tugas kd 3 - pengolahan sampah

44
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian dan Lokasi 1.1.1. Pengertian Sampah Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup. Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat. Juli Soemirat (1994) berpendapat bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. 1.1.2. Pengertian Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) ialah tempat untuk menimbun sampah dan merupakan bentuk tertua perlakuan sampah. TPA dapat berbentuk tempat pembuangan dalam (di mana pembuang sampah membawa sampah di tempat produksi) begitupun tempat yang digunakan oleh produsen. Tempat Pembuangan Akhir merupakan tempat di mana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/ pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupkan tempat di mana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. 1.1.3. Lokasi TPA Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang dipilih adalah TPA Sukosari yang terletak di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Karanganyar, Jawa Tengah. Letak TPA ini berjarak ± 5 km dari Kabupaten Karanganyar.

Upload: retno-ningsih

Post on 24-Dec-2015

102 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

utilitas lanjut

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pengertian dan Lokasi

1.1.1. Pengertian Sampah

Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak

disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan

sendirinya. Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda

atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus

dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup.

Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah

sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat. Juli

Soemirat (1994) berpendapat bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang

punya dan bersifat padat.

Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah

sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang

berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.

1.1.2. Pengertian Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) ialah tempat untuk menimbun sampah dan

merupakan bentuk tertua perlakuan sampah. TPA dapat berbentuk tempat pembuangan

dalam (di mana pembuang sampah membawa sampah di tempat produksi) begitupun tempat

yang digunakan oleh produsen.

Tempat Pembuangan Akhir merupakan tempat di mana sampah mencapai tahap terakhir

dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/

pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

TPA merupkan tempat di mana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan

gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan

perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.

1.1.3. Lokasi TPA

Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang dipilih adalah TPA Sukosari yang terletak

di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Karanganyar, Jawa Tengah. Letak TPA ini berjarak ±

5 km dari Kabupaten Karanganyar.

Page 2: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

2

Gambar 01. Peta administratif Kabupaten Karanganyar

Sumber: http://abuzadan.staff.uns.ac.id/files/2011/07/peta-administratif2.jpg

Gambar 02. Lokasi Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono

Sumber: http://abuzadan.staff.uns.ac.id/files/2011/07/peta-administratif2.jpg

Gambar 03. Denah TPA Sukosari

Sumber: Dok. Pribadi, 2014

Page 3: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

3

1.2. Latar Belakang

Telah lama sampah menjadi permasalahan serius di kota-kota besar di Indonesia.

Peningkatan jumlah penduduk ini berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan setiap

harinya. Sampah merupakan konsekuensi kehidupan yang sering menimbulkan masalah, karena

jumlahnya akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan beragam

aktivitasnya. Apabila tidak dikelola dengan baik, sampah ini akan mencemari lingkungan

Seiring dengan pertambahan penduduk yang semakin tinggi serta perubahan pola

konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah

yang semakin beragam. Hal ini berarti bahwa kebiasaan membuang harus diubah menjadi

mengolah. Konsep yang dapat digunakan untuk mengolah sampah adalah 3R, 4R, atau 5R.

Sesuai Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah menjelaskan bahwa TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sangatlah berperan penting

dalam hal ini. TPA harus memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara

aman bagi manusia dan lingkungan. Pada dasarnya, TPA memang dirancang sebagai tempat

dimana sampah akan diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap

lingkungan.

Pemahaman mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah yang ada pada suatu kota

akan diperoleh melalui observasi yang dilakukan pada sebuah TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Salah satu TPA yang kami pilih adalah TPA Sukosari yang berada di Kabupaten Karanganyar,

Jawa Tengah. Berkembangnya pembangunan dan meningkatnya pola hidup yang konsumtif di

Kabupaten Karanganyar, dapat dilihat dari pertambahan volume sampah setiap tahunnya.

Volume sampah yang dihasilkan adalah 400 m3/hari (2009) menjadi 425 m3/hari (2010) dengan

jumlah timbulan total 390.000 liter/hari (2008) dan 400.000 liter/hari (2009). Sampah-sampah

tersebut kemudian diangkut ke TPA Sukosari yang telah menggunakan sistem controlled landfill.

Pengangkutan ini ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Kabupaten Karanganyar.

1.3. Permasalahan

a. Bagaimana potensi sampah yang ada di TPA Sukosari Karanganyar?

b. Bagaimana penanganan sampah pada TPA Sukosari Karanganyar?

c. Apa kekurangan dan kelebihan dari sistem pengelolaan sampah di TPA Sukosari

Karanganyar?

Page 4: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA PENANGGULANGAN SAMPAH

2.1 Sampah

2.1.1 Definisi Sampah

Sampah adalah semua zat/benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik yang berasal dari

rumah-rumah maupun sisa-sisa proses industri (Entjang, 1997). Sampah, menurut Soekidjo

(2007) adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia atau

benda-benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan

dibuang.

2.1.2 Hakikat Sampah

Sampah dan limbah pada dasarnya merupakan sisa dari proses pengubahan energi yang

tidak bisa sempurna. Hal ini sesuai dengan hukum termodinamika kedua yang banyak

digunakan dalam ilmu fisika. Meskipun energi tidak pernah hilang dari alam raya tetapi akan

diubah ke dalam bentuk yang kurang bermanfaat. Hukum tersebut kemudian dijadikan salah

satu asas dasar ilmu lingkungan yang menyatakan bahwa tak ada sistem pengubahan energi

yang betul-betul efisien. Artinya, selalu ada sisa atau disebut entropy.

Ketika manusia makan, maka sebagian akan diubah menjadi energi untuk beraktivitas

dan sisanya akan diubah menjadi limbah kotoran atau disebut entropy. Begitu pula dalam

proses produksi di industri, tidak semua bahan mentah dapat diubah menjadi barang jadi, tetapi

sebagian akan diubah menjadi sampah atau limbah. Sama halnya dalam kegiatan rumah tangga,

di mana tidak semua barang-barang konsumsi akan habis semuanya, melainkan sebagian akan

dibuang dalam bentuk sampah, baik sampah organik maupun anorganik.

Gambar 04. Tumpukan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Sumber: kanalsatu.com

Page 5: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

5

2.1.3 Sumber dan Jenis Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu

proses. Sampah dapat berupa padat, cair, dan gas. Sampah yang berupa gas disebut emisi, yang

biasa juga dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah banyak dihasilkan oleh

aktivitas industri yang kemudian dikenal dengan istilah limbah. Tidak hanya dari sektor industri,

limbah dapat pula dihasilkan dari kegiatan pertambangan, manufaktur (proses pabrik), dan

konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan

jumlah sampah yang kira-kira berbanding lurus dengan jumlah konsumsinya.

Berdasarkan asal lokasinya, sampah berasal dari 8 sumber berikut ini:

a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah

dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau belum, bekas

pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-

bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman.

b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan,

terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol,

daun, dan sebagainya.

c. Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah ini berasal dari perkantoran, baik perkantoran pendidikan, perdagangan,

departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon,

klip, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat anorganik dan mudah terbakar.

d. Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari kertas-kertas,

kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang

jatuh, daun-daunan, plastik, dan sebagainya.

e. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)

Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari

pembangunan industri serta segala sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya

sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan

sebagainya.

f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah ini merupakan hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya jerami, sisa sayur-

mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.

Page 6: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

6

g. Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis usaha

pertambangan itu sendiri, maisalnya batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran

(arang), dan sebagainya.

h. Sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa kotoran-kotoran ternak,

sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan sebagainya (Notoatmojo, 2003).

Sementara itu, berdasarkan penghasilnya, sumber sampah dapat dibagi ke dalam enam

jenis, yaitu sampah alam, sampah manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri,

dan sampah pertambangan.

Sampah alam merupakan sampah yang diproduksi di kehidupan liar. Munculnya

sampah diakibatkan oleh adanya proses daur ulang yang bersifat alami, contohnya daun-daun

kering di hutan yang kelak akan terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah

ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan permukiman atau

perkotaan.

Sampah manusia atau disebut juga human waste adalah istilah yang biasa digunakan

terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin (air seni). Sampah manusia

dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai sarana

perkembangan penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Salah satu perkembangan

utama pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah

manusia dengan cara hidup yang sehat dengan lingkungan atau sanitasi yang bersih. Sampah

manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang, misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.

Gambar 05. Dedaunan yang Berguguran sebagai Contoh Sampah Alam.

Sumber: billyshare99.blogspot.com

Page 7: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

7

Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh manusia sebagai pengguna

barang, dengan kata lain sampah konsumsi adalah sampah yang sengaja dibuang oleh manusia

ke tempat sampah. Ini adalah jenis sampah yang umum dikenal oleh manusia. Meskipun

demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah

yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri. Sampah yang sangat berbahaya adalah

sampah atau limbah radioaktif yang berasal dari Sampah nuklir. Sampah nuklir merupakan hasil

dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya

bagi lingkungan hidup dan juga manusia. Karena itu,sampah nuklir disimpan di tempat-tempat

yang jauh dari sentuhan dan aktivitas manusia seperti di bekas tambang garam dan dasar laut.

Sementara itu, berdasarkan sifatnya sampah dibagi ke dalam dua jenis, yakni sampah

organik (sampah yang dapat diurai atau degradable) dan sampah anorganik (sampah yang tidak

dapat diurai atau undegradable).

Sampah organik atau juga disebut sampah basah merupakan jenis sampah yang berasal

dari jasad hidup sehingga mudah busuk dan dapat hancur secara alamiah. Contohnya adalah

sayuran, daging, ikan, nasi, rumput, daun, dan ranting.

Gambar 07. Benda yang Tergolong Sampah Organik. Sumber: topkids.tv

Gambar 06. Tumpukan Sampah Konsumsi. Sumber: dettawimma23.blogspot.com

Page 8: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

8

Sampah anorganik atau sampah kering adalah sampah yang tersusun dari senyawa non-

organik yang berasal dari mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Contohnya ialah

gelas/kaca, plastik dan berbagai produk turunannya, kaleng, styrofoam, dan logam. Sampah

anorganik bersifat sulit terurai (undegradable), atau tepatnya dapat terurai namun dalam

jangka waktu yang sangat lama.

2.2 Pengelolaan Sampah

Pada awalnya ketika jumlah penduduk masih sedikit, sampah bukan merupakan sebuah

permasalahan. Namun, seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitasnya,

maka sampah semakin besar jumlah dan variasinya. Karena itu, diperlukan pengelolaan yang tidak

sederhana untuk menangani sampah dalam jumlah besar, terutama di daerah perkotaan.

Pengelolaan sampah mutlak diperlukan mengingat dampak buruknya bagi kesehatan dan

lingkungan. Sampah menjadi tempat berkembangbiaknya organisma penyebab dan pembawa

penyakit. Sampah juga dapat mencemari lingkungan dan mengganggu keseimbangan lingkungan.

Karena itu, pemerintah di berbagai belahan dunia berupaya menanganinya walaupun dengan biaya

yang tidak sedikit. Pengelolaan sampah di Indonesia pada umumnya belum dilaksanakan secara

terpadu.

Sampah dari berbagai sumber, baik dari rumah tangga, pasar, industri dan lain-lain, langsung

diangkut menuju Tempat Penampungan Sementara (TPS) tanpa melaui proses pemilahan dan

pengolahan. Dari TPS, sampah kemudian diangkut menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk

kemudian ditimbun. Pengelolaan seperti ini mengabaikan nilai sampah sebagai sumber daya.

Gambar 08. Benda yang Tergolong Sampah Anorganik.

Sumber: topkids.tv

Page 9: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

9

Upaya pertama dalam pengelolaan sampah secara terpadu adalah pemilahan yang dilakukan

mulai dari sumber penghasil sampah, baik dari rumah tangga, pasar, industri, fasilitas umum, daerah

komersial dan sumber lainnya. Sampah organik (sisa makanan, daun, dan lain-lain) dipisah dengan

sampah anorganik (plastik, kaca dan sebagainya). Sampah yang telah dipilah dapat didaur ulang di

tempat sumber sampah atau dapat dibawa atau dijual untuk dilakukan proses daur ulang di industri

daur ulang. Sampah tersebut dapat pula dipakai ulang sebelum diangkut ke TPS atau dibuat kompos

untuk digunakan di lokasi sumber sampah.

Sampah dari sumber sampah juga dapat dibawa ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS)

terdekat setelah melalui proses pemilahan. Di TPS, sampah dikumpulkan dan dipilah kembali dan

diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah tersebut juga dapat didaur ulang di industri

daur ulang. Pemilahan sampah dapat pula dilakukan di TPA. Sebagian sampah dapat didaur ulang

dan dibuat kompos yang dapat dijual ke konsumen. Sisanya atau residu dari proses tersebut dapat

Gambar 09. Tempat Penampungan Sementara (TPS).

Sumber: beritajakarta.com

Gambar 10. Tempat Penampungan Akhir (TPA). Sumber: poskotakaltim.com

Page 10: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

10

ditimbun dengan menggunakan metode sanitary landfill. Hasil dari sanitary landfill adalah abu yang

dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat batako dan sebagai bahan campuran kompos.

Batako dan kompos yang dihasilkan dapat dijual ke konsumen.

2.3 Metode Pengolahan Sampah

2.3.1 Pengolahan Sampah Secara Umum

Sampah yang telah terkumpul dapat diolah lebih lanjut, baik di lokasi sumber sampah

maupun setelah sampai di TPA. Tujuannya agar sampah dapat dimanfaatkan kembali,

sehingga dapat mengurangi tumpukan sampah serta memperoleh nilai ekonomi dari sampah.

Beberapa pengolahan sampah yang biasanya dilakukan adalah:

1. Pengolahan sampah organik

Di Indonesia, sebagian besar sampah merupakan sampah organik. Data menunjukkan

bahwa rata-rata komposisi sampah di beberapa kota besar di Indonesia adalah: organik

(25%), kertas (10%), plastik (18%), kayu (12%), logam (11%), kain (11%), gelas (11%), lain-

lain (12%).

Sampah organik dapat dimanfaatkan secara langsung, tanpa melalui proses tertentu

untuk pakan ternak, khususnya ikan. Sampah organik juga dapat diproses untuk berbagai

keperluan diantaranya adalah pakan ternak dan kompos.

a. Sampah organik untuk pakan ternak

Gambar 11. Skema Pengolahan Sampah Terpadu. Sumber: tsabitah.files.wordpress.com

Page 11: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

11

Sampah organik, khususnya sisa makanan, dapat diolah lebih lanjut menjadi pakan

ternak. Sampah yang telah dipilah kemudian masuk dalam pabrik untuk dijadikan

pakan ternak. Dari sampah organik dapat dihasilkan pelet untuk pakan ikan.

b. Kompos

Sampah organik juga bisa dimanfaatkan untuk sektor pertanian. Dengan bantuan

mikro organisma (mikroba), sampah organik bisa dimanfaatkan untuk pemupukan

tanaman, yaitu melalui proses pengomposan. Kompos adalah hasil penguraian

parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat

secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan

yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford,

2003).

Sementara itu, pengomposan adalah proses di mana bahan organik mengalami

penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan

bahan organik sebagai sumber energi. Jadi, pada prinsipnya semua bahan-bahan

organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-

sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah

pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula,

limbah pabrik kelapa sawit, dan lain-lain. Bahan organik yang sulit untuk

dikomposkan antara lain ialah tulang, tanduk, dan rambut.

2. Pengolahan Sampah Anorganik

Sampah anorganik biasanya berupa botol, kertas, plastik, kaleng, sampah bekas alat-alat

elektronik dan lain-lain. Sampah ini sering kita jumpai di beberapa tempat seperti sungai,

halaman rumah, lahan pertanian dan di jalan-jalan. Sifatnya sukar diurai oleh

mikroorganisma, sehingga akan bertahan lama menjadi sampah. Sampah plastik bisa

bertahan sampai ratusan tahun, sehingga dampaknya akan sangat lama. Untuk mengatasi

masalah sampah anorganik, dapat dilakukan cara-cara berikut ini.

a. Reduce (Mengurangi penggunaan)

Penanganan sampah anorganik dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu reduce,

reuse, dan recycle (daur ulang) atau yang sering disebut dengan istilah 3R.

Mengurangi sampah bisa dilakukan, yaitu melalui pola hidup sederhana dengan

selalu memperhatikan hal-hal berikut:

1) Menentukan prioritas sebelum membeli barang.

2) Mengurangi atau menghindari konsumsi/penggunaan barang yang tidak dapat

didaur ulang oleh alam.

Page 12: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

12

3) Mengurangi atau menghindari konsumsi/penggunaan barang yang tidak dapat

didaur ulang oleh alam.

4) Membeli produk yang tahan lama.

5) Menggunakan produk selama mungkin, tidak terlalu menganut mode.

6) Menggunakan kembali barang-barang yang masih layak pakai juga merupakan

salah satu perilaku yang menguntungkan, baik secara ekonomis maupun

ekologis, misalnya

botol minuman, sirup dan alat elektronik. Sampah alat elektronik bisa dijual

kepada tukang barang bekas ataupun toko servis alat-alat elektronik, karena

memang biasanya terdapat komponen yang masih layak untuk digunakan.

b. Reuse (Menggunakan ulang)

Banyak sekali barang-barang yang setelah digunakan bisa digunakan ulang dengan

fungsi yang sama dengan fungsi awalnya tanpa melalui proses pengolahan.

c. Recycle (Daur ulang)

Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas

kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan

produk/material bekas pakai. Material yang dapat didaur ulang di antaranya:

1) Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, krim kopi; baik yang putih bening maupun

yang berwarna, terutama gelas atau kaca yang tebal.

2) Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecuali kertas

yang

berlapis (minyak atau plastik).

3) Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue, rangka meja, besi

rangka beton.

4) Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jerigen, ember.

Pengolahan sampah anorganik dengan cara daur ulang merupakan salah satu cara yang

efektif, karena selain menguntungkan secara ekonomis juga secara ekologis. Proses daur

ulang sampah dapat dilakukan dalam skala yang besar maupun kecil.

2.3.2 Pengolahan Sampah Secara Tradisional

Masyarakat pada umumnya memiliki beberapa cara atau teknik tradisional dalam

mengelola sampah rumah tangga sehingga dapat melakukan pengendalian atau

penanggulangan akan terjadinya pencemaran, antara lain sebagai berikut:

1. Dibuatnya Selokan Aliran Air Limbah

Page 13: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

13

Saat ini hampir setiap rumah memiliki selokan aliran air limbah yang menjadi jalur

mengalirnya

limbah cair milik masyarakat. Upaya ini sendiri sangat baik guna mencegah terjadinya

aliran limbah cair yang tidak terkontrol di lingkungan masyarakat yang dapat

menimbulkan bau busuk.

2. Tersedianya Tempat Sampah di Pekarangan Rumah

Tempat sampah merupakan media penampungan sampah sementara sehingga sampah

milik pribadi maupun masyarakat tidak dibuang ke sembarangan tempat. Hal ini

dimaksudkan untuk mencegah banjir. Jika sampah-sampah jalanan diletakkan pada

tempatnya maka akan mencegah banjir. Karena apabila sampah dibuang ke sembarangan

tempat, dikhawatirkan saat hujan nanti sampah-sampah tersebut dapat menghalagi

jalannya air pada selokan.

Sampah jalanan yang berserakan juga dapat mengurangi nilai estetika dan menghadirkan

berbagai wabah penyakit. Selain itu, sampah yang dipilah antara sampah kering dan

sampah basah dapat membantu proses pengolahan sampah menjadi suatu produk yang

lebih berguna lewat aktivitas daur ulang sampah.

3. Pembakaran Sampah

Metode ini merupakan cara paling mudah yang dapat dilakukan masyarakat dalam upaya

pengendalian pencemaran akibat adanya tumpukan sampah. Metode ini juga tidak

membutuhkan biaya yang besar. Masyarakat dapat memanfaatkan pekarangan milik

mereka untuk membakar sampah di sekitarnya. Secara berkelompok, masyarakat juga

bisa memilih salah satu lokasi yang cocok di lingkungan di lingkungan di mana mereka

berada sebagai tempat penampungan sampah sementara dan melakukan proses

pembakaran sampah dalam jumlah yang banyak. Sekarang ini juga telah berkembang alat

pembakar sampah yang dibuat seefisien mungkin sehingga dapat membantu masyarakat

dalam menanggulangi masalah sampah di lingkungan sekitar mereka.

Pada dasarnya metode ini memang tidak memberikan suatu dampak penambahan nilai

guns dari sampah tersebut. Tetapi harus kita ingat bahwa dengan metode ini kita dapat

mengurangi jumlah sampah di lingkungan sehingga mencegah terjadinya pengurangan

nilai estetika lingkungan, mencegah terjadinya banjir akibat tumpukan sampah pada

selokan air, dan mencegah adanya wabah penyakit bagi warga setempat.

4. Pemanfaatan Ulang Sampah

Saat ini sudut pandang masyarakat belum seutuhnya memandang bahwa sampah adalah

barang yang bermanfaat. Padahal jika sudut pandang ini telah dimiliki oleh setiap

Page 14: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

14

masyarakat, pengelolaan sampah akan menjadi semakin ringan. Hal ini disebabkan setiap

kita merasa penting untuk memanfaatkan sampah yang ada untuk kembali dapat

memenuhi keperluan kita. Upaya pengendalian pencemaran dapat dilakukan jika setiap

kita dapat memanfaatkan sampah seefisien mungkin guna mengurangi ragam dan

jumlahnya yang terus bertambah.

Untuk skala pemanfaatan, reuse dan recycle banyak ditemukan dalam lingkungan rumah

tangga. Reuse atau penggunaan-ulang adalah tindakan memanfaatkan-ulang ’apa

adanya’ sebagian atau seluruh sampah atau limbah atau barang-barang bekas lainnya

untuk menghasilkan produk/barang lain atau untuk kebutuhan lain yang bermanfaat.

Contohnya adalah memanfaatkan botol kemasan ’strawberry jam’ atau ’peanut butter’

untuk wadah pemeliharaan ikan cupang (laga), wadah bumbu dapur, dan

sebagainya. Sedangkan recycling atau mendaur-ulang adalah tindakan mendaur-ulang

sebagian atau seluruh sampah atau limbah untuk menghasilkan produk/barang lain yang

lazimnya berbeda bentuk dan sifatnya dari produk/barang aslinya. Contohnya adalah

pendaur-ulangan kertas-kertas bekas untuk menghasilkan kertas seni (artistic paper) atau

kertas koran, mendaur sisa makanan menjadi pupuk, dan sebagainya.

2.3.3 Metode 3R 4R 5R

Sistem pengelolaan sampah terpadu setidaknya mengkombinasikan pendekatan

pengurangan sumber sampah, daur ulang dan guna ulang, pengomposan, insinerasi dan

pembuangan akhir. Pemgurangan sumber sampah untuk industri berarti perlunya teknologi

proses yang nirlimbah serta packing produk yang ringkas/minim serta ramah lingkungan,

sedangkan bagi rumah tangga berarti menanamkan kebiasaan untuk tidak boros dalam

penggunaan barang-barang keseharian. Untuk pendekatan daur ulang dan guna ulang,

diterapkan khususnya pada sampah non-organik seperti kertas, plastik, alumunium, gelas,

logam, dan lain-lain. Sementara untuk sampah organik diolah, salah satunya dengan

pengomposan (urip Santosa, 2008).

Pemikiran konsep zero waste adalah pendekatan serta penerapan sistem dan

teknologi pengolahan sampah perkotaan skala kawasan secara terpadu dengan sasaran untuk

melakukan penanganan sampah perkotaan skala kawasan sehingga dapat mengurangi volume

sampah sesedikit mungkin, serta terciptanya industri kecil daur ulang yang dikelola oleh

masyarakat atau pemerintah daerah setempat. Konsep zero waste yaitu didasari oleh

penerapan prinsip 3R yang terdiri dari Reduce (pengurangan pemakaian), Reuse (penggunaan

kembali), dan Recycle (pendaur-ulangan samah). Prinsip 3R merupakan prinsip yang paling

Page 15: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

15

dasar dalam penanganan sampah minimal dalam skala rumah tangga. Sementara itu, terdapat

juga prinsip 4R, yang terdiri dari elemen-elemen 3R ditambah dengan kegiatan replace

(mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 4R dilengkapi lagi dengan prinsip 5R, yang terdiri

dari elemen 4R ditambah dengan kegiatan replant (penanaman kembali). Penanganan sampah

tahap 4R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat

perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengurangi biaya pengelolaan

sampah.

1. Reduce

Reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin dilakukan minimalisasi barang atau

material yang dikonsumsi. Karena semakin banyak penggunaan material, akan semakin

banyak pula sampah yang dihasilkan.

Menurut Suyoto (2008), tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program reduce

antara lain sebagai berikut:

- Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah

besar

- Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lain

- Gunakan baterai yang dapat dicharge kembali

- Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan

- Ubah pola makan (pola makan sehat: mengkonsumsi makanan segar, kurangi

makanan kaleng/instan)

- Membeli barang dalam kemasan besar (versus kemasan sachet)

2. Reuse

Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin memilih barang-barang yang bisa

dipakai kembali. Dan juga menghindari pemakaian barang-barang yang hanya sekali

pakai. Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi

sampah. Menurut Suyoto (2008), tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan

program reuse antara lain sebagai berikut:

- Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang

- Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)

- Kurangi penggunaan bahan sekali pakai

- Plastik kresek digunakan untuk tempat sampah

- Kaleng/baskom besar digunakan untuk pot bunga atau tempat sampah

- Gelas atau botol plastik untuk pot bibit, dan macam-macam kerajinan

- Bekas kemasan plastik tebal isi ulang digunakan sebagai tas-

Page 16: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

16

- Styrofoam digunakan untuk alas pot atau lem

- Potongan kain/baju bekas untuk lap, keset, dan lain-lain

- Kertas koran digunakan untuk pembungkus

3. Recycle

Prinsip recycle dilakukan dengan cara mendaur ulang barang-barang yang sudah tidak

berguna lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri

non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

Menurut Suyoto (2008), tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program

recycle ialah sebagai berikut:

- Mengubah sampah plastik menjadi souvenir

- Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos

- Mengubah sampah kertas menjadi lukisan atau mainan miniatur

4. Replace

Prinsip replace dilakukan dengan cara lebih memperhatikan barang yang digunakan

sehari-hari, serta mengganti barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang

yang lebih tahan lama. Prinsip ini mengedepankan penggunaan bahan-bahan yang ramah

lingkungan seperti mengganti kantong plastik dengan keranjang saat berbelanja, atau

hindari penggunaan styrofoam karena banyak mengandung zat kimia berbahaya.

5. Replant

Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau lingkungan sekitar baik

lingkungan rumah, perkantoran, pertokoan, lahan kosong dan lain-lain. Penanaman

kembali ini sebagian menggunakan barang atau bahan yang diolah dari sampah.

Page 17: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

17

Tabel 1. Upaya 5R di perumahan dan fasilitas sosial

Tabel 2. Upaya 5R di fasilitas umum

Page 18: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

18

Tabel 3. Upaya 5R di daerah komersial

2.3.4 Metode Insinerasi

Insinerasi (incineration) merupakan suatu teknologi pengolahan limbah yang

melibatkan pembakaran limbah pada temperatur tinggi. Teknologi insinerasi dan sistem

pengolahan limbah temperatur tinggi lainnya digambarkan sebagai “perlakuan termal”. Pada

hakikatnya, insinerasi barang-barang sisa atau sampah mengkonversi limbah menjadi panas

yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi seperti listrik. Salah satu cara teknologi

pengolahan limbah adalah dengan teknologi insinerasi, dan alat yang digunakan biasa disebut

dengan insinerator. Pengolahan limbah dengan insinerator terutama bertujuan untuk

mengurangi volume dari limbah itu sendiri hingga sekecil mungkin, kemudian juga untuk

Page 19: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

19

mengolah limbah tersebut supaya menjadi tidak berbahaya bagi lingkungan serta stabil secara

kimiawi.

Teknologi insinerasi berfungsi sebagai suatu alternatif untuk metode-metode

pengolahan limbah landfill dan proses biologis seperti pengomposan dan biogas. Teknologi ini

mempunyai manfaat-manfaat kuat, terutama sekali untuk pengolahan limbah jenis tertentu di

daerah-daerah relung seperti limbah klinis (limbah rumah sakit atau farmasi) dan limbah-

limbah berbahaya tertentu di mana patogen dan toksin-toksinnya hanya dapat dihancurkan

dengan temperatur tinggi. Potensi pembangkitan listrik yang menggunakan pembakaran

sampah perkotaan dan metode-metode non-thermal lainnya dari energi yang berbasis limbah

seperti biogas sedang terus meningkat yang dilihat sebagai suatu strategi penganekaragaman

energi potensial.

Terdapat berbagai jenis insinerator yang telah dikembangkan, namun teknologi

insinerasi yang paling umum digunakan seperti Rotary Kiln Incinerator, Multiple Health

Incinerator, dan Fluidized Bed Incinerator. Dua teknologi yang terakhir disebutkan merupakan

teknologi utama yang paling banyak digunakan dan dikembangkan untuk teknologi insinerasi.

Bagan 1. Bagan Proses Insinerasi. Sumber: Power Point Ir. Yenni Ruslinda, MT.

Page 20: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

20

2.4 Dampak Sampah terhadap Manusia dan Lingkungan

Sampah yang dibuang ke lingkungan menimbulkan dampak bagi manusia dan

lingkungan. Dampak terhadap manusia terutama menurunnya tingkat kesehatan. Di samping

Bagan 2. Proses yang Terjadi dalam Insinerator. Sumber: Power Point Ir. Yenni Ruslinda, MT.

Gambar 12. Salah Satu Contoh Insinerator. Sumber: Power Point Ir. Yenni Ruslinda, MT.

Page 21: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

21

itu, sampah juga mengurangi estetika serta menimbulkan bau tidak sedap. Sampah juga

berdampak terhadap lingkungan, baik ekosistem perairan maupun ekosistem darat.

1. Dampak sampah terhadap ekosistem perairan

Sampah yang dibuang dari berbagai sumber dapat dibedakan menjadi sampah organik

dan anorganik. Pada satu sisi, sampah organik dapat menjadi makanan bagi ikan dan

makhluk hidup lainnya, tetapi pada sisi lain juga dapat sampah juga dapat mengurangi

kadar oksigen dalam lingkungan perairan. Sampah anorganik dapat mengurangi sinar

matahari yang masuk ke dalam lingkungan perairan. Akibatnya, proses esensial dalam

ekosistem seperti fotosintesis menjadi terganggu.

Sampah organik maupun anorganik juga membuat air menjadi keruh. Kondisi ini akan

mengurangi organisma yang dapat hidup dalam kondisi tersebut. Akibatnya populasi

hewan maupun tumbuhan tertentu berkurang. Cairan rembesan sampah yang masuk ke

dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisma termasuk ikan dapat

mati sehingga beberapa spesies akan lenyap. Hal ini mengakibatkan berubahnya

ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan

menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang

sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.

2. Dampak sampah terhadap ekosistem daratan

Sampah yang dibuang ke dalam ekosistem darat dapat mengundang organisma tertentu

untuk datang dan berkembangbiak. Organisma yang biasanya memanfaatkan sampah,

terutama sampah organik, adalah tikus, lalat, kecoa dan lain-lain. Populasi hewan tersebut

dapat meningkat tajam karena musuh alami mereka sangat jarang.

3. Dampak sampah terhadap kesehatan

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak

terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organismadan menarik bagi

berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi

bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:

a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari

sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit

demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah

yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.

b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah

suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya

Page 22: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

22

masuk ke dalam pencernaaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa

makanan/sampah.

d. Sampah beracun.

e. Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat

mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari

sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.

Page 23: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

23

BAB III

PENANGANAN SAMPAH DI TPA SUKOSARI KARANGANYAR

3.1 Potensi Sampah yang Ada

3.1.1 Sumber Sampah

Sumber sampah yang berada pada TPA Sukosari ini yaitu berasal dari seluruh

Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sumber sampah ini diantaranya berasal dari

permukiman warga seperti sampah rumah tangga, sampah dari fasilitas umum, serta

sampah pasar yang berada di daerah Karanganyar.

Setiap harinya, sampah yang ditampung pada TPA ini sekitar 60 ton. Perhitungan ini

berasal dari rincian 30 truk dengan kapasitas 2 ton tiap truknya. Sampah-sampah tersebut

biasanya akan dibuang pada tempat sampah dalam skala kecil yang terdapat pada area

permukiman masing-masing. Dari tempat sampah tersebut, kemudian akan diangkut oleh

bak motor atau bak dorong sampah yang biasanya terdapat pada RT atau RW masing-masing

yang kemudian akan ditransfer menuju TPS (Tempat Pembuangan Sementara), Depo

Transfer, atau Bak sampah yang dapat menampung sampah dalam skala yang lebih besar.

Dari penampungan yang lebih besar ini, sampah akan diangkut oleh truk sampah yang akan

dibawa menuju TPA (Tempat pembuangan Akhir) Sukosari yang berjarak sekitar 5 km dari

Kabupaten Karanganyar.

Berikut ini merupakan bagan mekanisme pengelolaan sampah yang ada di

Kabupaten Karanganyar.

Gambar 13. Mekanisme Pengelolaan Sampah di TPA Sukosari

Sumber: Dok. Pribadi, 2014

Page 24: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

24

3.1.2 Jenis Sampah

Jenis sampah yang berasal dari sumber yang ditampung pada TPA Sukosari ini

diantaranya adalah sampah organik dan anorganik. Adapun penjelasan dari keduanya adalah

sebagai berikut.

a. Sampah Organik

Sampah organik yang terdapat pada TPA Sukosari ini sebagian besar merupakan

sampah pohon, daun, dan ranting-ranting pohon. Selain itu terdapat sampah sayuran

dan sisa-sisa makanan yang berasal dari sampah pasar. Sampah-sampah organic ini

disebut sampah basah yang mudah busuk dan terurai secara alamiah.

b. Sampah Anorganik

Sampah anorganik yang terdapat pada TPA Sukosari ini merupakan sampah plastik,

botol, kertas, dan sebagainya. Sampah-sampah ini tidak dapat terurai dengan tanah,

sehingga sudah seharusnya ada penanganan khusus untuk sampah-sampah anorganik

ini.

Gambar 14. Campuran sampah organik dan anorganik yang belum dipilah

Sumber. Dok. Pribadi, 2014

Gambar 15. Campuran sampah organik dan anorganik dari bak sampah

Sumber. Dok. Pribadi, 2014

Page 25: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

25

3.1.3 Pemanfaatan Sampah

Sampah yang selama ini dikenal sebagai sesuatu yang tidak digunakan dan tidak

berguna ternyata masih dapat dimanfaatkan. Seperti yang ada pada TPA Sukosari ini,

sampah-sampah tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik, yaitu diantaranya adalah

sebagai berikut.

a. Pemanfaatan Sampah Organik

Sampah organik yang terdapat pada TPA ini dimanfaatkan oleh pihak pengelola TPA

sebagai pupuk kompos. Sampah organik ini dimanfaatkan dan diolah sedemikian rupa

hingga menjadi pupuk kompos yang akan digunakan untuk pupuk-pupuk tanaman kota.

Gambar 16. Pemanfaatan sampah organic untuk pupuk kompos

Sumber. Dok. Pribadi, 2014

b. Pemanfaatan Sampah Anorganik

Sedangkan untuk pemanfaatan sampah anorganik yang tidak dapat terurai ini akan

dipilah oleh para pemulung yang tinggal di sekitar lokasi. Sampah anorganik ini akan

didaur ulang (recycle) dengan menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dengan

tenaga manual. Setelah didaur ulang, sampah-sampah tersebut akan menjadi baru

kembali dan dapat dijual serta dapat dijadikan penghasilan bagi para pemulung

tersebut.

Page 26: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

26

Gambar 17. Sampah anorganik yang sudah dipilah

Sumber. Dok. Pribadi, 2014

3.2 Penanganan

3.2.1 Pengolahan Kompos

Salah satu penanggulangan dan penanganan sampah yang dilakukan pada TPA

Sukosari, Karanganyar selain dengan teknik urugan adalah mengolah sampah yang berupa

daun-daun menjadi kompos untuk digunakan sebagai pupuk alami. Pupuk yang dihasilkan ini

akan digunakan sebagai pupuk di taman-taman kota yang ada di wilayah karanganyar.

Untuk dapat memilah daun-daun kering ini, petugas TPA dibantu oleh pemulung-

pemulung yang memilah antara sampah organik dan sampah anorganik. Untuk sampah

anorganik yang telah dipilah oleh pemulung akan dijual kepada pemulung, sedangkan untuk

sampah organik yang berupa dedaunan akan diolah menjadi pupuk kompos dengan

pengolahan yang simple namun efektif dari hasil dan kinerjanya. Pada TPA Sukosari,

Karanganyar ini terdapat tempat khusus yang disediakan untuk mengolah sampah-sampah

organik tersebut menjadi kompos, sehingga tidak bercampur dengan sampah-sampah yang

lain yang belum dipilah.

Untuk mengubah sampah menjadi kompos diperlukan beberapa tahap, di antaranya

adalah sebagai berikut.

a. Sampah organik yang berupa daun-daun kering setelah melalui tahap pemilahan akan

digiling terlebih dahulu sebelum menuju ke proses selanjutnya. Penggilingan dedaunan

ini bertujuan untuk mengubah dedaunan yang berukuran besar menjadi partikel-partikel

kecil agar lebih mudah dalam pengolahannya menjadi pupuk kompos. Untuk penggilingan

dedaunan ini menggunakan sebuah alat khusus yang disediakan.

Page 27: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

27

Gambar (18) adalah gambar alat yang digunakan untuk menggiling sampah menjadi

partikel-partikel yang lebih kecil dari sebelumnya. Pada alat ini dibagi menjadi 2 bagian,

yaitu : (1) bagian pertama adalah bagian yang merupakan tempat penggilingan sampah

yang menjadi tempat memasukkan sanmpah ke dalam penggilingan. Fungsi dari bagian

ini adalah untuk mengubah dedauan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. (2) bagian

yang kedua adalah bagian yang merupakan tempat yang digunakan untuk mengalirkan

dedauan-dedauan yang sudah digiling dari tempat penggilingan ke tempat yang sudah

disediakan.

b. Setelah melalui tahap penggilingan, maka sampah-sampah organik tersebut mempunyai

bentuk yang lebih kecil dari sebelumnya. Setelah melalui tahap pertama, sampah-sampah

tersebut akan diangin-anginkan saja pada tempat yang terbuka namun tetap berada

dalam satu kawasan saja. Tahap ini bertujuan untuk mengeringkan sampah-sampah

organik tersebut agar lebih mudah untuk difermentasikan.

Gambar 18: Alat Penggilingan Sampah Organik

Sumber : Dok. Pribadi, 2014

Gambar 19. Bagian Penggilingan pada Alat Penggilingan Sampah Organik Sumber : Dok. Pribadi, 2014

Gambar 20. Bagian Pengalir Sampah dari Alat Penggilingan Sampah Organik Sumber : Dok. Pribadi, 2014

Page 28: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

28

Gambar disamping adalah gambar sampah-

sampah organik yang sudah digiling dan

hanya dibiarkan dalam keadaan terbuka

karena hanya untuk diangin-anginkan saja

agar lebih cepat kering sehingga mudah untuk

difermentasi. Angin-angin ini dilakukan

selama kurang lebih 3 hari saja.

c. Setelah melalui tahap kedua yaitu angin-angin pada sampah yang sudah digiling, maka

tahap ketiga adalah tahap Filter atau penyaringan yang bertujuan untuk menyaring

sampah yang sudah digiling sesuai dengan ukuran yang ditentukan dengan sampah-

sampah yang masih mempunyai ukuran yang besar.

Pada tahap kedua ini, sampah-sampah akan dimasukkan ke dalam sebuah alat untuk

filtrasi sehingga akan menghasilkan sampah dengan partikel yang lebih halus dan siap

untuk di fermentasikan. Pada pengolahan pupuk kompos untuk TPA Sukosari ini hanya

mempunyai satu alat penyaring saja.

Gambar diatas adalah gambar alat yang digunakan untuk menyaring partikel-partikel

besar pada sampah-sampah yang telah diangin-anginkan. Alat ini berbentuk seperti

tabung dengan dua buah diameter yang berbeda pada setiap ujung alatnya. Pada bagian

badan alat, hanya menggunakan rangkaian besi-besi kecil namun tetap longgar dan

Gambar 21. Tahap Angin-angin pada Pengolahan Sampah

Sumber : Dok. Pribadi, 2014

Gambar 22. Alat Penyaring Sampah Sumber : Dok. Pribadi, 2014

Page 29: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

29

terbuka untuk memudahkan penyaringan sampah. Sampah yang melebihi ukuran akan

keluar terperangakap oleh alat ini karena lubang-lubang alat ini sangat kecil.

Tahap ketiga (Filtrasi/ Penyaringan) ini menghasilkan sampah yang sudah berwujud

seperti kompos dengan partikel-partikel halus, sudah tidak ada sampah-sampah ukuran

besar yang terlihat pada hasil proses ini. Setelah melalui proses ketiga maka sampah siap

untuk menuju tahap pengolahan selanjutnya yaitu tahap fermentasi.

d. Tahap keempat dari pengolahan sampah menjadi kompos adalah tahap fermentasi.

Tahap ini merupakan tahap terakhir sebelum pupuk kompos di packing, pada tahap ini

sampah-sampah yang sudah menjadi bentuk kompos tersebutb akan dibiarkan dalam

sebuah wadah yang ditutup dengan plastik untuk fermentasi. Pada TPA Sukosari,

Karanganyar ini terdapat banyak tempat-tempat yang digunakan untuk fermentasi.

Gambar 23 merupakan gambar proses fermentasi yang ada di sebuah tempat yang

berbeda dari proses-proses sebelumnya. Pada tempat ini terdapat 12 kotak tempat

fermentasi yang digunakan untuk fermentasi sampah-sampah tersebut sampai menjadi

pupuk. Pada tempat ini terlihat sampah-sampah yang ditutupi dengan plastik putih untuk

membantu mempercepat fermentasi sampah menjadi pupuk kompos.

Gambar 24 adalah gambar kotak fermentasi yang berada satu tempat dengan tempat

penggilingan dan penyaringan sampah. Pada tempat ini terdapat 4 kotak fermentasi.

Letak kotak ini berada di sebelah samping tempat pengolahan. Sama dengan sebelumnya,

sampah-sampah tersebut ditutup oleh plastik untuk mempercepat fermentasi

berlangsung.

Tahap fermentasi ini dilakukan dengan cara meletakkan sampah pada sebuah kotak

penampungan , setelah itu sampah akan ditutup dengan plastik selama 10 hari sampai

sampah menjadi pupuk dan siap untuk digunakan sebagai kompos. Tahap ini akan

menghasillkan sampah yang siap untuk di gunakan.

Gambar 23. Tahap Fermentasi Sumber : Dok. pribadi, 2014

Gambar 24. Tahap Fermentasi Sumber : Dok. pribadi, 2014

Page 30: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

30

e. Produk telah siap digunakan

Setelah melalui empat tahap pengolahan kompos, yaitu penggilingan, angin-angin,

penyaringan, dan fermentasi maka sampah-sampah organik tersebut akan menjadi

sebuah kompos / pupuk yang siap digunakan. Kompos yang sudah siap digunakan ini akan

dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman yang ada di taman-taman kota Karanganyar.

Gambar 25 adalah gambar kompos yang merupakan hasil dari pengolahan sampah

organik yang ada di TPA Sukosari, Karanganyar. Pupuk kompos ini sudah bisa digunakan

untuk tanaman. Hasil yang diperoleh setiap hari untuk kompos sekitar 100 kg .

3.2.2 Kolam Licit

Untuk penanganan yang kedua adalah pemanfaatan kolam licit pada TPA yang

berguna untuk mengubah air lindi menjadi air yang sudah tidak mengandung zat-zat

beracun. Adapun proses pada kolam licit adalah sebagai berikut.

Bagan 3. Mekanisme kerja kolam licit

Sumber. Dok. Pribadi, 2014

Gambar 25. Kompos yang siap digunakan Sumber : Dok. pribadi, 2014

Sampah ditimbun

pada zona aktif

Air Lindi disaring

menggunakan batuan

Masuk ke kolam licit

Diproses untuk

menghilangkan zat

beracun

Dialirkan ke sungai Dipantau

Page 31: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

31

a. Sampah Ditimbun pada Zona Aktif

Setelah sampah basah dari TPS-TPS di Karanganyar, sampah akan ditimbun ke area

penimbunan sampah. Setelah sampah dipilah-pilah oleh pemulung antara sampah

organik dan anorganik , maka sampah yang tidak digunakan akan dialihkan menuju ke

dalam zona aktif. Zona aktif ini merupakan zona yang nantinya akan diterapkan proses

land fill atau proses pengurugan jika sudah penuh.

Pada zona aktif, sekeliling zona aktif ini dilapisi oleh geo membran dan geo textile.

Membran2 ini digunakan untuk menahan air lindi yang dihasilkan oleh sampah langsung

masuk ke dalam tanah dan mencemari tanah. Lapisan ini akan mengalirkan air lindi

menuju ke bawah yang akan diterima oleh batu-batuan yang nantinya akan mengalirkan

air lindi dan menyaring nya.

Gambar 26 adalah gambar tumpukan sampah yang sudah dipilah oleh pemulung dan

sampah organik sudah dipisahkan untuk dijadikan kompos. Tumpukan sampah-sampah

ini berada di zona aktif yang siap untuk diurug, namun sebelum diurug sampah-sampah

ini tetap menghasilkan air lindi yang harus di alirkan dan diolah dahulu dalam kolam licit

sebelum dialirkan ke sungai.

Gambar 27 adalah gambar zona aktif yang pada bagian samping sudah dilapisi dengan

geo membrane dan geo textile. Dua lapisan geo tersebut ditunjukkan dengan dikotak

kuning pada gambar.

Gambar 26. Zona Aktif Sumber : Dok. pribadi, 2014

Gambar 27. Zona Aktif Sumber : Dok. pribadi, 2014

Page 32: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

32

Gambar 28 merupakan gambar detail geo textile dan geo membrane, dengan adanya

lapisan ini maka air lindi dari sampah tidak akan langsung masuk ke dalam tanah dan

mencemari tanah. Lapisan ini terdiri dari dua macam yaitu geo textile yang berwarna

putih, lapisan ini berada di bagian luar memiliki teksture yang lembut seperti kapas.

Sementara lapisan kedua adalah lapisan geo membrane, lapisan ini berada di bagian

dalam. Tekstur dari geo membrane sendiri tahan air sehingga air lindi tidak bisa

menerobos masuk ke dalam tanah.

b. Air Lindi Disaring Menggunakan Bebatuan

Air lindi yang dihasilkan oleh sampah tidak akan masuk ke dalam tanah pada bagian

samping zona aktif karena terdapat lapisan geo, oleh karena itu air lindi akan turun ke

bawah ke permukaan tanah. Namun, pada permukaan tanah zona aktif iini sudah

diganti dengan bebatuan-bebatuan bulat yang memiliki diameter cukup besar. Guna

bebatuan ini adalah untuk menyaring air lindi sebelum masuk ke dalam kolam licit.

Selain sebagai penyaring, bebatuan ini juga digunakan untuk memperlancar aliran

menuju ke kolam licit.

Gambar 28. Detail Geo Textile dan Geo Membran

Sumber : Dok. pribadi, 2014

Geo Textile

Geo

Membrane

Page 33: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

33

c. Masuk ke kolam licit dan diproses untuk menghilangkan zat beracun

Setelah disaring oleh bebatuan, air lindi ini akan dialirkan masuk ke kolam licit. Dalam

proses untuk menghilangkan zat-zat beracun yang ada pada sampah, proses ini

berlangsung pada kolam licit berbentuk kotak-kotak yang terdapat di bawah tebing

geomembran dan geotekstil. Pada proses ini akan terlihat zat-zat beracun yang telah

tersaring, berupa gumpalan-gumpalan warna coklat yang timbul di atas permukaan air.

Selain proses penghilangan racun tersebut, terdapat penangkap gas metan yang

terletak di tengah-tengah bebatuan. Penangkap gas metan ini berfungsi supaya gas

metan yang berasal dari sampah tidak mencemari lingkungan.

Gambar 30. Kolam penyaring air licit

Sumber. Dok. Pribadi, 2014

Gambar 29. Bebatuan pada Area Zona Aktif Sumber : Dok. pribadi, 2014

Page 34: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

34

Gambar 31. Penangkap gas metan

Sumber. Dok. Pribadi, 2014

d. Dialirkan ke sungai dan dipantau

Setelah melalui proses penghilangan racun, air lindi yang sudah tidak tercemar ini akan

dialirkan ke sungai yang berada di bawah kolam licit dan zona aktif dengan melalui

gorong-gorong. Tetapi dalam pengaliran ke sungai, air ini tetap dipantau dengan cara

pengambilan sample air dan diuji pada laboratorium guna mengetahui air tersebut

sudah atau tetap aman dan terbebas dari zat-zat beracun.

Gambar 32. Gorong-gorong

Sumber. Dok. Pribadi, 2014

3.2.3 Sumur Pantau

Untuk penanganan sampah selain dengan penimbunan, pengelolaan untuk menjadi

kompos, dan penggunaan sumur licit, juga menggunakan sumur pantau. Sumur pantau ini

adalah sebuah sumur yang digunakan untuk memantau air tanah apakah air yang dihasilkan

oleh timbunan tanah mencemari air atau tidak. Mekanisme kerja sumur pantau adalah

sebagai berikut.

Page 35: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

35

Bagan 4. Mekanisme kerja sumur pantau

Sumber. Dok. Pribadi, 2014

a. Tahap pertama adalah sampah ditimbun dengan menggunakan tanah agar tidak bau,

selain menggunakan tanah di bawah timbunan sampah juga dilapisi dengan geo textile

dan geo membran yang digunakan untuk mencegah air lindi langsung masuk ke dalam

tanah. Sampah yang ditimbun ini akan menghasilkan air lindi yang mengandung banyak

bahan-bahan berbahaya sehingga harus melalui proses netralisasi terlebih dahulu

sehingga tidak mencemari air tanah.

Gambar 33 adalah gambar tumpukan sampah yang dibawahnya sudah diberi batu-batu bulat

untuk lebih memudahkan pengaliran air lindi menuju ke sumur licit sehingga air lindi tidak

langsung menuju ke dalam tanah.

b. Tahap yang kedua adalah air lindi yang ada dan mengalir akan dialirkan melalui sumur licit

yang berada di bagian belakang tempat pembuangan sampah. Pada sumur ini air-air lindi

Sampah Ditimbun

mengeluarkan air

Lindi

Air Lindi di

netralkan pada

sumur Licit

Air setelah di

netralkan dialirkan

menuju sungai

Air dipantau

(diambil) dari sumur

pantau

Air dari sumur pantau

diuji melalui uji

laboratorium

Gambar 33. Tumpukan Sampah Sumber : Dok. pribadi, 2014

Page 36: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

36

yang penuh dengan bahan kimia berbahaya akan dinetralisir sebelum dialirkan ke dalam

tanah. Jika dilihat pada permukaan air lindi yang berada di sumur licit ini terdapat buih-buih

orange kecoklatan. Buih-buih ini adalah lemak dan kotoran-kotoran dari air lindi yang

dihasilkan oleh sampah.

Gambar 34 adalah gambar sumur kotak-kotak sumur licit yang berisi air lindi yang berasal

dari tumpukan-tumpukan sampah. Air-air pada sumur licit ini akan dinetralisir terlebih

dahulu sebelum dialirkan menuju sungai.

c. Tahap ketiga adalah air yang sudah dinetralisir dianggap sudah aman bila dialirkan menuju

tanah, air ini dianggap sudah tidak berbahaya bagi air tanah. Air yang telah dinetralisir oleh

sumur licit akan dialirkan menuju sungai yang letaknya berada di bawah sumur-sumur licit

ini yang nantinya akan dialirkan melalui sungai.

Gambar 35 adalah gambar gorong-gorong yang berada di depan area sumur licit. Gorong-

gorong ini merupakan gorong-gorong yang mengalirkan air yang sudah dinetralisir pada

sumur licit menuju ke sungai yang berada di bawah area pengelolaan sampah ini. jadi setelah

air netral maka akan dialirkan kebawah menuju sungai.

Sumur licit yang digunakan untuk

menetralisir air lindi.

Gambar 34. Sumur licit Sumber : Dok. pribadi, 2014

Gorong-gorong yang mengalirkan

air menuju sungai, sungai berada

di bagian bawah dari pengelolaan

sampah ini.

Gambar 35. Gorong-gorong Sumber : Dok. pribadi, 2014

Page 37: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

37

d. Setelah air dialirkan menuju sungai, maka pihak pengelola pengelolaan sampah akan dengan

teratur memantau air tanah apakah air tanah masih layak untuk digunakan karena telah

tercampur oleh air hasil pengelolaan licit atau tidak. Pemantauan ini dibantu dengan adanya

sumur pantau yang disediakan pada area TPA Sukosari, Karanganyar ini. Untuk area TPA ini

terdapat dua buah sumur pantau, yang satu berada di dekat kantor pengelola dan yang

lainnya berada di area sumur licit.

Sumur pantau pada TPA Sukosari, Karanganyar ini terdapat dua buah sumur. Gambar 12

adalah gambar sumur pantau pertama , sumur ini berada di dekat kantor pengelola

sedangkan sumur resapan yang kedua berada di area sumur licit yang ditunjukkan oleh

lingkaran merah pada gambar 37.

Mekanisme pemantauan air ini adalah dengan mengambil uji sample dari air pada sumur

dengan menggunakan timba manual. Setelah air sudah didapatkan maka air akan langsung

diujikan di laboratorium. Dari hasil laboratorium inilah dapat disimpulkan apakah air

tercemar atau masih aman saat air sudah dialiri dengan air lindi namun sudah dinetralisir.

Untuk daerah TPA Sukosari ini relatif air tanah yang ada masih tetap aman untuk digunakan

oleh warga.

3.3 Kelebihan dan Kekurangan

Berdasarkan teori dan analisa mengenai pengelolaan sampah pada TPA Sukosari, dapat

diketahui bahwa TPA Sukosari memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dalam

pengelolaannya, antara lain sebagai berikut.

Gambar 36. Sumur Resapan Dekat dengan Kantor Pengelola

Sumber : Dok. pribadi, 2014

Gambar 37. Sumur Resapan pada Area Sumur Licit

Sumber : Dok. pribadi, 2014

Page 38: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

38

3.3.1 Kelebihan

a. Tidak seperti kebanyakan TPA pada umumnya, TPA Sukosari tidak dipenuhi bau busuk

yang berasal dari tumpukan sampah yang menggunung. Hal ini dikarenakan hamparan

sampah pada TPA Sukosari diurug perlapis dengan tanah yang mampu secara efisien

meredam bau busuk yang ditimbulkan sampah, sekaligus juga membuat sampah lebih

cepat terurai sehingga tidak selamanya menumpuk dan bisa digantikan dengan sampah

yang baru.

b. TPA Sukosari memiliki sekitar 20 pasukan kuning atau laskar mandiri yang bertugas

memilih dan memisahkan antara sampah organik dan sampah nonorganik. Petugas itu

termasuk petugas operator alat berat bulldozer, pembuat kompos, kebersihan dan

penjaga malam.

c. TPA Sukosari memiliki tempat pengolahan sampah organik untuk dijadikan kompos atau

pupuk organik, sehingga sampah organik di TPA ini bersifat zero waste.

d. Sampah anorganik akan diberikan kepada pemulung. Sampah anorganik yang tidak

diambil oleh pemulung akan ditimbun dengan tanah urug sehingga tidak memancarkan

bau, terbukti dengan tidak terciumnya bau menyengat pada area TPA Sukosari.

e. TPA Sukosari memiliki pengelolaan air luruhan sampah atau lindi dengan pantauan

pengelola melalui sumur pantau secara berkala untuk memantau apakah air tanah telah

tercemar limbah sampah dengan cara mengambil sampel air tanah dan melakukan uji

lab terhadapnya.

f. TPA Sukosari memiliki sumur licit yang berfungsi untuk menetralisir air lindi dari sampah

sehingga air yang dialirkan ke dalam tanah tidak mengandung bahan berbahaya dan

tidak mencemari lingkungan.

g. TPA Sukosari memiliki alat penangkap gas metan sehingga gas metan yang timbul dari

sampah tidak akan mencemari udara di area TPA dan sekitarnya.

h. Sarana dan prasarana serta metode yang digunakan untuk penimbunan dan

pengelolaan sampah pada TPA Sukosari sudah tergolong memadai dan memenuhi

standar.

3.3.2 Kekurangan

a. Jadwal pengoperasian pengurugan (landfill) sampah tidak teratur, sehingga tumpukan

sampah di TPA Sukosari ini masih menggunung, walaupun memang tidak mengeluarkan

bau menyengat. Jika jadwal pengurugan direncanakan secara teratur, gunungan

sampah tidak akan begitu tinggi karena sampah-sampah lama yang telah ditimbun akan

terurai, dan akan menyisakan space untuk diisi oleh sampah baru.

Page 39: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

39

b. TPA Sukosari baru memiliki pengolahan sampah organik; belum dilengkapi dengan

pengolahan sampah anorganik. Perlakuan TPA Sukosari terhadap sampah anorganik

dengan pengurugan belum bersifat zero waste, karena bagaimanapun masih

menyisakan sampah, apalagi sampah anorganik membutuhkan waktu yang sangat lama

untuk dapat terurai secara sempurna. Seharusnya, sampah anorganik pun diolah

menjadi benda lain yang masih dapat dipergunakan dan bernilai ekonomi, sehingga

sampah anorganik pun dapat bersifat zero waste selayaknya sampah organik.

Page 40: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

40

BAB IV

SARAN DAN IDE

4.1 Saran

1. Proses pelaksanaan operasional dilapangan harus sesuai prosedur. Dengan adanya

prosedur pengoperasian secara baik, akan membuat umur pakai sanitary landfill lebih

lama dan menjaga lingkungan sekitarnya.

2. Perawatan masing-masing unit pengolahan air lindi sebaiknya perlu dilakukan secara

kontinu supaya kinerja masing-masing unit pengolahan tetap maksimal.

3. Perlu adanya pengelolaan sampah anorganik agar sampah tidak hanya ditimbun namun

sampah anorganik juga bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dengan adanya

pengolahan sampah anorganik juga akan mengurangi volume tumpukan sampah yang

ada di TPA Sukosari Karanganyar ini sehingga tanah yang digunakan untuk pengurugan

mempunyai umur yang lebih lama.

4.2 Ide

Dengan permasalahan lahan yang makin lama makin habis karena tumpukan sampah

yang semakin menggunung dan tidak diolah. Sehingga perlu adanya sebuah teknologi yang

bisa mengurangi volume sampah tiap harinya adalah dengan mengolah sampah anorganik dan

organik menjadi habis terolah menjadi sesuatu yang berguna. Salah satu teknologi yang bisa

diterapkan adalah teknologi Hydrothermal yang diberi nama RRS (Resource Recycling

System). RSS memanfaatkan tekanan dan uap suhu tinggi (30 atm, 200ºC) yang lebih ramah

lingkungan, relatif murah, dan lebih sederhana teknologinya, sehingga kandungan lokal

komponennya bisa mendekati 90%. Artinya, uang tidak perlu dibelanjakan ke negara lain.

Teknologi ini sesuai dengan kebutuhan pengolahan sampah di Indonesia yang

umumnya terdiri dari 80% bahan organik dan campuran plastik. Sampah campuran ini dapat

menghasilkan bahan bakar padat yang bisa dicampur (co-firing) dengan batu bara yang bisa

digunakan sebagai bahan bakar pada pabrik semen, pembangkit PLTU, dan keperluan rumah

tangga. Dengan nilai ekonomi yang dimilikinya, investasi yang sudah ditanam dapat kembali

dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Proses awal pada Resource Recycling System adalah penghancuran, pengeringan,

dan penghilangan bau yang dilakukan bersamaan dengan menggunakan Multi-purpose

Material Conversion System(MMCS). MMCS menggunakan gas bertekanan dengan suhu tinggi.

Page 41: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

41

Prinsip kerja alat ini cukup sederhana, yaitu pertama-tama sampah dimasukkan ke dalam

reaktor, kemudian disusul dengan memasukkan uap bertekanan tinggi (30 atm, 200ºC) dari

boiler. Dengan bantuan blender, sampah yang ada di dalam reaktor akan terurai dalam waktu

sekitar 30-60 menit. Kemudian dihasilkan produk menyerupai bubuk batu bara melalui

pemisahan uap air. Karena hanya menggunakan uap air panas dan uap bertekanan tinggi, alat

pengolah sampah ini tidak menghasilkan zat kimia berbahaya. Selain itu, bau yang menyengat

pada sampah juga hilang dan bakteri-bakteri mati karena tingginya suhu. Hasil pengolahan

sampah ini dapat dijadikan bahan bakar, baik untuk pembangkit listrik tenaga uap, pabrik

semen sebagai campuran batu bara, maupun untuk kebutuhan rumah tangga berupa briket.

Untuk pengolahan sampah, teknologi RRS mempunyai keunggulan teknik dan nilai

ekonominya, antara lain:

1. Bebas polusi macam-macam gas buangan, seperti CO2, NOx, SOx, dan debu.

2. Limbah air dapat diproses ulang dan digunakan kembali oleh boiler.

3. Menghasilkan bahan bakar padat yang dapat mendampingi batu bara sebagai bahan

bakar.

4. Biaya investasi dan operasi jauh lebih murah daripada teknik pembakaran konvensional,

yaitu sekitar separuh harga.

5. Karena bebas polusi, masyarakat lebih mudah menerima keberadaan RRS.

Gambar 38. Diagram Teknologi RRS Sumber : http://cheed.nus.edu.sg/stf/chewch/NEW/biomass_gasification.htm

Page 42: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

42

Konsep RRS adalah pemanfaatan kembali sumber kekayaan yang sudah dianggap

tidak berguna secara ekonomis, seperti sampah rumah tangga (Municipal Solid Waste).

Keuntungan teknologi ini adalah ramah lingkungan, lebih sederhana, relatif murah dengan

komponen lokal sekitar 90%, dan menghasilkan produk berkualitas yang bisa dijual sehingga

modal investasi dapat kembali dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sesuai dengan komposisi

sampah yang ada pada umumnya, yaitu sebagian besar terdiri dari campuran bahan organik

dan plastik, RRS mampu memproses sampah ini menjadi bahan bakar padat berupa bubuk

yang bisa digunakan untuk pembangkit lisrik tenaga uap, pabrik semen, atau bahan bakar

untuk keperluan rumah tangga.

Gambar 39. Diagram Teknologi RRS Sumber : http://cheed.nus.edu.sg/stf/chewch/NEW/biomass_gasification.htm

Gambar 40. Diagram Teknologi RRS Sumber : http://cheed.nus.edu.sg/stf/chewch/NEW/biomass_gasification.htm

Page 43: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

43

KESIMPULAN

Secara keseluruhan, penanganan dan pengelolaan sampah sudah cukup baik karena sudah

memenuhi syarat-syarat pengelolaan sampah. Pada TPA Sukosari ini juga memiliki banyak kelebihan

dalam penanganan sampahnya, diantaranya adalah :

1. Sampah dipilah terlebih dahulu menjajdi sampah organik dan sampah anorganik yang dibantu

oleh pemulung.

2. Sampah organik yang telah dipilih akan diolah kembali menjadi kompos atau pupuk organik.

TPA Sukosari ini juga memiliki tempat pengelolaan untuk menghasilkan kompos.

3. Sampah anorganik yang tidak diambil oleh pemulung akan ditimbun dengan tanah urug

sehingga sampah tidak bau, terbukti dengan area TPA Sukosari ini tidak menimbulkan bau

menyengat berbeda dengan TPA yang lainnya/

4. Air lindi dari sampah akan dinetralisir dengan sumur licit sehingga air yang dialirkan ke dalam

tanah tidak mengandung bahan berbahaya.

5. Terdapat penangkap gas metan agar gas metan tidak mencemari udara di area TPA dan

sekitarnya.

6. Air tanah yang berada di area TPA Sukosari dan sekitarnya selalu dipantau oleh pengelola

dengan menggunakan sumur pantau secara berkala.

7. Dari segi sarana dan prasarana yang digunakan untuk penimbunan dan pengelolaan sudah

cukup memadahi dan lebih dari cukup sehingga kendala tidak terlalu ditem ukan pada TPA

Sukosari, Karanganyar ini.

Selain mempunyai banyak kelebihan, TPA Sukosari Karanganyar ini juga memiliki beberapa

kelemahan diantaranya adalah :

1. Jadwal pengoperasian tidak terlalu dijalankan dengan baik, karena itu banyak tumpukan-

tumpukan sampah yang masih menggunung karena belum di landfill (diurug) karena jadwal

pengoperasian yang kurang teratur.

2. Sampah yang diolah pada TPA ini hanya sampah organik yang dijadikan sebagai pupuk kompos

sedangakan untuk sampah anorganik yang tidak diambil oleh pemulung hanya diurug saja

sehingga lama kelamaan tanah yang ada akan habis oleh tumpukan dan pengurukan sampah

oleh tanah.

Page 44: Tugas Kd 3 - Pengolahan Sampah

44

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30773/4/Chapter%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20777/4/Chapter%20II.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Tempat_pembuangan_akhir

http://pplp-dinciptakaru.jatengprov.go.id/sampah/file/777282715_tpa.pdf

http://www.slideshare.net/quirellabellinda/pengelolaan-sampah-3-r-31438626

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-

BAGJA_WALUYA/Pengelolaan_Lingkungan_Hidup_untuk_Tk_SMA/BAB_6_PENGELOLAAN_SAMPAH.

pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30773/4/Chapter%20II.pdf

http://www.artikellingkunganhidup.com/cara-menerapkan-konsep-5-r.html

http://cyeciliapical.blogspot.com/2012/08/pengelolaan-sampah-rumah-tangga-secara.html

Power Point Ir. Marsudi, MT. pada Mata Kuliah Utilitas Lanjut Arsitektur Universitas Sebelas Maret

Power Point Ir. Yenny Ruslinda, MT. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas