tugas individu kelompok ii pengolahan limbah padat nahda ulmiayi

32
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peningkatan jumlah penduduk telah menjadikan terkonsentrasinya penduduk pada lokasi-lokasi tertentu yang kemudian membentuk sistem masyarakat dengan penduduk padat atau masyarakat kota. Terbentuknya sistem masyarakat ini telah melahirkan berbagai masalah yang sulit dihindarkan, salah satunya adalah sampah (Abas Sato dkk, 2009, Nahda Ulmiati) Saat ini, dengan meningkatnya populasi penduduk dan perkembangan industri yang pesat, serta terjadinya urbanisasi secara besar-besaran yang memberikan perubahan yang luar biasa bagi tatanan kota, sistem pengelolaan sampah konvensional sudah tidak sesuai lagi. Timbunan sampah kota diperkirakan akan meningkat lima kali lipat tahun 2020. Peningkatan sampah itu tidak hanya dari segi jumlah atau volume tetapi juga meningkat keragaman bentuk, jenis, dan komposisinya (August Sinaga dkk, 2010, Arie Azhari) Dewasa ini telah terjadi peningkatan jumlah produksi sampah dari tahun ke tahun yang disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk. Sebagian besar sampah masih terkumpul di tempat pembuangan akhir dan tidak dilakukan pengolahan. Sampah dalam jumlah yang sangat banyak akan membutuhkan cara tersendiri dalam penanganannya, yang kemudian menimbulkan masalah biaya. Masalah sampah ini dapat dikurangi jika masyarakat dapat Pengolahan Limbah Padat 1

Upload: nahda-ulmiati-aina

Post on 25-Oct-2015

51 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

nahda

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Peningkatan jumlah penduduk telah menjadikan terkonsentrasinya penduduk pada lokasi-

lokasi tertentu yang kemudian membentuk sistem masyarakat dengan penduduk padat atau

masyarakat kota. Terbentuknya sistem masyarakat ini telah melahirkan berbagai masalah

yang sulit dihindarkan, salah satunya adalah sampah (Abas Sato dkk, 2009, Nahda Ulmiati)

Saat ini, dengan meningkatnya populasi penduduk dan perkembangan industri yang

pesat, serta terjadinya urbanisasi secara besar-besaran yang memberikan perubahan yang

luar biasa bagi tatanan kota, sistem pengelolaan sampah konvensional sudah tidak sesuai

lagi. Timbunan sampah kota diperkirakan akan meningkat lima kali lipat tahun 2020.

Peningkatan sampah itu tidak hanya dari segi jumlah atau volume tetapi juga meningkat

keragaman bentuk, jenis, dan komposisinya (August Sinaga dkk, 2010, Arie Azhari)

Dewasa ini telah terjadi peningkatan jumlah produksi sampah dari tahun ke tahun yang

disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk. Sebagian besar sampah masih terkumpul

di tempat pembuangan akhir dan tidak dilakukan pengolahan. Sampah dalam jumlah yang

sangat banyak akan membutuhkan cara tersendiri dalam penanganannya, yang kemudian

menimbulkan masalah biaya. Masalah sampah ini dapat dikurangi jika masyarakat dapat

secara aktif terlibat dalam penanganan sampah. (Abas Sato dkk, 2009, Nahda Ulmiati)

Pada zaman global saat ini energi merupakan persoalan yang krusial di berbagai belahan

dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

penduduk, menipisnya sumber cadangan minyak serta permasalahan emisi dari bahan bakar

fosil. (Sirin Fairus dkk, 2011, Suci Amirah)

Oleh sebab itu, timbul perhatian dalam pencarian dan penggunaan sumber energi

alternatif. Salah satu jalan untuk melakukan penghematan bahan bakar minyak adalah

mencari sumber alternatif terutama yang dapat diperbaharui (renewable). Biogas merupakan

salah satu sumber energi alternatif yang telah banyak dikembangkan. Gas ini dapat dibuat

dari berbagai macam limbah organik dibuat melalui proses anaerobic digestion. Biogas ini

berpeluang besar untuk menghasilkan energy alternatif. Sehingga akan mengurangi dampak

penggunaan bahan bakar fosil. (Abas Sato dkk, 2009, Nahda Ulmiati)

Pengolahan Limbah Padat 1

Page 2: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

Semakin tingginya volume sampah juga akan memperpendek masa pakai TPA. Sehingga

diperlukan langkah-langkah yang akan menjamin optimalnya umur pakai TPA yang sudah

ada. Salah satu cara untuk membantu mengurangi permasalahan sampah kota selain dengan

cara merubah sampah organik menjadi biogas juga dapat melakukan upaya daur ulang

sampah dengan penekanan pada proses pengomposan. Proses pengomposan menjadi penting

karena 50–80% sampah kota merupakan bahan organik yang dapat dijadikan kompos

(August Sinaga dkk, 2010, Arie Azhari)

Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan masyarakat dalam pengolahan sampah dari

yang sederhana hingga yang menggunakan teknologi tepat guna. Beberapa upaya umum

yang dilakukan oleh masyarakat adalah dengan penumpukan, pembakaran, sanitary landfill

dan pengomposan. Pengolahan sampah dengan cara pengomposan yang merupakan cara

sederhana dan tidak menimbulkan efek samping bagi lingkungan, tetapi memberi nilai

tambah bagi sampah khususnya sampah organik. (Lukas, 2011, Muh. Taslim)

Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana sampah organik yang menjadi masalah

masyarakat menjadi salah satu sumber energi pengganti bahan bakar fosil serta menjadi

kompos yang bermanfaat bagi masyarakat terutama lingkungan.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini berkaitan dengan

pengolahan sampah organik yaitu :

1. Apa itu sampah Organik ?

2. Jelaskan jenis-jenis sampah Organik ?

3. Jelaskan bagaimana pengolahan sampah organik menjadi kompos ?

4. Jelaskan pengolahan sampah organik menjadi biogas ?

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui masalah yang berkaitan dengan pengelolaan sampah organik.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui apa itu sampah organik.

Pengolahan Limbah Padat 2

Page 3: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

Untuk mengetahui jenis-jenis sampah oerganik.

Untuk mengetahui bagaimanapengolahan sampah organik menjadi kompos.

Untuk mengetahui bagaimana pengolahan sampah organik menjadi biogas.

Pengolahan Limbah Padat 3

Page 4: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN SAMPAH

Dalam Undang-undang RI No 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, definisi

sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.

Sampah bisa digolongkan menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik

seperti plastik dan logam tidak dapat diolah dengan cara memanfaatkan aktifitas organisme

hidup lainnya. Sehingga sampah anorganik juga disebut sebagai non-biodegradable waste.

Beberapa jenis sampah yang termasuk organik atau biodegradable waste adalah sisa

makanan, tumbuhan, hewan, kertas, dan anure. Sumber sampah yang terbanyak dari

pemukiman dan pasar tradisional. Sampah pasar seperti sayur mayur, buah-buahan, ikan,

dan lainlain, sebagian besar (95%) berupa sampah organic sehingga lebih mudah untuk

ditangani dan bisa diurai oleh mikroba. Sedangkan sampah yang berasal dari pemukiman

umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik

dan sisanya anorganik (Sirin Fairus dkk, 2011, Suci Amirah)

B. JENIS-JENIS SAMPAH

1) Berdasarkan Sifatnya

Berdasarkan sifatnya sampah dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Sampah organik - dapat diurai (degradable)

Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,

sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut

menjadi kompos

b. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)

Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik

wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman,

kaleng, kayu, dan sebagainya.

2) Berdasarkan Sumbernya

Menurut sumbernya sampah dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Sampah alam

b. Sampah manusia

c. Sampah konsumsi

Pengolahan Limbah Padat 4

Page 5: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

d. Sampah nuklir

e. Sampah industri

f. Sampah pertambangan.

3) Berdasarkan Bentuknya

Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan

dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi menjadi :

a. Sampah Padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan

sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun,

plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan

menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan

sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti

sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah

tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan

sebagainya. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka

sampah dapat dibagi lagi menjadi:

Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh

proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan,

sampah pertanian dan perkebunan.

Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses

biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:

a) Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena

memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-

lain.

b) Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak

dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper,

thermo coal dan lain-lain.

b. Sampah Cair

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan

kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.

Pengolahan Limbah Padat 5

Page 6: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

Sampah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet dan industri. Sampah

ini mengandung patogen yang berbahaya.

Sampah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar

mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari

aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya

pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan

menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip

dengan jumlah konsumsi. Untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik

tidak membuang limbah sembarangan misalnya membuang ke selokan.

c. Sampah alam

Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur

ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah.

Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-

daun kering di lingkungan pemukiman.

d. Sampah manusia

Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan

terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia

dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor

(sarana perkembangan) penyakit. Sampah dapat berada pada setiap fase materi:

padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir,

terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan

polusi.

e. Limbah radioaktif

Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang

menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan

hidupdan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat

yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju

biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih

dilakukan).

C. PENGARUH SAMPAH TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

Pengolahan Limbah Padat 6

Page 7: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh besar terhadap

lingkungan hidup yang berada disekitarnya, dimana sampah akan menimbulkan beberapa

dampak negatif dan bencana seperti :

1. Dampak Terhadap Kesehatan

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah

yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan

menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan

penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:

a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari

sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam

berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang

pengelolaan sampahnya kurang memadai.

b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah

suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya

masuk ke dalam pencernaaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa

makanan/sampah.

d. Sampah beracun:

Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat

mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari

sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.

2. Rusaknya Lingkungan

Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan

mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies

akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian

sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair

organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi

dapat meledak.

3. Terjadinya Banjir

Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena

volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di

Pengolahan Limbah Padat 7

Page 8: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

suatu tempat akibat akibat hujan besar dan peluapan air sungai. Sampah yang dibuang ke

dalam got/saluran air yang menyebabakan manpat adalah faktor utama yang belum

disentuh, berton-ton sampah masuk aliran sungai dan memampatkan aliran dan

menyebabkan polusi sampah di muara pantai,sungai dan danau.

Banjir dan sampah, keduanya dipandang oleh sebagian golongan sangat

berhubungan dengan sebab-akibat. Dimana sampah mengakibatkan banjir dan banjir

mengakibatkan sampah. bukan semata masalah perilaku, namun lebih dalam dari itu

adalah masalah kesejahteraan.

Sampah sungai berasal dari sampah rumah tangga dari warga yang bertempat

tinggal dipinggiran sungai, mereka tidak mempunyai tempat pembuangan sampah resmi

yang dikoordinir lingkungannya. Ini berkaitan juga dengan kebiasaan warga/penduduk

yang tidak mempunyai kesadaran artinya polusi, tenggang rasa serta kebiasaan mau

enaknya sendiri. Ini berkaitan budaya masyarakat yang kurang pembinaan tentang artinya

kebersihan lingkungan dan cara mengatasi.

4. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi

Dampak dyang apat ditimbulkan sampah terhadap keadaan sosial ekonomi adalah :

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang

menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk

karena sampah bertebaran dimana-mana.

b) Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.

c) Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan

masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung

(untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk

kerja, rendahnya produktivitas).

d) Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan

memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase,

dan lain-lain.

e) Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak

memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana

penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang

Pengolahan Limbah Padat 8

Page 9: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan

diperbaiki.

D. UPAYA-UPAYA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan,

atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah

yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya

terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk

memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat , cair , gas ,

atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.

Pengelolaan sampah memiliki tujuan untuk mengubah sampah menjadi material yang

memiliki nilai ekonomis dan juga untuk mengolah sampah agar menjadi material yang tidak

membahayakan bagi lingkungan hidup. Metode pengelolaan sampah berbeda beda

tergantung banyak hal , diantaranya tipe zat sampah , tanah yg digunakan untuk mengolah,

dan ketersediaan area.

Upaya-upaya dalam pengelolaan sampah, dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa

metode atau cara sebagai berikut :

1.      Melakuakan Metode Pembuangan dan Penimbunan

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk

membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini

biasanya dilakukan di tanah yg tidak terpakai, lubang bekas pertambangan , atau lubang

lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yg dirancang dan dikelola dengan baik

akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan murah. Sedangkan

penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan

berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah , menarik berkumpulnya

Hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas

methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya.Karakteristik desain dari

penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode pengumpulan air sampah

menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk

menambah kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik hama

(biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang

dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar

Pengolahan Limbah Padat 9

Page 10: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan

bakar gas untuk membangkitkan listrik.

2.      Melakukan Metode Daur-ulang

Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan

kembali disebut sebagai Daul-ulang. Ada beberapa cara daur ulang yaitu pengampilan

bahan sampah untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar

untuk membangkitkan listrik. Metode baru dari Daur-Ulang yaitu :

A. Pengolahan kembali secara fisik

Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan

menggunakan kembali sampah yang telah dibuang contohnya kaleng minum alumunium,

kaleg baja makanan / minuman, botol bekas, kertas karton, koran, majalah dan kardus .

Pengumpulan biasanya dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak

sampah / kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur. Jenis

sampah plastik lain yang dapat digunakan seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di

daur ulang.Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil lebih

susah, karena bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya.

B.Pengolahan kembali secara biologis

Material sampah (organik), seperti zat makanan, sisa makanan / kertas, bisa diolah

dengan menggunakan proses biologis untuk kompos atau dikenal dengan istilah

pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas

yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.

Metode ini menggunakan sistem dasar pendegradasian ba han-bahan organik secara

terkontrol menjadi pupuk dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Aktivitas

mikroorganisme bisa dioptimalisasi pertumbuhannya dengan pengkondisian sampah

dalam keadaan basah (nitrogen), suhu dan kelembaban udara (tidak terlalu basah dan atau

kering), dan aerasi yang baik (kandungan oksigen). Secara umum, metode ini bagus

karena menghasilkan pupuk organik yang ekologis (pembenah lahan) dan tidak merusak

lingkungan. Serta sangat memungknkan melibatkan langsung masyarakat sebagai

pengelola (basis komunal) dengan pola manajemen sentralisasi desentralisasi (se-

Desentralisasi) atau metode Inti (Pemerintah/Swasta)-Plasma (kelompok usaha di

Pengolahan Limbah Padat 10

Page 11: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

masyarakat). Hal ini pula akan berdampak pasti terhadap penanggulangan pengangguran.

Metode ini yang perlu mendapat perhatian serius/penuh oleh pemerintah daerah

(kab/kota)

Proses pembuatan kompos adalah dengan menggunakan aktivator EM-4, yaitu proses

pengkomposan dengan menggunakan bahan tambahan berupa mikroorganisme dalam

media cair yang berfungsi untuk mempercepat pengkomposan dan memperkaya mikroba.

Bahan-bahan yang digunakan adalah : Bahan Baku Utama berupa sampah organik,

Kotoran Ternak, EM4, Molase dan Air. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah :

Sekop, Cakar, Gembor, Keranjang, Termometer, Alat pencacah, Mesin giling kompos

dan Ayakan.

Contoh dari pengolahan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green

Bin Program (program tong hijau) di toronto, kanada dimana sampah organik rumah

tangga seperti sampah dapur dn potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk

di komposkan.

C. Pemulihan energi

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara

menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya

menjadi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara “perlakuan panas” bervariasi

mulai dari menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai

menggunakannya untuk memanaskan borlaer untuk menghasilkan uap dan listrik dari

turbin-generator. Pirolisa dan Gusifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang

berhubungan, dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin

oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada tekanan tinggi. Pirolisa

dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat, gas dan cair. Produk

cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk

lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif.

Gasifikasi busure plasma yang canggih digunakan untuk mengonversi material organik

langsung menjadi gas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas

kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.

Pengolahan Limbah Padat 11

Page 12: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

3.      Melakukan Metode Penghindaran dan Pengurangan

Sebuah metode yang penting pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah

bentuk, atau dikenal juga dengan “Penguangan sampah” metode pencegahan termasuk

penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain

produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali, mengajak konsumen untuk

menghindari penggunaan barang sekali pakai, mendesain produk yang menggunakan

bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama.

Pengolahan Limbah Padat 12

Page 13: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

BAB III

PEMBAHASAN

A. Sampah Organik

Sampah Organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan

dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan

prosedur yang benar. Organik adalah proses yang kokoh dan relatif cepat, maka tanda apa

yang kita punya untuk menyatakan bahwa bahan-bahan pokok kehidupan, sebutlah molekul

organik, dan planet-planet sejenis, ada juga di suatu tempat di jagad raya? sekali lagi

beberapa penemuan baru memberikan rasa optimis yang cukup penting. Sampah organik

adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan

yang lebih kecil dan tidak berbau.

B. Jenis-jenis sampah organic

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.

Sampah organik sendiri dibagi menjadi :

a. Sampah organik basah, Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai

kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.

b. Sampah organik kering, Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah

bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di

antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering

C. Pengolahan sampah organik menjadi kompos

Kesadaran masyarakat akan pengelolaan lingkungan sampai saat ini juga masih minim

terbukti masih terlihat banyak sampah yang dibuang tidak pada tempatnya. Seringkali

dijumpai sampah sayuran, botol-botol plastik hingga limbah mengambang di aliran sungai

atau berserakan di pinggir jalan. Sampah yang terus bertambah tentu saja membuat tempat

pembuangan akhir (TPA) cepat penuh, dengan demikian pemerintah kota pun harus mencari

lokasi lain untuk membuang sampah. (Lukas, 2011, Muh. Taslim)

Salah satu cara untuk membantu mengurangi permasalahan sampah kota adalah

melakukan upaya daur ulang sampah dengan penekanan pada proses pengomposan. Proses

pengomposan menjadi penting karena 50–80% sampah kota merupakan bahan organik yang

dapat dijadikan kompos. (August Sinaga dkk, 2010, Arie Azhari)

Pengolahan Limbah Padat 13

Page 14: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

Pengolahan sampah dengan cara pengomposan yang merupakan cara sederhana dan tidak

menimbulkan efek samping bagi lingkungan, tetapi memberi nilai tambah bagi sampah

khususnya sampah organik. Pengolahan sampah dengan cara pengomposan atau

mengubahnya menjadi pupuk merupakan alternatif terbaik terutama pupuk organik. (Lukas,

2011, Muh. Taslim)

Metode Pemisahan dan Proses Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos

Sebelum diolah sampah terlebih dahulu dipisahkan antara sampah organic dan anorganik.

Proses Pemilahan sampah dilakukan :

a. Pemilahan, dimana sampah organik dan non-organik dipisah dari tingkat rumah tangga,

maupun tempat-tempat seperti pasar sekolah dll. disediakan 2 (dua) keranjang sampah

untuk memudahkan memisahkan sampah organik dan non organik. Sampah organik

yang disarankan seperti sayuran, dedaunan, buah-buahan dan sapuan jalan. Selanjutnya

sampah organik ini akan di bawah ke unit pembuatan kompos. Sedangkan sampah

nonorganik biasanya dimanfaatkan atau diambil oleh para pemulung untuk dijual atau

didaur ulang untuk dimanfaatkan, selanjutnya yang tidak bisa dimanfaatkan di kirim ke

TPS kemudian dilanjutkan ke TPA. (Lukas, 2011, Muh. Taslim)

b. Pemilahan di unit kompos, yaitu sampah non organik yang bisa dimanfaatkan oleh para

pemulung, atau langsung dibuang ke TPA (Tempat pembuangan Akhir), sampah

anorganik yang masih terbawa, kemudian dipilah kembali di unit kompos. Selanjutnya

dilakukan pencacahan untuk mempercepat proses pengomposan hingga ukuran berkisar

2 – 10 cm.

Proses pengomposan berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses

pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan

tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang

mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan

kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan

pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 60o C. Suhu akan tetap tinggi

selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik,

yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian

bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan

menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan

Pengolahan Limbah Padat 14

Page 15: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur

mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu

pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan

volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 20 – 30% dari

volume/bobot awal bahan. Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik

(menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan

sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses

dekomposisi bahan organik. (Lukas, 2011, Muh. Taslim)

D. Pengolahan sampah organik menjadi biogas

Dengan melihat permasalahan sampah dan penyediaan energy di Indonesia maka dapat

dipertimbangkan usaha pengolahan sampah menjadi biogas. Usaha ini akan memerlukan

biaya yang rendah dan memiliki nilai ekonomi serta dapat melibatkan masyarakat secara

langsung. Potensi pengolahan sampah untuk menghasilkan biogas sampah sangat besar

mengingat sampah dapat diperoleh dari timbunan sampah di tempat pembuangan akhir atau

sampah yang dikumpulkan dari rumah tangga. Konversi sampah menjadi biogas akan dapat

mengurangi beban pemerintah untuk subsidi bahan bakar minyak. (Abas Sato dkk, 2009,

Nahda Ulmiati)

Salah satu energi terbarukan yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang

relatif lebih sederhana adalah energi biogas dengan memproses limbah biomassa di dalam

alat kedap udara yang disebut digester. Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang

dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik oleh bakteri-

bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara) termasuk diantaranya

kotoran manusia dan hewan, limbah. (Sirin Fairus dkk, 2011, Suci Amirah)

Dalam makalah ini akan dibahas usaha untuk memproduksi biogas dari sampah kota

dengan memodifikasi proses fermentasi untuk menghasilkan biogas dengan menambah

kadar air dalam digester dan dengan mencampurkan dengan kotoran sapi sebagai starter

penumbuh bakteri. Padatan dalam sampah selain sebagai nutrient juga sebagai media tempat

tumbuh bakteri penghasil gas metana, sehingga diharapkan produksi gas akan semakin

besar. Proses fermentasi akan dilakukan dalam digester skala pilot diharapkan dengan

ukuran yang lebih besar maka perilaku dinamika fluida akan sama dengan volume skala

Pengolahan Limbah Padat 15

Page 16: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

pabrik sehingga akan dapat diterapkan secara langsung untuk skala yang lebih besar. (Abas

Sato dkk, 2009, Nahda Ulmiati)

Prinsip dasar pembentukan biogas dari bahan organik.

Pengolahan limbah secara biologis bertujuan menurunkan kandungan bahan organik

dalam suatu air buangan dengan memanfaatkan aktifitas mikroorganisme pengguna bahan

organic sebagai sumber makanan dengan mengkonversi sebagian karbon menjadi CO2 dan

sisanya menjadi sel baru. (Abas Sato dkk, 2009, Nahda Ulmiati)

Pengolahan limbah secara biologis dibedakan menjadi dua proses yaitu proses aerobik

dan anaerobik. Pada proses aerobik berlangsungnya proses sangat tergantung dari adanya

oksigen, sedangkan dalam proses anaerobik justru sebaliknya karena oksigen akan

menghambat jalannya proses. (Abas Sato dkk, 2009, Nahda Ulmiati)

Proses aerobik dilakukan oleh mikroorganisme dengan bekerja bersama-sama

menguraikan bahan organik sedangkan pada proses anaerobik dilakukan menurut tahapan

rekasi yang dilakukan oleh mikroorganisme yang berbeda. (Abas Sato dkk, 2009, Nahda

Ulmiati)

Gas methan (CH4) dapat terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik oleh

bakteri anaerobik dan bakteri biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak

mengandung bahan organik sehingga terbentuk gas methan yang apabila dibakar dapat

menghasilkan energi panas. Secara umum kandungan senyawa karbon yang termasuk dalam

Volatile Solid (VS) dalam sampah organik dapat dikonversi menjadi biogas (gas metan dan

karbon dioksida), sedangkan kandungan bahan organic lain dapat digunakan sebagai pupuk

organik. (Sirin Fairus dkk, 2011, Suci Amirah)

Proses anaerobic digester ini berlangsung dalam empat tahap sebagai Berikut (Sidik,

2008 dan Sudradjat, 2006).

1. Proses hydrolysis, yaitu dekomposisi bahan organik polimer seperti protein, karbohidrat,

dan lemak menjadi monomer yang mudah larut seperti glukosa, asam lemak, dan asam

amino yang dilakukan oleh sekelompok bakteri fakultatif seperti lipolytic bacteria,

cellulolytic bacteria, dan proteolytic bacteria.

2. Proses acidogenesis, yaitu dekomposisi monomer organik menjadi asamasam organik

dan alkohol. Pada proses ini, monomer organik diuraikan lebih lanjut oleh acidogenic

Pengolahan Limbah Padat 16

Page 17: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

bacteria menjadi asam-asam organik seperti asam format, asetat, butirat, propionat,

laktat, ammonia, serta dihasilkan juga CO2, H2, dan etanol.

3. Proses acetogenesis, yaitu perubahan asam organik dan alkohol menjadi asam asetat.

Pada proses ini senyawa asam organik dan etanol diuraikan acetogenic bacteria menjadi

asam format, asetat, CO2, dan H2.

4. Proses methanogenesis, yaitu perubahan dari asam asetat menjadi methan. (Sirin Fairus

dkk, 2011, Suci Amirah)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Fermentasi Anaerobik

Beberapa faktor seperti umpan dan lingkungan sangat mempengaruhi perolehan biogas yang

dihasilkan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Komposisi umpan

Umpan yang digunakan biasanya memiliki kandungan nutrisi utama yang

dibutuhkan mikroorganisme yang terlibat dalam proses, yaitu: karbon, berfungsi sebagai

sumber energi dan unsur pembangun tubuh mikroorganisme , nitrogen, berfungsi

sebagai komponen pembangun tubuh mikroorganisme (protein dan asam lemak) dan

menciptakan stabilisasi kondisi lingkungan yang optimum bagi pertumbuhan mikroba,

dan posfat berfungsi sebagai komponen pembangun tubuh mikroorganisme dan sebagai

makromineral serta menjaga kondisi lingkungan yang optimum bagi pertumbuhan

mikroorganisme. Garam-garam organik dalam jumlah kecil, berfungsi untuk

mengontrol tekanan osmotik internal.

b. Kadar Air

Agar dapat beraktifitas secara normal, mikroba penghasil biogas memerlukan

substrat dengan kadar air 90% dan kadar padatan 8– 10% (Sidik, 2008).

c. Ukuran dan Densitas Umpan

Semakin kecil ukuran bahan baku yang digunakan, proses dekomposisi akan

semakin cepat karena bidang permukaan bahan yang kontak dengan mikroorganisme

semakin luas. Sebaliknya, untuk bahan baku yang berukuran besar (Sudradjat, 2006).

d. Derajat Keasaman (pH)

Terdapat perbedaan antara pH yang diperlukan oleh acidogenic bacteria dengan

methanogenic bacteria. Acidogenic bacteria memerlukan pH berkisar 4,5 – 7. Sementara

itu, methanogenic bacteria bekerja pada kisaran pH 6,2 – 7,8

Pengolahan Limbah Padat 17

Page 18: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

e. Temperatur

Umumnya digester yang digunakan untuk mengolah sampah kota (municipal

digester) didesain untuk beroperasi pada rentang meshofilik. Secara alami rentang

temperature E01-4 mesofilik (30-35°C) dapat dicapai oleh proses dekomposisi anaerobik

secara normal. . (Sirin Fairus dkk, 2011, Suci Amirah)

Pengolahan Limbah Padat 18

Page 19: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

BAB IVPENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Sampah Organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan

terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau.

2. Jenis-jenis sampah Organik :

a. Sampah organik basah, Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah

mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa

sayuran.

b. Sampah organik kering, Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering

adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik

kering di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.

3. Pengolahan sampah organik menjadi kompos :

a. Sebelum diolah sampah terlebih dahulu dipisahkan antara sampah organic dan

anorganik. Selanjutnya dilakukan pencacahan untuk mempercepat proses

pengomposan hingga ukuran berkisar 2 – 10 cm.

b. Proses pengomposan berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses

pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif

dan tahap pematangan.

c. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah

terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan

kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan

peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 60o C. Suhu

akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini

adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat

ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-

mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan

organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah

terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini

terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus.

4. Pengolahan sampah organik menjadi biogas :

Pengolahan Limbah Padat 19

Page 20: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

c. Proses hydrolysis, yaitu dekomposisi bahan organik polimer seperti protein,

karbohidrat, dan lemak menjadi monomer yang mudah larut seperti glukosa, asam

lemak, dan asam amino yang dilakukan oleh sekelompok bakteri fakultatif seperti

lipolytic bacteria, cellulolytic bacteria, dan proteolytic bacteria.

d. Proses acidogenesis, yaitu dekomposisi monomer organik menjadi asamasam

organik dan alkohol. Pada proses ini, monomer organik diuraikan lebih lanjut oleh

acidogenic bacteria menjadi asam-asam organik seperti asam format, asetat,

butirat, propionat, laktat, ammonia, serta dihasilkan juga CO2, H2, dan etanol.

e. Proses acetogenesis, yaitu perubahan asam organik dan alkohol menjadi asam

asetat. Pada proses ini senyawa asam organik dan etanol diuraikan acetogenic

bacteria menjadi asam format, asetat, CO2, dan H2.

f. Proses methanogenesis, yaitu perubahan dari asam asetat menjadi methan.

B. SARAN

Melalui makalah ini diharapkan agar masyarakat dapat menjadi agen

terbentuknya kemandirian pengelolaan sampah disetiap kelurahan/desa dan regionalisasi

pengelolaan persampahan. Diharapkan pula untuk lebih mengutamakan pegolahan

sampah yang berbasis ramah lingkungan seperti pengolahan sampah organik menjadi

kompos maupun biogas, serta metode-metode lain.

Pengolahan Limbah Padat 20

Page 21: Tugas Individu Kelompok II Pengolahan Limbah Padat nahda ulmiayi

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Nurcholis dkk. 2012. Penanggulangan Sampah Organik Di Kota Delta Mas. Diakses

pada tanggal 26 Oktober 2013 dari http://kimirochimi.blogspot.com/2012/07/makalah-

sampah-organik-kota-delta-mas.html

Anonim. 2013. Sampah Organik. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2013 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah_organik

Fairus, Sirin., dkk. 2011. Pemanfaatan Sampah Organik Secara Terpadu Menjadi Alternatif

Energi : Biogas dan Precursor Briket. Institut Tegnologi Nasional, Bandung, ISSN 1693 –

4393.

Muhammad Fitriansyah. 2013. Pengolahan Sampah. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2013 dari

http://muhammadfitriansyahmakalahsampah.blogspot.com/

Lukas. 2011. Studi Pengolahan Sampah Organik di IPSO Pasar Cisarua Kabupaten Bogor.

Universitas Kristen Palangka Raya, Volume 3 Nomor 1, April 2011 ISSN 2085-3548.

Sato, Abas., dkk. 2009. Pengolahan Sampah Organik Secara Anaerobik Untuk Memperoduksi

Biogas Sebagai Energi Terbarukan. Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, ISSN

1693 – 4393.

Sinaga, August., dkk. 2010. Perencanaan Pengomposan Sebagai Alternatif Pengolahan Sampah

Organik (Studi Kasus: TPA Putri Cempo – Mojosongo). Universitas Diponegoro,

Semarang, Vol. 7 No.1 Maret 2010, ISSN 1907-187X.

Pengolahan Limbah Padat 21