upaya mengenalkan model rumah lanting yang ramah

11

Click here to load reader

Upload: duongcong

Post on 19-Jan-2017

215 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA MENGENALKAN MODEL RUMAH LANTING YANG RAMAH

UPAYA MENGENALKAN MODEL RUMAH LANTINGYANG RAMAH LINGKUNGAN UNTUK MENGURANGI LAJU ABRASI

SUNGAI MARTAPURA DALAM WILAYAH KOTA BANJARMASIN

H. Muhammad Zaini ∗

Abstrak

Kota Banjarmasin dikenal dengan kota seribu sungai, akantetapi julukan kota seribu sungai saat ini sulit dipertahankan, karenabanyak sungai yang tidak berfungsi, dangkal, dan sempit; sebaliknyasungai-sungai besar justru bertambah lebar karena mengalami abrasi.Masyarakat yang tinggal di rumah lanting berpotensi terhadapmenurunnya kondisi lingkungan perairan, Akan tetapi mereka jugasebagai penyelamat lingkungan, karema rumah mereka dapatmenahan laju abrasi.

Kehadiran rumah lanting masih dilematis bagi pengambilkebijakan di kota seribu sungai ini. Pada satu sisi ada pengakuanoleh pemerintah kota, sehingga kelak sepanjang Sungai Martapuraakan dijadikan permukiman di atas air seperti Kota Banjarmasinpada tahun 50-an. Akan tetapi pada sisi lain penggusuran rumahlanting terus berlangsung.

Berdasarkan analisis situasi yang telah diuraikan, masalahpenerapan teknologi dirumuskan sebagai berikut, bagaimanamengenalkan model rumah lanting yang ramah lingkungan untukmengurangi laju abrasi sungai Martapura dalam wilayah KotaBanjarmasin. Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakandiatas, secara umum penerapan teknologi ini bertujuan untukmengenalkan model rumah lanting yang mengutamakan aspek-aspekkeindahan, keserasian, kebersihan lingkungan, dan kelancarantransportasi. Adapun kegunaan kegiatan ini yaitu 1) masyarakat dilingkungan perairan, kegiatan ini merupakan tawaran model rumahlanting agar dapat diikuti, karena mengutamakan prinsip-prinsipkeindahan, keserasian, kebersihan lingkungan, dan kelancarantransportasi 2). Pemerintah Kota Banjarmasin dapat memanfaatkaninovasi ini sebagai bahan rekomendasi permukiman di lingkunganperairan, dan dapat dijadikan sebagai obyek wisata.

Kegiatan penerapan teknologi masyarakat dilaksanakandalam bentuk bimbingan dan tindakan terprogram sesuai denganrancangan tindakan yang dibuat. Metode kegiatan yang akandilaksanakan yaitu obesrvasi dan kolaborasi Tim dengan penghunirumah lanting. Kegiatan berlangsung secara keseluruhan padatanggal 8–10 Mei 2006 dengan tenaga kerja berjumlah 15 orangterdiri dari mahasiswa dan seorang tenaga ahli.

∗ Pembimbing Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penerapan Teknologi tahun 2006. DosenProgram Studi Pendidikan Biologi FKIP Unlam Banjarmasin

Page 2: UPAYA MENGENALKAN MODEL RUMAH LANTING YANG RAMAH

54

Hasil kegiatan telah terselesaikannya renovasi 2 buah rumahlanting yang ramah lingkungan dengan mengutamakan aspek-aspekkeindahan, keserasian, kebersihan lingkungan, dan tidakmengganggu kelancaran transportasi. Atas dasar hasil yangdiperoleh, dan dengan mempertimbangkan respon masyarakatsebagai pemilik rumah lanting, maka rumah lanting perludipertahankan guna mengurangi laju abrasi sungai, karena rumahjenis ini merupakan bagian dari lingkungan pemukiman di perkotaanyang juga dapat diciptakan sesuai dengan kaidah-kaidah rumah sehatdan indah.

Kata kunci: rumah lanting, ramah lingkungan

PENDAHULUAN

Masyarakat Banjar sejak zaman dahulu akrab dengan kehidupan di air. Di sini

digunakan istilah masyarakat Banjar bukan suku Banjar. Masyarakat Banjar

merupakan perpaduan berbagai suku yakni Dayak, Melayu, Bugis, Jawa, dan Madura.

Perkampungan didirikan di tepi sungai, baik rumah panggung maupun rumah lanting.

Rumah lanting diikatkan pada sebatang pohon, pada umumnya tanah di sekitar rumah

lanting milik penghuni lanting itu sendiri atau milik keluarganya. Rumah lanting

memiliki nilai ekologis karena dapat meredam gelombang air. Bukan saja sebagai

tempat tinggal, akan tetapi juga sebagai toko menjual barang dagangan, kegiatan

usaha, pandai besi dan lain-lain (Saleh, 1986:18). Rumah lanting pada awal abad ke-

21 ini, juga berfungsi sebagai stasiun pengisian bahan bakar bagi kapal motor, tempat

pandai besi, dan bengkel.

Sebagian masyarakat di lingkungan perairan, memanfaatkan rumah lanting

sebagai tempat tinggal sementara, setelah cukup mampu mereka membangun rumah

di darat, sedangkan rumah lanting miliknya dialihkan kepada orang lain. Rumah

lanting juga berfungsi sebagai tempat menginap ketika menjajakan barang dagangan

ke kota, setelah barang dagangan habis mereka pulang ke daerah asal, mereka

umumnya berasal dari lingkungan perairan di hulu sungai.

Masyarakat di lingkungan ini terdiri atas Masyarakat Banjar Batang Banyu

dan Masyarakat Banjar Kuala. Kedua masyarakat ini secara historis telah menjadikan

perairan Sungai Barito dari muara hingga daerah hulu sebagai tempat tinggal, mereka

menempati pula perairan Sungai Martapura untuk menambatkan rumah lantingnya.

Page 3: UPAYA MENGENALKAN MODEL RUMAH LANTING YANG RAMAH

55

Masyarakat Banjar yang telah beradaptasi ratusan tahun dengan lingkungan

perairan menjadi perhatian pemerintah kota saat ini. Perhatian ditujukan pada status

pemilikan rumah lanting dan rumah-rumah di bantaran sungai (rumah yang dibangun

menghadap sungai), khususnya di sekitar kawasan pasar terapung untuk diberi

sertifikat pemilikan rumah, asal sesuai dengan pola perumahan di atas air. Kawasan

yang berada di muara Sungai Kuin ini merupakan pusat kota lama yang terbentuk dari

konsentrasi permukiman penduduk di sekitar keraton tempo dulu yakni ketika

Kerajaan Banjar didirikan. Kini kawasan pasar terapung telah ditetapkan sebagai

obyek wisata air oleh pemerintah kota.

Badan Perencanaan Pembangunan Kota (BAPPEKO) Banjarmasin tanggal 26

September 2000 telah menerbitkan usulan pembenahan permukiman terapung. Badan

ini telah melakukan pendataan rumah lanting dari berbagai aspek sebagai bahan

rekomendasi untuk pengembangan kota. Mereka mungkin sadar rumah lanting tidak

bisa dipisahkan dari sejarah perkembangan kota seribu sungai ini sejak hampir 500

tahun lalu. Pemerintah kota berencana mempertahankan rumah lanting agar tidak

punah. Aspek-aspek yang menjadi perhatian adalah keindahan, keserasian, kebersihan

lingkungan, dan kelancaran transportasi.

Kota seribu sungai ini selayaknya harus dikembangkan dengan meniru

pengembangan permukiman air Negara Brunei Darussalam. Negara ini berhasil

menjadikan lingkungan air sebagai obyek wisata, tetapi tetap menjaga kualitas air dan

hutan yang masih perawan sebagai ekowisata unggulan. Pemerintah negara ini

beranggapan melalui sektor wisata dapat menjadi perekat sosial, meningkatkan

perekonomian, dan mewujudkan perdamaian dunia (Cameron, 2000).

Sarana dan prasarana transportasi darat yang makin baik berakibat rumah

lanting kurang diminati oleh penghuninya. Namun demikian, saat ini masih tersisa

sebanyak 132 buah rumah lanting di sepanjang Sungai Martapura dan sebanyak 11

buah di Sungai Barito dekat muara Sungai Kuin. Kehadiran rumah lanting masih

dilematis bagi pengambil kebijakan di kota seribu sungai ini. Pada satu sisi ada

pengakuan oleh pemerintah kota, sehingga kelak sepanjang Sungai Martapura akan

dijadikan permukiman di atas air seperti Kota Banjarmasin pada tahun 50-an. Akan

tetapi pada sisi lain penggusuran rumah lanting terus berlangsung.

Page 4: UPAYA MENGENALKAN MODEL RUMAH LANTING YANG RAMAH

56

Gagasan-gagasan ideal yang telah dilontarkan pemerintah kota, ternyata di dalam

pelaksanaannya tidak selalu berjalan mulus, bahkan cenderung bertentangan dengan

keinginan semula. Rumah lanting yang seyogyanya harus dipertahankan, ternyata

menjadi sasaran penggusuran seperti pada Gambar 1.

Gambar 1 Foto Rumah Lanting Dekat Pusat Kota Sedang DigusurSumber: Harian Banjarmasin Post edisi 30 Nopember 2004

Sungai Martapura memiliki ruang yang cukup luas untuk mengantisipasi

kebutuhan lahan permukiman yang terbatas. Jika ruang terbuka ini dimanfaatkan

untuk permukiman, maka kota air ini akan bernuansa seperti tahun 50-an. Ketika itu

menurut H. M. Gazali Usman, purnakarya dosen Pendidikan Sejarah FKIP Unlam

Banjarmasin, lebar Sungai Martapura yang dapat dilalui kendaraan air hanya

beberapa meter saja, sebagian besar merupakan deretan rumah lanting.

Thomas Karsten seorang ahli tata kota Belanda sebelum Perang Dunia II juga

menyarankan agar rumah lanting tetap diizinkan bertambat di tepi sungai, karena

mampu meredam gelombang yang ditimbulkan oleh hiruk-pikuk lalu lintas air

(Banjarmasin Kota Air, 1988). Sifat mampu meredam gelombang air diduga belum

dipahami betul oleh pemerintah setempat. Pembuatan siring (beram, tanggul) yang

berfungsi menyelamatkan tepi sungai dengan biaya besar sangat digalakkan,

sedangkan rumah lanting dengan peran yang sama justru digusur. Permukiman

Page 5: UPAYA MENGENALKAN MODEL RUMAH LANTING YANG RAMAH

57

penduduk di rumah lanting terkesan kumuh, tetapi bila ditata rapi dan dengan

sentuhan estetika justru menjadi daya tarik wisatawan.

Jumlah penduduk makin meningkat, berarti bertambah pula kebutuhan lahan

untuk mendukung kegiatan perumahan, pendidikan, perdagangan, industri, taman

kota dan sebagainya. Kota Banjarmasin sangat terbatas luasnya, maka salah satu

alternatif adalah mengembangkan secara horisontal bangunan di lingkungan perairan

yakni beberapa sungai dijadikan sebagai tempat permukiman, akan tetapi tetap

mempertahankan lebar sungai agar fungsinya sebagai alur transportasi air tidak

terganggu (Pemko Dati II Banjarmasin, 1999).

Pemerintah kota telah memanfaatkan sebagian badan sungai untuk dijadikan

taman kota, seharusnya pemerintah juga mempersilakan kepada masyarakat di

lingkungan perairan untuk memanfaatkan badan sungai sebagai lahan permukiman,

khususnya rumah lanting. seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Foto Rumah Lanting Dilihat dari Depan(Sumber: Survai lapangan)

Rumah lanting senantiasa terapung di atas air, karena ditopang oleh ikatan

bambu atau kayu gelondongan sebagai penyangga. Rumah lanting diikat pada

sebatang pohon atau tonggak, menggunakan tali terbuat dari baja berpilin. Beranda

depan menghadap sungai dan bagian belakang menghadap daratan yang berjarak

sekitar 5 meter, maksudnya agar tetap mengapung ketika air surut. Ruang dapur dan

Page 6: UPAYA MENGENALKAN MODEL RUMAH LANTING YANG RAMAH

58

tempat MCK berada di samping kiri atau samping kanan rumah lanting dan bahkan

ada yang dibangun di beranda depan seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Foto yang Memperlihatkan Beranda Depan Rumah Lanting dan Fasilitas MCK(Sumber: Survai lapangan)

Rumah lanting hanya memiliki WC cemplung, tidak ada ruang terbuka di

kolong rumah, jadi sampah dibuang ke sungai melalui beranda depan atau samping.

Jadi pada hakikatnya tidak ada perbedaan antara rumah panggung dan rumah lanting

ditinjau dari peluang masyarakat ketika membuang sampah dan limbah rumah tangga.

Penghuni rumah lanting telah mengikuti perkembangan peradaban, mereka sebagian

bukan hanya memanfaatkannya untuk tempat tinggal, tetapi juga untuk usaha, seperti

menjual kebutuhan hidup sehari-hari, beberapa keperluan usaha, di antaranya roda

kapal, minyak solar, sampai usaha kecil produksi kecambah (http://www.indo-

media.com/bpost/9702/21/kota/kota4.htm.).

Masyarakat yang tinggal di rumah lanting banyak memperoleh kemudahan

seperti membeli air untuk keperluan minum, suplai air untuk MCK, dan membeli

bahan makanan. Para pedagang sayur, ikan dan kebutuhan rumah tangga, pada

umumnya menggunakan jukung dan perahu tambangan setiap hari lewat di depan

rumah. (http://www.indomedia.com/bpost/9702/21/kota/kota4.) Karena rumah lanting

selamanya tergenang air, sampah yang dibuang selalu akan hanyut terbawa arus air.

Page 7: UPAYA MENGENALKAN MODEL RUMAH LANTING YANG RAMAH

59

Masalah dalam kegiatan ini adalah bagaimana menciptakan rumah lanting

yang berwawasan lingkungan, artinya pemukiman di air yang mengutamakan aspek-

aspek keindahan, keserasian, kebersihan lingkungan, dan kelancaran transportasi.

Berdasarkan analisis situasi yang telah diuraikan terdahulu, dirumuskan masalah

penerapan teknologi sebagai berikut: bagaimana mengenalkan model rumah lanting

yang mengutamakan aspek-aspek keindahan, keserasian, kebersihan lingkungan, dan

kelancaran transportasi. Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, secara

umum penerapan teknologi ini bertujuan untuk mengenalkan model rumah lanting

yang mengutamakan aspek-aspek keindahan, keserasian, kebersihan lingkungan, dan

kelancaran transportasi.

Hasil pengabdian ini diharapkan dapat memberi manfaat khususnya bagi

masyarakat lingkungan perairan di Sungai Martapura dalam wilayah Kota

Banjarmasin sebagai berikut:

1. Masyarakat di lingkungan perairan, kegiatan ini merupakan tawaran model rumah

lanting agar dapat diikuti, karena mengutamakan prinsip-prinsip keindahan,

keserasian, kebersihan lingkungan, dan kelancaran transportasi.

2. Pemerintah Kota Banjarmasin dapat memanfaatkan inovasi ini sebagai bahan

rekomendasi permukiman di lingkungan perairan, dan dapat dijadikan sebagai

obyek wisata.

METODE

Kegiatan penerapan teknologi dilaksanakan melalui bimbingan dan tindakan

terprogram sesuai dengan rancangan tindakan yang dibuat yaitu membuat model

rumah lanting yang ramah lingkungan dengan sasaran 2 buah rumah lanting di

Kelurahan Seberang Mesjid RT. 04 Banjarmasin Tengah. Metode kegiatan yang akan

dilaksanakan melalui 2 tahapan yakni tahap observasi dan tahap kolaborasi.

Pada tahap observasi, tim mengadakan survei untuk mengamati langsung

keadaan rumah lanting di sungai Martapura dalam wilayah kota Banjarmasin dan

mengadakan wawancara pada beberapa orang masyarakat yang bertempat tinggal di

rumah lanting pada daerah tersebut. Wawancara dimaksudkan untuk mengetahui

keinginan mereka dan hal-hal yang telah dilaksanakan terutama dalam hubungannya

Page 8: UPAYA MENGENALKAN MODEL RUMAH LANTING YANG RAMAH

60

dengan usaha menciptakan rumah lanting yang ramah lingkungan. Rumah lanting

hanya menggunakan WC cemplung, tidak ada ruang terbuka di kolong rumah.

Pada tahap kolaborasi, tim pengabdi dengan penghuni rumah lanting dalam

menciptakan model rumah lanting yang ramah lingkungan dengan sentuhan estetika.

Oleh karena itu menciptakan rumah lanting yang ramah lingkungan difokuskan pada

pembenahan WC, dan renovasi rumah.

Secara keseluruhan kegiatan dilaksanakan di lingkungan RT. 04 Kelurahan

Seberang Mesjid Kecamatan Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin. Jenis kegiatan

dan waktu pelaksanaan kegiatan seperti pada Tabel 1. Kegiatan dilaksanakan oleh tim

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Renovasi Rumah Lanting

Tanggal Kegiatan

12 Maret 2006 Survei kawasan pemukiman perairan

17 Maret 2006 Survei kawasan pemukiman perairan (lanjutan)

29 Maret 2006 Survei kawasan pemukiman perairan (lanjutan)

8 Mei 2006 Renovasi rumah lanting

9 Mei 2006 Renovasi rumah lanting (lanjutan)

10 Mei 2006 Renovasi rumah lanting (lanjutan)

PKMT 2006 FKIP Unlam Banjarmasin yang diketuai oleh Akhmad Riandie dan

dibantu 3 orang anggota yakni 1) Herry Helman, 2) Hulwatul Munajah, dan 3)

Srikun B. Widiastuti. Pelaksanaan kegiatan pekerjaan dibagi atas 2 tahap yakni tahap

survei dan tahap renovasi.

Pada tahap survei, tim menetapkan rumah lanting yang akan direnovasi.

Sebelum kegiatan ini dilaksanakan, terlebih dahulu mengurus perijinan kepada

Pemerintah Kota Banjarmasin. Tim menawarkan gagasan kepada penghuni rumah

lanting dan menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan. Kesepakatan

diperoleh sesuai dengan lokasi yang telah dijelaskan di atas. Meskipun rumah lanting

yang akan direnovasi hanya 2 unit, akan tetapi permintaan renovasi melebihi

kemampuan tim, terutama bila dikaitkan dengan sumber dana yang tersedia. Langkah

selanjutnya adalah menetapkan kebutuhan riil yang akan dijadikan dasar dalam

kegiatan renovasi.

Page 9: UPAYA MENGENALKAN MODEL RUMAH LANTING YANG RAMAH

61

Pada tahap renovasi, kegiatan dilaksanakan selama 3 hari atau setara dengan

24 jam kerja dengan melibatkan tenaga kerja yang berasal dari para mahasiswa

Pendidikan Biologi FKIP Unlam Banjarmasin angkatan 2000 dan 2002, sedangkan

rincian kegiatan seperti pada Tabel 2. Kolaborasi tim dengan penghuni rumah lanting

Tabel 2. Jenis Kegiatan Pelaksanaan Renovasi Rumah Lanting

Tanggal Jumlah tenaga kerjayang terserap (orang)

Tenagaahli(orang)

Rincian kegiatan

8 Mei 2006 15 1 Membuat teras/beranda depanMembersihkan sisi luarMelaksanakan pengecatan

9 Mei 2006 12 1 Membuat sekat/membuat kamarMembuat jendelaMelaksanakan pengecatan (lanjutan)

10 Mei 2006 10 1 Membuat WCPembuatan benteng penghalang sampahMelaksanakan Pengecatan (Lanjutan)

dalam menciptakan rumah lanting dengan sentuhan estetika, ini dicapai pada hari ke-

3, meskipun diakui secara keseluruhan belum membuahkan hasil yang maksimal.

Dengan tidak mengurangi makna pengabdian para mahasiswa yang tergabung dalam

PKM pengabdian, maka untuk menciptakan rumah lanting yang ramah lingkungan

difokuskan pada pengecatan sisi luar, pembuatan sekat kamar, pembuatan jendela,

pembuatan teras depan dan pembuatan WC termasuk di dalamnya membuat septik

tank apung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kolaborasi yang dilakukan antara mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP

Unlam dengan pihak penghuni rumah lanting telah membuahkan hasil yang saling

menguntungkan. Para mahasiswa sebagai penyampai ide, menyediakan dana

perangsang, pengajuan modal rumah lanting yang ramah lingkungan telah mengalami

proses pembelajaran yang berharga, sedangkan penghuni rumah lanting telah

mendapat “rumah baru” memiliki nilai estetika dan ramah lingkungan sebagai buah

karya mahasiswa. Rangkaian proses kegiatan kolaborasi antara mahasiswa dengan

penghuni rumah lanting telah menghasilkan produk akhir hasil renovasi rumah

lanting seperti pada Gambar 4.

Page 10: UPAYA MENGENALKAN MODEL RUMAH LANTING YANG RAMAH

62

Gambar 4. Rumah Lanting yang Ramah Lingkungan

Tahap awal yang dilakukan TIM adalah melakukan observasi rumah lanting

di Sungai Martapura serta menetapkan 2 buah rumah lanting yang akan di renovasi.

Selain itu, tim juga melakukan wawancara dengan pemilik rumah lanting guna

mengetahui keinginan-keinginan mereka sehubungan dengan rumah lanting mereka.

Dari observasi yang telah dilakukan tim nampak bahwa rumah lanting sangat jauh

sebagai rumah sehat. Rumah lanting pada umumnya berukuran 6 x 4 m2 tanpa ada

jendela, sekat pemisah antara kamar dengan ruang tamu serta dapur. Rumah lanting

ini juga tidak memiliki kamar WC terlebih kamar mandi. Mereka terbiasa dengan

hidup serba praktis, mandi cuci kakus dilakukan di sungai.

Kegiatan renovasi mulai dari pengecatan rumah, pembuatan jendela,

pembuatan sekat kamar, pembuatan teras depan dan pembuatan WC, pembuatan

benteng sampah. Kegiatan ini dilakukan oleh tim dibantu oleh pemilik rumah lanting

dan seorang tenaga ahli bangunan yang secara khusus diminta untuk membantu

pelaksanaan kegiatan renovasi rumah lanting. Di dalam pelaksanaan kegiatan ini,

dijumpai beberapa kendala di lapangan. Tim kesulitan dalam menentukan rumah

Page 11: UPAYA MENGENALKAN MODEL RUMAH LANTING YANG RAMAH

63

lanting yang akan direnovasi, karena dikhawatirkan akan menimbulkan kesenjangan

sosial di antara pemilik rumah lanting yang notabene memiliki latar pendidikan yang

rendah serta keadaan ekonomi yang lemah. Diharapkan rumah lanting yang telah

direnovasi dengan sentuhan estetika dan sentuhan teknologi dapat menjadikan rumah

jenis ini sebagai salah satu pemukiman yang bersih, sehat dan indah serta menjadikan

daya tarik tersendiri. Hal ini tentu tergantung dari penghuni rumah lanting sebagai

pihak yang menempatinya.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan disimpulkan 1) Rumah lanting yang ramah

lingkungan merupakan rumah lanting yang mengutamakan aspek-aspek keindahan,

keserasian, kebersihan lingkungan, dan kelancaran transportasi. 2) Rumah lanting

perlu dipertahankan guna mengurangi laju abrasi sungai. 3) Rumah lanting sebagai

bagian dari lingkungan pemukiman di perkotaan dapat diciptakan sesuai dengan

kaidah-kaidah rumah sehat, sehat dan indah. Berdasarkan simpulan di atas disarankan

perbaikan pemukiman di lingkungan hendaknya dapat dijadikan pertimbangan oleh

Pemerintah Kota untuk mengurangi keterbatasan lahan di Kota Banjarmasin

DAFTAR RUJUKAN

BPS-BAPPEKO Banjarmasin, 2000. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Banjar-masin 2000.

Cameron, Graham. 2000. Duduk di Atas Lumbung Emas. Muhibah, Nopember/Desember 2000.

http://www.indomedia.com/bpost/9702/21/kota/kota4.htm. diakses 13 Juni 2004,Rumah Lanting antara Tradisi dan Kelayakan (Online).

Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarmasin. 1999. Laporan Waliko-tamadya Kepala Daerah Tingkat II Banjarmasin dalam Rangka Uji PetikPemeriksaaan Akhir Masa Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kali-mantan Selatan di Banjarmasin Tanggal 30 Agustus 1999.

Saleh, M. Idwar. 1986. Sekilas Mengenai Daerah Banjar dan Kebudayaan Sungainyasampai dengan Akhir Abad 19. Proyek Pengembangan Permuseuman Kali-mantan Selatan.