tugas motor bakar

44
MAKALAH EMISSION STANDARD FOR ROAD VEHICLE DISUSUN OLEH : M Amri Alkaromi F1C 007 049 JURUSAN TEKNIK MESIN

Upload: azalkamar

Post on 13-Jun-2015

825 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Motor Bakar

MAKALAH

EMISSION STANDARD FOR ROAD VEHICLE

DISUSUN OLEH :

M Amri Alkaromi

F1C 007 049

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MATARAM

2009

Page 2: Tugas Motor Bakar

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat,

hidayah dan karunianya. Kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah “ Emission Standard for

Road Vehicle” ini dengan lancar.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Made Mara, ST., MT., selaku dosen

pengampu mata kuliah Motor Bakar yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan makalah ini.

Ucapan terima kasih pula kepada rekan – rekan mahasiswa yang telah membantu kami hingga

penulisan makalah ini selesai.

Penulis menyadari makalah ini memiliki banyak kekurangan dan kesalahannya, untuk itu

mohon kritik dan saran yang bersifat membangun ke arah yang lebih baik untuk para pembaca. Atas

perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Ttd

( Penulis )

1

Page 3: Tugas Motor Bakar

DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar .......................................................................................................................

Daftra Pustaka ........................................................................................................................

Bab I. Latar Belakang ...........................................................................................................

Bab II. Pembahasan

a. Emisi Gas Buang kendaraan..........................................................................

b. Analisa Kondisi Mesin .................................................................................

c. Dampak Negatif Yang ditimbulkan...............................................................

d. Standar Emisi Gas Buang..............................................................................

Bab III. Kesimpulan dan saran .............................................................................................

2

Page 4: Tugas Motor Bakar

Bab I

Latar Belakang

Beberapa tahun ini laju pertambahan kendaraan bermotor di Indonesia semakin pesat,

baik itu kendaraan roda empat maupun roda dua. Begitu juga dengan perkembangan otomotif

sebagai alat transportasi, baik di darat maupun di laut, sangat memudahkan manusia dalam

melaksanakan suatu pekerjaan. Selain mempercepat dan mempermudah aktivitas, di sisi lain

penggunaan kendaraan bermotor juga menimbulkan dampak yang sangat buruk terhadap

lingkungan, terutama gas buang dari hasil pembakaran bahan bakar yang tidak terurai atau

terbakar dengan sempurna.

Dampak yang sangat jelas terlihat adalah pencemaran udara. Pencemaran udara adalah

masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat

mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara

umum serta menurunkan kualitas lingkungan. Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana,

misalnya di dalam rumah, sekolah, dan kantor. Pencemaran ini sering disebut pencemaran

dalam ruangan (indoor pollution). Sementara itu pencemaran di luar ruangan (outdoor

pollution) berasal dari emisi kendaraan bermotor, industri, perkapalan, dan proses alami oleh

makhluk hidup. Sumber pencemar udara dapat diklasifikasikan menjadi sumber diam dan

sumber bergerak. Sumber diam terdiri dari pembangkit listrik, industri dan rumah tangga.

Sedangkan sumber bergerak adalah aktifitas lalu lintas kendaraan bermotor dan tranportasi laut

Kesadaran masyarakat akan pencemaran udara akibat gas buang kendaraan bermotor di

kota-kota besar saat ini makin tinggi. Dari berbagai sumber bergerak seperti mobil penumpang,

truk, bus, lokomotif kereta api, kapal terbang, dan kapal laut, kendaraan bermotor saat ini

maupun dikemudian hari akan terus menjadi sumber yang dominan dari pencemaran udara di

perkotaan.

Resiko kesehatan yang dikaitkan dengan pencemaran udara di perkotaan secara umum,

banyak menarik perhatian dalam beberapa dekade belakangan ini. Di banyak kota besar, gas

buang kendaraan bermotor menyebabkan ketidaknyamanan pada orang yang berada di tepi

jalan dan menyebabkan masalah pencemaran udara pula. Beberapa studi epidemiologi dapat

3

Page 5: Tugas Motor Bakar

menyimpulkan adanya hubungan yang erat antara tingkat pencemaran udara perkotaan dengan

angka kejadian (prevalensi) penyakit pernapasan.

Pengaruh dari pencemaran khususnya akibat kendaraan bermotor tidak sepenuhnya

dapat dibuktikan karena sulit dipahami dan bersifat kumulatif. Kendaraan bermotor akan

mengeluarkan berbagai gas jenis maupun partikulat yang terdiri dari berbagai senyawa

anorganik dan organik dengan berat molekul yang besar yang dapat langsung terhirup melalui

hidung dan mempengaruhi masyarakat di jalan raya dan sekitarnya.

Untuk itu perlu dilakukan atau diterapkannya suatu pembatas atau limit yang lebih baik

dari sebelumnya terhadap emisi gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan bergerak. Dengan

kata lain sebuah standar Emisi untuk mengendalikan gas buang kendaraan, sehingga bisa

mengurangi sedikit tidak pencemaran yang diakibatkan oleh emisi gas buang tersebut.

.

.

4

Page 6: Tugas Motor Bakar

Bab II

PEMBAHASAN

“Emission Standard for Road Vehicle”

A. Emisi Gas Buang Kendaraan

Emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar didalam mesin

pembakaran dalam, mesin pembakaran luar, mesin jet yang dikeluarkan melalui sistem

pembuangan mesin.

Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari

kandungan senyawa kimianya tergantung dari kondisi mengemudi, jenis mesin, alat

pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain yang semuanya ini membuat pola

emisi menjadi rumit. Jenis bahan bakar pencemar yang dikeluarkan oleh mesin dengan bahan

bakar bensin maupun bahan bakar solar sebenarnya sama saja, hanya berbeda proporsinya

karena perbedaan cara operasi mesin. Secara visual selalu terlihat asap dari knalpot

kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar, yang umumnya tidak terlihat pada kendaraan

bermotor dengan bahan bakar bensin.

Walaupun gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri dari senyawa yang tidak

berbahaya seperti nitrogen, karbon dioksida dan upa air, tetapi didalamnya terkandung juga

senyawa / gas buang lain dengan jumlah yang cukup besar yang dapat membahayakan

kesehatan maupun lingkungan.

Senyawa lain yang terkandung pada gas buang kendaraan, antara lain sebagai

berikut :

HC atau Hidrokarbon

Hidrocarbon / HC merupakan unsur senyawa bahan bakar bensin. HC yang ada

pada gas buang adalah dari senyawa bahan bakar yang tidak terbakar habis dalam proses

pembakaran motor, HC diukur dalam satuan ppm ( part per million )( Bently Robert,

1993; Petter A Weller,1989; Spuller,Willem,L, 1987.).

Pada mesin, emisi Hidrokarbon (HC) terbentuk dari bermacam-macam sumber.

5

Page 7: Tugas Motor Bakar

Tidak terbakarnya bahan bakar secara sempurna, tidak terbakarnya minyak pelumas

silinder adalah salah satu penyebab munculnya emisi HC. Emisi HC pada bahan bakar

HFO yang biasa digunakan pada mesin-mesin diesel besar akan lebih sedikit jika

dibandingkan dengan mesin diesel yang berbahan bakar Diesel Oil (DO). Emisi HC ini

berbentuk gas methan (CH4).

CO atau Carbon Monoxid

Merupakan senyawa gas beracun yang terbentuk akibat pembakaran yang tidak

sempurna dalam prose kerja motor, CO diukur dalam satuan % volume. ( Bently Robert,

1993; Petter A Weller,1989; Spuller,Willem,L, 1987.).

Gas karbonmonoksida adalah gas yang relative tidak stabil dan cenderung

bereaksi dengan unsur lain. Karbon monoksida, dapat diubah dengan mudah menjadi

CO2 dengan bantuan sedikit oksigen dan panas. Saat mesin bekerja dengan AFR yang

tepat, emisi CO pada ujung knalpot berkisar 0.5% sampai 1% untuk mesin yang

dilengkapi dengan sistem injeksi atau sekitar 2.5% untuk mesin yang masih

menggunakan karburator. Dengan bantuan air injection system atau CC, maka CO dapat

dibuat serendah mungkin mendekati 0%.

Apabila AFR sedikit saja lebih kaya dari angka idealnya (AFR ideal = lambda =

1.00) maka emisi CO akan naik secara drastis. Jadi tingginya angka CO menunjukkan

bahwa AFR terlalu kaya dan ini bisa disebabkan antara lain karena masalah di fuel

injection system seperti fuel pressure yang terlalu tinggi, sensor suhu mesin yang tidak

normal, air filter yang kotor, PCV system yang tidak normal, karburator yang kotor atau

setelannya yang tidak tepat.

Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai

perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara disebabkan karena benda

bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar solar terutama berasal dari

Metromini. Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar

dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik

antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan

Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO.

6

Page 8: Tugas Motor Bakar

Nox

Adalah unsur dari Nitrgen Oksida (NO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) tetapi

sering dinyatakan dalam NOx saja. NOx juga merupakan senyawa gas beracun yang

ditimbulkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna. ( Bently Robert, 1993; Petter

A Weller,1989; Spuller,Willem,L, 1987.).

NOx terbentuk atas tiga fungsi yaitu Suhu (T), Waktu Reaksi (t), dan konsentrasi

Oksigen (O2), NOx = f (T, t, O2). Secara teoritis ada 3 teori yang mengemukakan

terbentuknya NOx, yaitu:s

1. Thermal NOx (Extended Zeldovich Mechanism)

Proses ini disebabkan gas nitrogen yang beroksidasi pada suhu tinggi pada ruang

bakar (>1800 K). Thermal NOx ini didominasi oleh emisi NO (NOx = NO + NO2).

2. Prompt NOx

Formasi NOx ini akan terbentuk cepat pada zona pembakaran.

3. Fuel NOx

NOx formasi ini terbentuk karena kandungan N dalam bahan bakar.

Kira-kira 90% dari emisi NOx adalah disebabkan proses thermal NOx, dan

tercatat bahwa dengan penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil), bahan bakar yang biasa

digunakan di kapal, menyumbangkan emisi NOx sebesar 20-30%. Setelah bereaksi

dengan atmosfir zat ini membentuk partikel-partikel nitrat yang amat halus yang dapat

menembus bagian terdalam paru-paru. Selain itu zat oksida ini jika bereaksi dengan asap

bensin yang tidak terbakar dengan sempurna dan zat hidrokarbon lain akan membentuk

ozon rendah atau smog kabut berawan coklat kemerahan yang menyelimuti sebagian

besar kota di dunia.

Dalam kondisi normal atmosphere, nitrogen adalah gas inert yang amat stabil

yang tidak akan berikatan dengan unsur lain. Tetapi dalam kondisi suhu tinggi dan

tekanan tinggi dalam ruang bakar, nitrogen akan memecah ikatannya dan berikatan

dengan oksigen.

Senyawa NOx ini sangat tidak stabil dan bila terlepas ke udara bebas, akan

berikatan dengan oksigen untuk membentuk NO2. Inilah yang amat berbahaya karena

senyawa ini amat beracun dan bila terkena air akan membentuk asam nitrat.

7

Page 9: Tugas Motor Bakar

Tingginya konsentrasi senyawa NOx disebabkan karena tingginya konsentrasi

oksigen ditambah dengan tingginya suhu ruang bakar. Untuk menjaga agar konsentrasi

NOx tidak tinggi maka diperlukan kontrol secara tepat terhadap AFR dan suhu ruang

bakar harus dijaga agar tidak terlalu tinggi baik dengan EGR maupun long valve overlap.

Normalnya NOx pada saat idle tidak melebihi 100 ppm. Apabila AFR terlalu kurus,

timing pengapian yang terlalu tinggi atau sebab lainnya yang menyebabkan suhu ruang

bakar meningkat, akan meningkatkan konsentrasi NOx dan ini tidak akan dapat diatasi

oleh CC atau sistem EGR yang canggih sekalipun.

Tumpukan kerak karbon yang berada di ruang bakar juga akan meningkatkan

kompresi mesin dan dapat menyebabkan timbulnya titik panas yang dapat meningkatkan

kadar NOx. Mesin yang sering detonasi juga akan menyebabkan tingginya konsentrasi

NOx.

Pb atau Timah Hitam

Adalah senyawa beracun yang terkandung dalam bahan bakar bensin dengan

tujuan utuk menaikkan angka Oktan Bensin sehingga pada waktu pembakaran dalam

proses kerja motor tidak mudah terjadi Detonasi atau Knocking. ( Bently Robert, 1993;

Petter A Weller,1989; Spuller,Willem,L, 1987.).

CO2 atau Carbon Dioksida

Merupakan senyawa yang tidak beracun hasil pembakaran motor, tetapi efek dari

CO2 ini adalah membawa dampak terhadap efek rumah kaca/ pemanasan global. ( Bently

Robert, 1993; Petter A Weller,1989; Spuller,Willem,L, 1987.).

Konsentrasi CO2 menunjukkan secara langsung status proses pembakaran di

ruang bakar. Semakin tinggi maka semakin baik. Saat AFR berada di angka ideal, emisi

CO2 berkisar antara 12% sampai 15%. Apabila AFR terlalu kurus atau terlalu kaya, maka

emisi CO2 akan turun secara drastis. Apabila CO2 berada dibawah 12%, maka kita harus

melihat emisi lainnya yang menunjukkan apakah AFR terlalu kaya atau terlalu kurus.

Sumber dari CO2 ini hanya ruang bakar dan CC. Apabila CO2 terlalu rendah tapi CO dan

HC normal, menunjukkan adanya kebocoran exhaust pipe.

8

Page 10: Tugas Motor Bakar

SOx (Sulfur Oxide : SO2, SO3)

Emisi SOx terbentuk dari fungsi kandungan sulfur dalam bahan bakar, selain itu

kandungan sulfur dalam pelumas, juga menjadi penyebab terbentuknya SOx emisi.

Struktur sulfur terbentuk pada ikatan aromatic dan alkyl. Dalam proses pembakaran

sulfur dioxide dan sulfur trioxide terbentuk dari reaksi:

S + O2 = SO2

SO2 + 1/2 O2 = SO3

Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar 1-5%. Gas yang

berbau tajam tapi tidak berwarna ini dapat menimbulkan serangan asma, gas ini pun jika

bereaksi di atmosfir akan membentuk zat asam. Badan WHO PBB menyatakan bahwa

pada tahun 1987 jumlah sulfur dioksida di udara telah mencapai ambang batas yg

ditetapkan oleh WHO.

SO2 atau Belerang, merupakan senyawa hasil pembakaran motor yang bersifat asam

yang dapat membawa dampak terjadinya hujan asam yang nantinya dapat

mengakibatkan kerusakan dan kematian organisme makhluk hidup, ( Otto

Sumarwoto,1992) disamping itu juga membawa dampak cepat terjadinya korosi/karat

pada logam, kalau pada kendaraan dapat mempercepat terjadinya keropos pada knalpot.

Partikulat Matter (PM)

Partikel debu dalam emisi gas buang terdiri dari bermacam-macam komponen.

Bukan hanya berbentuk padatan tapi juga berbentuk cairan yang mengendap dalam

partikel debu. Pada proses pembakaran debu terbentuk dari pemecahan unsur hidrokarbon

dan proses oksidasi setelahnya. Dalam debu tersebut terkandung debu sendiri dan

beberapa kandungan metal oksida. Dalam proses ekspansi selanjutnya di atmosfir,

kandungan metal dan debu tersebut membentuk partikulat. Beberapa unsur kandungan

partikulat adalah karbon, SOF (Soluble Organic Fraction), debu, SO4, dan H2O.

Sebagian benda partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam tebal, tetapi

yang paling berbahaya adalah butiran-butiran halus sehingga dapat menembus bagian

terdalam paru-paru. Diketahui juga bahwa di beberapa kota besar di dunia perubahan

menjadi partikel sulfat di atmosfir banyak disebabkan karena proses oksida oleh molekul

sulfur.

9

Page 11: Tugas Motor Bakar

B. Analisa Kondisi Mesin sebagai penghasil Gas Buang

Kita perlu melakukan analisa terhadap mesin kendaraan tersebut. Agar kita

mengetahui apakah kendaraan kita menghasilkan gas buang jauh diambang batas atau tidak.

Untuk memudahkan kita menganalisa kondisi mesin, kita dapat memakai penjelasan dibawah

sebagai alat bantu sebagai berikut:

1. Emisi CO tinggi, menunjukkan kondisi dimana AFR terlalu kaya (lambda <>

Hal-hal yang menyebabkan AFR terlalu kaya antara lain :

- Idle speed terlalu rendah.

- Setelan pelampung karburator yang tidak tepat menyebabkan bensin terlalu banyak.

- Air filter yang kotor.

- Pelumas mesin yang terlalu kotor atau terkontaminasi berat.

- Charcoal Canister yang jenuh.

- PCV valve yang tidak bekerja.

- Kinerja fuel delivery system yang tidak normal.

- Air intake temperature sensor yang tidak normal.

- Coolant temperature sensor yang tidak normal.

- Catalytic Converter yang tidak bekerja.

2. Normal CO. Apabila AFR berada dekat atau tepat pada titik ideal (AFR 14,7 atau lambda

= 1.00) maka emisi CO tidak akan lebih dari 1% pada mesin dengan sistem injeksi atau

2.5% pada mesin dengan karburator.

3. CO terlalu rendah. Sebenarnya tidak ada batasan dimana CO dikatakan terlalu rendah.

Konsentrasi CO terkadang masih terlihat “normal” walaupun mesin sudah bekerja dengan

campuran yang amat kurus.

4.Emisi HC tinggi. Umumnya kondisi ini menunjukkan adanya kelebihan bensin yang tidak

terbakar yang disebabkan karena kegagalan sistem pengapian atau pembakaran yang tidak

10

Page 12: Tugas Motor Bakar

sempurna. Konsentrasi HC diukur dalam satuan ppm (part per million). Penyebab umumnya

adalah sistem pengapian yang tidak mumpuni, kebocoran di intake manifold, dan masalah di

AFR.

Penyebab lainnya adalah :

- Pembakaran yang tidak sempurna karena busi yang sudah rusak.

- Timing pengapian yang terlalu mundur.

- Kabel busi yang rusak.

- Kompresi mesin yang rendah.

- Kebocoran pada intake.

- Kesalahan pembacaan data oleh ECU sehingga menyebabkan AFR terlalu kaya.

5. Kosentrasi Oksigen. Menunjukkan jumlah udara yang masuk ke ruang bakar berbanding

dengan jumlah bensin. Angka ideal untuk oksigen pada emisi gas buang adalah berkisar

antara 1% hingga 2%.

6. Konsentrasi oksigen tinggi. Ini menunjukkan bahwa AFR terlalu kurus.

Kondisi yang menyebabkan antara lain :

- AFR yang tidak tepat.

- Kebocoran pada saluran intake

- Kegagalan pada sistem pengapian yang menyebabkan misfire

7. Konsentrasi oksigen rendah. Kondisi ini menunjukkan bahwa AFR terlalu kaya.

8. Konsentrasi CO2 tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa AFR berada dekat atau tepat

pada kondisi ideal.

9. Konsentrasi CO2 rendah. Kondisi ini menunjukkan bahwa AFR terlalu kurus atau terlalu

kaya dan kebocoran pada exhaust system.

10. Konsentrasi senyawa NOx. Senyawa NOx termasuk nitrit oksida (NO) atau nitrat oksida

(NO2) akan terbentuk bila suhu ruang bakar mencapai lebih dari 2500 derajat Farenheit

(1350 oC). Senyawa ini juga dapat terbentuk apabila mesin mendapat beban berat.

11. Konsentrasi NOx tinggi.

11

Page 13: Tugas Motor Bakar

Kondisi ini menunjukkan :

- EGR Valve tidak bekerja.

- AFR terlalu kurus.

- Spark Advancer yang tidak bekerja.

- Thermostatic Air Heater yang macet.

- Kerusakan pada cold air duct.

- Tingginya deposit kerak di ruang bakar.

- Catalytic Converter yang tidak normal.

12. Konsentrasi NOx rendah. Sebenarnya tidak ada batasan yang menyatakan emisi

senyawa NOx terlalu rendah. Umumnya NOx adalah 0 ppm saat mesin idle.

s

C. Dampak Negatif yang ditimbulkan

Bahan pencemar udara yang terdapat didalam gas buang buang kendaraan

bermotor, dilepaskan ke udara karena adanya penguapan dari sistem bahan bakar. Setelah

berada di udara, beberapa senyawa yang terkandung dalam gas buang kendaraan bermotor

dapat berubah karena terjadinya suatu reaksi, misalnya dengan sinar matahari dan uap air, atau

juga antara senyawa-senyawa tersebut satu sama lain. Proses reaksi tersebut ada yang

berlangsung cepat dan terjadi saat itu juga di lingkungan jalan raya, dan adapula yang

berlangsung dengan lambat. Reaksi kimia di atmosfer kadangkala berlangsung dalam suatu

rantai reaksi yang panjang dan rumit, dan menghasilkan produk akhir yang dapat lebih aktif

atau lebih lemah dibandingkan senyawa aslinya.

Sebagai contoh, adanya reaksi di udara yang mengubah nitrogen monoksida (NO)

yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor menjadi nitrogen dioksida (NO2 )

yang lebih reaktif, dan reaksi kimia antara berbagai oksida nitrogen dengan senyawa

hidrokarbon yang menghasilkan ozon dan oksida lain, yang dapat menyebabkan asap awan

fotokimi (photochemical smog).

Pembentukan smog ini kadang tidak terjadi di tempat asal sumber (kota), tetapi

dapat terbentuk di pinggiran kota. Jarak pembentukan smog ini tergantung pada kondisi reaksi

dan kecepatan angin. Untuk bahan pencemar yang sifatnya lebih stabil sperti limbah (Pb),

beberapa hidrokarbon-halogen dan hidrokarbon poliaromatik, dapat jatuh ke tanah bersama air

hujan atau mengendap bersama debu, dan mengkontaminasi tanah dan air.

12

Page 14: Tugas Motor Bakar

Senyawa tersebut selanjutnya juga dapat masuk ke dalam rantai makanan yang

pada akhirnya masuk ke dalam tubuh manusia melalui sayuran, susu ternak, dan produk lainnya

dari ternak hewan. Karena banyak industri makanan saat ini akan dapat memberikan dampak

yang tidak diinginkan pada masyarakat kota maupun desa.

Dengan adanya produksi gas buang tiap tahunnya, menambah daftar dampak buruk

yang ditimbulkannya. Selain diatas, dampak lain dari senyawa – senyawa gas buang yang

berbahaya, adalah sebagai berikut :

Pengaruh terhadap Manusia

1. HC atau Hidro Carbon( Spuller,Willem,L, 1987; Anonymous,2002.)

- Pada konsentrasi yang tinggi menyebabkan gangguan pada selaput lendir, mata, hidung dan

tenggorokan

- Merupakan zat potensial penyebab Kanker

2. CO atau Carbon Monoxid ( Spuller,Willem,L, 1987; Anonymous,2002.)

- Tidak berbau dan tidak berwarna

- Mengurangi kemampuan darah dalam menyerap Oksigen

- Pada konsentrasi 0,3 % saja di udara, jika menghirup sekitar 30 menit dapat menyebabkan

fatal/kematian.

3. Nox atau Nitrogen Oksid ( Spuller,Willem,L, 1987; Anonymous,2002.)

- Berwarna coklat kemerah merahan

- Berbau tajam / pedas sehingga mengganggu organ organ pernafasan

- Pada konsentrasi 0,05 s/d 0,15 % Nox diudara dapat menyebabkan kerusakan paru-paru

4. Pb atau Timah Hitam ( Spuller,Willem,L, 1987; Anonymous,2002.)

- Merupakan bahan yang sulit untuk bereaksi / dinetralisir, sehingga gas buang mengandung

13

Page 15: Tugas Motor Bakar

logam Pb yang tinggi akan berdampak dapat merugikan perkembangan mental, ginjal,

komposisi darah dan pembuluh nadi/hipertensi

Selain itu, ada pula dampak kesehatan yang lain, yaitu :

Pada umumnya istilah dari bahaya terhadap kesehatan yang digunakan adalah pengaruh

bahan pencemar yang dapat menyebabkan meningkatnya risiko atau penyakit serta

kondisi medik lainnya pada seseorang ataupun kelompok orang.

Anak-anak dapat menderita penyakit seperti penurunan IQ. Ibu yang sedang hamil dapat

menderita keguguran akibat menghirup udara yang kotor, Lansia serta orang dewasa

dapat terkena penyakit seperti asma. Begitu pula dengan penyakit infeksi saluran

pernafasan akut atau ISPA.

Pada manusia, asam sulfat (H2SO4), sulfur dioksida (SO2) dan garam sulfat dapat

menimbulkan iritasi pada membran lendir saluran pernapasan dan memperparah penyakit

pernapasan. Karena dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh emisi gas buang ini

maka perlu diambil suatu tindakan pengendaliannya. Tindakan tersebut dapat dilakukan

dengan berbagai macam cara seperti: Uji emisi sehingga membatasi kendaraan yang

berpotensi untuk menghasilkan emisi gas buang yang berbahaya, pemilihan bahan bakar

alternatif yang ramah lingkungan, dan penggunaan katalitik konverter untuk

mengkonversikan gas buang yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Karbon Monoksida, karbon monoksida dapat terikat dengan haemoglobin darah lebih

kuat dibandingkan dari oksigen membentuk karboksihaemoglobin (COHb), sehingga

menyebabkan terhambatnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Pajanan CO diketahui

dapat mempengaruhi kerja jantung (sistem kardiovaskuler), sistem syaraf pusat, juga

janin, dan semua organ tubuh yang peka terhadap kekurangan oksigen. Pengaruh CO

terhadap sistem kardiovaskuler cukup nyata teramati walaupun dalam kadar rendah.

Penderita penyakit jantung dan penyakit paru merupakan kelompok yang paling peka

terhadap pajanan CO. Studi eksperimen terhadap pasien jantung dan penyakit pasien

paru, menemukan adanya hambatan pasokan oksigen ke jantung selama melakukan

latihan gerak badan pada kadar COHb yang cukup rendah 2,7 %.

Pengaruh pajanan CO kadar rendah pada sistem syaraf dipelajari dengan suatu uji

psikologi. Walaupun diakui interpretasi dari hasil uji seperti ini sulit ditemukan bahwa

kadar COHb 16 % dianggap membahayakan kesehatan. Pengaruh bahaya ini tidak

14

Page 16: Tugas Motor Bakar

ditemukan pada kadar COHb sebesar 5%.

Pengaruh terhadap janin pada prinsipnya adalah karena pajanan CO pada kadar tinggi

dapat menyebabkan kurangnya pasokan oksigen pada ibu hamil yang konsekuennya akan

menurunkan tekanan oksigen di dalam plasenta dan juga pada janin dan darah. Hal ini

dapat menyebabkan kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah

dibandingkan normal.

Menurut evaluasi WHO, kelompok penduduk yang peka (penderita penyakit jantung

atau paru-paru) tidak boleh terpajan oleh CO dengan ka dar yang dapat membentuk

COHb di atas 2,5%. Kondisi ini ekivalen dengan pajanan oleh CO dengan kadar sebesar

35 mg/m3 selama 1 jam, dan 20 mg/mg selama 8 jam. Oleh karena itu, untuk

menghindari tercapainya kadar COHb 2,5-3,0 % WHO menyarankan pajanan CO tidak

boleh melampaui 25 ppm (29 mg/m3) untuk waktu 1 jam dan 10 ppm (11,5 mg/mg3)

untuk waktu 8 jam.

Timbal, pengaruh Pb pada kesehatan yang terutama adalah pada sintesa haemoglobin dan

sistem pada syaraf pusat maupun syaraf tepi. Pengaruh pada sistem pembentukkan Hb

darah yang dapat menyebabkan anemia, ditemukan pada kadar Pb-darah kelompok

dewasa 60-80µg/100 ml dan kelompok anak > 40 µg/100 ml. Pada kadar Pb-darah

kelompok dewasa sekitar 40 µg/100 ml diamati telah ada gangguan terhadap sintesa Hb,

seperti meningkatnya ekskresi asam aminolevulinat. (ALA).

Pengaruh pada enzim §-ALAD dapat diamati pada kadar Pb-darah sekitar

10µg/100 ml. Akumulasi protoporfirin dalam eritrosit (FEP) yang merupakan akibat dari

terhambatnya aktivitas enzim ferrochelatase, dapat terlihat pada wanita edngan kadar Pb-

darah 20- 30 µg/100 ml, pada pria dengan kadar 25-35 µg/100 ml, dan pada anak dengan

kadar > 15 µg/100 ml. Pengaruh Pb terhadap hambatan aktivitas enzim ALAD tidak

menyatakan adanya keracunan yang membahayakan, tetapi dapat menunjukkan adanya

pajanan Pb terha dap tubuh. Meningkatnya ekskresi ALA dan akumulasi FEP adalam urin

mencerminkan adanya kerusakan fungsi fisiologi yang pada akhirnya dapat merusak

fungsi metokhondrial.

Pengaruh pada syaraf otak anak diamati pada kadar 60µg/100 ml, yang dapat

menyebabkan gangguan pada perkembangan mental anak. Penelitian pada pengaruh Pb

yang dikaitkan IQ anak telah banyak dilakukan tetapi hasilnya belum konsisten. Sistem

syaraf pusat anak lebih peka dibandingkan dengan orang dewasa. Gangguan terhadap

15

Page 17: Tugas Motor Bakar

fungsi syaraf orang dewasa berdasarkan uji psikologi diamati pada kadar Pb- darah 50

µg/100 ml. Sedangkan gangguan sistem syaraf tepi diamati pada kadar Pb- darah 30

µg/100 ml.

Pengaruh terhadap Lingkungan

Dampak negatif yang ditimbulkan juga pemanasan kota akibat perubahan iklim. Seperti

yang kita tahu, karbonmonoksida yang “disumbangkan” oleh kendaraan bermotor akan

mengakibatkan perubahan iklim. Zat ini dapat membentuk selubung yang menghalangi

radiasi panas matahari yang dipantulkan bumi tidak dapat dilepas kembali ke atmosfer.

Perubahan iklim akibat emisi kendaraan bermotor inilah yang mengakibatkan timbulnya

pemanasan kota

Dampak lain terhadap lingkungan akibat emisi kendaraan bermotor, yaitu terjadinya

hujan asam. Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor

dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk

sulfurdioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan

air, kemudian membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh

bersama air hujan. Hujan asam berakibat buruk karena bersifat korosif, yaitu merusak

benda-benda yang terbuat dari logam berat. Selain itu, hujan asam dapat menyebabkan

tumbuhan kecil mati, serta menyebabkan sumber mata air menjadi asam sehingga tidak

bisa diminum.

Emisi kendaraan bermotor juga dapat mengakibatkan polusi udara. Polusi udara dapat

dilihat dengan keadaan kualitas udara yang ada di sekitar kita. Kita tidak lagi dapat

menghirup udara segar karena udara di sekitar kita kini mengandung karbonmonoksida

dan zat lain dari hasil pembakaran kendaraan bermotor, sehingga juga mengurangi jumlah

oksigen di udara.

Beberapa senyawa dari gas buang yang berdampak negative terhadap lingkungan

CO2, beberapa senyawa yang dihasilkan dari pembakaran sempurna seperti CO2 yang

tidak beracun, belakangan ini menjadi perhatian orang. Senyawa CO2 sebenarnya

merupakan komponen yang secara alamiah banyak terdapat di udara. Oleh karena itu

CO2 dahulunya tidak menepati urutan pencemaran udara yang menjadi perhatian lebih

16

Page 18: Tugas Motor Bakar

dari normalnya akibat penggunaan bahan bakar yang berlebihan setiap

tahunnya.Pengaruh CO2 disebut efek rumah kaca dimana CO2 diatmosfer dapat

menyerap energi panas dan menghalangi jalanya energi panas tersebut dari atmosfer ke

permukaan yang lebih tinggi. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata di

permukaan bumi dan dapat mengakibatkan meningginya permukaan air laut akibat

melelehnya gunung-gunung es, yang pada akhirnya akan mengubah berbagai sirklus

alamiah.

SO2 sulfur, pengaruh pencemaran SO2 terhadap lingkungan telah banyak diketahui.

Pada tumbuhan, daun adalah bagian yang paling peka terhadap pencemaran SO2 ,

dimana akan terdapat bercak atau noda putih atau coklat merah pada permukaan daun.

Dalam beberapa hal, kerusakan pada tumbuhan dan bangunan disebabkan karena SO2

dan SO3 di udara, yang masing-masing membentuk asam sulfit dan asam sulfat.

Suspensi asam di udara ini dapat terbawa turun ke tanah bersama air hujan dan

mengakibatkan air hujan bersifat asam. Sifat asam dari air hujan ini dapat menyebabkan

korosif pada logam-logam dan rangka-rangka bangunan, merusak bahan pakian dan

tumbuhan.

Oksida nitrogen, NO dan NO2 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Pengaruh

NO yang utama terhadap lingkungan adalah dalam pembentukan smog. NO dan NO2

dapat memudarkan warna dari serat-serat rayon dan menyebabkan warna bahan putih

menjadi kekuning-kuningan. Kadar NO2 sebesar 25 ppm yang pada umumnya

dihasilkan adari emisi industri kimia, dapat menyebabkan kerusakan pada banayak jenis

tanaman. Kerusakan daun sebanyak 5 % dari luasnya dapat terjadi pada pemajanan

dengan kadar 4-8 ppm untuk 1 jam pemajanan. Tergantung dari jenis tanaman, umur

tanaman dan lamanya pemajanan, kerusakan terjadi dapat bervariasi. Kadar NO2

sebesar 0,22 ppm dengan jangka waktu pemajanan 8 bualan terus menrus, dapat

menyebabkan rontoknya daun berbagai jenis tanaman.

D. Standar Emisi Gas Buang

17

Page 19: Tugas Motor Bakar

Dari pembahasan di atas, tentang kandungan senyawa – senyawa dari Gas Buang

Kendaraan. Serta dampak negatif yang diakibatkan oleh senyawa – senyawa gas buang tersebut.

Maka untuk itu perlu diterapkannya standar emisi gas buang yang lebih baik, agar dapat

mengendalikan emisi gas buang dari kendaraan. Sehingga berakibat pada pengurangan polusi

udara ataupun dampak negatif dari senyawa – senyawa tersebut.

Sejatinya emisi gas buang di dunia mengacu pada dua standar, yakni Amerika dan

Eropa. Yang bertanggungjawab mengawasi emisi gas buang di Amerika adalah Environmental

Protection Agency  (EPA). Kategori masing-masing kendaraan dibagi dalam istilah Tier, yang

kemudian dibagi lagi tergantung pada emisi yang dihasilkan oleh kendaraan tersebut.

Kategori Euro terbagi menjadi 6 level,  dimana Indonesia berada pada level  Euro2.

Bila dibandingkan dengan negara tetangga, standar ini cukup tertinggal. Pada dasarnya

pembagian kategori Euro didasarkan pada emisi yang dihasilkan oleh kendaraan tersebut.

Pengambilan data umumnya dilakukan ketika idle  atau keadaan berhenti.

Kadar emisi yang dihasilkan dari pipa gas buang menentukan kategorinya, dimana

unsur yang dilimitasi adalah kadar Nitrogen Oksida (NOx), Hidrokarbon (HC), dan Karbon

Monoksida (CO). Dan penentuan kategori Euro untuk sebuah negara mengacu kepada peraturan

pemerintah setempat, baik untuk mesin bensin maupun mesin diesel, dimana persyaratan untuk

mesin diesel lebih ketat.

Berikut keputusan pemerintah tentang stadarisasi atau ambang batas emisi gas

buang :

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

NOMOR 05 TAHUN 2006

TENTANG

AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG

KENDARAAN BERMOTOR LAMA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

Menimbang :

a. bahwa pencemaran udara dari emisi gas buang kendaraan bermotor semakin meningkat,

sehingga perlu upaya pengendalian emisi gas buang kendaraanbermotor;

18

Page 20: Tugas Motor Bakar

b. bahwa Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP- 5/MENLH/10/1993

tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama tidak sesuai lagi

dengan perkembangan sehingga perlu diperbaharui;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3480);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3839);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3530);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3853);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan

Kewenangan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000

Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG :

AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

19

Page 21: Tugas Motor Bakar

1. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama adalah batas maksimum zat

atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan

bermotor lama;

2. Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang

berada pada kendaraan itu;

3. Kendaraan Bermotor Lama adalah kendaraan yang sudah diproduksi, dirakit atau diimpor

dan sudah beroperasi di wilayah Republik Indonesia;

4. Uji emisi kendaraan bermotor lama adalah uji emisi gas buang yang wajib dilakukan

untuk kendaraan bermotor lama secara berkala;

5. Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pengelolaan

lingkungan hidup;

6. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi;

7. Bupati/Walikota adalah Kepala Daerah Kabupaten/Kota.

Pasal 2

Ruang lingkup peraturan ini meliputi ambang batas emisi gas buang, metode uji, prosedur

pengujian, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penaatan ambang batas emisi gas buang

kendaraan bermotor lama.

Pasal 3

(1) Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama sebagaimana tercantum

dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.

(2) Metode uji kandungan CO dan HC sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diukur pada

kondisi tanpa beban (idle) sedangkan kandungan asap diukur pada kondisi percepatan

bebas (free accelaration).

(3) Prosedur pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mengacu pada Lampiran II

Peraturan Menteri ini yang meliputi:

a. Cara uji kadar CO/HC untuk kendaraan bermotor kategori M, N dan O m(roda empat

atau lebih) berpenggerak cetus api pada kondisi idle menggunakan SNI 19-7118.1-

2005.

b. Cara uji kadar opasitas asap untuk kendaraan bermotor kategori M, N dan O (roda

empat atau lebih) berpenggerak penyalaan kompresi pada kondisi akselerasi bebas

menggunakan SNI 19-7118.2-2005.

20

Page 22: Tugas Motor Bakar

c. Cara uji kadar CO/HC untuk kendaraan bermotor kategori L (sepeda motor)pada

kondisi idle menggunakan SNI 19-7118.3-2005.

(4) Format pelaporan pelaksanaan uji emisi sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) huruf a, huruf b, dan huruf c tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.

(5) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) serta perubahan-

perubahannya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Ini.

Pasal 4

(1) Setiap kendaraan bermotor lama wajib memenuhi ambang batas emisi gas buang

kendaraan bermotor lama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

(2) Setiap kendaraan bermotor lama wajib melakukan uji emisi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 5

Pengujian emisi kendaraan bermotor lama dilakukan di tempat pengujian milik pemerintah

atau swasta yang telah mendapat sertifikasi berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 6

(1) Bupati/Walikota melaksanakan uji emisi kendaraan bermotor lama yang terdaftar di

daerahnya.

(2) Bupati/Walikota dapat bekerjasama dengan Bupati/Walikota lain dalam melaksanakan

uji emisi kendaraan bermotor lama sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Bupati/Walikota melakukan evaluasi pelaksanaan uji emisi kendaraan bermotor lama

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan menyampaikan laporan pelaksanaan uji emisi

kepada Gubernur minimal 6 (enam) bulan sekali.

(4) Bupati/Walikota mengumumkan hasil uji emisi minimal 1 (satu) tahun sekali kepada

masyarakat melalui media cetak maupun elektronik

Pasal 7

(1) Gubernur mengkoordinasikan kegiatan pelaksanaan uji emisi di daerahnya.

(2) Gubernur melaksanakan evaluasi kegiatan uji emisi minimal 1 (satu) tahun sekali dan

mengumumkan hasil uji emisi berkala kepada masyarakat melalui media cetak maupun

elektronik.

21

Page 23: Tugas Motor Bakar

(3) Gubernur melaporkan hasil uji emisi yang dilaksanakan oleh Bupati/Walikota di

wilayahnya kepada Menteri sekurang-kurangnya 1(satu) tahun sekali.

Pasal 8

(1) Gubernur dapat menetapkan ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama di

daerahnya sama atau lebih ketat dari ambang batas kendaraan bermotor lama

sebagaimana yang tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.

(2) Gubernur dapat menetapkan ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama di

daerahnya dengan tidak menambah maupun mengurangi parameter yang tercantum

dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.

(3) Dalam hal Gubernur belum menetapkan ambang batas emisi gas buang kendaraan

bermotor lama di daerahnya maka berlaku ambang batas emisi gas buang kendaraan

bermotor lama dalam Peraturan Menteri ini.

Pasal 9

Dalam rangka penaatan ambang batas emisi gas buang kendaran bermotor lama, Menteri

berwenang:

a. mengevaluasi pelaksanaan penaatan ambang batas emisi gas buang kendaraan

bermotor lama;

b. melakukan uji petik emisi (spot check) dalam rangka pengumpulan data;

c. memberikan pembinaan (bimbingan teknis) terhadap pelaksanaan penaatan ambang

batas kendaraan bermotor lama.

Pasal 10

Pembiayaan atas pelaksanaan uji emisi kendaraan bermotor lama di daerah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah.

Pasal 11

Ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama dievaluasi sekurangkurangnya

sekali dalam 5 (lima) tahun.

22

Page 24: Tugas Motor Bakar

Pasal 12

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini maka Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor : KEP-35/MENLH/10/1993 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang

Kendaraan Bermotor dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 13

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Beberapa istilah pada standarisasi di atas :

1. Kategori M, kendaraan bermotor beroda empat atau lebih dan digunakan untuk angkutan

orang

2. kategori N, kendaraan bermotor beroda empat atau lebih dan digunakan untuk angkutan

barang

3. kategori O, kendaraan bermotor penarik untuk gandengan atau tempel

4. idle, kondisi dimana mesin kendaraan pada putaran dengan:

a) sistem kontrol bahan bakar (misal: choke, akselerator) tidak bekerja;

b) posisi transmisi netral untuk kendaraan manual atau semi otomatis;

c) posisi transmisi netral atau parkir untuk kendaraan otomatis;

d) perlengkapan atau asesoris kendaraan yang dapat mempengaruhi putaran tidak

dioperasikan atau dapat dijalankan atas rekomendasi manufaktur.

Standar Pengujian Emisi Gas Buang Kendaraan :

a. Cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O berpenggerak penyalaan cetus api

pada kondisi idle, (SNI 19-7118.1-2005) :

Prinsip pengujian :

Pengujian idle dilakukan dengan cara menghisap gas buang kendaraan

bermotor alat uji as analyser kemudian diukur kandungan karbon monoksida (CO)

dan hidro karbon (HC)

Peralatan :

a) Alat ukur gas (analyzer);

Alat uji emisi gas buang yang digunakan sebagaimana persyaratan yang diberikan

oleh ISO 3930 atau OIML R99;

b) Alat ukur temperatur oli mesin;

c) Alat ukur putaran mesin;

23

Page 25: Tugas Motor Bakar

d) Alat ukur temperatur lingkungan.

Persiapan Kendaraan Uji :

Persiapan kendaraan uji dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a) Kendaraan yang akan diukur komposisi gas buang harus diparkir pada tempat

yang datar.

b) Pipa gas buang (knalpot) tidak bocor.

c) Temperatur mesin normal 600C sampai dengan 700 C atau sesuai rekomendasi

manufaktur.

d) Sistem asesoris (lampu, AC) dalam kondisi mati.

e) Kondisi temperatur tempat kerja pada 200 C sampai dengan 350C.

Persiapan Peralatan :

Persiapan gas analyzer dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:a) Pastikan bahwa alat dalam kondisi telah terkalibrasi;b) Hidupkan sesuai prosedur pengoperasian (sesuai dengan rekomendasi manufaktur alat uji).

Pengukuran dan Pencatatan :

Pengujian komposisi gas CO, dan HC menggunakan dengan tahapan sebagai

berikut:

a) persiapkan kendaraan uji sesuai langkah 4.3;

b) siapkan alat uji sesuai langkah 4.4;

c) naikkan (akselerasi) putaran mesin hingga mencapai 2.900 rpm sampai dengan

3.100 rpm kemudian tahan selama 60 detik dan selanjutnya kembalikan pada

kondisi idle;

d) selanjutnya lakukan pengukuran pada kondisi idle dengan putaran mesin 600 rpm

sampai dengan 1000 rpm atau sesuai rekomendasi manufaktur;

e) masukkan probe alat uji ke pipa gas buang sedalam 30 cm, bila kedalaman pipa

gas buang kurang dari 30 cm maka pasang pipa tambahan;

f) tunggu 20 detik dan lakukan pengambilan data kadar konsentrasi gas CO dalam

satuan persen (%), dan HC dalam satuan ppm yang terukur pada alat uji.

CATATAN 1 Untuk pipa gas buang (knalpot) kendaraan terdiri dari dua atau lebih,

maka perlu dilakukan penyambungan dengan pipa tunggal dengan spesifikasi yang

direkomendasikan oleh manufaktur.

24

Page 26: Tugas Motor Bakar

CATATAN 2 Bila CATATAN 1 secara praktis tidak memungkinkan untuk

dilakukan maka perlu dilakukan pengukuran emisi gas buang pada tiap pipa gas

buang dan hasil yang diperoleh dirata-rata;

CATATAN 3 Untuk gas analyser yang mempunyai kemampuan mengukur

parameter CO2, maka parameter CO (karbon monoksida) yang ditampilkan adalah

CO terkoreksi.

25

Page 27: Tugas Motor Bakar

Tabel 1. Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Kategori RentangKarbon monoksida

(CO)Nitrogen (NO2)

Ozon (O3)Sulfur

dioksida (SO2)

Partikulat

Baik 0-50 Tidak ada efekSedikit berbau

Luka pada Beberapa spesies tumbuhan akibat kombinasi dengan SO2 (Selama 4 Jam)

Luka pada Beberapa spesies tumbuhan akibat kombinasi dengan O3 (Selama 4 Jam)

Tidak ada efek

Sedang 51 - 100 Perubahan kimia darah tapi tidak terdeteksi

Berbau Luka pada Beberapa spesies

Luka pada Beberapa spesies

Terjadi penurunan pada jarak pandang

26

Page 28: Tugas Motor Bakar

tumbuhan tumbuhan

Tidak Sehat

101 - 199

Peningkatan pada kardiovaskular pada perokok yang sakit jantung

Bau dan kehilangan warna. Peningkatan reaktivitas pembuluh tenggorokan pada penderita asma

Penurunan kemampuan pada atlit yang berlatih keras

Bau, Meningkatnya kerusakan tanaman

Jarak pandang turun dan terjadi pengotoran debu di mana-mana

Sangat Tidak Sehat

200-299

Meningkatnya kardiovaskular pada orang bukan perokok yang berpenyakit Jantung, dan akan tampak beberapa kelemahan yang terlihat secara nyata

Meningkatnya sensitivitas pasien yang berpenyakit asma dan bronchitis

Olah raga ringan mengakibatkan pengaruh parnafasan pada pasien yang berpenyaklt paru-paru kronis

Meningkatnya sensitivitas pada pasien berpenyakit asma dan bronchitis

Meningkatnya sensitivitas pada pasien berpenyakit asma dan bronchitis

Berbahaya

300 - lebih

Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar

Sumber: Bapedal [1]

Tabel 2. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang

Pencemar Sumber Keterangan

Karbon monoksida (CO)

Buangan kendaraan bermotor; beberapa proses industri

Standar kesehatan: 10 mg/m3 (9 ppm)

Sulfur dioksida (S02)Panas dan fasilitas pembangkit listrik

Standar kesehatan: 80 ug/m3 (0.03 ppm)

Partikulat MatterBuangan kendaraan bermotor; beberapa proses industri

Standar kesehatan: 50 ug/m3 selama 1 tahun; 150 ug/m3

27

Page 29: Tugas Motor Bakar

Nitrogen dioksida (N02)

Buangan kendaraan bermotor; panas dan fasilitas

Standar kesehatan: 100 pg/m3 (0.05 ppm) selama 1 jam

Ozon (03) Terbentuk di atmosfirStandar kesehatan: 235 ug/m3 (0.12 ppm) selama 1 jam

Sumber: Bapedal [2]

Berikut Standar Emisi Gas Buang berdasarkan Euro Union :

Penerapan standar tersebut oleh beberapa negara :

28

Page 30: Tugas Motor Bakar

29

Page 31: Tugas Motor Bakar

Bab III

KESIMPULA DAN SARAN

1. Kesimpulan

a.Kendaraan menghasilkan emisi gas buang, dimana terdapat senyawa – senyawa

penyusunnya. Diantaranya adalah HC, CO, CO2, O2, Pb dan senyawa Nox.

b.Senyawa – senyawa tersebut sangat berbahaya. Karena berasal dari sisa – sisa

pembakaran ayng tidak sempurna, yang bisa berdampak negatif terhadap manusia dan

kesehatannya, serta lingkungan sekitar.

c.Standarisasi bermanfaat untuk mengendalikan tingkat emisi gas buang dari kendaraan.

d.Standarisasi di Indoneisa mengikuti standar dari Eropa Union, dimana Indonesia

masih menggunakan Europe II.

2. Saran

Kami harapkan dari pembaca makalah ini, apabila menemukan kekuranga atau

kesalahan baik dalam penulisan maupun penyusunannya. Mohon diberikan masukkan yang

bersifat membangun menuju arah yang lebih baik kedepannya. TERIMA KASIH.

30

Page 33: Tugas Motor Bakar