tugas paper estetika-rangkuman mk estetika

22
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Estetika Estetika dalam pengertian konvensional tidak hanya mengacu pada keindahan, tetapi estetika menjadi sebuah wacana dan fenomena (Sachari 2002: 2). Dewasa ini estetika menjadi wacana bahwa banyak budaya barat yang secara menggebu-nggebu masuk ke dalam budaya timur. Konsep estetika barat masuk bersama budaya tersebut. Sehingga para ahli estetika atau para budayawan yang membincangkan hal tersebut. Beberapa pengertian estetika dan lingkupnya yang dikutip dari Sachari (2002: 3) dapat dicermati di bawah ini: 1. Estetika adalah segala sesuatu dan kajian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan seni (Kattsoff, Element of Philosophy, 1953). 2. Estetika merupakan suatu telatah yang berkaitan dengan penciptaan, apresiasi, dan kritik terhadap karya seni dalam konteks keterkaitan seni dengayn kegiatan manusia dan peranan seni dalam perubahan dunia (van Mater Ames, Colliers Encyclopedia, vol. 1). 3. Estetika merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan proses penciptaan karya estetis (John Hosper, dalam Estetika Terapan, 1989). 4. Estetika mempersoalkan hakikat keindahan alam dan karya seni, sedangkan filsafat seni mempersoalkan hanya karya seni atau benda seni, atau artifak yang disebut seni (Jakob Sumardjo, Filsafat Seni, 2000). Pandangan tentang arti estetika itu sendiri senantiasa berkembang seiring perkembangan zaman. Kajian tentang estetika menjadi luas, tidak hanya terbatas pada artifak sebagai karya seni, tetapi juga artifak sebagai sesuatu yang mengandung makna. Kata estetika dikutip dari bahasa Yunani, yakni aisthetikos atau aisthanomai yang memiliki arti “mengamati dengan indera” (Lexicon Webster Dic dalam Triyanto 2010: 4).

Upload: rizki-r-fikkar

Post on 19-Jan-2016

470 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Estetika

Estetika dalam pengertian konvensional tidak hanya mengacu pada keindahan,

tetapi estetika menjadi sebuah wacana dan fenomena (Sachari 2002: 2). Dewasa ini

estetika menjadi wacana bahwa banyak budaya barat yang secara menggebu-nggebu

masuk ke dalam budaya timur. Konsep estetika barat masuk bersama budaya tersebut.

Sehingga para ahli estetika atau para budayawan yang membincangkan hal tersebut.

Beberapa pengertian estetika dan lingkupnya yang dikutip dari Sachari (2002: 3) dapat

dicermati di bawah ini:

1. Estetika adalah segala sesuatu dan kajian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kegiatan seni (Kattsoff, Element of Philosophy, 1953).

2. Estetika merupakan suatu telatah yang berkaitan dengan penciptaan, apresiasi, dan

kritik terhadap karya seni dalam konteks keterkaitan seni dengayn kegiatan

manusia dan peranan seni dalam perubahan dunia (van Mater Ames, Colliers

Encyclopedia, vol. 1).

3. Estetika merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan proses penciptaan karya

estetis (John Hosper, dalam Estetika Terapan, 1989).

4. Estetika mempersoalkan hakikat keindahan alam dan karya seni, sedangkan

filsafat seni mempersoalkan hanya karya seni atau benda seni, atau artifak yang

disebut seni (Jakob Sumardjo, Filsafat Seni, 2000).

Pandangan tentang arti estetika itu sendiri senantiasa berkembang seiring perkembangan

zaman. Kajian tentang estetika menjadi luas, tidak hanya terbatas pada artifak sebagai

karya seni, tetapi juga artifak sebagai sesuatu yang mengandung makna.

Kata estetika dikutip dari bahasa Yunani, yakni aisthetikos atau aisthanomai yang

memiliki arti “mengamati dengan indera” (Lexicon Webster Dic dalam Triyanto 2010: 4).

Page 2: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

2

Estetika dalam pandangan Feldman merupakan ilmu pengetahuan pengamatan atau ilmu

pengetahuan inderawi yang mengacu pada kesan-kesan inderawi. J. Addison

menyandingkan estetika dengan teori cita rasa yang mengacu pada tradisi empiris dan

pandangan platonis dan neoplatonis. Demikian halnya Dickie (1989) mengembangkan

teori tentang estetika yang dibagi menjadi lima bagian, yakni: (a) persepsi, (b) cita rasa,

(c) produk mental, (d) objek pengamatan, dan (e) pertimbangan rasa. Bila dilihat

berdasarkan struktur yang dibuat oleh Dickie maka teori pengamatan atau inderawi identik

dengan teori cita rasa.

Menurut Jerome Stolnitz (dalam Triyanto 2010: 5) estetika merupakan suatu telaah

filsafat keindahan dan keburukan. Stolnitz mengatakan bahwa estetika adalah segala

sesuatu yang berhubungan dengan sifat dasar nilai-nilai nonmoral yang berkaitan dengan

karya seni. Sedangkan John Hosper mengartikan estetika sebagai salah satu cabang filsafat

yang berkaitan dengan proses penciptaan karya estetis, estetika tidak hanya sekedar

mempermasalahkan tentang objek seni, melainkan seluruh permasalahan yang berkaitan

dengan suatu karya yang indah. Dalam hal ini, Aristoteles merumuskan keindahan sebagai

suatu yang baik dan menyenangkan. Sementara itu, orang Yunani menyatakan bahwa

keindahan berkaitan dengan tradisi atau adat kebiasaan. Oleh karena itu, estetika secara

luas berkaitan dengan keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, dan keindahan

intelektual.

Estetika berhubungan tradisi atau kebudayaan sehingga dalam berkesenian berisi

tentang nilai-nilai, pedoman, gagasan-gagasan vital, dan kepercayaan atau keyakinan

tentang berkesenian. Keempat hal tersebut menjadi dasar dalam berkesenian maka konsep

tentang estetika dipengaruhi oleh keadaan, kebudayaan, dan peradaban yang berlaku di

suatu tempat.

Page 3: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

3

1.2. Sejarah Estetika

A. Estetika Pada Masa Klasik

Estetika baru muncul pada abad (18) kedelapan belas, dan sejarah yang mengenai

hal-hal yang mengacu pada estetika adalah setua sejarah etika, logika, metafisika, dan

epistemology. Filusuf Alexander Baumgarten-lah yang memperkenalkannya di tahun

1750, tapi perintis pertamanya adalah sokrates (469-344 SM).

Estetika membahas tentang apa itu keindahan, menyelidiki prinsip-prinsip landasan

seni, dan pengalaman seni, yakni penciptaan seni, penilaian atau refleksi atas karya

seni.

pemikiran tokoh-tokoh estetika pada masa Yunani klasik, tokoh-tokoh yang di

bahas adalah mulai dari Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Yang menarik dari tokoh-

tokoh estetika ini adalah perbedaan sudut pandang dan perspektif yang mencolok dari

setiap pemikir. Ada yang terfokus pada dunia Idea (Plato), dan ada yang terarah pada

pengalaman dunia fisik (Aristoteles).

Jika istilah estetika diartikan filsafat keindahan, maka sejarah estetika berarti

sejarah filsafat keindahan. Kalau kita mencoba memberikan gambaran sejarah filsafat

seni dengan perumpamaan pohon filsafat, sebagaimana dikerjakan oleh Descrates

dalam bukunya Principia Philoshopine, maka kita harus menganggap filsafat Plato

sebagai batang dari segala akar estetika.

Ketiga orang besar diantara ahli filsafat yunani yang meletakan fondamen pertama

tentang estetika yaitu Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates adalah perintis,

Aristoteles adalah penerus Plato yang terkenal dengan Dewa Estetika.

Pengertian estetika dari suatu masa ke masa yang lain selalu mengalami

perubahan. Beberapa pemikir estetika yang terkenal antara lain adalah Aristoteles dan

Immanuel Kant. Aristoteles dalam Poetics menyatakan bahwa sesuatu dinyatakan

Page 4: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

4

indah karena mengikuti aturan-aturan (order), dan memiliki magnitude atau memiliki

daya tarik. Immanuel Kant dalam The Critique of Judgement (1790) yang dikutip oleh

Porphyrios (1991) menyatakan bahwa suatu ide estetik adalah representasi dari

imajinasi yang digabungkan dengan konsep-konsep tertentu. Kant menyatakan adanya

dua jenis keindahan yaitu keindahan natural dan keindahan dependen. Keindahan

natural adalah keindahan alam, yang indah dalam dirinya sendiri, sementara

keindahan dependen merupakan keindahan dari objek-objek ciptaan manusia yang

dinilai berdasarkan konsep atau kegunaan tertentu. Kedua pendapat tersebut di atas

menunjukkan perhatian yang besar pada objek, di mana keindahan didapatkan karena

suatu objek memiliki karakter tertentu sehingga layak untuk dinyatakan sebagai indah.

Perhatian yang besar terhadap objek dalam pemikiran tentang estetika tersebut

memberikan pengaruh pada arsitektur. Pengaruh tersebut mengakibatkan munculnya

aturan-aturan sebagai patokan untuk menyatakan keindahan suatu bangunan.

Alberti yang hidup pada masa Renaissance, dalam Ten Books on Architecture

menyatakan bahwa keindahan suatu bangunan ditentukan oleh beberapa faktor

(Porphyrios, 1991) seperti jumlah komponen (number) misalnya jumlah kolom,

pelubangan dan sebagainya yang dinyatakan harus meniru alam, congruity, yaitu

bagaimana menempatkan suatu komponen untuk membentuk keindahan secara

keseluruhan, finishing dan collocation. Pada intinya Alberti menyatakan sesuatu

disebut indah karena meniru alam, dalam hal ini bukan hanya alam secara fisik, tetapi

juga hukum-hukum alam. Hal ini dapat dilihat pada kolom-kolom Yunani yang

berbentuk mengecil ke atas, yang dianggap sesuai dengan hukum alam. Alberti

bukanlah satu-satunya orang yang mencetuskan standar dalam estetika arsitektur.

Andrea Palladio dan Brunelleschi juga banyak memberikan kontribusi bagi standar

estetika dalam arsitektur masa Renaissance. Kebanyakan aturan-aturan yang berlaku

pada masa tersebut menyebutkan aturan proporsi dalam angka-angka. Golden section

merupakan salah satu aturan proporsi dalam angka yang banyak digunakan dan

dianggap sebagai representasi dari alam pada sekitar abad ke-18.

Aturan-aturan yang populer pada masa setelah Renaissance dijiwai oleh

semangat akan perkembangan sains. Perez-Gomez dalam Architecture and The Crisis

Page 5: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

5

of Modern Science (1990) menyatakan bahwa terdapat dua transformasi yang menjadi

penyebab hal tersebut di atas, yaitu revolusi Galileo yang menggantikan kosmologi

Renaissance dengan sains yang bersifat universal, serta transformasi kedua yang

berlangsung pada tahun 1800 yang semakin memantapkan sains sebagai satu-satunya

cara melakukan interpretasi terhadap realitas. Karena itu estetika yang digunakan

dalam arsitektur menjadi estetika yang bersifat matematis. Proporsi yang matematis

dan geometri mendominasi konsep estetika pada masa tersebut.

Penggunaan geometri dan angka dalam arsitektur terus berlangsung hingga awal

abad ke-20 saat berkembangnya Arsitektur Modern. Pada masa Arsitektur Modern,

proporsi golden section diadaptasi oleh Le Corbusier dalam teori Modulornya.

Perbedaannya dengan penggunaan geometri dan angka pada masa sebelumnya adalah

bahwa dalam Arsitektur Modern, pengaruh geometri dan angka berakibat pada tujuan

penataan ruang yang semata-mata untuk alasan efisiensi dan ekonomi. Perez-Gomez

(1990) menyatakan bahwa paradigma efisiensi dan ekonomi dalam Arsitektur Modern

merupakan akibat dari pendekatan rasional absolut sehingga arsitektur direduksi

hanya sebagai teori yang rasional dengan menolak keterhubungannya dengan filosofi

dan kosmologi.

Selain mendasarkan diri pada perhitungan rasional, Arsitektur Modern

merupakan suatu bentuk arsitektur yang mengidekan suatu universalitas dan

objektivitas. Hal ini merupakan konsekuensi dari konsep yang hanya didasarkan pada

objek semata. Mendasarkan pada objek dan meniadakan kemungkinan subjektif

dengan meniadakan faktor pengamat berarti mencari sesuatu yang objektif dan

universal. Kita dapat melihat hubungan erat antara Arsitektur Modern dengan

arsitektur masa Renaissance yang tumbuh dalam masa euforia terhadap sains dan

pemikiran rasional, yakni bersifat objektif dan universal.

Perkembangan filsafat fenomenologi pada masa awal abad keduapuluh yang

mengkritisi pendekatan matematis dari modernisme kemudian membawa suatu

pendekatan baru dalam estetika. Dalam fenomenologi, perhatian lebih diarahkan

Page 6: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

6

kepada keberadaan subjek yang mempersepsi objek daripada kepada objek itu sendiri.

Dengan kata lain hal ini dapat dikatakan sebagai: membuka kemungkinan adanya

subjektivitas. Hal ini menimbulkan kesadaran akan adanya konteks ruang dan waktu;

bahwa pengamat dari tempat yang berbeda akan memiliki standar penilaian yang

berbeda, dan begitu pula dengan pengamat dari konteks waktu yang berbeda.

Pemikiran inilah yang kemudian akan berkembang menjadi postmodernisme.

Terbukanya kemungkinan untuk bersifat subjektif memberi jalan bagi

keberagaman dalam estetika, dan memberikan banyak pengaruh pada arsitektur.

Pengaruh-pengaruh tersebut antara lain adalah:

Wajah arsitektur yang semakin beragam dan semakin kompleks, tidak seperti

wajah Arsitektur Modern yang selalu polos. Ide akan kompleksitas dalam arsitektur

pertama kali dicetuskan oleh Robert Venturi dari Amerika dalam bukunya Complexity

and Contradiction in Architecture (1962) yang kemudian mengawali postmodernisme

dalam arsitektur. Dalam buku tersebut terlihat adanya pergeseran estetika yang sangat

besar. Venturi mendukung penggunaan kompleksitas dan kontradiksi dalam arsitektur

dan mencanangkan slogan less is bore yang merupakan penyerangannya terhadap

slogan less is more dari Arsitektur Modern.

Dengan terbukanya subjektivitas, maka timbul kecenderungan untuk

memberikan identitas pada arsitektur, baik berupa identitas pemilik ataupun identitas

si arsitek. Akibat dari kecenderungan ini, terjadilah fenomena berlomba-lomba untuk

membuat monumen-monumen yang dipergunakan untuk menunjukkan jatidiri. Pada

titik ini terjadi tumpang-tindih antara estetika dengan simbolisme, karena estetika

dipergunakan sebagai sarana untuk menunjukkan identitas. Ide ini bukanlah ide baru,

karena arsitektur pada masa sebelum masa Arsitektur Modern juga telah banyak

menggunakannya, akan tetapi yang terjadi pada postmodernisme adalah pluralisme

yang berlebihan karena setiap individu berusaha untuk memiliki jatidiri sendiri

(Piliang, 1998).

Page 7: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

7

Adanya kesadaran akan kontekstualitas membuka pikiran akan tidak adanya

universalitas dan objektivitas. Hal ini menuju pada pengakuan akan adanya

(pengetahuan) konsep estetika arsitektur lain di luar arsitektur barat. Akibatnya terjadi

perkembangan ilmu estetika arsitektur yang merambah ke arsitektur selain Barat yang

sebelumnya dianggap sebagai oriental, termasuk juga arsitektur di Indonesia.

B. Sejarah Estetika di Indonesia

Yuswadi Saliya (1999) menyatakan adanya empat ciri arsitektur tradisional di

Indonesia, yaitu pertama, semuanya sarat dengan makna simbolik, kedua, rumah

menjadi simpul generasi masa lalu dengan generasi masa datang, ketiga pemenuhan

kebutuhan spiritual lebih diutamakan daripadda kebutuhan badani, keempat,

dikenalnya konsep teritorialitas dan kemudian mengejawantah menjadi batas.

Ciri pertama dan kedua menunjukkan adanya kosmologi dan orientasi non

badaniah, dan karena spiritual-lah yang diutamakan, maka kebutuhan badaniah

cenderung akan dikorbankan demi kepentingan spiritual. Dalam hal ini manusia

merupakan pihak yang harus melakukan penyesuaian diri terhadap bentukan arsitektur

(Soemardjan, 1983). Orientasi terhadap kosmologi ini masih banyak dijumpai di

Indonesia hingga masa kini, terutama pada arsitektur tradisional.

Hal ini bukan berarti bahwa semua arsitektur di Indonesia berorientasi pada

kosmologi. Indonesia tidak terlepas dari pengaruh globalisasi. Pemikiran akan

universalitas dan objektivitas Arsitektur Modern juga melanda arsitektur Indonesia.

Seperti juga di Barat, fenomena arsitektur yang polos, tanpa ornamen dan tanpa konteks

juga terjadi di Indonesia.

Seperti juga arus modernisme, arus Postmodernisme juga melanda Indonesia. Sebagai

akibatnya, terjadi kesadaran akan konteks dan perlunya identitas.

Hadirnya Arsitektur Modern dan Postmodern secara bersamaan dengan (masih)

hadirnya arsitektur tradisional menunjukkan adanya dualisme dalam arsitektur

Indonesia. Arsitektur Modern dan Postmodern menunjukkan arsitektur yang

Page 8: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

8

berorientas pada kebutuhan badaniah manusia, sementara arsitektur tradisional

Indonesia berorientasi kepada kosmologi dan spiritual

1.3. Teori Estetika

Teori Estetika pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Teori Estetik Formil

Banyak berhubungan dengan seni klasik dan pemikiran-pemikiran klasik. Teori

ini menyatakan bahwa keindahan luar bangunan menyangkut persoalan bentuk dan

warna. Teori beranggapan bahwa keindahan merupakan hasil formil dari ketinggian,

lebar, ukuran (dimensi) dan warna. Rasa indah merupakan emosi langsung yang

diakibatkan oleh bentuk tanpa memandang konsep-konsep lain. Teori ini menuntut

konsep ideal yang absolut yang dituju oleh bentuk-bentuk indah, mengarah pada

mistik.

2. Teori Estetik Ekspresionis

Teori menyebutkan bahwa keindahan tidak selalu terjelma dari bentuknya tetapi

dari maksud dan tujuan atau ekspresinya. Teori ini beranggapan bahwa keindahan

karya seni terutama tergantung pada apa yang diekspresikannya. Dalam arsitektur

keindahan dihasilkan oleh ekspresi yang paling sempurna antara kekuatan gaya tarik

dan kekuatan bahan (material). Kini anggapan dasar utama keindahan arsitektur

adalah ekspresi fungsi atau kegunaan suatu bangunan.

3. Teori Estetik Psikologis

Menurut Teori ini keindahan mempunyai 3 aspek :

a) Keindahan dalam arsitektur merupakan irama yang sederhana dan mudah.

Dalam arsitektur pengamat merasa dirinya mengerjakan apa yang dilakukan

bangunan dengan cara sederhana, mudah dan luwes.

Page 9: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

9

b) Keindahan merupakan akibat dari emosi yang hanya dapat diperlihatkan

dengan prosedur Psikoanalistik. Karya seni mendapat kekuatan keindahannya

dari reaksi yang berbeda secara keseluruhan.

c) Keindahan merupakan akibat rasa kepuasan si pengamat sendiri terhadap

obyek yang dilihatnya.

Ketiga teori ini merupakan manifestasi untuk menerangkan keindahan dari

macam-macam sudut pandang : secara mistik, emosional atau ilmiah intelektual.

Teori yang kemudian muncul, seperti dikutip Maryono (1982-81) antara lain

adalah teori keindahan Obyektif dan Subyektif. Teori Obyektif berpendapat bahwa

keindahan adalah sifat (kualitas) yang melekat pada obyek. Teori Subyektif

mengemukakan bahwa keindahan hanyalah tanggapan perasaan pengamat dan

tergantung pada persepsi pengamat.

Teori keindahan secara umum menurut dasar pemikiran Timur, seperti diuraikan

Sachari (1988 : 29-33), antara lain didasarkan pada hubungan alam dengan semesta

(Taoisme), manusia dengan masyarakat (Konfusianisme), hubungan manusia

dengan yang mutlak (Budhisme). Keseimbangan alam merupakan ukuran

keindahan menurut pemikiran Timur.

1.4. Estetika Terapan

Estetika terapan yaitu Estetika yang diaplikasikan pada sebuah rancangan, bukan

pengkajian tentang filsafat keindahan. Fungsinya menghadirkan keindahan,

mengutarakan perasaan atau ekspresi, representasi aspirasi, gagasan, dan kepercayaan,

memberikan berbagai informasi yang tersurat dan tersirat, mengungkapkan jiwa zaman.

Dikatakan estetika diaplikasikan pada sebuah rancangan, berarti sama saja diaplikasikan

di sebuah desain.

Page 10: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

10

BAB II

PEMBAGIAN ESTETIKA

1.2. Estetika Klasik

1. Estetika Sokrates

Fondamen Sokrates yang meletakkan batu pertama dari estetika (sebelum nama

ini diberi nama). Dalam perdebatan antara sokrates dan Happias sokrates meminta ide

keindahan “gagasan umum” yang menyebutkan semua barang indah menjadi indah,

Sokrates tidak menanyakan apa yang bersifat indah.

Happias menambahkan bahwa sendokpun bisa jadi indah, akan tetapi kita tidak dapat

mengartikan sama cantiknya seperti benda dan gadis dara. Sokrates member bumbu

kepada perkataan Happias: “memang Heraklatus pernah mengatakan bahwa kera yang

tercantik, jika dibandingkan dengan orang maka ia masih jelek. Demikian juga dengan

gadis cantik, bukan apa-apa kalau dibandingkan dengan bidadari dari sorga,

sebagaimana orang yang paling arif bijaksan

apabila dibandingkan dengan Tuhan, tentu masih tanpak kera dalam segala hal.

Akan tetapi kita kembali kepada: What the beautiful is.

Walaupun catatan yang diberikan oleh sokrates tidak sistematis, estetika telah

lahir ketika sokrates dapat menjawab pertanyaan Happias, dengan perkataan

kecantikan bukanlah sifat tertentu dari seribu barang, tetapi dibelakang semua itu

terdapat kecantikan itu tersendiri.

2. Estetika Plato

Plato adalah filusuf pertama didunia barat yang dalam seluruh karyanya

mengemukakan pandangan yang meliputi hamper semua pokok semua estetika.

Pembahasannya tidak utuh dan merupakan suatu system tersendiri, tetapi tersebar sebar

Page 11: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

11

dalam karyanya. Berikut ini kita mengumpulkan dan menyingkatkan pandangannya

keindahan dan karya seni.

a). Keindahan

Plato berpendapat bahwa untuk mengetahui keindahan sesungguhnya, kita

terlebih dahulu mengosongkan pikiran dan membersihkan diri dari segala

kesalahan dan kekurangan. Kita harus membuang kesalahan dan dosa yang pernah

terjadi dan mencoba kembali kedalam kesucian jiwa kita.

Keindahan dapat dibagi menjadi dua yang pertama tentang dunia idea, dan kedua

dunia yang nyata. Pandangan yang pertama, secara mengesankan dan dengan

bahasa yang sangat indah, ia kemukakan dalam wawancara semposium sebagi

pendirian Socrates. Socrates mengatakan bahwa ajaran itu diterima dari seorang

dewata bernama Diotima yang berasal dari Mantineia (dalam terjemahan inggris

nama dewata itu adalah “fear the lord from prophetveille”, sesuai dengan sindiran

yang termuat dalam bahasa yunani). Menurut pandangan itu, yang indah adalah

benda yang material, umpamanya tubuh manusia, yang tampak pada saya. Kalau

selanjutnya saya melihat beberapa orang seperti itu, pengalaman akan keindahan

meningkat. Lebih jauh lagi manusia merasa diajak untuk ingat pada yang lebih

indah daripada tubuh, yaitu jiwa lama kelamaan, socrtaes mengajak pendengar

untuk maju terus sampai pada idea yang indah. Itulah yang paling indah, sumber

segala keindahan. Semua keindahan lain haknya ikut ambil pada yang indah dalam

dunia idea itu, sama halnya seperti idea kebenaran, kebaikan, ataupun segitiga.

Pandangan plato yang pertama didasarkan pada ajaran tentang idea ini, yakni

“teori dua dunia”. Dua dunia tersebut adalah ‘dunia idea’ (dunia atas) dan “dunia

sehari-hari” (dunia bawah). Menurut plato dunia bawah merupakan tiruan dari

dunia atas. Dunia atas digambarkan sebagai dunia idea, yaitu: dunia kebenaran

absolute, sejati, dunia rohani, pengetahuan sejati (episteme). Sedangkan dunia

bawah adalah dunia yang relative, sehari-hari, fana, kebenaran relative, tiruan, dan

hanya merupakan ‘pendapat’. Pandangan kedua, dikemukakan plato dalam salah

Page 12: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

12

satu dialognya yang terkenal, yakni phiilebus. Disini dinyatakan bahwa yang indah

dan sumber segala keindahan adalah yang paling sederhana. Yang dimaksud

sederhana adalah bentuk dan ukuran yang tidak dapat diberi batasan yang lebih

sederhana lagi. Pada pandangan pertama, yang indah itu dilepaskan dari

pengalaman jasmani. Keindahan dalam pengertian hidup sehari-hari adalah tingkat

dua saja. Keindahan sesungguhnya hanya ada di dunia idea, sedangkan pandanagn

plato yang kedua, yang indah itu tidak dilepaskan dari pengalaman inderawi yang

membangun pengalaman estetis dan keindahan dalam pengertian sehari-hari.

Pandangan yang kedua ada dalam Philebus. Disana dinyatakan bahwa yang

indah dan sumber segala keindahan adalah yang paling sederhana, umpamanya

nada yang paling sederhana, warna yang sederhana. Yang dimaksud dengan

‘sederhana’ ialah bentuk dan ukuran yang tidak dapat diberi batasan lebih lanjut

berdasarkan sesuatu yang lebih sederhana lagi. Oleh karena itu keindahan bersifat

terpilah-pilah baik dalam alam maupun dalam karya seni.

Pandangan plato yang kedua ini mempunyai keistimewaan karena tidak

melepaskan diri dari pengalaman inderawi yang merupakan unsure konstitutif dari

pengalaman estetis dan keindahan dalam pengertian sehari-hari.

Bagaimana hubungan antara dunia atas dan dunia bawah? Menurut plato, antara

dunia atas dan bawah terdapat hubungan timbal balik. Hubungan tersebut dapat

dijelaskan melalui tiga kata kunci:

1). Paradigma: dunia atas menjadi contoh, prototype, pola, bagi dunia bawah.

2). Hadir pada: dunia atas selalu hadir pada (presence) dunia bawah.

3). Partisipasi: dunia bawah mengambil bagian (berpartisipasi) di dunia atas.

b). Karya Seni.

Page 13: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

13

Plato menyatakan sikapnya terhadap karya seni, terutama dalam karyanya yang

terbesar yaitu politea (republik). Dalam penilaiannya ada dua unsur: yang satu

teoritis dan kedua praktis.

Unsur teoritis menyatakan bahwa: segala kenyataan yang ada di dunia ini

merupakan tiruan (mimesis) dari yang asli yang terdapat di dunia idea dan jauh

lebih unggul daripada kenyataan di dunia ini. Karya seni merupakan tiruan dari

(mimesis memeseos). Oleh karena itu plato menilai rendah karya seni. Tafsiran

plato tentang karya seni sebgai tiruan dari kenyataan yang ada di dunia ini tidak

hanya jauh dari pandanagn karya seni dewasa ini, tetapi sudah pada jaman plato

dan dalam karyanya sendiri mengalami kesulitan, mungkin karya seni rupa dan

sebagian karya sastra, bisa ditafsirkan sebagai tiruan dari kenyataan, tetapi karya

seni music amat sulit di tafsirkan.

Jadi menurut plato, karya seni adalah tiruan dari kenyataan yang ada di dunia ini

(kecuali music), jadi jauh dari kebenaran sejati. Itulah sebabnya kemapa ia

menyebut karya seni sebagai tiruan dari (mimesis memeseos). Plato memiliki dua

kebertan terhadap karya seni. Pertama, karena karya seni menirukan sesuatu di

dunia ini, yang sebenarnya sudah merupakan tiruan dari dunia idea. Jadi, karya seni

adalah tiruan dari tiruan artinya tiruan dua tingkat. Itulah sebabnya mengapa

menurut Plato, seni tidak baik untuk dijadikan sebagai sumber pengetahuan.

Bagi plato, hanya filsafatlah yang pantas menjadi sumber pengetahuan,

kebijakan dan moral.

Keberatan plato terhadap seni terkait dengan pengaruh buruk seni terhadap

masarakat. Seni memberi pengaruh bagi penonton dan masarakat. Mengapa?

Karena, hakikat seni bersifat emosional. Plato menantang karya sastra dan drama,

karena dalam drama banyak terdapat adegan adegan yang kurang baik

dipertontonkan dan akan menjauhkan warga Negara dari tugasnya membangun

Page 14: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

14

Negara. Baginya, pusi itu prosesnya irasional dan kurang control terhadap akal,

sehingga akan member pengaruh buruk pada penontonnya.

3. Estetika Aristoteles

Sebagai murid plato, Aristoteles mengemukakan beberapa pandangan yang

mirip dengan ajaran sang guru, tetapi sudut pandangnya berbeda. Mengapa? Karena

Aristoteles menolak dunia idea Plato sebagai sumber pengetahuan. Sumbangan utama

Aristoteles bagi estetika diuraikan dalam buku Poetika (poetics).

a). Keindahan

Pandangan Aristoteles tentang keindahan agak dekat dengan pandangan kedua dari

plato: keindahan menyangkut keseimbangan dan keteraturan ukuran, yakni ukuran

material. Pandangan ini, menurut Aristoteles menyangkut benda-benda alam

maupun untuk karya seni buatan manusia.

b). Karya Seni.

Pandangan Aristoteles tentang ini mirip dengan Plato: karya seni adalah sebuah

tiruan (imitasi), yakni tiruan dari dunia alamiah dan dunia manusia. Bagi

Aristoteles, seni tidak hanya tiruan dari benda yang ada dari alam, tetapi lebih

sebagai tieuan dari sesuatu yang universal. Aristoteles tidak setuju dengan penilaian

negative Plato atas karya seni, karena dia berpendapat bahwa bentuk-bentuk (form)

tidak terpisah dari dunia inderawi, karenanya dia tidak memiliki keberatan terhadap

dunia inderawi dan seni yang meniru dunia inderawi. Maksud ini sudah jelas,

karena pertam-tama minat aristoteles bukan seni rupa melainkan seni drama dan

musik.

Aristoteles cukup panjang lebar memeriksa dan memerinci segala syarat yang

harus dipenuhi agar suatu tragedi menjadi karya seni yang sempurna. Yang sangat

Page 15: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

15

diperhatikan adalah pandangan pokok Aristoteles yang mendasari syarat-syarat itu,

yaitu pandangannya tentang “khatarsis” artinya pemurnian, yang diasalkan dari

kata “khatarus” artinya murni atau bersih. Menurut Aristoteles, khatarsis adalah

puncak dan tujuan karya seni drama dalam bentuk tragedi. Segala peristiwa,

pertemuan, wawancara, keberhasilan, dan kegagalan serta kekecewaan harus di

susun dan dipentaskan sedemikian rupa sehingga pada suatu saat secara serentak

semuanya tampak logis, tetapi juga seolah-olah tak terduga. Pada saat itulah

khatarsis terjadi secara tiba-tiba: seakan-akan segala masalah dan kejadian yang

muncul bertimbun dalam peran-peran utama dan dalam diri penonton tiba-tiba

pecah atau mencair, tak jarang in terjadi secara mengharukan.

Teori khatarsis Aristoteles ini sangat berpengaruh dalam filsafat seni, terutama

dalam teori drama. Biasanya khatarsis diharapkan terjadi pada diri penonton dan

kemudian dibawanya pulang sebagai pemahaman yang lebih mendalam tentang

manusia, sebagai pembebasan batin sebagai pengalaman penderitaan. Dengan

demikian, khatarsis ini memiliki makna “terapeutik”, bahkan sering sekali terdapat

unsure penyesalan dan perubahan, semacam pencerahan atau pertobatan dalam

pengalaman religius.

1.5. Estetika Modern

Masa pertengahan

Garis besar estetika dari masa pertengahan adalah seni lebih bersifat religius,

contohnya borobudur( simbolisme budha), gereja pada masa tersebut banyak yang

menggunakan simbol kristen sebagai penciptaan benda seni. Ciri keindahan kesenian pada

masa pertengahan adalah :

• Sesuai dengan norma yang ditentukan, yang dianggap benar oleh masyarakat.

• Dilaksanakan sesempurna mungkin

Page 16: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

16

• Bersifat simbolik dengan arti religius spiritual

Renaissance (1350-1600 M) :

Garis besar estetika dari masa renaissance (re=kembali, naissance = kelahiran),

lebih banyak diarahkan pada unsur duniawi. Pada abad ini Leonardo da Vinci (1452-1519)

dan Michelangelo (1493-1564) banyak mengulas karya seni dan mencatat pengalaman

proses kreatifnya.

Karya mereka lebih bersifat neoaaristatelisme. Menggambar sesuai dengan

kenyataan duniawi. Untuk itu Leonardo da vinci yang juga ahli matematika mempelajari

anatomi secara ilmiah. Micelangelo membuat langkah yang lebih lanjut. Ia mempunyai

kepercayaan bahwa jika seniman menghasilkan karya yang sangat mirip dengan kenyataan

alami berarti sang seniman sedang mengimitasi kreativitas Tuhan

Ciri-ciri keindahan dalam kesenian masa renaissance :

Melepaskan norma-norma perwujudan yang ditentukan oleh raja dan bangsawan

yang berkuasa. Kesenian masih tetap menggunakan tema yang sifatnya religius, tetapi

seniman mengikuti selera sendiri dalam mengejar keindahan, antara lain dengan

mencapai kemanunggalan dengan Tuhan atas keyakinan dan kekuatan diri sendiri.

Masa pencerahan (1650-1850)

Pada masa ini emosi antar para seniman dan orang yang mempunyai perasaan

halus timbul kejenuhan dengan kemajuan teknologi yang tidak memberi peluang perasaan.

Pada masa ini paham tentang nikmat indah mengalami kemerosotan, karena berbeda

dengan hasil eksperimentasi atau penelitian hasil kontemplasi tidak bisa di tes atau diuji

coba, perhatian lebih banyak dicurahkan pada aspek yang diperlakukan sebagai objek

penelitian.

Masa romantik (1850-1900)

Pada masa ini kemajuan teknologi banyak membawa kebisingan membuat

manusia rindu pada ketentraman dan kesepian. Dalam seni lukis muncul gambar-gambar

pemandangan indah yang memberi perasaan tenang penuh emosi cinta dan rasa damai.

Page 17: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

17

Akibat peran perasaan dalam periode romantik ini ditonjolkan, maka pengaruh aliran ini

terhadap kesenian menjadi begitu kuat sehingga emosi begitu kuat sehingga dijadikan

syarat utama bagi penciptaan suatu karya.

Realisme modern (setelah 1920)

Manusia mulai kembali pada religiusitas dan nilai kerohanian. Pemikiran filsuf

tentang keindahan dan para pakar seniman tentang kesenian mulai bergeser dikarenakan

swemakin mudahnya akses komunikasi dan transportasi yang relatif lebih mudah dalam

membantu interaksi. Dengan demikian pertimbangan dalam melihat budaya dari beberapa

sudut yang lain, menikmati, serta mambahas dan mengevaluasi kesenian bisa lebih

mendalam.

Shaftesbury (1671-1713)

Menjelaskan bahwa keindahan adalah suatu yang sublime (luhur sifatnya).

Penggabungan dua fungsi (kemampuan moralitas dan kemampuan menikmati keindahan)

di dasarkan atas keyakinan, untuk mencapai pengalaman keduanya diperlikan keikhlasan

budi yang disebut disinterestedness.

Hutcheson (1694-1746)

Hutcheson membantah pandangan shaftesbury tentang faculty of taste. Ia

menganggap kemampuan mengecap keindahna itu sebagai kemampuan berada pada tiap

manusia,hutcheson menandaskan di dalam hati sanubari manusia terkandung beberapa

internal senses atau intra dalam berupa moralitas,, solidaritas, rasa malu, bangga, perasaan

besar, dsb.. Diantara beragam rasa itu terdapat rasa nikmat, indah. Dengan jelas

memisahkan internal senses atau indra dalam ini dari panca indra atau eksternal senses.

Indra ekstern menghasilkan persepsi indra intern menghasilkan reaksi.

Page 18: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

18

BAB III

ESTETIKA DALAM DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

3.1. Penerapan Estetika dalam Desain komunikasi Visual

Sebelum membahas mengenai dimana letak desain sesungguhnya dalam ilmu

estetika, ada baiknya kita sedikit mengawali dengan memahami terlebih dahulu definisi-

definisi yang telah ada mengenai keduanya. Anwar (1980: 5) menyebutkan definisi

mengenai estetika, yaitu secara teknis adalah ilmu tentang keindahan. Estetika sendiri

berasal dari bahasa Yunani aesthesis yang berarti perasaan atau sensitivitas. Sachari (1989:

2) menyebutkan bahwa dari banyak pengertian estetika yang dirumuskan oleh pakar-pakar

estetika, semuanya pada dasarnya memiliki kesamaan yaitu hal-hal yang mempelajari

tentang keindahan, baik sebagai obyek yang dapat disimak dari karya-karya seni, dari

subyeknya, atau penciptanya yang berkaitan dengan proses kreatif dan filosofinya. Mereka

sepakat bahwa estetika secara garis besar terbagi menjadi 3 bagian pemahaman, yaitu

filsafat, teori, dan ilmu yang berkaitan dengan keindahan seni.

Kebanyakan orang berasumsi bahwa estetika identik dengan seni. Sutrisno (1999:

134-135) menyebutkan bahwa estetika atau ilmu filsafat estetika sendiri terbagi menjadi

dua bidang, yaitu filsafat estetika dan filsafat kesenian sendiri. Filsafat estetika adalah teori

estetika dimana didefinisikan sebagai ilmu mengenai sikap estetis terhadap obyek-obyek

estetis dimana terjadi suatu pengalaman estetis. Sedangkan filsafat kesenian menjelaskan

tentang teori seni tentang asal usul dan sub-sub konsep seni (teori sastra, musik, desain,

dll.) dimana keduanya bergantung pada pengertian/pemahaman mengenai karya-karya seni

(sehingga memunculkan lingkup estetika berikutnya yaitu kritik seni).

Desain berasal dari bahasa italia designo yang artinya gambar. Desain merupakan

susunan garis atau bentuk yang menyempurnakan kerja “seni” dengan memberikan

penekanan khusus pada aspek proporsi, struktur, gerak, dan keindahan secara terpadu.

Dalam seni, desain terletak pada lingkup seni terapan (Encyclopedia Britanica, 1956: 259).

Page 19: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

19

Dalam Sachari (1989: 55) jelas disebutkan dimana letak sesungguhnya desain

dalam ilmu estetika. Dimensi estetika terbagi menjadi 5 kategori, sebagai berikut:

1. Estetika Murni, yaitu terdiri dari ungkapan estetik dan kesadaran estetik.

2. Estetika Terapan, yaitu terdiri dari unsur karya seni dan unsur desain.

3. Estetika Massa, yaitu terdiri dari orientasi selera dan orientasi gaya hidup.

4. Estetika Agama, yaitu unsur kesempurnaan ibadat dan unsur harapan surga.

5. Estetika Alam, yaitu fenomena yang menggetarkan dan realitas yang menakjubkan

Dari penjabaran di atas dapat kita ketahui bersama bahwa desain sesungguhnya

termasuk dalam kategori estetika terapan, bersama dengan karya seni. Sedikit berbeda

dengan pemahaman beberapa pakar lainnya yang menempatkan desain sebagai seni

terapan. Karena di sini desain dibahas dalam lingkup ilmu estetika secara global dan bukan

secara filosofis. Sachari kemudian menjelaskan (1989: 82) bahwa seniman menciptakan

karya-karya seni seperti lukisan, patung dan lain sebagainya semata-mata merupakan

ekspresi subyektifitas dimana baru kemudian dapat berkembang memiliki pertimbangan

ekonomis. Seniman menerapkan ilmu estetika dengan pertimbangan tujuan estetik secara

pribadi. Sedangkan seorang desainer mempertimbangkan berbagai aspek seperti faktor

ekonomi, kepraktisan, nilai guna dengan menggunakan substansi dasar ilmu estetika atau

keindahan. Sebagaimana yang diungkapkan Muchtar Lubis di atas, estetika dalam desain

digunakan sebagai daya pikat agar konsumen terjerat untuk membeli. Konsumen yang

gandrung keindahan melalui mode yang setiap saat selalu berganti merupakan pasar empuk

bagi desainer. Perkembangan ilmu estetika dewasa ini begitu luasnya seiring

perkembangan kebudayaan manusia.

Sachari (1989: 70) menyebutkan mengenai gelombang estetis baru yaitu estetika

informasi. Jika jaman dahulu media untuk menikmati obyek estetis sangatlah terbatas,

maka sekarang media obyek estetis tersebut telah dikembangkan oleh media informasi.

Media saat ini yang paling populer contohnya adalah televisi, radio, fotografi, majalah,

Page 20: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

20

surat kabar, komputer, film, video, dan lain sebagainya. Komposisi-komposisi yang estetis

dari belahan lain penjuru dunia dapat kita nikmati dalam sekejab, praktis dan ekonomis,

sehingga dapat memperluas persepsi kita akan konsep keindahan secara global. Pada

akhirnya ia akan menjadi unsur yang dapat mempengaruhi pola tingkah laku dalam

pengambilan keputusan estetik dalam masyarakat luas.

Posisi desain dalam ilmu estetika merupakan ruang lingkup baru yang kian lama

kian berkembang seiring perkembangan kebudayaan manusia. Namun sesungguhnya

konsep dasar desain sendiri telah ada sejak diciptakannya obyek estetis. Konsep dasar

desain adalah sesungguhnya pada bagaimana karya desain dapat memiliki nilai atau

pengaruh. Jadi, apabila lebih dipahami sebagai hasil dan bukan pada prosesnya, maka karya

seni dan semua obyek estetis lainnya tentunya merupakan sebuah karya desain yang

memiliki konsumen sendiri-sendiri yang tentunya dikatakan karya desain yang “berhasil”

apabila konsumen atau pangsa pasarnya sangat mengagumi keindahannya. Terlepas dari

bagaimana si penikmat menyikapi rasa keterkagumannya tersebut (entah hanya akan

melihat dan berdecak kagum saja atau berniat memilikinya), konsep awal desain dapat

dipahami di sini. Sedangkan teorisasi tentang desain sendiri merupakan hanyalah sebuah

usaha mempermudah pendefinisian sebuah ilmu pengetahuan yang telah berkembang.

Page 21: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

21

BAB IV

Penutup

4.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas terlihat bahwa konsep tentang estetika sangat dipengaruhi oleh

perkembangan filsafat dan pemikiran manusia. Dengan menambahkan konteks ruang dan

waktu, didapatkan bahwa estetika pada ruang dan waktu yang berbeda adalah berbeda-

beda pula. Hal ini berarti bahwa perkembangan estetika pada suatu tempat tidaklah sama

dengan perkembangannya di tempat yang lain. Sebagai contoh adalah perkembangan

estetika arsitektur di Barat – seperti yang telah diuraikan sebelumnya – tidaklah sama

dengan perkembangan estetika arsitektur di Indonesia. Indonesia. Walaupun demikian,

perkembangan estetika arsitektur di Indonesia mencapai kemiripan dengan estetika Barat

sebagai akibat dari globalisasi

Keindahan merupakan jalan menuju kontemplasi. Pandangan ini Nampak dalam

pemikiran Socrates, Plato, dan Aristoteles. Keindahan itu sendiri di anggap ada di luar dan

subyek, biasanya dengan penekanan bahwa keindahan itu ada di “seberang’.

Perhatian akan apa yang secara empiris terjadi didalam diri si subyek termuat dalam

pandangan Aristoteles, yang kedua-duanya menyajikan penyelidikan terhadap

pengalaman manusia secara aposteriori-empiris.

Page 22: Tugas Paper Estetika-Rangkuman MK Estetika

22

DAFTAR PUSTAKA

Sachari, Agus, 1989, Estetika Terapan, NOVA, Bandung.

Gie, The Liang, Garis Besar Estetik, 2000. Yokyakarta : Modern Liberty

Sutrisno SJ., Mudji, 1999, Kisi-Kisi Estetika, Kanisius, Yogyakarta.

Anwar L.Ph., Wadjiz, 1980, Filsafat Estetika, Nur Cahaya, Yogyakarta.

Encyclopedia Britannica. Volume 7. 1956. Encyclopedia Britannica Inc. USA, Hlm 259.

s