tinjauan sd kesimpulan

22
Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 1 SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut situs berita Tempo.com, sejak 2006 hingga 2012, tercatat ada 182 kasus kelalaian medik atau bahasa awamnya malpraktek yang terbukti dilakukan dokter di Balikpapan. Diberitakan pula, malpraktek ini terbukti dilakukan dokter setelah melalui sidang yang dilakukan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI). Sekilas melalui cuplikan berita di atas, dapat disimpulkan, sungguh keliru pemahaman masyarakat awam karena sebenarnya pengertian antara kelalaian medis dengan malpraktik adalah jauh berbeda. Begitu pula dengan dokter dan tenanga medis, seharusnya melaksanakan praktik kesehatan sesuai standar profesi dan melindungi diri dengan rekam medis yang benar dan akurat. 6 Dengan semakin berkembangnya dunia kesehatan di Indonesia, rekam medik mempunyai peranan tidak kalah pentingnya dalam menunjang pelaksanaan sistem kesehatan nasional. Rekam medik sangat penting selain untuk diagnosis, pengobatan juga untuk evaluasi pelayanan kesehatan, peningkatan efisiensi kerja melalui penurunan mortalitas dan motilitas serta perawatan penderita yang lebih sempurna. Rekam medik harus berisi informasi lengkap perihal proses pelayanan medis di masa lalu, masa kini, dan perkiraan terjadi di masa yang akan datang. 1,4 Dokter yang merawat pasien bertanggungjawab atas kelengkapan dan keakurasian pengisian rekam medis. Di dalam praktek memang dapat saja pengisian rekam medis dilakukan oleh perawat, namun dokter yang merawat pasienlah yang bertanggung jawab. Perlu diingat kelengkapan dan keakurasian isi rekam medis sangat bermanfaat, baik bagi perawatan dan

Upload: dokterdoktermufti

Post on 26-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 1

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Menurut situs berita Tempo.com, sejak 2006 hingga 2012, tercatat

    ada 182 kasus kelalaian medik atau bahasa awamnya malpraktek yang

    terbukti dilakukan dokter di Balikpapan. Diberitakan pula, malpraktek ini

    terbukti dilakukan dokter setelah melalui sidang yang dilakukan Majelis

    Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI). Sekilas melalui

    cuplikan berita di atas, dapat disimpulkan, sungguh keliru pemahaman

    masyarakat awam karena sebenarnya pengertian antara kelalaian medis

    dengan malpraktik adalah jauh berbeda. Begitu pula dengan dokter dan

    tenanga medis, seharusnya melaksanakan praktik kesehatan sesuai standar

    profesi dan melindungi diri dengan rekam medis yang benar dan akurat.6

    Dengan semakin berkembangnya dunia kesehatan di Indonesia,

    rekam medik mempunyai peranan tidak kalah pentingnya dalam menunjang

    pelaksanaan sistem kesehatan nasional. Rekam medik sangat penting selain

    untuk diagnosis, pengobatan juga untuk evaluasi pelayanan kesehatan,

    peningkatan efisiensi kerja melalui penurunan mortalitas dan motilitas serta

    perawatan penderita yang lebih sempurna. Rekam medik harus berisi

    informasi lengkap perihal proses pelayanan medis di masa lalu, masa kini,

    dan perkiraan terjadi di masa yang akan datang.1,4

    Dokter yang merawat pasien bertanggungjawab atas kelengkapan

    dan keakurasian pengisian rekam medis. Di dalam praktek memang dapat

    saja pengisian rekam medis dilakukan oleh perawat, namun dokter yang

    merawat pasienlah yang bertanggung jawab. Perlu diingat kelengkapan dan

    keakurasian isi rekam medis sangat bermanfaat, baik bagi perawatan dan

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 2

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    pengobatan pasien, bukti hukum bagi rumah sakit dan dokter, maupun bagi

    kepentingan penelitian medis dan administratif.1

    Diantara semua manfaat rekam medis yang terpenting adalah aspek

    hukum rekam medis. Pada kasus malpraktek medis, keperawatan maupun

    farmasi, rekam medis merupakan salah satu bukti tertulis yang penting.

    Berdasarkan informasi dalam rekam medis, petugas hukum serta majelis

    hakim dapat menentukan benar tidaknya telah terjadi tindakan malpraktek,

    bagaimana terjadinya malpraktek tersebut serta menentukan siapa

    sebenarnya yang bersalah dalam perkara tersebut ? 1

    Masih banyak tenaga kesehatan yang kurang mengetahui pentingnya

    rekam medis, sehingga dalam melakukan tindakan atau mencatat keluhan

    pasien tidak semua tindakan atau keluhannya ditulis bahkan tidak dibubuhi

    tanda tangan, nama dan waktu baik oleh dokter maupun perawat. Sedangkan

    apabilah tindakan atau keluhan pasien yang tidak ditulis, secara yuridis tidak

    dilakukan atau tidak ada keluhan. Berkurangnya kepercayaan masyarakat

    terhadap dokter dan dokter gigi, maraknya tuntutan hukum yang diajukan

    masyarakat dewasa ini sering kali diidentikan dengan kegagalan upaya

    penyembuhan yang dilakukan dokter dan dokter gigi. Sebaiknya apabila

    tindakan medis yang dilakukan dapat berhasil berkelebihan, padahal dokter

    dan dokter gigi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya

    hanya berupaya untuk menyembuhkan, dan kegagalan penerapan ilmu

    kedokteran tidak selalu identik dengan kegagalan tindakan. 1,5

    Setiap penyelenggara praktik kedokteran, kegagalannya dianggap

    suatu malpraktik kedokteran, yang menuntut pertanggungjawaban dokter

    dan dokter gigi. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas, maka

    timbul pertanyaan apakah yang dimaksud dengan malpraktik dan rekam

    medis itu? Bagaimanakah peran rekam medis pada kasus dugaan

    malpraktik ? dan pada sistem hukum malpraktik dan rekam medis diatur

    dimana saja ?

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 3

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    1.2. Identifikasi Masalah

    Dari uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi

    permasalahnya sebagai berikut:

    1. Dokter dan tenaga kesehatan belum benar benar memahami tentang

    rekam medis yang benar dari aspek medikolegal

    2. Dokter dan tenaga kesehatan belum benar benar memahami tentang

    manfaat rekam medis di sarana pelayanan kesehatan

    3. Masyarakat belum mengetahui aspek hukum malpraktik dalam bidang

    kedokteran

    4. Banyak laporan dugaan malpraktik yang yang menjadi kasus

    malpraktik akibat rekam medis yang tidak benar dan kurang akurat

    1.3. Batasan Masalah

    Dalam referat ini penulis akan memberikan batasan masalah yaitu sebagai

    berikut:

    1. Pengertian malpraktik

    2. Pengertian rekam medis

    3. Hubungan antara rekam medis dengan penyelesaian kasus dugaan

    malpraktik

    4. Aspek medikolegal antara rekam medis dan malpraktik dalam undang

    undang kesehatan

    1.4. Tujuan Referat

    Adapun tujuan penulis membuat referat ini adalah:

    1. mengetahui dan memahami tentang malpraktik secara medikolegal

    2. mengetahui dan memahami aspek medikolegal rekam medis

    3. mengetahui dan memahami hubungan rekam medis dalam kasus

    dugaan malpraktik.

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 4

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Rekam Medis

    2.1. Pengertian

    Menurut beberapa referensi, pengertian rekam medis adalah berkas

    yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,

    pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada

    pasien.1,4,5

    Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam

    tentang identitas, anamesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala

    pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan

    pengobatan baik yang rawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan

    pelayanan gawat darurat. 1,4

    Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya

    sekedar kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai

    suatu sistem penyelenggaraan rekam medis yaitu mulai pencatatan selama

    pasien mendapatkan pelayanan medik, dilanjutkan dengan penanganan

    berkas rekam medik yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta

    pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani

    permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan lainnya. 1,4

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 5

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    2.2. Isi Rekam Medis

    Adapun isi rekam medis, antara lain :

    1. Pasien rawat jalan memuat, antara lain : identitas pasien, tanggal dan

    waktu, hasil anamesa (mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan

    riwayat penyakit), hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik,

    diagnosis, rencana penatalaksanaan, pengobatan atau tindakan,

    pelayanan lain yang diberikan kepada pasien, untuk pasien gigi

    dilengkapi dengan odontgram klinik, dan persetujuan tindakan bila

    diperlukan.

    2. Pasien rawat inap memua, antara lain : identitas pasien, tanggal dan

    waktu, hasil anamesa (mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan

    riwayat penyakit), hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik,

    diagnosis, rencana penatalaksanaan, pengobatan atau tindakan,

    persetujuan tindakan bila diperlukan, catatan observasi klinis dan hasil

    pengobatan, ringkasan pulang (discharge summary), nama dan tanda

    tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang

    memberikan pelayanan kesehatan, pelayanan lain yang dilakukan oleh

    tenaga kesehatan tertentu, dan untuk pasien kasus gigi dilengkapi

    dengan odontogram klinik.

    3. Pasien gawat darurat memuat, antara lain : identitas pasien, kondisi

    pasien saat pasien tiba disarana pelayanan kesehatan, identitas

    pengantar pasien, tanggal dan waktu, hasil anamesa (mencakup

    sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit), hasil pemeriksaan

    fisik dan penunjang medik, diagnosis, diagnosis, pengobatan atau

    tindakan, ringkasan kondisi pasien sebelum meninggakan pelayanan

    unit gawat darurat dan atau rencana tindak lanjut, nama dan tanda

    tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang

    memberikan pelayanan kesehatan, sarana transportasi yang digunakan

    bagi pasien yang akan dipindahkan kesarana pelayanan kesehatan lain,

    dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1,4,5

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 6

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    2.3. Manfaat Rekam Medis

    Manfaat-manfaat rekam medis, antara lain :

    1. Pengobatan pasien

    Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan

    dan menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan

    tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien.

    2. Peningkatan kualitas pelayanan

    Membuat rekam medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan

    jelas dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi

    tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.

    3. Pendidikan dan Pelatihan

    Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis

    penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat

    untuk bahan informasi bagi pengembangan bahan pengajaran dan penelitian

    diidang profesi kedokteran dan kedokteran gigi.

    4. Pembiayaan

    Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan

    pembiayaan dan pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan, catatan

    tersebut dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien

    5. Statistik kesehatan

    Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya

    untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk

    menentukan jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu.

    6. Pembuktian masalah hukum, disiplin, dan etik

    Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat

    dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin, dan etik. 1,4,5

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 7

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    2.4. Penyimpanan dan Pemusnahan Rekam Medis

    Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-

    kurangnya lima tahun dari tanggal pasien terakhir berobat, setelah lima

    tahun rekam medis dapat dimusnahkan kecuali ringkasan pulang dan

    persetujuan tindakan medik.

    Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik harus disimpan dalam

    jangka waktu 10 tahun dari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut,

    penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang dilaksanakan oleh petugas

    yang ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan. 1,4

    2.5. Kerahasiaan Rekam Medis

    Dalam Undang-undang praktik kedokteran bahwa rekam medis harus

    disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan

    pimpinan sarana pelayanan kesehatan. Rahasia kedokteran dapat dibuka

    hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur

    penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri,

    atau berdasarkan perundang-undangan.

    Dalam undang-undang Rumah Sakit pasal 38 bahwa setiap Rumah Sakit

    harus menyimpan rahasia kedokteran. Dan dalam pasal 57 undang-undang

    tentang kesehatan setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan

    pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan

    kesehatan.

    Kepemilikan Rekam Medis diatur dalam pasal 12 PERMENKES NO 269

    tahun 2008 tentang rekam medis bahwa berkas rekam medis adalah milik

    sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isinya adalah milik pasien. Isi rekam

    medis dalam bentuk ringkasan rekam medis. 1,4

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 8

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    2.6. Aspek Hukum, Disiplin Dan Etik Rekam Medis

    Rekam medis dapat digunakan sebagai salah satu alat bukti tertulis di

    pengadilan, dan dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis

    selain mendapat sanksi hukum juga dapat dikenakan sanksi disiplin dan etik

    sesuai dengan UU praktik kedokteran, peraturan KKI, Kode Etik kedokteran

    Indonesia (KODEKI), dan Kode Etik kedokteran Gigi Indonesia

    (KODEKGI).

    Dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia tentang tata cara penanganan

    kasus dugaan pelanggaran disiplin, ada 3 alternatif sanksi disiplin yaitu :

    1. Pemberian peringatan tertulis.

    2. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik.

    3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan

    kedokteran atau kedokteran gigi. 1,4,5

    Malpraktik Kedokteran

    2.7. Pengertian

    Sedangkan untuk malpraktik itu sendiri bila diartikan berdasarkan arti

    kata berasal dari kata malpractice atau bad practice yang berarti dalam

    tatanan bahasa Indonesia yaitu praktik yang jelek atau buruk.

    Menurut teori dan doktrin, sesuatu tindakan praktik kedokteran yang

    dilakukan oleh dokter dan dokter gigi dapat dikategorikan sebagai perbuatan

    malpraktik dokter dilihat dari 3 aspek/hal:

    1. Intentional Professional Misconduct, yaitu bahwa seorang dokter atau

    dokter gigi dinyatakan bersalah/buruk berpraktik, bilamana dokter

    tersebut dalam berpraktik melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap

    standar-standar dan dilakukan dengan sengaja. Dokter yang berpraktik

    dengan tidak mengindahkan standar-standar dalam aturan yang ada dan

    tidak ada unsur kealpaan/kelalaian. Misalnya seorang dokter atau dokter

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 9

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    gigi sengaja membuat keterangan palsu atau tidak sesuai dengan

    diagnosis ataupun memang sama sekali tidak melakukan pemeriksaan.

    Seorang dokter membuka rahasia pasien dengan sengaja tanpa

    persetujuan pasien ataupun tanpa permintaan penegak hukum

    sebagaimana diatur dalam undang-undang. Seorang dokter melakukan

    aborsi tanpa indikasi medis (illegal).

    2. Negligence atau tidak sengaja (kelalaian) yaitu seorang dokter atau

    dokter gigi yang karena kelalaiannya (culpa) yang mana berakibat cacat

    atau meninggalnya pasien. Seorang dokter atau dokter gigi lalai

    melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai dengan keilmuan

    kedokteran, maka hal ini masuk dalam kategori malpraktik, namun juga

    hal ini sangat tergantung terhadap kelalaian yang mana saja yang dapat

    dituntut atau dapat dihukum, hal ini tergantung oleh hakim yang dapat

    melihat jenis kelalaian yang mana. Misalnya dokter sebelum melakukan

    tindakan medis seharusnya melakukan sesuatu terlebih dahulu namun

    itu tidak dilakukan atau melakukan sesuatu tapi tidak sempurna.

    3. Lack of Skill yaitu seorang dokter atau dokter gigi yang melakukan

    tindakan medis tetapi diluar kompetensinya atau kurang

    kompetensinya. Misalnya, dokter cardiofaskuler melakukan operasi

    tulang. 1,4,5

    Ketiga hal tersebut diatas itulah berdasarkan teori masuk kategori

    malpratik namun bagaimana secara yuridis atau aturan hukum positif kita.

    Dalam undang-undang kesehatan maupun dalam undang-undang praktik

    kedokteran tidak ada satu kata pun yang menyebut kata malpraktik. Pada

    undang-undang kesehatan menyebut kesalahan/kelalaian yang dilakukan

    dokter atau doker gigi dan dalam undang-undang praktik kedokteran

    menyebut kata kesalahan saja. Begitu pula dalam kitab undang-undang

    hukum pidana maupun kitab undang-undang hukum perdata hanya

    menyebut kata kesalahan dan kelalaian. 1,2,3

    Bilamana kita menelaah dan mengkaji tentang malpraktik dalam

    hukum positif kita, maka dapatlah dikatakan bahwa malpraktik yang

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 10

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    dimaksud itu adalah perbuatan-perbuatan yang jelek atau buruk yang

    dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang dikarenakan karena adanya

    kesalahan atau kelalaian oleh dokter atau dokter gigi yang berakibat

    cacatnya pasien atau matinya pasien ataupun akibat lain terhadap pasien. 1,2,3

    2.8. Pembagian Malpraktik

    Malpraktik sendiri dibagi menjadi 2 yaitu :

    2.8.A. Crime Malpractice

    Terjadi bila sesorang dokter menangani suatu kasus telah melanggar hukum

    dan menyebabkan dia dituntut oleh negara, misalnya:

    Seorang dokter diminta untuk mengobati pasien dan dia melaukan

    kesalahan terhadap pasien tersebut

    Seorang dokter spesialis bedah plastik yang mengubah wajah seorang

    atau merusak sidik jari seseorang dengam tujuan mempersulit

    identifikasi

    Seorang dokter dapat dituduh melakukan criminal malpractice bila

    dokter tersebut mengakibatkan luka atau kematian terhadap pasien

    dengan metode pengobatan yang sama sekali tidak benar dan

    berbahaya.

    Seorang dokter juga dapat dituntut melakukan criminal malpractice bila:

    Melakukan abortus tanpa indikasi medis

    Melakukan euthanasia

    Membocorkan rahasia kedokteran

    Tidak melakukan pertolongan darurat terhadap seseorang atas dasar

    prikemanusiaan.

    Melakukan tindakan medis tanpa informed consent

    Kurang hati-hati sehingga pasien menderita luka atau meninggal dunia

    Kurang hati-hati sehingga meninggalakan gunting dalam perut pasien

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 11

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    Pada crime malpractice tanggung jawab selalu bersifat individual dan

    personal. Oleh sebab itu daapat dialihkan kepada orang lain atau kepada

    korporasi (misalnya perusahaan atau badan hukum). 1,2,3

    2.8.B. Civil Malpractice

    Civil malpractice adalah tipe malpraktik dimana dokter karena

    pengobatannya dapat mengakibatkan pasien meninggal atau luka tetapi

    dlam waktu yang sama tidak melanggar hukum pidana. Sementara negara

    tidak dapat menuntut secara pidana tetapi pasien atau keluarganya dapat

    menggugat dokter secara perdata untuk mendapatkan uang sebagai ganti

    rugi. 1,2,3

    Tanggun jawab dokter tersebut tidak berkurang meskipun pasien

    tersebut kaya atau tidak mampu membayar. Misalnya seorang dokter ynag

    menyebabkan pasien luka atau meninggal akibat pemakaian metode

    pengobatan yang sama sekali tidak benar dn berbahaya tetapi sulit

    dibuktikan peanggaran pidananya, maka pasien atau keluarganya dapat

    menggugat perdata. 1,2,3

    Pada civil malpractice, tanggung gugat dapat bersifat individual atau

    korporasi. Dengan prinsip ini maka rumah sakit dapata bertanggung gugat

    atas kesalahan yang dilakukan oleh dokter-dokternya asalkan dapat

    dibuktikan bahwa tindakan dokter itu dalam rangka melaksanakan

    kewajiban rumah sakit. 1,2,3

    2.8.C. Administrative Malpractice

    Didalam UU RI No. 29 tahun 2004 dan di dalam permenkes RI

    No.512/Menkes/per/IV/2007 dijelaskan bahwa seorang dokter yang praktik

    harus punya sertfikat kompetensi, Surat tanda Registrasi, dan surat Ijin

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 12

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    Praktik kalau seorang dokter tidak mempunyai selain dokter mendapat

    sanksi pidana, sanksi perdata, juga sanksi administrasi. 1,2,3

    Kata-kata malpraktek tidak dijumpai di hukum indonesia baik di

    KUHP, KUH Perdata, UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,

    maupun UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, tetapi

    kejadian-kajadian seperti malpraktek di Indonesia itu ada. Misalnya seorang

    dokter melakukan abortus tanpa indikasi medis, seorang dokter melakukan

    usaha kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi atau standar prosedur

    operasional. 1,2,3

    Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009 : 1,2,3

    Pasal 22

    (1) Tenaga Kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum

    Pasal 23

    (1) Tenaga kesehatan berwenang untu menyelenggarakan pelayanan

    kesehatan

    (2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan

    sebagaimana domaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai denan bidang

    keahlian yang dimiliki

    (3) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib

    memiliki izin dari pemerintah

    Pasal 29

    Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dakam

    menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih

    dahulu melalui mediasi

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 13

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    Pasal 34

    (2) Penyelenggaraan fasilitas kesehatan dilarang mempekerjakan tenaga

    kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan izin melakukan pekerjaan

    profesi

    Pasal 51

    (1) Upaya kesehatan diselenggaraka untuk mewujudkan derajat kesehatan

    yang setinggi-tingginya bagi individu atau masyarakat

    (2) Upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada

    standar pelayanan minimal kesehatan

    Pasal 56

    (1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh

    tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan

    memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lenggkap

    (2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

    berlaku pada:

    a. Penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke

    dalam masyarakat yang lebih luas

    b. Keadaan seseorangg yang tidak sadarkan diri atau

    c. Gangguan mental berat

    Pasal 57

    (1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah

    dikeukakan kepada pelanggara pelayanan kesehatan

    (2) ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal :

    a. Perintah undang-undang

    b. Perintah pengadilan

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 14

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    c. izin yang bersangkutan

    d. Kepentingan masyarakat atau

    e. Kepentingan orang tersebut

    Pasal 63

    (4) Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu

    kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga

    kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.

    Pasal 65

    (1) transpalntasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh

    tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan

    dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan tertentu

    Pasal 67

    (1) Pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh hanya

    dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

    kewenangan serta dilakukan di fasilitasi pelayanan kesehatan tertentu.

    Pasal 68

    (1) Pemasangan implan obat dan atau alat kesehatan dalam tubuh manusia

    hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

    kewenangan serta dilakukan di fasilitaasi pelayanan esehatan tertentu.

    Pasal 69

    (1) Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat dilakukan oleh tenaga

    kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu

    (2) Bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh bertentangan dengan norma

    yang berlaku dalam masyarakat dan tidak dapat ditujukan untuk mengubah

    identitas

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 15

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    Pasal 75

    (1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi

    (2) larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan

    berdasarkan :

    a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik

    yang mengancam nyawa ibu dan atau janin, yang menderita penyakit

    genetik berat dan atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki

    sehingga menyuitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan atau

    b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis

    bagi korban perkosaan

    (3) Tindakan sebagimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapt dilakukan

    setelah melalui konseling dan atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri

    dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang

    kompeten dan berwenang.

    (4) ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan

    perkosaan sebagimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan

    Peraturan Pemerintah.

    Penjelasan Pasal 75

    (3) Yang dimaksud dengan konselor adalah setiap orang yang telah

    memiliki sertifikat sebagai konselor melalui pendidikan dan pelatihan.Yang

    dapat mnjadi konselor adalah dokter,psikolog, tokoh masyarakat, tokoh

    agama, dan setiap orang yan mempunyai minat dan memiliki ketrampilan

    untuk itu.

    Pasal 76

    Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan :

    a. Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertam haid

    terakhir kecuali dalam hal kedaruratan medis

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 16

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki ketrampilan dan kewenangan

    yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh mentri

    c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan

    d. Dengan izin suami kecuali korban perkosaan dan

    e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan

    oleh menteri.

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 17

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Di bidang kedokteran dan kedokteran gigi, rekam medis merupakan

    salah satu bukti tertulis tentang proses pelayanan yang diberikan oleh dokter

    dan dokter gigi. Di dalam rekam medis berisi data klinis pasien selama

    proses diagnosis dan pengobatan (treatment). Oleh karena itu setiap

    kegiatan pelayanan medis harus mempunyai rekam medis yang lengkap dan

    akurat untuk setiap pasien dan setiap dokter dan dokter gigi wajib mengisi

    rekam medis dengan benar, lengkap dan tepat waktu. 1,2,3

    Dengan berkembangnya ilmu kedokteran dimana pelayanan medis

    yang berbasis data sangatlah diperlukan maka data dan informasi pelayanan

    medis yang berkualitas terintegrasi dengan baik dan benar sumber utamanya

    adalah data klinis dari rekam medis. Data klinis yang bersumber dari rekam

    medis semakin penting dengan berkembangnya rekam medis elektronik,

    dimana setiap entry data secara langsung menjadi masukan (input) dari

    sistem/manajemen informasi kesehatan. 1,2,3

    Karena belum tahunya manfaat rekam medis di pelayanan kesehatan

    terutama di rumaha sakit, sehingga tidak semua tindakan yang dilakukan di

    catat dan tidak di tanda tangani oleh petugas yang bersangkutan, bahkan

    menaruh rekam medis sembarangan sehingga orang yang tidak

    berkepentingan dapat melihatnya.

    Di negara kita sifat kerahasiaan itu tidak begitu dirasakan, sehingga

    jika seorang anggota keluarga jatuh sakit, maka hal ini merupakan sesuatu

    yang harus diketahui juga oleh keluarga besarnya. Maka yang datang

    mengunjungi si sakit pun akan berbondong-bondong. Lihat aja di rumah

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 18

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    sakit dimana diantara keluraga pasien saling berbicara sedang

    mengungkapkan penyakit pasien. Pembicaraan pun sering terjadi antar

    pasien yang saling menceritakan penyakitnya. Hanya mungkin terhadap

    penyakit menular kelamin kerahasiaan baru dipegang. Oleh karenanya

    sebagai akibat rekam medis masih kurang mendapatkan perhatian. 1,,4

    Dalam pasal 48 ayat 1 undang-undang praktik kedokteran bahwa

    setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokteran wajib

    menyimpan rahasia kedokteran. Dan dalam pasal 38 UU No 44 tahun 2009

    tentang rumah sakit bahwa setiap rumah sakit harus menyimpan rahasia

    kedokteran. Kewajiban menyimpan rahasia kdokteran juga dikenakan

    terhadap tenaga kesehatan, para perawat, mahasiswa kedokteran dan

    perawatan yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan dan atau

    perawatan dan orang lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. 1,2,3

    Dalam pasal 5 PERMENKES NO 269 tahun 2008 tetang Rekam

    Medis bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik

    kedokteran wajib membuat rekam medis, rekam medis segera dibuat dan

    dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan, dan setiap pencatatan dalam

    rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tanda tangan dokter, dokter

    gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan

    secara langsung.1,2,7

    Dalam UU No 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran terdapat

    beberapa ketentuan yang berhubungan dengan penyelengaraan rekam medis

    yaitu tentang Standar Pelayanan, Persetujuan Tindakan Kedokteran, Rekam

    medis, Rahasia Kedokteran dan Kendali mutu dan kendali biaya. Sebagian

    besar ketentuan hukum tersebut adalah ketentuan yang telah diterbitkan

    dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Di bawah adalah ketentuan

    tersebut:

    1. Pasal 44 ayat (1) menyatakan bahwa dokter dan dokter gigi dalam

    menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar

    pelayanan kedokteran dan kedokteran gigi.

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 19

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    2. Pasal 45 ayat (5) menyatakan bahwa setiap tindakan kedokteran dan

    kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan

    persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan

    persetujuan

    3. Pasal 46 ayat (1) menyatakan bahwa setiap dokter atau dokter gigi

    dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.

    4. Pasal 46 ayat (2) menyatakan bahwa rekam medis sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai

    menerima pelayanan kesehatan

    5. Penjelasan pasal 46 ayat (3) menyatakan bahwa : yang dimaksud

    dengan petugas adalah dokter atau dokter gigi atau tenaga kesehatan

    lain yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien. Apabila

    dalam pencatatan rekam medis menggunakan teknologi informasi

    elektronik, kewajiban membubuhi tandatangan dapat diganti dengan

    menggunakan nomor identitas pribadi (personal identification number)

    6. Pasal 47 ayat (2) menyatakan bahwa rekam medis sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh

    dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

    7. Pasal 49 ayat (2) menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan

    kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan

    audit medis, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan audit

    medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu

    pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan

    rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis.

    8. Pasal 79 menyatakan bahwa Dipidana dengan pidana kurungan paling

    lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000.00 (lima

    puluh juta rupiah) setiap dokter dan dokter gigi yang (b) dengan sengaja

    tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 46

    ayat (1)1,2,3,7

    Berikut ini kami ilustrasikan beberapa kasus yang menunjukan

    bagaiamana Rekam Medis digunakan dalam pembuktian kasus malpraktek :

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 20

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    1. Kasus Collin vs Westlake Community Hospital, 1974

    Pada kasus ini pasien menggugat staf perawat di RS, yang

    menurutnya telah lalai dalam mengawasi kondisi dan sirkulasi peredaran

    darah pada kakinya selama dipasangi spalk kayu sehingga kakinya menjadi

    busuk dan harus diamputasi.Pengadilan memeriksa Rekam Medis dan dalam

    catatan perawat tidak didapatkan adanya catatan perawatan selama 7 jam

    yang kritis, menunjukkan adanya unsur kclalaian perawat.8

    2. Kasus Wagner vs Kaiiser Foundation Hospital, 1979

    Seorang pasien mengalami kerusakan otak setelah menjalani operasi

    mata. Hal ini diduga terjadi akibat kelalaian perawat dalam pengawasan

    jumlah dan kedalaman pemapasan selama pasien berada dalam ruang pulih

    sadar (recovery room ), sesaat setelah operasi selesai dilaksanakan. Dalam

    pembuktian di pengadilan didapatkan bahwa tidak didapatkan adanya

    catatan mengenai pengawasan tersebut pada kartu pencatatan yang sudah

    disediakan di recovery room. Dalam putusannya, Majelis Hakim

    menyalahkan petugas kesehatan tersebut karena menurutnya jika

    pengawasan jumlah dan kedalaman pemapasan dilakukan dengan baik,

    maka akan dapat segera diketahui komplikasi yang terjadi dan karenanya

    masih ada waktu untuk memberikan oksigen untuk mencegah kerusakan

    otak.9

    3. Kasus lain Rekam Medis

    Ketika seorang petugas kesehatan dituntut karena membuka rahasia

    kedokteran (isi rekam medis) kepada pihak ketiga tanpa izin pasien atau

    bahkan menolak memberitahukan isi rekam medis (yang merupakan milik

    pasien) ketika pasien menanyakannya. Seorang tenaga kesehatan dapat

    secara sengaja membuka rahasia pasien (isi Rekam Medis) dengan cara

    menyampaikannya secara langsung kepada orang lain. Akan tetapi ia dapat

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 21

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    juga membukanya secara tidak sengaja, yaitu ketika ia membicarakan

    keadaan pasien dengan petugas kesehatan lain di depan umum atau jika ia

    menaruh Rekam Medis secara sembarangan sehingga orang yang tidak

    berkepentingan dapat melihatnya. Untuk tindakan membuka rahasia ini

    petugas kesehatan dapat dikenakan sanksi pidana, perdata maupun

    administrative. Secara pidana membuka rahasia kedokteran diancam pidana

    melanggar pasal 322 KUHP dengan ancaman hukuman selama-lamanya 9

    bulan penjara. Secara perdata, pasien yang merasa dirugikan dapat meminta

    ganti rugi berdasarkan pasal 1365 jo 1367 KUH Perdata. Secara

    administratif, PP No.10 tahun 1966 menyatakan bahwa tenaga kesehatan

    yang membuka rahasia kedokteran dapat dikenakan sanksi admninistratif,

    meskipun pasien tidak menuntut dan telah memaafkannya.1,2,3,7

    Tidak kurang mulai dari ahli hukum sampai guru besar ilmu

    kedokteran mengkhususkan diri untuk belajar mengenai hal ini dengan

    tujuan yang sama yaitu membela kepentingan masyarakat dengan tidak

    mendeskreditkan profesi kedokteran itu sendiri. Namun banyaknya kejadian

    laporan malpraktik yang sampai ke pengadilan dan akhirnya membatalkan

    gugatan pasien menjadi salah satu indikasi banyak pihak yang masih belum

    benar-benar mengerti apa itu malpraktik bahkan ahli hukum sekalipun.

    Cukup memprihatinkan mengingat sepertinya -menurut saya- banyak pihak

    yang terlalu memaksakan sehingga asal ada kejadian yang tidak sesuai

    dengan keinginan pasien, lalu dianggap malpraktik, dan selanjutnya dengan

    bantuan orang ahli hukum memperkarakan dan membawa ke meja

    pengadilan.4,5

  • Referat : Fungsi Rekam Medis pada Kasus Dugaan Malpraktik Kedokteran 22

    SMF Forensik RSUD dr. Soetomo / Dokter Muda Kelompok B FK UWKS - RSUD Bangil / 2013

    BAB IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan-kesimpulan dalam referat ini, antara lain :

    1. Tiga kategori malpraktik dokter, yaitu: intensional professional

    misconduct, negligence, dan lack of skill.

    2. Istilah malpraktik tidak dikenal dalam sistem hukum positif Indonesia,

    namun dalam undang-undang atau dalam hukum positif dikenal dengan

    istilah kesalahan dan kelalaian (negligence atau tidak sengaja)

    3. Rekam medis yang baik adalah keterangan baik yang tertulis maupun

    terekam tentang identitas, anamesa, penentuan fisik, laboratorium,

    diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada

    pasien dan pengobatan baik yang rawat inap, rawat jalan maupun yang

    mendapatkan pelayanan gawat darurat.

    4. Rekam medis yang baik dan akurat akan membantu dalam penegakan

    kasus malpraktik atau kelalaian.

    Saran-saran dalam makalah ini, antara lain :

    1. Dokter dan tenaga kesehatan sebaiknya mengisi rekam medis dengan

    baik dan akurat agar sah secara medikolegal

    2. Dokter yang menghadapi kasus dugaan malpraktik akan sangat terbantu

    dengan adanya rekam medis yang baik dan akurat hanya jika dokter

    tersebut telah melaksanakan pengobatan sesuai standar profesi dokter

    yang bersangkutan.