tugas uas msdm astika
DESCRIPTION
tugas paper ujian akhir semester manajemen sumber daya manusia menbuat sistem informasi manajemen di rumah sakit. tugas s2 di fakultas kesehatan masyarakat jurusan administrasi dan kebijakan kesehatan minat studi manajemen pelyanan kesehatanTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan pada umumnya. Selain itu
gigi geligi merupakan salah satu organ pencernaan yang berperan penting dalam proses
pengunyahan makanan, sehingga pemeliharaan kesehatan gigi penting dilakukan (Depkes RI,
1999). Hasil laporan morbiditas 2001, menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan mulut di
Indonesia masih menjadi keluhan masyarakat yaitu sekitar 60%, diantaranya karies gigi dan
penyakit periodontal (Depkes RI,2002).
Kehamilan menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis pada semua sistem tubuh
termasuk pada sistem endokrin, yang dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesterone
(Sam, 2008). Terjadinya peningkatan hormon ini dapat menimbulkan perubahan pada mulut
dengan munculnya respon pada jaringan lunak mulut terhadap iritasi local (Machfoedz,
2008). Iritasi lokal merupakan faktor sekunder terhadap inflamasi selama kehamilan. Banyak
infeksi pada ibu selama masa kehamilan, diantaranya pregnancy gingivitis, pregnancy tumor,
karies gigi, dan periodontitis. Infeksi lokal yang sering dialami oleh ibu hamil adalah
periodontitis (Davenport, William, Sterne, Sivapathasundram, Fearne & Curtis, 1998).
Tindakan pencegahan terhadap penyakit gigi dan mulut perlu dilakukan agar tidak
terjadi gangguan fungsi, aktivitas (belajar dan bekerja) dan penurunan produktivitas kerja
yang tentunya akan mempegaruhi kualitas hidup (Depkes RI, 1999). Oleh karena itu,
pelayanan kesehatan gigi untuk ibu hamil sangat penting untuk diterapkan pada seluruh
institusi kesehatan, dalam hal ini pada Rumah Bersalin Gratis (RBG) Rumah Zakat Surabaya
yang belum memiliki pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang ditunjukkan pada tabel 1.1.
Rumah Bersalin Gratis (RBG) Rumah Zakat Surabaya merupakan klinik pratama
rawat inap yang berdiri pada tahun 2011. RBG Surabaya merupakan RBG ke-8 di seluruh
Indonesia yang paling akhir berdiri. RBG ini terletak di Jln. Sidosermo II kav 321. Dengan
Surat Izin resmi tetap dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya selama 5 tahun (Berakhir 2016).
Pada tahun 2012 RBG telah melayani 62.136 Penerima Manfaat dari berbagai segmentasi.
2
No Program Total Target
PM 1 tahun
% L P Σ
1 Layanan Bersalin - 166 166 360 46 2 Persalinan Normal - 132 132 3 Persalinan Patologis dan Rujukan - 34 34 4 Layanan Kesehatan Ibu dan anak 191 5.625 5.816 7.200 81 5 Pemeriksaan Kesehatan Umum 3.704 7.721 11.457 14.400 79 6 Pemeriksaan Gigi & Mulut - - - 7 Siaga Sehat 16.739 24.258 40.997 24.930 164 8 Pengantaran Ambulance Gratis 467 779 1246 1.200 104 9 Khitanan Massal 229 - 229 150 153
10 Siaga Gizi Balita 43 198 241 24 1.004 11 Bantuan Kesehatan 2 5 7 12 Siaga Posyandu 204 430 634 1.200 53 13 UKS 580 597 1.177 400 294
Total Penerima Manfaat 22.191 39.945 62.136 49.864 125 Tabel 1.1 Jumlah Penerima Manfaat RBG Rumah Zakat Surabaya Tahun 2012
Tenaga medis pada suatu institusi kesehatan merupakan komponen fungsional utama
yang penting untuk dipenuhi jumlahnya dan diperhatikan keberadaannya. Masyarakat yang
menggunakan pelayanan kesehatan akan selalu mencoba untuk memenuhi kebutuhan akan
kesehatannya. Kebutuhan individu untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dipengaruhi
secara langsung oleh variabel psikologis yang meliputi: selera, persepsi sehat-sakit, harapan.
penilaian terhadap provider, dan karakteristik individu yang meliputi: umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Faktor tidak langsung dipengaruhi oleh sosio-
ekonomi dan budaya. Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tertentu yang
masih belum tersedia di suatu sarana kesehatan seperti rumah sakit, klinik, atau puskesmas
sebaiknya dapat dipertimbangkan dan menjadi masukan bagi pihak tersebut.
Status kesehatan gigi masyarakat Indonesia menunjukkan indikasi kebutuhan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut tinggi. Permintaan adalah keinginan terhadap produk
spesifik yang didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Dengan
demikian permintaan adalah kebutuhan dan keinginan yang didukung oleh daya beli (Kotler
dan Andersen, 1995).
Menurut Dharmmesta dan Handoko (2000), kelompok referensi adalah kelompok
sosial yang menjadi ukuran seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk
keperibadian dan perilakunya. Kelompok referensi ini juga memhubungakan perilaku
seseorang dalam meminta pelayanan kesehatan. Selain Kelompok referensi, ada faktor lain
3
yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap permintaan pelayanan kesehatan
diantaranya faktor aksessibilitas dan faktor kelengkapan fasilitas kesehatan. Menurut Mills &
Gilson (1990) hubungan antara teori permintaan dengan pelayanan kesehatan di negara-
negara berkembang ada beberapa faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah karena
sulitnya pencapaian sarana pelayanan kesehatan secara fisik akan menurunkan permintaan.
Lane dan Lindquist (1988) serta javalgi dkk.(1991), menyimpulkan bahwa faktor kedekatan
tempat pelayanan kesehatan dengan rumah tempat tinggal menjadi urutan pertama terhadap
permintaan konsumen dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Penampilan fasilitas jasa
mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen untuk meminta pelayanan jasa. Kotler(1995)
dalam Dharmmesta dan handoko, (2000), menyatakan bahwa kelengkapan fasilitas , tata
ruang yang benar dapat mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen, seperti perasaan aman,
nyaman dan puas.
Dalam hal ini, di RBG Rumah Zakat Surabaya terdapat banyak permintaan dari
pasien yang berobat di tempat tersebut untuk menyediakan dokter gigi. Dari 62.136 pasien
yang datang pada tahun 2012, 30.000 Pasien diminta untuk mengisi kuesioner tentang kritik
dan saran untuk pengembangan RBG Rumah Zakat. Hasilnya, ada 90 % pasien yg mengisi
kuesioner meminta pelayanan dokter gigi. Dari rapat akhir tahun yang diselenggarakan
internal RBG, dari total 22 pegawai 90% pegawai mengusulkan untuk diadakannya
pelayanan kesehatan gigi.
Belum tersedianya pelayanan gigi pada RBG Rumah Zakat Surabaya ini awalnya
dikarenakan belum adanya sumber dana yang mensponsori pengadaan sarana dan prasarana
untuk kamar praktek dokter gigi. Karena tingginya biaya yang dibutuhkan, maka perlu proses
untuk merealisasikannya. Pada tahun 2013 ini, telah direncanakan untuk merealisasikannya,
ditambah dukungan dari masyarakat yang membutuhkan pelayanan ini dan internal pegawai
yang juga mendukung. Akan tetapi, masalah yang dihadapi adalah belum adanya tahapan
proses rekrutmen dan seleksi untuk dokter gigi di RBG Rumah Zakat ini. Oleh karena itu,
penulis akan mencoba untuk membahas dan memberikan rekomendasi dari masalah tersebut
dengan pendekatan teori Rekrutmen dan Seleksi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana problem solving tentang tahap rekrutmen dan seleksi dokter gigi di
Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Surabaya?
4
1.3 Tujuan
Untuk membuat problem solving tentang tahap rekrutmen dan seleksi dokter gigi di
Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Surabaya.
1.4 Manfaat
Untuk memberi masukan tentang tahap rekrutmen dan seleksi dokter gigi di Rumah
Bersalin Gratis Rumah Zakat Surabaya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Rekruitmen
Menurut Erasmus et al (2005), rekrutmen didefinisikan sebagai aktivitas dalam
manajemen sumber daya yang bertujuan untuk menarik kandidat pekerja yang memiliki
potensi penting, kompetensi dan ciri untuk mengisi posisi pekerjaan yang dibutuhkan untuk
membantu institusi pelayanan publik dalam meraih tujuan-tujuannya.
Di sisi lain, Cloete (1997) mendefinisikan rekrutmen sebagai kepastian terhadap
orang-orang yang berkualifikasi dan siap untuk memenuhi kebutuhan pekerja dari
pemerintah. Sedangkan menurut Cherrington (1995) rekrutmen adalah proses menarik
pelamar pekerjaan potensial yang tersedia. Ivancevich (1992) juga mendefinisikan rekrutmen
sebagai suatu aktivitas terpadu dari organisasi yang bertujuan untuk menarik kandidat pekerja
berkemampuan dan berperilaku sesuai yang dibutuhkan organisasi untuk membantu meraih
tujuan-tujuannya.
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi rekrutmen
2.2.1 Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan lingkungan luar yang mempengaruhi proses rekrutmen
dari suatu organisasi. Berikut penjelasannya.
2.2.1.1 Kebijakan pemerintah dan legislasi
Kebijakan pemerintah memainkan peran yang penting dalam praktek rekrutmen
(Erasmus, Van Wyk & Schenk,2000:294). Di Indonesia sendiri semua hal yang menyangkut
kesehatan diatur dan diawasi oleh Kementerian Kesehatan dan Permenkes sebagai peraturan
yang berlaku.
2.2.1.2 Kemitraan (Trade unions)
Dalam beberapa organisasi, kemitraan ini termasuk dalam pengembangan kebijakan
dan prosedur rekrutmen dan seleksi. Kemitraan kemungkinan dapat mempengaruhi suatu
organisasi untuk mencapai kesepakatan tentang perekrutan dari kemitraan itu saja yang dapat
dipekerjakan.
2.2.1.3 Pasar ketenagakerjaan
Kondisi pasar ketenagakerjaan mendikte tentang ketersediaan calon pegawai
potensial. Jika ada kemampuan jika ada (shortage) kemampuan dalam pasar, beberapa
6
kandidat akan melamar. Sebaliknya, jika ada kelebihan kemampuan, banyak pelamar yang
tersedia. Kedua scenario tersebut mempengaruhi proses dan aktivitas rekrutmen.
2.2.2 Faktor internal
Satu dari banyak faktor yang berpengaruh besar terhadap rekrutmen dalam organisasi
adalah pengeluaran untuk rekrutmen.
2.2.2.1 Biaya
Proses rekrutmen sangat menghabiskan biaya, sehingga akibatnya, banyak organisasi
kecil yang sering menghindari tahap yang mahal dalam proses tersebut. Organisasi tersebut
mungkin memilih untuk mengiklankan di radio local atau media cetak daripada secara
nasional. Organisasi yang lebih besar biasanya menyiapkan anggaran khusus untuk tujuan
rekrutmen. Anggaran ini berdasarkan ramalan dari pergantian pekerja dan syarat personalia.
Setelah faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi rekrutmen telah
dipertimbangkan, perhatian dapat dialihkan untuk mengidentifikasi sumber rekrutmen yang
tepat.
2.3 Sumber-sumber rekrutmen
Menurut Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson (1997) sumber-sumber dan metode
tersebut adalah:
a. Sumber internal. Sumber-sumber internal meliputi karyawan yang ada sekarang yang
dapat dicalonkan untuk dipromosikan, dipindahtugaskan atau dirotasi tugasnya, serta mantan
karyawan, yang bisa dikaryakan dan dipanggil kembali. Adapun metode yang dapat
digunakan adalah dengan menempelkan pemberitahuan pada papan pengumuman,
pengumuman lisan, penelitian riwayat kerja karyawan (personnel records), penelitian daftar
promosi berdasarkan kinerja, melakukan pemeringkatan dari kegiatan penilaian, melakukan
pengecekan daftar senioritas, dan melihat daftar yang dibuat menurut ketrampilan pada
Sistem Informasi Sumber Daya Manusia perusahaan. Itu semua dapat dilakukan dengan
membuat job posting dan daftar ketrampilan (skill inventories).
Tabel 2.1 tabel sisi positif dan negatif faktor eksternal Sisi positif Sisi negatif 1. ekonomi : pengeluaran minimal untuk perekrutan internal, karena tidak perlu pengeluaran untuk pengiklanan di media umum.
1. pilihan terbatas : suatu organisasi dipaksa untuk memilih kandidat dari lingkup yang terbatas. Hal ini menyebabkan kemungkinan pengorbanan kualitas dan merelakan kandidat berkualitas yang lebih sedikit.
7
2. kecocokan : organisasi dapat mengambil kandidat tepat yang punya kemampuan yang dibutuhkan. Kandidat dapat memilih lowongan tepat dimana talentanya dapat disalurkan dengan baik.
2. inbreeding : hal ini mengecilkan pemasukan orang-orang bertalenta yang tersedia diluar organisasi. Pegawai yang sudah ada mungkin kurang inovatif dan kurang dinamis dalam aktivitasnya.
3. Dipercaya : organisasi memiliki pengetahuan tentang kecocokan kandidat untuk sebuah jabatan. “mengenali setan lebih baik daripada malaikat yang tak dikenal”
Inefisiensi : kenaikan pangkat berdasakan lama pelayanan daripada kelebihannya, dapat membuktikan keberuntungan kandidat yang inefesien. Mereka tidak bekerja keras dan tidak membuktikan kualitasnya.
4. memuaskan : kebijakan untuk lebih memilih orang-orang di dalam organisasi itu sendiri. Hal ini dapat memotivasi mereka untuk bekerja lebih keras untuk dipromosikan. Mereka akan bekerja dengan komitmen yang lebih loyal dan antusias.
4. Bone of contention: rekrutmen internal dapat menuju kea rah persaingan antar pegawai demi jabatan yang lebih tinggi dalam organisasi. Tahun demi tahun berlalu, persaingan untuk posisi atas dapat berakhir dengan pahit.
b. Sumber eksternal, adalah sumber untuk mendapatkan karyawan dari luar perusahaan yang
memiliki bobot atau kualifikasi tertentu. sumber yang dapat dilakukan adalah dengan
program referal karyawan, yaitu iklan secara lisan; walk in applicant, dimana sejumlah
pelamar mencalonkan diri dengan mendatangi langsung bagian rekrutmen di perusahaan
tersebut; melalui biro-biro ketenagakerjaan ; melalui perusahaan lain; melalui biro-biro
bantuan sementara; melalui asosiasi dan serikat dagang; sekolah, WNA (warga negara
asing). Adapun metode yang dapat digunakan adalah melalui iklan radio dan televisi, iklan di
Koran dan jurnal perdagangan, computerized Service Listings, akuisisi dan merger, open
house, rekrutmen berdasarkan kontrak (contract recruiting), Contingent Workforce
Recruiting (perekrutan tenaga kerja sementara).
Tabel 2.2 sisi positif dan negative faktor internal Sisi positif Sisi negatif 1. pilihan banyak : organisasi memiliki kebebasan untuk memilih kandidat dari lingkup yang besar. Orang-orang dengan kualifikasi yang dibutuhkan dapat diambil.
1. pengeluaran : pengeluaran untuk perekrutan dapat membengkak secara perlahan. Membuka berbagai macam sumber untuk rekrutmen juga tidak mudah.
2. infeksi darah segar : orang-orang dengan kemampuan dan pengetahuan khusus dapat dipekerjakan untuk bercampur dan mempengaruhi pegawai yang sudah ada serta membentuk sistem kerja yang inovatif.
2. menghabiskan waktu : membutuhkan waktu untuk mengiklankan, tes, dan memilih pegawai yang cocok. Ketika tidak mendapatkan yang cocok, prosesnya harus diulang kembali.
8
3. kekuatan motivasi : hal ini dapat membantu memotivasi pegawai yang sudah ada untuk bekerja lebih keras dan bersaing dengan pegawai baru demi pertumbuhan yang lebih baik. Atmosfir kompetisi yang sehat dapat mendorong pegawai untuk bekerja dengan kemampuan terbaiknya.
3. De-motivasi : pegawai yang sudah ada merasa bahwa pelayanan atau kinerja mereka tidak diperhatikan oleh organisasi dengan adanya orang baru yang hadir, menyebabkan mereka kurang semangat bekerja dan tidak antusias.
4. keuntungan jangka panjang : orang-orang bertalenta dapat bergabung dengan ranking, ide baru menemukan ekspresi berarti, atmosfer kompetitif memaksa orang-orang untuk memberikan yang terbaik dan mendapat reward, dll.
4. ketidakpastian : tidak ada jaminan bahwa organisasi akan selalu merekrut orang yang tepat. Bisa saja malah orang baru tersebut tidak tepat dan tidak dapat beradaptasi dengan baik pada sistem yang berlaku.
2.4 Proses rekrutmen
Menurut Van der Westhuizen (2005:220), proses rekrutmen terdiri dari beberapa
tahap didalamnya. Perlu diingat bahwa institusi publik memiliki kebutuhan yang berbeda-
beda, proses rekrutmen akan beradaptasi sesuai syarat spesifik suatu institusi.
Menurut Erasmus et al (2005:221), sebelum rekrutmen dipertimbangkan, harus
ditentukan apa kebutuhan yang harus diwujudkan untuk posisi lowong tersebut untuk diisi.
Departemen butuh untuk diyakinkan bahwa keputusan untuk merekrut sejalan dengan fakta
yang didapat dari informasi manajemen yang valid.
Erasmus et al (2005:221) menentang bahwa sangat penting bahwa kepala departemen,
ahli HR dan pegawai lini fungsi untuk menjadi partner penuh dalam proses penyetujuan
kebutuhan rekrutmen jika proses tersebut tidak diawali oleh mereka. Promosi internal dari
staf dapat dipertimbangkan sebagai alternative untuk merekrut. Ketika hal tersebut jelas
bahwa promosi internal staf atau penyebaran bukan pilihan yang harus dilakukan untuk
mengisi jabatan yang kosong tersebut, proses rekrutmen dapat dimulai.
9
Gambar 2.1 recruitment process. Erasmus et al (2000:303)
Seperti yang terlihat pada gambar, proses rekrutmen dimulai dengan mengidentifikasi
kebutuhan untuk rekrutmen dan berakhir dengan evaluasi kesuksesan proses rekrutmen.
Berikut penjelasan tiap tahap dalam proses rekrutmen.
10
Tahap 1 : menentukan kebutuhan yang tepat
Rekrutmen dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan terhadap rekrutmen.
Kebutuhan ini dapat timbul dari perencanaan tenaga kerja, pengunduran diri atau promosi
jabatan. Pertama-tama manajer mempertimbangkan beberapa opsi sebelum memutuskan
untuk merekrut. Decenzo dan Robbins (2002:150) menjelaskan bahwa opsi lain dari
rekrutmen diantaranya membekukan jabatan yang kosong, menyebar pekerjaan diantara
pegawai lain atau mengontrak pekerja kontrak. Menurut Armstrong (1996:390), step pertama
dalam proses rekrutmen adalah memasukkan permintaan terhadap penempatan dan
memperoleh persetujuan.
Step 2 : Memperoleh persetujuan
Persetujuan dibutuhkan dari departemen Human Resource untuk memverifikasi
anggaran sejalan dengan rencana strategic dan petunjuk rekrutmen. Persetujuan juga harus
diraih dari manajemen senior untuk memastikan kesesuaian dengan tujuan organisasi. Hal ini
dapat menuntun peninjauan kembali terhadap strategi rekrutmen dari organisasi. Lembur dan/
atau outsourcing dapat pula dipertimbangkan sebagai alternatif.
Step 3 : mengombinasikan atau memperbaharui jobdesc dan spesifikasi job
Jobdesc dan profil pegawai meliputi semua aktivitas rekrutmen (Lidstone, 1983:21).
Sebuah jobdesc yang akurat akan memperbolehkan manajer yang merekrut untuk
menentukan kebutuhan yang tepat dari jabatan yang kosong tersebut. Spesifikasi job
mewakili persyaratan yang meliputi pengalaman kerja, kualifikasi, motivasi dan kemampuan
berkomunikasi. Rekruter harus memastikan bahwa informasi pekerjaan tersebut telah
tercapai.
Step 4 : menentukan key performance areas (KPA) pekerjaan
Step ini membentuk sebagian dari jobdesc. KPA merupakan aspek dari suatu
pekerjaan yang krusial untuk kesuksesan tugas tersebut. Objektivitas seharusnya
diberlakukan karena rekruter harus mengerti persyaratan pekerjaan yang aktual.
Step 5 : mengonsultasikan kebijakan dan prosedur rekrutmen
Sangat penting untuk mengonsultasikan kebijakan dan prosedur rekrutmen sebelum
memulai proses rekrutmen. Step ini merupakan proses yang penting dalam proses sehingga
kebijakan dan prosedur rekrutmen tidak akan dikompromikan. Kebijakan dan prosedur
11
mengindikasikan apakah rekrutmen harus dilakukan secara internal atau eksternal. Kebijakan
dan prosedur organisasi harus diamandemenkan dari waktu ke waktu ketika diperlukan dan
syarat dan ketentuan pekerjaan harus dilekatkan dengan baik (Decenzo et al, 2002:95).
Step 6 : memilih sumber rekrutmen
Tipe orang yang dibutuhkan dan kebijakan organisasi dipertimbangkan sebagai faktor
utama yang mempengaruhi pemilihan sumber. Di banyak organisasi besar, lowongan pertama
diiklankan secara internal. Rekrutmen eksternal mengikuti jika setelah diidentifikasi tidak ada
kandidat internal yang cocok.
Step 7 : memutukan metode rekrutmen
Rekruter harus memilih metode terbaik untuk rekrutmen. Sumber potensial dari rekrutmen
mungkin mengindikasikan metode apa yang seharusnya dipakai. Rekruter sebaiknya
mempertimbangkan metode yang lebih banyak untuk mengurangi tuduhan diskriminasi
karena menggunakan satu metode saja. Sangat mungkin bahwa suatu organisasi misalnya
hanya menggunakan koran tertentu untuk beberapa waktu, sehingga hanya akan menarik
segmen tertentu dari kandidat di populasi. Jika media cetak tersebut tidak mampu mengover
area lainnya yang memiliki kandidat potensial, maka ini dapat disebut diskriminasi.
Step 8 : pelaksanaan keputusan
Di tahap ini metode rekrutmen telah diaplikasikan. Jika iklan pada media cetak
merupakan metode yang dipilih, iklan tersebut harus secara teliti dicek untuk menghindari
kesalahan. Jika memakai agensi rekrutmen, standar yang dipakai harus secara jelas
dikomunikasikan secara baik. Lokasi, gaji, tunjangan, prosedur aplikasi, tenggat waktu dan
nomor telepon yang dihubungi harus spesifik.
Step 9 : mengijinkan waktu cukup untuk respon
Waktu yang cukup untuk klien potensial untuk merespon iklan tersebut sangat
penting. Waktu tersebut ditetapkan dalam metode yang digunakan rekruter, tetapi masi dapat
fleksibel tergantung respon pelamar yang diterima.
Step 10: pemilihan respon
Pada step ini, dokumen pelamar yang masuk dibandingkan dengan apa yang sudah
ditetapkan dalam jobdesc dan spesifikasi. Pelamar yang tidak memenuhi persyaratan dasar
12
tidak bisa dipertimbangkan untuk seleksi selanjutnya. Kandidat yang belum lengkap
persyaratanya padahal memiliki kompetensi yang dibutuhkan, dapat diminta untuk
melengkapi dokumennya. Dokumen pelamar yang sudah lengkap juga harus dipilih.
Step 11 : menyusun daftar kandidat
Daftar pelamar yang memuhi syarat dan potensial telah disusun. Penyaringan lewat
telepon dapat dilakukan untuk meraih informasi spesifik, seperti kesediaan kandidat untuk
wawancara. Daftar ini harus didiskusikan lebih lanjut dengan manajer yang
bertanggungjawab sebelum berlanjut ke tes dan wawancara.
Step 12 : menyediakan umpan balik pada pelamar
Untuk menjaga reputasi organisasi, umpan balik perlu dikomunikasikan ke semua
pelamar. Beberapa iklan akhir-akhir ini disebutkan bahwa jika pelamar tidak menerima
umpan balik setelah sekian waktu dari waktu penutupan, maka pelamar harus sudah mengerti
bahwa lamarannya tidak diterima. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya respon dari publik dan
organisasi yang tidak mampu untuk merespon tiap pelamar.
Step 13 : proses seleksi
Semua pelamar yang telah terdaftar diudang untuk seleksi tes dan wawancara.
Step 14 : evaluasi usaha rekrutmen
Menurut Andrews (1988:92), Armstrong (1996:390), dan Cascio (1998:194), tiga step
terakhir dalam proses rekrutmen dapat merupakan fase pertama dari proses seleksi.
Aktivitas dari proses rekrutmen ini harus dievaluasi, alasannya adalah untuk melakukan
perubahan yang disesuaikan dengan organisasi jika diperlukan.
2.5 Definisi seleksi
Swanepoel et al (2003) mendefinisikan seleksi sebagai proses memastikan individu-
individu mana yang akan cocok dengan pekerjaan tertentu di institusi, menilai perbedaannya,
syarat pekerjaan dan lingkungan internal dan eksternal organisasi. Sedangkan Gerber et al
(1992) menjelaskan bahwa seleksi terdiri dari pemilihan beberapa kandidat yang di dalam
opini selector, memilik standar kinerja yang dibutuhkan.
Robert (2005) memiliki pendapat, bahwa seleksi pada dasarnya adalah suatu tugas
untuk memprediksi. Seleksi tesebut mensyaratkan prosedur penyaringan dan penyortiran
13
dalam kelas belajar dimana kandidat yang memiliki potensial paling rendah dipisahkan
dengan yang memiliki potensial paling baik. Seleksi merupakan prosedur yang kompleks
terdiri dari mengumpulkan informasi, pengkodean, pengembalian interpretasi, integrasi
informasi dan pembuatan keputusan.
2.6 Standar seleksi
Dalam hal ini menurut Umi Sukamti (1989:164) ada empat standar yang dapat digunakan
organisasi dalam proses seleksi, yaitu:
(a) relevansi, yaitu sejauhmana alat seleksi dapat mencerminkan sampel yang representatif
dari pekerjaan;
(b) reliabilitas, yaitu Sejauh mana suatu alat seleksi memberikan hasil yang sama apabila
dipakai dalam waktu yang tidak sama atau oleh orang yang berbeda;
(c) validitas, yaitu hubungan statis antara skor-skor pada alat seleksi dengan kriteria atau
ukuran performasi pekerjaan
(d) faktor keadilan, yaitu setiap alat seleksi harus dinilai standar keadilannya yang mana
kecenderungan alat ini memperlakukan dan memberi kesempatan sama kepada semua
pelamar untuk mendapatkan pekerjaan.
2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan seleksi
Sama seperti proses rekrutmen, ada faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi
seleksi pegawai baru. Faktor eksternal meliputi pertimbangan legal dan sifat pasar
ketenagakerjaan. Faktor internal meliputi besar organisasi, tipe organisasi, kecepatan
memutuskan, kelompok pelamar dan metode seleksi (Schultz, 2001:242). Berikut penjelasan
lebih lanjutnya.
2.7.1 faktor eksternal
2.7.1.1 pertimbangan legal
Berbagai macam hukum dapat mempengaruhi proses seleksi. Termasuk misalnya
tidak boleh ada diskriminasi antara jenis kelamin, ras, agama dalam lingkungan kerja.
2.7.1.2 Sifat pasar ketenagakerjaan
Kondisi pasar ketenagakerjaan dalam suatu negara mempengaruhi kondisi di suatu
kota dan level regional dimana suatu organisasi merekrut dan meyeleksi pegawai. Kondisi
pekerjaan yang ditawarkan oleh organisasi, isi dari pekerjaan itu sendiri dan image dari
14
organisasi juga mempengaruhi pasar ketenagakerjaan (Schultz, 2001: 243). Semua faktor ini
mempengaruhi kriteria seleksi yang digunakan oleh organisasi.
2.7.2 faktor internal
2.7.2.1 ukuran oraganisasi
Besarnya organisasi menentukan level formalitas dari proses dan kriteria seleksi yang
digunakan untuk seleksi. Organisasi kecil cenderung melewati beberapa tahap dibandingkan
organisasi yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena pengeluaran yang tinggi jika
mengikuti semua prosesnya. Tes dan wawancara lebih baik dilakukan ketika mempekerjakan
orang yang eksekutif daripada pegawai yang hanya memiliki ketrampilan rata-rata atau tidak
berketrampilan.
2.7.2.2 Tipe organisasi
Organisasi di sector swasta memilih orang-orang yang mengerti pentingnya
keuntungan. Organisasi non-profit lebih memilih orang-orang yang berdedikasi untuk
meningkatkan standar SDM tanpa menerima pendapatan yang tinggi sebagai balasannya.
Manajer di sector publik mungkin akan memilik orang-orang dengan skor tinggi dalam tes-
tesnya tanpa mempertimbangkan faktor yang dianggap penting dalam organisasi swasta,
seperti kecocokan antara orang tersebut dengan budaya dalam organisasi.
2.7.2.3 kecepatan dalam mengambil keputusan
Memilih seorang Chief Executive Office (CEO) dapat berlangsung beberapa bulan
lamanya. Waktu harus disediakan untuk wawancara intensif dan pengecekan referensi. Di sisi
lain, menyeleksi pegawai dapat hanya membutuhkan waktu beberapa jam.
2.7.2.4 Kumpulan pelamar
Proses seleksi membutuhkan waktu lebih panjang jika ada beberapa pelamar yang
memiliki kualifikasi untuk lowongan tersebut. Akan tetapi jika hanya ada sedikit kandidat
yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang dibutuhkan, maka waktu seleksi bisa lebih
pendek.
2.7.2.5 Metode seleksi
Metode seleksi yang dipilih dapat mempengaruhi keseluruhan proses. Pencantuman
metode seleksi grup dan pemusatan tes dalam proses seleksi formal cenderung untuk
mengulur proses seleksi sehingga membuat biayanya lebih tinggi apalagi untuk organisasi
kecil, seseorang sering membuat keputusan seleksi.
15
2.8 Proses Seleksi
Kebanyakan organisasi mengambil langkah konsisten untuk memproses dan memilih
pelamar untuk pekerjaan yang dibutuhkan. Ukuran organisasi, karakteristik pekerjaan, jumlah
orang yang dibutuhkan, penggunaan teknologi elektronik, dan faktor-faktor lainnya yang
menyebabkan variasi dari proses dasar. Seleksi dapat berlangsung selama seharian atau
bahkan lebih dari periode waktu tertentu, dan beberapa tahap dari proses seleksi mungkin
dihapus atau diubah urutannya pada saat itu juga, tergantung dari penyeleksi. Jika pelamar
diproses dalam satu hari, penyeleksi biasanya mengoreksi referensi setelah seleksi. Berikut
bagan yang menjelaskan tentang proses seleksi.
16
Gambar 2.2 selection process flowchart. Mathis,2008. 2.8.1. Minat pelamar kerja (Applicant job interest)
Individu yang menginginkan pekerjaan dapat mengungkapkan ketertarikannya dalam
berbagai cara. Biasanya, individu yang telah memasukkan data dirinya lewat email atau fax,
atau melamar langsung di tempat perekrutnya. Tetapi dengan berkembangnya perekrutan
17
lewat internet, banyak individu yang melengkapi lamarannya secara online atau memasukkan
data dirinya secara elektronik.
Diluar bagaimana seorang calon pekerja mengungkapkan ketertarikannya pada pekerjaan
tersebut, proses seleksi memiliki dimensi relasi publik yang penting. Diskriminasi dalam
proses memekerjakan, pewawancara yang tidak sopan, lama menunggu yang tidak
penting,pertanyaan lewat telepon yang tidak dihiraukan, prosedur tes yang tidak tepat, dan
kurangnya respon untuk follow-up dapat menghasilkan citra yang buruk bagi perekrut.
Persepsi pelamar kerja terhadap organisasi akan dipengaruhi oleh bagaimana mereka
diperlakukan.
Banyak individu yang hanya mengetahui sedikit tentang organisasi sebelum melamar
pekerjaan. Oleh karena itu, ketika memutuskan menerima atau menolak suatu pekerjaan, cek
lebih teliti lagi pada informasi yang diterima saat proses seleksi tentang besaran kompensasi,
karakteristik pekerjaan, lokasi kerja, dan kesempatan promosi. Sayangnya, banyak perekrut
yang membuat suatu pekerjaan tersebut terlihat lebih baik dari sebenarnya. Gambaran
pekerjaan yang realistic menyediakan informasi yang akurat untuk para calon pekerja
potensial tentang pekerjaan tersebut sehingga mereka dapat mengevaluasi situasi pekerjaan
dengan lebih baik. Media tersebut juga dapat meningkatkan kepercayaan individu tersebut
dan menjelaskan peran pekerjaan itu.
2.8.2 penyaringan pra-pekerjaan (pre-employment screening)
Banyak perekrut mengadakan penyaringan ini untuk menentukan apakah pelamar
memenuhi kualifikasi minimum pekerjaan yang dibutuhkan tersebut. Perekrut lainnya dapat
tertarik ketika individu melengkapi lamaran dengan baik. Berkas lamaran yang telah lengkap
tersebut menjadi dasar untuk informasi pra-penyaringan, pengumpulan, penyimpanan dan
pelacakan yang menjadi pekerjaan signifikan untuk staf HR.
Penggunaan penyaringan elektronik telah berkembang. Peralatan penyaringan ini
tergabung dalam software computer untuk melihat kembali berkas lamaran dan resume
selama proses rekrutmen dan seleksi. Banyak organisasi besar yang menggunakan berbagai
macam tipe software untuk menerima, mengevaluasi, dan melacak lamaran dari banyak
pelamar.
2.8.3 Berkas formulir aplikasi (Application forms)
Formulir aplikasi digunakan secara universal tetapi dengan format yang bermacam-
macam. Disiapkan dengan baik, formulir aplikasi diajukan dengan 4 tujuan :
18
1. sebagai rekaman dari keinginan pelamar untuk meraih posisi yang lowong tsb.
2. menyediakan profil pelamar bagi pewawancara yang dapat dipakai selama
wawancara.
3. merupakan rekaman dasar pegawai untuk pelamar yang telah diterima.
4. dapat digunakan sebagai penelitian terhadap keefektifitasan proses seleksi.
Didalam formulir aplikasi sebaiknya berisi ketentuan-ketentuan sebagai berikut, supaya
proteksi legal yang tepat dapat terpampang jelas.pemberitahuan yang direkomendasikan
terdiri dari :
1. employment-at-will : mengindikasikan hak perekrut atau pelamar untuk memutus
pekerjaan sewaktu-waktu dengan atau tanpa pemberitahuan atau sebab (Dimana sesuai
hukum yang berlaku).
2. Reference contacts : mengajukan ijin untuk mengontak perekrut sebelumnya yang terdaftar
oleh pelamar sebagai referensi dalam formulir aplikasi atau data diri.
3. employment testing : memberitahu pelamar tentang tes narkoba, tes tulis, tes fisik, atau tes-
tes lain yang akan dilakukan dalam keputusan pekerjaan.
4. application time limit : mengindikasikan seberapa lama formulir aplikasi aktif, dan orang
tersebut harus melamar atau mengaktifkan kembali aplikasi mereka setelah periode yang
ditentukan tersebut selesai.
5. information falsification : menekankan pada pelamar bahwa pemalsuan informasi dalam
aplikasi akan ditindak tegas oleh pihak berwajib.
Forlmulir aplikasi harus menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Informasi
yang terlalu pribadi sebaiknya tidak diisi. Forlmulir aplikasi biasanya juga mencantumkan
informasi latar belakang lewat data diri. Pada gambar berikut bisa menjadi contoh formulir
aplikasi.
19
Gambar 2.3 application form. Mathis, 2008.
2.8.4 Tes (Test)
Banyak model tes yang dapat digunakan untuk menilai apakah orang tersebut
berkualifikasi sesuai kebutuhan atau tidak. Tes tulis, tes kemampuan, dan tes psikologi adalah
tes-tes yang sering digunakan untuk menilai bermacam faktor yang penting untuk pekerjaan
tersebut.tes pekerjaan yang bermanfaat ini mengijinkan organsasi untuk memprediksi
pelamar mana yang paling baik setelah dipekerjakan.
Tes yang digunakan dalam seleksi sebaiknya harus dievaluasi secara menyeluruh
sebelum dipakai sebagai salah satu alat rekrutmen. Evaluasi tes yang akan digunakan tersebut
harus melibatkan ahlinya, dan secara statistic teruji validitasnya. Lalu, pengamanan yang baik
20
dari alat tes tersebut harus dikoordinasikan dengan baik, dan nilai moneter dari tes-tes
tersebut untuk organisasi tersebut harus ditentukan. Berikut sedikit penjelasan dari sebagian
tes-tes yang sering digunakan.
1. tes intelegensi : merupakan suatu tes kemampuan mental. Mereka menghitung
kemampuan belajar dan kemampuan untuk mengerti instruksi dan membuat keputusan.
Tujuan dasar tes ini adalah untuk mengambil calon pegawai yang waspada dan cepat belajar
sesuatu yang baru sehingga mereka dapat diberi pelatihan yang baik untuk meningkatkan
ketrampilan untuk keuntungan organisasi.
2. tes ketangkasan : tes ini menghitung potensi individu untuk belajar ketrampilan
tertentu, seperti mekanik, matematika, dsb. Tes ini mengidikasikan apakah individu tersebut
memiliki kapabilitas untuuk belajar pekerjaan yang diberi secara cepat dan efisien. Untuk
merekrut staf kantor yang efisien, tes ketangkasan ini sangat penting.
3. tes kepribadian : pengertian dari kepribadian, suatu metode untuk menghitung
faktor kepribadian dan hubungan antara faktor kepribadian dan kriteria pekerjaan yang
dibutuhkan. Peneliti telah mempertanyakan apakah pelamar menjawab semua pertanyaan
dengan jujur atau hanya merespon sesuai bagaimana seharusnya. Karena tujuan tes ini,
banyak orang masih mempertimbangkan kepribadian sebagai poin penting untuk kesuksesan
pekerjaan. Macam kepribadian manusia bisa diketahui pada gambar 2.2.
4. tes simulasi : latihan simulasi merupakan suatu tes yang menduplikasi banyak
aktivitas dan masalah sebagai pegawai yang dihadapi dalam lingkungan pekerjaan.
5. tes grafologi : grafologi termasuk menggunakan evaluator yang terlatih untuk
memeriksa garis, lingkaran,dan poin-poin lainnya yang termasuk dalam penilaian tulisan
pelamar ini sebagai penilaian kepribadian dan emosional.
6. tes poligraf (lie detector) : poligraf ini mencatat perubahan fisik pada tubuh
sebagai subyek tes untuk menjawab beberapa pertanyaan. Alat ini mencatat fluktuasi pada
pernafasan, tekanan darah dan keringat pada kertas graf nya. Operator poligraf memberi
penilaian menurut respon subyek tersebut, jujur atau tidak dengan memeriksa pergerakan
secara biologi yang tercatat pada kertas tersebut.
21
Gambar 2.4 big five personalities characteristics. Mathis, 2008. 2.8.5 Wawancara
Tahap wawancara ini bertujuan untuk meraih informasi tambahan dan untuk
mengecek kebenaran informasi yang telah dikumpulkan selama proses seleksi. Wawancara
biasanya terdiri dari 2 level, yang pertama sebagai penyaringan awal untuk menentukan
apakah orang tersebut mencapai kualifikasi minimum. Lalu yang kedua, untuk wawancara
lebih jauh lagi dengan staf HR atau mamajer operasional untuk menemtukan apakah orang
tersebut cocok pada area kerja yang dilamar tersebut. Sebelum wawancara lebih jauh,
informasi dari berbagai sumber yang tersedia harus dikumpulkan sehingga pewawancara
dapat menyesuaikan informasi yang bertentangan yang mungkin timbul antara hasil
wawancara dengan tes, formulir aplikasi, dan referensi. Pewawancara juga harus meraih
informasi sebanyak mungkin tentang pelamar tersebut dengan waktu yang terbatas, lalu
mengevaluasinya dengan standar yang dibutuhkan.
Macam model wawancara ada dua, yaitu terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara
terstruktur terdiri dari wawancara biographical, behavioural, competency dan situational.
Sedangkan wawancara yang tidak terstruktur terdiri dari Non-directive dan stress.
22
a. wawancara terstruktur
Wawancara ini menggunakan sat set pertanyaan standar yang ditanyakan pada
semua pelamar sehingga dapat lebih mudah membandingkannya. Tipe wawancara ini
memperbolehkan pewawancara menyiapakan pertanyaan yang berhubungan dengan
pekerjaan tersebut dan kemudian melengkapi formulir evaluasi yang menyediakan
dokumentasi yang mengindikasikan mengapa seorang pelamar terpilih dibandingkan
lainnya. Tipe ini bermanfaat untuk proses penyaringan awal karena banyak pelamar
dapat dievaluasi secara efektif dan dibandingkan. Akan tetapi, tipe ini tidak harus
menurut sama persis dengan yang dituliskan. Pewawancara bisa menyesuaikan cara
bertanya yang mudah dimengerti atau menambahkan penjelasan-penjelasan sampai si
pelamar mengerti apa maksud pertanyaannya, dan pelamar juga dapat menjelaskan
jawabannya. Karena proses ini, wawancara terstruktur lebih valid dan dipercaya
daripada pendekatan wawancara lainnya.
Format pertanyaan yang terstruktur memastikan bahwa pewawancara
memiliki informasi yang sama satu sama lain, sehingga hasilnya konsisten untuk
evaluasinya. Berikut macam-macam wawancara terstruktur.
1. wawancara biographical
Tes ini berfokus pada tugas kronlogis dari pengalaman kandidat. Tipe
ini digunakan secara luas dan sering dikombinasikan dengan informasi lain
yang ingin dikumpulkan. Secara keseluruhan, proses ini menyediakan
informasi pengalaman masa lalu.
2. wawancara behavioural
Pelamar ditanyai untuk menjelaskan bagaimana mereka bertindak
terhadap suatu tugas atau permasalahan di masa lalu, yang biasanya hal ini
akan dapat memprediksikan bagaimana perilaku mereka di masa mendatang
dan menunjukkan seberapa cocok pelamar dengan pekerjaan yang dilamar.
Menurut penelitian, tipe wawancara terstruktur tentang perilaku masa lalu
lebih baik untuk mengidentifikasi daripada wawancara situasional, dan juga
menunjukkan keberhasilan dari strategi wawancara ini. Pewawancara dalam
tes ini sebaiknya dilatih untuk meningkatkan kemampuannya untuk menggali
perilaku pelamar lebih dalam.
3. wawancara competency
Tipe ini mirip dengan behavioral, kecuali pertanyaan yang dirancang
untuk menyediakan informasi untuk pewawancara dengan sesuatu untuk
23
menghitung respon pelamar yang bertentangan. Dalam wawancara ini sudah
ada daftar kompetensi yang harus dibutuhkan untuk pekerjaan yang dilamar
tersebut, sehingga memudahkan pewawancara untuk menggali informasi lebih
jauh lagi.
4. wawancara situasional
Wawancara ini terdiri dari pertanyaan tentang bagaimana pelamar
memegang situasi pekerjaan tertentu. Pertanyaan wawancara dan respon yang
mungkin berdasarkan analisis pekerjaan dan diperiksa oleh ahli pekerjaan
untuk memastikan validitas isinya. Pewawancara mengodekan kecocokan dari
jawaban, memberikan nilai, dan menambah total nilai yang pelamar terima.
Wawancara ini sangat direkomendasikan untuk seleksi kandidat karena
kemampuan prediktifnya, keseragaman, dan akurasi.
b. wawancara non terstruktur
Beberapa wawancara diselesaikan tanpa terencana dan tidak terstruktur.
Sering wawancara tipe ini dilakukan oleh manajer operasional atau supervisor yang
memiliki sedikit sekali pengalaman mewawancarai. Wawancara tidak terstruktur ini
timbul ketika pewawancara mengimprovisasi dengan pertanyaan yang tidak
bertujuan. Sedangkan wawancara semi-terstuktur adalah suatu percakapan dengan
pertanyaan yang luas yang ditanyakan dan pertanyaan baru timbul sebagai hasil dari
diskusi.
1. wawancara non directive
Wawancara ini menggunakan pertanyaan yang telah dikembangkan
dari jawaban pertanyaan sebelumnya. Pewawancara menanyakan pertanyaan
umum kepada pelamar untuk menggambarkan dirinya. Kemudian
pewawancara tersebut menggunakan respon pelamar untuk membentuk
pertanyaan selanjutnya. Dengan model wawancara ini, kesulitan kerap muncul
karena kesulitan membandingkan data dari banyak pelamar karena pertanyaan
yang diajukan macam-macam dan tidak sama. Banyak wawancara non
directive yang hanya terorganisasi sebagian; sebagai hasilnya, kombinasi dari
pertanyaan umum dan spesifik tidak terstruktur, dan pertanyaan yang beda
selalu muncul pada pelamar yang berbeda untuk pekerjaan yang sama.
Perbandingan dan ranking kandidat akan lebih terbuka untuk penilaian
24
subyektif dibandingkan obyektif, oleh karena itu tipe ini lebih baik digunakan
secara hemat.
2. wawancara stress
Tipe ini dirancang untuk membentuk kecemasan dan menaruh tekanan
pada pelamar untuk melihat bagaimana responnya. Pada tipe ini, pewawancara
mengasumsikan dirinya secara agresif dan melecehkan. Organisasi yang
menggunakan tipe ini untuk menggambarkan tekanan yang akan diterima
pelamar tersebut saat sudah bekerja di organisasi tersebut. Tipe ini sangat
beresiko karena akan menciptakan image buruk bagi organisasi perekrut, yang
salah-salah malah membuat pelamar yang ditawari pekerjaan tidak jadi untuk
menerima pekerjaan tersebut.
2.8.6 investigasi latar belakang (background investigations)
Investigasi latar belakang dapat dilakukan sebelum atau setelah wawancara. Meskipun
prosesnya membutuhkan waktu dan uang, terbukti hal ini berguna dalam menentukan
keputusan seleksi. Nilai dari investigasi ini adalah bukti ketika dari investigasi tersebut
terbuka kecurangan pelamar tentang kualifikasinya dan latar belakangnya. Beberapa yang
sering dipalsukan adalah tanggal kelulusan sekolah, pengalaman kerja, dan akademik. Supaya
organisasi tidak tertipu, perlindungan dengan cara mendapat verifikasi dari pelamar sebelum
atau setelah memperkerjakan, dan jangan pernah berasumsi bahwa data pelamar akurat.
2.8.7 pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan pelamar digunakan untuk menentukan kemampuan fisik dan
mental dalam melakukan pekerjaannya nantinya. Standar fisik untuk pekerjaan harus realistis,
adil, dan berhubungan dengan kriteria pekerjaan. Meskipun pekerja dengan kekurangan dapat
melakukan banyak pekerjaan dengan kompeten, tetapi kadang dapat ditolak karena ada
keterbatasan fisik atau mental.
Tes narkoba dapat dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan medis,atau dilakukan
terpisah. Penggunaan tes ini meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
2.8.8 penawaran pekerjaan
Tahap terakhir dari proses seleksi adalah menawarkan pekerjaan. Penawaran
pekerjaan sering dilakukan lewat telpon, dan beberapa diantaranya secara formal
disampaikan lewat surat kepada pelamar. Dokumen penawaran sangat penting untuk ditinjau
25
kembali oleh legal konsil dan persyaratan dan ketentuan pekerjaan harus secara jelas
dituliskan didalamnya. Dokumen ini seharusnya menyediakan untuk pelamar,
penandatanganan penerimaan pekerjaan yang dikembalikan pada perekrut dan disimpan
dalam dokumen pribadi pegawai.
26
BAB III
PEMBAHASAN
Dari masalah yang telah dikemukakan di bab pendahuluan, bahwa terdapat kebutuhan
untuk membuka pelayanan poli gigi di RBG Rumah Zakat Surabaya. Akan tetapi belum
terdapat tahapan proses rekrutmen dan seleksi yang baku untuk merekrut tenaga dokter gigi.
Menurut Hacker (1993:3), kegagalan untuk mengerti proses perekrutan dapat menghabiskan
biaya cukup banyak. Para staf dan pihak yang bertanggungjawab terhadap perekrutan perlu
memiliki kemampuan dan pengertian yang baik tentang proses rekrutmen dan seleksi yang
baik sesuai kebutuhan organisasi.
Sudah ada proses perekrutan di Rumah Zakat Pusat yang memberi petunjuk untuk
perekrut dan penyeleksi dalam merekrut sumber daya manusia baru, tetapi proses tersebut
hanya terbatas dalam perekrutan pegawai struktural di pusat dan cabang Rumah Zakat. Maka
dari itu, penyusunan proses rekrutmen dan seleksi untuk dokter gigi sebagai pegawai
fungsional di Cabang Rumah Zakat, dalam hal ini di RBG Rumah Zakat Surabaya, penting
untuk segera dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan gigi.
Proses rekrutmen yang diungkapkan oleh Erasmus (2000), menjadi patokan dalam
proses rekrutmen yang direncanakan akan diterapkan dalam RBG Rumah Zakat Surabaya.
Berikut pembahasan tahap-tahap yang ada dalam proses rekrutmen Rumah Zakat, dan penulis
memberikan usulan dalam menyusun tahap yang belum ada atau perlu penyesuaian dalam
proses perekrutan dokter gigi menurut Erasmus (2000).
1. Menentukan kebutuhan yang tepat
Pada tahapan rekrutmen baku dari Rumah Zakat pusat telah ditentukan
penentuan kebutuhan ini dengan adanya Man Power Planning (MPP). MPP ini
disusun dan diperbaharui tiap tahunnya yang dihasilkan dari hasil rapat pegawai untuk
perencanaan kebutuhan-kebutuhan organisasi setahun kedepan. Termasuk diantaranya
adalah perencanaan kebutuhan pegawai berdasarkan posisi yang dicantumkan pada
struktur yang disahkan dan kebutuhan minimum pegawai.
Rekomendasi : Pada perekrutan dokter gigi, karena memang membutuhkan
tenaga dokter gigi baru dan belum pernah ada dokter gigi sebelumnya di
organisasi tersebut untuk dipromosikan atau diperbantukan, maka proses
perekrutan menjadi pilihan.
27
2. Memperoleh persetujuan
Pada tahapan rekrutmen baku dari Rumah Zakat pusat telah ditentukan
penentuan kebutuhan dan keputusan untuk melakukan rekrutmen ini dengan adanya
Man Power Planning (MPP). MPP ini disusun dan diperbaharui tiap tahunnya yang
dihasilkan dari hasil rapat pegawai untuk perencanaan kebutuhan-kebutuhan
organisasi setahun kedepan. Termasuk diantaranya adalah perencanaan kebutuhan
pegawai berdasarkan posisi yang dicantumkan pada struktur yang disahkan dan
kebutuhan minimum pegawai serta sudah ada flowchart untuk pengajuan karyawan
baru hingga mendapatkan persetujuan.
Rekomendasi : memakai flowchart pengajuan karyawan baru yang telah ada
pada proses rekrutmen baku Rumah Zakat pusat.
3. Mengombinasikan atau memperbaharui jobdesc dan spesifikasi job
Pada tahap rekrutmen Rumah Zakat pusat, belum ada jobdesc dan spesifikasi
dokter gigi yang baku sebagai acuan proses rekrutmen dokter gigi di kantor cabang.
- Rekomendasi : penulis merekomendasikan penyusunan job description,
maka penulis melakukan beberapa benchmark jobdesc di instansi lain, dalam
hal ini di Rumah Sehat Indonesia dan Puskesmas. Dari beberapa benchmark
tersebut yang sifatnya sebagai masukan, maka berikut rencana penyusunan
jobdesc untuk RBG Rumah Zakat Surabaya.
1. Bertanggung jawab terhadap rekam medis pasien
2. Melaksanankan pelayanan medik dasar promotif, seperti penyuluhan.
Pelayanan preventif, seperti fissure sealant, scalling dsb. Perawatan kuratif
seperti tumpatan,perawatan saluran akar, dsb. Serta perawatan rehabilitatif,
seperti gigi tiruan, rujukan)
3.Melaksanakan konsultasi, edukasi dan informasi. (posyandu, UKS)
4. adalah salah satu staff di RBG Rumah Zakat Cabang Surabaya yang
melaksanakan tugas fungsionalnya dan bertanggung jawab langsung pada
Branch Head RBG Rumah Zakat Surabaya.
Sedangkan untuk kriteria dokter gigi yang dibutuhkan untuk mengisi
posisi dokter gigi di RBG Rumah Zakat disusun dengan masukan dari
benchmark dari Rumah Sehat Indonesia, dan Yakes TELKOM. Berikut
rencana penyusunan kriteria pekerjaan dokter gigi.
1. Merupakan warga negara Indonesia
2. Muslim atau muslimah
28
3. Pendidikan minimal S1 profesi kedokteran gigi; dengan bukti ijazah profesi
; fresh graduated / berpengalaman
4. Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktek (SIP) yang
masih berlaku atau sedang dalam proses disertai bukti asli
5. surat berkelakuan baik yang dibuktikan dengan pejabat berwenang
6. memenuhi syarat-syarat lain yang dibutuhkan perusahaan, seperti :
- tes psikologi,
- tes praktek,
- tes wawancara,
- tes kesehatan.
4. Menentukan key performance areas (KPA) pekerjaan
Dalam hal ini, KPA dapat dilihat dari seberapa baik dokter gigi tersebut
melaksanakan fungsi operasionalnya sesuai Standard Operational Procedure (SOP).
Maka dari itu perlu dibuat SOP yang baik untuk menuntun kinerja dokter gigi supaya
baik.
- Rekomendasi : Untuk Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan gigi,
karena RBG Rumah Zakat Surabaya ini merupakan pemberi pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang setaraf dengan Puskesmas (Permenkes no. 29
tahun 2012 pasal 1 ayat 5 ), sehingga disarankan untuk memiliki SOP standar
yang telah dimiliki Puskesmas.
5.Mengonsultasikan kebijakan dan prosedur rekrutmen
Mengonsultasikan kebijakan dan prosedur rekrutmen telah dilakukan pada alur
proses pengajuan karyawan baru.
- Rekomendasi : mengikuti aturan dalam flowchart pengajuan karyawan baru.
6. Memilih sumber rekrutmen
Pada poin publikasi rekrutmen di tahapan rekrutmen, secara tersirat disebutkan
bahwa sumber rekrutmen bisa dari internal dan eksternal.
- Rekomendasi : dokter gigi belum pernah ada di dalam struktur pegawai RBG
Rumah Zakat Pusat maupun Surabaya, maka pemilihan sumber rekrutmen
adalah eksternal.
7. Memutukan metode rekrutmen
Pada poin publikasi rekrutmen di tahapan rekrutmen, disebutkan bahwa
metode rekrutmen dapat disampaikan melalui karyawan, iklan via media cetak,
website, dll.
29
- Rekomendasi : Setelah ditentukan sumber rekrutmen pada poin 6, yaitu
sumber rekrutmen eksternal, maka metode rekrutmen dapat memakai iklan via
media cetak, website, dll.
8. Pelaksanaan keputusan
Pada poin publikasi rekrutmen di tahapan rekrutmen, jika publikasi melalui
iklan, maka bagian HR melakukan pembuatan materii ikaln dan mempublikasikannya
menggunakan iklan yang sudah dirancang tersebut.
- Rekomendasi : pelaksanaan keputusan pemakaian metode rekrutmen
menggunakan metode eksternal (iklan via media cetak, website,dll) semua
dilakukan oleh bagian HR.
9. Mengijinkan waktu cukup untuk respon
Tidak ada kata-kata spesifik yang menyebutkan poin ini dalam tahapan
rekrutmen baku di Rumah Zakat.
- Rekomendasi : kebijakan penentuan tenggat waktu untuk respon pelamar
terhadap iklan lowongan yang dipublikasi sebaiknya diatur dan disesuaikan
dengan respon pelamar yang diterima. Sebaiknya pihak HR menentukan
waktu baku tenggat waktu untuk pengembalian berkas permohonan kerja dari
pelamar dan kuota minimal yang diharapkan untuk lowongan tersebut. Namun
sebaiknya ada kebijakan, jika dalam waktu yang ditentukan belum memenuhi
kuota minimal pelamar, maka diberikan perpanjangan waktu hingga sekian
waktu. Namun jika masih belum memenuhi kuota minimal, maka lowongan
ditutup dan dilaksanakan tahap selanjutnya.
10. Pemilihan respon
Seleksi administrasi diterima dan dicek oleh bagian personalia atau HR.
pelamar akan lolos tahap seleksi administrasi jika telah memenuhi kualifikasi awal
yang dibutuhkan.
- Rekomendasi : penyesuaian proses pemilihan respon dengan tahapan
rekrutmen yang sudah ada yang dilakukan oleh HR.
11. Menyusun daftar kandidat
Setelah selesai menyeleksi administrasi, tahap selanjutnya adalah data
permohonan kerja yang masuk diarsipkan sesuai dengan ketentuannya dalam instruksi
kerja pengarsipan data karyawan dari Pusat.
- Rekomendasi : belum ada keterangan jelas apakah data yang diarsipkan
termasuk data pelamar yang gagal dalam seleksi administrasi atau tidak.
30
Sebaiknya pengarsipan data dilakukan untuk semua pelamar yang telah
mengirimkan datanya, baik yang lolos atau gagal. Karena hal ini akan
memudahkan bagian HR jika membutuhkan pegawai mendadak, kontrak atau
pengganti misalnya, sudah memiliki data calon pegawai tersebut. Setelah
seleksi administrasi, maka data pelamar yang lolos harus segera
dipublikasikan atau dihubungi langsung untuk diproses lagi menuju proses
seleksi setelah disetujui oleh Kepala Cabang.
12. Menyediakan umpan balik pada pelamar
Belum ada keterangan jelas untuk tahap ini pada tahapan rekrutmen di Rumah
Zakat pusat.
- Rekomendasi : sebaiknya pihak RBG Rumah Zakat telah menentukan diawal
apakah pelamar yang lolos saja yang akan dihubungi atau yang tidak lolos
juga dihubungi dan akan dihubungi dalam bentuk apa, telepon atau surat
misalnya. Keterangan ini sebaiknya dicantumkan dalam isi dari metode
rekrutmen yang dipakai.
13. Proses seleksi
Sudah ada tahap seleksi baku dari Rumah Zakat pusat, tapi terbatas pada
pegawai struktural dan belum ada untuk dokter gigi.
- Rekomendasi : membuat proses seleksi khusus untuk dokter gigi. Akan
dibahas lebih lanjut pada paragraf selanjutnya.
14. Evaluasi usaha rekrutmen
Belum ada keterangan jelas tentang poin ini dalam proses rekrutmen Rumah
Zakat Pusat.
- Rekomendasi : sebaiknya dilakukan evaluasi setiap akhir proses rekrutmen
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan proses rekrutmen tersebut.
Evaluasi ini penting untuk perbaikan dan peningkatan proses perekrutan di
masa mendatang.
Proses seleksi yang diungkapkan oleh Mathis (2008), menjadi patokan dalam proses
seleksi yang direncanakan akan diterapkan dalam RBG Rumah Zakat Surabaya. Berikut
adalah pembahasan proses seleksi yang telah ada dengan teori proses seleksi Mathis (2008)
dan flowchart proses seleksi.
31
1. Minat pelamar kerja (Applicant job interest).
Pelamar yang tertarik terhadap lowongan kerja yang dipublikasikan, akan
membuat surat lamaran kepada organisasi tersebut. Surat tersebut diterima dan di
proses seperti yang telah dijelaskan pada proses rekrutmen Erasmus diatas.
- Rekomendasi : langkah-langkah penerimaan pelamar yang
direkomendasikan telah disebutkan pada poin proses rekrutmen diatas.
2. Penyaringan pra-pekerjaan (pre-employment screening)
Poin ini sama maksudnya dengan seleksi administrasi seperti yang disebutkan
pada proses rekrutmen diatas.
- Rekomendasi : Tahap seleksi adminstrasi telah disebutkan pada poin proses
rekrutmen diatas.
3. Berkas formulir aplikasi (Application forms)
Formulir seleksi pegawai yang baku di Rumah Zakat pusat telah ada. Tapi
terbatas pada pegawai struktural.
- Rekomendasi : beberapa poin dari formulir aplikasi baku tersebut perlu
disesuaikan dengan pegawai yang akan direkrut dan poin yang akan dinilai.
Dalam hal ini, karena dokter gigi yang akan diseleksi, maka perlu revisi
formulir aplikasi yang isinya telah disesuaikan poin yang akan dinilai.
4. Tes (Test)
Tes baku yang dipakai untuk merekrut pegawai pusat adalah psikotes, TOEFL,
Tes Kompetensi, Tes Praktek.
- Rekomendasi : untuk tes yang dijalani, diusulkan bahwa ada 3 tahap, yaitu :
a. tes psikologi, bahan tes psikologi ini diserahkan kepada lembaga yang telah
menjadi rekan dari Rumah Zakat.
b. tes praktek, tes praktek ini dituangkan dalam masa percobaan kerja. Dokter
gigi terpilih yang lolos seleksi,akan menjalani masa percobaan kerja terlebih
dahulu sebelum mendapat surat perjanjian kerja. Dalam masa percobaan kerja
ini, dokter gigi tetap digaji dengan ketentuan yang sebaiknya ditentukan RBG
Rumah Zakat sebaik-baiknya dalam waktu yang telah ditentukan. Jika dalam
masa percobaan tersebut, penilaiannya kurang memuaskan, maka pihak RBG
berhak tidak merekrut dokter tersebut. Dan pihak RBG harus mencari kandidat
lain yang juga telah mengikuti seleksi tapi belum terpilih untuk ditawari
pekerjaan ini.
32
c. Tes kesehatan : tes kesehatan dilakukan pada tahap akhir dari rangkaian
seleksi calon pegawai. Untuk lokasi tes, sesuai dengan yang telah diterapkan
Rumah Zakat pusat.
5. Wawancara
Pada tahap wawancara, sudah ada materi dan pihak-pihak yang menjadi
pewawancara untuk calon pegawai dalam proses seleksi pegawai.
- Rekomendasi : belum ada keterangan yang jelas apakah wawancara baku
yang dilakukan terstruktur, semi terstruktur atau tidak terstruktur. Sebaiknya
pihak RBG menentukan tipe wawancara semi terstruktur dengan
pewawancaranya adalah Kepala Cabang dan bagian personalia cabang. Dari
wawancara yang sifatnya diskusi ini, diharapkan dapat diketahui kepribadian
dan kemampuan berkomunikasi calon dokter gigi RBG tersebut
. 6.Investigasi latar belakang (background investigations)
Belum ada keterangan jelas mengenai investigasi latar belakang pada tahapan
seleksi dari Rumah Zakat.
- Rekomendasi : Sebaiknya perlu dilakukan investigasi terlebih dahulu
terhadap data-data yang dicantumkan oleh pelamar tersebut. Sebaiknya pada
syarat melamar, dicantumkan supaya menyertakan nomer dan alamat institusi/
universitas/tempat-tempat lain yang dicantumkan pelamar dalam CV calon
pelamar tersebut.
7. Pemeriksaan kesehatan
Terdapat proses tes kesehatan baku yang dilaksanakan Rumah Zakat pusat.
Rekomendasi : RBG Rumah Zakat dapat memakai ketentuan baku tes
kesehatan yang telah tertulis.
8. Penawaran pekerjaan
Proses penawaran kerja hingga pasca seleksi telah tercantum pada proses
seleksi dan pasca seleksi di Rumah Zakat pusat.
-Rekomendasi : Untuk pasca seleksi, seperti yang telah dijelaskan pada poin
tes praktek, bahwa dokter gigi terpilih harus menjalani masa percobaan kerja
dalam waktu yang ditentukan pihak RBG. Hasilnya baik atau tidak, hak penuh
ada pada Kepala Cabang RBG untuk mempekerjakan dokter gigi tersebut atau
tidak. Jika diterima, maka langkah berikutnya, yaitu penawaran pekerjaan
dapat dilakukan. Proses penawaran dan perjanjian kerja dapat mengikuti
proses baku di Rumah Zakat pusat.
33
Untuk lebih jelasnya, proses seleksi dokter gigi di RBG Rumah Zakat dapat dicermati
pada flowchart gambar 3.1 berikut.
34
tidak
ya
ya
tidak
START
Seleksi administrasi sesuai pengajuan
Pemanggilan calon amil utk tes psikologi dan
wawancara
Lamaran kerja diterima HR cabang
end
Amil mengajukan
lamaran kerja
Amil mengikuti tes psikologi
dan wawancara
end
Pemanggilan calon amil untuk tes kesehatan
Hasil seleksi tes kesehatan
Amil mengikuti tes kesehatan
penilaian hasil seleksi psikologi,
wawancara dan tes kesehatan
Hal.2
Penilaian tes psikologi dan wawancara
Hasil seleksi administrasi,
diterima?
Hasil penilaian tes psikologi dan
wawancara,diterima
GAAM sebagai Rekruter Calon Amil
35
Gambar 3.1 flowchart proses seleksi dokter gigi
tidak
Ya
Kembali ke perekrutan awal
Penandatanganan surat perjanjian kerja
Hasil kelulusan calon amil
Lanjutan hal.1
Approve kelulusan calon amil
Rekomendasi pembuatan surat
kerja
Menginformasikan kelulusan kepada calon amil lulus
Amil menerima pekerjaan?
Approve surat
perjanjian kerja amil
end
Kepala cabang GAAM sebagai rekruter amil
tidak
Ya
Masa percobaan kerja
Lulus masa percobaan kerja?
end
36
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Problem solving tahap rekrutmen dan seleksi dokter gigi di Rumah Bersalin Gratis
Rumah Zakat Surabaya telah dibuat dengan menyesuaikan pada teori proses rekrutmen dari
Erasmus (2000) dan teori seleksi dari Mathis (2008).
4.2 Saran
Diharapkan ada tahap rekrutmen dan seleksi yang baku terhadap masing-masing
tenaga fungsional lainnya, seperti dokter, perawat, perawat gigi dan bidan di Rumah Bersalin
Gratis Rumah Zakar Surabaya.
37
DAFTAR PUSTAKA Erasmus, B. Van Wyk, M. & Schenk, H. 2000. South African human resource management.
Kenwyn: Juta. Mathis, R.L. Jackson, J.H. 2008. Human Resource Management 12th edition. USA : Thomson
Corp. Randall S. Schuler. (1987). Personnel and Human Resources Management. New York
University: Kelogg Borkvard. Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia abad
ke-21 jilid 1. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sukamti, Umi. (1989). Management Personalia/Sumber Daya Manusia. Jakarta: P2LPTK
Dikti Depdikbud