merupakan suatu pribadi karena pengaruh belajar dan lingkungan sosialnya. Kepribadian adalah istilah

untuk menyebutkan tingkah laku seseorang secara terintegrasikan dan bukan hanya beberapa aspek

saja dari keseluruhan itu.

Kata kepribadian menyatakan pengertian tertentu saja yang ada pada pkiran orang lain dan isi pikiran

itu ditentukan oleh nilai perangsang sosial seseorang. Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang

bersif at statis, seperti bentuk badan atau ras tetapi menyertakan keseluruhan dan kesatuan dari tingkah

laku seseorang. Kepribadian tidak berkembang secara pasif  saja, setiap  orang mempergunakan

kapasitasnya secara aktif  untuk menyesuaikan diri kepada lingkungan sosial.

Menurut W. Stern kepribadian adalah suatu kesatuan banyak (Unita multi compleks) yang diarah kankepada tu juan-tu juan terentu dan mengandung sif at-sif at khusus individu, yang bebas menentukan

dirinya sendiri.

Dalam uraian selanjutnya ia mengemukakan ciri-ciri kepribadian:

a.  Kesatuan banyak: Mengandung unsur-unsur yang banyak dan tersusun secara hierarki dari

unsur yang berfungsi tinggi ke unsur yang rendah.

b.  Bertu juan: mempunyai tu juan yang terdiri dari mempertahankan diri dan mengembangkan

diri.

c.  Individualitas: Merdeka untuk menentukan dirinya sendiri dan kesadaran tidak termasuk ke 

dalamnya.

Namun Professor Phillip Kohnstamm menentang pendapat W.Stern yang meniadakan kesadaran dalam 

pribadi terutama pada Tuhan. Menurut Kohnstamm, Tuhan merupakan pribadi yang menguasai alam 

semesta. Dengan kata lain kepribadian sama artinya dengan teistis (Keyakinan). Orang yang

berkepribadian menurutnya adalah orang yang berkeyakinan ke-Tuhanan. Secara spesif ik menurut

ajaran agama Islam (karena konteks lingkungan individu yang diamati adalah konteks muslim/islam) dan

berdasar kepada pendapat Phillip Kohnstamm (Tuhan yang menguasai alam semesta) maka Sukamto 

M.M, seorang ahli psikologi dan f ilsaf at di Indonesia membagi kepribadian yang terdiri dari 4 sistem 

yaitu :

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 8/25

8

1.  Qalb (Angan-angan kehatian).

2.  Fuad (Perasaan/hati nurani/ulu hati).

3.  Ego (Aku sebagai pelaksana dari kepribadian).

4.  Tingkah laku (Wu jud gerakan)

Meskipun keempat aspek itu  masing-masing mempunyai fungsi, sif at, komponen,  prinsip ker ja, 

dinamika sendiri-sendiri, namun keempatnya berhubungan dengan erat dan tidak dapat dipisahkan.

a) Qalb

Adalah hati yang menurut istilah kata atau terminologis adalah sesuatu yang berbolak balik (sesuatu 

yang lebih), berasal dari kata Q olaba, artinya membolak-balikan. Qalb bisa diartikan hati sebagai hati

sekepal(biologis), dan juga bisa bersrti kehatian (naf siologis). Ada sebuah hadist nabi riwayat bukhari

muslim berbunyi sebagai berikut: ketehuilah bahwa didalam tubuh ada sekepal daging. Kalau itu baik,

baiklah seluruh tubuh. Kalau itu rusak- rusak lah seluruh tubuh. Itulah qalb  

Secara naf siologis qalb disini dapat diartikan sebagai radar kehidupan dilaksanakan. Qalb adalah

reservoir  energi naf siah yang menggerakkan ego dan fuad. Dilihat dari beberapa segi, ada

kecenderungan bahwa teori freud tentang Id mirip dengan karakter hati yang tidak berisi iman, yaitu 

qalb yang selalu  menuntut kepuasan dan menganut prinsip kesenangna (  pleasure principle). Ia

menghendaki agar segala sesuatu segera dipenuhi atau dilaksanakan. Kalau satu segi sudah terpenuhi, ia

menuntut lagi yang lain, dan begitu seterusnya. Ia menjadi anak manja dari kepribadian.

b) Fuad

Fuad adalah perasaan yang terdalam dari hati yang sering kita sebut hati nurani (cahaya mata hati)

dan berfungsi sebagai penyimpan daya ingatan. Ia sangat sensitif terhadap gerak atau dorongan hati dan

merasakan akibatnya, kalau hati kufur, Fuad pun kufur dan menderita. Kalau hati berge jolak karena

terancam oleh bahaya atau hati tersentuh oeh siksaan batin,  fuad terasa seperti terbakar. Kalau hati

tenang, Fuad pun tentram dan senang. Satu segi kelebihan fuad dibanding dengan hati ialah, bahwa

fuad itu dalam situasi yang bagaimanapun, tidak bisa dusta. Ia tidak bisa menghianati kesaksian

terhadap yang dipantulkan oleh hati dan apayang diperbuat oleh ego. Ia berbicara apa adanya. Berbagai

rasa yang dialami oleh fuad ditutukan dalam al-quran sebagai berikut:

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 9/25

9

1.  Fuad bisa bergoncang gelisah (Qs al-Qashas: 10) Dan fuad ibu musa menjadi bingung (kosong) Hampir 

saja ia membukakan rahasia (Musa), Jika aku tidak meneguhkan hatinya, sehingga ia menjadi: orang

yang beriman.

2.  Dengan diwahyukannya al-quran kepada Nabi,  fuad Nabi menjadi teguh (Q S al-furqan: 32), Dan

orang-orang kaf ir  bertanya: mengapa al-quran tidak diturunkan kepadanya dengan sekaligus?

Demikianlah, karena dengan (cara) itu, Aku hendak meneguhkan fuadmu, dan aku  bacakan itu 

dengan tertib (sebaik-baiknya)

3.  Fuad tidak bisa berdusta (Q S Anm Najm: 11): Fuad tidak berdusta tentang apa yang dilihatnya.

4.  Orang yang zalim hatinya kosong (bingung). (Q S Ibrahim:43), Dengan terburu-buru sambil 

menundukkan kepala, mereka tidak berkedip, tetapi fuadnya kosong (bingung)

5.  Orang musrik, fuad dan pandanganya dibolak-balikan atau diguncang (Q S al-anam: 110):

Aku goncangkan fuad dan pandangan mereka (kaum musrikin), sebagaimana je  jak semula mereka

tidak mau beriman, dan aku biarkan mereka dalam kedurhakaanya mengembara tanpa arah tertentu.

c) Ego

Aspek ini timbul karena kebutuhan organisme  untuk berhubungan secara baik dengan dunia

kenyataan (realitas). Ego atau aku bisa dipandang sebagai eksekutif  kepribadian, mengntrol cara-cara

yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan, memilih ob jek-ob jek yang bisa memenuhi kebutuhan, 

mempersatukan pertentangan-pertenangan antara qalb dengan fuad dengan dunia luar. Ego adalah

derivat dari qalb dan bukan untuk merintanginya. Kalau  qalb hanya mengenal dunia sesuatu yang

subyektif  dan yang ob jek (dunia realitas). Didalam  fungsinya, Ego  berpegang pada prinsip kenyataan

atau  realiti principle. Tu juan prinsip kenyataan ini adalah mencari ob jek yang tepat (serasi), Untuk

mereduksikan keteganganya yang timbul dalam organisme. Ia merumuskan suatu  rencana pemuasan

kebutuhan dan mengu  jinya (biasanya dengan tindakan). Untuk mengetahui apakah rencana tersebut

berhasil atau tidak.

d) Tingkah laku

Naf siologi kepribadian berangkat dari kerangka acuan dan asumsi asumsi subyektif tentang tingkah

laku  manusia, karena menyadari bahwa tidak seorangpun bisa bersif at ob jektif  sepenuhnya dalam 

mempelajari manusia. Tingkah laku ditentukan oleh keseluruhan pengalaman yang di sadari oleh

pribadi. Kesadaran merupakan sebab dari tingkah laku. Artinya, bahwa apa yang dipikir dan dirasakan

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 10/25

10

oleh individu itu menentukan apa yang akan diker jakan, adanya nilai yang dominan mewarnai seluruh

kepribadian seseorang dan ikut serta menentukan tingkah lakunya.

Masalah normal dan abnormal tentang tingkah laku dalam naf siologi ditentukan oleh nilai dan

norma yang sif atnya universal. Orang yang disebut normal adalah orang yang seoptimal  mungkin

melaksanakan iman dan amal soleh disegala tempat. Kebalikan dari ketentuan itu adalah abnormal 

yaitu, sif at-sif at dholim, f asik, syirik, kufur, nif ak, dan se jenis itu.

Jadi berdasarkan hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kepribadian seseorang sangat

mempengaruhi sikap keagamaan setiap induvidu, dalam arti bahwa mereka yang hidup di lingkungan

keluarga yang taat dan selalu berhubungan dengan benda-benda/ simbol-simbol agama serta menjalin

hubungan yang positif  terhadap orang orang yang taat dalam menjalankan agama, maka akan dapat

mempengaruhi karakter/sif at kepribadian seseorang, sebaliknya mereka yang asing dengan lingkungan

seperti itu tentunya akan sulit mengenal nilai-nilai moralitas yang tentunya banyak terkandung dalam 

ilmu-ilmu keagamaan, dalam tingkat lebih jauh bisa saja mereka tidak peka terhadap hal-hal keagamaan, 

mulai dari cara berf ikir, pemahaman, sikap menghargai, bahkan dimungkinkan ketiadaan pengenalan

terhadap simbol-simbol agama seperti hari-hari besar  perayaan agama,  upacara, aktualisasi agama

(sholat), rumah ibadah (masjid), cara berpakaian, dan seterusnya.

KETERKAITAN ANTARA KEPRIBADIAN DAN SIKAP KEAGAMAAN

Berdasarkan kepada pendapat Ph. Kohnstamm yang menyinggung tentang posisi Tuhan sebagai pribadi

pencipta alam semesta ini, secara langsung menunjukkan kalau sikap keagamaan (percaya adanya

Tuhan Yang Maha Kuasa) berkaitan dengan konsep kepribadian itu sendiri. Ph. Kohnstamm 

menunjukkan kalau kepribadian individu  berpengaruh kepada sikap keagamaan individu itu sendiri, 

Kohnstamm meletakkan Tuhan sebagai pribadi tertinggi yang merupakan dasar acuan untuk mengambil 

kesimpulan itu. Hubungan antara sikap keagamaan dan kepribadian seorang individu ter  jadi seiring

waktu, artinya tidak ada proses progresif yang sangat cepat yang nampak, apalagi jika sikap keagamaan

itu muncul akibat dominasi f aktor  eksternal (dari luar) daripada internal (dari dalam), seperti halnya

yang saya temui di dalam diri invidu seorang Anggoro, menurut pemaparannya perilaku yang condong

kearah keagamaan/sikap keagamaan yang dia lakukan seperti misalnya mengaji atau ikut sholat Jumat

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 11/25

11

kadalah bukan kemauan dia sendiri, orang tua lebih berperan dalam menuntunnya untuk melakukan hal 

itu, inilah yang dinamakan f aktor eksternal lebih dominan daripada f aktor internal, oleh sebab itu se jauh

pengamatan dan keterangan dari Anggoro  menunjukkan kalau sikap keagamaan belum sepenuhnya

berpengaruh di dalam kehidupannya, dia masih bertingkah bagaimana anak kecil yang lugu, masih suka

berbohong atau mengusili temannya. Jadi keterkaitan antara sikap keagamaan yang berdasar kepada

pendapat Phillip Kohnstamm belum sepenuhnya terlihat atau terefleksi dalam kepribadian dan tingkah

laku Anggoro, kemungkinan besar hal ini akan berkembang sesuai waktu dan kesadaran dirinya akan

kewajiban serta rasa keimanan yang mungkin akan muncul seiring bertambahnya usianya.

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 12/25

12

C. HUBUNGAN ANTARA TRIPUSAT PENDIDIKAN DENGAN

KEPRIBADIAN

Kepribadian seorang individu, khususnya anak-anak, mengalami perkembangan kepribadian yang ter jadi

setiap saat dan setiap waktu, proses perkembangan ini tidak akan pernah berhenti, terutama pada usia

dini, proses perkembangan ini sangat mempengaruhi bagaimana individu itu akan terbentuk nantinya, 

perkembangan kepribadian yang ter  jadi di usia dini begitu  berpengaruh, dimana pada usia dinilah

seorang individu membangun jati dirinya, menjadi seorang individu yang bagaimanakah dia selanjutnya.

Pemegang peran utama dalam perkembangan kepribadian seorang anak selain dirinya sendiri adalah

lingkungan utama dimana proses perkembangan kepribadian si anak itu berlangsung, lingkungan utama

inilah yang disebut dengan istilah Tripusat Pendidikan. Tripusat Pendidikan terdiri atas 3 hal yaitu :

1. Keluarga

Keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan juga utama. Karena itu peran dan

pengaruh keluarga sangatlah esensial bagi perkembangan anak. Apa yang diberikan dan dilakukan oleh

keluarga akan menjadi sumber perlakuan pertama yang akan mempengaruhi pembentukan karakteristik

perilaku dan pribadi anak. Perlakuan pada masa awal kehidupan anak yang ter  jadi dalam keluarga

sangat memegang peran kunci dalam pembentukan struktur dasar kepribadiannya tersebut.

Sebagian besar waktu anak akan dihabiskan di keluarga, jika kesempatan yang banyak diisi dengan

hal-hal yang positif,  maka akan memberikan kontribusi yang positif   pula untuk anak. Karakteristik

hubungan orang tua dan anak berbeda dari hubungan anak dengan pihak-pihak lainnya di sekitar 

mereka. Kepada orang tua, selain si anak memiliki ketergantungan secara materi, ia juga memiliki ikatan

psikologis tertentu yang se  jak dalam kandungan telah dibangun melalui jalinan kasih sayang dan

pengaruh-pengaruh normatif  tertentu. Interaksi kehidupan orangtua-anak mewu judkan keadaan yang

apa adanya dan bersif at asli, tidak seperti hubungan anak dengan gurunya yang mungkin akan selalu 

menekankan formalitas karena terikat oleh posisi guru yaitu sebagai pendidik yang harus selalu  bisa

membangun keadaan yang wajar dengan nasihat-nasihat baiknya. Sedangkan Pengaruh keluarga akan

sangat bervariasi tergantung pada bentuk, kualitas, dan intensitas perlakuan yang ter  jadi serta pada

kondisi anak itu sendiri. Namun prinsip-prinsip yang dimiliki orang tua untuk bahan ru jukan dalam 

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 13/25

13

membimbing anak tersebut tidaklah boleh terlepas dari unsur-unsur  pribadi anak yang unik. Peran

keluarga lebih banyak bersif at memberikan dukungan baik dalam hal  penyediaan f asilitas maupun

penciptaan suasana belajar yang kondusif . Sedangkan Dalam hal  pembentukan perilaku, sikap dan

kebiasaan,  penanaman nilai, dan perilaku-perilaku  lainnya pengaruh keluarga sangatlah kuat dan

bersif at langsung. Keluarga berfungsi sebagai lingkungan kehidupan nyata dalam pengembangan aspek-

aspaek perilaku tersebut. Enam hal yang dimungkinkan bisa dilakukan orang tua dalam mempengaruhi

anak, yaitu:

1.  Pemodelan perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung, 

2.  Memberiakn ganjaran atau hukuman, seperti pu jian dan teguran, 

3.  Perintah langsung , 

4.  Menyatakan peraturan-peraturan, 

5.  Penalaran, dan

6.  Menyediakan f asilitas atau bahan-bahna dan adegan suasana, seperti membeliakn buku-buku 

yang diminati anak untuk proses belajarnya.

Keenam cara tersebut juga bisa dilakukan oleh guru dan teman-teman, namun bagaimanapun

hubungan orang tua dan anak berbeda dari guru atau orang lain di sekitarnya.

Pada umumnya setiap orang tua memiliki gaya atau pola asuh yang berbeda-beda dalam mensikapi

anak-anaknya. Orang tua yang otoriter akan menerapkan seperangkat peraturan bagi anaknya secara

ketat dan sepihak. Orang tua yang permisif  akan cenderung memberikan banyak kebebasan kepada

anaknya dan kurang memberikan kontrol. Sedangkan orang tua yang otoritatif  akan memberikan

seperangkat peraturan yang jelas yang akan dilakukan dengan pemahaman, bukan paksaan. Sehingga

peraturan-peraturan yang diberikan akan dimengerti si anak dengan pengontrolan orang tua dalam 

suasana hubungan yang hangat dan dialog yang terbuka.

2. Sekolah

Selama kurang lebih lima sampai dengan enam jam, umumnya anak berada di sekolah yang bukan

hanya hadir secara f isik, namun juga mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah diprogram oleh sekolah.

Dengan demikian, sekolah memiliki konribusi yang sangat berarti dalam hal  perkembangan anak.

Pengalaman interaksi anak dengan gurunya di sekolah akan lebih bermakna bagi anak daripada dengan

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 14/25

14

orang dewasa lainnya. Luasnya lautan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek kehidupan manusia lainnya

semakin mengukuhkan keterbatasan orang tua dalam mendidik anaknya.

Mengikuti kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan proses penegembangan kognisi anak

merupakan kegiatan utama mereka di sekolah. Perkembangan kognisi anak yang bersekolah akan

berbeda dengan mereka yang tidak bersekolah . Interaksi pendidikan di sekolah tidak hanya berkenaan

dengan perkembangan kognisi anak, namun juga berkenaan dengan perkemangan aspek-aspek pribadi

lainnya. Sekolah akan membatasi dan mendef inisikan perilaku, perasaan, dan sikap anak. Di sekolah, 

mereka akan menemukan perkembangan identitas, keyakinan atau kemampuan diri, image tentang

kehidupan dan kemungkinan karir, hubungan-hubungan sosial, serta standar perilaku yang benar dan

salah. Semakin cocok antara budaya sekolah dengan nilai-nilai dan harapan-harapan anak, maka akan

semakin positif dampak sekolah terhadap perkembangan anak.

Jelaslah fungsi dan tu juan sekolah, yaitu sebagai lembaga yang memf asilitasi proses perkembangan

anak secara menyeluruh sehingga mereka dapat berkembang secara optimal sesuai dengan harapan-

harapan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat, serta berperan dalam hal pengembangan aspek

sosiomoral dan emosi anak dengan kemampuan guru dalam mendidik dan karakteristik-karakteristik

pribadi yang sesuai dalam lingkungan pendidikan dan masyarakat.

3. Masyarakat

Anak-anak bergaul dalam  masyarakat, di sana mereka menyaksikan berbagi peristiwa, di sana

mereka melihat orang-orang berperilaku, dan di sana pula mereka akan selalu menemukan se jumlah

aturan dan tuntutan yang seyogyanya dipenuhi oleh yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang

didapat anak-anak dalam  masyarakat tersebut akan memberikan kontribusi tersendiri dalam 

pembentukan perilaku dan perkembangan pribadinya. Lingkungan masyarakat akan mendukung apa

yang telah dikembangkan orang tua di rumah dan guru di sekolah, dan begitu sebaliknya. Jika rumah dan

sekolah telah mengembangkan suatu budaya atau nilai yang relevan dengan apa yang dikembangkan di

mayarakat , maka sangat mungkin akan muncul pengaruh yang saling mendukung, sehingga peluang

pencapaiannyapun akan sangat besar. Diperlukan ikatan ikatan psikologis yang kuat antara keluarga

dengan anak, sehingga keluarga akan selalu dipercaya sebagai tempat yang baik untuk membicarakan

dan memahami berbagai persoalan yang ter  jadi di masyarakat. Karena jika ditanya siapa penanggung

 jawab kondisi dalam masyarakat?, pada akhirnya tanggung jawab tersebut akan kembali pada keluarga

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 15/25

15

masing-masing. Baik tidaknya suatu masyarakat akan sangat bergantung pada keluarga-keluarga yang

membangun masyarakat tersebut. Orang tua juga harus membimbing anaknya dalam hal  pergaulan

anak dengan teman sebayanya dan menjaga anak dari pengaruh negatif  media informasi yang akhir-

akhir ini perannya sangat dominan dalam masyarakat..

Jadi Tripusat pendidikan merupakan lingkungan utama dimana proses perkembangan kepribadian

seorang individu / anak kecil itu berlangsung. Lingkungan utama itulah yang menjadi pemegang peranan

penting setelah diri individu itu sendiri dalam proses pembentukan karakter dirinya, kepribadian dan

attitudenya. Demikian juga dengan Anggoro, pengamatan yang saya lakukan menemukan kalau Tripusat

pendidikan juga berperan penting di dalam kehidupannya, dimana kepribadian dan attitudenya

tertempa, terbentuk, serta berkembang.

a)  Keluarga

Dari aspek kehidupan di dalam  lingkungan keluarga, Anggoro  mendapatkan pengaruh yang

besar, mengingat usianya masih belia, maka orang tuanya berperan andil dalam pembentukan

karakter kepribadiannya. Misalnya saja ibunya sering menyuruh dia untuk mengaji, atau 

ayahnya yang sering mengantarkannya untuk ikut belajar bersama di Fakultas Bahasa dan Seni

di Universitas Negeri Surabaya. Anggoro juga memaparkan kalau ibunya sering memarahinya

  jika dia mengusili temannya atau kakaknya yang sering mengajarinya berhitung dengan sabar.

Hal-hal tulah yang mempengaruhi pembentukan karakter Anggoro, dimana ada proses

pembelajaran yang bertu juan untuk menempa pribadi yang baik dengan berlandaskan pada

sikap keagamaan, pribadi yang sabar dan tekun, serta pribadi yanglebih menghormati orang lain

dengan tidak menggangu sesame.

b)  Sekolah

Menurut pemaparan Anggoro, sekolah merupakan tempat dia bisa berkumpul dengan teman-

teman sebaya,  menghabiskan waktu  untuk jajan dan bermain, serta belajar. Sekolah yang

merupakan salah satu bagian dari Tripusat pendidikan juga berpengaruh kepada pembentukan

karakter pribadi Anggoro, karena dasar sekolah tempat dia belajar adalah keagamaan/agamis

(Madrasah Ibtidaiyah) maka pendidikan yang Anggoro terima hamper semuanya bertu juan

untuk membentuk karakter yang diharapkan berpegang teguh kepada hukum agama yang dia

anut, serta berlandaskan rasa keimanan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam 

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 16/25

16 

hal ini sekolah lebih berperan besar dalam  pembentukan nilai-nilai religius dan pendidikan

dalam karakter kepribadian Anggoro.

c)  Masyarakat

Lingkungan masyarakat tempat Anggoro tinggal merupakan tipe masyarakat yang monogamy, 

yaitu  mayoritas adalah pemeluk agama islam, dan dari suku Jawa. Oleh karena hal itulah

lingkungan masyarakat tempat Anngoro tinggal  mempunyai aturan dan tata karma yang

berlandaskan kepada norma islami dan norma masyarakat ke jawen. Menurut pemaparan

Anggoro, di lingkungan dia tinggal sering diadakan acara pengajian rutin di musholla/surau 

setempat setiap malam Kamis, dan Anggoro seringkali diajak oleh ayahnya untuk ikut, dan juga

adanya kegiatan ker ja bakti setiap 2 minggu sekali untuk membersihkan selokan atau sampah, 

dan Anggoro juga sering berpartisipasi. Lagi-lagi aspek yang berkembang disini adalahpembentukan kepribadian berdasarkan aspek agamis, namun selain itu muncul juga hal yang

mempengaruhi terbentuknya pribadi yang luwes dalam bergaul, berperan aktif dalam sisi social 

di masyarakat. Selain itu adanya norma-norma yang berlaku  menciptakan perilaku  preventif  

yang mencegah timbulnya pelanggaran atas aturan-aturan yang berlaku di lingkungan dia

tinggal.

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 17/25

17

D. TUJUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM

Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasif ikasi dan nomos yang berarti

aturan. Taksonomi berarti klasif ikasi berhirarki dari sesuatu atau  prinsip yang mendasari klasif ikasi.

Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan ke jadian- sampai pada kemampuan berpikir dapat

diklasif ikasikan menurut beberapa skema taksonomi.

Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang psikolog

bidang pendidikan. Konsep ini mengklasif ikasikan tu juan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, 

afektif dan psikomotorik.

Ranah kognitif  meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan keahlian mentalitas. Ranah

afektif   meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotorik

berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan f isik.

Taksonomi Bloom  meru juk pada taksonomi yang dibuat untuk tu juan pendidikan. Taksonomi ini

pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tu juan pendidikan dibagi

menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam 

pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.

Tu juan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:

1.  Cognitive Domain (Ranah Kognitif ), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek

intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.

2.  Affective Domain (Ranah Afektif ) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan

emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.

3.  Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek

keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di

antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta,  rasa, dan karsa. Selain itu, 

 juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 18/25

18

Dari setiap  ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang

berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang

paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari

tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai pemahaman yang

berada di tingkatan kedua juga diperlukan pengetahuan yang ada pada tingkatan pertama.

Domain K ognitif 

Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian

pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan

Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)

Pengetahuan (Knowledge)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, def inisi,  f akta-f akta, gagasan, 

pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen

kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik def inisi dari kualitas, karakteristik

produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk, dsb.

Pemahaman (Comprehension)

Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran,  laporan, tabel, diagram, 

arahan, peraturan, dsb. Sebagai contoh, orang di level ini bisa memahami apa yg diuraikan dalam  f ish

bone diagram, pareto chart, dsb.

 Aplikasi (Application)

Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan,  prosedur,  metode, 

rumus, teori, dsb di dalam kondisi ker ja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab 

meningkatnya re ject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan

menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk f ish bone diagram atau pareto chart.

 Analisis (Analysis)

Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi

atau  menstrukturkan informasi ke dalam  bagian yang lebih kecil  untuk mengenali pola atau 

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 19/25

19

hubungannya, dan mampu  mengenali serta membedakan f aktor  penyebab dan akibat dari sebuah

skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu  memilah-milah penyebab 

meningkatnya re ject,  membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap  penyebab, dan

menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.

Sintesis ( Synthesis)

Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola

dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang

harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer 

kualitas mampu  memberikan solusi untuk menurunkan tingkat re ject di produksi berdasarkan

pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.

Evaluasi (Evaluation)

Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb 

dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau 

manf aatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif  

solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manf aat, nilai ekonomis, dsb 

Domain Af ektif  

Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.

Penerimaan (Receiving/Attending)

Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya

berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.

T anggapan (Responding)

Memberikan reaksi terhadap  fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetu juan, 

kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 20/25

20

Penghargaan (Valuing)

Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu ob jek, fenomena, atau tingkah laku.

Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah

laku.

Pengorganisasian (Organization)

Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu 

sistem nilai yang konsisten. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value 

Complex)

Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-

hidupnya. 

Domain Psikomotor

Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat 

Bloom 

Persepsi (Perception)

Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.

Kesiapan ( Set)

Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.

Guided Response (Respon T erpimpin).

T ahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan

gerakan coba-coba.

Mekanisme ( Mechanism)

Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 21/25

21

Respon T ampak yang Kompleks (Complex Overt Response)

Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.

Penyesuaian (Adaptation)

Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.

Penciptaan (Origination)

Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.

Dari penjelasan tentang Taksonomi Bloom diatas, domain yang lebih dominan berkembang pada

subyek yang diamati (Anggoro) yaitu Domain Psikomotor. Pada usia belia, kecenderungan untuk

bergerak dan melakukan sesuatu berdasarkan kegiatan psikomotorik lebih dominan ter jadi. Pada tahap 

ini proses perkembangan domain tipe psikomotor lebih dominan karena pada masa anak-anak usia (8-9

tahun) mereka cenderung lebih aktif  bergerak dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Demikian

halnya dengan Anggoro, dia lebih cenderung aktif  bergerak, bermobilisasi daripada berdiam di suatu 

tempat,  menurutnya, dia lebih menikmati untuk bermain, dan berinteraksi dengan teman-teman

sebayanya serta menmukan hal-hal baru yang menarik. Hal ini menunjukkan kalau domain psikomotor 

lebih dominan berkembang dikarenakan pada usia ini anak-anak cenderung lebih aktif dalam bergerak, 

meniru gerakan orang lain atau  bersosialisasi secara aktif  dengan sekitar. Mereka lebih cenderung

menyukai model  pembelajaran seperti ini juga, daripada harus diam di suatu tempat. Hal ini juga

berpengaruh kepada bentuk kepribadian dan attitude seorang anak. Anggoro misalnya, dia merupakan

seorang pribadi yang ener  jik dan mudah bergaul dengan orang-orang sebaya maupun dengan orang

yang lebih tua, karena domain yang lebih berkembang di kehidupannya adalah domain Psikomotor.

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 22/25

22

E. SISTEM PELAKSANAAN PENDIDIKAN

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewu judkan suasana belajar 

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif  mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan,  pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan negara.

Sistem pelaksanaan pendidikan oleh sebuah lembaga atau instansi berdasarkan kepada Pancasila

dan UUD 1945 yang berakar  pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap 

terhadap  perubahan zaman, sesuai dengan tu juan pendidikan itu sendiri yaitu  untuk mencerdaskan

kehidupan berbangsa dan bernegara. Sistem  pelaksanaan ini juga bersumber kepada sistem 

pelaksanaan pendidikan tingkat nasional  / sistem  pendidikan nasional. Sistem  pendidikan nasional 

adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu  untuk mencapai tu juan

pendidikan nasional.

UUSPN dari No. 2 tahun 1989 diganti UU No. 20 tahun 2003, dilakukan dalam rangka memperbarui

visi,  misi dan strategi pendidikan nasional. Pembaruan sistem  pendidikan nasional  mencakup 

penghapusan diskriminasi antara pendidikan formal dan pendidikan non-formal.

Visi pendidikan nasional adalah memberdayakan semua warga negara Indonesia, sehingga dapat

berkembang menjadi manusia berkualitas yang mampu  bersaing dan sekaligus bersanding dalam 

menjawab tantangan zaman.

Misi pendidikan nasional adalah:

y  Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu 

bagi seluruh rakyat Indonesia.

y  Membantu dan memf asilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh se jak usia dini

sampai akhir hayat dalam rangka mewu judkan masyarakat belajar.

y  Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan

pembentukan kepribadian yang bermoral.

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 23/25

23

y  Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat

pembudayaan, ilmu  pengetahuan, keterampilan,  pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan

standar nasional dan global.

y  Memberdayakan peran serta masyarakat dalam  menyelenggarakan pendidikan berdasarkan

prinsip otonomi dalam konteks NKRI.

Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut,  maka fungsi pendidikan nasional adalah

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam 

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tu juan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan

potensi-potensi peserta didik yang menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggungjawab.

Sistem  pendidikan nasional itu sendiri juga mempunyai strategi-strategi di dalam  proses

pelaksanaannya, Strategi pendidikan nasional adalah:

a)  Pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia.

b)  Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi.

c)  Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

d)  Evaluasi, akreditasi dan sertif ikasi pendidikan yang memberdayakan.

e)  Peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan.

f )  Penyediaan sarana belajar yang mendidik.

g)  Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan.

h)  Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata.

i)  Pelaksanaan wajib belajar.

 j)  Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan.

k)  Pemberdayaan peran masyarakat.

l)  Pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat.

m)  Pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional.

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 24/25

24

Setelah melakukan beberapa pengamatan secara langsung dan melalui narasumber, saya mendapatkan

sebuah keterkaitan antara visi dan misi serta strategi system  pendidikan nasional dengan sistem 

pelaksanaan pendidikan sekolah yang saya amati. Berikut ini uraiannya :

1.  Visi dan Misi

Visi dan misi sekolah jelas bertu juan untuk mencetak generasi baru yang lebih baik selain untuk

menyelenggarakan kegiatan pendidikan bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan visi dan misi

system pendidikan nasional. Namun ada sedikit perbedaan dengan system pendidikan nasional 

itu sendiri. Yaitu  landasan struktural dan dasar dasar yang dipakai dalam menyeleggarakan

sistem pendidikan. Sekolah yang dijadikan obyek pengamatan merupakan sekolah yang berbasis

keagamaan atau  lebih spesif iknya berbasis islam atau yang lebih dikenal dengan Madrasah

Ibtidaiyah (MI), hal ini berbeda dengan sistem  pendidikan nasional yang mencakup  proses

penyelenggaraan secara luas. Namun pada dasarnya antara sekolah yang diamati dengan

dengan sistem pendidikan nasional mempunyai kesamaan visi dan misi.

2.  Strategi

Srategi yang dimiliki oleh sekolah pelaksana pendidikan yang saya amati memiliki strategi-

strategi di dalam pelaksanaan sistem pendidikan di dalam lingkungan sekolah, secara garis besar 

strategi-strategi itu sama seperti apa yang ada di dalam  pelaksanaan sistem  pendidikan

nasional,  mulai dari pengembangan dan pelaksanaan kurikulum  berbasis kompetensi hingga

pemberdayaan peran masyarakat, namun di sekolah yang saya amatai terdapat beberapa poin

dalam strategi-strategi penyelengaraan sistem pendidikan itu yang di highlight atau dengan kata

lain lebih diutamakan atau ada juga yang dikhususkan di dalam  bentuk yang lebih implisit.

Contohnya seperti pengembangan dan penyelenggaran kurikulum yang lebih dikhususkan

kepada kurikulum berbasis pendidikan islam disamping pendidikan formal  lainnya. Lalu peran

serta masyarakat juga diutamakan, masyarakat bahkan menjadi salah satu badan pengawas bagi

pelaksanaan proses pendidikan, memang bukan dalam artian formal namun peran masyarakat

dianggap  penting dalam ikut serta mengendalikan serta mengawasi proses pendidikan yang

berlangsung di sekolah tersebut

5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 25/25

25

Jadi intinya bahwa sistem pendidikan nasional yang dasarnya tercantum dalam UU No. 20 tahun

2003 menjadi dasar acuan dalam pelaksanaan sistem pendidikan di lembaga atau instantsia penyedia

 jasa pendidikan di masyarakat,  mungkin ada beberapa aspek yang ditambah atau  bahkan

disederhanakan namun secara garis besar tentang bagaimana sistem pendidikan itu bisa ber jalan baik di

Indonesia adalah sesuaai dengan apa yang dijelaskan dalam UU No 20 tahun 2003 yang membahas

tentang hal ini secara menyeluruh, namun kita masih harus tetap mengacu pada akar  landasan utama

yaitu Pancasila dan UUD 1945, sebagai dasar utama yang mencakup seluruh aspek kehidupan berbangsa

dan bernegara, salah satunya adalah tentang pendidikan.