ujian kasus melanoma uvea

26
UJIAN KASUS OD RUPTUR BULBI ET CAUSA SUSPEK MELANOMA UVEA Disusun Guna memenuhi Syarat Salah Satu Tugas Formatif Kepanitraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus Oleh : Febrita Putri Perdani 01.208.5656 Pembimbing : dr. Djoko Heru S., Sp.M FAKULTAS KEDOKTERAN 1

Upload: febrita-putri

Post on 11-Dec-2015

56 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Ujian kasus untuk memenuhi tugas coass mata

TRANSCRIPT

Page 1: Ujian Kasus Melanoma Uvea

UJIAN KASUS

OD RUPTUR BULBI ET CAUSA SUSPEK MELANOMA UVEA

Disusun Guna memenuhi Syarat Salah Satu Tugas Formatif Kepanitraan Klinik

Bagian Ilmu Penyakit Mata

RSUD Kudus

Oleh :

Febrita Putri Perdani

01.208.5656

Pembimbing :

dr. Djoko Heru S., Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2013

1

Page 2: Ujian Kasus Melanoma Uvea

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Febrita Putri Perdani

NIM : 01.208.5656

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Universitas Islam Sultan Agung

Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian : Ilmu Penyakit Mata

Judul Laporan Kasus : OD Ruptur Bulbi E.C. Suspek Melanoma Uvea

Pembimbing : dr. Djoko Heru S., Sp.M.

Kudus, November 2013

Pembimbing Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD KUDUS

dr. Djoko Heru S., Sp.M.

2

Page 3: Ujian Kasus Melanoma Uvea

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : Tn. Ngatno

Umur : 54 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Pedagang Kerupuk Keliling

Alamat : Kudus

Tanggal Pemeriksaan : 9 November 2013

II. ANAMNESIS

Anamnesis secara : Auto anamnesis pada tanggal 9 November 2013

Keluhan Utama :

Mata kanan mengeluarkan darah

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluh mata kanan mengeluarkan darah sejak + 3 jam SMRS. Pasien

menceritakan, pada mulanya pandangannya kabur terlebih dahulu disertai, ngelodok, silau

dan nrocos dirasakan sejak +1 tahun yang lalu yang belum mengganggu aktivitas,

diperiksakan ke dokter umum lalu dan didiagnosa katarak, oleh dokter umum

disarankan untuk dilakukan operasi katarak tetapi pasien menolak dengan alasan

takut, kemudian oleh dokter umum diberikan obat tetes dan pil, keluhan tidak

berkurang. Sejak sebulan ini pandangan pasien bertambah kabur dan hampir tidak

bisa melihat walaupun dengan jarak dekat, disertai pula rasa cekot-cekot dan kemeng

pada mata kanan, tetapi pasien tetap tidak memeriksakan diri ke dokter lagi karena

mata kiri pasien masih dapat digunakan untuk melihat. Pagi (05.00) saat pasien hendak

membasuh muka tiba-tiba mata kanan nya terasa nyeri, pasien sempat menguceknya

beberapa kali sampai akhirnya mengeluarkan darah. Oleh keluarga pasien kemudian

dibawa ke RSUD.

Sedangkan mata kiri tidak ada keluhan apapun. Pasien mengatakan tidak ada

riwayat kemasukan debu atau benda asing ke dalam mata atau riwayat trauma pada

mata yang sakit. Nyeri kepala terkadang dirasakan oleh pasien, telinga berdenging

disangkal, nyeri pada mata sebelah kiri juga disangkal.

3

Page 4: Ujian Kasus Melanoma Uvea

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien mengatakan bahwa belum pernah merasakan sakit seperti ini sebelumnya.

- Riwayat Hipertensi (+)

- Riwayat diabetes melitus (+)

- Riwayat menggunakan kaca mata (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keadaan serupa.

Riwayat so s ial ekonomi :

Pasien adalah seorang pedagang kerupuk keliling. Berobat menggunakan Jamkesmas.

Kesan ekonomi kurang.

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. VITAL SIGN

Tensi (T) : 140/90 mmHg

Nadi (N) : 80 kali/ menit

Suhu (T) : 360 C

Respiration Rate (RR) : 20 x / menit

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Status Gizi : Cukup

B. STATUS OFTALMOLOGI

Gambar:

OD OS

412

Page 5: Ujian Kasus Melanoma Uvea

Keterangan:

1. Luksasio Lensa Kritalina

2. Perdarahan

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)

0 Visus > 5/60

Tidak dikoreksi Koreksi Belum dilakukan koreksi

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Bulbus okuli

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (-),

lagoftalmus (-),

ektropion (-),

entropion (-)

Palpebra

Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (-),

lagoftalmus (-)

ektropion (-),

entropion (-)

Edema (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi siliar (-),

infiltrat (-),

hiperemis (+)

Konjungtiva

Edema (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi siliar (-),

infiltrat (-),

hiperemis (-)

Kemerahan Sklera Putih

Sulit dinilai

Kornea

Bulat, edema (-),

keratik presipitat (-),

infiltrat (-), sikatriks (-)

Sulit dinilai

Camera Oculi Anterior

(COA)

Jernih, cukup,

Arkus senilis (+)

hipopion (-),

hifema (-),

Sulit dinilaiIris

Kripta(+), warna coklat,(-),

edema(-), synekia (-)

Sulit dinilai Pupil bulat, diameter ± 3 mm, letak

sentral,

5

Page 6: Ujian Kasus Melanoma Uvea

refleks pupil langsung (+),

refleks pupil tak langsung (+)

Luksasi lensa ke anterior Lensa Jernih

Sulit dinilai Vitreus Jernih

Sulit dinilai

Retina

Orange, makula normal,

perdarahan (-), papil edem(-),

vaskularisasi normal

(-) Persepsi Warna (+)

(-) Light Projection (+)

Sulit dinilai Fundus Refleks (+) cemerlang

IV. RESUME

Subjektif:

Pasien mengeluh mata kanan mengeluarkan darah sejak + 3 jam SMRS.

Pasien menceritakan, pada mulanya pandangannya kabur terlebih dahulu disertai,

ngelodok, silau dan nrocos dirasakan sejak +1 tahun yang lalu yang belum

mengganggu aktivitas, diperiksakan ke dokter umum lalu dan didiagnosa

katarak, oleh dokter umum disarankan untuk dilakukan operasi katarak tetapi

pasien menolak dengan alasan takut, kemudian oleh dokter umum diberikan

obat tetes dan pil, keluhan tidak berkurang.

Sejak sebulan ini pandangan pasien bertambah kabur dan hampir tidak bisa

melihat walaupun dengan jarak dekat, disertai pula rasa cekot-cekot dan

kemeng pada mata kanan, tetapi pasien tetap tidak memeriksakan diri ke dokter

lagi karena mata kiri pasien masih dapat digunakan untuk melihat.

Pagi (05.00) saat pasien hendak membasuh muka tiba-tiba mata kanan nya

terasa nyeri, pasien sempat menguceknya beberapa kali sampai akhirnya

mengeluarkan darah.

Oleh keluarga pasien kemudian dibawa ke RSUD. Sedangkan mata kiri tidak

ada keluhan apapun. Pasien mengatakan tidak ada riwayat kemasukan debu

atau benda asing ke dalam mata atau riwayat trauma pada mata yang sakit.

Nyeri kepala terkadang dirasakan oleh pasien, telinga berdenging disangkal,

nyeri pada mata sebelah kiri juga disangkal.

6

Page 7: Ujian Kasus Melanoma Uvea

Objektif:

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)

0 Visus > 5/60

Tidak dikoreksi Koreksi Belum dikoreksi

hiperemis (+)Konjungtiva

Injeksi siliar (-)

Injeksi Konjungtiva (-)

Sulit dinilai Kornea Edema (-)

Sulit dinilai Camera Oculi Anterior

(COA)

Jernih, cukup,

Arkus senilis (+)

hipopion (-),

hifema (-),

Sulit dinilai

Pupil

bulat, diameter ± 3 mm, letak

sentral,

refleks pupil langsung (+),

refleks pupil tak langsung (+)

Luksasi ke anterior Lensa Jernih

Sulit dinilai Vitreus Jernih

Sulit dinilai

Retina

Orange, makula normal,

perdarahan (-), papil edem(-),

vaskularisasi normal

(-) Persepsi Warna (+)

(-) Light Projection (+)

Sulit dinilai Fundus Refleks (+) cemerlang

V. DIAGNOSA BANDING

1. OD Ruptur bulbi e.c trauma tumpul

2. OD Ruptur bulbi e.c Susp. Melanoma Uvea

3. OD Ruptur Bulbi e.c Susp. Hemangioma uvea

VI. DIAGNOSA KERJA

1. OD Ruptur Bulbi e.c Susp. Melanoma Uvea

Dasar diagnosis:

7

Page 8: Ujian Kasus Melanoma Uvea

Gejala Subjektif:

Mata kanan mengeluarkan darah sejak + 3 jam SMRS

Mata kanan sama sekali tidak bisa melihat

Tanda Objektif:

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)

0 Visus > 5/60

hiperemis (+)Konjungtiva

Injeksi siliar (-)

Injeksi Konjungtiva (-)

Sulit dinilai Kornea Edema (-)

Sulit dinilai Camera Oculi Anterior

(COA)

Jernih, cukup,

Arkus senilis (+)

hipopion (-),

hifema (-),

Sulit dinilai

Pupil

bulat, diameter ± 3 mm, letak

sentral,

refleks pupil langsung (+),

refleks pupil tak langsung (+)

Luksasi ke anterior Lensa Jernih

Jernih Vitreus Jernih

Sulit dinilai

Retina

Orange, makula normal,

perdarahan (-), papil edem(-),

vaskularisasi normal

(-) Persepsi Warna (+)

(-) Light Projection (+)

Sulit dinilai Fundus Refleks (+) cemerlang

VII. TERAPI

Medikamentosa :

Gentamicin tetes 6x II tetes OD

Glaucon 1x 1/2

Asam mefenamat 500mg 3x1

Operatif :

8

Page 9: Ujian Kasus Melanoma Uvea

OD evicerasi Bulbi

VIII. PROGNOSIS

OKULI DEKSTRA (OD) OKULI SINISTRA (OS)

Quo Ad Vitam Ad malam Dubia Ad bonam

Quo Ad Sanam Ad malam Dubia Ad bonam

Quo Ad Kosmetikam Ad malam Dubia Ad bonam

Quo Ad Fungsionam Ad malam Dubia Ad bonam

IX. USUL DAN SARAN

Usul :

- Dilakukan operasi evicerasi bulbi

- Pre OP :

Pemeriksaan darah rutin, GDS, ukur tanda vital terutama tensi, maupun

pengukuran enzim hati berkala

Dilakukan pemeriksaan penunjang Ultrasonografi pada mata untuk

mengetahui letak dan besar massa tumor

Dilakukan pemeriksaan MRI/USG untuk mengetahui apakah terjadi

metastasis ke jaringan sekitar (bola mata kiri, otak, hati)

- Post OP :

Dilakukan biopsi PA untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis

Saran:

- Memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakitnya

- Dilakukan Evicerasi bulbi oleh Sp.M

- Mengkonsumsi obat secara teratur

- Kontrol rutin kepoli

9

Page 10: Ujian Kasus Melanoma Uvea

RUPTUR BULBI

A. DEFINISI

Ruptur bulbi didefinisikan sebagai putusnya integritas dari membran luar mata; dalam

kondisi akut, cedera yang mengenai seluruh lapis kornea atau sklera juga termasuk dalam

cedera bulbi terbuka.

B. ETIOLOGI

1. Cedera tumpul pada kecelakan kendaraan bermotor, olahraga, atau trauma lain.

2. Penetrasi atau perforasi bulbi, akibat luka tembak dan tusuk, kecelakaan pada tempat

kerja, dan kecelakaan lain yang melibatkan proyektil atau benda tajam.

C. PATOFISIOLOGI

Ruptur bulbi dapat terjadi ketika suatu benda tumpul membentur orbita, menekan

bulbi pada aksis anterior-posterior yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler

pada sebuah titik dimana sclera dapat menjadi robek. Ruptur dari trauma tumpul sering

terjadi pada tempat dimana sclera mempunyai lapisan paling tipis, pada insersi musculus

ekstraokuler, pada limbus, dan pada tempat dimana sebelumnya pernah dilakukan

tindakan bedah intraokuler. Benda tajam atau benda tertentu yang membentur bulbi

dengan kecepatan tinggi dapat langsung membuat perforasi bulbi. Benda asing berukuran

kecil dapat menembus bulbi, dan tertinggal didalam bulbi. Kemungkinan ruptur bulbi

perlu dipertimbangkan dan diperhatikan selama pemeriksaan pada semua jenis trauma

orbita tumpul dan tembus, juga pada kasus yang melibatkan proyektil berkecepatan tinggi

yang kemungkinan menimbulkan penetrasi okuler.

D. DIAGNOSIS

Gejala Klinis

1. Nyeri mata yang hebat

2. Penurunan ketajaman penglihatan

3. Keluar cairan atau darah dari mata

4. Riwayat trauma, jatuh, atau adanya benda asing yang masuk kedalam bulbi.

Gejala lainnya dari ruptur bulbi:

1. Nyeri wajah

2. Pembengkakan wajah, di sekitar mata

3. Mata yang memar

4. Penglihatan ganda, ketika melihat keatas

10

Page 11: Ujian Kasus Melanoma Uvea

5. Pupil abnormal

6. Gejala hifema; perdarahan di dalam mata, darah menutup pupil

7. Mata merah; perdarahan menutup conjunctiva bulbi

Pemeriksaan Fisik

1. Laserasi seluruh lapisan sklera atau kornea, subconjunctiva hemoragik berat (terutama

seluruh conjunctiva bulbi), COA yang dalam atau dangkal jika dibandingkan dengan

mata kontralateral, pupil yang runcing atau ireguler, iris TIDs, material lensa maupun

vitreous di COA, benda asing atau katarak pada lensa, atau keterbatasan gerakan

ekstraokuler. Isi intraiokuler dapat berada di luar bulbi.

2. Tekanan intraokuler yang rendah (walaupun dapat pula normal atau meningkat, tapi

jarang(, iridodyalisis, hifema, ekimosis periorbital, vitreous hemoragik, dislokasi atau

subluksasi lensa, dan TON. Commotio retinae, ruptur koroid, dan putusnya retina

dapat dijumpai namun sering disamarkan oleh vitreous hemoragik (Gerstenblith dan

Rabinowitz, 2012)

Jika ruptur bagian anterior, dapat mudah dikenali dengan COA yang dangkal atau

mendatar dan pupil umumnya berpindah kearah lokasi penetrasi. Pembengkakan dan

kekeruhan lensa dapat timbul (katarak traumatik), perdarahan pada COA (hifema) dan

badan vitreous (vitreous hemoragik) dapat timbul. Hipotonus dari bulbi akan timbul

pada ruptur bulbi. Pada ruptur bulbi posterior, hanya tanda tidak langsung yang akan

muncul, seperti tekanan intaokuler yang rendah, dan asimetri kedalaman COA (John,

2011).

11

Page 12: Ujian Kasus Melanoma Uvea

E. PEMERIKSAAN

Langkah pemeriksaan fisik:

1. Terkadang diagnosis ruptur bulbi jelas. Mata terlihat tidak beraturan dengan jaringan

uvea prolaps keluar kearah anterior dari luka skleral atau korneal. Terkadang, benda

asing masih dapat ditemukan ketika pasien datang ke IGD.

2. Ruptur bulbi sering sulit dilihat hanya dengan mata. Lokasi tempat ruptur sering

terjadi tidak mudah dilihat, dan adanya cedera superfisial lain dapat menghalangi

pemeriksaan segmen posterior. Benda asing yang sangat kecil dapat masuk ke dalam

mata melalui luka kecil yang sulit untuk divisualisasikan.

3. Pemeriksaan pada mata yang cedera sebaiknya dilakukan secara sistematis dengan

tujuan mengidentifikasi dan melindungi bulbi yang ruptur.

4. Penting untuk menghindari tekanan pada bulbi yang ruptur untuk menghindari adanya

pengeluaran isi intraokuler dan menghindari kerusakan lebih lanjut.

5. Pada anak yang sulit dilakukan pemeriksaan, dapat dilakukan dengan sedasi.

Ketajaman Penglihatan dan Gerakan Mata

1. Visus sebaiknya diperiksa pada kedua mata, baik yang terkena cedera maupun yang

tidak. Dapat dipermudah dengan menghitung jari atau hanya dapat mengenali persepsi

cahaya.

2. Gerakan ekstraokuler sebaiknya diperiksa untuk mengetahui apakah terdapat fraktur

dasar orbita.

12

Page 13: Ujian Kasus Melanoma Uvea

Orbit

1. Orbita sebaiknya diperiksa, untuk mencari adanya deformitas tulang, benda asing, dan

perpindahan bulbi.

Fraktur tepi orbita dapat dipalpasi, dan memperkuat dugaan adanya ruptur bulbi

Krepitus orbita menandakan adanya subcutaneous emfisema dari fraktur sinus

yang berhubungan

Benda asing dalam orbita yang menusuk atau melubangi bulbi sebaiknya

dibiarkan sampai dilakukan operasi.

Ruptur bulbi dapat disertai dengan enoftalmos

Retrobulbar hemoragik yang timbul juga dapat menyebabkan eksoftalmos, bahkan

ruptur sklera yang tidak terlihat.

Palpebra

1. Cedera palpebra dan lakrimal sebaiknya diperiksa dengan tujuan mengidentifikasi

dan melindungi cedera bulbi dalam yang mungkin terjadi.

2. Bahkan laserasi kecil pada palpebra dapat memunculkan perforasi bulbi yang

mengganggu penglihatan.

3. Repair palpebra sebaiknya tidak dilakukan hingga telah ditegakkan ruptur bulbi.

Conjunctiva

1. Laserasi conjunctiva dapat menunjukkan cedera sklera lain yang lebih serius.

2. Hemoragik conjunctiva berat dapat menandakan ruptur bulbi.

Kornea dan sklera

1. Laserasi pada semua lapis kornea atau sklera yang terdapat perforasi bulbi

terbuka, sebaiknya dilakukan di ruang operasi

2. Prolaps iris melalui laserasi semua lapis kornea dapat terlihat sebagai warna

yang berbeda pada lokasi cedera.

3. Sklera yang melipat merupakan tanda ruptur dengan ekstrusi isi okuler.

4. Tekanan intraokuler biasanya rendah, tetapi pengukuran TIO merupakan

kontraindikasi, untuk menghindari tekanan pada bulbi.

5. Luka kornea yang halus mungkin memerlukan pewarna flourescent. Pada

laserasi semua lapisan, dengan aliran aquaeous dari COA, aliran yang terpisah jelas

dengan pewarna flourescent warna kuning terlihat melalui iluminasi dengan lampu

Wood (Seidel test positif)

Pupil

1. Pupil sebaiknya diperiksa bentuk, ukuran, refleks cahaya, dan defek pupil aferen.

13

Page 14: Ujian Kasus Melanoma Uvea

2. Pupil yang berbentuk meruncing, bentuk air (teardrop) atau bentuk ireguler dapat

menandakan adanya ruptur bulbi.

COA

1. Pemeriksaan slitlamp dapat menunjukkan cedera yang berkaitan, seperti defek

transiluminasi iris (red reflex yang dapat dikaburkan oleh vitreous hemoragik);

laserasi kornea; prolaps iris; hifema dari kerusakan badan silier, dan cedera lensa,

termasuk dislokasi atau subluksasi.

2. COA yang dangkal dapat menjadi satu-satunya tanda pada ruptur bulbi yang tidak

terlihat, yang dihubungkan dengan prognosis yang buruk. Ruptur posterior dapat

muncul dengan COA yang lebih dalam karena ekstrusi vitreous humor dari segmen

posterior.

Temuan lain

1. Vitreous hemoragik setelah trauma menandakan adanya robekan retina atau koroid,

nervus optik, atau benda asing.

2. Robekan, edema, ablasio dan hemoragik retina dapat menyertai ruptur bulbi.

F. TERAPI

1. Pemberian antibiotik spektrum luas parenteral untuk mengurangi risiko

endoftalmitis.

2. Pemberian alat pelindung pada mata untuk menghindari trauma dan tekanan lebih

lanjut

3. Jika pasien belum menerima imunisasi tetanus dalam 5 tahun terakhir, perlu diberi

imunisasi tetanus.

4. Tindakan bedah, jika persepsi cahaya pasien nol (0) dan temuan yang ada mengarah

pada trauma okuler ekstrim (misalnya ruptur korioretinal ekstensif, posterior, atau

multipel dengan kelainan yang mengancam integritas bulbi, enukleasi primer perlu

dipertimbangkan.

5. Pada kasus dengan benda asing yang masih terdapat dalam bulbi, langkah yang

umumnya dilakukan adalah penutupan primer dari laserasi korneoskleral. Hal ini

dilakukan dengan mengabaikan adanya vitreous hemoragik berat, ablasio retina, atau

disrupsi kapsul lensa. Tindakan bedah termasuk penutupan bagian kornea yang ruptur.

14

Page 15: Ujian Kasus Melanoma Uvea

MELANOMA UVEA

A. DEFINISI

Melanoma uveal adalah kanker (melanoma) dari mata melibatkan iris , corpus ciliary ,

atau koroid (secara kolektif disebut sebagai uvea). Tumor berasal dari sel-sel pigmen

(melanosit) yang berada dalam uvea memberi warna pada mata. Melanosit ini berbeda

dari epitel pigmen retina sel mendasari retina yang tidak membentuk melanoma.

B. ETIOLOGI

Etiologi tidak jelas, tetapi sinar UV merupakan faktor risiko. Uveal Nevi umum (10%

dari Kaukasia), tetapi jarang berkembang menjadi melanoma.

C. JENIS

Melanoma uveal, sering disebut oleh media dan pada populasi umum sebagai

melanoma okular, mungkin timbul dari salah satu dari tiga bagian uvea, dan kadang-

kadang disebut dengan lokasi mereka, seperti melanoma Choroidal, melanoma corpus

ciliary, atau iris melanoma . Tumor besar sering mencakup beberapa bagian uvea dan

dapat diberi nama sesuai. Benar iris melanoma, yang berasal dari dalam iris sebagai

lawan yang berasal di tempat lain dan menyerang iris, yang berbeda dalam etiologi

dan prognosis mereka, sehingga tumor lain yang sering disebut secara kolektif sebagai

melanoma uveal posterior.

Iris melanoma 

Tumor uveal dapat berasal dari melanosit yang berada dalam iris. Tumor jinak

melanocytic, seperti iris bintik-bintik dan mol ( Nevi ), yang umum dan tidak

menimbulkan risiko kesehatan, kecuali mereka menunjukkan tanda-tanda keganasan,

dalam hal ini mereka diklasifikasikan sebagai iris melanoma. Meskipun berasal dari

melanosit uveal, iris melanoma berbagi lebih banyak kesamaan dengan kulit

(kulit) melanoma , dalam arti bahwa mereka sering pelabuhan BRAF mutasi terkait

dengan ultraviolet kerusakan. Iris melanoma jauh lebih kecil kemungkinannya untuk

bermetastasis dibandingkan melanoma uveal lainnya, dan cenderung mengganggu

penglihatan jika terdeteksi dan diobati dini. Sekitar 5% dari melanoma uveal

melibatkan iris.

Melanoma uveal posterior 

15

Page 16: Ujian Kasus Melanoma Uvea

Tumor Choroidal berbentuk jamur telah pecah membran Bruch dan tumbuh ke dalam

ruang subretinal.

Tumor jinak melanocytic koroid, seperti Choroidal bintik-bintik dan Nevi ,

sangat umum dan tidak menimbulkan risiko kesehatan, kecuali mereka menunjukkan

tanda-tanda keganasan, dalam hal ini mereka dianggap melanoma. Uveal melanoma

berbeda dari kebanyakan melanoma kulit yang terkait dengan ultraviolet paparan,

namun, beberapa kesamaan dengan melanoma non-terkena sinar matahari, seperti

melanoma akral dan melanoma mukosa. BRAF mutasi sangat jarang terjadi di

melanoma uveal posterior, sebaliknya, melanoma uveal sering mengenai GNAQ /

GNA11mutasi, suatu sifat bersama dengan biru Nevi, Nevus dari Ota , dan Ocular

melanosis . Seperti yang terlihat di BRAF, mutasi pada GNAQ/GNA11merupakan

peristiwa awal tumorigenesis dan tidak prognostik untuk stadium tumor metastasis

atau lambat menyebar . Sebaliknya, mutasi pada gen BAP1 sangat terkait dengan

penyebaran metastasis dan kelangsungan hidup pasien. Insiden melanoma uveal

posterior tertinggi di antara orang-orang dengan kulit terang dan mata biru. Faktor

risiko lain, seperti paparan sinar biru dan las busur telah diajukan, namun masih

diperdebatkan di lapangan.

D. DIAGNOSA

Pemeriksaan berikut ini harus dilakukan :

Pemeriksaan klinis : riwayat pasien kanker , tidak langsung teropong oftalmoskopi

dengan photodocumentation ( morfologi , topografi , ukuran tumor ) dan skematis

gambar ; lampu celah pemeriksaan , transiluminasi .

Fluoresensi angiografi ;

Sonografi ( standar A dan B ) : dimensi tumor ( ketebalan, diameter ) dan

topografi , diagnosis banding ( metastasis uveal , hemangioma , melanocytoma

16

Page 17: Ujian Kasus Melanoma Uvea

dan lesi hemoragik ) , faktor prognosis ( lokasi , morfologi , volume tumor ,

vaskularisasi ) .

CT dan / atau MRI tidak wajib . Intraokular biopsi jarum jarang digunakan.

Penyakit metastasis adalah untuk dikecualikan misalnya dengan pencitraan hati.

AT sistem untuk pementasan melanoma okular tersedia, tetapi sampai saat ini

penggunaan sistem ini telah sangat terbatas. Klasifikasi sistem ini

memperhitungkan ketebalan tumor dan diameter maksimal dasar tumor , di mana

rekomendasi untuk manajemennya.

E. TERAPI

Protokol pengobatan untuk melanoma uveal telah diarahkan oleh banyak

studi klinis, yang terpenting adalah "The Collaborative Ocular Melanoma Study"

(com). Pengobatan bervariasi tergantung pada banyak faktor, kepala di antara mereka,

ukuran tumor. Pengobatan primer dapat melibatkan penghapusan mata yang terkena

( enukleasi ), namun, ini sekarang dicadangkan untuk kasus-kasus ekstrim beban

tumor atau masalah sekunder lainnya. Kemajuan dalam terapi radiasi telah menurun

17

Page 18: Ujian Kasus Melanoma Uvea

secara signifikan jumlah pasien yang diobati dengan enukleasi di negara

maju. Perlakuan radiasi yang paling umum adalah plakbrachytherapy, di mana perisai

kecil berbentuk cakram (plak) membungkus biji radioaktif (paling sering Iodine-125 ,

meskipun Rutenium-106 dan Palladium-103 juga digunakan) yang melekat pada

permukaan luar mata, yang melapisi tumor. Plak yang tersisa di tempat selama

beberapa hari dan kemudian dihapus. Risiko metastasis setelah radioterapi plak adalah

sama dengan enukleasi, menunjukkan bahwa terjadi penyebaran micrometastatic

sebelum perawatan dari tumor primer. Modalitas pengobatan lain termasuk

transpupillary thermotherapy , sinar eksternal terapi proton , reseksi tumor, Gamma

Knife radiosurgery stereotactic atau kombinasi dari modalitas yang berbeda. Teknik

reseksi bedah yang berbeda dapat mencakup choroidectomy parsial trans-scleral, dan

endoresection transretinal.

18

Page 19: Ujian Kasus Melanoma Uvea

ALGORITMA TERAPI MELANOMA UVEA

19

Suspek Melanoma Uvea

Pemeriksaan klinis: riwayat pasien kanker, tidak langsung teropong oftalmoskopi dengan photodocumentation (morfologi, topografi, ukuran tumor) dan skematis gambar; lampu celah pemeriksaan, transiluminasi.

Fluoresensi angiografi; Sonografi (standar A dan B): dimensi tumor (ketebalan, diameter) dan topografi, diagnosis banding (metastasis uveal, hemangioma, melanocytoma dan lesi hemoragik), faktor prognosis (lokasi, morfologi, volume tumor, vaskularisasi).

Menentukan derajat tumor:

T1 (melanoma Kecil): ketebalan Tumor antara 1 - 3 mm, dimensi terbesar tumor (basis) sampai dengan 10 mm, T2 (melanoma Menengah): ketebalan tumor antara> 3 mm dan 5 mm, tumor terbesar Dimensi (basis)> 10 sampai 15 mm, T3 (melanoma besar): Ketebalan tumor> 5 mm, tumor terbesar Dimensi (basis)> 15 mm.

plak mata brachytherapy melanoma uveal posterior (terapi radiasi)

Terapi radiasi dikombiasikan transpupillary laser thermotherapy (TTT)

Enukleasi bulbi

Page 20: Ujian Kasus Melanoma Uvea

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, H.S. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta

Ilyas, H.S. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 2. Sagung seto. Jakarta

PERDAMI, 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, Sagung Seto: Jakarta.

Vaughan, D.G., 2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta

Wijana, N., 1983, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta

20