tr bulimia nervosa

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bulimia nervosa adalah suatu ganguan makan yang ditandai oleh peningkatan periode binge-eating yang diikuti dengan berbagai metode purging untuk mengimbangi kebiasaan makan yang berlebihan. Makan lebih banyak makanan dibandingkan sebagian orang pada situasi yang sama dan dalam periode waktu yang sama, disertai dengan rasa yang kuat bahwa ia kehilangan kendali. Ketika makan berlebihan ini terjadi pada orang dengan berat badan relative normal, atau orang dengan berat badan berlebihan yang juga memiliki kekhawatiran berlebihan mengenai bentuk dan berat tubuhnya serta secara teratur terlibat di dalam perilaku menghilangkan kalori yang di dapat saat makan berlebihan tersebut, keadaan ini berada di dalam konteks gangguan yang dikenal sebagai bulimia nervosa. Pasien yang selamat dari bulimia dapat mengendalikan siklus “binge and purge” yang bertujuan untuk mencegah kenaikan berat badan dan mengatur berbagai masalah emosional. Berbagai metode purge (membersihkan) seperti obat pencuci perut (laxative) atau penggunaan diuretik, 1 | Bulimia Nervosa

Upload: amalia

Post on 09-Dec-2015

38 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

bulimia nervosa

TRANSCRIPT

Page 1: TR Bulimia Nervosa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bulimia nervosa adalah suatu ganguan makan yang ditandai oleh peningkatan

periode binge-eating yang diikuti dengan berbagai metode purging untuk

mengimbangi kebiasaan makan yang berlebihan. Makan lebih banyak makanan

dibandingkan sebagian orang pada situasi yang sama dan dalam periode waktu yang

sama, disertai dengan rasa yang kuat bahwa ia kehilangan kendali. Ketika makan

berlebihan ini terjadi pada orang dengan berat badan relative normal, atau orang

dengan berat badan berlebihan yang juga memiliki kekhawatiran berlebihan

mengenai bentuk dan berat tubuhnya serta secara teratur terlibat di dalam perilaku

menghilangkan kalori yang di dapat saat makan berlebihan tersebut, keadaan ini

berada di dalam konteks gangguan yang dikenal sebagai bulimia nervosa.

Pasien yang selamat dari bulimia dapat mengendalikan siklus “binge and

purge” yang bertujuan untuk mencegah kenaikan berat badan dan mengatur berbagai

masalah emosional. Berbagai metode purge (membersihkan) seperti obat pencuci

perut (laxative) atau penggunaan diuretik, latihan fisik yang berlebihan, dan yang

paling sering dengan cara memaksa memuntahkan kembali makanan yang telah

dimakan. Tidak seperti anoreksia nervosa, bulimia tidak selalu mengakibatkan

penurunan berat badan yang signifikan. Perasaan malu dan terisolasi yang pernah

dirasakan oleh pasien yang selamat dari bulimia biasanya menghalangi harapan dan

kemajuan penyembuhan penyakitnya.

1 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 2: TR Bulimia Nervosa

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bulimia Nervosa

Bulimia hanyalah istilah yang berarti makan berlebihan, yang didefinisikan

sebagai makan lebih banyak makanan dibandingkan sebagian orang pada situasi yang

sama dan dalam periode waktu yang sama, disertai dengan rasa yang kuat bahwa ia

kehilangan kendali. Ketika makan berlebihan ini terjadi pada orang dengan berat

badan relatif normal, atau orang dengan berat badan berlebihan yang juga memiliki

kekhawatiran berlebihan mengenai bentuk dan berat tubuhnya serta secara teratur

terlibat di dalam perilaku menghilangkan kalori yang di dapat saat makan berlebihan

tersebut, keadaan ini berada di dalam konteks gangguan yang dikenal sebagai bulimia

nervosa.4

Bulimia nervosa meliputi terjadinya suatu perilaku kompensasi yang

dimaksudkan untuk membersihkan tubuh dari kelebihan kalori yang dikonsumsi

selama makan besar/banyak. Gangguan ini memiliki dua varian utama, sebagai

berikut:

Membersihkan : Kompensasi dengan cara merangsang diri sendiri untuk

muntah dan/atau konsumsi yang berlebihan dari obat pencahar untuk

menginduksi diare sehingga makanan yang dimakan akan keluar dengan

sendirinya.

Tidak Membersihkan : Melakukan pola makan yang berlebih namun tindakan

kompensasi yang dilakukannya berupa olahraga yang berlebih, menggunakan

zat stimulasi (yang bukan menstimulasi muntah seperti pada criteria

pembersihan) dan puasa yang berlebih.5

2 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 3: TR Bulimia Nervosa

2.2 Epidemiologi Bulimia Nervosa

Bulimia nervosa lebih sering daripada anoreksia nervosa. Perkiraan bulimia

nervosa berkisar dari 1 hingga 3 persen pada perempuan muda. Seperti anoreksia

nervosa, bulimia nervosa secara signifikan lebih lazim pada perempuan dibandingkan

laki-laki, tetapi awitannya lebih sering terjadi pada masa remaja yang lebih akhir

dibandingkan dengan awitan anoreksia nervosa. Menurut edisi revisi keempat

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR), angka

kejadian pada laki-laki adalah sepersepuluh angka kejadian pada perempuan. Awitan

bahkan dapat terjadi pada masa dewasa awal. Gejala bulimia nervosa yang kadang-

kadang terjadi, seperti episode terpisah makan berlebih dan mengeluarkan kembali,

dilaporkan pada hamper 40 persen mahasiswi perempuan. Bulimia nervosa sering

terdapat pada perempuan berberat badan normal, tetapi kadang-kadang pasien

memiliki riwayat obesitas. Di Negara industri, prevalensinya kira-kira 1 persen

populasi umum.4

2.3 Etiologi Bulimia Nervosa

a. Faktor Biologis

Beberapa peneliti berupaya menghubungkan perilaku makan

berlebihan dan mengeluarkannya kembali dengan berbagai neurotransmitter.

Oleh karena antidepresan sering bermamfaat bagi pasien bulimia nervosa dan

serotonin dikaitkan dengan perasaan puas, serotonin dan norepineprin telah

dilibatkan disini. Oleh karena kadar endorphin plasma meningkat pada pasien

bulimia nervosa yang muntah, perasaan nyaman setelah muntah yang dialami

beberapa pasien ini mungkin di perentarai oleh meningkatnya kadar

endorphin. Menurut DSM-IV-TR, terdapat peningkatan frekuensi bulimia

nervosa pada kerabat derajat pertama orang dengan gangguan ini.

3 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 4: TR Bulimia Nervosa

b. Faktor Sosial

Pasien bulimia nervosa, seperti pasien anoreksia nervosa, cenderung

memiliki standar yang tinggi dan memberikan respons terhadap tekanan sosial

yang menuntut orang untuk di ramping. Seperti pada pasien anoreksia

nervosa, banyak pasien bulimia nervosa mengalami depresi dan depresi

familial yang meningkat, tetapi keluarga pasien bulimia nervosa umumnya

kurang dekat dan lebih memiliki konflik dibandingkan keluarga pasien

anoreksia nervosa. Pasien bulimia nervosa menggambarkan orang tuanya

sebagai orang tua yang mengabaikan dan lalai.

c. Faktor Psikologis

Pasien bulimia nervosa, sama dengan pasien anoreksia nervosa,

memiliki kesulitan dengan tuntutan masa remaja, tetapi pasien bulimia

nervosa lebih terbuka, pemarah dan impulsif daripada bulimia nervosa.

Ketergantungan alkohol, menguntil, dan kelabilan emosional (termasuk upaya

bunuh diri) menyebabkan dengan bulimia nervosa. Pasien-pasien ini

umumnya merasa perilaku makan yang tidak terkendalinya lebih ego-distonik

dibandingkan pada pasien anoreksia nervosa sehingga lebih mudah untuk

mencari pertolongan.

Pasien bulimia nervosa tidak memiliki kendali superego dan kekuatan

ego, berbeda dengan pasien anoreksia nervosa. Kesulitan mengendalikan

impuls mereka sering ditunjukkan dengan ketergantungan terhadap zat serta

hubungan seksual yang merusak diri, disamping makan berlebihan dan

mengeluarkan kembali yang menandai gangguan ini. Kebanyakaan pasien

bulimia nervosa memiliki riwayat kesulitan berpisah dengan pengasuh, yang

ditunjukkan dengan tidak adanya objek transisional selama tahun awal masa

kanak-kanaknya. Sejumlah klinisi mengamati bahwa pasien bulimia nervosa

menggunakan tubuhnya sendiri sebagai objek transisional. Pergulatan dalam

perpisahan dengan figur ibu ditunjukkan melalui ambivalensi terhadap

4 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 5: TR Bulimia Nervosa

makanan; makan dapat menunjukkan keinginan untuk menyatu dengan

pengasuh dan mengeluarkan kembali makanan yang telah di telan secara tidak

sadar dapat menunjukkan keinginan untuk berpisah.4

2.4 Diagnosis dan Gambaran Klinis

Menurut DSM-IV-TR, gambaran penting pada bulimia nervosa adalah

episode berulang makanan berlebihan; suatu rasa tidak adanya kendali

terhadap makan saat sedang makan berlebihan; muntah yang dicetuskan

sendiri, penggunasalahan laksatif dan diuretik, berpuasa, maupun olah raga

berlebihan untuk mencegah naiknya berat badan; dan evaluasi diri terus -

menerus yang terlalu dipengaruhi bentuk dan berat badan (Tabel 1). Makan

berlebihan biasanya dilakukan kira-kira 1 jam sebelum muntah.

Tabel 1. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Bulimia Nervosa

A. Episode makan berlebih berulang. Episode ini ditandai dengan dua hal

berikut ini :

1. Makan, dalam periode waktu terpisah (cth., dalam periode waktu 2

jam ), jumlah makanan yang jelas lebih besar daripada yang dapat

dimakan oleh sebagian besar orang selama periode waktu yang

sama dan dalam keadaan yang sama.

2. Rasa tidak adanya kendali terhadap makan selama episode ini

(cth., perasaan bahwa ia tidak dapat mengendalikan apa atau

berapa banyak yang dimakan).

B. Perilaku kompensatorik berulang yang tidak tepat untuk mencegah

kenaikan berat badan, seperti muntah yang diinduksi sendiri;

penggunasalahan laksatif, diuretik, enema, atau obat lain; berpuasa;

atau olah raga berlebihan.

C. Makan berlebihan dan perilaku kompensatorik yang tidak tepat ini

keduanya ada, rata-rata setidaknya dua kali seminggu selama 3 bulan.

D. Evaluasi diri terlalu dipengaruhi bentuk dan berat badan.

5 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 6: TR Bulimia Nervosa

E. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama episode anoreksi nervosa.

Tentukan tipenya :

Tipe mengeluarkan kembali makanan : selama episode bulimia nervosa saat

ini, orang tersebut secara teratur terlibat di dalam muntah yang diinduksi diri

sendiri atau penggunasalahan laksatif, diuretic, atau enema.

Tipe tidak mengeluarkan kembali makanan : selama episode bulimia

nervosa saat ini, orang tersebut menggunakan perilaku kompulsatorik yang

tidak tepat lainnya, seperti berpuasa, olah raga berlebihan, tetapi tidak secara

teratur, muntah yang diinduksi oleh diri sendiri atau penggunasalahan lasatif,

diuretic atau enema.

Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of

mental disorder. 4 th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric

Association; copyright 2000, dengan izin

Gangguan makan berlebihan yaitu episode makan berlebihan tanpa

adanya perilaku kompensatorik yang tidak sesuai yang merupakan ciri khas

bulimia nervosa masuk dalam kategori ini (Tabel 2). Pasien seperti ini tidak

terpaku terhadap bentuk dan berat badan.

Tabel 2. Criteria riset DSM-IV-TR Gangguan makan berlebih

A. Episode makan berlebihan yang berulang. Episode ini ditandai dengan

kedua hal berikut ini :

1. Makan, untuk waktu yang berbeda (cth., dalam periode waktu 2

jam), jumlah makanan yang jelas lebih besar daripada yang dapat

dimakan oleh sebagian besar orang selama periode waktu yang

sama dan dalam keadaan yang sama.

6 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 7: TR Bulimia Nervosa

2. Rasa kehilangan kendali terhadap makan selama episode ini (cth.,

perasaan bahwa ia tidak dapat berhenti makan atau mengendalikan

apa atau berapa banyak yang dimakan).

B. Episode makan berlebihan disertai tiga hal (atau lebih) berikut ini :

1. Makan lebih cepat dari normal.

2. Makan sampai merasa sangat kenyang hingga terasa tidak nyaman.

3. Makan makanan dengan jumlah besar meskipun secara fisik tidak

lapar.

4. Makan sendirian karena malu akan banyaknya makanan yang

dimakannya.

5. Merasa jijik dengan dirinya sendiri, depresi, atau sangat bersalah

setelah makan berlebihan.

C. Distress yang nyata karena makan berlebihan.

D. Makan berlebihan terjadi rat-rata, sedikitnya 2 hari dalam seminggu

selama 6 bulan.

Catatan :

Metode untuk menentukan frekuensi berbeda dengan yang digunakan

untuk bulimia nervosa; riset di masa mendatang harus menyelesaikan

apakah metode untuk mengatur frekuensi ambang yang lebih disukai

adalah dengan menghitung jumlah hari terjadinya makan berlebihan

atau menghitung jumlah episode makan berlebihan.

E. Makan berlebihan tidak dikaitkan dengan perilaku kompensatorik

yang tidak tepat secara teratur (cth., mengeluarkan makanan kembali,

puasa, olah raga berlebihan) dan tidak hanya terjadi selama perjalanan

gangguan anoreksia nervosa atau bulimia nervosa

Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of

mental disorder. 4 th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric

Association; copyright 2000, dengan izin

7 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 8: TR Bulimia Nervosa

Muntah lazim terjadi dan biasanya dipicu dengan cara mencolokkan

jari ke dalam tenggorok walaupun beberapa pasien bisa muntah jika mereka

mengingatkannya. Muntah mengurangi nyeri abdomen dan perasaan kembung

serta memungkinkan pasien terus makan tanpa takut akan keanaikan berat

badan. Depresi, kadang-kadang disebut postbinge anguish, sering menyertai

episode ini. Selama makan berlebih, pasien memakan makanan manis,

berkalori tinggi, dan umumnya lembut atau teksturnya halus, seperti cake dan

pastry. Beberpa pasien lebih menyukai makanan yang besar tanpa

memandang rasanya. Makanan di makan diam-diam dan dengan cepat bahkan

kadang-kadang tidak dikunyah.

Sebagian besar pasien bulmia nervosa berat badannya berada di dalam

kisaran normal, tetapi beberapa berbadan kurang atau berlebih. Pasien ini

khawatir akan citra tubuh dan penampilan mereka, khawatir mengenai

pandangan orang terhadap mereka, dan khawatir akan daya tarik seksual

mereka. Sebagian besar mereka aktif secara seksual, dibandingkan dengan

pasien anoreksia nervosa, yang tidak tertarik terhadap seks.

Bulmina nervosa terdapat pada pasien dengan angka gangguan mood

dan gangguan kendali impuls yang tinggi. Bulimia nervosa juga dilaporkan

terjadi pada orang dengan resiko tinggi untuk gangguan terkait zat serta

berbagai gangguan kepribadian. Pasien bulimia nervosa juga memiliki angka

gangguan ansietas, gangguan bipolar I, dan gangguan disosiatif yang tinggi,

serta riwayat penganiayaan seksual. 4

Tabel 3. Diagnosis Bulimia Nervosa menurut PPDGJ-III

8 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 9: TR Bulimia Nervosa

Menurut pedoman diagnostic PPDGJ-III, Sindrom perilaku yang

berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik.

1. F50.2 mengenai Bulimia Nervosa untuk diagnosis pasti, dibutuhkan

semua berikut ini :

a. Terdapat preokupasi yang menetap untuk makan, dan ketagihan

(craving) terhadap makanan yang tidak bisa di lawan; penderita

tidak berdaya terhadap datangnya episode makan berlebihan

dimana makanan dalam jumlah yang besar dimakan dalam waktu

yang singkat.

b. Pasien berusaha melawan efek kegemukkan dengan salah satu

atau lebih cara seperti berikut:

Merangsang muntah oleh diri sendiri,

Menggunakan pencahar berlebih,

Puasa berkala,

Memakai obat-obatan seperti penekan nafsu makan,

sediaan tiroid atau diuretika. Jika terjadi pada

penderita diabetes, mereka akan mengabaikan

pengobatan insulinnya.

c. Gejala psikopatologinya terdiri dari ketakutan yang luas biasa

akan kegemukkan dan penderita mengatur sendiri batasan yang

ketat dari ambang berat badannya, sangat dibawah berat badan

sebelum sakit dianggap berat badan yang sehat dan optimal.

Seringkali, tetapi tidak selalu, ada riwayat episode anoreksia

nervosa sebelumnya, interval antara ke dua gangguan tersebut

berkisar antara beberapa bulan sampai beberapa tahun. Episode

sebelumnya ini dapat jelas terungkap, atau dalam bentuk ringan

yang tersembunyi dengan kehilangan berat badan yang sedang

dan atau suatu fase sementara dari amenore.

9 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 10: TR Bulimia Nervosa

Bulimia nervosa harus dibedakan dari gangguan depresif,

walaupun penderita bulimia sering mengalami gejala-gejala

depresi.

2. F50.3 Bulimia Nervosa tak khas

Diagnosis ini digunakan untuk penderita yang tidak menunjukkan

satu atau lebih gambaran utama (Key features) dari Bulimia

Nervosa (F50.2), tetapi masih ada gambaran klinis yang agak

khas.

Umumnya hal ini ditujukan pada orang yang mempunya berat

badan normal atau berlebihan, tetapi mengalami periode khas

kebanyakan makan yang diikuti dengan muntah atau memakai

pencahar.2

Subtipe. Terhadap bukti bahwa orang dengan bulmia nervosa yang

mengeluarkan kembali makanan berbeda dengan orang yang makan berlebih

dan tidak mengeluarkan kembali. Orang yang makan berlebih dan tidak

mengeluarkan kembali cenderung lebih sedikit memiliki gangguan citra tubuh

dan lebih tidak cemas mengenai makan. Pasien bulimia nervosa yang tidak

mengeluarkan kembali cenderung mengalami obesitas yang juga terdapat

perbedaan psikologis yang khas antara pasien bulimia nervosa yang

mengeluarkan makanan berlebih dan yang tidak. Karena semua perbedaan ini,

diagnosis bulimia nervosa di bagi lagi menjadi tipe mengeluarkan kembali

makanan (purging), untuk mereka yang secara teratur terlibat dalam perilaku

menginduksi sendiri muntah atau menggunakan laksatif maupun diuretik,

serta tipe tidak mengeluarkan kembali makanan (nonpurging), untuk mereka

yang melakukan diet ketat, puasa, atau olah raga berlebih tetapi tidak secara

teratur terlibat dalam perilaku mengeluarkan kembali makanan.

10 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 11: TR Bulimia Nervosa

Pasien dengan tipe mengeluarkan kembali makanan mungkin memiliki

resiko komplikasi medis tertentu, seperti hipokalemia akibat muntah dan

penggunaan laksatif, dan alkalosis hipokloremik. Mereka yang muntah

berulang memiliki resiko mengalami robekan langsung atau esophagus

meskipun komplikasi ini jarang terjadi. Pasien mengeluarkan kembali

makanan memiliki perjalanan gangguan yang berbeda dengan pasien yang

makan berlebihan kemudian berdiet atau berolah raga.4

Tanda dan Gejala umum yaitu : Pusing, Pening (light headedness),

palpitasi (karena dehidrasi, hipotensi , mungkin hipokalemia), Bradycardia

atau tachycardia, hipotermia, dan hipotensi (sering dikaitkan dengan

dehidrasi). Gejala gastrointestinal : iritasi faring, nyeri perut (lebih umum

pada orang-orang yang menginduksi dirinya untuk muntah), darah dalam

muntahan (dari iritasi esofagus, ,dari air mata yang sebenarnya mungkin

berakibat fatal), kesulitan menelan, perut kembung, sembelit, dan obstipasi. 5

Hal-hal yang diperhatikan dalam melakukan diagnosis :

1. Evaluasi medik lengkap diperlukan untuk menemukan

ketidakseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia dan

hipokloremia), dehidrasi, dan kerusakan gastrointestinal. Periksalah

untuk penyalahgunaan laksansia.

2. Laksanakan pemeriksaan psikiatrik lengakap dengan memperhatikan

depresi yang merundungi bersama, anoreksia nervosa,

penyalahgunaan zat/obat ( contoh: kokain, alkohol, ampetamin,

sedative, dan pil diet), dan gangguan kepribadian.

3. Evaluasi pasien untuk impulsivitas dan kecenderungan bunuh diri.

4. Pertimbangkan untuk merawat inap pasien dengan kelemahan

pengendalian impuls kecenderungan bunuh diri, atau penyulit medic

sekunder akibat gangguan makan tersebut.

5. Rujuklah pasien untuk terapi perilaku kognitif, psikoterapi yang

berorientasi-tilik diri, atau farmakoterapi.

11 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 12: TR Bulimia Nervosa

6. Pertimbangkan untuk merawat inap pasien ke dalam unit gangguan,

bila perlu.1

2.5 Diagnosis Banding Bulimia Nervosa

Diagnosis Bulimia Nervosa tidak dapat ditegakkan jika perilaku makan

berlebih dan memuntahkan kembali hanya terjadi selama episode anoreksia nervosa.

Pada kasus seperti ini, didiagnosisnya adalah anoreksia nervosa, tipe makan berlebih/

mengeluarkan kembali (binge-eating/ purging type).

Klinis harus memastikan bahwa pasien tidak memiliki penyakit neurologis

seperti bangkitan Epileptik-Ekuivalen, Tumor Sistem Saraf Pusat (SSP), Sindrom

Kluver-Bucy, atau Sindrom Kleine-Levin.

Gambaran patologis yang ditujukkan oleh sindrom Kluver-Bucy adalah

agnosia visual, menjilat dan mengigit kompulsif, memeriksa objek dengan mulut,

ketidakmampuan mengabaikan semua stimulus, plasiditas, gangguan prilaku seksual

(Hiperseksual), dan perubahan kebiasaan diet, terutama hiperfagia. Sindrom ini

sangat jarang dan cenderung tidak menyebabkan masalah dalam menegakkan

diagnosis banding. Sindrom Kleine-Levin terdiri atas hipersomnia periodik yang

berlangsung 2 hingga 3 minggu serta hiperfagia. Seperti pada bulimia nervosa, awitan

biasanya saat remaja, tetapi sindrom ini lebih lazim pada laki-laki di bandingkan

perempuan. Pasien dengan gangguan keperibadian ambang kadang-kadang makan

berlebih, tetapi perilaku makan ini diakibatkan tanda lain gangguan ini.4

2.6 Penatalaksanaan Bulimia Nervosa

Sebagian besar pasien Bulimia Nervosa tanpa komplikasi tidak membutuhkan

rawat inap di rumah sakit. Umumnya, pasien bulimia nervosa tidak terlalu

merahasiakan gejalanya seperti pada pasien anoreksia nervosa. Dengan demikian,

terapi rawat jalan biasanya tidak sulit, tetapi psikoterapi sering “mengalami kendala”

12 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 13: TR Bulimia Nervosa

dan dapat berlangsung lama. Beberapa paisen obesitas dengan bulimia nervosa yang

menjalani psikoterapi jangka panjang membaik secara mengejutkan. Pada beberapa

kasus - ketika makan berlebih tidak terkendali, tetapi pasien rawat jalan tidak

berhasil, atau pasien menunjukkan gejala psikiatrik tambahan seperti bunuh diri dan

penyalahgunaan zat - rawat inap di rumah sakit mungkin perlu dilakukan. Di samping

itu, pada kasus mengeluarkan makanan kembali yang berat, gangguan metabolik dan

elektrolit yang ditimbulkan mungkin sangat memerlukan rawat inap di rumah sakit.

Psikoterapi

1. Terapi perilaku-kongnitif

Terapi perilaku-kongnitif harus dipertimbangan sebagai acuan, terapi

line pertama bulimia nervosa. Data yang menyokong efektivitas terapi

perilaku kongnitif didasarkan pada eratnya kelekatan terhadap terapi yang

terpedoman, sangat rinci dan telah banyak diterapkan, yang mencakup kira-

kira 18 hingga 20 sesi selama 5 sampai 6 bulan. Terapi perilaku kongnitif

menerapkan sejumlah prosedur perilaku untuk (1) menghentikan siklus

perilaku makan berlebihan dan diet yang dipertahankan sendiri ini, serta (2)

mengubah kognisi dan keyakinan seseorang yang mengalami disfungsi

mengenai makanan, berat dan bentuk tubuh, serta konsep diri secara

keseluruhan.

2. Psikoterapi Dinamik

Terapi psikodinamik pada pasien bulimia nervosa mengungkapkan

adanya kecenderungan mengwujudkan mekanisme defense introjeksi dan

proyeksi. Di dalam sikap yang serupa dengan pemisahan, pasien membagi

13 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 14: TR Bulimia Nervosa

makanan menjadi dua kategori; makanan bergizi dan makanan tidak sehat.

Makanan yang disebut bergizi mungkin dimakan dan dipertahankan karena

secara tidak sadar menyimbolkan introjeksi yang baik, sedangkan makanan

“sampah” secara tidak sadar dikaitkan dengan introjeksi buruk sehingga

dikeluarkan dengan cara muntah, dan khayalan tidak disadari bahwa semua

kerusakan, kebencian, dan keburukan, sedang disingkirkan. Pasien sementara

dapat merasa baik setelah muntah karena evakuasi khayalan tetapi perasaan

terkait akan “semuanya baik” berlangsung singkat karena didasarkan pada

kombinasi yang tidak stabil antara pemisah dan proyeksi.

3. Farmakoterapi

Obat antidepresan telah menunjukkan mamfaat pada bulimia. Obat ini

mencakup serotonin reuptake inhibitors (SSRI) seperti fluoxetine (Prozac).

Mamfaatnya dapat didasarkan pada peningkatan kadar 5-hydroxytryptamine.

Obat antidepresan dapat mengurangi perilaku makan berlebihan dan

mengeluarkan kembalu tanpa bergantung adanya gangguan mood. Dengan

demikian, untuk siklus makan berlebihan-mengeluarkan kembali yang sulit

dan tidak berespons terhadap psikoterapi saja, antidepresan telah berhasil

digunaka, imipramine (Tofranil), desipramine (Norpramin), trazodone

(Desyrel), dan monoamine oxidase inhibitor (MAOI) telah membantu.

Umumnya, sebagian besar antidepresan efektif pada dosis yang biasanya

diberikan dalam terapi gangguan depresif. Meskipun demikian, dosis

fluoxetine yang efektif untuk mengurangi makan berleebihan ini dapat lebih

tinggi (60 hingga 80 mg per hari) daripada dosis yang digunakan untuk

gangguan depresif. Pada kasus gangguan depresif serta bulimia nervosa yang

bersamaan, terapi dengan obat tampaknya membantu. Carbamazepine

(Tegretol) dan lithium (Eskalith) tidak menunjukkan hasil yang mengesankan

sebagai terapi perilaku makan berlebihan, tetapi telah digunakan dalam terapi

pasien bulimia nervosa disertai gangguan mood, seperti gangguan bipolar I.

Terdapat bukti bahwa penggunaan antidepresan saja mengahasilkan 22 persen

14 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 15: TR Bulimia Nervosa

penghentian perilaku makan berlebihan dan mengeluarkan kembali. Studi lain

menunjukkan bahwa kombinasi terapi perilaku-kognitif dan obat merupakan

terapi yang paling efektif.4

2.7 Prognosis Bulimia Nervosa

Dengan cepat, pasien Bulimia Nervosa yang mampu menjalani terapi

dilaporkan mengalami lebih dari 50 persen perbaikan perilaku makan berlebihan dan

mengeluarkan kembali; di antara pasien rawat jalan, perbaikan tampaknya

berlangsung lebih dari 5 tahun. Meskipun demikian, pasien tidak bebas gejala selama

periode perbaikan; bulimia nervosa merupakan gangguan kronis dengan perjalanan

gangguan yang maju mundur. Beberapa pasien dengan perjalanan gangguan ringan

mengalami masa remisi jangka panjang. Pasien lain menjadi lemah akibat gangguan

ini dan dirawat di rumah sakit; kurang dari sepertiga pasien yang baik-baik saja pada

pemantauan lanjutan 3 tahun, lebih dari sepertiga yang mengalami perbaikan gejala,

dan kira-kira sepertiganya memiliki hasil buruk dengan gejala kronis dalam 3 tahun.

Pada studi terkini, dalam 5 hingga 10 tahun, kira-kira setengah pasien pulih sempurna

dari gangguan ini, sedangkan 20 persennya terus memenuhi seluruh kriteria

diagnostik bulimia nervosa.

Prognosis Bulimia Nervosa lebih baik daripada Anoreksia Nervosa; namun

demikian, bulimia bisa menjadi kronik, dengan akibat penyulit medik.1 Prognosis

juga bergantung pada keparahan gejala sisa mengelurakan makanan kembali yaitu

apakah pasien mengalami ketidakseimbangan elektrolit, dan sampai derajat berapa

seringnya muntah menyebabkan esofagitis, amilasemia, pembesaran kelenjar saliva,

dan karies gigi. Pada beberapa kasus bulimia nervosa yang tidak diterapi, remisi

spontan terjadi dalam 1 hingga 2 tahun.

2.8 Komplikasi Bulimia Nervosa

Bulmia nervosa dapat mengakibatkan kelainan elektrolit dan berbagai derajat

kelaparan meskipun tidak sejelass pada pasien anoreksia nervosa berberat badan

15 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 16: TR Bulimia Nervosa

rendah. Dengan demikian, bahkan pasien bulimia nervosa dengan berat badan normal

harus menjalani pemeriksaan laboratorium elektrolit dan metabolisme. Umumnya,

fungsi tiroid tetap baik pada bulimia nervosa tetapi pasien dapat menunjukkan

nonsupresi pada uji supresi deksametason (DST). Dehidrasi dan gangguan elektrolit

cenderung terjadi pada pasien bulimia nervosa yang mengeluarkan kembali makanan

secara teratur. Pasien ini sering mengalami hipomagnesemia dan hiperamilasemia.

Meskipun bukan ciri diagnostik inti, banyak pasien bulimianervosa mengalami

gangguan menstruasi. Hipotensi dan bradikardi terjadi pada beberapa pasien.4

(Gambar 1. Efek Bulimia Nervosa terhadap Tubuh)

a. Gigi

Beberapa kelainan pada rongga mulut telah dilaporkan termasuk erosi

gigi, mengurangi laju aliran saliva, hipersensitivitas gigi, karies gigi, penyakit

periodontal, dan xerostomia (mulut kering). Erosi gigi biasanya terjadi pada

16 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 17: TR Bulimia Nervosa

permukaan lingual dari gigi rahang atas. Meskipun gigi mandibular juga dapat

terpengaruh, mereka diyakini agak terlindung, dari paparan asam lambung, oleh

lidah. Erosi dapat terlihat pada awal enam bulan setelah terjadinya induksi

muntah sendiri yang bersifat reguler. Tingkat dan keparahan erosi pada akhirnya

akan ditentukan oleh durasi penyakit, jenis makanan yang dikonsumsi, kebersihan

mulut, frekuensi muntah, dan kualitas dasar dari struktur gigi.

(Gambar 2. Karies Gigi dan Erosi Gigi)

Peningkatan frekuensi karies gigi telah dilaporkan sebagai konsekuensi

dari makan berlebihan makanan yang mengandung karbohidrat, peningkatan

konsumsi minuman berkarbonasi, kebersihan mulut yang buruk, selain paparan

asam. Gingivitis (penyakit gusi) dan penyakit periodontal mungkin akibat dari

paparan berulang terhadap asam lambung. Hal ini menyebabkan iritasi gusi kronis

dan perdarahan. Xerostomia ditemui pada pasien dengan self-induced muntah; itu

diduga berhubungan dengan laju aliran saliva berkurang. Pembesaran kelenjar

ludah telah berkorelasi dengan peningkatan kadar amilase serum. Kinzle, et al,

menemukan bahwa 61 persen pasien bulimia, membersihkan melalui self-induced

muntah, memiliki peningkatan kadar amilase serum. Kelenjar parotis bilateral

yang merupakan kelenjar yang paling sering terlibat, tetapi pembesaran

17 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 18: TR Bulimia Nervosa

submandibula juga dapat dilihat. Ini wajah "Jenis tupai" yang umumnya terjadi 3-

4 hari setelah penghentian self-induced muntah.

(Gambar 3. Pembengkakan Kelenjar Parotis akibat Bulimia Nervosa)

b. Tenggorokan

Self-induced muntah dapat menyebabkan kerusakan pada sfingter

esofagus, mempengaruhi area dari faring dan laring. Muntahan kandungan asam

mungkin bersentuhan dengan pita suara dan sekitarnya, mengakibatkan suara

serak, disfagia, batuk kronis, sensasi terbakar di tenggorokan atau sakit

tenggorokan berulang.

c. Jantung

Dehidrasi akibat episode berulang dari muntah yang dapat

mengakibatkan hipotensi, dan ortostatik. Meskipun pasien akan sering

menggunakan jari-jari mereka atau benda untuk menginduksi muntah, beberapa

mungkin kembali menggunakan ipecac, sirup sebelumnya digunakan untuk

mengobati ingestions toksik akut. Pasien dengan bulimia yang terlibat dalam

self-induced muntah mungkin menyalahgunakan obat ini. Bahan aktif ipecac

adalah emetine yang memiliki paruh yang panjang dan akibatnya dapat

terakumulasi untuk tingkat beracun dengan konsumsi kronis. Toksisitas Emetine

dapat mengakibatkan kerusakan permanen miosit jantung yang mengakibatkan

gagal jantung kongestif berat, aritmia ventrikel, dan kematian jantung mendadak.

18 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 19: TR Bulimia Nervosa

d. Paru-paru

Pada pasien yang membersihkan melalui self-induced muntah, aspirasi

makanan dimuntahkan adalah sebuah kemungkinan. Dengan demikian, pada

orang dewasa muda yang sehat dengan gangguan pernapasan dengan onset tiba-

tiba, self-induced muntah dengan aspirasi harus dipertimbangkan. Komplikasi

paru lain dari self-induced muntah adalah pneumomediastinum, yang merupakan

diseksi udara melalui dinding alveolar, karena muntah.

e. Elektrolit

Episode muntah berulang dapat menyebabkan dehidrasi dan peningkatan

regulasi sekresi Rennin-Angiotensin-Aldosteron. Aldosteron disekresikan oleh

kelenjar adrenal dan hasilnya terjadi peningkatan penyerapan natrium bikarbonat

dan retensi air untuk mengurangi kecenderungan terhadap dehidrasi, hipotensi

dan penurunan volume dari muntah berulang. Mehler dan Rylander Journal of

Eating Disorders (2015) Hal ini menghasilkan Alkalosis metabolik dan nilai-nilai

kalium serum rendah. Secara bersama-sama, fenomena ini disebut sebagai

sindrom pseudo-Bartter. Kehilangan kalium tambahan yang berasal dari

muntahan yang sebenarnya. Melalui kalium serum yang rendah mungkin

penanda khusus untuk self-induced muntah dari bulimia, tidak sensitif. Sebagian

besar pasien dengan bulimia, yang hanya kadang-kadang muntah, akan memiliki

elektrolit serum yang normal, berbeda dengan mereka yang muntah berlebihan

atau mereka yang melakukannya secara teratur untuk program berkepanjangan.

Tabel 4 . Perubahan elektrolit

Purging Mode Sodium Pottasium Chloride Bicarbonate

Diuretics Decreased or

normal

Decreased Decreased Increased

19 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 20: TR Bulimia Nervosa

Laxatives

(short-term)

Decreased or

normal

Decreased Increased Decreased

Laxatives

(long-term)

Decreased or

normal

Decreased Decreased Increased

Vomiting Decreased or

normal

Decreased Decreased Increased

f. Kulit

Pasien dengan berat badan yang cukup rendah mungkin menunjukkan

manifestasi dermatologi karena kelaparan termasuk alopecia, xerosis,

hipertrikosis lanuginosa, cheilosis, carotenoderma, pruritus, dan kerapuhan kuku.

Perubahan ini paling jelas ketika indeks massa tubuh (BMI) turun di bawah 16.

Pasien dengan self-induced muntah akan sering melakukannya, secara mekanis

dengan memasukkan jari-jari mereka ke dalam mulut mereka. Seiring waktu,

pengenalan tangan ke dalam mulut menghasilkan trauma berulang dan kulit lecet

pada tangan.3

(Gambar 4. Trauma berulang pada Kulit tangan pasien Bulimia Nervosa)

20 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 21: TR Bulimia Nervosa

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bulimia hanyalah istilah yang berarti makan berlebihan, yang didefinisikan

sebagai makan lebih banyak makanan dibandingkan sebagian orang pada situasi yang

sama dan dalam periode waktu yang sama, disertai dengan rasa yang kuat bahwa ia

kehilangan kendali. Bulimia Nervosa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor

biologis, faktor sosial, dan faktor psikologis. Tanda dan Gejala umum yaitu : Pusing,

Pening (light headedness), palpitasi (karena dehidrasi, hipotensi , mungkin

hipokalemia), Bradycardia atau tachycardia, hipotermia, dan hipotensi (sering

dikaitkan dengan dehidrasi). Gejala gastrointestinal : iritasi faring, nyeri perut (lebih

21 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 22: TR Bulimia Nervosa

umum pada orang-orang yang menginduksi dirinya untuk muntah), darah dalam

muntahan (dari iritasi esofagus, ,dari air mata yang sebenarnya mungkin berakibat

fatal), kesulitan menelan, perut kembung, sembelit, dan obstipasi. Sebagian besar

pasien Bulimia Nervosa tanpa komplikasi tidak membutuhkan rawat inap di rumah

sakit. Penatalaksanaan Bulimia Nervosa dapat dilakukan terapi prilaku-kognitif,

psikoterapi dinamik, dan farmakoterapi. Prognosis juga bergantung pada keparahan

gejala sisa mengelurakan makanan kembali yaitu apakah pasien mengalami

ketidakseimbangan elektrolit, dan sampai derajat berapa seringnya muntah

menyebabkan esofagitis, amilasemia, pembesaran kelenjar saliva, dan karies gigi.

Pada beberapa kasus bulimia nervosa yang tidak diterapi, remisi spontan terjadi

dalam 1 hingga 2 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, Harold I. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya Medika

Muslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan, Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan

DSM-5. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya

Philip, S Mehler dan Melanie Rylander. 2015. “Bulimia Nervosa-Medical

Complications” Journal of Eating Disorder (3) 12 : 1-5 Diakses tanggal 11

September 2015

Sadock, Benjamin J. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2.

Jakarta : EGC

22 | B u l i m i a N e r v o s a

Page 23: TR Bulimia Nervosa

Yagerjoel. 2014. Bulimia Nervosa. California. Resident Physician, Department of

Psychiatry and Behavioral Sciences, University of California. Hlm 1-3 Diakses

tanggal 10 September 2015 (http://emedicine.medscape.com/article/286485-

overview#showall)

23 | B u l i m i a N e r v o s a